klasifikasi ilmu pengetahuan dalam pendidikan …eprints.iaiig.ac.id/25/1/skripsi.pdf · penulis...

123
KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM (Konsep Perbandingan Menurut Al-Ghozali Dan Muhammad Iqbal) Diajukan Kepada IAIIG Cilacap Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu (S-1) Sarjana Pendidikan Agama Islam (S Pd. I) Dalam Ilmu Tarbiyah Oleh Nama : Ahmad Sahreza NIM : 052321604 Fakultas : Tarbiyah Prodi : Pendidikan Agama Islam FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHOZALI (IAIIG) CILACAP JAWA TENGAH 2011

Upload: phungtu

Post on 06-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

KLASIFIKASI

ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

(Konsep Perbandingan Menurut Al-Ghozali Dan Muhammad Iqbal)

Diajukan Kepada IAIIG Cilacap Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu

Syarat Guna Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu (S-1) Sarjana Pendidikan

Agama Islam (S Pd. I) Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh

Nama : Ahmad Sahreza

NIM : 052321604

Fakultas : Tarbiyah

Prodi : Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHOZALI (IAIIG)

CILACAP JAWA TENGAH

2011

Page 2: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

PENGESAHAN Skripsi saudara Nama : Ahmad Sahreza NIM : 052 321 604 Fakultas : Tarbiyah Program studi : Pendidikan Agama Islam Judul skripsi : Klaisfikasi Ilmu Pengetahuan Dalam Pendidikan Islam

{Konsep Perbandingan Islam Menurut Al Ghozali Dan Muhammmad Iqbal}

Telah disidang munaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap pada hari/tanggal:

Sabtu 15 januari 2011 Dan dapat diterima sebagai pemenuhan tugas akhir Mahasiswa Program Strata I (S.1) fakultas tarbiyah prodi pendidikan agama islam (PAI ) pada Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap

Cilacap 15 januari 2011

Dewan Sidang Ketua Sekretaris

Lumaur Ridlo S.Psi NIK. 951 011 116

Muniriyanto, S.Ag,MM. NIK. 951 011 065

Penguji I

Penguji II

Drs.H M.muchdir ma’sum, Psi.

NIK 951 011 016

Drs. Attabik, M.Ag

NIK 951 011 083 Pembimbing Ass.Pembimbing

Drs. Musa Ahmad ,M.Si NIK 951 011 038

Agus sutiyono, M.Ag.,MPd NIK. 197 307 10200 5011 001

Mengetahui Dekan Fakultas Tarbiyah

Lumaur Ridlo S.Psi NIK. 951 011 116

Page 3: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

NOTA PEMBIMBING

Drs. Musa ahmad, M.Si Dosen IAIIG Cilacap Agus sutiyono M.Ag.M.Pd Dosen IAIIG Cilacap Hal : Skripsi Saudara Ahmad Sahreza Lamp :-

Kepada : Yth. DEKAN FAKULTAS TARBIYAH IAIIG Cilacap Di – Tempat Asalamualaikum Wr.Wb Kami selaku pembimbing skripsi ini, setelah membaca, mengoreksi dan

mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara : Nama : Ahmad Sahreza NIM : 052 321 604 Fakultas : Tarbiyah Program studi : Pendidikan Agama Islam

Judul skripsi :Klaisfikasi Ilmu Pengetahuan Dalam Pendidikan Islam {Konsep Perbandingan Islam Menurut Al Ghozali Dan Muhammmad Iqbal}

Maka dari itu mohon agar skripsi saudara tersebut segera dimunaqosahkan. Atas perhatian bapak, saya sampaikan terima kasih.

Cilacap 4 juli 2010 Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Musa Ahmad, M.Si NIK 951 011 038

Agus sutiyono, M.Ag, MPd. NIK. 197 307 10200 5011 001

Page 4: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

SURAT PERNYATAAN KEORSINILAN SKRIPSI Yang bertandang tangan dibawah ini, saya : 1. Nama : Ahmad Sahreza

2. NIM : 052 321 604

3. Fakultas : Tarbiyah

4. Program studi : Pendidikan Agama Islam

5. Judul skripsi : Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Dalam Pendidikan Islam

{Konsep Perbandingan Islam Menurut Al Ghozali Dan

Muhammmad Iqbal}

Menyatakan bahwa skripsi saya benar-benar orsinil /asli buatan sendiri, tidak ada

unsur menjiplak atau dibuatkan.

Jika dikemudian hari ditemukan adanya indikasi salah satu dari dua unsur diatas,

maka saya bersedia dicabut gelar kesarjanaanya.

Demikian surat ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanpa unsur pemaksaan.

Cilacap, 4 juli 2010

Yang Menyatakan

AHMAD SAHREZA NIM 052 321 604

Page 5: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

MOTTO

Allah menguji hambanya dengan menimpahkan musibah sebagai mana seorang

menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang keluar emas murni.

Itulah yang dilindungi allah dari keraguan-keraguan. Da yang keluar seperti emas

hitam dan itu memang ditimpa Fitnah (HR. Athabari)

Page 6: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

PERSEMBAHAN

Untuk Kedua Orang Tuaku Kakak-Kakkku Dan Adikku

Page 7: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan

rahmat, hidayah dan fadhal-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Kendala dan

kesulitan yang ada selama penulisan skripsi ini menjadi tantangan dan ujian

tersendiri, demi mewujudkan harapan cit-cita penulis. Shalawat serta salam semoga

tercurahkan terhadap junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, beserta Keluarga dan

Sahabatnya.

Seiring dengan rasa syukur, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu selama penulisan skripsi. Penghargaan serta rasa

terima kasih penulis sampaikan kepada yang tehormat :

1. Drs.kh.Nasrulloh Muhson Rector Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG)

Cilacap

2. Lumaur Ridlo, S.Psi Dekan Fakultas Tarbiyah Institute Agam Islam Imam

Ghozali (IAIIG) Cilacap

3. Segenap Dosen dan Civitas academika Institute Agama Islam Imam Ghozali

(IAIIG) Cilacap

4. Drs. Musa Ahmad, M.Si dan Agus Sutiyono,M.Ag,M.Pd selaku dosen dan

pembimbing I dan pembimbing II, yang dengan sabar beliau dalam membimbing

dan memberi arahan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bocah-bocah sobat IGHOPALA, Salam Lestari!! Satu dalam diriku, KU- besar

karena-MU

Page 8: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

6. Mas Tomi sudjiwo, terima kasih atas wangsitnya. Bung Aqil, mas Ghofur dan

Malik Ibrahim

7. Sahabat-sahabat mahasiswa dilingkungan Fakultas Tarbiyah IAIIG Cilacap yang

telah membantu dan mendorong terselesainya penulisan skripsi ini

8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah penulis

dalam menyelesaikan study dan penulisan skripsi ini

Semoga seluruh amal baiknya akan menjadi amal soleh yang selalu mendapatkan

limpahan pahala dari Allah SWT..amin

Penulis menyadari, bahwa penyusunan skripsi ini mungkin masih banyak

kekurangan. Karena itu penulis berharap kritik dan saran dari berbagai pihak,

utamanya pembaca skripsi ini sangat penulis harapkan demi perbaikan dan

penyempurnaan skripsi

Akhirnya, semoga skripsi ini benar-benar dapat memberi sumbangsih dan

bermanfaat, baik bagi penulis sendiri maupun pada pembaca umumnya.

Kesugihan, 4 juli 2010 Penulis

AHMAD SAHREZA NIM 052 321 604

Page 9: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

LEMBAR ABSTRAKSI

Pendidikan islam telah menawarkan konsep filosofi yang baik sekali dalam system

pendidikan. Secara ideal, pendidikan islam berusaha mengantarkan manusia

menyampai keseimbangan pribadi yang menyeluruh.

Konsep pendidikan yang dibangun oleh Islam menuntut manusia untuk mengerahkan

berbagai potensi yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT kepadanya sebagai

mahluk yang sempurna dalam penciptaan. Melalui latihan-latihan kejiwaan, akal

pikiran, kecerdasan, perasaan ataupun panca indra yang diharapkan menjadi manusia

yang bertakwa, berilmu pengetahuan dan bertanggung jawb dalam beramal soleh.

Tetapi realitanya, pendidikan slam belum menjalankan konsep filosofi islam sendiri.

Fakta mengungkapkan adanya kesenjangan atara Islam disatu sisi dan Ilmu

Pengetahuan Teknologi di sisi lain.

Al Ghozali jauh hari menganjurkan terhadap ilmu yang berangkat pada akses

kedekatan pada tuhan. Menurutnya ilmu yang sempurna tanpa ada keraguan

bersumber dari instuisi (Dzauq). Al Ghozali memhami tentang Epistimologi ilmu

yang menurutnya dibagi dua, yaitu ilmu laduni dan ilmu muktasabah. Dalam

kewajiban menuntut ilmu Al Ghozali membagi du tingkatan pula, yaitu, ilmu fardu

‘ain yang berorentasi pada nilai-nilai ukhrowi dan ilmu fardu kifayah yang berkaitan

dengan profesi manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya.

Sedangkan Iqbal menganbil langkah strategis dengan menganjurkan intregasi antara

filsafat dan agama. Jurang pemisah tersebut harus dihilangkan, sehingga akan saling

menunjang. Ilmu menurutnya bersumber dari agama, sedangkan agama akan

menunjukan eksistensinya apabila ditopang menjadi ilmu pengetahuan. Sehingga apa

yang dicita-citakan oleh Islam tercapai yaitu terwujudnya komitmen pribadi yang

takwa, berilmu pengetahuan dan bertanggung jawab dan beramal soleh.

Page 10: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN KEORISINALAN SKRIPSI ................................. iv

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

LEMBAR ABSTRAKSI ................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Definisi Operasional ..................................................................... 8

C. Rumusan Masalah ....................................................................... 10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 10

E. Telaah Pustaka ............................................................................. 11

F. Sistematika Penulisan Skripsi...................................................... 13

BAB II: LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Islam ....................................................... 16

B. Konsep Filosofi Pendidikan Islam............................................... 21

C. Realitas dan Masalah Paradigma Pendidikan Islam .................... 29

D. Cita-cita dan Tujuan Pendidikan Islam ....................................... 33

Page 11: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................... 37

B. Sumber Data ........................................................................ 37

C. Metode Pengumpulan Data ...................................................40

D. Metode Analisis Data .......................................................... 40

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Al-Ghozali, Muhammada Iqbal dan Konsep Pemikiran

1. AL-Ghozali

a. Biografi Al-Ghozali ....................................................... 42

b. Sejarah Pemikiran Al-Ghozali....................................... 48

c. Konsep Al-Ghozali Tentang Ilmu ................................. 57

2. Muhammad Iqbal

a. Biografi Muhammad Iqbal ............................................ 69

b. Kondisi Sosial Sejarah Pemikiran Muhammad Iqbal ... 73

c. Pandangan Muhammad Iqbal Tentang Filosofi

Pendidikan Islam ........................................................... 82

B. Analisis Konsep tentang Klasifikasi Ilmu Pengetahuan

1. Analisa Konsep Ilmu Menurut Al-Ghozali ........................ 87

2. Analisa Konsep Ilmu Menurut Muhmmad Iqbal ............... 92

3. Analisis tentang Perbedaan konsep Ilmu Pengetahuan

Al-Ghozali dan Muhammad Iqbal ..................................... 97

4. Pengaruh konsep Ilmu Pengetahuan Al-Ghozali

dan Muhammad Iqbal terhadap Pendidikan Islam

Page 12: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

serta Implikasinya .............................................................. 98

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 103

B. Saran-saran ................................................................................ 105

C. Kata Penutup .............................................................................. 106

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Page 13: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam diturunkan sebagai agama mempunyai konsekuensi dasar

sebagai pedoman untuk keseluruhan umat manusia (rahmatal lil’alamin).

Bahwa jelas objek bidikannya disamping umat yang mengakui Islam sebagai

agamanya, juga untuk keseluruhan umat manusia. Sebagaimana Allah Swt

telah menciptakan manusia dalam bentuk fisik yang bagus dan seimbang.

Firman Allah Swt:

������ ����� ���������� ����

�������� � !"#��$ �"

Artinya: Sesungguhnya telah kami ciptakan manusia itu dalam bentuk yang

sebaik- baiknya (aAt-Tiin:4). 1

Manusia sempurna dalam penciptaannya karena manusia dilengkapi

tiga potensi kekuatan yang membedakannya dengan makhluk lain ciptaan

Allah Swt, yaitu 1).Akal dan perasaan, 2). Ilmu pengetahuan, 3).

Kebudayaan.2

Bukan tanpa alasan menempatkan posisi akal dan perasaan pada urutan

pertama. Akal dan perasaan adalah adalah dua dimensi utama untuk mencapai

ilmu pengetahuan. Akal yang bergerak dalam wilayah rasional lebih

cenderung pada penelitian fisika empirik, Sedangkan perasaan akan

1 Departemen Agama RI, Al-Qur'an-Qur”an dan terjemahnya (Bandung : CV Penerbit

Diponegoro, 2003), Hlm. 478 2 Zakiyah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta :Bumi Aksara, 2006), Hlm. 4

1

Page 14: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

2

mengungkap pengetahuan diluar jangkauan empirik dengan menggunakan

intuisi yang tujuannya tercapai ilmu pengetahuan yang untuk selanjutnya

diterapkan pada ranah kebudayaan dan peradaban. Maka tidak heran apabila

suatu bangsa memiliki tradisi intelektual tinggi, maka akan diiringi pula oleh

kemajuan budaya dan peradabannya.

Manusia yang dibekali akal akan selalu haus untuk melakukan

pengamatan sehingga hasil yang didapat diolah dan dikembangkan menjadi

kerangka sebuah ilmu pengetahuan. Ini terkait dengan kewajibannya untuk

selalu memenuhi kebutuhan dasar hidup.

Akal yang menjadi sebuah inspirasi untuk melakukan pengamatan

merupakan sebuah sumber ilmu. Kemuliaan akal ditunjukkan oleh sabda rasul

Saw, “Yang pertama kali diciptakan adalah akal” kemudian Allah berkata

kepadanya, “Datanglah kemari”.Maka akal itupun datang. Kemudian Allah

Swt berkata kepadanya, “pergilah”. Maka akal itupun pergi. Allah Swt

berkata, “Demi kemuliaan dan keagunganku, tidaklah aku ciptakan makhluk

yang lebih mulia bagi-Ku daripada kamu. Dengan engkau aku memberi.

Dengan engkau aku memberi pahala dan dengan engkau aku menghukum”,

Nabi Saw bersabda, “Aku bertanya kepada jibril apakah kepemimpinan

itu?”Jibril menjawab, “Akal.”. Hakikat akal adalah naluri yang digunakan

untuk memahami pengetahuan-pengetahuan teoritis.3

Dari pertama dimulainya peradaban, manusia sudah memikirkan

tentang alam, kejadiannya, asal-muasal sampai kepada bagaimana

3 Zaid Husein Al hamid, Mukhtashar Ihya Ulumuddin (Jakarta: Pustaka Amani, Oktober

1995), hlm.14

Page 15: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

3

memanfaatkan dan mendayagunakan alam untuk dieksplorasi demi

kepentingan umat manusia. Dengan demikian banyak hasil yang telah dicapai

untuk kemajuan ilmu pengetahuan agar manusia dapat hidup.

Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin sangat antusias dalam

membicarakan tentang pentingnya ilmu pengetahuan bahkan ayat pertama

yang diturunkan dalam Alqur’an menerangkan tentang pentingnya membaca.

Firman Allah Swt:

&�'(�� * +,���- .�-�/

0123�� '4� �5" '4�

���������� ��16 74�'8 �9"

&�'(�� .:-�/�� 8;'(<= ��

�>" 0123�� � ?�'@

* �������- �" � ?�'@

���������� �'6 + �� B�CD'! ��"

Artinya:”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-Mu yang menciptakan.

Dialah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhan-Mu lah yang maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al-‘Alaq:1-5)4

Bahwa perintah Allah Swt yang pertama kali diturunkan tidak untuk

menyembahnya dengan beribadah menurut aturan formal syari’at, melainkan

Allah Swt ingin mengenalkan diri-nya terlebih dahulu dengan cara manusia itu

membaca dan belajar dengan segala kemampuan yang dimandatkan agar bisa

menjalankan tugas sebagai khalifah. Dengan demikian Allah Swt

berkepentingan untuk menerangkan betapa pentingnya ilmu pengetahuan

untuk dipelajari dengan melalui perantaraan kalam yaitu membaca.

4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung CV Penerbit

Diponegoro, 2003), hlm.479

Page 16: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

4

Disini pendidikan mendapatkan tempatnya, bisa dikatakan bahwa

pendidikan merupakan penolong bagi manusia untuk menjalani kehidupan ini.

Tanpa pendidikan, manusia tidak akan mampu membuat terobosan-terobosan

dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya dan ia tidak akan jauh berbeda

dengan pendahulunya pada zaman purba. Sehingga tonggak kesejahteraan

suatu bangsa dipercayakan kepada majunya pendidikan bangsa tersebut.

Islam telah memberikan konsep teologis filosofis yang baik sekali

dalam sistem pendidikan. Secara ideal, Pendidikan Islam berusaha

mengantarkan manusia mencapai keseimbangan pribadi secara menyeluruh.

Hal ini dapat dilakukan melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran,

kecerdasan, perasaan, ataupun pancaindera. Oleh karena itu, Pendidikan Islam

berupaya mengembangkan semua aspek dalam kehidupan manusia yang

meliputi spiritual, intelektual, imajinasi, keilmiahan, dan lain-lain, baik secara

individu ataupun berkelompok serta senantiasa memberikan dorongan bagi

kedinamisan aspek-aspek diatas menuju kebaikan dan pencapaian

kesempurnaan hidup baik dalam hubungannya dengan Al-khalik, dengan

sesama manusia dan dengan alam.5

Terlihat begitu menyeluruhnya konsep pendidikan yang dibangun oleh

Islam, manusia dituntun untuk mengerahkan berbagai potensi yang

dimilikinya yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt sebagai makhluk yang

sempurna ciptaannya. Potensi-potensi tersebut harus bisa melangkah kedunia

nyata dengan konsepnya yang riil berupa intelektual pemikiran, ilmu

5 ed. Muslih Usa, Pendidikan Islam di Indonesia , Antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta:

PT.Tiara wacana Yogya, Juli 1991), hlm.8

Page 17: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

5

pengetahuan teknologi dan kesemuanya diorientasikan kepada dimensi

spiritual transendental.

Dengan format seperti ini, maka Pendidikan Islam telah merangkul

semua prinsip tujuan dan jika dibandingkan dengan pendidikan pada

umumnya, maka tugas-tugas Pendidikan Islam amatlah berat. Rumusan ini

merupakan acuan umum bagi Pendidikan Islam, karena akhir dari tujuan

adalah pencapaian kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal ini akan berarti pula,

bahwa Pendidikan Islam mengandung konsep agama (dien), konsep manusia

(insan), konsep ilmu (ilmu dan ma’rifah), konsep kebijakan (hikmah), konsep

keadilan (‘adl), konsep amal (’amal sebagai adab) dan konsep perguruan

tinggi (kulliyatul jami’ah). Dengan perpaduan konsep-konsep inilah manusia

mampu meraih kebahagian dunia dan akhirat.6

Sampai potensi terkecilpun dibina oleh Pendidikan Islam dan

dikembangkan dalam tatanan terpadu untuk kemajuan umat manusia dalam

keseimbangannya antara dimensi duniawi dan ukhrawi.

Dalam pada itu hakikatnya Pendidikan Islam merupakan solusi pokok

dalam mengantarkan manusia untuk menjadi cerdas, tajam inderanya, jernih

hatinya, serta memiliki keterampilan yang handal dalam mewujudkan

kehidupan yang sejuk dan penuh kesejahteraan lahir dan batin. Dengan

demikian, terdapat dua dimensi yang ingin dicapai oleh Pendidikan Islam,

yaitu dimensi horizontal dan dimensi vertikal.

6 Ibid, hlm. 9.

Page 18: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

6

Tetapi sampai disini penulis merasa sangsi atas Pendidikan Islam

selama ini. Pendidikan Islam belum menemukan formulasi yang jitu untuk

dapat mengoperasionalkan konsep-konsep yang telah diprogramkan. Penulis

melihat ini masih dalam tataran konsep yang sebagian belum dijalankan.

Disini penulis akan mengambil dua pandangan pikiran yang berbeda

dalam menyoroti epistimologi dan filosofi ilmu pengetahuan yang selanjutnya

akan ada dua konsep Pendidikan Islam yang berbeda pula, terlepas karena

memang berbedanya zaman serta sosio-kultur yang melingkupi keduanya.

Pertama adalah Al-Ghozali (1056-1111 M). Beliau adalah pemikir

ulung Islam yang menyandang gelar “pembela Islam”(hujjatul Islam). Masa

mudanya bertepatan dengan bermunculannya para cendikiawan, baik dari

kalangan bawah, menengah, sampai elit. Kehidupan pada saat itu

menunjukkan kemakmuran tanah airnya, keadilan para pemimpinnya, dan

kebenaran para ulamanya. Dunia tampak tegak disana. Sarana kehidupan

mudah didapatkan, masalah pendidikan sangat diperhatikan. Pendidikan dan

biaya hidup penuntut ilmu ditanggung oleh Pemerintah dan Pemuka

masyarakat.7

Sedangkan tokoh yang kedua yaitu Muhammad Iqbal (w.1938 M).

Muhammad Iqbal adalah seorang tokoh pembaharu pada zamannya.

Pengembaraan intelektualnya diwarnai politik kekuasaan yang tidak menentu

karena adanya politik kolonial penjajah. Setelah belajar keilmuan agama Islam

klasik, beliau Muhammad Iqbal melanjutkan pendidikannya di sekolah-

7 Ibnu Abidin, Pemikiran Al-Ghozali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,

Januari 2009), hlm. 9.

Page 19: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

7

sekolah modern baik ditanah kelahirannya sendiri (India), maupun di luar

negeri (eropa). Selama pengembaraan intelektualnya, Muhammad Iqbal

menyadari akan kesenjangan yang tinggi antara Pendidikan Islam dan

Pendidikan Barat. Ini ditengarai karena umat Islam telah meninggalkan ruh

Islam itu sendiri.

Menurutnya umat Islam harus kembali kepada Alqur’an dan Hadits

bahwa konsep teologis filosofis ilmu harus ditempatkan pada posisinya yang

obyektif, bahwa memandang semua ilmu berasal dari Allah Swt semata. Maka

dalam realitasnya kemudian, semua ilmu harus diintegrasikan, tidak hanya

melebur secara fisik saja, tetapi lebih dari itu rumusan fiosofisnyapun kembali

kepada semula tentang keuniversalan Islam, sehingga tujuan akhir dari

Pendidikan Islam yang menyeluruh, mengakomodir urusan duniawi dan

ukhrawi akan tercapai.8

Dalam pembaharuannya Muhammad Iqbal tidak berpendapat bahwa

baratlah yang harus dijadikan sebagai model. Kapitalisme dan imperialisme

barat tidak dapat diterimanya. Barat menurutnya, amat banyak dipengaruhi

oleh materialisme dan telah meninggalkan agamanya. Yang harus diambil

adalah ilmu pengetahuannya.9

Bahwa barat memandang ilmu hanya untuk kemaslahatan duniawi saja

dengan melupakan konsekuensi dari sebuah ilmu yaitu pertanggungjawaban

8 ed. Muslih Usa, Pendidikan Islam di Indonesia, antara cita dan fakta (Yogyakarta:PT

Tiara Wacana Yogya, Juli 1991), hlm. 9. 9 Prof. Dr. Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam : sejarah pemikiran dan gerakan

(Jakarta : Bulan Bintang, 1996), hlm. 193.

