kesehatan lingkungan

19
KESEHATAN LINGKUNGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Pasal 1 butir 1 UU No. 35) Tahun 2009. Kesehatan Lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya realitas hidup manusia yang sehat, sejahtera, bahagia (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan). Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakt yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup sehat dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Anonim, 2002). Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut, maka penyelenggaraan upaya kesehatan perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan, salah satu kebijakan adalah penyelenggaraan kesehatan yang terpadu dan berkesinambungan melalui upaya peningkatan kesehatan dengan prioritas utama pada pencegahan pemberantasan penyakit menular (Anonim, 2004).

Upload: nabita23

Post on 18-Jul-2016

79 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

kesling

TRANSCRIPT

KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun

social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

(Pasal 1 butir 1 UU No. 35) Tahun 2009.

Kesehatan Lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang

keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung

tercapainya realitas hidup manusia yang sehat, sejahtera, bahagia (Himpunan Ahli Kesehatan

Lingkungan).

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakt yang

optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh

penduduknya hidup sehat dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan

untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki

derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Anonim, 2002).

Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut, maka

penyelenggaraan upaya kesehatan perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan, salah satu

kebijakan adalah penyelenggaraan kesehatan yang terpadu dan berkesinambungan melalui

upaya peningkatan kesehatan dengan prioritas utama pada pencegahan pemberantasan

penyakit menular (Anonim, 2004).

Derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku,

pelayanan medis, dan keturunan, yang sangat besar pengaruhnya adalah keadaan lingkungan

yang selalu memenuhi syarat kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan,

dan perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, baik masyarakat dipedesaan maupun

diperkotaan yang disebutkan karena kurangnya pengetahuan, dan kemampuan masyarakat

dibidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi demikian pendapat seorang ahli H.I. Blum

(1974)

Terdapat dua unsur pokok yang sangat erat terkait satu sama lain yaitu umum fisik

dan sosial. Lingkungan fisik dapat mempunyai hubungan langsung dengan kesehatan dan

perilaku

sehubungan dengan kesehatan: lingkungan sosial seperti ketidak adilan lingkungan

sosial yang dapat menyebutkan kemiskinan yang berdampak terhadap status kesehatan

masyarakat dan menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Masalah kesehatan berbasis

lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memadai, baik kualitas maupun

kuantitasnya serta perilaku hidup sehat masyarakat yang masi rendah.

Dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat, maka lingkungan yang

diharapkan dalam visi Indonesia sehat tahun 2010 adalah lingkungan yang kondusif bagi

terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih,

sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan, pemukiman yang sehat, perencanaan

kewasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling

tolong menolong dalam memelihara nilai-nilai budaya bangsa.

Adapun pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan upaya peningkatan

kesehatan lingkungan yakni dengan melakukan pengawasan, pembinaan dan penyuluhan

secara terus menerus terhadap masyarakat sehingga masyarakat bersama-sama dengan

petugas puskesmas sebagai ujung tombak dimasyarakat maupun oleh dinas kesehatan

kabupaten.

Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi yang berpengaruh positif terhadap

terwujudnya status kesehatan yang optimum. Kesehatan lingkungan masyarakat antara lain

perumahan, pembuangan sampah, pembuangan tinja, penyediaan air bersih, pembuangan air

limbah dan sebagainya masalah air bersih, dalam pengadaannya harus didukung oleh sarana

yang mempengaruhi syarat-syarat kesehatan (Azwar, 1996).

Lingkungan sangat berpengaruh penting terhadap kehidupan pemijaknya, di salah satu

sisi menjadi srana kehidupan namun pada kondisi lain dapat menjadi sumber dari hadirnya

berbagai penyakit yang dapat mengancam kehidupan manusia dan mahluk lainnya. Lahirnya

berbagai penyakit sesungguhnya tidak bisa dipisahkan dari kondisi lingkungan dimana

komunitas sumber penyebab penyakit (Agent) berada. Kondisi kehadiran sumber penyebab

penyakit sangat bergantung pada lingkungan (air, tanah, udara, tumbuhan serta manusia).

