ketuban pecah dini
DESCRIPTION
KPDTRANSCRIPT
Ketuban Pecah Dini
Nor Ain Syafiqah Binti Sholehudin (102010378)
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
Telp: 021 569 42061, Fax: 021 563 1731
Pendahuluan
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan
berbagai akibatnya. KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan
ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai
terjadi kontraksi rahim disebut kejadia ketubah pecah dini (periode laten). Kejadian KPD
mendekati 10% dari semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu,
kejadiannya sekitar 4%. Sebagian dari KPD mempunyai periode laten melebihi satu minggu.
Early rupture of membrane adalah ketuban pecah pada fase laten persalinan.
Anamnesis
Identitas; nama pasien, nama suami atau keluarga terdekat, alamat
Keluhan utama; keluar cairan banyak dari vagina sejak 8 jam yang lalau disertai nyeri perut dan
pinggang bawah sejak 2 jam yang lalu
Keluhan tambahan;
Perlu ditanyakan pula keluhan tambahan seperti adanya nyeri pinggang, atau nyeri perut untuk
melihat adakah indikasi inpartu pada ibu pasca terjadinya KPD. Penting juga untuk menanyakan
sudah berapa lama ibu tersebut mengalami ketuban pecah dini, dikarenakan pada umumnya 24
jam setelah terjadi KPD ibu akan merasakan tanda-tanda inpartu sebagai akibat dari rangsangan
kontraksi uterus. Perlu ditanyakan juga apa warna, konsistensi, dan bau dari cairan yang keluar,
sehingga dapat dibedakan dengan kemungkinan inkontinensia urin pada ibu hamil maupun
untuk membedakan dengan darah dan sekret vagina. Tanyakan pula apakah ibu masih
merasakan pergerakan bayi atau tidak, sebagai indikasi kehidupan bayi, apakah frekuensinya
bertambah banyak atau tidak mengindikasikan bayi sedang dalam stres atau tidak dikarenakan
kondisi oligoamnion pasca KPD. Tanyakan pula apakah saat bayi bergerak ibu terasa kesakitan
sebagai kemungkinan dari berkurangnya cairan amnion akibat KPD. Keluhan lainnya yang perlu
ditanyakan adanya apakah terdapat demam untuk indikasi adanya infeksi.
Riwayat haid; kapan hari pertama haid terakhir, menarche pada umur berapa, apakah haid
teratur, siklus haid, berapa lama (hari), nyeri haid, pendarahan antara haid.
Riwayat khusus obstetri ginekologi
Riwayat kehamilan; berapa kali hamil, adakah komplikasi pada kehamilan terdahulu, apakah
pernah keguguran, berapa kali, umur kehamilan. riwayat kehamilan / persalinan / abortus
sebelumnya (dinyatakan dengan kode GxPxAx, gravida / para / abortus), berapa jumlah anak
hidup
Riwayat persalinan; berapa kali bersalin, bagaiman persalinan terdahulu (komplikasi), berat
badan bayi waktu lahir, kalau kelahiran dengan Sectio caesarea apa alasannya.
Riwayat perkahwinan; berapa kali menikah, pernikahan sekarang sudah berapa lama
Riwayat penyakit pasien; penyakit berat yang pernah di derita pasien khususnya penyakit kronis
seperti hipertensi, diabetes, atau kelainan jantung. Operasi didaerah perut dan alat kandungan
Riwayat penyakit keluarga; penyakit pada anggota keluarga yang berhubungan dengan penyakit
herediter, adakah keturunan kembar.
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital : TD 130/85 Hg, N 76/m, P 20x/m
Keadaan umum pasien; kesadaran, komunikasi/kooperasi.
Pemeriksaan obstetrik
Bertujuan untuk menentukan umur kehamilan, letak anak, kehamilan tunggal atau kembar dan
juga dapat menentukan anak hidup/mati
Inspeksi : bentuk perut, bekas luka operasi, tumor, perubahan warna : linea nigra, striae
gravidarum
Palpasi
Pemeriksaan Leopold
Dilakukan untuk menilai keadaan janin, apabila janin lebih terasa jelas maka perlu dicurigai
adanya oligoamnion pasca KPD. Hal ini dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan USG.
Pemeriksaan ini juga penting dilakukan apabila pasien menunjukan adanya tanda inpartu
sehingga dapat menentukan posisi janin untuk melakukan persalinan pada kehamilan aterm.
