kesimpulan

Upload: dhea-fitria

Post on 06-Jul-2015

374 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

NOTA PENGANTAR LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2007 Disampaikan pada Rapat Paripurna DPRD Jawa Barat 12 Februari 2008

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum Wr. Wb. Yth. Saudara Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat; Yth. Unsur Pimpinan Daerah Provinsi Jawa Barat serta Ketua Pengadilan Tinggi Jawa Barat; Para tokoh dan sesepuh Jawa Barat, pimpinan organisasi sosial politik, organisasi kemasyarakatan, LSM, insan pers serta warga masyarakat Jawa Barat yang saya cintai. Hadirin undangan yang berbahagia, Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT., atas taufiq dan hidayah-Nya yang tak pernah putus kepada kita sekalian, hingga pada saat ini dapat saling bersilaturahiim dan berkumpul dalam Rapat Paripurna terhormat, guna menghadiri penyampaian Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Gubernur Jawa Barat Periode Tahun 20032008, sekaligus LKPJ Tahun Anggaran 2007.NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

1

Shalawat serta salam, kita sampaikan kepada baginda Rasullullah Shallallahualaihi Wassalam, keluarga beserta para sahabat hingga seluruh umatnya, yang senantiasa mengharapkan safaatnya hingga akhir jaman. Mengawali penyampaian pengantar LKPJ Akhir Masa Jabatan ini, baru saja kita melewati minggu berkabung nasional sehubungan dengan wafatnya salah satu pemimpin nasional kita, mantan Presiden kedua Republik Indonesia, Bapak H. Muhamad Soeharto, yang kembali ke Rahmatullah pada tanggal 27 Januari 2008 lalu. Kiranya kita dapat menarik hikmah atas seluruh perjalanan dan amal bakti beliau dalam memimpin bangsa dan negara ini, yang dengan segala kelebihan dan kekurangannya telah menorehkan catatan sejarah yang amat berharga, karena dalam masa kepemimpinannya Bangsa Indonesia memasuki era pembangunan nasional dan mencapai kemajuan di berbagai bidang. Selama tiga dasawarsa kepemimpinan almarhum Bapak H. Muhammad pemerintahan Soeharto, yang sangat banyak model manajemen terhadap terbukti telah memberi andil

ketercapaian hasil-hasil pembangunan nasional, yang bisa dinikmati rakyat Indonesia dan mendapat pengakuan internasional. Namun kita akui, sebagai ekses dan sifat kekuasaan yang kurang terimbangi oleh keseimbangan kontrol politik dari kelembagaan wakil rakyat dan kedewasaan dalam edukasi politik masyarakat kita di masa lalu, kita akhirnya terjerumus dalam krisis multidimensi yang dampaknya masih terasa hingga saat ini. Karenanya, momentum penyampaian LKPJ Gubernur kali ini patut dijadikan sebagai wahana pembelajaran kita semua dalam mengembangkan sistem politik yang sehat, yakni sistem politik yang dibangun oleh hubungan fungsional legislatif dan eksekutif yang konstruktif, serta keterlibatanNOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

2

masyarakat yang partisipatif, hingga mampu melahirkan gerak pembangunan yang akseleratif. Pada kesempatan ini pula, kita baru saja kehilangan salah seorang tokoh Jawa Barat, Bapak Rahmatullah Ading Affandi (RAF), budayawan dan seniman ternama Jawa Barat, yang telah wafat pada hari Rabu tanggal 6 Februari 2008 lalu. Semoga almarhum dapat diterima amal ibadahnya di sisi Allah SWT serta keluarga yang ditinggalkan dapat menerimanya dengan penuh keikhlasan.

Rapat Paripurna DPRD yang kami hormati, Pada hari ini, sesuai ketentuan pasal 27 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Penyampaian LPPD kepada Pemerintah, LKPJ kepada DPRD dan Informasi LPPD kepada Masyarakat, sejalan dengan amanah dan komitmen jabatan, saya selaku Gubernur Jawa Barat periode tahun 2003-2008, menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan, sekaligus LKPJ Akhir Tahun Anggaran 2007. Berdasarkan ketentuan normatif yang ada, penyampaian LKPJ Akhir Masa Jabatan bersifat ringkasan atas penyampaian LKPJ Tahunan, yang telah kita bahas bersama setiap berakhirnya tahun anggaran. Oleh karena itu, substansi LKPJ Akhir Masa Jabatan akan bertumpu pada beberapa indikator program dan indikator makro pembangunan daerah, yang diamanatkan dalamNOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

3

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2003-2008. Di dalam Renstra tersebut dimuat Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat Periode 2003-2008. yakni Akselerasi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, Guna Mendukung Perwujudan Visi Jawa Barat 2010, dengan 5 (lima) Misi akselerasi : (1) Peningkatan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia Jawa Barat; (2) Pengembangan struktur perekonomian regional yang tangguh; (3) Pemantapan kinerja pemerintah daerah; (4) serta Peningkatan (5) implementasi kualitas pembangunan berkelanjutan; Peningkatan

kehidupan sosial berlandaskan agama dan budaya daerah. Sebelum saya menyampaikan LKPJ Akhir Masa Jabatan, perkenankan saya memberikan apresiasi yang sangat tinggi terhadap DPRD Provinsi Jawa Barat, yang sepanjang periode kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2003-2008, telah turut memelihara komunikasi pemerintahan yang harmonis serta kontrol yang efektif, dalam menjaga ritme penyelenggaraan agenda pemerintahan daerah. Demikian pula, hal serupa saya sampaikan untuk para pimpinan partai politik serta berbagai elemen kritis masyarakat Jawa Barat, juga seluruh staf pemerintahan daerah, yang terus memberi dukungan serta bantuan dalam mewujudkan agendaagenda yang telah diamanatkan dalam rencana strategis pemerintah daerah. Saya menyadari bahwa sepanjang kepemimpinan kami, yang merupakan satu kesatuan kepemimpinan antara Sdr. Numan Abdul Hakim beserta saya, belum semua harapan dan kebutuhan masyarakat Jawa Barat dapat terpenuhi. Apalagi dalam kurun awal kepemimpinan kami, kita masih berada dalam situasiNOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

4

pemulihan

ekonomi

dampak

krisis

multidimensi

yang

berkepanjangan dan fluktuasi kondisi makro ekonomi yang belum stabil. Selain itu, juga sangat diwarnai oleh kondisi transformasi politik pasca amandemen UUD 1945, yang berimplikasi terhadap perubahan berbagai regulasi di tingkat pusat yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan di daerah, yang hingga saat ini masih terus berlangsung. Karena itu berbagai asumsi yang melandasi penyusunan rencana strategis daerah pada umumnya belum terwujud, sehingga menjadi hambatan yang cukup berarti dalam upaya mencapai target-target kinerja yang telah ditetapkan. Dalam awal kepemimpinan kami pada tahun 2003, telah kita maklumi bersama bahwa kondisi kualitas kesejahteraan masyarakat masih berada dalam taraf yang rentan dari kemiskinan. Hal tersebut ditandai dengan jumlah keluarga miskin yang cukup besar, jumlah pengangguran yang tinggi dengan kebutuhan serta kapasitas pelayanan dasar Demikian pula kita masih kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat yang kurang seimbang masyarakat. dihadapkan pada masalah kerusakan lingkungan hidup, akibat rendahnya kepastian dan penegakan hukum dalam pemanfaatan dan pengendalian ruang. Dalam kondisi sosio politik dan ekonomi daerah seperti itulah, berbagai program kerja pemerintahan daerah sepanjang 5 (lima) tahun ini telah kita jalankan dengan sekuat tenaga, guna meningkatkan berbagai agenda kesejahteraan masyarakat dan melanjutkan proses demokratisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Insyaallah melalui rapat paripurna DPRD

yang terhormat ini, saya mencoba menyampaikan paparan umum kinerja pemerintahan daerah, melalui penggambaran pada aspekNOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

5

pemerintahan,

perekonomian,

keuangan,

pembangunan

dan

infrastruktur serta kesejahteraan masyarakat daerah. Pertama-tama kami awali dari aspek pemerintahan. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu agenda besar reformasi yang sangat kuat mengemuka sejak 10 (sepuluh) tahun terakhir adalah amandemen UUD 1945. Diantara implikasi penting dari amandemen tersebut, sangat berkaitan dengan pembaharuan dalam sistem politik nasional dan daerah, substansi otonomi daerah yang makin terdesentralisasi serta reformasi birokrasi. Keseluruhannya bermuara pada perwujudan tata pemerintahan yang semakin baik dan bersih (good governance and clean government). Semangat untuk menerapkan asas-asas umum pemerintahan yang baik tersebut, dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN. Didalamnya kita terikat pada 7 (tujuh) asas yang menjadi landasan serta orientasi bagi para penyelenggara pemerintahan, yakni asas kepastian hukum, tertib penyelenggaraan negara, orientasi pada kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas serta akuntabilitas. Dalam kerangka besar seperti itulah, kinerja pada aspek pemerintahan terus disinergikan untuk mencapai target-target kinerja yang telah ditetapkan. Selanjutnya berkaitan dengan kedudukan Gubernur, baik pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah maupun penggantinya, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, masih menempatkan 2 (dua) fungsi Gubernur sebagai kepala daerah otonom dan wakil pemerintah pusat di daerah.NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