Page 20: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

8

manusia yang berakal kepada Tuhannya, yang endingnya ilmu pengetahuan

mempunyai misi transendental.

Disini penulis akan melakukan pembandingan dua tokoh dalam

pemikirannya tentang pengklasifikasian ilmu pengetahuan terhadap

relevansinya dalam dunia Pendidikan Islam. Oleh karenanya penulis akan

memformulasikan menjadi sebuah judul “Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Dalam

Pendidikan Islam (Konsep Perbandingan Menurut Al-Ghozali dan

Muhammad Iqbal). Sebagai syarat Penulis untuk mendapatkan gelar dalam

Ilmu Pendidikan.

B. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan pemahaman dalam judul tentang

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Dalam Pendidikan Islam (Konsep

Perbandingan Menurut Al-ghozali Dan Muhammad Iqbal), maka penulis

membuat definisi judul.

1. Klasifikasi

Diartikan pengelompokan; pembagian dalam jenis-jenis.10

2. Ilmu pengetahuan

Adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara

bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk

menerangkan gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.11

10 Pius A Partanto dan M.Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiyah Populer, (Surabaya :Arkola,

1994), hlm. 340. 11 Depdinas, Kamus Besar Bahasa Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, … hlm. 864. 11 Pius A Partanto dan M.Dahlan Al Barry, Kamus Indonesia Edisi Ketiga,.., hlm. 423.

Page 21: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

9

Jadi yang dimaksud Klasifikasi Ilmu Pengetahuan adalah

pengelompokan,atau penjenisan ilmu pengetahuan dengan memberikan

penilaian yang beragam terhadap bidang ilmu pengetahuan menurut

bagian-bagiannya.

3. Pendidikan

Diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan.12

2. Islam

Adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw yang

berpedoman pada kitab suci Alqur’an yang diturunkan melalui wahyu

Allah Swt.13

Jadi Pendidikan Islam adalah proses, cara, usaha pengubahan sikap

dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam rangka membentuk

kepribadian muslim. Cirinya adalah perubahan sikap dan tingkah laku

sesuai dengan petunjuk ajaran Islam.14

Jadi yang dimaksud dengan judul skripsi Klasifikasi Ilmu

Pengetahuan Dalam Pendidikan Islam (Konsep Perbandingan Menurut

Al-Ghozali Dan Muhammad Iqbal) adalah perbandingan pemikiran Al-

Ghozali dan Muhammad Iqbal dalam konsep teologis filosofis tentang

12 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka,

2007), hlm. 263. 13 Ibid, hlm. 444. 14 Zakiyah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi aksara, 2006), hlm.28.

Page 22: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

10

klasifikasi ilmu pengetahuan relevansi pemikiran keduanya dengan

Pendidikan Islam universal yang mencerdaskan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis mengambil

permasalahan yang menjadi pokok pembahasan, adapun rumusan masalahnya

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep Ilmu Pengetahuan menurut Al-Ghozali dan

Muhammad Iqbal?

2. Apa perbedaan konsep Ilmu Pengetahuan menurut Al-Ghozali dan

Muhammad Iqbal?

3. Bagaimana pengaruh klasifikasi Ilmu Pengetahuan menurut Al-Ghozali

dan Muhammad Iqbal dalam Pendidikan Islam.

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian.

a. Untuk mengetahui konsep Ilmu Pengetahuan menurut Al-Ghozali dan

Muhammad Iqbal.

b. Untuk mengetahui perbedaan konsep Ilmu Pengetahuan menurut Al-

Ghozali dan Muhammad Iqbal

c. Untuk mengetahui pengaruh klasifikasi Ilmu Pengetahuan Al-Ghozali

dan Muhammad Iqbal dalam Pendidikan Islam.

Page 23: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

11

2. Manfaat penelitian

a. Menjadi dasar pijakan untuk memformulasikan konsep Pendidikan

Islam yang universal.

b. Untuk memperbaiki konsep Pendidikan Islam yang telah kehilangan

kesimbangan pada dimensi duniawi dan ukhrawi.

c. Sebagai sumbangsih pemikiran dalam dunia Pendidikan Islam.

E. Telaah Pustaka

Al-Ghozali dan Muhammad Iqbal adalah dua tokoh yang berbeda

zaman dan sosio-kultur serta politik yang melatarbelakangi keduanya

menjadikan perbedaan masing-masing dalam merumuskan konsep

Pendidikan.

Dalam kajian ini Penulis menggunakan referensi karya Al-Ghozali dan

Muhammad Iqbal. Didalam karyanya Al-Ihya ’Ulumiddin, Al-Ghozali

menempatkan Ilmu serta ahli ilmu pada hierarki yang paling tinggi.

Menurutnya Ilmu bisa mengantarkan manusia pada derajat spritual

transendental, pembuka bagi hijab atas manusia dengan Tuhan-Nya yang

terbentuk dari proses akal. Ilmu yang merupakan konsekuensi akal

menurutnya perlu dikelompokkan. Ada ilmu utama, ilmu tidak utama, bahkan

ada ilmu tercela. Sebabnya bukan karena tercelanya ilmu itu sendiri, tetapi

tercelanya terhadap hak manusia yaitu ilmu itu membawa kepada kemelaratan,

baik bagi ahlinya maupun kepada orang lain,seperti tercelanya ilmu sihir dan

mantera-mantera.

Page 24: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

12

Adapun tentang filsafat, ilmu alam menurutnya pantas dimasukkan

dalam kelompok Ilmu tercela. Sebab sebagian daripadanya menyalahi syari’at

dan agama yang benar. Bahkan dalam karyanya yang lain yaitu Tahafut

Falasifah, Al-Ghozali menentang keras apa yang didengungkan oleh para

filsuf yang coba dilesakkan kepada umat.

Dalam menelaah pikiran Muhammad Muhammad Iqbal yang terdapat

dalam karyanya berjudul Rekonstruksi Pemikiran Agama Dalam Islam,

Penulis melihat Muhammad Iqbal mencari celah solusi atas berseberangannya

filsafat dan agama. Menurutnya filsafat mempunyai kekuasaan menilai agama.

Tetapi apa yang dinilainya itu sudah sedemikian rupa, sehingga ia tak akan

begitu saja takluk pada kekuasaan itu, kecuali atas syarat-ayaratnya sendiri.

Sementara itu agama itu berada dalam penilaian, filsafat tidak dapat

menempatkan agama lebih rendah daripada perangkat material perbandingan.

Beliau menyitir pendapat Prof. Whitehead bahwa ”usia iman itu setua usia

rasionalisme”. Tetapi katanya lagi, untuk memasukkan iman kedalam rasio

tidaklah berarti mengakui keunggulan filsafat atas agama.

Di sinilah Muhammad Iqbal dengan cerdas memberikan solusi bahwa

tidak ada pertentangan antara filsafat dengan agama. Demikian juga

sebaliknya, agama akan mudah diterima dan tuntutan rasionalisasi sintesa

dalam Pendidikan Islam akan menunjukkan watak keuniversalan Islam itu

sendiri.

Lebih spesifik lagi dalam buku Ilmu Pendidikan Islam karya Prof. H.

M. Arifin M.Ed bahwa pendidikan Islam harus memiliki pendekatan filosofis

Page 25: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

13

yang mengandung konsep dalam rangka menyelesaikan permasalahan

hidupnya. Penting untuk dicatat dalam penyelesaian permasalahan hidup,

Pendidikan Islam seharusnya membekali out put dari lembaga Pendidikan

Islam itu dengan kemampuan skill sesuai kapasitas yang dimiliki untuk

diorientasikan pada tujuan duniawi dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai

yang dikembangkan oleh watak universal Islam.

Referensi lain yaitu skripsi M. Sulaiman dari perguruan tinggi Institut

Agama Islam Imam Ghozali yang dimunaqosahkan pada tahun 2004 dengan

judul Epistimologi Ilmu Dalam Perspektif Al-Ghozali yang terfokus dalam

cabang ilmu yang membahas tentang pendidikan, masalah epistimologi ilmu

yang didalamnya melibatkan unsur panca indera, akal dan kalbu. Menurutnya

unsur tersebut berpotensi untuk dapat menerima, merespon dan merefleksikan

problematika yang berlaku dan berkembang dalam proses interaksi ilmu

pengetahuan. Didalamnya berbeda dengan skripsi penulis karena tidak ada

perbandingan dengan tokoh lain. Dan penting menurut Penulis menggunakan

referensi skripsi ini karena berkaitan dengan wacana epistimologi Ilmu

menurut Al-Ghozali.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Agar pemahaman skripsi ini lebih spesifik terarah dan mudah

dipahami, maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan yang mengantarkan pembahasan sampai selesai,

adapun isi dari bab pertama adalah: Latar Belakang Masalah,

Page 26: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

14

Definisi Operasional, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Telaah Pustaka, sistematika Penulisan Skripsi.

BAB II: Merupakan gambaran umum tentang pendidikan Islam dan

realitasnya yang meliputi: Pengertian Pendidikan Islam, Konsep

filosofi Pendidikan Islam, Realitas dan Masalah Paradigma

Pendidikan Islam, Cita-cita dan Tujuan Pendidikan Islam.

BAB III: Metode penelitian yang meliputi: jenis dan pendekatan

penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, dan metode

analisis data

BAB IV: Pembahasan tentang Al-Ghozali, Muhammad Muhammad Iqbal

dan Konsep pemikirannya dalam Pendidikan Islam yang

meliputi: Biografi Al-Ghozali, Sejarah Pemikiran Al-Ghozali,

Konsep Al-Ghozali tentang ilmu. Biografi Muhammad

Muhammad Iqbal, Kondisi sosial sejarah Pemikiran Muhammad

Muhammad Iqbal, Pandangan Muhammad Muhammad Iqbal

Tentang filosofi Pendidikan Islam.

BAB IV: Merupakan pokok pembahasan tentang tema skripsi Pandangan

Al-Ghozali dan Muhammad Muhammad Iqbal tentang

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan yang meliputi: Analisis Konsep

tentang Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Al-Ghozali dan

Muhammad Muhammad Iqbal, Analisis tentang Perbedaan

konsep Ilmu Pengetahuan Al-Ghozali dan Muhammad Iqbal,

Page 27: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

15

Pengaruh konsep Ilmu Pengetahuan Al-Ghozali dan Muhammad

Muhammad Iqbal terhadap Pendidikan Islam serta Implikasinya

BAB V: Merupakan penutup yang meliputi: Kesimpulan, Saran-saran,

dan Kata penutup.

Page 28: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Islam

1. Secara Bahasa

Pendidikan Islam jika dilihat dari segi bahasa, maka harus dilihat

dari bahasa Arab karena ajaran Islam diturunkan dari bahasa tersebut. Kata

pendidikan yang umum kita gunakan sekarang dalam bahasa arabnya

adalah tarbiyah dengan kata kerjanya rabbah, kata pengajaran dalam

bahasa arabnya adalah ta’lim, dengan kata kerjanya allama. Sedangkan

pendidikan Islam dalam bahasa arabnya adalah tarbiyah Islamiyah.1

Kata kerja rabba (mendidik sudah digunakan sejak zaman nabi

Muhammad Saw seperti dalam al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 24 yang

berbunyi:

���� ��� �☺��������

�☺� ��������� ����� !"

#$&

Artinya: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana

mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".2

Kata lain yang mengandung makna pendidikan adalah ta’dib, yang

berasal dari kata kerja addaba.

Menurut Attiyah Al-Abrasi, al-tarbiyah adalah upaya

mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih sempurna,

1 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 25. 2 Depag RI Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Bandung; CV Penerbit Dipenogor, 2003),

hlm. 227

16

Page 29: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

17

kebahagiaan hidup, cinta tanah air, kekuatan raga, kesempurnaan etika,

sistematika dalam berfikir, tajam berperasaan giat dalam berkreasi,

toleransi kepada orang lain, berkompetensi dalam mengungkapkan bahasa

tulis dan lisan, serta terampil berkreatifitas, Al-Qasimi menyatakan bahwa

makna al-tarbiyah adalah penyampaian sesuatu sampai pada batas

kesempurnaan yang dilakukan secara bertahap.3

Melihat pengertian al tarbiyah ini menunjukan konsep menyeluruh

dalam segala lini kehidupan dengan mempersiapkan individu untuk

kehidupan yang lebih sempurna; memberikan keterampilan yang sesuai

dengan kapasitas kemampuan untuk menunjang karir kehidupan tanpa

mengesampingkan etika yang memang menjadi sebuah tujuan pendidikan.

Kompetensi yang terbenam dalam bakat individu, digali dan

dikembangkan menurut etika menjadi sumber kekuatan individu untuk

meniti kehidupan lebih lanjut.

Lebih lanjut rabba yang juga memberikan pengertian Tuhan

terlihat universal karena Tuhan juga bersifat mendidik dalam artian Tuhan

mengenalkan dirinya untuk diketahui umat manusia sebagai pegangan

untuk mengarungi kehidupan yang selaras di dunia dan akherat.

Kata ta’lim dengan kata kerjanya ‘allama juga sudah digunakan

zaman nabi tetapi ta’lim lebih sekedar pemberitahuan, tidak memberikan

pengertian pembinaan kepribadian baik ketrampilan maupun etika moral,.

Ini terlihat firman Allah Swt:

3 Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2009), hlm. 9.

Page 30: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

18

'()*+,�� +-.��/

�/0�123456�� ��)*/� (�7

�(9�':+/ �;<+

>?@AB)C;*☺DE�� +F�@G@H

����/I�J�K�L >/0�☺ M�N��

>/OPQ@)CR ��G �(5�/�

+TU>>VC!" #WX&

Artinya: Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)

seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"4

Bahwa Allah hanya memberikan kepada Adam tentang nama-nama

saja, tidak menjurus kepada substansi fungsi dan manfaat nama-nama

tersebut.

Dalam pandangan Ridha pendidikan Islam adalah al-ta’lim yang

merupakan proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu

tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Sebagaimana Adam

menyaksikan dan menganalisis nama nama sesuatu yang diajarkan Allah

padanya. Lebih luas lagi pengertian al-ta’lim yang diberikan oleh abdul

fatajalal, menurutnya al-ta’lim makna doktrinasi pengetahuan,

pemahaman, pengertian, tanggungjawab,dan penanaman amanah.

Sehingga terjadi tazkiyun nafs (penyucian diri) manusia dari segala

kotoran dan menjadikan diri manusia itu berada dalam kondisi yang

memungkinkan untuk menerima al-hikmah serta mempelajari segala apa

yang bermanfaat baginya dan yang tak diketahuinya.5

4 Depag RI Al-Qur'an dan Terjemahannya,…, hlm. 6. 5 Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, …, hlm. 8.

Page 31: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

19

Istilah lainnya yaitu ta’dib, menurut penjelasan Naquib Al Attas,

ta’dib berasal dari kata kerja adabun yang berarti pengenalan dan

pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur

secara hierarkis sesuai dengan berbagai tingkat dan derajat mereka.

Demikian juga tentang kedudukan seseorang yang tepat dalam

hubunganya dengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan potensi

jasmaniah, intelektual maupun rohaniah seseorang. Dengan demikian al

attas mendefinisikan pendidikan menurut Islam sebagai pengenalan dan

pengetahuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kedalam manusia.

Tentang tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu dalam tatanan

wujud tersebut. Pengertian singkat tersebut menjelaskan bahwa pendidikan

Islam adalah usaha agar manusia mengenali kedudukan dalam kehidupan

ini.6

Dalam komposisi ini sebenarnya apabila digabungkan akan

diperoleh konsep metode pendidikan yang mengantarkan kemajuan

pencapaian addin dan al-‘ilm.

2. Secara Istilah

Dalam pandangan istilah pendidikan Islam dapat diartikan sebagai

usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan

agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh melatih

ketrampilan berbuat, memberi motivasi, dan menciptakan lingkungan

sosial yang mendukung.

6 Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, …, hlm. 7-8.

Page 32: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

20

Pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu telah

mencangkup arti pendidikan dalam pengertian sekarang. Orang Arab

Mekkah yang tadinya menyembah berhala, musyrik, kafir, kasar, dan

sombong maka dengan usaha dan kegiatan nabi mengislamkan mereka lalu

tingkah laku mereka berubah menjadi penyembah Allah Swt. Mukmin

yang sesuai dengan cita-cita ajaran Islam.7

Pendidikan mengarahkan manusia untuk memiliki tabiat yang

selaras dengan prinsip keilahian. Nabi Muhammad Saw berhasil

mengubah watak bangsa Arab karena fungsi pendidikan itu sendiri

memberikan wacana pencerahan untuk bisa diamalkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Bila pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik

yang bisa menghasilkan manusia berbudaya tinggi, maka pendidikan

berarti menumbuhkan personalitas atau kepribadian serta menanamkan

rasa tanggungjawab. Usaha kependidikan bagi manusia menyerupai

makanan yang berfungsi memberikan vitamin bagi pertumbuhan manusia.8

Pendidikan Islam lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap

mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan budi pekerti luhur; tidak

hanya bersifat teoritis dihafal semata tetapi lebih kepada praktik kehidupan

sehari-hari. Pendidikan Islam tidak memisahkan antara iman dan amal,

maka bangsa arab yang tadinya berwatak keras bisa berubah menjadi

7 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam,…, hlm 27. 8 HM. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 7.

Page 33: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

21

lembut karena adanya perpaduan dari pembelajaran Nabi yang bersifat

teoritis dengan perbuatan Nabi yang menjadi suri tauladan.

B. Konsep Filosofi Pendidikan Islam

Ide dasar dari pembentukan pendidikan Islam adalah dalam rangka

menyelesaikan permasalahan hidup manusia. Sebelum membahas konsep

filosofis pendidikan Islam akan dikemukakan terlebih dahulu konsep ilmu

yang mendasari pemikiran konsepsional dari pendidikan Islam.

Ilmu merupakan sebuah materi yang tidak bisa dipisahkan dari

pendidikan Islam . tanpa ilmu pendidikan Islam tidak bisa mewujud menjadi

sebuah tataran konsepsional. Demikian pula ilmu yang dipisahkan dari

pendidikan Islam akan kehilangan substansinya sebagai sebuah materi yang

mengarahkan pendidikan Islam menuju ke universalan.

Menurut pengertiannya dalam Webstar New Word Dictionary, ilmu

berasal dari kata latin scire yang mempunyai arti mengetahui. Secara bahasa,

science berarti keadaan atau fakta mengetahui dan sering diambil dalam arti

pengetahuan (knowledge). Pada akhirnya, kata ini mengalami perkembangan

dan perubahan pemaknaan sehingga mempunyai pengertian “pengetahuan

yang sistematis yang didapatkan melalui observasi, kajian, dan percobaan-

percobaan yang dilakukan dari apa yang dikaji”. Dari penelusuran makna

Page 34: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

22

tersebut terjadi pergeseran makna sains dari “pengetahuan” menjadi

pengetahuan yang sistematis berdasarkan observasi indrawi.9

Selanjutnya dalam pemahaman ilmu ini agar memperoleh pengakuan,

maka harus dibuat sistem kerja ilmu yang dapat diukur dengan pola-pola

seperti perumusan masalah, pengamatan dan deskripsi, penjelasan, ramalan,

dan kontrol. Kata kerja tersebut menjadikan suatu pengetahuan dapat terukur

dan teramati dengan baik. Melalui metode keilmuan tersebut, yang dihasilkan

dari penggabungan yang baik antara data-data empiris dan pemikiran yang

rasional, memungkinkan diperoleh teori-teori ilmu pengetahuan yang sangat

bermanfaat bagi umat manusia.10

Ilmu yang sudah tersistematis merupakan suatu rujukan untuk

dieksplorasi secara maksimal dengan memanfaatkan materi yang ada tanpa

adanya tumpang tindih antara satu bidang dengan bidang lainnya. Hal ini

menunjukan bahwa sesuatu harus diklasifikasikan sesuai dengan bidangnya

masing-masing menurut kitab Syarah Hadis Al-Kahfi, yang dikutip oleh M.

Fatih Suryadi Laga dalam bukunya”Konsep Ilmu Dalam Kitab Hadis”, bahwa

ilmu terbagi menjadi tiga:

1. Fiqh Al-Akhbar, yaitu ilmu teoritis didalamnya mencakup pengetahuan

tentang Allah swt dan hakikat-hakikat ciptaannya serta buatannya, dan

pengetahuan tentang nabinya, rasul-rasulnya, serta pengetahuan mengenai

hakikat sesuatu asal mula darinya dan kembali kepadanya.

9 M. Fatih Suryadi Laga, Konsep Ilmu Dalam Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2009),

hlm. 94-95. 10 M. Fatih Suryadi Laga, Konsep Ilmu Dalam Kitab Hadis,…, hlm. 96.

Page 35: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

23

2. Fiqh al-Ashghar, yaitu ilmu syara’ yang didalamnya mencakup

pengetahuan tentang syariat-syariat, sunnah-sunnah dan hukum-hukum;

halal dan haram.

3. Ilmu menyucikan akhlak dan menyempurnakan adab dalam perjalanan

menuju Allah Swt, dan mengetahui manzilah-manzilah serta maqomat dan

memahami segala sesuatu yang akan menjerumuskan dan mengantarkan

kepada kebahagiaan.11

Kompleksitas Islam seharusnya mencakup berbagai ilmu yang

diperlukan sebagai dasar kebutuhan dalam penciptaannya atas situasi yang

selalu berubah. Ilmu dalam pendidikan Islam seharusnya mencakup atas

kepentingan manusia dalam hidupnya. Bahkan pembatasan-pembatasan ini

akan mengkerdilkan serta mengebiri tantangan lebih lanjut dalam pendidikan.

Al-Qur'an sangat menjunjung ilmu pengetahuan. Dengan total

penyebutan ayat yang menyinggung masalah ilmu atau derivatif dan kata-kata

yang berhubungan dengannya disebut sebanyak 704 kali. Media ilmu

pengetahuan semisal buku (al-Kitab), pena (kalam), tinta (midad) dan

sebagainya disebutkan dalam Al-Qur’an hampir sebanyak term ilmu.

Sementara telah diketahui bahwa dalam rangka pencapaian ilmu pengetahuan,

media buku dan pena sangat esensial dan wahyu yang mula-mula diturunkan

berisi titah ilahi untuk membaca. Terbukti terma iqra (bacalah!), atau perintah

membaca sebagai wahyu pertama kepada rasulullah Saw.12

11 M. Fatih Suryadi Laga, Konsep Ilmu Dalam Kitab Hadis,…, hlm. 114. 12 Ibid, hlm. 102.

Page 36: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

24

Bahkan Al-Qur’an mendorong manusia untuk menggali atau untuk

menguasai ilmu-ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang seperti dalam surat

Ar-Rahman ayat 19, yang berbunyi:

Y+�+Z #[�\+� @+]DE��

&�����G+^H*+\ #X_&

Artinya: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya Kemudian

bertemu,”13

Hal ini berhubungan dengan ilmu kelautan dan maritim. Lautan yang

memang lebih luas dari daratan memberikan upaya tersendiri dari manusia

untuk menaklukannya dengan berbagai penguasaan ilmu kelautan seperti

navigasi, berenang dan sebagainya. Selain itu masih dalam surat yang sama

dalam ayat 33 menegaskan tentang pengetahuan yang berbunyi:

��!`��☺C+\ #R[a�Db��

Kde���� &��G �(5��@f+^ M��

��L g��/�Q2�@< 3[>Z �@fD�L

>(h��C☺iiE�� #j�56����

g��/�Q2K��@H k lP mn�/�Q2�@<

oP�G E[C@fH*pi�q #WW&

Artinya “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”14

13 Depag RI Al-Qur'an dan Terjemahannya,…, hlm. 425. 14 Ibid, hlm. 425.

Page 37: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

25

Kekuatan yang dimasud adalah sains dan teknologi. Umat manusia

harus mengusai atau menembus antariksa untuk dieksplorasi manfaatnya, tapi

kesemuanya harus dengan kekuatan yaitu telnologi.

