kesenian
TRANSCRIPT
Salam sejahtera.
Seperti yang kita ketahui seni Musik adalah bagian dari aktivitas kultur dan sosial manusia , dimana seni musik untuk mengekspresikan perasaan dan idenya.
Seni Musik adalah kesenian yang berupa bunyi/kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indera pendengar , dan sebagai karya seni dengan segenap unsur pokok dan pendukungnya.
Seni Musik adalah suatu wujud karya dalam bentuk nada, dan memiliki tempo yang dapat diikuti oleh penikmatnya , dan musik itu terlahir dari aliran aliran nadi yang yangdisertai dorongan sensitif karena salah satu indera nya merasakan rangsangan.
Pada kesempatan kali ini kami akan menghadirkan sajian mengenai Seni musik daerah dan Lagu daerah. Banyak sekali yang dapat digali dari seni, termasuk seni tradisional Indonesia. Karena pada dasarnya seni tidak lepas perannya dalam harmoni hidup ini.
Lagu daerah menunjukkan kekhasan suatu daerah yang membedakan daerah tersebut dengan daerah lain. Maka dari itu peranan kita jug penting dalam pelestariannya.
Lagu daerah juga berhubungan dengan musik daerah. Terutama karena bersifat kedaerahan. Poin-poin tersebut akan kami jabarkan lebih jelas dalam laporan berikut.
(Batak)
Lirik Sik-Sik Sibatumanikkam :
Rambadia Ramba muna da itoRio rio ramba naposoMarga dia marga munadaitouso uso naso umboto
Ala tipang tipang tipang polo labayaAla rudeng rudeng rudeng potillo tillo stara tillo tilloStara tillo tillo stara tillo tillopom pom pom
Au si jara jirinaso heyap paririnaso heyap pariridapet au pinamibi hi hi hey
Sengko sengko dainangsengko sengko dainang
sengko sengko dainang sengko na sengko sengko
tri la latri la la
sirege rege tumba
sirege rege tumbana sengko-sengko
sik sik sibatumanikam diparjogetsonomanigotam dimanganginganisimambangka jula-jula
sik sik sibatumanikam diparjogetsonomanigotam dimanganginganisimambangka jula-jula
sik sik sibatumanikam diparjogetsonomanigotam dimanganginganisimambangka jula-jula
hutali-tali bonani pisangbonani Do du inang Marsuga sugaholan sahari do au martandanglop dapat au do inang dana marbuju
taradingdang dingdangdotaradingdang dingdangdo
Awak ta kicuah tahu ayam den lapehAwak ta kicuah tahu ayam den lapehAwak ta kicuah tahu ayam den lapeh
L
LIRIK CING CANGKELING
Cing cangkeling manuk cingkleung cindetenBlos ka kolong bapak satar buleneng
Cing cangkeling manuk cingkleung cindetenBlos ka kolong bapak satar buleneng
Kleung dengklek buah kopi raranggeuyanKeun anu dewek ulah pati diheureuyanCing cangkeling manuk cingkleung cindetenBlos kakolong bapak satar buleneng
Kleung dengklek buah kopi raranggeuyanKeun anu dewek ulah pati diheureuyanCing cangkeling manuk cingkleung cindetenBlos kakolong bapak satar buleneng
ACEH
Lirik Bungong Jeumpa :
Bungong jeumpa bungong jeumpa megah di Aceh
Bungong telebeh-telebeh indah lagoinaPuteh kuneng mejampu mirah keumang siulah cidah thah ruahPuteh kuneng mejampu mirah keumang siulah cidah thah ruah
Lam sinar buleun lam sinar buleun Angen peu ayonRuroh mesuson-mesuson Nyang mala-malaMangat that mebe’I menyo tat him comLepah that harum si bungong jeumpaMangat that mebe’I menyo tat him comLepah that harum si bungong jeumpa
MALUKU
Lirik Waktu Hujan Sore-Sore :
Waktu hujan sore-soreKilat sambar pohon kanariSio jujaro deng mongareMari dansa deng manariPukul tifa toto buangAda balimbing di karetaSio jujaro deng mongareMari dansa deng manariEee manari sambil goyang badangeManari lombo pegang lenso manisseLa rasa rame jangan pulang doloeWaktu hujan sore-soreKilat sambar pohon kanariSio jujaro deng mongareMari dansa deng manariPukul tifa toto buangPatah balimbeng di karetaNona dansa dengan tuanJangan sindir nama beta
Eee manari sambil goyang badangeManari lombo pegang lenso manisseRasa rame jangan pulang doloe
Lirik Rasa Sayang Sayange :
Refrain:Rasa sayange... rasa sayang sayange...Eeee lihat Ambon dari jauh rasa sayang sayange
Bait:Mana kancil akan dikejar, kedalam pasar cobalah cari...Masih kecil rajin belajar, sudah besar senanglah diri
Si Amat mengaji tamat, mengaji Qur'an di waktu fajar...
