kerentanan sosial-ekonomi (socio-economic...

136
KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC VULNERABILITY) PEDAGANG KAKI LIMA PASCA RELOKASI (STUDI KASUS: PEDAGANG KAKI LIMA PASAR TANAH ABANG BLOK G) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh REZA AGUSTIAN NIM: 1112111000033 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

Upload: vankhuong

Post on 04-May-2019

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC

VULNERABILITY) PEDAGANG KAKI LIMA PASCA RELOKASI

(STUDI KASUS: PEDAGANG KAKI LIMA PASAR TANAH

ABANG BLOK G)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

REZA AGUSTIAN

NIM: 1112111000033

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 2: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

i

KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC

VULNERABILITY) PEDAGANG KAKI LIMA PASCA

RELOKASI

(STUDI KASUS: PEDAGANG KAKI LIMA PASAR TANAH

ABANG BLOK G)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

REZA AGUSTIAN

NIM: 1112111000033

Di Bawah Bimbingan:

RR. SATITI SHAKUNTALA, M.SI

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 3: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul :

KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC

VULNERABILITY ) PEDAGANG KAKI LIMA PASCA RELOKASI

(STUDI KASUS: PEDAGANG KAKI LIMA PASAR TANAH ABANG

BLOK G)

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Desember 2017

Reza Agustian

Page 4: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Reza Agustian

NIM : 1112111000033

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

KERENTANAN SOSIAL EKONOMI (SOCIO ECONOMIC

VULNERABILITY) PEDAGANG KAKI LIMA PASCA RELOKASI (STUDI

KASUS: PEDAGANG KAKI LIMA PASAR TANAH ABANG BLOK G)

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 14 Desember 2017

Mengetahui,

Ketua Program Studi,

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si.

NIP. 197609182003122003

Menyetujui,

Pembimbing,

Rr. Satiti Shakuntala, M.SI

Page 5: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC

VULNERABILITY) PEDAGANG KAKI LIMA PASCA RELOKASI (STUDI

KASUS: PEDAGANG KAKI LIMA PASAR TANAH ABANG BLOK G)

oleh

Reza Agustian

1112111000033

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Januari 2018.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial

(S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. Dr. Joharotul Jamilah, M.Si.

NIP. 197609182003122003 NIP. 196808161997032002

Penguji I, Penguji II,

M. Hasan Ansori, Ph.D Husnul Khitam, M.Si

NIP. NIP. 198308072015031003

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 16 Januari 2018

Ketua Program Studi Sosiologi,

FISIP UIN Jakarta

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si.

NIP. 197609182003122003

Page 6: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

v

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisa kerentanan sosial-ekonomi (socio-economic

vulnerability) pedagang kaki lima pasca relokasi. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menggambarkan realitas vulnerabilitas/kerentanan sosial ekonomi PKL

pasca relokasi. teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kerentanan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini menggunakan teknik wawancara dan

observasi sebagai data primer dan studi dokumentasi sebagai data pendukung.

Temuan dari penelitian ini adalah adanya vulnerability (kerentanan) pada

sosial-ekonomi pedagang yang direlokasi ke Blok G, kerentanan-kerentanan

tersebut adalah penghasilan, hubungan sosial PKL dengan konsumen, serta

kemiskinan. Pada kerentanan tersebut terdapat keterkaitan, yang pada intinya

sangat berpengaruh pada keberlangsungan hidup para pedagang. Dimana

penghasilan yang berkurang atau bahkan mati sekalipun karena tidak ada pembeli

dapat berpengaruh pada pendidikan anak para pedagang sebagai keturunan atau

penerus, atau rentan untuk menjadi miskin kembali saat mereka telah di klasifikasi

sebagai aktor miskin di perkotaan.

Artinya jika para pedagang merasa dirinya akan rentan saat direlokasi ke

Blok G, maka mereka akan memilih meninggalkan Blok G sebagai langkah untuk

menghindari kerentanan tersebut. Upaya-upaya yang mereka lakukan diantaranya

“kucing-kucingan” dengan Satpol PP saat ada penertiban, pindah ke area

pemukiman warga atau di dalam gang-gang, “buang barang” dan ada pula yang

tetap bertahan di Blok G tapi jualan di trotoar juga.

Kata kunci: Kerentanan, Sosial-Ekonomi dan Pedagang Kaki Lima

Page 7: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

kepada penulis, sehingga penulisan Skripsi dengan judul Kerentanan Sosial-

Ekonomi (Socio-Economic Vulnerability) Pedagang Kaki Lima Pasca Relokasi

(Studi Kasus: Pedagang Kaki Lima Pasar Tanah Abang Blok G) ini dapat

terselesaikan walaupun masih terdapat banyak kekurangan. Salawat dan salam

semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para

sahabatnya. Semoga para ummatnya mampu menyambut rongkat estafet

perjuangan yang beliau sampaikan melalui agama Islam.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai

pihak yang dengan ikhlas memberikan bantuannya, baik secara moril maupun

materil. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada Bapak/Ibu/Saudara yang terhormat, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Sosiologi,

FISIP, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Joharatul Jamilah, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi

Sosiologi, FISIP, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Rr. Satiti Shakuntala, M.Si., selaku dosen pembimbing penulisan

skripsi ini, berkat ketelitian, kesabaran dan keikhlasannya penulis dapat

Page 8: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

vii

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas waktu, tenaga dan pikiran

yang telah beliau berikan.

5. Bapak Husnul Khitam, M.Si., selaku dosen yang telah membantu penulis

dalam mengarahkan skripsi ini.

6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu,

motivasi, inspirasi, dan bimbingannya selama masa perkuliahan.

7. Para staff pengurus bidang akademik dan administrasi, FISIP, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu dalam kepengurusan berkas

dan administrasi dalam proses penulisan skripsi ini.

8. Segenap staff PD Pasar Jaya dan para Pedagang Pasar Tanah Abang yang

telah berbaik hati meluangkan waktu untuk penulis wawancarai dalam

proses pengumpulan data.

9. Paman (Om Faisal) dan Tante (Bik Sulas) yang telah memberi masukan,

motivasi tentang kehidupan dan inspirasi kepada peneliti, sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Pelatih (Om Dedi, Bu Widuri dan Kak Febri), Sahabat (Taufan, Handi,

Hermawan, Maulana, Indah dan Dika) dan segenap anggota Perguruan

Kungfu Nagamas (Wushu) yang telah memberi motifasi serta dukungan

untuk peneliti menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Page 9: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

viii

11. Kawan-kawan Gabuters, Ojay, Galih, Faizal, Alby, Arif, Ara, Ayu, Rahmi,

Tegar dan Cuplix yang bersedia berbagi suka duka bersama penulis.

12. Teman-teman Sosiologi 2012, Rusydan (engkong), Doyok, Ayu Fitri,

Lukman, Suki, Raka, Runi, Ella, Yuni, Elita, Mega, Neneng, Anisya Bella,

Divya, Aul, Ismi, Ina, Irma, Kiki, Hanip, Embe’, Fajrul, Hartadi dan yang

lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih telah

mengisi hari-hari perkuliahan penulis.

13. Teman-teman KKN LENTERA, Dwi, Eryan, Irfan, Jufry, Isan (pekat),

Isti, Qoleb, Rahma, Tia, Lilis, Nanda, dan Dziah Terima kasih telah

membantu penulis menjadi lebih baik selama kegiatan KKN.

14. Seorang yang sangat spesial, Ovi Fauzia Tihamayati, yang telah

membantu, mengingatkan, memberi motivasi, menjadi penyemangat serta

senantiasa menemani peneliti selama proses penelitian.

15. Tanpa membeda-bedakan, untuk sahabat Remaja Perdos UNHAS

Makassar, Kikin, Iman, Ilow, Herul, Ammar. Terima kasih atas

loyalitasnya. Semoga persahabatan kita kekal abadi, aamiin.

Terakhir ucapan terima kasih penulis haturkan untuk kedua orang tua yang

teristimewa, Ayah Saefuddin dan Mamah Irawati, semoga senantiasa dimurahkan

rezeki dan dilimpahkan nikmat sehat wal’afiat, serta Adikku Rizky Ramadhan

dan Kakakku Desi. Tanpa kasih sayang, do’a, dukungan, motivasi dan materi

yang telah diberikan selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini, penulis tidak

akan bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Page 10: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

ix

Demikian, ucapan terima kasih ini penulis sampaikan. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca, bidang studi Sosiologi, dan semua pihak yang

memerlukan dan membutuhkannya.

Jakarta, 14 Desember 2017

Reza Agustian

Page 11: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

x

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. PERNYATAAN MASALAH ........................................................................ 1

B. PERTANYAAN PENELITIAN .................................................................... 6

C. TUJUAN PENELITIAN ................................................................................ 7

D. MANFAAT PENELITIAN ............................................................................ 7

E. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 8

F. KERANGKA KONSEP ............................................................................... 15

1. Sosial Ekonomi ......................................................................................... 15

2. Pedagang Kaki Lima (PKL) ...................................................................... 17

G. KERANGKA TEORITIS ............................................................................ 17

1. Kerentanan Sosial Ekonomi (Socio-Economic Vulnerability) .................. 17

H. METODE PENELITIAN ............................................................................. 20

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................................ 20

2. Informan Penelitian ................................................................................... 21

3. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 24

4. Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 24

5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 24

6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 27

I. SISTEMATIKA PENULISAN .................................................................... 29

BAB II GAMBARAN UMUM PASAR TANAH ABANG

A. Sejarah Pasar Tanah Abang dan Pasar Tanah Abang Blok G ...................... 30

B. Karakteristik PKL Pasar Tanah Abang Blok G Berdasarkan Jenis Usaha .. 37

C. Relokasi Pedagang Kaki Lima Pasar Tanah Abang Blok G ........................ 38

Page 12: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

xi

D. Kondisi Sosial-Ekonomi Pedagang Kaki Lima Pasca Relokasi .................. 44

1. Kondisi Sosial ........................................................................................... 45

a.) Hubungan Sosial PKL ......................................................................... 45

b.) Kelayakan dan Kenyamanan Usaha .................................................... 51

2. Kondisi Ekonomi ...................................................................................... 54

BAB III KERENTANAN SOSIAL EKONOMI PKL PASCA RELOKASI

A. Kondisi Kerentanan Sosial-Ekonomi (Socio-Economic Vulnerability)

Pedagang Kaki Lima Pasca Relokasi ................................................................ 59

1. Penghasilan ............................................................................................... 60

2. Hubungan Sosial PKL Dengan Pembeli ................................................... 63

3. Ancaman Kemiskinan ............................................................................... 66

a.) Menurunnya Pendidikan Untuk Anak-anak PKL ............................... 71

B. Berbagai Upaya PKL Dalam Menangani atau Mengatasi Kerentanan ........ 76

1. Pindah ke Area Pemukiman atau Gang-gang Sempit ............................... 78

2. Kabur-kaburan atau “Kucing-kucingan” ................................................... 79

3. Buang Barang ........................................................................................... 82

4. Jualan di Blok G dan di Trotoar ................................................................ 84

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................. 87

B. Saran ............................................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 91

LAMPIRAN

Transkrip Wawancara ........................................................................................ 95

Page 13: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I.E.1 Perbandingan Tinjauan Pustaka ..................................................... 12

Tabel I.G.1 Informan Penelitian ........................................................................ 22

Tabel II.A.1 Data Teknis UPB Tanah Abang Blok G ....................................... 34

