keuangan negara, perkembangan … · web viewdalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan...

169
KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN MONETER, DAN LEMBAGA-LEMBAGA KEUANGAN IV/1

Upload: dangnhi

Post on 02-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN MONETER, DANLEMBAGA-LEMBAGA KEUANGAN

IV/1

Page 2: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan
Page 3: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN MONETER DANLEMBAGA-LEMBAGA KEUANGAN

A. PENDAHULUAN

Di dalam mengerahkan maupun menyalurkan dana-dana pemba-ngunan, kebijaksanaan anggaran berimbang yang dinamis, kebi-jaksanaan moneter dan perkreditan serta kebijaksanaan neracapembayaran, secara terpadu dan menyeluruh diarahkan untuk mencapai sasaran-sasaran Repelita III dengan tetap menjaga agar selalu tercipta keserasian antara ketiga unsur dari Trilogi Pembangunan.

Kebijaksanaan anggaran berimbang yang dinamis merupakan kebijaksanaan pokok Pemerintah didalam mobilisasi tabungan Pemerintah serta penyaluran kepelbagai kegiatan investasioleh sektor Pemerintah. Sedangkan kebijaksanaan moneter dan perkreditan ditujukan untuk mobilisasi tabungan masyarakat serta penyalurannya di dalam perekonomian dalam bentuk penye-diaan uang dan kredit. Sementara itu melalui kebijaksanaan neraca pembayaran dana devisa dari luar negeri dikerahkan dan disalurkan untuk membiayai pelbagai kegiatan pembangunan.

Dalam pelaksanaan Repelita III, kebijaksanaan anggaran berimbang yang dinamis tidak hanya berhasil dalam usaha me-ningkatkan produksi tetapi juga mendukung kestabilan ekonomi serta mendorong pemerataan kegiatan pembangunan dan hasil hasilnya. Kebijaksanaan anggaran yang terkait dan terpadu pa- da landasan Trilogi Pembangunan tersebut bukan saja telah memperlancar pembangunan ekonomi dan memelihara stabilitas nasional dalam rangka pemerataan dan keadilan sosial, tetapi juga melalui penciptaan tabungan Pemerintah, telah mampu me-nyusun kekuatan sendiri untuk membiayai pembangunan nasional. Melalui usaha peningkatan penerimaan dalam negeri dan penghe-matan di bidang pengeluaran rutin yang terus menerus, maka jumlah tabungan Pemerintah senantiasa dapat ditingkatkan, se- hingga memperbesar kemampuan untuk membiayai pembangunan na-sional dari sumber dana pembangunan yang berasal dari dalam negeri.

Dalam tahun 1979/80 yang merupakan tahun pertama pelaksa- naan Repelita III, tabungan Pemerintah berjumlah Rp. 2.635,0milyar kemudian menjadi Rp. 4.427,0 milyar pada tahun 1980/81dan meningkat lagi menjadi Rp.5.235,0 milyar pada tahun 1981/ 82. Peningkatan jumlah tabungan Pemerintah tersebut merupakan

IV/3

BAB IV

Page 4: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

hasil dari kenaikan penerimaan dalam negeri yang disertai de- ngan penghematan pengeluaran rutin.

Penerimaan dalam negeri dari tahun ke tahun telah dapat ditingkatkan, yaitu jika pada tahun 1979/80 berjumlah Rp.6.696,8 milyar, maka dalam tahun berikutnya telah mening- kat menjadi Rp.10.227,0 milyar, atau suatu kenaikan sebesar 52,7%. Dalam tahun 1981/82 jumlah penerimaan dalam negeri me-ningkat lagi menjadi Rp. 12.212,6 milyar atau terdapat kenai- kan sebesar 19,4% dibandingkan dengan tahun 1980/81. Pening- katan penerimaan dalam negeri tersebut dimungkinkan oleh ter-ciptanya basis perpajakan yang semakin luas, perbaikan admi-nistrasi perpajakan, adanya peningkatan kesadaran membayar pajak, serta laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sela- ma ini.

Semakin meningkatnya jumlah penerimaan dalam negeri, me-ningkatkan kemampuan Pemerintah untuk membiayai pengeluaran rutin yang juga mengalami peningkatan terus, antara lain sebagai konsekuensi daripada kegiatan pembangunan yang semakin meningkat pula. Namun demikian hal ini tidak terlepas dari usaha-usaha penghematan dan pengendalian pengeluaran rutin, untuk memungkinkan tercapainya daya guna dan hasil guna yang maksimal. Kenaikan penerimaan dalam negeri disertai dengan penghematan yang lebih besar dari pengeluaran rutin telah menciptakan tabungan Pemerintah yang cukup besar. Pengeluaran rutin pada tahun pertama Repelita III yang mencapai jumlah sebesar Rp. 4.061,8 milyar, pada tahun kedua Repelita III me-ningkat menjadi Rp. 5.800,0 milyar yang berarti meningkat se- besar 42,8 %. Dalam pelaksanaan tahun 1981/82 jumlah pengelu- aran rutin tersebut mencapai sebesar Rp.6.977,6 milyar atau mengalami kenaikan 20,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebagaimana pelaksanaan Repelita sampai sekarang bantuan luar negeri masih diperlukan sebagai pelengkap bagi dana pem-bangunan yang berasal dari dalam negeri. Dalam tahun 1979/80 penerimaan pembangunan yang terdiri dari bantuan program dan bantuan proyek berjumlah Rp. 1.381,1 milyar dan dalam tahun 1980/81 penerimaan tersebut telah meningkat menjadi Rp.1.493,9 milyar yang berarti suatu kenaikan sebesar 8,2% dari tahun sebelumnya. Dalam tahun 1981/82 penerimaan dari sumber tersebut telah meningkat menjadi Rp. 1.709,0 milyar yang berarti meningkat sebesar 14,4% dari tahun 1980/81. Pe-nerimaan bantuan luar negeri, bersama-sama dengan tabungan Pemerintah membentuk dana pembangunan, yang selanjutnya digu-nakan untuk membiayai kegiatan pembangunan nasional. Secara

Page 5: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

IV/4

Page 6: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

ringkas realisasi APBN selama pelaksanaan Repelita III dapat dilihat dalam Tabel IV-1 dan Grafik IV - 1.

Perkembangan moneter dalam tahun 1981/82 dipengaruhi oleh defisit neraca pembayaran dan meningkatnya volume perkreditan yang cukup besar. Meningkatnya pemberian kredit berkaitan erat dengan program-program Pemerintah dalam rangka usaha untuk meningkatkan investasi, meningkatkan produksi barang barang ekspor bukan minyak, serta meneruskan peningkatan pem-binaan pengusaha golongan ekonomi lemah.

Laju kenaikan harga, yang diukur dengan Indeks Harga Kon-sumen (IHK), dalam tahun 1981/82 dapat ditekan lebih rendah dari tahun sebelumnya. Sebagaimana dalam tahun-tahun yang silam, Pemerintah selalu berusaha sejauh mungkin menjaga agar perkembangan harga dapat berada pada tingkat yang wajar, sta- bil dan semakin mantap. Stabilitas harga yang semakin mantap dicapai melalui persediaan barang yang cukup serta penyaluran barang yang lebih lancar. Perkembangan laju inflasi yang di- ukur dengan IHK di 17 kota terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun selama tiga tahun pelaksanaan Repelita III, yaitu dari 19,1% dalam tahun 1979/80, 15,9% dalam tahun 1980/ 81 dan 9,8% dalam tahun 1981/82.

Pengendalian inflasi serta alokasi dana guna menunjang kegiatan produksi, dilakukan antara lain dengan melaksanakan pengendalian terhadap ekspansi moneter sesuai dengan sasaran-sasaran tersebut. Meskipun demikian, secara keseluruhan li-kuiditas meningkat terus. Jumlah uang beredar selama pelaksa- naan tiga tahun Repelita III meningkat dari Rp. 3.797,1 mil- yar pada tahun 1979/80 menjadi Rp. 5.214,1 milyar pada tahun 1980/81 dan kemudian berkembang menjadi Rp. 6.776,8 milyar pada tahun 1981/82. Rara-rata per tahun persentase kenaikan dalam periode tersebut adalah sebesar 34,3%. Dari komposisi- nya nampak bahwa persentase uang giral adalah lebih besar dari uang kartal. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan ma-syarakat terhadap mata uang rupiah serta lembaga keuangan te- rus semakin mantap.

Dalam rangka mewujudkan Trilogi pembangunan Pemerintah terus menerus mengarahkan kebijaksanaan perkreditan sesuai dengan asas pemerataan pembangunan yang lebih baik, pertum-buhan ekonomi yang cukup tinggi, serta stabilitas nasional yang semakin mantap. Dalam pada itu telah disalurkan berbagai kredit untuk golongan ekonomi lemah seperti KIK, KMKP, kredit perumahan rakyat, kredit atas dasar kelayakan, kredit Mini, Kredit Midi dan lain-lainnya. Terhadap kredit untuk pengusaha

IV/5

Page 7: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV - 1

RINGKASAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DANBELANJA NEGARA,

1978/79 - 1981/82(dalam milyar rupiah)

Uraian 1978/79 1979/80 1980/81

1981/82

A P B N Realisasi% Kenaikan(realisasi)

Penerimaan Dalam Negeri 4.266,16.696,8 10.227,0 12.274,4 12.212,6 + 19,4

Pengeluaran Rutin 2.743,7 4.061,8 5.800,0 7.501,1 6.977,6 + 20,3Tabungan Pemerintah 1.522,4 2.635,0 4.427,0 4.773,3 5.235,0 + 18,3Dana Bantuan Luar Negeri 1.035,5 1.381,1 1.493,8 1.625,9 1.709,0 + 14,4 (Bantuan Program) (48,2) (64,8) (64,1) (64,8) (45,1) -(29,6)

(Bantuan Proyek)*) (987,3) (1.316,3) (1.429,7) (1.561.1) (1.663,9) +(16,4)Dana Pembangunan 2.557,9 4.016,1 5.920,8 6.399,2 6.944,0 + 17,3Pengeluaran Pembangunan 2.555,6 4.014,2 5.916,1 6.399,2 6.940,1 + 17,3Surplus/Defisit + 2,3 + 1,9 + 4,7 - + 3,9 -

*) Termasuk realisasi pinjaman dalam rangka kredit ekspor

IV/6

Page 8: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

IV/8

GRAFIK IV - 1RINGKASAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA,

1978/79 –1981/82

IV/7

Page 9: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

kecil ini terus diadakan perbaikan dan penyempurnaan terutama mengenai prosedur serta keringanan persyaratannya.

Selain daripada itu kebijaksanaan perkreditan dalam tahun 1981/82 adalah untuk lebih mengembangkan usaha golongan eko- nomi lemah, khususnya yang menangani proyek-proyek atau ke-giatan-kegiatan yang pembiayaannya dilaksanakan lewat APBN serta untuk mendorong peningkatan produksi khususnya produksi untuk ekspor barang-barang bukan minyak bumi. Secara keselu-ruhan jumlah kredit perbankan selama periode tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1981/82 telah meningkat dari Rp. 5.640,0 milyar menjadi Rp.10.827,0 milyar atau meningkat dengan 92%. Dari jumlah tersebut pada akhir Maret 1982 yang tersedia un- tuk golongan ekonomi lemah dalam bentuk KIK dan KMKP adalahmasing-masing Rp. 374,0 milyar dan Rp. 704,0 milyar.

Dalam pada itu pelaksanaan kebijaksanaan pengerahan dana perkreditan bank terus diusahakan peningkatannya, baik mela- lui pengembangan kelembagaan maupun melalui program yang ber-sifat mendorong masyarakat agar gemar menabung. Dalam rangka usaha mendorong meningkatkan tabungan masyarakat, Pemerintah telah memberikan perangsang berupa penetapan suku bunga yang menarik, fasilitas-fasilitas perpajakan dan jaminan pengemba-lian tabungan tersebut. Selanjutnya Pemerintah juga terus berusaha mengadakan penyempurnaan dalam hal tata cara penata-usahaan tabungan. Selain dari pada itu Pemerintah tetap meng-galakkan kesadaran serta kebiasaan menabung di kalangan pega- wai negeri, pelajar dan pramuka.

Jumlah dana perkreditan bank yang terdiri dari giro, de-posito berjangka, TABANAS/TASKA, Ongkos Naik Haji (ONH) dan lain-lain hingga tahun 1981/82 mencapai Rp. 7.610,0 milyar.

Kebijaksanaan di bidang lembaga-lembaga keuangan dalam periode 1979/80 - 1981/82 telah ditekankan pada bidang pem- bi-naan dan pengawasan bank-bank, serta pengembangan kegiatan lembaga-lembaga keuangan bukan bank.

Langkah-langkah yang diambil di bidang perbankan meliputi usaha peningkatan daya guna bank-bank pemerintah, peningkatan pembinaan bank-bank swasta nasional dan bank-bank pembangunan daerah melalui penyediaan bantuan teknis, bantuan pendidikan dan kredit likuiditas, dan lain-lain. Disamping itu dalam tahun 1981/82 telah dilaksanakan kebijaksanaan untuk memper-banyak jumlah bank-bank devisa dengan berbagai ketentuan pe-nyempurnaannya, antara lain dalam rangka usaha untuk memper-lancar transaksi perdagangan luar negeri.

Page 10: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

IV/8

Page 11: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

Usaha Pemerintah dibidang pembinaan terhadap lembaga ke- uangan bukan bank tetap dilanjutkan karena hal ini merupakan unsur penting bagi pengembangan pasar uang dan modal. Dalam tahun 1981/82 telah didirikan lembaga keuangan bukan bank baru yaitu PT Sarana Bersama Pembiayaan Indonesia sebagai wadah bagi para pemegang saham Asean Finance Corporation Ltd. (AFC) di Indonesia. Dengan berdirinya perusahaan tersebut ma- ka jumlah lembaga keuangan bukan bank menjadi 14, yang terdi- ri dari 3 buah lembaga yang bergerak di bidang pembiayaan pembangunan, 9 buah dalam investasi dan 2 buah dalam bidang lainnya. Sampai akhir Maret 1982 jumlah aktiva lembaga ke- uangan bukan bank mencapai Rp. 591,0 milyar, dibandingkan dengan Rp.461,7 milyar pada akhir Maret 1981.

Kebijaksanaan dibidang pasar uang dan modal disamping bertujuan untuk menyalurkan dana yang berasal dari masyara- kat, juga dimaksudkan untuk menunjang usaha pemerataan penda-patan masyarakat melalui pemilikan saham. Kegiatan pasar mo- dal semakin disempurnakan antara lain dengan ditetapkannya tata cara penawaran saham dan obligasi di pasar modal, persyaratan tentang fasilitas keringanan pajak untuk pembelian obligasi melalui pasar modal, ketentuan penerimaan efek seba- gai jaminan dalam pemberian pinjaman dan ketentuan tentang kegiatan trustee dalam penerbitan obligasi. Peningkatan kegi- atan pasar modal untuk tahun 1981/82 tercermin pada pertam-bahan jumlah perusahaan yang memasarkan sahamnya di pasar mo- dal. Dalam pada itu telah disetujui permohonan dari 4 perusahaan untuk go public, sehingga sampai akhir Maret 1982 jumlah perusahaan yang memasarkan sahamnya di pasar modal menjadi 10, dengan jumlah saham 29.830.000 lembar dan dengan nilaisebesar Rp. 76,0 milyar. Di samping itu dalam tahun 1981/82PT Danareksa telah mengeluarkan 2 jenis sertifikat baru,yaitu sertifikat saham untuk PT Unilever Indonesia danfikat dana PT Danareksa unit umum seri B.

serti-

Pemerintah tetap berusaha mendorong kegiatan sektor asu-ransi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lemba- ga keuangan ini. Kebijaksanaan di bidang perasuransian selama pelaksanaan 3 tahun Repelita III juga terus disempurnakan, antara lain melalui peningkatan modal disetor dan deposito wajib bagi perusahaan asuransi kerugian serta penunjukan Perum AK Jasa Raharja oleh Pemerintah untuk menerbitkan ja-minan berupa surety bond dalam rangka pelaksanaan Keppres 14A.

Page 12: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

VI/9

Page 13: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

B. KEUANGAN NEGARA

1. Penerimaan Dalam Negeri

Pada dasarnya kebijaksanaan penerimaan dalam negeri dalam Repelita III merupakan kelanjutan dari kebijaksanaannya dalam Repelita I dan II, walaupun mempunyai komposisi yang berbeda dan sasaran yang lebih luas. Dalam pada itu, kebijaksanaan ini tetap terikat dengan Trilogi Pembangunan dengan penekanan pada segi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta de- ngan usaha untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabilitas nasional yang lebih mantap dan dinamis. Usaha peningkatan penerimaan dalam negeri terus-menerus di-laksanakan dalam rangka penyediaan dana pembiayaan pembangun- an yang jumlahnya semakin besar.

Sehubungan dengan itu maka dalam bidang perpajakan telah diadakan penyesuaian berbagai tarip seperti penyesuaian tarip pajak pendapatan dan batas pendapatan bebas pajak, penyesuai- an tarip MPO, serta penyesuaian harga ekspor minyak mentah. Dalam pada itu serangkaian kebijaksanaan telah pula dikeluar-kan seperti kebijaksanaan mengenai tarip cukai tembakau, pe-nyesuaian harga dasar cukai bir dan alkohol sulingan, pajak ekspor dan pajak penjualan impor yang dimaksudkan untuk men-dorong perkembangan dunia usaha dan industri di dalam negeri, serta mendorong pertumbuhan ekspor di luar minyak.

Atas dasar berbagai kebijaksanaan tersebut di atas, dalam pelaksanaan dari tahun 1979/80 sampai dengan tahun 1981/82 penerimaan dalam negeri telah menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Jika dalam tahun 1979/80 yang merupakan tahun per- tama Repelita III penerimaan dalam negeri berjumlah Rp.6.696,8 milyar, maka pada tahun berikutnya penerimaan da- lam negeri berjumlah Rp 10.227,0 milyar yang berarti mengala- mi kenaikan sebesar Rp. 3.530,2 milyar atau 53%. Dalam tahun 1981/82 atau tahun ketiga Repelita III penerimaan dalam nege-ri semakin meningkat lagi, menjadi Rp 12.212,6 milyar atau suatu kenaikan sebesar 19,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Meningkatnya penerimaan dalam negeri selama tiga tahun pelak-sanaan Repelita III tersebut, disebabkan oleh meningkatnya penerimaan pajak di luar minyak serta meningkatnya penerimaan pajak perseroan minyak. Yang terakhir adalah sebagai akibat kenaikan harga minyak mentah dunia, terutama pada tahun 1979. Realisasi penerimaan dalam negeri di luar minyak dalam bebe- rapa tahun terakhir terus meningkat. Pada tahun 1979/80 pene-rimaan dalam negeri di luar minyak berjumlah Rp.2.437,2 mil- yar sedangkan pada tahun 1980/81 mencapai Rp.3.207,4 milyar

VI/10

Page 14: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

yang berarti suatu kenaikan sebesar Rp.770,2 milyar atau 31,6%. Pada tahun 1981/82 penerimaan dalam negeri di luar mi-nyak mencapai Rp 3.584,8 milyar, suatu kenaikan sebesar Rp 377,4 milyar atau 11,8% dari tahun sebelumnya. Perkembangan penerimaan dalam negeri yang terdi ri dari penerimaan pajak langsung, pajak tidak langaung dan penerimaan bukan pajak dari tahun 1979/80 sampai dengan tahun 1981/82 dapat dilihat pada Tabel IV - 2 dan Grafik IV-2.

Selama tiga tahun pelakaanaan Repelita III, penerimaan pajak langsung selalu mengalami peningkatan secara berarti. Pada tahun 1979/80 penerimaan pajak langsung telah mencapai jumlah Rp.5.129,3 milyar, kemudian meningkat menjadi Rp 8.230,3 milyar pada tahun 1980/81 yang berarti terdapat pe- ningkatan sebesar Rp 3.101,0 milyar atau 60,5%. Dalam tahun 1981/82 penerimaan pajak langsung telah mencapai jumlah Rp. 10.100,3 milyar sehingga dengan demikian terdapat peningkatan sebesar Rp.1.870,0 milyar atau 22,7% dari tahun sebelumnya. Pajak langsung tersebut terdiri dari pajak pendapatan, pajak perseroan, pajak perseroan minyak, MPO, Ipeda dan lain-lain pajak langsung. Perkembangan penerimaan pajak langsung dapat diikuti dalam Tabel IV - 3 dan Grafik IV - 3.

Sejalan dengan usaha meningkatkan penerimaan dalam negeri yang membantu usaha pemerataan pendapatan, maka telah dilak-sanakan berbagai kebijaksanaan yang menyangkut tarip dan ba- tas pendapatan bebas pajak (BPBP) serta kebijaksanaan pajak pendapatan lainnya. Berbagai kebijaksanaan tersebut diharap- kan dapat lebih menggairahkan kegiatan usaha masyarakat se-hingga dengan demikian dapat meningkatkan pendapatan mereka yang pada gilirannya akan meningkatkan penerimaan dari pajak pendapatan. Dalam hubungan ini telah diadakan penyesuaian batas pendapatan bebas pajak secara bertahap. Pada tahun 1979 ba- tas pendapatan bebas pajak untuk satu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan tiga orang anak adalah sebesar Rp. 582 ribu, kemudian dinaikkan menjadi Rp.842 ribu pada tahun 1980. Selanjutnya mulai awal tahun 1982 batas pendapatan bebas pa- jak tersebut telah dinaikkan lagi menjadi Rp. 1.050 ribu.

