ketidakadilan gender dan sikap perempuan dalam … · karya sastra sebagai media merefleksikan...

97
KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM NOVEL BIBIR MERAH KARYA ACHMAD MUNIF SUATU TINJAUAN SASTRA FEMINIS Skripsi Diajukan Untuk Memenui Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Disusun oleh : B. Yogi Dwi Hartanto 024114040 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

Upload: duongtu

Post on 28-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM NOVEL BIBIR MERAH

KARYA ACHMAD MUNIF SUATU TINJAUAN SASTRA FEMINIS

Skripsi

Diajukan Untuk Memenui Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Disusun oleh : B. Yogi Dwi Hartanto

024114040

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2009

Page 2: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

ii

Page 3: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

iii

Page 4: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada: Allah yang Maha Esa yang selalu memberkahi

Bapak Paulus Samidi dan Ibu Cicilia Supatmiyati yang kucintai dalam hidupku.

Page 5: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

v

Motto

Dedalane guna lawan sekti

Kudu andap asor

Wani ngalah luhur wekasane

Tumungkula yen dipun dukani

Bapak den simpangi

Ana catur mungkur

Untuk mencapai kemuliaan

Harus rendah hati

Mengalah untuk menang Mau menerima nasehat

Menghindari perselisihan

Tidak menyebar fitnah

(Mijil)

Page 6: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa sekripsi yang telah saya tulis

ini adalah hasil inspirasi dan imajinasi saya sendiri. Saya tidak memuat karya orang

lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan, daftar pustaka, sebagaimana

layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta

Penulis

B. Yogi Dwi Hartanto

Page 7: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : B. Yogi Dwi Hartanto Nomor Mahasiswa : 024114040

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM NOVEL BIBIR MERAH

KARYA ACHMAD MUNIF SUATU TINJAUAN SASTRA FEMINIS

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 05 Mei 2009

Yang menyatakan

(B. Yogi Dwi Hartanto)

Page 8: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

vii

ABSTRAK

Dwi Hartanto, Yogi. 2009. Ketidakadilan Gender dan Sikap Perempuan dalam Novel Bibir Merah Karya Achmad Munif. Skripsi. Yogyakarta: Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma

Studi ini menganalisis bentuk ketidakadilan gender dan sikap perempuan yang terdapat dalam novel Bibir Merah karya Achmad Munif. Tujuan dari penelitian ini 1), mendiskripsikan relasi gender 2), mendiskripsikan ketidakadilan gender dan 3) mendiskripsikan sikap perempuan yang terdapat dalam novel Bibir Merah.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sastra feminis, pendekatan ini digunakan untuk menganalisis karya sastra yang berkaitan dengan perempuan. Berdasarkan teori sastra feminis, relasi gender, ketidakadilan gender, dan sikap perempuan dapat dianalisis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Melalui metode analisis deskriptif penulis mendiskripsikan fakta-fakta yang berhubungan dengan permasalahan yang terjadi, mengumpulkan dan memilih data yang berkaitan dengan masalah, lalu menganalisis dan menjelaskan ketidakadilan gender dan sikap perempuan. Langkah pertama menganalisis relasi gender langkah kedua menjelaskan ketidakadilan gender dan sikap perempuan.

Hasil analisis relasi gender dalam novel Bibir Merah berupa relasi tokoh perempuan dengan laki- laki yang meliputi, Lurah Koco dengan Rusminah, Lurah Koco dengan Rusmini, Lurah Koco dengan perempuan-perempuan Desa Kapur, dan Saburosan dengan Rusminah.

Melalui relasi gender, ditunjukan dua manifestasi ketidakadilan gender yang berupa kekerasan, steriotipe dan subordinasi terhadap perempuan. Berdasarkan pemahaman mengenai ranah kekerasan, kerasan dalam novel Bibir Merah digolongkan menjadi dua yaitu kekerasan publik dan kekerasan domestik. Ada pun bentuk kekerasan yang lebih dominan dalam novel adalah kekerasan publik yang berupa kekerasan seksual dan kekerasan emosional. Sedangkan steriotip terlihat melalui pelabelan perempuan sebagai pribadi yang lemah. Sementara manifestasi ketidakadilan gender yang berupa subordinasi, terlihat melalui tersingkirnya perempuan dan hilangnya pengakuan status sosial perempuan dalam masyarakat. Sedangkan pada pembahasan sikap perempuan akibat ketidakadilan gender, terdapat tiga bentuk sikap yang dominan yaitu a) sikap perempuan sebagai subjek (Rusminah), merupakan gambaran perempuan yang bersikap tegar, teguh, dan pantang menyerah. b) sikap perempuan sebagai objek (Rusmini), merupakan gambaran perempuan yang selalu kalah, menyerah, dan pasrah terhadap nasib. c) sikap penolakan perempuan tanpa mengubah setatus sosial dan status ekonomi; bentuk sikap ini terlihat dalam diri perempuan-perempuan Desa Kapur terutama Mbok Karto dan Yu Ginah.

Page 9: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

viii

ABSTRACT

Dwi Hartanto, Yogi. 2009. The Gender Discrmination and Women Behavior in a Novel titled Bibir Merah by Achmad Munif. A Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature. Literature Faculty. Sanata Dharma University.

This study, analyzed the form of gender discrimination and woman behavior

in a novel titled Bibir Merah by Achmad Munif. The purposes of this research were: (1) describe the relation of the gender, (2) explain the gender discrimination and woman behavior in Bibir Merah novel.

This research used the feminist literature approach. This approach was used to analyze the literature work that has relation with women. Based on the feminist literature theory, gender relation, gender discrimination and woman behavior could be analyzed.

This research used descriptive analyze method as the method. Through this method, the writer described the facts related to the problem, collected and chose the data, then analyzed and explained the gender discrimination and women behavior. First step, analyzed the gender relation. Next step, explained the gender discrimination and women behavior.

The result of the analysis on gender relation in Bibir Merah novel was in a form of relation between men and women, which were Lurah Koco with Rusminah, Lurah Koco with Rusmini, Lurah Koco with women in Kapur village and Saburosan with Rusminah)

Through gender relation, it was shown two discrimination gender manifestations. They were in form of violence, stereotype and subordination toward women. Based on the understanding about the nature of violence in Bibir Merah novel, there were two kinds of violence. They are public and domestic violence. The most dominant violence in that novel was the public one, which was sexual and emotional violence. Meanwhile the stereotype can be manifestation of discrimination gender that is subordination, can be seen through the woman and the lost of social status achievement in the society. Meanwhile, in the discussion about the woman attitude because of the discrimination gender, there were three form of dominant attitude. They were a.) woman behavior as subject (Rusminah), the description of stiff, strict and never give up woman, b.)woman behavior as object (Rusmini, the description of the lost, easy to give up woman, c.) the woman rejection without change economic and social status. This kind of attitude can be seen in women in Desa Kapur, especially Mbok Karto and Yu Ginah.

Page 10: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

ix

Kata Pengantar

Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan kehendak-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Ketidakadilan Gender

dan Sikap Perempuan” dalam Novel Bibir Merah karya Achad Munif sebuah

pendekatan Sastra Feminis. Skripsi ini tidak akan pernah terwujud tanpa bimbingan

dan semangat dari semua pihak untuk itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan kehendak-Nya

2. Ibu Susilawati Endah Peni Adji, S.S, M.Hum, selaku Dosen pembimbing satu

yang telah membagikan ilmunya kepada saya.

3. Ibu Dra. Fr Tjandrasih Adji, M. Hum selaku pembimbing dua yang telah banyak

memberikan banyak masukan kepada saya.

4. Seluruh Dosen Prodi Sastra Indonesia, Bapak Drs. B.Rahmanto, M.Hum.,

Bapak Drs. Hery Antono, M. Hum., Bapak Drs. Ari Subagyo, M. Hum., Bapak

FX Santoso, MS., Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum.

5. Bapak Paulus Samidi dan Ibu Cicilia Supatmiyati terimakasih atas segala

pengorbanan, doa, nasihat, kebaikan, kesabaran, dan kasih sayang sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi.

6. Teman-teman seperjuangan, Fani, Eli, Ira, Agus (Bonet), Robet (Jeblox), Dian

(Catax), Ardi (Keos), Bangun dan semua teman-teman angkatan 2002 kalian

semua sangat sepesial.

7. Teman-teman KKN 2006; Haksi, Rani, Runi, Budi, Linda, Punto, dan Taji

terimakasih atas persahabatan kalian.

Page 11: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

x

8. Keluarga FX Suhartono, Bulik Sup, dik Ema dan dik Barli yang telah

memberikan dukungan kepada penulis

9. Teman-teman Bengkel Sastra, Aji (Ompong), Jaya (Sapi), Marta (Simbek),

Dominikus (Domex), terimakasih atas persahabatan dan inspirasinya.

10. Dik Ike yang telah memberikan motivasi, cinta dan perhatian. Kamu sangat

sepesial buat aku.

11. Teman-teman Mudika Serayon Kulon Progo. Persaudaraan kita tidak akan

pernah aku lupakan.

12. Keluarga Pak Eko, Bu Endar dan Candra.

13. Seluruh pihak administrasi Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.

14. Seluruh staf dan karyawan UPT perpustakan Universitas Sanata Dharma.

15. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terimakasih

dukungannya.

Saya telah berusaha sebaik mungkin sebagaimana pengalaman hidup yang

saya jalani, namun saya menyadari masih ada kekurangan dan keterbatasan

kemampuan. Apabila terdapat saran untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini saya

sangat berterimakasih .

Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan ilmu kepada

pengetahuan khususnya di bidang Sastra Indonesia di masa yang akan datang.

Terimakasih

Penulis

Page 12: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... iv

MOTTO .................................................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................. vii

ABSTRACT .................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR...................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian.................................................................... 8

1.5 Tinjauan Pustaka ...................................................................... 8

1.6 Kerangka Pemikiran ................................................................. 9

1.6.1 Kritik Sastra Feminis............................................................. 9

1.6.2 Gender .................................................................................. 11

1.6.2.1 Relasi Gender ............................................................... 14

1.6.2.2 Ketidakadilan Gender................................................... 16

1.6.3 Sikap Perempuan ................................................................... 19

Page 13: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

xii

1.7 Metodologi Penelitian.... ................................................... 20

1.7.1 Pendekatan ...................................................................... 20

1.7.2 Metode Penelitian............................................................ 21

1.7.3 Teknik Analisis Data ....................................................... 21

1.7.4 Sumber Data .................................................................... 22

1.7.5 Sistematika Penyajian ..................................................... 22

Bab II RELASI GENDER DALAM NOVEL BIBIR MERAH

2.1 Pengantar ........................................................................... 23

2.2 Lurah Koco dengan Rusminah .......................................... 24

2.3 Lurah Koco dengan Rusmini............................................. 32

2.4 Lurah Koco dengan Perempuan-Perempuan Desa Kapur. 35

2.5 Saburosan dengan Rusminah ............................................. 40

2.6 Rangkuman........................................................................ 48

Bab III KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN

3.1 Pengantar ............................................................................ 50

3.2 Ketidakadilan Gender......................................................... 50

3.2.1 Subordinasi Terhadap Perempuan............................... 51

3.2.2 Steriotipe Terhadap Perempuan .................................. 54

3.2.3 Kekerasan Terhadap Perempuan ................................. 55

3.3 Sikap Perempuan akibat ketidakadilan gender................... 61

3.3.1 Sikap Rusminah........................................................... 62

3.3.2 Sikap Rusmini ............................................................ 65

3.3.3 Sikap Perempuan-Perempuan Desa Kapur ................. 66

3.4 Rangkuman......................................................................... 71

Page 14: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

xiii

BAB 1V PENUTUP......................................................................................... 73

4.1 Kesimpulan......................................................................... 73

4.2 Saran ................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 78

LAMPIRAN .................................................................................................. 80

Page 15: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

1

Bab 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya karya sastra merupakan media yang digunakan pengarang

dalam menyampaikan gagasan. Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan

pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial yang

terjadi dimodifikasi sedemikian rupa menjadi sebuah teks literer yang dimungkinkan

menghadirkan pencitraan yang berbeda dibandingkan dengan realitas empiris

(Sugihastuti 2007:81)

Rampan via Sugiastuti (2007:82) mengatakan bahwa penciptaan sebuah karya

sastra selalu bersumber dari kenyataan-kenyataan yang hidup dalam masyarakat.

Adapun dalam sebuah karya sastra hal-hal yang digambarkan dalam masyarakat

berupa struktur sosial masyarakat, fungsi dan peran anggota masyarakat, maupun

interaksi yang terjalin antar semua anggotanya. Secara sederhana karya sastra

mengambarkan unsur-unsur masyarakat yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Dalam sistem yang lebih besar dan kompleks, relasi laki-laki dan perempuan

dimanifestasikan dalam berbagai bentuk dan pola perilaku yang mencerminkan

penerimaan dari pihak laki-laki atau perempuan terhadap kedudukan tiap-tiap jenis

kelamin. Ada pun dalam proses ini dikuatkan oleh realitas dalam banyak kebudayaan

bahwa posisi laki-laki berada lebih tinggi secara struktural dibandingkan dengan

perempuan, hal ini membuktikan bahwa interaksi yang terjalin menuntut adanya satu

Page 16: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

2

jenis kelamin yang lebih unggul dibandingkan yang lain. Pihak laki-laki merupakan

pemenang, memiliki kekuasaan yang lebih besar dan peran yang lebih menentukan

dalam berbagai proses sosial dibandingkan dengan perempuan bahkan pada

masyarakat (Sugihastuti, 2007: 82).

Sementara itu, kaum perempuan secara umum dirugikan dengan pembakuan

peran gender. Secara hukum pembakuan peran gender telah dilegitimasi oleh negara,

dimana suami wajib melindungi istrinya dan memberi segala sesuatu keperluan hidup

berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan kewajiban istri adalah

mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya. Dengan demikian peran perempuan

secara resmi diakui sebagai peran domestik yaitu mengatur urusan rumah tangga,

merawat anak dan melayani suami ( Soelaeman, 1995: 32-33).

Akan tetapi, peran pembakuan gender lebih lanjut sangatlah merugikan kaum

perempuan kelas bawah (miskin). Hal ini dikarenakan bahwa pembakuan peran

gender menyebabkan perempuan miskin menerima ketidakadilan ganda, yaitu bahwa

kaum perempuan tidak hanya mengalami ketidakadilan gender atau kekerasan

melainkan perempuan juga mengalami ketidakadilan karena posisi sosial mereka

yang berada pada lapisan bawah masyarakat (Soelaeman, 1995 : 31 ).

Anggapan bahwa perempuan sebagai manusia kelas dua menjadi alasan yang

mendasar bagi laki-laki lebih leluasa untuk mengeksploitasi sesuai dengan

keinginannya. Ada pun bagi masyarakat tradisional perempuan merupakan salah satu

kebutuhan hidup, sama seperti halnya sebuah rumah dan propertinya (Husain, 2005:

56) sedangkan bagi masyarakat beradab, perempuan merupakan budak dan

Page 17: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

3

bergantung pada pemiliknya yang mengambil keuntungan dari pekerjaannya (Husain,

2005: 56-57).

Menurut Bhasin via Sugiastuti (2007: 93) patriarkhi merupakan sebuah

sistem dominasi dan superioritas laki-laki, sistem kontrol terhadap perempuan. Dalam

patriarkhi melekat idiologi yang menyatakan bahwa laki-laki lebih tinggi dari pada

perempuan, bahwa perempuan harus dikontrol oleh laki-laki dan bahwa perempuan

adalah bagian milik laki-laki.

Dalam budaya patriarkhi, perempuan mempunyai kedudukan serta peran yang

tidak terkemuka (kurang) sedangkan kaum laki-laki mempunyai peran dominan

dalam berbagai hal baik itu formal maupun informal. Ada pun pada dasarnya

dominasi laki-laki tersebut meliputi berbagai aspek kehidupan yang antara lain

bidang sosial, politik, sosiokultural, dan religi.

Sementara itu budaya patriarkhi sangatlah berhubungan dengan peran antara

kaum perempuan dan laki-laki. Hal ini nampak dalam berbagai bidang yang

mayoritas dikuasai oleh kaum laki-laki. Dalam usaha persamaan hak perempuan

mencoba membuktikan ia bisa melakukan yang menjadi porsinya.

Adapun Andre Harjana (1981:71) menyatakan bahwa karya sastra

menyuguhkan potret kehidupan dengan mengangkat persoalan sosial dalam

masyarakat. Karya sastra tidak lepas dari keadaan sosial budaya yang berlaku dalam

kehidupan masyarakat. Karya sastra dapat dipengarui oleh latar belakang sosial

budaya, agama, dan pandangan hidup pengarangnya. Oleh karena itu, karya sastra

berpotensi mengembangkan wawasan mengenai manusia dan segenap masalahnya.

Page 18: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

4

Salah satu contoh dari masalah kehidupan yang diangkat seorang

pengarang dalam karyanya adalah permasalahan gender. Gender sesungguhnya

berkaitan dengan budaya (Abdullah, 1997:186). Gender muncul karena

perkembangan pola pikir manusia mengenai kedudukan wanita bersama laki-laki

dalam kehidupanya. Dalam gender dikenal sistem hierarki yang menciptakan

kelompok-kelompok itu saling tergantung bahkan bersaing untuk mempertahankan

kekuasaan masing-masing.

Gender hadir di tengah-tengah masyarakat seperti halnya kehadiran karya

sastra. Dengan demikian, ada hubungan antara karya sastra dengan gender. Dalam

penelitian ini akan dikaji novel sastra yang mengandung masalah gender. Selanjutnya

membahas wanita dalam karya sastra akan lebih mengena apabila dijembatani oleh

apa yang disebut feminisme.

Feminisme dan gender kerap menjadi topik sebuah cerita dalam sebuah

karya sastra. Begitu pula dalam novel Bibir Merah karya Ahmad Munif, pengarang

mencoba menceritakan sisi kehidupan kaum perempuan miskin yang tertindas karena

dominasi laki-laki. Selain itu melalui tokoh utama Rusminah, konflik gender dan

feminisme sangat kental. Peristiwa pemerkosaan dan fitnah sebagai dukun santet,

membawa ia bangkit menjadi seorang penyanyi siter. Karena peristiwa tersebut ia

harus terjun dalam dunia prostistusi. Rusminah sosok gadis desa itu seolah ingin

membuktikan kepada masyarakat bahwa ia mampu mengembalikan harga dirinya

yang pernah diinjak-injak oleh laki-laki.

