kesehatan lingkungan
DESCRIPTION
keslingTRANSCRIPT
KESEHATAN LINGKUNGAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun
social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(Pasal 1 butir 1 UU No. 35) Tahun 2009.
Kesehatan Lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung
tercapainya realitas hidup manusia yang sehat, sejahtera, bahagia (Himpunan Ahli Kesehatan
Lingkungan).
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakt yang
optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduknya hidup sehat dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Anonim, 2002).
Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut, maka
penyelenggaraan upaya kesehatan perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan, salah satu
kebijakan adalah penyelenggaraan kesehatan yang terpadu dan berkesinambungan melalui
upaya peningkatan kesehatan dengan prioritas utama pada pencegahan pemberantasan
penyakit menular (Anonim, 2004).
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku,
pelayanan medis, dan keturunan, yang sangat besar pengaruhnya adalah keadaan lingkungan
yang selalu memenuhi syarat kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan,
dan perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, baik masyarakat dipedesaan maupun
diperkotaan yang disebutkan karena kurangnya pengetahuan, dan kemampuan masyarakat
dibidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi demikian pendapat seorang ahli H.I. Blum
(1974)
Terdapat dua unsur pokok yang sangat erat terkait satu sama lain yaitu umum fisik
dan sosial. Lingkungan fisik dapat mempunyai hubungan langsung dengan kesehatan dan
perilaku
sehubungan dengan kesehatan: lingkungan sosial seperti ketidak adilan lingkungan
sosial yang dapat menyebutkan kemiskinan yang berdampak terhadap status kesehatan
masyarakat dan menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Masalah kesehatan berbasis
lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memadai, baik kualitas maupun
kuantitasnya serta perilaku hidup sehat masyarakat yang masi rendah.
Dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat, maka lingkungan yang
diharapkan dalam visi Indonesia sehat tahun 2010 adalah lingkungan yang kondusif bagi
terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih,
sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan, pemukiman yang sehat, perencanaan
kewasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling
tolong menolong dalam memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Adapun pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan upaya peningkatan
kesehatan lingkungan yakni dengan melakukan pengawasan, pembinaan dan penyuluhan
secara terus menerus terhadap masyarakat sehingga masyarakat bersama-sama dengan
petugas puskesmas sebagai ujung tombak dimasyarakat maupun oleh dinas kesehatan
kabupaten.
Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi yang berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimum. Kesehatan lingkungan masyarakat antara lain
perumahan, pembuangan sampah, pembuangan tinja, penyediaan air bersih, pembuangan air
limbah dan sebagainya masalah air bersih, dalam pengadaannya harus didukung oleh sarana
yang mempengaruhi syarat-syarat kesehatan (Azwar, 1996).
Lingkungan sangat berpengaruh penting terhadap kehidupan pemijaknya, di salah satu
sisi menjadi srana kehidupan namun pada kondisi lain dapat menjadi sumber dari hadirnya
berbagai penyakit yang dapat mengancam kehidupan manusia dan mahluk lainnya. Lahirnya
berbagai penyakit sesungguhnya tidak bisa dipisahkan dari kondisi lingkungan dimana
komunitas sumber penyebab penyakit (Agent) berada. Kondisi kehadiran sumber penyebab
penyakit sangat bergantung pada lingkungan (air, tanah, udara, tumbuhan serta manusia).
Keberadaan air di sekitar manusia sangat berguna bagi kelangsungan hidup kita, namun disisi
lain ketersediaan air juga menjadi salah satu sumber penyebab penyakit. Misalnya air yang
telah terkontaminasi oleh adanya berbagai benda (materi) asing sebagai hasil dari kegiatan
rumah tangga atau lingkungan industri (kandungan logam berat, detergen, sampah dengan
berbagai jenis macamnya, termasuk buangan limbah radioaktif), yang dapat merubah tatanan
kandungan air yang layak untuk dikonsumsi masyarakat dapat menyebabkan berbagai
penyakit diantaranya: diare, scabies, iritasi pada kulit dan lain-lain.