6

Dalam dua fungsi tersebut, kinerja pemerintahan provinsi berada dalam dua tataran sekaligus, yakni ranah pengawasan, pembinaan dan fasilitasi terhadap pemerintahan kabupaten/kota hingga wilayah di bawahnya, serta pada ranah penyelenggaraan rumah tangga daerah provinsi, yang diikat oleh ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Provinsi sebagai Daerah Otonom. Dalam implementasinya, fungsi-fungsi Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat, belum ditopang oleh ketegasan dalam alokasi hak anggaran dan sumber daya personalianya, sehingga lebih bertumpu pada penggunaan sumber daya keuangan dan personalia daerah. Di masa depan, sejalan dengan rencana revisi terbatas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, kedudukan Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat, perlu disertai dengan kejelasan penganggaran serta personalianya. Keberadaan lembaga seperti deputi kewilayahan sebagai revitalisasi unit kerja koordinasi wilayah tengah kami upayakan, pembinaan, disamping fasilitasi menjadi serta unit kendali sengketa pengawasan, mediasi

pemerintahan antar kabupaten/kota, kehadirannya akan menjadi lini terdepan dalam pelayanan publik. Hal lainnya terkait dengan revitalisasi kinerja pada aspek pemerintahan berkaitan dengan reformasi birokrasi. Kita maklumi bersama, bahwa paradigma baru dalam tata kelola pemerintahan daerah, menempatkan kesejajaran peran antara pilar pemerintahan, swasta serta kelompok masyarakat yang terorganisasi. Dalam kesejajaran peran seperti itu, efektivitas kepemimpinan daerah turut ditentukan oleh profesionalitas birokrasi daerah.NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

7

Sepanjang 5 (lima) tahun terakhir, jumlah PNS di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus mengalami perubahan sejalan dengan pengangkatan pegawai baru maupun pensiun pegawai. Hingga akhir tahun 2007, jumlah pegawai Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencapai 13.713 orang, dengan kualifikasi kompetensi pada struktur pendidikan formal di tingkat SLTA ke bawah mencapai 51,66 %, pada jenjang D2 dan D3 mencapai 13,22 %, strata-1 sebesar 29,13 %, strata-2 sebesar 5,91 % dan pada strata-3 sebesar 0,08 %. Sedangkan dari segi kepangkatan dan golongan, komposisinya meliputi golongan I sebesar 2,91 %, golongan II sebesar 27,76 %, golongan III sebesar 61,92 % dan golongan IV sebesar 7,41 %. Upaya peningkatan profesionalisme tersebut, terus kami lakukan, baik melalui jalur pendidikan formal, jabatan serta pendidikan teknis substantif. Demikian pula dari aspek pembiayaannya, tidak selalu mengandalkan pada kemampuan APBD, melainkan pula telah berkerja sama dengan lembaga lainnya, seperti dengan lembaga INTAN Malaysia, Perancis dan negara-negara lainnya. Saya perlu berterima kasih kepada para PNS pemerintah daerah, yang telah meningkatkan kompetensi pendidikan formalnya dengan motivasi tinggi. Terlihat dari upaya pada jenjang pendidikan S-1 melalui jalur rasio ijin belajar, dengan 16,8 : 1 dibandingkan dengan jalur tugas belajar. Demikian Kondisi ini telah memberi kontribusi

pula rasio sejenis untuk jenjang S-2 mencapai 1,7 : 1 dan pada jenjang S-3 mencapai 13 : 1. tersendiri terhadap pengalokasian anggaran yang lebih efisien, dengan mengurangi beban belanja aparatur daerah. Walaupun demikian, pengendalian keseimbangan antara kebutuhan kualifikasi kompetensi aparatur daerah dengan minat mengikuti pendidikanNOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

8

formal melalui jalur ijin belajar, terus dilakukan secara cermat. Demikian pula, penajaman kompetensi aparatur ditempuh pula melalui mekanisme mutasi jabatan, melalui mekanisme asessment pegawai, psikotest serta fit and proper test. Demikian pula telah dilakukan penerapan sistem rekruitmen terbuka dalam pengisian jabatan eselon II, melalui out sourcing dari luar lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, baik dari lingkungan pemerintah kabupaten/kota, instansi pusat, juga dari lingkungan perguruan tinggi. Upaya profesionalisme lainnya yang kami dorong dalam meningkatkan aparatur serta tertib penyelenggaraan

pemerintahan daerah, ditempuh melalui perbaikan kesejahteraan pegawai, antara lain melalui pelayanan poliklinik kesehatan, medical check up secara rutin setiap 6 bulan, bantuan biaya perawatan, peningkatan pelayanan Bapertarum, bantuan ongkos haji bagi pegawai berprestasi, pemberian penghargaan, hingga pemberian uang duka untuk pegawai yang meninggal dunia. Dalam kerangka perbaikan kesejahteraan pegawai yang dipadukan dengan upaya perbaikan transparansi dan akuntabilitas pemerintahan, saat ini pemerintah daerah tengah menyempurnakan model integrasi pendapatan pegawai dalam satu struktur pendapatan insentif berbasis kinerja (IBK). Insyaallah, setelah simulasi dan uji coba pada tahun 2008 ini, dapat dijadikan sebuah langkah efektif dalam reformasi birokrasi, yang langsung mengarah pada pemberantasan KKN di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Upaya perbaikan kesejahteraan pegawai, bukanlah akhir dari reformasi birokrasi, karena fokus penting lainnya berkaitan dengan perbaikan dalam pola pelayanan publik. Salah satu langkah efektifNOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

9

untuk perbaikan pelayanan publik terutama dalam administrasi pemerintahan serta menghindari adanya pungutan ganda yang berakibat pada high cost economy. Hal itu telah dilakukan melalui pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yang terpusat di Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Barat. PPTSP di tingkat provinsi ini merupakan yang pertama di Indonesia. Sebagai terobosan lainnya dalam pencegahan tindak pidana korupsi, Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama-sama dengan 17 instansi lainnya telah menandatangani Kesepakatan Bersama untuk mendukung penyusunan Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi. Ke-17 instansi tersebut adalah DPRD Provinsi Jawa Barat, Kepolisian Daerah, Kejaksaan Tinggi, Perwakilan BPKP, Pemerintah Kota Bandung dan Pemerintah Kabupaten Indramayu, KADIN, GAPENSI, 7 (tujuh) Perguruan Tinggi, Persatuan Wartawan Indonesia, dan Bandung Institute of Governance Studies. Demikian pula, guna memperkuat transparansi dalam pengadaan barang dan jasa, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu dari empat provinsi di Indonesia yang mendapatkan kepercayaan untuk menerapkan sistem pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik (e-government procurement), melalui kelembagaan khusus berupa unit pengadaan barang dan jasa, yang saat ini telah dibangun instalasi operasionalisasinya. Kepercayaan Pemerintah untuk menjadikan Jawa Barat sebagai pilot project e- government procurement tidak terlepas dari performance yang cukup baik dari sektor telematika kita, yang tercermin dengan diterimanya penghargaan dari Majalah Warta Ekonomi sebagai Juara II penerapan e-government padaNOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

10

Instansi Pemerintah Daerah

tahun 2003 dan 2007 serta

penghargaan Inisiatif dan Kreatif e-government dari Menteri Dalam Negeri pada tahun 2006. Berdasarkan hal ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama stakeholders telematika telah bertekad mewujudkan Jabar Cyber Province, yang akan dibangun secara bertahap sampai tahun 2013. Atas berbagai upaya Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam meningkatkan kapasitas kinerja perangkat daerah, yang disertai penguatan dalam komunikasinya dengan kehidupan pers daerah, Alhamdulillah pada tahun 2007 Gubenur Jawa Barat memperoleh Penghargaan Pamong Award dari Forum Silaturahmi Alumni Pendidikan Pamong Praja Indonesia serta anugerah Pena Emas dari Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Indonesia.

Rapat Paripurna DPRD yang kami hormati, Penyelenggaraan otonomi daerah yang makin akuntabel, menuntut pula sinergi regulasi, program kerja serta harmonisasi kepemimpinan antar pimpinan daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Untuk itu upaya penyelarasan regulasi daerah, terutama pada penetapan APBD, pajak daerah, retribusi daerah serta tata ruang daerah kabupaten/kota evaluasi terhadap keempat jenis telah ditempuh melalui tersebut, yang Raperda

pelaksanaannya secara efektif telah diberlakukan sejak tahun 2005. Dalam kerangka regulasi daerah, dalam kesempatan

berbahagia ini kami menyampaikan apresiasi kepada DPRD Provinsi Jawa Barat, yang telah menginisiasi penyusunan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Perlindungan Penyandang Cacat, sehingga Jawa Barat tercatat sebagai provinsi kedua yang11

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

mengatur secara khusus hak-hak para penyandang cacat di Indonesia. Pada kesempatan ini kami sampaikan pula bahwa sebagai tindak lanjut dari penetapan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Penyandang Cacat, kami telah menerbitkan lembaran daerah khusus dalam huruf braille, serta melengkapi peraturan daerah dimaksud dengan petunjuk pelaksanaannya. Hal tersebut telah mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS-HAM). Selain itu, dalam kerangka pemberdayaan potensi daerah, telah dilaksanakan pula revitalisasi program-program kerjasama pemerintahan, baik antar susunan pemerintahan, pihak ketiga maupun stakeholders lainnya. Dalam rangka itu telah dilakukan kerjasama antar daerah sebanyak 43 buah, kerjasama dengan pihak ketiga sebanyak 35 buah dan kerjasama dengan pihak luar negeri sebanyak 24 buah, yang dilaksanakan untuk mendukung pengembangan 6 (enam) core bussinesses (bidang pertanian, kelautan, kepariwisataan, manufaktur, infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia), serta penyeimbangan pembangunan antar kawasan, antara lain di kawasan utara dan selatan Jawa Barat. Berbagai upaya revitalisasi program-program pembangunan yang seoptimal mungkin kami upayakan sepanjang 5 tahun terakhir, kiranya masih belum dipandang cukup oleh sebagian saudarasaudara kita, terutama di kawasan Pantura Jawa Barat. Kondisi demikian, mendorong kemunculan polemik tentang tuntutan pemekaran provinsi baru. Walaupun selama 5 tahun kepemimpinan kami, alokasi pembiayaan pembangunan yang diinisiasi APBD provinsi melalui bantuan keuangan kepada12

