keselamatan dan kesehatan kerja

36
TUGAS MSPM PROSEDUR DAN PERALATAN KESELAMATAN KERJA STANDAR AKREDITASI MENURUT ISO DAN JCI Disusun Oleh : Rafida Mardhatila P2.31.31.1.13.019 Ramandhika Wibiastuti P2.31.31.1.13.020 Tetha Enniza Purwanti P2.31.31.1.13.024 D IV-A

Upload: rafidamardhatila

Post on 18-Feb-2016

49 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

kesehatan dan keselamatan kerja di instalasi gizi, definisi K3, tujuan K3, prinsip K3, Prosedur K3, K3 di instalasi Rumah Sakit, alat pelindung diri dalam instalasi gizi, prosedur pemakaian APD, akreditasi JCI dan ISO

TRANSCRIPT

Page 1: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

TUGAS MSPM

PROSEDUR DAN PERALATAN KESELAMATAN KERJA

STANDAR AKREDITASI MENURUT ISO DAN JCI

Disusun Oleh :

Rafida Mardhatila P2.31.31.1.13.019

Ramandhika Wibiastuti P2.31.31.1.13.020

Tetha Enniza Purwanti P2.31.31.1.13.024

D IV-A

POLTEKKES JAKARTA II JURUSAN GIZI

TAHUN AKADEMIK 2015/2016

Page 2: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Peralatan dan Prosedur Keselamatan Kerja

Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu Kesehatan atau Kedokteran beserta

prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat

kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha

preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan - gangguan kesehatan yang

diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit

umum (Suma’mur, 2009).

1. Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan

lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan

dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja.

2. Upaya kesehatan kerja di Rumah Sakit menyangkut tenaga kerja, metode/cara kerja, alat

kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan,

pengobatan dan pemulihan.

3. Konsep dasar dari Upaya Kesehatan Kerja ini adalah : Identifikasi permasalahan,

Evaluasi dan dilanjutkan dengan Tindakan Pengendalian.

4. Pekerja rumah sakit adalah Tenaga Medis: Dokter, Perawat. Tenaga Non Medis:

Insinyur, Tehnisi, Apoteker, Asisten Apoteker, Ahli Gizi, Fisioterapi, Penata Anestesi,

Penata Rontgen, Analis Kesehatan, Tenaga Administrasi.

5. Unit Kerja Sterilisasi adalah unit kerja yang mempunyai tugas pokok melakukan

sterilisasi alat-alat medis di rumah sakit (UU Kesehatan, 1992 pasal 23).

Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat,

bahan, proses pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungan tempat kerja serta cara

melakukan pekerjaannya. Keselamatan kerja bertujuan untuk mengamankan aset dan

memperlancar proses produksi dengan disertai perlindungan tenaga kerja khususnya dan

masyarakat pada umumnya agar terbebas dari kemungkinan bahaya kecelakaan, kebakaran,

peledakan, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan serta terhindar dari dampak

negatif kemajuan teknologi (Suma’mur, 2009).

Page 3: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja adalah sarana utama pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian

sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang dari

keamanan tenaga kerja. Kecelakaan kerja selain berakibat langsung bagi tenaga kerja, juga

menimbulkan kerugian-kerugian secara tidak langsung yaitu kerusakan pada lingkungan

kerja (Suma’mur, 2009).

Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan

upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah

tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya

untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk

menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja

di perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang

bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup

tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja

Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada

perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait

dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan

stabilitas emosi secara umum.

Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat ditarik kesimpulan bahwa

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman

baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar

pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu

usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat

mengakibatkan kecelakaan.

Tujuan Keselamatan Kerja

Page 4: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Syarat-syarat keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya. dengan

tujuan :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

c. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau

kejadian lain yang berbahaya

e. Memberi pertolongan path kecelakaan

f. Memberi perlindungan pada pekerja

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu. kelembaban, debu,

kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/ psikis,

keracunan, inteksi dan penularan

i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

j. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses

kerjanya

l. Mengamankan dan mempertancar pengangkutan orang, binatang, tanarnan atau barang

m. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

n. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan

barang

o. Mencegah terkena aliran listrik

p. Menyesuaikan dan Menyempumakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya

kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Prinsip Keselamatan Kerja Pegawai dalam Proses Penyelenggaraan

a. Pengendalian teknis mencangkup :

1) Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syaral

yang telah ditentukan

2) Ruangan dapur cukup luas, denah sesuai dengan arus kerja dan dapur dibuat

dari bahan-bahan atau konstruksi yang memenuhi syarat

3) Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai lempat penyimpanan yang praktis

4) Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat

Page 5: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

5) Tersedianya ruang istirahat untuk pegawai

b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya

kebiasaan kerja yang balk oleh pegawai.

c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dan pegawai.

d. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang telah

ditetapkan dan pegawai diberi waktu untuk istirahat setelah 3 jam bekerja, karena

kecelakaan kerja sering terjadi setelah pegawai bekerja > 3 jam

e. Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara kontinyu agar peratatan tetap dalam

kondisi yang layak pakai.

f. Adanya pendidikan rnengenai kesalamatan kerja bagi pegawai.

g. Adanya fasilitas/peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang cukup.

h. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja

Prosedur Keselamatan Kerja

1. Ruang Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan

Keamanan kerja di ruang ini terlaksana bila :

1) Menggunakan alat pembuka peti/bungkus bahan makanan menurut cara yang

tepat dan jangan melakukan dan meletakkan posisi tangan pada tempat ke arah

bagian alai yang tajam (berbahaya).

