kerukunan antar umat beragana

Upload: maryo-neno

Post on 13-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Menjalin Kerukunan, Menjamin Keyakinan Last Updated on Tuesday, 03 May 2011 23:06

Menjalin kerukunan, menjamin keyakinan. Itulah judul makalah yang saya sampaikan dalam acara dialog lintas agama dan Sosialisasi Peraturan-Peraturan Kerukunan Umat Beragama, yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Wilayah DKI Jakarta, Senin, 18/4/2011, di Cipayung Bogor. Kepada para peserta, saya menekankan, bahwa meskipun terjadi sejumlah kasus dalam soal hubungan antar-umat beragama, dan juga internal umat beragama, sebenarnya secara umum, wajah kerukunan umat beragama di Indonesia tetaplah cantik. Kasus-kasus yang terjadi adalah ibarat jerawat di wajah yang cantik, yang perlu diselesaikan dengan baik; tetapi jangan sampai jerawat-jerawat it uterus-menerus dipelototi dan diekspose, untuk menutupi wajah cantik secara keseluruhan. Cara pandang semacam ini jelas tidak proporsional.Sebagaimana pernah kita ungkapkan dalam CAP sebelumnya, pengungkapan kasus-kasus konflik antar umat beragama yang berlebih-lebihan, bukannya akan menyelesaikan masalah, tetapi justru memperparah kondisi. Film ? karya Hanung Bramantyo yang diawali dengan penusukan seorang pastor di depan Gereja Katolik, seperti menggiring penonton untuk berimajinasi, kasus itu merupakan visualisasi kasus penusukan pendeta di Ciketing, Bekasi, beberapa waktu lalu. Adegan itu tentu saja berlebihan, meskipun tidak menyebutkan dengan jelas siapa pelakunya, sebab adegan itu dimunculkan bukan dalam ruang yang kosong. Logikanya, umat beragama tentu menginginkan hidup rukun dan damai. Tetapi, harus diakui, dalam kehidupan antar manusia, potensi-potensi konflik itu pasti selalu ada. Dalam kehidupan suami-istri yang seagama saja, banyak potensi terjadinya konflik. Hidup manusia tidak ada yang sepi dari konflik. Manusia bukan Malaikat. Apalagi dalam hubungan antar-agama, dimana masing-masing memiliki keyakinan yang berbeda.Konflik yang lebih keras juga sering terjadi dalam kehidupan internal umat beragama. Di kalangan umat Islam, ada kelompok yang mengkafirkan orang lain yang berada di luar kelompoknya. Dalam beberapa hari terakhir, ada beberapa orang yang bertanya kepada saya tentang kelompok NII (Negara Islam Indonesia). Seorang Ibu bercerita, seorang temannya mengajaknya untuk bersyahadat ulang, karena syahadat yang sudah dilafalkannya sehari-hari, dianggap belum sah. Si Ibu masih diharuskan melafalkan syahadat di depan seorang imam.Ajaran seperti ini mengingatkan saya pada suatu kisah di tahun 1980-an, saat masih kuliah di IPB. Suatu ketika, teman serumah, membawa seorang Ustad ke rumah kos. Sang Ustad menjelaskan, bahwa selama ini syahadat saya tidak sah, karena belum disaksikan. Dia membacakan sejumlah ayat al-Quran tentang persaksian, seperti Isyhaduu bi-anna muslimuun.Saya tanya, ayat mana yang menunjukkan bahwa syahadat ulang di depan imam itu hukumnya wajib? Sedangkan beberapa ayat al-Quran yang secara tegas berbentuk perintah (fiil amar) dari Allah, jatuhnya justru mubah; bukan wajib. Misalnya, ayat faidzaa qudhiyatish-shalaatu fan-tashiruu fil-ardhi; (jika setelah ditunaikan shalat Jumat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi).Saya katakan pada Sang Ustad, jika perintah yang jelas saja, bisa jatuh mubah hukumnya, bagaimana dengan status hukum suatu tindakan yang tidak jelas-jelas diperintahkan dalam al-Quran dan Sunnah, seperti hukum melafalkan syahadat ulang? Tampaknya Sang Ustad belum belajar atau tidak mau menggunakan Ilmu Ushul Fiqih dalam menentukan status hukum suatu perbuatan. Metode istinbath Sang Ustad adalah buatan kelompoknya sendiri.Ujungnya, diskusi itu berakhir tanpa hasil. Sang Ustad pergi berlalu. Sejak itulah, saya semakin yakin, pentingnya kalangan mahasiswa Islam memahami berbagai macam Ulumuddin (Bahasa Arab, Ilmu Tafsir, Ilmu Ushul Fiqih, dan sebagainya), agar tidak mudah menafsir-nafsirkan al-Quran secara sembarangan. Konflik-konflik internal umat beragama juga terjadi di dalam Kristen, Hindu, Budha, dan sebagainya. Perbedaan dan konflik adalah bagian dari hidup manusia. Karena itu, untuk mewujudkan kerukunan, bukan berarti harus menghilangkan perbedaan. Termasuk dalam soal klaim kebenaran. Kerukunan justru menjadi indah, tatkala terwujud di tengah-tengah berbagai perbedaan. Kerukunan umat beragama, baik intern atau antar umat beragama, adalah kondisi ideal yang diinginkan setiap umat beragama. Satu hal yang penting dicatat dalam soal pembangunan kerukunan umat beragama adalah, bahwa upaya mewujudkan kerukunan umat beragama, tidak boleh dilakukan dengan cara mengorbankan keyakinan masing-masing agama. Sebab, agama-agama itu ada berdiri di atas keyakinannya masing-masing. Dalam istilah sekarang: masing-masing agama memiliki truth claim (klaim kebenaran) masing-masing.Islam memiliki ajaran-ajaran pokok yang berpijak atas dasar syahadat: Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Islam mengakui Allah, sebagai satu-satunya Tuhan. Dan Muhammad adalah utusan Allah. Dalam Islam, Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir. Beliau (saw) mendapatkan wahyu yang kemudian terhimpun dalam al-Quran. Islam adalah bahwasanya engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan shaum Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah -- jika engkau berkemampuan melaksanakannya. (HR Muslim)."Sesungguhnya agama yang diridhai oleh Allah adalah Islam." (QS 3:19). "Barangsiapa yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan akan diterima dan di akhirat nanti akan termasuk orang-orang yang merugi." (QS 3:85). Inilah keyakinan Islam. Keyakinan yang khas semacam ini juga ada pada agama lain. Kaum Kristen juga memiliki apa yang mereka juga sebut sebagai syahadat (Nicene Creed), yang dirumuskan tahun 325 M: Kami percaya pada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta segala yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Dan pada satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah, Putra Tunggal yang dikandung dari Allah, yang berasal dari hakikat Bapa, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah benar dari Allah Benar, dilahirkan tetapi tidak diciptakan, sehakikat dengan Bapa (Norman P. Tanner, Konsili-konsili Gereja).Kaum Kristen yakin bahwa Yesus mati di tiang salib. Yesus adalah salah satu dari Tiga Oknum dalam Trinitas. Ini sangat berbeda dengan konsep Islam yang menyatakan bahwa Isa a.s. adalah utusan Allah. Al-Quran menjelaskan: Dan ingatlah ketika Isa Ibn Maryam berkata, wahai Bani Israil sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, yang membenarkan apa yang ada padaku, yaitu Taurat, dan menyampaikan kabar gembira akan datangnya seorang Rasul yang bernama Ahmad (Muhammad). (QS 61:6). Paus Yohanes Paulus II menyatakan: Islam bukanlah agama penyelamatan (Islam is not a religion of redemption). Dalam Islam, kata Paus, tidak ada ruang untuk salib dan kebangkitan Yesus. Yesus memang disebut, tetapi hanya sebagai nabi yang mempersiapkan kedatangan Nabi terakhir. Karena itulah, simpul Paus, bukan hanya dalam teologi, tetapi dalam antropologi, Islam sangat berbeda dengan Kristen. (not only the theology but also the anthropology of Islam is very distant from Christianity). Dan tentang al-Quran, Paus menyebutkan, bahwa siapa pun yang membaca Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan kemudian membaca al-Quran, maka akan menemukan bahwa Kitab ini (al-Quran) mereduksi kedua Kitab itu. (Crossing The Threshold of Hope (New York: Alfred A. Knopf, 1994). Tahun 2006, Penerbit Media Hindu, menerbitkan buku berjudul Hindu Agama Terbesar di Dunia, yang membuat pernyataan tegas tentang keunggulan agama Hindu (hal.xi-xii):Agama Hindu melayani keperluan setiap orang. Ialah satu-satunya yang memiliki keluasan dan kedalaman seperti itu. Agama Hindu mengandung Dewa-dewa, Pura-Pura yang suci, pengetahuan esoteric dari inti kesadaran, yoga dan disiplin meditasi. Ia memiliki kasih yang tulus dan toleransi dan apresiasi yang murni terhadap agama-agama lain. Ia tidak dogmatik dan terbuka untuk diuji.Dan ingat Hindu bukanlah agama missi yang agresif seperti Kristen atau IslamJadi, klaim-klaim yang khas pada tiap-tiap agama adalah sesuatu yang wajar, sehingga tidak mungkin dihilangkan. Upaya untuk menghapus truth claim pada tiap agama, untuk membangun satu teologi bersama yang membenarkan semua teologi agama, dikenal sebagai konsep Teologi Abu-abu (Pluralisme Agama). Dr. Stevri Lumintang, seorang pendeta Kristen di Malang, dalam bukunya, Theologia Abu-Abu: Tantangan dan Ancaman Racun Pluralisme dalam Teologi Kristen Masa Kini, (Malang: Gandum Mas, 2004), menulis, bahwa Teologi Abu-Abu adalah posisi teologi kaum pluralis; bahwa teologi ini sedang meracuni, baik agama Kristen, maupun semua agama, dengan cara mencabut dan membuang semua unsur-unsur absolut yang diklaim oleh masing-masing agama. Ditegaskan dalam buku ini: Inti Teologi Abu-Abu (Pluralisme) merupakan penyangkalan terhadap intisari atau jatidiri semua agama yang ada. Karena, perjuangan mereka membangun Teologi Abu-Abu atau teologi agama-agama, harus dimulai dari usaha untuk menghancurkan batu sandungan yang menghalangi perwujudan teologi mereka. Batu sandungan utama yang harus mereka hancurkan atau paling tidak yang harus digulingkan ialah klaim kabsolutan dan kefinalitas(an) kebenaran yang ada di masing-masing agama. Demikianlah, kerukunan umat beragama, tidak mungkin dibangun di atas konsep menghapus klaim kebenaran pada tiap-tiap agama. Biarlah keyakinan masing-masing tetap terjamin, sementara kerukunan harus terjalin. Justru itulah hakekat Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda keyakinan tetapi tetap merrupakan satu bangsa. Menghormati keyakinan masing-masing bukan berarti mencampuradukkan atau merusak keyakinan agama-agama. Justru, kerukunan akan terasa lebih indah dan bermakna, saat kerukunan itu terwujud di atas perbedaan klaim-klaim kebenaran. Klaim terhadap kebenaran pada masing-masing agama perlu dihormati, dan tidak bisa dipaksa untuk dihapuskan. Islam melarang umatnya untuk memaksa orang lain memeluk Islam, sebab telah jelas, mana yang haq dan mana yang bahil. Kristenisasi dan IslamisasiTidak dapat dipungkiri, ada dua isu sentral yang menjadi wacana panas dalam soal kerukunan umat beragama di Indonesia, khususnya antara umat Islam dan kaum Kristen. Masalah ini sebaiknya dibicarakan secara fair dan terbuka agar tercapai satu kesepakatan bersama. Tentu sangatlah tidak mudah memecahkan masalah ini. Pada tahun 1969, acara Musyawarah antar Umat Beragama, juga gagal menyepakati satu Piagam Kerukunan tentang masalah penyebaran agama.