Keberadaan air di sekitar manusia sangat berguna bagi kelangsungan hidup kita, namun disisi

lain ketersediaan air juga menjadi salah satu sumber penyebab penyakit. Misalnya air yang

telah terkontaminasi oleh adanya berbagai benda (materi) asing sebagai hasil dari kegiatan

rumah tangga atau lingkungan industri (kandungan logam berat, detergen, sampah dengan

berbagai jenis macamnya, termasuk buangan limbah radioaktif), yang dapat merubah tatanan

kandungan air yang layak untuk dikonsumsi masyarakat dapat menyebabkan berbagai

penyakit diantaranya: diare, scabies, iritasi pada kulit dan lain-lain.

TUJUAN :

Untuk mengubah perilaku manusia (Masyarakat) yang tidak sehat menajdi sehat dan

tujuan tersebut dapat dicapai dengan merubah perilaku, kesadaran dan pola pikir masyarakat

akan pentinya hidup sehat, agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.

1.2. PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN)

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang menjadi

masalah pembangunan kesejahteraan masyarakat, cara untuk mengetahui adanya penyebaran

nyamuk adalah dengan cara melakukan kegiatan pemantauan sarang nyamuk (PSN) di 7

tatanan antara lain: Pemukiman, Fasilitas Kesehatan, Fasilitas Pendidikan, Tempat-Tempat

Umum (TTU), Tempat Pengolahan Makanan (TPM), Fasilitas olah raga, dan Fasilitas

perkantoran/Industri. Kegiatan ini dilakukan dengan cara 3 M Plus (Menguras, Menutup, dan

Mengubur), yang sangat efektif dan efisien, dimana kegiatan PSN ini merupakan tanggung

jawab Puskesmas bekerjasama dengan kader jumantik yang ada diwilayah dan tokoh

masyarakat serta aparat pemerintah dari Kecamatan dan Kelurahan. Kegiatan ini tentu tidak

dapt berjalan tanpa bantuand ari masyarkata, dimana kegiatan ini dilakukan setiap hari Jumat

dari pukul 09.00 wib sampai dengan 09.30 wib bersama-sama dengan lintas sector yang

terkait dan terutama para jumantik yang ada di masyarakat yang dapat diberdayakan ikut

berperan serta melakukan pemantauan secara terus-menerus untuk menurunkan angka DBD

(Demam Berdarah).

TUJUAN

Untuk mengendalikan penyakit DBD secara terus-menerus

Untuk tetap bersama-sama menjalin kerjasama dengan lintas sektor terkait

Meningkatkan angka bebas jentik (ABJ) sampai dengan 95%

Menurunkan angka kematian yang disebabkan Demam Berdarah

MEKANISME

Petugas melakukan kunjungan ke rumah-rumah dan memeriksa container-container yang

ada pada 7 tatanan pokok

Menaburkan Abate pada tempat-tempat perindukan nyamuk, yang sulit untuk dijangkau

Memberikan Penyuluhan bagi pada rumah-rumah yang terdapat jentik nyamuk DBD

3.2. PEMANTAUAN JENTIK BERKALA

Aedes aegypti merupakan faktor utama penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan

chikungunya di Indonesia telah dilaporkan semua daerah perkotaan telah ditemukan adnaya

nyamuk tersebut, pada umumnya aedes aegypti ditemukan di tempat penampungan air seperti

vas bunga, tempayan, drum yang terbuat dari bahan plastik ataupun besi, bak mandi bahkan

tanah padat yang terdapat pada pot dan tanaman yang mengeras dan tempat minuman burung.

Berbagai pengendalian vektor telah dilakukan yaitu nyamuk dewasa dengan pengasapan

(Fogging) dan stadium pra dewasa dengan memberikan bubuk abate (abatisasi) serta

membarantas nyamuk dengan PSN, karena PSN cara yang paling aman, murah dan

sederhana.

TUJUAN :

Tujuan kegiatan pemantauan jentik berkala ini adalah memantau jentik nyamuk dengan cara

abatisasi selektif.

Meningkatkan angka bebas jentik (ABJ) sampai 95%

Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menurunkan angka DBD

Untuk menjaga agar lingkungan bersih dan sehat.