2) Barang yang berat setalu ditempatkan dibagian bawah dan angkatlah dengan

alat pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut.

3) Pergunakan tutup kotak/tutup panci yang sesuai dan hindan tumpahan bahan.

4) Tidak diperkenankan merokok diruang penerimaan dan penyimpanan bahan

makanan.

5) Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan/diperlukan.

6) Tidak mengangkat harang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan anda.

7) Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang besar, yang dapat membahayakan

badan dan kualitas barang.

8) Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin diruang penenmaan dan

penyimpanan.

2. Di Ruang Persiapan dan Pengolahan Makanan

Page 6: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Keamanan dan keselamatan kerja di ruang ini akan tercapai bila :

1) Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik, misalnya gunakan

pisau, golok, parutan kelapa dengan baik, dan jangan bercakap-cakap selama

menggunakan alat tersebut.

2) Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan mengolah bahan makanan.

3) Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk

pemakaiannya.

4) Bersihkan mesin menurut petunjuk dan matikan mesin sebelumnya.

5) Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan

dibersihkan.

6) Berhati-hatilah bila membuka dan menutup, menyalakan atau mematikan

mesin, lampu, gas listrik, dan lain-lainnya.

7) Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan.

8) Pada saat selesai menggunakannya, teliti kembali apakah semua alat sudah

dimatikan mesinnya.

9) Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi porsi

yang ditetapkan.

10) Tidak memasukkan muatan ke dalam kereta makan yang melebihi

kapasitasnya.

11) Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi.

12) Bila ada alat pemanas perhatikan cara penggunaan dan pengisiannya.

13) Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi terlalu

penuh.

14) Perhatikanlah, bila membawa makanan pada baki, jangan sampai tertumpah

atau makanan tersebut tercampur.

15) Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi kaleng.

3. Di Ruang Distribusi Makanan di Unit Palayanan Gizi

1) Tidak mengisi panci/piring terlalu penuh.

2) Tidak mengisi kereta makan melebihi kapasitas kereta makan.

3) Meletakkan alat dengan teratur dan rapi.

4) Bila ada alat pemanas, perhatikan waktu menggunakannya.

5) Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat atau tidak mengisi tempat

tersebut sampai penuh.

Page 7: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

4. Di Dapur Ruang Rawat Inap

Keamanan dan keselamatan kerja di dapur ruangan dapat tercapai apabila :

1) Menggunakan peralatan yang bersih dan kering.

2) Menggunakan dengan baik peralatan sesuai dengan fungsinya.

3) Menggunakan alat pelindung kerja selama di dapur ruangan, seperti celemek,

topi dan lain-lainnya.

4) Tidak menggaruk, batuk selama menjamah makanan.

5) Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang dibersihkan.

6) Berhati-hati dan teliti bila membuka dan menutup atau menyalakan dan

mematikan kompor, lampu, gas, listrik (misalnya alat yang menggunakan

listrik seperti blender, toaster dan lain-lain).

7) Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan.

8) Menata makanan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

9) Mengikuti petunjuk/prosedur kerja yang ditetapkan. Sebelum mulai bekerja

dan bila akan meninggalkan ruangan harus cuci tangan dengan menggunakan

sabun atau desinfektan.

10) Membersihkan/mencuci peralatan makan/dapur/kereta makan sesuai dengan

prosedur.

11) Membuang/membersihkan sisa makanan/sampah segera setelah alat

makan/alat dapur selesai digunakan.

12) Tidak meninggalkan dapur ruangan sebelum yakin bahwa kompor, lampu, gas,

listrik sudah dimatikan, dan kemudian pintu dapur harus ditinggalkan dalam

keadaan tertutup/terkunci.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Page 8: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Pengusaha harus melaksanakan program K3 mereka berdasarkan Pedoman ILO tentang

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mencakup langkah-langkah

berikut:

a) membuat kebijakan berdasarkan prinsip-prinsip K3 dan partisipasi pekerja serta

menetapkan unsur-unsur utama program;

b) pengorganisasian suatu struktur untuk menerapkan kebijakan, termasuk garis

tanggung jawab dan akuntabilitas, kompetensi dan pelatihan, pencatatan dan

komunikasi kejadian;

c) perencanaan dan penerapan, termasuk tujuan, peninjauan ulang, perencanaan,

pengembangan dan penerapan sistem;

d) evaluasi pemantauan dan pengukuran kinerja, investigasi kecelakaan, gangguan

kesehatan, penyakit dan kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan, audit dan

peninjauan ulang manajemen;

e) tindakan perbaikan melalui upaya-upaya pencegahan dan korektif, pembaruan dan

revisi yang terus menerus terhadap kebijakan, sistem dan tehnik untuk mencegah dan

mengendalikan kecelakaan, gangguan kesehatan, penyakit dan kejadian-kejadian

berbahaya yang berhubungan dengan pekerjaan.

Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, alat pelindung diri

(APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau

penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik

yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

APD bukanlah alat yang nyaman apabila dikenakan tetapi fungsi dari alat ini sangatlah

besar Karena dapat mencegah penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan pada waktu kerja.

Pemakaian APD masih memerlukan penyesuaian diri yang sesuai akan mengurangi

kemungkinan terjadinya kecelakaan atau luka – luka dan juga mencegah penyakit akibat kerja

yang akan diderita beberapa tahun kemudian. (Syukri, 1982).

