klasifikasi fasies delta
DESCRIPTION
fasiesTRANSCRIPT
Fasies
Fasies merupakan bagian yang sangat penting dalam mempelajari ilmu sedimentologi. Yang
mana Boggs (1995) mengatakan bahwa dalam mempelajari lingkungan pengendapan sangat penting
untuk memahami dan membedakan dengan jelas antara lingkungan sedimentasi (sedimentary
environment) dengan lingkungan facies (facies environment). Lingkungan sedimentasi dicirikan
oleh sifat fisik, kimia dan biologi yang khusus yang beroperasi menghasilkan tubuh batuan yang
dicirikan oleh tekstur, struktur dan komposisi yang spesifik. Sedangkan facies menunjuk kepada
unit stratigrafi yang dibedakan oleh litologi, struktur dan karakteristik organik yang terdeteksi di
lapangan. Kata fasies didefinisikan yang berbeda-beda. Namun demikian umumnya bahwa fasies
merupakan ciri dari suatu satuan batuan sedimen. Ciri-ciri ini dapat berupa ciri fisik, kimia dan
biologi, seperti ukuran tubuh sedimen, struktur sedimen, besar dan bentuk butir, warna serta
kandungan biologi dari batuan sedimen tersebut. Sebagai contoh, fasies batupasir sedang
bersilangsiur (cross-bed medium sandstone facies). Beberapa contoh istilah fasies yang dititik
beratkan pada kepentingannya :
Litofasies : didasarkan pada ciri fisik dan kimia pada suatu batuan.
Biofasies: didasarkan pada kandungan fauna dan flora pada batuan.
Iknofasies: difokuskan pada fosil jejak dalam batuan
Berbekal pada ciri-ciri fisik, kimia dan biologi dapat dikonstruksi lingkungan dimana suatu
runtunan batuan sedimen diendapkan. Proses rekonstruksi tersebut disebut analisa fasies
Delta
Delta merupakan garis pantai yang menjorok ke laut, terbentuk oleh adanya sedimentasi
sungai yang memasuki laut, danau atau laguna dan pasokan sedimen lebih besar dari pada
kemampuan pendistribusian kembali oleh proses yang ada pada cekungan pengendapan (Elliot,
1986 dalam Allen, 1997). Menurut Boggs (1987), delta diartikan sebagai suatu endapan yang
terbentuk oleh proses sedimentasi fluvial yang memasuki tubuh air yang tenang. Dataran delta
menunjukkan daerah di belakang garis pantai dan dataran delta bagian atas didominasi oleh proses
sungai dan dapat dibedakan dengan dataran delta bagian bawah didominasi oleh pengaruh laut,
terutama penggenangan tidal. Delta terbentuk karena adanya suplai material sedimentasi dari sistem
fluvial. Ketika sungai-sungai pada sistem fluvial tersebut bertemu dengan laut, perubahan arah arus
yang menyebabkan penyebaran air sungai dan akumulasi pengendapan yang cepat terhadap material
sedimen dari sungai mengakibatkan terbentuknya delta. Bersamaan dengan pembentukan delta
tersebut, terbentuk pula morfologi delta yang khas dan dapat dikenali pada setiap sistem yang ada.
Morfologi delta secara umum terdiri dari tiga, yaitu : delta plain, delta front dan prodelta.
1. Delta plain
Delta plain merupakan bagian delta yang bersifat subaerial yang terdiri dari channel yang sudah
ditinggalkan. Delta plain merupakan baigan daratan dari delta dan terdiri atas endapan sungai yang
lebih dominan daripada endapan laut dan membentuk suatu daratan rawa-rawa yang didominasi
oleh material sedimen berbutir halus, seperti serpih organik dan batubara. Pada kondisi iklim yang
cenderung kering (semi-arid),sedimen yang terbentuk didominasi oleh lempung dan evaporit.
Daratan delta plain tersebut digerus oleh channel pensuplai material sedimen yang disebut fluvial
distributaries dan membentuk suatu percabangan. Sedimen pada channel tersebut disebut sandy
channel dan membentuk distributary channel yang dicirikan oleh batupasir lempungan.
Sublingkungan delta plain dibagi menjadi :
a. Upper Delta Plain
Pada bagian ini terletak diatas area tidal atau laut dan endapannya secara umum terdiri dari :
Endapan distributary channel terdiri dari endapan braided dan meandering, levee dan
endapan point bar. Endapan distributary channel ditandai dengan adanya bidang erosi pada bagian
dasar urutan fasies dan menunjukkan kecenderungan menghalus ke atas. Struktur sedimen yang
umumnya dijumpai adalah cross bedding, ripple cross stratification, scour and fill dan lensa-lensa
lempung. Endapan point bar terbentuk apabila terputus dari channel-ya. Sedangkan levee alami
berasosiasi dengan distributary channel sebagai tanggul alam yang memisahkan dengan
interdistributary channel. .