Di samping kebijaksanaan penyesuaian batas pendapatan bebas pajak tersebut, telah diambil pula kebijaksanaan yang menyangkut tarip pajak pendapatan. Untuk tahun 1979 tarip terendah adalah sebesar 10% dan dikenakan atas lapisan pendapatan sisa kena pajak sebesar Rp.200.000,0 ke bawah dan tarip tertinggi sebesar 50% dikenakan atas pendapatan sisa kena pajak di atas Rp. 9.600.000,0. Dalam tahun 1980 tarip

IV/11

Page 15: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

1981/82

Jenis Penerimaan 1978/79 1979/80 1980/81A P B N Realisasi % Kenaikan

(realisasi)

Pajak langsung 2.996,3 5.129,3 8.230,3 10.038,2 10.100,3 + 22,7

Pajak tidak langsung 1.078,4 1.380,2 1.681,0 2.016,9 1.775,9 + 5,6Penerimaan bukan pajak 191,4 187,3 315,7 219,3 336,4 + 6,4

Jumlah : 4.266,1 6.696,8 10.227,0 12.274,4 12 212,6 + 19,4

TABEL IV – 2

PENERIMAAN DALAM NEGERI,1978/79 – 1981/82

(dalam milyar rupiah)

IV/12

Page 16: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

GRAFIK IV - 2

PENF:RIMMN DALAM NEGERI,

1978/79 - 1981 /82

Page 17: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

IV-13

Page 18: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan
Page 19: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV - 3

PENERIMAAN PAJAK LANGSUNG,1978/79 - 1981/82

(dalam milyar rupiah)

1981/82

Jenis Penerimaan 1978/79 1979/80 1980/81A P B N Realisasi % Kenaikan

(realisasi)

1.Pajak pendapatan 122,2 148,1 164,2 207,1 207,2 + 26,2

2.Pajak Perseroan 226,5 297,1 447,6 558,4 559,1 + 24,93.Pajak Perseroan Minyak 2.308,7 4.259,6 7.019,6 8.575,2 8.627,8 + 22,94.M P 0 232,5 291,3 433,5 512,6 513,0 + 18,35.Ipeda 63,1 71,4 87,2 87,6 94,5 + 8,46.Lain-lain 43,3 61,8 78,2 97,3 98,7 + 26,2

Jumlah : 2.996,3 5.129,3 8.230,310.038,2 10.100,3 + 22,7

IV/14

Page 20: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

GRAFiK IV – 3PENERIMAAN PAJAK LANGSUNG

1978/79 – 1981/82(dalam milyar rupiah)

IV/15

Page 21: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan
Page 22: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

terendah diturunkan menjadi 5% dan dikenakan atas pendapatan sisa kena pajak sebesar Rp. 240.000,0 ke bawah, sedangkan ta- rip tertinggi 50% dikenakan atas pendapatan sisa kena pajak diatas Rp. 18.000.000,0 setelah itu tidak terjadi perubahan sehingga untuk tahun 1981 dan 1982 tarip pajak pendapatan adalah sama dengan tahun 1980.

Dalam pelaksanaan Repelita III, penerimaan pajak penda- patan senantiasa terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1979/80 jumlah pajak pendapatan adalah sebesar Rp. 148,1 milyar kemudian meningkat menjadi Rp. 164,2 milyar pada tahun 1980/81, yang berarti suatu kenaikan sebesar Rp. 16,1 milyar atau 10,9%. Dalam tahun 1981/82 penerimaan pajak pen-dapatan tersebut meningkat lagi menjadi Rp. 207,2 milyar yang berarti terdapat kenaikan sebesar Rp. 43,0 milyar atau 26,2%.

Seperti halnya dengan penerimaan pajak pendapatan, maka realisasi penerimaan pajak perseroan telah pula meningkat se- tiap tahunnya. Pada tahun 1979/80 penerimaan pajak perseroan berjumlah Rp.297,1 milyar kemudian pada tahun 1980/81 telah meningkat menjadi Rp. 447,6 milyar yang berarti mengalami pe-ningkatan sebesar Rp. 150,5 milyar atau 50,7% jika dibanding- kan dengan tahun sebelumnya. Dalam tahun 1981/82 penerimaan pajak perseroan tersebut kemudian naik lagi menjadi Rp.559,1 milyar yang berarti terjadi peningkatan sebesar Rp. 111,5 milyar atau 24,9% dari tahun sebelumnya. Dalam rangka men-dorong agar perusahaan-perusahaan lebih bersifat jujur dan terbuka, Pemerintah telah memberikan berbagai fasilitas ke-Ringanan perpajakan. Sejak tahun buku,, 1979 bagi perusahaan perusahaan yang menggunakan jasa akuntan publik telah diberi- kan keringanan perpajakan, demikian pula untuk tahun 1980 dan 1981 bagi perusahaan yang mengungkapkan fakta baru dan benar serta menggunakan jasa akuntan publik. Keterangan ini akan dijadikan dasar bagi penerbitan ketetapan tagihan kemudian atau tagihan tambahan dengan pemberian keringanan, masing- masing sebesar 90 persen dan 50 persen dari jumlah pokok pa- jak yang masih terhutang. Meningkatnya penerimaan pajak per-seroan yang terdiri dari pajak perseroan perusahaan negara dan pajak perseroan perusahaan swasta sejalan dengan semakin baiknya perkembangan serta iklim dunia usaha pada khususnya dan dunia perniagaan pada umumnya.

Penerimaan pajak perseroan minyak juga mengalami pening- katan dan masih merupakan bagian terbesar dari penerimaan ne- gara. Peningkatan penerimaan pajak perseroan minyak tersebut disebabkan adanya penyesuaian harga ekspor minyak mentah In-donesia yang dipengaruhi oleh perkembangan harga minyak di

IV/16

Page 23: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

pasaran dunia internasional. Perkembangan harga minyak mentah yang menyolok dapat dilihat pada tahun 1979 dimana dalam ta- hun tersebut telah terjadi 7 kali penyesuaian harga, dimulai dari peningkatan menjadi US $ 13,90 setiap barrelnya ada bu- lan Januari 1979 kemudian berturut-turut menjadi US $ 15,65, US $ 16,15, US $ 18,25, US $ 21,12, US $ 23,50 dan yang ter- akhir adalah US $ 25,50 pada bulan Desember 1979. Dalam tahun 1980 terjadi lagi peningkatan harga minyak mentah, mencapai tingkat harga US $ 27,50 dalam bulan Januari, kemudian naik menjadi US $ 29,50 pada bulan Pebruari dan US $ 31,50 pada bulan Mei. Pada tahun 1981, mulai bulan Januari, tingkat har-ga minyak ekspor Indonesia ditetapkan sebesar US $ 35,00 un- tuk setiap barrelnya dan harga ini tetap dipertahankan sampai sekarang. Sejalan dengan kenaikan harga minyak tersebut, maka jumlah penerimaan pajak perseroan minyak senantiasa menunjuk- kan peningkatannya pula. Pada tahun 1979/80 penerimaan pajak perseroan minyak berjumlah Rp 4.259,6 milyar kemudian mening- kat menjadi Rp. 7.019,6 milyar pada tahun 1980/81 yang ber- arti terdapat peningkatan sebesar Rp. 2.760,0 milyar atau 64,8% dari tahun sebelumnya. Dalam tahun 1981/82 jumlah pene-rimaan pajak perseroan minyak meningkat lagi menjadi Rp 8.627,8 milyar yang berarti meningkat sebesar Rp.1.608,2 milyar atau 22,9% dari tahun sebelumnya.

Sementara itu perkembangan penerimaan pajak dengan sistem MPO telah menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan. Realisasi penerimaan MPO telah meningkat dari Rp. 291,3 mil- yar dalam tahun 1979/80 menjadi Rp 433,5 milyar pada tahun 1980/81 yang berarti mengalami kenaikan sebesar Rp 142,2 mil-yar atau 48,8%. Jumlah tersebut kemudian meningkat lagi men- jadi Rp 513,0 milyar pada tahun 1981/82 yang berarti kenaikan sebesar Rp 79,5 milyar atau 18.3% dari tahun sebelumnya.

Peningkatan penerimaan MPO diatas terutama disebabkan oleh adanya perkembangan yang meningkat dari dunia usaha pada umumnya dan perkembangan ekspor dan impor pada khususnya. Se- perti diketahui MPO merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang melaksanakan pungutan pajak pada setiap kali terjadi transaksi. Pajak tersebut dipungut sepanjang tahun tidak se-kaligus pada akhir tahun sehingga dengan demikian tidak akan menimbulkan beban pajak yang besar pada akhir tahun buku. Se- lama tiga tahun pelaksanaan Repelita III telah dikeluarkan kebijaksanaan yang menyangkut masalah tarip MPO. Sejak bulan Januari 1980 tarip umum di bidang perdagangan ekspor ditetap- kan sebesar Rp. 15,- untuk tiap US$ 1, tarip MPO kayu log (gelondongan) sebesar Rp. 40,- per US $ 1, sedangkan tarip MPO ekspor kopi sebesar Rp. 15,- per US $ 1.

IV/17

Page 24: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

Di bidang MPO impor sejak bulan Pebruari 1982 telah pula dikeluarkan kebijaksanaan yang menyangkut tarip. Kepada para importir yang memegang Angka Pengenal Importir (API), Angka Pengenal Importir Sementara (APIS) atau Angka Pengenal Impor-tir Terbatas (APIT) telah dikenakan tarip sebesar Rp. 50,- per US$ 1 yang terdiri dari MPO waba (wajib bayar) dan MPO wapu (wajib pungut), sedangkan bagi para pengusaha/pedagang yang tidak memiliki API, APIS atau APIT telah dikenakan tarip sebesar Rp. 200 per US$ 1 yang terdiri juga dari MPO waba dan MPO wapu.

Mengenai Iuran Pembangunan Daerah (Ipeda), realisasi pe-nerimaan pada tahun pertama Repelita III adalah sebesar Rp. 71,4 milyar, kemudian meningkat menjadi Rp. 87,2 milyar pada tahun 1980/81 yang berarti meningkat dengan Rp. 15,8 milyar atau 22,1%. Selanjutnya pada tahun 1981/82 penerimaan Ipeda tersebut meningkat lagi menjadi Rp. 94,5 milyar yang berarti mengalami kenaikan sebesar Rp. 7,3 milyar atau 8,4% dari ta- hun sebelumnya. Meningkatnya penerimaan Ipeda tersebut antara lain berasal dari Ipeda sektor perkotaan.

Dalam pada itu untuk mencapai kewajaran serta tata cara yang lebih praktis, sederhana dan seragam dalam pemungutan Ipeda khususnya sektor pedesaaan, maka pada bulan Januari 1981 telah ditetapkan kebijaksanaan baru dalam hal pemungutan Ipeda sektor pedeeaan. Kebijaksanaan tersebut dimaksudkan un- tuk meringannkan beban bagi mereka yang tidak mampu. Kebijak-sanaan itu berupa penyederhanaan klasifikasi tanah dan sistem tarip, sehingga memudahkan pemungutannya dan menghasilkan pembebanan yang lebih adil dan merata. Pembebanan yang lebih adil menurut siatem ini dicapai dengan mengadakan pembedaan tarip atas tanah sawah dan tanah darat yang didasarkan pada luas tanah dari kelas tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh wajib pajak.

Selanjutnya penerimaan pajak kekayaan, pajak atas bunga, dividen dan royality serta penerimaan lain-lain yang terga- bung dalam lain-lain pajak langsung juga menunjukkan pening-katannya. Dalam tahun 1979/80 penerimaan lain-lain pajak langsung adalah sebesar Rp. 61,8 milyar kemudian meningkat menjadi Rp 78,2 milyar dalam tahun 1980/81 yang berarti ter- dapat peningkatan sebesar Rp. 16,4 milyar atau 26,5%, sedang-kan pada tahun 1981/82 penerimaan lain-lain pajak langsung

IV/18

Page 25: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

menjadi Rp. 98,7 milyar yang berarti mengalami kenaikan sebe-sar Rp 20,5 milyar atau 26,2% dibanding dengan tahun sebelum-nya.

Selama tiga tahun pelaksanaan Repelita III telah pula di-keluarkan berbagai kebijaksanaan yang menyangkut penerimaan lain-lain pajak langsung. Untuk mendorong perkembangan ta-bungan masyarakat telah diberikan berbagai kelonggaran fiskal antara lain terhadap pokok dan bunga deposito berjangka, TABANAS/TASKA, yaitu dengan tidak melakukan penagihan pajak, baik pajak kekayaan maupun pajak atas bunga, dividen dan royality (PBDR). Demikian juga kepada bank-bank swasta nasio- nal yang melakukan penggabungan (merger) diberikan keringanan atas pengenaan PBDR.

Selanjutnya guna mendorong peningkatan peranan dan parti-sipasi modal nasional dalam usaha patungan, maka sejak bulan Agustus 1980 bagi para pengusaha nasional Indonesia yang mem-perbesar penyertaannya diberikan keringanan pajak atas per-olehan dividen. Juga dalam bulan Januari 1981 telah dikeluar- kan ketentuan tentang keringanan perpajakan atas pembelian obligasi oleh masyarakat melalui pasar modal. Keringanan yang diberikan antara lain berupa tidak ditagihnya PBDR atas pem-bayaran bunga dan hadiah obligasi sebesar 75% sehingga tarip pengenaan efektif adalah sebesar 5%. Dalam pada itu kepada perusahaan baik PMA maupun PMDN sejak bulan Pebruari 1981 di-berikan tambahan kelonggaran pajak bagi perusahaan yang dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah yang besar, kepada per-usahaan yang dapat menghasilkan devisa ekspor yang besar, atau berlokasi di daerah yang perlu dikembangkan. Tambahan kelonggaran perpajakan tersebut diberikan dalam bentuk po- tongan pajak perseroan dan potongan PBDR untuk pembayaran dividen yang terhutang.

Sebagaimana halnya di bidang pajak langsung, maka peneri- maan pajak tidak langsung yang terdiri dari pajak penjualan, pajak penjualan impor, cukai, bea masuk, pajak ekspor dan lain-lain pajak tidak langsung juga senantiasa diusahakan pe-ningkatannya. Namun demikian berbagai kebijaksanaan di bidang pajak tidak langsung yang telah dijalankan selama ini tidak hanya diarahkan untuk memperbesar penerimaan pajak tidak langsung semata-mata, melainkan juga diarahkan untuk mencip- takan iklim dan gairah usaha yang dapat mendorong peningkatan kapasitas produksi nasional, perdagangan dalam negeri dan luar negeri serta memperluas kesempatan kerja.

Dalam pada itu realisasi penerimaan pajak tidak langsung

IV/19

Page 26: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

dalam Repelita III juga aelalu meningkat pada setiap tahun- nya. Dalam hubungan ini, pada tahun 1979/80 realisasi peneri-maan pajak tidak langsung adalah sebesar Rp. 1.380,2 milyar, kemudian pada tahun 1980/81 meningkat menjadi Rp.1.681,0 mil- yar yang berarti kenaikan sebesar Rp.300,8 milyar atau 21,8%. Selanjutnya pada tahun 1981/82 realisaai penerimaan pajak ti- dak langsung meningkat lagi menjadi sebesar Rp.1,775,9 milyar yang berarti suatu peningkatan aebesar Rp.94,9 milyar atau 5,6%. Perkembangan realisasi penerimaan pajak tidak langsung secara lebih terperinci dapat dilihat pada Tabel IV-4 dan Grafik IV-4.

Realisasi penerimaan pajak penjualan dalam tahun anggaran 1979/80 adalah aebesar Rp. 192,2 milyar, kemudian pada tahun 1980/81 menjadi Rp. 265,6 milyar, yang berarti meningkat se- besar Rp. 73,4 milyar atau 38,2%. Penerimaan tersebut mening- kat lagi menjadi sebesar Rp. 310,6 milyar dalam tahun 1981 /82, yang terakhir ini merupakan suatu kenaikan sebesar Rp. 45,0 milyar atau 16,9% bila dibandingkan dengan tahun sebe-lumnya.

Berbagai kebijaksanaan yang telah ditetapkan dan dilaksa- nakan di bidang pajak penjualan selama ini pada dasarnya di-arahkan bagi penciptaan iklim yang dapat memelihara dan men-jamin tingkat kestabilan harga serta mendorong pemakaian barang hasil produksi dalam negeri. Kebijaksanaan lain adalah dengan cara menetapkan pengenaan pajak yang lebih tinggi atas konsumsi barang mewah dibandingkan konaumsi barang yang meru-pakan kebutuhan pokok.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan penguaaha golongan ekonomi lemah dan agar supaya pembebanan pajak penjualan lebih sesuai dengan kemampuan serta tingkat pendapatan go- longan pemakai barang dan jasa, maka secara bertahap telah dilakukan peninjauan secara menyeluruh terhadap penggolongan barang-barang hasil dalam negeri dan jasa serta tarip pajak penjualannya. Dalam hubungan ini pula pada bulan April 1979 telah dilakukan peninjauan kembali, dimana tarip pajak penjualan yang semula bervariasi antara 0%, 5%, 10% dan 20% te- lah diubah menjadi 0%, 1%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10% dan 20%. Dalam pada itu kebijaksanaan penurunan tarip pajak penjualan atas cengkeh, gagang cengkeh dan tembakau dari 5% menjadi 2,5%, telah diperpanjang lagi masa berlakunya sampai dengan bulan Juni 1982. Kebijakaanaan ini dimaksudkan untuk mendorong per-kembangan industri rokok dalam negeri yang banyak menyerap tenaga kerja. Di samping keringanan tarip, telah pula dibe-

IV/20

Page 27: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

1981/82

Jenis Penerimaan 1978/79 1979/80 1980/81A P B N Realisasi % Kenaikan

(realisasi)

1. Pajak Penjualan221,1 192,2 265,6

293,7 310,6 + 16,92. Pajak Penjualan Impor 125,5 137,2 195,1 222,4 223,3 + 14,53. Cukai 252,9 326,4 437,9 553,0 544,2 + 24,34.Bea Masuk 295,3 316,7 448,0 538,9 536,2 + 19,75. Pajak Ekspor*) 166,2 389,1 305,0 381,1 128,5 - 57,96. Lain-lain 17,4 18,6 29,4 27,8 33,1 + 12,6

Jumlah : 1.078,4 1.380,2 1.681,0 2.016,9 1.775,9 + 5,6

*) Termasuk Pajak Ekspor Tambahan (PET) yang dikenakan terhadap komoditi ekspor yang mengalami kenaikan harga dengan cukup tinggi di pasaran internasional

TABEL IV – 4PENERIMAAN PAJAK TIDAK LANGSUNG,

1978/79 – 1981/82(dalam milyar rupiah)

IV/21

Page 28: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

GRAFIK IV – 4

PENERIMAAN PAJAK TIDAK LANGSUNG,

19 78 /7 9 - 19 81 /8 2

IV/22

Page 29: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

rikan berbagai pembebasan pengenaan pajak penjualan untuk maksud yang serupa. Sehubungan dengan hal ini, pada tahun 1980 telah diberikan pembebasan terhadap obat-obatan tradisi- onal dan pada bulan Juli 1980 atas penyerahan pupuk non Bimas yang dilakukan oleh pedagang perantara kepada Pemerintah, ma-sing-masing dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan masyara- kat dan menunjang pembangunan di sektor pertanian khususnya sub sektor pangan. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya dan di bidang perumahan pada khususnya maka sejak Agustus 1980 batas terendah dari pada harga/biaya pemborongan/penjualan rumah murah yang dikenakan pajak pen- jualan dan MPO telah dinaikkan dari Rp. 2,5 juta menjadi Rp. 5,0 juta.

Di samping peninjauan tarip pajak penjualan, dalam bulan April 1979 juga telah dikeluarkan kebijaksanaan tentang pe-nyederhanaan sanksi-sanksi administrasi di bidang perpajakan yaitu antara lain bagi wajib pajak yang tidak atau tidak se-penuhnya melunasi pajak penjualan ditetapkan denda sebesar 20% yang sebelumnya sebesar 400%. Kebijaksanaan ini dimaksud- kan untuk menciptakan iklim perpajakan yang lebih baik serta untuk menciptakan kewajaran dalam bidang perpajakan yang di-harapkan dapat meni

ngkatkan diaiplin dan kepatuhan para wajib pajak.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam penetapan harga bahan bakar minyak dalam negeri masih diberikan subsidi atas solar, sehingga dipandang perlu untuk menetapkan tarip pajak pen-jualan yang lebih tinggi pada kendaran bermotor serba guna (jeep) dan sedan/station wagon yang menggunakan bahan bakar solar. Sehubungan dengan itu maka sejak bulan Maret 1982 atas jenis-jenis kendaraan tersebut dikenakan tambahan pajak pen-jualan sebesar 10%, sehingga tarip pajak penjualannya masing masing menjadi 20% dan 30%.

Sementara itu realisasi penerimaan bea masuk dan pajak penjualan impor juga terus mengalami peningkatan. Bila dalam tahun 1979/80 realisasi penerimaan bea.masuk dan pajak pen-jualan impor masing-masing sebesar Rp 316,7 milyar dan Rp.137,2 milyar maka, pada tahun 1980/81 jumlah tersebut me-ningkat masing-masing menjadi sebesar Rp. 448,0 milyar dan Rp. 195,1 milyar. Hal ini berarti terjadi suatu peningkatan sebesar Rp. 131,3 milyar dan Rp. 57,9 milyar atau 41,5% dan 42,2% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selanjutnya pada tahun 1981/82 realisasi keduanya masing-masing adalah Rp. 536,2 milyar dan Rp. 223,3 milyar, yang berarti telah me-

IV/23

Page 30: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

ningkat sebesar Rp. 88,2 milyar dan Rp. 28,2 milyar atau 19,7% dan 14,5% bila dibandingkan dengan tahun 1980/81.

Sebagaimana halnya dengan kebijaksanaan pajak penjualan maka kebijaksanaan di bidang bea masuk dan pajak penjualan impor di samping ditujukan bagi peningkatan penerimaan negara juga ditujukan untuk menciptakan iklim yang dapat membina dan mendorong perkembangan industri dalam negeri dan sektor- sektor produksi tertentu dalam perekonomian. Dalam hubungan ini maka terhadap impor bahan baku/penolong dan barang modal dikenakan tarip bea masuk yang lebih rendah, sedangkan tarip lebih tinggi dikenakan terhadap impor barang mewah dan barang-barang impor yang sudah dapat diproduksi di dalam negeri.

Sehubungan dengan ini maka dalam kebijaksanaan 15 Nopem- ber 1978 antara lain juga telah dilakukan penurunan bea masuk dan pajak penjualan impor atas lebih kurang 5.000 jenis bahan baku/bahan penolong. Pada bulan April dan September 1979 Pe-merintah telah menurunkan lagi tarip bea masuk dan pajak pen-jualan impor atas sejumlah bahan baku dan barang-barang ter- tentu yang dilakukan untuk lebih menunjang pertumbuhan indus- tri dalam negeri. Sejalan dengan kebijaksanaan tersebut pada bulan April 1979 telah pula dilakukan penyesuaian tarip atas beberapa jenis barang impor dalam rangka memberikan proteksi bagi barang-barang konsumsi yang sudah dapat diproduksi di dalam negeri dan membatasi konsumsi barang impor yang bersi- fat mewah seperti video casette recorder, sepatu, piring, dan lain sebagainya. Dalam rangka mendorong produksi komponen kendaraan bermotor dalam negeri maka pada bulan April 1980 telah diberikan keringanan berupa pembebasan sebagian bea masuk dan pajak penjualan impor atas pemasukan bahan baku, sub komponen setengah jadi dan sub komponen jadi untuk pem-buatan komponen kendaraan bermotor dan perakitan busi di da- lam negeri.

Sejalan dengan semakin pesatnya perkembangan di bidang ekspor dan impor, maka sejak Januari 1981 Pemerintah telah mempergunakan sistem tarip Customs Cooperation Council Nomen-clature (CCCN) yaitu untuk menggantikan sistem Brussels Tariff Nomenclature (BTN) yang digunakan sebelumnya. Sistem CCCN adalah suatu sistem tarip barang baik impor maupun ekspor yang lebih terperinci sehingga lebih menjamin ketepat-an dan kemudahan dalam pelaksanaannnya. Sistem CCCN mengguna- kan 7 angka dalam uraian barang dan mempunyai lebih dari 5.000 sub judul, sedangkan dalam sistem BTN hanya digunakan 6 angka dengan sekitar 2.000 sub judul.

