ketersediaan dan pemanfaatan sumber pembiayaan...

11

Click here to load reader

Upload: dinhtruc

Post on 06-Feb-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER PEMBIAYAAN …banten.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/sumber-usahatani... · pembiayaan usahatani padi sawah berupa kredit formal dan non

BULETIN IKATAN VOL.3 NO. 1 TAHUN 2013 19

KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER PEMBIAYAAN USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Tian Mulyaqin dan Yati Astuti

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Jl. Ciptayasa KM.01 Ciruas Serang-Banten

Telp.0254-281055, email : [email protected]

ABSTRAK

Provinsi Banten dikenal sebagai lumbung beras nasional, dengan produksi padi pada tahun 2011 mencapai 1.94 juta ton.Kabupaten Pandeglang merupakan kabupaten yang memiliki kontribusi pasokan produksi terbesar terhadap produksi padi di Provinsi Banten yaitu sekitar 30 persen. Permasalahan yang dihadapi para petani padi untuk mengembangkan usahataninya adalah kurang aksesnya ke sumber permodalan.Tujuan penelitian ini adalah menganalisis ketersediaan, aksesibilitas, pemanfaatan dan pengembalian kredit usahatani padi sawah di Kabupaten Pandeglang.Metode penelitian yang digunakan adalah survey terhadap 45 orang petani pemilik dan penggarap dan melakukan usahatani padi sawah pada musim tanam terakhir tahun 2011 di Kabupaten Pandeglang yang dilakukan secara purposive dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan terdapat sumber pembiayaan usahatani padi sawah berupa kredit formal dan non formal serta bantuan pemerintah yang dapat diakses oleh petani padi sawah. Aksesibilitas petani terhadap sumber pembiayaan formal dan kredit program masih sangat terbatas. Efektifitas pemanfaatan kredit oleh petani padi sawah sebagian besar digunakan untuk keperluan budidaya, lainnya digunakan secara kombinasi untuk keperluan budidaya, panen, pasca panen dan konsumsi. Tingkat pengembalian petani padi sawah ternyata menunjukkan tingkat pengembalian yang kurang baik terutama pada kredit yang berasal dari bantuan pemerintah. Pemerintah perlu meningkatkan aksesibilitas petani padi sawah terhadap sumberpembiayaan dengan memperbaiki kinerja kredit program. Kata Kunci: Aksesibilitas Kredit, Sumber Pembiayaan, Usahatani Padi.

PENDAHULUAN

Ketahanan pangan di tingkat daerah merupakan landasan utama bagi terwujudnya

ketahanan pangan nasional. Provinsi Banten dikenal sebagai lumbung beras nasional,

dengan total luas areal sawah 197.914 hektar terdiri dari lahan sawah irigasi 108.200 hektar

dan sawah tadah hujan 88.688 hektar serta sawah pasang surut 1.026 hektar. Angka Tetap

(ATAP) produksi padi Provinsi Banten tahun 2010 sebesar 2,05 juta ton Gabah Kering Giling

(GKG), meningkat sebesar 199,04 ribu ton (10,76 persen) dibandingkan produksi padi tahun

2009. Tahun 2011 diperkirakan produksi padi meningkat sebesar 16,49 ribu ton (0,80

persen) dibandingkan tahun 2010, yaitu mencapai 2,064 juta ton GKG. (BPS Banten, 2011)

Page 2: KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER PEMBIAYAAN …banten.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/sumber-usahatani... · pembiayaan usahatani padi sawah berupa kredit formal dan non

BULETIN IKATAN VOL.3 NO. 1 TAHUN 2013 20

Namun dari segi penguasaan lahan sawah di Provinsi Banten 75,25 persen dari

total rumah tangga usaha tanaman padi (506.413 rumah tangga tani) hanya menguasai

lahan sawah kurang dari 0,5 hektar, sisanya 24.76 persen menguasai lahan sawah lebih dari

0,5 hektar. Kemudian dari segi sumber utama pembiayaan usahataninya 94,51 persen dari

total rumah tangga tani mengandalkan modal sendiri, 4,73 persen pinjaman perorangan,

