kinerja bidang lalu lintas dinas …/kinerja... · tabel 3 jumlah pegawai berdasarkan tingkat...
TRANSCRIPT
KINERJA BIDANG LALU LINTAS DINAS PERHUBUNGAN
KOTA SURAKARTA
Oleh:
TODY MAULANA MEDITRA
D 0103121
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PERSETUJUAN
Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Panitia Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing
Dra. Sri Yuliani, M.Si NIP. 1963073019932002
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Hari :
Tanggal :
Panitia Penguji:
1. Drs. Budiarjo, M.Si ( ) NIP. 195406021986011001
2. Drs. Ali, M.Si ( ) NIP. 195408301985031002
3. Dra. Sri Yuliani, M.Si. ( ) NIP. 196307301990032002
Mengetahui
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Drs. H. Supriyadi , SN., SU NIP. 195301281981031001
iv
MOTTO
”Semakin kita dekat dengan orang-orang besar, kita menjadi semakin
jelas melihat bahwa mereka juga hanya orang-orang biasa seperti kita”
(La Bruye)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila
kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain”
(OS. Alam Nasyrah : 6-7)
“Tiada harta terpendam yang lebih bermanfaat
daripada ilmu pengetahuan
tiada kawan yang lebih indah dari berkata Jujur
tiada teman yang lebih tinggi dari kesabaran
tiada kejahatan yang lebih memalukan dari kesombongan
(Wahab bin Munabbih)
Mengakui kekurangan diri adalah tenaga untuk kesempurnaan,
terus mengisi kekurangan adalah keberanian yang luar biasa
(Hamka)
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk:
1. Papa Mama tercinta
2. Kakakku dan Adikku tersayang
3. Keponakanku tersayang
4. Sahabat dan Temanku
5. Almamaterku
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
dengan judul “Evaluasi Kinerja Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota
Surakarta”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada
Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam rangka penulisan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan baik secara
langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dra. Sri Yuliani, M.Si, selaku Pembimbing yang dengan sabar
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Drs. H. Supriyadi, SN. SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin
mengadakan penelitian guna penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Sudarto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi yang telah
berkenan memberikan ijin mengadakan penelitian guna penyusunan skripsi
ini.
4. Bapak Drs. Yosca Herman Soedradjad, MM selaku Kepala Dinas
Perhubungan Kota Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan
penelitian.
5. Ibu Retno Suryawati M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan saran dan nasehat kepada penulis.
6. Bapak Didik Setyanto, ST, selaku Kasubag. Perencanaan Evaluasi dan
Pelaporan yang telah memberikan data-data dan informasi berkaitan dengan
skripsi ini; Bapak Agung Wijayanto, selaku Pengelola Kepegawaian; Bapak
Sri Baskoro, selaku Kabid Lalu Lintas yang memberikan data dan informasi
tentang kinerja bidang Lalu Lintas; Bapak Joko Pramono, selaku Kasi
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dan Bapak Ongko Prasetyo, selaku
vii
Kasi Bimbingan Keselamatan dan Ketertiban yang memberikan data dan
informasi kinerja pegawai di lapangan (jalan raya).
7. Teman dan Sahabat AN angkt’ 03, terima kasih untuk segenap rasa
persaudaraan, kekeluargaan yang tercipta selama ini (Peace Love Unity and
Respect) sebarkan Virus Kedamaian di muka Bumi ini.... Salam Brotherhood
8. Segenap civitas akademika dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendorong penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga dengan adanya skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Surakarta, April 2010
Penulis
(TODY MAULANA MEDITRA)
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
ABSTRAK ..................................................................................................... xiii
ABSTRACT .................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran ..................... 9
1. Tinjauan Pustaka ........................................................ 9
a. Kinerja .................................................................. 9
b. Indikator Kinerja .................................................. 14
2. Kerangka Pemikiran ................................................... 20
F. Metode Penelitian ............................................................. 22
1. Jenis Penelitian ........................................................... 23
2. Lokasi Penelitian ........................................................ 24
3. Sumber Data ............................................................... 24
4. Teknik Pengumpulan Data ......................................... 25
ix
5. Teknik Pengambilan Sampel ...................................... 26
6. Validitas Data ............................................................. 27
7. Teknis Analisis Data .................................................. 28
BAB II GAMBARAN LOKASI PENELITIAN ................................. 31
A. Sejarah Berdirinya Dinas Perhubungan ........................... 31
B. Visi dan Misi Dinas Perhubungan Kota Surakarta .......... 32
C. Tugas dan Fungsi ............................................................. 35
D. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota
Surakarta .......................................................................... 36
E. Keadaan Pegawai ............................................................. 43
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................... 50
A. Kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota
Surakarta ........................................................................... 50
B. Faktor Penghambat Maupun Penunjang dalam Kinerja
Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta .. 84
BAB IV PENUTUP .............................................................................. 95
A. Kesimpulan ....................................................................... 95
B. Saran ................................................................................. 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Distribusi Pegawai Masing-Masing Bagian/Subbag/UPTD ... 43
Tabel 2 Jumlah Pegawai berdasarkan Golongan/Kepangkatan ........... 44
Tabel 3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................. 45
Tabel 4 Jumlah Tenaga Harian Lepas (THL) ...................................... 46
Tabel 5 Jumlah Pegawai Kontrak ........................................................ 47
Tabel 6 Kawasan Macet di Surakarta .................................................. 54
Tabel 7 Rekap Rambu Tahun 2008 …………………………………. 57
Tabel 8 Pemasangan CCTV ………………………………………… 60
Tabel 9 Tujuan dan Sasaran Dinas Perhubungan Kota Surakarta ....... 66
xi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan l Kerangka Berpikir .................................................................. 22
Bagan 2 Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Surakarta …… 36
Bagan 3 Mekanisme Pertanggungjawaban Dinas Perhubungan ……... 83
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Model Analisis Interaktif ………………………………….... 30
xiii
ABSTRAK TODY MAULANA MEDITRA, D 0103121, KINERJA BIDANG LALU LINTAS DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURAKARTA, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, 100 halaman, 2010.
Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah suatu organisasi yang memiliki
visi dan misi yaitu pelayanan kepada masyarakat umum. Dinas Perhubungan merupakan organisasi publik yang bertanggung jawab atas sistem lalu lintas di Surakarta sehingga dituntut untuk mempersiapkan diri dan secara terus menerus melakukan perbaikan dalam rangka mengantisipasi berbagai masalah lalu lintas yang semakin kompleks. Oleh karena itu, untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat diperlukan pengkajian dan pengembangan kinerja sehingga kinerja organisasi dapat optimal.
Tujuan penelitian adalah (1) untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta. (2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dan cara mengatasi hambatan untuk meningkatkan kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta.
Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di kantor Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Sumber data yang digunakan adalah informan dan dokumen atau arsip. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan studi kepustakaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Validitas data yang digunakan adalah trianggulasi data. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta selama tahun 2008 sudah cukup baik. Meskipun dalam pelaksanaan program kerja yang telah ditetapkan tidak selalu berhasil. Kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta dapat diketahui berdasarkan efektivitas organisasi, yaitu tercapainya kelancaran lalu lintas dan menurunnya jumlah pelanggaran lalu lintas. Selain itu, kinerja dinas juga dapat diketahui dari akuntabilitas organisasi, yaitu pertanggungjawaban anggaran yang digunakan berdasarkan alokasi dana yang diberikan oleh pemerintah Kota Surakarta kepada Dinas Perhubungan untuk pelaksanaan program kegiatan terutama untuk pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana lalu lintas serta biaya operasional organisasi secara keseluruhan.
Adapun faktor penghambat kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta adalah (1) sumber daya manusia/personil yang ada dari segi kualitas belum memadai khususnya segi profesionalisme berkualifikasi Diklat; (2) kurangnya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas; (3) rambu yang dipasang sering hilang; dan (4) keterbatasan anggaran. Sedangkan upaya untuk mengatasi hambatan adalah (1) memberdayakan SDM dan terus berupaya meningkatkan kondisi SDM secara bertahap; (2) melakukan koordinasi atau kerjasama dengan instansi terkait lainnya; (3) optimalisasi pelayanan penertiban dan pengendalian lalu lintas; dan (4) optimalisasi sarana dan prasarana yang ada saat ini.
xiv
ABSTRACT TODY MAULANA MEDITRA, D 0103121, TRAFFIC DIVISION PERFORMANCE OF SURAKARTA CITY’S COMMUNICATION SERVICE, Thesis, Administration Department, Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret University, 100 pages, 2010.
Surakarta city’s communication service is an organization with vision and mission to serve the general public responsible for the traffic system in Surakarta, so that it is required to prepare itself and conducts improvement continuously in the attempt of anticipating the increasingly complex traffic problems. For that reason, in order to give service consistent with the public’s desire and need, there should be performance evaluation and development so that the organization performance can be optimal.
The objectives of research are (1) to find out how Traffic Division Performance of Surakarta City’s Communication Service is and (2) to find out the inhibiting and factors the ways of coping with the obstacles to improve the traffic division performance of Surakarta City’s Communication Service.
The study belongs to a descriptive qualitative research. The research was taken place in of Surakarta City’s Communication Service office. The data source employed was informen and document. Techniques of collecting data used was interview and library study. The sampling technique used was purposive sampling. The data validity technique used was data triangulation. Technique of analyzing data employed was interactive analysis.
The result of research shows that the performance of Traffic Division Performance of Surakarta City’s Communication Service has been fairly good in 2008, despite some failures in their work program implementation. The performance of Surakarta City’s Communication Service can be seen from the organizational effectiveness, that is, the achievement of traffic smoothness and decreased number of traffic breach. In addition, the service’s performance can also be seen from the responsability accountability, that is, the responsibility budget employed based on the fund allocation given by the Surakarta city’s government to the Communication Service for the implementation of activity programs particularly for the procurement and maintenance of traffic infrastructure as well as organizational operational expense entirely.
The inhibiting factors of Traffic Division Performance of Surakarta City’s Communication Service include (1) inadequate human resource, particularly in the term of professionalism with Short Course qualification; (2) lack of public’s awareness of traffic discipline; (3) the loss of traffic sign; and (4) limited budget. Meanwhile, the attempts of coping with such obstacles include (1) by empowering human resource and attempting to improve gradually the human resource condition; (2) by coordinating or cooperating with the related institutions; (3) by optimizing the ordering service and traffic control; and (4) by optimizing the existing infrastructures.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tata pemerintahan yang baik merupakan hal penting pada sektor
organisasi publik. Tata pemerintahan yang baik pada sektor publik belum
tentu menjamin kinerja pemerintah juga akan baik pada suatu negara. Hal
tersebut tergantung kepada kebijakan pemerintah dalam menentukan arah
pembangunan suatu negara.
Saat ini, kinerja organisasi terutama organisasi publik mendapat sorotan
dari masyarakat dalam kaitannya dengan pelayanan publik. Hal ini
dikarenakan masyarakat mulai kritis dalam menilai atas pelayanan yang
diberikan terutama oleh organisasi publik. Masyarakat mulai menuntut kepada
setiap organisasi publik dalam memberikan pelayanan umum, baik berupa
barang atau jasa, agar lebih profesional dan berkualitas kepada setiap anggota
masyarakat. Pelayanan yang lebih profesional dan berkualitas merupakan
wujud dari good governance (tata pemerintahan yang baik), terutama dalam
pelayanan publik.
Sebuah organisasi publik dalam memberikan pelayanannya kepada
masyarakat harus selalu mengevaluasi kinerjanya. Baik dan buruknya suatu
kinerja dari organisasi publik dapat dilihat dari kinerja organisasi tersebut
dalam memberikan pelayanannya kepada masyarakat yang membutuhkan,
hasil yang dicapai, dan sebagainya. Dengan demikian, jika terdapat
xvi
kekurangan, dapat diperbaiki dan dapat memberikan dorongan atau
memberikan dukungan kinerja yang sudah baik. Dengan adanya evaluasi
tersebut, dapat diketahui seberapa optimalkah sebuah organisasi publik dalam
memberikan pelayanannya kepada masyarakat.
Bagus atau tidaknya suatu kinerja dari organisasi publik dapat diketahui
dengan melakukan suatu pengukuran. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja dari suatu organisasi tersebut, misalnya lingkungan
organisasi, budaya yang ada dalam organisasi, sarana dan prasarana, penilaian
kinerja dan umpan balik. Pengukuran atau kinerja pada suatu organisasi yang
memiliki output dalam bentuk barang, dapat dilihat dari kuantitasnya yaitu
jumlah barang yang dihasilkan atau seberapa lama barang tersebut dapat
dihasilkan. Sementara kinerja pada suatu organisasi yang bergerak di bidang
jasa dapat dilihat dari kepuasan pelanggan atau kualitas pelayanan yang
diberikan suatu organisasi terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan
tersebut.
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya (A.P Mangkunegara, 2001 : 67). Selain itu, kinerja
juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dan usaha seseorang yang dicapai
dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu.
Dinas perhubungan adalah sebuah unit kerja di lingkungan Pemerintah
Kota Surakarta yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang lalu lintas angkutan jalan. Transportasi memiliki
xvii
peranan yang sangat penting dan strategis dalam ikut mendorong dan
sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan daerah terutama keterkaitan
fungsinya sebagai pelayanan masyarakat (publik service), penunjang kegiatan
ekonomi daerah, dan salah satu potensi pendapatan daerah. Salah satu bidang
transportasi yang memerlukan perhatian lebih yakni transportasi darat karena
sebagian besar aktivitas manusia berada di darat.
Khusus untuk lalu lintas, merupakan masalah yang sangat kompleks
mengingat perkembangan Kota Surakarta yang pesat. Perkembangan kota
Surakarta dapat dilihat dari pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
kota terutama pembangunan fisik seperti jalan, gedung, pusat perbelanjaan,
dan industri. Dengan adanya perkembangan kota yang cukup pesat, maka juga
berpengaruh terhadap meningkatnya arus lalu lintas di jalan raya.
Penanganan masalah kelancaran arus lalu lintas merupakan tanggung
jawab pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan. Dalam hal ini adalah
menjadi tanggung jawab Dinas Perhubungan, khususnya bidang lalu lintas
yang memiliki tugas mengatur lalu lintas agar arus lalu lintas dapat berjalan
dengan lancar.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, terdapat sejumlah titik
kemacetan di wilayah Surakarta, terutama pada jam-jam sibuk. Beberapa
tempat yang mengalami kemacetan antara lain kawasan Pasar Klewer.
Kemacetan ini terjadi dari pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB
ketika kegiatan di Pasar Klewer selesai. Selain di kawasan Pasar Klewer,
kemacetan juga terjadi di kawasan Coyudan, biasanya kemacetan terjadi pada
xviii
pukul 12.00 – 21.00 WIB. Selain itu, kemacetan juga terjadi di Simpang
Nonongan dan Jalan Slamet Riyadi, daerah Ngemplak dan dibeberapa daerah
lainnya di wilayah Surakarta. Berdasarkan beberapa contoh kawasan ini, maka
dapat dipahami jika sering terjadi kemacetan lalu lintas. Hal ini dikarenakan
pada kawasan-kawasan tersebut merupakan sentra kegiatan perdagangan di
Kota Surakarta.
Kemacetan yang terjadi di beberapa kawasan tersebut juga telah
ditangani oleh Dinas Perhubungan, khususnya bidang lalu lintas dengan
membuat rambu-rambu lalu lintas serta pemasangan lampu pengatur lalu
lintas. Meskipun Dinas Perhubungan telah mengeluarkan kebijakan tersebut,
belum tentu dapat mengurangi kemacetan lalu lintas yang ada. Hal ini
dikarenakan ruas jalan badan jalan sudah tidak dapat menampung dengan
semakin banyaknya kendaraan yang melintas.
Selain masalah kemacetan lalu lintas, Dinas Perhubungan juga
memberikan pelayanan kepada masyarakat seperti memberikan pengawalan
terhadap tamu VIP/VVIP, penyelenggaraan pelayanan untuk pemudik pada
hari raya Idul Fitri dengan mendirikan Rest Area. Pelayanan, pengendalian
dan pengaturan lalu lintas pada Natal, Tahun Baru serta event-event Budaya
seperti Kirab Budaya, Kirab 1 Suro. Pelayanan, pengendalian dan pengaturan
lalu lintas serta evakuasi korban banjir serta kegiatan lain pasca banjir. Dinas
Perhubungan juga melaksanakan kegiatan perlindungan keselamatan di
kawasan sekolah dengan menetapkan kawasan sekolah yang lokasinya rawan
kemacetan dan rawan kecelakaan sebagai Zoss (Zona Selamat Sekolah) di 15
xix
titik dengan memberikan bantuan setiap kawasan berupa rambu permanen
sebanyak 8 unit, rambu portabel penyeberangan lalu lintas sebanyak 2 unit,
dan traffic cone sebanyak 4 unit.
Kinerja Dinas Perhubungan, khususnya bidang lalu lintas dapat terlihat
dari kelancaran arus lalu lintas yang ada di wilayah kerjanya. Saat ini, Kota
Surakarta merupakan kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat,
sehingga dengan sendirinya juga berpengaruh terhadap kepadatan arus lintas.
Hal ini sesuai dengan salah satu sasaran dari Dinas Perhubungan, yaitu
terwujudnya sistem manajemen transportasi lalu lintas yang baik sehingga
dapat tercapai kelancaran arus lalu lintas.
Adapun prestasi kerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta antara lain
telah memperoleh piala WTN (Wahana Tata Nugraha) sebanyak 5 kali secara
berturut-turut (tahun 2002-2006) kategori kota besar dalam lomba tertib lalu
lintas. Di samping itu, Dinas Perhubungan Kota Surakarta juga telah
menggunakan beberapa titik sensor jarak jauh yang disebut Automatic Traffic
Computerize Signal (ATCS). ATCS telah ditempatkan antara lain di daerah
Gladag dan sepanjang jalan Slamet Riyadi. Hal tersebut merupakan prestasi
kerja yang baik dari Dinas Perhubungan karena telah berhasil menciptakan
komputerisasi dengan sistem CCTV yang bertujuan untuk memudahkan
petugas Dinas Perhubungan dalam memantau setiap daerah rawan macet
sehingga kemacetan dapat ditanggulanggi.
Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah suatu organisasi yang
memiliki visi dan misi yaitu pelayanan kepada masyarakat umum. Dinas
Perhubungan merupakan organisasi publik yang bertanggung jawab atas
xx
sistem lalu lintas di Surakarta sehingga dituntut untuk mempersiapkan diri dan
secara terus menerus melakukan perbaikan dalam rangka mengantisipasi
berbagai masalah lalu lintas yang semakin kompleks.
Selama ini citra pelayanan organisasi publik lebih rendah dibanding
organisasi swasta. Oleh karena itu, untuk memberikan pelayanan yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat diperlukan pengkajian dan
pengembangan kinerja sehingga kinerja organisasi dapat optimal. Hal ini perlu
dilakukan karena seiring dengan tuntutan masyarakat atas pelayanan yang
berkualitas, maka organisasi publik harus mengubah citra kinerjanya agar
menjadi lebih baik. Dengan demikian akan dapat memenuhi harapan-harapan
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat.
Berdasarkan sasaran yang ingin dicapai sesuai dengan visi, misi, dan
tujuan, Dinas Perhubungan Kota Surakarta memakai indikator efektivitas dan
akuntabilitas dalam menilai kinerja. Salah satu yang dapat dijadikan indikator
dalam menilai kinerja dari suatu organisasi publik adalah hasil (outcomes).
Hal ini dikarenakan Dinas Perhubungan Kota Surakarta merupakan salah satu
lembaga pemerintah yang melaksanakan tugas pokok urusan pemerintahan di
bidang lalu lintas angkutan jalan, angkutan rel, angkutan sungai, dan
penyeberangan mempunyai misi di bidang pelayanan publik, utamanya di
bidang lalu lintas. Adapun salah satu misi tersebut adalah menyelenggarakan
manajemen dan rekayasa lalu lintas serta bimbingan keselamatan dan
ketertiban lalu lintas.
xxi
Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal dalam
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan, maka perlu diselenggarakan
secara berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar lebih luas daya jangkau
dan merata pelayanan kepada masyarakat dengan memperhatikan sebesar-
besarnya kepentingan umum dan kemampuan masyarakat. Oleh karena itu,
peranan Dinas Perhubungan sangat penting sekali dalam hal mobilitas
kendaraan di Kota Surakarta, terutama mengenai kemacetan lalu lintas akibat
dari perkembangan kota yang semakin pesat.
Namun demikian, untuk menilai suatu kinerja dari organisasi publik
tidak cukup hanya melihat dari segi hasilnya. Oleh karena itu, penelitian ini
ingin mengetahui lebih lanjut mengenai kinerja organisasi publik yang
memiliki volume kegiatan tinggi seperti halnya Dinas Perhubungan Bidang
Lalu Lintas Kota Surakarta. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi
penghambat dan bagaimana cara mengatasi hambatan untuk meningkatkan
kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta seiring dengan
perkembangan jaman dan tuntutan lingkungan guna mecapai hasil yang
maksimal.
Berdasarkan paparan dalam latar belakang di atas, maka penelitian ini
mengambil judul dalam penulisan penelitian ini, adalah KINERJA DINAS
PERHUBUNGAN BIDANG LALU LINTAS KOTA SURAKARTA.
xxii
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota
Surakarta?
2. Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dan bagaimana mengatasi
hambatan untuk meningkatkan kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu
Lintas Kota Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu
Lintas Kota Surakarta.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dan cara
mengatasi hambatan untuk meningkatkan kinerja Dinas Perhubungan
Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penelitian ini
a. Penulis dapat menambah wawasan, gambaran dan informasi-informasi
yang berkaitan dengan bidang ilmu dan kegiatan administratif pada
Dinas Perhubungan Kota Surakarta.
xxiii
b. Penulis dapat menyalurkan ilmu yang telah diperoleh dari perguruan
tinggi dan menerapkannya ke dalam dunia kerja.
2. Bagi Organisasi Terkait
a. Dapat memberikan masukan bagi Dinas Perhubungan, khususnya
bidang lalu lintas Kota Surakarta.
b. Untuk memperbaiki kondisi instansi terkait di masa depan.
3. Bagi Pihak Lain
a. Dapat menambah perbendaharaan bagi khasanah ilmu pengetahuan
sosial pada umumnya dan ilmu administrasi pada khususnya.
b. Memberikan tambahan bahan referensi bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian tentang kinerja pada instansi pemerintahan lain.
E. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
1. Tinjauan Pustaka
a. Kinerja
Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu
kinerja pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai
adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi. Sedangkan
kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu
organisasi. Kinerja pegawai dan kinerja organisasi memiliki
keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi tidak dapat
dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang
digerakkan atau dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku
xxiv
dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut (Harbani Pasolong,
2007 : 175).
Dalam mencapai tujuan tersebut tidak dapat lepas dari andil
seluruh kerja pegawai. Pada dasarnya keberhasilan perusahaan adalah
kontribusi kerja seluruh pegawainya. Apabila pegawai bekerja dengan
baik dan memiliki prestasi atau hasil kerja yang baik tentu baik pula
kinerja organisasi tersebut.
Menurut Rue dan Byars (dalam Harbani Pasolong, 2007 : 175)
kinerja adalah sebagai tingkat pencapaian hasil.
Sedangkan menurut Suyadi Prawirosentono (1999 : 2) kinerja
adalah :
“hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.” Sementara itu, pengertian kinerja menurut Lembaga Administrasi
Negara (1999 : 3) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Adapun untuk definisi kinerja organisasi mempunyai banyak
pengertian. Menurut Wibowo dan Atmosudirjo (dalam Harbani
Pasolong, 2007 : 176) mengemukakan bahwa kinerja organisasi
adalah:
”sebagai efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan
xxv
melalui usaha-usaha yang sistemik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus untuk mencapai kebutuhannya secara efektif”.
Selanjutnya definisi kinerja organisasi menurut Chaizi Nasucha
(2004 : 107) adalah :
”efektifitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan melalui suatu usaha sistemik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus-menerus mencapai kebutuhannya secara efektif. Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja
mempunyai beberapa elemen, yaitu:
1) Hasil kerja dicapai secara individual atau secara institusi, yang
berarti kinerja tersebut adalah hasil akhir yang diperoleh secara
sendiri-sendiri atau kelompok.
2) Dalam melaksanakan tugas, orang atau lembaga diberikan
wewenang dan tanggung jawab yang berarti orang atau lembaga
diberikan hak dan kekuasaan untuk ditindaklanjuti, sehingga
pekerjaannya dapat dilakukan dengan baik.
3) Pekerjaan haruslah dilakukan secara legal, yang berarti dalam
melaksanakan tugas individu atau lembaga tentu saja harus
mengikuti aturan yang telah ditetapkan.
4) Pekerjaan tidaklah bertentangan dengan moral dan etika, artinya
selain mengikuti aturan yang telah ditetapkan, tentu saja pekerjaan
tersebut haruslah sesuai moral dan etika yang berlaku umum.
xxvi
Berdasarkan pada tingkat kepentingannya, maka penilaian
kinerja bertujuan untuk (Sri Budi Cantika Yuli, 2005: 90):
1) Meningkatkan kemampuan pegawai.
Dengan diketahuinya peringkat keberhasilan setiap pegawai, maka akan terdorong keinginan untuk selalu meningkatkan prestasi.
2) Identifikasi faktor penghambat kinerja.
Penilaian prestasi kerja diharapkan akan dapat diperoleh informasi mengenai mengapa seseorang pegawai memiliki perbedaan dalam hal kemampuan walaupun memiliki fasilitas kerja dan gaji yang sama.
3) Menetapkan kebijakan strategis.
Hasil akhir dari penilaian prestasi kerja adalah membantu manajemen untuk merumuskan kebijakan-kebijakan dalam rangka peningkatan kinerja karyawan secara khusus dan organisasi pada umumnya.
Apabila penilaian kinerja dapat dilakukan secara baik dan objektif, maka akan dapat diperoleh manfaat-manfaat yang dapat dirasakan. Adapun manfaat dari penilaian kinerja adalah (Sri Budi Cantika Yuli, 2005: 91):
1) Manfaat bagi manajer penilai.
Dengan melakukan penilaian secara objektif, penilai akan mudah mengidentifikasi beberapa hal mengenai pegawai yang dinilai, seperti kekuatan dan kelemahan pegawai, beberapa masalah yang ada, masalah potensial dan kebutuhan akan program pelatihan.
2) Manfaat bagi karyawan (pegawai).
Karyawan (pegawai) akan memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan pandangannya, mengetahui kekuatan dan kelemahan pada dirinya, memiliki kesempatan untuk mendiskusikan tujuan organisasi/departemen, dan mengidentifikasi peranan dirinya.
3) Manfaat bagi organisasi.
Secara umum, penilaian prestasi kerja karyawan/pegawai akan mampu meningkatkan kinerja individu, meningkatkan kinerja departemen, adanya efisiensi, meningkatnya kualitas produksi/pelayanan.
Proses penilaian kinerja menghasilkan suatu evaluasi atas
prestasi kerja pegawai di waktu yang lalu dan prediksi prestasi kerja di
waktu yang akan datang. Adapun faktor pembentuk prestasi adalah
dilihat dari pelayanan yang baik sebagai berikut:
1) Behaviour and customer research adalah penelitian untuk mengetahui struktur masyarakat, segmen sosial, demografis, analisis jasa potensial, analisis kekuatan masyarakat, mengetahui harapan dan keinginan masyarakat pengguna pelayanan yang diberikan;
2) Strategy formulation adalah petunjuk arah dalam memberikan pelayanan berkualitas kepada masyarakat sehingga organisasi dapat mempertahankan mutu pelayanan bahkan mencapai prestasi yang terbaik;
xxvii
3) Process improvement adalah desain ulang berkelanjutan untuk menyempurnakan proses pelayanan kepada masyarakat, konsep PDCA (Plan - Do Practice - Do Work - Chek - Action) dapat diterapkan dalam perbaikan proses pelayanan masyarakat berkelanjutan ini;
4) Assessment, measurement and feedback adalah penilaian dan pengukuran kinerja yang telah dicapai oleh pegawai atas pelayanan yang telah diberikan kepada masyarakat. Penilaian ini menjadi dasar informasi balik kepada pegawai tentang proses pelayanan apa yang perlu diperbaiki, kapan harus diperbaiki dan dimana harus diperbaiki (Gary Dessler, 2000 : 353-354).
b. Indikator Kinerja
Indikator kinerja menurut Lembaga Administrasi Negara (1999 :
7) adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan
tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan
dengan mempertimbangkan indikator masukan (inputs), keluaran
(outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits) dan dampak (impacts).
Selanjutnya, LAN mendifinisikan indikator masukan (inputs)
adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan
dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa
dana, sumber daya manusia, informasi, kebijakan atau peraturan
perundang-undangan, dan sebagainya. Indikator keluaran (outcomes)
adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Indikator manfaat
(benefits) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan. Indikator dampak (impact) adalah pengaruh
xxviii
yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan
indikator berdasarkan asumsi yang ditetapkan.
Penatapan indikator LAN menurut LAN-RI, yaitu merupakan
proses identifikasi dan klasifikasi indikator kinerja melalui sistem
pengumpulan dan pengelolaan data atau informasi untuk menentukan
kinerja kegiatan, program, dan/atau kebijakan. Penetapan indikator
kinerja harus didasarkan pada masukan indikator masukan (inputs),
keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits) dan dampak
(impacts).
Agus Dwiyanto (2006 : 50-51) menjelaskan beberapa indikator
yang digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik, yaitu:
1) Produktivitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi,
tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya
dipahami sebagai rasio antara input dengan output. Konsep
produktivitas dirasa terlalu sempit dan kemudian General
Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran
produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar
pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah
satu indikator kinerja yang penting.
2) Kualitas layanan
Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting
dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak
xxix
pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik
muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas
layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian,
kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator
kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan
kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi
mengenai kepuasan masyarakat seringkali tersedia secara mudah
dan murah. Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas
pelayanan sering kali dapat diperoleh dari media massa atau
diskusi publik. Akibat akses terhadap informasi mengenai
kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan relatif sangat
tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran kinerja organisasi publik
yang mudah atau murah dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa
menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.
3) Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda prioritas pelayanan, dan
mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat
responsivitas di sini menunjuk pada keselarasan antara program
dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja
karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan
xxx
organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang
rendah ditunjukkan denga ketidakselarasan antara pelayanan
dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan
kegagalan organisasi dalam mewujudkan dan tujuan organisasi
publik. Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan
sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.
4) Responsibilitas
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegitan organisasi
publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi
yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang
eksplisit maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja
pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas.
5) Akuntabilitas
Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang
dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik
tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu
mempresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep
akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar
kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan
kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak
hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh
xxxi
organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target.
Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan itu
dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang
berkembang dalam masyarakat.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Michael Ruffner dan
Joaquin Sevilla (2004 : 125) yang menyatakan sebagai berikut:
“As control becomes ex post, accountability becomes more important. If decisions are audited after the fact but the audit is not made available to the public and/or if there is no body obliged to ensure corrective action is taken for non-compliance or malfeasance, then the control purpose is not being served. (Ketika fungsi pengawasan menurun, maka akuntabilitas menjadi lebih penting. Ketika keputusan untuk dilakukan pemeriksaan kepada publik berdasarkan data-data yang ada tetapi hasil pemeriksaan tidak sebagaimana adanya atau ketika tidak ada seorang pun yang membantu mengoreksi setiap kegiatan maka dapat dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran, kemudian tujuan pengawasan menjadi tidak dapat dipenuhi).
Wahyudi Kumorotomo (1996) menggunakan beberapa kriteria
untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja organisasi pelayanan
publik, antara lain, adalah berikut ini.
1) Efisiensi
Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan
organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan
faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari
rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara objektif, kriteria
seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriteria
efisiensi yang sangat relevan.
xxxii
2) Efektivitas
Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik
tersebut tercapai? Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas
teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen
pembangunan.
3) Keadilan
Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang
diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat
kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya
mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan
nilai-ilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang
menyangkut pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok
pinggiran dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria
ini.
4) Daya Tanggap
Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan
swasta, oraganisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya
tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat.
Oleh sebab itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan
harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi
memenuhi kriteria daya tanggap ini.
Sementara indikator menurut Mc. Donald dan Lawton dalam
Ratminto (2006:174) dikemukakan sebagai berikut, kinerja dapat
xxxiii
diukur dari output oriented measures throughtput, efficiency, dan
effectiveness. Jadi kinerja suatu organisasi dapat diukur dari hasil yang
diorientasikan pada pengukuran efisien dan efektivitas organisasi
tersebut.
Menurut Selim dan Woodward dalam Ratminto (2006:174)
kinerja dapat diukur dari beberapa indikator antara lain
workload/demand, economy, efficiency, effectiveness, dan equity. Dari
pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja dapat diukur dari
beban kerja/permintaan, ekonomi, efisien, efektivitas dan kewajaran.
Dengan adanya berbagai ukuran kinerja sebagaimana telah
diuraikan di atas, maka kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas
Kota Surakarta diukur dengan indikator efektivitas dan akuntabilitas
organisasi. Indikator ini dipilih karena efektivitas dan akuntabilitas
merupakan faktor yang dapat diketahui hasilnya berdasarkan pada
Laporan Akuntabilitas Dinas Perhubungan tahun 2008. Dengan
demikian, hasil kegiatan atau program kerja yang dilakukan sudah
cukup efektif atau belum sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi
dapat tercapai dan hasil kegiatan tersebut dipertanggungjawabkan
kepada Pemerintah Daerah Surakarta.
2. Kerangka Pemikiran
Kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan Bidang
Lalu Lintas Kota Surakarta dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan
xxxiv
kepada masyarakat guna mencapai tujuan dan misi secara optimal sebagai
hasilnya dan berimplikasi pada kesehatan dan kelangsungan hidup
organisasi. Dengan pengukuran dan penilaian tentang kinerja ini Dinas
Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta mampu melaksanakan
tugas-tugas dan fungsi yang diembankan kepadanya secara optimal dalam
melayani masyarakat.
Tugas dan fungsi Dinas Perhubungan adalah menyelenggarakan
urusan pemerintahan dibidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sektor
transportasi mempunyai peran yang penting dalam proses pembangunan
karena dapat membantu kelancaran arus lalu lintas dan mobilitas penduduk
maupun barang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu kawasan.
Apalagi Kota Surakarta menempati posisi yang strategis sebagai simpul
transportasi darat yang mencakup transportasi jalan raya maupun jalur
kereta api antara lintas utara dengan lintas selatan sehingga berakibat pada
kepadatan arus lalu lintas.
Indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja Dinas
Perhubungan Kota Surakarta ini adalah efektivitas dan akuntabilitas
organisasi. Kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta tidak terlepas dari
faktor-faktor penunjang dan penghambat serta upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta yang
berimplikasi terhadap keberhasilan program kerja yang telah ditetapkan
sehingga apakah program kerja tersebut masih perlu diperbaiki lagi atau
tidak. Adapun bagan kerangka pemikirannya adalah sebagai berikut :
xxxv
Bagan 1
Kerangka Berpikir
F. Metode Penelitian
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah guna menemukan,
mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan
secara metodologis dan sistematis. Masalah pemilihan metode adalah masalah
yang sangat penting dalam penelitian ilmiah, karena mutu, nilai validitas dari
penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh pemilihan metodenya.
Visi, Misi, dan Tujuan Dinas Perhubungan Kota
Surakarta
Kinerja Dinas Perhubungan
Hasil Kinerja Dinas Perhubungan Kota
Surakarta
Akuntabilitas Organisasi
Efektivitas Organisasi
xxxvi
Metode penelitian menurut Sugiyono pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu
(Sugiyono, 2005: 1). Berdasarkan pengertian tersebut terdapat empat kata
kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan.
Jadi, suatu metode dipilih dengan pertimbangan keserasian obyek, tujuan,
sasaran, dan variabel masalah yang hendak diteliti.