Konsep ilmu dalam Islam yang tertuang dalam Al-Qur'an merupakan

gagasan yang paling canggih dan komprehensip. Tingkat kepentingan ilmu

hanya berada di bawah konsep tauhid, yang menjadi tema sentral Al-Qur'an.

Pandangan Islam berbeda dengan ideologi lainnya tentang ilmu. Selain itu,

tidak ada pandangan dunia lain yang menjadikan pencarian ilmu sebagai

kewajiban individual dan sosial yang mempunyai dimensi moral dan religius

sebagai suatu ibadah. Oleh karena itu, dalam Islam cakupan ilmu tidak hanya

sekumpulan pengetahuan secara material an sich. Ilmu identik dengan ibadah

hikmah, khilafah dan akherat.15

Kalau kembali merunut ke belakang pada zaman filsafat Helenisme

sebenarnya ada dua teori yang memberikan pandangan berbeda tentang obyek

ilmu.

Teori yang pertama yaitu realisme. Menurut teori ini sesuatu

pengetahuan adalah yang tampak ilmu merupakan gambaran yang benar dari

alam nyata. Jadi gambaran pengetahuan yang ada dalam pikiran merupakan

salinan asli dari realitas yang ada di luar alam pikiran. Sesuatu dianggap benar

apabila sesuai dengan kenyataan.

Selanjutnya ukuran kebenaran suatu gagasan mengenai barang yaitu

menentukan apakah gagasan itu benar-benar memberikan pengetahuan kepada

15 M. Fatih Suryadi Laga, Konsep Ilmu Dalam Kitab Hadis,…, hlm. 183.

Page 38: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

26

kita mengenai barang sesuatu sendiri ataukah tidak.16 Jadi sesuatu di luar sikap

empirisme akan di tolak karena tidak sesuai dengan realitas yang

menghubungkan pengetahuan.

Teori yang ke dua yaitu idealisme. Teori ini berseberangan dengan

realisme, karena teori idealisme mengakui pengetahuan di balik realitas.

Pengetahuan bagi penganut idealisme bukan hanya merupakan gambaran

subyektif, bukan gambaran obyektif tentang kenyataan. Dengan demikian,

pengetahuan menurut teori idealistik tidak memberikan gambaran yang tepat

tentang kenyataan di luar alam pikiran manusia.17 Istilah-istilah terpokok yang

dipergunakan oleh penganut idialisme meliputi roh, akal, nilai dan

kepribadian.18 Idealisme sejalan dengan Islam yang memikirkan tentang nilai-

nilai. Bagaimanapun suatu ilmu pengetahuan harus ada penyeimbang yang

bersifat rohani.

Lain dengan realisme, sesuatu yang tidak sesuai dengan objek kajian

empiris maka dianggap bukanlah suatu pengetahuan. Sehingga yang nyata

hanyalah empirisme atau yang hanya dipikirkan oleh akal.

Apabila pandangan tersebut diarahkan dalam pendidikan Islam, maka

terjadi kesalahan besar. Islam tidak pernah membedakan ilmu dan agama.

Sebagaimana yang telah disebutkan tentang konsep ilmu dalam alquran bahwa

hukum Allah swt meliputi alam shahadah (empirical world) dan alam gaib

(non-empirical world). Islam tidak pernah menolak kajian empirisme. Tetapi

16 Lowis D. Katsoff, Pengantar filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1996), hlm.

111. 17 Mujia Raharjo, Qoa Vadis Pendidikan Islam, Pembacaan Realitas Pendidikan Islam,

Sosial, dan Keagamaan, (Malang: Cendekia Para Mulya, 2006), hlm. 202. 18 Depag RI Al-Qur'an dan Terjemahannya,…, hlm. 323.

Page 39: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

27

Islam memandang bahwa kajian empirisme bukan satu-satunya kajian objek

ilmu, tetapi ada yang lain lagi yaitu alam gaib yang memang tidak bisa diteliti

dan dieksplorasi secara empirik.

Walaupun begitu, bukan berarti Islam menghalalkan animisme dan

naturalisme. Animisme mengembangkan metafisik bahwa alam dan semesta

ini dikendalikan oleh wujud-wujud yang bersifat gaib dan magis. Demikian

pula naturalisme memandang alam semesta berjalan sesuai dengan adanya

tanpa ada campur tangan wujud lain, jadi semata-mata realitas alam.

Jadi pada intinya Islam menolak realisme dan empirisme juga menolak

aliran animisme, naturalisme dan materialisme. Sebagaimana ditegaskan

dalam surat ar-Ruum ayat 7.

+���☺;*3�+\ �s���C@� '[>tZ

1k��.?+Db�� ����KVE��

�(�R�� #[+ 1+�a'5�� ��u

+���*>2Cv #w&

Artinya: “Mereka Hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia;

sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.19

Islam berada pada wilayah tengah-tengah, antara empirisme yang

mengesampingkan nilai-nilai dengan animisme yang jelas tidak masuk akal.

Maka pendekatan filosofisnya Islam memberikan objek kajian ilmu seluas-

luasnya tanpa adanya pemisahan antara iman dan ilmu. Tidak dikatakan

beriman atau meyakini apabila tidak dilakukan dengan kajian empiris, juga

19 Depag RI Al-Qur'an dan Terjemahannya,…, hlm. 323.

Page 40: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

28

akan timpang bahkan cenderung tersesat kajian objek ilmu rasional tanpa

adanya suatu nilai transendental yang melingkupinya.

Pendidikan Islam telah nyata memberikan makanan baik fisik maupun

ruhani yang bersifat dinamis.

Pengetahuan Islam dituntun sepenuhnya oleh alquran, alhadits dan

sejarah islam, khususnya sejarah rasulullah saw karena hanya dengan tiga hal

itu seseorang akan dapat merumuskan pengetahuannya dengan cara yang

benar dan tepat. Semua aspek kehidupan dalam batasan itu, secara

keseluruhan (sistematik, organik, dan fungsional) sudah terkandung dalam tiga

sumber paradigma tersebut.20

Pendidikan Islam secara teoritis memberikan konsep filosofis yang

seimbang yaitu, manusia selaku hamba tuhan telah diberi kemampuan dasar

atau fitrah yang bersifat dinamis dan berkecenderungan bersosial-religius

dalam struktur psiko-fisik (jasmaniah-ruhaniah) patuh dan menyerahkan diri

kepada maha penciptanya secara total pada tingkat perkembangan yang

optimal.21

Oleh karena itu pendidikan Islam berupaya mengembangkan semua

aspek dalam kehidupan manusia yang meliputi spiritual, intelektual, imajinasi,

keilmiyahan dan lain-lain. Serta memberikan dorongan yang bersifat dinamis

untuk menuju kebaikan dan pencapaian kesempurnaan hidupdalam

hubungannya dengan pencipta,sesama maupun dengan alam semesta.

20 Muslih Usa, Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 62. 21 HM. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam ,…, hlm. 89.

Page 41: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

29

Pendidikan Islam memberikan watak universalnya untuk

keseimbangan kehidupan dunia dengan berbagai problemnya, setiap masa

memerlukan solusi yang berbeda untuk dapat bertahan hidup. Dengan

berbagai modal potensi yang telah dianugerahkan Tuhan untuk mengelola

alam dan seisinya yang ke semua potensi itu diorientasikan kepada nilai-nilai

spiritual transendental.

Jadi jelas perbedaan antara pendidikan Islam dengan pendidikan

lainnya. Pendidikan Barat yang memiliki filosofi aliran realisme justru banyak

kekurangan, karena melihat fenomena hanya pada realitasnya saja dengan

menghubungkan konsep kausalitas. Jadi pengetahuan hanya sebuah materi

mekanik. Sedangkan pendidikan Islam memberikan solusi cerah yang akan

dihadapi oleh umat manusia dengan konsep filosofisnya yang universal tanpa

ada ketimpangan. Potensi-potensi yang ada dimanfaatkan baik fisik maupun

ruhani yang berupa nilai-nilai untuk diorentasikan pada sang pencipta.

C. Realitas Dan Masalah Paradigma Dalam Pendidikan Islam

Pendidikan Islam berupaya memberikan konsep terbaik dalam

mengelola dan mengakomodir arus intelektual dengan memberikan konsep

yang seimbang antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. Ini sebenarnya agar

tercapai ilmu yang bisa memberikan pencerahan atas solusi masalah yang

dihadapi agar manusia tetap jalan koridornya menjalani kehidupan.

Realita memang tidak bisa dipisahkan dari masalah yang membelit

pendidikan Islam itu sendiri. Upaya untuk menghadirkan sistem pendidikan

yang seimbang belum optimal, dalam tataran konsep memang sudah baik

Page 42: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

30

sekali. Konsep pendidikan Islam yang mengandung konsep agama, konsep

manusia, konsep ilmu, konsep kebijakan, konsep keadilan, konsep amal, dan

konsep perguruan tinggi. Dengan perpaduan konsep-konsep ini sebenarnya

pendidikan Islam menjadi solusi atas ketimpangan output yang dihasilkan oleh

suatu sistem pendidikan.

Realitas pendidikan Islam memang tidak bisa dipisahkan dari sumber

pendidikan Islam itu sendiri, yaitu Al-Qur'an, hadis, dan sejarah rasulullah.

Pemahaman akan masalah dalm pendidikan Islam harus dikembalikan kembali

kepada tiga unsur penting di atas mestinya pendidikan Islam tetap dalam

kerangka memecahkan permasalahan umat dan dakwah Islam.

Tetapi saat ini pendidikan Islam belum menunjukan kiprahnya yang

optimal. Pendidikan Islam mengajarkan hukum normatif akhlak dan moral

dengan mengesampingkan ilmu pengetahuan yang mendasari pemecahan

masalah yang timbul akibat evolusi alam.

Amrullah Ahmad secara terprinci menjelaskan tentang masalah yang

dihadapi pendidikan Islam, yaitu:

Pertama, kegagalan dalam merumuskan tauhid dan bertauhid. Kedua,

kegagalan butir pertama di atas menyebabkan lahirnya syirik yang berakibat

adanya dikotomi fikrah Islami. Ketiga, dikotomi fikrah Islami menyebabkan

adanya dikotomi kurikulum. Keempat, dikotomi kurikulum menyebabkan

terjadinya dikotomi dalam proses pencapaian tujuan pendidikan. Kelima,

dikotomi pencapaian tujuan pendidikan dalam interaksi sehari-hari di lembaga

pendidikan menyebabkan dikotomi abituren pendidikan dalam bentuk split

Page 43: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

31

personality ganda dalam kemusyrikan, kemunafikan yang melembaga dalam

sistem keyakinan, sistem pemikiran, sikap, cita-cita dan perilaku yang sering

disebut sekularisme. Keenam, suasana dikotomik ini melembaga dalam sistem

pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang ditandai dengan tradisi

“mengulurkan tangan” keluar untuk meminta bantuan dana atau fasilitas

tertentu dan dukungan secara politis dengan alasan obyektif atau subyektif;

bahwa terjadinya krisis dalam penyelenggaraan pendidikan. Ketujuh lembaga

pendidikan akan melahirkan manusia yang berkepribadian ganda, yang justru

melahirkan dan memperkokoh sistem kehidupan umat yang sekularistik,

rasionalistik-empiristik-intuitif dan materialistik. Kedelapan, tata kehidupan

umat yang seperti itu hanya mampu melahirkan peradaban Barat sekuler yang

dipoles dengan nama Islam. Kesembilan, dalam proses regenerasi umat, maka

tampillah dai yang berusaha merealisir Islam dalam bentuknya yang

memisahkan kehidupan sosial – politik – ekonomi - ilmu pengetahuan –

teknologi dengan ajaran Islam agama urusan akherat dan ilmu teknologi untuk

urusan dunia.22

Akar universal Islam telah tercerabut dalam bentuknya yang timpang

dengan memisahkan materi-materi ilmu menjadi ilmu umum dengan

dikomandoi sains dan teknologi dan ilmu agama yang tetap pada tradisinya

mengajarkan ilmu keagamaan klasik seperti fiqh, akhlak, dan sebagainya. Ini

yang harus diselesaikan dalam masalah paradigma pendidikan Islam.

22 Muslih Usa, Pendidikan Islam Di Indonesia, …, hlm. 52-53.

Page 44: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

32

Pendidikan Islam tidak akan bangkit seperti abad pertengahan apabila hal

yang tidak selaras untuk memajukan Islam dilanggengkan.

Bahkan menurut Muhammad Abduh, yang menyebabkan masalah

dalam pendidikan Islam adalah paham jumud. Paham tasawuf yang

mempunyai tempat tersendiri dalam Islam . diselewengkan menjadi paham

fatalisme. Maka menurutnya pendidikan Islam harus bisa menjadi lembaga

solutif dengan memberikan pelajaran ilmu pengetahuan dan sains.23

Maka upaya perbaikan pendidikan Islam dalam rangka menyiapkan

diri ke depan harus meliputi bebrapa hal berikut:

Pertama, agama yang disajikan dalam proses pendidikan haruslah

agama yang lebih menekankan kepada “kesalehan aktual” bukan semata-mata

“kesalehan ritual”. Karena sebagaimana tersebut dalam sabda nabi bahwa

kehidupan harus tercipta secara seimbang. Kedua pendidikan tersebut harus

mampu menyiapkan generasi terdidik yang pluralis yang siap menghadapi dan

mengatasi kemajemukan baik internal maupun eksternal. Konteks ini harus

dilihat sebagai modal pendidikan Islam memberikan wacana yang solutif

untuk menghadapi kemajuan zaman. Ke tiga pengembangan sifat pluraris sifat

tersebut harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari upaya besar

mewujudkan masyarakat madani yang demokratif terbuka dan beradab yang

menghargai pendapat. Keempat masyarakat madani yang diharapkan adalah

masyarakat yang penuh percaya diri, memiki kemandirian dan kreatifitas yang

tinggi dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Ke lima, pendidikan

23 Mujia Raharjo, Qoa Vadis Pendidikan Islam, Pembacaan Realitas Pendidikan Islam,

Sosial, dan Keagamaan,…, hlm. 35-36.

Page 45: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

33

yang dilakukan harus menyiapkan generasi yang siap untuk berpartisipasi

secara aktif dalam interaksi global. Hal ini pendidikan harus menyiapkan pula

ketrampilan dan pengetahuan yang mempunyai relevansi terhadap kebutuhan

saat ini. 24

Hal ini tidak bisa diabaikan karena akan memberi pengaruh positif

terhadap keberlangsungan pendidikan Islam di masa yang akan datang.

D. Cita-Cita dan tujuan Pendidikan Islam

1. Citi-Cita Pendidikan Islam

Pendidikan Islam ingin membentuk dan mempersiapkan manusia-

manusia yang menyadari akan tugas kekhalifahannya, namun juga

menyadari bahwa hakekat tugasnya sebagai pengelola alam juga hakekat

hidup dan pemilikan ilmu pengetahuan hanyalah milik Allah Swt semata.

Jadi dengan ini tidak terbentur semata-mata mengeksplorasi ilmu

pengetahuan untuk kepentingan dunia, melainkan juga tetap hikmat

kepada Tuhan yang telah menciptakan bumi dan se-isinya.

Hal ini akan melahirkan manusia manusia beriman dan ber

pengetahuan yang satu sama lainnya saling menunjang. Melahirkan

manusia beriman dan ber ilmu pengetahuan merupakan salah satu langkah

pokok dalam menjaga keseimbangan dalam pribadi manusia. Hal tersebut

24 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 66-67.

Page 46: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

34

dimungkinkan karena iman senantiasa berorentasi pada ketaqwaan kepada

Allah Swt dan mampu menghindarkan manusia dari kesesatan dalam

mengembangkan ilmu pendidikan Islam, pengetahuan juga berarti iman

sebenarnya adalah pengontrol terhadap nafsu yang menumpangi pikiran

dalam mengolah ilmu pengetahuan yang dimaksudkan untuk kesejahteraan

agar tidak terjebak dalam kesesatan.

Seterusnya beban yang dipikulkan kepada pendidikan Islam

sebenarnya berat dibandingkan dengan sistem pendidikan lainnya. Selain

melahirkan manusia yang beriman, juga harus berpengetahuan dengan

tetap menyesuaikan arah perkembangan kemajuan zaman.

Untuk mencapai misi pendidikan Islam yang sedemikian itu tidak

semudah membalik telapak tangan. Ia jauh lebih sulit dari tugas pewarisan

pengetahuan dan pelatihan ketrampilan, karena setiap upaya pendidikan

moral atau pendidikan nilai senantiasa berurusan dengan usaha

pembentukan kesadaran dan prilaku moral yang di dalamnya melibatkan

proses pembentukan kepercayaan, sikap, nilai, standar moral, dan

komitmen moral.25

Untuk menunjang cita-cita pendidikan Islam harus diperhatikan

pula aspek lain, selain watak universal Islam menjadi sebuah keniscayaan.

Ada juga aspek yang mendukung, yaitu kebebasan akademi. Aspek ini

sangat penting karena memberikan kebebasan dalam berfikir dan

25 Muslih Usa, Pendidikan Islam Di Indonesia, …, hlm. 10.

Page 47: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

35

berimajinasi.26 Penting karena kemajuan Islam pada abad pertengahan

bukan hanya konsep filosofi masyarakatnya yang masih memegang Al-

Qur'an, hadis, dan sejarah sebagai petunjuk pokok, tetapi juga karena

kebebasan berfikir tanpa adanya sekap yang membatasi, media

pengetahuan yaitu Al-Qur'an menjadi sebuah rujukan untuk selalu

menimba ilmunya.

Bahkan Allah Swt menyatakan ilmunya tidak akan pernah habis

dituliskan walau laut menjadi tintanya, inilah pendorong akan kemajuan

apa yang di cita-citakan melalui kebebasan akademik.

Jadi aspek kebebasan akademi melalui kebebasan berfikir dan berimajinasi

merupakan penunjang utama dalam pencapaian cita-cita pendidikan Islam.

Di lain itu pula cita-cita pendidikan sangat berkaitan dengan

tanggungjawab intlektual. Karena pendidikan mempunyai tanggungjawab

terhadap tranformasi pengetahuan dan intlektual mempunyai kelaziman

untuk menjadikan orang terdidik tidak terhenti pada tranformasi

pengetahuan saja, namun pendidikan mempunyai tanggungjawab yang

lebih universal yakni mengantarkan manusia mempunyai kesadaran

moral.27

Apabila kesadaran moral dalam intlektual sudah terbentuk maka

seorang muslim yang menjadi output pendidikan Islam akan memperoleh

pengakuan sebagai umat kaffah (umat yang sempurna).

26 Mujia Raharjo, Qoa Vadis Pendidikan Islam, Pembacaan Realitas Pendidikan Islam,

Sosial, dan Keagamaan,…, hlm. 42. 27 Ahmed Oalwaijri, Islam, Barat dan Kebebasan Akademi, (Yogyakarta: Titian Ilahi

Press), hlm. 43.

Page 48: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

36

2. Tujuan Pendidikan Islam

Apabila akan merunut tujuan pendidikan Islam, maka harus

menyikapi kembali ayat Al-Qur'an yang telah memberikan landasan dan

pandangan bahwa:

x��G myz>{�0�� V|> I0��

}7C;* Mde�� Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah

Islam”.28

Manusia yang bergelar muslim harus menjadi penganut agama

yang baik dengan menjaga kualitas iman, menghayati dan mengamalkan

ajaran agamanya dengan sempurna.

Untuk tujuan itu, manusia harus di didik melalui proses pendidikan

Islam yang berarti pendidikan Islam dapat memberikan kemampuan

seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan

nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.

Dengan kata lain manusia yang mendapatkan pendidikan Islam harus

mampu hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana

diharapkan oleh cita-cita Islam.29 Tujuan pendidikan diselaraskan dengan

ketaqwaan yang menjadi muara dalam proses tranformasi pengetahuan

yang dalam operasionalnya selalu diimbangi dengan dasar moral dan nilai-

nilai yang dianut dari ide dasar Islam. Tujuan pendidikan Islam dalam

operasionalnya menuntut manusia memiliki suatu kemampuan dan

28 Depag RI Al-Qur'an dan Terjemahannya,…, hlm. 40. 29 HM. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam ,…, hlm. 7-8.

Page 49: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

37

keterampilan tertentu dengan menonjolkan sifat penghayatan dan

kepribadian menuju insan kamil yang semakin sempurna.

Page 50: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Metode adalah suatu istilah yang digunakan untuk mengungkapkan

pengertian “cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.”1Atau

suatu cara yang ditempuh oleh seseorang sehingga dapat mencapai tujuan

yang diharapkan. Bila metode yang dipakai tepat maka suatu kegiatan atau

aktivitas apapun akan sesuai dengan rencana. Penelitian ini adalah penelitian

kepustakaan (library research) yaitu dengan cara mengambil atau mencari

buku-buku yang berkaitan langsung dengan pembahasan yang selanjutnya

Penulis mentelaah permasalahan dan tema yang ada kaitan langsung dengan

pembahasan skripsi ini.

B. Sumber Data

Dalam pengambilan data; penulis membaginya menjadi dua data yaitu:

1. Data Primer

Yaitu data pokok yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, dalam

hal ini digunakan pemikiran-pemikiran karya Al-Ghozali dan Muhammad

Iqbal serta karya penulis lain yang menulis tentang Muhammad Iqbal ,

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Al-Ghozali, Ihya Ulumiddin,Terjemah TK.H. Ismail Ya’kub MA. SH,

CV Faizan,Surabaya, 1966.

1 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2000), hlm. 9

37

Page 51: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

38

b. ------------, Tahafut Al-Falasifah, Terjemah Ahmad Maimun, Penerbit

Islamika, Yogyakarta, 2003

c. ------------, Fatihatul Ulum, Terjemah oleh Ma’ruf Asrori, Pustaka

Progresif, Surabaya, 2002.

d. M. Muhammad Iqbal, The Reconstruction Of Thought In Islam dengan

judul Rekonstruksi Pemikiran Agama Dalam Islam (alih bahasa oleh

Ali Audah dkk ), Jalasutra, Yogyakarta, 2008.

e. Abul Hasan Ali Al-Husni An-Nadwi, The Glory Of Iqbal alih bahasa

dengan judul Percikan Kegeniusan Dr. Muhammad Muhammad Iqbal

(penerjemah Suyibno Hz. M),Integrita Press, 1985.

f. K. G Saiyidain, BA, M. Ed, Iqbal’s Educational Philosophy alih

bahasa dengan judul Percikan Filsafat Muhammad Iqbal Mengenai

Pendidikan (Alih Bahasa M. I. Soelaeman, C. V Diponegoro,

Bandung, 1981).

2. Data Sekunder

Yaitu data yang digunakan sebagai data pelengkap dalam penulisan

skripsi ini, yang Penulis jadikan sebagai data sekunder adalah sebagai

berikut:

a. Abd. Aziz, M. Pdi, Filsafat Pendidkan Islam, Sebuah Gagasan

Membangun Pendidikan Islam, Teras, Yogyakarta, Juni 2009.

b. Abu Bakar Abdurrozak, Matahari Didalam Diri, Muhasabah Al-

Ghozali Untuk Para Muridnya, Hikmah, Jakarta, Juli 2003.