TUJUAN :
Untuk mengubah perilaku manusia (Masyarakat) yang tidak sehat menajdi sehat dan
tujuan tersebut dapat dicapai dengan merubah perilaku, kesadaran dan pola pikir masyarakat
akan pentinya hidup sehat, agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.
1.2. PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN)
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang menjadi
masalah pembangunan kesejahteraan masyarakat, cara untuk mengetahui adanya penyebaran
nyamuk adalah dengan cara melakukan kegiatan pemantauan sarang nyamuk (PSN) di 7
tatanan antara lain: Pemukiman, Fasilitas Kesehatan, Fasilitas Pendidikan, Tempat-Tempat
Umum (TTU), Tempat Pengolahan Makanan (TPM), Fasilitas olah raga, dan Fasilitas
perkantoran/Industri. Kegiatan ini dilakukan dengan cara 3 M Plus (Menguras, Menutup, dan
Mengubur), yang sangat efektif dan efisien, dimana kegiatan PSN ini merupakan tanggung
jawab Puskesmas bekerjasama dengan kader jumantik yang ada diwilayah dan tokoh
masyarakat serta aparat pemerintah dari Kecamatan dan Kelurahan. Kegiatan ini tentu tidak
dapt berjalan tanpa bantuand ari masyarkata, dimana kegiatan ini dilakukan setiap hari Jumat
dari pukul 09.00 wib sampai dengan 09.30 wib bersama-sama dengan lintas sector yang
terkait dan terutama para jumantik yang ada di masyarakat yang dapat diberdayakan ikut
berperan serta melakukan pemantauan secara terus-menerus untuk menurunkan angka DBD
(Demam Berdarah).
TUJUAN
Untuk mengendalikan penyakit DBD secara terus-menerus
Untuk tetap bersama-sama menjalin kerjasama dengan lintas sektor terkait
Meningkatkan angka bebas jentik (ABJ) sampai dengan 95%
Menurunkan angka kematian yang disebabkan Demam Berdarah
MEKANISME
Petugas melakukan kunjungan ke rumah-rumah dan memeriksa container-container yang
ada pada 7 tatanan pokok
Menaburkan Abate pada tempat-tempat perindukan nyamuk, yang sulit untuk dijangkau
Memberikan Penyuluhan bagi pada rumah-rumah yang terdapat jentik nyamuk DBD
3.2. PEMANTAUAN JENTIK BERKALA
Aedes aegypti merupakan faktor utama penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan
chikungunya di Indonesia telah dilaporkan semua daerah perkotaan telah ditemukan adnaya
nyamuk tersebut, pada umumnya aedes aegypti ditemukan di tempat penampungan air seperti
vas bunga, tempayan, drum yang terbuat dari bahan plastik ataupun besi, bak mandi bahkan
tanah padat yang terdapat pada pot dan tanaman yang mengeras dan tempat minuman burung.
Berbagai pengendalian vektor telah dilakukan yaitu nyamuk dewasa dengan pengasapan
(Fogging) dan stadium pra dewasa dengan memberikan bubuk abate (abatisasi) serta
membarantas nyamuk dengan PSN, karena PSN cara yang paling aman, murah dan
sederhana.
TUJUAN :
Tujuan kegiatan pemantauan jentik berkala ini adalah memantau jentik nyamuk dengan cara
abatisasi selektif.
Meningkatkan angka bebas jentik (ABJ) sampai 95%
Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menurunkan angka DBD
Untuk menjaga agar lingkungan bersih dan sehat.
MEKANISME
1. Mengunjungi rumah-rumah, melihat secara langsung tempat perindukan nyamuk mis:
tempayan, Torn air, bak mandi, tempat minum burung, dispenser dll, dengan mengisi
formulir Pemantauan Jentik Berkala yaitu 1 RW sebanyak 100 rumah (Bangunan),
apabila ditemukan jentik nyamuk, sebaiknya diberikan bubuk Abate pada tempat-tempat
yang sulit untuk dijangkau dengan takaran 1 gram bubuk Abate pada container kedalam
10 liter air, karena sistem Abatisasi ini dianggap cukup nyaman dan efisien.