0,24 persen pinjaman dari koperasi, 0,02 persen dari bank dan 0,5 persen dari sumber

pembiayaan lainnya. (BPS, 2009)

Petani penyakap dan petani dengan penguasaan lahan yang sempit akan

menyulitkan petani untuk mengakses sumber-sumber permodalan baik formal maupun non

formal. Sementara keberadaan kredit benar-benar dibutuhkan oleh petani untuk melakukan

proses produksi, pengeluaran hidup sehari-hari sebelum hasil panen terjual dan untuk

pertemuan sosial lainnya. Dikarenakan penguasaan lahan tergolong sempit, upah yang

mahal dan kesempatan kerja terbatas di luar musim tanam, sebagian besar petani tidak

dapat memenuhi biaya hidupnya dari satu musim ke musim lainnya tanpa

pinjaman.(Supriatna, 2008)

Kegiatan usahatani padi sawah tidak terlepas dari kebutuhan permodalan. Kendala

yang dihadapi para petani dan pelaku agribisnis skala kecil untuk mengembangkan usahatani

adalah kurang akses ke sumber-sumber permodalan. Hal ini terlihat dari rendahnya

penyerapan dana yang disediakan dibandingkan sektor lain. Di tingkat lapangan, kredit

berbunga murah yang ditujukan untuk pengembangan ekonomi rakyat (petani, usahawan

dan koperasi) masih sulit cair. Pihak birokrasi beralasan karena kredit program ini ada

keterbatasan-keterbatasan bagi peminat. Padahal seharusnya dalam penyaluran kredit

program yang perlu diperbaiki adalah prosedur yang relatif panjang karena sering

merupakan penyebab utama keengganan masyarakat pedesaan untuk berhubungan dengan

bank (Sudaryanto, 1999).

Kabupaten Pandeglang merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi

padi paling besar yaitu mencapai 30,77 persen dari total produksi Provinsi Banten pada

tahun 2010 (BPS,2009). Sebagai sentra produksi padi, maka dilakukan pengkajian yang

bertujuan (1) mengkaji keragaan dan aksesibilitas petani terhadap sumber-sumber

pembiayaan usahatani padi sawah, (2) mengkaji tingkat pengembalian dan efektivitas

pemanfaatan kredit oleh petani padi sawah.

Page 3: KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER PEMBIAYAAN …banten.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/sumber-usahatani... · pembiayaan usahatani padi sawah berupa kredit formal dan non

BULETIN IKATAN VOL.3 NO. 1 TAHUN 2013 21

METODOLOGI

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2012 di Kecamatan Cimanuk,

Kecamatan Picung, dan Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Studi

menggunakan metode survey terstruktur, menggunakan daftar pertanyaan. Data primer

dikumpulkan dari 45 orang petani padi sawah. Data sekunder dikumpulkan dari

Dinas/Instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang, Badan Pelaksana

Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Pandeglang, BPS Kabupaten

pandeglang, PT. Sang Hyang Sri, PT. Pertani. Penelitian ini bersifat deskriptif

menggambarkan keragaan sumber pembiayaan usahatani, aksesibilitas petani, tingkat

pengembalian dan efektivitas pemanfaatan kredit oleh petani padi sawah diuraikan menurut

hasil interpretasi data tabulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketersediaan dan Pemanfaatan Sumber Pembiayaan Usahatani Padi Sawah

Sifat kegiatan pertanian yaitu ketergantungan pada musim berarti menghadapi

banyak ketidakpastian, sehingga dalam rangka mendukung usaha ini diperlukan sumber

pembiayaan usahatani yang memadai. Selain itu agar dapat melakukan produksi dengan

baik, petani harus lebih banyak mengeluarkan uang untuk benih/bibit unggul, pestisida,

pupuk dan alat-alat. Pengeluaran-pengeluaran seperti itu harus dibiayai dari tabungan atau

dengan meminjam Tabel 1. Menunjukkan proporsi sumber pembiayaan petani responden di