Endapan interdistributary channel merupakan endapan yang terdapat diantara distributary
channel. Lingkungan ini mempunyai kecepatan arus paling kecil, dangkal, tidak berelief dan proses
akumulasi sedimen lambat. Pada interdistributary channel dan flood plain area terbentuk suatu
endapan yang berukuran lanau sampai lempung yang sangat dominan. Struktur sedimennya adalah
laminasi yang sejajar dan burrowing structure endapan pasir yang bersifat lokal, tipis dan kadang
hadir sebagai pengaruh gelombang.
b. Lower Delta Plain
Lower delta plain terletak pada daerah dimana terjadi interaksi antara sungai dengan laut,
yaitu dari low tidemark sampai batas kehadiran yang dipengaruhi pasang-surut. Pada lingkungan ini
endapannya meliputi endapan pengisi teluk (bay fill deposit) meliputi interdistributary bay, tanggul
alam, rawa dan crevasse slay, serta endapan pengisi distributary yang ditinggalkan.
c. Delta Front
Delta front merupakan sublingkungan dengan energi yang tinggi dan sedimen secara tetap
dipengaruhi oleh adanya proses pasang-surut, arus laut sepanjang pantai dan aksi gelombang. Delta
front terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan akumulasi sedimennya berasal dari distributary
channel. Batupasir yang diendapkan dari distributary channel tersebut membentuk endapan bar
yang berdekatan dengan teluk atau mulut distributary channel tersebut. Pada penampang stratigrafi,
endapan bar tersebut memperlihatkan distribusi butiran mengkasar ke atas dalam skala yang besar
dan menunjukkan perubahan fasies secara vertikal ke atas, yang mana endapan tersebut dapat
menjadi reservoir hidrokarbon yang baik. Diantara bar pada mulut distributary channel akan
terakumulasi lempung lanauan atau lempung pasiran dan bergradasi menjadi lempung ke arah laut.
Menurut Coleman (1969) dan Fisher (1969) dalam Galloway (1990), lingkungan
pengendapan delta front dapat dibagi menjadi beberapa sublingkungan dengan karakteristik asosiasi
fasies yang berbeda, yaitu :
- Subaqueous Levees merupakan kenampakan fasies endapan delta front yang berasosiasi dengan
active channel mouth bar. Dan dapat dibedakan dengan fasies lainnya pada endapan delta masa
lampau.
- Channel ditandai dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menghalus ke
atas. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai adalah cross bedding, ripple cross stratification,
scoure and fill.
- Distributary Mouth Bar merupakan lingkungan pengendapan dengan kecepatan yang paling tinggi
dalam sistem pengendapan delta. Yang tersusun atas pasir yang diendapkan melalui proses fluvial
dengan struktur sedimen current ripple, cross bedding dan massive graded bedding.
- Distal Bar merupakan urutan fasies yang cenderung menghalus ke atas, umumnya tersusun atas
pasir halus dengan struktur sedimen laminasi, perlapisan silang siur tipe through.
d. Prodelta
d. prodelta merupakan sublingkungan transisi antara delta front dan endapan normal marine shelf
yang berada di luar delta front. Prodelta merupakan kelanjutan delta front ke arah laut dengan
perubahan litologi dari batupasir bar ke endapan batulempung dan selalu ditandai oleh zona
lempungan tanpa pasir.
Fasies Delta
Fasies delta termasuk fasies yang unik terbentuk oleh perulangan banyak sekuen susut delta
dan dapat membentuk endapan yang sangat tebal disebabkan akumulasi endapan dari puluhan
bahkan ratusan individu sekuen delta.Turun naiknya muka air laut yang tidak konstan menyebabkan
siklus penggenangan dan penurunan permukaan air laut yang tidak merata di setiap bagian sekuen
delta meskipun secara lateral jaraknya hanya terpisah beberapa meter.
Perulangan daur susut genang laut dengan ketebalan puluhan meter adalah tipe endapan pantai dan
endapan delta. Hal ini menunjukan bahwa dalam beberapa interval stratigrafi, garis pantai dapat
berpindah puluhan atau ratusan kilometer ke arah depan ataupun ke arah belakang dengan
perubahan lingkungan pengendapan dari lepas pantai ke arah dataran delta (delta plain) maupun
sebaliknya.
Secara umum mekanisme daur progradasi dan peninggalan delta sebagai berikut :
1. Awalnya bagian delta tertentu adalah zona aktif pemasukan sedimen, delta berprogradasi di atas
paparan.
2. Kecepatan progradasi pada saat tertentu akan berkurang akibat delta yang berprogradasi di atas
paparan, meningkatnya jumlah channel dan pengangkutan material sedimennya, meningkatnya laju
penurunannya cekungan ke arah paparan yang mengakibatkan channel akan berpindah secara lateral
mengikuti kemiringan gradien hidroliknya dengan jarak tertentu dari delta lama.
3. Pada saat yang sama delta lama mengalami penurunan sehingga gelombang pasang laut
mempengaruhi suplai endapan, dengan diendapkannya endapan genang laut berupa karbonat atau
serpih marine.
4. Berkembangnya endapan batubara tebal yang merupakan lapisan penanda (marker bed)
berakhirnya daur genang laut pada bagian darat delta lama (fluvial delta plain abadonment) setelah
mengalami penurunan maka endapan ini akan tertutup oleh endapan genang laut.
5. Dalam interval waktu tertentu, tempat pengendapan delta dapat kembali berpindah di atas
delta lama dengan terbentuknya endapan susut laut deltaik di atas endapan genang laut
menghasilkan lobate (kuping delta).Mekanisme ini terus berlangsung sehingga terjadi daur
perentangan vertikal (vertikal stacking cycle) yang disusun oleh sistem susut-genang laut
setempat.
DAFTAR PUSTAKA
http://harpani.blogspot.com/2012/04/sedimentologi.html
http://scribd_sedimentologi_ilmubatu.com/delta.html
http://www.sedimentologi.com/fasies_delta.html