kesepakatan bersama meningkatkan mutu pendidikan fileguru kelas i sampai dengan kelas vi dan kepala...

6
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan dan Siswa UNTUK merancang bentuk kerjasama, penguatan kelembagaan, merumuskan kebijakan, dan pengembangan program pendidikan antara LPTK Mitra dan Konsorsium LPTK, USAID PRIORITAS mengadakan kegiatan Provincial Consortia Meeting di Gedung PINISI Universitas Negeri Makassar. Pertemuan dihadiri oleh para Rektor Universitas/Ketua, Pembantu Rektor/WakilKetua, Dekan LPTK Mitra dari UNM dan UIN Alauddin Makassar, serta Konsorsium LPTK. Konsorsium LPTK tersebut adalah Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas Muhammadiyah Parepare, Universitas Cokroaminoto Palopo, STAIN Palopo, dan STAIN Bone. Dalam paparannya yang berjudul “LPTK Sebagai Agen Peningkatan Kualitas Pembelajaran” Prof. Eko menyampaikan berbagai persoalan yang dihadapi oleh guru serta peran yang harus dimainkan oleh LPTK untuk mengatasi masalah- masalah tersebut. Menurutnya persoalan guru tidak mungkin dapat diselesaikan hanya oleh satu lembaga pendidikan, harus ada kesepakatan dan kerja sama yang baik antara LPTK-LPTK yang ada di Sulawesi Selatan. “Forum pertemuan Konsorsium LPTK adalah forum yang sangat tepat untuk membahas lebih jauh kerja sama antar LPTK,” tegasnya. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh Prof. H. M. Asfah Rahman, Ph.D. (Guru Besar UNM), Drs. Jalaluddin Mulbar, M.Si. (Kahumas UNM), dan Dr. H. Salehuddin Yasin, M.Ag. (Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar). Diskusi menghasilkan beberapa keputusan, antara lain: (1) diperlukan MoU dengan anggota konsorsium sebagai turunan dari MoU yang sudah disepakati masing-masing LPTK UNM dan UIN Alauddin, (2) setiap LPTK secara internal merencanakan dan menyelenggarakan pelatihan untuk menyebarluaskan modul PAKEM/CTL dan MBS kepada dosen berdasarkan anggaran LPTK masing- masing, (3) penyediaan SDM dari unsur LPTK yang akan didayagunakan secara optimal oleh kabupaten/kota, dan perlunya LPTK melakukan komunikasi yang lebih intensif menyusun rencana kegiatan baik internal maupun eksternal. Pertemuan Konsorsium LPTK ini akan dilakukan secara berlanjutan. Untuk pertemuan berikutnya akan diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Parepare. (Ajb/Nen) WARTA PRIORITAS Media Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan EDISI 04/JULI-NOVEMBER 2013 (1) Prof. H. M. Asfah Rahman, Ph.D. (Guru Besar UNM) ikut memberikan sumbangsih saran kerjasama antar LPTK, (2) Prof. Dr. Eko Hadisujiono, M.Si. (PR IV UNM) memaparkan peran LPTK dalam pembelajaran. Universitas Negeri Makassar dan Universitas Islam Negeri Alauddin, kedua LPTK tersebut masing-memiliki sekolah mitra yang menjadi tempat mahasiswa melakukan praktik pengajaran lapangan (PPL) baik untuk mahasiswa reguler ataupun mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan profesi guru (PPG). Untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah-sekolah mitra tersebut, USAID PRIORITAS menyelenggarakan pelatihan PAKEM, MBS dan CTL untuk guru, kepala sekolah, pengawas dan komite sekolah- sekolah tersebut dengan judul “Training of TTI Lab and Partner Schools: Primary South Sulawesi.” Pelatihan ini diselenggarakan dalam dua tahap. Pertama pelatihan PAKEM dan tahap kedua pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Kegiatan pelatihan Pakem dilakukan tanggal 5 – 7 September di Training Center UIN Alauddin Makassar. Kegiatan difasilitasi oleh sepuluh dosen fasilitator LPTK dan diikuti oleh 85 peserta dari 1 sekolah lab. dan 11 sekolah mitra LPTK Mitra USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan. Dari 12 sekolah tersebut, 6 SD merupakan mitra Universitas Negeri Makassar dan enam Madrasah Ibtidaiyah merupakan Lab School Mitra UIN Alauddin. Masing-masing sekolah Lab mengutus 7 orang peserta dari guru kelas I sampai dengan kelas VI dan kepala sekolah. Selain itu, ada juga peserta yang berasal dari UPPL UNM dan UIN Alauddin Makassar. Pada tanggal 12-14 September 2013, di tempat yang sama dilakukan pelatihan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) bagi sekolah lab dan mitra UNM dan UIN Alauddin Makassar untuk jenjang SD/MI. Kedua pelatihan ini (PAKEM dan MBS) menggunakan Modul “Praktik yang Baik di SD/MI” (Modul 1) yang dikembangkan USAID PRIORITAS dan sudah dilatihkan untuk sekolah mitra. Peserta tampak sangat antusias mengikuti kegiatan ini dari awal sampai akhir kegiatan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Animo peserta nampak sangat kuat. Mereka bersemangat berdiskusi dengan kelompok dan membacakan hasilnya dihadapan semua peserta secara bergantian. Mereka juga menempelkan semua hasil diskusi menjadi pajangan di dinding tempat workshop berlangsung. Peserta nampak merasa nyaman dengan suasana pelatihan yang difasilitasi oleh para dosen. Antusiasme mereka juga terlihat saat semua peserta ikut dalam kegiatan praktik mengajar yang dilaksanakan di SDN Gunung Sari 1, MI Al Abtrar, dan SDN Sudirman. Menurut Nensilianti, Spesialis Pengembangan LPTK USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan, rata-rata lembar kerja peserta terisi sesuai dengan harapan. Dalam pelatihan tersebut, guru kelas I dan kelas IV membuat rencana pembelajaran dengan berpatokan pada KI- KD Kurikulum 2013. Pelatihan MBS yang dihadiri pengawas, kepala sekolah, guru, dan komite sekolah telah membuka wawasan peserta pentingnya kerja sama untuk meningkatkan pelayanan dan pengelolaan manajemen sekolah untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Pada pelatihan MBS ini, peserta diberikan metode-metode untuk mencari dana sekolah dari luar skema pemerintah, lewat pelibatan masyarakat (PSM) tanpa berbenturan dengan program Sekolah Gratis yang dicanangkan oleh Pemerintah. Kepala Sekolah yang ikut pelatihan juga langsung berpraktek untuk menyusun RKS dan RKT/RKAS dengan para guru dan komite sekolah. “Diharapkan kepala sekolah, komite dan guru lebih memahami praktek yang baik dalam pengembangan sekolah, baik dari segi persiapan dan pelaksanaan PAKEM maupun MBS. Selain itu, mereka juga diharapkan dapat memberikan contoh yang efektif dari praktik yang baik kepada mahasiswa PPL, yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM),” kata Dr. Nensilianti Informasi lebih lanjut silakan klik: www.prioritaspendidikan.org USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students 12 KEGIATAN Kembangkan Konsorsium LPTK Kesepakatan Bersama Meningkatkan Mutu Pendidikan WARTA PRIORITAS WARTA PRIORITAS WARTA PRIORITAS Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator) Redaktur Pelaksana Mustajib (Communication Specialist) Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist), Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangeng (TTO Primary), Fadiah Machmud (WHS), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist) ALAMAT Jl. Rutan No. 75-77, Gunung Sari Baru, Makassar - Sulawesi Selatan Telp. dan Fax: 0411-885595, 886898, E-mail: [email protected] (1) Peserta menyimpulkan apa dan mengapa pembelajaran aktif PAKEM setelah melihat tayangan video; (2) dan (3) Peserta menjelaskan tata ruang yang efektif untuk pembelajaran Pelatihan PAKEM dan MBS di UIN Alauddin Semua Antusias, Semua Bersemangat! 1 2 1 2 3

Upload: truongtruc

Post on 15-Jul-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan dan Siswa

UNTUK merancang ben tuk

kerjasama, penguatan kelembagaan,

m e r u m u s k a n k e b i j a k a n , d a n

pengembangan program pendidikan antara

LPTK Mitra dan Konsorsium LPTK,

USAID PRIORITAS mengadakan kegiatan

Provincial Consortia Meeting di Gedung

PINISI Universitas Negeri Makassar.