2. Kegiatan ini dapat dilakukan 2-3 bulan kemudian, karena keampuhan bubuk abate ini
dapat efektif selama 2-3 bulan dalam bak yang tidak dikuras. Abate ini efektif untuk
membrantas segala macam jentik nyamuk, walaupun beracun untuk nyamuk, namun
tidak berbahaya untuk manusia.
3.4. PEMBINAAN KESEHATAN KERJA PADA SECTOR INFORMAL
Dalam Era Globalisasi dan Pasar Bebas (AFTA) Tahun 2003 mendatang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu persyaratan yang ditetapkan dalam
hubungan ekonomi antar Negara yang harus di penuhi oleh seluruh Negara anggota termasuk
Indonesia. Beberapa komitmen global baik yang berskala Bilateral maupun Multilateral telah
pula mengikat bangsa Indonesia untuk memenuhi standard-standard K3. Beban ini cukup
besar, dengan sebaran lapangan pekerjaan terutama penduduk yang terbanya pada sektor
informasi yang meliputi pertanian, perdagangan, transportasi dan Makanan Minuman.
Visi Indonesia Sehat 2010 yang diterapkan oleh Departemen Kesehatan yang misinya
antara lain: Pemeliharaan dan Peningkatan pelayanan Kesehatan yang bermutu merata dan
terjangkau serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.
Kesehatan Kerja disebutkan, bahwa upaya kesehatan wajib diselenggarakan pada
setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan bagi
pekerja, agar dapat bekerja secara sehat, tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program
perlindungan tenaga kerja.
Dibeberapa daerah di Indonesia pelayanan kesehatan kerja belum banyak dilakukan.
Hal ini berdasarkan hasil Need Assesment Survey yang dilakukan pada beberapa Provinsi di
Indonesia secara faktual menggambarkan wawasann mengenai Kesehatan Kerja masih
kurang dan begitu juga sumber daya di bidang K3 serta sistem informasi kesehatan kerja
yang belum dilaksanakan.
TUJUAN :
Terselenggaranya Pembinaan Sektor Informasi pada masyarakat pekerja yang bermutu,
merata dan terjangkau untuk meningkatkan produktivitas kerja masyarakat pekerja dan
kondisi kerja yang aman, sehat dan produktif bagi pekerja pada sektor informasi di
Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat.
Tersedianya standar pelayanan Kesehatan Kerja Dasar
Mendorong terbentuknya jejaring kerja, pelayanan kesehatan kerja dasar yang bermutu
dan berkualitas
Memelihara dan meningkatkan kemitraan lintas Program yaitu tenaga kesehatan, tokoh
masyarakat, lintas sektor, dan dunia dalam pembinaan lintas sektor kesehatan kerja dasar.
MEKANISME :
Petugas melakukan kunjungan langsung ke tempat pekerja informal
Memberikan penyuluhan serta pembinaan kepada para pekerja informal
Pencatatan dan pelaporan tentang Kesehatan Kerja
Identifikasi penilaian potensi terhadap potensi resiko
3.5. PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PUSKESMAS KECAMATAN DAN
KELURAHAN
Jumlah sampah medis yang bersumber dari Fasilitas Kesehatan diperkirakan semakin
lama semakin meningkat, penyebabnya yaitu jumlah Rumah Sakit, Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas), Balai Pengobatan maupun Laboratorium Medis terus bertambah.
Pada Profil Kesehatan Indoensia Tahun 2008 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan
menyebutkan bahwa jumlah Rumah Sakit di Indonesia pada waktu itu mencapai 1.372 unit.
Sementara jumlah Puskesmas 8.548 unit, dan Fasilitas Kesehatan yang lain diperkirakan
jumlahnya akan terus meningkat.