Manuver ini merupakan teknik tambahan yang penting pada palpasi abdomen yang gravid
dengan usia kehamilan mulai dari 28 minggu. Manuver tersebut membantu kita dalam
menentukan letak janin terhadap punggung ibu (letak membujur atau melintang), bagian janin
manakah yang merupakan bagian terendah janin (presenting part) pada pintu atas panggul
(kepala atau bokong), tempat punggung janin berada, berapa jauh presenting part sudah turun
ke dalam rongga panggul ibu, dan juga untuk memperkirakan berat badan janin. Informasi ini
diperlukan untuk menilai apakah pertumbuhan janin cukup memadai dan bagaimana
probabilitas keberhasilan kelahiran bayi per vaginam.
Manuver Pertama (Polus Superior). Berdiri di samping pasien dan menghadap ke arah kepala
pasien. Pertahankan jari-jari tangan Anda agar saling merapat, lakukan palpasi secara hati-hati
dengan menggunakan ujung jari-jari tersebut untuk menentukan bagian janin yang berada
dalam polus superior fundus uteri.
Manuver Kedua (Kedua Sisi Abdomen Ibu). Tempatkan satu tangan Anda pada setiap sisi perut
ibu dengan tujuan untuk memegang tubuh janin di antara kedua tangan tersebut. Gunakan
salah satu tangan untuk menahan uterus sementara tangan lain melakukan palpasi tubuh janin.
Manuver Ketiga (Polus Inferior). Putar tubuh Anda hingga menghadap ke arah kaki pasien.
Dengan menggunakan permukaan palmaris jari-jari kedua tangan yang rata, dan pada awal
palpasi, dengan ujung-ujung jari kedua tangan yang saling menyentuh, lakukan palpasi pada
daerah tepat di atas simfisis pubis. Perhatikan apakah kedua tangan saling memencar
(divergen) ketika melakukan penekanan ke bawah ataukah tetap menyatu. Keadaan ini akan
menunjukkan apakah bagian terendah janin baik kepala maupun bokong, sudah turun ke dalam
pintu atas panggul.
Jika bagian terendah sudah turun, lakukan palpasi untuk menentukan tekstur lakukan palpasi
untuk menentukan tekstur dan kekenyalannya. Jika tidak, gerakkan kedua tangan secara
perlahan ke atas pada abdomen bawah dan pegang bagian terendah di antara kedua tangan
tersebut.
Gambar 2 Pemeriksaan Leopold, manufer pertama (kiri), manufer ketiga (kanan).
Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Doppler yang ditempelkan di daerah
punggung janin, dihitung frekuensi pada 5 detik pertama, ketiga dan kelima, kemudian dijumlah
dan dikalikan 4 untuk memperoleh frekuensi satu menit. Sebenarnya pemeriksaan auskultasi
yang ideal adalah denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu menit.
Batas frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120-160 denyut per menit. Takikardi
menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap beban / stress pada janin (fetal stress),
sementara bradikardi menunjukkan kegagalan kompensasi beban / stress pada janin (fetal
distress/gawat janin).
Pada pasien yang menunjukan tanda inpartu seperti nyeri kontraksi yang teratur maka, perlu
dilakukan pemeriksaan pada serviks pasien dengan teknik pemeriksaan bimanual untuk menilai
konsistensi lunaknya serviks guna melakukan proses persalinan dan menilai bukaan yang
terjadi. Namun pada pasien tanpa tanda inpartu hal ini dikontraiindikasikan karena diduga
dapat membantu penyebaran infeksi pasca pecahnya ketuban.
Pemeriksaan dengan spekulum
Langkah penting yang akurat dalam menentukan diagnosis adalah dengan pemeriksaan
spekulum steril. Ada 3 temuan yang dapat digunakan sebagai konfirmasi diagnosis ketuban
pecah dini:
Pooling : pengumpulan cairan pada fornix posterior
a. Tes lakmus (tes Nitrazin): jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban (alkalis) karena pH air ketuban 7 – 7,5 sedangkan sekret vagina ibu
hamil pH nya 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap berwarna kuning.
Darah dan infeksi vagina dapat mengahasilkan tes yang positif palsu.
b. Mikroskopik (tes pakis): dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
Pada tes Nitrazin dengan pH alkalis dapat juga disebabkan infeksi vagina atau terdapatnya
darah atau semen pada sampel. Mukus servikal dapat menyebabkan ferning namun biasanya
hanya berbentuk titik-titik kecil. Saat pemeriksaan spekulum, serviks pasien harus diinspeksi
untuk memperkirakan derajat dilatasi atau adanya prolaps plasenta atau tali pusar janin.
