keselamatan dan kesehatan kerja

Upload: vera-juliana-widuri

Post on 12-Jul-2015

169 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA Manajemen ialah sebagai satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan eksak tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik dari segi perencanaan, maupun pengambilan keputusan dan organisasi. Baik kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan harus merupakan bagian dari dari biaya produksi. Sekalipun sifatnya sosial, setiap kecelakaan atau tingkat keparahannya tidak dapat dilepaskan dari faktor ekonomi dalam suatu lingkungan kerja. Pencegahan kecelakaaan dana pemeliharaan hygiene dan kesehatan kerja tidak saja dinilai dari segi biaya pencegahannya, tetapi juga dari segi manusianya. Antara biaya kecelakaan dan biaya pencegahan terdapat beberapa pokok yang berakar pada manajemen. Pokok-pokok ini menentukan kebijakan perusahaan yang mengendalikan operasi. Kebijakan ini melahirkan satu atau dua dari dua kemungkinan yaitu hasil baik atau hasil yang merugikan sebagai akibat dari kecelakaan. Untuk memperkecil kerugian ini, segala upaya perlu diadakan. Selama biaya pencegahan masih lebih kecil dibanding faedahnya, perlu diadakan usaha untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Manajemen seharusnya menyadari : a. Adanya biaya pencegahan b. Kerugian akibat kecelakaan menimpa karyawan dan peralatan c. Antara biaya pencegahan dan kerugian akibat kecelakaan terdapat selisih yang sukar ditetapkan. d. Kecelakan kerja selalu menyangkut manusia, peralatan, dan proses. e. Manusia merupakan faktor dominan dalam setiap kecelakaan. Dunia usaha paling tidak mengenal lima teori manajemen : 1. Manajemen teknologis Titik tumpuan : Efisiensi = Keluaran Masukan Prinsip Dasar adalah Proses dan ekonomi proses. Faktor penting dalam perusahaan adalah Peralatan dan mesin yang efisien. 2. Manajemen Administratif Titik tumpuan : Administratif dan organisasi yang rapi. Prinsip Dasar adalah Ekonomi, tata tertib, dan proses kerja. Faktor terpenting dalam perusahaan adalah Kekuasaan para manajemen sebagai penentu. 3. Manajemen manusiawi Titik tumpuan : Manusia dan kebahagiaan manusia Prinsip Dasar adalah Komunikasi yang jelas dan hubungan kerja yang serasi. Faktor terpenting dalam perusahaan adalah karyawan dan manajemen bekerja sama untuk tujuan yang sama.

4. Manajemen Ilmiah Titik tumpuan : Mutu keputusan manajerial. Prinsip Dasar adalah Penelitian operasional, penggunaan komputer, dan sibernetika. Faktor terpenting dalam perusahaan adalah Mutu produksi dan pertambahan nilai. 5. Manajemen Sasaran Dan Hasil Titik tumpuan : Sasaran dan Hasil. Prinsip Dasar adalah Pembinaan organisasi, pembinaan sumber daya secara terus menerus agar dapat mencapai sasaran dan hasil. Faktor terpenting dalam perusahaan adalah Prestasi kerja karyawan. Manusia adalah faktor terpenting dalam setiap usaha. Ada tiga pandangan berbeda tentang manusia : 1. Manusia sebagai Mahluk Ekonomi. 2. Manusia sebagai Mahluk Sosial. 3. Manusia sebagai Mahluk Yang Ingin Berupaya. Dalam satu proses industri, potensi manusia yang tidak mempunyai batas-batas eksak itu dapat naik atau turun. Faktor-faktor utama penyebab fluktuasi potensi (Kematangan berkarya) ini adalah : 1. Rasa tanggung jawab. 2. Kemampuan menetapkan sasaran yang tinggi tetapi terjangkau. 3. Pengalaman dan pendidikan. 4. Kebiasaan hidup. 5. Pandangan hidup. Dari aspek Keselamatan dan Kesehatan kerja, kematangan berkarya inilah unsur utama yang dapat mencegah atau menimbulkan kecelakaan kerja dan kemerosotan kerja. Satu asas yang rasional untuk manajemen Keselamatan dan Keselamatan Kerja harus mencakup kenyataan bahwa baik perencanaan maupun keputusan-keputusan manajerial dan organisasi keseluruhannya tidak terlepas dari manusia dan lingkungan kerjanya dalam arti kata seluas-luasnya. Maka perbuatan dan/atau keadaan yang tidak selamat yang berakhir dengan kecelakaan adalah suatu gejala. Keselamatan kerja dapat dikelola seperti halnya fungsi manajemen yang lain. Pimpinan perusahaan harus menetapkan sasaran-sasaran kerja yang terjangkau dengan tepat dan selamat melalui perencanaan, keputusan-keputusan yang tepat, dan organisasi yang rapi. Peranan Tanggung jawab sangat penting dalam manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara : 1. Mengungkapkan sebab musabab sesuatu kecelakaan(akarnya), 2. Meneliti apakah pengendalian secara cermat dilaksanakan atau tidak. Kesalahan operasional yang menimbulkan kecelakaan tidak terlepas dari perencanaan yang kurang lengkap, keputusan-keputusan yang tidak tepat, dan salah