Pertemuan dihadiri oleh para Rektor

U n i v e r s i t a s / Ke t u a , P e m b a n t u

Rektor/WakilKetua, Dekan LPTK Mitra

dari UNM dan UIN Alauddin Makassar,

serta Konsorsium LPTK. Konsorsium

LPTK tersebut adalah Universitas

Muhammadiyah Makassar, Universitas

Muhammadiyah Parepare, Universitas

Cokroaminoto Palopo, STAIN Palopo, dan

STAIN Bone.

Dalam paparannya yang berjudul

“LPTK Sebagai Agen Peningkatan Kualitas

Pembelajaran” Prof. Eko menyampaikan

berbagai persoalan yang dihadapi oleh

guru serta peran yang harus dimainkan

oleh LPTK untuk mengatasi masalah-

masalah tersebut.

Menurutnya persoalan guru tidak

mungkin dapat diselesaikan hanya oleh

satu lembaga pendidikan, harus ada

kesepakatan dan kerja sama yang baik

antara LPTK-LPTK yang ada di Sulawesi

Selatan. “Forum pertemuan Konsorsium

LPTK adalah forum yang sangat tepat

untuk membahas lebih jauh kerja sama

antar LPTK,” tegasnya.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan

diskusi yang dipandu oleh Prof. H. M.

Asfah Rahman, Ph.D. (Guru Besar UNM),

Drs. Jalaluddin Mulbar, M.Si. (Kahumas

UNM), dan Dr. H. Salehuddin Yasin, M.Ag.

(Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Alauddin Makassar).

Diskusi menghasi lkan beberapa

keputusan, antara lain: (1) diperlukan MoU

dengan anggota konsorsium sebagai

turunan dari MoU yang sudah disepakati

masing-masing LPTK UNM dan UIN

Alauddin, (2) setiap LPTK secara internal

merencanakan dan menyelenggarakan

pelatihan untuk menyebarluaskan modul

PAKEM/CTL dan MBS kepada dosen

berdasarkan anggaran LPTK masing-

masing, (3) penyediaan SDM dari unsur

LPTK yang akan didayagunakan secara

optimal oleh kabupaten/kota, dan perlunya

LPTK melakukan komunikasi yang lebih

intensif menyusun rencana kegiatan baik

internal maupun eksternal.

Pertemuan Konsorsium LPTK ini akan

dilakukan secara berlanjutan. Untuk

p e r t e m u a n b e r i k u t n y a a k a n

d ise lenggarakan o leh Univers i tas

Muhammadiyah Parepare.

(Ajb/Nen)

WARTA PRIORITASMedia Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan

EDISI 04/JULI-NOVEMBER 2013

(1) Prof. H. M. Asfah Rahman, Ph.D. (Guru Besar UNM) ikut memberikan sumbangsih saran kerjasama antar LPTK, (2)

Prof. Dr. Eko Hadisujiono, M.Si. (PR IV UNM) memaparkan peran LPTK dalam pembelajaran.

Universitas Negeri Makassar dan

Universitas Islam Negeri Alauddin, kedua

LPTK tersebut masing-memiliki sekolah

mitra yang menjadi tempat mahasiswa

melakukan praktik pengajaran lapangan

(PPL) baik untuk mahasiswa reguler

a t aupun mahas i swa yang sedang

menempuh pendidikan profesi guru (PPG).

Untuk meningkatkan mutu pembelajaran

di sekolah-sekolah mitra tersebut, USAID

PRIORITAS menyelenggarakan pelatihan

PAKEM, MBS dan CTL untuk guru, kepala

sekolah, pengawas dan komite sekolah-

sekolah tersebut dengan judul “Training

of TTI Lab and Partner Schools: Primary

South Sulawesi.”

Pelatihan ini diselenggarakan dalam

dua tahap. Pertama pelatihan PAKEM dan

tahap kedua pelatihan Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS).

Kegiatan pelatihan Pakem dilakukan

tanggal 5 – 7 September di Training Center

UIN Alauddin Makassar. Keg iatan

difasilitasi oleh sepuluh dosen fasilitator

LPTK dan diikuti oleh 85 peserta dari 1

sekolah lab. dan 11 sekolah mitra LPTK

Mitra USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan.

Dari 12 sekolah tersebut, 6 SD merupakan

mitra Universitas Negeri Makassar dan

enam Madrasah Ibtidaiyah merupakan Lab

School Mitra UIN Alauddin. Masing-masing

sekolah Lab mengutus 7 orang peserta dari

guru kelas I sampai dengan kelas VI dan

kepala sekolah. Selain itu, ada juga peserta

yang berasal dari UPPL UNM dan UIN

Alauddin Makassar.

Pada tanggal 12-14 September 2013,

di tempat yang sama dilakukan pelatihan

MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) bagi

sekolah lab dan mitra UNM dan UIN

Alauddin Makassar untuk jenjang SD/MI.

Kedua pelatihan ini (PAKEM dan MBS)

menggunakan Modul “Praktik yang Baik di

SD/MI” (Modul 1) yang dikembangkan

USAID PRIORITAS dan sudah dilatihkan

untuk sekolah mitra. Peserta tampak

sangat antusias mengikuti kegiatan ini dari

awal sampai akhir kegiatan sesuai dengan

jadwal yang ditetapkan. Animo peserta

nampak sangat kuat. Mereka bersemangat

berdiskus i dengan ke lompok dan

membacakan hasilnya dihadapan semua

peserta secara bergantian. Mereka juga

menempelkan semua hasil diskusi menjadi

pajangan di dinding tempat workshop

berlangsung. Peserta nampak merasa

nyaman dengan suasana pelatihan yang

difasilitasi oleh para dosen. Antusiasme

mereka juga terlihat saat semua peserta

ikut dalam kegiatan praktik mengajar yang

dilaksanakan di SDN

Gunung Sari 1, MI Al

Abtrar, dan SDN

S u d i r m a n .

M e n u r u t

Nensilianti,

Spesialis Pengembangan LPTK USAID

PRIORITAS Sulawesi Selatan, rata-rata

lembar kerja peserta terisi sesuai dengan

harapan. Dalam pelatihan tersebut, guru

kelas I dan kelas IV membuat rencana

pembelajaran dengan berpatokan pada KI-

KD Kurikulum 2013.

Pe la t ihan MBS yang d ihad i r i

pengawas, kepala sekolah, guru, dan komite

sekolah telah membuka wawasan peserta

p e n t i n g n y a k e r j a s a m a u n t u k

meningkatkan pelayanan dan pengelolaan

manajemen sekolah untuk peningkatan

kualitas pembelajaran. Pada pelatihan MBS

ini, peserta diberikan metode-metode

untuk mencari dana sekolah dari luar

skema pemerintah, lewat pelibatan

masyarakat (PSM) tanpa berbenturan

dengan program Sekolah Gratis yang

dicanangkan oleh Pemerintah. Kepala

Sekolah yang ikut pelatihan juga langsung

berpraktek untuk menyusun RKS dan

RKT/RKAS dengan para guru dan komite

sekolah.

“Diharapkan kepala sekolah, komite

dan guru lebih memahami praktek yang

baik dalam pengembangan sekolah, baik

dari segi persiapan dan pelaksanaan

PAKEM maupun MBS. Selain itu, mereka

juga diharapkan dapat memberikan contoh

yang efektif dari praktik yang baik kepada

mahasiswa PPL, yaitu pembelajaran aktif,

kreatif , efektif , dan menyenangkan

(PAKEM),” kata Dr. Nensilianti

Informasi lebih lanjut silakan klik: www.prioritaspendidikan.orgUSAID PRIORITAS:

Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities

for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students

12 KEGIATAN

Kembangkan Konsorsium LPTKKesepakatan Bersama Meningkatkan Mutu Pendidikan

WARTA PRIORITASWARTA PRIORITASWARTA PRIORITAS

Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator)

Redaktur Pelaksana Mustajib (Communication Specialist)

Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist), Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangeng (TTO Primary), Fadiah Machmud (WHS), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist)

ALAMAT Jl. Rutan No. 75-77, Gunung Sari Baru, Makassar - Sulawesi SelatanTelp. dan Fax: 0411-885595, 886898, E-mail: [email protected]

(1) Peserta menyimpulkan apa dan mengapa pembelajaran aktif PAKEM setelah melihat tayangan video; (2) dan (3) Peserta menjelaskan tata ruang yang efektif untuk pembelajaran

Pelatihan PAKEM dan MBS di UIN AlauddinSemua Antusias, Semua Bersemangat!