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

kabupaten/kota di wilayah Ciayumajakuning mencapai Rp. 657,5 Milyar, belanja bagi hasil pajak sebesar Rp. 543,9 Milyar, diluar itu APBD Provinsi juga dikucurkan untuk berbagai kegiatan SKPD sektoral dan proyek pembangunan fisik yang berlokasi di Ciayumajakuning. Beberapa diantaranya yang mendapatkan alokasi APBD cukup besar adalah Peningkatan ruas jalan SubangCikamurang yang mendorong perkembangan wilayah Indramayu bagian selatan, pembangunan rumah sakit khusus gawat darurat kecelakaan lalu lintas (trauma centre) di jalur Pantura Indramayu, pembebasan lahan untuk pembangunan Waduk Jatigede di Sumedang yang sebagian besar pemanfaatan airnya untuk daerah pertanian di Majalengka, Cirebon dan Indramayu, pembebasan lahan untuk pembangunan jalan tol Cikampek-Cirebon, jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan serta rintisan pembangunan bandara internasional di Kertajati. Sesungguhnya aspirasi pemekaran atau pembentukan provinsi tersebut, merupakan kewajaran yang secara normatif perundangan telah diatur secara cermat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tahun 2007 tentang juncto Peraturan Pemerintah Nomor 78 Pembentukan, Penggabungan dan

Penghapusan Daerah Otonom. Yang terpenting bagi pembentukan daerah otonom ialah landasan rasional dan motivasi usulan pembentukannya. Sejak awal bergulirnya kebijakan otonomi daerah di era reformasi, kekuatan pelayanan publik guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah, sangat bertumpu pada pemerintah kabupaten/kota. Oleh karenanya, semangat untuk itu lebih relevan digunakan bagi revitalisasi peran dan fungsi pemerintah kabupaten/kota daripada menyiapkan sebuah wadah

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

13

baru manajemen pemerintahan daerah di tingkat provinsi, yang sangat terbatas kewenangan otonominya. Selanjutnya, terkait dengan situasi dan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat, dalam kesempatan yang berbahagia ini, perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada jajaran Kepolisian Daerah dan juga TNI, yang selama 5 (lima) tahun telah berhasil menjaga dan memelihara stabilitas kondisi keamananan, ketertiban dan ketentraman di seluruh wilayah Jawa Barat. Namun demikian, kita harus terus meningkatkan terhadap potensi gangguan ketentraman dan kewaspadaan

ketertiban masyarakat. Berdasarkan catatan kepolisian yang kami terima, gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat yang paling menonjol sepanjang tahun 2003-2007, muncul dari penyalahgunaan penggunaan narkoba, dengan trend yang menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa ancaman narkoba menjadi ancaman laten yang memerlukan penanganan secara berkesinambungan serta terintegrasi antara aparat penegak hukum, yang bekerja sama dengan perangkat satuan polisi pamong praja, aparat perlindungan masyarakat (linmas) serta lingkungan keluarga masing-masing. Sedangkan pada tindak pidana yang menonjol dalam kurun yang sama adalah pada jenis pencurian kendaraan bermotor, diikuti oleh pencurian, penipuan, narkotika, penganiayaan serta pemerasan. Kondisi ini tidak lepas dari kondisi perekonomian masyarakat yang mengalami fluktuasi, sehingga menimbulkan peningkatan pengangguran, yang mendorong tumbuhnya tindak pidana. Walaupun demikian secara umum penanganan situasi kamtibmas di Jawa Barat masih terkendali oleh aparat keamanan yang terus dibantu masyarakat. KondisiNOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

14

ketentraman dan ketertiban masyarakat yang cukup terkendali, merupakan kontribusi berharga bagi aktivitas perekonomian daerah, serta membuka kesempatan investasi daerah dari luar Jawa Barat. Situasi dan kondisi Jawa Barat yang kondusif dalam lima tahun terakhir ini juga telah mendorong kepercayaan Pemerintah Pusat untuk menunjuk Jawa Barat sebagai tuan rumah atau lokasi berbagai event nasional dan internasional, seperti penyelenggaraan Peringatan 50 Tahun Konferensi Asia Afrika di Kota Bandung, Jambore Nasional Gerakan Pramuka di Kiarapayung Sumedang, Peringatan Hari Koperasi Tingkat Nasional di Kota Bandung, Peringatan Hari Keluarga Tingkat Nasional di Kabupaten Bogor, Peringatan Hari Kesehatan dan Hari Aksara Tingkat Nasional di Kabupaten Subang, serta Pencanangan Revitalisasi Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tingkat Nasional di Jatiluhur Purwakarta. Maraknya kegiatan nasional dan internasional yang

diselenggarakan di wilayah Jawa Barat, telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan semangat masyarakat dan dunia usaha Jawa Barat dalam melakukan peran dan kontribusinya pada pembangunan daerah, meningkatkan kepercayaan terhadap Jawa Barat, dan tentunya dorongan bagi tumbuhnya bangkitan kegiatan usaha ekonomi, baik di bidang industri, perdagangan, maupun pariwisata, termasuk bisnis travel, hotel dan restoran. Selanjutnya mengenai perkembangan demokratisasi

kehidupan politik di daerah, dapat disampaikan bahwa indikator yang cukup mewakili proses demokratisasi masyarakat, telah ditunjukkan masyarakat Jawa Barat melalui peranserta dalam pemilu legislatif, pemilu presiden dan wakil presiden serta pemilu kepala daerah kabupaten/kota. Dalam pelaksanaan pemilu legilatif,NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

15

telah terjadi peningkatan kesadaran berpolitik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan data, pada pemilu tahun 1999 partisipasi pemilihnya baru mencapai 72,5 % dan meningkat tajam menjadi 95 % pada tahun 2004. Untuk pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2004, partisipasi pemilihnya mencapai 72,5 %. Sedangkan untuk kondisi partisipasi politik dalam pelaksanaan pemilu kepala daerah di tingkat kabupaten dan kota, telah menunjukkan rata-rata partisipasi pemilih sekitar 75 %, berdasarkan hasil perhitungan yang diambil di 13 kabupaten/kota yang melaksanakan pemilihan sejak tahun 2005 hingga awal tahun 2008 ini. Sebagai catatan, untuk persentase terendah partisipasi pemilih kepala daerah tersebut berlangsung di kawasan Bodebek, seperti Kota Depok dan Kota Bekasi, yang hanya sekitar 59 %, dan tertinggi pada pelaksanaan pemilu kepala daerah di Kota Tasikmalaya dan Kota Cirebon, yang berkisar pada angka 80 %. Pada umumnya perbedaan tingkat partisipasi pemilih ini berkaitan dengan efektivitas sosialisasi pemilu kepala daerah, akurasi administrasi pendaftaran pemilih, tingkat popularitas para kandidat serta kesadaran para pemilih untuk memanfaatkan hakhak utama warganegara dalam memilih kepala daerah yang dipercayainya. Terlepas pelaksanaan dari pemilu kondisi-kondisi kepala daerah yang mengitari kami proses patut

tersebut,

menyampaikan apresiasi dan ucapan terimakasih terhadap seluruh pengurus KPU Provinsi dan kabupaten/kota, Panwas Pemilu serta warga masyarakat di kabupaten/kota yang telah berhasil melaksanakan pemilu kepala daerahnya secara tertib. Prestasi inilah yang kiranya dapat dimaknai sebagai wujud kontribusi warga Jawa Barat untuk perjalanan politik lokal yang akan mengisi sejarahNOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

16

demokratisasi di tanah air. Apalagi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah hak pilih terbesar di tanah air, yang akan menjadi barometer bagi kehidupan politik nasional yang sehat dan dewasa. Saya berharap, partisipasi pemilih pada pelaksanaan

pemilihan Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013 pada tanggal 13 April 2008 mendatang, harus lebih baik dari pelaksanaan Pemilu tahun 2004 dan Pilkada kabupaten/kota.

Hadirin yang saya hormati, Demikianlah sekilas perkembangan pembangunan bidang Pemerintahan dan upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang telah ditempuh Pemerintah Provinsi Jawa Barat sepanjang tahun 2003 sampai akhir tahun 2007. Selanjutnya saya akan memaparkan kinerja pada aspek perekonomian daerah. Kinerja pada aspek ini diawali dengan perkembangan indikator makro perekonomian daerah, yang ditandai dengan perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). Selama tahun 2003-2007, perkembangan LPE pada setiap tahunnya terus meningkat, jika pada tahun 2003 LPE Jawa Barat baru mencapai 4,39 %, pada tahun 2004 naik menjadi 4,77 %, kemudian naik lagi menjadi 5,62 % pada tahun 2005, dan 6,01 % pada tahun 2006. LPE tahun 2007 berdasarkan angka estimasinya mencapai 6,41 %. LPE Jawa Barat tahun 2005, 2006 dan 2007 berada diatas rata-rata nasional. Dengan pencapaian LPE tahun 2007, Jawa Barat juga menjadi provinsi pertama yang perekonomiannya pulih seperti kondisi sebelum krisis, sehingga berbagai kalangan praktisi ekonomi menyatakan perekonomian Jawa Barat sudah on the right track dan progresif. Berkaitan dengan itu, peran Jawa BaratNOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

17

dalam perekonomian nasional juga sangat signifikan, pada tahun 2007 Jawa Barat menjadi kontributor kedua terbesar (15,46%) setelah DKI Jakarta (15,98%) terhadap pembentukan PDB Nasional. Untuk angka inflasi, perkembangannya adalah sebesar 5,69 % pada tahun 2003, 7,56 % pada tahun 2004, 18,51 % pada tahun 2005, 6,15 % pada tahun 2006 dan akhir tahun 2007 tingkat inflasinya mencapai 5,10 %. Kenaikan inflasi secara drastis pada tahun 2005 terkait erat dengan dua kali kenaikan harga BBM, yang memicu kenaikan biaya transportasi dan harga-harga kebutuhan pokok. Untuk tahun 2007, inflasi Jawa Barat terendah dibanding provinsi lain di Indonesia. Kemajuan perekonomian daerah ditandai pula dengan

perkembangan laju investasi. Jumlah investasi di Jawa Barat berdasarkan harga berlaku terus meningkat secara signifikan. Dalam tahun 2003 berjumlah Rp. 36,5 trilyun, naik menjadi Rp. 40,5 trilyun pada tahun 2004, Rp. 63,6 trilyun pada tahun 2005, naik lagi menjadi Rp. 75,6 trilyun dan meningkat kembali pada tahun 2007 hingga mencapai Rp. 87,1 trilyun. Seiring dengan hal itu, PDRB Jawa Barat berdasarkan harga berlaku meningkat dari Rp. 243,8 trilyun pada tahun 2003 menjadi Rp. 542,3 trilyun pada tahun 2007. Demikian juga PDRB per kapita meningkat dari Rp. 6,4 juta pada tahun 2003 menjadi Rp. 13,1 juta pada tahun 2007. Dari laporan BPS hasil Survei Sosial Ekonomi Daerah, nampak bahwa angka pengangguran terbuka Jawa Barat juga telah menurun, pada tahun 2003 jumlah pengangur terbuka sebesar 2,2 juta jiwa (12,69%), tahun 2004 menjadi 2,04 juta jiwaNOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

