kgd-ckr_2.doc
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN CIDERA KEPALA RINGAN
HALAMAN JUDUL
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Cidera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat
adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun
efek sekunder dari trauma yang terjadi (sylvia anderson Price, 1985)
Disebut cedera kepala ringan (CKR) bila GCS 13-15, kehilangan
kesadaran atau terjadi amnesia kurang dari 30 menit. Tidak ada fraktur
tengkorak, tidak ada kontusio cerebral
2. Etiologi
Trauma langsung maupun tidak langsung pada kepala.
3. Manifestasi Klinik
a. Pola pernafasan
Pusat pernafasan diciderai oleh peningkatan TIK dan hipoksia, trauma
langsung atau interupsi aliran darah. Pola pernafasan dapat berupa
hipoventilasi alveolar, dangkal.
b. Kerusakan mobilitas fisik
Hemisfer atau hemiplegi akibat kerusakan pada area motorik otak.
c. Ketidakseimbangan hidrasi
Terjadi karena adanya kerusakan kelenjar hipofisis atau hipotalamus
dan peningkatan TIK
d. Aktifitas menelan
Reflek melan dari batang otak mungkin hiperaktif atau menurun
sampai hilang sama sekali
e. Kerusakan komunikasi
Pasien mengalami trauma yang mengenai hemisfer serebral
menunjukkan disfasia, kehilangan kemampuan untuk menggunakan
bahasa
4. Komplikasi
5. Patofisiologi dan Pathway
PATOFISIOLOGI
Cedera kulit kepala
Karena bagian ini banyak mengandung pembuluh darah, kulit kepala
berdarah bila mengalami cedera dalam. Kulit kepala juga merupakan
tempat masuknya infeksi intrakranial. Trauma dapat menimbulkan abrasi,
kontisio, laserasi atau avulsi.
Fraktur tengkorak
Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang tengkorak
disebabkan oleh trauma. Ini dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan
otak. Adanya fraktur tengkorak biasanya dapat menimbulkan dampak
tekanan yang kuat. Fraktur tengkorak diklasifikasikan terbuka/tertutup.
Bila fraktur terbuka maka dura rusak dan fraktur tertutup dura tidak rusak.
Fraktur kubah kranial menyebabkan bengkak pada sekitar fraktur dan
karena alasan yang kurang akurat tidak dapat ditetapkan tanpa
pemeriksaan dengan sinar X, fraktur dasar tengkorak cenderung melintas
sinus paranasal pada tulang frontal atau lokasi tengah telinga di tulang
temporal, juga sering menimbulkan hemorragi dari hidung, faring atau
telinga dan darah terlihat di bawah konjungtiva. Fraktur dasar tengkorak
dicurigai ketika CSS keluar dari telinga dan hidung.
Cidera otak
Kejadian cedera “ Minor “ dapat menyebabkan kerusakan otak
bermakna. Otak tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa sampai
derajat tertentu yang bermakna sel-sel cerebral membutuhkan supalai
darah terus menerus untuk memperoleh makanan. Kerusakan otak tidak
dapat pulih dan sel-sel mati dapat diakibatkan karena darah yang mengalir
tanpa henti hanya beberapa menit saja dan kerusakan neuron tidak dapat
mengalami regenerasi.
Komosio
Komosio cerebral setelah cedera kepala adalah kehilangan fase
neuologik sementara tanpa kerusakan struktur. Jika jaringan otak dan lobus
frontal terkena, pasien dapat menunjukkan perilaku yang aneh dimana
keterlibatan lobus temporal dapat menimbulkan amnesia disoreantasi.
Kontusio
Kontusio cerebral merupakan CKB, dimana otak mengalami memar
dan kemungkinan adanya daerah hemoragi. Pasien berada pada periode
tidak sadarkan diri. Pasien terbaring kehilangan gerakan, denyut nadi
lemah, pernafasan dangkal, kulit dingin dan pucat.
Hemoragi cranial
Hematoma ( pengumpulan darah ) yang terjadi dalam tubuh kranial
adalah akibat paling serius dari cedera kepala. Ada 3 macam hematoma :
1. Hematoma Epidural (hematoma Ekstradural)
Setelah terjadi cedera kepala, darah berkumpul di dalam ruang
epidural (ekstradural) diantara tengkorak di dura. Keadaan ini sering
diakibatkan dari fraktur tulang tengkorak yang menyebabkan arteri
meningkat tengah putus atau rusak (laserasi), dimana arteri ini berada
diantara dura dan tengkorak daerah frontal inferior menuju bagian
tipis tulang temporal, hemoragi karena arteri ini menyebabkan
penekanan pada otak.