Pengelolaan Limbah Medis yang berasal dari Rumah Sakit, Puskesmas dan Balai
Pengobatan maupun Laboratorium masih dibawah standar profesional, bahkan banyak
Rumah Sakit, dan Puskesmas membuang dan mengolah limbah medis tidak sesuai dengan
peraturan yang berlaku. WHO (Word Health Organization) pada tahun 2006 melansir ada
sekitar 0,14 kg timbunan limbah medis perhari pada Rumah Sakit Indonesia atau sekitar 400
ton pertahun. Limbah Medis yang dihasilkan fasilitas kesehatan lain seperti Puskesmas belum
diteliti mengenai timbunan, komposisi serta pengolahannya. Fasilitas tersebut juga tidak
menginventarisir data mengenai limbah medis yang dihasilkan, sehingga sulit untuk
mengidentifikasi limbah.
Tujuan :
1. Mengidentifikasi jumlah timbulan limbah padat medis B3 di Puskesmas Kecamatan
maupun Kelurahan.
2. Mengidentifikasi komposisi limbah padat medis dan B3 pada Puskesmas Kecamatan
Maupun Puskesmas Kelurahan
3. Menggambarkan pola penyebaran limbah padat medis dari Puskesmas Kecamatan dan
Puskesmas Kelurahan, ini agar menjadi masukan bagi Badan Pengelola Lingkungan
Hidup Daerah (BPLHD). Dinas Kesehatan, Puskesmas Kecamatan, Puskesmas
Kelurahan Sarana Kesehatan lainnya dalam upaya penanganan limbah padat medis dan
limbah B3 Sehingga dapat mengurangi komposisi limbah medis tercampur dengan
sampah lainnya.
MEKANISME
Gunakan sarung tangan tebal
Buang seluruh benda-benda tajam pada tempat sampah yang telah disediakan (Safety
Box) dan botol bekas Vaksin (ampul)
Letakkan tempat sampah tersebut dekat dengan lokasi (Ruangan) yang memerlukan,
sehingga sampah-sampah tajam tersebut tidak perlu dibawa terlalu jauh sebelum di
buang.
Cegah kecelakaan yang diakibatkan oleh jarum suntik, bekas ampul, dll.
Jangan menekuk atau mematahkan jarum sebelum dibuang
Jika wadah untuk sampah benda tajam telah ¼ penuh tutup rapat agar tidak tumpah
Selanjutnya dibawa ke Puskesmas Kecamatan, untuk dikirim ke Perusahaan Pengolah
Limbah medis, dalam hal ini PT. Arah Enviromental Indonesia adalah perusahaan
yang telah bekerja sama dengan Puskesmas Kecamatan Kemayoran untuk pemusnahan
limbah medis.
3.6. PENYULUHAN Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Untuk menganalisa kondisi Sanitasi Dasar melalui proses pemicuan lewat penyuluhan
sehingga masyarakat dapat berfikir dan mengambil tindakan untuk meningkatkan kebiasaan
buang air besar sembarangan ditempat terbuka melalui pendekatan dan penyuluhan ini
kesadaran akan kondisi yang sangat tidak bersih dan tidak nyaman yang ditimbulkan. Dari
pendekatan ini juga masyarakat diajak untuk tidak buang air besar sembarangan, yang dapat
berimplikasi kepada semua masyarakat, sehingga pemecahannya harus dilakukan secara
bersama-sama.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah suatu pendekatan partisipasif
yang mengajak masyarakat.
TUJUAN:
Untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan masyarakat serta pemerintah daerah
dalam merencanakan dan melaksanakan program pengembangan cakupan sanitasi melalui
pengembangan jamban keluarga dan pembangunan sarana sanitasi di masyarakat dan
sekolah, tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya, serta memperluas manfaat kesehatan
yang dirasakan melalui pengembangan sarana air bersih dan sanitasi dasar serta perilaku
bersih dan sehat.