Page 19: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

5

Pengarang novel ini adalah alumni Fakultas Sastra Universitas Gajah

Mada. Dalam dunia sastra Achmad Munif termasuk pengarang yang produktif, selain

itu ia juga aktif menulis beberapa artikel di media masa. Karya-karya sastranya antara

lain; ”Tembang-tembang” (Femina), ”Padang Perburuan” (Minggu Pagi), ”Pasir

Pantai” (Kedaulatan Rakyat), ”Birunya Langit Jogya” (Anita), ”Bayang-bayang

hitam ” (Kartini), ”Tandak dan Pria Idaman lain, Serta Primadona” (Surabaya Pos ),

” Tikungan” (Republika), ”Angin pantai Selatan dan Jalan Kehidupan” (Republika),

Perempuan-Perempuan.

Sedangkan karya novelnya yang telah diterbitkan antara lain Merpati Biru,

Perempuan Jogya sang Penindas, Primadona, Kasidah Lereng Bukit, Kembang

Kampus dan terbanglah Merpati yang diterbitkan oleh Navila dan Gitanagari. Selain

itu ia juga penulis skenario yang produktif, karya-karyanya antara lain Opera Sabun

Colek, Bayangan Ratu Pantai Selatan, Badai pasti Berlalu dan Sirkuit Kemelut.

Sedangkan dua kumpulan cerpennya masing-masing berjudul Tanda-tanda

Kebesaran Allah dan Kehormatan Ibu

Penelitian ini mengunakan pendekatan sastra feminis. Sastra feminis

merupakan cara-cara pemahaman karya sastra yang dikaitkan dengan proses produksi

maupun resepsi (Ratna, 2004:184). Secara umum Feminis merupakan gerakan kaum

perempuan untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan,

dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi

maupun dalam kehidupan sosial pada umumnya (Ratna, 2004:184-185). Selain itu

pengertian gender sendiri adalah perbedaan pria dan wanita akibat konstruksi

Page 20: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

6

masyarakat yang dibuat oleh manusia dan dapat berubah sesuai tempat, waktu, dan

budaya. Wanita dikategorikan memiliki sifat-sifat seperti emosional, pasif, inferior

(bergantung) lembut dengan peran yang terbatas pada bidang keluarga. Semua sifat

tersebut diwariskan karena sifat-sifat feminis berbeda dengan laki-laki yang memiliki

sifat rasional, aktif, superior, berkuasa, keras serta mendominasi (menguasai) dalam

masyarakat. Sifat-sifat tersebut dinilai sebagai wawasan dan sifat-sifat maskulin

Dari penjelasan di atas diperoleh suatu pemahaman tentang masalah

gender, seperti istilah feminisme dan maskulin. Berdasarkan sudut pandang

linguistik, kedua istilah tersebut tergolong dalam kelas kata yang berlawanan arti satu

sama lain. Secara epistimologi istilah feminisme berakar dari istilah female yang

merunjuk pada jenis kelamin perempuan.Pelabelan negatif atau pensteriotipan wanita

ke dalam gender itulah yang memicu munculnya feminisme termasuk dalam

perkembangan dunia sastra yang ditandai dengan bermunculnya karya-karya sastra

yang bertema wanita. Karya-karya sastra semacam itu dikenal dengan karya sastra

feminis.

Sementara alasan peneliti menganalisis novel Bibir Merah karya Achmad

Munif sebagai bahan penelitian, dikarenakan bahwa novel tersebut cenderung

menganggkat persoalan sosial terutama ketertindasan perempuan akibat sistem

patriarkhi yang membuat ketidakadilan dan diskriminasi gender.

Penelitian ini menganalisis masalah gender yang ada dalam novel Bibir

Merah, yang terdiri dari bagaimana relasi gender, ketidakadilan gender dan sikap

Page 21: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

7

perempuan dalam novel Bibir Merah. Masalah-masalah inilah yang ingin dibahas

oleh peneliti sebagai bagian dari analisis sastra feminis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, masalah-masalah

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana relasi gender dalam novel Bibir Merah karya Achmad

Munif?

1.2.2 Bagaimana ketidakadilan gender yang terdapat dalam novel Bibir

Merah karya Achmad Munif ?

1.2.3 Bagaimana sikap perempuan yang terdapat dalam novel Bibir Merah

karya Achmad Munif ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1.3.1 Mendiskripsikan relasi gender yang terdapat dalam novel Bibir Merah

karya Achmad Munif.

1.3.2 Mendiskripsikan ketidakadilan gender yang terdapat dalam novel Bibir

Merah karya Achmad Munif.

1.3.2 Mendiskripsikan sikap perempuan yang terdapat dalam novel Bibir

Merah karya Achmad Munif.

Page 22: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis: hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengembangan kritik sastra di Indonesia dengan pendekatan sastra

feminis.

1.4.2 Manfaat praktis: menambah wawasan tentang feminisme yang

tergambar dalam karya sastra khususnya novel Bibir Merah karya

Achmad Munif.

1.5 Tinjauan Pustaka

Agustina. S (2006) dalam skripsinya yang berjudul “Citra Wanita” dalam

Novel Bibir Merah karya Acmad Munif suatu Tinjauan Sastra Feminis,

menyimpulkan bahwa citra wanita dapat dilihat dari aspek fisik yaitu wanita

diceritakan sebagai mahkluk yang lemah dan tidak berdaya. Selain itu wanita juga

tergambar sebagai wanita yang feminim yang dapat dilihat dari caranya berhias,

berpakaian, dan bertingkah laku.

Selain itu Agustina. S (2006) juga menjelaskan citra wanita yang tergambar

dalam tokoh utama Rusminah yang tidak pernah menyerah melawan kejamnya dunia,

citra dalam keluarga tercitrakan sebagai insan yang banyak memikul tanggung jawab.

Sedangkan citra wanita dalam masyarakat yaitu wanita yang diperlakukan sewenang-

wenang dan sesuka hati oleh kaum laki-laki, martabat wanita pada novel tersebut

dicitrakan sangat rendah, kurang memiliki kemampuan, bodoh, acuh tak acuh pada

lingkungan, namun anggapan tersebut dapat diubah menjadi wanita yang maju sesuai

dengan perempuan feminim.

Page 23: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

9

Berdasarkan skripsi Agustina. S (2006) peneliti tertarik menganalisis lebih

jauh bagaimana persoalan ketidakadilan gender dan sikap perempuan. Dengan

mengetahui persoalan ketidakadilan gender akan terlihat bagaimana relasi dan sikap

perempuan dalam sistem sosial masyarakat tersebut.

1.6 Kerangka Pemikiran

1.6.1 Kritik Sastra Feminis

Feminisme menurut Goefe via Sugihastuti (2007:93) merupakan teori tentang

persamaan antara laki-laki dan perempuan di bidang politik, ekonomi, dan sosial, atau

kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan.

Bhasin via Sugihastuti (2007:93) menjelaskan bahwa patriarkhi berarti kekuasaan

bapak atau patriach. Secara umum istilah ini digunakan untuk menyebut kekuasaan

laki-laki (patriarkhi), yang antara lain kekuasaan laki-laki untuk menguasai

perempuan, dan untuk menyebut sistem yang membuat perempuan tetap dikuasai

melalui berbagai macam cara. Patriarkhi membentuk laki-laki sebagai superordinat

dalam kerangka hubungan dengan perempuan yang dijadikan sebagai

superordinatnya.

Istilah pendekatan sastra feminis merupakan cara-cara pemahaman karya

sastra baik dalam kaitannya dengan cara-cara memahami karya sastra dengan proses

produksi maupun resepsi (Ratna, 2004:184). Adapun dalam pengertian yang lebih

luas feminisme merupakan gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang

dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan,

Page 24: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

10

baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun dalam kehidupan sosial pada

umumnya (Ratna, 2004:185).

Pada dasarnya teori feminisme merupakan alat kaum wanita untuk

memperjuangkan hak-haknya, erat kaitannya dengan konflik kelas dan ras, khususnya

konflik gender. Teori ini juga memaparkan konflik kelas dengan feminisme yang

memiliki asumsi-asumsi yang sejajar, mendekonstruksi sistem dominasi dan

hegemoni, pertentangan antar kelompok yang lemah dengan kelompok yang

dianggap lebih kuat. Teori ini juga menolak ketidakadilan sebagai akibat masyarakat

patriarkhi (Ratna, 2006:186).

Dalam perkembangannya, teori sastra feminis tidak hanya melakukan gerakan

pada satu negara saja akan tetapi gerakan perempuan ini terjadi hampir di seluruh

dunia. Feminis menganggap bahwa gerakan ini merupakan kesadaran perempuan

terhadap hak-hak kaum perempuan yang sama dengan kaum laki-laki (Ratna, 2006:

186-187).

Selain itu Nancy Fcott (via Murniati, 1998:XXVII) mengatakan bahwa tujuan

dari feminis adalah 1) menentang adanya posisi hierarkis di antara jenis kelamin,

persamaan bukan hanya kuantitas tetapi mencakup juga kualitas, 2) feminisme

menggugat adanya perbedaan yang mencampuradukkan seks dan gender, sehingga

perempuan dijadikan sebagai kelompok tersendiri dalam masyarakat.

Dalam usaha persamaan hak, kaum feminis menilai adanya ketidakadilan

gender hal itu antara lain; marginalisasi, stereotip, subordinasi, beban ganda dan

kekerasan perempuan. Adapun Jajanegara (2000:4) mengatakan bahwa tujuan feminis

Page 25: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

11

adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar

dengan kedudukan derajat laki-laki.

1.6.2 Gender

Roeman via Sugiarti (2003) menyatakan bahwa gender adalah konsep

pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang merupakan konstruksi sosial.

Hubungan sosial membedakan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan.

Perubahan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan

karena antara keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, tetapi dibedakan atau

dipilah-pilah menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai

bidang kehidupan dan pembangunan yang dapat dipertukarkan.

Sementara seks merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin

manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu.

Misalnya bahwa manusia jenis laki-laki adalah manusia yang memiliki pensifatan

seperti: memiliki penis, memiliki jakala (kala menjing), dan memproduksi sperma.

Sedangkan perempuan memiliki alat produksi seperti rahim dan saluran untuk

melahirkan memproduksi telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat untuk

menyusui. Organ-organ tersebut secara biologis melekat pada manusia jenis laki-laki

(male) dan perempuan (female) yang secara permanen tidak berubah dan merupakan

ketentuan biologis sejak lahir atau sering disebut sebagai ketentuan Tuhan atau

kodrat. Dengan kata lain, seks dipahami sebagai pemaknaan terhadap jenis kelamin

yang bersifat biologis, alamiah, dan tidak bisa diubah dalam kondisi, situasi, budaya,

Page 26: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

12

dan tradisi apa pun. Artinya pemahaman seks tidak mengenal batas ruang dan waktu

(Fakih, 1998 & 2001).

Stereotipe tersebut, tanpa disadari telah mengantar keduanya dalam posisi

yang tidak setara atau timpang. Perempuan secara sosial ditekankan perannya di

sektor domestik, karena fungsi reproduksinya memungkinkan perempuan untuk

mengalami menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui. Dengan fungsi reproduksi

yang demikian itu, perempuan dikonstruksikan untuk berperan sebagai pengasuh

anak dan pengelola rumah tangga. Sedangkan laki-laki, karena reproduksinya berbeda

dengan perempuan, diharapkan dan dikonstruksikan secara sosial untuk menjadi

pencari nafkah keluarga, bekerja di luar rumah, dan menjadi pelindung keluarga

(Hayati, 2002).

Adapun menurut Oakly via Fakih (1997:71) gender berarti perbedaan yang

bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis yaitu perbedaan jenis

kelamin (seks) yang merupakan kodrat Tuhan dan oleh karenanya secara permanen

berbeda, sedangkan gender adalah perbedaan perilaku (behavioral differences) antara

laki-laki dan perempuan yang dikontradiksikan secara sosial, yaitu perbedaan yang

bukan kodrat atau bukan ketentuan Tuhan, melainkan diciptakan oleh manusia

melalui proses yang panjang. Caplan (Fakih, 1997:72) menyatakan bahwa perbedaan

laki-laki dan perempuan tidaklah sekedar biologis, namun melalui proses sosial dan

kultural. Oleh karena itu, gender bisa berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke

tempat dan dari kelas ke kelas, sedangkan jenis kelamin biologis akan tetap tidak

berubah.

Page 27: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

13

Gender menentukan berbagai pengalaman hidup yang bisa kita singkap.

Gender dapat menentukan akses kita terhadap pendidikan, kerja alat-alat dan sumber

daya yang diperlukan untuk industri dan keterampilan. Gender bisa menentukan

kesehatan, harapan hidup, dan kebebasan gerak seseorang. Gender akan menentukan

seksualitas, hubungan, dan kemampuan untuk membuat keputusan dan bertindak

secara otonom. Gender bisa menjadi satu-satunya faktor terpenting dalam membentuk

kepribadian seseorang dalam hidupnya (Sugiarti: 2003)

Istilah gender berguna karena istilah itu mencakup peran sosial kaum

perempuan maupun laki-laki. Hubungan antara laki-laki dan perempuan seringkali

amat penting dalam menentukan posisinya keduanya. Demikian pula, jenis-jenis

hubungan yang bisa berlangsung antara perempuan dan laki-laki merupakan

konsekuensi dari pendifinisian perilaku gender yang semestinya oleh masyarakat.

Berbicara mengenai gender, secara tidak langsung memerlukan keterlibatan laki-laki

untuk memahami dan mendukung perubahan dalam hubungan gender yang akan

diperlukan jika keseimbangan yang lebih adil dan setara antara jenis kelamin dalam

masyarakat tercapai.

Konsep gender pada dasarnya merupakan sifat yang melekat pada kaum laki-

laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural (Fakih,

1996:8). Adapun Murniati (2002:15) mengatakan bahwa pada dasarnya gender

merupakan perbedaan dan fungsi peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat,

serta tanggung jawab laki-laki dan perempuan. Gender bukanlah kodrat ataupun

ketentuan Tuhan, oleh karena itu gender berkaitan dengan proses keyakinan

Page 28: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

14

bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan

tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya di tempat mereka berada.

1.6.2.1 Relasi Gender

Pada dasarnya posisi jenis kelamin yang melahirkan prasangka gender

berdampak pada pola hubungan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki menjadi

superordinat dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan demikian, relasi dengan

perempuan dijalankan berdasarkan pemahaman mengenai superioritas laki-laki dan

inferioritas perempuan. Sebagai jenis kelamin yang memposisikan diri lebih unggul,

laki-laki menciptakan legitimasi yang terbentuk melalui lembaga-lembaga patriakal

guna memperkuat hegemoni terhadap kedudukan perempuan (Sugihastuti, 2007:122).

Ada pun Fakih (1996: 84) menyatakan bahwa pada dasarnya setiap kelompok

masyarakat memiliki kepentingan (interse) dan kekuasaan (power), ada pun dalam

setiap hubungan sosial selalu terdapat hubungan kaum laki-laki dan perempuan.

meskipun demikian, bahwa gagasan dan nilai-nilai selalu dipergunakan sebagai

senjata untuk menguasai dan melegitimasi kekuasaan, tidak terkecuali hubungan

antara laki-laki dan perempuan.

Sugihastuti (2007:4-5) mengatakan bahwa, seks dan gender menyatu melalui

pandangan masyarakat yang mencoba untuk memadu-padankan cara bertindak

dengan kodrat biologis. Berdasarkan pandangan di atas terlihat adanya relasi laki-laki

dan perempuan yang melahirkan idiologi gender yang membuahkan budaya

patriarkhi. Budaya ini tidak mengakomodasi kesetaraan, keseimbangan, sehingga

perempuan menjadi tidak penting untuk diperhitungkan (Nunuk, 1996:75). Perbedaan

Page 29: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

15

gender ini telah melahirkan ketidakadilan gender yang berimbas pada posisi yang

disandang oleh kaum perempuan (Sugihastuti, 2007: 278). Menurut Fakih via

Sugihastuti (2007:278-279) perbedaan gender didasarkan pada anggapan dan

penilaian oleh konstruksi sosial yang menimbulkan sifat atau stereotip yang

terkukuhkan sebagai kodrat kultural yang membutuhkan proses panjang yang telah

mengakibatkan ketidakadilan bagi kaum perempuan. Sedangkan menurut Nunuk

(1996:XIX) perbedaan seks antara laki-laki dan perempuan berproses melalui budaya

dan menciptakan perbedaan gender yang kemudian melahirkan idiologi gender. Lebih

lanjut, pandangan itu kemudian dikukuhkan lagi melalui agama dan tradisi. Dengan

demikian, laki-laki diakui dan dikukuhkan untuk menguasai perempuan, kemudian

hubungan laki-laki dan perempuan yang hierarkis dianggap sudah benar.

Adapun menurut Wahjana (2000) dominasi yang dimiliki laki-laki terhadap

perempuan menjadi suatu hal yang sudah semestinya karena itu merupakan bagian

dari kejantanan dan kekuasaan laki-laki. Dengan melakukan tindak kekerasan maka

laki-laki dapat mengurangi emosi dan tekanan yang dialaminya. Sedangkan rasa

rendah diri dan keingginan perempuan untuk didominasi adalah suatu hal yang tidak

terelakan dalam hubungan perempuan dan laki-laki.

Relasi heirarkis antara laki-laki dan perempuan tersebut berdampak pada

ketidakadilan perempuan yang terdiri dari beberapa hal antara lain; pertama

perbedaan dan pembagian gender, termanifestasikan dalam bentuk subordinasi kaum

perempuan di hadapan laki-laki terutama menyangkut soal pengendalian kekuasaan.

Kedua, perbedaan dan pembagian gender membentuk stereotip terhadap kaum

Page 30: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

16

perempuan yang berakibat pada penindasan terhadap mereka. Ketiga, perbedaan

gender mengakibatkan timbulnya kekerasan dan penyiksaan terhadap perempuan,

baik secara fisik maupun secara mental. Keempat, sosialisasi citra posisi, kodrat dan

penerimaan nasib perempuan tersebut menimbulkan anggapan pada kaum perempuan

sendiri, bahwa kondisi dan posisi yang telah ada bagi diri mereka merupakan sesuatu

yang normal dan kodrati (Sugihastuti, 2007: 279)

1.6.2.2 Ketidakadilan Gender

Ketidakadilan gender pada dasarnya merupakan bentuk perbedaan perlakuan

berdasarkan alasan gender, seperti pembatasan peran, penyingkiran atau pilih kasih

yang mengkibatkan terjadinya pelanggaran atas pengakuan hak asasinya. Persamaan

antara laki-laki dan perempuan, maupun hak dasar dalam bidang sosial, politik,

ekonomi, budaya dan lain-lain. Ketidakadilan gender terbentuk karena adanya

oposisi jenis kelamin yang melahirkan prasangka gender yang berdampak pola

hubungan antara laki-laki dan perempuan. Hal tersebut membawa hubungan yang

dijalankan berdasarkan pemahaman mengenai superioritas laki-laki dan inferioritas

perempuan (Sugihastuti, 2001:122).