IV/24

Page 31: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

Selanjutnya aejak bulan April 1981 telah diberikan fasi-litas/kelonggaran perpajakan dan bea masuk atas barang-barang bangunan tertentu yang berhubungan dengan penanaman modal asing dan dalam negeri di bidang pembangunan dan pengusahaan gedung perkantoran. Kebijaksanaan ini dikeluarkan mengingat bahwa kualitas gedung perkantoran di Indonesia dewasa ini di-rasakan masih memerlukan bahan-bahan yang belum dapat di pro- duksi di dalam negeri. Kemudian dalam rangka menunjang indus- tri pariwisata di beberapa daerah wisata, maka bagi permohon- an penanaman modal yang diajukan sejak April 1981 juga telah diberikan fasilitas bea masuk dan pajak penjualan impor dalam rangka undang-undang penanaman modal asing/dalam negeri. Pem- berian fasilitas tersebut hanya berlaku satu kali dan hanya diberikan khusus untuk pembangunan baru, perluasan dan atau rehabilitasi hotel-hotel yang akan diadakan di daerah-daerah wisata yang menurut Daftar Skala Prioritas penanaman modal masih dinyatakan terbuka.

Dalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan tentang penyempurnaan tata laksana pa- bean di bidang impor. Sejak bulan Pebruari 1982 diadakan pe-nyesuian nilai dasar perhitungan bea masuk yang dihitung atas dasar rata-rata kurs yang terjadi pada bursa valuta asing un-tuk jangka waktu satu bulan dan nilai dasar perhitungan bea masuk tersebut diberlakukan untuk bulan berikutnya. Disamping kebijaksanaan pengaturan tarip, maka Pemerintah secara terus menerus juga berusaha mengintensifkan penanggulangan penye- lundupan yaitu antara lain dengan memperketat pengawasan, me-ningkatkan kewaspadaan dan disiplin aparat pabean serta men- jamin lancarnya arus dokumen baik ekspor maupun impor.

Dalam pelaksanaan Repelita III penerimaan cukai telah me-ningkat setiap tahunnya. Dalam tahun 1979/80 realisasi pene-rimaan cukai mencapai jumlah Rp. 326,4 milyar dan tahun 1980/81 menjadi sebesar Rp 437,9 milyar, sedangkan dalam tahun 1981/82 sebesar Rp 544,2 milyar. Hal ini berarti bahwa penerimaan cukai tahun 1980/81 telah meningkat sebesar Rp 111,5 milyar atau 34,2% dari tahun sebelumnya, sedangkan tahun 1981/82 sebesar Rp 106,3 milyar atau 24,3% bila diban-dingkan dengan tahun 1980/81.

Penerimaan cukai sebagian besar terdiri dari penerimaan cukai tembakau sedangkan sisanya berasal dari penerimaan cukai gula, cukai bir serta cukai alkohol sulingan. Penerima-an cukai tembakau sangat tergantung pada perkembangan produk

IV/25

Page 32: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

ai rokok dan hasil tembakau lainnya yang pada gilirannya ter-gantung pada tersedianya bahan baku tembakau dan cengkeh. Ke-bijaksanaan di bidang cukai tembakau antara lain ditujukan untuk membantu perkembangan industri rokok dan hasil tembakau dalam negeri terutama bagi produsen yang tergolong lemah. Dalam hubungan ini Pemerintah telah mengambil kebijaksanaan untuk memberikan pembebasan sebagian cukai atas hasil temba- kau. Berdasarkan kebijaksanaan tersebut antara lain Pemerin- tah telah memberikan keringanan pembayaran cukai tembakau bagi perusahaan hasil tembakau tertentu dalam negeri, yaitu sebesar 1% dari cukai yang setiap kali dibayarnya, terhadap perusahaan rokok yang produksinya dalam waktu satu tahun 500 juta batang atau lebih dan 500 juta gram atau lebih untuk tembakau iris. Sedangkan terhadap perusahaan rokok dan tembakau iris lainnya dengan produksi di bawah 500 juta batang atau dibawah 500 juta gram setahun, diberikan keringanan 2,5% dari cukai yang setiap kali dibayarnya. Sementara itu Pemerintah juga telah menurunkan cukai sigaret klembak menyan dari 15% menjadi 10% dari harga pita. Hal ini dimaksudkan untuk membantu usaha sigaret klembak menyan yang merupakan usa- ha padat karya.

Sejak awal tahun 1981 Pemerintah telah menurunkan tarip cukai, yaitu kalau sebelumnya tarip 25% dari harga eceran di-kenakan terhadap perusahaan sigaret kretek tangan (SKT) yang produksinya lebih dari 150 juta batang setahun, maka sekarang tarip tersebut baru dikenakan terhadap perusahaan yang pro- duksinya lebih dari 750 juta batang setahun. Sedangkan ter- ha-dap perusahaan SKT yang produksinya antara 100 juta sampai-dengan 750 juta batang setahun dikenakan tarip 20%, serta atas perusahaan dengan produkai SKT sebanyak 100 juta batang atau kurang, dikenakan tarip 15% dari harga eceran. Sebelum berlaku kebijaksanaan baru ini maka tarip 20% dikenakan ter-hadap perusahaan yang memproduksi SKT sebanyak lebih dari 50 juta batang setahun. Demikian pula terhadap tembakau iris yang sebagian besar menggunakan tenaga manusia taripnya telah diturunkan dari 25% menjadi 10%.

Dalam rangka memperluas kesempatan kerja dalam industri rokok, Pemerintah juga telah mengharuskan dipeliharanya per-imbangan tertentu antara produksi sigaret kretek tangan (SKT) dengan sigaret kretek mesin (SKM), yaitu aedikitnya 2 berban-ding 1. Untuk itu ijin rokok kretek yang tidak mengutamakan usaha perluasan kesempatan kerja secara padat karya telah di-batasi.

Sebagaimana halnya kebijaksanaan di bidang cukai tem- bakau, maka kebijaksanaan di bidang cukai lainnya juga dilak

IV/26

Page 33: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

sanakan secara bertahap. Dalam hubungan ini antara lain telah dilakukan lagi penyesuaian tarip cukai gula pada awal bulan April 1981. Sehubungan dengan itu, tarip cukai gula per kuintal telah dinaikkan dari Rp 2.255,37, Rp 2.240,37, Rp.2.225,37, dan Rp 2.210,37, masing-masing untuk jenis SHS-I, SHS-II, HS-I dan HS-II, menjadi masing-masing Rp.3.500, Rp 3.485, Rp 3.470, dan Rp 3.455. Selanjutnya harga dasar bagi pengenaan cukai bir sejak awal April 1981 juga te- lah disesuaikan dari Rp 260 menjadi Rp 280 per liter.

Di dalam pelaksanaan Repelita III untuk tahun 1979/80 sampai dengan tahun 1981/82 penerimaan pajak ekspor menunjuk- kan perkembangan yang cenderung menurun setiap tahunnya. Bila pada tahun 1979/80 realisasi penerimaan pajak ekspor mencapai jumlah Rp 389,1 milyar, maka pada tahun-tahun 1980/81 dan 1981/82, masing-masing menurun menjadi sebesar Rp 305,0 milyar dan Rp 128,5 milyar. Hal ini berarti telah terjadi penurunan sebesar Rp 84,1 milyar dan Rp 176,5 milyar atau 21,6% dan 57,9% terhadap penerimaan masing-masing dalam tahun sebelumnya.

Penerimaan pajak ekspor dan pajak ekspor tambahan (PET) merupakan penerimaan negara yang berasal dari kegiatan ekspor dan sangat ditentukan oleh perkembangan nilai dan volume ekspor. Resesi ekonomi yang melanda negara-negara industri maju serta negara-negara berkembang lainnya menyebabksn menu-runnya permintaan dan harga komoditi ekspor non minyak Indo-nesia. Hal ini telah mendorong Pemerintah untuk mengambil berbagai langkah kebijaksanaan untuk memelihara dan memperta-hankan tingkat perkembangan ekspor yang telah dicapai yaitu antara lain dengan menurunkan pajak ekspor dan pajak ekspor tambahan (PET) terhadap beberapa komoditi ekspor. Bahkan un- tuk beberapa komoditi tertentu seperti misalnya lada, minyak kelapa, kopra, kopi dan karet, pajak ekspornya telah diturun- kan menjadi nol %. Demikian pula tarip PET atas minyak kela- pa, kopra, kopi dan teh juga telah diturunkan menjadi nol %. Untuk mendorong penyediaan bahan baku industri pengolahan kayu di dalam negeri, maka sejak Mei 1980 telah diadakan pem- batasan ekspor kayu gelondongan. Kebijaksanaan tersebut di atas secara langsung telah menyebabkan penurunan penerimaan pajak ekspor dan pajak ekspor tambahan.

Dalam pada itu berbagai kebijaksanaan di bidang pajak ekspor yang tercakup dalam paket kebijaksanaan bulan Januari 1982 pada dasarnya dimaksudkan untuk memantapkan kembali per-kembangan ekspor non minyak dan meletakkan landasan yang kuat terhadap kemungkinan-kemungkinan perkembangan dunia dimasa

IV/27

Page 34: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

yang akan datang. Dalam hubungan ini kebijaksanaan mengenai sertifikat ekspor yang tercakup di dalam paket kebijaksanaanJanuari 1982 tersebut masih merupakan suatu sarana penunjang yang baik untuk merangsang ekspor Indonesia. Oleh karena itu kebijaksanaan sertifikat ekspor telah diarahkan bagi perluas- an macam barang yang dapat menikmati fasilitas tersebut se-hingga berbagai sektor dan sub sektor dapat ikut digerakkan bagi peningkatan ekspor. Kesemua kebijaksanaan tersebut yangmenyangkut upaya peningkatan ekspor komoditi non minyak diha-rapkan pada gilirannya akan dapat memantapkan kembali peneri- maan pajak negara dari pajak ekspor maupun sumber-sumber pe-nerimaan pajak yang lainnya.

Dalam perkembangannya realisasi penerimaan lain-lain pa- jak tidak langsung yang terdiri dari bea meterai, bea lelang dan pajak tidak langsung lainnya juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1979/80 penerimaan lain-lain pajak tidak langsung dapat direalisir sebesar 18,6 milyar, kemudian pada tahun 1980/81 menjadi sebesar Rp 29,4 milyar, yang berarti meningkat sebesar Rp 10,8 milyar atau 58,1%. Sedangkan pada tahun 1981/82 meningkat lagi menjadi sebesar Rp 33,1 milyar, yaitu suatu kenaikan sebesar Rp 3,7 milyar atau 12,6% bila dibandingkan dengan penerimaan tahun sebelum- nya.

Kebijaksanaan di bidang lain-lain pajak tidak langsung dilaksanakan antara lain dalam bentuk penyesuaian tarip beameterai ketingkat yang lebih wajar. Dalam rangka untuk men-dorong kegiatan dan kehidupan koperasi pada bulan Maret 1978 telah diberikan keringanan dalam bentuk tidak dikenakannyabea meterai umum sebesar 1 per mil atas tanda perjanjian kredit investasi yang dibuat antara Pusat Koperasi Unit Desa dengan bank pemberi kredit, melainkan hanya dikenakan bea me-terai umum sebesar Rp 25,-. Hal ini dilaksanakan dalam rangka usaha penggilingan padi. Lebih lanjut dalam rangka pembinaan Koperasi Unit Desa (KUD) dan tata niaga cengkeh produksi da- lam negeri, maka pada bulan Maret 1980 telah dilakukan per-ubahan bea meterai atas tanda bukti pemberian kredit yang di-berikan dalam hubungannya dengan tata niaga cengkeh, yaitu dari 1 per mil bea meterai kredit menjadi Rp.25,- bea meterai umum untuk tiap lembarnya.

Penerimaan bukan pajak mencakup beraneka ragam jenis pe-nerimaan seperti penerimaan dari bagian laba perusahaan-per-usahaan negara dan bank-bank Pemerintah, penerimaan berupahasil penjualan rumah dinas, pungutan di sektor pertanian,

IV/28

Page 35: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

penerimaan dari sektor pendidikan, penerimaan dari pemberian jasa serta pemberian hak dan perijinan.

Dalam perkembangannya realisasi penerimaan bukan pajak juga mengalami peningkatan setiap tahunnya selama periode pe-laksanaan Repelita III. Realisasi penerimaan bukan pajak yang pada tahun 1979/80 sebesar Rp 187,3 milyar, dalam tahun 1980/81 meningkat dengan relatif besar menjadi Rp 315,7 mil- yar, suatu kenaikan sebesar Rp 128,4 milyar atau 68,6%. Selanjutnya pada tahun 1981/82 realisasinya meningkat lagi men- jadi Rp 336,4 milyar, yang berarti suatu peningkatan sebesar Rp 20,7 milyar atau 6,6% dibanding dengan tahun 1980/81.

Dalam rangka memperlancar penerimaan negara dari sektor penerimaan bukan pajak, maka kebijaksanaan dan langkah-lang- kah yang diambil oleh Pemerintah ditujukan bagi peningkatan penertiban dan intensifikasi pungutan yang dilakukan oleh de-partemen-departemen dan lembaga negara non departemen, serta peningkatan di bidang pengawasannya.

2. Pengeluaran rutin

Pengeluaran rutin selain dipergunakan untuk membiayai ke-giatan-kegiatan rutin Pemerintah, juga diperlukan untuk men-dukung kelancaran pelaksanaan pembangunan yang membutuhkan biaya operasional. Dengan semakin berkembangnya tingkat pem-bangunan, maka pengeluaran rutinpun semakin meningkat.

Kebijaksanaan pengeluaran rutin dalam tahun 1981/82 se- perti tahun-tahun sebelumnya tetap diarahkan untuk meningkat-kan mutu pelayanan Pemerintah serta pengamanan dan pemeliha- raan kekayaan negara dari hasil-hasil pembangunan. Dilain pihak pengeluaran rutin tetap di arahkan kepada kegiatan yang berprioritas tinggi dan disertai dengan berbagai usaha peng-hematan. Kebijaksanaan tersebut dilaksanakan agar tabungan Pemerintah dapat ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan dana pembangunan yang makin meningkat pula.

Usaha penghematan pengeluaran rutin di samping menghasil- kan peningkatan penerimaan dalam negeri dalam tahun 1981/82, telah membantu meningkatkan tabungan Pemerintah sehingga me-rupakan 75,4% dari seluruh dana pembangunan. Penghematan ini dimungkinkan melalui penyempurnaan sistem pengadaan dan pem-belian Pemerintah dan kebijaksanaan penentuan prioritas pe-ngeluaran yang cermat.

Kebijaksanaan Pemerintah dalam meningkatkan pelayanan

IV/29

Page 36: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

kepada masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan pegawai, telah meningkatkan jumlah anggaran untuk belanja pegawai dan subsidi daerah otonom. Sedangkan usaha-usaha peningkatan pe-ngamanan kekayaan negara terutama tercermin dari anggaran be-lanja barang, di mana dalam memenuhi kebutuhannya Pemerintah lebih mengutamakan pembelian barang-barang produksi dalam ne-geri yang dihasilkan pengusaha golongan ekonomi lemah dan pe-ngusaha setempat.

Dalam pelaksanaan APBN tahun 1981/82 pengeluaran rutin secara keseluruhan mencapai jumlah Rp 6.977,6 milyar. Diban-dingkan dengan pengeluaran rutin tahun 1980/81 sebesar Rp.5.800,0 milyar, ini berarti meningkat sebesar 20,3%. Rea-lisasi pengeluaran rutin pada tahun-tahun sebelumnya dapat terlihat pada Tabel IV-5 dan Grafik IV-5.

Seperti terlihat pada Tabel IV-6, realisasi belanja pe-gawai dalam tahun 1981/82 meningkat 2,3 kali dibandingkan dengan tahun 1978/79. Kenaikan ini berhubungan dengan usaha Pemerintah untuk senantiasa meningkatkan mutu pelayanan Peme-rintah serta untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri sesuai dengan tingkat kemampuan keuangan negara. Sehubungan dengan kebijaksanaan tersebut dalam tahun 1981/82 Pemerintah telah menaikkan gaji pegawai negeri Sipil/ABRI dan pensiunan dengan memberikan tambahan tunjangan perbaikan penghasilan, yaitu sebesar 40% dari gaji pokok bagi golongan I, 30% dari gaji pokok bagi golongan 11, 25% dari gaji pokok bagi golong-an III serta golongan IV, dan sebesar 20% serta 15% dari pen-siunan pokok bagi semua pensiunan.

Di samping itu telah diadakan pula penyesuaian tunjangan beras serta uang makan/lauk pauk, honorarium, uang lembur dan tunjangan luar negeri bagi pegawai yang bertugas di luar ne-geri. Dengan adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut di atas, jumlah realisasi belanja pegawai yang pada tahun per- tama Repelita III mencapai Rp 1.419,9 milyar pada tahun ber-ikutnya telah mencapai Rp 2.023,3 milyar. Pada tahun 1981/82 meningkat lagi dengan 12,5% sehingga mencapai jumlah sebesar Rp 2.277,1 milyar.

Dalam tahun 1981/82 realisasi belanja barang mengalami peningkatan pula sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat, antara lain me- lalui peningkatan mutu dan jumlah peralatan bagi aparatur Pe- merintah. Peningkatan belanja barang itu sesuai pula dengan perkembangan pembangunan yang menuntut peningkatan biaya pe-meliharaan dan peningkatan pengawasan sebagai akibat makin

IV/30

Page 37: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

PENGELUARAN RUTIN,1978/79 - 1981/82

(dalam milyar rupiah)

Jenis Pengeluaran 1978/79 1979/80 1980/81

1981/82

A P B N Realisasi% Kenaikan(realisasi)

1. Belanja Pegawai 1.001,6 1.419,9 2.023,3 2.412,3 2.277,1 + 12,52. Belanja Barang 419,5 569,0 670,6 994,3 922,7 + 37,5

a. Dalam Negeri (398,4) (539,6) (637,8) (950,4) (890,8) +(39,7)b. Luar Negeri (21,1) (29,4) (32,8) (43,9) (31,9) - (2,7)Subsidi Daerah Otonom3. 522,3 669,9 976,1 1.209,4 1.209,1 + 23,9a. Irian Jaya (22,1) (25,0) (33,9) (42,0) (41,9) +(23,6)b. Daerah Lainnya (500,2) (644,9) (942,2) (1.167,4) (1.167,2) +(23,9)Bunga dan Cicilan Hutang 534,54. 684,1 784,8 963,7 931,1 + 18,6a. Dalam Negeri (8,8) (36,5) (30,8) (30,0) (15,8) -(48,7)b. Luar Negeri (525,7) (647,6) (754,0) (933,7) (915,3) +(21,4)

Lain-lain5. 265,81) 718,91) 1.345,22) 1.921,42) 1.637,62) + 21,7

Jumlah 2.743,7 4.061,8 5.800,0 7.501,1 6.977,6 + 20,3

1) Termasuk subsidi pangan, bantuan kepada Pertamina dan subsidi BBM 2) Termasuk subsidi pangan, subsidi BBM dan pemilihan umum

TABEL IV - 5

IV/31

Page 38: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

GRAFIK IV – 5KOMPOSISI PENEGLUARAN RUTIN,

1978/79 – 1981/82(dalam persen)

IV/32

Page 39: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

BELANJA PEGAWAI, 1978/79 - 1981/82

(dalam milyar rupiah)

1981/82

Jenis Pengeluaran 1978/79 1979/80 1980/81

A P B N Realisasi % Kenaikan(realisasi)

1. Tunjangan beras 132,8 179,9 252,0 289,4253,3

0,5

2. Gaji pegawai/pensiun 760,3 1.053,9 1.482,9 1.742,3 1.660,4 12,03. Uang makan/lauk pauk 51,2 109,9 193,2 248,5 240,5 24,54. Lain-lain belanja 33,6 47,1 61,2 81,5 79,5 29,9

5.pegawai dalam negeriBelanja pegawai 23,7 29,1 34,0 50,6 43,4 27,6luar negeri

Jumlah 1.001,6 1.419,9 2.023,3 2.412,3 2.277,1 12,5

TABEL IV - 6

Page 40: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

IV/33

Page 41: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

banyaknya proyek-proyek pembangunan yang telah selesai di- bangun.

Berdasarkan kebijaksanaan di atas maka realisasi belanja barang dalam tahun 1981/82 mencapai jumlah sebesar Rp 922,7 milyar yang berarti meningkat sebesar Rp 252,1 milyar atau 37,6% bila dibandingkan dengan realisasi tahun 1980/81. Se-dangkan realisasi belanja barang pada tahun-tahun 1979/80 dan 1980/81 masing-masing meliputi Rp 569,0 milyar dan Rp.670,6 milyar.

Sementara itu sebagai upaya peningkatan tabungan Pemerin- tah, maka kenaikan belanja barang tersebut disertai pula dengan usaha penghematan, yaitu melalui pengendalian sistem pengadaan dan pembelian barang Pemerintah yang peraturannya tercantum dalam Keppres Nomor 10 Tahun 1980. Di samping itu melalui belanja barang tersebut telah pula diusahakan pemera- taan kesempatan kerja dan berusaha yaitu dengan mengutamakan pembelian barang-barang produksi dalam negeri yang dihasilkan oleh pengusaha golongan ekonomi lemah. Peraturan tentang tata cara pembelian barang tersebut termuat dalam Keppres Nomor 14A Tahun 1980 yang kemudian disempurnakan dengan Keppres Nomor 18 Tahun 1981.

Dalam pada itu melalui subsidi daerah otonom telah pula diusahakan pemerataan pelayanan pendidikan dan kesehatan ser- ta sekaligus perluasan kesempatan kerja didaerah-daerah. Ke-giatan ini terus meningkat yang tercermin dari pengeluaran dalam bentuk subsidi daerah otonom yang terus meningkat pula. Pada tahun 1981/82 realisasi subsidi daerah otonom tersebut mencapai Rp 1.209,1 milyar berarti meningkat sebesar Rp 233,0 milyar atau 23,9% dibandingkan dengan tahun 1980/81. Sedang- kan dalam tahun 1979/80 pengeluaran tersebut baru mencapai Rp 669,9 milyar. Peningkatan sebesar Rp 233,0 milyar tersebut antara lain karena kenaikan gaji/pensiun pada tahun 1981/82 yang juga berlaku bagi pegawai daerah otonom serta pembiayaan untuk penambahan jumlah guru-guru Sekolah Dasar Inpres dan tenaga medis Puskesmas.