Bagi kaum Kristen, misi Kristen dipandang sebagai satu kewajiban asasi. Tokoh Protestan, Dr. AA Yewangoe, menegaskan: Agama tanpa misi bukanlah agama Tanpa misi, gereja bukan lagi gereja. (Suara Pembaruan, 26/12/2005). Dalam buku Panggilan Kita di Indonesia Dewasa Ini (1964), tokoh Kristen Indonesia, Dr. W.B. Sidjabat, menulis bab khusus tentang tantangan Islam bagi misi Kristen di Indonesia: Pekabaran Indjil di Indonesia, kalau demikian, masih akan terus menghadapi challenge Islam dinegara gugusan ini W.B. Sidjabat, Panggilan Kita di Indonesia Dewasa Ini, (Badan Penerbit Kristen, 1964), hal. 133-135.

Dalam Dokumen Keesaan Gereja-Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (DKG-PGI) yang diputuskan dalam Sidang Raya XIV PGI di Wisma Kinasih, 29 November-5 Desember 2004, pada bagian Bab IV : Bersaksi dan Memberitakan Injil Kepada Segala Makhluk, menegaskan: Gereja Harus Memberitakan Injil Kepada Segala Makhluk. Disebutkan dalam bagian ini : Gereja-gereja di Indonesia menegaskan bahwa Injil adalah Berita Kesukaan yang utuh dan menyeluruh, untuk segala makhluk, manusia dan alam lingkungan hidupnya serta keutuhannya : bahwa Injil yang seutuhnya diberitakan kepada manusia yang seutuhnya...

Misi Katolik. Tahun 1990, induk Gereja Katolik di Indonesia, yaitu KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) menerjemahkan dan menerbitkan naskah imbauan apostolik Paus Paulus VI tentang Karya Pewartaan Injil dalam Jaman Modern (Evangelii Nuntiandi), yang disampaikan pada 8 Desember 1975. Di dalam dokumen ini disebutkan:

Pewartaan pertama juga ditujukan kepada bagian besar umat manusia yang memeluk agama-agama bukan Kristen.Agama-agama bukan kristen semuanya penuh dengan benih-benih Sabda yang tak terbilang jumlahnya dan dapat merupakan suatu persiapan bagi Injil yang benar... Kami mau menunjukkan, lebih-lebih pada zaman sekarang ini, bahwa baik penghormatan maupun penghargaan terhadap agama-agama tadi, demikian pula kompleksnya masalah-masalah yang muncul, bukan sebagai suatu alasan bagi Gereja untuk tidak mewartakan Yesus Kristus kepada orang-orang bukan Kristen. Sebaliknya Gereja berpendapat bahwa orang-orang tadi berhak mengetahui kekayaan misteri Kristus.

Dalam pidatonya pada 7 Desember 1990, yang diberi judul Redemptoris Missio (Tugas Perutusan Sang Penebus), yang juga diterbitkan KWI tahun 2003, Paus Yohanes Paulus II mengatakan:

Tugas perutusan Kristus Sang Penebus, yang dipercayakan kepada Gereja, masih sangat jauh dari penyelesaian. Tatkala Masa Seribu Tahun Kedua sesudah kedatangan Kristus hampir berakhir, satu pandangan menyeluruh atas umat manusia memperlihatkan bahwa tugas perutusan ini masih saja di tahap awal, dan bahwa kita harus melibatkan diri kita sendiri dengan sepenuh hatiKegiatan misioner yang secara khusus ditujukan kepada para bangsa (ad gentes) tampak sedang menyurut, dan kecenderungan ini tentu saja tidak sejalan dengan petunjuk-petunjuk Konsili dan dengan pernyataan-pernyataan Magisterium sesudahnya. Kesulitan-kesulitan baik yang datang dari dalam maupun yang datang dari luar, telah memperlemah daya dorong karya misioner Gereja kepada orang-orang non-Kristen, suatu kenyataan yang mestinya membangkitkan kepedulian di antara semua orang yang percaya kepada Kristus. Sebab dalam sejarah Gereja, gerakan misioner selalu sudah merupakan tanda kehidupan, persis sebagaimana juga kemerosotannya merupakan tanda krisis iman.

Jadi, bagi kaum Kristen, menjalankan misi Kristen adalah satu kewajiban asasi yang menurut mereka wajib ditunaikan. Hal yang senada juga ada pada ajaran dakwah dalam Islam. Umat Islam wajib berdakwah, menyeru muslim dan non-Muslim untuk berpegang kepada kebenaran. (QS 3:104). Nabi Muhammad saw juga sangat aktif dalam berdakwah kepada non-Muslim, mengajak mereka untuk kembali kepada Tauhid, yakni hanya menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan Allah dengan yang lain (QS 3:64).

Nabi Muhammad saw pernah berkirim surat kepada Heraclius (Kaisar Romawi), yang isinya: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad Rasul Allah untuk Heraclius Kaisar Romawi yang agung. Keselamatan bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Selain itu, sesungguhnya aku mengajak Tuan untuk masuk Islam. Masuklah Tuan ke dalam Islam, maka Tuan akan selamat dan hendaklah Tuan memeluk Islam, maka Allah memberikan pahala bagi Tuan dua kali dan jika Tuan berpaling, maka Tuan akan menanggung dosa orang orang Romawi.

Jadi,bisa dikatakan, adalah bisa dimengerti jika orang Kristen berusaha melakukan Kristenisasi dan orang Muslim melakukan Islamisasi. Dalam konteks seperti inilah, untuk mewujudkan kerukunan antar umat beragama di Indonesia, maka diperlukan sikap saling memahami dan adanya kesepakatan akan satu tata aturan main atau kode-etik dalam penyebaran agama, agar tidak terjadi benturan yang merusak kerukunan umat beragama. Kesepakatan dan kesepahaman ini membutuhkan dialog yang terus-menerus, sebab masalah penyiaran agama ini merupakan hal yang sensitif.

Kristenisasi, misalnya, bukan hanya sangat sensitif bagi orang Muslim, tetapi juga bagi umat agama lain. Tokoh Hindu India, Mahatma Gandhi, juga dikenal sangat kritis terhadap gerakan misi Kristen di India. Pada bulan April 1931, dia pernah melontarkan komentar soal misi asing di India: If instead of confining themselves purely to humanitarian work and material service to the poor they limit their activities, as at present, to proselytising by means of medical aid, education, etc. then I would certainly ask them to withdraw. Every nations religion is as good as any others. Certainly Indias religions are adequate for her people. We need no converting spirituality. (John C.B. Webster, Gandhi and the Christians: Dialogue in the Nationalist Era, in Harold Coward (ed.), Hindu-Christian Dialogue: Perspectives and Encounters, (New York: Orbis Book, 1989), hal. 80-88).

Jadi, Kerukunan umat beragama memang membutuhkan usaha yang serius. Perbedaan antar agama tidak mungkin dihapuskan, sebab agama-agama itu ada memang karena adanya klaim atas kebenaran masing-masing. Kerukunan umat beragama bisa tetap terjalin, dengan tanpa mengorbankan keyakinan masing-masing. Justru, itulah indahnya sebuah kerukunan. Berbeda-beda tetapi tetapi rukun jua. (Depok, 27 April 2011).KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMADISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 (KELAS B)FAKULTAS EKONOMI S1 MANAJEMENUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONALVETERAN JAKARTAT.A 2011/2012

KATA PENGANTARPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nyakepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada baginda Nabi Besar MuhammadSAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga kami dapatmenyelesaikan makalah yang berjudul kerukunan antar umat beragama ini dengan lancar.Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari berbagaisumber yang berkaitan dengan agama islam serta infomasi dari media massa yang berhubungan denganagama islam, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Pendidikan Agama Islamatas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yangtelah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam halini dapat menambah wawasan kita mengenai implementasi iman dan takwa dalam kehidupan modern,khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkankritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.Penulis

BAB 1PENDAHULUAN1.1Latar belakangKerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkatadanya toleransi agama. Toleransi agama adalah suatu sikap saling pengertian dan menghargaitanpa adanya diskriminasi dalam hal apapun, khususnya dalam hal agama. Lalu, adakah pentingnyakerukunan umat beragama di Indonesia? Jawabannya adalah iyaKerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejateraandi negeri ini. Seperti yang kita ketahui, indonesia memiliki keragamaan yang begitu banyak. Takhanya masalaha adat istiadat atau budaya seni., tapi juga termaksud agama.Walau mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama islam,ada beberapa agama lain yang jugadianut oleh penduduk ini. Kriten, Khatilik, Hindu, dan Buhda adalah contoh agama yang dipeluk olehwarga Indonesia.Setiap agama tentu punya aturan masing-masing dalam beribadah. Namun perbedaan inibukanlah alas an untuk berpecah belah. Sebagai satu saudara dalam tanah air yang sama, kita harusmenjaga kerukunan beragama di Indonesia agar Negara ini tetap menjadi satu kesatuan yang utuh.i 1.2TUJUANTujuan kelompok kami mempelajari dan membuat makalah ini yang berjudul kerukunan antarumat beragama yaituUntuk mewujudkan peribadatan kepada allah swt dengan perilaku dan perbuatan, yang dapatdikatakan sebagai pandangan hidup dan sikap hidup atau gaya hidup serta menjadikan jiwa beradadalam perlindungan dari suatu yang ditakuti dan menjaga diri dari perbuatan dosaii BAB IIKERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA2.1AGAMAMERUPAKANTAHMATTUHANBAGIMANUSIAHidup beragama tampak pada sika dan cara perwujudan sikap hidup beragama seorang yangmenerima sesama yang beragama apapun sebagai sesama hamba Allah. Karena keyakinan seorangbahwa Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mengasihi setiap manusia dan seluruh umatmanusia tanpa diskriminasi berdasarkan kemaha-adilan Tuhan, maka dia pun wajib dan tak punyapilihan lain, selain mengasihi sesamanya tanpa diskriminasi berdasarkan agama, budaya, etnik, profesi,atau kepentingan tertentu yang berbeda. Perbedaan ciptaan Allah ditengah alam semesta adalah suatukeniscayaan yang patut diterima sebagai anugerah yang harus disyukuri. Hal demikian harus menjadilebih nyata pada hidup beragama di tengah pluralitas agama sebagai keniscayaan yang diterima dandisyukuri sebagai anugerah Allah.Seorang yang tulus dalam beragama akan menghormati, menghargai dan bahkan mengasihi ataumerahmati sesamanya karena sesamanya adalah manusia yang dikasihi Allah. Seorang yang tulusberagama mengasihi sesamanya hanya dengan berpamrih pada Tuhan sebagai sumber segala kasih danrahmat. Kasih atau cinta kepada sesama manusia harus dapat menembus atribut-atribut yangmengemasnya. Atribut-atribut perbedaan yang melekat pada diri seorang tak harus menjadi perisaiyang menangkis atau menangkal kasih atau rahmat yang diberikan oleh orang lain kepadanya. Secarahakiki, manusia adalah manusia ciptaan Allah sehingga saling berbeda tidak mengharuskan seoranguntuk berlaku tak adil dengan membeda-bedakan seorang dengan dirinya sendiri atau dengan oranglain atau dengan memperlakukan sesama secara diskriminasi karena berbeda agama, suku, atau statusdan lain sebagainya.Membedakan diri sendiri dengan orang lain adalah perbuatan akal sehat, tetapi membeda-bedakanatau melakukan diskriminasi terhadap orang lain justru bertentangan dengan akal sehat dan nilaikemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh umat beragama dari setiap agama yang saling berbeda. Karenaitu, membeda-bedakan manusia berdasarkan perbedaan agama sesungguhnya bertentangan denganajaran agama. Sebagai bangsa yang beragama, sepatutnya kita menjadi contoh terbaik bagi umatmanusia sedunia dengan cara hidup yang saling mengasihi dan saling merahmati dengan menerimaperbedaan agama sebagai rahmat Allah.1 2.2PENGERTIANPLURALITASDALAMBERAGAMADANRUANGLINGKUPNYAPluralitas berasal dari bahasa Inggris, plural, antonym dari kata singular, secara genetika iaberarti kejamakan atau kemajemukan. Dengan kata lain, ia adalah kondisi objektif dalam suatumasyarakat yang terdapat didalamnya sejumlah kelompok saling berbeda, baik strata ekonomi, ideologi,keimanan, maupun latar belakang etnis.Secara filosofis, pluralitas dibangun dari prinsip pluralisme, yaitu sikap, pemahaman dankesadaran terhadap kenyataan adanya kemajemukan, keragaman sebagai sebuah keniscayaan, sekaligusikut secara aktif memberikan makna signifikannya dalam konteks pembinaan dan perwujudankehidupan berbangsa dan bernegara kearah manusiawi yang bermartabat.Pluralitas adalah keragaman dalam sebuah wujud persatuan. Keragaman, keunikan, dan parsialitu merupakan realitas yang tak terbantahkan, secara sosiologis, manusia terdiri dari berbagai etnis danbudaya yang saling berbeda dan mengikat dirinya antara satu dengan lainnya.Salah satu yang paling penting dalam ranah pluralitas adalah sesuatu yang terkait dengankepercayaan atau agama yang dianut oleh masyarakat. Pluralitas agama sangat mewarnai sejarahkehidupan, sosial, tidak terkecuali masyarakat kontemporer, baik dalam skala kecil maupun skala besar,terutama pada negara-negara yang sangat mengedepankan relegiusitas.Keragaman agama, sebagaimana keragaman etnisitas suku dan bangsa, juga dipahami dalamsatu perspektif kemanusiaan yang hidup berdampingan dengan kekhasannya membangun kehidupanbersama, keunikan-unikan ini bukanlah ancaman terhadap pemeluk agama yang satu terhadapeksistensi agama yang lainnya, tetapi akan lebih memperjelas keunikan sendiri. Agama yang dianut olehseorang pemeluknya menjadi identitas pribadinya sekaligus cerminan kesucian agamanya.2.3KEBERSAMAANDALAMPLURALITASAGAMAPada bulan Maret 2009 ini, sebagian besar umat Islam khususnya di Pontianak memperingatiMaulid, kelahiran Nabi Muhammad SAW. Diantara harapan dan tujuan dalam peringatan tersebutadalah meningkatkan kualitas diri dalam beragama, khususnya dalam meneladani kehidupan NabiMuhammad SAW. Salah satu yang perlu diteladani kehidupan Nabi Muhammad SAW adalahpenghargaan beliau terhadap pluralitas agama dan penolakan tegas terhadap pluralisme agama. Hanyasaja permasalahannya, istilah pluralisme agama dan pluralitas agama terkadang ditukar atau disamakanpengertiannya.Menggunakan istilah pluralisme agama, tetapi pengertian dan contoh yang dikemukakan adalahpluralitas agama. Sesungguhnya dua istilah ini sangat berbeda pengertiannya. Pluralitas agama ialahrealitas sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat berupa keragaman agama yang hidupberdampingan dengan agama-agama yang lain. Pluralitas agama seperti ini merupakan suatukeniscayaan yang diterima bahkan dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah. KomunitasMadinah terdiri dari muslim, Yahudi, Nasrani, dan berbagai keyakinan lainnya. Nabi Muhammad SAW berinteraksi secara damai dengan penganut agama dan keyakinan yang bermacam-macam. Orang-orangYahudi Khaibar di Madinah yang tidak memusuhi Islam diberikan oleh Nabi Muhammad SAW berupalahan untuk digarap dan ditanami sebagai mata pencaharian mereka. Sebagian hasilnya dimakan olehmereka dan sebagiannya diberikan kepada Baitul Mal di Madinah.Dalam rangka membangun dan memelihara kerukunan hidup antar umat beragama danketertiban dalam bermasyakat dan bernegara, Nabi Muhammad SAW membuat Piagam Madinah.Piagam Madinah ini terdiri atas 37 pasal, diantaranya memuat perjanjian bahwa apabila kota Madinahdiserang musuh, maka semua penganut agama berkewajiban membela Madinah dan melawan musuhsecara bersama-sama. Bahkan dalam hadis sahih riwayat Bukhari disebutkan bahwa ketika Asma' puteriAbu Bakar menolak pemberian hadiah dari ibunya (mantan isteri Abu Bakar) karena masih musyrik,maka Allah menurunkan ayat 8 surat al-Mumtahanah (S.60) "Allah tidak melarang kamu berbuat baikdan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula)mengusir kamu dari negerimu". Dengan demikian, pluaralitas agama seperti ini harus dipelihara dandibina dalam rangka menjaga kebersamaan dan kedamaian dalam kehidupan sosial dan kemanusiaan.Sedangkan pluralisme agama ialah suatu paham dan keyakinan bahwa semua agama sama dankebenaran setiap agama bersifat relatif serta setiap penganut agama tidak boleh mengklaim bahwahanya agamanya saja yang benar. Pengertian seperti inilah yang dibangun oleh John Hick yangpendapatnya menjadi acuan hampir semua kaum pluralis. Ia menegaskan bahwa semua agama adalahsama dan tidak ada yang lebih baik daripada yang lain. Kata DR. Anis Malik Thoha, penulis disertasi at-Ta'addudiyyah ad-Diniyyah: Ru'yah Islamiyyah (Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis) di UniversitasIslam Internasional Islamabad Pakistan, bahwa pengertian pluralisme agama yang dikemukakan diatassangat jelas dan gamblang. Pluralisme agama ini tidak dibenarkan dalam Islam. Nabi Muhammad SAWmenolak dengan sangat tegas. Ketika para tokoh musyrik menawarkan usul kompromi kepada beliauagar mau beribadah selama setahun di tempat ibadah mereka, dan mereka pun beribadah selamasetahun di masjid, maka Allah menurunkan teguran dan perintah tegas ayat 6 surat al-Kafirun: "LakumDinukum wa liya Din (Bagi kamu agama kamu, dan bagiku agamaku). Tidak boleh atas nama toleransidan harmonisasi, lalu akidah dan agama dikorbankan. Toleransi dan harmonisasi adalah dalam kontekskehidupan sosial, ekonomi, politik, dan kemanusiaan lainnya.Oleh karena itu, ajaran Islam bersifat ekslusif dalam masalah prinsip akidah dan ritual ibadah,namun sangat inklusif dalam konteks hubungan sosial, ekonomi, politik, dan kemanusiaan lainnya.Ketika ada acara penyembuhan dan doa yang diselenggarakan oleh umat non Islam, bagi umat Islamtidak boleh ikut dalam acara tersebut, sebab di dalamnya ada upacara ritual doa. Pemimpin upacaramemohon penyembuhan kepada Tuhan mereka, lalu umat Islam yang ikut meng-amin-kan. Hal inimerusak akidah, sebab sudah mempercayai bahwa ada yang menyembuhkan selain Allah. Ini adalahkepercayaan musyrik. Demikian juga upacara ritual lainnya yang diselenggarakan oleh agama dankepercayaan apapun, umat Islam tidak boleh ikut dalam acara tersebut.Salah satu aliran dari pluralisme agama adalah teologi global. Dalam teologi global inimemandang agama-agama lebih bersifat sosiologis, kultural, dan ideologis. Bersifat sosiologis dankultural maksudnya agama-agama yang ada di dunia ini harus disesuaikan dengan kondisi sosial budayamasyarakat modern yang plural. Dikatakan ideologis sebab ia telah menjadi bagian dari program gerakan globalisasi yang jelas-jelas memasarkan ideologi Barat yang bertujuan agar semua menjaditerbuka dan bebas menerima ideologi dan nilai-nilai kebudayaan Barat seperti demokrasi, hak asasimanusia, feminisme/gender, liberalisme dan sekularisme.Istilah pluaralisme dalam sejarahnya sebetulnya, lebih dikenal dalam dunia ilmu sosial dan ilmupolitik. Tapi kemudian diadopsi ke dalam ranah agama, menjadi pluralisme agama. Maka di sinilahkemudian menimbulkan masalah. Pluralisme politik adalah sebuah teori yang menentang kekuasaanmonolitik negara dan semua partai politik mempunyai kedudukan yang sama sehingga tidak bolehdiperlakukan berbeda antara satu dengan lainnya. Pluralisme sosial dalam pengertian bahwa semuasuku dan ras yang ada dalam suatu komunitas mempunyai kedudukan yang sama dan tidak diperlakukanberbeda antara satu dengan lainnya. Ketika keyakinan agama yang sangat prinsip ini disamakan sepertihalnya dalam pluralisme sosial dan pluralisme politik, maka di sinilah kemudian bermasalah. Agamamemiliki konsep teologi (akidah), ritual ibadah, dan standar moralitas. Kalau semua agama sama,bagaimana mungkin Nabi Muhammad SAW repot-repot berdakwah dan mengajak para tokoh danpenguasa di Jazirah Arab non Islam agar masuk Islam? Sebagaimana diriwayatkan Bukhari dalam hadissahih. Bahkan beliau bersabda: "Demi Zat Yang menguasai jiwa Muhammad tak ada seorang pun, baikYahudi maupun Nasrani yang mendengar tentang diriku dari umat Islam ini, kemudian ia mati tanpaberiman kepada ajaran yang aku bawa, kecuali ia akan menjadi penghuni neraka. (HR. Muslim). **2.4AGAMADAPATMENJADIFAKTORPEREKATDANKONFLIKDALAMMASYARAKATA. Agama Sebagai Faktor Konflik Di MasyarakatAgama dalam satu sisi dipandang oleh pemeluknya sebagai sumber moral dan nilai, sementaradi sisi lain dianggap sebagai sumber konflik. Menurut Afif Muhammad[1] : Agama acap kalimenampakkan diri sebagai sesuatu yang berwajah ganda. Sebagaimana yang disinyalir oleh JohnEffendi[2] yang menyatakan bahwa Agama pada sesuatu waktu memproklamirkan perdamaian, jalanmenuju keselamatan, persatuan dan persaudaraan. Namun pada waktu yang lain menempatkan dirinyasebagai sesuatu yang dianggap garang-garang menyebar konflik, bahkan tak jarang, seperti di catatdalam sejarah, menimbulkan peperangan.Sebagaiman pandangan Afif Muhammad, Betty R. Scharf juga mengatakan bahwa agama jugamempunyai dua wajah. Pertama, merupakan keenggaran untuk menyerah kepada kematian, menyerahdan menghadapi frustasi.Kedua, menumbuhkan rasa permusuhan terhadap penghancuranb ikatan-ikatankemanusiaan[3]. Fakta yang terjadi dalam masyarakat bahwa Masyarakat menjadi lahan tumbuhsuburnya konflik. Bibitnya pun bias bermacam-macam. Bahkan, agama bias saja menjadi salah satufactor pemicu konflik yang ada di Masyarakat itu sendiri.B. Agama dan Indikasi Konflik Factor Konflik yang ada di Masyarakat secara tegas telah dijelaskan dalam Al-quran sepertidalam surat Yusuf ayat 5, disana dijelaskna tentang adanya kekuatan pada diri manusia yang selaluberusaha menarik dirinya untuk menyimpang dari nilai-nilai dan Norma Ilahi. Atau, secara kebih jelas,disebutkan bahwa kerusakan diakibatkan oleh tangan manusia, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Rom ayat 41. Ayat-ayat ini bisa dijadikan argumentasi bahwa penyebar konflik sesungguhnya adalahmanusia.Salah satu cikal bakal konflik yang tidak bisa dihindari adalah adanya perbedaan pemahamandalam memahami ajaran agama masing-masing pemeluk. Peking tidak konflik terjadi intra Agama ataudisebut juga konflik antar Madzhab, yang diakibatkan oleh perbedaan pemahaman terhadap ajaranAgama.Ada dua pendekatan untuk sampai pada pemahaman terhadap agama. Pertama, Agama dipahami sebagai suatu doktrin dan ajaran. Kedua, Agama di pahami sebagai aktualisasi dari doktrintersebut yang terdapat dalam sejarah[4]. Dalam ajaran atau doktrin agama, terdapat seruan untukmenuju keselamatan yang dibarengi dengan kewajiban mengajak orang lain menuju keselamatantersebut. Oleh karena itu, dalam setiap agama ada istilah-istilah Dakwah, meskipun dalam bentuk yangberbeda. Dakwah merupakan upaya mensosialisasikan ajaran agama.Bahkan, tidak jarang masing-masing agama menjastifikasikan bahwa agamanyalah yang palingbenar. Apabila kepentingan ini di kedepankan, masing-masing agama akan berhadapan satu sama laindalam menegakkan hak kebenarannya. Ini yang memunculkan adanya entimen agama. Dan inilah yangkemudian melahirkan konflik antar agama, bukan intra agama. Berdasarkan fenomena itu, sebenarnyatimbullah konflik antarumat beragama tersebut didorong oleh beberapa faktor, yaitu:1) Faktor tradisi, yang ada sejak nenek moyang mereka dengan sifat.2) Faktor kekerabatan antarsuku bangsa, yang saling menonjolkan yang menimbulkan sengketa.3) Faktor misi dakwah, yang harusnya menekankan aspek kemanusiaan dan pemberdayaan umat,malahmenyimpang ke hal-hal yang radikal.4) Faktor kerjasama antartokoh agama, pemimpin adat dan aparat pemerintah yang jarang sekaliberdialog.5) Ada persepsi antarumat agama, bahwa perbedaan agama merupakan masalah yang tidak lazim danharus diperdebatkan.6) Adanya provokasi yang menimbulkan perpecahan, baik oleh masyarakat, tokoh dan pemimpinmaupun pihak ketiga.Cara Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Indonesia yang multikultural terutama dakam hal agama membuat Indonesia menjadi sangat rentangterhadap konflik antar umat beragama. Maka dari itu menjaga kerukunan antar umat beragamasangatlah penting. Dalam kaitannya untuk menjaga kehidupan antar umat beragama agar terjagasekaligus tercipta kerukunan hidup antar umat beragama dalam masyarakat khususnya masyarakatIndonesia misalnya dengan cara sebagai berikut:1. Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain yaitu dengancara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan mau menghargaikeyakinan orang lain.2. Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkanorangnya. Misalnya dalam hal terorisme.3. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena ini bagian dari sikapsaling menghormati.4. Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak mendapat fasilitas yangsama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya.Dengan memperhatikan cara menjagakerukunan hidup antar umat beragama tersebut hendaknya kita sesama manusia haruslah saling tolongmenolong dan kita harus bisa menerima bahwa perbedaan agama dengan orang lain adalah sebuahrealitas dalam masyarakat yang multikultural agar kehidupan antar umat beragma bisa terwujud.Cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama adalah denganmengadakan dialog antar umat beragama yang di dalamnya membahas tentang hubungan antar sesamaumat beragama. Selain itu ada beberapa cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antarumat beragama antara lain:a) Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lainb) Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan orangnya.c) Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan mengganggu umat lain yang sedang beribadah.d) Hindari diskriminasi terhadap agama lain.Langkah-langkah berikut akan meminimalkan konflik agama yaitu sebagai berikut :1. Menonjolkan segi-segi persamaan dalam agama, tidak mempedebatkan segi-segi perbedaan dalamagama.2. Melakukan kegiatan social yang melibatkan para pemeluk agama yang berbeda.3. Mengubah orientasi pendidikan agama yang menekankan aspek sektoral fiqhiyah menjadi pendidikanagama yang berorientasi pada pengembangan aspek universal rabbaniyah. 4. Meningkatkan pembinaan individu yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang memiliki budipekerti yang luhur dan akhlakuk karimah.5. Menghindari jauh-jauh sikap egoisme dalam beragama.PENDAHULUANKerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umatberagama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan kehidupanbermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan ibadahnya.Bangsa Indonesia diciptakan oleh Tuhan dalam suasana kemajemukan, baik dari suku, ras agamamaupun budaya. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar didunia dengan berbagai segikemajemukan sosial-budaya akan tetap menjadi gejala yang harus selalu diperhitungkan dalammewujudkan keutuhan dan persatuan nasional, kemajemukan atau pluralitas bangsa adalah kenyataanhidup yang sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa dan tidak saling mengganggu keimananmasing-masing pemeluk agama.Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 manyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiappenduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dankepercayaan itu. Peryataan tersebut mengandung arti bahwa keanekaragaman pemeluk agama yangada di Indonesia diberi kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan keyakinannyamasing-masing. Namun demikian kebebasan tersebut harus dilakukan dengan tidak mengganggu danmerugikan umat beragama lain, karena terganggunya hubungan antar pemeluk berbagai agama akanmembawa akibat yang dapat menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa.[1]Berbagai kebijakan dan program dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunanKetahanan Nasional yang kokoh, yaitu melalui kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupanberagama dan ketahanan budaya. Agama mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting danstrategis, utamanya sebagai landasan spiritual, moral dan etika dalam pembangunan KetahananNasional yang kokoh. Agama sebagai sistem nilai seharusnya dipahami dan diamalkan oleh setiapindividu, keluarga, masyarakat serta menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara.Sementara itu dalam dinamika kehidupan beragama di Indonesia seringkali dijumpai kelompok,gerakan atau aliran keagamaan yang dianggap menyimpang dari kaidah, ibadah atau pendirian yangdianut oleh mayoritas umat. Karena itu, keberadaan mereka seringkali eksklusif, radikal atau ekstrimserta memiliki fanatisme buta, kelompok semacam ini kerap disebut dengan istilah sempalan atau sekteyang menyimpang. Disini pula letak kekurangan kalangan yang sering menyuarakan sikap-sikap tolensiagama.Selama berabad-abad, suku bangsa di Indonesia umumnya hidup rukun tanpa benturan yangberarti. Filsafat Pancasila yang bertumpu pada agama melalui Ketuhanan Yang Maha Esa memberikonsep perdamaian abadi, namun dimasa reformasi konflik kesukuan, ras, agama pelapisan masyarakatsepertinya ikut mengusik kerukunan tersebut. Negara yang multi agama seperti Indonesia, kerukunan hidup umat beragama merupakan salahsatu faktor pendukung terciptanya stabilitas dan Ketahanan Nasional. Karena itu kerukunan umatberagama perlu dibina dan ditingkatkan agar tidak menjurus kepada ketegangan yang dapatmenimbulkan perpecahan bangsa.Kerusuhan-kerusuhan yang terjadi akhir-akhir ini bukanlah kerusuhan agama, tetapi umatberagama dijadikan alat untuk mempercepat meletusnya kerusahan. Menurut statistik politik, yangpaling cepat menimbulkan kerusuhan adalah alasan agama dan alasan sosial ekonomi. Sebagai buktimisalnya banyak didaerah terjadi konflik yang di isu kan orang tertentu menjadi isu sentimen agamayang walaupun pemerintah telah memberitahukan dengan tegas bahwa kejadian-kejadian yang terjadibukanlah isu agama tetapi beberapa orang yang tidak bertanggung jawab bahkan yang senang dengankekacauan untuk mencari keuntungan kelompok ataupun pribadi; sehingga pemerintah tidak mampumembendung keributan terjadi disana sini. Bahkan ada dari beberapa orang yang kita anggap tokohdalam satu daerah membuat isu yang berelebihan tentang terjadinya penyebaran agama sehingga olehorang-orang tertentu tadi terjadi konflik bahkan kekisruhan yang berlarut larut sebagai contohKristenisasi atau Islamisasi.Memang kalau kita berbicara tentang agama dan negara akan sulit dimana pertemuannya,namun warga atau umat beragama harus patuh sebagai warga negara kepada aturan negara yangwalaupun pada dasarnya bahwa agama tidak boleh diatur oleh negara dan hal ini perlu diatur denganbaik, sehingga umat merasakan pemerintah bertindak adil dan melindungi semua warganya tanpa pilihkasih, karena ketidakrukunan juga bisa terjadi karena aturan pemerintah yang kadang-kadang terlaluover produktif sehingga sesama umat beragama terjadi kecemburuan sosial atau kecemburuan tentangperizinan pendirian rumah ibadah.BEBERAPA PANDANGAN TENTANG KERUKUNANa. Pandangan IslamDalam mewujudkan kerukunan umat Islam melalui wadah politik temyata sangat sulit dilaksanakan.Untuk itu perlu diupayakan melalui wadah atau metode yang lain. Hal itu tergantung dad kesadarandan kemauan baik para pemimpin Islam itu sendiri. Tentunya mereka harus bisa memilih-milih antaratujuan dengan alat. Kerukunan dan persatuan umat Islam adalah termasuk tujuan, sebab merupakanbagian dari nilai-nilai dasar ajaran Islam. Sedangkan organisasi, baik orpol maupun ormas, hanyalah alatuntuk mencapai tujuan tersebut.Pertama, memilih wadah. sejarah kepartaian di Indonesia menunjukan bahwa melalui bidang politikumat Islam sulit bersatu. Tetapi melalui bidang sosial keagamaan atau non politik, kelompok-kelompokumat Islam boleh dikatakan tidak sulit untuk diajak bekerja sama. Kita ambil beberapa contoh,misalnya saja melalui wadah Majelis Ulama Indonesia (MUI) kita melihat para pemuka Islam dariberbagai ormas Islam dapat duduk bersama dalam satu meja. Dalam upaya untuk membina danmemantapkan kerukunan hidup umat beragama kita sangat mengharapkan reran aktif dari pemerintahmelalui Departemen Agama dengan segenap aparatnya memberikan bimbingan dan pelayanan kepadamasyarakat juga dijiwai oleh semangat untuk merukunkan umat beragama secara menyeluruh. . Kedua, memilih metode. Telah banyak cara yang dicoba untuk memperkukuh kerukunan hidup antarumat Islam, seperti : mengadakan musyawarah, sarasehan, silaturahmi, diskusi, seminar, kerja samasosial kemasyarakatan dan lain-lain. Kita mengetahui bahwa dalam menyampaikan informasi kepadaumat, maka yang menjadi ujung tombak kita adalah para mubaligh/da'i dan dosen/guru agama, karenamerekalah yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Oleh karena itu perlu dibentuk semacamforum komunikasi para mubaligh/da'i dan forum komunikasi dosen/guru agama. Mereka dipertemukanuntuk bermusyawarah guna untuk menyamakan misi dan visi serta program kerja. Sesuai kondisi saatini, maka prioritas pertama ialah memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui khutbah,ceramah, pengajian, kuliah, pelajaran, dan lain-lain; dengan materi tentang pentingnya memperkukuhukhuwah Islamiah. Khususnya kepada para remaja dan pemuda yang akan menjadi pemimpin di masadepan perlu ditanamkan nilal-nilai tentang ukhuwah Islamiah khususnya, dan alakhlaqul karimah padaumumnya. Para pelajar dan mahasiswa dari berbagal golongan Islam perlu dibiasakan saling bertemudan bekerjasama, dalam melakukan kegiatan-kegiatan Islam, misalnya bersama-samamenyelenggarakan peringatan hani besar Islam. Kegiatan yang dapat mengerahkan seluruh kekuatanIslam dengan sendirinya akan menampakkan syiar Islam.b. Pandangan Kristen ProtestanMasalah kerukunan di lingkungan umat Kristen Protestan selama lebih dari dua dasa warsa tidakmengalami permasalahan yang berarti dan menunjukkan semangat keberagamaan yangmengembirakan.Mengenai nila-nilai kerukunan yang terdapat dalam umat Kristen Protestan yang perlu diingat yaituterciptanya kesatuan pelayanan bersama yang berpusat pada kasih Kristus. Di depan kita adakebinekaan masyarakat, pluralisme agama, kemiskinan maupun kekayaan yang dapat menggangu imandan kepercayaan seseorang, adanya banyak krisis isu Kristenisasi dan isu-isu Peta Kerukunan Propinsijawa Tengah yang lain yang menyibukkan kita sepanjang masa. Begitu banyak masalah yang dihadapioleh masyarakat Jawa Tengah pada khususnya, akan tetapi Tuhan menempatkan umat-Nya dalamrangka rencana menyelamatkannya. Kita sadar bahwa banyak masalah-masalah yang dihadapi, namunkita harus bersyukur bahwa sudah banyak masalah yang dapat diselesaikan walaupun hasilnya belummemuaskan. Karena situasi umum masyarakat kita komplek dan menantang, begitu juga situasikekristenan yang memprihatinkan karena berkaitan dengan pertumbuhan baik yang bersifat kuantitasmaupun kualitas yang semu. Oleh karena itu perlu lebih kritis dalam menilai pertumbuhan yangbersifat ke dalam, artinya berkaitan dengan gereja-gereja, agar jangan terlalu gegabah untukmengatakan sudah banyak yang kita perbuat dalam kesatuan pelayanan. Di samping itu kita dituntutbersama atas misi yang sama terhadap pelayanan bagi masyarakat untuk menjadi berkat bagi sentiaporang. Kesatuan pelayanan itu didasarkan atas ketaatan dan kesetiaan kepada misi yang dipercayakansebagai umat yang satu dan yang menerima tugas yang satu, dari Kristus untuk dunia.c. Pandangan Kristen KatolikPertama, Pembebasan Menuju Persaudaraan Sejati. Masa depan bangsa ada di tangan kita juga. Kalaukita berkutat hanya memikirkan luka-luka bathin, kita akan menetap dalam status quo identitas kelompok. Dalam konteks Indonesia dewasa ini kalau kelompok-kelompok masyarakat mampumembebaskan diri dari kepentingan kelompok dan berorientasi ke kesejahteraan umum (bonumcommune), proses membangun Indonesia menuju persaudaraan sejati terjadi. Dalam orientasi itudiandaikan mampu melihat nilai-nilai luhur yang ingiri diraih. Mungkin tidak disadari oleh kelompok,tetapi dalam proses akan ditemukan, bahwa yang digali adalah penghormatan terhadap martabatmanusia sebagai pribadi. Dasar kemanusiaan ini akan mengembangkan semangat solidaritas.Selanjutnya kalau makin berkembang akan memiliki sikap mengutamakan keberpihakan pada yanglemah. Nilai-nilai universal itulah yang hendaknya disasar dalam membangun persaudaraan sejati.Kedua, Dialog Hidup Menuju Dialog Karya dan Sharing Iman. Apa arti dialog? Dialog bukan hanyaberdiskusi, tetapi juga meliputi semua hubungan antar umat beragama yang positif dan konstruktifdengan pribadi pribadi dan jemaat-jemaat dari agama lain, yang diarahkan untuk saling memahami dansaling memperkaya pengetahuan.Dalam mencapai kebenaran manusia menyadari baik batas-batasnya maupun kemampuan-kemampuannya untuk mengatasinya. Orang yang tidak memiliki kebenaran secara sempurna dan utuh,tetapi dapat bersama orang-orang lain menuju kebenaran tadi. Peneguhan timbal balik, salingmengoreksi dan hubungan persahabatan akan membawa rekan dialog menjadi makin matang, yangpada akhimya akan menghasilkan persatuan antara pribadi. Dialog kehidupan mencakup perhatian,penghormatan dan sikap ramah kepada orang lain mengenal, identitas pribadinya, caranyamengungkapkan, nilai-nilai miliknya. Dialog karya merupakan penemuan titik temu karya bersama dankerjasama dengan orang lain, lintas iman/agama/kepercayaan untuk tujuan yang ditentukan bersama.Dialog sharing iman dimaksud agar saling membagi pengalaman iman mengenal pihak lain, mengenaido'a, ungkapan ibadatnya dan lain-lain. Akhir-akhir ini muncul di kalangan kaum muda lintas iman untukhadir dalam upacara keagamaan, yang cukup diterima umat. Untuk dialog sharing iman ini diandalkanpara peserta sudah maju tarap berfikimya, karena mereka itu sudah yakin akan kebenaran agamanyasendiri, tetapi ingin diperkaya pengalaman bersama umat yang berbeda imannya.d. Pandangan HinduDalam upaya membina dan meningkatkan kerukunan umat agar senantiasa melaksanakan ataumewujudkan dharma dalam bentuk karma sesuai dengan swadharma masing-masing dan senantiasamemahami dan mengaplikasikan ajaran Tri Rita Karana dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya di hafalataupun diucapkan saja. Dengan pemahaman swadharma, akan terhindar dari pola pikir meremehkanorang lain, merendahkan orang lain, ataupun agama orang lain, karena derajat manusia sesama ciptaanTuhan adalah sama. Orang akan bekerja sesuai dengan profesi, dan menghargai profesi orang lain sesuaidengan swadharmanya, karena pada hakikatnya bekerja yang sesuai dengan dharma adalahmerupakan pengabdian kepada Tuhan. Dengan demikian akan tercipta rasa kedamaian dan keadilansebagai atas penunjang terciptanya kerjasama dan akhirya menciptakan kerukunan sebagaimana yangdiharapkan.e. Pandangan Budha Nilai-nilai kerukunan yang terdapat dalam agama Budha yaitu tercermin bagi umat Budha dalammenjalankan pelajaran 8 jalan utama, yaitu Pengertian yang benar dan Pikiran yang benar, yang akanmembawa Kebijaksanaan dalam kehidupannya di dunia ini. Selanjutnya dengan Ucapan, Perbuatan danMata Pencahariannya yang baik akan membawanya kepada Sila atau Budi Pekertinya yang luhur.Sehingga bila mereka-mereka ini telah dapat menjalankannya, setidak-tidaknya berusaha memenuhilima jalan utamanya terlebih dahulu, yaitu pengertian, pikiran, ucapan, perbuatan, dan matapencaharian yang baik, berarti bisa menjalankan kehidupan di dunia ini yang lumrah sebagai manusia.Mengapa Sang Budha mengajarkan Pengertian yang benar sebagai jalan pertama dari delapan jalanutama yang diajarkan. Karena pengertian yang benar dan baik itu. merupakan kunci yang utama dalamkehidupan sosial bermasyarakat di dunia ini. Dalam hubungan berumah tangga, hubungan bertetangga,hubungan dalam pekerjaan dan hubungan apa saja di dalam bermasyarakat memerlukan pengertianyang benar dan baik, sehingga hubungan-hubungan itu bisa berjalan dengan baik tanpa ada keributan,atau dengan kata lain tercipta adanya kerukunan. Maka ada istilah yang mengatakan, bila anda merasahidup ini merasa menderita belajarlah dari agama Budha, nanti anda akan diajarkan sampai mendetailbagaimana cara melepaskan penderitaan itu. Umat Budha itu berpandangan bahwa manusia hidup didunia ini pada dasarnya mengalami penderitaan, maka dalam perjalanan hidup ini hindarilah hal-halyang akan menambah penderitaannya, dengan kunci, yaitu pengertian yang benar.Salah satu penyebab konflik antar umat beragama adalah disebabkan oleh pemahaman terhadap ajaranagama secara parsial, sehingga pemahamannya tidak menjadi utuh. Pemahaman seperti ini akanmelahirkan kelompok masyarakat yang memiliki cara pandang yang sangat sempit, yang seringmengakibatkan kekeliruan yang tidak mereka sadari. Ajaran agama, seharusnya dipahami secara integralsosial menyeluruh sehingga pemahamannya menjadi lurus sosial terhindar dari pemahamanYpendahuluaKerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umatberagama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan kehidupanbermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan ibadahnya.Bangsa Indonesia diciptakan oleh Tuhan dalam suasana kemajemukan, baik dari suku, ras agamamaupun budaya. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar didunia dengan berbagai segikemajemukan sosial-budaya akan tetap menjadi gejala yang harus selalu diperhitungkan dalammewujudkan keutuhan dan persatuan nasional, kemajemukan atau pluralitas bangsa adalah kenyataanhidup yang sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa dan tidak saling mengganggu keimananmasing-masing pemeluk agama.Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 manyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untukmemeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan itu.Peryataan tersebut mengandung arti bahwa keanekaragaman pemeluk agama yang ada di Indonesia diberi kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing.Namun demikian kebebasan tersebut harus dilakukan dengan tidak mengganggu dan merugikan umatberagama lain, karena terganggunya hubungan antar pemeluk berbagai agama akan membawa akibatyang dapat menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa.[1]Berbagai kebijakan dan program dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunanKetahanan Nasional yang kokoh, yaitu melalui kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupanberagama dan ketahanan budaya. Agama mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting danstrategis, utamanya sebagai landasan spiritual, moral dan etika dalam pembangunan KetahananNasional yang kokoh. Agama sebagai sistem nilai seharusnya dipahami dan diamalkan oleh setiapindividu, keluarga, masyarakat serta menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara.Sementara itu dalam dinamika kehidupan beragama di Indonesia seringkali dijumpai kelompok, gerakanatau aliran keagamaan yang dianggap menyimpang dari kaidah, ibadah atau pendirian yang dianut olehmayoritas umat. Karena itu, keberadaan mereka seringkali eksklusif, radikal atau ekstrim serta memilikifanatisme buta, kelompok semacam ini kerap disebut dengan istilah sempalan atau sekte yangmenyimpang. Disini pula letak kekurangan kalangan yang sering menyuarakan sikap-sikap tolensi agama.Selama berabad-abad, suku bangsa di Indonesia umumnya hidup rukun tanpa benturan yang berarti.Filsafat Pancasila yang bertumpu pada agama melalui Ketuhanan Yang Maha Esa memberi konsepperdamaian abadi, namun dimasa reformasi konflik kesukuan, ras, agama pelapisan masyarakatsepertinya ikut mengusik kerukunan tersebut.Negara yang multi agama seperti Indonesia, kerukunan hidup umat beragama merupakan salah satufaktor pendukung terciptanya stabilitas dan Ketahanan Nasional. Karena itu kerukunan umat beragamaperlu dibina dan ditingkatkan agar tidak menjurus kepada ketegangan yang dapat menimbulkanperpecahan bangsa.Kerusuhan-kerusuhan yang terjadi akhir-akhir ini bukanlah kerusuhan agama, tetapi umat beragamadijadikan alat untuk mempercepat meletusnya kerusahan. Menurut statistik politik, yang paling cepatmenimbulkan kerusuhan adalah alasan agama dan alasan sosial ekonomi. Sebagai bukti misalnyabanyak didaerah terjadi konflik yang di isu kan orang tertentu menjadi isu sentimen agama yangwalaupun pemerintah telah memberitahukan dengan tegas bahwa kejadian-kejadian yang terjadibukanlah isu agama tetapi beberapa orang yang tidak bertanggung jawab bahkan yang senang dengankekacauan untuk mencari keuntungan kelompok ataupun pribadi; sehingga pemerintah tidak mampu membendung keributan terjadi disana sini. Bahkan ada dari beberapa orang yang kita anggap tokohdalam satu daerah membuat isu yang berelebihan tentang terjadinya penyebaran agama sehingga olehorang-orang tertentu tadi terjadi konflik bahkan kekisruhan yang berlarut larut sebagai contohKristenisasi atau Islamisasi.Memang kalau kita berbicara tentang agama dan negara akan sulit dimana pertemuannya, namunwarga atau umat beragama harus patuh sebagai warga negara kepada aturan negara yang walaupunpada dasarnya bahwa agama tidak boleh diatur oleh negara dan hal ini perlu diatur dengan baik,sehingga umat merasakan pemerintah bertindak adil dan melindungi semua warganya tanpa pilih kasih,karena ketidakrukunan juga bisa terjadi karena aturan pemerintah yang kadang-kadang terlalu overproduktif sehingga sesama umat beragama terjadi kecemburuan sosial atau kecemburuan tentangperizinan pendirian rumah ibadah.2.5FAKTORPENGHAMBATKEBERSAMAANKERUKUNANANTARUMATBERAGAMAHal itu disampaikan Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni, di Jakarta, Rabu (31/12).Menag mengatakan, kerukunan umat beragama yang merupakan pilar kerukunan nasionaladalah sesuatu yang sangat dinamis, karena itu harus selalu terpelihara dari waktu ke waktu. "Kitamemang tidak boleh berhenti membicarakan dan mengupayakan pemeliharaan kerukunan umatberagama di Indonesia," katanya saat membuka Seminar Kerukunan Umat Beragama Sebagai PilarKerukunan Nasional, di Jakarta, Rabu (31/12).Menag menyebutkan, kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umatberagama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargaikesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.Ada pun kondisi kehidupan keagamaan di Indonesia saat ini, tutur Menag, diwarnai perbedaandalam pemelukan agama, yang selanjutnya membangun pengelompokan masyarakat berdasarkanpemelukan agama itu.Lebih dari itu, kondisi kehidupan keagamaan sesungguhnya juga ditandai berbagai faktor sosialdan budaya, seperti perbedaan tingkat capaian pendidikan para pemeluk agama, perbedaan tingkatsosial ekonomi para pemeluk agama, perbedaan latar belakang budaya, serta perbedaan suku dandaerah asal.Menurut dia, semua faktor sosiologis dan antropologis ini menyatu dalam interaksi antarberbagai pemeluk agama yang berbeda. Dengan demikian, kepelbagaian kepemelukan agama menjadisemakin rumit karena seringkali berhimpitan dengan kepelbagaian faktor-faktor sosiologis danantropologis itu. 2.6MENCEGAHKONFLIKANTARUMATBERAGAMAPada bagian ini akan diuraikan peranan dialog sebagai salah satu alternatif pemecahan dan pencegahankonflik antar kelompok agama di Indonesia.A. Kepentingan DialogDialog menjadi suatu kebutuhan dan keharusan dalam kehidupan kebersamaan dari segenap wargadunia ini disebabkan oleh pelbagai faktor yang dapat ditemukan baik dalam perkembangan dunia sendirimaupun dalam perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam pandangan agama-agama sendiri.Ada berbagai faktor kepentingan dari dialog, antara lain: pertama, kenyataan dunia ini semakin menjadimajemuk dalam kawasan keagamaan dewasa ini. Serentak dengan itu, dalam diri agama-agama duniasendiri telah tumbuh dan berkembang pemahamannya tentang dunia ini sebagai keseluruhan,bersamaan dengan itu telah timbul semangat misioner dari masing-masing agama dunia. Kedua, dalamkonteks Indonesia, agama Islam dan agama Kristen menghadapi tantangan yang sama saat ini yaitumaterialisme dot sekularisme. Sehingga wajar jika saling memperkuat satu sama lain dan mengadakanpendekatan suka damai dan suka membangun. Keempat, kenyataan konflik yang terjadi di Indonesiaantara Islam Kristen banyak disebabkan diantaranya adalah karena salah pengertian dan miskomunikasi,perasaan curiga, dan cemburu antar kelompok dalam masyarakat.B. Batasan DialogDialog adalah suatu percakapan yang bertolak pada upaya untuk mengerti mitra percakapan denganbaik, saling mendengar pendapat masing-masing. Karena itu, dialog merupakan pertukaran pikiran yangdi dalamnya peserta mengungkapkan pendapat atau keyakinannya, mempertimbangkannya, danberusaha memahami pendapat orang lain.Dialog dapat dibedakan dalam dua kategori: pertama: Dialog Formal, yaitu suatu dialog yang membahassuatu tema tertentu dalam suatu pertemuan, yang pembahasannya bertolak dari visi teologis masing-masing. Kedua: Dialog Informal, yaitu suatu dialog yang terjadi dalam bentuk-bentuk pergaulan,kerjasama, dan hubungan sosial antar umat yang berbeda agama. Melalui kesempatan itu, merekasaling mengenal satu sama lain.C. Sikap dalam DialogYang menentukan dalam hubungan antar agama adalah sikap dasar manusia di hadapan Tuhan. Karenasikap mendasar dalam dialog adalah sikap rendah hati di hadapan Tuhan dan keterbukaan hati.Orang Kristen mengambil bagian di dalam dialog dengan orang Islam dengan sikap: pertama,kita ambil bagian dalam dialog dengan Islam dalam keyakinan kita semua memiliki sifat umum (commonnature) sebagai yang diciptakan oleh Allah yang satu, yang adalah Bapa bagi semuanya. Kita semua hidup dari anugerah-Nya, dan kita semua bertanggung jawab kepada-Nya. Kedua, kita berdialog dengankeyakinan bahwa kita anggota tubuh Kristus yang diutus Allah Bapa untuk melanjutkan misi Kristus.Dialog merupakan panggilan misi kristiani. Karena Allah datang ke dalam dunia melalui Kristus yangmenjadi manusia dan berdialog dengan bahasa manusia. Ketiga, kita ambil bagian dalam dialog denganIslam, dalam keyakinan dan pengharapan bahwa Roh Kudus dapat dan akan menggunakan dialog iniuntuk melakukan karya-Nya.D. Saran Praktis untuk DialogAda hal-hal praktis yang perlu diperhatikan dalam dialog antara lain: pertama, kita memerlukanpendalaman tentang isi kepercayaan atau agama kita sendiri. Kita mesti mampu menjelaskan denganjujur pokok-pokok iman kita, tradisi gereja, dan lain-lain yang berkaitan dengan gereja kita sendiri.Kedua, kita memerlukan pemahaman tentang agama mereka (Islam). Ketiga, kita harus bersikap salingmenghormati tanpa memandang latar belakang, mayoritas atau minoritas, dan lain-lain.Dalam dialog informal, selain kaidah-kaidah agama secara umum, maka nilai-nilai budaya, sikap etis, danpenampilan kita akan sangat berperan dalam membantu proses dialog.2.7LANGKAHDALAMMEWUJUDKANKERUKUNANANTARUMATBERAGAMAIndonesia yang multikultural terutama dakam hal agama membuat Indonesia menjadi sangat rentangterhadap konflik antar umat beragama. Maka dari itu menjaga kerukunan antar umat beragamasangatlah penting. Dalam kaitannya untuk menjaga kehidupan antar umat beragama agar terjagasekaligus tercipta kerukunan hidup antar umat beragama dalam masyarakat khususnya masyarakatIndonesia misalnya dengan cara sebagai berikut:1. Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain yaitu dengancara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan mau menghargaikeyakinan orang lain.2. Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkanorangnya. Misalnya dalam hal terorisme.3. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena ini bagian darisikap saling menghormati.4. Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak mendapat fasilitas yangsama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya.[9]Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama tersebut hendaknya kitasesama manusia haruslah saling tolong menolong dan kita harus bisa menerima bahwa perbedaanagama dengan orang lain adalah sebuah realitas dalam masyarakat yang multikultural agar kehidupanantar umat beragma bisa terwujud