1 2

1 2 3

KEGIATAN02 UTAMA EDISI 04, 2013 EDISI 04, 2013

Pola manajemen sekolah lama yang sentralistis perlu diubah menjadi desentralistis. Pendekatannya harus diubah dari pendekatan birokratis menjadi pendekatan profesional. Poin-poin tersebut merupakan poin penting pelatihan manajemen berbasis sekolah yang diadakan kembali oleh USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan pada tanggal 3-5 September 2013 di Aula SMPN 1 Turikale Maros.

Ashar Paduppa, S.Sos, Kepala Dinas Pendidikan Maros, atas nama bupati membuka kegiatan pelatihan. Lewat sambutan tertulis yang ia bacakan, Bupati Maros sangat mendukung kegiatan pelatihan dan mengharapkan para peser ta nant inya memi l ik i komitmen menerapkan praktik-praktik yang telah dilatihkan di sekolah masing-masing. Kegiatan tersebut dihadiri oleh manajemen USAID PRIORITAS; Stuart Weston (CoP atau Direktur USAID PRIORITAS) dan Jamaruddin (PC USAID

PR IORITAS ) , d an pe j aba t -pe j aba t pemerintahan kota Maros; Lory Hendajaya (Ketua Komisi III DPRD Maros), Drs H. Abd Azis Zakariah (Ketua Dewan Pendidikan) dan lainnya. Para peserta merasa pelatihan MBS yang dijalani sangat bermanfaat, “Inilah model pelatihan yang benar-benar ditunggu oleh sekolah. Metode pelatihannya sangat s istemat is , d ibawakan dengan cara menyenangkan dan materinya juga sesuai dengan kebu tuhan s eko l ah ,” u j a r Alimmuddin Assegaf. Pengawas sekolah yang membawahi tujuh sekolah di Kecamatan Turikale ini, berjanji akan segea mengadakan pertemuan dengan para kepala sekolah di wilayah pengawasannya, “Saya akan meminta semua sekolah mitra untuk betul-betul menerapkan pelatihan MBS ini di sekolahnya masing-masing.”

Pada kegiatan penutupan, Drs. Arman Arsyad, M.Si, Kepala Bidang PMPTK, yang aktif mengikuti kegiatan menegaskan bahwa da l am rangka men ingkatkan mutu pendidikan, peran komite sekolah sangat

sentral. “Satu hal yang patut disyukuri bahwa pelatihan USAID PRIORITAS ini member i kan i n formas i metode bagaimana memicu masyarakat berperan dan terlibat sebagai sumber pendanaan dan pemberdayaan untuk peningkatan mutu pembelajaran dan tata kelola sekolah. Setelah pelatihan ini, kita harapkan komite sekolah menjadi garda terdepan menja lankan fungs inya melaksanakan metode tersebut”

Para peserta berkerjasama belajar menyusun anggaran kegiatan sekolah dan memamerkan hasil diskusi beda MBS dengan non MBS

Para guru, pengawas, kepala sekolah dan komite SD/MI sangat antusias mengikuti pembelajaran Pakem yang kali ini diadakan di Aula Kemenag Kab Wajo, 7 - 9 September 2013. Pelatihan yang be r t u j u an un tuk mengena l k an , merencanakan dan mempraktikkan Pakem ini dihadiri oleh 66 pesertaPelatihan dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo Drs. Jasman Juanda, M.Si, yang berharap hasil pelatihan dapat diterapkan dengan baik di sekolah. Setelah para peserta m e n d a l a m i a p a d a n m e n g a p a menjalankan pembelajaran model Pakem dan bagaimana menciptakan ruang lingkungan belajar yang efektif, mereka melakukan simulasi di tempat pelatihan. Setelah melakukan refleksi evaluatif atas simulasi yang dilakukan, besoknya pada hari ketiga pelatihan, para peserta disebar melakukan praktek langsung dengan mengajar murid-murid SDN 2, 3 dan 4 Madukkelleng. Andi Budiman, guru dan pengamat

pelatihan praktek mengajar di SDN 2 Madukelleng merasa senang bisa mengamati praktik mengajar peserta pelatihan. “Biasanya anak-anak itu pendiam, tak banyak yang berpendapat. Kali ini dengan model Pakem, mereka saya lihat berbeda. Banyak perubahan terjadi. Mereka menjadi lebih berani dan percaya diri untuk mengacungkan tangan. Mereka kelihatan menjadi antusias. Melihat perubahan seperti ini, saya sendiri ikut tertantang mengajar dengan menggunakan metode ini,” katanya bersemangat. “Kalau memungkinkan, sekolah kami juga dilibatkan dalam program ini,”usulnya. Pelatihan diakhiri dengan rencana tindak lanjut. Para guru berkomitmen menerapkan pembelajaran yang sudah dilatihkan di sekolah masing-masing. Pelatihan yang sama juga dilakukan di Keera Kab. Wajo pada tanggal 12 s/d 14 September 2013 dihadiri oleh 55 peserta, Bantaeng pada tanggal 24 s/d 26 Agustus 2013 dihadiri oleh 112 orang peserta dan Maros pada tanggal 20 s/d 22 Agustus 2013 dihadiri oleh 120 peserta.

Foto (1)Kelompok kerja guru-guru

kelas Tematik di Aula Kemenag Wajo

sedang serius berdiskusi tentang RPP,

(2)Ibu Sarnawiyah,S.Pd. Guru SDN 320

Ballere, Keera, Wajo presentasi hasil

diskusi kelompok Bahasa Indonesia

Pelatihan Pakem Tingkat SD/MI Angkatan I Kabupaten WajoIkut Tertantang Melakukannya!

Pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah

Komite Sekolah Punya Peran Penting dalam MBS

Para guru, pengawas, kepala sekolah dan komite SD/MI sangat antusias mengikuti pembelajaran Pakem yang kali ini diadakan di Aula Kemenag Kab Wajo, 7 - 9 September 2013. Pe lat ihan yang ber tu juan untuk mengenalkan, merencanakan dan mempraktikkan Pakem ini dihadiri oleh 66 peserta

Pelatihan dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo Drs. Jasman Juanda, M.Si, yang berharap hasil pelatihan dapat diterapkan dengan baik di sekolah. Setelah para peserta m e n d a l a m i a p a d a n m e n g a p a menjalankan pembelajaran model Pakem dan bagaimana menciptakan ruang lingkungan belajar yang efektif, mereka melakukan simulasi di tempat pelatihan. Setelah melakukan refleksi evaluatif atas simulasi yang dilakukan, besoknya pada hari ketiga pelatihan, para peserta disebar melakukan praktek langsung dengan mengajar murid-murid SDN 2, 3 dan 4 Madukelleng.

A n d i B u d i m a n , g u r u d a n pengamat pelatihan praktek mengajar di

SDN 2 Madukelleng merasa senang bisa mengamati praktik mengajar peserta pelatihan. “Biasanya anak-anak itu pendiam, tak banyak yang berpendapat. Kali ini dengan model Pakem, mereka saya lihat berbeda. Banyak perubahan terjadi. Mereka menjadi lebih berani dan percaya diri untuk mengacungkan tangan. Mereka menjadi antusias. Melihat perubahan seperti ini, saya sendiri ikut tertantang mengajar dengan menggunakan metode ini ,” katanya bersemangat. “Kalau memungkinkan, sekolah kami juga dilibatkan dalam program ini,” usulnya.

Pelatihan diakhiri dengan rencana tindak lanjut. Para guru berkomitmen menerapkan pembelajaran yang sudah dilatihkan di sekolah masing-masing. Pelatihan yang sama juga dilakukan di Keera Kab. Wajo pada tanggal 12 s/d 14 September 2013 dihadiri oleh 55 peserta, Bantaeng pada tanggal 24 s/d 26 Agustus 2013 dihadiri oleh 112 orang peserta dan Maros pada tanggal 20 s/d 22 Agustus 2013 dihadiri oleh 120 peserta.

(1) Kelompok kerja guru-guru kelas Tematik di

Aula Kemenag Wajo sedang serius berdiskusi

tentang RPP;

(2) Ibu Sarnawiyah,S.Pd. Guru SDN 320 Ballere,

Keera, Wajo presentasi hasil diskusi kelompok

Bahasa Indonesia

Pelatihan PAKEM Tingkat SD/MI Kabupaten WajoIkut Tertantang Melakukannya!