Pengeluaran untuk pembayaran bunga dan cicilan hutang sejak tahun 1978/79 menunjukkan peningkatan cukup besar. Pem-bayaran bunga dan cicilan hutang tersebut dalam tahun 1981/82 mencapai Rp 931,1 milyar, yang berarti meningkat dengan Rp 146,3 milyar atau 18,6% dibandingkan dengan tahun 1980/81. Jumlah tersebut terdiri dari pembayaran bunga dan cicilan hutang dalam negeri Rp 15,8 milyar dan pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri Rp 915,3 milyar. Pada prinsipnya

IV/34

Page 42: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

Pemerintah akan membayar setiap hutang tepat pada waktunya dengan mengingat pada batas-batas kemampuan keuangan negara.

Realisasi lain-lain pengeluaran rutin dalam tahun 1979/80 sebesar Rp 718,9 milyar telah meningkat menjadi Rp 1.345,2 milyar di tahun berikutnya. Realisasi tersebut terus mening- kat lagi dalam tahun 1981/82 menjadi Rp 1.637,6 milyar, yang berarti naik sebesar Rp 292,4 milyar atau 21,7% dari realisa- si tahun 1980/81. Jumlah tersebut terdiri dari subsidi pangan sebesar Rp 223,5 milyar, subsidi bahan bakar minyak sebesar Rp 1.316,4 milyar, Pemilihan Umum sebesar Rp 81,0 milyar dan lain-lain sebesar Rp 16,7 milyar.

3. Dana PembangunanDengan semakin berkembangnya tingkat pembangunan, maka

semakin besar pula jumlah dana yang dibutuhkan untuk pem-biayaannya. Sebagaimana diketahui sumber dana-dana pembangun- an yang disediakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Ne- gara terdiri dari tabungan Pemerintah dan dana bantuan luar negeri. Tabungan Pemerintah merupakan selisih antara peneri- maan dalam negeri dan pengeluaran rutin, sedangkan dana ban- tuan luar negeri terdiri dari nilai lawan bantuan program dan nilai lawan bantuan proyek. Dalam hubungan ini tekad untuk melaksanakan pembangunan berdasarkan kemampuan sendiri terus diusahakan dengan senantiasa menjaga agar peranan tabungan Pemerintah semakin besar dalam membiayai pengeluaran-penge- luaran pembangunan, sedangkan bantuan luar negeri hanya meru- pakan pelengkap saja dari keseluruhan dana pembangunan.

Dana pembangunan dalam tahun 1981/82 mencapai Rp 6.944,0 milyar yang berarti meningkat 17,3% dibandingkan dengan tahun 1980/81. Jumlah tersebut terdiri dari tabungan Pemerintah se-besar Rp 5.235,0 milyar dan dana bantuan luar negeri sebesar Rp 1.709,0 milyar.

Jumlah tabungan Pemerintah pada tahun 1980/81 mencapai Rp 4.427,0 milyar, kemudian meningkat sebesar 18,3% menjadi Rp 5.235,0 milyar pada tahun 1981/82. Tabungan Pemerintah tetap merupakan bagian yang terbesar dan peranannya semakin mening- kat dalam penyediaan dana pembangunan. Pada tahun 1981/82 ta- bungan Pemerintah merupakan 75,4% dari seluruh dana pemba-ngunan. Suatu bagian yang lebih besar dari periode sebelum- nya, yang meliputi 74,8% dalam tahun 1980/81 dan 65,6% dalam tahun 1979/80.

Sebaliknya peranan dari bantuan luar negeri terhadap dana

IV/35

Page 43: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

pembangunan terus semakin menurun. Apabila pada tahun 1979/80 dana yang berasal dari luar negeri meliputi 34,4% dari selu- ruh dana pembiayaan pembangunan, maka tahun 1981/82 hanya me-rupakan 24,6% saja. Sehubungan dengan ini, persyaratan pene-rimaan bantuan luar negeri tetap dipegang teguh, yaitu bahwa bantuan luar negeri teraebut diberikan tanpa ikatan politik, serta penggunaannya diarahkan untuk kegiatan produktif. Di samping itu untuk mendorong tercapainya perluasan kesempatan kerja dan peningkatan kemampuan industri dalam negeri, maka diusahakan agar dana bantuan luar negeri tersebut tidak hanya bermanfaat bagi proyek-proyek yang bersangkutan saja, akan tetapi diusahakan pula agar membawa manfaat bagi bidang- bidang lainnya.

Realisasi dana bantuan luar negeri yang pada tahun 1980/81 berjumlah Rp 1.493,8 milyar telah meningkat dengan 14,4% sehingga dalam tahun 1981/82 menjadi Rp 1.709,0 milyar. Perkembangan dana pembangunan, tabungan Pemerintah dan dana bantuan luar negeri dari tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1981/82 terlihat pada Tabel IV - 7 dan Grafik IV - 6.

4. Pengeluaran Pembangunan

Kebijaksanaan pengeluaran pembangunan selama Repelita III merupakan kelanjutan dari Repelita sebelumnya dan untuk mem-perkokoh landasan kegiatan pembangunan di masa mendatang yang semakin meningkat. Di samping itu pengeluaran pembangunan juga semakin di arahkan untuk menunjang sasaran pemerataan hasil-hasil pembangunan baik menurut daerah, sektor maupun golongan.

Dalam rangka pelaksanaan anggaran pembangunan tahun 1981/ 82 telah dikeluarkan Keppres No. 18 Tahun 1981, sebagai pe-nyempurnaan dari Keppres No. 14 A Tahun 1980. Kebijaksanaan ini dimaksudkan untuk mengutamakan golongan ekonomi lemah serta mengutamakan penggunaan hasil produksi dalam negeri se-bagai realisaei terwujudnya pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pembangunan. pemerataan kesempatan kerja dan peme-rataan pendapatan di seluruh wilayah tanah air.

Dalam rangka usaha untuk meratakan kegiatan pembangunan ke daerah, maka pelaksanaan pembangunan sektoral dan pembangunan daerah telah di sinkronisasikan untuk tercapainya pembangunan yang seimbang. Di samping itu untuk menjamin kelancaran pelaksanaan pembangunan telah pula dikeluarkan ketentu- an tentang koordinasi dan pengendalian serta pengawasan pem-

IV/36

Page 44: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV - 7

PERKEMBANGAN DANA PEMBANGUNAN, TABUNGAN PEMERINTAHDAN DANA BANTUAN LUAR NEGERI,

1978/79 - 1981/82(dalam milyar rupiah)

TahunAnggaran

Jumlah Dana Pembanguanan

Tabungan Permerintah

Dana Bantuan Luar Negeri*)

1978/79 2.557,9 (100%) 1.522,4 (59,5%) 1.035,5 (40,5%)1979/80 4.016,1 (100%) 2.635,0 (65,6%) 1.381,1 (34,4%)1980/81 5.920,8 (100%) 4.427,0 (74,8%) 1.493,8 (25,2%)1981/82 6.944,0 (100%) 5.235,0 (75,4%) 1.709,0 (24,6%)

Realisasi sesudah 15 Nopember 1978 dinilai berdasarkan kurs US $ 1 = Rp. 625,-

sedangkan untuk realisasi sebelum 15 Nopember 1978 digunakan kurs US$ 1 = Rp. 415,-

*)

Page 45: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

IV/37

Page 46: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

RAFIK IV - 6PERKEMBANGAN DANA PEMBANGUNAN, TABUGAN PEMERINTAH,

DAN DANA BANTUAN LUAR NEGERI,1978/79 - 1981/82

( dalam persen )

Page 47: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan
Page 48: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

IV/39

bangunan di daerah tingkat I yang di tuangkan dalam Keppres No. 20 Tahun 1981, untuk menciptakan mekanisme penyelesaian masalah di tingkat daerah.

Sejalan dengan kebijaksanaan tersebut di atas, realisasi pengeluaran pembangunan dalam tahun 1981/82 mencapai jumlah sebesar Rp.6.940,1 milyar. Jumlah tersebut Rp.1.024,0 milyar lebih besar dari tahun 1980/81 yang berjumlah Rp.5.916,1 milyar. Sebagai perbandingan perlu disebutkan bahwa dalam tahun 1979/80 realisasi pengeluaran pembangunan baru mencapai Rp.4.014,2 milyar, sedangkan dalam tahun 1978/79 hanya se-besar Rp.2.555,6 milyar.

Perkembangan pengeluaran pembangunan di luar bantuan proyek menurut jenis pembiayaan, pengeluaran pembangunan di luar bantuan proyek menurut sektor dan sub sektor, realisasi bantuan proyek menurut sektor dan sub sektor serta pengeluar- an pembangunan menurut sektor dan sub sektor untuk tahun 1978/79-1981/82, dapat dilihat masing-masing pada tabel IV-8 Tabel IV-9 dan Garafik IV-7, Tabel IV–10 dan Grafik IV- 8,ser- ta Tabel IV-11 dan Grafik IV-9.

Dalam tahun 1980/81 realisasi pembiayaan pembangunan yang dikelola Departemen/Lembaga mencapai jumlah Rp.2.533,2 milyar sedangkan dalam tahun pertama Repelita III jumlah pembiayaan pem-bangunan tersebut baru mencapai jumlah Rp.1.480,3 milyar me-ningkat Pemerintah telah mengadakan usaha-usaha penyempurnaan pedoman pelaksanaan anggaran pembangunan untuk menjaga agar realisasinya dapat berjalan dengan lancar, berhasil guna dan berdaya guna.

Dalam pada itu pembiayaan pembangunan daerah untuk tahun 1981/82 mencapai jumlah Rp.1.134,0 milyar. Untuk tahun 1980/ 81 jumlah pembiayaan pembangunan daerah berjumlah Rp.807,6 milyar, sedangkan pada tahun pertama Repelita III baru men-capai jumlah Rp.548,9 milyar.

Dalam rangka lebih meratakan penyebaran hasil-hasil pem-bangunan aerta untuk menyerasikan pertumbuhan antar daerah, dalam tahun 1981/82 pembiayaan bantuan pembangunan daerah berupa Inpres Desa, Inpres Kabupaten dan Inpres Dati I telah semakin ditingkatkan. Pelaksanaan bantuan desa dalam tahun 1981/82 mencapai jumlah Rp.70,5 milyar. Jumlah tersebut dialokasikan kepada 64.650 desa dengan ketentuan minimum sebesar Rp.l juta tiap desa. Sebagaimana diketahui, jumlah bantuan minimum tiap desa ini untuk tahun 1980/81 adalah sebesar

Page 49: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

IV/39

Page 50: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV - 8

PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI LUAR BANTUAN PROYEK,1978/79 - 1981/82

(dalam milyar rupiah)

1981/82

Jenis Pengeluaran 1978/79 1979/80 1980/81 A P B N Realisasi % Kenaikan

(real iaaa i)1. Pembiayaan Departemen/Lembaga 851,0 1.480,3 2.533,2 2.799,8 2.724,6 7,6

2. Pembiayaan Pembangunan bagi Daerah 431,1 548,9 807,6 1.127,1 1.134,0 40,4a. Bantuan Pembangunan Desa (24,0) (31,0) (50,7) (70,5) (70,5) (39,1)b. Bantuan Pembangunan Kabupaten/

Kotamadya (70,9) (87,1) (119,4) (162,6) (162,7) (36,3)c. Bantuan Pembangunan Dati I (86,8) (100,8) (166,7) (215,0) (215,0) (29,0)d. Irian Jaya (5,9) - - - - -e. Timor Timur (4,5) (6,6) (6,4) (7,0) (6,8) (6,3)f. Ipeda (63,1) (71,4) (87,2) (87,6) (94,5) (8,4)g. Bantuan Pembangunan Sekolah

Dasar (111,8) (155,8) (249,8) (374,4) (374,5) (49,9)h. Bantuan Pembangunan Kesehatan/

PUSKESMAS (26,9) (30,0) (50,4) (79,0) (78,8) (56,4)i. Bantuan Penghijauan (36,0) (40,8) (48,6) (70,0) (70,4) (44,9)j. Bantuan Pembangunan dan

Pemugaran Pasar (1,2) (12,4) (2,5) (6,0) (6,0) (140,0)k. Bantuan Penunjangan jalan dan Jembatan Kabupaten (-) (13,0) (25,9) (55,0) (54,8) (111,6)

3. Pembiayaan lainnya 286,2 668,7 1.145,6 911,2 1.417,6 23,7

a. Subsidi Pupuk (82,6) (125,0) (283,6) (313,9) (371,4) (31,0)b.Penyertaan Modal Pemerintah (128,5) (252,8) (476,5) (360,6) (480,9) (0,9)c. Lain-lain (75,1) (290,9) (385,5) (236,7) (565,3) (46,6)

Jumlah : 1.568,3 2.697,9 4.486,4 4.838,1 5.276,2 17,6

IV/40

Page 51: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV - 9

REALISASI PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI LUAR BANTUAN PROYEK

MENURUT SEKTOR DAN SUB-SEKTOR,1978/79 - 1981/82

(dalam milyar rupiah)No. Sektor dan Sub-sektor 1 9 7 8 / 7 9 19 79 /80 19 80 /8 1 1 9 8 1 / 8 2(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1.SEKTOR PERTANIAN DAN PENGAIRAN 315,1 353,7 706,1 818,0

Sub-sektor Pertanian 131,7 193,4 500,6 571,8Sub-sektor Pengairan 183,4 160,3 205,5 246,2

2. SEKTOR INDUSTRI 3,649,5 224,0 193,7

Sub-sektor Industri 3,6 49,5 224,0 193,7

3. SEKTOR PERTAMBANCAN DAN ENERGI 66,4 119,2 206,9 274,5

S u b - s e k to r P e r t a m b a n g a n 2,4 29,0 41,0 52,5Sub-sektor Energi 64,0 90,2 165,9 222,0

4. SEKTOR PERHUHUNGAN DAN PARIWISATA 163,5 273.4 472,5 543,6

Sub-sektor Prasarana Jalan 149,5 215,0 273,3S u b - s e k to r P e r h u b u n g a n D a ra t 33,9 57,1 92,9S u b - s e k to r P e r h u b u n g a n L a u t 1 6 2 , 9 43,0 69,3 77,6Su b- se k to r Pe rh ub un ga n U da ra 34,6 71,0 60,6Sub-sektor Pos dan Telekomunikasi 4,5 39,3 8,7Sub-sektor Pariwisata 0,6 7,9 20,8 30,5

5. SEKTOR PERDAGANGAN DAN KOPERASI 11,1 19,5 89,7 47,7

Sub-sektor Perdagangan 8,8 11,8 73,2 21,2Sub-sektor Koperesi 2,3 7,7 16,5 26,5

6. SEKTOR TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 83,1 139,2 295,3 386,0

Sub-sektor Tenaga Kerja 8,0 15,2 22,7 36,4Sub-sektor Transmigresi 75,1 124,0 2 7 2 , 6 349,6

7. SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH, DESA 267,2 317,6 458,8 599,2DAN KOTA

Sub-sekto r Pembangunan DaerahDesa & Kota 267,2 317,6 458,8 599,2

8. SEKTOR AGAMA 7,51)

,19,0 31,7 40,4

Sub- sekto r Agama 7 ,5 19,0 31,7 40,4

9. PENDIDIKAN, GENERASI MUDA KEBUDAYAANNASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERNADAPTUHAN YANG MAHA ESA 215,82) 318,6 524,7 689,0

Sub- sekto r Pend id ikan Umum dan Generasi Muda 191,5 283,1 468,9 620,4

Page 52: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

Sub-sektor Pendidikan Kedinaean 15,6Sub- sek to r K ebudayaan Nas iona l dan

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

22,1 37,1 46,9

Maha Esa 8,7 2) 13,4 18,7 21,7

IV/41

Page 53: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

(2) (3) (4) (5) (6)

10. SEKTOR KESEHATAN, KESEJAHTERAANSOSIAL, PERANAN WANITA, KEPENDUDUKANDAN KELUARGA BERENCANA 57,7 3) 108 0 181,9 251,9

Sub-sektor Kesehatan 41,0 75,0 124,0 151,5

Sub-sektor Kesejahteraan Soeialda n P e ra na n W an i t a 5,74) 17,0 31,9 46,2

Sub- sek to r K ependudukandan Ke lua rga Berencana 11,05) 16,0 26,0 54,2

11. SEKTOR PERUMAHAN RAKYAT DAN PEMUKIMAN37,3 89,2 157,7 144,6

Sub- sek to r Pe rumahan Rakya tdan Pemukiman 37,3 89,2 157,7 144,6

12. SEKTOR HUKUM 11,1 30,8 52,7 53,6

Sub-sektor Hukum 11,1 30,8 52,7 53,6

13. SEKTOR PERTAHANAN DANKEAMANAN NASIONAL 108,8 175,9 342,1 387,3

Su b- se k to r Pe r t a ha na n da n K ea ma na nNasional 108,8 175,9 342,1 387,3

14. SEKTOR PENERANGAN, PERSDAN KOMUNIKASI SOSIAL 7,0 11,8 28,3 42,1

Su b- se k to r Pe ne ra ng an d an K o mu ni ka s iSosial 7,0 11,8 28,3 42,1

15. SEKTOR ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGIDAN PENELITIAN 33,9 50,8 77,8 91,1

Sub- sekto r Pengembangan I lmuPe ng e ta hu an dan Te hn o lo g i 6,8 4,1 11,8 14,3

Sub-sektor Penelitian 27,1 46,7 66,0 76,8

16. SEKTOR APARATUR PEMERINTAH50,7 90,9 150,6 179,2

Sub-sektor Aparatur Pemerintah 50,7 90,9 150,6 179,2

17. SEKTOR PENGENBANGAN DUNIA USAHA128,5 431,3 353,3 361,5

Sub-sektor Pengembangan Dunia Usaha 128,5 431,3 353,3 361,5

18. SEKTOR SUMBER ALAM DANLINGKUNGAN HIDUP 99,5 132,3 172,8

Sub-sektor Sumber Alam dan LingkunganHidup - 99,5 132,3 172,6

Jumlah : 1.568,3 2.697,9 4.486,4 5.276,2

1) Termasuk Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa2) Tidak termaauk Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Eaa 3) T i da k t e r m aeu k P e ra na n W an i t a 4) Merupakan jumlah sub-sektor Kesejahteraan Sosial saja 5) Merupakan jumlah sub-sektor Keluarga Berencana saja6) Jumlah untuk aektor/aub-aektor Sumber Alam dan Lingkungan Hidup dimasukkan

di dalam sub-sektor Pertanian, sub-sektor Pengairan dan sub-sektor Pos dan Telekomunikasi

-6)

IV/42

Page 54: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

GRAFIK IV - 7

PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI LUAR BANTUAN PROYEK,

1978/79 - 1981 /82

Page 55: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

IV/43

Page 56: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV - 10

REALISASI BANTUAN PROYEK, MENURUT SEKTOR DAN SUB SEKTOR,1 9 7 8 / 7 9 - 19 81 /8 2

(dalam milyar rupiah)No. Sektor dan Sub-sektor 19 78 /7 9

(3) 1 97 9 / 80

(4) 1980/81

(5)1981/82

(6)(1) (2)

1. SEKTOR PERTANIAN DAN PENGAIRAN 135,2 154,5 223,0 135,9

Sub-sektor Pertanian 55,0 57,2 65,9 31,2Sub-sektor Pengairan 80,2 97,3 157,1 104,7

2. SEKTOR INDUSTRI153,8 306,8 191,0 335,7

Sub-sektor Industri 153,8 306,8 191,0 335,7

3. SEKTOR PERTAMBANGAN DAN ENERGI 253,0 2 5 7 , 2 29 9 , 7 553,0

Su b- se k to r Pe r t a m ba ng an 45,2 17,3 34,9 244,8Sub-sektor Energi 207,8 2 3 9 , 9 264,8 308,2

4. SEKTOR PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA 249,7 192,4 308,0 263,6

Sub-sektor Prasarana Jalan 92,8 127,8 102,8S u b - s e k to r P e r h u b u n g a n D a ra t 26,6 22,9 24,7S u b - s e k to r P e r h u b u n g a n L a u t 247,0 62,4 74,1 70,2Sub- sek to r Pe rhubungan U dara 4,5 62,7 50,5S u b - s e k to r P o s d a n T e l ek o m u n ik a s i 4,2 17,6 15,4Sub-sektor Pariwisata 2,7 1,9 2,9 -

5. SEKTOR PERDAGANGAN DAN KOPERASI 1,3 11,0 13,4 10,0

Sub-sektor Perdagangan 0,3 0,2 0,7Sub-sektor Koperasi 1,3 10,7 13,2 9,3

6. SEKTOR TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 11,6 23,0 31,1 30,5

S u b - s e k to r T e n a g a K e r j a 3,2 4,2 3,9 4,4Sub-sektor Transmigraai 8,4 18,8 27,2 26,1

7. SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH,

7,9 18,2 23,6 16,7DESA DAN KOTA

Sub-sekto r Pembangunan Daerah,Desa dan Kota 7,9 18,2 23,6 16,7

8. SEKTOR AGAMA

35,31) 42,8 50,0 36,7

Sub-sektor Agama

9. SEKTOR PENDIDIKAN, GENERASI MUDA,KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAANTERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

Sub-sektor Pendidikan Umum DANGenerasi Muda 34,8 38,9 45,4 36,0

Sub-sektor Pendidikan Kedinasan 0,2 3,4 4,0 0,1Sub-sektor Kebudayaan Nasional DAN

0,31) 0,5 0,6 0,6Kepercayaan Terhadap Tuhan YangMaha Esa

IV/44

Page 57: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

IV/45

Page 58: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

GRAFIK IV – 8REALISASI BANTUAN PROYEK,

1978/79 – 1981/82

IV/46

Page 59: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV - 11

PENGELUARAN PEMBANGUNAN MENURUT SEKTOR DAN SUB-SEKTOR,1 9 7 8 / 7 9 - 19 81 /8 2

(dalam milyar rupiah)No.(1)

Sektor dan Sub-sektor (2)

1 9 7 8 / 7 9 (3)

1 9 7 9 / 8 0(4)

1 9 8 0 / 8 1(5)

1 9 8 1 / 8 2(6)

1. SEKTOR PERTANIAN DAN PENGAIRAN 450,3 508,2 929,1 953,9

Sub-sektor Pertanian 186,7 2 5 0 , 6 566,5 603,0Sub-sektor Pengairan 263,6 257,6 362,6 350,9

2. SEKTOR INDUSTRI 157,4 356,3 415,0 529,4

Sub-sektor Industri 157,4 356,3 415,0 529,4

3. SEKTOR PERTAMBANGAN DAN ENERGI 319,4 376,4 506,6 827,5

Su b- se k to r Pe r t a m ba ng an 47,6 46,3 75,9 297,3Sub-sektor Enrrgi 271,8 330,1 430,7 530,2

4. SEKTOR PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA 413,2 465,8 780,5 807,2

Sub-sektor Prasarana Jalan 242,4 342,8 376,1Sub-sektor Perhubungan Darat 60,5 80,0 117,6Sub-sektor Perhubungan Laut 409,9 105,4 143,3 147,8Sub-sektor Perhubungan Udara 39,1 133,8 111,1Sub-sektor Pos dan Telekomuikasi 8,6 57,0 24,1Sub-sektor Pariwisata 3,3 9,8 23,6 30,5