perhitungan dalam organisasi, pertimbangan, dan praktek manajemen yang kurang mantap. Pertimbangan ekonomis merupakan jiwa setiap perusahaan. Yang perlu di pertimbangkan dalam perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah biaya kecelakaan dan biaya pencegahannya. Kedua faktor ini sangat mempengaruhi biaya produksi menyeluruh, dan dengan demikian keuntungan akan diperoleh. Biaya kecelakaan mencakup : 1. Kerusakan peralatan dan bahan. 2. Gangguan atas kelancaran produksi. 3. Ganti rugi kepada karyawan yang disebabkan cacat dan pendapatan yang berkurang. Sasaran utama setiap perusahaan adalah mengurangi biaya yang harus ditanggung sebagai akibat kecelakaan kerja. Inilah sebabnya setiap perusahaan harus menyusun kerangka tindakan untuk mencegah kecelakaan. Kerangka tindakan ini harus mencakup : 1. pengendalian teknis (engineering control) : termasuk sistem ventilasi, penerangan dan perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan kerja. 2. Penyempurnaan ergonomis, 3. Pengawasan atau kebiasaan kerja. 4. Penyesuaian kecepatan arus produksi dengan kemampuan optimum para karyawan. 5. Peningkatan mekanisasi yang tepat guna. 6. Penyesuaian volume produksi dengan jam proses yang optimum. 7. Pembentukan Panitia Keselamatan dan kesehatan Kerja di bawah seorang Manajer Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang Profesional. Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada dasarnya harus mengimbangi biaya pencegahan dengan manfaat yang diperoleh dari upaya tersebut. Manfaat yang diperoleh terdiri dari : 1. Biaya yang diselamatkan. 2. Kemungkinan meningkatkan produktivitas sehubungan dengan langkah-langkah pencegahan. Perusahaan harus terus mengadakan investasi atas pencegahan kecelakaan sampai seimbang dengan kerugian yang mungkin timbul seandainya tidak ada rencana pencegahan. Singkatnya : Biaya Marjinal Keselamatan = Keuntungan Marjinal. Biaya pencegahan kecelakaan merupakan pertimbangan dasar setiap manajer Keselamatan dan kesehatan kerja. Dua ancangan untuk menentukan biaya ini adalah sebagai berikut : 1. Ancangan Tradisional Ancangan Tradisional untuk menentukan besar biaya pencegahan kecelakaan adalah dengan membuat kuantifikasi : a. biaya langsung dan b. biaya tidak langsung.

Biaya langsung kecelakaan adalah : a. Premi asuransi kecelakaan ; b. Tunjangan khusus untuk karyawan yang menderita kecelakaan ; c. Premi asuransi pengobatan/jiwa ; d. Biaya melatih karyawan baru ; e. Biaya perbaikan/penggantian peralatan yang rusak akibat kecelakaan; f. Nilai produksi yang hilang akibat terhentinya proses. Biaya tidak langsung kecelakaan adalah : a. Biaya upah jam kerja yang hilang bagi karyawan yang tidak terlibat dalam kecelakaan; b. Biaya lembur yang terpaksa diadakan dengan berkurangnya tenaga kerja; c. Biaya pengawas dan administrasi sehubungan dengan kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja; d. Biaya upah Menurunnya keluaran seorang karyawan yang cacat. Biaya tidak langsung biasanya empat kali lipat biaya langsungnya karena hilangnya penghasilan dan adanya biaya pengobatan. 2. Ancangan Non-Tradisional Ancangan Non-Tradisional menghitung biaya pencegahan dengan menentukan biaya keseluruhan setiap kecelakaan yang dikategorikan menurut tingkat keparahan yang diderita atau kerugian akibat kerusakan, dan biaya rata-rata setiap kecelakaan. Biaya keseluruhan suatu kategori penderitaan adalah biaya rata-rata dikalikan jumlah kecelakaan dalam kategori itu. Perhitungan ini belum mencakup akibat keadaan kerja yang berbahaya seperti kebisingan yang tinggi dan penyakit akibat kerja yang timbul jauh setelah karyawan itu meninggalkan pekerjaannya. Dengan kata lain, sebenarnya biaya akibat kecelakaan kerja jauh lebih besar daripada biaya pencegahannya. Setiap keputusan yang diambil sehubungan dengan pencegahan kecelakaaan harus mencakup sub-sistem perangkat keras( peralatan, formulasi, dan proses produksi dan mutu produksi) dan sub-sistem perangkat lunak( manusia, persyaratan kerja, kebijakan perusahaan, pengupahan, dan sebagainya). Istilah teknik untuk kedua sub-sistem diatas adalah : a. sub-sistem tekno-struktural. b. sub-sistem sosio-prosesual. tekno-struktural pada dasarnya jauh lebih murah dibandingkan sosio-prosesual. Jika tekno-struktural rusak atau hancur, biaya perbaikan atau penggantiannya relatif kecil sekali. Sebaliknya, sosio-prosesual berdampak penderitaan pada anggota keluarganya. Jadi,setiap usaha pencegahan kecelakaan harus meletakkan pertimbangan terbesar atas sub-sistem sosio-prosesual.

