kereta cepat jakarta-bandung konstruksi dimulai juli filecepat jakarta-bandung, yakni masih pada...

1
[JAKARTA] Pembangunan konstruksi kereta api cepat ( high speed railway/HSR) Jakarta-Bandung dimulai Juli ini. Target pengoperasian proyek senilai US$ 5,9 miliar tetap dipatok pada 2019 mendatang. Selain memperlancar transportasi, kebera- daan kereta cepat ini diharapkan mampu mendorong lahirnya sentra ekonomi baru. Presiden Jokowi sempat mengeluhkan proyek yang dinilainya terhambat karena pro-kontra masyarakat. Jokowi mencan- angkan proyek ini satu setengah tahun lalu, tetapi hingga kini pembangunan fisik belum tampak. Pembebasan lahan menjadi salah satu penyebab lambatnya pengerjaan proyek. Kepastian mengenai pelaksanaan kon- struksi kereta cepat tersebut disampaikan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, Rabu (5/7). Budi mengaku sudah berdiskusi dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno terkait perkembangan proyek kereta ce- pat. Menteri BUMN, kata Menhub, akan melakukan peninjauan ke lokasi pemban- gunan terlebih dahulu sebelum pengerjaan konstruksi prasarana sepanjang 142 km itu mulai dilaksanakan. “Upaya kami adalah bagaimana membuat proyek itu cepat dilaksanakan. Menurut keterangan Bu Rini akan mulai di konstruksi pada 7 Juli ini. Tetapi Bu Rini mau ke lokasi dulu,” kata Budi. Dia menambahkan, sampai dengan saat ini belum ada pembahasan terkait perubahan target pengoperasian kereta cepat Jakarta-Bandung, yakni masih pada 2019. Selain itu, pihaknya juga mendorong agar pembebasan lahan untuk proyek itu terus dilaksanakan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Akan tetapi, Budi menyebutkan, pembangunan tetap dapat dijalankan secara simultan seiring dengan proses pembebasan lahan. “Saya mendorong upaya-upaya penyelesaian tanah ada beberapa bidang itu diselesaikan. Tetapi, pembebasan tanah dan pembangunan bisa dilakukan secara simultan. Hal tersebut seperti yang terjadi dalam pembangunan jalan tol,” imbuh Menhub. Seperti diberitakan, Presiden men- geluhkan lambatnya pembangunan kereta cepat. Proyek ini dicanangkan sejak 1,5 tahun silam. Groundbreaking oleh Presiden Jokowi dilakukan di Walini, Kabupaten Bandung Barat, pada 21 Januari 2016. Namun pembangunan fisik tak terlihat baik di kawasan Halim (Jakarta) hingga Tegalluar, Gedebage (Bandung). “Jaraknya hanya 148 kilometer, sam- pai sekarang belum mulai (tapi) ributnya sudah 2 tahun,” kata Jokowi dalam pidato penyampaian Laporan Keuangan Pemer- intah Pusat (LKPP) 2016 di Istana Bogor, Jakarta, Mei lalu. Proyek itu dikerjakan bersama oleh Konsorsium Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) yang terdiri dari Konsorsium Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan China Railway International Co Ltd. PSBI terdiri empat BUMN, yakni PT Kereta Api Indo- nesia, PT Wijaya Karya, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, dan PT Jasa Marga. Nasib megaproyek prestisius ini dikhawatirkan berdampak pada jadwal penyelesaiannya, yang semula ditargetkan pada 2019. Apalagi, sejumlah pengembang yang membangun kawasan industri dan permukiman di sepanjang koridor yg rencananya dilewati, sudah memasukkan kehadiran infrastruktur baru ini pada ren- cana bisnis mereka dan menjadi nilai jual kepada masyarakat. Ihwal lambatnya pembangunan konstruksi ini tidak lepas dari masalah pembebasan lahan. Sedangkan mengenai dokumen perizinan sesuai UU, seperti izin trase pada jalur yang dilalui kereta serta dasar hukum terkait rencana tata ruang wilayah, sudah dapat diselesaikan. Pembebasan lahan yang belum tuntas membuat kucuran dana pinjaman dari China Development Bank pun terhambat. Anggota Komisi V DPR dari Frasi PDI-P, Rendy Lamajitu meminta agar pemerintah membantu mempercepat penun- tasan pembebasan lahan. Pemerintah perlu tegas terhadap para spekulan tanah untuk dikembangkan menjadi fasilitas publik. Tanpa ketegasan, tidak hanya proyek kereta cepat yang