ketuban pecah
DESCRIPTION
obsginTRANSCRIPT
POLA KUMAN DI KANALIS SERVIKALIS PADA KETUBAN PECAH DINIDI RSUP Prof. DR. R. D. KANDOU MANADO
Kojongian N I C, Tendean M M, Kaeng J J
Bagian/SMF Obstetri dan GinekologiFakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Rumah Sakit Umum Prof. DR. R.D. Kandou Manado
AbstrakTujuan Penelitian :Untuk mengidentifikasikan pola kuman di kanalis servikalis pada ketuban pecah diniTempat Penelitian : RSUP Prof. Dr. R.D Kandou ManadoRancangan Penelitian : Penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitik
Bahan dan Cara kerja : Setiap ibu hamil antara 28-42 minggu yang datang ke RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dengan keluhan ketuban pecah yang diketahui secara pasti saat ketuban pecah, selama periode 1 februari 2011 sampai 31 Maret 2011
Hasil : Pada periode 1 februari 2011 sampai 31 Maret 2011, dilakukan penelitian pola kuman pada cairan ketuban terhadap 21 ibu hamil dengan ketuban pecah dini yang datang ke RSUP Prof. DR. D.R Kandou, ditemukan 21 kasus (100 %) yang terinfeksi dengan kuman terbanyak ditemukan staphylococcus epidermidis.Dalam periode 1 februari sampai 31 Maret 2011 di RSUP Prof DR. R. D Kandou tercatat 322 persalinan dan pada periode itu terdapat 21 kasus ketuban pecah dini (6,52 %)Pada tabel ini menunjukkan bahwa ibu hamil dengan ketuban pecah dini pada usia 20-35 tahun ditemukan 18 kasus ( 85,71 %). Paritas 0 ditemukan 12 kasus ( 61,90 %), sedangkan ibu dengan pendidikan SMA ditemukan 14 kasus (66,67 %). Ditemukan pada ibu dengan riwayat keputihan 18 kasus (85,71%), temukan kuman terbanyak adalah staphylococcus epidermis 8 kasus ( 38,09), ibu hamil preterm dengan ketuban pecah dini ditemukan terbanyak kuman staphylococcus epidermis 3 kasus (14,2%), sedangkan pada kehamilan aterm ditemukan staphylococcus epidermis 5 kasus (23,8 %),sedangkan ketuban pecah < 6 jam ditemukan 5 kasus staphylococcus epidermis (23,8 %), sedangkan ketuban pecah 6- 12 jam di temukan staphylococcus epidermis 2 kasus (9,52%), sedangkan pada ketuban pecah > 12 jam hanya ditemukan 1 kasus staphylococcus epidermi (4,76%).Kesimpulan: Kuman terbanyak yang ditemukan pada pasien ketuban pecah dini adalah staphylococcus epidermis.
Kata Kunci : kuman, ketuban pecah dini.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pola kuman tertentu pada ketuban pecah dini sering menyebabkan infeksi dalam
kehamilan, dan merupakan penyebab meningkatnya morbiditas pada ibu maupun pada bayi.
Morbitas dan mortalita perinatal yang tinggi dikaitkan dengan prematuritas, komplikasi selama
kehamilan dan persalinan yang dihubungkan dengan meningkatnya kebutuhan resusitasi neonatal
dan terjadinya infeksi, pada ibu dapat terjadi korioamnionitis dan meningkatnya kejadian bedah
Caesar.1,2
Angka kejadian ketuba pecah dini bervariasi, di Amerika Serikat 3 % dari 150.000
kelahiran. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sevbelum terjadinya proses
persalinan, hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm dan preterm. Bila terjadi pada kehamilan <
37 minggu disebut “ preterm rupture of the membrane, dari PROM ini, 30-40 % terjadi
persalinan premature dalam 48 jam dan 56-63 % terjadi persalinan dalam 7 hari.3,4
Etiologi dari ketuban pecah dini berasal dari multifaktorial, infeksi merupakan faktor
utama penyebab terjadinya ketuban pecah dini. Infeksi genitalia wanita khususnya di serviks
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini yang menginduksi terjadinya persalinan
prematur. Adanya kuman di genetalia ini menyebabkan terjadinya infeksi simtomatis dan
asimptomatis yang dapat secara asendern melalui servik dan melemahkan selaput ketuban.5
Terdapat hubungan antara infeksi Streptococcus group B, Staphylococcus epidermis,
Tricohomonas vaginalis, Chlamidia trachomatis dan Neisseria gonnorhoaeae dengan ketuban
pecah dini.