Dengan demikian, metode penelitian merupakan suatu pengetahuan
untuk menggali kebenaran suatu metodologis dengan sistematis dan sesuai
dengan pedoman penelitian yang berlaku untuk sebuah karya tulis. Mengingat
sangat pentingnya metode penelitian tersebut, maka penulis mempergunakan
metode penelitian sebagai berikut.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara jelas
mengenai kinerja bidang lalu lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta.
Oleh karena itu, jenis penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam
penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam penelitian mengarah pada
pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang
apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan (H.B.
Sutopo, 2002:111). Jenis penelitian ini akan mampu menangkap berbagai
informasi kualitatif dengan deskripsi teliti dan penuh nuansa, data yang
dikumpulkan berwujud kata-kata dalam kalimat atau gambar yang
mempunyai arti lebih dari sekedar pernyataan jumlah ataupun frekuensi
dalam bentuk angka (H.B. Sutopo, 2002: 35). Berbagai tabel juga
xxxvii
disajikan, tetapi hanya bersifat deskriptif untuk mendukung uraian
kualitatif yang disajikan. Sebagian data bersifat kualitatif yang didasarkan
pada pengamatan langsung ke objek penelitian dan wawancara mendalam
dengan sejumlah informan dan responden. Penelitian ini berusaha
memperoleh data tentang kinerja bidang lalu lintas Dinas Perhubungan
Kota Surakarta.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Dinas Perhubungan Kota
Surakarta. Alasan dipilihnya lokasi ini karena dengan adanya perubahan
kelembagaan dari sebelumnya Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
menjadi Dinas Perhubungan maka ada tuntutan dari masyarakat bahwa
kinerja Dinas Perhubungan akan menjadi lebih baik lagi. Hal ini
dikarenakan sistem lalu lintas memegang peranan penting dalam mobilitas
masyarakat, terutama dalam bidang perekonomian. Selain itu, dalam hal
pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada, kinerja Dinas Perhubungan
juga menjadi sorotan, karena masih ada sarana dan prasarana yang belum
terpelihara dengan baik atau bahkan ada rambu lalu lintas yang hilang.
3. Sumber Data
HB. Sutopo (2002 : 52) mengatakan bahwa sumber data itu
mencakup informan, peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, benda,
beragam gambar, rekaman, dokumen dan arsip. Dalam penelitian ini tidak
xxxviii
seluruh sumber data digunakan, tetapi ditetapkan beberapa sesuai dengan
permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, antara lain :
a. Informan
1) Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta;
2) Kepala Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas;
3) Kepala Seksi Bimbingan, Keselamatan dan Ketertiban; dan
4) Pegawai yang bertugas di bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan
Kota Surakarta.
b. Dokumen atau arsip
Dokumen atau arsip yang digunakan untuk memberi gambaran
mengenai kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Dokumen
tersebut berupa peraturan-peraturan yang berlaku dan LAKIP (Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Dinas Perhubungan Kota
Surakarta. Adapun data yang diperoleh melalui studi pustaka adalah
buku, jurnal maupun sumber informasi lainnya yang sesuai dengan
permasalahan dalam penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Teknik wawancara merupakan salah satu pengumpulan data melalui tanya jawab dengan responden (pejabat yang bertugas di Dinas Perhubungan Kota Surakarta) dengan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara berisi garis besar pokok pertanyaan sehingga wawancara dapat berjalan dengan lancar. Penulis melakukan wawancara dengan pejabat di Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta yang ada di lokasi penelitian saat penulis melakukan penelitian. Dalam hal ini dilakukan wawancara dengan narasumber antara lain (1) Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota
xxxix
Surakarta; (2) Kepala Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas; (3) Kepala Seksi Bimbingan, Keselamatan dan Ketertiban; dan (4) Pegawai yang bertugas di bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta.
b. Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan melalui pencatatan dokumen-
dokumen yang telah ada atau diambil catatan-catatan yang telah
tersedia. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang
dapat mendukung penelitian, seperti peraturan-peraturan yang berlaku,
LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Dinas
Perhubungan Kota Surakarta, dan beberapa buku yang dapat
mendukung penelitian atau menjadi landasan dalam penelitian.
5. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Peneliti memiliki
kecenderungan untuk memilih informan yang dianggap mengetahui
informasi dan permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya
untuk menjadi sumber data yang mantap.
Goetz Le Comte (dalam H.B Sutopo, 2002 : 185) menyatakan
purposive sampling adalah teknik mendapatkan sampel dengan memilih
individu-individu yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya
secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Adapun
Burhan Bungin (2003 : 51) menyatakan sampling merupakan proses
pemilihan atau penentuan sampel. Sesuai dengan tujuan penelitian
xl
kualitatif, maka dalam prosedur sampling yang terpenting adalah
bagaimana menentukan informan kunci (key informan) sesuai dengan
fokus penelitian. Oleh karena itu, dalam memilih sampel untuk penelitian
ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Dalam teknik
purposive sampling, peneliti tidak menjadikan semua orang sebagai
informan, tetapi peneliti memilih informan yang dipandang tahu dan
cukup memahami tentang masalah bidang lalu lintas Dinas Perhubungan
Kota Surakarta.
6. Validitas Data
Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam
kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh
karena itu, setiap peneliti harus dapat memilih dan menentukan cara-cara
yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Cara
pengumpulan data dengan beragam tekniknya harus benar-benar untuk
menggali yang benar-benar diperlukan bagi penelitinya. Ketepatan data
tersebut tidak hanya tergantung dari ketepatan memilih sumber data dan
teknik pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik pengembangan
validitas datanya (H.B. Sutopo, 2002: 77-78). Dikatakan oleh Lexy J.
Moleong (2004 : 330) trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
Teknik pengembangan validitas data yang biasa digunakan dalam
penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi. Patton (dalam H.B. Sutopo,
xli
2002: 78) menyatakan bahwa ada empat macam teknik trianggulasi, yaitu
trianggulasi data (data triangulation), trianggulasi peneliti (investigator
triangulation), trianggulasi metodologis (methodological triangulation),
dan trianggulasi teoritis (theoretical triangulation).
Adapun teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah trianggulasi
data, yaitu peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk
mengumpulkan data yang sama sehingga akan saling mengontrol dari data
hasil wawancara dan dokumentasi dengan sumber yang berbeda, yaitu
berasal dari pejabat Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan dan
dokumen/arsip Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta.
7. Teknis Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola dan suatu uraian dasar. Proses
analisis data merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan
perihal rumusan dan hal-hal yang diperoleh dalam penelitian (Matthew B.
Miles dan A. Michael Huberman, 2007: 15).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif. Penelitian ini memperoleh data berwujud kata-kata
bukan rangkaian angka. Analisis kualitatif menggunakan kata-kata yang
biasanya disusun dalam teks yang diperluas (H.B. Sutopo, 2002: 96).
Dengan model analisis ini, analisis telah dilakukan sejak pengumpulan
xlii
data. Dalam hal ini terdapat tiga komponen analisis yaitu reduksi data,
sajian data dan penarikan kesimpulan atau verivikasinya.
Sedangkan aktifitas dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses
pengumpulan data sebagai proses siklus. Dalam model ini peneliti tetap
bergerak dalam komponen analisis seperti tersebut di atas (H.B. Sutopo,
2002: 96).
Ditengah-tengah waktu pengumpulan data dan analisis data juga
akan dilakukan audit data demi validitas data. Sedangkan sesudah
pengumpulan data selesai, bila masih terdapat kekurangan data, dengan
menggunakan waktu yang tersedia, maka peneliti dapat kembali ke lokasi
penelitian untuk pengumpulan data demi kemantapan kesimpulan. Untuk
lebih jelasnya, proses analisis data dengan model interaktif ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1
Model Analisis Interaktif
xliii
Sumber : HB. Sutopo, 2002 : 96
Pengumpulan data
Reduksi data Sajian data
Penarikan simpulan/ verifikasi
xliv
BAB II
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
Sejarah Berdirinya Dinas Perhubungan
Organisasi LLAJR sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda, waktu itu
bentuk organisasinya dianggap cukup memadai dengan keadaan lalu lintas
waktu itu yang boleh dikatakan belum serumit sekarang ini. Pada jaman
Pemerintahan Belanda organisasi LLAJR dikelola oleh apa yang dinamakan
Departemen Van Verkeer on Waterstaat yang kira-kira sama dengan
Departemen Perhubungan sekarang ini. Organisasi ini menangani
terselenggaranya Undang-Undang Lalu Lintas Jalan Raya yang pada waktu itu
disebut Wig Verkeer Ordonantie.
Mulai tahun 1950 bidang pekerjaan dan organisasi LLAJR dibentuk dan
berada langsung di bawah Menteri Perhubungan dengan nama Bagian Lalu
Lintas Jalan dan Sungai dan sekarang bernama Direktorat Perhubungan Darat.
Sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1958 tentang
Penyerahan Urusan Lalu Lintas kepada Daerah Tingkat I, organisasi LLAJR
disamping secara teknis berada di bawah Departemen Perhubungan (bagian
dari Direktorat Jendral Perhubungan Darat) serta di bawah langsung Direktur
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya, juga secara operasional di bawah
Departemen Dalam Negeri.
xlv
Pada era Orde Baru telah dikeluarkan Undang-Undang No. 14 Tahun
1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dengan dikeluarkannya
peraturan perundangan yang baru maka otomatis peraturan yang lama
dinyatakan tidak berlaku. Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1992,
kedudukan DLLAJ di daerah tingkat Kabupaten atau Kota merupakan
perwakilan di tingkat Propinsi.
Untuk Jawa Tengah dikeluarkan Peraturan Daerah Tingkat I Jawa
Tengah Nomor 6 Tahun 1986 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Cabang Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya Propinsi Daerah Tingkat
I Jawa Tengah. Dengan adanya Otonomi Daerah, maka Pemerintah
mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2001 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, termasuk
didalamnya mengganti Dinas LLAJR menjadi Dinas LLAJ yang sekarang ini
berkedudukan di Jalan Menteri Supeno Nomor 7 Surakarta.
Pada tahun 2008 Dinas LLAJ Kota Surakarta mengalami perubahan
menjadi Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Perubahan ini berdasarkan
Peraturan Walikota Surakarta Nomor 14 Tahun 2008 tentang Penjabaran
Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta.
Visi dan Misi Dinas Perhubungan Kota Surakarta
1. VISI
Visi merupakan rangkaian pertama dalam model Perencanaan
Stratejik dan sekaligus merupakan cara pandang jauh akedepan tentang
xlvi
kemana organisasi akan diarahkan. Sehingga visi harus dapat membantu
organisasi bagaimana pelayanan harus diselenggarakan. Dengan demikian
Visi harus dirumuskan atas dasar penanaman yang akurat atas dinamika
kehidupan, citra dan peran organisasi serta kepekaan pada situasi yang
ada.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka Dinas Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kota Surakarta merumuskan Visi dan Misi sebagai
berikut:
VISI
Terwujudnya Lalu Lintas Angkutan Jalan yang selamat, aman, cepat,
lancar, tertib, teratur dan nyaman serta efisien yang mampu
memadukan modal transportasi sebagai pendorong, penggerak dan
penunjang pembangunan sektor transportasi yang berwawasan
lingkungan di Kota Surakarta.
Artinya, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Surakarta
bercita-cita, melalui penyelenggaraan pelayanan yang profesional
diharapkan mampu mendorong terwujudnya kesadaran masyarakat untuk
berlalulintas sesuai dengan peraturan dan norma yang berlaku
dimasyarakat sehingga tercipta lalu lintas yang Selamat, aman, cepat,
lancar dan tertib, terhindar dari hambatan, sehingga terwujud keselamatan
dan kenyamanan berlalu lintas yang efisien sebagai pendorong, penggerak
dan penunjang pertumbuhan ekonomi, sosial, dan budaya di Kota
Surakarta.
xlvii
2. MISI
Misi adalah suatu pernyataan komprehensif tentang tugas pokok dan
fungsi organisasi, serta sasaran yang hendak dicapai dalam rangka
pencapaian tujuan. Dengan demikian misi sangat diperlukan dalam
organisasi untuk mengarahkan program, perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan, agar setiap kegiatan / produk organisasi selalu mengarah kepada
pencapaian visi.
Adapun misi dari Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Kota Surakarta
adalah
a. Menyelenggarakan transportasi yang handal, terpadu dan terjangkau
oleh daya beli masyarakat guna meningkatkan mobilitas orang, barang
dan jasa.
b. Mewujudkan moda transportasi yang memenuhi persyaratan tehnik
dan laik jalan.
c. Menyelenggarakan manajemen dan rekayasa Lalu Lintas serta
bimbingan keselamatan dan ketertiban Lalu Lintas.
d. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sektor transportasi.
Dengan demikian Misi merupakan sesuatu yang harus dijalankan
agar tujuan organisasi dapat tercapai dan berOutcome baik sesuai Visi
yang telah ditetapkan.
xlviii
Tugas dan Fungsi
Sesuai dengan Peraturan Walikota Kota Surakarta Nomor 14 Tahun
2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas
Perhubungan Kota Surakarta bagian 1 Pasal 2 menyebutkan bahwa Dinas
Perhubungan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang lalu lintas, angkutan jalan, angkutan rel, angkutan
sungai, dan penyeberangan. Sedangkan dalam Pasal 3 menyebutkan bahwa
untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
Dinas Perhubungan mempunyai fungsi :
1. Penyelenggara kesekretariatan dinas;
2. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan pelaporan;
3. Penyelenggara manajemen dan rekayasa lalu lintas;
4. Pengaturan angkutan orang dan barang;
5. Pembinaan usaha sarana dan prasarana teknis kendaraan dan bengkel;
6. Penyelenggara uji kendaraan;
7. Penyelenggara pengelolaan Terminal;
8. Penyelenggaraan pengelolaan Perparkiran;
9. Penyelenggaraan sosialisasi;
10. Pembinaan jabatan fungsional;
11. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
xlix
Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Surakarta
Struktur organisasi Dinas Perhubungan Kota Surakarta berdasarkan
Peraturan Walikota Kota Surakarta, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas
dibantu Kepala Sub Bagian untuk jelasnya dapat dilihat dalam bagan di bawah
ini:
Bagan 2
Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Surakarta
Sumber: Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Surakarta
Kepala
Kelompok Jabatan Fungsional
Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sekretariat
Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
Seksi Angkutan Orang
Seksi Teknik Kendaraan dan Bengkel
Bidang Teknis Sarana dan Prasarana
Bidang Lalu Lintas
Bidang Angkutan
Seksi Manajemen
dan Rekayasa Lalu Lintas
Seksi Bimbingan Keselamatan dan Ketertiban
UPTD
Seksi Angkutan Barang
Seksi Uji Kendaraan
l
Adapun perincian tugas dari masing-masing unit organisasi Dinas
Perhubungan Kota Surakarta adalah sebagai berikut.
1. Kepala Dinas memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3. Kepala Dinas,
membawahkan :
a. Sekretariat;
b. Bidang Lalu Lintas;
c. Bidang Angkutan;
d. Bidang Teknis Sarana dan Prasarana;
e. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD);
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
2. Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan
pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian. Untuk melaksanakan tugas
pokok Sekretariat mempunyai fungsi :
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi, dan
pelaporan.
li
b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan;
c. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian;
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Sekretariat dibagi menjadi 3 subbagian yaitu:
a. Subbagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan
pelaporan, meliputi: koordinasi perencanaan, pemantauan, evaluasi dan
pelaporan serta pengelolaan sistem informasi di lingkungan dinas.
b. Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian
penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi dan
pelaksanaan di bidang keuangan, meliputi: pengelolaan keuangan,
verifikasi, pembukuan dan akuntansi di lingkungan dinas.
c. Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
lii
administrasi dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian,
meliputi: pengelolaan administrasi kepegawaian, hukum, humas,
organisasi dan tatalaksana, ketatausahaan, rumah tangga dan
perlengkapan di lingkungan dinas.
3. Bidang Lalu Lintas mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang manajemen dan
rekayasa lalu lintas dan bimbingan, keselamatan dan ketertiban. Untuk
melaksanakan tugas pokok, Bidang Lalu Lintas mempunyai fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang manajemen dan rekayasa lalu lintas;
b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang bimbingan, keselamatan dan ketertiban;
c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Lalu Lintas dibagi menjadi 2 seksi yaitu :
a. Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan
dan pelaksanaan di bidang manajemen dan rekayasa lalu lintas,
meliputi: perencanaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian lalu
lintas serta perencanaan, pembangunan, pengadaan, pemasangan dan
pemeliharaan rambu, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas serta
alat pengendali dan pengaman pemakai jalan.
liii
b. Seksi Bimbingan Keselamatan dan Ketertiban mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan
dan pelaksanaan di bidang bimbingan, keselamatan dan ketertiban,
meliputi: penyuluhan, bimbingan keselamatan dan ketertiban kepada
masyarakat di bidang lalu lintas jalan, sungai dan rel serta pemberian
surat tanda nomor kendaraan tidak bermuatan dan kartu tanda
kecakapan mengemudi kendaraan tidak bermotor.
4. Bidang Angkutan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang angkutan orang
dab angkutan barang. Untuk melaksanakan tugas pokok bidang angkutan
mempunyai fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang angkutan orang;
b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang angkutan barang;
c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Angkutan dibagi menjadi 2 seksi yang masing-masing dikepalai
oleh Kepala Seksi.
a. Seksi Angkutan Orang mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang angkutan
orang, meliputi : menyiapkan saran pertimbangan dan atau petunjuk,
bimbingan serta pemberian ijin pengangkutan orang, ijin usaha
liv
angkutan orang, ijin trayek, ijin operasi dan ijin insidentil serta
penyiapan rencana penetapan tarif angkutan kota dan angkutan
perbatasan, penyelenggaraan sub terminal dan pos tempat pemungutan
retribusi angkutan kota dan angkutan perbatasan serta pengawasan
penyelenggaraannya.
b. Seksi Angkutan Barang mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang
angkutan barang, meliputi: menyiapkan saran pertimbangan dan atau
petunjuk, bimbingan serta pertimbangan teknis dalam pemberian ijin
pengangkutan barang, ijin usaha angkutan barang, ijin dispensasi
melalui jalan kota serta pengawasan penyelenggaraannya.