Kabupaten Pandeglang dalam melakukan usahatani padi sawah. Sumber pembiayaan ada

yang berasal dari modal sendiri saja, kombinasi antara modal sendiri sebagai modal utama

dan modal dari luar berupa pinjaman kredit yang berasal dari lembaga pembiayaan formal

yaitu dari perbankan seperti BRI atau dari Kredit Program seperti KKP-E (Kredit Ketahanan

Pangan dan Energi) maupun dari lembaga pembiayaan non formal yaitu pedagang saprodi

pertanian, pedagang hasil pertanian, pelepas uang, teman atau saudara, kelompoktani, atau

dari bantuan pemerintah berupa saprotan (pupuk, benih,) dari Program Bantuan Langsung

Benih Unggul dan Program SL-PTT padi dan lainnya seperti modal pemilik dengan

penggarap sebagai modal tambahan.

Page 4: KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER PEMBIAYAAN …banten.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/sumber-usahatani... · pembiayaan usahatani padi sawah berupa kredit formal dan non

BULETIN IKATAN VOL.3 NO. 1 TAHUN 2013 22

Tabel 1. Proporsi Sumber Pembiayaan Usahatani Padi Sawah Akhir Musim Tanam 2011

No Sumber Modal MT (2011)

1 Modal sendiri 20.00 2 Modal sendiri + pinjaman kredit 26.67 3 Modal sendiri + bantuan pemerintah 13.33 4 Modal sendiri + pinjaman kredit + bantuan pemerintah 22.22 5 Modal sendiri + lainnya 17.78

Total 100.00

Pada musim tanam terakhir tahun 2011 petani responden dalam melakukan

usahatani padi sawah sebagian besar berasal dari modal sendiri sebagai modal utama dan

sisanya berasal dari modal luar berupa bantuan pemerintah atau pinjaman kredit. Petani

yang melakukan kombinasi antara modal sendiri ditambah pinjaman kredit (26,67 persen),

petani yang hanya memanfaatkan bantuan pemerintah berupa bantuan saprodi dari program

SLPTT(13,33 persen), kemudian petani yang melakukan kombinasi antara modal sendiri,

pinjaman kredit, dan ditambah bantuan pemerintah yang kebanyakan berupa bantuan benih

padi dari program SL-PTT sebesar (22,22 persen), kemudian petani yang memanfaatkan

modal dari pemilik/lainnya (17,78 persen). Petani responden yang menggunakan kombinasi

modal sendiri ditambah pinjaman kredit ini memiliki alasan ingin mengoptimalkan proses

budidaya padi sawah dengan menggunakan input-input yang lebih baik dengan tujuan untuk

memperoleh keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan sarana

produksi seadanya saja.

Sisanya petani responden yang menggunakan modal sendiri saja untuk melakukan

usahatani padi sawah (20 persen) memiliki beberapa alasan tidak melakukan pinjaman ke

sumber-sumber pembiayaan usahatani diantaranya modal sendiri sudah merasa cukup

memenuhi untuk melakukan usahatani padi sawah sebanyak 27,27 persen, sebanyak 22,73

persen tidak mengetahui prosedur pinjaman kredit, sebanyak 31,82 persen menganggap

prosedur pinjaman sulit terutama ke lembaga formal seperti perbankan dan kredit program

seperti KUR dan KKPE, sebanyak 4,45 persen tidak mempunyai agunan, sisanya 13,64

persen memiliki alasan karena merasa takut kalau dikemudian hari tidak mampu membayar,

alasan lainnya merasa takut dan enggan berhubungan dengan pihak perbankan atau pelepas

uang.

Petani responden yang menggunakan modal selain modal sendiri, sumber modalnya

berasal dari pinjaman baik dari lembaga formal maupun informal. Lembaga pembiayaan

formal sebagai sumber modal antara lain BRI, sementara lembaga informal yang dapat

Page 5: KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER PEMBIAYAAN …banten.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/sumber-usahatani... · pembiayaan usahatani padi sawah berupa kredit formal dan non

BULETIN IKATAN VOL.3 NO. 1 TAHUN 2013 23

diakses adalah pedagang input (kios sarana produksi pertanian) dan pedagang output

(pedagang hasil pertanian) atau tengkulak, pelepas uang, kelompoktani, teman/saudara.