Pemeriksaan dengan menggunakan spekulum juga penting digunakan unutk menilai tonjolan
forniks. Pemeriksaan pada vagina secara inspeksi diperlukan untuk melihat adanya bukaan atau
tidak. Penting untuk menilai masa latensi yaitu jarak waktu dari ketuban pecah sampai
munculnya tanda-tanda inpartu pada pasien, umumnya kontraksi pembukaan inpartu muncul
24 jam setelah ketuban pecah, pada sebagian besar kasus ketuban pecah dini dengan usia
kehamilan lebih dari 37 minggu.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ultrasonografi USG
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri dan
konfirmasi usia kehamilan. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada
umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.1
Diagnosis Banding
Gejala dan tanda selalu ada Gejala dan tanda kadang-
kadang ada
Diagnosis Kemungkinan
Keluar cairan ketuban -Ketuban pecah tiba-tiba
-Cairan tampak diintroitus
-Tidak ada his dalam 1 jam
Ketuban Pecah Dini
Cairan vagina berdarah - Nyeri perut
- Gerak janin berkurang
-Perdarahan banyak
Perdarahan antepartum
Cairan berupa darah lendir -Pembukaan dan pendataran
serviks
-Ada his atau preterm
Awal persalinan aterm atau
preterm
Diagnosis Kerja
Diagnosis KPD tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi pengeluaran cairan mendadak
disertai bau yang khas. Selain keterangan yang disampaikan dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan yang menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes
nitrazine (lakmus).
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis KPD adalah pemeriksaan speculum. Bahaya
KPD adalah kemungkinan infeksi dalam raham dan persalinan prematuritas yang dapat
meningkatkan morbiditas dan mortilitas ibu dan bayi. Oleh karena itu, pemeriksaan dalam perlu
dibatasi sehingga penyulit makin diturunkan sebagai upaya menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu dan bayi.
Beberapa definisi yang dikemukakan tentang KPD diantaranya
Robeknya selaput ketuban pada setiap saat sebelum persalinan dimulai atau inpartu. pecahnya ketuban 12 jam atau lebih sebelum persalinan. pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primigravida.< 3 cm dan
multigravida < 5 cm. pecahnya ketuban sebelum pembukaan serviks 5 cm pada persalinan.
Ketuban pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. KPD ini merupakan
masalah penting dalam Obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya
infeksi korioamnionitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal
dan menyebabkan infeksi ibu.1
Epidemiologi
Prevalensi ketuban pecah dini adalah 5-10% dari persalinan, dan 1% dari seluruh kehamilan.
Mencapai 70% dari kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm, namun pada
beberapa penelitian lebih dari 50% terjadi saat kehamilan preterm. Onset terjadinya persalinan
dalam 24 jam setelah ketuban pecah pada 80-90% pasien kehamilan aterm. Pada periode laten
lebih dari 24 jam pada 57-83%, atau lebih dari 72 jam pada 15-26% pasien, dan dalam 7 hari
atau lebih pada 19-41% pasien. Kasus KPD dapat meningkat dengan meningkatnya faktor resiko
seperti kurang gizi saat masa kehamilan, konsumsi alkohol, dan keadaan kandungan seperti
hidroamnion.
Etiologi
1. Persalinan prematur
2. Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
3. Malposisi atau malpresentasi janin
4. Faktor yang mengakibatkan kerusakan serviks
i) Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya; aboris terapeutik, LEEP, dan
sebagainya
ii) Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama pelahiran
sebelumnya
iii) Imkompetensi serviks
5. Riwayat KPD yang sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
6. Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan ibu
i) Kelebihan berat badan sebelum kehamilan
ii) Penambahan berat badan yang sedikit selama kehamilan
7. Merokok selama kehamilan
8. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada ibu muda.
9. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini.3
Gejala Klinis
1. Keluarnya air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning atau kecoklatan sedikit-
sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba.
