kesaksian kasus afriyani

3

Click here to load reader

Upload: yoga-herdianna

Post on 03-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

kesaksian Kasus Afriyani. penabrak maut

TRANSCRIPT

Page 1: Kesaksian Kasus afriyani

Pak Suwarto – lelaki paruh baya, saya taksir usianya sudah pertengahan 50-an tahun – pada saat kejadian ada di lokasi dan termasuk yang selamat dari sambaran Xenia maut. Sejenak beliau mengaku shock dan begitu shock-nya hilang, Pak Suwarto langsung mendekati mayat-mayat yang bergelimpangan. Beliau memastikan mana mayat yang sudah tewas seketika, yaitu yang sudah tak ada lagi detak nadinya. Lalu mayat-mayat itu disedekapkan tangannya, seperti posisi jenazah dalam agama Islam. Sedangkan yang dirasa masih ada denyut nadi, langsung dinaikkan ke mobil bak terbuka untuk dilarikan ke RS. Masih ada seorang Ibu yang posisinya di dekat halte, pada saat didekati Pak Suwarto, katanya mata Ibu tersebut masih terbelalak.

Usai memperlakukan para korban tewas, Pak Suwarto langsung menuju ke Xenia, mengetuk kacanya dan meminta pengemudi keluar. Kalimat pertama yang meluncur dari bibir Pak Suwarto : “Mbak, Mbak-nya mabuk ya?”. Lelaki paruh baya yang tampak sabar itu justru mengaku balik dimaki oleh Afriani. Tapi Pak Suwarto tidak bisa memahami dengan jelas maksud makian Afriani, karena menurutnya diucapkan dalam bahasa yang dia tidak mengerti. “Lha saya orang Jawa, Mbak” kata Pak Suwarto kepada host acara AKI Pagi. Lho, kalau tak tahu artinya, bagaimana Pak Suwarto tahu Afriani memaki? Dari mimik muka dan ekspresi Afriani! Bukankah komunikasi bukan hanya verbal?

Menurut Pak Suwarto, Afriani menatapnya dengan tatapan mata menantang dan seolah merendahkan. “Sombong” kata Pak Suwarto, “ Sepertinya menganggp saya ini gembel”. Mungkin di mata Afriani yang terbiasa bergaul dengan sesama party goers dari kalangan tajir, penampilan Pak Suwarto “gak level” dengannya. Itu sebabnya Afriani bisa balik memaki Pak Suwarto. Setelah membentak Pak Suwarto, Afriani dengan santai mengambil jilbab dan mengenakannya.

Kendati demikian Pak Suwarto lah yang menyuruh Satpam di Departemen Perdagangan untuk mengamankan Afriani agar tak diamuk massa. Pak Suwarto pula yang memberitahu Afriani bahwa ia sudah menabrak mati banyak orang. “Bagaimana kalau keluargamu yang jadi mayat seperti itu?”, tanya Pak Suwarto yang sama sekali tak dijawab Afriani.

Polisi baru datang ke TKP sekitar 20 menit kemudian, karena dilapori oleh salah satu remaja yang juga usai bermain futsal, dia mencari polisi yang sedang bertugas di sekitar TKP. Setelah Afriani dibawa ke kantor Polisi, saksi Zulhendri dan beberapa orang diberi kesempatan oleh Polisi untuk melihat pelaku. Menurut keterangan Zulhendri, saat itu ia dan teman-temannya sudah akan berdiri dan memukul pelaku, tapi ditenangkan oleh Polisi. Kesan Zulhendri, Afriani itu santai bahkan masih cengengesan dan tidak merasa bersalah. Tampak jelas dalam tayangan TV bagaimana Afriani dan rekan-rekannya justru asyik memencet-mencet gadgetnya.

Page 2: Kesaksian Kasus afriyani

JAKARTA- Penyidik Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya akhirnya menerapkan pasal 338 KUHP tentang pembunuhan terhadap Afriyani dalam kecelakaan ‘Xenia maut’ pekan lalu. Penerapan pasal tersebut telah melalui analisa polisi dan instansi terkait.

“Itu hasil dari analisa kami dengan saksi ahli dan juga sudah dikoordinasikan dengan kejaksaan sehingga kita jerat dengan pasal pembunuhan,” jelas Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto, saat berbincang dengan detikcom, Rabu (1/2/2012).

Rikwanto mengatakan, unsur pembunuhan dalam kecelaan yang menewaskan 9 orang telah dikaji dari beberapa analisa TKP. Rentetan kejadian yang dialami Afriyani sebelum kecelakaan terjadi juga ditengarai memenuhi unsur pembunuhan.

“Kita ketahui, sebelum kecelakaan terjadi, dia mengkonsumsi alkohol dan ekstasi kemudian dia juga bergadang seharian sehingga kondisinya drop,” ujar Rikwanto.

Penerapan pasal ini juga didukung dari hasil kesaksian masyarakat di lokasi kejadian bahwa Afriyani tidak mengerem saat kendaraannya menyeruduk para pejalan kaki. Keterangan saksi ahli kesehatan, transportasi juga semakin menguatkan keyakinan penyidik untuk menerapkan pasal tersebut terhadap Afriyani.

Kemudian, saat terpengaruh narkotika, Afriyani mengabaikan anjuran teman-temannya untuk tidak mengemudikan Xenia bernopol B 2479 XI itu.

“Teman-temannya sudah memperingatkan untuk naik taksi saja, tetapi dia tetap ngotot menyetir,” pungkas dia.

Polisi akhirnya menerapkan pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dalam kasus kecelakaan yang menewaskan 9 pejalan kaki dan 3 lainnya luka-luka itu. Dengan demikian, ancaman hukuman Afriyani lebih banyak dari pada sebelumnya yakni maksimal hingga 15 tahun penjara.