2. hematoma subdural
hematoma subdural adalah pengumpulan darah diantara dura
dan dasar otak, yang pada keadaan normal diisi oleh cairan. Hemoragi
sub dural lebih sering terjadi pada vena dan merupakan akibat
putusnya pembuluh darah kecil yang menjembatani ruang subdural.
Hematoma subdural dapat terjadi akut, sub akut atau kronik
tergantung pada ukuran pembuluh darah yang terkena dan jumlah
perdarahan yang ada. Hematoma subdural akut: dihubungkan dengan
cedera kepala mayor yang meliputi kkontusio atau laserasi. Hematoma
subdural subakut: sekrela kontusio sedikit berat dan dicurigai pada
bagian yang gagal untuk menaikkan kesadaran setelah trauma kepala.
Hematoma subdural kronik: dapat terjadi karena cedera kepala minor
dan terjadi paling sering pada lansia. Lansia cenderung mengalami
cedera tipe ini karena atrofi otak, yang diperkirakan akibat proses
penuaan.
3. Hemoragi Intra cerebral dan hematoma
hematoma intracerebral adalah perdarahan ke dalam substansi otak.
Hemoragi ini biasanya terjadi pada cedera kepala dimana tekanan
mendesak kepala sampai daerah kecil. Hemoragi in didalam
menyebabkan degenerasi dan ruptur pembuluh darah, ruptur kantong
aneorima vasculer, tumor infracamal, penyebab sistemik gangguan
perdarahan.
PATHWAYSTrauma kepala
6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
Ekstra kranial Tulang kranial Intra kranial
Terputusnya kontinuitas jaringan kulit, otot dan
vaskuler
Terputusnya kontinuitas jaringan tulang
Jaringan otak rusak (kontusio, laserasi)
Gangguan suplai darah- Perubahan
autoregulasi- Oedema serebral
Resiko infeksi
Nyeri
Iskemia
- Perdarahan
- hemato
Hipoksia Perubahan perfusi jaringan
kejang
Perubahan sirkulasi CSS
Gangg. Fungsi otak Gangg. Neurologis fokal
- Bersihan jln nafas
- Obstruksi jln. Nafas
- Dispnea
Peningkatan TIK- Mual-muntah
PapilodemaPandangan kaburPenurunan fungsi pendengaranNyeri kepala Defisit neurologis
Girus medialis lobus temporalis tergeser
Resiko kurangnya volume cairan
Gangg. Persepsi sensori
Resiko tidak efektif jln. Nafas
Herniasi unkus
Tonsil cerebrum tergeser Kompresi medula oblongata
Messenfalon tertekan Resiko injuri
immobilisasi
cemas
Resiko gangg. Integritas kulilt
Kurangnya perawatan diri
Gangg. kesadaran
a. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penurunan
aliran darah ke serebral, edema serebral
b. Pola nafas tidak efektif b.d kerusakan neuro
muskuler (cedera pada pusat pernafasan otak, kerusakan persepsi
/kognitif)
c. Kerusakan pertukaran gas b.d hilangnya control
volunteer terhadap otot pernafasan
d. Inefektif bersihan jalan nafas b.d akumulasi sekresi,
obstruksi jalan nafas
e. Gangguan pola nafas b.d adanya depresi pada pusat
pernafasan
f. Resiko Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan b.d penurunan kesadaran
g. Resiko cedera b.d kejang, penurunan kesadaran
h. Gangguan eliminasi urin b.d kehilangan control
volunteer pada kandung kemih
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway
Kaji adanya obstruksi jalan antara lain suara stridor, gelisah karena
hipoksia, penggunaan otot bantu pernafasan, sianosis
2) Breathing
Inspeksi frekuensi nafas, apakah terjadi sianosis karena luka
tembus dada, fail chest, gerakan otot pernafasan tambahan. Kaji
adanya suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing.
3) Sirkulasi
Kaji adanya tanda-tanda syok seperti: hipotensi, takikardi, takipnea,
hipotermi,pucat, akral dingin, kapilari refill>2 detik, penurunan
produksi urin.