MEKANISME

1. Mengunjungi rumah-rumah, melihat secara langsung tempat perindukan nyamuk mis:

tempayan, Torn air, bak mandi, tempat minum burung, dispenser dll, dengan mengisi

formulir Pemantauan Jentik Berkala yaitu 1 RW sebanyak 100 rumah (Bangunan),

apabila ditemukan jentik nyamuk, sebaiknya diberikan bubuk Abate pada tempat-tempat

yang sulit untuk dijangkau dengan takaran 1 gram bubuk Abate pada container kedalam

10 liter air, karena sistem Abatisasi ini dianggap cukup nyaman dan efisien.

2. Kegiatan ini dapat dilakukan 2-3 bulan kemudian, karena keampuhan bubuk abate ini

dapat efektif selama 2-3 bulan dalam bak yang tidak dikuras. Abate ini efektif untuk

membrantas segala macam jentik nyamuk, walaupun beracun untuk nyamuk, namun

tidak berbahaya untuk manusia.

3.4. PEMBINAAN KESEHATAN KERJA PADA SECTOR INFORMAL

Dalam Era Globalisasi dan Pasar Bebas (AFTA) Tahun 2003 mendatang Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu persyaratan yang ditetapkan dalam

hubungan ekonomi antar Negara yang harus di penuhi oleh seluruh Negara anggota termasuk

Indonesia. Beberapa komitmen global baik yang berskala Bilateral maupun Multilateral telah

pula mengikat bangsa Indonesia untuk memenuhi standard-standard K3. Beban ini cukup

besar, dengan sebaran lapangan pekerjaan terutama penduduk yang terbanya pada sektor

informasi yang meliputi pertanian, perdagangan, transportasi dan Makanan Minuman.

Visi Indonesia Sehat 2010 yang diterapkan oleh Departemen Kesehatan yang misinya

antara lain: Pemeliharaan dan Peningkatan pelayanan Kesehatan yang bermutu merata dan

terjangkau serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat

beserta lingkungannya.

Kesehatan Kerja disebutkan, bahwa upaya kesehatan wajib diselenggarakan pada

setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan bagi

pekerja, agar dapat bekerja secara sehat, tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat

sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program

perlindungan tenaga kerja.

Dibeberapa daerah di Indonesia pelayanan kesehatan kerja belum banyak dilakukan.

Hal ini berdasarkan hasil Need Assesment Survey yang dilakukan pada beberapa Provinsi di

Indonesia secara faktual menggambarkan wawasann mengenai Kesehatan Kerja masih

kurang dan begitu juga sumber daya di bidang K3 serta sistem informasi kesehatan kerja

yang belum dilaksanakan.

TUJUAN :

Terselenggaranya Pembinaan Sektor Informasi pada masyarakat pekerja yang bermutu,

merata dan terjangkau untuk meningkatkan produktivitas kerja masyarakat pekerja dan

kondisi kerja yang aman, sehat dan produktif bagi pekerja pada sektor informasi di

Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat.

Tersedianya standar pelayanan Kesehatan Kerja Dasar

Mendorong terbentuknya jejaring kerja, pelayanan kesehatan kerja dasar yang bermutu

dan berkualitas

Memelihara dan meningkatkan kemitraan lintas Program yaitu tenaga kesehatan, tokoh

masyarakat, lintas sektor, dan dunia dalam pembinaan lintas sektor kesehatan kerja dasar.

MEKANISME :

Petugas melakukan kunjungan langsung ke tempat pekerja informal

Memberikan penyuluhan serta pembinaan kepada para pekerja informal

Pencatatan dan pelaporan tentang Kesehatan Kerja

Identifikasi penilaian potensi terhadap potensi resiko

3.5. PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PUSKESMAS KECAMATAN DAN

KELURAHAN

Jumlah sampah medis yang bersumber dari Fasilitas Kesehatan diperkirakan semakin

lama semakin meningkat, penyebabnya yaitu jumlah Rumah Sakit, Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas), Balai Pengobatan maupun Laboratorium Medis terus bertambah.