18

(12,25%), tahun 2005 turun lagi menjadi 2,03 juta jiwa (11,91%), tahun 2006 turun menjadi 1,9 juta jiwa (10,95%), bahkan di tahun 2007 turun cukup tajam menjadi 1,1 juta jiwa (6,27%). Pertumbuhan ekonomi yang terus positif dengan tingkat inflasi relatif terkendali di bawah 2 digit, disertai pertumbuhan investasi, PDRB dan PDRB per kapita yang cukup tinggi, ternyata belum sepenuhnya mampu menurunkan angka kemiskinan yang masih tinggi. Hal ini ditandai dengan jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I, yang menurut laporan BKKBN masih mencapai 3.310.269 Keluarga atau sebesar 30,79 % dari total jumlah keluarga pada tahun 2007. Adapun menurut standar yang digunakan BPS, jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di Jawa Barat pada bulan Maret 2007 sebesar 5,46 juta jiwa atau 13,55 % dari total penduduk. Menurut laporan BPS, fenomena paradoksal antara

pertumbuhan ekonomi dengan penambahan angka kemiskinan bukan hanya terjadi di Jawa Barat, tetapi terjadi secara merata di provinsi lain secara nasional. Ada beberapa faktor yang diduga menjadi pendorong adanya paradoks ini, antara lain : (1) minimnya akses masyarakat terhadap perekonomian, sebagian besar hanya tenaga buruh (industri maupun pertanian), dan sebagian besar lainnya merupakan pemilik usaha, namun dalam skala mikro dan kecil. (2) Kebijakan pengupahan yang belum mengarah pada acuan yang bersifat universal, yaitu pendapatan minimun perkapita perhari US $ 1 hingga US $ 2. (3) LPE yang diukur melalui pertumbuhan nilai tambah secara konstan, belum menggambarkan pendapatan masyarakat secara utuh; yang diukur masih sebatas agregat output secara domestik, tanpa melihat kepemilikan.19

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

Berdasarkan hal itu, kebijakan jangka pendek yang dapat ditempuh adalah memperbaiki kebijakan pengupahan, namun hal itu juga perlu dikaitkan dengan kemampuan dunia usaha secara cermat. Adapun untuk kebijakan jangka menengah dan panjang, di bidang pendidikan perlu dirancang kebijakan yang secara lebih tajam mampu mencetak SDM yang handal, baik sebagai buruh pekerja, maupun sebagai pelaku usaha/pemilik modal. Upayaupaya untuk mentransformasi penduduk dan angkatan kerja Jawa Barat yang besar menjadi man power yang kompetitif, perlu dilakukan dengan sungguh-sunguh, antara lain dengan kebijakan pengutamaan pendidikan menengah kejuruan, pendidikan life skill di sekolah-sekolah umum, serta pendidikan diploma dan politeknik untuk level pendidikan tingginya. Demikian pula pusatpusat pelatihan tenaga kerja perlu direvitalisasi secara besarbesaran, sehingga setiap angkatan kerja yang akan memasuki pasar kerja di dalam maupun luar negeri dapat diserap dengan seoptimal mungkin. Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah upaya meningkatkan produktivitas dan nilai tambah di sektor pertanian, agar masyarakat yang bergelut di sektor pertanian dapat menikmati peningkatan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan yang sepadan dengan jerih payahnya. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah diversifikasi usaha tani, pengembangan kegiatan pengolahan hasil pertanian, hingga peningkatan akses petani kepada sektor hulu dan hilir pertanian, disamping penguasaan pada aspek budidayanya. Sesungguhnya sektor pertanian Jawa Barat dari tahun ke tahun juga mengalami pertumbuhan, hal itu nampak dari peningkatan PDRB sektor dari Rp. 50,31 trilyun pada tahun 2004NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

20

menjadi Rp. 65,53 trilyun pada tahun 2006. Meskipun jika dilihat dari proporsinya terhadap PDRB total mengalami penurunan dari 16,5% pada tahun 2004 menjadi 13,84% di tahun 2006, namun masih menyediakan lapangan kerja cukup besar dengan kontribusi sebesar 27,2 % pada tahun 2007. Komoditi utama pada sektor pertanian yang menonjol yaitu pada tanaman padi, yang merupakan penyumbang terbesar stok pangan nasional dengan kontribusi sebesar 17-18%, dengan total produksi pada tahun 2007 sebesar 10,1 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), lebih tinggi dari target yang ditetapkan Pemerintah Pusat yakni sebesar 10,048 juta ton GKG. Komoditi lainnya adalah sayuran dan buah-buahan, komoditi perkebunan (teh, kakao dan coklat), komoditi peternakan (domba dan unggas) serta komoditi perikanan terutama ikan air tawar dan ikan hias. Jawa Barat merupakan penghasil 42 komoditi produk pertanian rangking 1 nasional, dan pusat perdagangan 25 komoditi agro. Untuk rincian produksi pada komoditi agro tersebut, selengkapnya kami sajikan dalam buku induk LKPJ Akhir Masa Jabatan. Atas upaya, perhatian dan prestasi pada pembangunan bidang pertanian, pada tahun 2005 Gubernur Jawa Barat menerima Piagam tahun Penghargaan 2005 Satya Lencana Wirakarya bidang Tanda Pertanian dari Presiden Republik Indonesia, kemudian juga pada mendapatkan Piagam Penghargaan Kehormatan Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan Indonesia (KTNA) atas jasa-jasa yang besar terhadap kemajuan PetaniNelayan, dan di tahun 2006 memperoleh Lencana Emas Adhi Bhakti Tani Nelayan dari KTNA Nasional. Di luar itu, Jawa Barat

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

21

juga memperoleh beberapa

penghargaan nasional di bidang

perikanan, khususnya perikan darat, peternakan, dan perkebunan. Pembangunan perekonomian Jawa Barat juga tidak bisa dilepaskan dari perkembangan sektor perindustrian dan perdagangan, sebagai penyumbang terbesar PDRB di Jawa Barat. Pada tahun 2004 PDRB sektor industri mencapai Rp. 185,06 trilyun atau 60,79% dari total PDRB Jawa Barat, pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp. 306,12 trilyun atau 64,64% dari total PDRB Jawa Barat. Perkembangan nilai ekspor luar negeri produk industri yang dihasilkan dari wilayah Jawa Barat untuk tahun 2004 mencapai Rp. 118,74 milyar dan mengalami peningkatan hingga mencapai Rp. 145,88 milyar pada tahun 2007. Demikian juga ekspor ke luar wilayah di dalam negeri meningkat dari Rp. 54,41 milyar pada tahun 2004 menjadi Rp. 66,18 milyar di tahun 2006. Peningkatan kinerja ekspor ini akan terus diperkuat, antara lain dengan kebijakan Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus di kawasan eksisting, yang disebut dengan Zona Internasional (ZONI) di Cikarang Bekasi. Salah satu terobosan yang dilakukan Jawa Barat saat ini, antara lain Jabar menjadi perintis pengembangan pasar lelang dan sistem forward trading produk agro, sistem resi gudang, Jabar Fund, pengembangan industri kreatif, dan klaster industri makanan.

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

22

Selanjutnya untuk usaha kecil dan menengah, telah memegang peranan penting bagi perekonomian regional, pada tahun 2003 kontribusinya terhadap PDRB mencapai 61,18 %, terus mengalami peningkatan hingga menjadi 63,15% pada tahun 2006. Jumlah koperasi pada tahun 2003 sebanyak 17.620 unit, naik menjadi 22.522 unit tahun 2007 dengan jumlah modal usaha yang dikelola koperasi meningkat dari Rp 4,298 trilyun menjadi Rp. 7,978 trilyun tahun 2007, dan untuk jumlah anggotanya terus bertambah dari 5,5 juta anggota menjadi 6,22 juta anggota pada tahun 2007. Dalam pembangunan sektor koperasi ini, Gubernur Jawa Barat mendapatkan dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 2004. Demikian, selintas perkembangan kinerja pembangunan daerah, pada aspek perekonomian yang selengkapnya diuraikan pada buku induk LKPJ Akhir Masa Jabatan. Untuk selanjutnya, saya akan memaparkan kinerja Piagam Penghargaan Satya Lencana Wirakarya Bidang Koperasi

pemerintahan daerah pada aspek keuangan daerah. Dalam rangka memperkuat struktur APBD Pemerintah Provinsi Jawa Barat, kami terus memantapkan berbagai upaya peningkatan pendapatan daerah, dengan tetap mempertimbangkan dampaknya terhadap kapasitas perekonomian daerah. Selama kurun waktu 2003-2007 telah dilakukan upaya peningkatan pendapatan daerah, baik PAD maupun dana perimbangan. Pada sektor perpajakan, pendapatan daerah provinsi Jawa Barat, sangat mengandalkan pendapatan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Pengambilan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan serta Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor23