Biar lambat asal selamat, tak kan lari gunung dikejar
Kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi...Kalau ada umurku panjang, bol
eh kita berjumpa lagi
SASANDONusa Tenggara Timur
Sasando adalah sebuah alat instrumen petik
musik. Instumen musik ini berasal dari
pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama
Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu,
yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak
abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi.
Bagian utama sasando berbentuk tabung Rajang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando.
Mirip Gitar, Sekali Dipetik Tujuh Dawai Bergetar Bagi masyarakat Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, pohon lontar adalah sumber kehidupan. Selain menghasilkan tuak, sopl, gula lempeng, gula semut,dan wadah pembungkus rokok, lontar dapat dijadikan wadah resonator musik yang dikenal dengan sebutan sasando. Seperti apa alat musik yang hampir punah tersebut?
MENURUT Jack Bulan, budayawan yang juga konsen terhadap alat musik sasando, asal muasal alat musik ini dikemas dalam legenda berbagai versi. Konon, seorang pemuda bernama Sangguana terdam-par di Pulau Ndana saat melaut. Dia dibawa oleh penduduk menghadap raja di istana. Selama di istana inilah bakat seni yang dimiliki Sangguana segera diketahui banyak orang hingga sang putri terpikat.
Dia meminta Sangguana menciptakan alat musik yang belum per-nah ada. Suatu malam, Sangguana bermimpi sedang memainkan suatu ala! musik yang indah bentuk maupun suaranya. Diilhami mimpi tersebut, Sangguana menciptakan alat musik yang diberi nama Sandu (artinya bergetar). Ketika memainkan-nya, Sang Putri bertanya lagu apa yang dimainkan dan Sangguana menjawab, Sari Sandu. "Alat musik itu pun dia berikan kepada Sang Putri yang kemudian
menamakannya Depo Hilu yang artinya sekali dipetik tujuh dawai bergetar," ujarnya.
Cerita lain menyebutkan, penemu sasando adalah dua gembala domba, Lunggi Lain dan Balok Ama Sina. Disebutkan, ketika membuat haik atau wadah penampung air tuak dari daun lontar, mereka menemukan semacam benang yang di-sebuty? pada lembaran daun lontar yang dapat menimbulkan bunyi berbeda-beda ketika dikencangkan. Kejadian tersebut mendorong dua orang ini untuk menciptakan alat musik petik yang dapat monirn suara-suara gong. "Setelah mencoba dan mencari mereka berhasil menemukan alat musik dari haik berdawai serat pelepah lontar yang menjadi cikal bakal sasando yang dikenal saat ini," katanya mengisahkan.
Jack mengaku, keindahan bunyi sasando mampu menangkap dan mengekspresikan beraneka macam nuansa dan emosi. Karena itu, dalam masyarakat Nusa Tenggara Timur, sasando adalah sebagai alat musik pengiring tari, penghibur keluarga saat berduka, menambah keceriaan saat bersuka cita, serta sebagai hiburan pribadi.