Aksesibilitas Petani Padi Sawah Terhadap Sumber Pembiayaan

Bagi sebagian petani responden tidak memiliki masalah dengan biaya usahatani

yang dikeluarkan untuk melakukan usahatani padi sawah cukup dengan menggunakan

modal sendiri. Sebagian petani responden lainnya mengandalkan modal dari pinjaman yang

berasal dari sumber permodalan yang dapat diakses oleh petani. Tabel 2 menunjukkan pada

tahun 2011 petani responden ada yang hanya mengakses satu sumber pembiayaan, tetapi

banyak juga petani yang memanfaatkan sumber pembiayaan usahatani lainnya.

Tabel 2. Tingkat Aksesibilitas Petani Terhadap Sumber Permodalan Pada Tahun 2011

Sumber kredit komersial yang pernah diakses petani paling dominan adalah BRI

8.89 persen petani responden. Bank merupakan alternatif yang dapat diakses oleh sebagian

kecil petani, petani yang dapat meminjam ke bank harus memiliki agunan yang disyaratkan

yaitu sertifikat tanah atau bangunan dan persyaratan lainnya. Persyaratan inilah yang selama

ini menjadi kendala tingkat aksesibilitas petani terhadap lembaga perbankan, selain itu ada

beberapa alasan lain petani responden enggan untuk mengakses lembaga perbankan ini

diantaranya 1) sebagian besar petani belum memiliki sertifikat atas tanahnya, 2) Tidak

memahami prosedur memperoleh kredit, 3) Anggapan prosedur kredit di perbankan sangat

rumit 4) Bunga perbankan sangat tinggi 5) Ketakutan tidak bisa membayar cicilan yang

harus dilakukan per bulan. Petani responden yang dapat mengakses ke lembaga bank ini,

memiliki mata pencaharian tidak hanya sebagai petani ada yang sebagai pedagang hasil

No. Sumber Permodalan AKSES (%) TIDAK AKSES (%)

I Formal : 1. Bank BRI/Komersil 8.89 91.11

2. BPR/BMT 0.00 100.00 3. Kredit Program KUR/KKP-E 0.00 100.00

3. Kredit Program/GP3K 26.67 73.33

II Informal: 1. Koperasi 0.00 100.00

2. Pelepas Uang 8.89 91.11 3. Pedagang Hasil Pertanian 20.00 80.00

4. Kios Saprotan 28.89 71.11

5. Penggilingan Padi 13.33 86.67 6. Gapoktan/Kelompoktani 48.89 51.11

7. Teman/Saudara 31.11 68.89

III Bantuan Pemerintah berupa saprodi 64.44 35.56

Page 6: KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER PEMBIAYAAN …banten.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/sumber-usahatani... · pembiayaan usahatani padi sawah berupa kredit formal dan non

BULETIN IKATAN VOL.3 NO. 1 TAHUN 2013 24

pertanian, pedagang saprotan, penggilingan padi dan PNS (pegawai negeri sipil), sehingga

dapat membayar cicilan kreditnya setiap bulan.

Pada tahun 2011 terdapat kredit program yang mendukung permodalaan dalam

melakukan usahatani padi sawah di Kabupaten Pandeglang Banten yaitu Gerakan

Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) yang merupakan program dari