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

(PBBKB). Dalam rangka optimalisasi pendapatan dari sumber perpajakan daerah tersebut, telah dilakukan beragam upaya intensifikasi dan ekstensifikasi, seperti pemberian pelayanan kepada wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama (SAMSAT), pemanggilan terhadap potensi wajib pajak untuk Pajak Kendaraan Bermotor yang tidak melakukan daftar ulang, pengenaan BBNKB II dengan memperketat persyaratan tanpa mengganggu pelayanan, peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelayanan termasuk penataan sistem dan sarana komputerisasi, serta penjaringan kendaraan berplat nomor di luar provinsi Jawa Barat yang pemiliknya berdomisili di Jawa Barat. Untuk Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) dilakukan koordinasi dengan pihak penyedia, seperti PT. Pertamina (Persero), Shell, Petronas dan PT. Aneka Kimia Raya Agroindo, Tbk., sehingga pendapatan dari sektor PBBKB meningkat. Demikian pula pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaaan dilaksanakan dengan sangat hati-hati sejalan dengan fungsi pengendalian lingkungan, yaitu melalui penyuluhan dan pembinaan teknis, sosialisasi kebijakan tentang pengelolaan air tanah, pemasangan meter serta pendayagunaan air tanah di cekungan air tanah di beberapa kabupaten/kota. Sementara itu, upaya peningkatan penerimaan retribusi daerah diarahkan terhadap obyek retribusi yang memiliki potensi untuk dikembangkan, antara lain kemetrologian, retribusi pemakaian kekayaan daerah (RPKD), intensifikasi retribusi di bidang perhubungan serta retribusi tempat pelelangan ikan. Upaya peningkatan pendapatan daerah lainnya, dilakukan pula melalui penyertaan modal pada BUMD Provinsi Jawa Barat. Penyertaan modal seperti ini, sedikitnya memiliki dua fokus, yakni memperkuat likuiditas perusahaan daerah, sehingga makin24

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

prospektif dalam memberikan kontribusinya terhadap pendapatan daerah melalui laba perusahaan yang disetor ke pemerintah daerah, serta fokus keduanya merupakan instrumen pemerintah daerah untuk turut serta dalam usaha perekonomian daerah, yang dinilai menguntungkan dalam memutarkan sektor riil di daerah. Selanjutnya berkaitan dengan peningkatan potensi pendapatan daerah dari sumber dana perimbangan, telah dilakukan upaya intensifikasi pendapatan, melalui penggalian potensi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), yang bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota. Selain itu, terus dilakukan pula evaluasi dan pengendalian PBB dan BPHTB, perbaikan penatausahaan PBB dan BPHTB, pemberian penghargaan kepada kabupaten/kota yang berhasil dalam pemungutan dan pengelolaan administrasi PBB sektor perdesaan dan perkotaan, serta rekonsiliasi penerimaan PBB dan BPHTB. Demikian pula untuk ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi Pajak Penghasilan (PPh) perseorangan, telah pula dimantapkan melalui pendataan potensi PPh Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21, optimalisasi penerimaan Bagi Hasil Migas dan Pertambangan Umum, peningkatan Dana Alokasi Umum (DAU) melalui penyampaian aspirasi DAU kepada DPR RI dan DPD asal Pemilihan Provinsi Jawa Barat, Departemen Keuangan dan Departemen Dalam Negeri serta validasi data ke Badan Pusat Statistik (BPS). Dari berbagai upaya intensifikasi dan ekstensifikasi sumbersumber pendapatan daerah tersebut, telah menghasilkan

peningkatan pendapatan daerah yang cukup besar selama kurun 2003-2007, yaitu dari target pendapatan daerah sebesar Rp.19,968 trilyun lebih, telah dapat direalisasikan sebesar Rp.23,482 trilyunNOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

25

atau mencapai 117,60 %. Apabila dilihat dari jenis penerimaannya pada kurun 5 tahun tersebut, meliputi :a.

Realisasi PAD sebesar Rp. 16,617 trilyun lebih atau sebesar 117,46 % dari target yang ditetapkan. Terlampauinya target PAD ini, tidak terlepas dari terlampauinya target pada penerimaan pajak daerah, sebesar 116,82 %, retribusi daerah sebesar 109,83 %, penerimaan laba BUMD dan pengelolaan kekayaan yang dipisahkan sebesar 100,86 %, serta lain-lain PAD yang Sah sebesar 161,23 %;

b.

Realisasi dana perimbangan sebesar Rp. 6,564 trilyun lebih atau sebesar 112,93 % dari target yang ditetapkan.

Terlampauinya target penerimaan dari dana perimbangan ini, merupakan kontribusi dari penerimaan bagi hasil pajak dan bukan pajak sebesar 128,97 %.

Selanjutnya dari aspek belanja daerah, selama 5 tahun anggaran, belanja daerah yang dialokasikan mencapai Rp. 22,550 trilyun lebih, dengan jumlah realisasinya mencapai anggaran belanja daerah hanya mencapai Rp.20,744 trilyun lebih atau sebesar 91,99 %. Walaupun penyerapan 91,99 % selama 5 tahun anggaran terakhir, namun tingkat penyerapan tersebut masih dalam batas proporsi normal. Hal ini terkait dengan tingkat kehatihatian dalam penyerapan anggaran, efisiensi pada proses pengadaan barang dan jasa serta adanya asumsi kegiatan yang tidak terpenuhi, yang umunya bersumber dari regulasi yang menjadi pedoman kegiatan belanja, yang belum diterbitkan pemerintah pusat, sesuai rencana semula.

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

26

Sementara itu, untuk memberi gambaran tentang efektivitas penggunaan anggaran belanja aparatur dan belanja publik, dapat saya kemukakan bahwa untuk Belanja Aparatur pada kurun anggaran 2003 2006, dari alokasi sebesar Rp.4,793 trilyun lebih, hanya direalisasikan sebesar Rp. 4,480 trilyun lebih atau sebesar 93,47 %. Penyerapan sebesar itu, ditimbulkan oleh pegawai yang pensiun atau alih tugas ke kabupaten/kota serta adanya penangguhan kegiatan karena belum terbitnya perubahan regulasi dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sesuai batas waktu yang diperintahkan oleh undang-undang tersebut. Selanjutnya untuk efektivitas belanja publik, pada kurun yang sama realisasinya mencapai Rp. 4,109 trilyun lebih atau mencapai 95,00 % dari rencana anggaran sebesar Rp.4,326 trilyun lebih. Penyerapan yang hanya mencapai 95 % tersebut, lebih disebabkan oleh adanya efisiensi pada beberapa kegiatan, adanya bagian kegiatan yang tidak direalisasikan serta adanya kegiatan baik dana maupun waktunya tidak mencukupi untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Seiring dengan perubahan pemberlakuan pedoman pengelolaan keuangan daerah, yang digariskan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2007, klasifikasi belanja aparatur dan belanja publik, mengalami perubahan menjadi belanja tidak langsung dan belanja langsung. Oleh karena itu, untuk tahun 2007, penggunaan belanjanya dapat kami informasikan sebagai berikut : a. Realisasi belanja tidak langsung mencapai Rp. 3,359 trilyun lebih atau sebesar 79,89 % dari rencana anggaran sebesar Rp. 4,205 trilyun lebih. Penyerapan sebesar itu disebabkan oleh pembayaran rapel tunjangan fungsional dan penyesuaian tunjangan beras Surat Edaran dari Ditjen Perbendaharaan sebagai petunjuk teknis, baru diterima pada bulan Nopember 2007 sehingga realisasinya baru akanNOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

27

dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2008, selain itu adanya pegawai yang pensiun atau alih tugas ke kabupaten/kota, serta adanya pengangkatan pegawai berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2006 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil untuk formasi Tahun 2007, yang baru akan dibayarkan pada tahun 2008. b. Realisasi belanja langsung mencapai Rp. 1,364 trilyun lebih atau sebesar 87,28 % dari rencana anggaran sebesar Rp. 1,563 trilyun lebih. Relatif kurang optimalnya penyerapan anggaran belanja langsung tersebut, disebabkan adanya efisiensi pada beberapa kegiatan, adanya bagian kegiatan yang tidak direalisasikan serta adanya kegiatan, baik dana maupun waktunya tidak mencukupi untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Selanjutnya untuk Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan Belanja Bagi Hasil serta Bantuan Keuangan selama 5 tahun anggaran mencapai Rp. 9,961 trilyun lebih dengan tingkat realisasinya mencapai Rp. 9,145 trilyun lebih atau sebesar 91,81 persen. Hal itu disebabkan oleh adanya alokasi penerimaan retribusi yang belum dapat dirinci setiap kabupaten/ kota penghasil, sehingga menyulitkan pembagian bagi hasilnya. Selain itu, kabupaten/kota penghasil belum menyampaikan permohonan pencairan bagi hasil dimaksud, sedangkan untuk bantuan keuangan terdapat efisiensi penggunaan dana setelah dilakukan pengkajian terhadap peruntukan penggunaan dana tersebut. Kemudian untuk Belanja Tidak Tersangka dan Belanja Tidak Terduga selama waktu yang sama, dianggarkan sebesar Rp. 377,416 milyar lebih, telah dapat direalisasikan sebesar Rp. 288,639 milyar lebih atau sebesar 76,48 persen. Penyerapan sebesar itu disebabkan oleh alokasi dana pada pos Belanja Tidak Tersangka yang merupakan penyediaan anggaran, sedangkan realisasinya sesuai kebutuhan dan atas persetujuan DPRD.NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

28

Sebagai bagian akhir dari laporan pelaksanaan APBD ini, berkaitan dengan Pembiayaan, yakni berupa transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah. Perkembangan anggaran pembiayaan pada kurun 2003-2007, meliputi : a. Penerimaan Daerah Penerimaan Daerah selama Tahun Anggaran 2003 - 2007 adalah sebesar Rp. 4.124.017.874.822,69, dengan rincian:

1)

Transfer Dana Cadangan selama Tahun Anggaran 2003

- 2007 adalah sebesar Rp. 158.271.347.760,00;

2)

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu selama adalah sebesar Rp.

tahun anggaran 2003 - 2007 3.705.746.527.062,69;

3)

Pencairan Dana Cadangan selama Tahun Anggaran

2003 - 2007 adalah sebesar Rp. 250.000.000.000,00;

4)

Penerimaan Anggaran

Kembali 2003

Pemberian 2007

Pinjaman adalah

selama sebesar

Tahun

Rp. 10.000.000.000,00. b. Pengeluaran Daerah Pengeluaran Daerah selama Tahun Anggaran 2003 - 2007 adalah sebesar Rp 4.692.714.748.861,40. Pengeluaran Daerah terdiri dari :

1)

Transfer ke Dana Cadangan selama Tahun anggaran

2003 - 2007 adalah sebesar Rp. 341.048.861.730,00;

2)

Penyertaan 2003

Modal -

kepada 2007

BUMD adalah

selama sebesar

Tahun Rp.