Pemilihan Alat Pelindung Diri (APD)

Page 9: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakakan tenaga kerja yang memakainya,

bahkan mungkin lebih membahayakan dibandingkan tanpa memakai APD. Oleh karena itu

agar dapat memilih APD yang tepat, maka perusahaan harus mampu mengidentifikasi bahaya

potensial yang ada, khususnya yang tidak dapat dihilangkan ataupun dikendalikan (Sam’mul,

1985).

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh APD agar dalam pemakaiannya

dapat memberikan perlindungan yang maksimal. Menurut ILO (1989) dari beberapa kriteria

dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis peralatan pelindung, maka hanya dua yang

terpenting yaitu:

1) Apapun sifat dan bahayanya, peralatan atau pakaian harus memberikan cukup

perlindungan terhadap bahaya tersebut.

2) Peralatan atau pakaian harus ringan dipakainya dan awet dan membuat rasa kurang

nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan mobilitas, penglihatan dan sebagainya

yang maksimum.

Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk melindungi

seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk mengisolasi tubuh tenaga kerja

dari potensi bahaya di tempat kerja. Alat pelindung diri yang wajib ada di Instalasi Gizi

menurut Colleer (1990) dan Gisslen (1983) adalah sebagai berikut :

1) Alat Pelindung Kepala

Alat pelindung kepala digunakan untuk mencegah kotoran dan

rambut jatuh. Alat pelindung kepala yang harus ada di instalasi gizi

adalah tudung kepala. Tudung kepala wajib dipakai oleh tenaga kerja

di instalasi gizi pada saat pengolahan agar dapat mencegah dan

melindungi jatuhnya rambut dan kotoran dari kepala ke dalam

makanan pada saat pengolahan makanan. Sehingga makanan tidak

terkontaminasi oleh bakteri yang jatuh dengan rambut dan kotoran

yang ada pada rambut.

2) Alat Pelindung Pernafasan

Page 10: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Alat pelindung pernafasan digunakan untuk

melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu,

atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang

bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan

terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka

perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau

kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Alat

pelindung pernafasan yang harus tersedia di instalasi gizi adalah masker. Masker

digunakan untuk mengurangi rangsangan bau – bauan dari masakan yang di masak yang

dapat menyebabkan bersin. Saat bersin masker dapat mencegah kuman – kuman jatuh ke

makanan yang sedang diolah.

3) Alat Pelindung Tangan

Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari benda

tajam atau goresan, selain itu juga digunakan pada saat tangan kontak dengan makanan

agar makanan terhindar dari bakteri - bakteri yang ada di tangan yang akan menyebabkan

makanan terkontaminasi. Jenis alat pelindung tangan yang harus ada di nstalasi gizi adalah

Sarung tangan rumah tangga (gloves).

Sarung tangan jenis ini bergantung pada bahan-bahan yang digunakan:

Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk melindungi tangan

dari api, panas, dan dingin.

Sarung tangan dari plastik yang digunakan untuk mengambil makanan / pada saat

tangan kontak langsung dengan makanan. Sarung tangan ini bersifat sekali pakai,

sehingga setelah dipakai sarung tangan ini langsung di buang.

4) Baju Pelindung (Body Potrection)

Page 11: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari

percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll. Jenis baju pelindung antara

lain:

a) Pakaian kerja

Pakaian kerja adalah pakaian yang

disediakan oleh pihak rumah sakit dan

diseragamkan. Bila rumah sakit tidak menyediakan

pakaian kerja sebaiknya pakaian yang digunakan

untuk bekerja dibedakan dengan pakaian yang

dipakai sehari – hari. Pakaian kerja yang digunakan

sebaiknya tidak bermotif disarankan berwarna terang. Hal ini dilakukan agar

pengotoran pada pakaian mudah terlihat. Pakaian kerja harus dicuci secara periodik

untuk menjaga kebersihan.

b) Celemek

Celemek wajib digunakan tenaga kerja pada saat pengolahan

makanan agar pakaian kerja tidak kotor. Celemek yang digunakan

pekerja harus bersih dan tidak boleh digunakan sebagai lap tangan.

Celemek harus ditanggalkan bila pekerja meninggalkan ruang

pengolahan. Celemek harus dicuci secara periodik untuk menjaga

kebersihan.

5) Alat Pelindung Kaki

Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-

benda keras, benda tajam, logam/kaca, benda panas. Selain itu juga dapat menghindarkan

dari bahaya terpeleset. Jenis alat pelindung kaki yang harus ada di instalasi gizi adalah :

a) Sepatu boot

Sepatu ini lebih disarankan untuk dipakai di instalasi gizi karena

sepatu ini tidak terbuka pada bagian jari – jari kakinya. Sepatu boot

juga lebih dapat menghindarkan pekerja dari bahaya terpeleset di

dapur. Akan tetapi penggunaan sepatu boot dinilai kurang afektif

karena bentuknya yang tidak nyaman menurut pekerja di instalasi

gizi.

b) Sandal jepit

Page 12: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Sandal jepit digunakan sebagai alternatif bila di instalasi gizi tidak

menyediakan sepatu boot. Akan lebih baiknya dipilih sepatu yang tidak terbuka pada

bagian jari – jari kakinya. Oleh karena itu sepatu boot disarankan untuk dipilih

sebagai alat pelindung kaki di instalasi gizi.