Adanya bakteri dalam cairan amnion akan meningkatkan resiko infeksi pada ibu, kira 13-
60 % pasien dengan ketuban pecah dini akan mengalami korioamnionitis, 2-13 % ibu akan
mengalami endometritis, sepsis < 1 %, dan angka kematia ibu 1-2 kasus per 1000 kelahiran.5
Karena hal-hal diatas maka dilakukan penelitian tentang pola kuman dikanalis servikalis
pada ketuban pecah dini.
1.2 Identifikasi Masalah
Pola kuman apa yang menyebabkan infeksi pada ketuban pecah dini?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengidentifikasikan pola kuman di kanalis servikalis pada ketuban pecah dini
pada penderita di RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado
1.4 Bahan Dan Cara kerja
Semua pasien dengan ketuban pecah dini yang dirawat dikamar bersalin RSUP Prof. DR.
R.D. Kandou yang memenuhi kriteria akan dicatat dan diambil ketubannya dari 1 Februari
sampai 31 Maret 2011
Kriteria Sampel
Kriteria inklusi
1. Usia kehamilan 28-42 minggu
2. Tidak pernah mendapat antibiotik dalam 3 minggu terakhir
3. Belum dilakukan pemeriksaan dalam
4. Ketuban pecah dini dibuktikan dengan ditemukannya air ketuban di kabalis servikslid dan test
kertas lakmus (+)
5. Tidak terdapat kesulitan dalam pengambilan sampel
6. Cairan ketuban tidak bercampur dengan darah
Kriteria Eksklusi
1. Kehamilan < 28 minggu
2.Mendapat antibiotik dalam 3 mingu terakhir
HASIL PENELITIAN
Pada periode 1 februari 2011 sampai 31 Maret 2010, dilakukan penelitian pola kuman
pada cairan ketuban terhadap 21 ibu hamil dengan ketuban pecah dini yang datang ke RSUP
Prof. DR. D.R Kandou, ditemukan 21 kasus (100 %) yang terinfeksi oleh kuman staphylococcus
epidermis.
Dalam periode 1 februari sampai 31 Maret 2011 di RSUP Prof DR. R. D Kandou tercatat 322
persalinan dan pada periode itu terdapat 21 kasus ketuban pecah dini (6,52 %)
Tabel 1. Karakteristik ibu pada kasus ketuban pecah dini
Karakteristik ibu Jumlah Persentasi
Umur < 20 tahun 1 4,76
20-35 tahun 18 85,71
> 35 tahun 2 9,52
Paritas 0 13 61,90
1-3 7 33,33
> 3 1 4,76
Pendidikan
Tidak sekolah - -
SD - -
SMP 3 14,28
SMA 14 66,67
Perguruan Tinggi 4 19,04
Riwayat keputihan :
Ya 18 85,71
Tidak 3 14,28
Pada tabel ini menunjukkan bahwa ibu hamil dengan ketuban pecah dini pada usia 20-35 tahun
ditemukan 18 kasus ( 85,71 %). Paritas 0 ditemukan 13 kasus ( 61,90 %), sedangkan ibu dengan
pendidikan SMA ditemukan 14 kasus (66,67 %). Ditemukan pada ibu dengan riwayat keputihan
18 kasus (85,71%)
Tabel 2. Hubungan antara kuman dengan ketuban pecah dini
Kuman Jumlah Presentasi
Staphylococcus epidermis 8 38,09
Pseudomonas aeroginosa 5 23,80
Streptococcus grup B 4 19,04
Staphylococcus aureus 2 9,52
Eschericia coli 2 9,52
Pada tabel 2 ini di temuakan kuman terbanyak adalah staphylococcus epidermis 8 kasus
( 38,09%)
Tabel 3. Distribusi pola kuman cairan amnion pada ketuban pecah dini di RSUP Prof DR.