(1)Tim USAID PRIORITAS bertemu dengan

Walikota Parepare,H. Taufan Pawe disela-sela

keg iatan Workshop (2) Aos Santosa ,

menjelaskan strategi penataan guru dan sekolah

di kelompok Wajo (3) Kelompok berdiskusi

dengan antusias sampai banyak yang berdiri.

Ketidakmerataan persebaran guru merupakan salah satu masalah yang menghambat pen ingka tan mutu pendidikan di Sulawesi Selatan. Guru menumpuk di perkotaan saat mereka dibutuhkan mengajar di daerah terpencil. Selain itu, sejumlah guru juga banyak berada di sekolah-sekolah yang jumlah muridnya sedikit. Fakta-fakta tersebut terungkap pada kegiatan Workshop 2 Anal is is Kebi jakan Penataan dan Pemerataan Guru Kabupaten Bantaeng, Maros dan Wajo di Hotel Pare Pariwisata, 6-9 November 2013. Workshop yang bertujuan untuk untuk meningkatkan kapasitas kabupaten/kota utamanya dinas pendidikan dalam merumuskan kebijakan penataan dan pemerataan guru di daerah-daerah dihadiri oleh 30 orang perwakilan Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel, Dinas Pendidikan dan Kantor Kemenag Kabupaten Bantaeng, Maros dan Wajo.

“ A g a r t i d a k m e n i m b u l k a n kebingungan, formulasi- formulasi kebijakan untuk memecahkan masalah-masalah penataan dan pemerataan guru yang dilahirkan dalam workshop ini mesti disosialisasikan dengan baik ke seluruh instansi terkait,” demikian kata Stuart Weston Direktur Program

USAID PRIORITAS saat membuka acara tersebut. Dia juga menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara yang kelebihan guru, namun tidak tertata dan tersebar dengan baik. Jika guru tertata dan tersebar dengan baik, penggunaan anggaran pendidikan bisa lebih efisien.

Selama diskusi , untuk efesiensi penggunaan anggaran pendidikan, masalah kekurangan guru tidak melulu harus dijawab dengan kebijakan perekrutan guru PNS baru. Kelompok Kabupaten Maros, misalnya, mengungkap kekurangan guru dan siswa di 70 sekolah di daerah-daerahnya yang terpencil. Solusi yang mereka tawarkan adalah melakukan kebijakan regrouping atau menyatukan sekolah-sekolah kecil yang berdekatan. Sementara kelompok Kabupaten Wajo, walaupun masalahnya sama, mengusulkan mult igrade atau menyelenggarakan pembelajaran kelas rangkap. Kelompok Wajo juga mengusulkan kebijakan mutasi sebagai salah satu alternatif pemerataan guru. Usulan-usulan kebijakan yang d i rumuskan da l am workshop in i , diharapkan bisa dilanjutkan ke pemerintah d a e r a h m a s i n g - m a s i n g u n t u k ditindaklanjuti dalam bentuk peraturan daerah, SK Bupati, atau peraturan-peraturan daerah lainnya

Kekurangan Guru Tak Mesti Rekrut Guru Baru

1

2

3

1

2

03

Pojok sekolah SDN 180 Papandangan Maros Sulsel sebelumnya kosong tidak dimanfaatkan. Terinspirasi dari pelatihan USAID PRIORITAS untuk mengembangkan sudut baca, H. Yadasari Kepala SDN 180 Papandangan mencari cara membangun sudut baca di pojok sekolah. Untuk terlindungi dari hujan, maka diperlukan dinding pembatas yang bisa menjadi sandaran dan tempat buku dan koran. Tetapi dari mana dananya?

Kebutuhan itu diutarakan kepada orang tua siswa yang langsung menyanggupi untuk membelikan seng, cat dan kayu bahan dinding pembatas tersebut. Biaya yang dihabiskan tak lebih dari 400 ribu. “Pendekatan ke orang tua siswa merupakan salah satu cara kami untuk mendanai beberapa kegiatan dan fasilitas di sekolah ini,” ujarnya.

Setelah selesai dibangun, dibentuklah piket siswa yang bertugas membawa sebagian buku perpustakaan ke sudut baca itu. Buku tersebut dibawa kembali ke perpustakaan pada s iang har i sebelum pulang sekolah. “Kami juga menyelenggarakan jam tambahan membaca untuk siswa. Dua jam perminggu pada hari sabtu jam terakhir untuk semua kelas. Para siswa kami arahkan untuk membaca di perpustakaan sekolah dan sudut baca itu,” ujarnya.

Lokasi sudut baca yang terbuka dan nyaman, membuat para siswa tampak menikmati kegiatan membaca. “Anak-anak

yang dulunya cuma bermain waktu istirahat, sekarang setelah ada sudut baca di pojok sekolah, banyak yang membaca. Kami menyediakan buku cerita bergambar, koran, dan majalah sehingga mereka menjadi tertarik. Selain tampilan sekolah menjadi lebih baik, siswa menggunakan waktu istirahatnya dengan kegiatan yang positif,” katanya.

Sudut Baca Sederhana untuk Bangun Minat Baca

Para siswa SDN 180 Papandangan Maros tampak asyik menikmati koleksi buku di sudut baca sekolah.

0504 EDISI 04, 2013 EDISI 04 2013

Memasuki tahun kedua pelaksanaan program, USAID

PRIORITAS Sulawesi Selatan melakukan seleksi daerah mitra

kohor 2. Seleksi dilakukan oleh tim yang beranggotakan seluruh

staf USAID PRIORITAS.

Tim melakukan penilaian daerah potensial berdasarkan

jarak daerah dari LPTK mitra dan jarak daerah mitra serta

kriteria pendukung, yaitu; (a) jarak dari kantor USAID

PRIORITAS di Makassar, (b) keberadaan lembaga donor bidang

pendidikan di daerah tersebut, dan (c) kerjasama dengan LPTK

mitra. Tim juga menilai daerah berdasarkan perhatian daerah

terhadap pendidikan dan komitmen penganggaran bidang

pendidikan.

Untuk dua kriteria terakhir, tim USAID PRIORITAS

Sulawesi Selatan meminta pertimbangan-pertimbangan dari

pemangku kebijakan provinsi yang meliputi: (a) Dinas

Pendidikan, (b) Kantor Wilayah Kementerian Agama, (c)

Bappeda, (d) Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), (e)

Universitas Negeri Makassar (UNM), dan (f) Universitas Islam

Negeri (UIN) Alauddin Makassar selaku LPTK mitra.

Banyak pertimbangan disampaikan, namun daerah yang

direkomendasikan adalah Takalar, Bone, Parepare dan Toraja,

dengan alasan keempat daerah tersebut memiliki komitmen

yang baik dalam peningkatan mutu pendidikan dan dekat

dengan LPTK mitra dan daerah mitra. Berdasarkan masukan

tersebut, Tim USAID PRIORITAS memutuskan empat daerah

tersebut adalah daerah mitra kohor 2 paling potensial.

KEGIATAN

JALAN PANJANG SELEKSI DAERAH KOHOR 2

Penjajakan Kerjasama

Tim USAID PRIORITAS bertemu Bupati Takalar, Dr. Burhanuddin, SE. M.Si menjajaki kerjasama program

PEMILIHAN SEKOLAH MITRA KABUPATEN KOHOR 2 Selamat Bergabung Sekolah Mitra USAID PRIORITAS yang Baru!

Setelah kepala daerah di empat daerah mitra kohor 2

(Toraja, Bone, Parepare dan Takalar) melayangkan surat resmi

kesediaan menjadi mitra, tim USAID PRIORITAS melakukan

seleksi sekolah SD/MI dan SMP/MTs mitra di daerah tersebut.

Jika terpilih, sekolah-sekolah yang diseleksi akan menerima

program-program USAID PRIORITAS, diantaranya; pelatihan

dan pendampingan untuk guru dan pemangku kepentingan

terkait SD/MI dan pelatihan Contextual Teaching and Learning

(CTL) untuk SMP/MTs. Pemangku kepentingan sekolah terpilih

juga akan menerima pelatihan MBS (Manajemen Berbasis

Sekolah) dan pendampingannya.

Sebagai langkah awal, tim USAID PRIORITAS

melayangkan surat kepada pemangku kebijakan pendidikan di

daerah mitra kohor dua yaitu Dinas Pendidikan dan Kemenag

untuk bersama-sama melakukan seleksi terhadap calon sekolah

mitra.