Anggaran

1.236.388.011.706,00;29

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

3)

Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo selama Anggaran 2003 2007 adalah sebesar Rp.

Tahun

302.723.850.152,00;

4)

Pemberian Piutang kepada Pihak Lain selama Tahun 2003 2007 adalah sebesar Rp.

Anggaran

19.950.000.000,00. Demikian kiranya penggambaran kinerja pemerintah daerah pada aspek keuangan.

Rapat Paripurna DPRD yang kami hormati Selama lima tahun kepemimpinan daerah yang kami emban bersama, peningkatan aspek infrastruktur daerah terus menerus dilakukan guna mengimbangi dinamika perkembangan sosio ekonomi masyarakat daerah. Pembangunan infrastruktur daerah yang meliputi sistem transportasi, sistem pengelolaan sumber daya air, energi dan telekomunikasi serta prasarana permukiman telah menunjukan perkembangan yang signifikan selama periode 2003-2008, meskipun pada pelaksanaannya menghadapi berbagai kendala. Sistem infrastruktur merupakan aspek yang sangat vital dalam pembangunan daerah sebagai pengarah dan pembentuk struktur ruang, pemenuhan kebutuhan wilayah, pemacu pertumbuhan perekonomian wilayah serta merupakan instrumen pengikat wilayah antar kabupaten/kota dan antar provinsi. Capaian kinerja pada aspek infrastruktur daerah ditunjukkan pada penanganan jalan. Selama 5 tahun terakhir telah mengalami peningkatan tingkat kemantapan jalan dari 85,17 % menjadi 87,31 %. Kapasitas sarana perhubungan darat juga mengalamiNOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

30

peningkatan dengan dibangunnya fly over Paspasti, Kiara Condong, Gebang dan Nagreg, serta under pass Soleh Iskandar Kota Bogor. Demikian juga untuk pengembangan Jawa Barat Selatan, pembangunan ruas jalan trans Jabar Selatan secara bertahap terus dilakukan, dan pada tahun 2008 dengan adanya penyelesaian 3 jembatan yang tersisa, insyaallah trans Jabar Selatan mulai dari Pangandaran hingga Pelabuhan Ratu seluruhnya sudah tersambung. Selain seperti itu, dalam rangka jalan mewujudkan tol keseimbangan pembangunan antar wilayah telah dibangun infrastruktur strategis pembangunan Cikampek-PurwakartaPadalarang, tol Bogor Ring Road, tol Cikampek-Palimanan, persiapan pembangunan jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dan pembangunan jalan tol Soreang-Pasirkoja (Soroja), diikuti pula dengan rintisan pembangunan Bandar Udara Internasional di Kertajati, serta pembangunan Pelabuhan Cilamaya Kabupaten Karawang. infrastruktur Salah dibidang strategis satu tersebut Dengan adanya peningkatan telah mendorong yang pernah terjadinya dilakukan Jabar tingkat kemantapan jalan serta adanya pembangunan berbagai percepatan pembangunan perekonomian Jawa Barat. upaya terobosan adalah Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mendorong investasi infrastruktur, penyelenggaraan Infrastructure Summit pada bulan Agustus 2005.

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

31

Atas

berbagai

upaya

pembangunan

infrastruktur

dan

pembinaan terhadap dunia jasa konstruksi di Jawa Barat, pada tahun 2006 dan 2007 Pemerintah Provinsi Jawa Barat menerima Penghargaan Pekerjaan Umum dari Menteri Pekerjaan Umum sebagai Juara I Bidang Jasa Konstruksi. Selanjutnya, dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas pertanian dan pengendalian banjir di wilayah utara Jawa Barat, telah dimulai pembangunan Waduk Jatigede sebagai pemasok sumber air untuk mengairi daerah irigasi Rentang seluas 90.000 hektar, sekaligus sebagai sumber air baku untuk kebutuhan pengembangan permukiman dan industri di wilayah Jawa Barat bagian Timur (Sumedang, Indramayu, Cirebon dan Majalengka). Perwujudan pembangunan Waduk Jatigede tersebut merupakan langkah strategis bagi Provinsi Jawa Barat, setelah tertunda selama 40 tahun sejak rencana pembangunan waduk tersebut dicanangkan. Dalam penyediaan air bersih Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjalankan masyarakat, pembangunan kabupaten/kota. Penyediaan sarana dan prasarana bagi masyarakat rawan air khususnya di Pantura berupa pembangunan intake, Water Treatment Plant (dengan total kapasitas 440 lt/dt) serta jaringan transmisi dan distribusi untuk melayani masyarakat miskin pantura sebanyak 440.000 jiwa melalui pelayanan Hidran Umum (HU) dan Sambungan Rumah (SR). Sedangkan peningkatan sarana dan prasarana air bersih di perdesaan meliputi 14 Kabupaten, 22 strategi yaitu dan pembangunan mulai dari pengelolaannya air bersih berbasis aktif perencanaan, melibatkan pelaksanaan peran

masyarakat, yang selanjutnya terintegrasi dengan PDAM di

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

32

kecamatan dan 120 desa dengan bantuan stimulan pipa dan bantuan keuangan. Disamping air bersih, Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga memfasilitasi penanganan sampah perkotaan, khususnya di Metropolitan Bandung dan pengembangan perumahan rakyat, baik atas anggaran APBN, APBD maupun investasi swasta Demikian pula dalam rangka mempercepat pengembangan program listrik perdesaan, khususnya pengembangan jaringan listrik yang bersumber dari PLN, sampai dengan tahun 2007 telah tersambung sebanyak 53.625 Kepala Keluarga, yang tersebar di kabupaten/kota di Jawa Barat atau sekitar 67 % dari target program Jabar Caang. Adapun persentase desa yang sudah mendapat akses jaringan listrik pada tahun 2008 akan mencapai 100%. Dalam upaya untuk mencapai target listrik perdesaan lainnya dilakukan juga melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dan pengadaan dan pemasangan pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang tersebar di desa-desa yang tidak dapat terjangkau layanan PLN. Dengan demikian dukungan pemerintah provinsi terhadap program pengembangan listrik perdesaan tersebut, telah mempunyai arti yang sangat strategis bagi pembangunan Jawa Barat ke depan. Atas berbagai upaya didalam pengembangan PLTMH, pada tahun 2004 Jawa Barat memperoleh ASEAN Energy Award 2004 untuk pembangunan PLTMH Leuwi Kiara Kabupaten Tasikmalaya, dan pada tahun 2005 kembali memperoleh ASEAN Energy Award 2005 untuk pembangunan PLTS di UPT Mekar Jaya Kabupaten Majalengka. Di bidang panas bumi, potensi Jawa Barat menempati urutan kedua terbesar di Indonesia, yaitu sekitar 6.101 megawatt atau 21,7 % dari total kapasitas Indonesia yang mencapai 27.189NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

33

megawatt. Dilihat dari kontribusi energi panas bumi nasional, sebanyak 93,6 % berasal dari sumber panas bumi Jawa Barat, antara lain dari Kamojang, Wayangwindu, Awi Bengkok Gunung Salak Sukabumi, serta panas bumi Darajat Kabupaten Garut. Sementara itu, sebagai tindak lanjut dari penetapan 45 % Kawasan Lindung yang tercantum dalam Perda Nomor 2 tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat, telah dilaksanakan Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK) sejak tahun 2003, dengan capaian luas lahan kritis yang ditanami sampai dengan akhir tahun 2007, seluas 250.020 hektar. Disamping itu, pada tahun 2006 Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengeluarkan Peraturan Daerah No 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Upaya Gerakan Pemerintah Provinsi Hutan Jawa dan Barat Lahan dalam (GNRHL/ mensukseskan GRLK yang disinergikan dengan pelaksanaan Nasional Rehabilitasi GERHAN), telah mendapat apresiasi Pemerintah Pusat, sehingga mendapat penghargaan sebagai Juara II dalam Pelaksanaan Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan tahun 2003 untuk Kinerja Pemerintah Provinsi, Juara I pada kategori yang sama pada tahun 2004, dan Juara Nasional pada kategori yang sama pada tahun 2005, yang penyerahan penghargaannya dilaksanakan pada Puncak Aksi Penanaman Serentak Indonesia di Kabupaten Bogor Tahun 2007. Upaya peningkatan konservasi dan kualitas kawasan lindung di Jawa Barat semakin menguat, seiring dukungan yang terhormat DPRD Provinsi Jawa Barat beserta pemerintahan kabupaten/kota terkait, pada tanggal 30 Januari 2008 telah ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian34