3.7. PEMBINAAN ADIPURA PADA PUSKESMAS KECAMATAN DAN
KELURAHAN
Adipura salah satu penghargaan bagi Kabupaten/Kota di Indonesia yang berhasil di
dalam menjaga kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Melihat perkembangan
saat ini penduduk perkotaan yang mengalami lonjakan penduduk yang berbagai macam suku,
budaya, dan karakter serta tingkat sosial yang beragam. Untuk itu perlu daya dukungan dari
masyarakat untuk menjaga lingkungan masing-masing. Melihat perkembangan fakta tersebut
lingkungan fisik, sosial ekonomi dan budaya berada pada situasi yang rawan apabila
kecenderungan tersebut tidak dikendalikan, maka ketahanan daya dukung daerah perkotaan
tidak akan mampu menerima beban permasalahan tersebut.
TUJUAN :
Program Adipura bertujuan untuk mendorong Pemerintah, Kabupaten / Kota dan membangun
partisipasi aktif masyarakat melalui penghargaan adipura untuk mewujudkan kota-kota yang
berkelanjutan, baik secara ekologis, sosial dan ekonomi melalui penerapan prinsip-prinsip
tata pemerintahan yang baik, dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang
berkelanjutan demi terciptanya lingkungan yang baik dan meningkatkan keejahteraan
masyarakat demi untuk:
Terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat
Memberi kenyamanan bagi masyarakat di lingkungan tempat tinggal
Menurunkan angka penyakit terutama penyakit menular yang bersumber dari
binatang.
MEKANISME
1. Melakukan pembinaan ke Puskesmas Kelurahan yang terdiri dari 7 Puskesmas
kelurahan.
2. Membina secara langsung bagaimana mengelola limbah medis yang baik, agar tidak
mencemari lingkungan dan memberikan penyuluhan kepada Cleaning Service dan
petugas yang berfungsi pada poli-poli yang berhubungan dengan limbah medis.
3. Mengupayakan melakukan penghijauan sebanyak-banyaknya untuk mencapai program
pemerintah “ GO GREEN”
Penilaian adipura dilakukan dalam 3 tahap yaitu: pantau pertama (P 1) pantau kedua (P 2)
dan pantau ketiga (Verifikasi), dimana pantau pertama dilakukan pada bulan Oktober. Pantau
ke 2 (P 2) pada bulan Februari dan Pantau ke 3 (Verifikasi) pada bulan Mei (di Puskesmas
Kecamatan Kemayoran) dan Puskesmas Kelurahan, adapun institusi yang dinilai adalah
sekolah, pasar, puskesmas, kantor kecamatan, kantor kelurahan, lingkungan pemukiman,
stasiun kereta api dan masih ada yang lain. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun.
4. EVALUASI PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN
Pada bulan Desember dilakukan evaluasi dari semua Program yang telah berjalan
dengan mengundang para penanggung jawab Kesling yang ada di 7 Puskesmas Kelurahan,
yang ada di wilayah Kecamatan Kemayoran, masih banyak kendala yang dihadapi
dilapangan, dimana program-program kesling ini tidak berjalan hal ini disebabkan karena:
1. Masih banyak petugas Kesling yang SDM nya harus diberikan pembekalan, dengan
memberikan pelatihan, agar semua petugas dapat melakukan dengan optimal.
2. Partisipasi masyarakat masih sangat kurang, terutama kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan masyarakat mis: Kegaitan PSN, PJB, Adipura, dll, dimana kegiatan ini semua
melibatkan masyarakat dan lintas sektoral.
3. Perlu dilakukan Monitoring terutama dengan Lintas Sectoral, Agar semua Program
kesling dapat berjalan dengan cepat dan menyeluruh.
4. Pada tahun 2014 Program Kesling diprioritaskan ke Lingkungan Pemukiman.
BACTIVEC
Pemberantasan Jentik Nyamuk Demam Berdarah
Bactive merupakan biolarvasida (Basillus thuringiensis) yang sangat efektif membunuh
jentik nyamuk jenis Aedes, Culex, Anopheles, Psorophora dan lalat hitam.