Pada Profil Kesehatan Indoensia Tahun 2008 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan

menyebutkan bahwa jumlah Rumah Sakit di Indonesia pada waktu itu mencapai 1.372 unit.

Sementara jumlah Puskesmas 8.548 unit, dan Fasilitas Kesehatan yang lain diperkirakan

jumlahnya akan terus meningkat.

Pengelolaan Limbah Medis yang berasal dari Rumah Sakit, Puskesmas dan Balai

Pengobatan maupun Laboratorium masih dibawah standar profesional, bahkan banyak

Rumah Sakit, dan Puskesmas membuang dan mengolah limbah medis tidak sesuai dengan

peraturan yang berlaku. WHO (Word Health Organization) pada tahun 2006 melansir ada

sekitar 0,14 kg timbunan limbah medis perhari pada Rumah Sakit Indonesia atau sekitar 400

ton pertahun. Limbah Medis yang dihasilkan fasilitas kesehatan lain seperti Puskesmas belum

diteliti mengenai timbunan, komposisi serta pengolahannya. Fasilitas tersebut juga tidak

menginventarisir data mengenai limbah medis yang dihasilkan, sehingga sulit untuk

mengidentifikasi limbah.

Tujuan :

1. Mengidentifikasi jumlah timbulan limbah padat medis B3 di Puskesmas Kecamatan

maupun Kelurahan.

2. Mengidentifikasi komposisi limbah padat medis dan B3 pada Puskesmas Kecamatan

Maupun Puskesmas Kelurahan

3. Menggambarkan pola penyebaran limbah padat medis dari Puskesmas Kecamatan dan

Puskesmas Kelurahan, ini agar menjadi masukan bagi Badan Pengelola Lingkungan

Hidup Daerah (BPLHD). Dinas Kesehatan, Puskesmas Kecamatan, Puskesmas

Kelurahan Sarana Kesehatan lainnya dalam upaya penanganan limbah padat medis dan

limbah B3 Sehingga dapat mengurangi komposisi limbah medis tercampur dengan

sampah lainnya.

MEKANISME

Gunakan sarung tangan tebal

Buang seluruh benda-benda tajam pada tempat sampah yang telah disediakan (Safety

Box) dan botol bekas Vaksin (ampul)

Letakkan tempat sampah tersebut dekat dengan lokasi (Ruangan) yang memerlukan,

sehingga sampah-sampah tajam tersebut tidak perlu dibawa terlalu jauh sebelum di

buang.

Cegah kecelakaan yang diakibatkan oleh jarum suntik, bekas ampul, dll.

Jangan menekuk atau mematahkan jarum sebelum dibuang

Jika wadah untuk sampah benda tajam telah ¼ penuh tutup rapat agar tidak tumpah

Selanjutnya dibawa ke Puskesmas Kecamatan, untuk dikirim ke Perusahaan Pengolah

Limbah medis, dalam hal ini PT. Arah Enviromental Indonesia adalah perusahaan

yang telah bekerja sama dengan Puskesmas Kecamatan Kemayoran untuk pemusnahan

limbah medis.

3.6. PENYULUHAN Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Untuk menganalisa kondisi Sanitasi Dasar melalui proses pemicuan lewat penyuluhan

sehingga masyarakat dapat berfikir dan mengambil tindakan untuk meningkatkan kebiasaan

buang air besar sembarangan ditempat terbuka melalui pendekatan dan penyuluhan ini

kesadaran akan kondisi yang sangat tidak bersih dan tidak nyaman yang ditimbulkan. Dari

pendekatan ini juga masyarakat diajak untuk tidak buang air besar sembarangan, yang dapat

berimplikasi kepada semua masyarakat, sehingga pemecahannya harus dilakukan secara

bersama-sama.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah suatu pendekatan partisipasif

yang mengajak masyarakat.

TUJUAN:

Untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan masyarakat serta pemerintah daerah

dalam merencanakan dan melaksanakan program pengembangan cakupan sanitasi melalui

pengembangan jamban keluarga dan pembangunan sarana sanitasi di masyarakat dan

sekolah, tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya, serta memperluas manfaat kesehatan

yang dirasakan melalui pengembangan sarana air bersih dan sanitasi dasar serta perilaku

bersih dan sehat.