Dinas Pendidikan dan Kemenag di tiap daerah

memberikan sambutan yang baik dan menyatakan kesiapannya

untuk bekerjasama. Tim USAID PRIORITAS bergerak ke daerah

melakukan pertemuan dengan mereka untuk memperoleh

kesamaan persepsi kriteria sekolah mitra dan membentuk tim

seleksi bersama.

Dinas Pendidikan dan Kemenag diminta untuk

mengajukan calon gugus, masing-masing 2 gugus kota dan 2

gugus luar perkotaan. Ketua-ketua gugus yang telah diajukan

diundang ke kantor dinas pendidikan untuk mempresentasikan

komitmen dan kesiapan serta potensi gugus termasuk data-

data sekolah gugus dan fasilitas pendukung yang dimiliki. Tim

juga menilai kesiapan sekolah untuk mengimbaskan praktik baik

kepada sekolah lainnya. Hasil presentasi ini dinilai oleh tim, dinas

pendidikan dan Kemenag. Sekolah yang mendapat nilai tertinggi

selanjutnya diverifikasi secara faktual.

Sekolah yang lolos seleksi verifikasi faktual kemudian

ditetapkan sebagai mitra resmi. Kepala sekolah yang terpilih

melakukan penandatanganan Letter of Commitment kerjasama

disaksikan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Kemenag

masing-masing daerah. 24 Sekolah/Madrasah Mitra: 16 SD/Mi

dan 8 SMP/MTs terpilih dan secara resmi menandatangani

kerjasama kemitraan dengan USAID PRIORITAS. Selamat

bergabung!

Ibu Afdalina, kepala sekolah SDN 183 Inpres Balla Bituang sedang mempresentasikan potensi dan kesiapan gugus sekolah pada seleksi calon sekolah mitra.

Setelah memperoleh daerah potensial untuk kemitraan

pada kohor 2, USAID PRIORITAS selanjutnya melakukan

penjajakan kerjasama dan menyampaikan surat kesediaan

sebagai mitra

kepada pemangku

jabatan di empat

daerah. Pada

proses audiensi,

tim mengenalkan

program USAID

PRIORITAS,

capaiannya serta

memverifikasi

komitmen mereka

terhadap

pendidikan. Tim

juga menawarkan

bentuk-bentuk

kerjasama dan

mengharapkan

daerah-daerah

yang dikunjungi

melakukan

diseminasi

program.

Bupati Takalar, yang didampingi Kepala Dinas Pendidikan

dan para staf menyambut baik program USAID PRIORITAS

dan siap untuk menjadi mitra.“Saat ini, Pemda Takalar sedang

mengembangkan desa model atau percontohan pusat

pelayanan yang komprehensif integratif. Untuk itu pemerintah

daerah berharap kehadiran USAID PRIORITAS dapat

membantu meningkatkan mutu guru dan manajemen sekolah

di desa model,” ujarnya. Hal yang sama juga disampaikan

Walikota Parepare yang didampingi Kepala Bappeda, Kepala

Dinas Pendidikan, Anggota Komisi II DPRD.

Sementara di Bone, tim diterima oleh Wakil Bupati dan

Kepala Dinas Pendidikan. Di Toraja, tim langsung bertemu

dengan Bupati, Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Kemenag,

Kepala Bappeda, anggota DPRD, dan staf lainnya. Kedua daerah

tersebut juga menyambut baik program USAID PRIORITAS

dan siap menjadi mitra.

Bupati Toraja Theofelus Allorerung, SE menyatakan

pihaknya siap melakukan program diseminasi USAID

PRIORITAS dengan dana APBD. Tim USAID PRIORITAS juga

menerima surat resmi pernyataan kesediaan ke empat daerah

menjadi Mitra USAID PRIORITAS. Surat tersebut menjadi

tanda daerah tersebut bersedia secara resmi menjadi mitra

USAID PRIORITAS.

(1) Tim bertemu dengan Kepala Dinas Pendidikan Parepare

Andi Mustafa Mappangara (2) dan dengan Walikota Parepare,

Sjamsu Alam

1

2

KEGIATAN

07PRAKTIK YANG BAIK06 PRAKTIK YANG BAIK EDISI 04, 2013 EDISI 04, 2013

Tidak adanya pembatas antara sekolah dengan tanah milik warga merupakan masalah yang merisaukan Zainuddin Tang, SPd, Kepala SDN 110. Ketiadaan pembatas itu menyebabkan ternak warga seperti kambing, sapi dan lain-ain bebas keluar masuk ke sekolah dan merusak tanaman yang ada di sekolah. Seringkali tanaman seperti bunga-bunga dan buah-buahan ludes dimakan hewan peliharaan penduduk sekitar. Padahal sekolah ini berencana lebih banyak lagi menanam berbagai macam pepohonan produktif agar lingkungan sekolah menjadi lebih nyaman untuk belajar. Hal itu merupakan masalah utama sekolah yang berada di Sabbang Paru Desa Wiring Tasi Kecamatan Suppa, Pinrang.

Terinspirasi oleh pelatihan MBS USAID PRIORITAS yang diikutinya, kepala sekolah berpikir melibatkan masyarakat untuk bekerjasama dengan sekolah membangun tembok pembatas. Kepala sekolah mengundang semua orang tua siswa dari kelas satu sampai kelas enam yang jumlahnya 133 orang.

Transparansi Memicu Peningkatan

Sumber Dana dari Masyarakat

Tradisi Sumbangan Jum'at

di SDN 110

Maksud undangan pertemuan tersebut adalah untuk membicarakan pembangunan pagar pembatas yang tidak ditanggung oleh BOS.

Setelah membicarakan pencapaian-pencapaian sekolah dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan, dalam pertemuan tersebut, Pak Zainuddin menyampaikan idenya tentang partisipasi masyarakat untuk membangun tembok pembatas melalui sumbangan Jum’at siswa. Setiap siswa pada hari Jum'at diminta untuk menyumbang dengan besaran Rp. 1000 per anak. Asumsinya, jika 130 anak menyumbang Rp. 1000 berarti akan terkumpul sumbangan sebesar Rp. 130.000 per minggu. Dalam sebulan, dana yang bisa terkumpul bisa mencapai Rp. 520.000 dan dalam setahun Rp. 6.240.000. Berangkat dari perhitungan tersebut, kepala sekolah menargetkan dalam 2 tahun, pembangunan pagar pembatas sudah bisa dimulai pengerjaannya.

Tetapi hasilnya sungguh di luar dugaan.Tradisi sumbangan Jum'at baru berlangsung selama 3 bulan, sudah terkumpul dana sekitar Rp. 7.000.000.

Hasil sumbangan tiap hari Jum'at diumumkan kepala sekolah pada setiap hari Senin pada saat upacara. Kepala sekolah mengumumkan jumlah sumbangan per kelas. Tradisi ini sudah berjalan dan dampaknya luar biasa, masyarakat melalui siswa menjadi lebih peduli kepada sekolah dan ikut bersemangat membangun sekolah.

Menurutnya, kunci kesuksesan melibatkan partisipasi masyarakat adalah transparansi. “Masyarakat menjadi percaya karena kami secara terbuka melaporkan semua dana yang diperoleh, peruntukannya, dan kegiatan apa saja yang telah dilakukan dengan dana tersebut. Transparansi membangkitkan kepercayaan, dan kepercayaan membuat sumberdana lebih mudah diperoleh,” ungkap Pak Zainuddin.

Diakuinya, ide memperoleh dana tersebut lahir setelah mengikuti pelatihan USAID PRIORITAS. Ia terinspirasi dari pelatihan MBS pada sesi peran serta masyarakat. Pada sesi tersebut, para peserta banyak mengungkapkan ide-ide untuk memperoleh dukungan dari masayarakat dengan berbagai cara atau metode. “Ternyata ada banyak cara untuk memperoleh dukungan dari masyarakat. Dari situlah saya mendapatkan ide sumbangan Jum'at itu,” demikian ungkap pak Zainuddin.

BUKU PUISI KARYA SISWA SD/MI DILUNCURKAN BUPATI

Sengkang. SMPN 3 Sengkang adalah salah satu sekolah mitra USAID PRIORITAS di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Sekolah ini pada tahun 1990-an menjadi sekolah favorit. Siswanya mencapai lebih dari 700 orang. Namun dalam empat tahun terakhir mengalami banyak penurunan, hanya 80-100 siswa yang mendaftar. Saat ini jumlah siswa hanya sekitar 300-an. ”Kalah dengan SMP negeri lainnya di kota ini,” ujar Drs. Aco Karumpa, kepala sekolah yang baru menjabat pada bulan Juli 2013.