Page 52: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

39

c. Ahmed O. Alwajri, Islam, Barat, dan Kebebasan Akademik, Titian

Ilahi, Yogyakarta, 1997.

d. Dr. Ahmad Munir,, Tafsir Tarbawi, Mengungkap Pesan Al-Qur'an

Tentang Pendidikan, Teras, Yogyakarta, 2008.

e. Dr. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Islam, Reemaja

Rosdakarya, Bandung, 2000.

f. Dr. M. Alfatih Suryadilaga M.Ag, Konsep Ilmu Dalam Kitab Hadits,

Studi Atas Kitab Alkafi Karya Kulaini, Teras, Yogyakarta, April, 2009.

g. Dr. Hasyimsyah Nasution M.A, Filsafat Islam, Radar Jaya, Jakarta,

2002.

h. Dr. Zakiyah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara,

Depag, 2006.

i. Drs. Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghozali Tentang Pendidikan,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009

j. ed, Dr. Ahmad Daudy M.A, Segi-Segi Pemikiran Falsafi Dalam Islam,

Bulan Bintang, Jakarta, 1984.

k. ed, Dr. H. Mudji Rahardjo M.Si, Quo Vadis Pendidikan Islam,

Realitas Pembacaan Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan,

Cendikia Paramulya, Malang, Juni 2006.

l. ed, Muslih Usa, Pendidikan Islam di Indonesia Antara Cita Dan

Fakta, Tiara Wacana, Yogyakarta, Juli 1991.

m. Prof. Dr. Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah

Pemikiran Dan Gerakan, Bulan Bintang, Jakarta, 1996.

Page 53: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

40

n. Prof. Dr. Ali Shafique Khan, Fisafat Pendidikan Al-Ghozali

(terjemah), CV. Pustaka Setia, Bandung, 2005.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian mempunyai

tujuan mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti. Tujuan untuk

mengetahui (goal of knowing) haruslah dicapai dengan menggunakan metode

dan cara-cara yang efisien dan akurat. Data tangan pertama biasanya diperoleh

melalui observasi (dalam arti luas) yang bersifat langsung sehingga akurasinya

lebih tinggi akan tetapi seringkali untuk memperolehnya diperlukan sumber

daya yang lebih besar. Sebaliknya data tangan kedua yang biasanya diperoleh

dari otorita atau pihak yang berwenang, mempunyai efisiensi yang tinggi

tetapi kadang-kadang kurang akurat.2

D. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis penulis menggunakan metode Content Analisys

menurut dari data primer dan data sekunder.3

Content Analisys berangkat dari aksioma bahwa studi proses dan

komunikasi yang merupakan dasar bagi ilmu sosial. Pembentukan dan

pengalihan prilaku dan polanya berlangsung melalui komunikasi verbal.

Dalam hal ini komunikasi verbal dapat membantu menyelesaikan

kepentingan-kepentingan yang berbeda yang sukar dipecahkan untuk

2 Syaifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 91-92. 3 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali, 1994), hlm. 85

Page 54: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

41

memahaminya. Content Analisys adalah merupakan analisis ilmiah tentang isi

pesan atau komunikasi.

Secara teknis content analisys mencakup upaya:

a. Klasifikasi tanda tanda yang dipakai dalam komunikasi.

b. Menggunakan kriteria sebagai klasifikasi.

c. Menggunakan teknik analisis sebagai pembuat prediksi.4

Adapun penulis skripsi ini menggunakan empat metode dari Content

Analisys yaitu sebagai berikut.

a. Teks perlu diproses dengan aturan dan prosedur yang telah direncanakan.

b. Teks perlu diproses secara sistematis, mana yang termasuk dalam suatu

kategori, dan mana yang tidak termasuk ditetapkan berdasarkan aturan

yang telah ditetapkan.

c. Proses menganalisis teks tersebut haruslah mengarah kepada pemberian

sumbangan teori, ada relevansi teoritiknya.

d. Proses analisis tersebut berdasarkan pada deskripsi yang dimanifestasikan.

4 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi IV, (Yogyakarta: Rake Sarasin,

2002), hlm.68.

Page 55: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Al Ghozali , Muhammad Iqbal Dan Konsep Pemikiran

1. Al Ghozali

a. Biografi Al-Ghozali

Imam Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin

Muhammad bin Muhammad bin Ahmad, Al-Ghazali, Ath-Thusi An-

Naysaburi, Al-Faqih, Ash-Shufi, Asy-Syafi’i, Al-Asy’ari. Ia adalah

Zaenuddin, Hujjatul Islam.1 Beliau dilahirkan di daerah Thus

termasuk wilayah Khurosan Persia pada awal tahun 450 H. atau 1059

M.

Ayah Al-Ghazali adalah orang yang fakir harta tetapi kaya

spiritual. Ayah Al-Ghazali bekerja keras memproduksi tenun dan

selalu berhidmat kepada tokoh-tokoh agama dan ahli fiqh di berbagai

majlis dan khalwat mereka.2 Al-Ghazali bukan anak tunggal. Beliau

mempunyai seorang saudara laki-laki yaitu Ahmad. Menjelang akhir

hayatnya, ayah Al-Ghazali menitipkan kedua anaknya kepada salah

seorang kawan karibnya dengan satu pesan agar kedua anak tersebut

untuk dididik sampai habis harta peninggalannya. Sesuai dengan

pesan, kawan karib tadi melakukan apa yang diinginkan oleh ayah Al-

1 Al-Ghazali, Mukhtasar Ihya ‘Ulumuddin, Terjemahan oleh Irawan Kurniawan,

(Bandung: Mizan, 2002), hlm. 9. 2 Thaha Abd. Al-Baqi Surur, Al-Ghazali Hujjatul Islam Terjemah oleh LPMI, (Solo:

Pustaka Mantiq, 1988), hlm. 20.

42

Page 56: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

43

Ghazali. Kedua anak tersebut dididik hingga habis harta peninggalan

ayahnya. Setelah itu, mereka disarankan agar tetap mencari ilmu

sebisa mungkin.3

Al-Ghazali sejak kecil dikenal sebagai orang anak pecinta ilmu

pengetahuan dan penggandrung mencari kebenaran yang hakiki,

sekalipun diterpa duka cita, dilanda aneka rupa duka nestapa dan

sengsara.4

Dalam usia muda, beliau berguru kepada Ahmad ibn

Muhammad Al-Radzikani di Thus , kemudian beliau belajar kepada

Abu Nasir Al-Isma’ily di Jurdan. Setelah itu itu beliau kembali ke

Thus.5

I’tiqad yang kuat sebagai pencari kebenaran dan ilmu tersebut

dalam pernyatan Al-Ghazali sendiri dalam bukunya yang berjudul Al-

Munqidh Min Al-Dlalal. Sesungguhnya kehausan untuk menyelami

hakekat segala sesuatu merupakan kebiasaanku sejak dini. Sifat ini

merupakan fitrah yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepadaku,

bukan pilihan atau usahaku sendiri, sehingga aku terbebas dari

belenggu taqlid dan kepercayaan-kepercayaan warisan, sementara

disaat itu usiaku masih belia.6

3 Fathiyah Hasan Sulaiman, Basths Fi-‘L-Mazhab Al-Tarbawi ‘Inda al-Ghazali Terjemah

oleh Ahmad Hakim dan M. Imam Aziz, (Jakarta: P3M, 1990), hlm. 6. 4 Abuddin Nata, H. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Seri Kajian Filsafat

Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), hlm. 82. 5 Fathiyah Hasan Sulaiman, Basths Fi-‘L-Mazhab Al-Tarbawi, Op. Cit. hlm. 7. 6 Al-Ghazali, Al-Munqidh Min Al-Dlalal, Terjemah Oleh Masyhur Abadi, (Surabaya:

Pustaka Progresif, 2001), hlm. 107.

Page 57: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

44

Di tanah kelahirannya, (Thus) Al-Ghazali belajar sejumlah

ilmu pengetahuan. Setelah itu, beliau pergi ke Jurjan, lalu ke

Naysaburi, pada saat Imam Al-Haramayn “Cahaya Agama” Al-

Juwayni menjabat sebagai kepala madrasah Nizamiyyah. Di bawah

asuhan Al-Juwayni, Al-Ghazali belajar ilmu fiqh, ushul, mantiq, dan

kalam. Al-Ghazali memang orang yang cerdas dan sanggup mendapat

segala sesuatu yang tidak sesuai dengan penalaran yang jernih hingga

Imam Al-Juwayni sempat memberi predikat beliau itu sebagai orang

yang memiliki ilmu yang sangat luas bagaikan “laut” dalam nan

menenggelamkan (bahrun maghriq)”.7

Kemashuran nama Al-Ghazali dalam dunia Islam di samping

karena pemikiran-pemikirannya yang bersifat monumental, juga

karena kisah petualangannya yang panjang dalam upaya mengkaji,

menilai, dan merumuskan ilmu pengetahuan dalam beberapa

aspeknya. Kemampuannya untuk merefleksikan ilmu pengetahuan

dengan berbagai aspeknya, menunjukan kelebihan pada diri Al-

Ghazali yang berbeda dengan para ulama dan pemikir yang lain.

Penguasaan dalam berbagai cabang dan aspek ilmu pengetahuan dari

filsafat berikut penyelesaian permasalahan sampai dengan tasawuf

yang begitu mendasar. Tinjauan yang digunakam Al-Ghazali bukan

mutlak hanya pada indera secara belaka namun penekanan rasio serta

pengembalian suatu permasalahan dengan kaca mata akal dan agama.

7 Abuddin Nata, H. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Seri Kajian Filsafat

Pendidika, Op. Cit. hlm. 83

Page 58: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

45

Al-Ghazali keluar dari Naysabur menuju mu’askar. Beliau

menetap di sana sampai diangkat menjadi tenaga pengajar di

Madrasah Nidzamiyyah di Baghdad pada tahun 484 H. di sini Al-

Ghazali mencapai puncak prestisius karir keilmuannya, sehingga

kuliahnya dihadiri oleh tiga ratus ulama terkemuka8 setelah Al-

Juwaini meninggal dunia maka Al-Ghazali diangkat sebagai Rektor

untuk menggantikan Al-Juwaini. Sekalipun Al-Ghazali menduduki

jabatan puncak dalam perguruan tinggi, tetapi sikap jiwa tasawufnya

dan ketinggian ilmunya makin berkembang, bahkan tinggkat

pengetahuannya mencapai tingkat hakekat. 9

Sambil mengajar di Baghdad, beliau menulis banyak buku. Di

antaranra, Al-Basith,Al-Wasith, Al-Wajiz, Al-Khulashah Fi ‘Ilm Al-

Fiqh, Al-Munqidz Fi ‘Ilm Jidal, Ma’akhad Al-Khilaf, Lubab Al-

Nashar, Takhsin Al-Mâkhid dan Al-Mawadi’ Wa-Al-Khilaf. Akan

tetapi kesibukan mengarang buku ini tidak mengurangi perenungan

dan kontemplasi serta pergumulannya membahas sesuatu di balik

hakekat serta keraguannya pada kebenaran tradisi warisan yang tidak

seorangpun berfikir untuk membuktikan kebenaran dan meneliti

sumbernya. Dalam kesempatan ini, beliau juga mempelajari berbagai

pengetahuan, filsafat Yunani kuno, dan berbagai aliran keagamaan

8 Sulaiman Dunya (Pengantar), Tahafut Al-Falasifah, Terjemah Oleh Achmad Maimun,

(Yogyakarta: Islamika, 2003), hlm. Xxix. 9 Muhsin Manaf, Psyconalisa Al-Ghazali Sufisme Holistic, (Surabaya: Al-Ikhlas, 2001),

hlm. 19.

Page 59: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

46

yang muncul pada saat itu dengan tujuan agar dapat membantu

mencapai pengetahuan yang benar.

Dan di antara sekian banyak karya Al-Ghazali, yang paling

besar dan yang terkenal adalah Ihya ‘Ulumuddin, yang artinya adalah

“menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama”. yang memuat berbagai

segi permasalahan kehidupan beragama dan kemasyarakatan. Pada

kitab tersebut orang harus mempelajari dan menilai dengan jeli agar

dapat memahami betul dengan seksama. Karena bagaimanapun juga

menusia mempunyai kecendrungan berpikir yang berlainan, karena

kitab tersebut sampai sekarang masih dijadikan sebagai rujukan dalam

berbagai macam aspek ilmu pengetahuan dari filsafat, fiqh, sampai

dengan tasawuf, terutama dalam kajian-kajian di pondok pesantren.

Al-Ghazali yang menyandang gelar hujjat al-Islam (pembela

Islam) dan zainu al-din (hiasan agama) memiliki popularitas yang

sukar dicari bandingannya. Wawasan ilmu keIslaman yang

dimilikinya meliputi empat aspek ilmu yaitu, teologi, hukum Islam,

filsafat dan tasawuf. Keahliannya dalam bidang keempat bidang ilmu

itu tidak dimiliki sekaligus oleh pemikir Islam lainnya. Oleh karena

itu, Al-Ghazali bukan saja ahli bidang ilmu teologi, hukum Islam,

tasawuf tapi juga memiliki ilmu yang mendalam bidang filsafat.10

Beliau mempelajari filsafat, untuk menyelidiki apakah

pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para filosof-filosof itu

10 Syamsul Rijal, Memahami Filosofi Alam, (Yogyakarta: Arruz Book Gallery, 2003),

hlm, 43.

Page 60: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

47

merupakan suatu kebenaran, namun akhirnya ketidak yakinan Al-

Ghazali menampakan bahwa akal bukanlah satu perangkat mutlak

untuk meyakinkan kebenaran.

Al-Ghazali memegang teguh akal dengan penuh suka dan

mencampakkan perangkat lainnya. Selama akal atau yang disebutnya

“kapasitas kepastian rasional” bisa dipercaya akan mendatangkan

kepercayaan sempurna (al wasuq at tam), ia bisa dijadikan perantara

menuju al’ilm al yaqini yang didambakannya.11

Al-Ghazali dianggap sebagai kritikus pengetahuan, pemikir

yang brilian dan berpandangan jauh. Tujuan hidup menurutnya adalah

kesempurnaan manusia yang puncaknya adalah dekat dengan Allah

SWT serta kebahagian akherat. Karena ia antusias sekali untuk

mengajar orang lain tentang pengetahuan-pengetahuan yang biasa

mengantarkan mereka pada tujuan ini. Harapan yang diajukan adalah

agar dapat memperbaiki individu dan menyebarkan keutamaan

diantara manusia. Karena itu, ia adalah pendidik dan juga reformer

sosial.12

Kepuasan pengembaraan telah selesai dan beliau ingin mencari

ketenangan di lingkungan keluarga. Rupanya ketenangan hidup di

tengah keluarga inilah yang menyertai akhir kehidupannya, maka pada

11 Sulaiman Dunya (Pengantar), Tahafut Al-Falasifah, Terjemah Oleh Acmad Maimu, Op.

Cit. hlm xxxvi-xxxvii. 12 Fathiyah Hasan Sulaiman, Bahts Fi’l-Madzhab Al-Tarbawi, Op. Cit. hlm. 6

Page 61: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

48

tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 505 H atau tahun 1111 M dalam usia

55 tahun beliau diipanggil oleh Allah SWT untuk selamanya.13

b. Sejarah Pemikiran Al-Ghozali

Jika kita menelaah karya-karya alghozali, terutama karya

besarnya ihya ‘ulumiddin dapatlah dia disebut sebagai seorang teolog,

filsuf, guru, sekaligus sufi. Berbagai disiplin ilmu ini dikuasainya

dengan baik.ada dari sekian disiplin ilmu itu niatan awalnya bukan

untuk menguasai ilmu itu lalu akan mendapatkan predikat sebagai

ahlinya, tetapi sengaja agar ia bisa mematahkan argumen lawan yang

menguasai disiplin ilmu tersebut yang telah melenceng dari kaidah

utama. Disiplin ilmu filsafat layak dijadikan sebagai contohnya.

Pertentangan dan kesesatan yag telah marak ditengah-tengah umat

memaksa alghozali untuk menguasai disiplin ilmu tertentu agar ia bias

meluruskan kembali kebenaran yang telah diselewengkan. Maka al

Ghozali terkenal dengan julukannya “Hujjatul Islam”.

Dengan menjadi seorang tokoh intelektual yang besar,

alghozali meninggalkan berbagai kesan dan pengaruh abadinya dalam

otak dan hati jutaan manusia yang berfikir di dunia. Hal tersebut akan

terus menerus seperti itu hingga sampai keabadian. Falsafahnya

tentang ilmu pengetahuan dan belajar merupakan sebagian pandangan

umumnya mengenai dunia dan kebijaksanaan dan kecerdasannya,

telah dituangkan dalam bukunya yag sangat banyak. Untuk

13 Muhsin Manaf, Psyconalisa Al-Ghazali Sufisme Holistic, Op. Cit. hlm. 23.

Page 62: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

49

kepentingan meguraikan falsafah ilmu pengetahuannya, kita perlu

menelusuri latar belakang, budaya, agama dan pendidikan pada masa

hidupnya karena dia merupakan sebagian produk dari masa tersebut.

Hal tersebut bertujuan agar berbagai kecenderungan dan kemungkinan

yang membantu pencatatan atas pandangan dan wawasannya dapat

dipahami secara sempurna.14

Sebenarnya yang terjadi pada masa Al-Ghozali adalah krisis

moral. Secara politis sebelum masa kelahiran Al-Ghozali sampai pada

masa perjuangannya, Bani Umayah dan Bani Abbas, dengan berturut-

turut telah membangun rezim diktator yang sewenang-wenang dengan

keemasan Islam yang sangat tipis. Dimana perang intrik tipu daya,

komplotan rahasia, persaingan pribadi dan perseteruan keluarga

mengikuti masa-masanya hampir tanpa sela. Setelah bani Abbas,

dunia muslim diubah menjadi bagian-bagian kecil dan banyak pihak

penuntut atas mahkota telah menaikkan bagian mereka yang amat

besar.

Rezim diktator yang sangat sewenang-wenang bukannya

menjadikan khalifah kuat, karena akibat krisis moral internal keluarga

khalifah menjadikan kebencian rakyat, sehingga dengan

mudahdihancurkan oeh kekuatan dari luar.

Raja-raja Saljuk memperluas kekaisaran sampai ketitik terjauh

dari benua Asia, Eropa, dan Afrika dan banyak raja besar bersikap

14 Shafique Ali Khan, Filsafat Pendidikan Al-Ghazali, (Bandung: Pustaka Setia, 2005,

hlm. 15

Page 63: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

50

tunduk pada raja muslim. Akan tetapi ironinya ketika orang-orang

Islam berada diarus tertinggi dalam kemegahan materi mereka, Islam

sebuah ideology justru diperas dan menyusut hingga ke batas yang

sangat sempit. Akibatnya pengamalan Islam berkurang hingga

menjadi buku saku (bawaan yang amat kecil), baik para elit maupun

kelompok massa.15

Tidak sedikit kerugian yang dialami oleh Islam akibat

lemahnya pemimpin Islam, timbulnya kerusuhan akibat adanya

persaingan pribadi keluarga istana serta yang paling menyedihkan

adalah penyerangan dari luar yang didalangi oleh Bangsa Mongol

dengan menghancurkan berbagai fasilitas perpustakaan dan membakar

buku-bukunya yang merupakan simbol kejayaan Islam.

Al Ghozali ingin membangun kembali kejayaan Islam dengan

memulai pembangunan dari sisi moral, dimana pemikiran-pemikiran

sempalan yang telah melenceng dikembalikan kembali kepada

jalannya yang benar. Lebih lanjut pendidikan dengan basis alquran

dan sunnah yang telah banyak ditinggalkan umat kini digalakkannya

kembali.

Hal ini karena keseimbangan yang diperlukan antara kekuatan

duniawi dan kekuatan yang bukan duniawilah menghilang. Dua hal

yang telah bertolak belakang, yaitu desakan menuju rasionalisme dan

kebahagiaan tasawuf yang tidak sehat yang mengarah pada amalan

15 Shafique Ali Khan, Filsafat Pendidikan Al-Ghazali,…, hlm. 16.

Page 64: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

51

dan kepercayaan yag tidak berdasar, telah melemahkan energi

kreativitas dari semua orang.

Demikian pula pertentangan pada sisi sosial keagamaan.

Factor ini lebih menyebabkan Al-Ghozali begitu cerdik untuk

menumpas kesesatan-kesesatan yang dilancarkan oleh orang-orang

yang sengaja ingin menghancurkan Islam.

Dengan munculnya mu’tazilah, suatu aliran agama filosofis

yang menegaskan rasionalisme dalam menafsirkan ajaran-ajaran

Islam, masa perbid’ahan dan kebohongan membuka permulaan yang

pasti. Orang-orang yang baru meningkat dalam fisafat dan intelektual

telah mengalihkan perhatian khalayak dari ajaran dan amalan yang

pokok pada ha-hal yang sekunder, bahkan tersier.16

Paham orang-orang rasionalisme yang diimpor dari yunani

sengaja dimasukkan kepada umat untuk memperlemah Islam itu

sendiri. Dialog-dialog mengenai hal-hal yang tidak dianjurkan mereka

adakan. Pembicaraan-pembicaraan mereka malah menjurus kepada

kemusyrikan dan kesesatan tentang abadinya alam, tidak kekalnya

jiwa, debat apakah alquran makhluk apa bukan. Pembicaraan-

pembicaraan ini hanya menghabiskan tenaga tanpa ada sesuatu yang

didapat. Padahal alquran telah menjelaskan semua yang mereka

perdebatkan.

16 Shafique Ali Khan, Filsafat Pendidikan Al-Ghazali,…, hlm 17.

Page 65: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

52

Al-Ghozali tampil ditengah-tengah untuk meluruskan

pemahaman mereka agar sesuai dengan ajaran allah swt dan nabinya.

Sekte batiniah adalah sekte yang paling banyak kebohongannya. Ada

dua hal yang paling penting untuk sengaja dilesakkan kepada umat.

Pertama, mereka (sekte Batiniah) biasa mengkhutbahkan bahwa

alquran dan sunnah mempunyai arti dan aspek yang lahir dan

tersembunyi, kedua corak itu saling bertentangan. Kedua, tentang

imam yang ma’shum (pemimpin rohani umat yang tidak pernah

berdosa) adalah satu-satunya manusia yag benar benar mengerti atas

realitas yang tersembunyi atau bersifat rohani dalam alquran dan

assunnah dan tentu tugas khalayaklah untuk menemukan dan taat

kepadanya.17

Mula-mula Al-Ghozali melakukan penelitian terhadap

literature-literatur yag dijadikan dasar kaum kebatinan. Hasil

penelitiannya disusun kemudian dijadikan bahan untuk menyanggah

keyakinan yang salah, sebagai usaha unuk menyanggah keyakinan

yang salah, sebagai usaha untuk mengembalikan keyakinan umat

kepada ajaran yang hak dan dalam rangka memperoleh ilmu yang hak

juga. Setelah itu beliau menanyakan dimana tempat imam ma’shum

itu dan kapan ia bisa dijumpai. Ternyata tidak ada satupun pengikut

aliran kebatinan yang mampu menunjukkannya. Ketidakmampuan

pengikut aliran kebatinan untuk mengemukakan argumentasi dan

17 Shafique Ali Khan, Filsafat Pendidikan Al-Ghazali,…, hlm 19-20.

Page 66: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

53

menunjukan bukti dimana dan siapa imam yang ma’shum itu, maka

alghozali berkesimpulan bahwa imam ma’shum kaum kebatinan itu

hanyalah tokoh ideal saja, hanya ada dalam anggapan dan tidak ada

dalam kenyataan.18

Mereka spekulasi saja tanpa dalil yang kuat sehingga sangat

mudah paham mereka dipatahkan. Terlihat kesesatan mereka ini hanya

dalam rangka mengaburkan ajaran Islam yang telah jelas.

Ghozali setelah menjadi orang yang fundamental dan salaf

yang terbina dan tercerahkan, tidak yakin atas argumentasi para

penghianat ketika itu. Dia menolak untuk merasakan, melihat,

memikirkan, mendengarkan, berhujjah, bertindak dan berkata diluar

isi pokok Islam. Dia berpendapat bahwa apabila dasar-dasar Islam

tidak dipahami dengan jujur sebagaimana adanya dan tidak bena-

benar diamalkan atas dasar dari alQuran dan assunnah ada

penyimpangan aspek sekunder atau tersier sama saja dengan tidak

melaksanakan Islam.