4. Pada periksa dalam sepaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah bersih.
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering.4
Patofisiologi
Secara ringkas, KPD terjadi karena;
i) Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi
ii) Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.1
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini adalah;
i) Terjadi pembukaan premature serviks
ii) Membran terkait dengan pembukaan terjadi;
a) Devaskularisasi
b) Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c) Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang.
d) Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan
enzim;
1) Enzim proteolitik
2) Enzim kolagenase.5
Komplikasi
KPD menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga
memudahkan terjadinya infeksi asenden. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi
atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi
kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten, makin besar kemungkina infeksi dalam rahim,
persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kemaitan ibu
dan bayi atau janin dalam rahim. Di samping itu KPD yang disertai kelainan letak anak
mempersulit pertolongan yang dilakukan di tempat dengan fasilitas belum memadai.1
Penalataksanaan
Pertimbangan tentang tatalaksana yang paling tinggi untuk mencapai well born baby dan well
health mother. Masalah berat dalam menghadapi ketuban pecah dini adalah apabila kehamilan
kurang dari 26 minggu karena untuk mempertahankannya memerlukan waktu lama. Bila berat
janin sudah mencapai 2000 gram, induksi dapat dipertimbangkan. Kegagalan induksi disertai
dengan infeksi yang diikuti histerektomi.
Selain itu, dapat dilakukan pemberian kortikosteroid dengan pertimbangan. Tindakan ini akan
menambah reseptor pematangan paru, meningkatkan maturitas paru janin. Pemberian
betametason 12 mg dilakukan dengan interval 24 jam dan 12 mg tambahan, maksimum dosis
24 mg, masa kerjanya sekitar 2-3 hari. Bila janin setelah satu minggu belum lahir, pemberian
betakortison dapat diulangi lagi.
Tokolitis untuk mengurangi kontraksi uterus dapat dilakukan bila sudah dapat dipastikan tidak
terjadi infeksi korioamnionitis. Pemberian antibitoik profilaksis dengan triple drug dilakukan
untuk menghindari terjadi sepsis.
Indikasi melakukan induksi pada KPD adalah;
1. Pertimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktu apakah 6, 12,
24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
2. Terdapat infeksi intrauterine. Suhu meningkat lebih dari 38oC, dengan pengukuran per
rectal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
kultur air ketuban.6
Prognosis
Prognosis tergantung pada usia kandungan, keadaan ibu dan bayi serta adanya infeksi atau
tidak. Pada usia kehamilan lebih muda, mid trimester (13-26 minggu) memiliki prognosis yang
buruk. Kelangsungan hidup bervariasi dengan usia kehamilan saat diagnosis (dari 12% ketika
terdiagnosa pada 16-19 minggu, sebanyak 60% bila didiagnosis pada 25-26 minggu). Pada
kehamilan dengan infeksi prognosis memburuk, sehingga bila bayi selamat dan dilahirkan
memerlukan penanganan yang intensif. Apabila KPD terjadi setelah usia masuk ke dalam aterm
maka prognosis lebih baik terutama bila tidak terdapatnya infeksi, sehingga terkadang pada
aterm sering digunakan induksi untuk membantu persalinan.
Penutup
Ketuban pecah dini memerlukan adanya penanganan yang tanggap dan cepat sehingga
komplikasi yang membahayakan ibu dan janin. Pemeriksaan yang teliti perlu dilakukan sehingga
dapat mendeteksi komplikasi dengan baik. Jika terjadi suatu keadaan gawat janin maupun ibu
maka pilihanya adalah kehamilan harus diterminasi, sedangkan pada kasus yang hasil
evaluasinya baik hanya perlu diobservasi. Sehingga baik pasien maupun tim medis yang
menangani harus benar-benar menaruh perhatian pada masalah penanganan ketuban pecah
dini.
Daftar Pustaka
1. Manuaba IBG. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. Penerbit Buku Kedokteran ECG; Jakarta: 2008.h.130-5,299-31
2. Gibss RS. Danforth’s obstetrics and gynecology. 10th edition. Lippincott Williams and
Wilkins :USA; 2003. p.186-96
3. Morgan G, Hamilton C. Obstetri dan ginekologi. Panduan dan praktek. Edisi 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC; Jakarta : 2008. p.331
4. Mansjoer, Arif. Kapita selekta kedokteran. Edisi 1. Media Aesculapius; Jakarta: 2000
5. Manuaba IBG. Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Penerbit
Buku Kedokteran EGC; Jakarta : 2001. h.221
6. Manuaba IAC, Manuaba IBGF, Manuaba IBG. Buku ajar patologi obstetric untuk
mahasiswa kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran EGC ; Jakarta : 2009. h.121