Menurutnya, banyak tamatan SD/MI tidak tertarik melanjutkan ke sekolah yang ia pimpin, karena kurangnya sosialisasi dan menurunnya kualitas pembelajaran. Sebagai kepala sekolah yang baru, ia merasa tertantang merekrut kembali banyak siswa supaya ruang kelas tidak banyak yang kosong dan meningkatkan kualitas pembelajaran sekolah. Dengan slogan “SMPN 3 Sengkang Bergerak Selangkah Lebih Maju” ia mulai memancangkan program perubahan sekolah.

Keikutsertaannya dalam pelatihan USAID PRIORITAS menjadi modal awal strategi mengubah sekolah. Bersama guru-guru, ia mulai meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mengubah model pembelajaran, dari pembelajaran guru sebagai penceramah menjadi pembelajaran kontekstual murid yang aktif dan kreatif.

Kelas dibuat menjadi lebih menarik karena banyak pajangan karya siswa yang terpampang. Manajemen sekolah juga ia pacu mengikuti MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) yang menekankan transparansi dan akuntabilitas.

Terinspirasi dari pelatihan MBS yang ia pernah ikuti, untuk mengembalikan jumlah murid seperti tahun-tahun sebelumnya, ia merancang Lomba Cipta Puisi untuk siswa SD/MI se-Sengkang. Dengan lomba itu, ia berharap siswa SD/MI yang ikut lomba bisa berkunjung ke sekolah, mengenal lebih dekat dan tertarik dengan situasi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual.

Sosialisasi kegiatan dilakukan ke SD/MI di Sengkang. Para Kepala Sekolah SD/MI se-Kabupaten Wajo diundang ke sekolah. Penciptaan karya puisi anak-anak mendapat bimbingan guru di sekolah masing-masing dan anak-anak yang ikut lomba diundang ke sekolah untuk verifikasi lebih lanjut orisinalitas karya yang yang diciptakan.

Puisi hasil lomba cipta puisi tersebut dibukukan dalam sebuah Kumpulan Puisi Anak Negeri 2013. Para pemenang menerima hadiah pada acara peluncuran buku yang diselenggarakan bertepatan upacara memperingati Hari Sumpah Pemuda Tingkat Kabupaten Wajo di Lapangan Merdeka Sengkang.

Pemenang pertama menerima piala langsung dari Bupati Wajo, dan pemenang kedua dari Ketua DPRD Wajo. Acara tersebut juga diliput secara langsung oleh televisi lokal.

Pemerintah Kabupaten Wajo sangat mengapresiasi acara ini. Bupati hadir didampingi Ketua DPRD dan MUSPIKA Kabupaten Wajo. Bupati Andi Burhanuddin Unru sendiri yang membuka tirai baliho tanda diluncurkannya buku puisi tersebut. “Katakan langsung kepada saya apa yang dibutuhkan sekolah ini untuk lebih maju lagi,” kata Bupati Wajo.

H. Yunus Panaungi, Ketua DPRD, pada sambutan buku tersebut, menyatakan buku kumpulan puisi tersebut bisa menginspirasi peningkatan kreativitas dan minat menulis anak-

anak. Ia yakin bahwa SMPN 3 Sengkang telah memenuhi slogannya bergerak selangkah lebih maju.

Acara peluncuran dihadiri anggota DPRD, pejabat pemerintah daerah, komite sekolah, pengawas, kepala sekolah, guru, dan siswa SD/MI, serta masyarakat umum. Memanfaatkan acara tersebut, siswa SMPN 3 Sengkang membagi-bagi buku kumpulan pu i s i kepada para undangan yang menyambutnya dengan memberikan

sumbangan dana untuk kegiatan sekolah. Ide kreatif ini merupakan salah satu metode MBS melibatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan kegiatan sekolah.

Inilah tanah warisan leluhurkuTanah Wajo....Negeri tanddangpare puangrimaggalatungTanah kelahiranku tercintaTempat berpijak menyongsong harapanBagi anak negeriKubangga akan dirimu Atassekian kelebihan yang Dikau milikiRumah adat atakkae yang megagTappareng Tempe yang memantang luasKain suteramu yang diminati banyak negaraAtaupun....Kokohnya Bulu Alauna TempeYang membujur hijauTenangnya arus sungai WalannaeSerta situs sejarah tosora, tempat merangkaiRantai sejarah “Arung Matoa”Ini dikau...Tanah leluhurkuYang kian besolek menuju kemajuanMenata diri menuju pembaharuanMarilah terus kita jagaMengembalikan arti dan makna“Maradeka to Wajo'e Adena Napopuang”Jaya negeriku jaya Wajoku

(1) Drs. Aco Karumpa, Mpd; (2) Para pemenang lomba cipta puisi berfoto bersama bupati, dan jajaran pemerintah Kab. Wajo lainnya

“Tanah Wajo”Karya : Nurul Izzah Afiqah

Zainuddin Tang S.Pd, Kepala SDN 110

.(Muh. Hamka Syah)

1 2

0908 PRAKTIK YANG BAIK EDISI 04, 2013 EDISI 04, 2013

(1) Ibu H. St. Bahra mengajar pengurangan dengan lagu tekotek-kotek di SDN 15 Bonto-Bonto; (2) Murid mengerjakan LKS penjumlahan dan pengurangan dengan memakai media gambar pemandangan.

1

PRAKTIK YANG BAIK

engan metode team teaching, DH. St Bahra dan Marwah masuk mengajar praktik

PAKEM di SDN 15 Bonto-Bonto. Sebelumnya mereka mengikuti pelatihan PA K E M s e l a m a d u a h a r i y a n g diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS dengan Pemda Pangkep.

Sesudah mengenalkan diri, ibu guru H. St. Bahra bertanya pada para siswa, “Siapa tadi yang jajan bakso?” Ibu guru berusaha masuk tahap kedua membuat koneksi dengan murid-murid.

Beberapa murid mengacungkan tangan.

“Nah mari kita hitung sama-sama, satu, dua, tiga… Ada berapa anak-anak yang jajan Bakso?” tanya ibu guru keras-keras.

“Sembilan!” anak-anak menjawab serempak.

Bu guru bertanya lagi, “Nah siapa tadi membeli Siomai?”

Beberapa anak juga mengacungkan tangan. Mereka kembali menghitung dan menjumlah siswa yang makan Siomai. Guru kemudian menjelaskan bahwa hari ini mereka akan belajar tentang penjumlahan dan pengurangan dari angka 1 sampai 10.

S a m b i l m e m a s a n g g a m b a r pemandangan di papan tulis, guru bertanya, “Gambar apa ini anak-anak?” Gambar pemandangan yang ukurannya cukup besar terpampang jelas menjadi sumber belajar berhitung.

“Sekarang mari kita hitung jumlah gunungnya, berapa?”

Anak-anak berebutan menjawab. Ket ika benar jawabannya, untuk menghidupkan suasana guru memberi penghargaan dengan mengajak para siswa bertepuk tangan.

“Nah, anak-anak sekarang mari kita menjumlah. Berapa jumlah awan yang ada

di kiri gunung?”

“Dua!” jawab anak-anak

“Berapa jumlah awan di bagian kanan gunung?”

“Tiga!”

“Kalau jumlah rumah di sisi jalan bagian kanan berapa?”

Walau agak ragu, beberapa anak memberanikan diri menjawab,

“Tujuh, Bu!”

“Kalau jumlah rumah di sisi bagian kiri jalan berapa?

“Dua, Bu!”

“Nah kalau di jumlah berapa?”

Anak-anak berusaha menghitung dan menjawab.

“Karena rata-rata kalian sudah bisa, sekarang berkelompok dua-dua ya. Nanti se t i ap ke lompok ma ju ke depan menjumlahkan benda satu dengan benda yang lain,”

Para siswa bergeser sedikit memilih teman pasangan di sampingnya. Setiap pasangan maju ke depan, menjumlah beberapa benda di gambar pemandangan. Setelah selesai dan tim yakin rata-rata siswa sudah bisa melakukan penjumlahan, guru memasang kertas plano berisi syair lagu “Tekotek-kotek” menggantikan gambar pemandangan.

“Sekarang kita belajar lagu Tekotek-kotek ya!”

