klab klassik pacu aktivitas dan...

2
o Sabtu Pikiran Rakyat Klab Klassik o Senin o Se/asa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat e Minggu 123 17 18 19 14 15 16 29 30 31 4 5 6 7~ 9 10 11 20 21 22 ~ 24 25 26 12 13 27 28 eJan OPeb ONov ODes o Mar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt Pacu Aktivitas dan Kreativitas E KSISTENSI suatu komunitas ditentukan oleh rutinitas serta kreativitas para anggotanya. Di mana ada rutinitas, di situ - aktivitas dan eksistensi komu- nitas tampak. Rutinitas dan kreativitas ini yang selalu dijaga oleh mereka yang tergabung dalam wadah Klab Klassik yang berdiri sejak 9 Desember 2005· Semula didirikan sebagai wadah musik insidental oleh empat orang gitaris, yaitu, Royke Ng, Christian Reza Erlangga, Ah- mad Indra, dan Syarif Maulana. 'Waktu itu, kami hendak tampil di acara Jazz Aid. Pergelaran musikjazz yang diperuntukan bagi korban tsunami pada Februari 2005," ucap Syarif Maulana. . Seusai manggung, Dwi C. Yuniman yangjuga sebagai penggagas berdirinya Klab Jazz (komunitas musikjazz Kota Bandung), memberi usu- lan agar Syarif dan ketiga rekannya membentuk komu- nitas klasik. Seperti halnya na- ma Klab Jazz, Yunimanjuga mengusulkan nama Klab Klasik. "Dorongan tersebut aklrirnya karni coba realisas- ikan setelah mendapat kesem- patan berkumpul sebulan sekali di Common Room Jalan Kyai Gede Utama Nomor 8. Untuk kemudian sejak perten- gahan tahun 2007, kami resmi berkomunitas di Tobucil, yang waktu itu berlokasi di Jalan Aceh Nomor 56," ujar Syarif. Setelah berdiri, menurut Syarif, mereka yang waktu itu masih duduk di bangku kuliah seakan terdorong untuk bersama-sama saling mengisi dan menghidupkan komunitas dengan aktivitas dan kreativi- tas. Akumulasi dari kumpul- kumpul tersebut salah satunya berhasil mencetuskan ide un- tuk membuat pergelaran musik klasik bernama Classi- cares, pada akhir tahun 2005. Penyelenggaraan Classicares di Gedung Asia Africa Cultural Center, pada 9 Desember 2005 tersebut menjadi tong- gak bagi kehadiran Klab Klas- sik sebagai komunitas yang mandiri. "Sejak saat itu, penyelenggaraan konser se- cara berkala menjadi agenda rutin kami di samping acara kumpul rutin yang senantiasa terus berjalan," ujar Syarif, yang selalu ditunjuk sebagai jubir karena sifatnya yang fa- miliar dan senang bercanda. Klab Klassik, menurut , Syarif, tidak mengenal istilah anggota karena kebersamaan mereka tidak terikat dalam su- atu aturan organisasi. "Kami tidak menggunakan istilah keanggotaan, karena komuni- tas kami nonprofit dan lagi yang namanya anggota selalu identik dengan keterikatan," ujar Syarif. Dalam tubuh Klab Klassik, tidak ada aturan yang mengikat partisipan, tidak ada KlIplng Bumas Onpad 2011

Upload: others

Post on 26-May-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

o Sabtu

Pikiran Rakyat

Klab Klassik

o Senin o Se/asa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat e Minggu

12317 18 19

14 15 1629 30 31

4 5 6 7 ~ 9 10 1120 21 22 ~ 24 25 26

12 1327 28

eJan OPeb ONov ODesoMar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt

Pacu Aktivitasdan KreativitasE KSISTENSI suatu

komunitas ditentukanoleh rutinitas serta

kreativitas para anggotanya.Di mana ada rutinitas, di situ -aktivitas dan eksistensi komu-nitas tampak.

Rutinitas dan kreativitas iniyang selalu dijaga oleh merekayang tergabung dalam wadahKlab Klassik yang berdiri sejak9 Desember 2005· Semuladidirikan sebagai wadahmusik insidental oleh empatorang gitaris, yaitu, Royke Ng,Christian Reza Erlangga, Ah-mad Indra, dan SyarifMaulana.

'Waktu itu, kami hendaktampil di acara Jazz Aid.Pergelaran musikjazz yangdiperuntukan bagi korbantsunami pada Februari 2005,"ucap Syarif Maulana.. Seusai manggung, Dwi C.Yuniman yangjuga sebagaipenggagas berdirinya KlabJazz (komunitas musikjazzKota Bandung), memberi usu-lan agar Syarif dan ketigarekannya membentuk komu-nitas klasik. Seperti halnya na-ma Klab Jazz, Yunimanjugamengusulkan nama KlabKlasik.