5. SEKTOR PERDAGANGAN DAN KOPERASI 12,4 30,5 103,1 57,7

S u b - s e k to r P e r d a g a n g a n 8,8 12,1 73,5 21,9Sub-oektor Koperasi 3,6 18,4 29,6 35,8

6. SEKTOR TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 94,7 162,2 326,4 416,5

S u b - s e k to r T e n a g a K e r j a 11,2 19,4 26,7 40,8Sub-sektor Transmigrasi 83,5 142,8 299,7 375,7

7. SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH,DESA DAN KOTA 275,1 335,8 482,4 615,9

Sub-sektor Pembangunan Daerah,Desa dan Kota 275,1 335,8 482,4 615,9

8. SEKTOR AGAMA 7,51) 19,0 31,7 40,4

Sub-sektor Agama 7,51) 19,0 31,7 40,4

9. SRKTOR PENDIDIKAN, GENERASI MUDA,KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAANTENRHADAP TUHAN YANG MAHA ESA 251,12) 361,4 574,7 725,7

Sub-sektor Pendidikan Umumdan Generasi Muda 226,3 322,0 514,3 656,4Sub-sektor Pendidikan Kedinasan 15,8 25,5 41,0 47,0Sub-sektor Kebudayaan Nasional danKepercayaan erhadap Tuhan Yang Mahn Esa 9,02) 13,9 19,4 22,3

IV/47

Page 60: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

10. SEKTOR KESEHATAN, KFSEJAHTERAAN SOSIAL,

142,4 218,1 285,5 PERANAN WANITA, KEPENDUDUKAN DAN KELUARCA HRNENCANA 79,43 )

Sub-sektor Kesehatan 56,8 99,7 145,7 172,0 Sub-sektor Kesejahteraan Sosial d an P e r an an W a ni t a 5,74) 17,1 32,7 47,2 Sub-sek to r Kependudukan dan Ke lua rga Berencana 16,95) 25,6 39,7 66,3

11. SEKTOR PERUMAHAN RAKYAT DAN PEMUKIMAN 55,6 117,3 190,7 166,3

Sub- sek to r Pe rumahan Rakya tdan Pemukiman 55,6 117,3 190,7 166,3

12. SEKTOR HUKUM 11,1 30,852,7 53,6

Sub-sektor Hukum 11,1 30,8 52,7 53,6

13. SEKTOR PERTAHANAN DANKEAMANAN NASIONAL 159,4 330,2 479,0 565,1

Sub- sek to r Pe r t ahanan dan KeamananNasional 159,4 330,2 479,0 565,1

14. SEKTOR PENERANGAN, PERS DANKOMUNIKASI SOSIAL 10,8 22,4 34,0 44,3

Sub- sek to r Pene rangan dan K omunikasiSosial 10,8 22,4 34,0 44,3

15. SEKTOR ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGIDAN PENELITIAN 42,4 58,0 87,3 95,4

Sub- sekto r Pengembangan I lmuPenge tahuan dan Tekno log i 14,2 5,0 13,7 16,3Sub-sektor Penelitian 28,2 53,0 73,6 79,1

16. SEKTOR APARATUR PEMERINTAH 54,2 111,5 167,6 180,9

Sub-sektor Aparatur Pemerintah 54,2 111,5 167,6 180,9

17. SEKTOR PENGEMBANGAN DUNIA USAHA161,6 465,6 388,9 389,4

Sub-sektor Aparatur Pemerintah 161,6 465,6 388,9 389,4

18. SEKTOR SUMBER ALAM DANLINGKUNGAN HIDUP -6 ) 120,4 148,3 185,4

Sub- sekto r Sumber Alamdan Lingkungan Hidup

- 6)120,4 148,3 185,4

Jumlah : 2.555,6 4.014,2 5.916,1 6.940,1

1) Termasuk Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa2) Tidak termasuk Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa 3) T idak t erm asuk Pe ranan Wani ta4) Merupakan jumlah sub-Sektor Kesejahteraan.Sosial5) Merupakan jumlah sub- sek to r K e lua rga Berencana6) Jumlah sektor/sub-sektor sumber Alam dan Lingkungan Hidup dimasukkan di

dalam sub-sektor pertanian, sub-sektor Pengairan dan sub-sektor Pos dan Te l ek om u nik as i .

IV/48

Page 61: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

GRAFIK IV – 9

PENGELUARAN PEMHANGUNAN,

78 /7 9 - 19 81 /8 2

Page 62: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

IV/49

Page 63: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

Rp 750 ribu, sedangkan untuk tahun 1979/80 hanya sebesar Rp 450 ribu.

Pelaksanaan bantuan pembangunan kabupaten/kotamadya dalam tahun 1981/82 mencapai jumlah Rp. 162,7 milyar, dibandingkan Rp. 119,4 milyar pada tahun 1980/81 dan Rp. 87,1 milyar untuk tahun 1979/80. Peningkatan bantuan tersebut juga mencerminkan peningkatan bantuan minimal bagi pembangunan kabupaten, yang pada tahun 1979/80 ditetapkan sebesar Rp. 65 juta, kemudian pada tahun 1980/81 ditingkatkan menjadi Rp. 100 juta dan tahun 1981/82 ditingkatkan lagi menjadi Rp. 150 juta.

Selanjutnya bantuan pembangunan Dati I dalam tahun 1981/82 mencapai jumlah Rp. 215,0 milyar, sedang dalam tahun 1980/81 dan tahun 1979/80 masing-masing sebesar Rp. 166,7 milyar dan Rp. 100,7 milyar. Seperti halnya dengan bantuan kabupaten, di sinipun jumlah minimalnya terus ditingkatkan.Kalau dalam tahun 1979/80 jumlah bantuan minimum tersebut baru Rp. 2,5 milyar, dalam tahun 1980/81 telah diubah menjadi Rp 5,0 milyar, dan dalam tahun 1981/82 ditingkatkan lagi men-jadi Rp 7,5 milyar.

Masuknya Timor Timur ke dalam wilayah Republik Indonesia pada tahun 1977 telah membawa konsekuensi yang mengharuskan Pemerintah untuk segera melaksanakan bantuan pembangunan sek-toral agar pembangunan di propinsi termuda ini dapat selaras dengan wilayah lainnya. Sehubungan dengan ini, bantuan pem-bangunan sektoral untuk daerah Timor Timur dalam tahun 1978/ 79 dan 1979/80 masing-masing meliputi Rp 4,5 milyar dan Rp 6,6 milyar. Sedangkan untuk tahun-tahun 1980/81 dan tahun 1981/82 besarnya adalah Rp 6,4 milyar dan 6,8 milyar.

Sejalan dengan laju pembangunan, maka kemampuan daerah dalam menghimpun dana untuk membiayai proyek-proyek daerah bersangkutan juga semakin meningkat. Pada tahun 1978/79, rea-lisasi bantuan pembangunan melalui dana Ipeda adalah sebesar Rp 63,1 milyar, kemudian meningkat menjadi Rp 71,4 milyar dan Rp 87,2 milyar masing-masing pada tahun 1979/80 dan 1980/81. Dalam tahun 1981/82 jumlah dana pembangunan melalui pengerah- an Ipeda telah meningkat lagi sehingga mencapai Rp 94,5 mil- yar.

Bentuk bantuan pembangunan daerah lainnya adalah berupa Inpres sekolah Dasar, Inpres Puskesmas, Inpres penghijauan dan reboisasi, Inpres Jalan dan Inpres Pasar. Pengeluaran pembangunan dalam rangka pelaksanaan Inpres sekolah Dasar terutama dimaksudkan untuk menunjang suksesnya program di

IV/50

Page 64: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

bidang pendidikan, dimana pengeluaran tersebut digunakan un- tuk pembangunan gedung sekolah dasar, pengangkatan guru se-kolah dasar, pembangunan rumah kepala sekolah serta penjaga sekolah. Pelaksanaan Inpres sekolah dasar yang dalam tahun 1979/80 baru mencapai Rp 155,8 milyar, terus mengalami ke- naikan sehingga menjadi Rp 249,8 milyar dalam tahun 1980/81dan Rp 374,5 milyar dalam tahun 1981/82.

Inpres Puskesmas dimaksudkan untuk membiayai pembangunan gedung Puskesmas baru Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling serta pengadaan sarana air minum pedesaan dan jamban keluar- ga. Realisasi Inpres Puskesmas dalam tahun 1981/82 mencapai jumlah Rp 78,8 milyar. Jumlah tersebut jauh lebih besar dari realisasi tahun-tahun sebelumnya, yaitu Rp 50,4 milyar dalam tahun 1980/81 dan Rp 30,0 milyar dalam tahun pertama pelaksa- naan Repelita III.

Realisasi Inpres penghijauan dan reboisasi pada tahun 1979/80 adalah sebesar Rp 40,8 milyar. Dalam tahun 1980/81 jumlah bantuan tersebut menjadi Rp 48,6 milyar, digunakan untuk membiayai pelaksanaan penghijauan seluas 661.000 ha dan reboisasi seluas 250.000 ha. Selanjutnya jumlah bantuan untuk penghijauan dan reboisasi untuk tahun 1981/82 berkembang lagi menjadi Rp 70,4 milyar digunakan untuk membiayai penghijauan dan reboisasi seluas 700.000 ha, dalam rangka usaha-usaha pe-nyelamatan hutan, tanah dan air.

Pelaksanaan bantuan pembangunan untuk pemugaran pasar atau Inpres Pasar dalam tahun 1981/82 mencapai jumlah Rp 6,0 milyar yang merupakan pembayaran bunga atas pinjaman Pemerin- tah daerah dalam pembangunan dan pemugaran pasar. Realisasi bantuan Inpres tersebut dalam tahun 1978/79, 1979/80 dan 1980/81 adalah masing-masing sebesar Rp 1,2 milyar, Rp 12,5 milyar, dan Rp 2,5 milyar.

Inpres prasarana jalan yang dimulai sejak tahun pertama Repelita III antara lain dimaksudkan untuk menunjang proyekproyek pembangunan di daerah. Pada tahun 1979/80 realisasinyaberjumlah Rp 13,0 milyar, kemudian meningkat menjadi Rp 25,9 milyar pada tahun 1980/81. Dalam tahun 1981/82 jumlah ter- sebut meningkat lagi menjadi Rp 54,8 milyar, yang digunakan un-tuk penunjangan jalan kabupaten dan jembatan masing-masingsepanjang 6.285 km dan 10.500 meter.

Pelaksanaan program produksi pangan, perbaikan sarana distribusi dan pemasaran pangan dimaksudkan agar supaya swa

IV/51

Page 65: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

daya pangan dapat tercapai sehingga kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya beras dapat terpenuhi, ditempuh melalui pem- berian subsidi pupuk. Dalam tahun 1981/82 pengeluaran pem-bangunan yang disalurkan melalui subsidi pupuk mencapai jum- lah sebesar Rp 371,4 milyar. Jumlah tersebut jauh lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya yang mencapai Rp 125,0 milyar dan Rp. 283,6 milyar masing-masing untuk tahun 1979/80 dan 1980/ 81.

Kegiatan untuk pengembangan dunia usaha bagi badan usaha negara/swasta agar dapat lebih menunjang pelaksanaan program pembangunan, antara lain dilaksanakan lewat penyertaan modal Pemerintah. Jumlah pengeluaran dalam rangka penyertaan modal Pemerintah tersebut pada tahun 1979/80 dan 1980/81 masing masing mencapai Rp 252,8 milyar dan Rp 476,5 milyar. Dalam tahun 1981/82 realisasi penyertaan modal Pemerintah tersebut telah meningkat menjadi Rp 480,9 milyar, yang antara lain di-laksanakan untuk Kilang minyak Dumai, PT PAL, PT Nurtanio, PT Batu Bara Bukit Asam dan PT Batu Bara Ombilin.

Jumlah pengeluaran pembangunan di luar bantuan proyek da- lam tahun 1981/82 sebesar Rp 5.276,2 milyar yang terperinci menurut sektor seperti terlihat pada Tabel IV-9 dan Grafik IV-7. Jumlah tersebut merupakan pembiayaan pembangunan mela- lui penciptaan tabungan Pemerintah bersama dengan nilai ban- tuan program. Bila dibandingkan dengan tahun 1980/81 realisa-si pengeluaran pembangunan di luar bantuan proyek mengalami kenaikan sebesar Rp 789,8 milyar atau 17,6%.

Realisasi bantuan proyek dalam pelaksanaan 3 tahun Repe- lita III telah memperlihatkan perkembangan dari jumlah Rp.1.316,3 milyar pada tahun 1979/80, menjadi Rp 1.429,7 mil- yar pada tahun 1980/81, dan kemudian Rp 1.663,9 milyar pada tahun 1981/82. Realisasi bantuan proyek yang terperinci atas sektor dapat dilihat pada Tabel IV-10 dan Grafik IV-8.

Secara keseluruhan, realisasi pengeluaran pembangunan termasuk bantuan proyek, menurut sektor dan sub sektor selama tahun 1978/79 - 1981/82 dapat diikuti pada Tabel IV-11 dan Grafik IV-9. Dalam tahun 197g/80 jumlah pengeluaran pemba- ngunan termasuk bantuan proyek mencapai Rp. 4.014,2 milyar, kemudian telah meningkat menjadi Rp 5.916,1 milyar dan Rp 6.940,1 milyar, masing-masing pada tahun 1980/81 dan tahun 1981/82. Dalam tahun 1981/82 jumlah pengeluaran pembangunan untuk sektor pertanian dan pengairan menunjukkan angka sebe- sar Rp. 953,9 milyar, diikuti sektor pertambangan dan energi sebesar Rp 827,5 milyar dan sektor perhubungan dan pari

IV/52

Page 66: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

wisata sebesar Rp 807,3 milyar, sedangkan sektor pendidikan, generasi muda dan kebudayaan menduduki tempat keempat dengan alokasi biaya sebesar Rp 725,7 milyar.

Page 67: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

C. PERKEMBANGAN MONETER

1. Peredaran Uang

Page 68: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

Kebijaksanaan moneter Pemerintah dalam Repelita III se-lain ditekankan pada pengendalaian ekspansi moneter agar da- pat mengekang laju kenaikan harga, juga ditujukan untuk dapat menunjang peningkatan ekspor dan produksi dalam negeri dengan mengutamakan pengusaha golongan ekonomi lemah. Selain itu usaha-usaha pengerahan dana perkreditan bank serta usahausaha penyempurnaan dan pengembangan sistem kelembagaan mone- ter guna menunjang kegiatan pembarigunan tetap dilanjutkan.

Perkembangan moneter dalam tahun 1981/82 ditandai oleh terjadinya defisit neraca pembayaran dan meningkatnya pembe- rian kredit perbankan yang cukup besar. Dalam pada itu, walaupun jumlah pemberian kredit perbankan bertambah dengan cukup besar, likuiditas perekonomian masih dapat dipertahan- kan pada tingkat yang wajar. Likuiditas keseluruhan dalam perekonomian yang biasanya diukur dengan M2, dalam tahun 1981/82 bertambah dengan 28,4%, suatu peningkatan yang lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan tahun 1980/81 dan 1979/80, masing-masing sebesar 39,6% dan 36,2%. Hal ini me-nyebabkan bahwa laju kenaikan harga dalam tahun 1981/82 dapat ditekan pada tingkat yang lebih rendah dari tahun-tahun sebe-lumnya.

Dalam Tabel IV-12 dan Grafik IV-10 dapat kita lihat per-bandingan antara tingkat kenaikan harga dengan tingkat per-tambahan jumlah uang beredar selama periode 1978 - 1981/82. Tabel tersebut menunjukkan bahwa persentase kenaikan jumlah uang beredar tetap lebih besar dibandingkan dengan persentase kenaikan harga. Perkembangan tersebut mencerminkan berhasil- nya usaha-usaha Pemerintah di bidang pengendalian harga, ser- ta menunjukkan semakin mantapnya kepercaayaan masyarakat ter- hadap rupiah.

Perkembangan jumlah dan komposisi uang beredar selama pe-riode 1978 - 1981/82 dapat diikuti dalam Tabel IV-13 dan Gra-fik IV-11. Jumlah uang beredar yang terdiri dari uang kartal dan uang giral, dalam tahun 1981/82 mencapai Rp 6.776,8 mil- yar. Jumlah tersebut menunjukkan suatu kenaikan

IV/53

Page 69: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV - 12

PERBANDINGAN ANTARA TINGKAT KENAIKAN HARGA DENGAN TINGKATPERTAMBAHAN JUMLAH UANG BEREDAR,

1978 - 1981/82

TingkatTahun Kenaikan Harga(%)

TingkatPertambahanJumlah uangBeredar (%)

TahunTingkatKenaikanHarga (%)

TingkatPertambahanJumlah uangBeredar (%)

1978 6,7 24,0 1978/79 11,8 32,61979 21,8 36,0 1979/803) 19,1 35,61980 16,0 47,6 1980/81 15,9 37,31)

1981 7,1 29,62) 1981/82 9,8 30,02)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Sejak April 1979 persentase kenaikan harga diukur dengan

persentase kenaikan Indeks Harga Konsumen Indonesia Sebelumnya diukur dengan persentase kenaikan Indeks Biaya Hidup di Jakarta.

IV/54

Page 70: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan
Page 71: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

GRAFIK IV - 10PERBANDINGAN ANI'ARA TINGKAT KENAIKAN HARGA DENGAN TINGKAT

PERTAMBAHAN JUMLAH UANG BEREDAR,1978 - 1981 /82

IV/55

Page 72: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV - 13

PERKEMBANGAN JUMI.AH UANG HEREDAR,1978/79 - 1981/82

(dalam milyar rupiah)Akhir

Tahun/Triwulan/Bulan

Jumlah UangHeredar

Uang Kartal Uang Giral Mutasi Uang

Beredar

Persentase Perubahan

Jumlah (%) Jumlah (%) Tahun/Triwulan Bulan

1978/79 2.799,9 1.368,7 (49) 1.431,2 (51) + .689,0 + 32,619791) 3.384,7 1.551,6 (46) 1.833,1 (54) + 896,4 + 36,0

1979/801) 3.797,1 1.773,9 (47) 2.023,2 (53) + 997,2 + 35,6

19801) 4.995,0 2.153,2 (43) 2.841,8 (57) +1.610,3 + 47,6

1980/811) 5.214,1 2.228,7 (43) 2.985,4 (57) +1.417,0 + 37,3Triwulan I 4.179,3 1.955,4 (47) 2.223,9 (53) + 383,2 + 10,1Triwulan 11 4.682,2 2.130,3 (46) 2.551,9 (54) + 502,9 + 12,0Triwulan 111 4.995,0 2.153,2 (43) 2.841,8 (57) + 312,8 + 6,7Triwulan IV 5.214,1 2.228,7 (43) 2.985,4 (57) + 219,1 + 4,4

19812) 6.474,3 2.545.5 (39) 3.928,8 (61) +1.479,3 + 29,61981/822) 6.776,8 2.543,4 (38) 4.233,4 (62) +1.562,7 + 30,0

Apri l 5.279,6 2.277,3 (43) 3.002,3 (57) + 65,5 + 1,3Mei 5.404,2 2.338,0 (43) 3.066,2 (57) + 124,6 + 2,4Juni 5.598,6 2.364,7 (42) 3.233,9 (58) + 194,4 + 3,6Triwulan I + 384,5 + 7,4Jul i 5.765,1 2.667,1 (46) 3.098.0 (54) + 166,5 + 3,0Aguatus 5.788,3 2.436,3 (42) 3.352,0 (58) + 23,2 + 0,4September 5.990,6 2.443,9 (41) 3.546,7 (59) + 202,3 + 3,5Triwulan II + 392,0 + 7,0Oktober 6.163,8 2.487,9 (40) 3.675,9 (60) + 173,2 + 2,9Nopember 6.289,8 2.482,9 (39) 3.806,9 (61) + 126,0 + 2,0Desember 6.474,3 2.545,5 (39) 3.928,8 (61) + 184,5 + 2,9Triwulan I II + 483,7 + 8 ,1Januari 6.494,5 2.447,7 (38) 4.046,8 (62) + 20,2 + 0,3Februari 6.549,1 2.469,1 (38) 4.080,0 (62) + 54,6 + 0,8Maret 6.776,8 2.543,4 (38) 4.233,4 (62) + 227,7 + 3,5Triwulan IV + 302,5 + 4,7

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

Page 73: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan
Page 74: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

IV/57

Page 75: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

sebesar Rp 1.562,7 milyar atau 30,0%, dibandingkan dengan pe-ningkatan sebesar 37,3% dalam tahun 1980/81, dan kenaikan se-besar 35,6% dalam tahun 1979/80. Dilihat dari komposisinya, terdapat kecenderungan bahwa peranan uang giral lebih mening- kat lagi sehingga pada akhir Maret 1982 persentase uang giral mencapai 62% dari keseluruhan jumlah uang beredar, sedangkan uang kartal meliputi 38%. Kecenderungan ini menunjukkan bahwa selain meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap rupiah, kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan juga semakin mantap. Disamping itu hal ini juga menunjukkan semakin me-ningkatnya kegiatan usaha di dalam masyarakat.

Tabel IV - 14 menunjukkan perkembangan dari faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan jumlah uang beredar dalam periode tahun 1978/79 - 1981/82. Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa sektor kegiatan perusahaan merupakan faktor utama yang menyebabkan pertambahan jumlah uang beredar yaitu Rp 2.718,4 milyar. Dari jumlah tersebut peningkatan pemberian kredit ke-pada BULOG dalam rangka pengadaan pangan, adalah Rp 410,9 milyar. Pemberian kredit kepada BULOG untuk pengadaan pangan dimaksudkan untuk pembiayaan pembelian beras dalam negeri. Dalam hubungan ini kenaikan jumlah kredit terutama disebabkan oleh terdapatnya kenaikan produkai.

Sektor aktiva luar negeri dalam tahun 1981/82 memberikan pengaruh kontraktif pada peredaran uang sebesar Rp 5,8 mil-yar. Hal ini sangat berbeda dengan periode sebelumnya dimana sektor ini memberikan pengaruh ekspansif sebesar Rp 2.347,4 milyar dan Rp 2.542,6 milyar dalam tahun 1980/81 dan 1979/80. Pengaruh mengurang sektor tersebut erat kaitannya dengan defisit neraca pembayaran sebagai akibat menurunnya ekspor barang-barang bukan minyak dan gas alam. Disamping itu ter-jadi kenaikan nilai impor yang terutama disebabkan karena naiknya harga barang-barang di luar negeri untuk bahan baku dan barang modal.