Guru mengajak sepuluh anak maju ke depan lalu berbaris di belakangnya. Ibu guru menaruh tangan kanan di depan mulutnya dengan jemari membentuk paruh ayam, tangan kiri diletakkan di pinggulnya sambil digoyang ke kiri dan ke kanan. Anak-anak diminta menirukan sambil menyanyi. Suasana jadi riuh. Yang tidak diminta maju ikut-ikutan menari di tempat duduknya. Begini lagu lengkapnya,

Tekotek kotek. Anak ayam turun

berkotek.

Tekotek kotek. Anak ayam turun 10. Pergi satu, tinggal berapa?

“Tinggal berapa anak-anak?” bu guru St. Bahra bertanya.

Pas syair 'pergi satu', ibu Marwah menarik satu anak ke samping. Anak-anak serempak menjawab.

“Tinggal sembilan!”

Lagu itu diulang-ulang sampai tidak ada anak tersisa. Mereka kemudian kembali ke kelompoknya masing-masing.

Setelah dianggap rata-rata bisa melakukan pengurangan, ibu guru Marwah membagi lembar kerja penjumlahan dan p e n g u r a n g a n d e n g a n g a m b a r pemandangan. Walaupun berkelompok, mereka bekerja sendiri-sendiri sambil sesekali bertanya kepada temannya, baik menjumlah, mengurangi maupun menulis hurufnya. Setelah pekerjaan siswa selesai, hasilnya dikoreksi bersama-sama.

“Siapa yang benar semua?”

Beberapa murid mengacungkan tangan.

“Berapa jumlah anak-anak yang benar semua ini?”

“Enam!” jawab mereka serempak .

Dengan per tanyaan i n i , guru melangkah ke tahap terakhir pembelajaran yaitu penguatan terhadap pengetahuan yang telah didapatkan. Enam orang mendapatkan hadiah permen. Lembar kerja itupun kemudian beramai-ramai dipajang. Sebelum kelas diakhiri, anak-anak kembali menyanyi lagu Tekotek-kotek.

Begitulah belajar hari itu, sungguh menyenangkan! Menurut ibu Lisnawati, salah satu guru SDN 14 Bonto-Bonto yang bertindak sebagai pengamat praktek pembelajaran, PAKEM seringkali membuat anak-anak sampai lupa istirahat dan lupa jajan, lebih senang belajar bersama-sama.

PRAKTIK PAKEM DI KELAS SATU SD

Terlalu Senang Belajar Sampai Lupa Jajan!Kreasi Siswa yang Menginspirasi Orang Tua

SMP YP PGRI Makassar pada tahun ini selain memajangkan hasil karya siswa dari pembelajaran mata pelajaran, juga hasil karya ketrampilan. Hasil karya tersebut dipajang di dekat deretan piala juara perlombaan di perpustakaan dan di ruang kepala sekolah. Karya tersebut berupa tas-tas indah yang terbuat dari plastik gelas bekas, bunga-bunga dari pipet plastik, tas-tas dari karton dan kardus bekas, tempat pulpen dari koran bekas, dan lain lain.

Gelas plastik yang digunakan sebagai bahan untuk pembuatan tas diambil dari tong-tong sampah di sekolah dan sekitarnya. “Ini adalah pembelajaran kontekstual, mereka tidak hanya diajak untuk jadi aktif dan kreatif , tetapi juga peduli akan lingkungannya,” demikian ujar Dra. Hj. Siti. Nasrah, MPd.I, Kepala Sekolah SMP YP PGRI selaku guru yang membimbing murid-murid untuk membuat berbagai macam kerajinan tangan tersebut.

Kegiatan ini, tambahnya, bukan hanya menghasilkan yang berdampak baik untuk kebersihan lingkungan, tetapi juga bernilai ekonomis. Pendidikan yang ia jalankan, m e nu r u t ny a , s a n g a t ko n t e k s t u a l . P e m b u a t a n n y a d i l a k u k a n s e c a r a berkelompok, hasilnya dinilai sendiri oleh siswa, dan dipakai masyarakat sekitar.

Ketrampilan membuat benda eksotis tersebut masuk pada kompetensi Prakarya kurikulum 2013 dan diajarkan pada jam muatan lokal. Meskipun sekolah ini belum menerapkan kurikulum 2013, Ibu Nasrah merasa perlu mempersiapkan penerapan kurikulum tersebut sejak dini. Sekolah dipersiapkan dulu agar tidak kaget memulai kurikulum baru tersebut di tahun 2014. Untuk menstimulasi guru-guru menerapkan kurikulum 2013, kepala sekolah turun mengajar ketrampilan prakarya ini.

Tas dan Barang Cantik

Banyak karya unik hasil ketrampilan Prakarya. Namun dari semua yang dipajang di perpustakaan dan di ruang kepala sekolah, tas cantik dari kemasan gelas plastik paling banyak menyita perhatian. Selain kelihatan cantik, tas itu juga jelas fungsi dan peruntukannya; bisa untuk tempat telur, baju, atau benda benda rumah tangga yang lain. “Tas ini nyaman kalau dibawa ke pasar untuk belanja,” ujar Edward Ar, salah satu murid SMP YP PGRI. Untuk menghasilkan satu tas cantik tersebut dibutuhkan 120 gelas plastik. Untuk mendapatkan jumlah sedemikian, maka tiap anak dari satu kelompok yang terdiri dari enam sampai tujuh anak diwajibkan membawa 20 gelas plastik.

Setiap kelas terdiri dari enam kelompok sehingga kurang lebih 24 tas dihasilkan dari empat rombel kelas tiga. Selain itu, dibutuhkan pula tali-tali kecil yang

digunakan untuk mengikat gelang-gelang gelas plastik tersebut, dan selang sebagai penjinjing tas.

U n t u k m e m p e r c a n t i k d a n memperkuat tas, di dalam selang juga dimasukkan tali warna-warni yang tampak dari luar. Dengan aksesoris semacam itu, hasil karya siswa ini menjadi indah dan enak dipandang mata. “Harganya kalau dijual berkisar antara 50 sampai 200 ribu,” ujar Ibu Nasrah bangga. Sebelum diambil gelangnya saja, gelas yang dikumpul dari tempat sampah tersebut harus dicuci sampai bersih. Setelah bersih, lingkar ujung yang berbentuk gelang dilepas. Lingkar berbentuk gelang inilah yang jadi bahan dasar tas ini. Menurut Ibu Nasrah, uk melepaskan lingkar dari teh gelasnya, dibutuhkan teknik khusus tersendiri, dan itulah yang ia ajarkan pada anak-anak. Gelang-gelang tersebut disusun sedemikian rupa dan dikait satu dengan lainnya dengan tali sehingga tidak lepas.

1

1

3

Foto (1) (2) dan (3) berbagai macam hasil kreasi siswa SMP YP PGRI Makassar (4) Kepala Sekolah SMP YP PGRI memperlihatkan salah satu hasil kreasi siswa

2

2

Kelompok yang kerjasamanya bagus dan pembagian kerjanya jelas dapat menyelesaikan tugas dalam satu kali pertemuan. “Saya ingin mereka sendiri yang membuatnya dam mengetahui detail-detailnya. Kalau tidak selesai, saya akan memberikan waktu tambahan untuk dikerjakan disela-sela waktu yang lain. Tujuannya agar mereka sendiri yang mengerjakannya sampai selesai,” ujar Bu Nasrah.

Siswa tidak hanya mengerjakan karya tersebut karena tugas atau nilai. Banyak diantara mereka yang juga mengerjakan di rumah untuk mereka sendiri. Mereka menjadi kreatif dan membuat sendiri tempat bedak, lampu lampion, bunga-bunga mungil dari pipet, tempat tisu dari kardus, vas bunga dari koran, dan lain-lain. Bentuk lampu lampionnya juga bermacam-macam. Ada yang tudungnya dibuat dari kertas berwarna, ada juga dari botol bekas.

Saat lampu-lampu dinyalakan terlihat indah. Ker tas pembungkusnya yang berwarna biru membuat cahaya yang keluar jadi temaram dan kebiru-biruan sehingga tampak menawan. Bahan yang dipakai untuk karya tersebut kebanyakan dari barang bekas. Kalau terdapat benda yang menarik, namun bahannya sulit didapat, seperti rotan, maka dimodifikasi dengan bahan lain, seperti daun pisang.