3.7. PEMBINAAN ADIPURA PADA PUSKESMAS KECAMATAN DAN

KELURAHAN

Adipura salah satu penghargaan bagi Kabupaten/Kota di Indonesia yang berhasil di

dalam menjaga kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Melihat perkembangan

saat ini penduduk perkotaan yang mengalami lonjakan penduduk yang berbagai macam suku,

budaya, dan karakter serta tingkat sosial yang beragam. Untuk itu perlu daya dukungan dari

masyarakat untuk menjaga lingkungan masing-masing. Melihat perkembangan fakta tersebut

lingkungan fisik, sosial ekonomi dan budaya berada pada situasi yang rawan apabila

kecenderungan tersebut tidak dikendalikan, maka ketahanan daya dukung daerah perkotaan

tidak akan mampu menerima beban permasalahan tersebut.

TUJUAN :

Program Adipura bertujuan untuk mendorong Pemerintah, Kabupaten / Kota dan membangun

partisipasi aktif masyarakat melalui penghargaan adipura untuk mewujudkan kota-kota yang

berkelanjutan, baik secara ekologis, sosial dan ekonomi melalui penerapan prinsip-prinsip

tata pemerintahan yang baik, dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang

berkelanjutan demi terciptanya lingkungan yang baik dan meningkatkan keejahteraan

masyarakat demi untuk:

Terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat

Memberi kenyamanan bagi masyarakat di lingkungan tempat tinggal

Menurunkan angka penyakit terutama penyakit menular yang bersumber dari

binatang.

MEKANISME

1. Melakukan pembinaan ke Puskesmas Kelurahan yang terdiri dari 7 Puskesmas

kelurahan.

2. Membina secara langsung bagaimana mengelola limbah medis yang baik, agar tidak

mencemari lingkungan dan memberikan penyuluhan kepada Cleaning Service dan

petugas yang berfungsi pada poli-poli yang berhubungan dengan limbah medis.

3. Mengupayakan melakukan penghijauan sebanyak-banyaknya untuk mencapai program

pemerintah “ GO GREEN”

Penilaian adipura dilakukan dalam 3 tahap yaitu: pantau pertama (P 1) pantau kedua (P 2)

dan pantau ketiga (Verifikasi), dimana pantau pertama dilakukan pada bulan Oktober. Pantau

ke 2 (P 2) pada bulan Februari dan Pantau ke 3 (Verifikasi) pada bulan Mei (di Puskesmas

Kecamatan Kemayoran) dan Puskesmas Kelurahan, adapun institusi yang dinilai adalah

sekolah, pasar, puskesmas, kantor kecamatan, kantor kelurahan, lingkungan pemukiman,

stasiun kereta api dan masih ada yang lain. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun.

4. EVALUASI PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN

Pada bulan Desember dilakukan evaluasi dari semua Program yang telah berjalan

dengan mengundang para penanggung jawab Kesling yang ada di 7 Puskesmas Kelurahan,

yang ada di wilayah Kecamatan Kemayoran, masih banyak kendala yang dihadapi

dilapangan, dimana program-program kesling ini tidak berjalan hal ini disebabkan karena:

1. Masih banyak petugas Kesling yang SDM nya harus diberikan pembekalan, dengan

memberikan pelatihan, agar semua petugas dapat melakukan dengan optimal.

2. Partisipasi masyarakat masih sangat kurang, terutama kegiatan-kegiatan yang berkaitan

dengan masyarakat mis: Kegaitan PSN, PJB, Adipura, dll, dimana kegiatan ini semua

melibatkan masyarakat dan lintas sektoral.

3. Perlu dilakukan Monitoring terutama dengan Lintas Sectoral, Agar semua Program

kesling dapat berjalan dengan cepat dan menyeluruh.

4. Pada tahun 2014 Program Kesling diprioritaskan ke Lingkungan Pemukiman.

BACTIVEC

Pemberantasan Jentik Nyamuk Demam Berdarah

Bactive merupakan biolarvasida (Basillus thuringiensis) yang sangat efektif membunuh

jentik nyamuk jenis Aedes, Culex, Anopheles, Psorophora dan lalat hitam.