Selain itu hubungan laki-laki dan perempuan yang dibentuk berdasarkan

pemahaman mengenai superioritas, pada akhirnya perempuan tidak hanya

memunculkan perilaku inferior dalam hubungannya dengan laki-laki akan tetapi,

perempuan juga membentuk citra inferior dan mendorong diri sendiri kepada posisi

subordinat (Sugihastuti, 2001:122-123). Sedangkan Fakih (1997) menyatakan bahwa

Page 31: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

17

ketidakadilan gender adalah suatu sistem dan struktur yang menempatkan laki-laki

maupun perempuan sebagai korban dari sistem.

Berdasarkan relasi gender yang ada, ketidakadilan gender dapat bersifat a)

langsung, yaitu bahwa perlakuan terbuka dan berlangsung baik disebabkan perilaku,

sikap, nilai, norma ataupun aturan yang berlaku; b) tidak langsung, bahwa seperti

peraturan sama tetapi pelaksanaanya menguntungkan jenis kelamin tertentu; c)

sistemik, yaitu bahwa ketidakadilan gender berakar dalam sejarah, norma atau

struktur masyarakat yang mewariskan keadaan yang bersifat membeda-bedakan

(Fausi,2008).

Dari relasi gender di atas Fakih (2006) membagi manifestasi ketidakadilan

gender menjadi berikut:

1. Subordinasi perempuan (penomorduaan), pandangan yang memposisikan

perempuan dan karya-karya lebih rendah daripada laki-laki. Pandangan ini

bagi perempuan menyebabkan mereka merasa sudah selayaknya sebagai

pembantu dan tidak berani memperlihatkan kemampuanya. Sedangkan

bagi laki-laki menyebabkan mereka sah untuk tidak memberi kesempatan

perempuan muncul sebagai pribadi yang utuh.

2. Marginalisasi perempuan, merupakan penempatan perempuan ke

pinggiran. Perempuan dicitrakan lemah, kurang atau tidak rasional, kurang

atau tidak berani sehingga tidak pantas atau tidak dapat memimpin.

Akibatnya perempuan selalu dinomerduakan apabila ada kesempatan

untuk memimpin.

Page 32: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

18

3. Stereotipe terhadap perempuan, merupakan citra baku tentang individu

atau kelompok yang tidak sesuai dengan kenyataan empiris yang ada.

Pelabelan negatif perempuan selalu berdampak negatif bagi perempuan

hal itu bahkan menimbulkan diskriminasi dan pada akhirnya dibatasi,

dipersulit, dan dimiskinkan oleh stereotipe. Pandangan stereotipe

masyarakat terhadap perempuan tersebut yakni pembakuan diskriminatif

antara perempuan dan laki-laki. Perempuan dan laki-laki sudah dibakukan

sifat yang sepantasnya sehingga tidak bisa keluar dari kotak definisi yang

membakukan tersebut.

4. Kekerasan terhadap perempuan; Kekerasan terhadap perempuan

merupakan tindakan seseorang laki-laki atau sejumlah laki-laki dengan

mengarahkan kekuatan tertentu sehingga menimbulkan kerugian atau

penderitaan baik secara fisik, seksual, atau psikologis pada perempuan

atau sekelompok perempuan. Termasuk tindakan yang bersifat memaksa,

mengancam, dan berbuat sewenang-wenang, baik yang terjadi dalam

kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan pribadi di ruang

domestik dan publik.

Menurut Sugihastuti (2007: 203) menyebutkan kekerasan terhadap perempuan

dibedakan menjadi dua yaitu kekerasan publik dan kekerasan domestik. Kekerasan

publik merupakan kekerasan yang dilakukan oleh pihak yang tidak memiliki

hubungan kekerabatan atau relasi berdasarkan perkawinan dengan perempuan yang

menjadi korban tindakanya dengan tidak memperhitungkan ranah terjadinya tindak

Page 33: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

19

kekerasan sedangkan kekerasan domestik merupakan tindak kekerasan terhadap

perempuan dalam lingkup rumah tangga.

Berdasarnakan manifestasi ketidakadilan gender menurut Fakih (2006) di atas,

peneliti hanya menganalisis persoalan ketidakadilan gender yang berhubungan

dengan isi cerita, yang terdiri dari subordinasi, dan kekerasan terhadap perempuan.

1.6.3 Sikap Perempuan

Pada dasarnya sikap merupakan suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan

antisipatif, presdisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara

sederhana, sikap merupakan respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan

(Anwar, 1995:5). Sikap sosial pada dasarnya terbentuk dari adanya interaksi sosial

yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih pada sekedar

adanya kontak sosial dan hubungan antara individu sebagai anggota kelompok sosial.

Menurut Sarwono (1976) sikap merupakan kesiapan seseorang untuk

bertindak pada situasi tertentu. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah

mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan dalam sikap

negatif terdapat kecenderungan untuk menjauh, menghindar, membenci, tidak

menyukai objek tertentu. Lebih lanjut sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan

dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman, sehingga dapat berubah-

ubah sesuai dengan keadaan lingkungan di sekitar individu yang bersangkutan pada

saat yang berbeda-beda.

Dalam kaitanya dengan sikap perempuan, Sugihastuti (2007:94) berpendapat

bahwa perempuan yang ditindas dan dieksploitasi, menghadirkan anggapan bahwa

Page 34: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

20

feminisme merupakan satu-satunya jalan mengakiri penindasan dan eksploitasi.

Sementara Jayanegara (2001:52) mengatakan bahwa sikap perempuan yang bercita-

cita untuk berbagai cara mengembangkan diri menjadi manusia yang mandiri lahir

dan batin akan didukung oleh gerakan feminisme, perempuan demikian akan

mengangkat kedudukan dan harkatnya hingga menjadi setingkat dengan kedudukan

dan harkat laki-laki, baik di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat.

Sedangkan sikap perempuan yang merasa puas bahagia dengan hanya semata-

mata mengurus keluarga dan rumah tangganya akan ditentang oleh para feminis.

Sikap perempuan demikian membiarkan dirinya tidak saja tergantung pada suami dan

kemudian pada anak-anaknya, melainkan juga tidak sanggup mengembangkan

dirinya menjadi orang yang mandiri secara jasmani maupun secara intelektual

(Jayanegara 2001: 51-52).

Dalam penelitian, kerangka pemikiran mengenai relasi gender, dipakai untuk

menganalisis relasi gender Lurah Koco dengan Rusminah, Lurah Koco dengan

Rusmini, Lurah Koco dengan perempuan-perempuan Desa Kapur dan juga dipakai

untuk menganalisis relasi gender Saburosan dengan Rusminah. Sementara itu,

kerangka pemikiran mengenai sikap perempuan dipakai untuk menganalisis sikap

Rusminah, Rusmini, dan perempuan desa terhadap relasi laki-laki terhadap gender

serta sistem patriarkhi yang tergambar dalam novel.

1.7 Metodologi Penelitian

1.7.1 Pendekatan

Page 35: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

21

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan sastra feminis.

Pendekatan sastra feminis digunakan untuk menganalisis keberadaan perempuan dan

permasalahan-permasalahan yang ada pada karya sastra, khususnya yang berkaitan

dengan masalah gender dan feminisme (Djajanegara, 2001: 51)

1.7.2 Metode Penelitian

Metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas

langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab-akibat berikutnya

(Ratna, 2003:34). Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis diskriptif, yaitu

mendiskripsikan fakta-fakta yang kemudian dilanjutkan dengan analisis. Secara

etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan (Ratna, 2003:53). Lebih lanjut

peneliti juga menganalisis relasi laki-laki perempuan, ketidakadilan gender dan sikap

perempuan yang ada di dalam novel Bibir Merah.

1.7.3 Teknik Analisis Data

Selanjutnya, penelitian ini dilakukan dengan tahap pengumpulan data dan

penganalisisan data, peneliti menggunakan teknik simak dan catat, penyimakan

terhadap isi dan novel tersebut kemudian dilanjutkan dengan teknik catat pada kartu

data. Teknik catat maksudnya pencatatan data yang digunakan dengan alat tulis,

sedangkan kartu data berupa kertas dengan ukuran dan kualitas apapun dapat

digunakan asal mampu memuat, memudahkan pembacaan dan menjamin data

(Sudaryanto, 1988:58).

Page 36: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

22

1.7.4 Sumber Data

Judul Buku : Bibir Merah

Pengarang : Achmad Munif

Penerbit : Navila, Yogyakarta

Tebal Buku : 232 hlm : 20 cm

Tahun Terbit : 2007

1.7.4 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian penelitian ini sebagai berikut. Bab I Pendahuluan berisi

latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

landasan teori, dan metodologi penelitian. Bab II Relasi gender. Bab III Berisi

ketidakadilan gender dan sikap perempuan. Bab IV Penutup, berisi kesimpulan dan

saran.

Page 37: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

23

Bab II RELASI GENDER

DALAM NOVEL BIBIR MERAH KARYA ACHMAD MUNIF

2.1 Pengantar

Pada bab II ini penulis menganalisis relasi gender antara laki-laki dan

perempuan yang ada dalam novel Bibir Merah karya Achmad Munif. Analisis

tentang relasi antara laki-laki dan perempuan tersebut, membahas masalah hubungan

laki-laki dan perempuan dalam lingkup gender yang memuat konflik. Dari analisis

tersebut akan ditemukan akibat dari konflik pada relasi laki-laki dan perempuan

dalam novel.

Dalam bab ini juga akan dikemukakan relasi gender antara laki-laki dan

perempuan yang dibangun berdasarkan tingkatan sosial dan peran yang ada di dalam

masyarakat. Ada pun peran laki-laki dominan yang terdapat dalam cerita terdapat

dalam sosok Lurah Koco. Dalam cerita, pengarang menghadirkan sosok Lurah Koco

sebagai simbol kekuasaan patriarkhi yang ada dalam masyarakat Desa Kapur.

Sementara dalam cerita terdapat ideologi, bahwa laki-laki (Lurah Koco) lebih tinggi

dari pada perempuan, bahwa perempuan harus dikontrol oleh laki-laki dan

perempuan adalah bagian dari milik laki-laki. Dalam sistem patriarkhi masyarakat

Desa Kapur, tercipta konstruksi sosial yang tersusun sebagai kontrol atas perempuan,

dan laki-laki berkuasa penuh mengendalikan hal tersebut.

Page 38: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

24

Selain Lurah Koco sebagai simbol kekuasaan patriarkhi, ia juga sebagai alat

kontrol terhadap para perempuan. Dengan demikian, simbol kekuasaan patriarkhi

Lurah Koco di atas membentuk sikap laki-laki sebagai superordinat dalam kerangka

hubungan dengan perempuan yang dijadikan sebagai subordinatnya.

Sementara dalam pembahasan bab dua ini, peneliti juga membahas

perempuan-perempuan yang berkaitan dengan sikap patriarkhi Lurah Koco dalam

wilayah masyarakat Desa Kapur. Ada pun perempuan yang dimaksud di atas antara

lain; Rusminah, Rusmini, Yu Ginah, Mbok Karto, Yu Sumi, dan Munah. Dari semua

sosok perempuan di atas, Rusminah dan Rusmini merupakan dua perempuan yang

berperan aktif dalam kemunculan konflik yang membangun klimak dan akhir cerita.

Ada pun hubungan relasi gender dalam cerita dijelaskan sebagai berikut.

2.2 Lurah Koco dengan Rusminah

Pada dasarnya hubungan pengembangan cerita dalam sebuah novel, tidak lain

dipengarui oleh adanya keterkaitan dan konflik tokoh yang bersangkutan. Hubungan

tokoh tersebut tidak lain merupakan sebuah upaya pengarang dalam menghadirkan

konflik dan permasalahan yang muncul melalui karakter dan dialog tokoh yang ada.

Begitu juga halnya dalam novel Bibir Merah karya Achmad Munif,

pengarang mencoba menghadirkan relasi gender dalam cerita sesuai dengan konflik

dan persoalan yang ada. Persoalam gender yang muncul dalam cerita, pada dasarnya

dipengarui adanya pola dominasi laki-laki terhadap kedudukan dan peran perempuan

dalam wilayah sosial masyarakat. Begitu juga halnya bahwa masalah yang mendasar

Page 39: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

25

dalam relasi gender dalam novel Bibir Merah, dipengaruhi juga adanya pola

kekuasaan sepihak yang merugikan perempuan.

Hal ini terlihat dalam relasi gender antara Lurah Koco dengan Rusminah.

Dua perbedaan karakter dalam cerita, dihadirkan pengarang sebagai subjek yang

berbeda. Pengarang menghadirkan Lurah Koco sebagai laki-laki yang mempunyai

kekuasaan, otoritas tinggi dalam masyarakat Desa Kapur. Kedudukan dan kekuasaan

Lurah Koco sebagai seorang kepala desa, membuat ia selalu bersikap otoriter dan

memaksa warganya terutama kaum perempuan dalam melayani kebutuhan seksnya.

Selain Lurah Koco sebagai laki-laki yang berkuasa dalam masyarakat, ia juga

mempunyai ambisi sebagai seorang pemimpin yang otoriter. Hal itu merupakan

sebuah konsekuensi bahwa kedudukan dan jabatan merupakan alat untuk

mengeksploitasi warganya. Dalam masyarakat Desa Kapur, Kedudukan dan status

sebagai seorang kepala desa, merupakan kedudukan paling tinggi dalam struktur

masyarakat, karena kedudukan itulah, Lurah Koco akan menaruh dendam terhadap

warganya jika mereka tidak menghormati dan mematuhi perintahnya. Hal itu terlihat

dalam kutipan berikut.

(1) “ Lurah Koco duduk di sadel sepeda motornya dengan sikap yang pongah sekali. Matanya melirik kesana kemari. Orang yang berpapasan dengannya mengangguk takzim. Sebab Pak Lurah akan menaruh dendam amat dalam kepada penduduk desa yang tidak menganggukkan kepala jika berpapasan dengannya. Itu artinya warga desa akan mendapat kesulitan (hlm. 32)”.

Bagi masyaraka, Lurah Koco tidak lain adalah seorang penjahat. Kedudukan

sebagai seorang kepala desa yang seharusnnya mengayomi masyarakat, justru kerap

Page 40: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

26

memaksa para perempuan untuk melayani kebutuhan seksnya. Semua itu didasari atas

paksaan dan tekanan dari Lurah Koco dalam mendapatkan perempuan untuk

dijadikan gendaan. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(2)” Begini Yu” aku pesen wanti-wanti utuk menjaga si Surti. Jangan sampai ada orang lain yang lebih dulu meminum air degan itu dan aku menerima sisanya. Aku tidak mau itu. ”Mosokto Pak Lurah meminum air degan” (hlm. 36)”.

Tinggal dalam masyarakat tradisional dan marginal, membuat Lurah Koco

merasa mendapatkan keuntungan dari masyarakat setempat. Hal itu dipengaruhi

adanya pola sistem patriarkhi yang menempatkan kedudukan dan kekuasaan laki-laki

lebih tinggi dalam masyarakat Desa Kapur. Kondisi demikian, memunculkan

ideologi Lurah Koco untuk melakukan pemaksaan baik itu berupa pajak yang tinggi

maupun pemaksaan terhadap perempuan.

Bagi masyarakat Desa Kapur, kedudukan dan kekuasaan Lurah Koco

dianggap sangat merugikan, tidak terkecuali bagi Rusminah. Ia adalah salah satu

perempuan Desa Kapur yang menjadi korban nafsu Lurah Koco. Kekerasan seksual

yang dialami oleh Rusminah merupakan kekerasan publik. Hal itu menandakan

bahwa keduanya terjalin tanpa adanya hubungan kekerabatan atau relasi berdasarkan

ikatan perkawinan. Sementara kekerasan Lurah Koco terhadap Rusminah, tidak

berupa pelecehan seksual saja, akan tetapi juga berupa kekerasan fisik dan

emosional. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(3)” Lelaki itu dengan leluasa menjamah seluruh tubuhnya. Dengan sekuat tenaga Rusminah melawan. Namun lelaki itu terlalu kuat tubuh Rusminah menjadi lemah karena dibungkam, dengan kain.....Tapi Rusminah berhasil menarik topeng yang dikenakan

Page 41: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

27

lelaki itu. Rusminah terkejut, lelaki itu adalah Lurah Koco. Karena topengnya terbuka, Lurah Koco semakin kalap, Rusminah dipukul sampai tidak sadarkan diri ( hlm. 173-174)”.

Berdasarkan kutipan (3) di atas terlihat adanya sikap upaya berontak

Rusminah terhadap sikap represif Lurah Koco. Kondisi demikian membuat ia

melakukan perlawanan meskipun tidak sebanding dengan kekuatan fisik yang Lurah

Koco miliki. Pelecahan seksual baginya merupakan sebuah perampasan harga diri,

karena sikap itulah ia mau mempertahankan dengan perlawanan sesuai dengan

kemampuan yang ia miliki.

Sementara keadaan Rusminah yang tidak sadarkan diri, memaksa Lurah koco

melakukan pemerkosaan tanpa ada pemberontakan darinya. Selain karena kondisi

Rusminah yang lemah, perlawanan terhadap Lurah Koco seolah tidak sebanding

dengan kekuatan fisik yang ia miliki. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(4)” Tetapi ketika sadar seluruh tubuhnya terasa sakit dan linu-linu. Dari selengkanganya keluar darah. Seluruh pakaianya terbuka (hlm. 174)”.

Berdasarkan kutipan (4) di atas, keadaan yang tidak seimbang dan posisi

Lurah Koco yang kuat, membuat Rusminah tidak mampu melawan paksaan Lurah

Koco sebagai pelaku pelecehan seksual dalam bentuk pemerkosaan. Dalam kutipan di

atas juga terlihat adanya dampak pemerkosaan yang dilakukan Lurah Koco yaitu

hilangnya dan rusaknya keperawanan Rusminah. Mengetahui bahwa dirinya telah

diperkosa oleh Lurah Koco, ia pun berinisiatif mencari adiknya yaitu Rusmini.

Keadaan yang sama pun ia lihat, bahwa tidak jauh berbeda dengan nasib yang

Page 42: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

28

menimpanya. Rusmini juga diperkosa sama seperti halnya Lurah koco memperkosa

Rusminah. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(5)” Gadis itu terkejut, seluruh pakaian adiknya terkoyak-koyak dan dari selelengkangnya juga keluar darah (hlm.174)”.

Keberadaan Rusminah sebagai anak buruh tani, membawa ia harus

diperlakukan semena-mena oleh Lurah Koco. Berawal dari keingginan lurah Koco

untuk menikahi Rusminah itulah awal peristiwa permasalahan dimulai. Mengetahui

bahwa Lurah Koco sudah memiliki istri dan anak, ditambah ia mempunyai beberapa

gendaan, menjadikan satu alasan mengapa Rusminah menolak keinginannya. Hal itu

terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(6)” Saya tidak mau, pak. Istri Pak Lurah sudah dua dan memiliki gendaan di mana-mana. Saya tidak mau menjadi istri ketiga Pak Lurah (hlm. 172)”.