4) Disability
Kaji tingkat kesadaran pasien serta kondisi secara umum.
5) Eksposure
Buka semua pakaian klien untuk melihat adanya luka
b. Pengkajian Sekunder
1) Kepala
Kelainan atau luka kulit kepala dan bola mata, telinga bagian luar
dan membrana timpani, cedera jaringan lunak periorbital
2) Leher
Adanya luka tembus leher, vena leher yang mengembang
3) Neurologis
Penilaian fungsi otak dengan GCS
4) Dada
Pemeriksaan klavikula dan semua tulang iga, suara nafas dan
jantung, pemantauan EKG
5) Abdomen
Kaji adanya luka tembus abdomen, pasang NGT dengan trauma
tumpul abdomen
6) Pelvis dan ekstremitas
Kaji adanya fraktur, denyut nadi perifer pada daerah trauma,
memar dan cedera yang lain
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penurunan
aliran darah ke serebral, edema serebral
b. Pola nafas tidak efektif b.d kerusakan neuro
muskuler (cedera pada pusat pernafasan otak, kerusakan persepsi
/kognitif)
c. Kerusakan pertukaran gas b.d hilangnya control
volunteer terhadap otot pernafasan
d. Inefektif bersihan jalan nafas b.d akumulasi sekresi,
obstruksi jalan nafas
e. Gangguan pola nafas b.d adanya depresi pada pusat
pernafasan
f. Resiko Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan b.d penurunan kesadaran
g. Resiko cedera b.d kejang, penurunan kesadaran
h. Gangguan eliminasi urin b.d kehilangan control
volunteer pada kandung kemih
3. Perenanaan Keperawatan
a. Diagnosa : Gangguan perfusi jaringan serebral b.d
penurunan aliran darah ke serebral, edema serebral
Tujuan : mempertahankan tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi
motorik dan sensorik
Intervensi :
- Kaji faktor penyebab penurunan kesadaran
dan peningkatan TIK
- Monitor status neurologis
- Pantau tanda-tanda vital dan peningkatan
TIK
- Evaluasi pupil, batasan dan proporsinya
terhadap cahaya
- Letakkan kepala dengan posisi 15-45 derajat
lebih tinggi untuk mencegah peningkatan TIK
- Kolaburas pemberian oksigen sesuai dengan
indikasi, pemasangan cairan IV, persiapan operasi sesuai dengan
indikasi
b. Diagnosa : Pola nafas tidak efektif b.d kerusakan
neuro muskuler (cedera pada pusat pernafasan otak, kerusakan
persepsi /kognitif)
Tujuan : pola nafas pasien efektif
Intervensi :
- Kaji pernafasan (irama, frekuensi,
kedalaman) catat adanya otot bantu nafas
- Kaji reflek menelan dan kemampuan
mempertahankan jalan nafas
- Tinggikan bagian kepala tempat tidur dan
bantu perubahan posisi secara berkala
- Lakukan pengisapan lendir, lama pengisapan
tidak lebih dari 10-15 detik
- Auskultasi bunyi paru, catat adanya bagian
yang hipoventilasi dan bunyi tambahan(ronchi, wheezing)
- Catat pengembangan dada
- Kolaburasi : awasi seri GDA, berikan
oksigen tambahan melalui kanula/ masker sesuai dengan indikasi
- Monitor pemakaian obat depresi pernafasan
seperti sedatif
- Lakukan program medik
c. Diagnosa : kerusakan pertukaran gas b.d hilangnya
control volunteer terhadap otot pernafasan
tujuan : pasien mempertahankan oksigenasi adekuat
intervensi :
- Kaji irama atau pola nafas
- Kaji bunyi nafas
- Evaluasi nilai AGD
- Pantau saturasi oksigen
d. Diagnosa : Inefektif bersihan jalan nafas b.d
akumulasi sekret, obstruksi jalan nafas
Tujuan : mempertahankan potensi jalan nafas
intervensi :
- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi
nafas misal krekels, mengi, ronchi
- Kaji frekuensi pernafasan
- Tinggikan posisi kepala tempat tidur sesuai
dengan indikasi
- Lakukan penghisapan lendir bila perlu, catat
warna lendir yang keluar
- Kolaburasi : monitor AGD
e. Diagnosa : resiko cedera b.d penurunan kesadaran
tujuan : tidak terjadi cedera pada pasien selama kejang, agitasi atu
postur refleksif
intervensi :
- Pantau adanya kejang pada tangan, kaki,
mulut atau wajah
- Berikan keamanan pada pasien dengan
memberikan penghalang tempat tidur
- Berikan restrain halus pada ekstremitas bila
perlu
- Pasang pagar tempat tidur
- Jika terjadi kejang, jangan mengikat kaki
dan tangan tetapi berilah bantalan pada area sekitarnya.