Bacillus thuringiensis adalah bacteri gram positif yang terdapat secara alami di sekitar kita
sejak tahun 1920 spora dan Kristal protein yang dihasilkan oleh bakteri ini telah
dimanfaatkan sebagai insectisida untuk mengendalikan hama serangga.
Penggunaan Bactivec untuk mengendalikan penyebaran nyamuk menunjukan tingkat
kematian larva tingi dalam 24 jam – 48 jam setelah pemakaian.
Bactivec telah melalui uji-uji sebagai berikut :
1. Uji Toksisitas oleh Fakultas kedokteran Universitas Indoensia.
Hasil pemeriksaan klinis dan patologis : tidak ditemukan adanya kelainan
makroskopis pada seluruh organ dalam hewan coba yang diperiksa.
2. Uji keamanan kandungan di Institut Pertanian Bogor.
Suspensi Bacillus thuringiensis tidak bersifat toksis bagi hewan terrestrial
3. Uji Efikasi laboratorium dan lapangan oleh Departemen Kesehatan pada uji yang
dilakukan di Lampung di peroleh hasil bahwa Bactivec sangat efektif membunuh
jentik nyamuk dengan tingkat efektifitas sebesar 90 % - 100 %
Beactivec digunakan secara jelas ataupun penyemprotan aerial terrestrial pada tempat-tempat
berkembangnya nyamuk
Beactivec tetap aktif dilingkungan berkembangbiaknya nyamuk, selama 7 hari sampai
dengan 60 hari tergantung dari reservoir, kondisi air dan target spesies.
EVALUASI BERKALA
PENGELOLAAN MAKANAN PADA KANTIN SEKOLAH
DI WILAYAH KECAMATAN KEMAYORAN
TAHUN 2013
I. Pendahuluan
Kantin sekolah berfungsi sebagai tempat penjualan makanan jajanan yang mudah terkontaminasi oleh lingkungan. Untuk terjadinya kontaminasi pada makanan perlu upaya-upaya hygiene dan sanitasi makanan. Sarana utama yang menjadi inti pokok pembinaan kantin sekolah adalah himbauan kepada pengelola kantin tentang, jenis-jenis makanan dan minuman yang layak di jual dan di konsumsi agar memenuhi syarat kesehatan. Mengolah, menyiapkan dan menutup makanan agar tidak terhingga oleh debu, kotoran atau serangga yang beresiko bagi penularan penyakit, menjaga kebersihan bahan dan alat-alat penyediaan makanan serta kesehatan lingkungan kantin sekolah agar tetap bersih dan asri.
II. PelaksanaanPembinaan kantin sekolah dilakukan pada 10 sekolah yang ada di wilayah
Kecamatan Kemayoran pada tahun 2013. Dimana petugas memberikan penyuluhan kepada pengelola kantin sekolah (penjual) untuuk mengelola makanan dan minuman yang baik dan bersih sehingga, anak-anak sekolah yang mengkonsumsi terhindar dari penularan penyakit dan menggunakan bahan tambahan makanan yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan sehingga makanan-makanan yang di jual aman ntuk di konsumsi.
III. Hasil Kegiatan1. Masih banyak sekolah (70%) belum memnuhi syarat sebagai kantin sekolah2. Fasilitas kantin masih sangat kurang. Misalnya: meja, kursi, westafel, tempat sampah,
dll.3. Masih banyak sampah berserakan di lantai kantin terutama setelah istirahat.4. Kurangnya pengawasan dari pihak sekolah kepada penjual makanan yang ada di skeolah,
sehingga tidak terpantau kebersihannya.
IV. Saran Agar fasilitas kantin sekolah ditambah, demi keamanan dan kenyamanan siswa/siswi
disaat jajan Pengawas kantin sekolah agar lebih banyak memberikan penyuluhan kepada penjual
makanan yang ada di areal sekolah bagaimana cara mengolah yang baik Upayakan penjual makanan di kantin sekolah memilih makanan yang bergizi