Penyimpanan dan Pengawasan Penggunaan Alat pelindung diri (APD)

Alat pelindung diri yang telah dipakai seorang tenaga kerja tidak boleh dipakai tenaga

kerja lain kecuali bila alat pelindung diri sudah dibersihkan. Alat pelindung diri yang

terkontaminasi oleh debu atau serat dan bahan kimia berbahaya dilarang untuk dibawa

pulang. Pengurus harus menyediakan tempat penyimpanan khusus untuk alat pelindung diri.

Penggantian salah satu komponen atau seluruh komponen alat pelindung diri harus diketahui

oleh Petugas Penatalaksana Alat Pelindung Diri atau Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja

di perusahaan. Rumah sakit harus memiliki dokumentasi perawatan alat pelindung diri.

(Protap rumah sakit ortopedi tentang Penyimpanan dan Pengawasan Penggunaan Alat

pelindung diri, 2006)

Perawatan Alat pelindung diri (APD)

Pemeliharaan dan Alat Pelindung Diri Menurut Mona Aprianti Dan Sitti Hapsah dalam

makalah tentang penggunaan dan perawatan alat pelindung diri, pemeliharaan alat

pelindung diri adalah sebagai berikut :

a. Pemeliharaan Alat Pelindung Kepala

Penyediaan tempat penyimpanan untuk pelindung kepala merupakan bagian penting,

karena akan memudahkan di dalam penggunaan, memastikan bahwa tempat

penyimpanan dan daftar inventarisasi pelindung kepala mudah dijangkau oleh karyawan,

dan dijaga agar tempat penyimpanan selalu dalam keadaan bersih dan teratur,

menggunakan lemari rak dan berpintu untuk menjaga alat pelindung kepala dalam

keadaan tersusun rapi dan bersih, membersihkan bagian-bagian penutup dengan cairan

pembersih dan pastikan pengikat leher dalam keadaan baik dan kencang.

b. Pemeliharaan Alat Pelindung Pernafasan

Page 13: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Pelindung pernafasan yaitu masker sebaiknya langsung di buang setelah dipakai

untuk menghindari masker kontak dengan makanan. Alat pelindung pernafasan di

Istalasi Gizi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta adalah masker sekali

pakai yang bila sudah dipakai langsung dibuang di tempat sampah yang telah disediakan.

Istalasi Gizi masker dipakai pada saat tenaga kerja sakit untuk menghindari penularan

penyakit dari petugas penjamah makanan di Istalasi Gizi.

c. Pemeliharaan Alat Pelindung Tangan

Alat Pelindung tangan harus dijaga kebersihannya, dan langsung di buang ketika

telah dipakai. Untuk sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk

melindungi tangan dari api, panas, dan dingin harus senantiasa dijaga kebersihannya dan

di cuci secara periodik.

d. Pemeliharaan Pakaian Kerja

Setiap kali pencucian baju kerja yang kotor harus diberitahukan kepada petugas

pencucian untuk dicuci. baju kerja tidak boleh dibawa ke luar tempat kerja, tempat

penyimpanan berupa lemari dan gantungan harus disediakan untuk mencegah

pencemaran dari pakaian pribadi, baju kerja harus segera dibersihkan apabila terkena

bahan kontaminan.

e. Pemeliharaan Alat Pelindung Kaki

Periksa nomor, ukuran dan kualitas peralatan pelindung kaki, tempat penyimpanan

berupa lemari dan rak harus disediakan, pelindung kaki harus segera dibersihkan

apabila terkena bahan kontaminan.

Pemakaian Alat pelindung diri (APD)

a. Kewajiban pemakaian APD

Pemakaian Alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kerja dapat meminimalisir

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi karena faktor pekerjaan.

Kewajiban memakai alat pelindung diri bila memasuki suatu tempat kerja yang berbahaya

tidak hanya berlaku bagi pekerja saja, melainkan juga bagi pemimpin perusahaan,

pengawas, kepala bagian dan siapa saja yang akan memasuki tempat tersebut.

Menurut Anwar dkk (1989), pekerja pengolah makanan dan pekerja penyaji makanan

Page 14: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

harus memakai alat pelindung diri sebagai berikut :

Celemek : tenaga pengolah dan penyaji makanan harus menggunakan celemek agar

pakaian kerja tidak kotor dan tidak terciprat air dan minyak.

Tudung kepala : tenaga pengolah dan penyaji makanan harus menggunakan tudung

kepala agar rambut tidak terjatuh. Rambut yang terjatuh dapat membuat jijik pasien

dan juga mengandung mikroorganisme yang dapat mengontaminasi makanan.

Mengenai rambut dikepala banyak mengandung debu, kotoran, lemak, keringat, dari

aktifitas mengolah makanan. Sehingga kesadaran pemakaian celemek dan tudung

kepala oleh pengolah makanan dan penyaji makanan perlu ditingkatkan.

Pakaian kerja : pekerja pengolah makanan dan penyaji wajib menggunakan pakaian

kerja yang telah di sediakan. Bila rumah sakit tidak menyediakan pakaian kerja

sebaiknya pakaian yang digunakan untuk bekerja dibedakan dengan pakaian yang

dipakai sehari – hari. Pakaian kerja yang digunakan sebaiknya tidak bermotif

disarankan berwarna terang.

Sarung tangan dari plastik : tenaga kerja pengolah makanan dan penyaji adalah

pekerja yang menjamah makanan secara langsung oleh karena itu pemakaian alat

pelindung tangan seperti pemakaian sarung tangan dari plastik perlu diperhatikan.