Kementerian BUMN untuk mendukung program kementerian pertanian dalam peningkatan

produksi pangan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan berupa pinjaman kredit

baik dalam bentuk uang maupun saprodi untuk kegiatan usahatani padi. Program ini

digulirkan dan dikelola oleh Gapoktan/Kelompoktani dengan PT SHS dan PT Pertani sebagai

avalisnya. Di lokasi pengkajian terdapat 26,67% petani responden mengakses kredit

program ini terutama petani di Kecamatan Picung. Kelompoktani di kecamatan ini melalui

dukungan dan fasilitasi BPP setempat melakukan MoU dengan PT Pertani untuk

mendapatkan kredit usahatani padi sawah dalam bentuk saprodi. Besaran saprodi

disesuaikan dengan luas lahan garap dan rekomendasi pemupukan di daerah tersebut. Kredit

program GP3K ini sangat membantu dalam proses produksi padinya karena sarana produksi

dibutuhkan sudah disiapkan oleh pihak PT. Pertani. Prosedur pengembalian juga dilakukan

setelah panen dengan tingkat bunga 0% atau sesuai dengan harga dan jumlah yang mereka

terima pada saat kontrak. Namun kegiatan ini belum menyebar ke semua kelompok tani

pihak BUMN masih melakukan uji coba program ini dibeberapa kelompok tani di setiap

kabupaten.

Petani yang mengakses kredit informal masih mewarnai perekonomian di Lokasi

Pengkajian, Namun terlihat adanya sedikit pengurangan peran tengkulak atau pedagang

hasil pertanian dibuktikan kebanyakan petani responden mengakses pinjaman kredit dari

Gapoktan/Kelompoktani sebanyak 48,89 persen. Hal ini dikarenakan adanya program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang sudah berlangsung dari tahun 2008

sampai dengan sekarang yang memberikan bantuan penguatan modal sebesar 100 juta

rupiah untuk dikelola oleh Gapoktan/Kelompoktani dan digulirkan ke petani dalam bentuk

pinjaman kredit. Program pemerintah lainnya seperti bantuan saprodi (benih, pupuk) dari

program CBN dan SLPTT dirasakan petani responden sebanyak 64,44 persen dengan

memperoleh bantuan saprodi dalam melakukan usahatani padi sawahnya berupa bantuan

benih saja bagi petani yang termasuk lokasi SL-PTT dan berupa benih dan pupuk untuk

lokasi LL.

Sebanyak 31,11 persen petani responden lebih banyak mengakses pinjaman kredit

ke teman/saudaranya. Hal ini dikarenakan pinjaman kredit dari teman/saudara selain

Page 7: KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER PEMBIAYAAN …banten.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/sumber-usahatani... · pembiayaan usahatani padi sawah berupa kredit formal dan non

BULETIN IKATAN VOL.3 NO. 1 TAHUN 2013 25

prosedurnya mudah terkadang tidak mematok bunga bahkan tidak ada bunga sama sekali,

dikarenakan alasan tolong menolong dan persaudaraan. 20 persen mengakses pedagang

hasil pertanian atau tengkulak sebagai sumber permodalan usahatani padi sawahnya. 28.89

persen mengakses ke pedagang input (kios sarana produksi pertanian) untuk membiayai

usahataninya, 13,33 persen berasal dari penggilingan padi (RMU), dan 8,89 persen pinjam

kepada pelepas uang. Meminjam kepada pelepas uang dilakukan jika terpaksa menghadapi

keadaan darurat, tetapi umumnya pemanfaatannya hanya sedikit untuk modal usahatani.

Lembaga informal banyak dipilih oleh petani padi sawah di Lokasi Pengkajian

sebagai sarana sumber pembiayaan karena prosedur untuk mengakses lembaga ini lebih

mudah dan singkat yaitu hanya dengan modal kepercayaan dari lembaga keuangan informal

terhadap petani responden. Sementara prosedur untuk mengakses lembaga formal seperti

bank, petani responden kebanyakan belum memahami mengenai prosedur untuk mengakses

ke lembaga formal tersebut dan merasa prosedurnya terlalu rumit dan panjang sehingga

mereka merasa enggan untuk menggakses ke lembaga ini serta harus memiliki agunan.