Kekokohan alghozali ini karena berbagai disiplin ilmu serta

keahlian yang dimilikinya yang saling melengkapi sehingga

prmasalahan apapun akan dikembalikan kepada prinsip Islam sebagai

dasar dari disiplin ilmunya. Tak diragukan bahwa mengikuti satu

golongan tertentu tanpamelakukan penelitian mendalam adalah

tindakan serampangan dan merupakan sikap taklid. Sementara

18 Abidin Ibn Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 20-21

Page 67: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

54

kemantapan hati menuntut kajian lebih jauh mendalam dengan disertai

kritisisme yang tajam dan benar sebab persoalannya menyangkut

kebahagian abadi atau penderitaan tanpa akhir. Inilah yang dilakukan

oleh alghozali, ia menegaskan:

“perbedaan manusia mengenai agama dan aliran juga

keragaman para imam mahzhab adalah samudera yang sangat dalam

yang telah menenggelamkan banyak orang dan hanya sedikit orang

yang bisa selamat”.19

Al Ghozali menekankan pentingnya pengetahuan kebenaran

tanpa ditunggangi taklid buta. Kejelian dan perhitungan yang

mendalam mengambil sikap harus didasari oleh pengetahuan tentang

kebenaran. Sehingga tidak menyesal dikemudian hari, yang

diistilahkannya “penderitaan tanpa akhir” sebab minimnya

pengetahuan kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam mengambil

sikap.

Sebagaimana dijelaskan alghozali dalam bukunya Al-munqidz

min dhalal, ia ingin mencari kebenaran sejati, yaitu kebenaran yang

diyakininya betul-betul merupakan kebenaran, seperti kebenaran

sepuluh lebih dari tiga. Pada mulanya alghozali baranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah hal-hal yang dapat ditangkap panca indera.

Tetapi kemudian ternyata baginya bahwa panca indera juga berdusta.

Seumpama bayangan rumah, kelihatannya tidak bergerak, padahal

19 Sulaiman Dunya, Pengantar , Tahafut Falasifah, …., hlm. xxx.

Page 68: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

55

terbukti kemudian, bayangan itu berpindah tempat . Demikian pula

bintang-bintang di langit, kelihatannya kecil, tetapi perhitungan

menyatakan bahwa bintang-bintang itulebih besar dari bumi.

Karena tidak percaya pada panca indra Al-Ghazali kemudian

meletakkan kepercayaan kepada akal. Pada priode ini Al-Ghazali

berkenalan dengan filsafat. Al-Ghazali kagum karena filfasat baginya

merupakan alat mengasah otak terutama dalam hal ilmu pasti dan ilmu

alam. Tetapi setelah sampai soal-soal ke Tuhanan nyatalah filsafat

hanya terawang akal manusia yang tidak senantiasa dapat dipegang,

sepintas lalu kelihatan Aristoteles telah menemukan Tuhan. Kemudian

diikuti oleh AL-Farabi dan Ibnu Sina setelah dengan pikiran bebas Al-

Ghazali menyelaminya dan dia mendapati bahwa keTuhanan

Aristoteles itu bertentangan dengan agama.20

Suatu waktu bermimpi demikian menurut Al-Ghazali orang

melihat hal-hal yang kebenarannya betul-betul namun setelah bangun

ia sadar bahwa apa yang ia lihat benar itu sebetulnya tidaklah benar.

Alasan lain yang membuat kepercayaan Al-Ghazali goncang, karena

ia melihat aliran-aliran yang menggunakan akal sebagai sumber

pengetahuan ternyata menghasilkan pandangan-pandangan yang

bertentangan, yang sulit diselesaikan dengan akal. Sebenarnya Al-

Ghazali tidak konsekuen dalam melihat bidang apa pengetahuan itu

ditempatkan. Seperti pengetahuan indrawi akan cocok bila wilayah

20 Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya, (Jakarta: Panji Mas, 1994), hlm.

123-124.

Page 69: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

56

kerjanya bersifat empiris dan tidak akan sesuai apabila menempatkan

pengetahuan akal pada misalnya gesekan lempeng bumi akan

menyebabkan gempa bumi. Padahal wilayah bidang ini bersifat fisika

empirik yang seharusnya merupakan proyek pengetahuan indrawi.

Akibatnya Al-Ghazali mengalami puncak kesangsian, karena

ia tidak menemukan sumber pengetahuan yang tidak dipercayai.

Ketika Al-Ghazali mempelajari ilmu kalam ternyata hanya memadai

tujuannya sendiri. Demikian juga saat ia kagum dengan filsafat

ternyata setelah di dalaminya banyak pertentangan yang sulit

diselesaikan dengan akal dan itu juga tidak memenuhi tujuannya

setelah filsafat, Al-Ghazali pun mempelajari ajaran batiniyyah untuk

membuktikan kebenaran yang diyakini oleh para penganutnya,

ternyata ajaran batiniyah pun telah melenceng jauh dari ajaran agama,

bahkan ajaran ini tidak mengakui peranan akal. 21

Tetapi dua bulan kemudian kesangsian Al-Ghazali mulai

menumbuhkan keyakinan karena dengan cara tiba-tiba Tuhan

memberikan nur yang disebut juga oleh Al-Ghazali sebagai kunci

ma’rifat ke dalam hatinya sehingga ia merasa sehat dan dapat

menerima kebenaran pengetahuan a priori yang bersifat aksiomatis.

Dengan demikian bagi Al-Ghazali bahwa al-Dzauq (intuisi) lebih

tinggi dan lebih dipercaya dari pada akal untuk menangkap

pengetahuan yang betul-betul diyakini kebenarannya. Sumber

21 Hasimsyah Nasutiaon, Filsafat Islam, (Jakarta: Radar Jaya, 2002), hlm. 80.

Page 70: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

57

pengetahuan tertinggi tersebut dinamakan dengan an-nubuwat yang

pada nabi-nabi berbentuk wahyu dan pada manusia biasa berbentuk

ilham. Tidak bisa dipungkiri untuk bisa mendapatkan al-Dzauq

(intuisi) ini yang bersifat sakral, manusia harus membersihkan diri

baik jasmani maupun ruhani melalui jalan sufi (tasawuf), maka Al-

Ghazali melabuhkan pilihan terakhirnya pada jalan sufi.

c. Konsep Ilmu Menurut Al-Ghozali

Al-Ghazali dalam kehidupannya sangat inten dengan ilmu

pengetahuan. Selama pengembaraan intlektualnya ia mendalami dan

menguasai begitu banyak disiplin ilmu ia tidak menyediakan diri

untuk berspealisasi dalam bidang disiplin tertentu tetapi dirinya ingin

menjadi pemikir karena terodorng rasa untuk meluruskan keyakinan

umat yang telah melenceng dari ajaran. Oleh sebab itu, harus

menguasai berbagai disiplin ilmu.

Nabi Muhammad Saw telah bersabda “bahwa orang bodoh

adalah musuhnya sedangkan orang terpelajar adalah sahabatnya.

Beliau Saw bersabda bahwa kebodohan dan buta huruf adalah jauh

lebih jelek dari pada kematian dan ilmu pengetahuan, serta sifat

terpelajar adalah lebih baik daripada hidup.22

Beberapa hadis Nabi telah dikutip oleh Al-Ghazali seperti

sebagai berikut:

22 Shafique Ali Khan, filsafat Pendidikan Al-Ghazali, …., hlm. 46.

Page 71: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

58

“Manusia yang terbaik adalah mukmin yang berilmu, jika diperlukan ia berguna. Dan jika tidak diperlukan maka ia dapat mengurusi dirinya sendiri”. “Apabila datanglah kepadaku hari yang tidak bertambah ilmuku kepadanya yang mendekatkan aku kepada Allah, maka tidak adalah berkatnya padaku pada terbit matahari itu.” “Orang yang berilmu itu adalah kepercayaan Allah Swt di bumi”.23

Bahwa orang yang berilmu mendapat tempat yang tinggi di

sisi Allah yang berguna, menjadikan benteng yang kuat dalam

menjaga eksistensi agama. Maka apa yang dikutip Al-Ghazali

“merugilah ia apabila pada hari itu tidak bertambah ilmunya” karena

persoalan yang dihadapi oleh umat semakin beragam dan mengikuti

pola arus jalan, maka hendaknya ilmu yang solutif seakan senantiasa

menjadi jawaban.

Dalam keutamaan-keutamaan yang berelemen tiga; ibadah,

kesahidan, dan ilmu pengetahuan maka elemen terakhirlah yang

menduduki kekuasaan tertinggi daripada yang lainnya. Di hari

kiamat, wasilah dengan perantara ulama akan menjamin kesalamatan

bagi beberapa orang yang berdosa.

Kesyahidan merupakan upaya pengorbanan jiwa dan harta

untuk mempertahankan keberadaan agama atas rongrongan kaum kafir

sedangkan masanyapun hanya waktu tertentu saja sedang

mempertahankan agama melalui ilmu pengetahuan ia akan selalu ada

23 TK. H. Ismail Yakub, Ihya ‘Ulumuddin Terjemah, (Surabaya: Faizan, 1966), hlm. 32.

Page 72: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

59

sepanjang keberadaan agama itu dimuka bumi. Al-Ghazali mengutip

sabda nabi:

“Ditimbang pada hari kiamat dawat ulama dan dengan darah syuhada (orang-orang syahid mempertahankan agama Allah).

Bahwa kemuliaan ilmu pengetahuan yang dibawa oleh ulama

akan menjaga dan mempertahankan kebenaran sepanjang masa.

Dengan pilihan ibadahpun Al-Ghazali mempunyai alas an:

Pertama, hanya ilmu pengetahuan lah yang menjadi sarana

untuk mengungkapkan cara ibadah yang benar sehingga harus diikuti;

kedua, kesadaran akan diri dan Tuhan hanya mungkin ada melalui

ibadah. Apabila manusia tidak mencari puncak kebenaran dengan

sarana belajar, dia tidak akan pernah dapt menyembah Tuhan secara

benar, ketiga, ilmu pengetahuan memungkinkan kita untuk

membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk, indah dan jelek,

dan yang benar dan kepalsuan.

Menurut Al-Ghazali puncak ilmu yang dihasilkan

dimanifestasikan dalam bentuk kedekatan Allah Swt. Itu bisa hanya

dengan ilmu al-yakin, yaitu ketersingkapan kebenaran tanpa ada

kesangsian yang harus dipertanyakan.

Al-Ghazali menyebutkan dua sumber utama bagi ilmu

pengetahuan, yaitu sumber subyektif dan sumber obyektif. Jenis ilmu

pengetahuan yang dihasilkan berbeda pula di antara kedua sumber ini.

Sumber subyektif dikatakan oleh Al-Ghazali terdiri atas wahyu dan

intuisi, tiba-tiba tanpa ada bantuan tersikaplah pengetahuan yang ada

Page 73: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

60

dalam hati seseorang. Di contohkan oleh Al-Ghazali berupa wahyu

yang diberikan Tuhan kepada nabi dan ilham untuk manusia biasa

selain nabi, sedangkan sumber yang kedua yaitu sumber obyektif,

manusia harus berusaha dengan bantuan panca indranya yang terbatas,

sehingga tingkatan ilmu pengetahuannyapun kurang sempurna karena

tidak dapat diandalkan. Dicontohkan pula oleh Al-Ghazali berupa

pengetahuan indrawi, material, masuk akal, dan logis yag terdapat di

dalamnya keraguan yang saling bertentangan dengan keaslian dan

kesempurnaannya.

Dalam bagian lain Al-Ghazali memberikan pengelompokan

terhadap orang-orang yang mengambil sumber ilmu di atas dalam

empat kelompok: pertama kelompok rasionalis, yang mengaku

melihat fenomena tertentu sehingga menghasilkan pengetahuan

dengan bantuan kemampuan akal pikiran. Kedua, kelompok

kebatinan, yaitu kelompok yang mengklaim diri sebagai pemegang

pengajaran (ta’lim) dan yang mengkhususkan diri kepada adopsi

ajaran imam yang suci (al-imam al-ma’sum), ketiga kelompok filsuf

yaitu kelompok yang mengklaim diri sebaigai pemiliki logika dan

penalaran demonstratif. Keempat kelompok sufi yaitu mereka yang

mengaku sebagai kelompok elit yang terhormat (khawas al-khadrah)

Page 74: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

61

dan biasa menyaksikan dan menyikap kebenaran hakiki.( ahlul al-

musahadah wal mukasyafah).24

Al-Ghazali mengelompokkan golongan rasionalis, kebatinan,

filsuf mendapatkan pengetahuan dari sumber obyektif karena

mengambil segala sumber informasi dan pengetahuan melalui

pengetahuan indrawi, akal, material yang kemudian disebut oleh Al-

Ghazali di dalamnya terdapat keraguan dan pertentangan. Menurut Al-

Ghazali sumber yang kedua ini tidak dapat menyikap kebenaran

hakiki yang hanya melalui kaca mata materialis dengan

mengunggulkan rasio.

Dalam padangan Al-Ghazali selanjutnya, ilmu yang riil adalah

yang sepenuhnya harus bisa memastikan jalan dihadapan semua

keraguan. Dalam hal ini ia mencoba mendefinisikannya, “ilmu yakin

adalah ilmu yang menyingkap sesuatu yang diketahui dengan secara

jelas, sehingga tidak ada ruangan lagi untuk ragu salah, atau keliru”.

Tapi ini bukan berarti setiap ilmu yang dapat menimbulkan keraguan

sejak pertama harus dipandang keliru. Tapi ia pada saat sedang

dilakukannya kontemplasi filosofis ini, hendaknya dipandang belum

memiliki landasan yang cukup.

Dari sini Al-Ghazali selalu beralih, pengetahuan indrawi yang

bersifat tanpa penelitian yang sementara diyakininya kemudian tidak

memuaskan dahaga pengetahuannya. Lalu menuju pengetahuan yang

24 Sulaiman Dunya, (Pengantar Tahafut Falasifah, Terjemahannya) Ahmad Maimun,

(Yogyakarta: Islamika, 2003), hlm. xxxvii.

Page 75: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

62

bersandar pada akal, tapi malah menyebabkan banyak sekali

pertentangan dan kesesatan.

Mengenai hal ini Al-Ghazali berkata: “mungkin seperti halnya

hukum akal dapat mendustakan hukum panca indra, di belakang

hukum akal, muncul hukum lainnya pada waktu hukum akal tampak

keliru. Ketaktampakan hukum itu tidak menunjukan kemustahilannya.

Oleh karena itu Al-Ghazali mengalami sakit dan skeptis yang panjang,

sehingga ia menemukan kembali permata yang hilang berupa

pengetahuan intuisi yang menurutnya ilmu yakin bisa menyingkap

kebenaran Al-Ghazali telah berhasil dan berupaya melepaskan ikatan-

ikatan tradisi-tradisi dan pendapat-pendapat yang membelenggu

kebebasan berfikirnya. 25

Maka Al-Ghazali membangun sebuah konsep ilmu serta

kriterianya yang harus diperhatikan agar tujuan utama hakikat

kebenaran tercapai sehingga menuju apa yang disebutnya “ilmu yang

mendekatkan diri kepada Allah.”

Dalam hal ini Al-Ghazali membagi ilmu dalam dua bagian

yang global spesifikasi yang dijelaskan Al-Ghazali ilmu terbagi

menjadi dua macam, yaitu, ilmu yang di dalamnya adalah fadu ‘ain

dan fardu kifayah.

1) Ilmu fardhu ‘ain, yakni ilmu yang dibutuhkan untuk melaksanakan

tugas-tugas akhirat dengan baik. Ilmu ini terdiri atas: ilmu tauhid,

25 Ma’ruf Asrori, Pengantar Fatiatul ‘Ulum (Terjemah), (Surabaya: Pustaka Progresif,

2002), hlm. ix.

Page 76: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

63

ilmu syariat dan ilmu sirri. Dalam hal difardhukannya ilmu itu

terdapat perbedaan. Masing-masing golongan itu menempatkan

fardhu ‘ain pada ilmu yang dipilihnya. Berkata ulama ilmu kalam

yang fardhu ‘ain karena dengan ilmu kalam diketahui keesaan

tuhan, zat, dan sifatnya. Berkata ulama ilmu fiqh, yaitu ilmu fiqh

yang fardhu ‘ain karena dengannya diketahui cara beribadat, halal

haram. Berkata ulama tafsir dan hadits, yaitu ilmu kitab dan sunnah

yang fardhu ‘ain karena dengan perantaan keduanya bisa sampai

kepada ilmu-ilmu lain seluruhnya. Berkata pula ulama tasawuf,

yaitu ilmu tasawuf yang fardhu ‘ain karena dengan ilmu ini dapat

dapat mengetahui keikhlasan dan penyakit-penyakit yang

membahayakan bagi diri dan untuk membedakan antara langkah

malaikat dan langkah syetan. Perbedaan-perbedaan diatas karena

masing-masing pemiliknya menguasai ilmu tersebut serta terasa

manfaatnya dalam mendekatkan diri kepada allah, sehingga

mengklaim bahwa bidangnya lah yang fardhu ‘ain. Tak dipungkiri

bahwa bidang-bidang ilmu diatas mengantarkan orang yang

mengerjakannya untuk melaksanakan tugas-tugas akhirat,

seyogyanya diyakinia dan dikerjakan

2) Ilmu fardhu kifayah, yakni ilmu-ilmu yang berkaitan dengan

urusan keduniawian, yang perlu diketahui manusia . ilmu-ilmu ini

berkaitan dengan profesi manusia , oleh karena itu tidak setiap

manusia memiliki semua jenis yang ada, tetapi cukup

Page 77: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

64

dikembangkan melalui orang-orang tertentu yang telah memiliki

kemampuan khusus untuk mewujudkan kehidupan di dunia ini.

Seumpama ilmu kedokteran, karena pentingnya dalam

pemeliharaan tubuh manusia dan seumpama ilmu berhitung, karena

pentingnya dalam masyarakat jual-beli, pembagian harta warisan,

pusaka dan lain-lain. Inilah pengetahuan-pengetahuan, dimana

apabila kosonglah suatu negeri daripada orang-orang

menegakkannya niscaya berdosalah penduduk negeri itu. Tetapi

apabila ada seorang saja yang menegakkan ilmu itu, maka

mencukupilah dan terlepaslah yang lain dari kewajiban tersebut.26

Al-Ghazali sangat perhatian dengan masalah itu, begitu

urgennya karena hanya dengan ilmu yang bisa mengantarkan manusia

kepada Tuhannya. firman Allah:

����� ���� ���������

��������� ���� ������

!"#���� � �$���� ���%����

���&'()�� *�����

,����-��.�� � /���

0����23 4$�5☺�!�#�7 8"�9

Artinya: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau

dan main-main. Dan sesungguhnya akherat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Al-Ankabut: 64).27

Untuk mencapai ilmu kejalan akherat itu Al-Ghazali membagi

ilmu menjadi dua macam, ilmu mukasyafah dan ilmu mu’amalah.

26 TK. H. Ismail Yakub, Ihya ‘Ulumuddin Terjemah,…, hlm. 51-52. 27 Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Bandung: Dipenogoro, 2000), hlm 322.

Page 78: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

65

Yang dimaksud dengan ilmu mukasyah adalah ilmu batin. Dan ini

merupakan puncak dari segala ilmu.

Bahwa terangkat dinding yang menutupnya sehingga jelaslah

kenyataan kebenaran kebenaran Allah pada semuanya itu dengan

sejelas-jelasnya laksana mata memandang yang tak syak wasangka

lagi. Sesungguhnya yang dimaksud dengan ilmu jalan ke akherat,

ialah ilmu mengenai cara membersihkan kaca dari kotoran-kotoran,

yang menjadi dinding atau hijab kepada Allah dari mengenal sifat-

sifat dan af’alnya. Membersihkan dan mensucikannya dengan

mencegah diri dari menuruti hawa nafsu dan berpegang teguh dalam

segala hal kepada ajaran nabi-nabi a.s.

Ilmu mukasyah ini bersifat esoteris (batini) dan sangat samar.

Ia puncak dari setiap ilmu, bahkan tujuan dari segala ilmu yang ada

karena semua ilmu dipelajari tujuannya adalah untuk dijadikan

sebagai jalan tawasul dan tadarru’ (tunduk kepada Allah Swt).

Lalu yang dimaksud dengan ilmu mu’amalah yaitu ilmu yang

dipelajari dengan tujuan untuk diamalkan dalam amal perbuatan. Ilmu

ini membahas perihal hati (jiwa). Apa yang terpuji dari padanya

seperti sabar, syukur, takut, harap, rela, syuhud, taqwa, sederhana,

pemurah, mengenal nikmat Allah Swt dalam segala keadaan, ihsan,

baik sangka, baik budi, bagus pergaulan, benar dan ikhlas.

Untuk menempuh ilmu mukasyafah harus menyempurnakan

dahulu ilmu mu’amalah. Ilmu mu’amalah saja tidak cukup, jika tanpa

Page 79: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

66

disertai amalan, yaitu membisikkan hati dari segala kotoran sifat

rendah dan tercela, dari kegelapan syahwat yang menjadi penghalang

utama dari ma’rifatullah.

Al-Ghazali membagi pula ilmu menjadi dua bagian, yaitu ilmu

terpuji dan ilmu tercela. Yang dimasukan dalam ilmu terpuji yaitu

ilmu syariat yang berjumlah empat. Pertama pokok (Ushul)yaitu ilmu

yang diperoleh para nabi dan tidak ditunjukkan oleh akal manusia

kepadanya. Hal ini ada empat: kitabullah ‘aza wajalla (Al-Qur'an),

sunnah rasul Saw, ijmak, dan peninggalan-peninggalan sahabat.

Kedua cabang (furu’) yaitu apa yang dipahamkan dari pokok (usul) di

atas. Ilmu furu’ ini terbagi menjadi dua. Pertama, menyangkut dengan

kepentingan duniawi. Ilmu ini terdapat dalam kitab-kitab fiqh, yang

bertanggungjawab terhadapnya ialah ulama fiqh. Yang kedua

menyangkut kepentingan akherat seperti ilmu mukasyafah dan ilmu

mu’amalah yang telah dijelaskan di atas. Ke tiga muqadimah (ilmu

pengantar), yaitu ilmu pengetahuan yang merupakan alat seumpama

ilmu bahasa dan tata bahasa. Keduanya adalah merupakan alat untuk

mengetahui isi kitabullah dan sunnah rasul. Ke empat pelengkap yaitu

mengenai ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur'an. Dan terbagi

kepada: yang berhubungan dengan kata-katanya seperti qiraah dan

bunyi hurufnya; dan yang berhubungan dengan pengertiannya seperti

tafsir.28

28 TK. H. Ismail Yakub, Ihya ‘Ulumuddin, (Terjemah), …., hlm. 52-53.

Page 80: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

67

Adapun ilmu ghairu syar’iyah ialah ilmu yang bersumber dari

akal, baik yang diperoleh secara daruri maupun iktisabi. Yang daruri

ialah diperoleh dari insting akal itu sendiri tanpa melalui taklid atau

indra. Misal pengetahuan manusia bahwa seseorang tidak ada pada

dua tempat dalam waktu yang sama sedangkan yang iktisabi ialah

yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan berfikir yang bersifat

duniawi seperti ilmu kedokteran, matematika, geografi, astronomi,

teknik, politik, social, ilmu ilmu ketrampilan dan lain-lain. Dan yang

bersifat ukhrawi seperti ilmu tentang hal ihwal hati, bahaya-bahaya

amal ilmu tentang Allah termasuk sifat dan af’al-Nya.