"Secara umum, bentuk sasando serupa dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola, dan kecapi. Tetapi tanpa chord (kunci), senar sasando harus dipetik dengan dua tangan, seperti harpa. Tangan kiri berfungsi memainkan melodi dan bas. sementara tangan kanan memainkan accord. Ini menjadi keunikan sasando karena seseorang dapat menjadi melodi, bas dan accord sekaligus," papar Jack,
Tifa, Alat Musik dari Papua
Tifa adalah alat musik yang berasal dari maluku dan papua, Tifa mirip seperti
gendang cara dimainkan adalah dengan dipukul. Terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangi isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya digunakan kulit rusa yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. bentuknyapun biasanya dibuat dengan ukiran. tiap suku di maluku dan papuamemiliki tifa dengan ciri khas nya masing-masing.Tifa biasanya dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian perang, Tarian tradisional asmat,dan Tarian gatsi. rian ini biasanya digunakan pada acara-acara tertentu seperti upacara-upacara adat maupun acara-acara penting lainnya.
Gamelan.
Seperangkat gamelan Bali.
Musik tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik
tradisional di banyak daerah lainnya di Indonesia, misalnya dalam
penggunaan gamelan dan berbagai alat musi tabuh lainnya.
Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam teknik memainkan
dan gubahannya, misalnya dalam bentuk kecak, yaitu sebentuk
nyanyian yang konon menirukan suara kera. Demikian pula
beragam gamelan yang dimainkan pun memiliki keunikan,
misalnyaGamelan Jegog, Gamelan Gong Gede, Gamelan
Gambang, Gamelan Selunding dan Gamelan Semar Pegulingan.
Ada pula musik Angklung dimainkan untuk upacara ngaben serta
musik Bebonangan dimainkan dalam berbagai upacara lainnya.
Terdapat bentuk modern dari musik tradisional Bali,
misalnya Gamelan Gong Kebyar yang merupakan musik tarian
yang dikembangkan pada masa penjajahan Belanda serta Joged
Bumbung yang mulai populer di Bali sejak era tahun 1950-an.
Umumnya musik Bali merupakan kombinasi dari berbagai alat
musik perkusi metal (metalofon), gong dan perkusi kayu (xilofon).
Karena hubungan sosial, politik dan budaya, musik tradisional
Bali atau permainan gamelan gaya Bali memberikan pengaruh
atau saling mempengaruhi daerah budaya di sekitarnya, misalnya
pada musik tradisional masyarakat Banyuwangi serta musik
tradisional masyarakat Lombok.
Gamelan
Jegog
Genggong
Silat Bali
Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan
metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan
merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan
satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama.
Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang
berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang
menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat
di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam
berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok
saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih
dianggap sinonim dengan gamelan.
Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang
mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang
juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan
hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman
Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India,
satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah
bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan
dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang
menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung
Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang
Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil
para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian
menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.
Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan
di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, yang telah berdiri
sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng,
kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai
yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut.
Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya.
Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan
sebagai asal mula gamelan.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses
yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan,
yaitu sléndro, pélog, "Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa
Barat, dan "madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama
seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri
yang beraneka ragam. Kaitan not nada dari Cina, instrumen
musik dari Asia Tenggara, drum band dan gerakkan musik dari
India, bowed string dari daerah Timur Tengah, bahkan style
militer Eropa yang kita dengar pada musik tradisional Jawa dan
Bali sekarang ini.
Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna
suara mempertahankan kejayaan musik orkes gamelan Bali. Pilar-
pilar musik ini menyatukan berbagai karakter komunitas
pedesaan Bali yang menjadi tatanan musik khas yang merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Berbeda dengan alat musik modern yang semua instrumennya perlu di “stem” agar getaran-getaran musik tidak berselisih, gamelan justru membuat supaya getaran-getaran musiknya “berselisih”. Kalau memakai istilah dari Pak Trustho, di dalam musik gamelan justru ada yang namanya “ngumbang nginsep”, yaitu seperti suara kumbang “wung, wung, wung” (gaung),jadi memang dibuat “jarak”. Tapi uniknya,saat gamelan dimainkan bersama-sama terciptalah sebuah musik yang “hidup”, terjadi pencampuran suara baru yang memberikan kenikmatan “wung wung” – pelayangan bunyi yang enak didengar dan dinikmati. Ini menjadi sesuatu yang sulit dianalisa menurut teori musik, bagaimana instrumen musik dengan getaran-getaran “berselisih” ini bisa menghasilkan musik yang begitu indah.
Keunikan lainnya dalam musik gamelan terletak pada jumlah pemain. Musik Gamelan dapat dimainkan secara tunggal (satu instrumen saja), gabungan 2 – 3 instrumen bahkan hingga 20 instrumen atau lebih (ensembel). Para pemain gamelan profesional itu, baik secara perorangan maupun kelompok, dapat dengan mudah bergabung dengan pemain lain meskipun mereka belum pernah berlatih bersama. Sering pula dijumpai seorang pemain gamelan profesional dapat bertukar alat musik dengan pemain lain dalam suatu pagelaran musik. Hal-hal begini bisa dilakukan karena pada diri para pemain gamelan ini sudah ditanam rasa saling bersimpati, saling mengerti dan saling menghayati satu sama lain. Inilah yang dalam bahasa Jawa disebut “pada rasakake”.
Memainkan gamelan sangat berbeda dengan memainkan alat musik modern. Seorang pemain gamelan harus dapat meresapi kedalaman arti gendhing yang sedang dimainkannya sebab setiap gendhing memiliki makna tersendiri. Makna atau nilai-nilai yang terkandung dalam gendhing bisa berupa permohonan kepada Tuhan agar warga memperoleh keselamatan (contoh: Ladrang Sri Wilujeng), rezeki melimpah (contoh: Sri Rezeki), tolak bala (contoh: Sri Dhandang), ucapan syukur atau bisa juga ungkapan kegembiraan (misal: Asmaradana). Dengan makna yang terkandung didalamnya maka musik gamelan seringkali dianggap sakral karena hanya dimainkan saat peristiwa tertentu saja. Gendhing Ketawang Puspa Warna yang direkam dalam
piringan emas Voyager biasanya dimainkan untuk menyambut masuknya seorang Pangeran sebagai ucapan salam/ selamat datang.
Gamelan juga digunakan untuk mengiringi tarian seperti tari Serimpi atau tari Bedoyokarena mampu membangun suasana dramatik bagi sebuah tarian sehingga aura tarian itu bisa dihayati dan dirasakan “kedalamannya”. Saat mengiringi wayang musik gamelan juga untuk membangun suasana sehingga cerita yang dibawakan oleh Dalang menjadi “hidup” dan penonton dengan mudah dapat merasakan “suasana”, misalnya suasana perang, damai bahkan romantis.
Aramba/Faritia
alat musik berbentuk bundar dengan pemicu di tengahnya, dibuat dari logam atau perunggu, dibunyikan dengan pemukul kayu yang berujung bulat (ukurannya lebih kecil daripada gong) dari Pulau Nias( barat Sumatera)
Talempong
Talempong adalah sebuah alat musik pukul khas suku bangsa Minangkabau. Bentuknya hampir
sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Talempong dapat terbuat dari kuningan,
namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak
digunakan. Talempong ini berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkan pada
bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk
dipukul. Talempong memiliki nada yang berbeda-beda. Bunyi dihasilkan dari sepasang kayu yang
dipukulkan pada permukaannya.
Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tarian
pertunjukan atau penyambutan, seperti Tari Piring yang khas, Tari
Pasambahan, danTari Gelombang. Talempong juga digunakan
untuk melantunkan musik menyambut tamu istimewa. Talempong
ini memainkanya butuh kejelian dimulai dengan tangga
pranada DO dan diakhiri dengan SI.[rujukan?] Talempong diiringi
oleh akord yang cara memainkanya serupa dengan
memainkan piano.