Penelitian Syukur et al., (1999), menunjukkan rendahnya sumber modal usahatani

yang berasal dari kredit komersial. Pada umumnya sumber permodalan petani padi sawah di

Lokasi Pengkajian berasal dari pedagang input (kios sarana produksi pertanian) dan

pedagang output (pedagang hasil pertanian). Namun hasil pengkajian kami di Provinsi

Banten ini, setelah adanya program PUAP kebanyakan petani lebih banyak mengakses

Gapoktan/Kelompoktani, pedagang input (kios sarana produksi pertanian), pedagang output

(pedagang hasil pertanian), serta penggilingan padi (rice milling unit) yang juga berprofesi

sebagai pedagang beras.

Kredit program seperti KUR dan KKP-E, petani responden menyatakan belum

pernah mendapatkannya. Hal ini sangat disayangkan sekali, kredit program yang sedianya

dapat membantu petani dalam mengatasi masalah permodalan dapat tidak dapat dirasakan

oleh petani padi sawah di Lokasi Pengkajian Kecamatan . Padahal aplikasi kredit program ini

tidak begitu sulit yaitu dilakukan secara berkelompok dengan sistem tanggung renteng,

dimana agunan yang dijadikan jaminan kredit merupakan kekayaan milik ketua/pengurus

kelompok tani sehingga kelompok tani sangat selektif dalam memilih anggotanya.

Efektivitas Pemanfaatan Modal Usahatani Padi Sawah

Petani responden di Kabupaten Pandeglang pada umumnya memanfaatkan

pinjaman untuk keperluan budidaya saja, budidaya, panen, pasca panen dan ada juga yang

digunakan secara kombinasi dengan kepeluan konsumsi. Efektivitas pemanfaatan modal oleh

Page 8: KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER PEMBIAYAAN …banten.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/sumber-usahatani... · pembiayaan usahatani padi sawah berupa kredit formal dan non

BULETIN IKATAN VOL.3 NO. 1 TAHUN 2013 26

petani responden yang mengakses sumber permodalan informal, sebagian besar digunakan

hanya untuk keperluan budidaya saja sebesar 59,38 persen, untuk keperluan kombinasi

antar budidaya, panen, dan pasca panen sebesar 40,28 persen, dan untuk keperluan diluar

usahatani atau konsumsi hanya sebesar 0,35 persen. Hal ini dikarenakan bentuk modal yang

diperoleh dari lembaga informal kebanyakan dalam bentuk saprodi yang dibutuhkan untuk

keperluan budidaya petani padi sawah seperti dari kios saprodi yang memberi pinjaman

benih, pupuk atau pestisida.

Sementara pembiayaan yang berasal dari lembaga formal dominan digunakan

secara kombinasi untuk keperluan budidaya, panen, pasca panen sebesar 78,48 persen,

untuk keperluan budidaya saja sebesar 4,11 persen dan untuk keperluan diluar usahatani

atau konsumsi sebesar 17,42 persen. Hal ini dikarenakan lembaga formal memberikan

bantuan modal berupa uang, sehingga petani diberi kebebasan untuk mengatur dan

menggunakan modal tersebut sesuai dengan keinginan petani walaupun secara prosedural

ada pengawasan dalam penggunaan atau alokasi bantuan tersebut oleh lembaga yang

bersangkutan.

Tingkat Pengembalian Kredit

Tingkat pengembalian petani responden, ternyata menunjukkan tingkat

pengembalian yang baik pada akhir musim tanam 2011 terutama pada lembaga informal

yang merupakan kredit jangka pendek, dimana petani sering membayar kreditnya setelah

panen dengan tertib dan disiplin. Tabel 3. Menunjukkan tingkat pengembalian petani pada

lembaga informal ini mencapai 65,33 persen, dibandingkan pada lembaga formal yang hanya

mencapai 33,33 persen saja. Hal ini dikarenakan proses pelunasan di lembaga formal telah

ditentukan prosedur dan waktunya sehingga pada saat akhir musim tanam banyak petani

yang masih memiliki tunggakan yang cukup besar dikarenakan waktu pelunasannya masih

panjang, berbeda dengan lembaga informal yang memiliki prosedur lebih sederhana waktu

pelunasan yang beragam sesuai dengan kesepakatan biasanya terbatas sampai akhir musim

tanam atau dibayar setelah panen. Namun dalam pengembaliannya, 11,34 persen yang

menunggak dan telah jatuh tempo pada lembaga informal, hal ini dikarenakan adanya

keperluan keluarga yang mendesak seperti biaya sekolah anaknya dan konsumsi keluarga

yang harus didahulukan sehingga tidak dapat melunasi sesuai dengan waktunya dan untuk

pelunasannya telah melakukan kesepakatan ulang dengan pihak pemberi bantuan modal.