Semua ilmu ghairi syar’iyah di atas digolongkan Al-Ghazali

dalam ilmu terpuji pula walaupun ilmu berhitung ilmu kedokteran

termasuk tidak diperlukan begitu penting tetapi menambah kekuatan

sekedar yang diperlukan. Ilmu ghairu syar’iyah sangat mendukung

kehidupan manusia di dunia dalam prosesnya sebagai khalifatullah,

yang dalam hal ini ilmu ghairu syar’iyah penyeimbang urusan akherat.

Terhadap ilmu tercela Al-Ghazali mencontohkan yaitu ilmu

sihir, mantra-mantra, ilmu tenung, dan ilmu balik mata, sedangkan

ilmu yang dibolehkan atau mubah yaitu pengetahuan tentang pantun-

pantun yang tak cabul, berita-berita sejarah dan sebagainya. Ketika

dipertanyakan kepada Al-Ghazali tentang ilmu kalam dan filsafat,

apakah keduanya dalam bagian ilmu tercela atau terpuji. Al-Ghazali

menjelaskan, bahwa hasil yang melengkapi padanya ilmu kalam ialah

Page 81: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

68

dalil-dalil yang bermanfaat maka Al-Qur'an dan hadis itu melengkapi

kepadanya. Apabila sudah ada campuran dari luar maka termasuk

bid’ah mutlak yang hanya menampakkan pertengkaran tercela.29

Adapun filsafat, Al-Ghazali membaginya menjadi empat

macam; Pertama ilmu ukur dan ilmu berhitung. Keduanya mubah atau

dibolehkan. Dan tidak terlarang dari kedua ilmu itu, kecuali terhadap

orang yang takut akan terseleweng kepada ilmu yang tercela. Kedua

ilmu mantik (ilmu logika) yaitu membahas tentang cara membuat

batas dalil dan syart-syaratnya. Keduanya masuk dalam ilmu kalam.

Ketiga ilmu ketuhanan. Yaitu ilmu yang membahas dzat Allah Swt,

dan sifatnya. Inipun termasuk juga dalam ilmu kalam. Keempat ilmu

alam sebagian daripadanya menyalahi syariat dan agama yang benar.

Seperti dicontohkan ilmu biologi karena hanya menjelaskan kejadian

manusia yang bersifat teknis muda, tua, lalu mati dan tidak

menjelaskan kebangkitannya seolah-olah manusia tidak ada

pertanggungjawaban kepada Tuhannya.

Tampaknya Al-Ghazali dalam memberikan klasifikasi dan

penilaian terhadap ilmu mengutamakan ilmu yang memiliki akses

kedekatan dengan Tuhan, karena memang itulah tujuan dari sebuah

ilmu dengan memberikan kontribusi kemanfatan kehidupan duniawi

dan yang lebih penting lagi meraih tujuan abadi akherat.

29 TK. H. Ismail Yakub, Ihya ‘Ulumuddin, (Terjemah), …., hlm. 63.

Page 82: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

69

2. Muhammad Iqbal

a. Biografi Muhammad Iqbal

Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 9 Nopember 1877 di

Sialkat Punjab, sebuah kota industri, yang sekarang berada di wilayah

Pakistan. Iqbal adalah keturunan Brahmana dari Sub katsa Sapru yang

leluhurnya berasal dari Kasmir, yang disekitar abad ke-13 dan awal

abad ke-19 mereka pindah ke Sialkat.30 Dan telah memeluk Islam tiga

abad sebelum kelahirannya.

Ayahnya bernama Nur Muhammad yang bekerja sebagai

penjahit dan penyelam. Sebagai seorang muslim yang taat dan sufi,

ayahnya banyak mendorong Muhammad Iqbal untuk menghafal Al

Qur’an secara teratur dan memang sangat mempengaruhi perjalanan

spiritual Muhammad Iqbal selajutnya.

Awalnya Muhammad Iqbal belajar disebuah maktab ( setingkat

madrasah) kemudian belajar di sekolah misi, Scoth Mission School.

Setelah tamat pada tahun 1895 M, Muhammad Iqbal melanjutkan

pendidikannya di Government Collage. Lahore.31 Kendatipun

Muhammad Iqbal pernah merasakan ketidakbahagiaan dalam

kehidupan pribadinya ketika menikahi putri seorang dokter yang telah

memberinya dua orang anak yang bernama Javid Muhammad Iqbal dan

Muniroh Banu, namun ketika mendapat beasiswa untuk menempuh

pendidikan master di bidang filsafat pada Government Collage di

30 M. Iqbal , recountruktsion of thought in islam, (Yogyakarta: Jalasutra,2008), hlm. VIII. 31 M.Iqbal, recountruksion of thought in islam,…., hlm. VII

Page 83: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

70

Lahore ia mampu menyelesaikannya dalam tempo dua tahun dengan

peredikat Cum laude. Masa pendidikannya inilah yang memberi

kesempatan pertemuannya dengan Sir Thomas Arnold , seorang

orientalis yang mengarang buku The Preaching of Islam ( 1896)32

Muhammad Iqbal banyak dipengaruhi oleh gurunya, seoarang

ulama masyhur Maulana Mir Hasan yang kemudian lebih dikenal

dengan sebutan Syam al-Ulama untuk memperdalam kajian dalam

bidang kebudayaan dan sastra Islam. Maulana Mir Hasan yang tidak

lain adalah seorang sahabat orang tuanya adalah seorang penyair dan

ahli bahasa urdu dan Persia. Pertemuan dengan Mir Hasan inilah

kemudian menjadikan Muhammad Iqbal banyak belajar syair-syair

yang menjadi semakin kukuh setelah ia menemukan seorang ahli syair

urdu Mirza Khan (1831-1950 M). Dari Syam al ulama inilah Iqbal

terkesan akan cita-cita dan jiwa keIslamannya. Pada 1899 Muhammad

Iqbal memperoleh MA.

Pertemuannya dengan Thomas Arnold, seorang orientalis yang

menurut keterangan, mendorong pemuda Muhammad Iqbal untuk

melanjutkan study di Inggris. Di tahun 1905 dia pergi ke Negara ini dan

masuk ke Universitas Cambridge untuk mempelajari Filsafat.

Muhammad Iqbal dalam mempelajari filsafat dibawah bimbingan

McTaggart. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich Jerman, dan

disinilah ia memperoleh gelar Ph.D dalam tasawuf. Tesis doktoralnya

32 Muhyidayeli, Epistimologi Pendidikan M. Iqbal, (E-mail [email protected],

hlm. 4

Page 84: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

71

yang dimasukkannya berjudul “The development Of Metaphysich

Intelektual Persia (Perkembangan Metafisika di Persia). Pada tahun

1907, di bawah bimbingan Prof. F. Hammel

Sebelum Muhammad Iqbal ke Eropa ia pernah mengajar di

Oriental College dan Government, Lahore. Kariernya dalam dunia

Pendidikan ia lanjutkan sekembalinya dari Eropa.

Pada tahun 1908 Muhammad Iqbal berada kembali di Lahore

dan disamping pekerjaannya sebagai pengacara ia menjadi dosen

Filsafat. Bukunya The Religious Though in Islam adalah hasil ceramah-

ceramah yang diberikannya di beberapa Universitas di India.33

Iqbal termasuk dalam kelompok orang atau pemuda yang haus

dengan ilmu pengetahuan. Menurutnya mutlak umat Islam untuk

memperdalam ilmu pengetahuan sebagai sarana menciptakan

kesejahteraan hidup. Ilmu yang tak terbatas pada ilmu agama saja,

tetapi harus dilengkapi pula oleh ilmu-ilmu umum. Pengembaraan

intelektualnya yang dimulai sejak dini dengan mempelajari ilmu-ilmu

keIslaman klasik sebagai pondasi dalam menjembatani niatnya untuk

mempelajari ilmu umum. Dimulai dari sekolah madrasah dalam

negerinya hingga ke Eropa, menunjukkan semangatnya yang tinggi

hingga kembali ke negerinya untuk dikembangkan. Bahkan syahwat

belajarnya belum terpuaskan dan dituntaskannya di Universitas Punjab

33 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah pemikiran, dan Gerakan, …,

hlm. 190.

Page 85: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

72

pada tahun 1935 dengan meraih gelar doktor dalam bidang

kesusasteraan

Pada tahun 1927 ia pernah dipilih menjadi angota majelis

legislatife Punjab. Dan ditahun 1930 dipilih menjadi presiden liga

muslimin. Di dalam perundingan meja di London ia ikut dua kali

mengambil bagian. Ia juga menghadiri konfrensi Islam yang diadakan

di Yerussalem. Pada waktu menjadi Presiden Liga Muslim inilah Iqbal

berkenalan dengan Muhammad Ali Jinnah dan mencetuskan gagasan

tentang pembentukan Negara sendiri bagi kaum muslim di anak benua

India. Dalam perkembangannya kemudian gagasan itu terwujud

menjadi Negara Pakistan sekarang.

Di tahun 1933 Muhammad Iqbal diundang ke Afghanistan

untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul. Muhammad

Iqbal meninggal dunia pada usia 60 tahun Masehi, 1 bulan 26 hari; atau

63 tahun Hijriyyah, 1 bulan 29 hari.

Beberapa hari sebelum meninggal, ia mendapat kunjungan

seorang kawan lama semasa sama-sama belajar di Jerman dulu, Baro

Van Voltheim. Dengan kawannya itu Muhammad Iqbal bicara tentang

kenangan lama, tatkala mereka sama-sama tinggal di Munich, bicara

tentang puisi, filsafat, tentang politik. Orang yang melihat mereka

demikian intim berbincang tak menduga, bahwa saat terakhir

Muhammad Iqbal sudah dekat.

Page 86: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

73

Tatkala sakitnya telah merenggut suaranya dan mencapai

puncak kritisnya pada 19 April 1938, seperti diceritakan raja hasan

yang mengunjungi Muhammad Iqbal pada malam hari sebelum

meninggal, Muhammad Iqbal sempat membacakan sajaknya:

“Melodi perpisahan kau menggema kembali atau tidak, angin

Hijaz kau berembus kembali atau tidak, saat-saat hidupku kau berakhir,

entah Pujangga lain kau, kembali atau tidak, selanjutnya, kukatakan

kepadamu ciri seorang mukmin, bila maut datang, akan merekah

senyum di bibir.

Muhammad Iqbal sang filsuf dan Penyair telah mewariskan

karya yang begitu berharga kepada dunia antara lain: The Development

Of Metaphisich In Persia; Bang i-Dara; Asror Al-Qur'an-Khudi;

Rumuz-i-Bekhudi; chidr-i-Rah; Thulu’-i-Islam; The reconstruction Of

Riligious Thought In Islam; Payam-i-Mashriq; Zabur-i-‘ajam; Javed

Namah; dan The Reconstruction Of Muslim Jurisprudence (tidak

terselesaikan).34

b. Kondisi Sosial Sejarah Pemikiran Muhammad Iqbal

Seorang pemikir dalam memberikan penilaian terhadap produk

karyanya tidak terlepas dari sisi sosial kultural yang melingkupi dan

akan berpengaruh serta mempunyai nilai yang berarti apabila produk

pemikirannya memberikan sumbangan terhadap ekses yang

ditimbulkan. Iqbal lahir dalam pergulatan dalam sisi keilmuan klasik

34 M. Iqbal , Recountruksion of thought in Islam, …, ix.

Page 87: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

74

yang menjembatani oleh pergolakan pemikiran modern. Bagaimana

posisi pendidikan dan keilmuan Islam yang dituduhkan oleh masyarakat

barat sebagai sistem pendidikan yang jumud dan kaku. Ini kontras atas

universalnya Islam itu sendiri maupun produk-produk yang dihasilkan

Islam sebagai sebuah tujuan ideal untuk mengolah, memahami serta

diwujudkan dalam bentuk Islam sebagai Rahmatal Lil’alamin.

Pemikiran Iqbal pun lahir dan merupakan reaksi dari seorang

anak manusia yang prihatin atas kondisi umat Islam yang terus-terusan

terlena dan menerima terhadap kondisi yang ada. Tidak disadari bahwa

kondisi tersebut mengancam stabilitas Islam yang cenderung menurun.

Iqbal menyatakan bahwa Islam menumbuhkan jiwa berjuang

dan cinta kebenaran di hati para pemeluknya. Dia menyatakan bahwa

ilmu-ilmu pengetahuan positif berpadu dengan Islam dalam bentuk etos

kerja dan lebih banyak menolak pembahasan-pembahasan filosofis

yang spekulatif. Selama dua abad umat Islam mempertahankan tradisi

tersebut tetapi dengan tetap memegang akidah, moralitas dan kerja aktif

hingga kemudian di bawah pengaruh pemikiran sesat, khususnya

filsafat yunani, keseluruhan timur pincang secara intelektual.35

Awalnya kemajuan dan kejayaan Islam yang ditopang dengan

kekuatan spiritual yang mapan menjadikan Islam sebagai garda

terdepan dalam membawa gerbang ilmu pengetahuan. Ilmu-ilmu

pengetahuan positif murni dari Al Qur’an sebagai pedoman tidak hanya

35 Abu Hasan Ali al-Khusni An-Naduwi, Percikan Ke-Jeniusan Doktor Muhammad

Iqbal, (t.k, Integrita Press, 1985), hlm. 5.

Page 88: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

75

tujuan akhirat tetapi kemanfaatan duniawi jelas terasa dari keagungan

Al Qur’an. Selama itu sikap Islam yang universal menjadi pincang

dengan adanya pengaruh-pengaruh khurafat baik karena asimilasi Islam

dengan budaya lokal yang kurang diperhitungkan. Malah menjadikan

Islam sebagai simbol saja maupun dikarenakan pengaruh dari luar yaitu

filsafat Yunani. Sehingga kehilangan amunisi ruh Islam.

Muhammad Iqbal menyebutkan bahwa Renaissance Eropa

terjadi hanya karena mencampakkan metafisika Yunani dan memulai

diri bersibuk dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan alam yang

kreatif.

Kelihatannya Muhammad Iqbal kagum dengan kemajuan ilmu

pengetahuan di barat khususnya Eropa. Mereka dengan cepat, demikian

iqbal, bisa mengambil intisari dari pengetahuan Islam. Karena

menurutnya metafisika dan teori idea Yunani tidak bisa memberikan

kontribusi yang berarti dalam pengaruhnya untuk memudahkan dan

membantu kehidupan manusia.

Namun Muhammad Iqbal dikenal oleh kalangan-kalangan

kritikus barat. Barat hanya memahami materialistik dan nasionalisme

congkak yang mendasari kesadaran kolektifnya. Aspek-aspek

pandangan hidup barat lainnya yang lebih lemah dan tanda-tanda krisis

batin dan degenarasi spiritualnya. Juga nampak jelas pada mereka,

seraya menyadari bahwa tidak hanya kualitas-kualitas paling baik

Page 89: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

76

daripada pikiran dan karakter manusia yang merosot, tetapi dengan

sengaja telah dilalaikan oleh pemimpin-pemimpinnya.36

Kesadaran Muhammad Iqbal terhadap kemunduran Islam ingin

direhabilitasi dengan sistem kemajuan yang ada di barat. Namun harus

dapat memilah mana untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan mana

peradaban kebudayaan barat. Karena keduanya menurut Muhammad

Iqbal berbeda. Ketimpangan di barat sangat nyata berupa khayalan

materialistik dengan tidak memberikan orientasi ruang transendental.

Muhammad Iqbal secara mendetail mampu menyingkap tirai-

tirai kelemahan pemikiran dan kebudayaan barat yang inheren, featur-

featurnya yang cacat dan tidak sempurna, dan kegoncangan rencananya

yang elemental. Dia menyadari bagaimana pemikiran barat yang

dengan rendahnya melangkahi kebenaran-kebenaran transendental dan

merasa bahwa pada ghalibnya, keburukan-keburukannya akibat

keburukan jiwa.

Pada tahun 1910, perang Balkan dan Tripoli meletus. Tak ada

hari yang menggembirakan. Keadaan yang menyedihkan ini benar-

benar membekas pada kejiwaan penyair Iqbal. Hati dan perasaannya

terluka. Jiwanya kemudian tergerak dan berontak. Perang itu membuat

Iqbal menjadi musuh bebuyutan peradaban barat dan imperium Eropa.

Kesedihannya pun mewarnai sajak-sajaknya. Diantara sajak-sajaknya

ini adalah: Balad-I-Islamiyah (Negara Islam), Wathaniyat

36 Abu Hasan Ali al-Khusni An-Naduwi, Percikan Ke-Jeniusan Doktor Muhammad

Iqbal,…, hlm. 37.

Page 90: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

77

(Nasionalisme), suatu penolakan terhadap nasionalisme dan berisi suatu

ajakan menuju universal Islami.

Islam menurut Iqbal merupakan agama yang mempunyai faham

dinamis dan mengakui adanya gerak dan perubahan dalam hidup sosial

manusia. Dan prinsip yang dipakai dalam soal gerak dan perubahan itu

ialah Ijtihad. Ijtihad mempunyai kedudukan yang penting dalam

pembaharuan Islam.

Islam berjaya pada kurun abad pertengahan menurut

Muhammad Iqbal karena melestarikan budaya Ijtihad. Sebagaimana

sabda Nabi “Perbedaan adalah rahmat”, “Muslim yang baik adalah

berijtihad, walaupun salah tetap mendapat satu pahala”. Begitulah

Islam, karena ilmu pengetahuan dengan menggali sumbernya dari Al

Qur’an dibuka selebar-lebarnya bahkan kalaupun salah tetap

mendapatkan manfaat. Sehingga Islam bisa beroleh kemajuan.

Namun Islam menjadi kecil dan tidak memberikan

kontribusinya lagi lantaran karena sebagian umatnya sendiri.

Muhammad Iqbal menyebutkan penyesalannya terhadap sikap sebagian

sufi yang tenggelam dalam khayal dan perenungan secara berlebihan.

Dia lukiskan kenyataan bahwa para sufi lebih senang kepada Ama’

(musik) dan Wajd (hiburan). Padahal para sahabat Nabi SAW lebih

menyukai ketangkasan menaiki kuda dan mati syahid di medan jihad.37

37 Abu Hasan Ali al-Khusni An-Naduwi, Percikan Ke-Jeniusan Doktor Muhammad

Iqbal,…, hlm. 5.

Page 91: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

78

Muhammad Iqbal memberikan lampu hijau bahwa hanya Islam

yang kaffah tanpa ada bau khurafat yang bisa memunculkan kembali

kejayaannya dengan mengulang masa silam. Kelihatannya nostalgia

karena melihat kemajuan peradaban barat. Tetapi tidak bagi

Muhammad Iqbal Islamlah yang mempunyai benih kemajuan berfikir,

karena Islam menganjurkan Ijtihad bagi para pemeluknya. Dan satu

perbaikan yang tampak didengungkan oleh Iqbal yaitu sifat jumud dan

kaku dalam memandang artikulasi mempertahankan akidah dan untuk

kemajuan Islam. Selaras antara usaha memajukan kejayaan Islam

dengan sikap menguatkan pondasi iman. Kekuatan keimanan dan

mempertahankan akidah memberikan stimulasi untuk selalu melakukan

yang terbaik dan tepat. Sehingga membawa kemajuan Islam. Maka

Muhammad Iqbal mengkritik keras sebagian golongan sufi yang malah

meninggalkan aktivitas kewajibannya sebagai umat dengan tetap

berperilaku kaku dan jumud.

Di lain pihak dalam pembaharuannya, Muhammad Iqbal juga

tidak berpendapat bahwa baratlah yang harus dijadikan model.

Kapitalisme dan imperialisme barat tak dapat diterimanya. Barat

menurutnya, amat banyak dipengaruhi oleh materialisme dan telah

mulai meninggalkan agama. Yang harus diambil oleh umat Islam

hanyalah ilmu pengetahuannya.38

38 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran Dan Gerakan,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm 193.

Page 92: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

79

Bahwa jelas barat pun bukan pilihan Muhammad Iqbal, karena

dalam penelitiannya barat telah kekeringan spiritual dan hanya

mengagungkan materialisme. Maka yang ada di benak mereka

bagaimana mendapatkan sesuatu tanpa ada kerugian yang sebanding,

maka tindakan imperialisme dan kolonialisme menjadi sebuah pilihan.

Berkat kemajuan tekhnologinya mereka mampu mencapai tujuannya,

yang sebenarnya hanya semu belaka. Maka menurut Iqbal, ilmu

pengetahuanlah yang harus diambil, dan sangat sempurna apabila

disintesakan dengan ruh Islam.

Dalam semua wilayah itu, Muhammad Iqbal telah mengerahkan

hampir seluruh energinya dengan tujuan tunggal: reorientasi nilai-nilai

kemanusiaan, timur dan barat, sekalipun dalam beberapa segi

dikaguminya. Dalam perspektif moral transendental sudah sangat jauh

meluncur ke jurang berbahaya. Sementara timur yang terpasung dalam

spiritualisme, telah lama dalam keadaan steril tanpa dinamika. Lalu

untuk membangun sebuah peradaban baru yang anggun dan segar

diusulkannya agar barat dan timur dipertautkan dengan mengawinkan

penalaran (ziraki) dan cinta (‘isyq).

Intelektualisme Iqbal dapat ditinjau dari pelbagai jurusan: puisi,

filsafat, hukum, pemikiran Islam dan kebudayaan dalam makna yang

sempit.

Page 93: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

80

Ada banyak faktor yang menjadikan Iqbal dan kepribadiannya

begitu luhur mencintai Islam dan menguasai lapangan disiplin keilmuan

di atas.

Keuletan, kehebatan, rasa persaudaraan dan ketulusan hatinya,

terpancar dari mental, moral, jiwa sosial dan susunan emosionalnya.

Namun demikian, tidak lepas dari iman dan taqwa sebagai aspek pokok

dan asas pola hidup manusia.39

Terdapat lima unsur pokok yang mengasuh dan mencipta

kepribadian Iqbal:

Pertama: tertancapnya iman dan keyakinan yang menjadi

penuntun dan pendorong utama daripada kekuatan dan kearifan Iqbal.

Akan tetapi keimanan Iqbal bukan suatu dogma yang tak berjiwa atau

rumus penegasan yang seperti mesin. Ia mempertahankan campuran tak

ternilai antara iman dengan cinta yang menyelubungi seluruh

eksistensinya.

Kedua: Al Qur’an. Kitab inilah yang paling berpengaruh

terhadap kehidupan dan filsafat Iqbal.

Ketiga: realisasi diri atau ego. Iqbal telah membentangkan titik

pokok terbesar mengenai pemeliharaan dan pengembangan ke-diri-an.

Melalui ini Iqbal menitik beratkan dua prinsip dasar manusia dalam

menunjukkan dirinya ke dunia melalui dua sifat esensialnya, yaitu

kebebasan kreatifitas. Dalam konteks ini Iqbal menggambarkan dengan

39 Muhyidayeli, Epistimologi Pendidikan Iqbal, (E-mail [email protected].

Page 94: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

81

kalimat: Hancurkan dunia sampai berkeping-keping bila tak sesuai

denganmu. Dan ciptakan dunia yang lain dari kedalaman wujudmu.

Betapa pedihnya manusia merdeka yang hidup di dunia yang diciptakan

oleh manusia lain.

Inilah yang disebut filsafat khudinya Iqbal, ego manusia dapat

membayangkan sebuah dunia baru yang lebih baik dan lebih sempurna

dari upayanya membaca masa lalu dan mengaitkan masa sekarang.40

Keempat: keluhuran, kekuatan dan daya hidup. Iqbal sangat

disiplin mengatur waktu. Dalam syairnya:

Aththar atau Rumi, Razi atau Ghazali, Siapapun saja, Tak ada yang berhasil tanpa ratapan tangis di waktu fajar.