Selain itu, kekuasaan dan otoritas Lurah Koco sebagai seorang kepala desa, ia

gunakan juga untuk memprovokasi masyarakat, bahwa orang tua Rusminah adalah

seorang dukun santet. Karena peristiwa itu pula masyarakat marah, dan membunuh

kedua orang tua Rusminah. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(7)” Mereka membawa obor dari daun kelapa kering yang dibakar. Rusminah dan adiknya Rusmini gemetar dan menangis. Ayah dan Ibunya menenangkan. Di luar orang-orang berteriak sambil mengacungkan tinju. “Bunuh tukang santet!” “Habisi mereka!” “Sudah banyak korban!” “Kita bakar Rumahnya!” “Seraaaaaaaaaaang!” Tiba-tiba pintu depan didobrak sampai hancur. Ayah dan ibunya diseret dan dipukuli ramai-ramai (hlm. 173)”.

Page 43: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

29

Berdasarkan kutipan (7), kedudukan kekuasaan dan otoritas Lurah Koco

sebagai kepala desa, dijadikan alat untuk balas dendam terhadap keluarga Rusminah

dengan cara memfitnah. Karena kekecewaan dan sakit hati, ia pun membunuh orang

tua Rusminah.

Meski telah mendapat pelecehan seksual dalam hal ini pemerkosaan,

Rusminah tidak putus asa terhadap nasib yang menimpanya. Semangat dan sikap

balas dendam itulah yang memotivasi Rusminah untuk bangkit dari penderitaanya.

Hal itu ditunjukan Rusminah dengan bekerja sebagai seorang pengamen siter bersama

adiknya. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(8)” Di Yogya, Rusminah dan Rusmini tidak hanya menjadi pengamen jalanan, tetapi juga melayani tanggapan orang punya hajat (hlm. 179).

Posisi yang termarginalkan itulah yang membawa ia harus berusaha sendiri

dalam mencukupi kebutuhan hidupnya sebagai perempuan miskin. Dalam

hubungannya dengan Lurah Koco, peristiwa pemerkosaan yang dialami Rusminah

terdapat bentuk ketidakadilan gender yang berupa marginanlisasi. Hal itu terbukti,

bahwa peristiwa pemerkosaan tersebut telah membawa ia menjadi perempuan miskin

dan tersingkir dari masyarakatnya.

Dampak peristiwa pelecehan seksual yang dilakukan Lurah Koco terhadap

Rusminah, tidak hanya berakibat pada masalah ekonomi, akan tetapi juga beban

psikologis bagi mereka. Adanya beban ekonomi dan ambisi untuk balas dendam

terhadap Lurah koco, memaksa Rusminah terjun dalam dunia prostitusi, hal tersebut

Page 44: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

30

ia lakukan dengan kesadaran tanpa paksaan dari orang lain. Hal itu terlihat dalam

kutipan sebagai berikut.

(9)” Dada Rusminah berdebar-debar. Baru kali ini ia akan melayani seorang lelaki dengan kesadaran penuh (hlm. 183)”.

Karena keadaan itu, Rusminah harus mengalami konflik batin. Satu sisi ia

ingin hidup normal akan tetapi sisi lain ia ingin mendapatkan uang yang banyak

untuk membeli tanah di Desa Kapur. Hal itulah yang memaksa dan memotivasi

Rusminah untuk menjadi orang kaya dan bisa menyingkirkan kekuasaan Lurah

Koco. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(10)” Bukankah sudah menjadi tekad ku untuk mencari uang sebanyak-banyaknya? Bukankah aku harus menjadi orang kaya? Bukankah aku ingin memiliki tanah luas di desa? Akan saya beli semua tanah di Desa Kapur. Akan saya depak Lurah Koco dan orang-orang yang pernah membunuh bapak dan ibuku (hlm. 180)”.

Berdasarkan kutipan (10) di atas, terlihat bahwa keinginan dan motivasi besar

Rusminah untuk balas dendam terhadap Lurah Koco tampak dalam semangatnya.

Sikap diri Rusminah dalam mengambil jalan pintas sebagai seorang pekerja seks

komersial (PSK), semata-mata didasari adanya keinginan ia menguras semua harta

yang dimiliki laki-laki. Karena ambisi dan kemauan menjadi orang kaya, ia pun rela

menjual dirinya demi tercapai keinginanya. Hal itulah yang membuat Rusminah

harus menerima konsekuensi perlakuan laki-laki. Hal itu terlihat dalam kutipan

sebagai berikut.

(11)” Rusminah tidak ingin menginggat apa-apa lagi. Ia pasrah, pasrah dan menyerah. Lelaki itu kuda jantan yang liar. Tubuh Rusminah lemas. Perempuan itu tertidur. Ketika bangun hari sudah pagi, Rusminah ingin menangis. Tapi ia sudah tidak lagi bisa

Page 45: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

31

menangis. Hanya matanya saja yang berkaca-kaca. Lelaki itu sudah tidak ada, hanya di meja kamar ada amplop tebal (hlm. 182)”.

Kekecewaan dan dendam Rusminah terhadap laki-laki semakin bertambah.

Hal itu tidak hanya akibat dendam terhadap Lurah Koco, akan tetapi juga kekecewaan

terhadap para preman yang telah memperkosa adiknya hingga berakibat sakit jiwa.

Karena keadaan itu pulalah ia terus menjaga tubuhnya agar tetap laku dan banyak

laki-laki yang bisa dikuras uangnya. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(12)” Dendam terhadap Rusminah kepada laki-laki semakin menjadi-jadi. Ia berusaha lebih mempercantik diri dan merawat tubuh. Tujuannya hanya satu untuk memikat lelaki dan menguras uangnya (hlm. 191)”.

Hidup bagi Rusminah adalah sebuah pilihan, masih ada hari esok yang lebih

baik. Kekecewaan dan dendam itu ia jadikan motivasi untuk mencapai cita-cita

menghancurkan kekuasaan Lurah Koco. Harga diri bagi Rusminah merupakan suatu

yang berharga, hal Itulah yang mendasari ia ingin balas dendam terhadap Lurah

Koco. Bagi Rusminah balas dendam tidak harus ia buktikan dengan perlawanan fisik

saja, akan tetapi juga perlawanan bahwa ia mampu mengembalikan harga diri

menjadi perempuan sukses.

Kesempatan untuk menjadi perempuan baik-baik itu pun seolah menjadi

kenyataan. Sampai suatu ketika ia berkenalan dengan laki-laki Jepang yang bernama

Saburosan. Ia adalah laki-laki Jepang, ayahnya seorang tentara Jepang bernama

Tetsuso San sedangkan ibunya adalah seorang jughun ianfu asal Semarang yang

bernama Bu Sayem. Terobsesi dengan Bu Sayem yang seorang pemain siter itulah,

Page 46: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

32

Saburosan pun sangat tertarik dengan Rusminah. Karena Saburosan itu pulalah awal

kehidupan baru Rusminah dimulai.

Perjuangan Rusminah terjun dalam dunia prostitusi tidak lain didasari adanya

luka batin terhadap Lurah Koco. Semua itu ia lakukan semata-mata demi

mengembalikan harga dirinya yang pernah dirampas oleh Lurah Koco dan

masyarakat Desa Kapur pada umumnya.

2.3 Lurah Koco dengan Rusmini

Pada dasarnya ketidakadilan gender dipandang sebagai sebuah bukti dampak

dari sistem patriarkhi. Bukti adanya dominasi laki-laki terhadap perempuan kerap

menimbulkkan konflik, baik baik itu secara individu maupun secara kolektif sosial.

Adanya persepsi bahwa kedudukan dan kekuasaan laki-laki menindas perempuan

merupakaan hal yang sah, dipandang sebagai bukti kelemahan sistem patriarkhi yang

selalu merugikan satu pihak dalam hal ini perempuan.

Upaya perlawanan terhadap ketidakadilan gender, pada dasarnya juga sangat

dipengarui oleh keadaan sistem sosial masyarakat setempat. Sementara itu

perlawanan akan dominasi laki-laki terhadap perempuan, cenderung dilakukan secara

rasionalitas dan kesadaran dan sikap kritis. Begitu juga halnya yang dialami oleh

Rusmini.

Sosok perempuan yang kedua ini adalah Rusmini, ia adalah saudara kandung

Rusminah. Seperti halnya Rusminah, Rusmini dilahirkan dan dibesarkan dalam

masyarakat tradisional dengan sistem patriarkhi yang sama. Meskipun lahir dari

Page 47: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

33

keluarga yang sama, tidaklah membuat persamaan karakter dan sifat antara keduanya

berbeda.

Sosok Rusmini adalah pribadi yang rapuh. Meskipun demikian ia juga

mengalami peristiwa yang sama seperti halnya Rusminah. Seperti yang dialami

Rusminah, Rusmini adalah korban kebejatan dan kekuasaan Lurah Koco. Hal itu

terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(13)” Gadis itu terkejut, seluruh pakaian adiknya terkoyak-koyak dan dari selengkanganya juga keluar darah. Rupanya setelah memperkosa dirinya, Lurah Koco memperkosa adiknya (hlm. 174)”.

Kutipan (13) di atas menunjukan bahwa Rusmini adalah sosok perempuan

yang masih perawan (virgin). Karena pemerkosaan itu ia harus kehilangan satu

barang yang paling berharga yaitu keperawanan. Peristiwa pemerkosaan yang

dilakukan Lurah Koco terhadap Rusmini, merupakan bukti bahwa sistem relasi dalam

masyarakat Desa Kapur masih timpang yaitu adanya sistem kekuasaan sepihak dan

dominasi patriarkhi yang membawa dampak pada perspektif laki-laki memandang

perempuan sebagai objek seksualnya.

Secara umum, pribadi Rusmini, adalah sosok perempuan lemah. Tidak seperti

halnya Rusminah yang berontak dan tidak bisa menerima semua peristiwa

pemerkosaan. Keadaan Rusmini yang rapuh dan lemah, memaksa ia harus menjalani

hidupnya dengan beban psikologis. Sikap pasrah Rusmini terhadap nasib yang

menimpanya tersebut menjadikan ia bisa menerima keadaan, dan tidak menaruh

dendam terhadap Lurah Koco. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

Page 48: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

34

(14)” Biarlah semuanya berlalu, Mbak. Barangkali semua itu sudah menjadi suratan nasip kita. Kita perlu mensyukuri apa yang kita terima sekarang (hlm. 95)”.

Kekerasan dan dominasi laki-laki dalam sistem sosial masih saja dialami

Rusmini. Hal itu terbukti ketika ia mengalami pelecehan seksul yang kedua kali.

Peristiwa itu terjadi ketika beberapa preman melakukan pelecehan seksual yang

berupa pemerkosaan. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(15)” Rusminah terkejut ketika malam itu ia pulang dari hotel. didapatinya orang-orang berkumpul di rumahnya. Terdengar suara tanggis histeris Rumini adiknya. Rusminah menerobos masuk dan menyibak kerumunan orang-orang itu. Beberapa orang memeluk Rusmini yang terus menangis histeris. ”Ada apa. Ada apa ini’? Ia lihat kain dan pakaian Rusmini koyak-koyak, Rusminah paham apa yang terjadi (hlm. 190)”.

Dampak langsung yang di hadapi Rusmini setelah peristiwa pemerkosaan

tersebut adalah hilangnya kepercayaan dan harga diri sebagai seorang perempuan.

Beban mental dan tekanan batin Rusmini sebagai korban pelecehan seksual sangat

terlihat ketika ia mengalami ganguan sakit jiwa. Hal itu tampak dalam kutipan

sebagai berikut.

(16)” setelah perkosaan itu Rusmini shock berat dan akhirnya di bawa kerumah sakit jiwa (hlm. 191)”.

Berdasarkan kitipan (16) di atas, merupakan bukti akibat dari adanya

pelecehan seksual dilakukan laki-laki terhadap Rusmini. Beban psikologis dan beban

mental merupakan dampak nyata dari peristiwa pelecehan seksual yang membuat

Rusmini mengalami gangguan jiwa. Dengan kata lain, tindakan pelecehan seksual

Page 49: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

35

dan pemerkosaan merupakan dampak dari ketidakadilan gender yang

termanifestasikan melalui sistem patriarkhi .

Lebih jauh dapat dilihat bahwa relasi gender antara Lurah Koco dengan

Rumani, muncul dari adanya persepsi Lurah Koco dalam memandang Rumani

sebagai objek seksualnya, hal itu juga didukung oleh kekuasaan ia sebagai seorang

kepala desa yang mempunyai otoritas dan kekuasaan penuh dalam masyarakat Desa

Kapur.

2.4 Lurah Koco dengan Perempuan-Perempuan Desa Kapur

Pada dasarnya hubungan sosial dalam masyarakat Desa Kapur dibentuk

dalam beberapa dusun. Tiap dusun dalam pemerintahan Desa Kapur terdapat kepala

dusun dan dipimpin oleh kepala desa sebagai tingkat paling atas dalam sistem

pemerintahan. Lurah Koco sebagai satu-satunya orang berkuasa dalam masyarakat

Desa Kapur, memiliki kekuasaan dan kedudukan paling tinggi dalam sistem sosial

tersebut.

Keadaan masyarakat desa yang miskin dan termarginal, membentuk

masyarakat sangat patuh dan tunduk terhadap keputusan Lurah Koco. Karena

kekuasaan dan kedudukan Lurah Koco itu pula, ia selalu memaksa para perempuan

desa untuk melayani kebutuhan seksnya. Begitu juga halnya yang dialami Yu Sumi.

Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(17)” wes to nduk, turuti saja keinginan Pak Lurah. Kita ini kawulonya Pak Lurah. sebagai kawula kita memang tidak punya hak untuk menolak. sebab kalau kamu tetap keras kepala, malapetaka akan menimpa kita.”

Page 50: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

36

” Aku emoh, Mbok. Enak saja semua perempuan harus menuruti nafsu bejatnya (hlm. 37)”.

Berdasarkan kutipan (17) di atas terlihat adanya sikap Yu Sumi yang

memandang bahwa kehormatan dan harga diri merupakan suatu yang berharga.

Meski pun demikian, tidak semua para perempuan menganggap bahwa kehormatan

dan harga diri itu sangat penting. Karena kebodohan dan kemiskinan itu pulalah

banyak para perempuan mau dijadikan gendaan Lurah Koco, hal itu semata-mata

mereka lakukan karena faktor ekonomi. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai

berikut.

(18)” Atase meng tukang siter saja berani menolak Pak Lurah. Apa tidak kebangeten itu (hlm. 36)”.

Sementara bagi Yu Sumi, harga diri dan kehormatan merupakan suatu yang

sangat berarti. Kedudukan dan setatus sosial yang rendah, bukanlah dijadikan alasan

bahwa kehormatan bisa ditukar dengan materi. Karena sikap itu, ia mau

mengorbankan dirinya untuk melindungi harga diri dan kehormatan yang ia miliki.

Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(19)” ................Tapi berbeda dengan perempuan lainya, ia berani menolak Lurah Koco, bahkan ia pernah memukul lelaki itu dengan tangkai cangkul ketika Lurah Koco mau memperkosanya. Sejak peristiwa itu Yu Sumi selalu menyelipkan pisau di pinggangnya. itulah yang membuat Lurah Koco tidak berkutik. Setiap kali ia berusaha mendekati Sumi, gadis itu mengacungkan belati (hlm. 37)”.

Konsep harga diri dan kehormatan bagi Yu Sumi sangatlah berbeda dengan

konsep yang dimiliki perempuan pada umumnya. Ia menganggap bahwa perempuan

Page 51: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

37

yang menjual kehormatanya, sama saja memandang dirinya sendiri sebagai barang.

Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(20)” ...........Kehormatan kok dijual. meskipun saya hanya tukang siter, saya tidak lenjeh, geleman. perempuan kalo sudah mau menjual kehormatanya, memandang dirinya sendiri seperti barang. Namanya barang, kalau pemakainya sudah bosan ya dibuang. Diri sendiri kok dihargai murah. Kalo perempuan sudah menganggap dirinya murah, perempuan melayani laki-laki dasarnya harus suka sama suka (hlm. 147)”.

Sikap sakit hati para perempuan desa terhadap sosok Lurah Koco sangatlah

dirasakan. Begitu juga halnya yang dirasakan oleh Mbok Karto, orang tua Yu Sumi.

Kekecewaan tersebut berawal ketika Lurah Koco mengusir Yu Sumi dari Desa

Kapur, sebagai alasan bahwa Yu Sumi tidak mau melayani nafsu seks Lurah Koco.

Di mata Mbok Karto ia beranggapan bahwa kekuasaan dan kedudukan Lurah Koco

tidaklah bisa menyamai kekuasaan Tuhan. Falsafah Jawa yang ia miliki tersebut

sangat jelas. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(21)” ............Kalo Lorah Koco mau mengusir saya , usir! Lurah Koco, Carik Dargo dan sampeyan dan lain-lain itu tinggal thek prel, seperti dahan kering yang jatuh ditiup angin. orang kok mau menyamai Gusti Allah, sing gawe urip. Pak bayan sampeyan itu menungsa seperti saya ini. Sampeyan tidak wenang menentukan nasib orang lain. Nanti gusti Allah marah kepada sampeyan. Bisa saja saya menerima perlakuan sampeyan. Tapi Gusti Allah tidak terima. Karena Gusti Allah yang menciptakan saya. Gusti Allah tidak terima kalo ciptaanya teraniaya oleh orang lain (hlm. 156)”.

Berbeda dengan halnya yang dilakukan oleh Yu Ginah. Karena kemiskinan

dan beban ekonomi, ia mau menyerahkan tubuhnya kepada Lurah Koco. Himpitan

ekonomi dan setatus sosial yang miskin telah memaksa ia menyerahkan tubuhnya

untuk ditukar dengan materi. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

Page 52: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

38

(22)” Yu Ginah tertawa genit. Di cubitnya lengan Pak Lurah, kemudian dijatuhkan Tubuhnya dalam pelukan lelaki itu (hlm. 35)”.

Bagi Yu Ginah, sikapnya terhadap Lurah Koco semata-mata bukanlah sebuah

penghargaan terhadap dirinya, melainkan hanyalah sebuah cara agar ia bisa

memerasnya. Meskipun demikian, karena keadaan ekonomi pulalah ia mau

menyerahkan dirinya untuk ditukar dengan materi. Tidak Hanya itu saja, karena

beban ekonomi pula Yu Ginah menjual Surti anak perawan satu-satunya kepada

Lurah Koco. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(23)” Yu Ginah tersenyum manja ketika Lurah Koco memasuki warung. ....”mana Surti Yu?” ” Oh, sekarang maunya Surti, to? sudah bosan dengan yang tua? ” Ya tidak begitu Yu. apa tidak boleh saya tanya anakmu?” ” Boleh Pak Lurah. lebih dari tanya pun boleh.” ” Jadi yang tua tidak marah, to. kalo saya mencari yang muda?” ” Yang muda masih segar. yaaaaaaa asalkan............” ” Asalkan apa?” ” Kelapa muda lebih mahal dari kelapa tua, Pak Lurah ” Edan kamu Yu. Saya tahu maksud kamu. Tapi jangan khawatir Yu

saya suka kedua-duanya ( hlm. 34)”.