Perkembangan yang terjadi dengan sektor Pemerintah, ada- lah bahwa dalam tahun 1981/82 sektor ini memberi pengaruh kontraktif terhadap jumlah uang beredar sebesar Rp 68,5 mil-yar. Dalam tahun 1979/80 dan 1980/81 mempunyai pengaruh kontraktif masing-masing sebesar Rp 1.099,5 milyar dan . Rp 1.825,5 milyar. Menurunnya pengaruh kontraktif dari sektor Pemerintah tersebut berkaitan dengan meningkatnya pengeluaran pemerintah di satu pihak, dan menurunnya penerimaan pemerin- tah di lain pihak, khususnya yang menyangkut pajak barangbarang ekspor bukan minyak.

IV/58

Page 76: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV – 14

SEBAB-SEBAB JUMLAH UANG BEREDAR1978/79 – 1981/82

(dalam milyar rupiah)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Termasuk rekening-rekening dalam valuta asing dan

Tidak termasuk deposito berjangka milikPemerintah dan deposito berjangka milik golonganBukan penduduk

4) Perubahan yang besar pada pos-pos lain-lainBerkaitan dengan diperhitungannya tambahanJumlah karena penyesuaian nilai

IV/59

Page 77: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

Deposito berjangka dan tabungan memberikan pengaruh kon-traktif terhadap peredaran uang. Selama tahun 1981/82 penga- ruh kontraktif tersebut meliputi Rp 684,6 milyar, sedangkan dalam tahun 1980/81 dan 1979/80 masing-masing sebesar Rp 686,2 milyar dan Rp 650,5 milyar. Selanjutnya sektor lain lain mencatat pengaruh kontraktif sebesar Rp 255,9 milyar pada tahun 1980/81 dan Rp 396,8 milyar pada tahun 1981/82.

2.Perkreditan

a. Kebijaksanaan Perkreditan

Secara umum kebijaksaanaan pemberian kredit dalam tahun 1981/82, yang merupakan tahun ketiga Repelita III, adalah me- lanjutkan kebijaksanaan yang telah dilaksanakan dalam tahun tahun sebelumnya, yaitu diarahkan untuk menjaga kestabilan moneter dan menunjang pengembangan usaha bagi golongan ekono- mi lemah.

Di samping itu dalam rangka mengatasi penurunan ekspor, pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan serang-kaian kebijaksanaan untuk mendorong ekspor barang-barang bu- kan minyak dan gas yang mengalami kemerosotan sebagai akibat dari resesi dunia. Pemerintah telah mengambil tindakan-tin- dakan untuk meningkatkan produksi dan ekspor barang-barang tersebut, antara lain dalam bentuk dikeluarkannya ketentuan baru mengenai kredit ekspor dengan memperingan persyaratan dan mempermudah tata cara penyelenggaraan kredit ekspor ter-sebut. Pengertian kredit ekspor telah diperluas sehingga me-rupakan kredit modal kerja yang dimaksudkan untuk membiayai semua transaksi ekspor, yang meliputi kegiatan pemilik APE (Angka Pengenal Eksportir) atau APES (Angka Pengenal Ekspor- tir Sementara) dalam pengumpulan barang sampai pengapalannya, produksi barang maupun produksi/pembelian/impor bahan yang akan diproduksi menjadi barang untuk di ekspor, serta untuk menutup kebutuhan pembiayan selama masa tenggang antara pe-ngapalan barang ekapor dengan akseptasi wesel berjangka atau pembayaran wesel-wesel tunai diluar negeri. Besarnya pem- biayaan sendiri oleh nasabah untuk kredit ekspor tersebut te- lah diturunkan dari 30% menjadi sekurang-kurangnya 15% dari seluruh kebutuhan pembiayaan. Di samping itu untuk jenis kre- dit ini dikenakan suku bunga khusus, yakni 6% setahun untuk kegiatan-kegiatan pra pengapalan (pre shipment) bagi ekspor yang termasuk lemah dan 9% setahun untuk ekspor kuat sebagaimana ditetapkan oleh Departemen Perdagangan dan Koperasi. Sedangkan kredit untuk pembiayaan kegiatan yang tergolong pasca

IV/60

Page 78: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

pengapalan (post shipment), suku bunganya ditetapkan 6% se- tahun.

Sebagaimana diketahui, besarnya suku bunga kredit menurut ketentuan lama adalah 12% setahun. Dengan diturunkannya suku bunga kredit ekspor tersebut maka penerimaan bank pelaksana akan berkurang. Untuk itu diambil kebijaksanaan penggantian atas bunga kredit ekspor sebesar 3% bagi kredit yang bersuku bunga 6% setahun. Terhadap kredit ekspor tersebut juga dise- diakan kredit likuiditas Bank Indonesia. Besarnya kredit li-kuiditas ditetapkan 60% dari jumlah kredit yang diberikan, serta dikenakan bunga 3% setahun. Menurut ketentuan sebelum- nya kredit likuiditas adalah 80% dengan suku bunga 4% setahun.

Mengingat besarnya risiko yang berkaitan dengan ekspor, baik bagi bank pelaksana maupun bagi eksportir, Pemerintah telah memberikan fasilitas asuransi dalam bentuk jaminan kre- dit ekspor dan asuransi ekspor. Jaminan kredit ekspor adalah asuransi untuk menanggung risiko kemacetan kredit yang diha- dapi perbankan dalam memberikan kredit ekspor, sedangkan asu- ransi ekspor adalah pertanggungan risiko yang dihadapi oleh eksportir apabila pembeli di luar negeri ingkar tidak mau membayar, atau apabila pembayaran oleh pembeli diluar negeri tidak dapat ditransfer ke Indonesia. Sehubungan dengan ini, maka setiap pemberian kredit ekspor harus ditutup dengan jaminan kredit ekspor kepada PT ASKRINDO senilai plafond kre- dit, yang preminya ditanggung bersama antara Bank Indonesia dan bank pelaksana masing-masing sebesar 50%. Besarnya keru- gian yang diganti oleh PT ASKRINDO adalah 85% dari baki debet nasabah pada saat mulai timbulnya hak menuntut ganti rugi oleh bank pelaksana, dengan setinggi-tingginya 85% dari pla- fond kredit. Untuk jumlah yang tidak diganti oleh PT ASKRINDO yakni sebesar 15%, kerugian ditanggung bersama oleh Bank Indonesia dan bank pelaksana secara prorata.

Untuk mencegah terjadinya penyalah-gunaan kredit ekspor, yang persyaratannya telah diperlunak, Bank Indonesia menetap- kan sanksi-sanksi dalam hal nasabah menggunakan fasilitas kredit ekspor tersebut tidak sesuai dengan tujuannya. Adapun sanksi tersebut berupa penetapan suku bunga yang berlaku untuk kredit perdagangan atau produksi lainnya ditambah 1,5% setahun, sedangkan suku bunga kredit likuiditasnya dinaikkan menjadi 8,5% setahun.

Selanjutnya dalam rangka memperlancar penyediaan bahan baku/penolong, suku cadang dan barang modal, importir yang melakukan impor barang-barang tersebut dengan devisa dapat

IV/61

Page 79: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

memperoleh kredit. Bagi bank-bank yang memberikan kredit un- tuk membiayai impor barang-barang yang tercantum dalam daftar SK Menteri Perdagangan dan Koperasi, Bank Indonesia menyedia- kan fasilitas kredit likuiditas sebesar 70% dari jumlah kre- dit dengan suku bunga 6% setahun. Dalam hal impor barang-barang yang tidak termasuk dalam daftar tersebut, bank pelak- sana dapat memberikan kredit dengan dananya sendiri.

Akhir-akhir ini telah terjadi perkembangan yang cukup pe- sat dalam bidang perusahaan penggilingan padi/huller. Dalam pada itu telah pula timbul iklim usaha yang kurang sehat ber- barengan dengan perkembangan yang pesat tersebut. Untuk me-nertibkan usaha dalam bidang ini, Pemerintah menetapkan kebi-jaksanaan baru dimana pemberian kredit untuk tujuan ini hanya diprioritaskan kepada perusahaan-perusahan Pemerintah, kope- rasi dan perusahaan yang dimiliki oleh golongan ekonomi le-mah, yang sudah mempunyai surat ijin usaha. Terhadap kredit huller ini juga disediakan kredit likuiditas Bank Indonesia. Besarnya kredit likuiditas untuk keperluan ini adalah 80% dari plafond kredit, dengan suku bunga 3% setahun.

Selanjutnya Pemerintah juga mengeluarkan kebijaksanaan baru yang berkaitan dengan pemberian kredit investaei dalam rangka pengembangan perguruan tinggi dan kredit pembelian kendaraan bermotor untuk guru-guru. Dalam rangka membantu para guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, pada bulan Nopember 1981, bank-bank telah menyediakan fasilitas kredit untuk pembelian kendaraan bermotor roda dua. Sebagai persya-ratan harus dipenuhi seperti bahwa yang dapat menjadi nasabah adalah guru dengan status pengajar tetap di sekolah umum dan kejuruan, berumur maksimal 50 tahun, dan mempunyai penghasil- an minimal Rp 70.000 sebulan, serta memiliki SIM C. Jumlah maksimum kredit ditetapkan seharga kendaraan yang akan dibeli, sedangkan besarnya pembiayaan sendiri disesuaikan de- ngan kemampuan yang nyata dari nasabah. Bunga yang dikenakan adalah 10,5% setahun dengan jangka waktu paling lama 5 tahun dan sebagai jaminannya adalah kendaraan yang dibeli dengan kredit tersebut. Terhadap kredit tersebut Bank Indonesia menyediakan fasilitas kredit likuiditas sebesar 80% dari pla- fond kredit, dengan suku bunga 3% setahun dan jangka waktu sesuai dengan rencana pelunasannya.

Kebijaksanaan penetapan pagu (batas tertinggi) pertambah- an kredit perbankan dan aktiva lainnya dari perbankan masih tetap dilanjutkan. Untuk tahun 1981/82 pagu pertambahan kredit untuk bank-bank umum semula ditetapkan sebesar 29,5% (Rp 1.677 milyar) dari posisi akhir Maret 1981 akan tetapi

IV/62

Page 80: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

jumlah tersebut dinaikkan menjadi 42,7% (Rp 2.397 milyar). Peningkatan pagu tersebut diperlukan untuk menampung pening-katan permintaan kredit dari masyarakat dan mendorong kegiat- an pengusaha kecil golongan ekonomi lemah, terutama dalam me-laksanakan proyek-proyek pemerintah dalam rangka APBN.

b. Jumlah dan Arah Penggunaan Kredit.

Kredit perbankan pada akhir tahun 1981/82 telah mencapai Rp 10.827 milyar, yang berarti meningkat dengan 32,8% dari tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut sedikit lebih besar dari pada tahun sebelumnya yang meningkat dengan 28,9%. Pe-ningkatan jumlah kredit tersebut disebabkan antara lain oleh bertambahnya pemberian kredit oleh bank-bank umum, terutama bank-bank umum Pemerintah, dan peningkatan kredit dari Bank Indonesia untuk BULOG dalam rangka pengadaan pangan.

Perkembangan kredit perbankan menurut sektor perbankan dapat dilihat pada Tabel IV-15. Selama tahun 1981/82 pertam- bahan kredit Bank Indonesia hampir sama dengan kenaikan dalam tahun sebelumnya yakni 15,8% sehingga jumlah keseluruhan kre- dit perbankan mencapai Rp 2.680 milyar pada akhir Maret 1982. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya pem- berian kredit kepada BULOG sebesar Rp 411 milyar atau 102,2% dari tahun sebelumnya. Dalam pada itu kredit yang diberi- kan oleh bank-bank Pemerintah sampai akhir Maret 1982 mencapai Rp 6.398 milyar, yang berarti meningkat dengan 38,5%, sedangkan tahun sebelumnya meningkat dengan 34,3%. Kredit yang diberi- kan oleh bank swasta nasional, termasuk bank pembangunan daerah, juga mengalami peningkatan yang semakin besar dari tahun ketahun. Dalam tahun 1979/80, 1980/81 dan 1981/82 pe-nyediaan kredit melalui bank-bank swasta nasional masing- masing telah meningkat dengan 37,5%, 47,6% dan 48,2%, sehing- ga mencapai Rp 1.163 milyar pada akhir Maret 1982. Sementara itu kredit yang diberikan oleh bank-bank asing juga mengalami kenaikan yang semakin bertambah besar yakni masing-masing se- besar 16,2%, 26,1% dan 34,7% dalam tahun 1979/80, 1980/81 dan 1981/82. Dengan peningkatan tersebut maka jumlah kredit bank asing hingga akhir tahun 1981/ 82 meliputi Rp 586 milyar.

Perkembangan kredit perbankan menurut sektor ekonomi da- pat diikuti dalam Tabel IV-16 dan Grafik IV-12. Apabila di tinjau menurut sektor ekonomi, pemberian kredit perbankan yang terbesar pada tahun 1981/82 adalah untuk produksi yang merupakan 42,2% dari jumlah seluruh kredit perbankan. Kredit bidang produksi terutama digunakan untuk membiayai industri

IV/63

Page 81: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV - 15

PERKEMBANGAN KREDIT 1) MENURUT SEKTOR PERBANKAN,1978/79 - 1981/82

(dalam milyar rupiah)Akhir

Tahun/Triwulan/Bulan

Bank Indonesia

Bank-bank2)Pemerintah

Bank-bank Swasta Nasional

Bank-bank Asing Campuran Jumlah Kenaikan

Persentase Kenaikan

Tahun/Triwulan Bulan

1978/79 1.969 2.987 387 297 5.640 + 1.5653) + 38,419794) 2.163 3.270 493 342 6.268 + 875 + 16,2 5)

1979/80 2.009 3.4415) 352 345 6.327 + 687 + 12,2

19805) 2.454 4.288 711 415 7.868 + 1 .600 + 25,51980/a15) 2.314 4.620 785 435 8.154 + 1 .827 + 28,9

Tr iwulan I 2.116 3.725 612 357 6.812 + 485 + 7,7Tr iwulan I I 2.216 4.084 660 384 7.344 + 532 + 7,8Triwulana II I 2.454 4.288 711 415 7.868 + 524 + 7,1Triwulan IV 2.314 4.620 785 435 8.154 + 286 + 3,6

19816) 2.482 5.856 1.017 506 9.861 + 1 .993 + 25,3

1981/826) 2.680 6.398 1.163 586 10.827 + 2.673 + 32,8April 2.140 4.798 845 470 8.253 + 99 + 1,2Mei 2.204 4.949 875 485 8.513 + 260 + 3,2Juni 2.277 5.060 911 493 8.741 + 228 + 7,2 + 2,7

Juli 2.374 5.283 936 505 9.098 + 357 + 4,1Agustus 2.342 5.426- 957 509 9.234 + 136 + 1,5September 2.426 5.585 988 516 9.515 + 281 + 8,9 + 3.0Oktober 2.482 5.697 1.018 506 9.703 + 188 + 2,0Nopember 2.557 5.795 1.058 510 9.920 + 217 + 2,2Desember 2.649 5.881 1.081 548 10.159 + 239 + 6,8 + 2,4Januari 2.587 6.054 1.120 558 10.319 + 160 + 1,6Pebruari 2.606 6.134 1.245 557 10.442 + 123 + 1,2Meret 2.690 6.398 1.163 586 10.827 + 385 + 6,6 + 3,7

1). Kredit dalam rupiah, maupun valuta asing, termasuk Kredit Investsi, KIK dan KMKP tetapi tidak termasuk kredit antsr bank serta kredit kepadaPemerintah Pusat dan bukan penduduk

2). Termasuk kredit yang dibiayai oleh kredit l ikwiditas Bank Indonesia3). Termasuk kenaikan karena perubahan kure dari Rp. 415,- menjadi Ap. 625,- per U8 $ 1,-4). Sejak akhir Desember 1979 untuk kredit diluar Bank Indonesia, tidak termasuk bunga dalam

penyelesaian yang belum diperhitungkan dalam laba/rugi 5). Angka diperbaiki6). Angka sementara

IV/64

Page 82: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV – 16PERKEMBANGAN KREDIT 1) MENURUT SEKTOR EKONOMI,

1978/79 – 1981/82(dalam milyar ripuah)

IV/65

Page 83: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan
Page 84: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

GRAFIK IV – 12PERKEMBANGAN KREDIT MENURUT SEKTOR EKONOMI,

1978/79 – 1981/82

IV/66

Page 85: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

tekstil, logam dasar, proyek Krakatu Steel dan konstruksi. Dalam tahun 1981/82 kredit di bidang produksi bertambah de- ngan Rp 1.211 milyar (36,0%) sehingga mencapi Rp 4.574 milyarpada akhir Maret 1982. Selanjutnya kredit untuk bidang perda-gangan telah mencapai Rp 3.230 milyar dalam tahun 1981/82, atau suatu peningkatan sebesar 59,3% dari tahun sebelumnya, sedangkan peningkatan tahun 1980/81 adalah 61,8%. Kenaikan tersebut terutama digunakan untuk membiayai perdagangan dalam negeri seperti pembelian gula, impor dan pembiayaan usaha go-longan ekonomi lemah dalam bentuk KIK dan KMKP, kredit kela- yakan serta kredit kepada BULOG dalam rangka pengadaan pa-ngan. Di samping itu kredit di bidang lain-lain telah menca-pai Rp 3.023 milyar pada akhir Maret 1982, yang berarti me-ningkat dengan Rp 259 milyar (9,4%) dalam tahun 1981/82. Pe-ningkatan kredit lain-lain terutama terjadi pada sektor jasa- jasa untuk pengangkutan umum.

c. Dana Perkreditan Bank

Kebijaksanaan pengerahan dana masyarakat melalui sektor perbankan yang dilakukan dalam tahun 1981/82 merupakan kelan- jutan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam tahun-tahun se-belumnya. Usaha pengerahan dana perkreditan bank tersebut adalah melalui pengembangan kelembagaan, penetapan suku bunga tabungan yang cukup menarik, serta pemberian fasilitas keri-nganan pajak dan jaminan pengembalian tabungan kepada masya-rakat.

Dana perkreditan bank pada umumnya terdiri dari giro, de-posito berjangka, tabungan, dan lain-lain dana. Dalam pelak-sanaan Repelita III jumlah dana perkreditan bank selalu me-ningkat setiap tahunnya. Dalam tahun 1979/80 jumlah dana per-kreditan mencapai Rp 4.192,5 milyar, dan dalam tahun 1980/81 menjadi Rp 5.677,5 milyar. Selanjutnya dalam tahun 1981/82 jumlah tersebut mencapai Rp 7.610,0 milyar. Hal ini berarti bahwa dana perkreditan untuk tahun 1980/81 telah meningkat dengan 35,4% dari tahun sebelumnya sedangkan dalam tahun1981/82 telah terjadi peningkatan sebesar 34,0% dibandingkan dengan tahun 1980/81. Bila diperhatikan perkembangan dari masing-masing komponen dana perkreditan tersebut pada akhir Maret 1982, nampak bahwa jumlah giro telah meningkat dengan 33,1% dari tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah giro dalam tahun 1981/82 adalah 33,1%, sedangkan deposito berjangka dan tabungan telah meningkat dengan 36,0%. Walaupun peningkatan deposito berjangka dan tabungan lebih besar dari pada pening-katan giro, akan tetapi dilihat dari peranan mereka dalam seluruh dana perkreditan, giro m a s i h lebih besar

I V / 6 7

Page 86: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

yakni merupakan 68,7% dari seluruh dana perkreditan. Gambaran yang lebih jelas mengenai perkembangn dana perkreditan bank selama tahun 1978/79 - 1981/82 dapat dilihat pada Tabel IV-17.

d. Deposito Berjangka, TABANAS dan TASKA

Posisi deposito berjangka dalam rangka Inpres 1968 telah mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan dari tahun ke tahun seperti tercermin pada Tabel IV - 18. Hal ini antara lain disebabkan karena auku bunga yang cukup menarik dari de- posito berjangka. Tingkat suku bunga deposito berjangka Inpres 1968 sejak awal tahun 1978 tidak mengalami perubahan yaitu 6% setahun untuk deposito berjangka waktu 6 bulan, 9% setahun untuk yang berjangka waktu 12 bulan, 15% setahun un- tuk deposito 24 bulan dengan jumlah maksimum Rp. 2,5 juta dan 12% setahun untuk deposito 24 bulan dengan jumlah diatas Rp. 2,5 juta. Dalam tahun 1981/82 deposito berjangka meningkat dengan 10,3% dari tahun sebelumnya, sehingga posisi deposito berjangka pada akhir Maret 1982 mencapai Rp. 831,1 milyar. Peningkatan ini sedikit lebih besar dari tahun yang lalu (4%). Hal ini menunjukkan bahwa minat masyarakat untuk me-nyimpan uangnya dalam bentuk deposito berjangka tersebut ma- sih cukup besar.

Program TABANAS dan TASKA yang dilaksanakan sejak tahun 1971 merupakan usaha Pamerintah untuk memupuk kesadaran mena-bung di kalangan masyarakat yang berpanghasilan rendah. Usaha pengerahan TABANAS dilakukan dalam bentuk peningkatan pela- yanan kepada penabung, penyeragaman tata cara penata usahaan TABANAS, penggunaan sistem pelayanan tunggal dan mekanisasi bagi semua bank penyelenggara. Disamping itu dalam rangka mendorong minat menabung di kalangan pemuda, pelajar dan pra-muka dalam tahun 1981/82 diadakan pelayanan TABANAS secara khusus bagi peserta Jambore Nasional 1981. Pelayanan tersebut diperuntukkan khusus bagi peserta Jambore Nasional dari selu- ruh Indonesia serta dapat dialihkan dan dilanjutkan dalam bentuk TABANAS umum atau Tabungan pemuda, pelajar dan pramuka pada bank yang sama atau bank lainnya di tempat asal peserta berdomisili.