Bacillus thuringiensis adalah bacteri gram positif yang terdapat secara alami di sekitar kita

sejak tahun 1920 spora dan Kristal protein yang dihasilkan oleh bakteri ini telah

dimanfaatkan sebagai insectisida untuk mengendalikan hama serangga.

Penggunaan Bactivec untuk mengendalikan penyebaran nyamuk menunjukan tingkat

kematian larva tingi dalam 24 jam – 48 jam setelah pemakaian.

Bactivec telah melalui uji-uji sebagai berikut :

1. Uji Toksisitas oleh Fakultas kedokteran Universitas Indoensia.

Hasil pemeriksaan klinis dan patologis : tidak ditemukan adanya kelainan

makroskopis pada seluruh organ dalam hewan coba yang diperiksa.

2. Uji keamanan kandungan di Institut Pertanian Bogor.

Suspensi Bacillus thuringiensis tidak bersifat toksis bagi hewan terrestrial

3. Uji Efikasi laboratorium dan lapangan oleh Departemen Kesehatan pada uji yang

dilakukan di Lampung di peroleh hasil bahwa Bactivec sangat efektif membunuh

jentik nyamuk dengan tingkat efektifitas sebesar 90 % - 100 %

Beactivec digunakan secara jelas ataupun penyemprotan aerial terrestrial pada tempat-tempat

berkembangnya nyamuk

Beactivec tetap aktif dilingkungan berkembangbiaknya nyamuk, selama 7 hari sampai

dengan 60 hari tergantung dari reservoir, kondisi air dan target spesies.

EVALUASI BERKALA

PENGELOLAAN MAKANAN PADA KANTIN SEKOLAH

DI WILAYAH KECAMATAN KEMAYORAN

TAHUN 2013

I. Pendahuluan

Kantin sekolah berfungsi sebagai tempat penjualan makanan jajanan yang mudah terkontaminasi oleh lingkungan. Untuk terjadinya kontaminasi pada makanan perlu upaya-upaya hygiene dan sanitasi makanan. Sarana utama yang menjadi inti pokok pembinaan kantin sekolah adalah himbauan kepada pengelola kantin tentang, jenis-jenis makanan dan minuman yang layak di jual dan di konsumsi agar memenuhi syarat kesehatan. Mengolah, menyiapkan dan menutup makanan agar tidak terhingga oleh debu, kotoran atau serangga yang beresiko bagi penularan penyakit, menjaga kebersihan bahan dan alat-alat penyediaan makanan serta kesehatan lingkungan kantin sekolah agar tetap bersih dan asri.

II. PelaksanaanPembinaan kantin sekolah dilakukan pada 10 sekolah yang ada di wilayah

Kecamatan Kemayoran pada tahun 2013. Dimana petugas memberikan penyuluhan kepada pengelola kantin sekolah (penjual) untuuk mengelola makanan dan minuman yang baik dan bersih sehingga, anak-anak sekolah yang mengkonsumsi terhindar dari penularan penyakit dan menggunakan bahan tambahan makanan yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan sehingga makanan-makanan yang di jual aman ntuk di konsumsi.

III. Hasil Kegiatan1. Masih banyak sekolah (70%) belum memnuhi syarat sebagai kantin sekolah2. Fasilitas kantin masih sangat kurang. Misalnya: meja, kursi, westafel, tempat sampah,

dll.3. Masih banyak sampah berserakan di lantai kantin terutama setelah istirahat.4. Kurangnya pengawasan dari pihak sekolah kepada penjual makanan yang ada di skeolah,

sehingga tidak terpantau kebersihannya.

IV. Saran Agar fasilitas kantin sekolah ditambah, demi keamanan dan kenyamanan siswa/siswi

disaat jajan Pengawas kantin sekolah agar lebih banyak memberikan penyuluhan kepada penjual

makanan yang ada di areal sekolah bagaimana cara mengolah yang baik Upayakan penjual makanan di kantin sekolah memilih makanan yang bergizi