Kebejatan dan rusaknya moral Lurah Koco terhadap para perempuan desa

seolah di tiru oleh aparat desa lainya. Seperti halnya Bayan Sardi. Karena kekuasaan

sebagai seorang bayan, ia juga kerap memaksa para perempuan desa untuk melayani

kebutuhan seksnya. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(24)”Ndak usah takut Munah. mula-mula memang begitu. Takut, khawatir, tidak sampe hati. Itu karena kamu belum mencobanya. sekali kamu mencoba akan ketagihan, dan setiap malam kamu akan menunggu aku mengetuk pintu (hlm. 75)”.

(25)” Munah duduk di pinggir tempat tidur dekat Bayan Sardi, serta

merta Bayan Sardi memeluknya. Munah mencoba memberontak,

Page 53: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

39

tetapi Bayan Sardi tahu pembrontakan itu lemah sekali, lelaki itu terlau berpengalaman menghadapi penolakan yang hanya setengah hati seperti itu. Penolakan basa-basi biar tidak dikatakan perempuan gatal. Namun justru penolakan setengah-setengah itu membangkitkan kelelakian Bayan Sardi. Maka dipeluknya dengan erat perempuan itu, dan seperti dugaannya Munah tidak berontak lagi. Ia justru mengglendotkan tubuhnya pada lelaki yang sebenarnya yang pantas menjadi ayahnya itu..........dan kejadianya begitu cepat. dan ketika sadar ia terbaring di sisi Bayan Sardi dengan pakaian tidak semestinya dan rambut awut-awutan. Tubuhnya penat setelah merasakan kepuasan yang luar biasa (hlm. 76-77)”.

Keadaan ekonomi yang miskin ditambah dengan kepergian suaminya ke

Jakarta itulah satu alasan menggapa Munah mau menyerahkan tubuhnya kepada

Bayan Sardi. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(26)”kasihan kang marto, Pak ” ” Apa kamu kira Marto juga tidak melakukan hal seperti ini? lelaki

Munah, lelaki. Mungkin Si Marto malahan sudah punya perempuan lain, punya gendaan atau istri lagi........

Munah berhenti menangis. Memang untuk apa menangis? toh ia sudah melayani Bayan Sardi dengan perasaan tidak terlalu terpaksa. dan ketika Bayan Sardi pamitan, Munah mengantarkan sampai di pintu belakang (hlm.77)”.

Kondisi dan keadaan masyarakat yang marginal dan di tambah dengan sistem

patriarkhi menjadi faktor mempengaruhinya keadaan Desa Kapur sangat terbelakang.

Hal itu pula yang mendorong adanya dominasi, pelecehan dan kekarasan terhadap

perempuan Desa Kapur. Meskipun demikian, adanya perlawanan dan pemberontakan

terhadap sistem patriarkhi sangat terlihat dalam sikap para perempuan yang menolak

penindasan yang dilakukan oleh Lurah Koco dan aparatnya.

Page 54: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

40

2.5 Saburosan dengan Rusminah

Pada dasarnya relasi hubungan antara tokoh Saburosan dengan Rusminah

terjalin melalui profesi Rusminah sebagai seorang pekerja seks komersal (PSK).

Keadaan dan posisi ia sebagai seorang pelacur merupakan akibat dan dampak sosial

dari kekuasaan Lurah Koco. Sikap ia yang termarginalkan dalam masyarakat,

membawa ia berambisi ingin mengembalikan harga diri yang pernah dirampas oleh

Lurah Koco dengan jalan menjadi perempuan sukses.

Luka batin dan motivasi balas dendam itulah satu alasan Rusminah terjun

dalam dunia prostitusi. Pekerja seks komersiel (PSK) bagi Rusminah merupakan satu

lebel yang harus ia terima dari profesi yang ia jalani. Baginya profesi tersebut

merupakan jalan pintas dari sebuah pelarian sakit hati dari semua laki-laki yang

pernah menyakitnya. Himpitan ekonomi dan motivasi balas dendam terhadap Lurah

Koco itulah yang menjadi konflik batin bagi rusminah yang sangat sulit untuk

disembuhkan.

Pengalaman dan kenyataan pahit sebagai perempuan panggilan bagi

Rusminah adalah sebuah resiko, meskipun demikian harapan untuk menjadi

perempuan baik itu pun datang. Berawal dari perkenalanya dengan laki-laki Jepang

bernama Saburosan itulah kehidupan rumanti berubah.

Saburosan adalah sosok laki-laki yang berasal dari Jepang, ia adalah anak dari

seorang tentara Jepang. Ayahnya bernama Tetsu Sosan sedangkan ibunya adalah

seorang jughun ianfu asal Semarang yang bernama Bu Sayem. Latar belakang masa

lalu itulah yang yang membuat sikap Saburosan sangat menghormati Rusminah

Page 55: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

41

sebagai seorang PSK. Tidak seperti halnya perempuan-perempuan lain pada waktu

itu, Bu Sayem mendapatkan perlakuan istimewa dari Tetsu sosan. Hal itu terlihat

dalam kutipan sebagai berikut.

(27)” Tetapi berbeda dengan perempuan-perempuan lain yang harus melayani serdadu-serdadu itu, Sayem hanya melayani Tetsuo san. Setiap malam ia harus main siter dan melantunkan tembang (hlm. 201)”.

Bagi Saburosan sosok Rusminah adalah pribadi yang mirip ibunya. Hal itu

terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(28)” Yu Rus tidak jelek. Yu Rus mirip ibu saya. Ibu saya juga cantik lho.”

” Seperti saya ?” ” Ibu saya orang Jawa Yu, dari Semarang”(hlm. 198)”.

Kehadiran Saburosan dalam kehidupan Rusminah merupakan awal perubahan

sikap akan pribadi Rusminah sebagai seorang pekerja seks komersiel (PSK). Tidak

seperti halnya laki-laki lain yang menganggap bahwa tubuh Rusminah adalah barang

yang bisa dihargai dengan uang, Saburosan justru menganggap bahwa sosok

Rusminah adalah gambaran Ibunya. Karena sikapnya tersebut ia tidak

memperlakukan Rusminah sebagai seorang PSK. Hal itu terlihat dalam kutipan

sebagai berikut.

(29)” Di dalam kamar itu Saburosan hanya mencium kedua pipinya (hlm, 199)”.

Hubungan batin Saburusan dengan ibunya sebagai keturunan orang jawa

dijadikan alasan mengapa ia tidak mau tidur dengan Rusminah. Hal inilah yang

Page 56: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

42

mendorong Saburosan sangat menghormati Rusminah. Hal itu terlihat dalam kutipan

sebagai berikut.

(30)” Sebagai laki-laki saya ini sama dengan lelaki lain. Tapi pantang bagi saya tidur dengan perempuan Jawa. Setiap ada keinginan untuk itu, wajah ibu saya selalu membayang (hlm. 203)”.

Karena sikap itu pulalah ia mempunyai prinsip bahwa ia tidak akan menikah

dengan perempuan jawa. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(31)” Tidak mungkin Yu Rus, tidak mungkin. Memang saya belum punya istri. Tetapi kalo saya mencari istri tidak mungkin saya memilih wanita Jawa (hlm. 205)“.

Melihat dan mengetahui sikap Saburosan yang ramah dan bisa menghargai

profesinya tersebut, terjalin hubungan istimewa antara Saburosan dengan Rusminah.

Hal inilah yang melahirkan hubungan mereka semakin dekat. Hal itu terlihat dalam

kutipan sebagai berikut.

(32)“ Lama-lama hubungan mereka seperti ibu dan anak atau kakak dan adik sekalipun usia mereka sebenarnya hampir sama (hlm. 204)“.

Merasa terjalin hubungan mereka sebagai seorang kakak dan adik, Saburosan

pun berinisiatif mengubah dan mengajak Rusminah untuk menjalani hidupnya

sebagai perempuan baik-baik. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(33)“ Putuskan berhenti sekarang Yu. Yu Rus masih muda. Begini Yu saya punya usul bagaimana kalo sampeyan mulai hidup baru dengan mendirikan usaha (hlm. 204)“.

Adanya pandangan dan sikap diri Rusminah yang tidak mampu, menjadikan

satu alasan Rusminah sulit untuk kembali menjadi perempuan baik-baik. Karena

Page 57: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

43

relasi hubungna itu pulalah ia harus menerima dan membuka perasaanya terhadap

laki-laki. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(34)“ Saya ini orang bodoh Saburosan.“ Jangan khawatir Yu, kan ada saya. Selama saya di Indonesia saya akan sering-sering ke Yogya.“ ”apakah saya bisa ?“ ” Mesti bisa. Yu Rus sebenarnya tidak bodoh. Orang yang tidak sekolah belum tentu bodoh (hlm. 205)“.

Melalui relasi dengan Saburosan, Rusminah hadir sebagai tokoh yang

mempunyai karakter dan kepribadian berbeda. Semua itu tercipta karena adanya

jalinan kerjasama yang membawa pada perubahan dirinya. Ada pun bagi Rusminah

kehadiran Saburosan merupakan kekuatan yang mampu menumbuhkan rasa percaya

diri. Sosok perubahan diri Rusminah dari perempuan lemah menjadi perempuan

sukses, merupakan bukti kongkret bahwa balas dendam dan ambisi merupakan

motivasi yang mampu mengubah segalanya.

Selain itu hadirnya Saburosan dalam diri Rusminah juga membuktikan adanya

peran gender bahwa laki-laki diposisikan sebagai kunci permasalahan. Sumber

permasalahan yang dihadapi Rusminah berakar dari laki-laki dan diakhiri oleh laki-

laki. Bagaimana pun juga Semua itu membawa pada anggapan adanya sikap

ketergantungan perempuan terhadap laki-laki.

Lebih lanjut relasi gender di atas dipandang sebagai hubungan laki-laki dan

perempuan yang saling memberikan peran terhadap masing-masing dan

mempengarui sikap diantara keduanya. Selain itu adanya pandangan bahwa

kedudukan dan peran laki-laki yang dominan memberikan pemahaman bahwa pada

Page 58: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

44

dasarnya laki-laki adalah objek yang mampu memberikan solusi dalam setiap konflik

yang dialami oleh perempuan.

Dalam kaitan relasi gender antara Saburosan dan Rusminah, terdapat unsur

ketimpangan sosial antara pihak laki-laki dan pihak perempuan dalam penyelesaian

konflik. Rusminah, diposisikan sebagai kaum marginal sedangkan Saburosan

mempunyai peran dominan yang berperan sebagai simbol kekuasaan positip. Konsep

inilah yang mengubah pandangan Rusminah sebagai pekerja seks komersial (PSK)

mau mengubah jalan hidupanya atas kuasa Saburosan.

Sementara pandangan dan konsep hidup tradisional bagi Rusminah, bukan

menjadi alasan ia bersikap secara tradisional pula. Adanya keinginan besar untuk

mengubah hidup menjadi perempuan sukses, menjadi alasan ia mau menerima

tawaran Saburosan untuk membuka usaha sendiri. Sementara itu adanya dorongan

dari luar dan kemauan untuk mengubah hidup, mendorong ia meninggalkan

profesinya sebagai seorang pekerja seks komersial (PSK). Hal itu terlihat dalam

kutipan sebagai berikut.

(35)“ Usaha kecil-kecilan yang didirikan Rusminah (Rumanti) dengan bimbingan Saburo-san terus berkembang. Akhirnya ia bisa mendirikan perusahaan perkebunan yang besar (hlm, 205)“.

Berdasarkan kutipan (35) di atas menunjukan, kesuksesan yang diraih

Rusminah merupakan hasil campur tangan laki-laki dalam hal ini Saburosan. Peran

Saburosan dalam menggembalikan identitas dirinya dari perempuan marginal

menjadi perempuan sukses, tidak lain karena latar belakang ibunya sebagai keturunan

orang jawa.

Page 59: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

45

Sosok Rusminah sebagai pribadi yang tegar, ingin membuktikan dan

menunjukan kepada masyarakat Desa kapur, bahwa ia mampu mengembalikan harga

diri yang pernah dirampas oleh Lurah Koco dan masyarakat pada umumnya. Selain

itu, karena adanya hubungan relasi gender diatara keduanya, telah membawa

perubahan dalam diri Rusminah. Kesabaran dan keuletan Rusminah dalam mengolah

usahanya membawa ia menduduki sebagai kepala perusahan. Karena setatus dan

kedudukan itu pula, ia berharap mampu mengembalikan harga diri yang pernah

dirampas oleh Lurah Koco

Bukti perlawanan akan dominasi dan kekuasaan Lurah Koco itu ia buktikan

dengan cara ia mampu membeli tanah di Desa Kapur. Hal itu terlihat dalam kutipan

sebagai berikut.

(36)“ Kalo kalian memang tidak bisa membebaskan tanah itu, saya sendiri akan turun tangan. Tapi inggat, besok pagi kalian sudah harus hengkang dari kantor ini. Jangan khawatir anda-anda tidak pergi dengan cuma-cuma (Hlm,3)“.

Kekuasaan Rusminah sebagai pemimpin perusahaan merupakan bukti

kemenangan ia melawan ketertindasan dan kebobrokan sistem sosial yang ada

dimasyarakat. Bahwa perlawanan ia sebagai perempuan lemah, terlihat dari usaha ia

mampu mematahkan dominasi dan kekuasaan tunggal yang ada di dalam masyarakat

Desa Kapur tersebut.

Perlawanan akan dominasi laki-laki itulah gambaran tokoh Rusminah. Ia

harus berjuang dan melawan penindasan yang dilakukan oleh sistem yang berlaku,

baik itu oleh Lurah Koco maupun masyarakat Desa Kapur. Karena sikap yang ia

Page 60: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

46

miliki itu, ia bisa mengembalikan harga diri yang pernah dirampas oleh Lurah Koco.

Bagi Rusminah sistem patriarkhi tersebut telah merampas semua hak yang ia miliki.

Karena sistem patriarkhi itu pula ia ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa

tidak selamanya perempuan lemah dijadikan kurban oleh sistem yang berlaku.

Ketidakadilan gender dan diskriminasi terhadap perempuan merupakan

bentuk dari akibat sistem patriarkhi, bahwa karena sistem tersebut Rusminah

termotivasi untuk mengembalikan hak yang dirampas oleh laki-laki dalam hal ini

Lurah Koco dan masyarakat Desa Kapur pada umumnya. Bagi Rusminah,

penguasaan dan pengembalian hak yang dirampas laki-laki dalam ruang publik

merupakan sesuatu yang harus dihargai, dan bukan dianggap sebagai sesuatu luar

biasa dan mengancam kedudukan atau posisi laki-laki.

Meskipun demikian, kekuasaan dan dominasi laki-laki atau sistem patriarkhi

yang ada dimasyarakat, kerap disahkan oleh sistem sosial yang ada. Hal itu memaksa

kekuasaan laki-laki merujuk pada kekerasan terhadap perempuan. Sikap kekuasaan

yang berujung pada kekerasan perempuan tersebut pada dasarnya digunakan laki-laki

untuk mengontrol dan menundukkan perempuan. Selain itu, kekerasan juga dianggap

sebagai alat untuk mengontrol perempuan. Dalam kaitannya dengan sikap Rusminah

di atas, terdapat gambaran sikap perlawanan yang dipicu dari penindasan laki-laki

terhadap perempuan. Sementara sistem patriarkhi juga telah membentuk laki-laki

sebagai peran dominan dalam masyarakat.

Pada kenyataanya bahwa komitmen Rusminah sebagai perempuan tertindas

didasari adanya usaha mengubah hidupnya menjadi perempuan yang lebih baik.

Page 61: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

47

Selain itu, adanya usaha pembebasan dari tekanan laki-laki, dijadikan pola

pembrontakan Rusminah melawan sistem patriarkhi. Adanya sikap dan hubungan

antar tokoh di atas, terlihat adanya perlawanan yang disebabkan persosalan gender.

Bahwa pada dasarnya sikap laki-laki yang dominan telah mengesampingkan fungsi

dan peran gender yang membuat dan mengakibatkan peran dan kekudukan

perempuan tersingkir.

Page 62: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

48

2.6 Rangkuman

Dari pembahasan bab dua di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

relasi gender terbentuk karena adanya oposisi jenis kelamin yang melahirkan

prasangka gender. Selain itu, adanya tindakan represi laki-laki (Lurah Koco dan

Bayan Sardi) terhadap perempuan, menjadikan sistem kontrol patriarkhi berupaya

menegaskan kedudukan yang tidak setara antara dua jenis kelamin. Karena relasi

gender yang timpang itu pulalah, terjadi ketidakadilan gender yang dialami oleh

perempuan.

Ada pun bentuk-bentuk relasi gender yang ada adalah, adanya relasi Lurah

Koco dengan Rusminah, Lurah koco dengan Rusmini, Lurah Koco dengan

perempuan-perempuan Desa Kapur dan hubungan relasi antara Saburosan dengan

Rusminah. Sementara relasi gender yang terbentuk berdasarkan sistem patriarkhi

juga mendorong munculnya superioritas laki-laki dan inferioritas perempuan dalam

masyarakat Desa Kapur.

Begitu juga halnya bahwa citra inferioritas yang disandang para tokoh

perempuan dalam novel Bibir Merah, menyiratkan ketertindasan perempuan secara

mental, yang muncul sebagai sebuah bentuk kekalahan perempuan dalam

hubungannya dengan dunia patriarkhi.

Sebagai lawan jenis Lurah Koco, perempuan-perempuan Desa Kapur

merupakan objek eksploitasi yang tidak hanya dari sisi seksual, tetapi juga dari sisi

stereotip perempuan sebagai mahkluk yang lemah. Meskipun dalam bentuk yang

berbeda, Rusminah, Rusmini, Mbok Karto, Yu Sumi, Yu Ginah dan Munah tetap

Page 63: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

49

kalah dalam hubungannya dengan dunia patriarkhi yang melingkupi kehidupan dan

fungsi sosial mereka. Meskipun demikian, sikap dan perlawanan terhadap sistem

patriarkhi terlihat dari sikap dan perbuatan tokoh tersebut melawan otoritas Lurah

Koco.

Terkait dengan ideologi relasi gender di atas, muncul mekanisme kontrol

terhadap seksualitas perempuan, bahwa tubuh perempuan sebagai objek yang pantas

dinikmati oleh laki-laki. Selain itu, adanya cara pandang laki-laki dalam

memposisikan perempuan sebagai patner lawan jenis, telah disampingkan dan

disimpangkan sebagai tujuan kontrol eksploitasi seksual laki-laki.