Sejalan dengan penyempurnaan-penyempurnaan yang telah di-lakukan, jumlah panabung dan nilai TABANAS termasuk tabungan pemuda, pelajar dan pramuka (TAPPELPRAM) terus menunjukkan perkembangan yang semakin meningkat. Pada tahun 1981/82 jum- lah penabung TABANAS mencapai 9.590 ribu dengan nilai Rp. 400 milyar. Sedangkan dalam tahun 1980/81 penabung TABANAS meli-

IV/68

Page 87: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV - 17 PERKEMBANGAN DANA PERKREDITAN BANK, 1)

AkhirTahun/Triwulan/

BulanGiro2)

1978/79 - 1981/82(dalam milyar rupiah)

Tabungan3) Lain- Jumlah Kenaikan

PersentaaeKenaikan

Tahun/Triwulan Bulan

1978/79 1.631,0 1.101,2 12,8 2.745,0 + 508,5 + 22,71979 2.319,2 1.282,0 12,5 3.163,7 *1.044,9 + 40,71979/80 2.856,8 1.322,2 13,5 4.192,5 +1.447,5 + 52,71980 3.927.9 1.588,9 20,5 5.537,3 +1.923,6 + 53,21980/81 5.677,5 +1.485,0 + 35.4

Triwulan I 3.019,6 1.431,1 81,7 4.532,4 + 339,9 + 8,1Triwulan II 3.600,2 1.541,6 21,7 5.163,5 + 631,1 + 13,9Triwulan III 3.927,9 1.588,9 20,5 5.537,3 + 373,8 + 7 ,2Triwulan IV 3.925,9 1.722,4 29,2 5.677.5 + 140,2 + 2,5

1981 4.940,2 2.180,9 38,3 7.159,4 +1.622,1 + 29,31981/82 7.610,0 +1.932,5 + 34,0

Apri l 3.869,3 1.789,1 49,9 5.708,3 + 30,8 +0,5Mei 3.968,5 1.820,1 75,9 5.864,5 + 156,2 +2,7Juni 4.049,0 1.840,0 107,6 5.996,6 + 132,1 + 5,6 +2,3Juli 3.924,4 1.926,4 130,4 5.981,2 - 15,4 -0,3Agustus 4.159,1 2.009,2 75,4 6.234,7 * 262,5 +4,4September 4.458,7 2.062,0 34,7 6.665,4 + 421,7 + 11,2 +6,8Oktober 4.642,7 2.114,5 36,7 6.794,0 + 128,6 +1,9

Nopember 4.775,6 2.147,7 34,4 6.957,7 + 163,7 +2,4 Desember 4.940,2 2.1.80,9 38,3 7.159,4 + 201,7 + 7,4 +2,9 Januari 4.838,4 2.226,8 35,6 7.100,8 - 58,6 -0,8 Pebruari 4.877,.6 2.259,5 35,6 7.172,7 + 71,9 +1,0 Maret 5.226,3 2.342,0 41,7 7.610,0 + 437,3 + 6,3 +6,1

1) Terdiri dari Bank-bank pencipta Uang Giral dan Bank IadonesiaAngka-angka berbeda dengan tahun lalu disebabkan tidak termasuk

dana valuta asing dari golongan bukan penduduk 2) Termasuk giro valuta asing3) Termasuk sertifikat deposito, tabungan dan simpanan lainnya dalam

valuta asing

IV/69

lain

Page 88: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV - 18

PERKEMBANGAN DEPOSITO BERJANGKA BANK-BANK PEMERINTAH,1978/79 - 1981/82

(dalam milyar rupiah)

AkhirTahun/wulan/ 24

bulan12bulan 6

bulan 3 bulan ke bawah Jumlah Kenaikan

PersentaseKenaikan

TahunTriwulan Bulan

1978/79 608,2 36,3 58,3 5,1 707,9 +21,0 + 3,11979 607,0 29,9 74,7 3,8 715,4 + 1,1 + 0,21979/80 610,41) 31,7 75,3 7,1 724,5 +16,6 +2,31980 656,2 34,5 38,7 5,0 734,4 +19,0 +2,71980/81 753,6 +29,11) + 4,01)

Triwulan I 616,8 34,1 72,0 2.7 725,6 + 1,1 + 0,2Triwulan II 646,0 36,2 64,8 3,8 750,8 +25,2 +3,5Triwulan III 656,2 34,5 38,7 5,0 734,4 -16,4 - 2,2Triwulan IV 692,3 33,5 24,9 2,9 753,6 +19,2 + 2,6

19812) 765,2 42,8 18,5 2,7 829,2 +9q,8 +12,91981/822) 831,1 +77,5 +10,3

April 707,7 37,0 24,4 2,9 772,0 +18,4 +2,4Mei 713,6 36,6 25,3 2,5 778,0 + 6,0 +0,8Juni 720,2 37,1 25,2 2,9 785,4 + 7,4 + 4,2 +1,0Jul i 736,9 37,3 21,2 3,2 798,6 +13,2 +1,7Agustus 744,8 38,0 23,1 3,3 809,2 +10,6 +1,3September 748,1 38,9 23,3 3,5 813,8 + 4,6 + 3,6 +0,6Oktober 755,3 38,3 23,6 3,2 820,4 + 6,6 +0,8Nopember 756,5 39,7 18,4 2,6 817,2 - 3,2 -0,4Desember 765,2 42,8 18,5 2,7 829,2 +12,0 + 1,9 +1,5Januari 761,7 42,4 15,4 3,1 822,6 - 6,6 -0,8Pebruari 769,4 40,9 11,1 3,2 824,6 + 2,0 +0,2

Maret2) 777,3 40,0 10,0 3,8 831,1 + 6,5 + 0,2 +0,8

1) Angka diperbaiki 2) Angka aementara

IV/70

Bulan

Page 89: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan
Page 90: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

GRAFIK IV – 13PERKEMBANGAN DEPOSITO BERJANGKA BANK-BANK PEMERTINTAH,

1978/79 – 1981/82

IV/71

Page 91: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

puti 9.022 ribu dengan nilai Rp. 321 milyar. Perkembangan tersebut menunjukkan semakin besarnya hasrat masyarakat untuk menyimpan sebagian dari pendapatannya dalam bentuk TABANAS. Perlu dicatat bahwa TABANAS dalam rangka Program Gerakan Tabungan Pelajar dan Pramuka (PERATA P3) juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, baik dilihat dari meningkatnya nilai tabungan maupun jumlah penabungnya. Dalam tahun 1981/82, jumlah penabung dan nilai tabungannya masing-masing adalah 1.019 ribu dan Rp. 1.775 juta dibandingkan dengan 969 ribu dan Rp. 1.194 juta dalam tahun sebelumnya.

TASKA adalah bentuk tabungan yang dikaitkan dengan asu-ransi dalam rangka menggalakkan minat beraauransi di kalangan masyarakat. Dalam tahun 1981/82 tabungan dalam bentuk ini berjumlah Rp. 227 juta atau meningkat dengan 70,7% sedangkan dalam tahun sebelumnya hanya terdapat kenaikan sebesar 12,7%. Dalam waktu yang sama, jumlah penabungnya meningkat dengan 198,4% aehingga mencapai 17 ribu penabung. Peningkatan jumlah penabung untuk tahun 1980/81 adalah 2,8%.

Perkembangan TABANAS dan TASKA secara lebih terperinci dapat diikuti dalam Tabel IV - 19.

Program Ongkos Naik Haji (ONH) merupakan program angauran penyetoran ongkos untuk naik haji pada bank dengan pemberian diskonto yang dimaksudkan sebagai perangsang untuk menyetorkan biaya ibadah haji seawal mungkin. Ongkos Naik Haji yang

dalam tahun 1979/80 ditetapkan sebesar Rp. 1.490 ribu untuksetiap calon jemaah haji, dalam tahun 1980/81 telah dinaikkan menjadi Rp.1.577 ribu, selanjutnya dalam tahun 1981/82 tarip ONH dinaikkan lagi dengan 23,2% menjadi Rp.1.943 ribu. Jumlah tabungan ONH selama tahun-tahun 1979/80, 1980/81 dan 1981/82 masing-masing adalah Rp. 59 milyar, Rp.111 milyar dan Rp.119 milyar. Sedangkan jumlah jemaah haji selama tiga tahun tersebut berturut-turut adalah 39 ribu, 70 ribu, dan 62 ribu orang.

e.Suku bunga

Kebijaksanaan suku bunga pada tahun 1981/82 pada umumnya meneruskan kebijaksanaan yang telah dilakukan dalam periode sebelumnya yang pada dasarnya bertujuan untuk mendorong tabungan masyarakat, menjaga kestabilan ekonomi serta mendorong peningkatan produkai dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Di samping itu ditetapkan pula kebijaksanaan suku bunga yang baru sesuai dengan perkembangan

IV/72

Page 92: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV - 19

PERKEMBANGAN TABANAS DAN TASKA, 1)

1978/79 - 1981/82

TABANAS2) TASKA JumlahAkhir

Tahun/Triwulan/Bulan Penabung

Posisi (Juta Rupiah)

Posisi Penabung (Juta

Rupiah)Penabung

Posiai ( juta Rupiah)

1978/79 7.600.382 199.954 6.296 117 7.606.678 200.0711979 7.966.389 212.560 5.880 112 8.002.269 212.6721979/80 8.296,854 237.357 5.544 118 8.302.398 237.4751980 8.828.909 291.731 5.428 122 8.834.337 291.8531980/81

Triwulan I 8.459.918 247.396 5.453 125 8.465.371 247.521Triwulan II 8.692.972 267.019 5.358 131 8.698.330 267.150Triwulan III 8.828.909 291.T31 5.428 122 8.834.337 291.853Triwulan IV 9.021.750 321.382 5.698 133 9.027.448 321.515

1981 9.488.647 384.255 12.704 158 9.501.351 384.4231981/82 9.606.606 399.772

Apri l 9.104.772 329.157 5.553 125 9.110.325 329.282Mei 9.164.204 333.180 5.549 133 9.169.753 333.313Juni 9.188.915 333.111 5.569 141 9.194.520 333.252Juli 9.212.913 335.952 5.465 139 9.218.378 336.091Agustus 9.291.439 342.378 5.613 145 9.297.052 342.523September 9.346.120 351.051 9.536 148 9.355.656 351.199Oktober 9.433.482 362.106 11.872 151 9.445.354 362.257Nopember 9.507.826 373.301 12.780 158 9.520.606 373.459Desember 9.488.647 384.255 12.704 168 9.051.351 384.423Januari 9.490.772 386.007 13.923 180 9.504.695 386.187Pebruari 9.505.997 392.669 16.292 200 9.522.289 392.869Maret 9.589.604 399.545 17.002 227 9.606.606 399.772

1) Meliputi TABANAS dan TASKA pada Bank-Bank Umum Pemerintah, Bank Tabungan dan beberapa Bank Swasta Nasional

2) Termasuk Tabungan Pelajar dan Pramuka

IV/73

Page 93: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

ekonomi yang berjalan, terutama untuk menunjang usaha pening-katan ekspor barang-barang bukan minyak dan gas. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan golongan ekonomi lemah diperluas pula penyediaan kredit pemilikan perumahan sederhana serta perumahan bagi golongn menengah.

Suku bunga kredit ekspor dan produksi barang ekspor yang semula di tetapkan sebesar 12% setahun, sejak bulan Januari 1982 telah diturunkan menjadi 6% setahun untuk kegiatan ke-giatan pra pengapalan (pre shipment), bagi ekspor yang ter-golong lemah dan 9% untuk ekspor kuat sebagaimana telah di-uraikan sebelumnya.

Perlu dicatat bahwa perubahan terkhir suku bunga deposito berjangka dan penggolongannya dilaksanakan pada bulan Januari 1978, sehingga dalam tahun 1981/82 masih tetap diberlakukanketentuan-ketentuan mengenai tingkat suku bunga tersebut.

f. Kredit Investasi

Kredit investasi yang merupakan kredit jangka menengah dan panjang diberikan untuk membiayai usaha rehabilitasi dan pembangunan proyek-proyek baru terutama untuk bidang industri yaitu industri tekstil, industri dasar, industri bahan karet, kendaraan bermotor dan bahan-bahan kimia, serta untuk pem-biayaan sektor pertanian, perhubungan dan pariwisata. Selama Repelita-Repelita berlangsung, ketentuan mengenai kredit in-vestasi terus disesuaikan dengan perkembangan moneter yang berlaku. Kebijaksanaan kredit investasi dalam tahun 1981/82 terutama merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari ketentu- an sebelumnya yakni ditujukan untuk meningkatkan produksi dalam negeri dengan mengutamakan pengusaha golongan ekonomi lemah. Di samping itu, untuk menunjang usaha-usaha pendidikan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, telah disediakan pula fasilitaas kredit baru untuk pembangunan, rehabilitasi serta pembelian peralatan akademis dari Perguruan Tinggi Swasta. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan kegitan usaha nasabah yang sudah menikmati fasilitas kredit investasi, pada awal tahun 1981/82 telah diberikan keringanan persyaratan kredit investasi. Bagi nasabah yang walaupun belum melunasikreditnya sampai 75% bank-bank umum Pemerintah dan BAPINDO dapat mempertimbangkan permohonan kredit investasi untuk ke- dua kalinya. Kredit tersebut hanya akan diberikan apabila realisasi usaha maupun pelaksanaan kredit perusahaan yang bersangkutan berjalan baik, menurut penilaian bank. Dengandiberikannya kredit baru tersebut, nasabah yang bersangkutan diharapkan dapat melunasi kreditnya dalam jangka waktu yang

IV/74

Page 94: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

ditetapkan, baik untuk kredit yang pertama maupun yang kedua. Di samping itu proyek yang dibiayai dengan kredit investasi yang kedua tersebut adalah layak (feasible). Kredit investasi yang ketiga kalinya dapat dipertimbangkan apabila kredit yang pertama sudah lunas.

Perkembangan kredit investasi dari tahun ke tahun selalu menujukkan peningkatan. Dalam periode 1978/79 - 1981/82 rea- lisasi kredit investasi telah meningkat dari Rp.343 milyar menjadi Rp.878 milyar pada akhir Maret 1982. Jumlah persetu- juan kredit investasi selama periode yang sama adalah Rp.448 milyar pada tahun 1978/79 dan meningkat menjadi Rp. 1.319 milyar pada tahun 1981/82. Kenaikan kredit investasi tersebut menceminkan peningkatan kegiatan dunia usaha yang terdorong oleh adanya keringanan-keringanan perayaratan dan semakin membaiknya tata cara pemberian kredit. Perkembangan pemberian kredit investasi menurut sektor dapat dilihat dalam Tabel IV - 20 dan Grafik IV - 14.

g. Kredit Investasi Kecil (KIK), Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Kredit Mini, Kredit Midi , Kredit Pembangunan dan Pemugaran Pasar (Inpres Pasar), Kredit Candak Kulak (KCK) dan Kredit Pemili kan Rumah (KPR).

Usaha pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah mela- lui pemberian KIK dan KMKP terus ditingkatkan, baik mengenai jumlahnya maupun mengenai penyempurnaan tata cara penata usa-haannya. Syarat-syarat perkreditan pun terus diperingan, ter-utama dalam hal kewajiban pembiayaan usaha dengan dananya sendiri, disesuaikan dengan kemampuan yang nyata dari nasa- bah. Di samping itu persyaratan tentang jaminan kredit KIK dan KMKP juga lebih diringankan. Pemberian kredit KIK dan KMKP terus meningkat dengan cukup besar sebagaimana dapat di- lihat pada Tabel IV - 21 dan Grafik IV - 15. Dalam pelaksana- an 3 tahun Repelita III, posisi KIK telah berkembang dari Rp.68 milyar pada akhir Maret 1979 menjadi Rp. 374 milyar pada akhir Maret 1982, atau meningkat dengan 450%. Dalam pe-riode yang sama posisi KMKP juga berkembang dari Rp.93 milyar menjadi Rp.704 milyar atau naik sebesar 656%. Posisi KIK da- lam tahun 1981/82 bertambah dengan 50,2%, dibandingkan dengan kenaikan 111,0% dalam tahun 1980/81. Nilai permohonan yang disetujui bertambah dengan 56,0% sehingga menjadi Rp. 571 milyar pada akhir Maret 1982. Pemberian KMKP naik dengan 83,3% dalam tahun 1981/82, dibandingkan dengan kenaikan dalam tahun 1980/81 sebesar 112,2%. Nilai permohonannya meningkat

IV/75

Page 95: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

1) Termasuk pembiayaan rupiah bantuan proyek tetapi tidak termasuk Kredit Investasi Kecil (KIK) dan nilai lawan valuta asing bantuan proyek

2) Angka dibulatkan 3) Angka diperbaiki 4) Angka sementara

IV/76

TABEL IV – 20PERKEMBANGAN KREDIT INVESTASI SEKTOR EKONOMI1)

1978/79 – 1981/82(dalam milyar rupiah)2)

Page 96: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

GRAFIK IV - 14PERKEMBANGAN KREDIT INVESTASI SEKTOR EKONOMI1)

1978/79 – 1981/82

IV/77

Page 97: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TAHEL IV - 21

PERKEMBANGAN KREDIT INVESTASI KECIL DAN KREDIT MODAL KERJA PERMANEN,1978/79 - 1981/82

Kredit Investasi Kecil Kredit Modal Kerja PermanenAkhir

Tahun/Triwulan/Bulan

Jumlahpermohonanyangdisetujui(dalamribuan)

Nilaipermohonanyangdisetujui

PosisiKredit

Jumlahpermohonanyangdisetujui(dalamribuan)

Nilaipermohonanyangdisetujui

PosisiKredit

(milyar rupiah)(milyar rupiah)

1978/79 57 113 68 438 188 931979 72 163 99 644 305 1541979/80 79 190 118 664 349 1811980 115 314 210 890 569 321

1980/811) 125 366 249 953 656 384Triwulan I 88 224 142 782 415 229Triwulan II 101 267 176 847 494 278Triwulan III 115 314 210 890 569 321Triwulan IV 125 366 249 953 656 384

1981 167 528 353 1.242 1.062 6351981/82 176 571 374 1.298 1.178 704

April 130 383 263 966 706 411Mei 135 402 274 1.024 752 453Juni 139 421 288 1.078 799 474Juli 143 442 298 1.109 848 506Agustus 150 461 295 1.167 920 536September 153 477 322 1.186 958 543Oktober ],57 493 333 1.210 992 586Nopember 162 510 344 1.226 1.029 615Desember 167 528 353 1.242 1.062 635Januari 169 540 357 1.258 1.095 650Pebruari 172 554 363 1.280 1.138 696

Maret2))176 571 374 1.298 1.178 704

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

IV/78

Page 98: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan
Page 99: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

GRAFIK IV - 15PFRKBdBANGM! KREDIT INVESTASI KECIL DAN

KREDIT MODAL KERJA PERMANEN,

19 78 /7 9 - 19 81 /8 2

i

IV/79

Page 100: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

dengan Rp.522 milyar atau 79,6% sehingga menjadi Rp.1.178 milyar pada tahun 1981/82.

Di samping KIK dan KMKP, Pemerintah menyediakan pula fa-silitas Kredit Mini. Pemberian kredit Mini ditetapkan seting-gi-tingginya Rp.200.000 dan dikenakan bunga 12% setahun. Ada- pun dana untuk kredit Mini yang disediakan dari APBN selama tahun 1981/82 adalah Rp.17,5 milyar sehingga seluruhnya men- jadi Rp.53,7 milyar sampai akhir Maret 1982. Sejalan dengan penyediaan dana yang semakin besar tersebut, maka pemberian kredit Mini juga telah meningkat dengan cukup berarti. Dalam tahun 1979/80 realisasi kredit mini berjumlah Rp.20,4 milyar meningkat menjadi Rp. 41,3 milyar tahun 1980/81, kemudian me-ningkat lagi menjadi Rp.56,9 milyar pada tahun 1981/82. Darijumlah Rp.56,9 milyar tersebut, Rp.50,9 milyar diantaranya untuk keperluan modal kerja. Gambaran tentang perkembangan Kredit Mini dapat diikuti pada Tabel IV - 22.

Selanjutnya bagi nasabah yang usahanya menunjukkan per-kembangan yang baik maka mulai bulan Juli 1980 disediakan pula fasilitas kredit Midi yaitu pinjaman di atas Rp.200.000 sampai dengan Rp.500.000 per nasabah, dengan suku bunga 10,5% setahun untuk keperluan investasi dan 12% setahun untuk ke-perluan modal kerja. Untuk tahun 1981/82 telah disediakan dana dari Bank Indonesia sebesar Rp.10 milyar. Sampai akhir Maret 1982 jumlah kredit Midi yang berhasil disalurkan kepada masyarakat meliputi Rp.28 milyar atau naik sebesar Rp.20 mil- yar dari tahun sebelumnya. Sebagaimana halnya dengan jenis-jenis kredit tersebut diatas, pemberian kredit oleh Pemerin- tah Pusat kepada Pamerintah Daerah (PEMDA) untuk pembangunan dan pemugaran pasar yang dimulai sejak tahun 1976/77 juga terus mengalami kenaikan.

Apabila pada tahun 1979/80 posisi kredit Inpres Pasar mencapai Rp.48 milyar, maka pada tahun 1981/82 berkembang menjadi Rp.66 milyar atau naik dengan 37,5%. Dana yang dise-diakan Pemerintah untuk keperluan pinjaman tersebut pada ta- hun 1981/82 berjumlah Rp.50 milyar, dibandingkan Rp.45 milyar tahun 1980/81.

Dalam rangka membantu para pedagang kecil dipasar-pasar maka sejak tahun 1976/77 Pemerintah telah pula memberikan bantuan dalam bentuk Kredit Candak Kulak (KCK) yang penyalur-annya dilakukan oleh Koperasi Unit Desa (KUD). Pemberian kre-dit candak kulak kepada para pedagang terus mengalami pening-katan dari tahun-ketahun. Dalam tahun 1980/81 jumlah kredit

IV/80

Page 101: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV - 22

PERKEMBANGAN KREDIT MINI,1978/79 - 1981/82

Akhir Tahun/Triwulan/ Bulan

Posisi Kredit(dalam juta rupiah) Nasabah

Investasi Eksploitasi Jumlah Invesatasi Eksploitasi Jumlah

1978/79 2.733 13.015 15.748 53,004 289.242 342.2461979 3.046 15.388 18.434 57.730 327.204 384.9341979/80 3.153 17.245 20.398 57.985 349.281 407.2661980 4.246 28.600 32.846 66.775 487.295 554.0701980/811) 4.508 36.814 41.322 64.258 553.971 618.229

Triwulen I 3.457 19.582 23.039 58.129 376.913 435.042Triwulan II 3.479 22.778 26.257 55.613 427.530 483.143Triwulan III 4.246 28.600 32.846 66.775 487.295 554.070Triwulan IV 4.508 36.814 41.322 64.258 553.971 618.229

1981 6.005 48.570 54.575 79.458 832.943 912.4011981/822) '5.999 50.913 56.912 70.878 661.246 732.124

April 4.836 38.661 43.497 67.075 561.961 629.036Mei 5.161 40.259 45.420 72.564 580.475 653.039Juni 5.374 41.787 47.161 72.668 593.040 665.708Juli 5.458 45.427 50.885 75.188 629.025 704.213Agustus 5.448 44.133 49.581 72.917 627.456 700.373September 6.042 44.673 50.715 79.307 627.107 706.414Oktober 6.135 45.889 52.024 80.117 648.344 728.461Nopember 5.900 47.678 53.578 77.083 663.461 740.344Desember 6.005 48.570 54.575 79.458 832.943 912.401Januari 5.942 48.218 54.160 73.236 653.673 726.909Pebruari 5.974 50.104 56.078 72.428 660.138 732.566Maret 5.999 50.913 56.912 70.878 661.246 732.124

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

IV/81

Page 102: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

KCK seluruhnya mencapai Rp.55 milyar, sedangkan selama tahun 1981/82 realisasi KCK diperkirakan sekitar Rp.38 milyar, se-hingga secara keseluruhan KCK mencapai Rp.93 milyar pada akhir Maret 1982. Jumlah pelunasannya mencapai Rp.86 milyar dan dana yang disediakan oleh Pemerintah seluruhnya berjumlah Rp.8 milyar. Sementara itu jumlah KUD dalam tahun 1981/82 te- lah bertambah pula dengan 604 KUD sehingga pada akhir Maret 1982 menjadi 3.604 KUD.