Pertahankan jalan nafas paten tapi jangan memaksa membuka
rahang
- Pertahankan tirah baring
f. Resiko Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan b.d penurunan kesadaran
Tujuan : tidak terjadi kekurangan kebutuhan nutrisi tepenuhi
Intervensi :
- Pasang pipa lambung sesuai indikasi, periksa
posisi pipa lambung setiap akan memberikan makanan
- Tinggikan bagian kepala tempat tidur
setinggi 30 derajat untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan
aspirasi
- Catat makanan yang masuk
- Kaji cairan gaster, muntahan
- Kolaburasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diet yang sesuai dengan kondisi pasien
- Laksanakan program medik
g. Diagnosa : Gangguan eliminasi urin b.d hilangnya
control volunter pada kandung kemih
tujuan : mempertahankan urin yang adekuat, tanpa retensi urin
intervensi :
- Kaji pengeluaran urin terhadap jumlah,
kualitas dan berat jenis
- Periksa residu kandung kemih setelah
berkemih
- Pasang kateter jika diperlukan, pertahankan
teknik steril selama pemasangan untuk mencegah infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Sidharta, P. dan Mardjono, M. 2006. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian
Rakyat
R.Sjamsuhidayat,Wim de Jong. 2010. “ Trauma dan Bencana” Dalam: R.Sjamsuhidayat,
Warko Karnadiharja, Thaddeneus O.H.Prasetyono, Reno Rudiman,editor: Buku
Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC:
Doenges M.E. (2000) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed).
Philadelpia, F.A. Davis Company.
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing
Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.
Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala.
Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.
Harsono (1993) Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press
ASUHAN KEPERAWATAN
KGD DAN KRITIS I (GAWAT DARURAT)
II. KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1) Identitas Pasien
i. Nama : Tn. S
j. Usia : 45 tahun
k. Jenis kelamin : laki - laki
l. Alamat : Ceper, Gemawang, Ngadirojo
m. Diagnosa medis : Cidera Kepala Ringan
n. Nomor register : 52 47 87
o. Prioritas triase : Urgent
2) Pengkajian Primer (Primary Survey)
A. Airway (A)
Jalan nafas paten dan normal, tidak ada sumbatan pada saluran
nafas, tidak ditemukan tanda – tanda aspirasi dari muntahan.
B. Breathing (B)
c. Tidak ada sesak nafas, tidak ada retraksi intercosta, dan tidak
ada penggunaan otot bantu pernapasan
d. Frekwensi nafas dalam batas normal (RR: 20x/ menit)
e. Irama teratur
f. Suara nafas vesikular, tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
g. Reflek batuk ada
C. Circulation ( C)
Warna kulit sawo matang, nadi teratur, CRT < 2detik
D. Disability (D)
Kesadaran composmentis, GCS: E 4M 6V 5, pupil isokhor
E. Exposure (E)
Akral hanagat, tidak ditemukan tanda – tanda trauma abdomen.
3. Pengkajian Sekunder (Secundary Survey)
a. Full Set of Vital Sign (F)
- T : 139/ 90 mmhg
- N : 104 x / menit
- R : 20 x/ menit
- S : 36 5 °C
b. History and Head to Toe (H)
1) History (menggunakan prinsip SAMPLE)
S : Pasien mengeluh nyeri kepala (pusing)
A : pasien tidak alergi terhadap makanan maupun obat-obat
tertentu
M : Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan
P : Pasien tidak pernah mengalami benturan(trauma) kepala
sebelumnya
L : Pasien mengatakan makan dan minum terakhir tadi pagi
sewaktu sarapanserta minum air teh manis sebanyak 1 gelas
E :Pasien mengatakan jatuh dari mobil sekitar pukul 10.30
WIB, sempat hilang kesadaran, muntah 2 kali
2) Head to Toe
a) Kepala
- Bentuk simetris, terdapat luka pada oksipital,
kebersihan rambut kurang.