Beberapa orang tua siswa, menurut ibu Nasrah, mulai ikut-ikutan membuat kreasi sendiri setelah belajar dari anak-anaknya. Salah satu orang tua membuat keranjang untuk tempat pakaian yang membutuhkan banyak gelas plastik sampai ratusan. “Kegiatan in i b isa memicu m a s y a r a k a t a k t i f m e m b e r s i h k a n lingkungannya sendiri dari sampah. Mereka melihat benda-benda yang selama ini tidak berguna bisa dijadikan berfungsi dan menghasilkan duit,” ujar Ibu Nasrah yang berhasil membuat lingkungan sekolahnya bersih dari sampah.

4

alam mempelajari bahasa Inggris, murid-murid di Dsekolah biasanya mengalami kesulitan dalam

menghapal kosa kata dan menerapkan struktur

bahasa dalam susunan kalimat. Tanpa penguasaan kedua aspek

tersebut, siswa tidak akan bisa memiliki ketrampilan berbahasa

Inggris dengan baik. Untuk mengatasi kesulitan itu, guru-guru

belum memiliki metode yang j itu. Mereka masih

mengembangkan model pengajaran lama yaitu menerangkan

dan murid mendengarkan.

Hal demikian juga dialami oleh Ibu Nurshiam, Spd, guru

bahasa Inggris SMPN 36 Makassar. Suasana pembelajaran

dengan model demikian baginya lama-kelamaan terasa

monoton. Ia kehilangan gairah mengajar. Hal yang sama juga

terlihat pada anak-anak didiknya. Karena tidak banyak terlibat

aktif dalam pembelajaran, sebagian siswa kelihatan tidak

memperhatikan pembelajaran yang ia terangkan, kurang

berminat dan bahkan muncul keluhan para siswa bahwa bahasa

Inggris pelajaran yang amat susah.

Sampai kemudian dia mendapatkan pelatihan

pembelajaran kontekstual yang diselenggarakan oleh USAID

PRIORITAS. Ia menerapkan metode tersebut di sekolahnya,

dan melihat banyak perubahan. Pembelajaran di kelas menjadi

menyenangkan. Murid-murid kelihatan bergairah belajar. Tak

ada lagi keluhan bahwa bahasa Inggris itu susah. Mereka aktif

terlibat dalam diskusi memecahkan masalah-masalah yang

disodorkan, membuat percakapan dan cerita sendiri, serta

memainkan permainan secara berkelompok untuk menghapal

kata. Murid juga belajar menghubungkan bahasa Inggris dengan

konteks kehidupannya sendiri.

Salah satu contoh mengatasi kesulitan menghapal kosa

kata dan menyusun kalimat, Ibu Nurshiam memberi tugas

(1) Nurshiam Spd; (2) Drs. Mara Rusli mengawasi para siswa dalam praktek kerja kelompok menyusun kalimat bahasa Inggris.

1110 EDISI 04 2013 EDISI 04, 2013PRAKTIK YANG BAIK PRAKTIK YANG BAIK

CTL Buat Pembelajaran Bahasa Inggris Jadi Bermakna

“Pada mulanya guru wali kelas

agak ragu dengan pemajangan hasil

karya siswa di kelas-kelas tempat saya

mengajar. Terutama karena ada lomba

kebe r s i h an an t a r ke l a s . Kam i

bersepakat pemajangan hasil karya

harus dilakukan dengan rapi di bidang

dinding kelas yang disediakan,” ujar Drs.

Mara Rusli, Guru Bahasa Inggris SMPN

1 Sengkang

“Selain mengapresiasi hasil karya

siswa, pajangan dapat digunakan sebagai

salah satu sumber belajar,” lanjut guru

yang juga salah satu Fasilitator Daerah

SMP/MTs Kabupaten Wajo.

Setelah mengikuti ToT (Pelatihan

untuk Pelatih) untuk Fasilitator Daerah

USAID PRIORITAS, Pak Rusli segera

menerapkan ilmu yang diperolehnya

d a l a m p e m b e l a j a r a n . “ B a ny a k

perubahan ter jadi setelah saya

menerapkan pembelajaran CTL. Dulu

siswa kurang antusias mengikuti

pembelajaran, sekarang mereka semua

menjadi aktif,” tukasnya.

Perkaya Kosa Kata Siswa

Sebelum mendapatkan pelatihan

USAID PRIORITAS, dia merasa

menjadi satu-satunya narasumber

pembelajaran kelas. Untuk menghapal

kosa kata, siswa tinggal menghapal kosa

kata yang ia tulis di papan tulis.

Sekarang siswa sendiri yang

difasilitasi mencari kosa kata tersebut.

Mereka diminta untuk membaca buku

cerita, menggarisbawahi kosa kata yang

sulit, mencari arti dan menyusun

kalimat dari kata tersebut secara

berkelompok, menuliskan kosa kata

dan artinya di atas kertas post-it, dan

menempelkannya di kertas khusus

untuk dipajang. Siswa yang paling

banyak hapalan kosa kata dari yang

dipajang, akan diberi penghargaan oleh

pak Mara Rusli.

Ia juga melatih kemampuan

menyusun ka l imat lewat tugas

membua t percakapan secara

berkelompok. Hasil karya percakapan

tersebut sa l ing ditukar dengan

membuat surat secara berkelompok. Tiap kelompok harus

mengawali menulis surat minimal satu kata, misalnya 'Hallo',

kelompok lainnya membuat kalimat lanjutannya. Pembelajaran

menjadi dinamis dan bergairah. Tiap kelompok dengan

bersemangat menulis lanjutan surat tersebut dengan cepat.

Karena kalau tidak cepat, kertas kerja dari kelompok lain yang

datang bisa-bisa menumpuk di meja.

Setelah semua selesai, hasil-hasil tugas tersebut

d i p r e s e n t a s i k a n d a n d i ko m e n t a r i . S i s w a y a n g

mempresentasikan berdiri di tengah tata kelas berbentuk U.

Karena semua dekat dengan presenter, semua siswa jadi aktif

berkomentar. “Kadang saya sampai heran sendiri,” kata ibu

Nurshiam. “Mereka yang biasanya diam menjadi aktif

berkomentar, mungkin karena karyanya dikomentari oleh yang

lain, jadinya dia membalas,” lanjutnya.

Menurutnya, minat tersebut semakin tumbuh bukan

hanya karena pembelajaran dengan model demikian, tetapi juga

karena hasil karya siswa dipajang. Pajangan karya membuat

mereka merasa dihargai dan meningkatkan kompetisi menjadi

yang terbaik. Siswa akhirnya menjadi lebih kreatif. Misalnya, Ibu

Nurshiam contohkan, dalam sesi pelajaran dengan topik

membuat iklan, seorang siswa yang merupakan penggembala

sapi di daerah yang agak terpencil tersebut membuat iklan

tentang penjualan daging sapi yang segar dan murah. Siswa yang

lain, yang sering membantu orang tuanya kerja di sawah,

membuat iklan tentang penjualan beras. Hasil karya seperti itu

membuat Nurshiam terkesan. Siswa yang dia ajar dapat

menghubungkan pengalaman kontekstual hidupnya dengan

pelajaran di sekolahnya.

Dra. Hj, Darmiati Siampa, M.Pd, Kasek SMPN 1 Enrekang

kelompok lain untuk dikoreksi. Setelah

dikoreksi bersama-sama, kelompok

mempresentas i kan percakapan

tersebut di depan kelas, siswa lain

mengomentari. “Kelas menjadi ramai

dengan percakapan bahasa Inggris,”

ujarnya.

Metode-metode yang ia gunakan

sebelumnya ia tuangkan dalam RPP.

“Siswa sangat senang dengan berbagai

metode pembelajaran yang saya

terapkan. Tanpa saya minta, siswa selalu

menyediakan sendiri peralatan untuk

membuat karya siswa ataupun yang

digunakan dalam belajar, seperti kertas,

kalender bekas, koran bekas, spidol,

gunting, lem dan lain lain,” imbuhnya.

Beliau berharap suatu saat

teman-teman guru di sekolahnya bisa

memperoleh pelatihan CTL seperti

dirinya. Walaupun belum pernah

menerima pelatihan CTL, tetapi setelah

melihat keberhasilannya mengajar, ada

rekan guru sekolahnya yang mulai

mencontoh pendekatan CTL yang ia

terapkan.

(Andi Irmahaerani)

Siswa SMPN 1 Sengkang melakukan praktek procedure text Membuat Kue

Perkaya Kosa Kata Bahasa Inggris dengan Pajangan

1