Cacat fisik cenderung membawa akibat sekunder atas partisipasi tenaga kerja secara keseluruhan, pemerataan penghasilan dan pengeluaran. Dari segi penghasilan, keluarga karyawan yang cacat menderita kerugian karena ; a. Pengurangan atas penghasilan karyawan yang cacat; b. Dapat terhentinya penghasilan istri yang terpaksa harus mengurus suaminya yang cacat; c. Pertambahan pengeluaran akibat cacat tersebut. Pertimbangan lainnya adalah nilai kehidupan seorang karyawan menurut masyarakat. Dapat diambil suatu kesimpulan bahwa segala upaya dan dana harus dikerahkan guna mencegah kecelakaan dalam pekerjaan. Investasi atas sesuatu tempat kerja harus diadakan sampai titik dimana pencegahan kecelakaan/pemeliharaan kesehatan kerja lebih mahal daripada resiko membiarkan kecelakaan terjadi. Investasi atas pencegahan atau untuk memelihara kesehatan kerja harus tidak melampaui titik tersebut. (Jika biaya tersebut ternyata harus lebih mahal, maka pemerintah wajib membantu mengatasinya). Organisasi atau administrasi pencegahan kecelakaan dan pemeliharaan kesehatan kerja harus didasarkan pada kenyataan bahwa karyawaan tidak diharapkan pada kecelakaan secara merata. Hal ini dikarenakan bahaya kecelakaan tidak disebar luas secara merata pada pelbagai kategori kegiatan industri, dan juga dikarenakan biaya pencegahan tidak selamanya sama. Penelitian mengungkapkan bahwa biaya program-program keselamatan kerja berbeda menurut sektor sebagai berikut : Tertinggi : a. Industri pembuatan/pembikinan kapal b. konstruksi bangunan c. penyulingan minyak bumi d. pertambangan dan pengolahan batu e. pabrik baja. Menengah : a. Industri kimia b. Perkayuan c. Pabrik kertas d. Pabrik produk-produk batu, tanah liat, dan kaca. Terendah : a. Pabrik makanan. b. Percetakan dan Penerbitan. c. Peralatan umum. d. Pemintalan/tekstil. e. Pabrik alat-alat lustrik dan karet. Dari kategori biaya diatas dapat disimpulkan urutan frekuensi kemungkinan terjadinya kecelakaan. Jadi lebih tinggi kemungkinan terjadinya kecelakaan harus ditanggulangi dengan pengeluaran yang lebih banyak untuk pencegahannya.

Mematuhi peraturan-peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja berarti meningkatkan biaya operasional menurut kategori industri dan perhitungan ekonomi secara menyeluruh karena menyangkut : a. Pengeluaranmodal yang meningkat. b. Harga produk; c. Pengangguran, dan; d. Neraca perdagangan. Pertambahnan biaya ini dapat diserap oleh bagian tertentu dari perusahaan. Oleh sebab itu biaya pencegahan kecelakaan harus sebanding dengan ukuran dan kekayaaan perusahaan. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang paling ekonomis adalah sebagai berikut : 1. Peralatan dan perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Peralatan dan perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus tepat guna dan tidak mewah. 2. Buku Pintar Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Setiap perusahaan harus menyusun Buku Pintar Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai dengan filsafat dan sasaran perusahaan. Buku pedoman ini terbagi atas dua macam : a. Buku pedoman umum untuk para manajer dan penyedia. b. Buku untuk setiap karyawan. Kedua buku ini harus mengandung pokok-pokok yang sama dengan perincian yang tidak perlu serupa. Buku GMP (good manufacturing practice) amat perlu sebagai penunjang Buku pintar Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Perusahaan yang tidak memerlukan buku GMP tetap wajib mempunyai Buku Pintar Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 3. Idealnya setiap perusahaan harus mempunyai seorang pejabat keselamatan dan kesehatan kerja atau direktur keselamatan kerja. Untuk membantunya, Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus diorganisasi. Setiap anggota panitia wajib mengikuti latihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta memperoleh pengesahan dari pemerintah. Adapun tugas pokok panitia ini pada dasarnya adalah : a. Menjamin bahwa kebiasaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja selalu dipatuhi seluruh karyawan. b. Mempelajari setiap kecelakaan dan membuat saran-saran perbaikan; c. Membina kesadaran bekerja yang aman dan selamat. d. Bertindak sebagai pengaman bilamana terjadi kebakaran diperusahaan. e. Menjadi contoh dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja bagi seluruh karyawan.

Kecelakaan kerja tidak dapat dielakkan secara menyeluruh. Namun demikian setiap perencanaan, keputusan, dan organisasi harus memperhitungkan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam perusahaan. Efisiensi, kemampuan karyawan, keadaan peralatan harus selaras dan seimbang agar proses produksi yang optimal, aman, dan selamat dapat dicapai.