Masker : masker digunakan pada saat tenaga pengolah makanan dan gununakan

pekerja untuk menghidarkan makanan dari bakteri – bakteri yang ada di mulut yang

keluar saat tenaga kerja berbicara, batuk dan bersin.

Sandal jepit : tenaga kerja pengolah makanan dan penyaji tidak diperbolehkan memakai

sepatu berhak tinggi. Pekerja diwajibkan memakai sepatu boot atau sandal jepit untuk

menghindari bahaya terpeleset di dapur.

Menurut Anwar dkk (1989), juru cuci di instalasi gizi harus memakai alat pelindung diri

sebagai berikut :

1) Sepatu boot : penggunaan sepatu boot bagi juru cuci di dapur perlu diperhatikan untuk

menghindarkan bahaya terpeleset di area tempat pencucian alat – alat memasak dan

peralatan makan.

2) Celemek : juru cuci di dapur harus menggunakan celemek agar pakaian kerja tidak

kotor dan tidak terciprat air saat pencucian peralatan masak dan peralatan makan.

3) Pakaian kerja : juru cuci di dapur juga harus memakai pakaian kerja yang telah di

sediakan oleh rumah sakit.

Beberapa alasan Tidak menggunakan APD

Page 15: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Sudah tidak asing apabila menghadapi kondisi para pekerja yang tidak melengkapi

dirinya dengan APD saat bekerja. Tapi keselamatan kerja tidak mempuyai alasan untuk

dilupakan walau sesaat.

Berikut ini adalah hasil wawancara Safety News Alert dengan 290 orang Safety Officer

mengenai cara mereka mengatasi berbagai alasan pekerja yang tidak memakai APD saat

bekerja:

Ini tidak cocok / tidak nyaman (alasan 30% pekerja

Tidak tahu kalau sekarang harus memakai APD (10% alasan pekerja)

Tidak punya waktu untuk memakai APD/ Memakai APD menghabiskan waktu saya

(18% alasan pekerja).

Tidak akan celaka (8 % alasan para manager dan pekerja).

Prosedur Cara Pemakaian Alat Pelindung Diri

1) Prosedur Pemakaian Sarung Tangan Steril

Persiapan :

1. Jenis sarung tangan sesuai jenis tindakan

2. Kuku dijaga agar selalu pendek

3. Lepas cincin dan perhiasan lain

4. Cuci tangan sesuai prosedur standar

Prosedur :

1. Cuci tangan

2. Siapakan area yang cukup luas, bersih dan kering untuk membuka paket sarung

tangan. Perhatikan tempat menaruhnya (steril atau minimal DTT).

3. Buka pembungkus sarung tangan, meminta bantuan petugas lain untuk

membuka pembukus sarung tangan, letakan sarung tangan dengan bagian

telapak tangan menghadap ke atas.

4. Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang pada sisi sebelah dalam

lipatannya, yaitu bagian yang akan besentuhan dengan kulit tangan saat dipakai.

Page 16: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

5. Posisikan saung tangan setinggi pinggang dan gantungkan ke lantai, sehingga

bagian lung jari-jari tengan terbuka. Masukan tangan (jaga srung tangan supaya

tidak menyentuh permukaan).

6. Ambil sarung tangan ke dua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan  yang

sudah memakai sarung tanagn kebagian lipatan, yaitu bagian yang tidak akan

bersentuhan dengan kulit tangan saat dipakai.

7. Pasang sarung tangan yang kedua dengan cara memasukan jari-jari tangan yang

belum memakai sarung tangan, kemudian luruskan lipatan, dan atur posisi

sarung tangan sehingga terasapas dan enak di tangan.

2) Prosedur Melepas Sarung Tangan

Persiapan :

1. Persiapan klorin 0,5% dalam wada yang cukup besar.

2. Sarana cuci tangan

3. Kantung penampung limbah medis

Prosedur :

1. Masukan sarung tangan yang masih dipakai kedalam larutan klorin, gosokan

untuk mengangkat bercak darah atau cairan tubuh lainnya yang menempel.

2. Pegang salah satu sarung tangan pada lipatan lalu tarik ke arah ujung ujung jari-

jari tangan sehingga bagian dalam dari sarung pertama menjadi sisi luar.

3. Jangan dibuka sampai terlepas sama sekali, biarkan sebagian masih berada pada

tangan sebelum melepas sarung tangan yang tangan ke dua. Hal ini penting

untuk mencegah terpajannya kulit tangan yang terbuka dengan permukaan 

sebelah luar sarung tangan.

4. Biarkan sarung tangan pertama sampai disekitar jari-jari, lalu pegang sarung

tangan yang kedua pada lipatannya lalu tarik kearah ujung jari hingga bagian

dalam sarung tangan menjadi sisi luar. Demikian dilakukan secara bergantian.

5. Pada akhir setelah hampir diujung jari, maka secara bersamaan dan dengan

sangat hati-hati sarung tangan tadi dilepas.

6. Perlu diperhatikan bahwa tangan yang terbuka hanya boleh menyetuh bagian

dalam sarung tangan.

7. Cuci tangan setelah sarung tangan dilepas, ada kemungkinan sarung tangan

berlubang namun sangat kecil dan tidak terlihat. Tidakan mencuci tangan

setelah melepas sarung tangan ini akan memperkecil resiko terpajan.