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dimulai sejak akhir tahun 1978 dan penyalurannya dilakukan oleh Bank Tabungan Negara (BTN). Selama tahun 1981/82 pemberian KPR telah naik dengan 128% sehingga mencapai Rp.242 milyar yang terdiri atas Rp.183 milyar melalui penyediaan dana dari perbankan dan Rp.59 mil- yar berasal dari APBN. Dapat ditambahkan pula bahwa dana yang disediakan oleh Pemerintah untuk tahun 1981/82 adalah sebesar Rp.9 milyar.

h. Sertifikat Deposito

Penerbitan sertifikat deposito sebagai salah satu bentuk surat berharga (surat hutang berjangka pendek) digunakan oleh bank-bank umum sebagai alat untuk menghimpun dana dari masya-rakat. Penerbitan sertifikat deposito ini juga dimaksudkan sebagai sarana untuk mengembangkan pasar uang dan modal di Indonesia. Penerbitan sertifikat deposito tersebut telah di-mulai sejak tahun 1971 dan sampai sekarang masih tetap terba- tas dilakukan oleh bank-bank umum pemerintah dan beberapa bank umum swasta asing.

Dalam pelaksanaan Repelita III posisi sertifikat deposito dalam peredaran mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1979/80 posisi sertifikat deposito berjumalah Rp 46,8 milyar dan kemudian berkembang menjadi Rp. 82,5 milyar pada tahun 1980/81. Namun dalam tahun 1981/82 jumlah sertifi- kat deposito yang dikeluarkan oleh bank-bank umum menurun dengan 10,3% dari tahun sebelumnya, sehingga hanya berjumlah Rp.74 milyar pada akhir Maret 1982. Penurunan ini erat,kait-annya dengan bertambahnya pilihan pemilik dana dalam melaku- kan penanaman dananya pada surat-surat berharga di pasar modal, seperti saham dan sertifikat saham.

Adapun tingkat suku bunga sertifikat deposito oleh bank bank pemerintah berkisar antara 2,5% - 12% setahun untuk

IV/82

Page 103: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

jangka waktu seminggu sampai dengan 12 bulan. Untuk jangka waktu yang sama, bank-bank asing menetapkan suku bunga antara 9% - 16,75% setahun.

Perkembangan jumlah penjualan dan pelunasan sertifikat deposito selama periode 1978/79 - 1981/82 dapat dilihat pada Tabel IV - 23.

3. Perkembangan HargaIndeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia sebagai pengukur

perkembangan tingkat harga atau secara umum disebut laju in-flasi, adalah merupakan gabungan dari IHK di 17 kota yang mencakup barang dan jasa sekitar 115 hingga 150 jenis. Indeks harga konsumen tersebut telah dipergunakan sejak bulan Maret 1979.

Perkembangan tingkat harga selama tahun 1981/82 berdasar IHK tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 9,8%. Laju kenaikan harga tersebut jauh lebih rendah, bila dibandingkan dengan tahun 1980/81 sebesar 15,9%. Indeks harga kelompok-kelompok makanan, perumahan, sandang serta aneka barang dan jasa dalam tahun 1980/81 mengalami kenaikan yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, yaitu berturut-turut sebesar 17,77%; 16,01%; 10.43% dan 15,03%. Tingkat kenaikan yang lebih rendah ini terjadi kembali pada tahun 1981/82 dimana indeks harga kelompok-kelompok makanan, perumahan, sandang serta aneka ba- rang dan jasa hanya meningkat berturut-turut sebesar 6,13%; 15,52%; 3,81% dan 13,05%. Kalau diteliti lebih lanjut, nampak bahwa perkembangan Indeks Harga Konsumen di 17 kota yang ber-sangkutan memperlihatkan kecenderungan yang tidak sama, ken- dati secara umum Indeks Harga Konsumen Indonesia dalam tahun 1981/82 menurun dibanding dengan tahun 1980/81. Dalam tahun tersebut, ternyata kenaikan IHK di Medan yang semula 13,79% turun menjadi 6,92%, di Manado yang semula 19,23% turun men- jadi 7,60%, sebaliknya di Pontianak dari 8,41% meningkat men- jadi 11,60% dan di Ujung Pandang 12,54% meningkat menjadi 15,46%. Perkembangan harga di Indonesia dari tahun 1978 hing- ga tahun 1981/82, perkembangan IHK Indonesia dari tahun 1978 hingga tahun 1981/82, Perkembangan IHK di 17 kota dari tahun 1979/80 hingga tahun 1981/82, serta perkembangan indeks 9 ma- cam bahan pokok dari tahun 1979 hingga 1981/82 dapat diikuti dari Tabel IV-24 dan Grafik IV-16, Tabel IV-25 dan Grafik IV-17, Tabel IV-26 serta Tabel IV-27.

Keberhasilan usaha Pemerintah dalam memelihara kestabilan ekonomi terutama dicapai lewat pelaksanaan serangkain kebi-

IV/83

Page 104: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV - 23

PERKEMBANGAN SERTIFIKAT DEPOSITO BANK-BANK,1978/79 - 1981/82

(dalam juta rupiah)Periode Penjualan Pelunasan Dalam

Peredaran1)

1978/792) 174.107 201.933 29.83219792)

Januari - Desember 80.634 94.937 32.8171979/80 93.511 76.504 46.83919802)

Januari - Desember 252.979 206.865 78.9311980/812) 295.034 259.396 82.477

April - Juni 60.474 38.743 68.570Jul i - September 54.116 37.536 65.150Oktober - Desember 102.449 88.668 78.931Januari - Maret 77.995 74.449 82.477

19812)

Januari - Desember 385.413 383.558 80.7861981/822) 373.176 381.686 73.967

Apri l 18.108 34.370 66.213Mei 12.773 15.375 63.611Juni 31.561 32.092 63.089Jul i 13.571 11.319 65.332Agustus 42.686 25.031 82.987September 69.351 60.644 91.694Oktober 34.020 25.649 100.065Nopember 29.560 46.999 82.626Desember 55.790 57.630 80.786Januari 25.428 35.594 70.620Pebruari 15.072 11.622 74.070Maret 25.258 25.361 73.967

1) Termasuk Sert ifikat deposito yang tidak terperinci jumlah penjualan dan pelunasannya pada Bank Ekspor Impor Indonesia sampai dengan Desember 1975 dan pada Bank Rakyat Indonesia sejak Oktober 1975

2) Angka diperbaiki

IV/84

Page 105: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV - 24

PERSENTASE KENAIKAN HARGA DI INDONESIA,1)1978 - 1981/82

Tahun % Kenaikan Tahun % Kenaikan

1978 6,7 1978/79 11,819792) 21,8 1979/80 19,1

1980 16,0 1980/81 15,91981 7,1 1981/82 9,8

1) Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia digunakan sejak bulan Maret 1979 untuk menggantikan Indeks Biaya Hidup (IBH) di Jakarta sebagai pengukur perkembangan harga di Indonesia

2) Persentase perkembangan harga di Indonesia dalam tahun 1979, didasarkan atas Indeks Biaya Hidup untuk periode Januari s/d Maret dan Indeks Harga Konaumen untuk periode April s/d Desember.

IV/85

Page 106: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

IV/86

Page 107: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

GRAFIK IV – 16PRESENTASE KENAIKAN HARGA DI INDONESIA,

1978 – 1981/82

Page 108: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV - 25

INDEKS HARGA KONSUMEN INDONESIA (DI 17 IBUKOTA PROPINSI), 1978/79 - 1981/8211(April 1977 - Maret 1978 = 100)

IV/87

Tahun/Bulan Makanan

1978/79 (Maret) 120,4519793) 141,141979/80 (Maret) 144,82

1980 165,671980/81 172,60

Juni 151,32September 155,13Desember 165,67Maret 172,60

1981 179,341981/82 183,38

April 173,58Mei 173,72Juni 174,35Juli 177,00Agustus 178,42September 177,38Oktober 188,33Nopember 178,48Desember 179,34Januari 184,48Pebruari 183,72Maret 183,38

Kenaikan Indeks Umum %

Page 109: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

Perumahan Pakaian Aneka barang dan jasa

120,87 134,65 119,14140,86 168,19 137,73146,70 173,82 139,58168,74 190,80 159,09171,80 192,80 161,88161,11 178,85 151,27164,23 185,48 156,17168,74 190,80 159,09171,83 192,82 161,88182,26 198,19 168,76200,12 200,27 183,90175,05 193,42 162,96175,52 193,70 163,27176,86 194,43 163,47178,29 196,90 165,18178,33 197,21 166,41178,32 197,28 166,70179,74 198,25 168,30180,26 198,38 169,69182,26 198,19 168,76194,86 199,95 181,92198,42 200,24 183,69200,12 200,27 183,90

IndeksUmum

Tahun/ Triwulan2)

121,77143,07147,14 +19,13167,55 +15,97167,14 +15,85156,61 + 6,32160,78 + 2,65167,55 + 4,17172,14 + 2,71179,82 + 7,09189.63 + 9,80173,74 + 0.93174,00 + 0,15174,73 + 1,50 +0,42176,83 +1,20177,74 + 0,51177,40 + 1,52 -0,19179,48 + 1,17178,91 - 0,32179,82 +1,36 +0,51188,28 + 4,70189,29 +0,54189,63 + 5,42 + 0,18

Bulan

Page 110: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan
Page 111: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

1) Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia mengenai 150 barang dan jasa digunakan sejak bulan Maret 1979 sebagai pengukur perkembangan laju inflasi di Indonesia

2) Kenaikan tahunan dihitung sebagai penjumlahan biasa dari kenaikan triwulan, sedangkan kenaikan Triwulan dihitung sebagai penjumlahan biasa dari kenaikan bulanan

3) Perkembangan IHK dalam tahun 1979, untuk periode Januari s/d Maret, didasarkan atas Indeks Biaya Hidup

Page 112: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

GRAFIK IV – 17INDEKS HARGA KONSUMEN INDONESIA (DI 17 IBUKOTA PROPINSI)

IV/88

Page 113: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV – 26PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN DI SETIAP 17 KOTA DAN DI INDONESIA,

1979/80 – 1981/82(April 1977 – Maret 1978 = 100)

*) Merupakan kenaikan dalam setahun yang dihitung penjumlahan biasa dari kenaikan bulanan

Page 114: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

TABEL IV – 27

PERKEMBANGAN INDEKS 9 MACAM BAHAN POKOK, DI 17 IBUKOTA PROPINSI,DESEMBER 1979 – MARET 1982

(April 1977 – Maret 1978 = 100)

1) Sebelum Mei 1979, indeks 9 macam bahan pokok diperhitungkan berdasarkan di 40 kota dengan dasar Oktober 1966 = 100

2) Untuk periode Mei 1979 – Maret 1980, angka diperbaiki

3) Untuk periode Maret 1980 – Maret 19814) Kenaikan tahun dihitung sebagai

penjumlahan biasa dari kenaikan bulanan

Page 115: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

jaksanaan moneter dan fiskal, serta kebijaksanaan pengadaan dan penyaluran bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat. Laju inflasi untuk tahun fiskal 1981/82 yang rendah tersebut telah mencakup kebijaksanaan menaikkan harga jual BBM pada permula- an tahun 1982. Meskipun demikian, kenaikan harga tahun 1981/82 masih lebih rendah dari pada tahun 1980/81. Hal ini membuktikan bahwa kenaikan harga yang terjadi tetap dapat terkendalikan berkat kesiap siagaan Pemerintah menghadapi ke-adaan ini.

Laju kenaikan harga rata-rata setiap bulan dalam tahun 1981/82 adalah 0,66%. Pada umumnya kenaikan harga berkisar antara 0,15% dan 1,17% per bulan. Laju peningkatan harga yang pesat terjadi pada bulan Juli 1981 (1,20%) dan bulan Januari yang mencapai 4,70%. Tingkat harga yang melonjak dalam bulan Juli 1981 itu sangat erat kaitannya dengan kegiatan sebagian masyarakat mempersiapkan dan menyambut hari raya lebaran. Dalam bulan tersebut gejolak kenaikan harga terjadi di semua kelompok barang dan jasa, baik makanan, perumahan, sandang maupun aneka barang dan jasa. Hal ini tercermin pada harga harga makanan jadi dan lainnya yang naik 3,60%, perlengkapan rumah tangga 1,29%, barang pribadi dan sandang lainnya 1,65%, dan jasa angkutan 1,64%.

Tingkat harga yang meningkat dalam bulan Januari 1982 berkaitan erat dengan kebijaksanaan Pemerintah untuk menaik- kan harga penjualan bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri mulai tanggal 4 Januari 1982 dengan kenaikan yang berkisar antara 60,0% dan 66,6%. Kenaikan harga BBM perlu dilaksanakan guna mengurangi beban subsidi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terus meningkat dengan semakin me- ningkatnya penggunaan BBM, serta meningkatnya biaya produksi BBM. Kenaikan harga BBM berpengaruh pada harga-harga barang dan jasa pada umumnya,lewat peningkatan biaya jasa angkutan yang menggunakan BBM serta secara lebih langsung pada barang-barang yang menggunakan BBM sebagai bahan baku atau bahan pembantu dalam proses produksinya. Peningkatan harga BBM dan tarif jasa-jasa angkutan tercermin pada kenaikan indeks harga kelompok perumahan dan kelompok aneka barang dan jasa pada bulan Januari 1982, masing-masing sebesar 6,91% dan 7,80%.

Kenaikan tingkat harga pada bulan Januari 1982 selain di-pengaruhi kenaikan harga BBM yang tercermin dalam kenaikan pada indeks harga sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar 23,28% dan sub kelompok transport sebesar 20,35%, juga dipengaruhi oleh keputusan Pemerintah pada bulan Oktober

IV/91

Page 116: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

1981. Keputusan Pemerintah tersebut ditujukan untuk menaikkan harga dasar pembelian jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau (bahan makanan) mulai 1 Nopember 1981, guna men- dorong produksi dan meningkatkan pendapatan petani. Hal ini tercermin pada indeks harga sub kelompok padi-padian, ubi-ubi an dan hasil-hasilnya yang pada bulan Januari 1982 naik 2,32% serta sub kelompok kacang-kacangan yang naik 1,02% dibanding bulan sebelumnya.

Perkembangan tingkat harga tidak hanya dapat ditinjau dari perkembangan Indeks Harga Konsumen Indonesia tetapi dapat pula ditinjau dari perkembangan Indeks Harga Sembilan (9) Macam Bahan Pokok yang meliputi 17 ibukota propinsi. Per-kembangan indeks umum dari indeks harga 9 macam bahan pokok dalam tahun 1981/82, khuauanya di kota Pontianak dan Banjar-masin, menunjukkan harga umum bahan pokok tersebut naik masing-masing sebesar 15,1% dan 14,6%. Peningkatan harga yang besar pada 17 ibukota umumnya terjadi pada bulan Januari 1982, terutama berkaitan dengan kenaikan harga BBM sebagai-mana dikemukakan di atas.

D. PERKEMBANGAN LEMBAGA PERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN- NYA

Seperti halnya pada tahun-tahun sebelumnya, maka dalam tahun ke tiga pelaksanaan Repelita III kebijaksanaan yang me-nyangkut lembaga keuangan perbankan adalah ditujukan untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat dan efektif. Sebagai sarana penunjang pembangunan langkah-langkah yang diambil Pe-merintah dalam usaha untuk meningkatkan pembinaan bank-bank swasta nasional dan bank pembangunan daerah tetap dilanjut-kan, dengan cara memberikan bantuan teknis dan pendidikan serta memperkuat permodalannya. Selanjutnya dalam rangka mem-perlancar transaksi perdagangan luar negeri Pemerintah dalam tahun 1981/82 telah mengambil kebijaksanaan untuk memper ba-nyak, jumlah bank-bank devisa dengan berbagai ketentuan pe-nyempurnaannya. Di samping itu dalam usaha memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral, telah dikeluarkan ketentuan baru mengenai penyelenggaraan kli ring antar wilayah.

Dalam usaha meningkatkan peranan perusahaan-perusahaan yang mengalami kekurangan modal namun mempunyai masa depan yang baik, kepada bank-bank Pemerintah telah diberikan kesempatan untuk melakkkan penyertaan modal. Perkembangan jumlah bank yang terdiri dari bank umum, bank pembangunan dan bank tabungan dalam tahun 1981/82 mencapai 118 bank, dengan jumlah kantor bank menjadi 1.237 kantor. Sedangkan jumlah

IV/92

Page 117: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

bank perkreditan rekyat hingga akhir Maret 1982 meliputi 5.801 bank.

Lembaga-lembaga keuangan bukan bank yang penanganannya digiatkan sejak Repelita II, setahap demi setahap mengalami kemajuan. Dalam pada itu usaha pembinaan terhadap lembagatersebut tetap dilanjutkan antara lain karena merupakan unsur penting bagi pengembangan pasar modal. Dalam tahun 1981/82 telah didirikan sebuah lembaga keuangan bukan bank yaitu PTSarana Bersama Pembiayaan Indonesia dengan tujuan sebagai wadah bagi para pemegang saham Asean Finance Corporation Ltd (AFC) di Indonesia. Perusahaan tersebut merupakan sarana ker-jasama bank-bank nasional Indonesia dan bertujuan mensukses- kan usaha pengerahan dana dan atau penyediaan pembiayaan bagi proyek-proyek pembangunan regional ASEAN, termasuk proyek- proyek pembangunan di Indonesia. Dengan berdirinya PT Sarana Bersama Pembiayaan Indonesia tersebut maka jumlah lembaga ke-uangan bukan bank menjadi 14 yang terdiri dari 3 buah lembaga pembiayaan pembangunan, 9 buah lembaga investasi dan 2 buah lainnya. Sampai akhir tahun 1981/82 jumlah aktiva lembaga ke-uangan bukan bank telah meningkat dengan 28% sehingga menca- pai Rp.591 milyar, sedangkan penggunaan dananya menunjukkanpeningkatan sebesar 35% sehingga mencapai Rp.588 milyar pada akhir Maret 1982.

Dalam pada itu PT ASKRINDO yang didirikan berdasarkan PP No.1/1971 memberikan pertanggungan atas pinjaman bank kepada para pengusaha kecil dalam bentuk Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP). Jumlah pinjaman yang dipertanggungkan dan jumlah nasabah telah meningkat masing-masing dengan 65% dan 1% sehingga mencapai Rp 663,1milyar dan 338.391 nasabah pada akhir tahun 1981/82. Jumlahpremi mengalami peningkatan sebesar 79% sehingga mencapai Rp.18,8 milyar. Jumlah pinjaman yang dipertanggungkan untuk KIK dan KMKP dalam tahun 1981/82 sebesar Rp 594 milyar untuk 206.410 nasabah. Sejak tanggal 18 Januari 1982, PT ASKRINDO telah ditunjuk sebagai lembaga yang dapat menanggung risiko-risiko yang berkaitan dengan transaksi ekspor dalam bentuk Jaminan Kredit Ekspor dan Asuransi Ekspor.

Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK) berfungsi menjamin pengembalian pinjaman bank yang diberikan terutama kepada Koperasi Unit Desa (KUD). Jumlah jaminan kredit yang diberi- kan dalam tahun 1981/82 meningkat sebesar 284% atau Rp.54 milyar sehingga mencapai Rp 73 milyar pada akhir tahun 1981/82.

Page 118: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

IV/93

Page 119: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

Perkembangan kegiatan pasar modal juga terus ditingkatkan oleh Pemerintah antara lain melalui penyempurnaan ketentuan tata cara penawaran obligasi dan ketentuan tentang penerbitan obligasi oleh lembaga trustee. Peningkatan kegiatan pasar mo- dal dalam tahun 1981/82 tercermin pada pertambahan perusaha- an-perusahaan yang memasarkan sahamnya melalui pasar modal. Dalam rangka ini telah disetujui permohonan dari 4 perusahaan untuk memasarkan sahamnya melalui pasar modal. Dengan demiki- an sampai akhir Maret 1982 jumlah perusahaan yang memasarkan sahamnya menjadi 10 dengan jumlah saham 29.830 ribu lembar yang meliputi nilai Rp.76,0 milyar. Sehubungan dengan ini, dalam tahun 1981/82 PT Danareksa telah mengeluarkan 2 jenis sertifikat baru yaitu sertifikat PT Danareksa untuk saham PT Unilever Indonesia sebanyak 787.400 lembar dan sertifikat dana PT Danareksa unit umum seri B sebanyak 1.500 ribu lembar.

Pemerintah tetap berusaha mendorong kegiatan sektor asu-ransi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sektor asuransi kerugian, asuransi jiwa dan asuransi sosial. Dalam tahun 1980/81 kebijakaanaan di sektor asuranai kerugian anta- ra lain berupa diberi kannya Surety-bond atau bentuk jaminan oleh Perum AK Jasa Raharja kepada perusahaan swasta yang me-ngerjakan proyek Pemerintah agar terhindar dari kemacetan da- lam pelaksanaannya. Di samping itu, dalam tahun 1981/82 ber- laku kebijaksanaan baru berupa peningkatan modal disetor dan deposito wajib dari perusahaan asuransi kerugian. Setiap per-usahaan asuransi kerugian dengan mayoritas modal nasional di- haruskan meningkatkan jumlah modal disetor menjadi Rp.500 juta dan bagi perusahaan yang berkedudukan di Jakarta diharuskan memiliki modal disetor minimal Rp.1,50 milyar. Disam- ping itu, setiap perusahaan asuransi kerugian diwajibkan meningkatkan jumlah deposito wajib menjadi 20% dari jumlah mo- dal disetor. Jumlah dana asuranai yang diinvestasikan secara keseluruhan sampai akhir Desember 1980 mencapai Rp. 314.186 juta.

Peningkatan usaha pembinaan bank-bank pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan mutu operasionalnya selalu dilaku- kan dengan jalan pemberian bantuan teknia di bidang sistem atau prosedur dan administrasi. Dengan dilaksanakannya survai terhadap bank pembangunan daerah, maka sejak tahun 1979/80 hingga tahun 1981/82 telah dilakukan survai kepada 26 bank pembangunan daerah yang digolongkan sehat dan cukup sehat. Survai tesebut bertujuan melihat kemampuan daerah yang menja-

IV/94

Page 120: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan

di daerah oprasional bank pembangunan daerah, serta memberi- kan bantuan teknis dan latihan-latihan yang diperlukan olehbank tersebut. Dalam hubungan ini Uppindo dan Bapindo telah memberikan bantuan teknis kepada 20 bank dari 26 bank yang disurvai dalam tahun 1981/82.

IV/95

Page 121: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan
Page 122: KEUANGAN NEGARA, PERKEMBANGAN … · Web viewDalam rangka menjamin lancarnya arus dokumen dan pengelu- aran barang, maka pada bulan Januari 1982 Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan