kesehatan lingkungan

20
LAPORAN KEGIATAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE DAN SANITASI INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA TEMPUR disusun untuk memenuhi tugas dokter internship disusun oleh: dr. Jiemi Ardian Pembimbing: dr. Cosmas G P

Upload: jiemi-ardian

Post on 01-Feb-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kesehatan Lingkungan

LAPORAN KEGIATAN

KESEHATAN LINGKUNGAN

HYGIENE DAN SANITASI INDUSTRI RUMAH TANGGA

DI DESA TEMPUR

disusun untuk memenuhi tugas dokter internship

disusun oleh:

dr. Jiemi Ardian

Pembimbing:

dr. Cosmas G P

JEPARA

2013

Page 2: Kesehatan Lingkungan

LEMBAR PENGESAHAN

Upaya Kesehatan Lingkungan

HYGIENE DAN SANITASI INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA TEMPUR

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Dokter Internship

Disahkan oleh:

Penyusun Dokter Pembimbing

dr. Jiemi ArdianDokter Internship

dr. Cosmas G PNIP. 19791120 200604 1008

Page 3: Kesehatan Lingkungan

I. Latar Belakang Masalah

Lingkungan produk pangan rentan terhadap terjadinya pencemaran baik fisik,

kimia, biologi. Kasus-kasus keracunan pangan umumnya akibat pencemaran pangan

oleh mikroba pathogen atau toxin. Terjadinya kasus-kasus keracunan sebagaian besar

diakibatkan oleh kondisi sanitasi yang tidak memadai (Mustikawati, 2013).

Badan Pusat Pengawasan Obat dan Makanan mencatat bahwa selama tahun 2004

di Indonesia terjadi 82 kasus keracunan makanan yang menyebabkan 6.500 korban

sakit dan 29 orang meninggal dunia. Sebanyak 31% kasus keracunan itu disebabkan

makanan yang berasal dari jasa boga dan buatan rumah tangga (Antara, 2004).

Sejumlah survei terhadap kejadian luar biasa (KLB) penyakit bawaan makanan

yang berjangkit di seluruh dunia memperlihatkan bahwa sebagian besar kasus penyakit

bawaan makanan terjadi akibat kesalahan penanganan pada saat penyiapan makanan

tersebut baik di rumah, jasa katering, kantin rumah sakit, sekolah atau di pangkalan

militer atau pada saat jamuan makan atau pesta (WHO, 2006).

Menurut Kusmayadi (2007) terdapat 4 (empat) hal penting yang menjadi prinsip

higiene dan sanitasi makanan meliputi perilaku sehat dan bersih orang yang mengelola

makanan, sanitasi makanan, sanitasi peralatan dan sanitasi tempat pengolahan.

Makanan dapat terkontaminasi mikroba karena beberapa hal, di antaranya adalah

menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja, perabotan bersih dan lain-lainnya

serta makanan disimpan tanpa tutup sehingga serangga dan tikus dapat menjangkaunya

serta pengolah makanan yang sakit atau karier penyakit (Slamet, 1994).

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan

maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan

berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan

kesehatan manusia. Dilihat dari pentingnya sanitasi maka sanitasi merupakan syarat

mutlak bagi berdirinya industri pangan. Karena baik secara langsung maupun tidak

langsung sanitasi mempengaruhi hasil produksi, mutu dan keawetan produk. Selain itu

sanitasi juga merupakan tolak ukur kelayakan produk dari suatu industri pangan dan

menunjukkan eksistensi suatu industri pangan tersebut (Arisman, 2000).

Page 4: Kesehatan Lingkungan

Sanitasi dapat pula diartikan sebagai segala upaya yang dilakukan untuk

menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sementara

beberapa definisi lainnya menitik beratkan pada pemutusan mata rantai kuman dari

sumber penularannya dan pengendalian lingkungan. Dalam praktek di industri pangan

tindakan sanitasi pangan meliputi (1) pengendalian pencemaran, (2) pembersihan dan

(3) tindakan aseptik. Pengendalian pencemaran mencakup pembuangan sampah dan

menjauhi pencemar. Pembersihan dilakukan dengan pencucian sedangkan tindakan

aseptik dilakukan dengan peralatan atau sarana untuk menghindari mikroba (Arisman,

2000).

Penerapan sanitasi pada industri pangan termasuk di dalamnya industri rumah

tangga haruslah continue dan menyeluruh. Sanitasi harus dilakukan mulai dari

pengadaan bahan sampai pemasaran produk akhir hingga ke tangan konsumen.

Penerapan sanitasi yang sempurna pada industri pangan dapat menghindari produk

akhir terkena cemaran bahaya fisik, kimia dan biologis yang dapat menyebabkan

gangguan kesehatan bagi konsumen yang mengkonsumsi produk akhir tersebut.

Yang termasuk Industri Rumah Tangga adalah perusahaan pangan yang memiliki

tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga

semi otomatis. Didalam produksi industri rumah tangga ini seringkali ditemukan hal –

hal yang tidak sesuai, bahkan keluar dari kaidah kesehatan atau prosedur  hygiene dan

sanitasi yang telah digariskan. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dari

pelaku IRT itu sendiri, modal yang dimiliki, dan pemahaman tentang hygiene sanitasi

yang masih kurang .

Menurut keputusan Kepala Badan POM Nomor : HK. 00. 05.5.1640, tentang

Tatacara penyelenggaraan PIRT. Dimana pihak penyelenggara adalah pemerintah,

untuk Kabupaten / Kota Dinas Kesehatan

Pemerintah dalam hal ini memiliki wewenang pemeriksaan yaitu :

a. Memasuki setiap tempat produksi yang diduga digunakan dalam proses kegiatan produksi, penyimpanan , pengangkutan dan perdagangan pangan

b. Menghentikan memeriksa dan mencegah setiap sarana

c. Membuka dan meneliti setiap kemasan pangan

d. Memeriksa setiap buku dokumen atau catatan lain’

Page 5: Kesehatan Lingkungan

e. Dapat memerintahkan untuk menunjukkan atau memperlihatkan izin usaha / dokumen lain sejenis

Latar belakang di adakannya Sertifikasi terhadap  Industri Rumah Tangga Pangan

(IRTP)  selain sebagai perlindungan terhadap konsumen,  meningkatkan kualitas  IRTP,

meletakkan IRTP dalam posisi yang strategis dan sehat, serta berkepentingan untuk

menciptakan ikilim usaha yang sehat

Page 6: Kesehatan Lingkungan

II. Permasalahan

Berdasar hasil wawancara dengan Tn. Rujono pemilik industri rumah tangga

keripik ketela rambat di desa Tempur, didapatkan masalah sebagai berikut:

1. Tn. Rujono mengajukan ijin IRTP

2. Hygiene pekerja IRT Tn. Rujono belum sesuai

3. Pekerja IRT belum memiliki perlengkapan untuk keselamatan kerja

4. Belum terdapat ventilasi yang cukup

Page 7: Kesehatan Lingkungan

III. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Berdasarkan hasil wawancara dengan Tn. Rujono pemilik industri rumah tangga

keripik ketela rambat di desa Tempur dilakukan intervensi.

No Prioritas Masalah Rencana Kegiatan Metode dan Pendekatan

1 Ventilasi yang kurang

adekuat

Diskusi tentang

pentingnya ventilasi

Penyuluhan dan

kunjungan ulang

2 Pegawai belum

memiliki alat untuk

mendukung

keselamatan kerja

Penyuluhan tentang

keselamatan kerja

Penyuluhan

3 Proses produksi belum

dilakukan

Penyuluhan tentang hygien

dan sanitasi

Penyuluhan

Page 8: Kesehatan Lingkungan

IV. Pelaksanaan Kegiatan

No Jenis Kegiatan Waktu Lokasi Pelaksana

1 Wawancara dan kunjungan

hygiene dan sanitasi IRT

25 Juni 2013 Industri RT Tn.

Rujono

dr. Jiemi

2 Penyuluhan hygiene dan

sanitasi IRT

25 Juni 2013 Balai desa

Tempur dan

Tempat

Produksi IRT

dr. Jiemi

Page 9: Kesehatan Lingkungan

V. Monitoring dan Evaluasi

No Jenis Kegiatan Target Monitoring

1 Kunjungan ulang

lokasi IRT

Sarana IRT Kunjungan berkala

melihat

2 Kunjungan ulang

lokasi IRT

Pekerja IRT Melihat perlengkapan

dan kebersihan proses

produksi

3 Kunjungan ulang

lokasi IRT

Proses produksi Melihat secara riil

hygiene dan sanitasi

produksi hingga

pengemasan

Page 10: Kesehatan Lingkungan

VI. Hasil Pelaksanaan Kegiatan

No Kegiatan Hasil Kegiatan

1 Diskusi tentang kesulitan pekerja

dalam menjaga hygiene dan sanitasi

Belum dilakukan karena proses

produksi terhenti sampai ijin dari

DKK turun

2 Penyuluhan tentang hygiene dan

sanitasi industri rumah tangga

Pemilik IRT memahami

pentingnya hygiene dan sanitasi.

Page 11: Kesehatan Lingkungan

VII. Pembahasan

Untuk pembinaan mutu, program hygiene dan sanitasi pengolahan pangan

dilakukan pada industri rumah tangga. Karena lingkungan produk pangan rentan

terhadap terjadinya pencemaran maka program ini melibatkan pengendalian terpadu

selama proses produksi, pengolahan, penyimpanan, distribusi, persiapan, penyajian dan

konsumsi pangan.