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

Pemanfaatan

Ruang

Kawasan

Bandung

Utara,

sebagai

pedoman pengendalian dan pengaturan pemanfaatan ruang di kawasan konservasi Bandung Utara. Kehadiran peraturan daerah tersebut sekaligus mencabut kondisi statusquo Kawasan Bandung Utara, yang ditetapkan sejak tahun 1996. Pengendalian pencemaran merupakan salah satu upaya prioritas di Jawa Barat dalam rangka meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Terkait dengan itu, pemerintah provinsi Jawa Barat telah mempelopori dengan memberlakukan sistem sertifikasi kepada para manajer lingkungan di industri (Environmental Pollution Control Manager / EPCM), untuk memenuhi 5 (lima) bakuan kompetensi sebagai persyaratan sejak tahun 2004. Sistem ini pada akhirnya telah diangkat menjadi sistem nasional pada akhir tahun 2007. Berbagai kejadian bencana yang beruntun selama ini menunjukkan bahwa Jawa Barat pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya adalah wilayah yang sangat rawan bencana. Dari tahun ke tahun kuantitas dan kualitas bencana yang terjadi semakin meningkat, korban harta dan jiwapun semakin besar. Jumlah taksiran kerugian akibat kejadian bencana pada tahun 2003 sebesar Rp. 62,99 milyar menurun pada tahun 2007 menjadi Rp. 28,18 milyar, walaupun pada tahun 2006 taksiran kerugian mencapai Rp. 272,19 milyar, akibat kejadian tsunami di Pantai Selatan Jawa Barat. Masyarakat dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat secara responsif juga telah mengambil peran dalam membantu penanggulangan bencana tsunami Aceh dan Nias, serta Gempa Bumi di Yogyakarta.35

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

Antisipasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat terhadap potensi kejadian bencana adalah dengan menempatkan penanganan bencana ini sebagai isu strategis dan skala prioritas dalam Rencana Pembangunan Daerah. Penanganan bencana dilakukan melalui upaya mitigasi bencana dengan manajemen berbasis kemandirian masyarakat. Rapat Paripurna Yang Kami Hormati, Pada bagian akhir penyampaian LKPJ ini, akan dilaporkan perkembangan kondisi masyarakat Jawa Barat pada aspek kesejahteraan sosial, yang telah diupayakan pemerintah daerah bersama segenap stakeholders pembangunan Jawa Barat. Sebagaimana kita maklumi, sejak tahun 2001 ketika Visi Jawa Barat 2010 dicanangkan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah berketetapan untuk menerapkan paradigma Pembangunan Manusia di dalam kebijakan makro pembangunan daerahnya. Dengan demikian kita patut bersyukur karena sejak saat itu kita telah memiliki fokus yang jelas dalam membawa arah pembangunan Jawa Barat. Meskipun upaya untuk membangun persepsi yang sama dan mind set yang tepat dalam mendukung fokus pada pembangunan sumber daya manusia ini tidak semudah membalikan tangan, namun alhamdulillah setelah tujuh tahun Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan tiada henti dan tiada lelah mengkampanyekan pentingnya fokus pada pembangunan manusia, saat ini hampir seluruh pimpinan pemerintahan, elit politik, tokoh masyarakat, perguruan tinggi, dan juga dunia usaha, baik di tingkat provinsi maupun di kabupaten/kota, telah menunjukkan kesepakatan yang semakin bulat dan dukungan yang kuat akan pentingnya pembangunan manusia, yang secara kuantitatif kitaNOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

36

ukur kemajuannya dengan menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Bahkan di tingkat nasional pun, akhir-akhir ini menggunakan IPM dan pemerintah juga sudah lebih tegas

indikator-indikator pembentuk IPM sebagai salah satu tolok ukur utama, dan bahan pengambilan keputusan di tingkat pusat. Penetapan target IPM 80 tahun 2010 dalam Renstra Pembangunan Jawa Barat memang dipandang dan dirasakan sebagai target yang terlampau ambisius. Namun jika kita buka kembali catatan, ketika Visi Jawa Barat 2010 dan target IPM 80 ditetapkan melalui Perda, ketika itu tim eksekutif sebagai penyusun draft Perda menyampaikan tiga pilihan skenario peningkatan IPM : skenario pertama, yakni IPM 80 di tahun 2010 sesuai standar UNDP angka 80 merupakan batas minimum untuk tergolong pada kelompok masyarakat berkesejahteraan tinggi atau maju. Skenario kedua berdasarkan metode autoregresi (proyeksi atas dasar Skenario ketiga adalah trend kenaikan IPM 5 tahun terakhir), dengan metode ini target IPM tahun 2010 ditetapkan sebesar 71,6. target bukan berdasarkan nilai absolut, tapi dari peningkatan rangking. Pada tahun 2001 IPM Jawa Barat menempati rangking ke-19 maka ditargetkan dalam 10 tahun pertama masuk ke rangking 10 besar, 5 tahun kedua masuk rangking lima besar dan 5 tahun ketiga mencapai peringkat tertinggi. Dengan demikian target IPM 2010 adalah masuk ke rangking 10 besar. Berdasarkan hasil pembahasan dengan Dewan, keputusan yang diambil adalah skenario pertama, yakni IPM 80 pada tahun 2010, dengan asumsi Indonesia dan Jawa Barat di dalamnya dapat pulih dengan cepat dari dampak krisis seperti negera-negara Asia lainnya. Kenyataan yang kita hadapi, ternyata Indonesia membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dapat pulih dariNOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

37

dampak krisis, demikian juga Jawa Barat sebagai provinsi pertama yang pertumbuhan ekonominya sudah kembali ke posisi sebelum krisis, baru dicapai pada tahun 2007, atau hampir sepuluh tahun setelah krisis. Perkembangan IPM Jawa Barat dalam kurun waktu tahun 2003 sampai tahun 2007 menunjukkan peningkatan, meskipun belum mencapai target yang telah diproyeksikan. IPM naik dari 67,67 pada tahun 2003 menjadi 70,76 pada tahun 2007 (angka sangat sementara). Demikian juga indikator-indikator Indeks Pendidikan pembentuk IPM jika dibandingkan antara data 2003 dengan 2007 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. naik dari 78,40 menjadi 81,13. Indeks Kesehatan naik dari 66,57 menjadi 71,03. Indeks Daya Beli naik dari 58,63 menjadi 60,13. Angka Melek Huruf meningkat dari 93,60% menjadi 95,63%, Ratarata Lama Sekolah meningkat dari 7,2 tahun menjadi 7,82 tahun, Angka Harapan Hidup meningkat dari 64,94 tahun menjadi 67,62 tahun. Adapun konsumsi riil per kapita kenaikannya relatif masih Rp. rendah, yakni dari Rp. 553.699,- pada tahun 2003, menjadi 560.190,- pada tahun 2007. Jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia yang memiliki kondisi sosial ekonomi, luas wilayah, serta keadaan topografi dan demografi yang hampir sama dengan Jawa Barat, yakni Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten, dari perbandingan data 2002 dengan 2006 nampak bahwa rangking IPM Jawa Barat telah naik 3 peringkat, dari rangking 17 ke 14. Adapun Jawa Tengah turun 2 peringkat, dari rangking 13 menjadi 15 (satu peringkat di bawah Jawa Barat). Provinsi Banten turun drastis 9 peringkat, dari rangking 11 menjadi rangking 20. Adapun Jawa Timur naik 4

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

38

peringkat, tetapi kenaikannya dari rangking 25 ke rangking 21, jauh berada di bawah Jawa Barat. Upaya peningkatan IPM di Jawa Barat dilakukan secara simultan, baik melalui pendekatan sektoral pendidikan, kesehatan dan ekonomi, maupun secara terintegrasi seperti melalui Program Pendanaan Kompetisi Indeks Pembangunan Manusia (PPKIPM). Baik bersumber dari anggaran pemerintah murni maupun swadaya masyarakat dan partisipasi dunia usaha, atau kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Kemajuan di bidang pendidikan tidak terlepas dari upayaupaya akselerasi penuntasan program Wajib Belajar 9 tahun, juga telah direalisasikannya role sharing pendanaan peningkatan sarana prasarana pendidikan dasar yang pada tahun 2006, 2007 dan 2008 dialokasikan anggaran sebesar Rp. 614 milyar, sisanya sebesar Rp. 236 milyar akan digulirkan pada tahun 2009. Upaya rintisan Wajib Belajar 12 tahun juga telah memasuki tahun pelaksanaan kedua, yang melibatkan kota-kota dengan angka partisipasi di jenjang pendidikan dasar yang sudah optimal. Untuk aspek peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, pencapaian yang cukup penting ditunjukkan oleh telah terbentuknya lembaga tri partit antara pemerintah, dunia usaha, dan sekolah sebagai media untuk meningkatkan kualitas pendidikan kejuruan, termasuk penyerapan lulusannya di dunia kerja. Seiring dengan hal tersebut upaya mengedepankan sekolah kejuruan juga telah dimulai dengan mengubah proporsi jumlah sekolah dan siswa antara SMA dan SMK, yang semula 60 : 40 menjadi 40 : 60, dengan fokus pembelajaran pada pendidikan vokasional (life skill) yang mengutamakan potensi dan muatan lokal.

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

39

Salah satu aspek penting dalam pembangunan bidang pendidikan adalah perhatian terhadap kualitas dan kesejahteraan guru. Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan guru telah dilakukan melalui pemberian insentif bagi guru PNS dan GBS di daerah-daerah terpencil. Selain itu dilakukan upaya peningkatan kualitas guru dengan memberikan kesempatan mengikuti diklat dan penyetaraan S-1 dan D-4. Adapun kegiatan pendampingan bagi guru yang akan mengikuti proses sertifikasi akan mulai dilaksanakan pada tahun 2008. Dalam bidang pendidikan Jawa Barat juga telah mendapatkan penghargaan Menteri Pendidikan Nasional atas Kepedulian dan Komitmen yang tinggi terhadap Pembangunan Pendidikan, khususnya Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Pendidikan, pada tahun 2005. Disamping itu setiap tahun para pelajar dan mahasiswa Jawa Barat meraih penghargaan dan prestasi tingkat nasional serta internasional, dalam berbagai olimpiade sain dan teknologi. Termasuk para pelajar SMK, Jawa Barat dua kali menjadi Juara Umum Lomba Kompetensi Siswa Tingkat Nasional. Dari bidang kesehatan, upaya dan energi pemerintah daerah dalam kurun waktu tahun 2003 hingga tahun 2006 banyak tersita untuk penanggulangan wabah-wabah penyakit menular, mulai dari demam berdarah, malaria, polio, hingga wabah flu burung, demikian juga penanganan kasus-kasus gizi buruk pada balita. Namun memasuki tahun 2007, seiring dengan telah tertanggulanginya berbagai wabah penyakit menular tersebut, fokus upaya kesehatan mulai bergeser dari kegiatan-kegiatan kuratif ke kegiatan-kegiatan preventif dan promotif. Hal ini ditandai dengan kembali bergairahnya pelaksanaan program-program Desa/Kelurahan Siaga hingga40