- Mata : bentuk simetris, conjungtiva tak tampak anemis,
pupil isokhor
- Hidung : Bentuk simetris, tidak ada deviasi septum,
tidak ada perdarahan
- Telinga: simetris kanan kiri, tidak ada perdarahan.
b) Leher
Tidak ada pembendungan vena jugularis, nadi carotis teraba
kuat dengan denyutan cepat.
c) Dada
1) Paru- paru
Inspeksi
Bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak terdapat
retraksi interkosta, tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan
Palpasi
Tidak ada krepitasi, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi
Terdengar sonor
Auskultasi
Suara nafas vesikuler
2) Jantung
Inspeksi
Ictus cordis tak terlihat
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Perkusi
Tidak ada pelebaran batas jantung
Auskultasi
Tidak terdengar bunyi jantung abnormal
d) Abdomen
Inspeksi
Tidak terdapat lesi ataupun luka,.
Auskultasi
Bising usus 8 x/ menit
Perkusi
Terdengar timpani pada seluruh area
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, turgor kulit cukup.
e) Ekstremitas
Akral hangat, kekuatan otot normal
4. Pemeriksaan Penunjang
Hari/Tanggal/
Jam
Jenis
Pemeriksaan
Nilai
NormalSatuan Hasil
Keterangan
Hasil
-
5. Terapi
Hari/Tanggal/ Jenis Terapi Dosis
Jam
Kamis/
12-11-2015/
Pkl. 14.00
Infus NaCl
Piracetam
Ketorolac
Ondancentron
Oksigen
20 tetes/ menit
1 gr/ 8 jam
1 amp/ 12 jam
1 amp/ 8 jam
3 liter/ menit
B. ANALISA DATA
Nama : Tn. S No. CM : 52 47 87
Umur : 45 tahun Diagnosa Medis : CKR
No
Hari/
Tanggal/
Jam
Data Fokus Problem Etiologi Ttd
1 Kamis/
12-11-
2015/
Pkl. 14.00
DS :
- Pasien
mengeluh
pusing
DO :
- TD: 139/ 90
mmHg
- N : 104 x /
menit
- RR: 20 x/
menit
- Muntah 2 kali
Gangguan
perfusi
jaringan
serebral
Penurunan
aliran darah
ke serebral
2 Kamis/
12-11-
2015/
Pkl. 14.00
DS :
- Pasien
mengeluh
nyeri kepala
Nyeri akut Agen cedera
fisik (vulnus
laserasi)
DO :
- N : 104 x /
menit
- Terdapat
vulnus laserasi
pada daerah
oksipital
C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
Penurunan aliran darah ke serebral
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (vulnus
laserasi)
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Tn. S No. CM : 52 47 87
Umur : 45 tahun Diagnosa Medis : CKR
Hari/TglNo
Dx
Tujuan dan Kriteria
HasilIntervensi Ttd
Kamis/
12-11-
2015/
Pkl.
14.00
1 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam,
diharapkan tingkat
kesadaran, kognisi dan
fungsi motorik dan
-
penurunan kesadaran dan
peningkatan TIK
-
-
sensorik dapat
dipertahankan dengan
kriteria hasil:
- GCS normal.
- Fungsi kognitif
normal
- Fungsi motorik
normal
dan peningkatan TIK
-
proporsinya terhadap
cahaya
-
posisi 15-20 derajat lebih
tinggi untuk mencegah
peningkatan TIK
-
oksigen sesuai dengan
indikasi, pemasangan
cairan IV
Kamis/
12-11-
2015/
Pkl.
14.00
2 Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3
x24 jam diharapkan level
ketidaknyamanan pasien
berkurang dengan kriteria
hasil :
Pasien dapat
beristirahat dengan
cukup
Pasien dapat
melaporkan
perubahan pada
tanda-tanda nyeri
kepada petugas
kesehatan /perawat
Pasien menggunakan
cara non-analgesics
untuk mengurangi
1. Kaji dan catat kualitas,
lokasi dan durasi nyeri.
Gunakan skala nyeri
dengan pasien dari 0
(tidak ada nyeri) – 10
(nyeri paling buruk).