Dari segi kekuasaan, dominasi patriarkhi di atas telah melahirkan kekerasan

yang berupa kekerasan seksual dan kekerasan fisik. Ada pun bentuk kekerasan

tersebut berdampak pada reaksi perlawanan yang dilakukan perempuan yang berupa

semangat sikap balas dendam. Meskipun demikian, hal yang menarik dari uraian di

atas ialah bahwa adanya fakta banyaknya reaksi korban yang muncul dalam bentuk

menghindar terhadap kekerasan yang terjadi. Hal itu terjadi karena banyaknya korban

yang merespon tindakan kekerasan terhadap dirinya dengan cara diam. Korban tidak

bisa menghindar dari kekerasan yang menimpa dirinya, dan tidak bisa pula melawan

pelaku. Respon yang kemudian dimunculkan korban ialah sikap pasif dalam bentuk

diam.

Untuk itu dalam bab III akan mengkaji secara lebih mendalam mengenai

ketidakadilan gender dan sikap perempuan. Dari analisis ini akan terungkap

bagaimana ketidakadilan gender dan sikap perempuan dapat terjadi.

Page 64: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

50

Bab III

KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN 3.1 Pengantar

Pada bab III ini peneliti menganalisis ketidakadilan gender dan sikap

perempuan dengan menggunakan tinjauan sastra feminis, yaitu pendekatan tentang

persamaan antara laki-laki dan perempuan di bidang politik, ekonomi, dan sosial atau

kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan.

Peneliti menggunakan teori sastra feminis karena sebagian besar tokoh perempuan

dalam cerita mengalami ketidakadilan gender yang melahirkan sikap perlawanan

terhadap sistem patriarkhi. Dalam bab ini akan dikemukakan ketidakadilan gender

dan sikap perempuan yang dialami perempuan-perempuan Desa Kapur.

3.2 Ketidakadilan Gender

Lahirnya dominasi laki-laki terhadap perempuan, bersumber dari adanya

sistem patriarkhi yang mengakar dalam nilai sosial budaya masyarakat. Bahwa karena

sistem patriarkhi, muncul adanya konstruksi sosial laki-laki berkuasa penuh

mengendalikan perempuan. Ada pun dalam analisis ketidakadilan gender dan sikap

perempuan dalam novel Bibir Merah ditemukan tiga manifestasi ketidakadilan

gender yakni subordinasi, steriotipe dan kekerasan terhadap perempuan. Analisis

manifestasi ketidakadilan gender yang terdapat dalam novel tersebut akan dianalisis

sebagai berikut.

Page 65: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

51

3.2.1 Subordinasi terhadap Perempuan

Pada bentuk manifestasi ketidakadilan gender ini, perempuan telah dianggap

sebagai kaum yang tidak penting dan berada dalam dominasi laki-laki. Pada kasus

tersubordinasinya perempuan dalam kehidupan laki-laki ini, kedudukan perempuan

dianggap tidak penting dan selalu dilemahkan. Pandangan ini bagi perempuan

menyebabkan mereka merasa sudah selayaknya sebagai pembantu, sosok bayangan

dan tidak berani memperlihatkan kemampuanya sebagai pribadi. Bagi laki-laki,

pandangan ini menyebabkan mereka sah untuk tidak memberi kesempatan perempuan

muncul sebagai pribadi yang utuh (Murniati,2004: XXII). Sistem ini tidak hanya

terjadi pada wanita yang miskin, akan tetapi juga perempuan yang tegar, kaya, dan

intelek.

Hal tersebut terlihat dalam sosok tokoh Yu Sumi dan Mbok Karto dalam

novel Bibir Merah. Karena kedudukan dan status sosialnya yang rendah, ia selalu

dipandang sebagai perempuan yang tidak penting. Karena status dan kedudukan itu

pula, ia sering mendapat tekanan dan paksaan untuk melayani kebutuhan seks Lurah

Koco. Sikap dan kebijakan Lurah Koco yang menganggap bahwa perempuan bisa

dieksploitasi secara seksual, mendorong Yu Sumi melakukan perlawanan. Ia tidak

mau Lurah Koco memandang rendah dirinya hanya melihat dari status sosialnya saja.

Karena sikap Pak Koco yang selalu merendahkan dirinya, Yu Sumi pun selalu

melawan, baik secara fisik maupun dengan kata-kata. Hal itu terlihat dalam kutipan

sebagai berikut.

Page 66: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

52

(37)Tapi berbeda dengan perempuan lainnya, ia berani menolak Lurah Koco. Bahkan ia pernah memukul lelaki itu dengan tangkai cangkul ketika Lurah Koco mau memperkosanya. Sejak peristiwa itu Yu Sumi selalu menyelipkan pisau di pinggangnya ( hlm. 90)”.

(38) “Tidak sudi, Nyah. Kehormatan kok dijual. Meskipun saya hanya

tukang siter, saya tidak lenjeh, geleman. Perempuan kalo sudah mau menjual kehormatannya, memandang dirinya sendiri seperti barang. Namanya barang, kalo pemakainya sudah bosan ya dibuang. Diri kok dihargai murah. Kalo perempuan sudah menganggap dirinya murah, orang lain akan menghargainya lebih murah. Perempuan melayani laki-laki dasarnya harus suka sama suka. Tidak ada paksaan” (hlm. 147)”.

Dari kutipan (37) dan (38) di atas dapat diketahui bahwa Yu Sumi tidak

menerima pandangan atau pola pikir yang menempatkan seorang perempuan berada

di bawah laki-laki. Ia juga tidak menghendaki adanya sistem dominasi dan

superioritas laki-laki yang menempatkan perempuan harus dikontrol dan dikuasai

laki-laki. Hal yang dijunjung tinggi dan diharapkan Yu Sumi dalam masyarakat

adalah adanya penghargaan dan pengakuan atas diri perempuan yang sederajat bukan

sebagai perempuan yang tersubordinasi.

Dampak langsung yang dihadapi Yu Sumi karena sikap Lurah Koco yang

merendahkan dirinya itu, berakibat pada tersingkirnya ia dari lingkungan sosialnya.

Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(39)”suara nglangut, sedih derita seorang perempuan tua yang merindukan anak perempuan satu-satunya. Yu Sumi anak perempuanya sudah lima tahun tidak berani lama tinggal di Desa Kapur karena ulah Lurah Koco (hlm. 36)”.

Subordinasi perempuan di atas, pada dasarnya berakar dari serangkaian

hambatan yang berdasarkan adat kebiasaan dan hukum yang membatasi serta

Page 67: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

53

keberhasilan perempuan pada apa yang disebut dunia publik. Karena masyarakat

mempunyai keyakinan yang salah bahwa perempuan secara alamiah tidak secerdas

laki-laki. Sebagai akibat dari politik meminggirkan ini, potensi yang sesungguhnya

dari perempuan tidak terpenuhi.

Kasus subordinasi atas diri wanita, tampaknya merupakan satu pola kultural

dan struktural yang tidak dapat dengan mudah dihapus dalam kehidupan. Sistem

struktural dalam masyarakat pada umumnya masih menganggap perempuan berada di

bawah laki-laki. Dengan demikian, kehidupan perempuan pun selalu dikontrol laki-

laki. Untuk dapat lepas dari pola dan sistem tersebut maka diperlukan sikap dan

perjuangan dari pihak kaum wanita dan kaum laki-laki, sebab masalah subordinasi ini

hakikatnya bukan masalah perempuan, tetapi merupakan masalah sosial yang perlu

diperjuangkan bersama.

Subordinasi terhadap perempuan dalam novel Bibir Merah terlihat melalui

tersingkrnya perempuan dan hilangnya pengakuan status perempuan dalam

masyarakat. Selain itu terlihat pula adanya penempatan perempuan lebih rendah dari

pada laki-laki yang dialami oleh tokoh Yu Ginah dan Mbok Karto, membuktikan

masih adanya pengakuan bahwa kedudukan laki-laki (Lurah Koco) masih dominan

sebagai relasi perempuan. Bukti adanya subordinasi terhadap perempuan juga tampak

dalam sikap laki-laki (Lurah Koco) yang selalu mengeksploitasi tubuh perempuan

sebagai objek seksual. Hal itu juga membuktikan bahwa kedudukan dan kekuasaan

mempengarui proses tersubordinasinya perempuan.

Page 68: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

54

3.2.2 Steriotipe terhadap Perempuan

Dalam persoalan steriotipe perempuan disini terungkap adanya

kecenderungan perempuan melabelkan diri sebagai perempuan kelas kedua.

Persoalan steriotip perempuan terlihat dari sikap perempuan yang menganggab dan

memandang dirinya sebagai kaum bawahan. Hal itu terlihat ketika perempuan

mempunyai kedudukan lemah dalam setatus sosial, baik dalam keluarga maupun

dalam sistem sosial masyarakat. Lahirnya steriotip perempuan pada dasarnya selalu

bersumber dari bagaimana peran dan posisi perempuan dalam fungsi masyarakat.

Kedudukan perempuan selalu dipandang hanya dari sisi penandaan saja hal itu sangat

memperjelas bahwa steriotip perempuan lebih cenderung menimbulkan ketidakadilan

gender.

Begitu juga halnya dalam novel Bibir Merah, pelabelan dan penandaan

perempuan sebagai pribadi lemah seolah terlihat dalam peran dan kedudukan istri

Bento yang menganggab bahwa melayani atasan merupakan hal yang wajar dalam

hubungan atasan dan Bawahan. Hal itu diawali ketika Bento mengingginkan

kedudukan sebagai seorang bayan, mengantikan Bayan Sardi. Kesempatan

mempunyai kedudukan dan jabatan sebagai seorang Bayan, ternyata harus dibayar

dengan menyerahkan istrinya untuk melayani Lurah Koco. Penyesalan istri bento

terhadap sikap suaminya itu terlihat ketika ia harus melayani Lurah Koco. Hal itu

terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(39) Perempuan itu memukul dada suaminya . tanggisanya makin keras. Bento membiarkan saja istrinya memukuli dadanya.

Page 69: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

55

Lelaki itu diam terpaku. Nist,nista, memang nista demi kedudukan bayan? Bento menghelus rambut istrinya. (Hlm. 166)

Kejadian dan peristiwa itu seolah telah memukul harga dirinya, meskipun

demikian istri Bentopun seolah menyadari bahwa sebagai istri bawahan ia harus

melayani atasanya. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(40) Ia memandang kedatangan Lurah Koco sebagai sesuatu yang sudah jamak istri bawahan melayani atasan suaminya (Hlm167)

Berdasarakan kutipan di atas terlihat adanya sikap istri Bento yang menyerah

dan mengangab tindakkanya merupakan hal yang pantas dalam hubungan atasan dan

bawahan. Hal ini juga menandakan adanya pola pikir istri Bento yang menyadari

bahwa melayani atasan sama ia juga melayani suaminya, karena sikap itu pula ia

mau menerima sikap perlakuan Lurah Koco atasan Bento.

3.2.3 Kekerasan terhadap Perempuan

Kekerasan yang di maksud di sini mencakup kekerasan emosional dan

kekerasan seksual yang berupa pemerkosaan Sementara adanya perbedaan gender

dan sosialisasi gender yang amat lama, mengakibatkan kaum perempuan secara fisik

lemah dan laki-laki umumnya lebih kuat. Selain itu dominasi dan kekuasaan laki-laki

merupakan satu faktor utama terjadinya kekerasan terhadap perempuan.

Mas’ Udi (1997:58) mengatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah

suatu bentuk ketidakadilan gender atau suatu konsekuensi dari adanya relasi dan

norma sosial. Dalam perspektif gender, kondisi ini kemudian dikaitkan adanya suatu

budaya patriarkhi yang sejak awal sejarah membentuk peradapan manusia, yaitu

Page 70: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

56

suatu budaya yang menganggap bahwa laki-laki adalah superior terhadap perempuan

dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan bernegara.

Secara struktural kekerasan terhadap perempuan merupakan manifestasi

penundukan yang berbasis kelas yang menempatkan perempuan dalam posisi yang

lebih inferior dibandingkan dengan laki-laki, ada pun secara struktural budaya

patriarkhi memberikan legitimasi terhadap keniscayaan kekerasaan terhadap

perempuan. Budaya patriarkhi yang melahirkan kekerasan terhadap perempuan

tersebut, disebabkan oleh kecenderungan laki-laki dalam menempatkan diri sebagai

kelompok dominan yang mengendalikan seksualitas dan identitas gender perempuan.

Dari bahan penelitian yang ada, novel Bibir Merah lebih banyak menampilkan

kekerasan perempuan dalam bentuk kekerasan seksual. Dalam wilayah relasi antara

pelaku dan korban, kekerasan dalam novel Bibir Merah dibagi menjadi dua yaitu

kekerasan publik dan kekerasan domestik. Kekerasan publik merupakan kekerasan

terhadap perempuan yang dilakukan oleh pihak yang tidak memiliki hubungan

kekerabatan atau relasi berdasarkan perkawinan dengan perempuan yang menjadi

korban tindakannya dengan tidak memperhitungkan ranah terjadinya tindak

kekerasan tersebut. Sedangkan kekerasan domestik merupakan tindak kekerasan yang

terdapat dalam lingkup rumah tangga.

Dalam novel Bibir Merah bentuk kekerasan seksual banyak dialami oleh

perempuan Desa Kapur. Seperti halnya Rusminah dan Rusmini. Kedua perempuan

tersebut mengalami kekerasan seksual yang dilakukan oleh Lurah Koco. Ia adalah

simbol kekuasaan masyarakat Desa Kapur yang menganggap bahwa dengan

Page 71: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

57

kekuasaan ia mampu melakukan keinginannya. Karena kekuasaan dan kedudukannya

itu, ia memperlakukan perempuan dengan sewenang-wenang. Ia menganggap bahwa

semua perempuan cantik yang berada di Desa Kapur berhak untuk dijadikan objek

seksualnya.

Karena sistem patriarkhi itu pula, Lurah Koco selalu menilai perempuan dari

sudut peran dan bentuk fisiknya. Begitu juga halnya yang dilakukan Lurah Koco

ketika bertemu dengan Rusminah. Karena kecantikan dan sensual tubuhnya, ia

berambisi memiliki dan menikmati tubuhnya. Sikap Lurah Koco yang tertarik dengan

tubuh Rusminah tersebut membuat ia selalu memandang bahwa tubuh Rusminah

pantas sebagai objek seksualnya. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(41) Setiap kali Lurah Koco memandangnya seluruh bulu-bulu di tubuhnya meregang. Mata Lurah Koco bagaikan mata serigala yang ingin menerkam mangsanya (hlm.172)”.

Begitu juga halnya kekerasan (violence), terjadi ketika Lurah Koco memaksa

Rusminah melayani nafsu seksnya. Bentuk kekerasan seksual tersebut terlihat dalam

kutipan sebagai berikut.

(42) Rusminah dan Rusmini ketakutan. Lelaki itu mendekat langsung menyeret di tempat tidurnya, sementara Rusmini mencoba menghalangi perbuatan lelaki itu. Tetapi lelaki itu dengan leluasa menjamah seluruh tubuhnya dengan sekuat tenaga Rusminah melawan, namun lelaki itu terlalu kuat (hlm.174)”.

Kutipan (42) di atas menunjukan bahwa Lurah Koco memiliki sifat yang

merendahkan perempuan, dan menganggap bahwa perempuan sebagai objek seksual

dan pemuas nafsu. Dengan kekuasaan sebagai seorang lurah ia mempunyai hak untuk

menindas dan memperlakukan perempuan sesuai dengan keinginannya. Dalam

Page 72: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

58

kutipan (42) itu pula, terlihat adanya sikap dominasi dan kekuatan laki-laki yang

ingin ditampilkan sebagai upaya menguasai tubuh perempuan. Pemerkosaan yang

dilakukan Lurah koco terhadap Rusminah dan Rusmini didasari adanya kekecewaan

Lurah Koco terhadap Rusminah karena telah menolak untuk dijadikan istrinya.

Sementara itu kekuasaan dan kedudukannya sebagai seorang kepala desa

dijadikan alat untuk menguasai dan menindas Rusminah sebagai perempuan miskin

di Desa Kapur. Sikap represi Lurah Koco itu, terlihat ketika ia melakukan kekerasan

seksual yang berupa pemerkosaan terhadap mereka. Hal itu terlihat dalam kutipan

sebagai berikut.

(43) Tapi Rusminah berhasil menarik topeng yang dikenakan lelaki itu. Rusminah terkejut lelaki itu adalah Lurah koco. Karena terbuka Lurah Koco semakin kalap. Rusminah dipukul sampai tidak sadarkan diri. Ia tidak tahu apa yang diperbuat Lurah Koco terhadapnya, tetapi ketika sadar seluruh tubuhnya terasa sakit dan linu. Dari selangkangannya keluar darah. Seluruh pakaiannya terbuka Rusminah bangkit dan tertatih-tatih mendekati Rusmini. Gadis itu terkejut seluruh pakaian adiknya terkoyak-koyak dan dari selangkanganya keluar darah (hlm .174)”.

Berdasarkan kutipan (43) di atas diketahui bahwa Rusminah dan Rusmini

mengalami kekerasan karena sikap Lurah Koco. Perlakuan itu merupakan perkosaan

atas diri Rusminah, karena pada dasarnya perkosaan itu terjadi jika seseorang

melakukan paksaan untuk mendapatkan pelayanan seksual tanpa kerelaan yang

bersangkutan. Tindakan Lurah Koco itu membuktikan bahwa laki-laki telah

menghianati istrinya sendiri. Penyelewengan yang di lakukan oleh Lurah Koco,

Page 73: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

59

memperjelas kenyataan bahwa laki-laki lebih banyak melakukan penyelewengan

dengan berbagai cara.

Selain itu, Lurah Koco yang seharusnya menjaga, melindungi, dan

menyejahterakan warga desanya, justru memperlakukan warganya sebagai objek

seksual dan pemuas nafsu. Ia sebagai laki-laki yang mempunyai kekuasaan, selalu

memposisikan perempuan sebagai pemanis dalam kehidupan. Perempuan hanya bisa

dijadikan objek seksualnya dan diperlakukan seenaknya. Setereotip Lurah Koco,

cenderung tidak bisa menghargai martabat perempuan, dan ia hanya memandang

perempuan dari setatus sosialnya saja.

Berdasarkan hubungan relasi kekerasan, sosok Rusminah dan Rusmini hanya

mengalami kekerasan dalam wilayah publik. Hal itu membuktikan, bahwa pelaku dan

korban tidak memiliki relasi kekerabatan atau perkawinan. Relasi yang ada ketika

peristiwa tersebut terjadi ialah hubungan antara aparat desa dengan warganya.