5. Bidang Teknis Sarana dan Prasarana mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di
bidang teknik kendaraan dan bengkel serta uji kendaraan. Untuk
melaksanakan tugas pokok, Bidang Teknis Sarana dan Prasarana
mempunyai fungsi :
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang teknik kendaraan dan bengkel;
b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang uji kendaraan;
c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
lv
Bidang Teknis Sarana dan Prasarana dibagi menjadi 2 seksi yang masing-
masing dikepalai oleh Kepala Seksi.
a. Seksi Teknik Kendaraan dan Bengkel mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang teknik kendaraan dan bengkel, meliputi:
pemberian ijin usaha perbengkelan, pembinaan dan pengawasan teknis
kendaraan bermotor dan tidak bermotor serta pembinaan dan
pengawasan bengkel.
b. Seksi Uji Kendaraan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang uji
kendaraan, meliputi: pembinaan dan pengawasan, pengendalian dan
pengujian kendaraan bermotor dan tidak bermotor.
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), bertugas melaksanakan pengelolaan
terminal. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dikepalai oleh Kepala
UPTD.
7. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan Jabatan
Fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga
fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang
keahliannya.
lvi
Keadaan Pegawai
Keadaan pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta akan dibagi dalam
beberapa tingkatan, meliputi distribusi pegawai masing-masing Bagian/Sub
Bagian (Subbag)/UPTD, jumlah pegawai berdasarkan golongan/kepangkatan,
jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah tenaga harian lepas,
pegawai kontrak, seragam pegawai, dan jam kerja pegawai Dinas
Perhubungan Kota Surakarta.
Distribusi Pegawai Masing-Masing Bagian/Subbag/UPTD
Distribusi pegawai masing-masing Bagian/Subbag/UPTD termasuk
didalamnya adalah pejabat struktural yang terdiri dari Kepala Bagian
(Kabag) dan Kepala Sub Bagian (Kasubbag), dan Kepala Seksi (Kasi),
Kepala UPTD, serta staf. Berikut ini adalah gambaran distribusi pegawai
masing-masing Bagian/Subbag/UPTD.
Tabel 1
Distribusi Pegawai Masing-Masing Bagian/Subbag/UPTD
Staf Jumlah No Jabatan Kepala Kasubbag/ Kasi PNS CPNS PNS+CPNS
1 Kepala Dinas 1 - - - 1 2 Sekretariat 1 3 7 - 11 3 Bidang Lalu Lintas 1 2 19 - 22 4 Bidang Angkutan 1 2 25 - 28 5 Bidang Teknis Sarana
dan Prasarana 1 2 14 - 17
UPTD 2 2 125 - 129 Jumlah 7 11 190 - 208
Sumber : Sub Bagian Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Surakarta
lvii
Berdasarkan tabel di atas jumlah pejawabat struktural Dinas
Perhubungan Kota Surakarta sebanyak 18 orang, terdiri dari Kepala Dinas,
Kepala Bagian, Kepala Subbag, Kepala UPTD, serta Kasubbag/Kasi.
Sedangkan jumlah staf Dinas Perhubungan Kota Surakarta sebanyak 190
orang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) termasuk didalamnya staf
UPTD. Jadi jumlah pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta yang
berstatus PNS sebanyak 208 orang.
Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan/Kepangkatan
Jumlah pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta berdasarkan
golongan/kepangkatan sangat bervariasi dari Gol. I sampai dengan Gol.
IV. Tabel berikut ini akan menggambarkan keadaan pegawai Dinas
Perhubungan Kota Surakarta berdasarkan golongan/kepangkatan.
Tabel 2
Jumlah Pegawai berdasarkan Golongan/Kepangkatan
No Golongan/Ruang Pria Wanita Jumlah 1 Gol. IV b 1 1 2 2 Gol. IV a 2 - 2 3 Gol. III d 6 1 7 4 Gol. III c 8 1 9 5 Gol. III b 55 11 66 6 Gol. III a 19 - 19 7 Gol. II d 4 - 4 8 Gol. II c 2 - 2 9 Gol. II b 5 - 5 10 Gol. II a 67 1 68 11 Gol. I d 1 - 1 12 Gol. I c 14 - 14 13 Gol.Ia 9 - 9
Jumlah 193 15 208
lviii
Sumber : Sub Bagian Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Suarakarta
Berdasarkan tingkat golongan, golongan terendah adalah I d
sebanyak 1 orang dan tertinggi adalah IV b sebanyak 2 orang. Dari tabel di
atas juga dapat diketahui jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin,
dengan perbandingan jumlah pria lebih banyak daripada jumlah wanita
yakni sebanyak 193 orang pria dan 15 orang wanita.
Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta berdasarkan
tingkat pendidikan juga sangat beragam. Dari tingkat pendidikan paling
rendah yakni SD sampai dengan tingkat pendidikan paling tinggi yakni S2.
Untuk mengetahui lebih jelasnya lihatlah tabel berikut ini.
Tabel 3
Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Pria Wanita Jumlah 1 S2 8 1 9 2 S1 36 6 42 3 D4 5 - 5 4 Sarjana Muda 2 1 3 5 D3 1 - 1 6 D2 1 - 1 7 SLTA 103 8 111 8 SLTP 17 - 17 9 SD 11 1 12
Jumlah 184 17 201 Sumber : Sub Bagian Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Surakarta
lix
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pendidikan rata-rata
pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah SLTA dan S1, dengan
komposisi jenjang SLTA sebanyak 111 orang dan jenjang S1 sebanyak 42
orang.
Jumlah Tenaga Harian Lepas (THL)
Di samping memiliki pegawai dengan status PNS, Dinas
Perhubungan Kota Surakarta juga memiliki pegawai dengan status Tenaga
Harian Lepas (THL) yang tersebar di Subbag dan UPTD. Tabel berikut ini
menggambarkan jumlah THL.
Tabel 4
Jumlah Tenaga Harian Lepas (THL)
No SK Subbag
SK Walikota
SK Kadin Jumlah
1 Subbag Lalu Lintas 3 1 4 2 Subbag Teknik Sarana 3 4 7 3 Subbag Angkutan 21 10 31 4 UPTD Terminal 50 30 80 5 UPTD Perparkiran 7 1 8
Jumlah 84 46 130 Sumber : Sub Bagian Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Surakarta
Berdasarkan tabel di atas jumlah THL Dinas Perhubungan Kota
Surakarta cukup banyak. Jumlah keseluruhan THL sebanyak 127 orang,
terdiri dari 84 orang mendapatkan SK dari Walikota dan 46 orang
mendapatkan SK dari Kepala Dinas.
lx
Jumlah Pegawai Kontrak
Status kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Surakarta selain
sebagai PNS dan THL yakni sebagai pegawai kontrak. Tabel berikut
menggambarkan jumlah pegawai kontrak.
Tabel 5
Jumlah Pegawai Kontrak
No Subbag Kontrak 1 Subbag Lalu Lintas 13 2 Subbag Teknik Sarana - 3 Subbag Angkutan 16 4 UPTD Terminal 6 5 UPTD Perparkiran 62
Jumlah 97 Sumber : Sub Bagian Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota
Surakarta
Tidak berbeda dengan THL, Jumlah pegawai kontrak Dinas
Perhubungan Kota Surakarta juga terbilang cukup banyak dengan jumlah
97 orang. Hanya Subbag Teknik Sarana dan Prasarana yang tidak memiliki
pegawai kontrak.
Jam Kerja Pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta
Petugas Dinas Perhubungan Kota Surakarta memiliki jam kerja sesuai
dengan tugasnya masing-masing. Adapun jam kerja pegawainya adalah :
Umum
lxi
Seluruh pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta, kecuali bagian
UPTD terminal, petugas CC room, dan petugas TPR masuk 5 hari
kerja mulai pukul 07.15 sampai dengan 15.30 serta hari Sabtu Minggu
libur.
Petugas terminal (UPTD Terminal)
Pegawai Dinas Perhubungan yang bertugas di UPTD terminal dibagi
menjadi 4 regu dimana masing-masing regu terdiri dari 13 personil.
Adapun jam kerja pegawainya dibagi menjadi 3 shif, yaitu :
1) Shif pertama masuk pukul 07.00 – 14.00 WIB.
2) Shif kedua masuk pukul 14.00 – 22.00 WIB.
3) Shif ketiga masuk pukul 22.00 – 07.00 WIB.
Adapun ketentuan libur untuk pegawai Dinas Perhubungan yang
bertugas di UPTD terminal adalah masuk kerja 3 hari mendapatkan
libur 1 hari.
Petugas CC room
Petugas CC room bertugas untuk mengawasi kelancaran melalui
CCTV yang dipasang di setiap traffic lights di daerah-daerah rawan
sehingga kemacetan dapat selalu dipantau melalui ruangan tersebut.
Adapun jam kerja untuk petugas CC room adalah :
1) Shif pertama masuk pukul 07.00 – 14.00 WIB
2) Shif kedua masuk pukul 14.00 – 22.00 WIB
lxii
Mulai pukul 22.00 lampu traffic lights dihidupkan kuning sebagai
tanpa hati-hati. Masing-masing shif ditempatkan 2 orang petugas dari
Sub Din Lalin.
Petugas TPR (Tempat Pemungutan Retribusi)
Petugas TPR per pos terdiri dari 4 orang pegawai dan bekerja mulai
pukul 06.00 – 17.00 WIB. Petugas TPR memiliki 6 hari kerja dan libur
fleksibel sesuai dengan keinginan pegawai.
lxiii
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta
Penilaian kerja merupakan penilaian terhadap keseluruhan aktivitas yang
berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu
organisasi. Dalam hal ini akan disajikan mengenai hasil penelitian tentang
kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta yang berfokus pada kriteria
akuntabilitas, yang juga akan dijelaskan pula mengenai faktor pendukung dan
faktor penghambatnya sehingga akan meningkatkan kinerja organisasi secara
keseluruhan. Oleh karena itu, untuk memberikan pelayanan yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat diperlukan pengkajian dan
pengembangan kinerja sehingga kinerja organisasi dapat optimal.
Akuntabilitas adalah perwujudan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, melalui
suatu media pertanggungjawaban, yang dilaksanakan secara periodik. Dalam
organisasi publik, akuntabilitas suatu institusi pemerintah adalah merupakan
suatu perwujudan kewajibannya untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan visi, misi, strategi, maupun
operasionalisasi/pelaksanaannya dalam institusi yang bersangkutan.
Pertanggungjawaban ini umumnya adalah dilakukan terhadap stakeholders
atau pejabat publik yang dipilih masyarakat (elected officials). Akuntabilitas
lxiv
berkenaan dengan pertanggungjawaban keberhasilan dan kegagalan
pencapaian misi organisasi. akuntabilitas mempertanggungjawabkan
pelaksanaan wewenang atau amanah tersebut terhadap faktor eksternal
organisasi yaitu stakeholders atau elected officials.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Didik Setyanto, selaku
Kasubag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan yang mengatakan sebagai
berikut:
“Memang dalam setiap instansi pemerintah ada mekanisme pertanggungjawaban program kerja yang telah dilaksanakan, yang biasanya kita sebut dengan akuntabilitas kinerja dinas dan dalam hal ini adalah dinas perhubungan. Pertanggungjawaban terhadap seluruh program kerja dinas kita laporkan kepada pemerintah daerah Kota Surakarta, yaitu kepada Walikota dan DPRD. Program kerja ini tertuang dalam bentuk LAKIP ”.
Berdasarkan keterangan tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Dinas
Perhubungan Kota Surakarta menghasil kegiatan yang telah ditetapkan
tersebut kemudian dipertanggungjawabkan oleh dinas perhubungan kepada
pemerintah daerah Kota Surakarta (Walikota dan DPRD).
Hasil kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta
adalah kegiatan yang dilakukan selama satu tahun, yaitu dimulai pada bulan
Januari sampai dengan Desember. Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas
Perhubungan merupakan penjabaran dari rencana strategis (Renstra) yang
kemudian dituangkan dalam Rencana Kerja (Renja). Pertanggungjawaban
kegiatan selama satu tahun tersebut dituangkan dalam bentuk LAKIP
(Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah).
lxv
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bapak Didik Setyanto, selaku
Kasubag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan yang mengatakan bahwa:
“Kegiatan yang dilakukan oleh dinas berdasarkan pada rencana strategis (Renstra) yang kemudian dispesifikkan menjadi rencana kerja (Renja) untuk periode satu tahun yang dimulai pada bulan Januari sampai dengan Desember. Rencana kerja yang dilakukan selama satu tahun tersebut kemudian dipertanggungjawabkan kepada pemerintah daerah (Walikota dan DPRD) yang dituangkan dalam bentuk LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah)”.
Akuntabilitas dilihat sebagai salah satu indikator untuk melihat kinerja
suatu organisasi, dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan Kota Surakarta
apakah kinerjanya baik atau buruk. Akuntabilitas organisasi dapat diukur dari
tercapainya tujuan dari Dinas Perhubungan Kota Surakarta, ketersediaan
anggaran, dan peningkatan sumber daya manusia. Apabila tujuan yang telah
ditetapkan dapat dicapai, yaitu tercapainya kelancaran lalu lintas dan
menurunnya jumlah pelanggaran lalu lintas, maka dapat dikatakan bahwa
pelaksanaan kegiatan dalam organisasi berjalan efektif. Dalam mencapai
tujuan tersebut setiap organisasi harus dapat mengenali kondisi-kondisi yang
dapat menghalangi tercapainya tujuan organisasi.
1. Efektivitas organisasi
a. Tercapainya tujuan organisasi, yaitu kelancaran arus lalu lintas
Kinerja Dinas Perhubungan dapat terlihat dari kelancaran arus
lalu lintasng ada di wilayah kerjanya. Di wilayah Kota Surakarta dapat
dilihat dari arus lalu lintas di jalan-jalan di di Kota Surakarta. Saat ini,
Kota Surakarta merupakan kota yang memiliki penduduk yang cukup
lxvi
padat, yang tentunya juga mempengaruhi kepadatan arus lalu lintas
menjadi terganggu.
Dinas Perhubungan Kota Surakarta berupaya semaksimal
mungkin untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat
sesuai dengan tugas dan fungsinya yaitu menyangkut kelancaran arus
lalu lintas. Transportasi mempunyai peranan yang penting dan strategis
dalam mendorong dan menggerakkan pembangunan daerah, terutama
sebagai sarana penunjang kegiatan perekonomian.
Tujuan Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah terwujudnya
lalu lintas angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib,
teratur dan nyaman serta efisien yang mampu memadukan modal
transportasi sebagai pendorong, penggerak dan penunjang
pembangunan sektor transportasi yang berwawasan lingkungan di Kota
Surakarta. Hal ini dapat terlihat dari semakin padatnya lalu lintas di
Kota Surakarta seiring dengan perkembangan perekonomian yang
semakin pesat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Sri Baskoro
selaku Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan sebagai berikut.
”Dinas Perhubungan, khususnya bidang lalu lintas Kota Surakarta mempunyai tugas utama dalam mengatur lalu lintas sehingga arus lalu lintas dapat berjalan dengan lancar. Dengan adanya kelancaran lalu lintas, maka akan berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian” (wawancara, tanggal 30 Desember 2009).
Kota Surakarta merupakan kota yang mengalami perkembangan sangat
pesat sehingga terdapat beberapa kawasan yang pada jam-jam tertentu
lxvii
mengalami kemacetan dan kawasan yang macet tersebut merupakan
pusat kegiatan ekonomi. Kemacetan arus lalu lintas adalah keadaan
dimana kendaraan bermotor mengalami kesulitan dalam bergerak
untuk melalui suatu segmen jalan tertentu. Adapun kawasan tersebut
adalah sebagai berikut.
Tabel 6
Kawasan Macet di Surakarta
No. Kawasan Macet Jam Sibuk 1. Kawasan Pasar Klewer 10.00 – 17.00 WIB
2. Kawasan Coyudan 12.00 – 21.00 WIB
3. Depan Pasar Kadipolo dan Pasar Kembang 06.00 – 12.00 WIB
4. Kawasan Singosaren Plaza 18.00 – 21.00 WIB
5. Simpang Nonongan dan Jl. Slamet Riyadi 12.00 – 13.00 WIB 6. Jl. Yos Sudarso 09.00 WIB
7 Rel KA Pasar Nongko pagi dan sore hari
8 Depan Mangkunegaran pagi dan siang hari
Sumber : Bagian Lalu Lintas Dishub Surakarta
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat
kawasan-kawasan tertentu yang memiliki tingkat kepadatan pada jam-
jam tertentu. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada pusat-pusat
kegiatan ekonomi terjadi kepadatan lalu lintas.
lxviii
Selain pada kawasan tersebut di atas, terdapat beberapa lokasi di
Surakarta, antara lain yaitu di jembatan penghubung antara
Kandangsapi dengan Mojosongo. Pada daerah tersebut cukup padat
sekitar jam 06.00 hingga menjelang jam 07.00 WIB, sehingga sering
terjadi kemacetan.
Daerah lain yang juga terjadi kepadatan lalu lintas adalah daerah
Ngemplak. Kepadatan terjadi pada jam-jam masuk sekolah. Kendaraan
yang melewati tempat tersebut juga kebanyakan anak-anak sekolah,
baik yang berangkat dengan kendaraan sendiri atau diantar. Di tambah
lagi, dengan adanya kendaraan besar dari arah Purwodadi yang
sebagian melalui Ngemplak serta bus dari arah terminal menuju ke
kota-kota Surabaya, Sragen, Tawangmangu, dan daerah selatan seperti
Wonogiri yang juga melalui Ngemplak.
Dengan adanya kepadatan lalu lintas tersebut, maka Dinas
Perhubungan melakukan suatu tindakan untuk mengurai kemacetan
tersebut dengan melakukan pengendalian lalu lintas. Hal ini
sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Sri Baskoro, Kabid Lalu
Lintas Dinas Perhubungan Surakarta sebagai berikut.