Kelima: faktor terakhir yaitu Matsnawi Maulana Jalaluddin

Rumi. Ini merupakan karya Rumi untuk membuka pemikiran baru dan

menolak kebiasaan penggunaan dalil teoritis filsafat Yunani skolastik

serta mencari-cari kesalahan spekulatif. Ketika Iqbal berada dalam

kotak dengan doktrin-doktrin materialistik barat yang biadab dan tak

bertuhan, serta konflik antara materi dan jiwa semakin memuncak

dalam dirinya, dia berpaling ke arah Matsnawi sebagai pijakan dan

pembantu.

40 Muhyidayeli, Epistimologi Pendidikan Iqbal, (E-mail [email protected].

Page 95: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

82

c. Pandangan Iqbal Tentang Filosofi Pendidikan Islam

Islam sebagai agama universal, sudah tentu menghasilkan

produk-produk bermutu dan bernilai guna tinggi sebagai sebuah

keseimbangan atas tuntutan universal. Demikian pula pendidikan Islam

yang mengantarkan pada kemajuan pengetahuan, tidak terlepas dari

Islam yang mempunyai konsep universal.

Iqbal prihatin terhadap keadaan umat Islam atas pengetahuan

yang hanya berorientasi pada pembangunan mental spritual dengan

mengesampingkan telaah eksprimen untuk kemajuan umat manusia

dimuka bumi. Melalui suatu dialog imajiner dengan guru spritualnya

Rumi, Iqbal mengadu: “Pikiran-pikiranku yang menerawang tinggi

telah mencapai langit. Tapi di Bumi terhina, kecewa dan sekarat aku

tidak mampu menangani persoalan-persoalan di dunia ini. Dan aku

senantiasa menghadapi batu-batu penarung dijalan ini. Mengapa urusan

dunia terlepas dari kontrolku? Mengapa si Alim dalam agama ternyata

dungu dalam persoalan dunia? Tanpa berpikir panjang Bumi menjawab:

Seseorang yang (mengaku dapat) berjalan di Langit, mengapa sukar

baginya untuk melangkah di Bumi?41

Ungkapan di atas mempunyai arti kritik terhadap pendidikan

Islam yang sudah tidak mempunyai pijakan utama sehingga membawa

kemunduran Islam. Pendidikan Islam membawa konsep yang pincang

41 Ed. Muslih Usa, Pendidikan Islam Di Indonesia, Antara Cita Dan Fakta, (Yogtakarta:

Tiara Wacana Yogya, 1991), hlm. 149

Page 96: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

83

antara pendidikan spiritual, dan hanya memberikan ulasan-ulasan yang

sedikit tentang pelajaran-pelajaran keduniawian.

Sistem pendidikan seperti itu tidak pernah akan mengangkat

persoalan-persoalan duniawi selalu berubah, dikatakan oleh

Muhammad Iqbal “Si Alim dalam agama ternyata dungu dalam

prsoalan dunia”, sehingga yang terjadi kemunduran-kemunduran yang

secara tidak disadari Islam akhirnya tidak dapat menolak penjajahan

disegala lini oleh pihak asing.

Muhammad Iqbal telah mencontohkan Barat telah berhasil

membuat terobosan-terobosan keilmuwan terapan, walaupun disitu

Muhammad Iqbal menolak Barat karena memperhatikan mental

spiritual yang akhirnya hanya membuat kerusakan saja.

Iqbal menegaskan bahwa Pendidikan Modern itu jahat, oleh

karena ia melalaikan mental, moral, dan perkembangan spiritual

generasi-generasi muda. Akibatnya, krisis moral dan karakter melanda

para generasi muda itu.

Kausa lain mengenai degenerasi moral dan intelektual adalah

materialisme yang berlebihan dan kepercayaan yang keterlaluan

terhadap bermacam-macam cara dan sumberduniawi dan pemusatan

yang menyedihkan terhadap pencaharian tempat dan kedudukan yang

menjadi tujuan akhir dari pendidikan itu.

Ketidakseimbangan dan disorientasi dalam pendidikan Barat ini

mengakibatkan tidak bertemunya antara cita-cita yang ideal terhadap

Page 97: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

84

tujuan akhir dari pendidikan, teori ilmu pengetahuan yang bermoral

spiritual. Ini terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap

individualitas atau diri.

Secara langsung diri dapat dipahami dan ditegaskan realitasnya

melalui intuisi secara langsung. Intuisi ini bagaimanapun juga muncul

pada saat mengambil keputusan-keputusan besar, tindakan, dan

perasaan-perasaan yang dalam. Tindakan, usaha dan perjuangan

membukakan kepada kita lubuk hati terdalam akan wujud diri. Diri

tersebut Nampak sebagai pusat seluruh aktivitas dan tindakan kita.

Pusat ini pada dasarnya merupakan inti dari kepribadian kita.

Kepribadian itu dinamakan ego.42 Konsepsi diri yang telah dicanangkan

oleh pujangga Muhammad Iqbal merupakan esensi wujudnya.

Eksistensinya merupakan misal berseri-seri dari cita-citanya akan

realisasi diri. Terwujudnya kemuliaan diri, kepercayaan terhadap diri

sendiri, dan pengembangan diri merupakan hal-hal paling menarik

perhatian dan paling memikat disetiap coretan perjalanan hidupnya.43

Muhammad Iqbal berusaha menganalisis diri dan aktivitasnya

dengan mendasarkan kepada apa yang dinamakannya ego. Tanpa

pemahaman yang jelas terhadap ego, menurut Muhammad Iqbal hanya

akan menghampakan realisasi dalam penentuan tujuan pendidikan. Ini

oleh Iqbal dinamakan Filsafat Khudi.

42 Ishrat Hasan Enver, Metafisika Iqbal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 52 43 Abu Hasan Al- Husni An- Nadwi, Percikan Kejeniusan Doktor Muhammad Iqbal, (t.k,

Integrita Press, 1985), hlm. 31

Page 98: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

85

Dengan Khudi Muhammad Iqbal dapat mengetahui dirinya

dengan seksama dan telah pula memberikan penilaian yang benar

terhadap individualitasnya. Dengan pengetahuannya yang mendalam

mengenai sikap dan personalitasnya itu, dia mempergunakan nikmat

hati dan akalnya untuk mengguncangkan kaum muslimin dalam

perjuangan dan menggerakkan bunga api kesetiaan yang terbentang

didalam diri mereka.

Falsafah Khudi yang dibincangkannya menawarkan beragam

prinsip dasar pengembangan watak insani yang memiliki implikasi pada

penataan kependidikan yang akan bermuara pada pembentukan

masyarakat yang penuh dengan makna-makna kemajuan dalam

berbagai lini kehidupan dalam konteks keseluruhan kebutuhan manusia.

Hal ini menjadi sebuah terobosan utama dalam mengangkat kembali

pendidikan Islam yang tanpa kesenjangan dengan pendidikan lainnya

memberikan wahana baru yang lebih sempurna, karena dimulai dari

aspek diri dan hati. Naluri diri melihat kenyataan atau realitas dalam

persepsi universal. Karena apa yang ada dimuka bumi memang

ditundukkan dan untuk kesejahteraan.

Dalam Al-Qur'an allah Swt menjelaskan:

�:"��� ;"<"=�7�� 5>?!(

"@��☺BB��� 8C/�)D����

5��!"=(����

/@EF"=�G'B���H

/I J"������H�� � K,�� L�M

N"��O PQ�7R

�MS"☺�!#?!"T� 8UU9

Page 99: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

86

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah

menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang Mengetahui..”

2�?�H �,�&WEG�7 L�X��

9Y�IQ*�� ��23 �Q���! (

8Z[9 L�X���� " ���\BB���

��23 �Q#"?]� 8Z^9 L�X����

�_��F'��.�� ��` �Q�F'a�

8Z 9 L�X���� 8C/�)D��

��` �Q�"b5c 8U�9

Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana

dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?44

Allah bahkan memberikan kebebasan secara nyata , untuk

meneliti dan mempergunakan hasil ciptaannya, sehingga apabila

pengetahuan-pengetahuan yang tersembunyi tersingkap itu akan

dipergunakan oleh manusia.

Kedudukan Al-Qur'an yang empiris hendak membentuk mereka

(manusia) pencipta-pencipta ilmu modern. Usaha pikiran mengatasi

rintangan yang disebabkan oleh alam, disamping memperkaya dan

memperkuat jiwa, juga mempertajam pandangan.

Menurut pandangannya, bumi merupakan tahapan dalam

kelangsungan kehidupan manusia. Manusia telah dibekali dengan akal

44 Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahanya, …hlm. 324.

Page 100: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

87

dan pikiran. Dengan perlengkapan itulah ia dibumi harus secara

kelanjutan dan terus menerus bereksperimen dalam kehidupannya.45

Muhammad Iqbal tidak secara a-priori menolak apa yang datang

dari Barat. Semangat Barat untuk mengadakan penjelajahan dan

penelitian, ilmu pengetahuan yang telah maju dengan pesat, diterimanya

dengan senang hati . Akan tetapi dengan tegas ia menolak untuk

menerima peradabannya yang dangkal dan sensasional, karena

cenderung melemahkan diri kita, bertentangan secara diametral dengan

nilai-nilai budaya. Karena sebenarnya menurut Iqbal, perkembangan

intelektual Barat, hanyalah perkembangan lanjutan dari beberapa fase

yang sangat penting dari kebudayaan Islam.46

Oleh karena itu konsep filosofis Muhammad Iqbal,

menghendaki adanya terciptanya keseimbangan universal dalam

pendidikan yaitu keseimbangan ilmu pengetahuan dan spiritual agama.

Sikap ini bisa mengambil mutiara Islam yang telah hilang terpendam

didalam dasar kejumudan dan kekakuan dalam menginterpretasi ajaran-

ajaran Islam.

B. Analisis Konsep Tentang Klasifikasi Ilmu Pengetahuan

1. Analisa Konsep Ilmu menurut Al-Ghazali

Dalam proses penyempurnaan pengembaraan intelektualnya Al-

Ghazali menemui banyak persoalan yang menyangkut keyakinan tanpa

45 K. G Saiyidain, Percikan Filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan, Alih Bahasa M. I

Soelaeman, (Bandung: C. V Diponegoro, 1981), hlm. 43 46 Iqbal, Rekontruktion Of tough In Islam, …., 10.

Page 101: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

88

adanya keraguan yang ada dalam hatinya. Setidaknya Al-Ghazali melewati

tiga kali perpindahan dalam memenuhi gejolak pengetahuannya diawali

dengan komitmennya pada panca indera, tetapi minim akan kebenaran

rasionalis sehingga tidak mampu menjelaskan hasrat pengetahuannya dan

kebenaran akalpun mengganti kebenaran inderawi. Namun akalpun belum

mampu menjawab keyakinan kebenaran hakiki karena akal mempunyai

kemampuan yang sama dengan panca indera. Ketakmampuan akal ini

menyebabkan Al-Ghazali dalam posisi skeptis sampai kebenaran itu

muncul karena anugerah allah semata yang diyakini Al-Ghazali sebagai

kebenaran yang telah menghapus dahaga pengetahuannya yaitu kebenaran

intuisi.

Setelah Al-Ghazali mengalami berbagai perubahan akibat keraguan

hati yang menyelimutinya, akhirnya Al-Ghazali sampai pada tataran ilmu

yakin yang tidak ada keraguan didalamnya; menyingkapi tabir yang selalu

menutupi hati manusia.

Pengembaraannya dengan melewati berbagai halangan dan skeptis

tidak menyurutkan langkahnya dalam mengambil benang merah

pengalaman yang selama ini dilakoninya. Timbulnya keyakinan-keyakinan

merupakan inspirasi besar yang kemudian meletakkan bangunan metode

dan konsep ilmu yang mengiringi karir keilmuan Al-Ghazali.

Al-Ghazali merumuskan metodenya dalam proses pencarian ilmu

pengetahuan . dalam filsafat Islam , ilmu dapat diperoleh dengan dua jalan

yaitu jalan kasbi dan jalan ladunni. Jalan kasbi atau husnuli adalah cara

Page 102: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

89

berfikir sistematik dan metodik yang dilakukan secara konsisten dan

bertahap melalui proses pengamatan, penelitian, percobaan dan penemuan.

Ilmu ini bisa diperoleh oleh manusia pada umumnya, sehingga seseorang

yang menempuh proses itu, dengan sendirinya ia akan memperoleh ilmu

tersebut. Sedangkan ilmu laduni atau khuduri, diperoleh orang-orang

tertentu, dengan tidak melalui proses ilmu pada umumnya tetapi oleh

proses pencerahan oleh hadirnya cahaya ilahi dalam kalbu. Dengan

hadirnya cahaya ilahi itu semua pintu ilmu terbuka menerangi kebenaran,

terbaca dengan jelas dan terserat dalam kesadaran intelektual, seakan-akan

orang tersebut memperoleh ilmu dari tuhan secara langsung.47

Al-Ghazali pada awalnya menempuh jalan kasbi, Jalan ini sebagai

usaha manusia untuk menemukan kebenaran dengan memaksimalkan

potensi yang dimiliki. Akal yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt bagi

orang yang berfikir pasti mempunyai konsekuensi akan adanya

pertanggungjawaban kelak dikemudian hari. Dalam memperoleh

keyakinan indrawi dan akal Al-Ghazali menggunakan metode kasbi.

Tetapi setelah keyakinannya pudar akan indrawi dan akal, Al-Ghazali

mengalami skeptis berat, di sini Allah memberikan petunjuk nur dalam

menerangi keraguannya. Al-Ghazali mengalami jalan laduni berkat

pertolongan Allah. Harus diakui mengapa Al-Ghazali begitu yakin akan

intuisi yang menurutnya bisa menyingkap kebenaran hakiki. Ini tidak

terlepas karena sebelumnya Al-Ghazali tidak pernah membayangkan akan

47 Musa As’ari, Filsafat Islam Sunnah Nabi Dalam Berfikir, (TK Lesfi, 2002), hlm. 72.

Page 103: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

90

tentang keyakinan intuisi, namun semata-mata Allah yang

menganugerahkan.

Demikian pula klasifikasi ilmu dan konsepnya yang ditetapkan Al-

Ghazali tidak terlepas karena pengaruh asas kemanfatan dan untuk

keterbukan hijab (penghalang) karena yang menjadi dasar dari hidayah dan

ma’rifat yaitu konsep bahwa gemerlap perhiasan duniawi adalah mata’ul

ghurur (penipu), dan hanya akherat tempat kehidupan yang kekal.

Pengetahuan semacam ini hanya dimiliki orang-orang ‘alim, karena untuk

memperolehnya hanya dapat digali langsung dari ayat-ayat Al-Qur'an yang

menunjukannya, dan itu hanya dapat dipahami oleh mereka.48

Demikian Al-Ghazali memberikan pengertian ilmu dan konsepnya

atas ilmu terpuji dan ilmu tercela, ilmu fardu ‘ain dan ilmu fardhu kifayah

dalam bagian besarnya.

Ilmu terpuji yang dikelompokannya menjadi empat, yaitu: pertama,

pokok yang menjadi pelajaran Al-Qur'an, hadis, ijmak dan peninggalan-

peninggalan sahabat (atsar). Kedua, cabang atau furu’ yaitu cabang-cabang

sebagai penjelas pokok di atas. Kitab-kitab fiqh di antaranya. Ketiga,

muqaddimah (ilmu pengantar) contoh ilmu bahasa dan tata bahasa. Ke

empat pelengkap, yaitu ilmu tafsir. Sedangkan ilmu tercela, yaitu ilmu

sihir, mantera-mantera, ilmu tenung, dan ilmu balik mata.49

Di sini Al-Ghazali dalam hal ilmu terpuji dan tercela

mengedepankan asas manfaat dan akibat yang akan ditimbulkan suatu

48 Ma’ruf Asrori, Fatiatul ‘Ulum (Terjemah), (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), hlm. 4. 49 49 TK. H. Ismail Yakub, Ihya ‘Ulumuddin Terjemah, (Surabaya: Faizan, 1966), hlm.

52-53.

Page 104: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

91

ilmu. Al-Ghazali menempatkan ilmu-ilmu yang selayaknya dipelajari

untuk kemaslahatan, di sisi lain pula Al-Ghazali memberikan peringatan

untuk menjauhi ilmu-ilmu, seperti ilmu sihir, mantra-mantra, tenung, dan

ilmu balik mata, karena lebih banyak madharatnya di bandingkan dengan

kemaslahatan yang ditimbulkan daripadanya.

Di sisi lain perlu mengelompokan ilmu di atas agar dapat menjadi

acuan kepada murid untuk tidak sembarangan menuntut suatu ilmu dengan

melihat kemanfaatannya, sedangkan pengelompokan yang lain dari Al-

Ghazali yaitu berupa ilmu fardu ‘ain dan ilmu fardu kifayah.

Ilmu fardu ‘ain yang terdiri dari ilmu tauhid, ilmu syariat, dan ilmu

sirri. Ilmu fardu kifayah yang terdiri dari ilmu kedokteran dan ilmu

berhitung. Kalau bisa diidentifikasi terlihat ilmu fardhu ‘ain tertuju pada

materi pelajaran agama klasik. Sedangkan ilmu fardhu kifayah disamakan

dengan ilmu-ilmu umum. Karena sebagaimana ilmu agama yang fardhu

‘ain untuk menguatkan sendi-sendi dalam agama, yang pada waktu itu

sosio kultur menuntut adanya keinginan untuk membentengi agama.

Sedangkan ilmu umum ditempatkan pada hirarki kelas dua dengan diberi

hirarki kifayah, yaitu kewajiban kelompok yang apabila sebagian telah

melaksanakannya maka terlepaslah yang lain dalam kewajiban ini, hal ini

sebenarnya penggelompokan ilmu fardu ‘ain dan fardu kifayah mewujud

dalam konteks kewajiban dalam mencari ilmu.

Semua ini dalam hal pengelompokan ilmu adanya ilmu terpuji,

ilmu tercela, ilmu fardu ‘ain dan kifayah, karena apa yang disebut dalam

Page 105: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

92

epistimologis Al-Ghazali pendidikan Islam mempunyai corak yang

spesifik yaitu adanya kesan agama dan etika yang nyata.

Pada sasaran-sasaran dan sarananya, begitupun tidak mengabaikan

terhadap permasalahan-permasalahan keduniawian. Dunia adalah

mazra’atul akherah (media penghubung) dengan Allah bagi yang

berkeyakinan demikian, karena ia bukan tujuan dan tempat tinggal.50

Al-Qur'an ingin menegaskan bahwa ilmu-ilmu yang dipelajari ada

tanggungjawab moral dengan tuhan, maka oleh Al-Ghazali ilmu-ilmu

diklasifikasikan seperti di atas agar seseorang murid tidak melenceng

dalam tata aturan akademis.

2. Analisa Konsep Ilmu Menurut Muhammad Iqbal

Latar belakang sosio kultur Islam yang mewarnai perjalanan

pemikiran yang menghasilkan usaha untuk bangkit kembali terhadap

keterpurukan Islam , memaksa Muhammad Iqbal untuk merumuskan

sistem dan konsep Pendidikan Islam yang tidak timpang.

Menurut Iqbal Islam harus bisa merebut kembali ilmu pengetahuan

Barat sebagai fase dari kelanjutan kejayaan Islam yang telah runtuh. Maka

Iqbal menampik adanya berseberangnya filsafat dan agama. Ilmu

pengetahuan sangat bisa tidak mengenal arti metafisika secara rasional,

dan memang selama ini ia tidak mengenalnya. Maka sangat sukar bagi

agama untuk menutup mata dalam mencari suatu penyelesaian tentang

pertentangan-pertentangan pengalaman serta alasannya tentang lingkungan

50 Al-Ghazali, Fatihatul ‘Ulum, Terjemah Manusia’ruf Asori, (Surabaya: Pustaka

Progresif, 2003), hlm. 13.

Page 106: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

93

tempat kemanusiaan menemui dirinya,.51 Maka oleh Muhammad Iqbal bila

perlu dilakukan rekontruksi terhadap pemikiran agama.52

Pemikiran agama yang karenanya menutup diri atas perkembangan

ilmu pengetahuan menurut Muhammad Iqbal harus dibuka kembali, tiada

pertentangan yang umum antara keduanya, karena saling mendukung.

Dogma-dogma yang tidak memberi wawasan rasional tentu akan ditolak

walaupun sebagian dogma tidak harus diterima. Dogma-dogma keyakinan

ditunjukan dan didentifikasikan dengan kebutuhan. Demikian pula ilmu

pengetahuan membutuhkan akan dalil-dalil ilahi karena tidak akan

melenceng dalam kegiatan utamanya dalam mengimplementasikan hasil

dalam kerangka kemaslahatan duniawi dan ukhrawi.

Al-Qur'an mengakui bahwa sikap empiris adalah tingkat yang tak

dapat dipisahkan dalam kehidupan ruhaniyah manusia, menganggap sama

pentingnya semua bagian dari pengalaman manusia sebagai suatu yang

membuahkan pengetahuan tentang kenyataan terakhir, yang menampakkan

tandanya lahir dan batin. Satu bulan tidak langsung dalam mengadakan

hubungan dengan kenyataan yang dihadapkan kepada kita kala itu ialah

penyelidikan dan penguasaan tentang teliti adanya tanda-tanda itu setelah

menampakkan diri pada tanggapan pengindraan. Jalan lain ialah langsung

berhubungan dengan kenyataan setelah ia menampakkan diri dalam

batin.53

51 Iqbal, The Recountruksion Of Tough In Islam, (Yogyakarta: Jala Sutra, 2008), hlm. 4. 52 Ibid, hlm. 11. 53 Iqbal, The Recountruksion Of Tough In Islam, …, hlm. 20.

Page 107: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

94

Naturalisme Al-Qur'an hanya sebuah pengakuan tentang fakta,

bahwa manusia bertalian dengan alam, dan pertalian ini dipandang dari

segi kemungkinannya sebagai suatu cara mengawasi tenaga-tenaga alam

itu; yang harus dikerahkan untuk mengambil manfaatnya, bukan dengan

nafsu jahat hendak menguasainya, melainkan untuk mendatangkan

keuntungan dengan adanya suatu visi kenyataan yang sempurna, serapan

pengindraan (sense perception) haruslah dilengkapi dengan persepsi yang

oleh Al-Qur'an disebut sebagai Fuad atau qolb, yaitu hati.54

Yang telah memperindah segala yang diciptakan, dan memulai

penciptaan manusia dari tanah, lalu diturunkannya dijadikannya dari mani

lemah.

“Lalu disempurnakan, dan dari ruh-Nya itu, sebagian ditiupkan

kedalamnya; engkau dilengkapi dengan pendengaran, penglihatan dan

hati. Tapi sedikit sekali dari kalian mau berfikir”. (Q.S. 32: 7-9)

Ahli ilmu alam mempelajari dunia materi, artinya dunia yang

diedarkan oleh alat-alat indera. Proses pula pengalaman-pengalaman

religius dan estetisnya, meskipun merupakan bagian dari zona pengalaman

seluruhnya, kesemuanya dikesampingkan dari tujuan alam, sebab ilmu

tersebut membatasi dari dalam menelaah dunia materi yang artinya dunia-

dunia yang kita persepsikan.55

Dunia yang dipersepsikan menurutnya benda-benda alam yang

terwujud dari kualitas-kualitasnya. Muhammad Iqbal menjembatani

54 Ibid, hlm. 20. 55 Iqbal, The Recountruksion Of Tough In Islam, …, hlm. 40.

Page 108: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

95

kreatifitas-kreatifitas dalam ilmu pengetahuan yang mempunyai

pandangan kebenaran dan hikmah.