Page 17: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

3) Prosedur Pengunaan Baju Pelindung

Ketentuan :

1. Hanya bagian luar baju saja yang terkontaminasi, karena tujuan pemakain baju

untuk melindungi pakaian dari infeksi.

2. Hanya bagian depan atas baju bedah (diatas pinggang) saja yang dianggap steril

dan boleh bersinggungan dengan lapangan.

3. Cara memakai baju bedah mengikuti proses tanpa singgung, yaitu dengan

mengusahakan agar bagian luar baju tidak bersinggungan langsung dengan kulit

tubuh pemakai

4. Baju dapat dipakai sendiri oleh pemakai atau dipakaikan oleh orang lain

5. Selalu digunakan  dalam kamar bedah dan tidak dibawa keluar kecuali untuk

dicuci, termasuk ke ruangan makan atau yang lainnya

6. Satu baju pelindung dikenakan untuk menangani satu pasien

7. Celemek kedap air dipakai disebelah dalam baju pelindung bedah

Persiapan Penggunaan Baju Pelindung Steril :

1. Handuk/lap steril

2. Baju pelindung steril

3. Sarung tangan steril

4. Cuci tangan aseptik

5. Pembedahan

Prosedur :

1. Keringkan tangan dan lengan satu per satu bergantian dimulai dari tangan

kemudian lengan bawah memakai anduk steril

2. Jaga agar tangan tidak menyentuh baju pelindung steril taruh haduk bekas pada

suatu wadah

3. Ambil baju pelindung dengan memegang bagian dalam yaitu pada bagian

pundak. Biarkan baju pelindung terbuka, masukan tangan-tangan ke dalam

lubang. Posisi lengan diletakan setinggi dada, menjauh dari tubuh

4. Gerakan lengan dan tangan ke dalam lubang baju pelindung

5. Bagian belakang baju ditutup/diikat dengan bantuan petugas lain yang tidak steril.

(Depertemen Kesehatan, 2003).

Page 18: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Pemasangan pakaian kerja

Pemakaian Masker

Pemakaian Kacamata atau Pelindung Wajah

Pemakaian sarung tangan

Page 19: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

AKREDITASI JCI (Joint Commission International)

Kualitas rumah sakit tak hanya terlihat dari bangunan megah, dokter-dokter

berpengalaman, obat-obatan yang lengkap, dan peralatan medis yang serba canggih. Rumah

sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik dan lebih terbuka pada

masyarakat.

Sebenarnya pemerintah telah menerapkan standar kualitas pelayanan rumah sakit dan

membaginya menjadi sejumlah golongan. Ada pula penghargaan semacam ISO untuk rumah

sakit. Namun, alangkah lebih baik jika kita mengikuti standar lain seperti JCI untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Joint Commission International (JCI) adalah divisi dari Joint Commission International,

di bawah The Joint Commission. Selama lebih dari 50 tahun, The Joint Commission dan

organisasinya telah mendedikasikan diri dalam peningkatan kualitas dan keselamatan

kesehatan. Misi JCI sendiri adalah meningkatkan kualitas kesehatan secara terus-menerus

kepada masyarakat, dengan bekerja sama dengan para stakeholder, mengevaluasi organisasi

pelayanan kesehatan, serta memberikan inspirasi dalam peningkatan penyediaan pelayanan

yang aman, efektif yang paling tinggi, dan bernilai mutunya.

RS Premier Bintaro berhasil kembali meraih Triennial atau Reakreditasi di awal tahun

2014 meraih JCI. Keberhasilan meraih penghargaan ini semakin menunjukkan kredibilitas

RSPB yang dikenal sebagai rumah sakit yang berorientasi pada kualitas dan keselamatan

pasien yang merupakan jiwa dari akreditasi tsb.

Dengan memenuhi syarat-syarat JCI ini, banyak manfaat yang didapatkan. Dokter

menjadi lebih komunikatif, dokumentasi dan ketepatan pasien sejak masuk dan berobat

hingga keluar terdata, pelayanan dan sarana-prasarana rumah sakit semakin baik dan terawat

dan sebagainya.

Keberhasilan RS Premier Bintaro dalam meraih Akreditasi Internasional dari JCI ini

merupakan hasil kerja keras dari personil rumah sakit mulai dari Dokter, perawat dan staf non

medis yang memiliki loyalitas dan dedikasi yang tinggi dalam upaya peningkatan kualitas

pelayanan yang bertaraf internasional. Pencapaian yang merupakan lompatan signifikan bagi

RSPB ini tentunya bukan akhir dari perjalanan menuju pelayanan berkualitas bertaraf

Internasional tetapi sebagai langkah awal dari upaya peningkatan kualitas pelayanan yang

berkesinambungan.

Page 20: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

AKREDITASI ISO

            ISO (International Organization for Standardization) yang berkedudukan di Jenewa

adalah sebuah badan federasi internasional dari badan-badan standarisasi yang ada di

sembilan puluh negara. ISO adalah organisasi non pemerintah yang didirikan pada tahun

1974. Dengan adanya organisasi ini tukar-menukar informasi dapat dilakukan dengan mudah.

Anggota dapat mengusulkan sesuatu standar. Usul ini akan dibahas, dievaluasi, diubah

ataupun tidak, diterima ataupun ditolak. Hasil utama dari ISO adalah persetujuan

internasional yang diterbitkan sebagai standar internasional. Setiap anggotanya memberikan

dukungan finansial untuk pusat operasi ISO melalui uang pembayaran keanggotaan. ISO

adalah standar konsensus.