2. Gunakan komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui nyeri dan
respon pasien terhadap
nyerinya
3. Kaji dengan pasien
faktor-faktor yang dapat
meningkatkan/menguran
gi nyerinya
4. Kaji efek dari
pengalaman nyeri
terhadap kualitas tidur,
nafsu makan, aktivitas
nyerinya
Pasein menggunakan
obat analgesics
sesuai rekomendasi
dan suasana hati
5. Kontrol lingkungan
sekitar pasien yang dapat
memberikan respon tidak
nyaman, misalnya
temperature ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
6. Ajarkan tekhnik
nonfarmakologis,
(misalnya guided
imageri, distraksi,
relaksasi, terapi musik,
massage), sebelum,
setelah, dan jika
mungkin selama nyeri
berlangsung, sebelum
nyeri meningkat, dan
selama nyeri berkurang
7. Ajarkan tentang
penggunaan
farmakologikal dalam
mengurangi nyeri
8. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik
sesuai indikasi
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Tn. S No. CM : 52 47 87
Umur : 45 tahun Diagnosa Medis : CKR
Hari/TglNo
DxImplementasi Respon Ttd
Kamis/
12-11-
2015/
Pkl.
14.00
1 Memberikan oksigen 3
liter/ menit
S : Pasien merasa
lebih nyaman
O:
Pkl.
14.00
1 Mengatur posisi pasien:
kepala pasien lebih tinggi
15 derajad
S : Pasien merasa
lebih nyaman
O :
1 Memberikan injeksi:
- Piracetam 1 gr
- Ondancentron 1 amp
S :
- Pasien mengeluh
kemeng pada
lengan
O:
- Obat masuk
dengan lancar
2 Memberikan injeksi
ketorolac 1 amp
S :
- Pasien mengeluh
kemeng pada
lengan
O:
- Obat masuk
dengan lancar
Pkl.
14.20
2 Mengkaji dengan pasien
faktor-faktor yang dapat
meningkatkan/mengurangi
nyerinya
S :
- Pasien merasa
lebih nyaman
dengan posisi
setengan duduk
O :
2 Mengajarkan tehnik
nonfarmakologis
(relaksasi)
S :
- Pasien merasa
lebih nyaman
O :
- Pasien
melakukan
relaksasi
15.30 1 Memonitor status
neurologis
S :
O:
- GCS: 15
- Muntah(-)
1 Memonitor vital sign S :
O:
- TD:140/80
mmHg
- N: 96 x/ menit
- RR: 20 x/ menit
- S: 36,5 °C
Pkl
17.00
1 Memonitor status
neurologis
S :
O:
- GCS: 15
- Muntah(-)
1 Memonitor vital sign S :
O:
- TD:135/80
mmHg
- N: 95 x/ menit
- RR: 20 x/ menit
- S: 36,5 °C
18.00 1 Memonitor status S :
- Pasien
neurologis menyatakan
pusing berkurang
O:
- GCS: 15
- Muntah(-)
1 Memonitor vital sign S :
O:
- TD:135/80
- N: 96 x/ menit
- RR: 20 x/ menit
- S: 36,5 °C
18.00 2 Mengontrol lingkungan
sekitar pasien yang dapat
memberikan respon tidak
nyaman (memindah pasien
ke ruang rawat inap)
S :
- Pasien
menyatakan
nyeri kepala
telah berkurang
O :
F. EVALUASI
Nama : Tn. S No. CM : 52 46 65
Umur : 60 tahun Diagnosa Medis : Hematemesis
No Dx Hari/Tgl/Jam Evaluasi Ttd
1 Kamis/
12-11-2015/
Pkl. 18.00
S: Pasien menyatakan pusing berkurang
O:
- GCS: 15
- Muntah(-)
- TD:135/80 mmHg
- N: 96 x/ menit
- RR: 20 x/ menit
- S: 36,5 °C
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan itervensi (delegasikan ke
perawat ruang perawatan)
2 Kamis/
12-11-2015/
Pkl. 18.00
S: Pasien menyatakan nyeri uluhati telah
berkurang
O:
- TD:135/80 mmHg
- N: 96 x/ menit
- RR: 20 x/ menit
- S: 36,5 °C
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan itervensi (delegasikan ke
perawat ruang perawatan)
II. PEMBAHASAN
Tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan pengelolaan kasus.