Sementara dalam kutipan (43) nampak sikap Rusminah dan Rusmini yang tidak bisa

menghindar dari usaha Lurah koco merebut seksualitasnya. Dalam kasus kekerasan

tersebut, terlihat adanya kecenderungan laki-laki melakukan tindakan kekerasan

terhadap perempuan baik fisik maupun psikis yang disebabkan oleh adanya pengaruh

kultur yang menempatkan wanita di bawah dominasi laki-laki.

Fakta lain yang terlihat dalam kekerasan di atas membuktikan adanya sistem

dominasi dan superioritas laki-laki. Adanya anggapan bahwa laki-laki lebih tinggi

dari pada perempuan, bahwa perempuan harus dikontrol oleh laki-laki dan bahwa

Page 74: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

60

perempuan adalah bagian dari milik laki-laki memunculkan ideologi kekerasan laki-

laki terhadap lawan jenisnya dalam hal ini adalah perempuan.

Begitu juga halnya bahwa kekerasan dan pelecehan seksual yang dilakukan

Lurah Koco, telah membuat Rusminah dan Rusmini meninggalkan Desa Kapur. Hal

itu ia lakukan semata-mata karena trauma dan takut terhadap sikap Lurah Koco yang

arogan. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(44) “ Apa betul kalian, anak keluarga yang dituduh tukang santet itu?” Rusminah dan Rusmini menanggis sesenggrukan.

“wes nduk, wes nduk, dengan tanggis itu saya sudah tahu bahwa dugaan saya benar.” “Dari Wonodadi kalian naik colt ke kabupaten. Di terminal kabupaten banyak bis ke Solo, Semarang, Yogya. Kalian tinggal pilih mau kemana.” “Kami mau ke Jogya saja Bu” (hlm. 178)”.

Berdasarkan kutipan (44) di atas dampak kekerasan yang dialami oleh

Rusminah dan Rusmini berakibat pada termarjinalnya dan tersingkirnya ia dari

linkungan sosialnya, yaitu keluarga dan masyarakat Desa Kapur. Karena kekerasan

itu pula ia juga harus menanggung aib dan trauma terhadap peristiwa pemerkosaan.

Persoalan ketidakadilan gender yang berupa kekerasan terhadap perempuan

dalam novel cenderung berupa kekerasan publik. Kekerasan tersebut terdiri dari

kekerasan seksual dan kekerasan emosional. Ada pun bentuk kekerasan seksual yang

dialami oleh tokoh perempuan adalah berupa pemerkosaan. Sedangkan bentuk

kekerasan emosional, lebih banyak dialami karena adanya persepsi bahwa perempuan

merupakan objek seksual laki-laki. Dalam ketidakadilan gender yang berupa

Page 75: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

61

kekerasan terhadap perempuan di atas, tidak ditemukanya adanya kekerasan dalam

wilayah domestik.

3.3 Sikap Perempuan Akibat Ketidakadilan Gender

Sikap pada dasarnya suatu bentuk atau reaksi perasaan. Secara lebih

operasional sikap terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak

(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable)

terhadap objek tersebut (Berkowitz dalam Azwar 1995). La Pierre (via Azwar 1995)

mengatakan, sikap merupakan suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,

predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial; atau secara sederhana

sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

Sikap tersebut akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap

objeknya. Hal itu dikarenakan manusia tidak dilahirkan dengan sikap-sikap tertentu

akan tetapi, sikap dibentuk sepanjang perkembangan kehidupan. Sikap berperan besar

dalam kehidupan manusia. Sebab, sikap yang sudah terbentuk pada diri seseorang

akan turut menentukan cara-cara tingkah lakunya terhadap suatu objek.

Dalam kaitannya dengan sikap perempuan yang ada dalam novel Bibir Merah,

terdapat sikap perlawanan yang muncul akibat dari ketidakadilan gender. Hal itu

berupa sikap perempuan sebagai subjek dan sosok perempuan sebagai objek. Sikap

perempuan sebagai subjek adalah bahwa perempuan digambarkan sebagai pribadi

yang tegar, teguh, pantang menyerah dan mandiri. Adapun perempuan sebagai objek

adalah, bahwa perempuan digambarkan sebagai pribadi yang rapuh, selalu kalah,

Page 76: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

62

menyerah dan pasrah. Sikap-sikap tokoh perempuan terhadap ketidakadilan gender

dalam relasi laki-laki dan perempuan tersebut sebagai berikut;

3.3.1 Sikap Rusminah

Kekerasan seksual dan kekerasan fisik yang dialami Rusminah yang

dilakukan Lurah Koco terhadap dirinya, membuktikan bahwa adanya pola kekuasaan

laki-laki menguasai tubuh perempuan sebagai objek seksualnya. Seperti halnya

Rusminah, peristiwa pemerkosaan dan pemukulan yang dilakukan Lurah Koco

terhadap dirinya tidak mengubah hidupnya sebagai perempuan tegar, meskipun pada

dasarnya dalam masyarakat ia telah diposisikan sebagai objek pemuas napsu.

Kondisi ia yang pantang menyerah tersebut membuat ia termotivasi balas dendan

terhadap Lurah Koco.

Kondisi Rusminah sebagai sosok perempuan subjek, merupakan gambaran

seorang perempuan yang bersikap tegar, teguh, pantang menyerah kepada keadaan.

Hal itu terlihat dalam dirinya, bahwa setelah diperkosa ia tidak lantas trauma dan

tidak mau berusaha bangkit. Karena beban ekonomi dan motivasi balas dendam

terhadap Lurah Koco, Rusminah pun terjun sebagai seorang pekerja sek komersial.

Kesadaran ia sebagai pekerja seks komersial didasari bahwa suatu saat ia bisa

menjadi perempuan kaya dan mampu membeli tanah di Desa Kapur. Hal itu terlihat

dalam kutipan berikut.

(45)” Bukankah sudah menjadi tekadku untuk mencari uang sebanyak-banyaknya? Bukankah aku harus menjadi orang kaya. Bukankah aku ingin memiliki tanah luas di desa? Akan saya beli semua tanah di Desa Kapur. Akan saya depak Lurah Koco dan orang-orang yang pernah membunuh bapak dan ibuku (hlm. 180)”.

Page 77: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

63

(46)” Yu Rus memang bersalah. Mulai hari ini Yu Rus sudah menjadi

perempuan lenjeh,geleman. Tapi Yu Rus inggin dapat uang banyak. Asal kamu tidak,ya? Biar Yu Rus yang kotor…..”maafkan Yu Rus. Sejak berangkat ke sini Yu Rus sudah bertekad akan mencari uang sebanyak-banyaknya. Kita tidak boleh tetap miskin adikku. Hanya permintaan saya Yu Rus saja yang rusak, kamu jangan ya? Kalo banyak uang Yu Rus bisa lebih melindungi kamu. Mudah-mudahan kamu memahami sikap Yu Rus ini (hlm. 182-183)”.

Kutipan (45) dan (46) di atas menunjukkan ketegasan ia sebagai pekerja seks

komersial, bahwa motivasi dan tujuan utama ia terjun dalam dunia pelacuran karena

adanya dorongan balas dendam dan keinginan membeli tanah di desa. Sikap

Rusminah yang menunjukan ketegasanya sebagai perempuan subjek terlihat ketika ia

menyadari penuh melayani laki-laki. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.

(47)” Dada Rusminah berdebar-debar. Baru kali ini ia melayani seorang lelaki dengan kesadaran penuh. Dulu ketika keperawananya direnggut Lurah Koco tanpa kesadaran sama sekali (hlm. 181)”.

Ambisi dan keinginan ia sebagai perempuan kaya pada akhirnya menjadi

sebuah kenyataan. Berawal dari perkenalanya dengan Saburosan, ia mendapatkan

modal untuk membuka sebuah usaha. Kehadiran sosok Saburosan dimata Rusminah

sangatlah berperan penting dalam mengubah setatus dan kedudukan ia sebagai

perempuan pekerja seks komersiel (PSK). Sosok Saburosan yang baik dimata

Rusminah menjadikan ia termotivasi mengubah hidupnya menjadi perempuan sukses.

Kegagalan dan pengalaman pahit Rusminah di masa lalu, seolah terobati dengan

kehadiran Saburosan yang memandang dan mengangab Rusminah sebagai

Saudaranya. Begitu juga halnya Kerja keras dan keuletanya dalam mengolah usaha,

Page 78: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

64

akhirnya mengantarkan ia menjadi perempuan sukses. Hal itu terlihat dalam kutipan

sebagai berikut.

(48)” Kita Harus ingat, Bu Rum itu orang bisnis. Naluri bisnisnya tinggi. Kemungkinan apa yang kita tidak lihat terlihat olehnya. Jadi kita tidak perlu macam-macam. Pokonya kita turuti saja kehendaknya. Kita ini bawahan. Memang kita ini staf, tetapi kalau di depan Bu Rum, kita sama saja dengan tukang sapu yang harus menuruti perintah (hlm.11)”.

Ketika ia sudah mampu menjadi perempuan sukses, keinginan membeli tanah

di Desa Kapur pun menjadi kenyataan. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(49)” Kalo kalian memang tidak bisa membebaskan tanah itu, saya sendiri akan turun tanggan. Tapi inggat, besok pagi kalian sudah harus hengkang dari kantor ini. Jangan khawatir anda-anda tidak pergi dengan Cuma-Cuma (hlm. 3)”.

Karena harta dan materi yang ia miliki, Rusminah pun merasa kuat

mengimbangi kekuasaan yang dimiliki Lurah Koco. Hal itu terlihat dalam kutipan

sebagai berikut.

(50)” Barangkali sudah saatnya Lurah Koco lengser dari kedudukanya sebagai rajak kecil di Desa Kapur. Kesewenang-wenagan yang sudah menahun harus dihancurkan. Untuk kepentingan itu ia tidak segan mengeluaarkan uang berapapun besarnya (hlm.94)”.

(51)” Rasanya tidak sabar lagi menunggu kejatuhan Lurah Koco.

Selama Lurah Koco masih berkuasa hidupnya tidak bisa tenang. Ia seperti diburu masa lalu yang bukan main pedih, sakit, menderita.terasa apa yang sudah dicapainya sekarang belum bisa menghapuskan penderitaan masa lalu (hlm. 94)”.

Dari beberapa deskripsi di atas, Rusminah dihadirkan pengarang sebagai

tokoh subjek. Hal itu dilihat dari ketegaran, kemauan keras, dan sikap pantang

menyerah yang dimiliki Rusminah. Dia berhasil mencari hidup dan kekayaan dengan

Page 79: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

65

waktu sangat panjang. Ia dihadirkan sebagai subjek sehingga mampu bersikap sesuai

dengan hak-hak dan kewajibanya sebagai seorang perempuan.

3.3.2 Sikap Rusmini

Kehadiran Rusmini dalam cerita digambarkan sebagai pribadi yang rapuh. Ia

adalah perempuan yang lemah baik secara fisik maupun secara mental. Sosok

Rusmini adalah gambaran tokoh yang diposisikan sebagai objek, bahwa ia adalah

sosok yang selalu menyerah, kalah dan pasrah.

Rusmini dihadirkan pengarang sebagai tokoh yang pasrah. Hal tersebut

terlihat pascapemerkosaan yang dilakukan oleh Lurah Koco. Ia menganggap bahwa

peristiwa pemerkosaan yang dialami dirinya merupakan bagian dari perjalanan

hidupnya. Hal itulah yang membuat ia bisa menerima semua peristiwa yang menimpa

dirinya. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(52)” Tapi adiknya itu memang perempuan lembut, sabar, yang bisa menerima nasib dengan pasrah. Ia sendiri tidak percaya apa yang pernah menimpa dirinya adalah kehendak Yang Maha Kuasa (hlm. 94)”.

(53)” Kamu tidak tau apa yang aku rasakan adikku. Kamu memang lemah. Kamu terlalu pemaaf. Kamu tidak tau bahwa perlu ada yang inggin aku tunjukan kepada orang-orang di Desa Kapur bahwa kita masih bisa bangkit dari reruntuhan. Rusmini, apakah kamu tidak meraskan peristiwa itu? Bapak ibu difitnah dibunuh. Rumah dibakar. Apakah kamu tidak merasakan itu? (hlm. 196)”.

Berdasarkan kutipan (52) dan (53) di atas, terlihat sikap Rusmini sebagai

objek. Keadaan ia yang lemah dan rapuh menjadikan dirinya bisa menerima peristiwa

itu. Meskipun demikian, peristiwa pemerkosaan yang dilakukan oleh bebarapa

Page 80: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

66

preman telah membuat Rusmini mengalami gangguan kejiwaan. Hal itu terlihat

dalam kutipan sebagai berikut.

(54)” Rusminah menerobos masuk dan menyibak kerumunan orang-orang itu. Beberapa orang memeluk Rusmini yang terus menangis histeris “Ada apa. Ada apa ini? Ia lihat kain dan pakaian Rusmini koyak-koyak. Rusminah paham apa yang terjadi (hlm.190)”.

Kutipan di atas merupakan bukti, bahwa Rusmini selalu diposisikan sebagai

sosok tokoh yang kalah. Tokoh ini dihadirkan sebagai objek untuk mengambarkan

ketidakberdayaan perempuan terhadap laki-laki. Bahwa ia adalah korban kekuasaan

dan dominasi laki-laki yang selalu memandang perempuan hanya dari sisi seksualnya

saja. Ia juga merasa harga dirinya sebagai seorang perempuan telah dirampas. Hal

tersebut merupakan bukt jika kekuasaan laki-laki telah menempatkan ia sebagai

perempuan yang marginal.

3.3.3 Sikap Perempuan-Perempuan Desa Kapur

Pada dasarnya munculnya relasi gender yang timpang telah melahirkan

diskriminasi terhadap pihak lain dalam hal ini adalah perempuan. Persoalan itu tidak

lepas dari adanya hubungan kekuasaan di antara pihak-pihak yang berelasi.

Kecenderungan kekuasaan untuk menormalisasi relasi dengan menganggap fenomena

tertentu sebagai hal yang lumrah dan wajar, telah mengakibatkan diterimanya sebuah

relasi asimetris oleh pihak yang dikuasai menjadi sebuah kewajaran.

Begitu juga halnya dalam masyarakat Desa Kapur, kondisi masyarakat yang

miskin dan termarginal mendorong lahirnya hubungan relasi yang melanggengkan

Page 81: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

67

suatu dominasi dan reproduksi kepatuhan. Hal tersebut juga didukung adanya

institusionalisasi kekuasaan yang melembaga dan aturan-aturan sosial yang ikut

melanggengkan.

Berkaitan dengan persoalan ketidakadilan gender dalam wilayah masyarakat

Desa Kapur, kedudukan dan peran perempuan selalu mendapat tekanan dari

kekuasaan yang ada. Hal itu terlihat dari sikap perempuan yang mengalami

ketidakadilan gender. Sikap-sikap ketidakadilan gender itu sangat dipenggaruhi

dengan adanya sistem patriarkhi yang mengakar dalam sistem sosial masyarakat.

Kekerasan dan subordinasi perempuan merupakan contoh nyata bahwa ketidakadilan

gender lahir dari adanya sistem sosial yang melanggengkan sistem dominasi dan

kekuasaan sepihak.

Bagi perempuan Desa Kapur, kekuasaan dan kedudukan Lurah Koco sebagai

seorang Kepala Desa, telah melahirkan sikap diskriminatif pada jenis kelamin lain

yang mengakibatkan hubungan asimetris yang termanifestasikan dalam bentuk

kebijakan sampai keputusan deskriminatif seksual. Dalam relasi asimetris tersebut

ditemukan relasi kekuasaan dalam superioritas laki-laki (male dominance), yang

mengambil bentuk nyata dalam segala aspek pemerintahan.

Sikap lemahnya perempuan dan adanya tekanan dari kekuasaan laki-laki

membuat beberapa perempuan harus pasrah dengan keadaan mereka. Kondisi itulah

yang melahirkan adanya keterpaksaan perempuan Desa Kapur untuk patuh terhadap

perintah Lurah Koco. Meskipun demikian, adanya tekanan dan paksaan Lurah Koco

Page 82: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

68

dalam mengeksploitasi tubuh perempuan, menjadikan beberapa perempuan bersikap

berani melawan otoritas Lurah Koco. Hal itu terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

(55)” Ada apa mencari saya? Saya sudah tua. Apa sampeyan masuk mau sama saya ? ”Mbok Karto, kamu sudah tua, tapi bicaramu ngaco.” ............kalo Pak Bayan mau usir saya, usir! Kalo Lurah Koco mau mengusir saya, usir! Lurah Koco, carik Dargo dan sampeyan dan lain-lain itu tinggal tek prel, seperti dahan kering yang jatuh ditiup angin. Orang kok mau menyamai Gusti Allah, sing gawe urip. Pak bayan sampeyan itu manungsa seperti saya ini. Sampeyan tidak wenang menentukan nasib orang lain. Nanti Gusti Allah marah kepada sampeyan. Bisa saja kami menerima perlakuan sampeyan, tapi Gusti Allah tidak menerima. Karena Gusti Allah yang menciptakan saya Gusti Allah tidak terima kalo ciptaannya teraniaya oleh orang lain (hlm. 156)”.

Kutipan (55) di atas menunjukan adanya pola perlawanan perempuan akibat

penindasan yang dilakukan Lura Koco. Tersubordinasinya perempuan yang dianggap

tidak penting dalam masyarakat mengindikasikan adanya ketidakadilan dan

diskriminasi laki-laki terhadap perempuan. Sikap lain yang muncul akibat

diskriminasi yang dilakukan laki-laki adalah, adanya upaya ketergantungan

perempuan terhadap laki-laki karena faktor kemiskinan. Hal itu terlihat dalam

kutipan sebagai berikut

(56)” Yu Ginah tersenyum manja ketika Lurah Koco memasuki warung ”Mana Surti, Yu ? ”Oh, sekarang maunya Surti, to? Sudah bosan dengan yang tua?” ya tidak begitu, yu. Apa tidak boleh saya tanya anakmu?” ................jadi yang tua tidak marah to. Kalo saya mencari yang muda? Yang muda masih segar. Yaaaaaaaa asalkan.... Asalkan apa?” ”Kelapa muda lebih mahal dari kelapa tua, Pak Lurah

Page 83: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

69

” Edan kamu Yu. Saya tahu maksud kamu. Tapi jangan khawatir Yu. Saya tetap suka kedua-duanya .......Yu Ginah tertawa Genit. Dicubitnya lengan Pak Lurah (hlm. 34-35)”.

Kutipan (56) di atas menunjukan adanya kesenjangan sosial antara

perempuan Desa Kapur dengan Lurah Koco yang membawa ketergantungan

ekonomi. Hal itu pula yang juga menguatkan laki-laki menganggap bahwa

perempuan pantas dianggap sebagai objek seksualnya.