Dog-dogDogdog Kaliwon adalah jenis kesenian pagelaran yang tumbuh subur di Kecamatan Salem, Brebes.
Kesenian ini lahir dengan nama dogdog yang dalam istilah Jawa berarti menabuh. Karena kerap
dipentaskan pada malam Kliwon, kesenian ini kemudian diberi nama dogdog kaliwon.
Dogdog kaliwon biasanya dimainkan 4-10
orang yang memainkan alat musik
seperti gendang. Bedanya, gendang yang
kemudian dikenal dengan dogdog itu
menggunakan bahan baku dari pohon enau,
baik yang besar maupun kecil.
Dalam pekembangan berikutnya, dogdog
kaliwon kini makin memasyarakat, terutama
saat acara hajatan pernikahan dan sunatan. Karena makin digemari warga yang tinggal di
lerengGunung Leo di wilayah Salem, muncul ide untuk memadukannya dengan musik dangdut. Yang
unik, lagu-lagu yang ditampilkan dalam dua bahasa, yaitu Jawa dan Sunda. Bahkan, sesekali tampil
lagu dangdut asli.
Di tengah-tengah lagu ada pemain yang menyampaikan pesan dengan gaya lawakan. Agar pesan
sampai dan sekaligus memancing tawa, disertai juga dengan gerak dan mimik lucu. Kostum yang
digunakan pun mirip tokoh Kabayan.
Untuk sekali pentas, dogdog kaliwon membutuhkan paling sedikit 15 pemain. Terdiri atas empat
pemegang dogdog, empat penyanyi pendukung, dan masing-masing seorang
pemegangkeyboard / organ, gitar melodi, bas, seruling, dan gong. Khusus penyanyi pendukung
biasanya gadis desa yang biasa tampil menyanyi di panggung.
Pada jaman dahulu, kesenian ini biasanya diadakan pada malam hari pasaran kliwon setelah musim
panen padi, yang bertujuan untuk mengungkapankan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ciri Khas Lagu dan Alat Musik Daerah Jawa Barat
Ciri khas musik daerah Jawa Barat dapat dilihat dari jenis instrumennya dan cara membunyikannya / menggunakannya, yaitu:a. Ditiup, contohnya: Suling, bangsing, tarompet dllb. Digoyang – goyang, contohnya: Angklung dan kolotokc. Dipukul, contohnya: dog – dog, goong, boning, kempul, saron dlld. Dipetik, contohnya: Kacapie. Digesek, contohnya: rebab dan terawangsa
B. Sejarah Dan Fungsi Musik Daerah Jawa BaratSebelum adanya aturan nada, bangsa kita jaman dahulu sudah mengenal musik yang berfungsi untuk upaca pemujaan terhadap nenek moyang, kemudian mengenal musik yag terdiri dari 5 nada yang disebut Pentatonis, yaitu: Da, Mi, Na, Ti, La, Da. Dana pentatonis ini hanya dapat pada alat musih daerah yang disebut Gambelan, yang terdiri dari: goong, gender, kendang, kenong, saron, gambang, bonang, rebab, dll. Alat musik gambelan ini terutama terdapt di Jawa dan Bali.Akhirnya sejalan dengan perkembangan jaman, maka musik – musik daerah yang ada hingga sekarang menggunakan notasi – notasi musik umum yaitu notasi angka atau balok. Tokoh – tokoh musik Gending / Karawitan daerah Jawa Barat yang terkenal adalah Mang Koko, Amas Taswara, Nano S, dan lain – lainFungsi musik daerah Jawa Barat, Yaitu:C iri Khas Daerah Jawa Barat 1. Berfungsi Untuk Upacara adat, contohnya:a. Angklung, di masyarakat Banten digunakan dalam upacara menabur benih di ladang untuk menghormati Dewi Pohaci/Dewi Sri. Selain itu Angklung juga digunakan untuk upacara Helaran (upacara menggiring anak yang dikhitan)b. Bedug, digunakan dalam upacara kegiatan Agama Islam, seperti seni bedug Kidulan dari Cianjur yang dilaksanakan setiap