"Dorongan tersebutaklrirnya karni coba realisas-ikan setelah mendapat kesem-patan berkumpul sebulansekali di Common Room JalanKyai Gede Utama Nomor 8.Untuk kemudian sejak perten-gahan tahun 2007, kami resmiberkomunitas di Tobucil, yang

waktu itu berlokasi di JalanAceh Nomor 56," ujar Syarif.

Setelah berdiri, menurutSyarif, mereka yang waktu itumasih duduk di bangku kuliahseakan terdorong untukbersama-sama saling mengisidan menghidupkan komunitasdengan aktivitas dan kreativi-tas. Akumulasi dari kumpul-kumpul tersebut salah satunyaberhasil mencetuskan ide un-tuk membuat pergelaranmusik klasik bernama Classi-cares, pada akhir tahun 2005.

Penyelenggaraan Classicaresdi Gedung Asia Africa CulturalCenter, pada 9 Desember2005 tersebut menjadi tong-gak bagi kehadiran Klab Klas-sik sebagai komunitas yangmandiri. "Sejak saat itu,penyelenggaraan konser se-cara berkala menjadi agendarutin kami di samping acarakumpul rutin yang senantiasaterus berjalan," ujar Syarif,yang selalu ditunjuk sebagaijubir karena sifatnya yang fa-miliar dan senang bercanda.

Klab Klassik, menurut, Syarif, tidak mengenal istilahanggota karena kebersamaanmereka tidak terikat dalam su-atu aturan organisasi. "Kamitidak menggunakan istilahkeanggotaan, karena komuni-tas kami nonprofit dan lagiyang namanya anggota selaluidentik dengan keterikatan,"ujar Syarif.

Dalam tubuh Klab Klassik,tidak ada aturan yangmengikat partisipan, tidak ada

KlIplng Bumas Onpad 2011

RETNO HY ("PR"

FOTO bersama bintang merupakan hal yang paling diminatiseusai menyaksikan pertunjukan oleh para penggiat KlabKlassikseperti saat pegelaran ,'Two Centuries of Spanish Guitar," di BeleRumawat Unpad, yang menampilkan gitaris klasik asalCantabria, Spanyol, Miguel Trapaga. *

uang iufan, siapa saja bebasmasuk-keluar tanpa syarat.Bahkan tidak harus memilikikemampuan memainkan alatmusik klasik. ''Yang pentingmereka yang hadir punya ke-senangan yang sama akanmusik klasik," ujar Syarif.

Terhadap keberadaan KlabKlassik, gitaris gitar klasik,yang juga guru gitar beberapapenggiat Klab Klassik, RidwanB. Tjiptahardja, sangat men-dukung keberadaan kornuni-tas tersebut. Bahkan secararutin Ridwan memberikan il-mu dan selalu menyempatkandiri hadir pada diskusi yangdilakukan dalam pertemuanrutin di Tobucil setiap hari

Kamis dan Sabtu siang menje-lang sore.

Meski menamakan diri KlabKlassik, menurut Dede, salahseorang penggiat, dalam suatupertemuan jangan pernahberbincang soal musik klasikapalagi tokoh musik klasik."Karena bila pembicaraan su-dah mengarah ke suatu yangserius biasanya hanya berta-han beberapa menit, setelahitu kami memilih berceritatentang keseharian yangringan, seputar dunia anak-anak muda, ngegosip, atauhal-hal lucu,' tutur Dede.

Hal itu karena Klab Klassiksebagaimana yang dibuatpenggagasnya (Dwi Yuniman),

merupakan tempat atauwadah untuk berkumpul un-tuk melepas tekanan rutinitas,bukan tempat diskusi sesuatuyang serius. "Intinya kitaberkurnpul untuk bertemusatu dengan lainnya atau lebihcocok untuk berefleksi," ujarDede.

Namun demikian, karena disela-sela pertemuan selalu saja

, ada yang membawa alat musikdan di Tobucil sendiri tersedia,obrolan kadang diselingi per-mainan musik atau ngejam.Lagunya tak selalu berupakomposisi klasik, bahkan ter-kadang seringnya ngepop ataulagu-lagu yang sedang hits.

Hal tersebut terjadi Dedekarena beberapa penggiat diKlab Klassik adalah musisiyang menyambi mengajarmusik klasik, dan di antaranyaada yang berprofesi dosen,mahasiswa ataupun pelajar.Karenanya para penggiatdatang untukrileks.

Namun demikian, memasu-ki tahun ke enam, penggiat dikomunitas Klab Klassik yangsemula empat orang terusbertambah, tidak kurang daridua puluh penggiat. Bahkandengan diselenggarakannyakegiatan berupa Ririungan Gi-tar Bandung (RGB) yang dibu-ka sejak 3 Desember lalu, jum-lah penggiat terus bertambah."Namun, tetap kami bukanlahkomunitas nonprofit," ujarSyarif yang dituakan kembalimenegaskan. (RetnoHY /"PR")***

l