”Untuk mengurai kemacetan lalu lintas di kawasan-kawasan yang memang langganan macet, kita melakukan pengendalian lalu lintas. Pengendalian lalu lintas lebih mudah dilakukan karena tidak memerlukan biaya yang banyak. Tindakan yang kita lakukan biasanya berupa pemasangan lampu lalu lintas ataupun mengatur tentang masalah perparkiran.
lxix
Pengendalian lalu lintas merupakan cara yang praktis dan mudah
serta membutuhkan biaya yang relatif lebih murah. Dalam hal-hal
tertentu teknik pengendalian lalu lintas membutuhkan biaya mahal. Hal
tersebut cenderung akibat pemanfaatan teknologi tinggi dan biaya
pemeliharaan.
Pada tahap ini pihak Dinas Perhubungan melakukan beberapa
tindakan, yaitu:
1) Pemasangan lampu lalu lintas
Penggunaan persimpangan untuk mengalirkan arus lalu lintas
dari berbagai arah mengakibatkan persimpangan menjadi lokasi
terhimpunnya titik konflik yang cukup banyak yang berpotensi
menjadi penyebab terjadinya kecelakaan, tundaan, serta berbagai
masalah lalu lintas lainnya.
Sesuai dengan pendapat dari Bapak Sri Baskoro, Kabid Lalu
Lintas sebagai berikut :
“Pemasangan rambu lalu lintas dipersimpangan dimaksudkan
terutama untuk mengurangi terjadinya kecelakaan mengingat
persimpangan merupakan jalan dari berbagai arah sehingga
perlu sekali dilakukan pemasangan rambu lalu lintas”.
Cara yang praktis untuk meminimasi titik konflik tersebut
adalah dengan APILL ATCS (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
lxx
Area Traffic Control System). Hal ini dimaksudkan untuk mengatur
dan mengendalikan pergerakan lalu lintas, memperlancar arus lalu
lintas serta mencegah/mengurangi terjadinya kecelakaan. Adapun
rambu lalu lintas yang dipasang pada tahun 2008 adalah
sebagaimana yang terdapat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 7
Rekap Rambu Tahun 2008
Rambu No Jalan Perintah Larangan Perintah Petunjuk
1 Jl. Slamet Riyadi 25 40 31 35 2 Jl. Sudirman 0 5 2 2 3 Jl. Urip Sumoharjo 6 12 10 8 4 Jl. Kol. Sutarto 2 4 15 4 5 Jl. Ir Sutami 5 6 4 4 6 Jl. Kenanga 0 0 0 0 7 Jl. Melati 0 0 0 0 8 Jl. A Yani 20 32 32 12 9 Jl. Terntara Pelajar 6 4 4 2 10 Jl Ki Hajar Dewantara 4 4 2 0 11 Jl. Gatot Subroto 1 3 0 3 12 Jl. Jamsaren 0 1 0 1 13 Jl. Veteran Barat 0 0 0 0 14 Jl. Haryo Panular 0 0 0 0 15 Jl. Setyaki 0 1 0 1 16 Jl. Adi Sucipto 14 20 8 7 17 Jl. Suprapto 5 3 3 0 18 Jl. Adi Sumarmo (1) 0 0 0 0 19 Jl. Ki Mangun Sarkaoro 2 3 1 1 20 Jl. Sumpah Pemuda 8 2 2 4 21 Jl. Mayor Ahmadi 0 1 0 2 22 Jl. Ring Road 4 3 3 2 23 Jl .Kutai Raya 0 0 0 0 24 Jl Tulang Bawang 0 0 0 0
lxxi
25 Jl. Ir Juanda 14 11 2 6 26 Jl. Kapt Mulyadi 18 10 0 5 27 Jl. Mayor Kusmanto 0 3 0 1 28 Jl Kahar Muzakir (1) 0 2 0 1 29 Jl Brigjen Sudiarto 14 7 2 3 30 Jl. Wahid Hasyim 2 1 1 0 31 Jl. Yos Sudarso (1) 12 7 8 1 32 Jl. Dewi Sartika 0 0 1 0 33 Jl. Veteran 14 12 - 4 34 Jl. Bayangkara 11 5 2 2 35 Jl. Dr Rajiman (1) 1 4 3 0 36 Jl Joko Tingkir 0 2 0 0 37 Jl Kol Sugiyono 1 5 2 4 38 Jl Monginsidi 2 5 2 4 39 Jl. Gajahmada 2 3 4 2 40 Jl. Honggowongso 3 10 2 3 41 Jl Muh Yamin 1 1 1 0 42 Jl Yos Sudarso (2) 0 14 8 0 43 Jl. Pakubuwono 0 4 0 0 44 Jl. Aln-Alun Utara 0 9 1 4 45 Jl. Kyai Gede 0 1 0 2 46 Jl. Supit Urang 0 9 2 2 47 Jl Rajiman (2) 0 16 5 4 48 Jl Kebangkitan Nasional 3 0 3 0 49 Jl. Musum 2 2 0 0 50 Jl Samanhudi 0 1 0 0 51 Jl Agus Salim 0 8 0 1 52 Jl Perintis Kemerdekaan 0 1 0 1 53 Jl Hasanudin 1 3 0 0 54 Jl. Hasyim Ashari 0 4 0 0 55 Jl. Utara Masjid Agung 0 5 1 0 56 Jl. Samping BCA Gladak 0 0 0 0 57 Jl. Dr Wahidin 2 2 0 2 58 Jl Dr Moewardi 2 7 0 2 59 Jl. Menteri Supeno 0 4 0 1 60 Jl. MH Tamrin 0 1 0 0 61 Jl. KS Tubun 0 0 0 7 62 Jl Krakatau 0 0 0 0 63 Jl. Sam Ratulangi 0 0 0 0 64 Jl. MT Haryono 3 8 0 5 65 Jl Setya Budi 1 3 0 1 66 Jl Tagore 0 3 0 1 67 Jl Kapten Tendean 0 8 0 3 68 Jl Singosari 1 0 0 1 69 Jl Popda 1 0 0 0 70 Jl Hasanudin 0 5 1 2 71 Jl Depok 0 1 1 0 72 Jl RM Said 3 7 0 5
lxxii
73 Jl Ciptomangunkusumo 2 5 2 1 74 Jl Dr Sutomo 0 1 1 1 75 Jl Kalitan 0 2 0 1 76 Jl Yosodipuro 6 12 4 6 77 Jl Imam Bonjol 0 2 0 1 78 Jl Ronggowarsito 0 5 1 5 79 Jl Wora Wari 0 1 0 1 80 Jl Dr Supomo 0 1 0 0 81 Jl Kartini 0 2 0 1 82 Jl Diponegoro 0 2 0 0 83 Jl Teuku Umar 0 3 0 1 84 Jl Ahmad Dahlan 0 3 0 0 85 Jl Sutan Syahrir 0 8 1 7 86 Jl Saharjo 0 6 4 0 87 Jl Arifin (1) 1 8 6 4 88 Jl Sugiyopranoto 0 3 0 3 89 Jl Kusumoyudan 0 5 3 2 90 Jl Lumban Tobing 0 2 0 0 91 Jl Suryopranoto 0 2 1 1 92 Jl Arifin (2) 0 0 0 0 93 Jl Abdul Muis 0 0 0 0 94 Jl Kawasan Monumen Banjarsari 0 5 0 0 95 Jl S Parman (1) 8 15 3 4 96 Jl Abdul Rahman 0 2 0 1 97 Jl R Saleh 0 4 3 0 98 Jl S Parman (2) 0 0 0 0 99 Jl Panjaitan 2 6 5 2 100 Jl Letjen Sutoyo 0 3 3 4 102 Jl Jaya Wijaya (1) 0 2 1 0 103 Jl Tangkuban Perahu 0 0 0 1 104 Jl Brigjen Katamso 1 2 3 1 105 Jl RE Martadinata 0 6 0 1 106 Jl Gotong royong 0 2 0 0 107 Jl Cikroaminoto 2 7 0 2 108 Jl Suryo 2 5 0 2 109 Jl Prof. Yohanes 0 1 0 0 110 Jl Cut Nyak Dien 0 1 0 0 111 Jl Mayor Sunaryo 0 1 0 0 112 Jl Demangan 0 2 0 0 113 Jl Sambas 1 2 0 0 114 Jl Untung Suropati 0 4 0 0 115 Jl Sampangan 0 1 0 0 116 Jl Kyai Mojo 3 6 1 2 117 Jl Kahar Muzakir (2) 0 0 0 2 118 Jl Serang 2 4 0 0 119 Jl Kapten Patimura 0 1 0 0 120 Jl Pangeran Wijil 0 1 0 0 121 Jl Kalilarangan (Selatan Rajiman- 0 2 0 0
lxxiii
Coyudan) 122 Jl Gajah Suranto 0 2 0 0 123 Jl Reksosinten 0 1 0 0 124 Jl AM Sangaji 0 1 0 0 125 Jl Gajahan 0 0 0 0 126 Jl Yudistira 0 1 0 0 127 Jl Sadewo 0 1 0 0 128 Jl Joko Tingkir 0 2 0 0 129 Jl Transito 1 1 1 0 130 Jl Prof Dr Soeharso 9 4 0 1 131 Jl Basuki Rahmad 0 2 0 0 132 Jl Kahuripan Utama 0 0 0 0 133 Jl Adi Sumarmo (2) 0 1 0 0 134 Jl Mr. Sartono 6 6 0 0 135 Jl Walanda Maramis 0 0 0 0 136 Jl Kerinci 0 0 0 0 137 Jl Samping / Belakang Bonoloyo 0 0 0 0 138 Jl Jayawijaya (2) 0 1 0 0 139 Jl Sumpah Pemuda Nayu
(Utara SMP 18) 0 0 0 0
140 Jl Dukuhan Ayu (Selatan SMP 1) 0 0 0 262 5400 211 226
1239 Sumber : Bagian Lalu Lintas Dishub Surakarta
Selain pemasangan rambu lalu lintas, untuk dapat memantau
keadaan lalu lintas di Kota Surakarta juga dilengkapi dengan
CCTV. CCTV yang sudah dipasang ada sebanyak 29 buah, yang
terdiri dari 7 (tujuh) buah CCTV Doom (3600) dan CCTV Fixed
(satu arah) sebanyak 22 (dua puluh dua) buah. Adapun
pemasangan CCTV di Kota Surakarta dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 8
Pemasangan CCTV
No. Jumlah Lokasi Pemasangan Keterangan
lxxiv
1 1 Kleco (dari arah Barat Jl. Slamet Riyadi Fixed
2 2 Panggung (Jl. Kol. Sutarto) Fixed
3 3 Kota Barat (Jl. dr. Muwardi) Fixed
4 4 Tirtonadi (Jl. Ahmad Yani) Fixed
5 4 Balapan (Jl. Monginsidi) Fixed
6 4 Sangkrah (Jl. Sungai Sambas) Fixed
7 4 Manahan (Jl. Ahmad Yani) Fixed
8 1 Panggung (Jl. Kol. Sutarto) CCTV Doom
9 1 Simpang Kleco CCTV Doom
10 1 Simpang Kerten CCTV Doom
11 1 Simpang Gendengan CCTV Doom
12 1 Simpang Nonongan CCTV Doom
13 1 Simpang Gladag CCTV Doom
14 1 Simpang Telkom (Jl. Jend. Sudirman) CCTV Doom
Sumber : Bagian Lalu Lintas Dishub Surakarta
Berdasarkan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa Dinas
Perhubungan Kota Surakarta melakukan pemasangan rambu-rambu
lalu lintas dan kamera CCTV di lokasi-lokasi yang rawan
lxxv
kemacetan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi dan memantau
daerah-daerah yang rawan kemacetan di Surakarta.
2) Larangan parkir
Parkir yang dilakukan dipinggir jalan mengakibatkan
gangguan terhadap kelancaran lalu lintas ataupun untuk membatasi
arus lalu lintas menuju suatu kawasan tertentu. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Bapak Sri Baskoro selaku Kabid Lalu Lintas
Dinas Perhubungan Surakarta sebagai berikut:
“Sebenarnya pihak Dinas Perhubungan sudah menentukan
tempat-tempat yang dilarang untuk parkir kendaraan, tetapi
mungkin karena masyarakat inginnya serba praktis sehingga
ketentuan ini tidak diindahkan sehingga masyarakat tetap saja
parkir di tempat tersebut. Sebagai contohnya, pihak dinas
sudah menyediakan fasilitas parkir khusus untuk kendaraan
umum, misalnya taxi pada ruas-ruas jalan yang telah
ditentukan oleh pihak dinas”.
Dengan demikian, perlu dipertimbangkan penerapan suatu
bentuk kebijaksanaan parkir untuk mengendalikannya. Hal yang
dilakukan adalah dengan menyediakan fasilitas parkir khusus untuk
kendaraan umum, misalnya taxi pada ruas-ruas jalan yang telah
ditentukan oleh pihak Dinas Perhubungan Surakarta.
lxxvi
3) Andalalin (Analisis Dampak Lalu Lintas)
Andalalin tersebut diperlukan mengingat semakin
berkembangnya kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan serta
adanya penurunan kinerja lalu lintas akibat adanya pembangunan
atau pengembangan kawasan di daerah Kota Surakarta. Selain itu
juga karena adanya peningkatan volume lalu lintas dan pejalan kaki
serta kebutuhan akan ruang parkir. Oleh karena itu, untuk dapat
melaksanakan pengembangan suatu kawasan harus melalui
prosedur yang sudah ditetapkan. Hal yang sangat penting yang
harus dilakukan selain mengenai analisis dampak lingkungan
adalah mengenai analisis dampak lalu lintas.
Sebagaimana yang diterangkan oleh Bapak Sri Baskoro
selaku Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan Surakarta yang
menyatakan bahwa :
“Andalalin sangat dibutuhkan dalam kegiatan lalu lintas di
Kota Surakarta, mengingat perkembangan kota Surakarta
yang begitu cepat sehingga pada sebagian ruas jalan di Kota
Surakarta terjadi kemacetan lalu lintas”.
Selanjutnya Bapak Sri Baskoro menjelaskan, sebagai
contohnya adalah Pembangunan Solo Grand Mall yang tidak
lxxvii
mengindahkan Andalalin sebagaimana yang disaran oleh pihak
Dinas Perhubungan. Akibatnya terjadi kemacetan di sepanjang
Jalan Slamet Riyadi pada jam-jam sibuk (pagi, siang, dan sore
hari), karena taxi parkir di ruang manfaat jalan. Selain itu juga
lokasi parkir yang disediakan tidak sesuai dengan kebutuhan yang
ada sehingga pengunjung memarkir kendaraan di sepanjang jalan
Slamet Riyadi. Disamping itu juga antrean lalu lintas di Jalan
Slamet Riyadi yang disebabkan karena mobil yang masuk ke Solo
Grand Mall berhenti di pintu masuk untuk membayar retribusi
parkir terlebih dahulu.
b. Menurunnya jumlah pelanggaran lalu lintas
Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam melakukan tugasnya,
yaitu selain mengatasi kemacetan lalu lintas juga melakukan
pemasangan rambu-rambu lalu lintas. Pemasangan rambu-rambu lalu
lintas ini, selain memasang lampu rambu lalu lintas juga memasang
tanda rambu-rambu lalu lintas. Pemasangan tanda rambu lalu lintas ini
dimaksudkan untuk mengurangi pelanggaran lalu lintas.
Selain dengan pemasangan rambu-rambu lalu lintas, penurunan
jumlah pelanggaran lalu lintas juga dikarenakan saat ini masyarakat
mulai meningkat kesadarannya tentang berlalu lintas. Hal ini karena
pihak Dinas Perhubungan secara rutin ada program sosialisasi tertib
lalu lintas, yaitu tentang penggunaan sabuk keselamatan dan helm
standar.
lxxviii
Sebagaimana pendapat dari Bapak Sri Baskoro selaku Kabid
Lalu Lintas Dinas Perhubungan Surakarta sebagai berikut:
“Saat ini bisa dikatakan jumlah pelanggaran lalu lintas ada
penurunan. Hal ini dikarenakan warga masyarakat mulai
menyadari pentingnya disiplin dalam berlalu lintas. Ini tidak
terlepas dari sosialisasi yang kita lakukan secara rutin, terutama
tentang penggunaan sabuk keselamatan dan helm standar”.
Pendapat senada juga dijelaskan oleh Bapak Joko Pramono
selaku Kasi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas yang mengatakan
sebagai berikut:
Kita memang rutin melakukan sosialisasi lalu lintas, terutama
bagi pengendara kendaraan bermotor mengenai sabuk
keselamatan dan pemakaian helm standar bagi pengendara
sepeda motor. Hal ini kita lakukan supaya masyarakat semakin
menyadari pentingnya memakai atribut keselamatan tersebut dan
memang hasilnya cukup menggembirakan karena secara tidak
langsung juga berdampak pada penuruan jumlah pelanggaran lalu
lintas”.
lxxix
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dinas
perhubungan secara rutin melakukan sosialisasi terutama bagi
pengendara kendaraan bermotor tentang bagaimana berkendara yang
aman di jalan raya.
Dengan adanya sosialisasi yang rutin dilakukan oleh Dinas
Perhubungan, maka dapat dikatakan ada penurunan jumlah
pelanggaran lalu lintas. Penurunan jumlah pelanggaran ini dikarenakan
masyarakat semakin menyadari untuk berdisiplin dalam berlalu lintas.
Merupakan kebutuhan nyata untuk mengatasi persoalan agar tetap eksis
dan unggul dalam persaingan yang semakin ketat dalam lingkungan yang
berubah sangat cepat. Upaya untuk menanggulangi perubahan-perubahan baik
eksternal maupun internal agar organisasi dapat mengantisipasi berbagai
tantangan dan perkembangan yang semakin sulit dan kompleks ialah harus
mempersiapkan diri dan secara terus menerus melakukan perubahan-
perubahan kearah perbaikan. Perubahan tersebut harus disusun dalam suatu
pola yang konsisten dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan kinerja
yang berorientasi kepada pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi.