takbiran, dan adu bedug dari Pandeglang yang dilaksanakan sehari setelah Idul Fitric. Bengberokan, berasal dari Cirebon yang dipergunakan dalam upacara mengusir roh jahat atau menyembuhkan anak yang sakitd. Calung, dipergunakan dalam upacara adat pertanian, seperti Calung Tarawangsa dari Tasikmalayae. Heleran, dipergunakan dalam upacara adat khitanan atau seserahan pengantin, seperti Kuda Renggong, dari Sumedang dan Tajidor dari Tangerangf. Ngagondang, dipergunakan dalam upacara adat Mapag Sri/Dewi padig. Pantun, dipergunakan dalam upacara adat akan menyimpan padi di lumbung yang disebut ngidepkeun/ natapkeun para2. Musik yang berfungsi sebagai alat Bela Diri, contohnya: Pencak Silat dan Benjang
3. Musik yang berfungsi sebagai sarana hiburan, contohnya: Ogel, Ronggeng, Angklung diatonis, Longser, Angklung Buncis, Tarling,
Dalam Tari daerah Jawa Barat ada beberapa istilah gerak Tari, antara lain:- Edeg – edegan / kuda – kuda adalah gerak pada saat pembukaan Tarian- Jangkung Ilo adalah gerak pembukaan suatu pembukaan dari Tari- Gedig adalah gerak langkah di tempat dengan tekana badan- Mincid adalah gerak langkah menyentuh lantai- Keupat adalah gerak berjalan ke depan- Bakplang dllC iri Khas Musik Jawa Barat
Makna Lagu CingkelingC iri Khas Musik Daerah Jawa Barat
Gubahan Syair lagu di atas sangat tak asing bagi masyarakat Sunda. Karena syair ini adalah salah satu lagu rakyat yang sering dinyanyikan oleh orang sunda dari dulu hingga sekarang. Walau sekarang ini sudah sangat tersaingi oleh lagu-lagu yang bernuansa ‘Lebaisme Cinta’Syair lagu ‘Cing cangkeling’ yang terlihat seperti syair tanpa makna, dan hanya sebatas guyonan belaka, ternyata memiliki kedalaman makna yang luar biasa tentang ketenangan jiwa. Entah siapa yang menggubah syair lagu ini. Tapi yang penting bukan siapa pembuatnya, melainkan apa pesan yang diselipkan oleh si penggubah syair ‘Cing cangkeling’.Suatu malam saya membaca sebuah buku berjudul ‘Tapak Sabda’. Sebuah novel filsafat yang dikarang oleh seorang pemuda bernam,a Fauz Noor. Saat membaca buku itu, saya terperanjat ketika membaca salah satu halamannya yang ‘Ngaguar’ makna syair lagu ‘Cing cangkeling’. dan saya ingin mengutip kembali pembahasan buku itu tentang lagu tersebut, tanpa saya rubah sedikit pun struktur kalimatnya.“Cing cangkeling, cing-cing eling manusia semua. Manuk (Burung) bisa digunakan sebagai perlambang hati. apa sebabnya? sebab hati seperti manuk yang bisa terbang kemana saja semau dirinya. Silahkan kamu rasakan sendiri. Hati kita bisa terbang ke Jakarta umpamanya. Hati tak bisa dipenjara oleh apa pun, walau pun orang yang sedang dipenjara. Apakah hati orang yang dipenjara selalu ada di penjara? tidak.! sering hati mereka ada dirumah, rindu anak istri. Manuk cingkleung cineten, hati yang suka melirik-lirik ke sekitarnya itu harus tenang. Kalu hati sudah tenang, hati akan masuk ke kolong langit. Blos ka kolong, dan akan mendapatkan Bapa satar. Satar artinya dunia. satar berasal dari bahasa sunda kuno, artinya rendah. Silahkan tanya Kiai, dalam bahasa Arab dunia artinya rendah, adyan. Jadi, satar jeung dunia merupakan kata yang maksudnya sama. Kalau hati kita sudah tenang, maka kita akan mendapat dunia yang Bulendeung, yaitu penuh rahmat dan berkah Tuhan.”