Maka, katanya lagi, ahli ilmu hayat dengan mencari penjelasan

mekanik tentang kehidupan terdorong berbuat demikian karena ia

membatasi studinya hanya mengenai soal-soal bentuk kehidupan yang

lebih rendah, yang tata lakunya menunjukan persamaan-persamaan dengan

kegiatan mekanik. Apabila ia mempelajari kehidupan yang ada dalam

dirinya, yakni kesadarannya sendiri yang bebas memilih, menolak,

merenungkan, menyelidiki masa lalu dan masa sekarang, serta secara

dinamis membahayakan masa depannya, pastilah ia akan yakin bahwa

pengertian - pengertian mekaniknya tak memadai.56

Iqbal ingin menunjukan bahwa potensi ego atau ke-diri-an dalam

jiwa manusia apabila ditampilkan serta ditumbuhkan maka akan terpancar

nilai-nilai dinamis yang menembus ruang-ruang mekanik kreativitas

manusia yang akan mampu menjangkau soal-soal yang lebih tinggi

tersebut dalam kebenaran dan hikmah. Bahwa hal semacam ini perlu

dilakukan dalam pendidikan Islam yang semata untuk menjaga

keseimbangan universal agama.

Iqbal yang berpegangan pada dua dasar pengetahuan, yang pertama

disebutkan “‘Isyq” (cinta) dan yang kedua yaitu penalaran. Bagaimana

sebuah ‘Isyq (cinta) kepada tuhan memberikan kreativitas untuk

melaksanakan firmannya sebagai khalifah tuhan di bumi dengan potensi

56 Iqbal, The Recountruksion Of Tough In Islam, …, hlm. 61.

Page 109: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

96

yang dimiliki melalui olah fikir yang diejawantahkan dengan kreativitas

produksi ilmu. Karya ilmu ini didasarkan atas cinta kepada tuhan dalam

mensejahterahkan kehidupan yang harmonis, mapan dan

berkesinambungan tanpa adanya ketimpangan dalam menghayati

kehidupan dunia dan ukhrawi.

Sisi ilmu pengetahuan dan filsafat dengan agama akan menunjukan

watak universal Islam . Muhammad iqbal menyebutkan bahwa

pengembangan ke-diri-an (ego) merupakan sebuah embrio untuk

membutuhkan kreativitas diri tanpa mengeliminasi sebagai pengetahuan

yang selama ini dianggap menghambat keberadaan dogma agama, karena

ego akan terpacu sesuai dengan jalannya ‘Isyq dan nalar yang akan mampu

memberikan nilai positif atas eksitensi agama. Yang pada intinya menurut

iqbal, Pendidikan Islam mampu menjadi sebuah wahana untuk mencetak

manusia beriman, cerdas, dan berilmu pengetahuan keseimbangan

universal pendidikan Islam sebagai wadah dalam menggapai cita-cita

tersebut didasarkan dengan ‘Isyq dan nalar. Isyq akan tetap menjadi

Pembina nalar yang begitu tanpa batas, sehingga kemajuan manusia tidak

akan timpang dengan adanya korelasi.

Page 110: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

97

3. Analisis Perbedaan Konsep Ilmu Pengetahuan Al-Ghazali dan Muhammad

Iqbal

Di satu sisi dalam mengamati konsep ilmu pengetahuan Al-Ghazali

dan Muhammad Iqbal bahwa karena keduanya lahir dari rahim sosial yang

hampir sama, yaitu pergolakan pemikiran keilmuwan pada zamannya.

Bedanya bila Al-Ghazali lebih membela kepentingan agama, karena pada

waktu itu aliran-aliran rasionalis memberikan pemahaman yang berbeda

yang menurut Al-Ghazali apabila tidak dihentikan maka akan mengancam

eksistensi agama. Akhirnya Al-Ghazali menekankan pentingnya belajar

ilmu agama sebagai fardhu ‘ain dengan memilah dan memilih ilmu-ilmu

terapan yang cocok untuk memperkuat agama sebagai fardhu kifayah.

Sedangkan banyak ilmu-ilmu terapan menjadi terbengkalai dan

menjadikan kemunduran Islam di satu sisi, pembelaan Al-Ghazali terhadap

agama dengan demikian penilaian terhadap ilmu-ilmu pengetahuan, agar

umat Islam tetap memperkuat benteng keimanan dengan diwajibkannya

belajar ilmu agama sebagai kewajiban fardhu ‘ain.

Keberlangsungan Islam sesuai dengan cita-citakan Al-Ghazali

memang tercapai, tapi disisi lain terjadi ketimpangan yang sangat, takkala

Islam hanya menjadi agama teologis.

Sedangkan Muhammad Iqbal tertuntut untuk meluruskan kembali

konsep keuniversalan Islam apabila Al-Ghazali dalam melakukan

pendekatannya dengan model intuisi, setelah lama bergulat dengan

inderawi dan akal. Iqbal menggunakan ‘Isyq (cinta) dan penalaran cinta

Page 111: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

98

atau ‘Isyq di sini merupakan satu istilah, yaitu pendekatan batiniyah, persis

pendekatan intuisi yang dilakukan oleh Al-Ghazali. Dengan pendekatan

‘Isyq landasan keagamaan tanpa pernah akan tergerus, seperti yang terjadi

di Barat.

Dalam perspektif ini, suatu peradaban yang hanya ditegakkan atas

landasan penalaran (akal) tanpa cinta (‘Isyq) akan membuahkan

sekularisme-sekularisme.

Di sini letak perbedaan keduanya yang lebih mendasar, yaitu Iqbal

menambahkan pendekatan penalaran (akal) sebagai konsekuensi dari

perlakuan integrasi pengetahuan dan agama. Menjadi sebuah kemungkinan

yang positif akal dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya

dikembangkan untuk menopang keberadaannya manusia secara jasmani

dan ruhani.

4. Pengaruh Konsep Ilmu Pengetahuan Al-Ghazali dan Muhammad Iqbal

Terhadap Pendidikan Islam Serta Implikasinya.

Sejatinya pendidikan Islam telah memberikan sumbangsih begitu

besar dalam percaturan peradaban dunia. Penafsiran akan pentingnya

peradaban yang berperi-kemajuan dalam langkahnya menuju pendidikan

Islam yang universal mendapat tantangan yang terpenting baik dari aspek

pemikiran, ideologi, fragmentasi arah tujuan yang dicapai dengan selalu

memberikan pertimbangan yang jelas untuk bisa dikatakan mengorganisir

kepentingan jasmaniyah-ruhaniyah, keberimbangan naluri aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik

Page 112: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

99

Begitu besar tantangan yang dihadapi oleh pendidikan Islam saat

ini sehingga dikatakan oleh At-Attas secara diam-diam dihadapi oleh umat

Islam pada zaman ini adalah tantangan pengetahuan, bukan dalam bentuk

sebagai kebodohan, tetapi pengetahuan yang dipahamkan dan disebarkan

ke seluruh dunia oleh peradaban Barat.

Kembali bahwa Al-Ghazali dalam meletakkan dasar-dasar

pemikirannya tentang pengetahuan mendapat porsi yang lumrah.

Mengingat bahwa pengembaraan intlektual Al-Ghazali di tengah

keberagamaan pola pemikiran yang sarat akan pertentangan. Dengan

memastikan kecenderungan modal indrawi, lalu digantikan dengan

keputusan akal, maka mau tidak mau sebenarnya Al-Ghazali telah

mempercayainya terlebih karena Allah menganugerahkan akal yang

menjadi satu modal dalam perjuangan manusia untuk menjadi khalifah di

bumi.

Penerapan model ini sebenarnya karena latar belakang sosial pada

waktu itu. Di mana ilmu begitu pesatnya dilapangan, tapi menyebabkan

jauhnya manusia itu dari substansi awalnya. Manusia karena begitu

dominannya dalam mempergunakan akal, sehingga menurut Al-Ghazali

mengarahkan kepada kecendrungan tersesat, maka Al-Ghazali membantah

model akal, untuk mengarahkan manusia kembali pada substansi murni,

yaitu memakai dalil intuisi.

Pengetahuan filsafat dan pengetahuan terapan pada waktu itu mulai

bergeliat menunjukkan eksistensinya memang mengandung filsafat

Page 113: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

100

skolastik ala yunani. Sedikit tidaknya mempengaruhi cara berfikir orang

Islam. Maka menimbulkan gelagat yang tidak baik, yang pada awalnya

mengolah ilmu pengetahuan untuk menjadi ilmu terapan cenderung

mengarah mempersoalkan eksistensi tuhan.

Maka tepat juga apa yang dilakukan oleh Al-Ghazali dengan

mengklasifikasikan ilmu menjadi berbagai macam. Untuk mencounter

pemikiran–pemikiran yang menjadi duri dalam daging. Demikian pula apa

yang dilakukan Iqbal. Karena beliau lahir dan besar di tengah-tengah

keruntuhan peradaban Islam khususnya ilmu pengetahuan, maka oleh

sebab menyetir kembali begitu banyak ilmuwan penting, Muhammad

Iqbal merekonstruksi kembali sembari menyegarkan pemikiran-pemikiran

jumud yang sebenarnya harus ditinggalkan.

Memang pada waktu itu klasifikasi ini mungkin populer dan

relevan karena situasi yang cendreng kondusif, sehingga Islam tetap jaya

dalam pengetahuan, bahkan mungkin akan tercapai integritas dan

penghargaan ilmu yang sama tanpa kelas sudah sewajarnya. Akal yang

menetapkan sumber ilmu pengetahuan harus ditempatkan pada kedudukan

yang lebih bijak.

Wacana Al-Ghazali tentang klasifikasi ilmu memberikan warna

tersendiri dalam pendidikan masa itu, sehingga tidak menyebabkan

kegagalan dalam proses penetrasi keilmuwan wacana integritas dan

rekonsiliasi sudah seharusnya. Wacana integrasi dan rekonsiliasi filsafat

dan agama mendesak untuk dilaksanakan dalam implementasi kurikulum

Page 114: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

101

yang nyata. Islam sangat universal dalam mengimbangi antara produk

skill, ketrampilan, pengetahuan dan nilai-nilai moral. Sehingga pada saat

pendidikan Islam mengejawantahkan keseluruhan materi yang berdimensi

jasmani dan ruhani tanpa memberikan ruang kesengajaan.

Wacana Al-Ghazali sangat mempengaruhi gerak dari pendidikan

Islam saat ini. Bagaimana doktrin pemisahan ilmu dalam definisinya

masing-masing menjerat dan sulit untuk diurai. Pendidikan Islam dalam

statusnya hanya mengajarkan ilmu materi keagamaan klasik-perimbangan

materi terapan belum terpenuhi.

Sebab pemisahan ini karena sosio kulturalnya melingkupi Al-

Ghazali pada waktu itu, yang memang ilmu filsafat disalahgunakan untuk

mengutak atik eksistensi yang maha tinggi. Sedang masalahnya pada saat

ini sungguh sangat berbeda. Kepercayan doktrin tentang manusia yang

menjadi khalifah di bumi belum bisa terwujud apabila Pendidikan Islam

belum memberikan kontribusi penerapan ilmu-ilmu sosial dan alam.

Demikian pula wacana yang dipaparkan Muhammad Iqbal karena

berawal dari keprihatinan atas pendidikan Islam. Konsep ‘Isyq dan

penalaran menjadi embrio wacana integrasi pengetahuan dan agama.

Pendidikan Islam sebagainya telah mulai membuktikan diri dalam

bidang-bidang pengetahuan terapan. Sebagaimana pengaruh dari integrasi

pengetahuan agama. Timbulnya dalam kurikulum pendidikan Islam

menjadi sebuah akibat adanya dikotomi dalam ilmu. Dalam pendidikan

Islam saat ini mengenal adanya prinsip ilmu agama dan ilmu umum. Ilmu

Page 115: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

102

agama dengan melakukan pendekatan sumber utama Al-Qur'an dan hadist.

Semua materi ilmu ini diganti dari kedua sumber tersebut. Sedangkan ilmu

umum tidak memakai kedua unsur tersebut di atas dengan hanya

mengedepankan rasionalitas semata atas nama akal.

Maka sebenarnya ada pengaruh dari konsep Al-Ghazali tentang

berbagai klasifikasi ilmu yang pada akhirnya berkembang menjadi ilmu

agama dan ilmu umum. Pendidikan Islam dengan berbagai kelemahan

penganutnya memasukan prinsip ilmu agama sebagai kurikulum wajib-

untuk dengan berbagai alasan sebagai bekal di akherat kelak, sedangkan

ilmu umum ditolak secara halus karena predikat yang disandarkannya.

Pada sisi lainpun sebagian pendidikan Islam ingin

mengintegrasikan pemahaman antara ilmu agama dan ilmu umum belum

berhasil. Karena pijakan awal dari sumber idiologi dicakupannya berbeda.

Sehingga tetap pemahaman ini tidak bisa menyatukan kedua ilmu tersebut

dalam satu naungan, yaitu ilmu yang berasal dari Allah Swt yang tercakup

didalam Al-Qur’an. Imbasnyapun pendidikan Islam tidak pernah

menemukan kecocokan dalam membaurkan kesamaan visi kedua ilmu

tersebut.

Page 116: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

103

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai Klasifikasi Ilmu

Pengetahuan Dalam Pendidikan Islam (Konsep Perbandingan Menurut AL-

Ghazali dan Muhammad Iqbal) maka dalam penelitian ini dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Konsep Al-Ghozali dan Muhammad Iqbal tentang klasifikasi ilmu

pengetahuan dalam pendidikan Islam yaitu:

Dalam membangun sebuah konsep ilmu, Al-Ghozali mengharapkan agar

tujuan hakikat kebenaran tercapai serta memiliki akses kedekatan dengan

Tuhan. Dari itu sumber kebenarannya adalah intuisi (dzauq), sedangkan

sumber lain selain dari intuisi adalah kebenaran semu. Demikian halnya

Al-Ghozali memilah proses perolehan ilmu pengetahuan (epistimologi)

dalam dua tingkatan metode yaitu dharuri (laduni) dan kasbi (muktasabah).

Menurutnya ilmu dharuri (laduni) adalah ketersingkapan pengetahuan

dalam hati tanpa ada bantuan, dicontohkannya dalam hal ini adalah wahyu.

Sedangkan metode kasbi (muktasabah) merupakan pengetahuan yang

dihasilkan melalui usaha dengan bantuan panca indra dan terkadang

menurutnya kurang sempurna karena tidak dapat diandalkan.

Dicontohkannya berupa pengetahuan inderawi, material dan sebagainya.

Oleh karena itu dalam kaitannya kewajiban menuntut ilmu, menurutnya

ilmu dibagi dua yaitu ilmu fardhu ‘ain dan ilmu fardhu kifayah.

103

Page 117: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

104

Sedangkan menurut Muhammad Iqbal dalam filosofi ilmu pengetahuan

mendefinisikan ilmu dalam kerangka universal Islam antara Agama dan

Pengetahuan saling menunjang, pengetahuan tanpa agama maka akan

cenderung materialisme rasionalisme, sedangkan agama tanpa

pengetahuan maka akan terjadi fatalisme. Filsafat ego tentang kreatifitas

diri dalam jiwa seorang muslim senantiasa harus dikembangkan sebagai

upaya membaca masa lalu dan dengan mengaitkan masa sekarang.

2. Perbedaan konsep Al-Ghozali dan Muhammad Iqbal tentang klasifikasi

ilmu pengetahuan dalam Pendidikan Islam.

Karena kedua tokoh tersebut berbeda zaman dan sosio kultur yang

melatarbelakangi juga berbeda, maka ada beberapa hal perlu disebutkan

perbedaannya:

a. Ruang lingkup Al-Ghozali dalam interaksinya lebih pada wilayah lokal

karena akses teknologi informasi belum tercapai. Sedangkan

Muhammad Iqbal lahir pada saat situasi kompetisi barat yang begitu

cepat, maka ruang interaksinya pun begitu luas.

b. Dampak dari hal tersebut diatas erat kaitannya dengan sumber

perumusan filosofi antara keduanya. Al-Ghozali mengambil sumber

ilmu yang menjadi keyakinan baginya yaitu intuisi murni yang

korelasinya lebih tepat tercapainya kedekatan kepada Tuhan.

Sedangkan Muhammad Iqbal bersumberkan pada ‘isyq (cinta) dan

penalaran yang pada hakekatnya memacu kepada kreatifitas diri.

Page 118: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

105

c. Oleh karenanya Al-Ghozali memisahkan materi ilmu agama dan materi

ilmu pengetahuan umum dalam kriteria apa yang dimaksudnya ilmu

fardhu ‘ain dan ilmu fardhu kifayah. Sedangkan Muhammad Iqbal lebih

memilih pengintegrasian materi ilmu agama dengan ilmu pengetahuan

umum. Dengan catatan dalam materi ilmu pengetahuan umum tersebut

dilebur dengan hakikat-hakikat dari materi ilmu agama, sehingga akan

selalu memacu pada kualitas kreatifitas diri untuk memajukan Islam.

3. Pengaruh konsep Al-Ghozali dan Muhammad Iqbal tentang klasifikasi

ilmu pengetahuan dalam Pendidikan Islam yaitu terciptanya kurikulum

madrasah disatu sisi yang didalamnya cenderung ada dikotomi Ilmu

Agama dan Ilmu Umum. Disisi lain timbulnya kurikulum yang berbasis

pada kemampuan dalam memahami materi agama dengan integrasi pada

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sasaran mencapai

manusia yang bertaqwa dan berilmu pengetahuan serta bertanggungjawab

dalam beramal soleh.

B. Saran-saran

1. Hendaknya mengubah paradigma ilmu agama dan ilmu umum di bawah

satu naungan universal ilmu, karena hanya akan mengkerdilkan watak

keuniversalan Islam itu sendiri.

2. Hendaknya konsep-konsep ilmu yang diajarkan oleh al-Ghazali dan

Muhammad Iqbal harus dilihat dulu latar belakang munculnya pemikiran-

pemikirannya tersebut, tidak ditelan secara serampangan, karena

Page 119: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

106

sebenarnya niat baik keduanya perlu diperhitungkan untuk agar Islam

lebih kuat.

3. Hendaknya para tokoh pendidikan untuk merancang segera peng-

integrasian dan menghilangkan dikotomi antara ilmu agama dan ilmu

umum, tidak semata melebur secara fisik, tetapi secara filosofis dan

pengambilan sumbernya pun tanpa ada perbedaan.

C. Kata Penutup

Dengan mengucap syukur, Alhamdulillahi Rabbil’allamin, yang

hanya dengan hidayah, rahmat dan inayah-Nya segala kehendak dan tujuan

serta cita-cita seorang insan dapat terwujud, sehingga penulis telah dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Klasifikasi Ilmu Pengetahuan dalam

Pendidikan Islam (Konsep Perbandingan Menurut Al-Ghozali dan

Muhammad Iqbal)”.

Penulis yakin sepenuhnya bahwa masih banyak kelemahan dan

kekurangan dalam penulisan ini semata-mata karena persiapan dan khazanah

pengetahuan serta pengalaman penulis yang masih teramat dangkal. Untuk

itu tegur sapa, kritik, dan saran-saran demi sempurnanya penelitian ini sangat

diperlukan.

Sebagai kata penutup, penulis hanya dapat berharap semoga skripsi ini

dapat membawa manfaat terutama bagi penulis dan masyarakat pada

umumnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah bersedia membantu terlaksanannya penulisan

Page 120: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

107

skripsi ini, semoga Allah Swt berkenan melimpahkan pahala yang setimpal

amin.

Kesugihan, 18 Januari 2011 Penyusun AHMAD SAHREZA NIM : 052321604

Page 121: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumiddin, Terjemah TK. H. Ismail Ya’kub. Surabaya. CV. Faizan. 1966.

________, Tahafut Al-Falasifah. Terjemah Ahmad Maimun. Yogyakarta.

Islamika. 2003. ------------, Fatihatul Ulum, Terjemah oleh Ma’ruf Asrori, Pustaka Progresif,

Surabaya, 2002. Abdurrozak, Abu Bakar. Matahari Didalam Diri, Muhasabah Al-Ghozali Untuk

Para Muridnya, Jakarta: Hikmah, 2003. Ali Al-Husni An-Nadwi, Abul Hasan. The Glory Of Iqbal Alih Bahasa Suyibno

dengan judul Percikan Kegeniusan Dr. Muhammad Muhammad Iqbal, t.k.: Integrita Press, 1985.

Ali, Al- Shafique Khan. Filsafat Pendidikan Ghozali(terjemahan). Bandung: CV

Pustaka Setia. 2005. Alwajri, Ahmed O. Islam, Barat, dan Kebebasan Akademik, Yogyakarta: Titian

Ilahi, 1997. Aziz, Abd. Filsafat Pendidkan Islam, Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan

Islam Yogyakarta: Teras, 2009. Azwar, Syaifudin. Reliadibitas dan Validitas. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. 2006. --------------------.Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003. Daradjat, Zakiyah dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2006. Daudy, Ahmad. Segi-Segi Pemikiran Falsafi Dalam Islam, Jakarta: Bulan

Bintang, 1984. Depag RI. Al Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit Diponegoro.

2003. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka .

2007.

Page 122: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

D. Katsoff, Lowis. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 1996 Husein Alhamid, Zaid. Mukhtashar Ihya Ulumiddin. Jakarta:Pustaka Amani.

1995. Ibnu Rusn, Abidin. Pemikiran Al-Ghozali Tentang Pendidikan, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009. Iqbal, Muhammad. The Recountruksion Of Tought In Islam Alih Bahasa Ali

Audah, Dkk. Dengan Judul Rekonstruksi Pemikiran Agama Dalam Islam, Yogyakarta: Jalasutra, 2008.

Muhadjir, Noeng. Metodologi penelitian Kualitatif edisi IV. Yogyakarta: Rake

Sarasin. 2002. Munir, Ahmad. Tafsir Tarbawi, Mengungkap Pesan Al-Qur'an Tentang

Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2008. Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran Dan Gerakan,

Jakarta: Bulan Bintang, 1996. Nasution, Hasyimsyah. Filsafat Islam, Jakarta: Radar Jaya, 2002. Pius A Partanto dan M Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiyah Populer.

Surabaya: Arkola. 1994. Rahardjo, Mudji. Quo Vadis Pendidikan Islam, Realitas Pembacaan Pendidikan

Islam, Sosial dan Keagamaan, Malang: Cendikia Paramulya, 2006. Saiyidain, K. G. Iqbal’s Educational Philosophy Alih Bahasa M. I. Soelaeman,

dengan judul Percikan Filsafat Muhammad Iqbal Mengenai Pendidikan Bandung: C. V Diponegoro,. 1981.

Suryadilaga, M. Alfatih. Konsep Ilmu Dalam Kitab Hadits, Studi Atas Kitab

Alkafi Karya Kulaini, Yogyakarta: Teras, 2009. Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Islam, Bandung, Remaja Rosdakarya,

2000. Usa, Muslih. Pendidikan Islam di Indonesia Antara Cita Dan Fakta, Yogyakarta:

Tiara Wacana, 1991.

Page 123: KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN …eprints.iaiig.ac.id/25/1/SKRIPSI.pdf · Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa ... kejadiannya, asal-muasal sampai

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. NAMA : Ahmad Sahreza

2. Tempat tanggal lahir ; Negeri Ngarip, 04 September 1985

3. Jenis kelamin : Laki-Laki

4. Status : Belum Menikah

5. Agama/Bangsa : Islam/Indonesia

6. Alamat rumah : jl. Lintas Barat Negeri Ngarip Kecamatan

Wonosobo Kabupaten Tanggamus Lampung

7. Nama orang tua:

a. Ayah : Halimi

b. Ibu : Nur Diana

8. Pendidikan Formal

a. Sd Negeri 01 Negeri Ngarip

b. SLTP N 01 Wonosobo Lampung

c. SMU N 01 Kota Agung Lampung

d. IAIIG Kesugihan 01 Cilacap

Demikian riwayat hidup ini penulis buat denagn sebenar-benarnya.

Cilacap 18 Januari 2011

AHMAD SAHREZA NIM 052 321 604