Oleh karena itu, Dinas Perhubungan Kota Surakarta telah menetapkan
pernyataan Visi dan Misi. Hal ini dimaksudkan agar semakin jelas arah dan
tujuan Dinas Perhubungan berperan dalam birokrasi Pemerintah Daerah Kota
Surakarta.
Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Yosca Herman
S. selaku Kepala Dishub Kota Surakarta sebagai berikut:
lxxx
”Ya, dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi organisasi kita berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan oleh organisasi. Visi dan misi ini dapat dikatakan sebagai tolak ukur dalam menjalankan program-program organisasi sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi dapat tercapai
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam menjalankan kegiatan organisasi berdasarkan pada visi dan misi yang
telah ditetapkan oleh organisasi. Dengan demikian, semua kegiatan yang
dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta berdasarkan pada visi dan
misi organisasi. Adapun Visi dan Misi Dinas Perhubungan Kota Surakarta
adalah sebagai berikut:
Visi : Terwujudnya Lalu Lintas Angkutan Jalan yang Selamat, aman, cepat,
lancar, tertib, teratur dan nyaman serta efisien yang mampu
memadukan moda transportasi sebagai pendorong, penggerak dan
penunjang pembangunan sektor transportasi yang berwawasan
lingkungan di Kota Surakarta.
Misi :
1. Menyelenggarakan transportasi yang handal, terpadu dan terjangkau
oleh daya beli masyarakat guna meningkatkan mobilitas orang, barang
dan jasa.
2. Mewujudkan moda transportasi yang memenuhi persyaratan teknik
dan laik jalan.
lxxxi
3. Menyelenggarakan manajemen dan rekayasa Lalu Lintas serta
bimbingan keselamatan dan ketertiban Lalu Lintas.
4. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sektor transportasi.
Tabel 9
Tujuan dan Sasaran Dinas Perhubungan Kota Surakarta
SASARAN CARA MENCAPAI TUJUAN DAN
SASARAN
TUJUAN
URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM
1. Lancarnya lalu
lintas
2. Tersedianya alat
angkutan sesuai
kebutuhan
pemerataan
distribusi orang,
barang dan jasa.
3. Meningkatnya
kesadaran wajib
uji untuk
melaksanakan
uji kendaraan
4. Terwujudnya
kawasan tertib
lalu lintas
1. Terwujudnya
sistem managemen
transportasi Lalu
Lintas yang baik
2. Adanya alat
transportasi yang
efektif dan efisien
3. Tercapainya sarana
angkutan jalan
yang memenuhi
persayaratan teknis
laik jalan
4. Meningkatnya
ketaatan pengguna
jalan terhadap
peraturan
perundang-
undangan
1. Tercapainya
kelancaran Lalu
Lintas
2. Terpenuhinya
kebutuhan alat
angkut
3. Meningkatnya
keakurasian
hasil uji
4. Menurunnya
jumlah
pelanggaran lalu
lintas
1. Mengembangkan
sistem
transportasi
perkotaan
2. Meningkatkan
kualitas
pelayanan
transportasi
3. Pengembangan
sumber daya
manusia dan
teknologi
a. Program
Peningkatan
Pelayanan
Sarana dan
Prasarana
Aparatur
b. Program
Pembangunan
Prasarana dan
Fasilitas
Perhubungan
c. Program
Rehabilitasi &
Pemeliharaan
Prasarana &
Fasilitas LLAJ
d. Program
peningkatan
pelayanan
angkutan
e. Program
pengendalian
pengamanan
lalu lintas.
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surakarta
lxxxii
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa berdasarkan visi dan
misi yang telah ditetapkan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta
menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi. Dalam
mencapai tujuan dan sasaran ini, ditentukan indikator-indikatornya sebagai
tolak ukur program kerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja
pada level sasaran dan kegiatan. Pengukuran dengan menggunakan indikator
kinerja pada level sasaran digunakan untuk menunjukkan secara langsung
kaitan antara sasaran dengan indikator kinerjanya, sehingga keberhasilan
sasaran berdasarkan rencana kinerja tahunan yang ditetapkan dapat dilihat
dengan jelas. Selain itu, untuk memberikan penilaian yang lebih independen
melalui indikator-indikator outcomes atau minimal outputs dari kegiatan yang
terkait langsung dengan yang diinginkan.
Dalam rangka mengetahui kinerja instansi Dinas Perhubungan Kota
Surakarta melakukan penilaian kinerja tahun 2008. Penilaian kinerja ini
dimulai dengan menentukan indikator kinerja dan variabelnya. Indikator
kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan
memperhitungkan indikator Masukan (input), Keluaran (output), Hasil
(outcome), Manfaat (benefit) dan Dampak (impact).
Indikator Masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator
lxxxiii
ini dapat berupa dana, SDM, informasi, kebijaksanaan/Peraturan Perundang-
undangan, dan sebagainya.
Indikator Keluaran (outputs) adalah sesuatu yang diharapkan langsung
dicapai dan suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan non fisik.
Indikator Hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
Indikator Manfaat (benefits) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan
akhir dan pelaksanaan kegiatan.
Indikator Dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik
positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi
yang telah ditetapkan.
1. Pengadaan kendaraan dinas/operasional
a) Pengadaan 2 (dua) unit motor dinas, 1 (satu) unit dump truck. Adapun
indikator Masukan (input,) hal ini karena adanya jumlah dana.
Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah tersedianya motor dinas
dan dump truck. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran
(output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu peningkatan
pelayanan pada masyarakat. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yang
penting bagi masyarakat agar ketertiban lalu lintas lebih meningkat,
dan Dampak (impact) yaitu mengurangi angka kecelakaan.
b) Pengadaan 1 (satu) unit mobil dinas perparkiran. Adapun indikator
Masukan (input) hal ini karena adanya jumlah dana. Sedangkan untuk
lxxxiv
Keluaran (output) adalah tersedianya mobil dinas operasional. Dengan
adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan
mendapatkan Hasil (outcome) yaitu peningkatan pelayanan pada
masyarakat. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu ketertiban lalu
lintas lebih meningkat, dan Dampak (impact) yaitu dapat
meningkatkan kinerja petugas.
2. Sosialisasi kebijakan dibidang perhubungan
Bintek/Pembinaan Teknis dasar-dasar kelalulintasan Dinas
Perhubungan. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena adanya
jumlah dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah tersedianya SDM
(Sumber Daya Manusia) yang memenuhi kualitas. Dengan adanya
Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil
(outcome) yaitu peningkatan kinerja serta peningkatan pelayanan dan
kemampuan teknis. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu
kemampuan, kualitas teknis dan administrasi dalam pelayanan masyarakat
lebih optimal, dan Dampak (impact) yaitu kekurangan kemampuan teknis
pegawai dapat ditingkatkan.
3. Kegiatan Pengendalian Disiplin Pengoperasian Angkutan Umum di Jalan
Raya
Pelaksanaan pengendalian, penertiban dan kelancaran serta
pengawalan lalu lintas. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena
tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah (pelaksanaan
lxxxv
pengendalian, penertiban dan kelancaran serta pengawasan lalu lintas)
meningkatnya kinerja petugas lalu lintas. Dengan adanya Masukan (input)
dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu
meningkatnya ketertiban dan kelancaran serta mengurangi volume
kecelakaan lalu lintas. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu pengguna
jalan dapat lebih tertib dan merasa lebih nyaman dan aman, dan Dampak
(impact) yaitu meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap petugas
institusi
4. Pengumpulan dan analisis data base pelayanan angkutan
Kajian manajemen lalu lintas. Adapun indikator Masukan (input) hal
ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah
tersedianya laporan hasil studi manajemen lalu lintas. Dengan adanya
Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil
(outcome) yaitu memudahkan dalam penerapan sistem transportasi. Serta
mempunyai Manfaat (benefit) yaitu manajemen lalu lintas lebih tertata dan
mengurangi tingkat kesemrawutan dalam lalu lintas, dan Dampak (impact)
yaitu angka kecelakaan dan kemacetan lalu lintas dapat teratasi.
5. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pelayanan Jasa Angkutan
Pemeliharaan/Pengadaan Prasarana dan Sarana Lalu Lintas dan alat
komunikasi. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya
dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah (pemeliharaan/pengadaan
prasarana dan sarana lalu lintas dan alat komunikasi),
lxxxvi
terpeliharanya/tersedianya sarana lalu lintas berupa APILL (Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas), Rambu, Traffic cone, Alat Komunikasi, Repeater,
Flashing, Zoss, dan RPPJ (Rambu Penunjuk Pengguna Jalan). Dengan
adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan
Hasil (outcome) yaitu terpeliharanya/tersedianya prasarana dan sarana lalu
lintas. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu meningkatnya ketertiban
pengguna jalan dalam berlalu lintas, dan Dampak (impact) yaitu
mengurangi angka kecelakaan, kemacetan dan meningkatnya pelayanan
terhadap pengguna jalan.
6. Sosialisasi/Penyuluhan ketertiban lain dan angkutan
Lomba tertib lalu lintas angkuta kota. Adapun indikator Masukan
(input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran
(output) adalah (lomba tertib lalu lintas angkutan) ketertiban yang lebih
terkendali baik dari segi pengguna jalan dan administrasi. Dengan adanya
Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil
(outcome) yaitu mengurangi angka kecelakaan dan dapat memberikan
kesadaran bagi pengguna jalan. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu
ketertiban lalu lintas lebih baik dan terkendali, dan Dampak (impact) yaitu
mengurangi angka kecelakaan dan administrasi lebih baik.
7. Pengadaan rambu-rambu lalu lintas
Pengadaan APILL ATCS (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Area
Traffic Control System). Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena
tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah tersedianya
lxxxvii
APILL ATCS. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output),
maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu ketertiban lalu lintas
terkendali dan mengurangi angka kecelakaan. Serta mempunyai Manfaat
(benefit) yaitu peningkatan ketertiban dan disiplin berlalu lintas, dan
Dampak (impact) yaitu peningkatan kinerja persimpangan dan mengurangi
angka kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas.
8. Pengadaan Marka Jalan
Pengecatan Marka Jalan. Adapun indikator Masukan (input) hal ini
karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah
terwujudnya marka jalan. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran
(output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu meningkatnya
disiplin dalam berlalu lintas dan mengurangi angka kecelakaan. Serta
mempunyai Manfaat (benefit) yaitu pembinaan/perlindungan terhadap
pengguna jalan, dan Dampak (impact) yaitu pengguna jalan lebih tertib
dalam berlalu lintas.
9. Pengadaan Pagar Pengaman
Terwujudnya median jalan. Adapun indikator Masukan (input) hal ini
karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah
terwujudnya median jalan. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran
(output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu mengurangi
angka kecelakaan. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu kenyamanan
lxxxviii
pengguna jalan dalam berlalu lintas, dan Dampak (impact) yaitu
mengurangi tingkat pelanggaran dalam berlalu lintas.
Berdasarkan program kerja di bidang lalu lintas yang telah direncanakan
di atas, maka dilakukan evaluasi dan análisis akuntabilitas kinerja rencana
tingkat capaian. Adapun evaluasi dan análisis akuntabilitas kinerja rencana
tingkat capaian adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan Pengadaan kendaraan dinas/operasional
a) Pengadaan motor dinas dan mobil dump truck. Adapun indikator
Masukan (input) adalah dana sebesar Rp 285.000.000,-. Sedangkan
Keluaran (output) adalah tersedianya 2 (dua) unit motor dinas dan 1
(satu) unit dump truck dan Hasil (outcome) adalah adanya realisasi
pengadaan kendaraan dinas/operasional.
b) Pengadaan 1 (satu) unit mobil operasional parkir pick up. Adapun
indikator Masukan (input) adalah dana sebesar Rp 100.000.000,-.
Sedangkan Keluaran (output) adalah tersedianya 1 (satu) unit mobil
operasional dan Hasil (outcome) adalah terealisasinya pengadaan 1
(satu) unit mobil operasional parkir pick up.
2. Kegiatan sosialisasi kebijakan di bidang perhubungan
Bintek dasar-dasar kelalulintasan DLLAJ. Indikator Masukan (input)
adalah tersedianya dana sebesar Rp 180.000.000,-. Sedangkan Keluaran
(output) adalah adanya sumber daya manusia yang mampu melaksanakan
tugas teknis sebanyak 100 orang. Adapun Hasil (outcome) adalah
lxxxix
terealisasinya peningkatan keterampilan pegawai secara teknis sebanyak
100 orang.
3. Kegiatan Pengendalian Disiplin Pengoperasian Angkutan Umum di Jalan
Raya
Pelaksanaan pengendalian, penertiban dan kelancaran serta
pengawalan lalu lintas. Indikator Masukan (input) adalah tersedianya dana
sebesar Rp 354.000.000,-. Adapun Keluaran (output) adalah terlaksananya
pelaksanaan pengendalian, penertiban dan kelancaran pengawalan lalu
lintas serta Hasil (outcome) adalah terealisasinya kegiatan pengendalian
penertiban dan kelancaran serta pengawalan lalu lintas di jalan raya.
4. Pengumpulan dan analisis data base pelayanan angkutan
Kajian manajemen lalu lintas. Indikator Masukan (input) adalah
tersedianya dana kegiatan kajian manajemen lalu lintas. Keluaran (output)
adalah tersedianya laporan hasil studi manajemen lalu lintas. Sedangkan
Hasil (outcome) adalah terealisasinya studi manajemen lalu lintas.
5. Kegiatan Pengembangan sarana dan prasarana jasa angkutan
Pemeliharan/pengadaan prasarana dan sarana lalu lintas dan alat
komunikasi. Indikator Masukan (input) adalah tersedianya dana sebesar
Rp 735.675.342. Keluaran (output) adalah terpeliharanya prasarana dan
sarana lalu lintas dan alat komunikasi. Adapun Hasil (outcome) adalah
terealisasinya kegiatan pemeliharaan prasarana dan sarana lalu lintas dan
alat komunikasi.
6. Kegiatan sosialisasi/penyuluhan ketertiban lalin dan angkutan
xc
Lomba tertib lalu lintas angkutan kota. Indikator Masukan (input) adalah
tersedianya dana sebesar Rp 75.000.000,-. Keluaran (output) adalah
terlaksananya penilaian lomba lalu lintas dan angkutan kota. Sedangkan
Hasil (outcome) adalah terealisasinya pelaksanaan lomba lalu lintas dan
angkutan kota.
7. Kegiatan pengadaan rambu-rambu lalu lintas
Pengadaan APILL ATCS. Indikator Masukan (input) adalah
tersedianya dana sebesar Rp 4.057.562.500. Sedangkan Keluaran (output)
adalah terpasangnya APILL di 10 titik simpang. Adapun Hasil (outcome)
adalah pemasangan APILL di 10 titik simpang.
8. Kegiatan pengadaan marka jalan
Pengecatan marka jalan. Masukan (input) adalah tersedianya dana sebesar
Rp 623.040.000,-. Adapun Keluaran (output) adalah tersedianya marka
jalan seluas 4670 m2. Sedangkan Hasil (outcome) adalah marka jalan yang
telah tersedia seluas 4670 m2.
9. Kegiatan Pengadaan Pagar Pengaman
Pembangunan median jalan. Masukan (input) adalah tersedianya dana
sebesar Rp 151.500.000. Keluaran (output) adalah terwujudnya median
jalan sepanjang 500 m1. Hasil (outcome) adalah terealisasinya median
jalan sepanjang 500 m1.
2. Akuntabilitas organisasi
xci
Tujuan pemerintah, dalam hal ini pemerintah kota Surakarta adalah
melayani kebutuhan masyarakat dengan sebaik-baiknya, yang
dilaksanakan dengan pembentukan dinas untuk melaksanakan program
kerja. Salah satu dinas yang ada di lingkungan pemerintahan Kota
Surakarta adalah Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Kinerja dinas
tersebut tidak dapat diukur dengan rasio-rasio yang biasa didapatkan dari
sebuah laporan keuangan seperti return on investment, jumlah sumber
daya yang digunakan atau rasio pendapatan dibandingkan dengan sumber
daya yang digunakan. Hal ini disebabkan karena dalam kinerja pemerintah
tidak ada “net profit”. Kewajiban pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan kinerjanya dengan sendirinya dipenuhi dengan
menyampaikan informasi yang relevan sehubungan dengan hasil dari
program yang dilaksanakan kepada wakil rakyat dan juga kelompok-
kelompok masyarakat yang memang ingin menilai kinerja pemerintah.
Pelaporan keuangan pada instansi pemerintahan pada umumnya
hanya menekankan pada pertanggungjawaban apakah sumber daya yang
diperoleh sudah digunakan sesuai dengan anggaran atau perundang-
undangan yang berlaku. Dengan demikian, pelaporan keuangan yang ada
hanya memaparkan informasi yang berkaitan dengan sumber pendapatan
pemerintah, bagaimana penggunaannya dan posisi keuangan pada saat itu.
Adapun alokasi dan realisasi anggaran Dinas Perhubungan Kota
Surakarta bidang lalu lintas adalah sebagai berikut:
1. Alokasi APBD Dishub Tahun 2008 Berdasar Program Kerja
xcii
1.1 Program Peningkatan Sarana&Prasarana Aparatur Rp 792.763.000
1.2 Program Peningkatan Pelayanan Angkutan Rp 2.331.760.342
1.3 Program Pengendalian dan Pengamanan
Lalulintas Rp 4.832.102.500
JUMLAH Rp 7.956.625.842
2. Realisasi APBD Dishub Tahun 2008
2.1 Pendapatan
2.2 Anggaran Pendapatan Asli Daerah Rp 7.504.800.000
2.3 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Rp 6.950.448.800
2.4 Lebih/Kurang (Rp 554.351.200)
2.5 Belanja
2.6 Anggaran Belanja Rp 9.355.492.000
Realisasi Belanja Rp 8.636.623.952
(Rp 718.868.048)
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) (Rp 164.516.848)
Sedangkan perbandingan keberhasilan atau kegagalan realisasi pencapaian
target adalah sebagai berikut:
1. Perbandingan Realisasi Pencapaian Target Tahun 2008 dengan
Tahun 2007
Realisasi Pendapatan Asli Daerah Dishub Kota Surakarta Th 2008
sebesar Rp 6.950.488.800 dibanding dengan realisasi Th 2007 sebesar
xciii
Rp 6.755.107.690 terdapat kenaikan sebesar 2.70% atau
Rp 177.662.660.