R.D. Kandou dengan usia kehamilan.
Staphylococcus
epidermis
Pseudomonas
aeroginosa
Streptococcus
Grup B
Staphylococcus
Aereus
Eschericia
Coli
Preterm 3 (14,2%) 2 (9,5%) 1 (4,76%)
Aterm 5 (23,8%) 3 (14,2%) 2 (9,5%) 1 (4,76%) 2 (9,5%)
Pada tabel ini menunjukkan bahwa ibu hamil preterm dengan ketuban pecah dini ditemukan
staphylococcus epidermis 3 kasus (14,2%), Pseudomonas aeroginosa 2 kasus (9,5%),
streptococcus grup B 2 kasus (9,5%) dan 1 kasus dengan staphylococcus aereus (9,%%),
sedangkan pada kehamilan aterm ditemukan staphylococcus epidermis 5 kasus (23,8%),
Pseudomonas aeroginosa 3 kasus (14,2%), streptococcus grup B 2 kasus (9,5%), staphylococcus
aereus 1 kasus (4,76%) dan E. coli 2 kasus (9,5%).
Tabel 4. Distribusi pola kuman pada ketuban pecah dini dengan lamanya ketuban pecah
Lama KPD
Staphylococcusepidermidis
Pseudomonasaeroginosa
StreptococcusGrup B
StaphylococcusAereus
EschericiaColi
< 6 jam
5 (23,8%) 3 (14,28%) 2 (9,5%) 1 (4,76%) 1 (4,76%)
6-12 Jam
2 (9,5%) 2 (9,5%) 2 (9,5%) 1 (4,76%) 1 (4,76%)
> 12 Jam
1 (4,76%) - - - -
Pada table ini ditemukan bahwa ketuban pecah < 6 jam ditemukan 5 kasus staphylococcus
epdermidis (23,8%) , Pseudomonas aeroginosa 3 kasus (14,28%), streptococcus grup B 2 kasus
(9,5%), staphylococcus aereus 1 kasus (4,76%) dan 1 kasus E. coli (4,76%) , sedangkan ketuban
pecah 6- 12 jam di temukan staphylococcus epidermis 2 kasus (95%), Pseudomonas aeroginosa 2
kasus (9,5%), streptococcus grup B 2 kasus (2,95%) dan 1 kasus dengan staphylococcus aereus
(4,76%), serta 1 kasus pada E. coli (4,76%), sedangkan pada ketuban pecah > 12 jam hanya
ditemukan 1 kasus staphylococcus epidermis (4,76%).
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan mulai dari 1 februari sampai 31 maret 2011, didapatkan sebanyak
21 kasus ketuban pecah dini yang datang ke RSUP Prof. DR. R.D Kandou Manado dan
memenuhi kriteria penelitian, bahwa ibu hamil dengan ketuban pecah dini pada usia 20-35 tahun
ditemukan 18 kasus ( 85,71 %). Paritas 0 ditemukan 12 kasus ( 61,90 %), sedangkan ibu dengan
pendidikan SMA ditemukan 14 kasus (66,67 %). Ditemukan pada ibu dengan riwayat keputihan
18 kasus (85,71%).
Pembagian kelomppok umur berdasarkan gravida muda ( 20 tahun), usia reproduksi (20-35
tahun) dan gravida tua dimaksudkan agar beberapa faktor yang dapat mempengaruhi atau
terjadinya KPD dikelompokkan dalam kelompok umur yang sama.
Dari 21 kasus pada ketuban pecah dini sebagian besar ditemukan adalah primigravida yaitu 13
kasus (61,90%), sedangkan pada multigravida sebanyak 8 kasus (38,09%).