Selain itu ada juga dalam pengembalian pinjaman kredit yang berasal dari program PUAP

dari Gapoktan/kelompoktani, banyak petani yang masih menunggak dikarenakan

Page 9: KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER PEMBIAYAAN …banten.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/sumber-usahatani... · pembiayaan usahatani padi sawah berupa kredit formal dan non

BULETIN IKATAN VOL.3 NO. 1 TAHUN 2013 27

menganggap dana PUAP yang disalurkan Gapoktan sebagai hibah dan tidak perlu

dikembalikan.

Tabel 3. Tingkat Pengembalian Kredit.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan

1. Terdapat sumber-sumber pembiayaan usahatani padi sawah yang dapat diakses baik

kredit formal maupun kredit non formal. Telah banyak kredit program yang diluncurkan

oleh pemerintah untuk membantu usahatani padi petani seperti KUR, KKP-E dan

lainnya. Namun sebagian besar petani padi di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten

masih mengandalkan pada modal sendiri untuk usaha tersebut. Hasil pengakajian

terdapat lima pola sumber pembiayaan usahatani padi yaitu: a) modal sendiri, b)

modal sendiri+injaman, 3) modal sendiri+bantuan pemerintah, 4) modal

sendiri+bantuan pemerintah+pinjaman dan, 5) lainnya. Kredit program yang sudah

diakses adalah KUR dan GP3K, namun hanya sebagian kecil petani yang mampu

mengaksesnya. Bahkan petani belum pernah mengakses kredit program KKP-E,

padahal kredit ini tidak sulit yaitu dilakukan secara berkelompok dengan sistem

tanggung renteng, dengan agunan berupa kekayaaan milik ketua/pengurus kelompok

tani.

2. Aksesibilitas petani padi sawah terhadap sumber pembiayaan usahatani padi sawah di

Kabupaten Pandeglang, ada yang hanya mengakses modal sendiri saja sebesar 20

persen dan sebagian besar petani responden yaitu sebesar 80 persen mengakses

sumber permodalan yang berasal dari kombinasi antara modal sendiri dengan modal

pinjaman dari luar. Modal pinjaman ini berasal dari sumber pembiayaan formal terdiri

dari bank komersil seperti BRI dan kredit program GP3K dari BUMN dan sumber

pembiayaan informal seperti gapoktan/kelompoktani, pedagang input (kios sarana

No. Status Pengembalian Kredit

Sumber Pembiayaan

Formal Informal

% %

Pengembalian Kredit 1 Lunas 33.33 65.33 2 Belum lunas Sudah Jatuh Tempo 0 11.34 3 Belum lunas Belum Jatuh tempo 66.67 23.33

Jumlah 100 100

Page 10: KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER PEMBIAYAAN …banten.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/sumber-usahatani... · pembiayaan usahatani padi sawah berupa kredit formal dan non

BULETIN IKATAN VOL.3 NO. 1 TAHUN 2013 28

produksi pertanian) dan pedagang output (pedagang hasil pertanian), penggilingan

padi, teman/saudara.