            Semua pengembangan standar yang penting dari ISO dilakukan oleh TC

atauTechnical Committee (panitia teknis), misal  TC 207. Setiap standar baru menjadi

tanggung  jawab  dari  salah  satu  badan  standar  yang   menjadi   anggotanya.  Sebagai

contoh, Standard Council of Canada (CSA) adalah badan anggota yang memegang

kesekretariatan TC 207, yaitu panitia yang mengatur bagian dari panitia yang menyusun ISO

14000 dan mengatur standar lingkungan.

            Standar manajemen mutu dan lingkungan (ISO 9000 dan ISO 14000) yang diciptakan

oleh Brirish Standard Institute (BSI) seperti dalam BS 5750 dan BS 7750 adalah sisitem

standar yang pertama di dunia. Pada perusahaan yang menerapkan ISO 9000 dan ISO 14000

produk dan proses yang dilakukan harus telah sesuai dengan standar bagi produk tersebut.

Sebagai contoh, dalam sebuah perusahaan pembuat beton tidaklah berguna untuk memiliki

standar manajemen mutu jika beton tersebut tidak dibuat sesuai dengan standar untuk beton.

            Sebuah kelemahan dari kedua standar ini adalah setidaknya dalam ISO 9000 dan draft

awal dari ISO 14000, walaupun mengatur kesehatan dan keselamatan pekerja, standar di atas

tidak menuntut agar kesehatan dan keselamatan pekerja dikelola sesuai standar. Alasan untuk

tidak menyatukan kesehatan dan keselamatan kerja adalah bahwa Departemen Tenaga Kerja

mempunyai kekuatan hukum atas aturan tersebut dan berhak untuk memeriksanya, sedangkan

badan standar nasional berhubungan dengan Departemen Perisdustrian. Sebenarnya

perusahaan yang berminat menangani isu kesehatan dan keselamatan pekerja di bawah

standar ISO 9000 dan ISO 14000 bukan berarti penanganan mereka terhadap kesehatan dan

keselamatan pekerja jelek, setidak-tidaknya bagi perusahaan kimia yang memang peka

terhadap masalah ini.

Page 21: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

            Banyak orang / perusahaan dikejutkan oleh kurangnya perhatian baik BS 7750

maupun versi awal ISO 14000 terhadap masalah kesehatan dan keselamatan pekerja, yaitu

dengan menetapkannya sebagai hal yang bersifat sukarela, dan juga dalam beberapa hal

memberikan prioritas rendah pada proses dan keselamatan masyarakat, dan pada keamanan

produk serta pembuangannya. Tampaknya hanya industri kimia yang memperhatikan secara

penuh kebutuhan mempertimbangkan pada kesehatan dan keamanan proses dan masyarakat.

            Industri kimia memiliki pedoman praktik yang sangat baik yang dapat digunakn oleh

seluruh perusahaan pemrosesan sebagai pedoman atau kebijakan tingkat atas. Pedoman

praktik tersebut adalah Program Kepedulian yang Bertanggungjawab atau  Responsible Care

Programme (RCP). Federasi asosiasi industri kimia Eropa, CEFIC, dan badan anggotanya

dari Inggris, CIA (Chemical Industry Association), telah menggunakan ISO 9000 maupun BS

7750 guna mengelola RCP di Eropa. Program ini nampaknya benar-benar program dari CIA.

Industri kimia dari Eropa, dan terutama di Inggris, juga telah berhasil dalam penggunaan ISO

9000 guna menjangkau mutu, lingkungan serta kesehatan dan keselamatan.

            Meskipun industri kimia, dengan usaha sangat keras, telah mengembangkan suatu

perluasan dari ISO 9000 (tepatnya ISO 9001) yang mencakup mutu, perlindungan

lingkungan, kesehatan dan keselamatan pekerja serta keamanan proses dan produk, namun

saat ini nampaknya pendekatan ini tidak akan digunakan. Ada beberapa alasan utuk hal ini,

yang paling utama adalah kemunculan ISO 14000 dan penerbitan aturan-aturan baru untuk

akreditasi agen-agen sertifikasi dalam hal standar lingkungan oleh badan-badan

sepertiNational Accreditation Council for Certification Bodies (NACCB) di Inggris.

            Industri kimia sedang mendesak masyarakat internasional untuk menggunakan suatu

sistem manajemen generik ISO tunggal yang mencakup keselamatan, kesehatan dan 

lingkungan,  dan   sesuai   dengan   mutu.  Industri   tersebut   melihat   ini   sebagai

pemenuhan sejumlah persyaratan termasuk persyaratan-persyaratan dari RCP. Industri juga

melihat sistem tersebut sebagai suatu sistem lingkungan, kesehatan dan keselamatan, yang

mendukung RCP, yang disebut SHEM (safety, Health and Environmrntal Management).

Meskipun sebagian besar industri setuju dengan industri kimia yang mengatakan bahwa

SHEM tersebut relevan, para arsitek standar ISO dan BSI telah memperlakukan isu kesehatan

dan keselamatan karyawan hanya sebagai seka rela.