Rasa Sayang - SayangeKontroversi
Lagu ini digunakan oleh departemen Pariwisata Malaysia untuk mempromosikan
kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar bulan Oktober 2007. Sementara
Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor mengatakan bahwa lagu Rasa
Sayange merupakan lagu kepulauan Nusantara (Malay archipelago), Gubernur
Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras lagu "Rasa Sayange" adalah milik
Indonesia karena ia merupakan lagu rakyat yang telah membudaya di provinsi
Maluku sejak leluhur, sehingga klaim Malaysia itu adalah salah. Gubernur
melihat bukti otentik bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Maluku,
dan setelah bukti tersebut terkumpul, akan diberikan kepada Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata. Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku
Mansor menyatakan bahwa rakyat Indonesia tidak bisa membuktikan bahwa
lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Indonesia. Bagaimanapun, bukti
tersebut akhirnya ditemukan. 'Rasa Sayange' diketahui direkam pertama kali di
perusahaan rekaman Lokananta Solo 1962. Pada tanggal 11 November 2007,
Menteri Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Budaya Malaysia, Rais Yatim,
mengakui bahwa Rasa Sayange adalah milik Indonesia . Namun, ada beberapa
sumber yang mengatakan bahwa Malaysia menyebutkan bahwa mereka
mengakui bahwa Rasa Sayange adalah milik bersama, antara Indonesia dan
Malaysia.
Tentang bukti rekaman "Rasa Sayange", bukti lagu tersebut direkam
oleh Lokananta, Solo, Indonesia pada tahun 1962 dalam piringan
hitam Gramophone. Rekaman master dari piringan ini masih disimpan oleh
Perum PNRI Cabang Surakarta yang dahulunya adalah PN Lokananta. Ini dikenal
sebagai rekaman pertama terhadap lagu ini. Piringan hitam tersebut
didistribusikan sebagai souvenir kepada partisipan Asian Games ke 4 tahun 1962
di Jakarta, dan lagu "Rasa Sayange" adalah salah satu lagu rakyat Indonesia di
piringan tersebut, bersama dengan lagu etnis lain Indonesia seperti Sorak-sorak
Bergembira, O Ina ni Keke, dan Sengko Dainang.
Lagu ini juga pernah dinyanyikan dalam Bahasa Hindi oleh Mohd Rafi dan Lata
Mengeshkar dalam film Singapore 1960 yang diperan oleh Shammi Kapoor dan
Padmini. Lagu ini juga ditayangkan dalam film Insulinde, film yang
menggambarkan Hindia Belanda tahun 1937 - 1940.