2. REALISASI PENCAPAIAN TARGET PAD TAHUN 2008
Realisasi PAD tahun 2008 tercapai sebesar Rp 6.950.488.800 atau
sebesar 92,61% dari target yang ditentukan yaitu sebesar Rp
7.504.800.000.
Berdasarkan pada indikator kinerja dan tingkat capaian di atas, maka
dapat diketahui bahwa program kerja yang dilakukan telah sesuai dengan
target yang ditetapkan. Hal ini berarti bahwa berdasarkan program kerja yang
telah ditetapkan dapat diketahui hasil kerja dari Dinas Perhubungan Kota
Surakarta. Berdasarkan hasil kinerja tersebut, yang dituangkan dalam bentuk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2008 dapat
dilakukan evaluasi terhadap kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarrta.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ibu Anastasia Tri Rahayu
Warastuti, selaku Kasubbag Umum dan Kepegawaian yang mengatakan
sebagai berikut:
“Ya, memang benar kita melakukan pengukuran kinerja organisasi yang
dituangkan dalam LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah). Hal ini kita lakukan untuk mengetahui program kerja yang
telah ditetapkan apakah program kerja tersebut berhasil atau tidak.
LAKIP ini juga berfungsi sebagai bentuk pertanggungjawaban instansi
kepada pemerintah daerah terhadap kinerja organisasi selama tahun
xciv
2008. Dengan adanya hasil kerja tersebut kemudian dapat dilakukan
evaluasi terhadap kinerja Dinas Perhubungan”.
Hal diatas sesuai dengan pendapat dari Bapak Didik Setyanto, selaku
Kasubag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan yang mengatakan sebagai
berikut:
“Untuk melakukan evaluasi kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta,
kita membuat penilaian kinerja Dinas terlebih dahulu. Penilaian kinerja
ini berdasarkan pada visi, misi dan tujuan dinas. Berdasarkan pada ketiga
hal tersebut kemudian jabarkan dalam bentuk sasaran yang ingin dicapai
oleh organisasi. Berdasarkan sasaran yang telah ditetapkan kemudian
ditentukan indikator-indikator dari setiap sasaran program”.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa Dinas
Perhubungan Kota Surakarta membuat suatu penilaian kinerja berdasarkan
pada visi, misi, dan tujuan dinas. Penilaian kinerja organisasi dilakukan untuk
mengetahui hasil dari program kerja yang telah ditetapkan, apakah program
kerja yang ditetapkan tersebut berhasil atau tidak dalam pelaksanaannya. Oleh
karena itu, kemudian dilakukan evaluasi kinerja organisasi atas keberhasilan
atau kegagalan dari program tersebut.
xcv
Setiap organisasi dalam menjalankan program kerjanya tidak selalu
berhasil. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi kinerja organisasi untuk
mengetahui apakah program kerja yang sudah ada akan terus dilanjutkan atau
diganti dengan program kerja yang lain. Untuk itu, dapat dikatakan
keberhasilan atau kegagalan suatu program kerja dapat dijadikan sebagai
indikator kinerja organisasi secara keseluruhan.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bapak Didik Setyanto, selaku
Kasubag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan yang mengatakan sebagai
berikut:
“Memang benar, dengan adanya penilaian kinerja organisasi maka kita
dapat mengetahui keberhasilan maupun kegagalan program kerja yang
sudah ditentukan. Keberhasilan atau kegagalan dari program yang
ditetapkan ini kemudian sebagai bahan evaluasi terhadap program kerja
yang telah dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa evaluasi kinerja
dilakukan untuk mengetahui program kerja yang telah dilakukan apakah akan
dilanjutkan ataukah akan diperbaiki lagi dengan menyusun program baru.
Dalam pelaksanaan program kegiatan instansi pemerintah, perlu suatu
akuntabilitas, sehingga transparansi kinerja pemerintah dapat terwujud, yang
dapat mendukung pelaksanaan good governance. Akuntabilitas adalah
kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab
xcvi
dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan
kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan
untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Sedangkan kinerja
instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran
ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan
strategis instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan
kebijakan yang ditetapkan.
Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah perwujudan kewajiban
suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik.
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada pokoknya adalah
instrumen yang digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
misi organisasi. Akuntabilitas ini biasanya dituangkan dalam bentuk Laporan
Akuntabilitas Tahunan pada setiap instansi pemerintahan (LAKIP), termasuk
dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan Kota Surakarta.
Accontability is essential for the efficient function of the bureaucracy
especially as it is the primary and major implementation arm of government.
Accountability acts as a quality control device for the public service and so
the public as citizens and consumers in the public realm can expect to receive
the best service (Akuntabilitas merupakan esensi untuk efisiensi fungsi
xcvii
birokrasi, terutama sebagai sumber utama pelaksanaan pemerintah.
Akuntabilitas merupakan kualitas kontrol dalam pelayanan publik dan juga
publik sebagai masyarakat dan konsumen dalam realitas publik mengharapkan
untuk menerima pelayanan yang terbaik (Agara Tunde dan Olarinmoye
Omobolaji, 2009 : 17).
Dinas Perhubungan Kota Surakarta merupakan salah satu lembaga
pemerintah yang melaksanakan tugas pokok urusan pemerintahan di bidang
lalu lintas angkutan jalan, angkutan rel, angkutan sungai, dan penyeberangan
mempunyai misi di bidang pelayanan publik, utamanya di bidang lalu lintas.
Adapun salah satu misi tersebut adalah menyelenggarakan manajemen dan
rekayasa lalu lintas serta bimbingan keselamatan dan ketertiban lalu lintas.
Laporan akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban
pemerintah kepada masyarakat yang telah memberikan mandat untuk
menjalankan roda pemerintahan. Laporan akuntabilitas yang diberikan harus
menggambarkan pelaksanaan kinerja pemerintah yang berfokus masyarakat
selama periode yang telah ditentukan serta nantinya dapat
dipertanggungjawabkan oleh seorang Kepala Daerah/Pimpinan Instansi
sebagai hasil pelaksanaan kinerja organisasinya.
Agar dapat bermanfaat bagi para pemakai baik pihak internal maupun
eksternal organisasi/instansi, LAKIP disusun secara periodik pada akhir tahun
anggaran. Menurut Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah, penyusunan LAKIP harus dilandasi dengan pengertian
dan kesadaran bahwa laporan akan dapat bermanfaat bagi tumbuh dan
xcviii
berkembangnya praktik-praktik akuntabilitas kinerja di lingkungan instansi
pemerintah. Mengingat LAKIP merupakan media pertanggungjawaban dan
juga menjadi bahan evaluasi untuk menilai kinerja instansi pemerintah, maka
LAKIP harus dibuat secara tertulis dan disampaikan secara periodik. LAKIP
tersebut harus disampaikan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
LAKIP disampaikan melalui mekanisme pelaporan yang melibatkan
pihak yang berwenang membuat dan menerima LAKIP, serta pengguna
LAKIP, perangkat pemerintah, perangkat pemerintah kabupaten/kota, dan
lembaga/badan lainnya yang dibiayai dari anggaran negara.
Berdasarkan penyusunan dan penyampaian LAKIP di atas, maka LAKIP
yang dibuat oleh Dinas Perhubungan sebagai satuan kerja atau unit kerja
pemerintah daerah Kota Surakarta disampaikan kepada kepala pemerintah
daerah (Walikota) sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan program
organisasi. Bentuk laporan tersebut merupakan mekanisme yang harus
dipenuhi oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam
mempertanggungjawabkan pelaksanaan program kegiatan selama satu tahun
berdasarkan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Berdasarkan SKPD
inilah semua program kegiatan dinas perhubungan dilaksanakan. Hasil
pelaksanaan kinerja organisasi secara keseluruhan ini kemudian
dipertanggungjawabkan kepada Kepala Daerah (Walikota Surakarta) dan
terakhir kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Adapun mekanisme
xcix
pertanggungjawaban kegiatan Dinas Perhubungan Kota Surakarta dapat dilihat
dalam bagan sebagai berikut:
Bagan 3
Mekanisme Pertanggungjawaban Dinas Perhubungan
Dalam LAKIP juga meliputi akuntabilitas keuangan yang menyajikan
alokasi dan realisasi anggaran bagi pelaksanaan tupoksi atau tugas-tugas
lainnya, termasuk analisis mengenai capaian indikator kinerja instansi.
Anggaran yang digunakan adalah berdasarkan alokasi dana yang diberikan
oleh pemerintah Kota Surakarta kepada Dinas Perhubungan untuk
pelaksanaan program kegiatan terutama untuk pengadaan dan pemeliharaan
sarana prasarana lalu lintas serta biaya operasional organisasi secara
keseluruhan. Penggunaan dana anggaran ini juga dipertanggungjawabkan
dalam LAKIP tahun 2008.
Keberhasilan dan kegagalan program kerja yang telah dilakukan oleh
Dinas Perhubungan Kota Surakarta merupakan hasil kinerja Dinas selama satu
tahun, yaitu pada tahun 2008. Dengan adanya hasil tersebut maka dapat
dikatakan secara keseluruhan kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta dapat
dikatakan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan yang telah
dicapai oleh Dinas Perhubungan dalam pelaksanaan kerjanya. Dengan
SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
Dinas Perhubungan Kota Surakarta
Walikota Surakarta DPRD
c
demikian, dapat dikatakan secara umum walau sudah banyak peningkatan
dalam pelayanan masyarakat masih diperlukan kerja keras lagi untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.
B. Faktor penghambat maupun penunjang dalam kinerja Dinas
Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta
Dalam setiap melakukan kegiatan organisasi tidak terlepas dari
hambatan atau kendala yang mungkin ditemui selama pelaksanaan program
tersebut. Hambatan atau kendala merupakan hal biasa yang ditemui dalam
setiap melakukan sesuatu termasuk dalam hal ini adalah hambatan kinerja
organisasi. Hambatan yang sering ditemui biasanya adalah masalah Sumber
Daya Manusia, keterbatasan anggaran ataupun hambatan lainnya.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Bapak Ongko Prasetyo sebagai
Kepala Seksi Bimbingan Keselamatan dan Ketertiban Lalu Lintas sebagai
berikut:
“Kalau kita melakukan suatu kegiatan ya pastilah ada hambatan atau
kendala yang kita temui. Hambatan yang biasanya terjadi ya, sumber
daya manusia termasuk salah satu. Kita harus mengakui itu, karena
memang masih banyak pegawai kita yang belum mengikuti pelatihan
diklat-diklat teknis kelalulintasan. Selain itu, keterbatasan anggaran yang
ada di Dinas Perhubungan juga menjadi kendala, karena dengan dana
yang terbatas kita menjadi tidak bisa maksimal untuk melakukan
pengadaan sarana dan prasarana untuk menunjang kinerja organisasi.
ci
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas juga menjadi
hambatan kinerja organisasi, karena hal ini berarti program sosialisasi
yang dilakukan oleh Dinas belum berhasil. Selain itu, juga seringnya
rambu-rambu lalu lintas yang sudah dipasang hilang. Hal ini juga
mengakibatkan sarana dan prasarana yang sudah ada harus diganti
dengan yang baru, yang berarti pihak Dinas harus melakukan
pemasangan rambu kembali.
Berdasarkan uraian di atas, maka diketahui bahwa hambatan yang
dihadapi oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah masalah sumber daya
manusia, keterbatasan anggaran, kurangnya kesadaran masyarakat dalam
berlalu lintas, dan sering hilangnya sarana dan prasarana lalu lintas, dalam hal
ini adalah rambu-rambu lalu lintas. Hambatan-hambatan ini merupakan
hambatan yang biasa ditemui oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta
berkaitan dengan kinerja organisasi.
Dengan adanya hambatan tersebut, maka pihak Dinas Perhubungan juga
melakukan suatu usaha untuk mengatasi hambatan tersebut. Setiap hambatan
yang ditemui pasti ada cara-cara untuk mengatasi hambatan-hambatan
tersebut. Termasuk dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan Kota Surakarta
dalam mengatasi hambatan yang ada sehingga dapat lebih meningkatkan
kinerja organisasi secara keseluruhan.
cii
Sebagaimana pernyataan dari Bapak Ongko Prasetyo, selaku Kepala
Seksi Bimbingan Keselamatan dan Ketertiban Lalu Lintas sebagai berikut:
“Ya, pastilah kita melakukan usaha-usaha untuk mengatasi hambatan-
hambatan yang ada. Adapun cara untuk mengatasi tersebut adalah
dengan meningkatkan sumber daya manusia, yaitu dengan mengirimkan
pegawai untuk mengikuti diklat-diklat teknis kelalulintasan. Kemudian
kita juga melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan
operasi dan penertiban, terutama yang berkaitan dengan pelanggaran lalu
lintas. Usaha lain yang kita lakukan adalah melakukan optimalisasi
pelayanan penertiban dan pengendalian lalu lintas serta optimalisasi
sarana dan prasarana yang sudah ada saat ini. Usaha-usaha yang kita
lakukan ini merupakan usaha yang sering dilakukan oleh Dinas untuk
mengatasi hambatan atau kendala yang ada”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa Dinas Perhubungan
Kota Surakarta melakukan usaha-usaha untuk mengatasi hambatan yang ada.
Adapun usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah
meningkatkan sumber daya manusia dengan mengirim pegawai untuk
mengikuti diklat-diklat teknis kelalulintasan, melakukan koordinasi dengan
instansi lain, misalnya kepolisian dalam menindak pelanggaran lalu lintas,
melakukan optimalisasi pelayanan dan pengendalian lalu lintas, dan
optimalisasi sarana dan prasarana yang ada.
ciii
Kota Surakarta adalah suatu Kota yang juga mempunyai permasalahan
transportasi yang kompleks sebagai akibat dari perkembangan kota yang
cukup pesat. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan transportasi
khususnya bidang lalu lintas dan angkutan jalan, maka Pemerintah Kota
Surakarta mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan dalam rangka menciptakan suatu sistem transportasi di
wilayah Surakarta yang memadai, efisien, cepat, aman, dan nyaman serta
terjangkau oleh daya beli masyarakat sehingga akan memberikan manfaat bagi
semua pihak.
Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal dalam
penyelenggaraan lalu lintas, maka perlu diselenggarakan secara
berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar lebih luas daya jangkau dan
merata pelayanan kepada masyarakat dengan memperhatikan sebesar-
besarnya kepentingan umum dan kemampuan masyarakat. Oleh karena itu,
peranan Dinas Perhubungan sangat penting sekali dalam hal mobilitas
kendaraan di Kota Surakarta, terutama mengenai kemacetan lalu lintas akibat
dari perkembangan kota yang semakin pesat.
Kinerja dari Dinas Perhubungan Kota Surakarta dapat dikatakan telah
efektif. Namun demikian, tetap ada faktor yang menjadi penghambat dalam
peningkatan kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Hambatan tersebut
adalah sebagai berikut.
civ
1. Sumber Daya Manusia yang belum memenuhi profesionalisme kualifikasi
diklat
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi yang
memberikan sumbangan besar terhadap usaha pencapaian tujuan
organisasi. Implementasi tugas pegawai dalam kesehariannya merupakan
suatu manifestasi positif antar berbagai unit atau bidang yang ada dalam
organisasi di mana unsur pegawai sebagai aset penting organisasi menjadi
motor penggerak putaran roda organisasi yang memiliki kontribusi
terhadap perkembangan organisasi di masa yang akan datang.
Sumber daya manusia/personil yang ada pada Dinas Perhubungan
Kota Surakarta dari segi kualitas belum memadai khususnya segi
profesionalisme berkualifikasi Diklat, seperti :
a) Diklat Penyidik Pegawai Negeri Sipil
b) Diklat Analisa Dampak Lalu Lintas (Andalin)
c) Diklat Penguji Kendaraan Bermotor (PKB)
d) Diklat Manajemen Lalu Lintas
e) Diklat Manajemen Terminal
f) Diklat Manejemen Angkutan Perkotaan
Khusus PNS berkualifikasi penguji yang memiliki jenjang strata penyelia
sangat terbatas sehingga perlu adanya peningkatan jenjang pendidikan
teknis dari stata pelaksana ditingkatkan ke strata pelaksana lanjutan
selanjutnya dari jenjang strata pelaksana lanjutan ditingkatkan ke strata
penyelia.
cv
2. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas
Meskipun pihak Dinas Perhubungan Kota Surakarta sudah
melakukan sosialisasi tentang tertib berlalu lintas tetapi masyarakat masih
tetap belum ada kesadaran tentang pentingnya dalam berlalu lintas.
Meskipun secara kuantitas dapat dikatakan terjadi penurunan jumlah
pelanggaran lalu lintas, tetapi secara kualitas masyarakat masih belum
memiliki kesadaran dalam berlalu lintas. Misalnya, masyarakat masih
sering parkir di badan jalan, padahal sebenarnya tempat tersebut tidak
boleh untuk tempat parkir.
3. Rambu yang dipasang sering hilang
Rambu-rambu lalu lintas merupakan alat untuk mengatur ketertiban
lalu lintas. Rambu-rambu lalu lintas dipasang di tempat-tempat strategis
yang memang rawan kemacetan sehingga perlu dilakukan pemasangan
rambu-rambu tersebut. Akan tetapi pada kenyataannya, rambu-rambu
tersebut sering hilang karena diambil atau memang sengaja dicopot oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini juga bisa disebabkan
karena kurangnya pengawasan dari pihak Dinas Perhubungan terhadap
sarana dan prasarana yang ada.
4. Keterbatasan anggaran
Keterbatasan anggaran merupakan masalah yang biasa dihadapi oleh
setiap organisasi dalam mengembangkan kinerja organisasi. Alokasi
anggaran yang diberikan oleh pemerintah daerah Kota Surakarta kepada
Dinas Perhubungan masih terbatas sehingga untuk melakukan
cvi
pengembangan program atau kegiatan maupun melengkapi sarana dan
prasarana yang belum ada dapat dilakukan secara maksimal.