Dari 21 kasus yang diteliti didapatka 5 jenis kuman meliputi staphylococcus epidermis,
Pseudomonas aeroginosa , streptococcus grup B, staphylococcus aereus, dan E. coli
staphylococcus epidermis 2 kasus, Pseudomonas aeroginosa 2 kasus, streptococcus grup B 2
kasus dan 1 kasus dengan staphylococcus aereus, serta 1 kasus pada E. coli. Kuman terbanyak
yang ditemukan adalah staphylococcus epidermis (38,08%), Pseudomonas aeroginosa (23,80 %),
streptococcus grup B (19,04%), staphylococcus aereus (9,52%), pada E. coli (9,52%).
Terdapat perbedaan proposi kuman staphylococcus epidermis, streptococcus group B dan
pseudomonas aeruginosa pada pasien dengan ketuban pecah dini, grup kuman ini memberikan
pengaruh terhadap terjadinya KPD, ini sesuai peneliatai propestik yang dilakukan di kolombia
(1981) sebanyak 6.706 sampel didapatkan kelompok kuman ini lebih banyak terdapat dalam
kanalis servikalis dan bermakna pada pasien KPD dibandingkan bukan KPD.
Distribusi pola kuman cairan amnion denagn usia kehamilan menunjukkan bahwa ibu
hamil preterm dengan ketuban pecah dini ditemukan staphylococcus epidermis 3 kasus,
Pseudomonas aeroginosa 2 kasus, streptococcus grup B 2 kasus dan 1 kasus dengan
staphylococcus aereus, sedangkan pada kehamilan aterm ditemukan staphylococcus epidermis 5
kasus, Pseudomonas aeroginosa 3 kasus, streptococcus grup B 2 kasus, staphylococcus aereus 1
kasus dan E. coli 2 kasus.
Distribusi pola kuman cairan amnion dengan lamanya ketuban pecah, ditemukan bahwa
ketuban pecah < 6 jam ditemukan 5 kasus staphylococcus epdermis, Pseudomonas aeroginosa 3
kasus, streptococcus grup B 2 kasus dan 1 kasus dengan staphylococcus aereus dan 1 kasus E.
coli, sedangkan ketuban pecah 6- 12 jam di temukan staphylococcus epidermis 2 kasus,
Pseudomonas aeroginosa 2 kasus, streptococcus grup B 2 kasus dan 1 kasus dengan
staphylococcus aereus, serta 1 kasus pada E. coli, sedangkan pada ketuban pecah > 12 jam hanya
ditemukan 1 kasus staphylococcus epidermis.
1. Cunningham GF, McDonald CP, Gant FN : Preterm premature rupture of membran. In :
Wiliams Obstetrics 21th edition. Prentice Hall International INC, 2000: 1322-23.
2. James AM, Janice IF, Kyung Seo MD. Premature rupture of membrane and bacterial
vaginosis. Am J Obstet Gynecol 2003: 169 463-6
3. Greg AR. Indroduction to premature rupture of membrane. In: Wenston KD, Weiner CP,eds.
Obstetric and gynaecology clinic of North America: Premature rupture of membrane. W.B
Sauders compony; 1992.p.241-9
4. Sweet RL, Gibbs RS. Premature of the membrane. In : Sweet RL, Gibbs RS. Infection disease
of the female genital tract, 3rd ed. Baltimore Wilhans & Wilkins, 1999 p 529-47
5. Klein JM. Neonatal morbidity and mortality secondari to premature rupture of membrane. In :
Wenston KD, Welner CP,eds. Obtetric and gynaecology clinics of north America. Premature
rupture of membrane. WB Sauders compony;1997.p.265-80
POLA KUMAN DI KANALIS SERVIKALIS PADA KETUBAN PECAH DINI
KOJONGIAN N,TENDEAN S, KAENG J
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS - IBAGIAN / SMF OBSTETRI GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGIRSU PROF. DR. R.D. KANDOU
MANADO2011