Upaya Pelestarian dan Pengembangan Musik dan Lagu Daerah
Beragam wujud warisan budaya lokal memberi kita kesempatan untuk mempelajarikearifan lokal dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di masa lalu. Masalahnyakearifan local tersebut seringkali diabaikan, dianggap tidak ada relevansinya denganmasa sekarang apalagi masa depan. Dampaknya adalah banyak warisan budaya yanglapuk dimakan usia, terlantar, terabaikan bahkan dilecehkan keberadaannya. Padahalbanyak bangsa yang kurang kuat sejarahnya justru mencari-cari jatidirinya dari tinggalansejarah dan warisan budayanya yang sedikit jumlahnya. Kita sendiri, bangsa Indonesia,yang kaya dengan warisan budaya justru mengabaikan asset yang tidak ternilai tersebut.Sungguh kondisi yang kontradiktif.Kita sebagai bangsa dengan jejak perjalanan sejarah yang panjang sehingga kaya dengankeanekaragaman budaya lokal seharusnya mati-matian melestarikan warisan budaya yangsampai kepada kita. Melestarikan tidak berarti membuat sesuatu menjadi awet dan tidakmungkin punah. Melestarikan berarti memelihara untuk waktu yang sangat lama. Jadi
upaya pelestarian warisan budaya lokal berarti upaya memelihara warisan budaya lokaluntuk waktu yang sangat lama.Karena upaya pelestarian merupakan upaya memelihara untuk waktu yang sangat lamamaka perlu dikembangkan pelestarian sebagai upaya yang berkelanjutan (sustainable).Jadi bukan pelestarian yang hanya mode sesaat, berbasis proyek, berbasis donor dan elitis(tanpa akar yang kuat di masyarakat). Pelestarian tidak akan dapat bertahan danberkembang jika tidak didukung oleh masyarakat luas dan tidak menjadi bagian nyatadari kehidupan kita. Para pakar pelestarian harus turun dari menara gadingnya danmerangkul masyarakat menjadi pecinta pelestarian yang bergairah. Pelestarian janganhanya tinggal dalam buku tebal disertasi para doktor, jangan hanya diperbincangkandalam seminar para intelektual di hotel mewah, apalagi hanya menjadi hobi para orangkaya. Pelestarian harus hidup dan berkembang di masyarakat. Pelestarian harusdiperjuangkan oleh masyarakat luas (Hadiwinoto, 2002: 30).Singkat kata pelestarian akan dapat sustainable jika berbasis pada kekuatan dalam,kekuatan lokal, kekuatan swadaya. Karenanya sangat diperlukan penggerak, pemerhati,pecinta dan pendukung dari berbagai lapisan masyarakat.Untuk itu perluditumbuhkembangkan motivasi yang kuat untuk ikut tergerak berpartisipasimelaksanakan pelestarian, antara lain:1. Motivasi untuk menjaga, mempertahankan dan mewariskan warisan budaya yangdiwarisinya dari generasi sebelumnya;2. Motivasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kecintaan generasi penerusbangsa terhadap nilai-nilai sejarah kepribadian bangsa dari masa ke masa melaluipewarisan khasanah budaya dan nilai-nilai budaya secara nyata yang dapat dilihat,dikenang dan dihayati;3. Motivasi untuk menjamin terwujudnya keragaman atau variasi lingkunganbudaya;4. Motivasi ekonomi yang percaya bahwa nilai budaya local akan meningkat bilaterpelihara dengan baik sehingga memiliki nilai komersial untuk meningkatkankesejahteraan pengampunya; dan
5. Motivasi simbolis yang meyakini bahwa budaya lokal adalah manifestasi darijatidiri suatu kelompok atau masyarakat sehingga dapat menumbuhkembangkanrasa kebanggaan, harga diri dan percaya diri yang kuat.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengamatan kami, dapat disimpulkan bahwa lagu dan musik daerah menjadi ciri khas budaya daerah masing-masing.
Musik dan lagu daerah pada masa dahulu digunakan sebagai sarana upacara adat daerah, serta untuk sarana hiburan. Seperti upacara pernikahan kaum bangsawan,
upacara penyembahan kepada leluhur, dan upacara pengangkatan raja atau ratu pada saat itu.
Sekarang, musik dan lagu daerah lebih cenderung kepada sarana hiburan saja. Bahkan ada beberapa diantarannya yang hampir mendekati kepunahan karena ketidakpedulian masyarakat sekitar kepada budaya daerah masing-masing.
Maka dari itu, kita berharap supaya kelak budaya daerah tersebut dapat tetap terjaga kelestariannya selama-lamanya dengan adanya gerakan yang bertujuan melestarikan budaya daerah.
Oleh :
Bernadeta Yosefani A. (02) Megaria Febriyani P. (06) Patricia Tiara Larasati (08)
SMP NEGERI 2 PURWOKERTOSEMESTER I 2010/2011