            Selama pertemuan sub komite teknis yang melapor ke TC 207 mengenai

pengembangan modul standar manajemen lingkungan, ISO 14000, masalah kesehatan dan

Page 22: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

keselamatan terungkap beberapa kali. Sebuah keputusan dibuat untuk mengajak ISO agar

mendelegasikan studi masalah ini kepada sebuah komite lain selain TC 207. Keputusan ini

menjaga agar posisi kesehatan dan keselamatan tetap berada di luar pembahasan ISO 14000,

paling tidak dalam perkembangan awalnya, suatu posisi yang sudah ditetapkan dalam standar

lingkungan nasional seperti BS 7750.

            Tidak dapat dipahami sikap komite terhadap suatu masalah prinsip semacam ini.

Standar-standar tersebut tidak mengungkapkan masalah kesehatan dan keselamatan pekerja.

Mereka ini secara eksplisit mengakui bahwa kesehatan dan keselamatan mungkin sebagai

suatu masalah pilihan yang dikelola di bawah standar ini. Sekarang ada standar terpisah yang

berbicara tentang kesehatan dan keselamatan, BS 7850, yang dapat menjadi model untuk

sebuah standar ISO, tetapi setelah dipertimbangkan semuanya, sikap komite yang merancang

standar manajemen lingkungan menjadi melemah terhadap masalah ini. Sungguh aneh jika

arsitek dari standar-standar tersebut yang memahami secara utuh kenyataan masalah

lingkungan secara operasional, yang mengakui bahwa keamanan operasional dan masyarakat

adalah masalah-masalah lingkungan merasa bimbang. Seharusnya secara otomatis mereka

memasukkan kesehatan dan keselamatan pekerja ke dalam masalah-masalah lingkungan.

            Di sebagian negara maju, masalah kesehatan dan keselamat diwajibkan di bawah

hukum dan mengandung resiko dituntut baik untuk perusahaan maupun perorangan yang

mengabaikannya. Di Eropa mereka cenderung menempatkannya di bawah departemen

pemerintahan yang terpisah dengan departemen yang menangani masalah-masalah

lingkungan, seperti otoritas kesehatan dan keselamatan berada di bawah depertemen tenaga

kerja. Standar lingkungan dapat berada di bawah kontrol departemen industri tergantung pada

bagaimana skema sertifikasi nasional bekerja. Apa yang mungkin menyebabkan sistem

kesehatan dan keselamatan ditangani secara terpisah adalah bahwa masalah ini diinspeksi

lebih banyak oleh petugas yang memiliki otoritas terhadap kesehatan dan keselamatan,

daripada oleh petugas yang melaksanakan inspeksi sertifikat standar manajemen lingkungan.

Alasan lain yang mungkin dikeluarkannya masalah kesehatan dan keselamatan dari masalah

lingkungan adalah bahwa Peraturan Eco Management and Audit Scheme (EMAS) Uni Eropa

mengabaikan hal ini juga.

            Kondisi ini memungkinkan industri berjalan tanpa alat untuk masalah kesehatan dan

keselamatan. Standar manajemen lingkungan mengharapkan sebuah sistem yang mencakup

insiden, keadaan darurat, keselamatan masyarakat dan keamanan produk. Otoritas kesehatan

Page 23: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

dan keselamatan ingin melihat suatu sistem menajemen yang formal untuk kesehatan dan

keselamatan pekerja, dan sistem ini memiliki kekuatan yang lebih di dalam persoalan-

persoalan ini, lebih besar daripada sekedar memiliki suatu badan yang berminat di dalam

standar lingkungan yang bersifat suka rela,yang memiliki implikasi    hukum    di     hampir    

setiap      masalah.     Semua      perusahaan      yang mengimplementasikan peraturan

kesehatan dan keselamatan, dan juga mengimplementasikan sistem sesuai dengan BS 7750

atau ISO 14000 akan menemukan bahwa hal ini pantas untuk mengimplementaikan semua

masalah tersebut di bawah standar manajemen lingkungan.

Dengan ISO 14000 memandang remeh masalah kesehatan dan keselamatan pekerja,

dan demikian pula BSI dengan pedoman BS 8750, kita mungkin akan segera  mengetahui

bahwa standar sistem manajemen generik yang dicari industri kimia dimulai dengan BS 9750

(Rohery, 1985).

Tetapi sekarang dunia industri terutama industri kimia boleh bergembira karena isu

mengenai ISO 18000 tentang keselamatan kerja dan kesehatan masyarakat telah terdengar,

namun belum disosialisasikan secara luas. Meskipun demikian, hal ini sudah merupakan

kemajuan besar dan patut disyukuri, kerena dengan demikian kesehatan dan keselamatan

pekerja lebih terjamin.     

Tetapi sekarang dunia industri terutama industri kimia boleh bergembira karena isu mengenai

ISO 18000 tentang keselamatan kerja dan kesehatan masyarakat telah terdengar, namun

belum disosialisasikan secara luas. Meskipun demikian, hal ini sudah merupakan kemajuan

besar dan patut disyukuri, kerena dengan demikian kesehatan dan keselamatan pekerja lebih

terjamin.

Page 24: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Daftar Pustaka

Anonim. 2008. alat pelindung diri. Diakses pada tanggal 19 Maret 2012 Dari

http://industrikimia.com/tutorial/mengenal-jenis-alat-pelindung-diri-apd

Dainur. 1995. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta,Widya Medika.

Depkes RI.1992. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV, Jakarta

Knollmueler.1998. Buku Saku Keperawatan Komunitas Kesehatan Rumah, Jakarta EGC.

Suma’mur. 1994. Kesehatan Kerja, Jakarta Widya Medika