3. Pemanfaatan modal yang berasal dari pinjaman kredit sangat efektif untuk membantu

petani dalam memenuhi kebutuhan untuk kegiatan usahataninya. Sebagian besar

pinjaman tersebut digunakan untuk kepentingan budidaya padi terutama untuk

memenuhi kebutuhan sarana produksi, tenaga kerja, sewa alsintan serta keperluan

panen dan pascapanen. Sebagian kecil yang dimanfaatkan untuk keperluan konsumsi

dan lainnya. Tingkat pengembalian pinjaman yang dilakukan oleh petani terutama dari

sumber pembiayaan perbankan dan non formal menunjukkan tingkat pengembalian

yang cukup baik. Namun sebaliknya petani banyak menunggak walaupun telah jatuh

tempo untuk pinjaman yang berasal dari kredit program (KUT, PUAP, GP3K) yang

disalurkan melalui gapoktan/poktan menunjukkan kebalikannya. Hal ini dikarenakan

pemahaman petani atau pengurus gapoktan/poktan yang masih mengganggap kredit

program sebagai hibah dan pemberian cuma-cuma dari pemerintah. Selain itu, juga

prosedur dan sistem penyaluran kredit yang diselenggarakan oleh kelompok tani masih

belum memenuhi kaidah sistem simpan pinjam yang baik.

Implikasi Kebijakan

Pemerintah perlu mengupayakan peningkatan aksesibilitas petani terhadap sumber

pembiayaan dalam melakukan usahatani padi sawah, terutama akses terhadap sumber

pembiayaan formal, dapat dilakukan dengan sebagai berikut:

1. Pemerintah melalui Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan sosialisasi

kepada petani khususnya petani padi secara intensif tentang kebijakan pemerintah

terkait sumber permodalan baik yang bersifat komersial maupun kredit program,

sehingga petani memperoleh pemahaman secara utuh dan komprehensif.

2. Bagi perbankan yang menyediakan pinjaman komersial dan menjadi kepanjangan

tangan pemerintah untuk kredit program juga melakukan sosialisasi secara massive

kepada petani. Belajar dari program PUAP, perbankan menyediakan tenaga yang

bertugas melakukan sosialisasi sekaligus mendampingi petani agar dapat mengakses

pinjaman dari perbankan.

3. Pemerintah perlu meninjau kembali skim permodalan yang diluncurkan melalui kredit

program terutama seperti KUR, KKP-E. Masih rendahnya penyerapan kedua skim

tersebut dapat dikarenakan aturan dan prosedur pinjaman yang tidak mungkin petani

Page 11: KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER PEMBIAYAAN …banten.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/sumber-usahatani... · pembiayaan usahatani padi sawah berupa kredit formal dan non

BULETIN IKATAN VOL.3 NO. 1 TAHUN 2013 29

mampu mengaksesnya. Hasil kajian menunjukkan petani tidak mampu mengakses

pinjaman komersial karena persayaratan agunan dan prosedur yang berbelit-belit.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Provinsi Banten, 2009. Analisis Profil Rumah Tangga Usaha Tani Provinsi Banten Tahun

2009 (komoditi padi dan kedelai). Badan Pusat Statistik. Banten

BPS Provinsi Banten, 2011. Banten dalam Angka Tahun 2010. Badan Pusat Statistik. Banten

Sudaryanto, T dan M. Syukur. 1999. Pengembangan Lembaga Keuangan Alternatif

Mendukung Pembangunan Ekonomi Pedesaan. Hlm. 101-121. Dalam Sudaryanto, I W. Rusastra, A. Syam dan M. Ariani (Eds). Analisis Kebijaksanaan: Pendekatan Pembangunan dan Kebijaksanaan Pengembangan Agribisnis. Monograph Series No. 22. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.

Supriatna, Ade. 2008. Aksesibilitas Petani Kecil Pada Sumber Kredit Pertanian di Tingkat

Desa :Studi Kasus Petani Padi di Nusa Tenggara Barat. SOCA http://ejournal.unud.ac.id. 2 Juli 2011.

Syukur, M, Sumaryanto, Saptana, A. Rozany Nurmanaf, Budi Wiryono, Iwan Setiajie

Anugerah, Sumedi. 1999. Kajian Skim Kredit Usahatani Menunjang Pengembangan IP-Padi-300 di Jawa Barat. Kerja sama Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dengan ARMP II, Badan Litbang Pertanian.