Lebih lanjut, dapat disimpulkan bahwa bentuk sikap perempuan akibat

ketidakadilan gender dapat dibedakan menjadi tiga macam.1) adanya sikap

perempuan sebagai subjek, merupakan gambaran sosok perempuan yang bersikap

tegar, teguh, dan pantang menyerah terhadap bentuk ketidakadilan gender. Selain itu

karakter sikap perempuan sebagai subjek, juga terlihat dari adanya penolakan

terhadap semua hal yang merendahkan harga diri kaum perempuan. Sikap perempuan

sebagai subjek di atas terlihat dalam pribadi tokoh Rusminah. Ia berkeinginan

mengembalikan harga diri yang pernah dirampas oleh Lurah Koco dan masyarakat

Desa Kapur pada umumnya.

2) Adanya sikap perempuan sebagai objek (Rusmini), merupakan gambaran

sosok perempuan yang selalu kalah, menyerah,dan pasra terhadap nasib dan keadaan.

Sikap di yang lemah telah membuat ia bisa menerima semua perlakuan laki-laki.

Karena sikap itu pula ia selalu menganggap bahwa peristiwa yang ia alami

merupakan kehendak Tuhan.3) Adanya sikap penolakan perempuan tanpa mengubah

setatus sosial dan status ekonomi, merupakan gambaran perempuan yang selalu

Page 84: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

70

memandang positif bahwa status sosial dan status ekonomi bukanlah sebuah alasan

menyerahkan kehormatan dan harga diri. Sikap penolakan perempuan tersebut

terlihat dalam sosok tokoh Mbok Karto dan Yu Sumi sebagai perempuan Desa

Kapur. Karena kehormatan dan harga diri, mereka berani melawan sikap penindasan

yang dilakukan laki-laki dalam hal ini adalah Lurah Koco

Page 85: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

71

3.4 Rangkuman

Dalam analisis ketidakadilan gender dan sikap perempuan dalam novel Bibir

Merah di atas, ditemukan dua manifestasi ketidakadilan gender. 1) Kekerasan.

Kekerasan yang terdapat dalam novel Bibir Merah merupakan kekerasan publik yang

meliputi kekerasan seksual dan kekerasan emosional. Kekerasan seksual dalam novel

ini berupa pemerkosaan yang dialami oleh Rusminah dan Rusmini yang berakibat

pada termarginal dan tersingkirnya mereka dari lingkungan sosialnya. Ada pun

bentuk kekerasan emosional yang dialami Rusminah dan Rumini adalah adanya

beban traumatik terhadap peristiwa pemerkosaan yang mengakibatkan ganguan

kejiwaan.2) Streriotip dalam novel terlihat melalui peran perempuan yang melabelkan

diri sebagai perempuan lemah. Hal itu ia tunjukan dengan sikap loyalitas terhadap

atasan yang berupa pelayanan seks dalam kedudukan dan setatus sebagai atasan dan

bawahan. 3) Subordinasi. Subordinasi terhadap perempuan dalam novel terlihat

melalui tersingkrnya perempuan dan hilangnya pengakuan status perempuan dalam

masyarakat yang dialami Yu Ginah dan Mbok Karto. Bukti adanya subordinasi

terhadap perempuan juga tampak dalam sikap laki-laki (Lurah Koco) yang selalu

mengeksploitasi tubuh perempuan sebagai objek seksual..

Kemudian untuk sikap perempuan akibat ketidakadilan gender, dapat

disimpulkan menjadi tiga yaitu, 1) sikap perempuan sebagai subjek (Rusminah),

merupakan gambaran sosok perempuan yang memiliki ketegaran, kemauan keras, dan

sikap pantang menyerah.2) sikap perempuan sebagai objek (Rusmini), merupakan

gambaran perempuan yang selalu menyerah, kalah, dan pasrah.3) Sikap perempuan

Page 86: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

72

sebagai objek yang menolak diskriminasi secara halus, sikap ini terlihat dalam sosok

tokoh perempuan-perempuan Desa Kapur dalam hal ini adalah Mbok Karto dan Yu

Ginah.

Page 87: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

73

Bab IV

Penutup

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa novel Bibir

Merah Karya Achmad Munif merupakan novel sosial yang mengangkat latar

kehidupan kaum perempuan dalam masyarakat marginal. Keadaan sistem sosial

masyarakat yang patriarkhi, telah membawa hubungan peran antara laki-laki dan

perempuan menjadi tipang. Selain itu, adanya sistem patriarkhi dalam masyarakat,

juga melahirkan adanya ketidakadilan gender terhadap perempuan

Dalam mengkaji ”Ketidakadilan Gender dan Sikap Perempuan”, peneliti

menggunakan pendekatan kritik sastra feminisme. Pendekatan kritik sastra feminisme

bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan yang erat kaitanya dengan

konflik kelas dan ras, khususnya konflik gender yang terdapat dalam novel.

Dalam pembahasan relasi antara laki-laki dan perempuan dalam wilayah

masyarakat Desa Kapur, terdapat hubungan antara Lurah Koco dengan Rusminah ,

Lurah Koco dengan Rusmini, Lurah Koco dengan perempuan-perempuan Desa

Kapur, dan Saburosan dengan Rusminah.

Karakter relasi antara tokoh laki-laki dan perempunan yang pertama adalah,

adanya hubungan antara Lurah Koco dengan Rusminah yang terbentuk dari adanya

kegagalan keingginan Lurah Koco menjadikan Rusminah sebagai istrinya. Sikap

kekecewaan itulah yang melahirkan Lurah Koco melakukan pelecehan seksual yang

Page 88: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

74

berupa pemerkosaan. Karena kekecewaan itu pula, orang tua Rusminah juga dibunuh

oleh masyarakat atas suruhan Lurah Koco. Karakter hubungan antara tokoh laki-laki

dan perempuan yang kedua adalah, adanya hubungan antara Lurah Koco dengan

Rusmini, hubungan tersebut muncul dari sikap Lurah Koco yang menganggap bahwa

tubuh Rusmini sebagai objek seksualnya. Karena sikap itulah Lurah Koco melakukan

pemerkosaan sebagai pemuas nafsunya. Karakter hubungan antara laki-laki dan

perempuan yang ketiga adalah, adanya hubungan antara Lurah Koco dengan

perempuan-perempuan Desa Kapur. Persoalan yang mendasari dalam hubungan

tersebut adalah, adanya sikap Lurah Koco yang menganggap kedudukan dan

kekuasaan merupakan alat yang bisa menguasai perempuan yang ia ingginkan.

Adanya keingginan menguasai perempuan sebagai objek seksualnya, menjadikan

beberapa perempuan memberontak dan melawan. Hal itu terlihat dalam sikap Mbok

Karto dan Yu Sumi. Mereka menganggap bahwa status sosial dan keadaan ekonomi

bukanlah sebuah alasan mereka harus menyerahkan harga dirinya. Karakter hubungan

laki-laki dan perempuan yang keempat adalah, adanya hubungan tokoh antara

Saburosan dan Rusminah. Bahwa hadirnya hubungan mereka muncul dari status

Rusminah sebagai seorang pekerja seks komersial. Latar kehidupan ia sebagai

keturunan orang jawa itulah yang mendasari ia bersikap sopan terhadap Rusminah.

Karena kondisi itulah, ia tertarik memberikan modal untuk membuka sebuah usaha.

Bagi Rusminah sendiri, hubungan ia dengan Saburosan telah membuat ia mampu

bisa mengembalikan harga dirinya yang pernah dirampas olah Lurah Koco

Page 89: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

75

Sementara melalui pembahasan relasi gender, dapat dianalisis manifestasi

ketidakadilan gender dan sikap perempuan. Dalam manifestasi tersebut terdapat tiga

bentuk ketidakadilan gender yang berupa subordinasi, steriotipe dan kekerasan

terhadap perempuan. Berdasarkan pemahaman mengenai penentuan ranah kekerasan,

kerasan dalam novel Bibir Merah dibagi menjadi dua yaitu kekerasan publik dan

kekerasan domestik.

Lebih lanjut, bentuk kekerasan yang terdapat dalam novel Bibir Merah lebih

fokus pada bentuk kekerasan publik. Bentuk-bentuk kekerasan publik yang dialami

Rusminah dan Rusmini meliputi; kekerasan emosional dan kekerasan seksual yang

berupa deskriminasi dan pemerkosaan. Hal ini menandakan bahwa antara pelaku dan

korban tidak memiliki hubungan kekerabatan. Adapun dalam persoalan steriotipe

perempuan terlihat adanya upaya sikap pelabelan diri perempuan yang dibentuk

berdasarkan tingkatan kedudukan sosial antara penguasa dan masyarakat. Sedangkan

manifestasi ketidakadilan gender yang berupa subordinasi, terlihat melalui

tersingkirnya perempuan dan hilangnya pengakuan status sosial perempuan dalam

masyarakat. Bukti adanya subordinasi terhadap perempuan juga tampak dalam sikap

laki-laki (Lurah Koco) yang selalu memaksa mengeksploitasi tubuh perempuan

sebagai objek seksualnya.

Sedangkan pada pembahasan sikap perempuan akibat ketidakadilan gender,

terdapat tiga bentuk sikap yang dominan yaitu 1) sikap perempuan sebagai subjek

(Rusminah), merupakan gambaran perempuan yang bersikap tegar, teguh, dan

pantang menyerah. 2) sikap perempuan sebagai objek (Rusmini), merupakan

Page 90: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

76

gambaran perempuan yang selalu kalah, menyerah, dan pasrah terhadap nasip. 3)

Adanya sikap penolakan perempuan tanpa mengubah setatus sosial dan status

ekonomi, merupakan gambaran perempuan yang selalu memandang positif, bahwa

status sosial dan status ekonomi bukanlah sebuah alasan untuk menyerahkan

kehormatan dan harga diri. Hal ini terlihat dalam sikap Mbok Karto dan Yu Sumi.

Dari semua hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa munculnya

ketidakadilan gender dan sikap perempuan dipengaruhi oleh adanya sistem patriarkhi

dan inferioritas perempuan baik dalam struktur sosial maupun dalam budaya.

Page 91: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

77

4.2 Saran

Novel Bibir Merah adalah sebuah novel yang tidak hanya menggambarkan

tentang kondisi sosial masyarakat tertentu. Namun novel ini juga menggambarkan

keadaan kondisi perempuan yang tertindas akibat ketidakadilan gender dan

diskriminasi laki-laki. Bahwa kedudukan perempuan dianggap rendah dan bisa

dieksploitasi secara seksual. Selain menceritakan kondisi perempuan akibat

eksploitasi laki-laki, novel ini juga memberikan gambaran tentang bagaimana relasi

antara laki-laki terbentuk dalam sistem sosial masyarakat patriarkhi.

Kajian terhadap novel ini tidak hanya terbatas pada satu pendekatan saja akan

tetapi, masih memungkinkan untuk mengkajinya dengan pendekatan yang lain.

Misalnya teori psikologi untuk mengkaji dampak kekerasan yang dilakukan laki-laki

terhadap perempuan.

Oleh karena itu, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penelitian ini. Semua itu terjadi akibat keterbatasan dari penulis sendiri. Sehingga

guna perbaikan lebih lanjut penulis menerima segala saran dan kritik. Selain itu

penulis juga menyarankan kepada siapa saja yang tertarik dalam penelitian terhadap

karya sastra indonesia terutama novel Bibir Merah masih banyak memungkinkan

untuk mengkaji novel ini dengan menggunakan teori atau pendekatan yang lain.

Page 92: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

78

Daftar Pustaka

Abdulah, Irwan, 1997. Sangkan Paran Gender. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM

Agustina.2006. ”Citra Wanita dalam Novel Bibir Merah karya Achmad Munif”.(http://www.google.com) didownload tgl 12 november 2006

Ahmad fausi.2008. Gender resepro dot Info (htpp:// www.google.com) didownload tgl 6 januari 2009

Azwar.1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Dzuhayatin, Siti Rahini dan Susi Eja Yuarsi. 2002. Kekerasan Terhadap Perempuan di Ruang Publik. Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah Mada.

Fakif, Mansour. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Harjana,Andre.1981. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia

Husain, Ali. 2005. Membela Perempuan Menakar Feminisme Dengan Nalar Agama. Al Huda.

Hidayat, Rahmat: 2004. Ilmu yang Seksis. Yogyakarta: Jendela.

La Pona dkk.2002. Menggagas Tempat yang Aman Bagi Perempuan: kasus di Papua. Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah Mada

Mas’ Udi, Masdar F.1997. Perempuan dalam Wacana Keislaman, dalam Perempuan dan Pemberdayaan. Kumpulan karangan untuk menghormati Ulang Tahun ke-70 Ibu Saparinah Sadli. Jakarta: Kerjasama Program Studi Kajian Wanita Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Harian Kompas dan Obor.

Munandar, Soelaeman. 1995. lmu Sosial Dasar. Bandung: Eresko.

Munif, Achmad.2004. Bibir Merah.Yogyakarta. Navila

Mukmin,Hidayat.1980. Beberapa Aspek Perjuangan Wanita Indonesia. Bandung: Binacipta

Murniati, Nunuk.2004. Getar Gender. Magelang: Indonesia Tera.

Page 93: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

79

Nurgiyantoro. Burhan. 1995. Teori Pengajian Fiksi.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Ratna, Nyoman. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sarwono, S.W. 1976. Pengantar Ilmu Psikologi. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang

Sudaryanto.1998. Metode Linguistik: Bagian Kedua Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yoggyakarta: Gajah Mada University Press

Sugiarti.2003. Pembangunan dalam Perspektif Gender. Malang: UMM Press.

Sugihastuti, 2002. Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugihastuti, 2007. Gender dan InferioritasPperempuan Praktik Kritik Sastra Feminis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Teeuw,A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya

Page 94: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

80

Lampiran

Sinopsis

Novel Bibir Merah Karya Ahcmad Munif pada dasarnya adalah novel sosial

yang menceritakan kondisi kehidupan masyarakat Desa Kapur. Novel ini merupakan

penggambaran realitas hidup masyarakat marginal yang dikemas dengan konflik dan

persoalan sosial masyarakat kelas bawah.

Achmad Munif pada dasarnya ingin membawa pembaca mengetahui lebih

jauh tentang perjuangan perempuan-perempuan Desa Kapur yang tertindas yang

tereksploitasi secara seksual. Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup

perempuan Desa Kapur yang bernama Rusminah. Ia adalah gadis desa anak dari

seorang buruh tani, ayahnya adalah seorang petani ladang sedangkan ibunya adalah

seorang paes manten. Rusminah merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Secara sistem sosial, masyarakat Desa Kapur dipimpin oleh seorang kepala

Desa yang bernama Pak Koco. Ia merupakan satu-satunya orang yang berkuasa dan

mempunyai kedudukan paling tinggi dalam sistem sosial masyarakat tersebut.

Dimata masyarakat, sosok Lurah Koco merupakan sosok pemimpin yang arogan dan

suka memaksa. Karena kedudukan dan kekuasaanya itu, ia selalu memperalat

perempuan untuk dijadikan gendaanya. Begitu juga halnya Rusminah, karena

kecantikan dan kepolosanya ia harus menerima perlakuan dan pelecehan dari Pak

Koco.

Page 95: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

81

Berawal dari penolakan keinginan Lurah Koco untuk menjadikan Rusminah

sebagai istrinya itulah awal peristiwa kekerasan. Mengetahui penolakan Rusminah

terhadap tawaran untuk dijadikan istrinya, Lurah Koco pun berinisiatip balas dendam.

Kekuasaan Lurah Koco yang otoriter dan selalu memaksa, mengakibatkan Rusminah

mengalami kekerasaan dan pelecehan.

Kekerasan dan pelecehan yang dilakukan terhadap dirinya tersebut adalah

berupa pemerkosaan. Tidak hanya pemerkosaan, orang tua Rusminah juga dibunuh

karena dituduh sebagai dukun santet. Pemerkosaan yang dilakukan Lurah Koco

terhadap Rusminah juga dialami oleh Rusmini yang merupakan adik Rusminah. Ia

juga diperkosa dan dipukul seperti layaknya binatang.

Akibat dari tindakan pemerkosaan tersebut Rusminah dan Rusmini

meninggalkan desa dan pergi ke kota Yogyakarta, hal itu karena mereka takut akan

ancaman dari Lurah Koco. Pertama kali ia di Yogyakarta, ia bekerja sebagai

pengamen siter selama dua bulan. Karena keadaan ekonomi yang kurang bisa

memenui kebutuhan hidup, Rumanti pun terjun dalam dunia prostitusi. Setatusnya

sebagai seorang pekerja seks komersiel telah membawa ia mampu mencukupi

kebutuhan hidupnya selama tinggal di Yogyakarta.

Hingga sampai suatu ketika ia bertemu dengan Saburosan, lelaki Jepang yang

bekerja sebagai seorang diplomat di Jakarta. Kerena perkenalan itu pula Rusminah

mendapat tawaran untuk membuka sebuah usaha. Adanya kemauan Rusminah untuk

menggubah hidup dan keingginan balas dendam terhadap Lurah Koco, menjadi satu

motivasi ia menekuni usaha tersebut.

Page 96: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

82

Keuletan dan motivasi besar untuk balas dendam terhadap Lurah Koco,

ternyata menghasilkan buah yang berupa kesuksesan. Berkat bimbingan dan modal

yang diberikan Saburosan itulah akhirnya Rusminah mampu mendirikan sebuah

perusahaan pertanian. Setatus Rusminah sebagai seorang pengusaha tidak mengubah

cita-citanya yang terpendam, yaitu membeli tanah di Desa Kapur. Ambisi Rusminah

membeli tanah di desa kelahiranya tersebut, menjadi satu alasan bahwa ia bisa

mengembalikan harga diri yang pernah dirampas oleh Lurah Koco dan masyarakat

Desa Kapur pada umumnya.

Page 97: KETIDAKADILAN GENDER DAN SIKAP PEREMPUAN DALAM … · Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungan, realitas sosial

83

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Benedektus Yogi Dwi Hartanto lahir di Yogyakarta 26 tahun

silam, tanggal 5 september 1983. Lahir dan dibesarkan di

Purwosari Girimulyo Kulon Progo, Yogyakarta. Pendidikan

awal di TK Kanisius Pelem Dukuh pada tahun 1989-1990.

Sekolah Dasar tahun 1990-1996 di SD Kanisius Pelem

Dukuh dan dilanjutkan di SMP Sanjaya Girimulyo. Pendidikan selanjutnya

diselesaikan pula selama tiga tahun di SMU Bruderan Purworejo.

Setelah lulus dari SMU melanjutkan kuliah di Universitas Sanata Dharma

tahun 2002-2009 jurusan Sastra Indonesia. Selama menjadi mahasiswa Sastra

Indonesia di USD pernah aktif di Bengkel Sastra, pernah mengikuti pentas teater

dengan judul ”Kapai-Kapai tahun 2005. Tugas akhir menyusun Skripsi dengan judul

Ketidakadilan Gender dalam Novel Bibir Merah Karya Achmad Munif Tinjauan

Sastra Feminis.