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

Kabupaten/Kota Siaga, Gerakan Sayang Ibu, dan berbagai program pembudayaan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Namun demikian perhatian terhadap pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin tetap mendapat perhatian yang seksama, yakni melalui penyuksesan pemberian jaminan asuransi kesehatan Askeskin. bagi masyarakat miskin (Askeskin) residen dan juga pengalokasian dana tambahan dari APBD Provinsi untuk program Penempatan dokter-dokter (yang sedang menyelesaiakan pendidikan spesialis) di wilayah Jabar Selatan untuk mengembangkan pelayanan kegawatdaruratan kebidanan di Puskesmas-Puskesmas. Dari aspek pemberdayaan perempuan serta pembinaan pemuda dan olahraga, upaya pembinaan generasi muda dan pemberdayaan wanita dilakukan melalui revitalisasi dan penguatan kelembagaan kepemudaan dan kewanitaan. Selain itu dilakukan pembinaan dan pemberian penghargaan kepada para pemuda pelopor berprestasi. Perhatian terhadap olahraga telah dilakukan melalui pembinaan terhadap atlet-atlet pelajar di PPLP Jawa Barat, juga melalui pengiriman atlet pelajar pada POPWIL dan POPDA. Khusus menghadapi PON 2008 bersama dengan KONI Jawa Barat digelar program Jabar 100, untuk mendongkrak prestasi jabar yang ditargetkan merebut posisi dua besar PON. Selain itu pemberian penghargaan senantiasa diberikan kepada atlet-atlet Jabar yang berprestasi nasional maupun internasional. Upaya pengembangan olahraga di daerah dilakukan melalui pengembangan olahraga masyarakat, ditandai dengan mulai dilaksanakannya pembangunan Bandung West Java Stadium di Gedebage serta sarana prasarana olahraga di kecamatan terpilih mulai tahun 2008.NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

41

Beberapa hal yang telah dicapai pada olahraga prestasi dalam kurun waktu 2003-2007 antara lain menduduki urutan ke 3 (tiga) pada Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2004 di Palembang, menduduki urutan ke 2 (dua) Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) di Medan, menjadi juara umum pada kejurnas beberapa cabang olahraga sebagai kualifikasi PON ke di Kalimantan Timur. Selain itu Jawa Barat juga menjadi juara umum berturut-turut pada Pekan Olahraga dan Seni antar Pondok Pesantren (POSPENAS) tahun 2003 dan 2005. Terakhir, dalam aspek kehidupan budaya dan kehidupan beragama sepanjang tahun 2003-2007 juga ditandai dengan semaraknya berbagai aktivitas kebudayaan, sebagai cerminan dari cukup kondusifnya iklim kebebasan, kreativitas maupun ruang publik untuk berekspresi. Demikian juga dalam kehidupan beragama, baik dari aspek kerukunan hidup beragama maupun kualitas kehidupan beragama, nampak bahwa situasinya tetap terpelihara dan cenderung meningkat. Dari tanah Jawa Barat sejak dahulu hingga sekarang lahir dan berkembang beragam seni tradisional yang eksotik maupun karyakarya seni modern kontemporer, hasil cipta, karsa dan karya para seniman, budayawan, sastrawan, serta artis-artis di setiap jaman. Hal ini dimungkinkan berkembang, karena adanya atmosfir budaya dan berkesenian yang baik, melalui upaya pemerintah daerah dan segenap stakeholders dalam membuka ruang komunikasi dan silaturahmi dengan para seniman dan budayawan, pemberian apresiasi dan penghargaan bagi mereka, serta berbagai fasilitasi yang bersifat kebijakan maupun berbentuk materil sesuai kemampuan pemerintah daerah.

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

42

Demikian juga dalam

kehidupan beragama menunjukkan

perkembangan yang positif, ditandai dengan animo masyarakat yang terus meningkat dalam berbagai aktivitas peribadatan dan sosial keagamaan, peningkatan jumlah sarana dan prasarana, peningkatan jumlah jamaah haji dan umroh, peningkatan jumlah pengumpulan zakat, infaq, sodaqoh dan wakaf, baik di lingkungan penganut agama Islam maupun Kristen, Hindu dan Budha. Upayaupaya yang dilakukan untuk pengembangan kehidupan keagamaan tersebut disamping dialog-dilaog intern dan antar ummat beragama, berbagai apresiasi, penghargaan, juga bersama. Tantangan yang masih dihadapi ke depan dalam aspek agama dan budaya adalah memperkuat jati diri budaya masyarakat Jawa Barat dan kualitas kehidupan beragama di Jawa Barat, agar mampu memberikan refleksi yang lebih tajam terhadap pembentukan etos masyarakat Jawa Barat yang unggul, berdaya saing dan berahlakul qarimah. Disamping itu, ke depan masyarakat Jawa Barat harus meningkatkan persatuan dan kesatuannya, yang dalam kearifan kolektif lokal yang kita biasa disebut Sauyunan di atas sebagai rasa (self Tiga semangat energi dan sauyunan. Semangat dibangun merupakan help) hal fasilitasi senantiasa diberikan sesuai kebutuhan dan skala prioritas yang ditetapkan

kebersamaan tersebut

(togetherness), keberlanjutan

kemandirian (sustainability).

diwujudkan dalam tiga pendekatan komprehensif, yaitu peningkatan modal sosial (social capital), pemberdayaan masyarakat (empowerment) dan perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), yang43

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

dilandaskan pada asas saling percaya (trust each other) dan komunikasi.

Rapat Paripurna DPRD yang kami hormati, Demikian paparan kinerja akhir masa jabatan yang dapat saya sampaikan. Walaupun saya senantiasa menyadari bahwa semua indikator makro dan kinerja program pembangunan daerah belum terealisasi secara optimal, dikarenakan ketatnya keterpengaruhan antara asumsi pembangunan daerah dengan kebijakan nasional, yang tidak lepas dari fluktuasi perekonomian global, saya berpandangan pengelolaan kinerja pemerintahan daerah telah berada dalam kondisi on the right track , atau henteu sulaya tina paniatan jeung patekadan, anu kauger dina Renstra Pembangunan Jawa Barat. Dari paparan yang cukup panjang saya sampaikan tadi, pada intinya kita dapat mencatat bahwa dalam periode 2003 hingga awal 2008 ini, pembangunan Jawa Barat telah berjalan dengan baik. Hal ini tercermin dari perkembangan 14 Indikator Makro yang positif: IPM Naik, LPE meningkat, PDRB naik, pembangunan infrastruktur berkembang, pengangguran menurun, lahan kritis berkurang, hanya ada satu persoalan yang masih belum dapat dituntaskan, yakni jumlah penduduk miskin yang masih tinggi, meskipun hal itu juga bukan hanya menjadi fenomena Jawa Barat tetapi hampir merata di seluruh provinsi di negara kita. Terlepas dari itu semua, sebagai pihak yang mendapat tugas dan kepercayaan untuk mengemban amanah kepemimpinan pemerintahan di Jawa Barat, saya menyerahkan semua penilaian atas keberhasilan dan kekurangan dalam pelaksanaanNOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

tugas ini44

kepada

masyarakat

Jawa

Barat,

yang

dalam

hal

ini

direpresentasikan oleh Dewan yang terhormat. Sebagaimana dimaklumi bahwa hakekat pertanggungjawaban seorang pemimpin adalah bersifat horisontal dan vertikal. Dalam kaitan dengan pertanggungjawaban saya sebagai Gubernur dan Sdr. Numan Abdul Hakim sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat, maka secara horisontal saya telah melaksanakan kewajiban berupa penyampaian Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban ini. Disamping itu kami juga masih memiliki kewajiban pertanggungjawaban secara vertikal, ke atas yaitu kepada pimpinan tertinggi pemerintahan yakni Presiden Republik Indonesia, dan ke bawah yakni kepada masyarakat Jawa Barat melalui penyampaian informasi mengenai Keterangan Pertanggung Jawaban Gubernur. Di luar itu semua, selaku individu yang memiliki keyakinan terhadap Tuhan, kami pun akan dituntut pertanggungjawaban yang bersifat transedental kepada Allah SWT, sebuah pertanggungjawaban hakiki yang tidak mungkin dapat kami ingkari. Menyadari hal ini, maka tiada pilihan lain bagi kami, selain menjalankan tugas, amanah dan kepercayaan ini dengan sesunguhsungguhnya. Itikad serta semangat itulah yang selama ini mendasari kami dalam bekerja dan menjalankan tugas. Namun sebesar apa pun kesungguhan kami dalam menjalankan tugas sebagai Gubernur dan wakil Gubernur Jawa Barat, tidak ada jaminan bahwa kami akan dapat memenuhi semua tuntutan dan harapan, jika kami tidak ditopang secara efektif oleh segenap jajaran eksekutif, jika tidak didukung secara konstruktif oleh jajaran legislatif, dan jika tidak dibantu oleh segenap elemen masyarakat.

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

45

Karena itu berbagai keberhasilan yang sudah diraih adalah berkat kerja keras kita semua. Demikian pula jika masih terdapat kekurangan, perlu menjadi bahan instropeksi kita bersama agar ke depan, siapapun yang akan melanjutkan kepemimpinan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, bisa belajar dari pengalaman kita saat ini, kesinambungan mampu berbuat lebih baik, pembangunan dan mampu menjaga memberikan sanggup

pengabdian yang terbaik, karena dilandasi oleh pemahaman, penghargaan dan kecintaan kepada Jawa Barat . Sekian dan terima kasih atas perhatiannya. Billahi Taufik Wal Hidayah. Wassalamualaikum Wr. Wb. GUBERNUR JAWA BARAT

DANNY SETIAWAN

NOTA PENGANTAR LKPJ AMJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2003-2008 DAN ATA 2007

46