terhambat tetapi juga pemban- gunan infrastruktur lainnya seperti jalan tol. “Kita sudah punya undang-undang. Kalau pembebasan lahan untuk publik susah maka diserahkan saja ke pengadilan. Kita ingin pembebasan lahan kereta cepat ini segera dituntaskan untuk mempercepat pembangunan,” ujar Rendy, Kamis pagi. Anggota Komisi V lainnya, Anton Sihombing meminta pemerintah serius menuntaskan pembangunan kereta api cepat Jakarta-bandung. Sebab, kereta cepat itu merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. “Kita ingin pem- bangunan kereta api cepat sesuai jadwal, yakni dioperasikan pada 2019 mendatang,” ujar Anton, Kamis (6/7). Politikus Golkar itu mengatakan, masalah pembebasan lahan selalu menjadi kendala suatu pembangunan infrastruktur publik. Namun hal itu harus bisa diatasi dengan adanya koordinasi dengan semua pemangku kepentingan. “Masalah pem- bebasan lahan selalu ada. Menurut saya, hal itu seharusnya tidak menjadi masalah lagi karena kita bicara kepentingan publik,” ujarnya. [ID/H-14] K ejaksaan Agung (Ke- jagung) masih terus menelusuri kasus du- gaan korupsi pengadaan kapal Anchor Handling Tug Supply (AHTS) PT Pertamina Tran- skontinental tahun 2012-2014. Dalam kasus itu, Penyidik Pi- dana Khusus Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan status tersangka dan menahan mantan Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina Transkontinental, Suherimanto. Suherimanto menjabat Dirut PT Pertamina Transkon- tinental periode Juni 2010-Juli 2012. Pada masa jabatannya, anak pe- rusahaan Pertamina itu melakukan pengadaan dua kapal AHTS, Tran- sko Andalas dan Transko Celebes. Sumber SP menyebutkan, penetapan status tersangka tidak berhenti sampai Suher- imanto. Dalam waktu dekat, akan ada penetapan tersangka baru, baik itu dari pihak swasta maupun dari internal Pertam- ina. “Dari pemeriksaan terhadap barang bukti dan saksi, akan ada penetapan tersangka baru kasus pengadaan kapal PT Pertamina Transkon- tinental,” kata sumber SP. Kapal Transko Andalas dan Transko Celebes biasa digunakan untuk menunjang aktivitas pengeboran lepas pantai. Perjanjian atau nota jual beli kapal dilakukan bersa- ma-sama PT Pertamina Tran- skontinental dengan PT Vries Maritime Shipyard (VMS) dengan nilai US$ 28,4 juta atau setara Rp 254 miliar ketika itu. Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan adanya kerugian negara. Jumlahnya mencapai Rp 35,32 miliar. Kerugian terjadi karena penyimpangan mulai dalam proses perencanaan sampai pengadaan. [Y-7] Utama 2 Suara Pembaruan Kamis, 6 Juli 2017 Pengadaan Kapal Seret Tersangka Baru? Kereta Cepat Jakarta-Bandung Konstruksi Dimulai Juli Budi Karya Sumadi FOTO-FOTO:ANTARA Rini Soemarno Kereta Cepat Jakarta-Bandung Target Beroperasi : 2019 (kemungkinan mundur menjadi 2020) Panjang jalur: 142 km (rencana awal 152 km) Daya Angkut: 583 orang sekali jalan Operasional : 18 jam sehari Biaya Proyek: awal US$ 5,573 miliar menjadi US$ 5,135 miliar (atau sekitar Rp 68,29 triliun dengan kurs 13.300) setelah jalur dipotong 10 km. Namun kembali membengkak US$ 5,998 miliar karena ada pem- buatan terowongan. Asal dana: 75% disalurkan oleh Bank Pembangunan China (China Development Bank/CDB) dan sisanya diambil dari dana hasil joint venture BUMN dengan perusahaan Tiongklok, China Railway Corporation. Stasiun: Halim, Jakarta ke Tegalluar, Bandung (rencana awal dari Gambir ke Tegalluar) Jalur: Halim, Karawang, Walini dan Tegalluar. Di setiap stasiun dibangun Transit Oriented Development (TOD) untuk mendorong lahirnya sentra ekonomi baru. Pembangun Proyek : Konsorsium Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) yang terdiri dari Konsorsium Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan China Railway In- ternational Co Ltd. PSBI terdiri PT KAI, PT Wika, PTPN VIII, dan PT Jasa Marga. Serapan Tenaga Kerja: 39.000 tenaga kerja saat konstruksi, 20.000 konstruksi TOD dan pada saat operasional TOD mencapai 28.000.

Upload: buihanh

Post on 09-May-2019

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kereta Cepat Jakarta-Bandung Konstruksi Dimulai Juli filecepat Jakarta-Bandung, yakni masih pada 2019. Selain itu, pihaknya juga mendorong agar pembebasan lahan untuk proyek itu terus

[JAKARTA] Pembangunan konstruksi kereta api cepat (high speed railway/HSR) Jakarta-Bandung dimulai Juli ini. Target pengoperasian proyek senilai US$ 5,9 miliar tetap dipatok pada 2019 mendatang. Selain memperlancar transportasi, kebera-daan kereta cepat ini diharapkan mampu mendorong lahirnya sentra ekonomi baru.

Presiden Jokowi sempat mengeluhkan proyek yang dinilainya terhambat karena pro-kontra masyarakat. Jokowi mencan-angkan proyek ini satu setengah tahun lalu, tetapi hingga kini pembangunan fisik belum tampak. Pembebasan lahan menjadi salah satu penyebab lambatnya pengerjaan proyek.

Kepastian mengenai pelaksanaan kon-struksi kereta cepat tersebut disampaikan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, Rabu (5/7). Budi mengaku sudah berdiskusi dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno terkait perkembangan proyek kereta ce-pat. Menteri BUMN, kata Menhub, akan melakukan peninjauan ke lokasi pemban-gunan terlebih dahulu sebelum pengerjaan konstruksi prasarana sepanjang 142 km itu mulai dilaksanakan.

“Upaya kami adalah bagaimana membuat proyek itu cepat dilaksanakan. Menurut keterangan Bu Rini akan mulai di konstruksi pada 7 Juli ini. Tetapi Bu Rini mau ke lokasi dulu,” kata Budi.

Dia menambahkan, sampai dengan saat ini belum ada pembahasan terkait perubahan target pengoperasian kereta cepat Jakarta-Bandung, yakni masih pada 2019. Selain itu, pihaknya juga mendorong agar pembebasan lahan untuk proyek itu terus dilaksanakan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Akan tetapi, Budi menyebutkan, pembangunan tetap dapat dijalankan secara simultan seiring dengan proses pembebasan lahan. “Saya mendorong upaya-upaya penyelesaian tanah ada beberapa bidang itu diselesaikan. Tetapi, pembebasan tanah dan pembangunan bisa dilakukan secara simultan. Hal tersebut seperti yang terjadi dalam pembangunan jalan tol,” imbuh Menhub.

Seperti diberitakan, Presiden men-geluhkan lambatnya pembangunan kereta cepat. Proyek ini dicanangkan sejak 1,5 tahun silam. Groundbreaking oleh Presiden Jokowi dilakukan di Walini, Kabupaten Bandung Barat, pada 21 Januari 2016. Namun pembangunan fisik tak terlihat baik di kawasan Halim (Jakarta) hingga Tegalluar, Gedebage (Bandung).

“Jaraknya hanya 148 kilometer, sam-pai sekarang belum mulai (tapi) ributnya sudah 2 tahun,” kata Jokowi dalam pidato penyampaian Laporan Keuangan Pemer-intah Pusat (LKPP) 2016 di Istana Bogor, Jakarta, Mei lalu.

Proyek itu dikerjakan bersama oleh Konsorsium Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) yang terdiri dari Konsorsium Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan China Railway International Co Ltd. PSBI terdiri empat BUMN, yakni PT Kereta Api Indo-nesia, PT Wijaya Karya, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, dan PT Jasa Marga.

Nasib megaproyek prestisius ini dikhawatirkan berdampak pada jadwal penyelesaiannya, yang semula ditargetkan pada 2019. Apalagi, sejumlah pengembang yang membangun kawasan industri dan permukiman di sepanjang koridor yg rencananya dilewati, sudah memasukkan kehadiran infrastruktur baru ini pada ren-cana bisnis mereka dan menjadi nilai jual kepada masyarakat.

Ihwal lambatnya pembangunan konstruksi ini tidak lepas dari masalah pembebasan lahan. Sedangkan mengenai dokumen perizinan sesuai UU, seperti izin trase pada jalur yang dilalui kereta serta dasar hukum terkait rencana tata ruang wilayah, sudah dapat diselesaikan. Pembebasan lahan yang belum tuntas membuat kucuran dana pinjaman dari China Development Bank pun terhambat.

Anggota Komisi V DPR dari Frasi PDI-P, Rendy Lamajitu meminta agar pemerintah membantu mempercepat penun-tasan pembebasan lahan. Pemerintah perlu tegas terhadap para spekulan tanah untuk dikembangkan menjadi fasilitas publik. Tanpa ketegasan, tidak hanya proyek kereta cepat yang terhambat tetapi juga pemban-gunan infrastruktur lainnya seperti jalan tol.

“Kita sudah punya undang-undang. Kalau pembebasan lahan untuk publik susah maka diserahkan saja ke pengadilan. Kita ingin pembebasan lahan kereta cepat ini segera dituntaskan untuk mempercepat pembangunan,” ujar Rendy, Kamis pagi.

Anggota Komisi V lainnya, Anton Sihombing meminta pemerintah serius menuntaskan pembangunan kereta api cepat Jakarta-bandung. Sebab, kereta cepat itu merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. “Kita ingin pem-bangunan kereta api cepat sesuai jadwal, yakni dioperasikan pada 2019 mendatang,” ujar Anton, Kamis (6/7).

Politikus Golkar itu mengatakan, masalah pembebasan lahan selalu menjadi kendala suatu pembangunan infrastruktur publik. Namun hal itu harus bisa diatasi dengan adanya koordinasi dengan semua pemangku kepentingan. “Masalah pem-bebasan lahan selalu ada. Menurut saya, hal itu seharusnya tidak menjadi masalah lagi karena kita bicara kepentingan publik,” ujarnya. [ID/H-14]

Kejaksaan Agung (Ke-jagung) masih terus menelusuri kasus du-

gaan korupsi pengadaan kapal Anchor Handling Tug Supply (AHTS) PT Pertamina Tran-skontinental tahun 2012-2014. Dalam kasus itu, Penyidik Pi-dana Khusus Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan status tersangka dan menahan mantan Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina Transkontinental, Suherimanto.

Suherimanto menjabat Dirut PT Pertamina Transkon-tinental periode Juni 2010-Juli 2012. Pada masa jabatannya, anak pe-rusahaan Pertamina itu melakukan pengadaan dua kapal AHTS, Tran- sko Andalas dan Transko Celebes.

Sumber SP menyebutkan, penetapan status tersangka tidak berhenti sampai Suher-imanto. Dalam waktu dekat, akan ada penetapan tersangka

baru, baik itu dari pihak swasta maupun dari internal Pertam-

ina. “Dari pemeriksaan terhadap barang bukti dan saksi, akan ada penetapan tersangka

baru kasus pengadaan kapal PT Pertamina Transkon-tinental,” kata sumber SP.

Kapal Transko Andalas dan Transko Celebes biasa digunakan untuk menunjang aktivitas pengeboran lepas pantai. Perjanjian atau nota jual

beli kapal dilakukan bersa-ma-sama PT Pertamina Tran-skontinental dengan PT Vries Maritime Shipyard (VMS) dengan nilai US$ 28,4 juta atau setara Rp 254 miliar ketika itu. Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan adanya kerugian negara. Jumlahnya mencapai Rp 35,32 miliar. Kerugian terjadi karena penyimpangan mulai dalam proses perencanaan sampai pengadaan. [Y-7]

Utama2 Sua ra Pem ba ru an Kamis, 6 Juli 2017

Pengadaan Kapal Seret Tersangka Baru?

Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Konstruksi Dimulai Juli

Budi Karya Sumadifoto-foto:antara

Rini Soemarno

Kereta Cepat Jakarta-BandungTarget Beroperasi : 2019 (kemungkinan mundur menjadi 2020)

Panjang jalur: 142 km (rencana awal 152 km)

Daya Angkut: 583 orang sekali jalan

Operasional : 18 jam sehari

Biaya Proyek: awal US$ 5,573 miliar menjadi US$ 5,135 miliar (atau sekitar Rp 68,29 triliun dengan kurs 13.300) setelah jalur dipotong 10 km. Namun kembali membengkak US$ 5,998 miliar karena ada pem-buatan terowongan.

Asal dana: 75% disalurkan oleh Bank Pembangunan China (China Development Bank/CDB) dan sisanya diambil dari dana hasil joint venture BUMN dengan perusahaan Tiongklok, China Railway Corporation.

Stasiun: Halim, Jakarta ke Tegalluar, Bandung (rencana awal dari Gambir ke Tegalluar)

Jalur: Halim, Karawang, Walini dan Tegalluar. Di setiap stasiun dibangun Transit Oriented Development (TOD) untuk mendorong lahirnya sentra ekonomi baru.

Pembangun Proyek : Konsorsium Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) yang terdiri dari Konsorsium Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan China Railway In-ternational Co Ltd. PSBI terdiri PT KAI, PT Wika, PTPN VIII, dan PT Jasa Marga.

Serapan Tenaga Kerja: 39.000 tenaga kerja saat konstruksi, 20.000 konstruksi TOD dan pada saat operasional TOD mencapai 28.000.