Pada tanggal 25 Juni 2013 telah dilakukan kunjungan dan penyuluhan terhadap

pemilik IRT keripik ketela rambat Tn. Rujono. Kunjungan dilakukan ke tempat

produksi keripik Tn. Rujono, yang sudah cukup baik. Lantai produksi sudah kedap air,

terdapat ventilasi namun masih kurang besar jika proses produksi sudah dijalankan.

Bahan bakar produksi ketela rambat ini menggunakan kayu bakar, sehingga

membutuhkan sirkulasi udara yang lancar untuk mengurangi terkumpulnya asap di

ruang produksi. Dari diskusi yang dijalankan, Tn Rujono setuju untuk membuat

ventilasi dan exhaust di atap rumahnya sehinga memungkinkan asap keluar lebih

mudah dan sirkulasi lebih lancar.

Saat penulis melakukan kunjungan, proses produksi sedang dihentikan karena Tn

Rujono menunggu turunnya ijin IRT. Namun dari hasil wawancara, ditemukan bahwa

pegawai Tn Rujono sudah melakukan prinsip hygiene dalam melakukan produksi,

seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum proses produksi dan setiap kali

diperlukan. Tn Rujono juga mengakui belum adanya alat perlindungan diri yang

dikenakan pegawainya, seperti masker, sarung tangan, sepatu. Tn Rujono berkomitmen

untuk memberikan alat perlindungan diri pada pegawainya saat nanti proses produksi

telah dimulai.

Page 12: Kesehatan Lingkungan

VIII. Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan

Diskusi tanya jawab dan kunjungan hygiene dan sanitasi IRTP dilakukan di

tempat produksi keripiki ketela rambat Tn. Rujono. Proses produksi masih belum

bisa dilakukan karena proses produksi belum dimulai, menunggu keluarnya ijin dari

dinas kesehatan sehingga belum dilakukan pengamatan langsung dalam proses

produksi.

Dari pengamatan langsung ruang produksi, ditemukan kurangnya ventilasi.

Setelah dilakukan diskusi, Tn. Rujono setuju untuk menambah ventilasi saat proses

produksi akan dilakukan. Begitu juga dengan perlengkapan yang dibutuhkan pekerja

dalam proses produksi, Tn. Rujono berjanji untuk memberikan perlengkapan

tambahan seperti sarung tangan, masker untuk keselamatan dan kesehatan pekerja.

Page 13: Kesehatan Lingkungan

b. Saran

No Kegiatan Sudah

Dilaksanakan/

Belum

Petugas Tambahan

1 Penyuluhan tentang

pentingnya hygiene

dan sanitasi IRT

Sudah dr. Jiemi Pemilik IRT sudah cukup

paham tentang

pentingnya hygiene dan

sanitasi

2 Diskusi dan tanya

jawab tentang faktor

penyulit pekerja

menerapkan hygiene

dan sanitasi kerja

Sudah dr. Jiemi Belum dilakukan

wawancara langsung

pada pekerja karena

produksi dihentikan

sementara

3 Kunjungan ulang IRT Belum dr. Jiemi Evaluasi berkala untuk

menilai hygiene dan

sanitasi produksi serta

melihat proses produksi

secara riil

Page 14: Kesehatan Lingkungan

IX. Daftar Pustaka

Antara, Dr. Nyoman Semadi. 2004, Menyehatkan Makanan di Sekolah.

http://[email protected] diakses tanggal 1 Juli 2013

Arisman. 2000, Identifikasi Perilaku Penjamah Makanan yang Berisiko Sebagai Sumber

Keracunan Makanan, Laporan Hasil Penelitian Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya,

Palembang.

Keputusan Kepala Badan POM Nomor : HK. 00. 05.5.1640, tentang Tatacara

penyelenggaraan PIRT. Depkes RI.

Kusmayadi, Ayi dan Dadang Sukandar. 2007, Cara Memilih dan Mengolah Makanan untuk

Perbaikan Gizi Masyarakat. Special Programme For Food Security: Asia Indonesia, dari

[email protected]. Diakses tanggal 1 Juli 2013

Mustikawati, Ika. 2013. Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan dan Hygiene Penjamah

dengan Kandungan E. Coli pada Tahu di Sentra Industri Tahu Kabupaten Ciamis. Journal

Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Putri, Eska. 2011. Higiene dan Sanitasi Industri Rumah Tangga Pengolahan Terapi dan Analisa

Rhodamin B pada Terasi Berbagai Merek di Pasar Kota Medan Tahun 2011. FKM USU.

Slamet, Juli Soemirat. 1994, Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta

WHO. 2006, Penyakit Bawaan Makanan : Fokus Pendidikan Kesehatan, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Page 15: Kesehatan Lingkungan

X. LAMPIRAN