Adapun untuk mengatasi hambatan tersebut Dinas Perhubungan Kota
Surakarta melakukan beberapa hal antara lain :
1. Memberdayakan SDM dan mengoptimalkan fasilitas yang ada dengan
terus berupaya meningkatkan kondisi SDM secara bertahap
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Dinas
Perhubungan Kota Surakarta melakukan banyak hal. Diantaranya dengan
memberikan kesempatan kepada pegawai untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi untuk meningkatkan keahliannya. Dengan
demikian, kualitas dari pegawai di Dinas Perhubungan Kota Surakarta
dapat meningkat.
Untuk dapat mencapai kinerja yang lebih efektif dan lebih produktif,
maka dibutuhkan SDM yang berpengalaman dalam bidangnya dan ahli.
Hal ini dikarenakan dengan ketrampilan dan keahlian yang dimiliki oleh
pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta dapat menjadi lebih efektif
dan produktif, karena setiap pegawai dari Dinas Perhubungan Kota
Surakarta memiliki inisiatif agar bagaimana pekerjaan mereka itu menjadi
efektif dan produktif. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja Dinas
Perhubungan Kota Surakarta telah mengambil langkah-langkah sebagai
berikut: (a) Mengusulkan ke Badan Kepegawaian Daerah untuk
mengirimkan personil sesuai dengan kebutuhan ke diklat-diklat teknis; (b)
Menugaskan karyawan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia baik
cvii
melalui pendidikan ataupun seminar; dan (c) Mengadakan kerjasama
dengan Dinas Perhubungan Tingkat, Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat, Instansi terkait untuk mengadakan Bimbingan Teknis dasar-dasar
kelalulintasan.
Selain itu, dalam upayanya mencapai kinerja yang efektif dan
produktif, Dinas Perhubungan Kota Surakarta mengadakan pelatihan-
pelatihan kepada pegawainya guna meningkatkan kualitas dari SDMnya.
Selain itu juga mengikutkan pegawainya ke dalam pendidikan atau bea
siswa yang diadakan oleh kantor pusat. Adapun program-program yang
dilakukan dalam meningkatkan kualitas SDM yaitu sebagai berikut: (a)
Diklat Pimpinan Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota; (b) Diklat Penyidik
Pegawai Negeri Sipil; (c) Diklat Perencanaan Transportasi; (d) Diklat
Manajemen Transportasi; (e) Diklat Manajemen Lalu Lintas; (f) Diklat
PKB (Penguji Kendaraan Bermotor); (g) Diklat Jaringan Transportasi; (h)
Diklat Andalalin (Analisis Dampak Lalu Lintas); (i) Diklat Manajemen
Terminal; (j) Diklat APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas); (k) Diklat
Kalibrasi Alat Uji PKB; (l) Diklat Angkutan Umum; (m) Diklat
Penyegaran PKB; dan (n) Diklat Manajemen Persimpangan.
Dinas Perhubungan Kota Surakarta juga memberikan pertemuan-
pertemuan yang harus diikuti oleh seluruh pegawai Dinas Perhubungan
Kota Surakarta guna meningkatkan kinerjanya. Adapun pertemuan
tersebut yaitu PPKP (Program Peningkatan Kemampuan Pegawai). PPKP
ini dilaksanakan 2 kali dalam sebulan. Dimana PPKP ini berguna untuk
cviii
meningkatkan kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Selain itu juga untuk menjalin keakraban antara pegawai satu
dengan pegawai lainnya.
2. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan operasi
dan penertiban terhadap Kendaraan Bermotor Wajib Uji maupun
pelanggaran lalu lintas lainnya.
Transportasi meliputi kepentingan masyarakat dari semua golongan.
Penyelenggaraannya juga melibatkan berbagai instansi. Penyelenggaraan
tugas instansi tersebut juga tidak terlepas dari sistem penyelenggaraan
transportasi. Oleh karena itu, dalam penetapan suatu aturan tidak tertutup
kemungkinan intervensi kuat dari banyak pihak maupun lembaga.
Dalam melakukan kegiatan organisasi, Dinas Perhubungan Kota
Surakarta melakukan kerja sama dengan instansi lain. Upaya-upaya yang
dilakukan dalam rangka peningkatan keselamatan di jalan (misalnya :
penggunaan sabuk keselamatan, penggunaan helm standar, penggunaan
perlengkapan kendaraan, kelaikan jalan, dan lain-lain) adalah sebagai
berikut:
a) Operasi kelaikan jalan dan kelengkapan surat-surat kendaraan
bermotor yang dilakukan bersama-sama dengan SATLANTAS, UPPD
Propinsi Jawa Tengah Wilayah Surakarta, Jasa Raharja dan Pengadilan
Negeri Surakarta.
b) Penegakan hukum penggunaan sabuk keselamatan yang dilakukan
secara gabungan dengan SATLANTAS.
cix
c) Penegakan hukum penggunaan helm keselamatan dan kampanye yang
dilakukan secara gabungan bersama Satlantas Poltabes.
d) Pemasangan portabel, spanduk, pembagian leaflet dan brosur berisi
himbauan tertib berlalu lintas, dilakukan bersama-sama dengan
Satlantas Poltabes Surakarta.
e) Pekan keselamatan transportasi darat, dilakukan bersama-sama dengan
Satlantas Poltabes Surakarta.
f) Fasilitasi, sosialisasi peraturan perundang-undangan (kesemua
kecamatan di Surakarta), dilakukan dalam Tim Gabungan Pemerintah
Kota.
3. Optimalisasi pelayanan penertiban dan pengendalian lalu lintas
Pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta
merupakan suatu kegiatan pengumpulan data yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif yang bertujuan antara lain untuk mengetahui tingkat
pelayanan yang terjadi pada setiap ruas jalan, persimpangan dan jaringan
jalan. Hal ini dilakukan untuk mengatur ketertiban lalu lintas supaya tidak
terjadi kemacetan yang biasa terjadi pada jam-jam sibuk.
Pengendalian lalu lintas merupakan cara yang praktis dan mudah
serta membutuhkan biaya yang relatif lebih murah. Dalam hal-hal tertentu
teknik pengendalian lalu lintas membutuhkan biaya mahal. Hal tersebut
cenderung akibat pemanfaatan teknologi tinggi dan biaya pemeliharaan.
Adapun tindakan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta
cx
adalah pemasangan lampu lalu lintas, larangan parkir maupun
pengendalian lokasi parkir.
4. Optimalisasi sarana dan prasarana yang ada saat ini
Sarana dan prasarana lalu lintas sangat diperlukan guna mengatasi
kemacetan dan ketertiban dalam berlalu lintas. Sarana dan prasarana lalu
lintas yang sudah ada sekarang ini benar-benar dijaga dan dipelihara
dengan baik. Hal ini dikarenakan rambu yang dipasang sering hilang.
Selain juga karena kurangnya kesadaran masyarakat ikut memiliki fasilitas
jalan. Meskipun demikian, pihak Dinas Perhubungan Kota Surakarta tetap
melakukan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana lalu lintas yang
ada saat ini. Optimalisasi terhadap sarana dan prasarana lalu lintas
dikarenakan keterbatasan anggaran untuk pembelian sarana dan prasarana
lalu lintas sehingga terhadap peralatan yang sudah ada saat ini digunakan
semaksimal mungkin dan dilakukan pemeliharaan terhadap alat-alat yang
sudah ada. Optimalisasi sarana dan prasarana ini tidak lepas dari
keterbatasan anggaran yang ada sehingga sarana dan prasarana yang sudah
ada dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya.
cxi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta
Kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta selama tahun 2008 dapat
dikatakan cukup bagus. Meskipun dalam pelaksanaan program kerja yang
telah ditetapkan tidak selalu berhasil. Kinerja Dinas Perhubungan Kota
Surakarta dapat diketahui berdasarkan:
a. Efektivitas organisasi. Hal ini dapat diketahui dari tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Adapun
tujuan tersebut adalah tercapainya kelancaran lalu lintas dan
menurunnya jumlah pelanggaran lalu lintas. Kelancaran lalu lintas
merupakan tujuan utama dari Dinas Perhubungan Kota Surakarta
karena dengan kelancaran arus lalu lintas akan memudahkan mobilitas
penduduk dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kota Surakarta
merupakan kota yang mengalami perkembangan sangat pesat sehingga
terdapat beberapa kawasan yang memiliki tingkat kepadatan pada jam-
jam tertentu. Oleh karena itu, untuk mempelancar arus lalu lintas Dinas
Perhubungan Kota Surakarta melakukan beberapa tindakan, yaitu (1)
pemasangan lampu lalu lintas, terutama pada titik-titik persimpangan
jalan; (2) larangan parkir pada tempat-tempat tertentu, misalnya pada
ruas-ruas jalan utama yang dapat mengakibatkan kemacetan dan (3)
cxii
analisis dampak lingkungan (andalalin) perlu dilakukan mengingat
perkembangan pembangunan atau pengembangan kawasan di Kota
Surakarta sehingga harus melalui prosedur yang sudah ditetapkan,
salah satunya adalah mengenai analisis dampak lalu lintas. Adapun
tujuan lainnya adalah menurunnya jumlah pelanggaran lalu lintas.
Usaha yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta untuk
mengurangi jumlah pelanggaran lalu lintas adalah dengan
dilakukannya pemasangan rambu-rambu lalu lintas, yaitu memasang
rambu lalu lintas dan memasang tanda rambu-rambu lalu lintas. Selain
itu, penurunan jumlah pelanggaran lalu lintas juga dikarenakan saat ini
masyarakat mulai meningkat kesadarannya dalam berlalu lintas. Hal
ini karena pihak Dinas Perhubungan secara rutin ada program
sosialisasi tertib lalu lintas, yaitu tentang penggunaan sabuk
keselamatan dan helm standar.
b. Akuntabilitas organisasi
Laporan akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban yang berisi
gambaran pelaksanaan kinerja pemerintah yang berfokus masyarakat
selama periode yang telah ditentukan serta nantinya dapat
dipertanggungjawabkan oleh seorang Kepala Daerah/Pimpinan
Instansi sebagai hasil pelaksanaan kinerja organisasinya. Akuntabilitas
keuangan menyajikan alokasi dan realisasi anggaran bagi pelaksanaan
tupoksi atau tugas-tugas lainnya, termasuk analisis mengenai capaian
indikator kinerja instansi. Anggaran yang digunakan adalah
cxiii
berdasarkan alokasi dana yang diberikan oleh pemerintah Kota
Surakarta kepada Dinas Perhubungan untuk pelaksanaan program
kegiatan terutama untuk pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana
lalu lintas serta biaya operasional organisasi secara keseluruhan.
Dengan demikian, dapat dikatakan secara umum sudah banyak
peningkatan dalam pelayanan masyarakat akan tetapi masih diperlukan
kerja keras lagi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.
2. Faktor penghambat dan cara mengatasi hambatan untuk
meningkatkan kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota
Surakarta
Kinerja dari Dinas Perhubungan Kota Surakarta dapat dikatakan
sudah cukup baik. Namun demikian, tetap ada faktor yang menjadi
penghambat dalam peningkatan kinerja Dinas Perhubungan Kota
Surakarta. Hambatan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Sumber daya manusia/personil yang ada pada Dinas Perhubungan
Kota Surakarta dari segi kualitas belum memadai khususnya segi
profesionalisme berkualifikasi Diklat, misalnya diklat penyidik PNS.
Selain itu, khusus PNS berkualifikasi penguji yang memiliki jenjang
strata penyelia sangat terbatas sehingga perlu adanya peningkatan
jenjang pendidikan teknis dari stata pelaksana ditingkatkan ke strata
pelaksana lanjutan selanjutnya dari jenjang strata pelaksana lanjutan
ditingkatkan ke strata penyelia.
cxiv
b. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas. Meskipun
secara kuantitas ada penurunan jumlah pelanggaran lalu lintas, tetapi
secara kualitas masyarakat masih belum memiliki kesadaran dalam
berlalu lintas. Misalnya, masyarakat masih sering parkir di badan jalan,
padahal sebenarnya tempat tersebut tidak boleh untuk tempat parkir.
c. Rambu yang dipasang sering hilang. Banyaknya rambu-rambu lalu
lintas yang hilang karena diambil atau memang sengaja dicopot oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini mungkin terjadi
karena kurangnya pengawasan dari pihak Dinas Perhubungan terhadap
sarana dan prasarana yang ada.
d. Keterbatasan anggaran. Alokasi anggaran yang diberikan oleh
pemerintah daerah Kota Surakarta kepada Dinas Perhubungan masih
terbatas sehingga untuk melakukan pengembangan program atau
kegiatan maupun melengkapi sarana dan prasarana yang belum ada
dapat dilakukan secara maksimal.
Adapun untuk mengatasi hambatan tersebut Dinas Perhubungan Kota
Surakarta melakukan beberapa hal antara lain :
a. Memberdayakan SDM dan mengoptimalkan fasilitas yang ada dengan
terus berupaya meningkatkan kondisi SDM secara bertahap.
Untuk meningkatkan kinerja, Dinas Perhubungan Kota Surakarta
telah mengambil langkah-langkah sebagai berikut: (1) mengusulkan ke
Badan Kepegawaian Daerah untuk mengirimkan personil sesuai
dengan kebutuhan ke diklat-diklat teknis, (2) menugaskan karyawan
cxv
untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia baik melalui pendidikan
ataupun seminar; (3) mengadakan kerjasama dengan Dinas
Perhubungan Tingkat, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Instansi
terkait untuk mengadakan Bimbingan Teknis dasar-dasar
kelalulintasan. Selain itu, juga dilakukan pelatihan-pelatihan atau
diklat-diklat bagi seluruh pegawai Dinas Perhubungan guna
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.
b. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan operasi
dan penertiban terhadap Kendaraan Bermotor Wajib Uji maupun
pelanggaran lalu lintas lainnya. Kerjasama ini dilakukan dengan
instansi lain, yaitu dengan Poltabes Surakarta, SATLANTAS, UPPD
Propinsi Jawa Tengah Wilayah Surakarta, Jasa Raharja dan Pengadilan
Negeri Surakarta.
c. Optimalisasi pelayanan penertiban dan pengendalian lalu lintas.
Pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta
adalah untuk mengatur ketertiban lalu lintas supaya tidak terjadi
kemacetan yang biasa terjadi pada jam-jam sibuk. Selain itu, Dinas
Perhubungan Kota Surakarta juga melakukan pengendalian lalu lintas,
yaitu dengan pemasangan lampu lalu lintas, larangan parkir maupun
pengendalian lokasi parkir.
d. Optimalisasi sarana dan prasarana yang ada saat ini.
Optimalisasi terhadap sarana dan prasarana lalu lintas dikarenakan
keterbatasan anggaran untuk pembelian sarana dan prasarana lalu
cxvi
lintas sehingga terhadap peralatan yang sudah ada saat ini digunakan
semaksimal mungkin dan dilakukan pemeliharaan terhadap alat-alat
yang sudah ada.
B. Saran
Dengan melihat hasil penelitian di atas, penulis mengajukan saran yang
diharapkan dapat berguna untuk lebih meningkatkan kinerja Dinas
Perhubungan Kota Surakarta. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Perlunya dilakukan pelatihan-pelatihan atau diklat-diklat kerja secara
continue atau berkesinambungan bagi seluruh pegawai Dinas Perhubungan
Kota Surakarta sehingga akan lebih meningkatkan profesionalisme kerja
para pegawai dalam mendukung kinerja organisasi secara keseluruhan.
2. Pihak Dinas Perhubungan Kota Surakarta harus lebih meningkatkan
pengawasan terhadap sarana dan prasarana lalu lintas sehingga sarana dan
prasarana yang sudah ada dapat terpelihara dengan baik dan terhadap
rambu-rambu lalu lintas yang sudah terpasang tidak akan sering hilang.
3. Perlunya meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait, misalnya
kepolisian sehingga ada kerjasama yang baik dengan instansi lain dalam
hal penegakan hukum, khususnya dalam hal ini adalah terhadap
pelanggaran lalu lintas.
cxvii
DAFTAR PUSTAKA Agus Dwiyanto, 2006, Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Yogyakarta,
Gadjah Mada University Press. A.P Mangkunegara, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan
(Cetakan Ketiga), Bandung, PT. Remaja Rosdakarya. Burhan Bungin, 2003, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis
dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada.
Chaizi Nasucha, 2004, Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Praktek, Jakarta,
Grasindo. Dessler, Gary, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Prenhalindo:
Jakarta. Harbani Pasolong, 2007, Teori Administrasi Publik, Bandung, Alfabeta. H.B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar Teori dan
Terapannya dalam Penelitian, Surakarta, UNS Press. Lembaga Administrasi Negara, 1999, Keputusan Kepala Lembaga Administrasi
Negara Nomor: 589/IX/6/Y/99, Tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Jakarta.
Lexy J. Moleong, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja
Rosda Karya. Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, 2007, Analisis Data Kualitatif,
Jakarta, UI Press. Ratminto&Atik Septi, 2006, Manajemen Pelayanan, Yogyakarta, Putaka Pelajar. Ruffner, Michael dan Joaquin Sevilla, 2004, “Public Sector Modernisation:
Modernising Accountability and Control”, OECD Journal on Budgeting -Volume 4 - No.2 - ISSN 1608-7143, www.google.com.
Sri Budi Cantika Yuli, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia, Malang, UMM
Press. Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Administrasi, Bandung, Alfabeta.
cxviii
Suyadi Prawirosentono, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia: Kebijakan Kinerja Karyawan. 1999. Yogyakarta : BPFE.
Tunde, Agara dan Olarinmoye Omobolaji, 2009, “Ethics and Accountability in
Nigeria’s Public Service: An Historical Overview”, Journal of Public Administration and Policy Research, Vol.1 (1) pp. 011-018 May.
Wahyudi Kumorotomo, 1996, ”Meningkatkan Kinerja BUMN: Antisipasi
Terhadap Kompetisi dan Kebijakan Deregulasi”, JKAP No.1, Yogyakarta.