kesadahan

18
UJI KESADAHAN AIR SUMUR METODE KOMPLEKSOMETRI A. PRAKTIKAN Nama : CHICI WULANDARI NIM : P07 134 012 007 B. PELAKSANAAN PRAKTIKUM a. Tujuan : Menghitung Jumlah Kesadahan Total Dan Kadar Ca 2+ dan Mg 2+ Dalam Air Sumur b. Waktu : Senin, 18 november 2013 c. Tempat : Laboratorium Kimia Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Mataram. I. DASAR TEORI Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat . Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Dalam standar kualitas air minum (Depkes), kesadahan maksimum yang diperbolehkan adalah 500 mg/l (sebagai CaCO3), dan kadar minimun yg diperbolehkan adalah 75 mg/l. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam- garam bikarbonat dan sulfat . Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun . Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi . Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO 3 (Wikipedia, 2012). Magnesium merupakan unsur logam alkali tanah yang berwarna putih perak, kurang reaktif dan mudah dibentuk atau ditempa 1

Upload: chiciwland

Post on 28-Dec-2015

74 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

lapotan

TRANSCRIPT

UJI KESADAHAN AIR SUMUR METODE KOMPLEKSOMETRI

A. PRAKTIKANNama : CHICI WULANDARINIM : P07 134 012 007

B. PELAKSANAAN PRAKTIKUMa. Tujuan : Menghitung Jumlah Kesadahan Total Dan Kadar Ca2+ dan Mg2+ Dalam Air

Sumurb. Waktu : Senin, 18 november 2013c. Tempat : Laboratorium Kimia Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan

Mataram.

I. DASAR TEORI

Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Dalam standar kualitas air minum (Depkes), kesadahan maksimum yang diperbolehkan adalah 500 mg/l (sebagai CaCO3), dan kadar minimun yg diperbolehkan adalah 75 mg/l. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dansulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3 (Wikipedia, 2012).

Magnesium merupakan unsur logam alkali tanah yang berwarna putih perak, kurang reaktif dan mudah dibentuk atau ditempa ketika dipanaskan. Magnesium tidak bereaksi dengan oksigen dan air pada suhu kamar, tetapi dapat bereaksi dengan asam. Pada suhu 800oC magnesium bereaksi dengan oksigen dan memancarkan cahaya putih terang. Di alam magnesium banyak terdapat pada lapisan-lapisan batuan dalam bentuk mineral seperti carnallite, dolomite dan magnesite yang membentuk batuan silikat. Selain itu dalam bentuk garam seperti magnesium klorida, sedangkan dalam laboratorium magnesium dapat diperoleh melalui elektrolisis lelehan magnesium klorida (Hafiyah, 2011).

Secara umum dari kation-kation yang ditemukan dalam banyak ekosistem air tawar kalsium mempunyai konsentrasi tinggi. Kalsium adalah unsure kimia yang memegang peranan penting dalam banyak proses geokimia. Mineral merupakan sumber primer ion kalsium dalam air. Air yang mengandung karbondioksida tinggi mudah melarutkan kalsium dari mineral-mineral karbonatnya. Ion kalsium bersama-sama dengan magnesium kadang-kadang ion ferro

1

ikut menyebabkan kesadahan air, baik yang bersifat kesadahan sementara maupun kesadahan tetap. Kesadahan sementara disebabkan oleh adanya ion-ion kalsium dan bikarbonat dalam air dan dapat dihilangkan dengan jalan mendidihkan air tersebut, sedangkan kesadahan tetap disebabkan oleh adanya kalsium atau magnesium sulfat yang proses pelunakannya melalui proses kapur-soda abu, proses zeolit dan proses resin organik (Achmad, 2008, hal: 47 – 48).

Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Contoh dari kompleks tersebut adalah kompleks logam dengan EDTA. Demikian juga titrasi dengan merkuro nitrat dan perak sianida juga dikenal sebagai titrasi kompleksometri (Khopkar, 2008, hal: 76).

Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi EDTA. pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrom black T. Pada pH lebih tinggi 12/13, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi oleh Ca2+ dengan indikator murexide. Adanya gangguan Cu bebas dari pipa-pipa saluran air dapat di masking dengan H2S. EBT yang dihaluskan bersama NaCl padat kadangkala juga digunakan sebagai indikator untuk penentuan Ca ataupun hidroksinaftol. Seharusnya Ca tidak ikut terkopresipitasi dengan Mg (Khopkar, 2008, hal: 87-88).

Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator kompleksometri yang merupakan bagian dari titrasi pengompleksan contohnya proses determinasi kesadahan air. Di dalamnya bentuk protaned Eriochrome Black T berwarna biru. Kemudian berubah warna menjadi merah ketika membentuk kompleks dengan kalsium, magnesium atau ion logam lain. Nama lain dari Erichrome Black T adalah Solochrome Black T (Wikipedia, 2012).

EDTA (ethylene diamine tetraacetic) merupakan suatu kompleks kelat yang larut ketika ditambahkan ke dalam suatu larutan yang mengandung kation logam tertentu seperti Ca2+ dan Mg2+, di mana akan membentuk kompleks dengan logam-logam tersebut. Ketika ditambahkan suatu indikator EBT atau Murexide ke dalam larutan yang mengandung kompleks tersebut maka akan menghasilkan perbahan warna pada pH tertentu, sehingga dengan prinsip ini nilai kesadahan air dapat dianalisis (Giwangkara, 2010).

II. PRINSIP KERJA1. Kesadahan Total

EDTA akan bergabung dahulu dengan ion Ca2+, kemudian bergabung dengan ion Mg2+ dan beberapa jenis ion lain tetapi tidak sepenuhnya. Konsentrasi ion Ca2+ dpt ditentukan secara terpisah bila ion Mg2+ dihabiskan pada larutan yang memiliki pH tinggi. Disini hampir semua ion Mg2+ mengendap sbgi Mg(OH)2. Adapun indikator yg dgunakan yaitu EBT (Eriocrhome Black T) atau Murexide yg peka terhadap Ca2+ yg dipakai.

2. Kesadahan SementaraKesadahan sementara dititrasi langsung dengan larutan EDTA yang telah distandarisasi dengan larutan CaCl2.2H2O menggunakan buffer 12/13 dengan

2

indikator murexide. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari merah muda menjadi merah anggur

III. ALAT DAN REAGENSIAa. Alat-Alat :

1. Neraca Analitik merck Sartorius atau Mettler2. Buret dan stand3. Labu Erlenmeyer4. Gelas beaker5. Pipet Volumetrik6. Gelas Ukur7. Pipet Tetes8. Labu Ukur9. Corong

10. Gelas Arloji11. Kertas Timbang12. Botol Semprot13. Batang Pengaduk14. Tissue15. Pipet ukur

b. Reagensia :1. EDTA 0,0500 M2. CaCl2.2H2O 3. Indikator EBT4. Indikator Murexide5. Larutan buffer NH4OH & NH4Cl pH 10 6. Larutan buffer NaOH pH 137. Aquades

IV. CARA KERJA1. Disiapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan2. Pembuatan larutan Buffer NH3 pH 10 :

a. Dilarutkan 6,7073 gram NH4Cl di dalam 57 mL NH4OH pekatb. Ditambahkan aquadest sampai volume 100 mL

3. Pembuatan larutan Buffer NaOH 3 N pH 13 :a. Dilarutkan 12 gram NaOH di dalam 100 mL aquadesb. Dihomogenkan hingga larutan benar-benar larut

4. Dibersihkan pipet volum 10,0 mL dengan aquadest dan kemudian CaCl2.2H2O5. Dipipet CaCl2.2H2O 10,0 mL6. Dimasukkan hasil pipetan ke dalam erlenmeyer dengan posisi pipet lurus vertikal

tegak lurus dengan erlenmeyer yang dibuat miring.

3

7. Diukur volume aquades dengan gelas ukur 25 mL lalu tambahkan ke dalam erlenmeyer yang telah terisi dengan CaCl2.2H2O

8. Ditambahkan 5 mL larutan Buffer pH 109. Ditambahkan sepucuk indikator EBT sesedikit mungkin.10. Titrasi standarisasi:

a. Dibilas buret dengan aquadestb. Dibilas buret dengan EDTAc. Ditambahkan EDTA ke dalam buret hingga tanda batas, usahakan tidak ada

gelembungd. Diletakkan kertas putih dibawah erlenmeyer untuk mengetahui perubahan warna

titrasie. Diletakkan erlenmeyer yang telah siap di bawah buretf. Dititrasi dengan larutan EDTA sampai berwarna biru terangg. Dicatat berapa volume EDTA yang terpakaih. Dihitung molaritas larutan EDTA tersebut

11. Penetapan Kadar Kesadahan Total (Ca2+ dan Mg2+)a. Diisi buret dengan larutan EDTAb. Dipipet 100,0 mL sample kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mLc. Dipipet 5 mL larutan Buffer pH 10 kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

250 mLd. Diambil sepucuk sendok indikator EBT hingga larutan berwarna merah anggure. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai timbul warna biru

12. Penetapan kadar Kesadahan Ca2+

a. Diisi buret dengan larutan EDTAb. Dipipet 100,0 mL sample kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mLc. Dipipet 5 mL larutan Buffer pH 13 kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

250 mLd. Diambil sepucuk sendok indikator Murexide hingga larutan berwarna merah

mudae. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai timbul warna merah anggur

V. RUMUS PERHITUNGAN Massa (w) BP dan BS = M x V (L) x BM

Keterangan :o M : Molaritas yang diketahuio V : Volume larutan BP/BSo BM : Bobot Molekul

Molaritas Baku Primer CaCl2.2H2O (M1) = W (mg )BPBM .V (mL)

Molaritas EDTA : M EDTA = M1 xV 1Vt

Keterangan :

4

o BP : Baku Primer o W : Penimbangan BP (miligram)o M1 : Molaritas larutan baku primero V1 : Volume larutan baku primer yang dipipeto Vt : Volume titrasi larutan baku sekunder (EDTA)o M2 : Molaritas Baku Sekunder (EDTA)o V : Volume baku primer yang dibuat

Kesadahan Total Ca2+ dan Mg2+ =

1000 xmL EDTA xM EDTA x56 x 0,1= ¿volume sample

¿ oD

Kesadahan Ca2+ =

1000 xmL EDTA xM EDTA x ArCa2+¿ (40)= ¿

volume sample¿¿ mg/L

Kesdahan Mg2+=

1000 x (mL pH 10−mL pH 13 )EDTA x M EDTA x Ar Mg2+¿ (24)= ¿

volume sample¿¿ mg/L

VI. DATA PERCOBAANa. Data penimbangan :1. M CaCl2. 2H2O = 0,0100 M2. BM CaCO3b. Data Standarisasi EDTA

No. Volume CaCl2. 2H2O yang ditetes Pembacaan Buret Volume Titran (EDTA)1. 10,0 Ml 0,00 mL – 4,70 mL 4,70 mL2. 10,0 Ml 4,70 mL – 8,90 mL 4,20 mL3. 10,0 Ml 8,90 mL –13,40 mL 4,50 mL

c. Data Penetapan Kadar Kesadahan Total Sample Air Sumur ANo. Volume CaCl2. 2H2O yang ditetes Pembacaan Buret Volume Titran (EDTA)

1. 100,0 Ml 0,00 mL – 18,90 mL 18,90 mL2. 100,0 Ml 18,90 mL – 38,70 mL 19,80 mL

d. Data Penetapan Kadar Kesadahan Ca2+ Sample Air Sumur ANo. Volume CaCl2. 2H2O yang ditetes Pembacaan Buret Volume Titran (EDTA)

1. 100,0 Ml 0,00 mL – 4,10 mL 4,10 mL2. 100,0 Ml 4,10 mL – 7,90 mL 3,80 mL

e. Data Penetapan Kadar Kesadahan Total Sample Air Sumur BNo. Volume CaCl2. 2H2O yang ditetes Pembacaan Buret Volume Titran (EDTA)

1. 100,0 Ml 0,00 mL – 7,80 mL 7,80 mL2. 100,0 Ml 7,80 mL – 16,10 mL 8,30 mL

5

f. Data Penetapan Kadar Kesadahan Ca2+ Sample Air Sumur BNo. Volume CaCl2. 2H2O yang ditetes Pembacaan Buret Volume Titran (EDTA)

1. 100,0 Ml 0,00 mL – 5,30 mL 5,30 mL2. 100,0 Ml 5,30 mL – 10,00 mL 4,70 mL

VII. PERHITUNGAN

a. Standarisasi Molaritas (M) Baku Sekunder EDTA setelah titrasi

1. Diketahui:a. Volume EDTA = 4,70 mL b. Molaritas (M) EDTA = 0,0100 M x 10,00 mL

4,70 mL= 0,0212 M

2. Diketahui :a. Volume EDTA = 4,20 mLb. Molaritas EDTA = 0,0100 M x 10,00 mL

4,20 mL= 0,0238 M

3. Diketahui :a. Volume EDTA = 4,50 mLb. Molaritas EDTA = 0,0100 M x 10,00 mL

4,50 mL= 0,0222 M

Molaritas rata-rata = 0,0212 M + 0,0238 M + 0,0222 M3

= 0,0224 M

b. Penghitungan Kadar Kesadahan Total Sample Air Sumur A

Volume EDTA rata – rata = 18,90mL x19,80mL

2= 19,35 mL

Kesadahan Total = 19,35mL x0,0224M x100

grmol

x1000

100,0mL = 433,44mg/L

Kesadahan Ca2+ Sample Air Sumur A

Volume EDTA rata-rata = 4,10mL x 3,80mL

2= 3,95 mL

6

Kesadahan Ca2+ = 3,95mL x0,0224M x 40

grmol

x 1000

100,0mL= 35,392 mg/L

Kesadahan Mg2+ Sample Air Sumur A

Kesadahan Mg2+ = (19,35−3,95)m Lx 0,0224M x 24 gr

molx 1000

100,0mL

= 82,79 mg/L

Kesadahan Total Sample Air Sumur B

Volume EDTA rata – rata = 7,80mL x8,30mL

2= 8,05 mL

Kesadahan Total = 8,05mL x0,0224 M x 100

grmol

x1000

100,0mL = 180,32 mg/L

Kesadahan Ca2+ Sample Air Sumur B

Volume EDTA rata-rata = 5,30mL x 4,70mL

2= 5,00 mL

Kesadahan Ca2+ = 5,00mL x0,0224M x 40

grmol

x 1000

100,0mL = 44,80 mg/L

Kesadahan Mg2+ Sample Air Sumur B

Kesadahan Mg2+ = (8,05−5,00)mL x0,0224M x24 gr

molx1000

100,0mL

= 16,39 mg/L

VIII. HASIL PERCOBAAN dan KESIMPULAN

Hasil Percobaan

Standarisasi Larutan EDTA dengan CaCl2.2H2O

No. Perlakuan Hasil Pengamatan

1.10,0 mL CaCl2.2H2O + indikator EBT + 5

mL Buffer pH 10Larutan merah anggur

2. Larutan No 1 dititrasi dengan EDTALarutan berubah warna dari merah anggur ke

biru laut

3. Volume standarisasi EDTA4, 70 mL4,20 mL4,50 mL

7

4. Molaritas EDTA 0,0224 M

5.Air sumur A/B 100,0 mL + indikator EBT

+ Buffer pH 10 5 mLLarutan berwarna merah anggur

6. Larutan no 5 dititrasi dengan EDTALarutan berubah warna dari merah anggur

menjadi biru laut

7. Volume Titrasi18,90 mL19,80 mL

8. Kesadahan Total A 433,44 mg/L

9. Kesadahan Total B 180,32 mg/L

10.Air Sumur A/B 100,0 mL + indikator

Murexide + Buffer pH 13 5 mLLarutan berwarna merah muda (pink)

11. Larutan no. 10 dititrasi dengan EDTALarutan berubah warna dari merah muda

(pink) menjadi merah anggur

12. Kesadahan Ca2+ A 35,60 mg/ L

13. Kesadahan Ca2+ B 44,80 mg/L

14. Kesadahan Mg2+ A 82,79 mg/L

15. Kesadahan Mg2+ B 16,39 mg/L

Kesimpulan1. Penentuan kesadahan air sumur menggunakan titrasi metode kompleksometri2. Berdasarkan hasil praktikum kadar kesadahan total pada air sumur A diperoleh

433,44 mg/L, hal ini berarti sesuai dengan kadar yang ditetapkan pemerintah yakni maksimal sebesar 500 mg/L (433,44 mg/L < 500 mg/L) .

3. Kadar Ca2+ kesadahan air sumur A diperoleh 35,60 mg/L4. Kadar Mg2+ kesadahan air sumur A diperoleh 82,79 mg/L5. Berdasarkan hasil praktikum kadar kesadahan total pada air sumur B diperoleh

180,32 mg/L, kadar ini sesuai dengan kadar kesadahan total yang ditetapkan pemerintah yakni maksimal sebesar 500 mg/L (180,32 mg/L < 500 mg/L)

6. Kadar Ca2+ kesadahan air sumur B diperoleh 44,80 mg/L 7. Kadar Mg2+ kesadahan air sumur B diperoleh 16,39 mg/L

IX. PEMBAHASANPraktikum ini bertujuan untuk menentukan tingkat kesadahan air bersih dalam hal ini

sample yang digunakan adalah air sumur. Kesadahan yang diujikan yakni kesadahan total dan penentuan kadar Ca2+ dan Mg2+. Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan

8

magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Cara sederhana untuk menentukan kesadahan adalah dengan menggunakan sabun. ciri khas air sadah adalah, jika digunakan bersama sabun tidak akan menghasilkan busa atau sedikit sekali busa.

Untuk penentuan kuantitatif kadar kesadahan total dapat dilakukan proses titrasi berdasarkan kompleksometri. Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenisa titrasi dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan memnentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini disebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua kommponen yang membentuk ligan dan terhantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.

Proses pertama penentuan kadar kesdahan ini yakni dilakukan pembakuan terhadap baku sekunder, dimana baku sekunder ini berada dalam keadaan yang tidak stabil maka perlu distandarisasi. Baku sekunder yang digunakan yakni Larutan EDTA sebab EDTA merupakan suatu kompleks kelat yang larut ketika ditambahkan ke dalam suatu larutan yang mengandung kation logam tertentu seperti Ca2+ dan Mg2+, dimana akan membentuk kompleks dengan logam-logam tersebut. sedangkan baku primer yang digunakan yakni CaCl2.2H2O atau dapat menggunakan larutan CaCO3. Dalam hal ini larutan CaCl2.2H2O lebih baik digunakan karena proses pembuatannya tergolong mudah, sebab larutan CaCO3 harus dilarutkan dalam larutan yang bersifat asam, kemudian dinetralisasi dengan larutan basa. Sedangkan larutan CaCl2.2H2O dapat dilarutkan dalam aquades.

Pada prinsipnya ketika EDTA ditambahkan sebagai suatu titran, kalsium dan magnesium akan menjadi suatu kompleks, dan ketika semua magnesium dan kalsium telah menjadi kompleks larutan akan berubah menjadi warna merah muda menjadi warna biru laut yang menandakan titik akhir dari titrasi. Ion magnesium harus muncul untuk menghasilkan suatu titik akhir dari titrasi. Untuk memastikan ini, kompleks garam magnesium netral dari EDTA ditambahkan ke larutan buffer yang merupakan campuran dari ammonium chlorida dengan ammonium hidroksida hingga mencapai pH 10. Untuk menentukan tepatnya titik akhir titrasi yakni digunakan indikator EBT untuk pH 10. Volume hasil titrasi digunakan untuk menentukan molaritas sebenarnya dari EDTA. Molaritas sebenarnya dari EDTA yakni 0,0224 M.

Untuk penentuan kadar kesadahan total perlakuan sama dengan standarisasi. Kadar kesadahan total setelah dilakukan perhitungan yakni sebesar 637,24 mg/L untuk sample A, dan 265,10 mg/L untuk sample B. Menurut Permenkes Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air, Kesadahan total maksimum yang diperbolehkan yakni sebesar 500 mg/L. Sehingga dapat disimpulkan sample air sumur A memiliki kesadahan yang hampir menyamai kadar kesahan maksimal diperbolehkan berdasrkan peraturan kemerntrian kesehatan yakni sebesar 433,44 mg/L > 500 mg/L.

Untuk penentuan kadar Ca2+ dan Mg2+ dalam air perlakuan sama dengan titrasi sebelumnya hanya bebeda pada buffer yang digunakan dan indikatornya. Buffer yang digunakan yakni buffer dengan pH 13, dimana terbuat dari NaOH 3 N yang dilarutkan dalam aquades 100 mL. Indikator yang digunakan yakni Murexide yang sesuai dengan pH 13. Titik

9

akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari merah muda menjadi merah anggur. Berdasarkan hasil titrasi kadar Ca2+ yakni sebesar 35,60 mg/L untuk sample A dan 44,80 mg/L untuk sample B. Kadar Mg2+ tidak perlu dilakukan titrasi, namun dapat diperoleh dari hasil perhitungan kadar sedahan total dengan kadar Ca2+. Setelah dilakukan perhitungan kadar Mg2+

yakni sebesar 82,79 mg/L untuk sample A dan 16,39 mg/L untuk sample B

X. CATATAN dan DOKUMENTASI Catatan :

1. Penimbangan : gunakan sendok untuk mengambil zat yang akan ditimbang. Akan lebih baik gunakan timbangan dengan neraca analitik. Jangan menimbang zat melebihi kapasitas maksimal timbangan yang digunakan. Untuk zat higroskopis, sebaiknya melebihi perhitungan zat sebenarnya apabila dibandingkan dengan kurang dari masa perhitungannya. Apabila menggunakan neraca sartorius, ketika penimbangan dilakukan tutup kaca timbangan agar masa udara yang masuk kedalam timbangan tidak bercampur dengan zat yang akan dihitung. Setelah penimbangan selesai dilakukan apabila masih terdapat zat sisa bilas wadah tersebut dengan aquades yang akan digunakan.

2. Pengukuran : pengukuran larutan bisa menggunakan gelas ukur, pipet volum, dan labu ukur, sesuai dengan kapasitasnya. Namun apabila terdapat suatu pernyataan pipet 10,0 ml atau ukur 10,0 ml dimaksudkan bahwa pengukuran harus dilakukan dengan saksama, berarti pengukuran volume harus dengan memakai alat yang sesuai dengan standar. Misalnya dengan menggunakan pipet volum atau labu ukur.

3. Penggunaan buret :o Sebelum melakukan titrasi periksa terlebih dahulu buret yang akan digunakan

apakah ada kebocoran atau bagian yang pecah.o Apabila keran buret susah diputar atur sedemikian rupa atau dengan

pemberian vaselin pada kranagar pengaturan penetesan mudah dilakukan.o Bersihkan buret sebelum digunakan dengan air, lalu bilas buret dengan zat

kimia yang akan dimasukkan ke dalamnya.o Masukkan zat kimia yang akan digunakan ke dalam buret tersebut dengan

menggunakan corong. Lakukan pengisian sampai seluruh bagian buret terisi dan tidak terdapat gelembung gas pada buret.

o Cara titrasi

10

o Kertas putih untuk alas digunakan untuk mempermudah melihat titik akhir titrasi.

o Pembacaan volume titrasi. Mata harus sejajar dengan miniskus, miniskus bawah digunakan untuk larutan dalam buret yang tidak berwarna, sedangkan miniskus atas digunakan untuk larutan berwarna.

4. Penulisan angka : o untuk penulisan angka normalitas dengan batas 4 angka dibelakang koma.

Misalnya, NaOH 0,1 N ditulis menjadi NaOH 0,1000 N.o Untuk penulisan angka di buret dengan batas 2 angka dibelakang koma.

Misalnya, volume NaOH yang terukur yakni 10,5 mL maka ditulis menjadi 10, 50 mL.

5. Dalam mengisi larutan ke dalam labu erlenmeyer dengan pipet misal pipet volum, labu erlenmeyer harus dimiringkan dan pipet posisinya vertikal dan tegak lurus dengan dinding labu erlenmeyer.

6. Penambahan aquades ke dalam beaker glass, batang pengduk yang digunakan tadi dibilas dengan aquades tersebut. Batang pengaduk tersebut jangan sampai terkena larutan lagi ketika dibilas.

Dokumentasi

Di lembar berikutnya →

Dokumentasi

Standarisasi

titrasi ke-1

sebelum penambahan

indikator

11

larutan CaCl2.2H2O 10,0 mL,

0,0100 N + aquades 10

mL + Buffer pH 10

larutan tidak berwarna

titrasi ke-1

setelah penambahan

indikator

Titrasi ke -1

Setelah titrasi

Penetapan Kadar

titrasi ke - 2

setelah penambahan

indikator

Titrasi ke -2

Setelah titrasi

12

larutan CaCl2.2H2O 10,0

mL, 0,0100 N + aquades

10 mL + Buffer pH 10 +

Indikator EBT + EDTA

larutan biru laut

larutan CaCl2.2H2O 10,0 mL,

0,0100 N + aquades 10

mL + Buffer pH 10 +

Indikator EBT

larutan merah anggur

Air Sumur A/B 100,0 mL, +

Buffer pH 10 + Indikator

EBT + EDTA

larutan biru laut

Air Sumur A/B 100,0 mL, +

Buffer pH 10 + Indikator

EBT

larutan merah anggur

Penetapan Kadar Ca2+

Titrasi ke-3

Setelah Penambahan

Indikator

Titrasi Ke-3

Setelah titrasi

Mataram, 20 November 2013

Praktikan Dosen Pembimbing Praktikum

Chici Wulandari Haerul Anam, SKM

13

Air Sumur A/B 100,0 mL, +

Buffer pH 13 + Indikator

Murexide

larutan merah muda

Air Sumur A/B 100,0 mL, +

Buffer pH 13 + Indikator

Murexide + EDTA

larutan merah anggur