Tabel II.A.2 Laporan Aktifvitas Tempat Usaha bulan Oktober 2016 Pasar

Tanah Abang Blok G ......................................................................................... 34

Tabel II.A.3 Laporan Luas Tempat Usaha Berdasarkan Jenis .......................... 35

Tabel II.A.4 Laporan Jumlah TU (Tempat Usaha) ........................................... 36

Tabel II.B.1 Laporan Jumlah TU (Tempat Usaha) Aktif .................................. 37

Page 14: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.A.1 Tampak depan Pasar Tanah Abang Blok G ................................. 5

Gambar II.A.1 Persentase Luas Kecamatan Tanah Abang ............................... 31

Gambar II.A.2 Peta Lokasi Pasar Tanah Abang ............................................... 33

Gambar II.C.1 Kesemrawutan jalan Jati Baru ................................................... 44

Gambar III.B.1 (1. Kondisi lantai dasar, 2. Kondisi lantai 1, 3. Kondisi lantai 2,

dan 4. Kondisi lantai 3). .................................................................................... 64

Gambar III.C.2 Lokasi yang paling sering terkena penertiban Satpol PP. ........ 82

Gambar Denah Lokasi Lt. Dasar Blok G Pasar Tanah Abang ........................ 119

Gambar Denah Lokasi Lt. 1 Blok G Pasar Tanah Abang ............................... 120

Gambar Denah Lokasi Lt. 2 Blok G Pasar Tanah Abang ............................... 121

Gambar Denah Lokasi Lt. 3 Blok G Pasar Tanah Abang ............................... 122

Page 15: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. PERNYATAAN MASALAH

Penelitian ini membahas mengenai fenomena yang berkaitan dengan

pedagang kaki lima, baik itu tentang penggusuran, relokasi, serta pro dan kontra

akan kegiatan tersebut. Penelitian ini berfokus pada bagaimana realitas kerentanan

sosial ekonomi pedagang kaki lima pasca relokasi. Penelitian ini melihat

bagaimana para pedagang kaki lima berupaya bertahan dari suatu keadaan yang

rentan, baik itu dari sisi sosial maupun ekonomi sebagai akibat dari legal atau

tidaknya lahan/tempat mereka berjualan.

Berdasarkan data hasil perhitungan BPS, hasil proyeksi menunjukkan

bahwa jumlah penduduk Indonesia selama 25 tahun mendatang terus meningkat

yaitu dari 238,5 juta pada tahun 2010 menjadi 305,6 juta. Kondisi ini

menyebabkan Indonesia menduduki posisi ke-empat negara dengan jumlah

penduduk terbanyak di dunia, dan posisi pertama di Asia Tenggara. Salah satu ciri

penduduk Indonesia adalah persebaran antar pulau dan provinsi yang tidak

merata. Sejak tahun 1930, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pulau

Jawa, padahal luas pulau itu kurang dari 7 persen dari luas total wilayah

Indonesia, namun secara perlahan persentase penduduk Indonesia yang tinggal di

pulau Jawa terus menurun dari sekitar 57,4 persen pada tahun 2010 menjadi 54,7

persen pada tahun 2035. Sebaliknya persentase penduduk yang tinggal di pulau-

pulau lain meningkat, seperti pulau Sumatera naik menjadi 21,3 persen menjadi

22,4 persen, Kalimantan naik dari 5,8 persen menjadi 6,6 persen pada periode

Page 16: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

2

yang sama. Selain pertumbuhan alami di pulau-pulau tersebut memang lebih

tinggi dari pertumbuhan alami di Jawa, faktor arus perpindahan yang mulai

menyebar ke pulau-pulau tersebut juga menentukan distribusi dan komposisi

penduduk (BPS, 2013:23). Berdasarkan data tersebut memperlihatkan bahwa

dengan kesenjangan jumlah penduduk dapat berdampak baik dan bahkan buruk.

Disatu sisi pertumbuhan penduduk dapat menjadi peluang tumbuhnya pasar

domestik dan dapat menaikan penyerapan angkatan kerja. Namun disisi lain,

pertumbuhan penduduk yang besar dan tidak diimbangi dengan ketersediaan

lapangan pekerjaan dapat mengakibatkan pengangguran merajalela, kemiskinan

dimana-mana, dan akhirnya justru menjadi masalah sosial yang berkepanjangan.

Pedagang kaki lima merupakan suatu fenomena yang memunculkan para

agen-agen ekonomi baru yang bergerak dalam perekonomian sektor informal.

Pedagang kaki lima (Street Trading) adalah salah satu pekerjaan yang paling

nyata dan penting dikebanyakan kota di Afrika, Asia, Timur Tengah dan Amerika

Latin. Namun meskipun penting, pedagang kaki lima hanya sedikit saja

memperoleh perhatian akademik dibandingkan dengan kelompok pekerjaan

utama yang lain. Pedagang kaki lima biasanya digambarkan sebagai perwujudan

pengangguran yang luas dan pertumbuan yang luar biasa dari jenis pekerjaan

sektor tersier yang sederhana di kota di dunia ketiga (Chris & Tadjuddin:

1985:228-229).

Pada dasarnya, PKL ada karena beberapa faktor yang

melatarbelakanginya, yakni: pertama, tingginya tingkat pertumbuhan dan

perpindahan penduduk dari desa ke kota. Kedua, pembangunan perekonomian dan

pendidikan yang tidak merata. Ketiga, tidak tersedianya lapangan pekerjaan bagi

mereka yang tidak memiliki pendidikan tinggi dan yang tidak memiliki

kompetensi.

Page 17: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

3

Fenomena pedagang kaki lima merupakan suatu permasalahan yang tak

akan pernah habis dibahas dan tidak akan pernah bosan orang untuk mengkaji

permasalahan seputar apa yang terjadi pada kegiatan ekonomi sektor informal ini.

Pekerjaan ini sebenarnya membantu setiap orang yang tidak memiliki pekerjaan

formal agar tetap dapat memperoleh penghasilan dan memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari. Namun ada kala bahwa keberadaan PKL ini justru meresahkan atau

tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Sebagian dari mereka mungkin menjadi

perusak pemandangan kota dengan berjualan di trotoar dan lokasi larangan

berdagang lainnya, yang dapat mengakibatkan kemacetan dan dapat merugikan

orang lain. Maka dari itu sering kita dengar atau kita saksikan di media elektronik

yang menayangkan pembahasan seputar PKL (salah satunya yakni PKL di area

sekitaran Pasar Tanah Abang), baik itu terkait penertiban, penggusuran,

perlawanan, dan berbagai konflik yang terjadi. Hal tersebut terjadi kerena ulah

para pedagang kaki lima yang tidak mentaati peraturan pemerintah terkait lokasi

larangan berdagang. Seperti yang terjadi pada Kamis, 2 Juni 2016 penertiban

dilaksanakan lagi dikarenakan para pedagang kembali berdagang di bahu jalan

dan trotoar. Kericuhan pun mewarnai kegiatan penertiban tersebut. Sejumlah

pedagang kala itu dibantu warga sekitar melakukan perlawanan sehingga

menyebabkan beberapa personil Satpol PP terluka

(http://megapolitan.kompas.com pada 25 Mei 2017). Penertiban yang dilakukan

oleh pemerintah setempat sebenarnya bertujuan agar para pedagang kaki lima

tidak lagi berdagang dipinggir jalan dan di atas trotoar agar tidak mengganggu

aktifitas pengguna jalan serta tidak mengakibatkan kemacetan.

Page 18: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

4

BPAD (Badan Perpustakaan dan Arsip Negara) berasumsi berapa tepatnya

jumlah pedagang kaki lima di wilayah DKI Jakarta tampaknya susah diestimasi.

Selain karena pendefinisiannya yang masih kabur, dinamikanya pun sangat cepat

untuk diikuti. Tumbuh dan matinya pedagang kaki lima dapat dalam hitungan

hari, sehingga data yang akurat tentu sulit didapat. Namun demikian, jika kita

prediksi jumlah PKL lima persen saja dari populasi, maka terdapat sekitar lebih

dari 500 ribu pedagang kaki lima dengan berbagai jenis dagangan. Angka ini tentu

tidak dapat dipandang kecil, apalagi jika dilihat dari tingkat pertumbuhannya yang

mencapai tingkat 60-70% per-tahun. Menurut data terakhir di Dinas KUMKM

pada tahun 2005, jumlah PKL di Jakarta sebesar 273 ribu. Namun, diperkirakan

dari pendataan PKL tahun 2014 sudah mencapai 500 ribu pedagang.

(http://jakartapedia.bpadjakarta.net pada 3 Mei 2017)

Pasar Tanah Abang merupakan lokasi pusat perdagangan yang menjadi

magnet bagi para pedagang ataupun para konsumen yang terlibat aksi jual-beli.

Pasar Tanah Abang sangat terkenal sebagai pusat penjualan pakaian (grosir atau

kodi) terbesar di Indonesia. Para pedagang pun tersebar di beberapa gedung di

antaranya gedung Blok A, Blok B, Blok F dan Blok G. Blok G sendiri baru

diresmikan pada pada tahun 2013 (Hartanto: 2014:2).

Hingga saat ini, realisasi terkait relokasi pedagang yang berjualan di

pinggir jalan atau trotoar ke Pasar Tanah Abang Blok G masih sangat terkendala.

Baik itu dari segi sarana dan prasarana, serta aksi kontra para pedagang yang tidak

ingin direlokasi. Walaupun telah tertera dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 41 tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang

Page 19: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

5

Kaki Lima. Akan tetapi realitanya justru peraturan tersebut seakan menjadi

wacana semata yang tidak terealisasikan maksud dan tujuan pembentukannya.

Seperti yang terjadi di lapangan, penertiban dan relokasi yang dilakukan PEMDA

setempat justru menuai banyak kontra dari para pedagang. Para pedagang

menganggap bahwa tindakan penertiban yang dilakukan sangat tidak manusiawi,

dan tidak memberikan solusi bagi mereka. Menurut beberapa pedagang, relokasi

ke pasar Blok G bukanlah solusi. Karena, kondisi pasar sepi, dan tidak menjamin

pembeli akan berdatangan. Karena pembeli lebih memilih di jalan dan mudah

diakses.

Gambar I.A.1 Tampak depan Pasar Tanah Abang Blok G

(Sumber: Observasi tanggal 08 Desember 2017. Lokasi: Pasar Tanah Abang Blok G)

Selain itu permasalahan yang dirasakan oleh pedagang setelah direlokasi

bisa saja terkait dengan permasalahan yang berimplikasi pada kehidupan mereka

kedepannya, entah itu dari sisi ekonomi atau bahkan kehidupan sosialnya. Para

pedagang akan memikirkan apa yang akan terjadi dan bagaimana seharusnya

mereka bertindak.

Page 20: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

6

Terkait dengan penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana keadaan

sosial dan ekonomi para pedagang kaki lima serta vulnerabilitas/kerentanan yang

terjadi sebagai akibat dari relokasi pedagang kaki lima. Selain itu peneliti

mencoba untuk menjadikan pasar Tanah Abang Blok G sebagai studi kasus

penelitian, karena permasalahan terkait dengan pedagang di lokasi tersebut selalu

saja menjadi perbincangan hangat setiap pergantian kepala daerah dilaksanakan.

Bukan hanya itu, bahkan tiap tahun pun permasalah tentang pedagang kaki lima

pasar Tanah Abang selalu saja menjadi topik hangat untuk diperbincangkan.

Gubernur terpilih DKI Jakarta tahun 2017 Anies Baswedan dan Sandiaga Uno

misalnya, yang telah memiliki program khusus untuk para pedagang kaki lima di

kawasan tersebut (Kompas.TV/Aiman). Untuk itulah skripsi ini berjudul

Kerentanan Sosial-Ekonomi (Socio-Economic Vulnerability) Pedagang Kaki

Lima Pasca Relokasi (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima Pasar Tanah Abang

Blok G).

B. PERTANYAAN PENELITIAN

Dengan berbagai penjelasan yang telah dipaparkan pada latarbelakang

mengenai permasalahan pedagang kaki lima. Maka dari itu, penulis akan

merumuskan pertanyaan penelitian mengenai PKL sebagai berikut;

1. Bagaimana kerentanan sosial-ekonomi pedagang kaki lima (PKL)

pasca direlokasi?

2. Bagaimana para PKL berupaya untuk menangani atau menghadapi

kerentanan tersebut?

Page 21: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

7

C. TUJUAN PENELITIAN

Setelah kita mengetahui rumusan masalah dari permasalahan yang akan

dibahas, maka penulis akan memaparkan tujuan dari penelitian ini. Tujuannya

ialah:

1. Menggambarkan realita kerentanan atau vulnerabilitas sosial ekonomi

pedagang kaki lima (PKL) pasca relokasi.

2. Menggambarkan upaya yang dilakukan para pedagang kaki lima

(PKL) dalam menangani kerentanan yang mereka hadapi.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis: Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

berkontribusi bagi pengembangan ilmu di FISIP sendiri atau bahkan di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai referensi untuk penelitian-

penelitian sejenis dari mahasiswa lainnya.

2. Manfaat Praktis: Dengan penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan

masukan dalam perumusan kebijakan, sehingga dapat menjadi alternatif

untuk menempatkan pedagang kaki lima pada lokasi yang strategis serta

sarana dan prasarana, yang mana dapat membantu perekonomian para

pedagang serta membantu mendorong atau memperbaiki perekonomian

kota menjadi lebih baik.

Page 22: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

8

E. TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa penelitian tentang pedagang kaki lima telah banyak dilakukan.

Dibawah ini ada beberapa jurnal yang akan dijadikan penulis sebagai literature

review.

Pertama, dalam Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi, oleh Nur Ainun

Jariyah dan Irfan Budi Pramono, dengan judul “Kerentanan Sosial Ekonomi dan

Biofisik di DAS Serayu: Collabirative Management”. Dalam penelitiannya,

mereka menggunakan metode kuantitatif. Data yang diambil merupakan data

primer dan sekunder. Pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan dengan

wawancara langsung menggunakan kuesioner, dan data biofisik diperoleh dari

hasil interpretasi peta-peta dan pengamatan langsung di lapangan. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa kerentanan sosial ekonomi tinggi terjadi pada

daerah dengan kerentanan biofisik tinggi atau sebaliknya. Pengelolaan DAS tidak

dapat di tentukan apakah aspek sosial ekonomi atau biofisik yang diprioritaskan,

tapi harus dilihat kasus perkasus. Dan pengelolaan DAS akan berhasil apabila

dilakukan secara “collaborative management”, sehingga diperlukan partisipasi

aktif semua stakeholder.

Kedua, jurnal sosiologi oleh Muhammad Zunaidi, dengan judul penelitian

“Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Di Pasar Tradisional Pasca Relokasi Dan

Pembangunan Pasar Modern”. Dalam menjawab permasalahan tersebut, Zunaidi

menggunakan teori konflik Dahrendroft dan menganalisis menggunakan metode

deskripsi kualitatif dengan pengumpulan data berupa wawancara. Hasil penelitian

yang diperoleh yakni; Alasan pedagang untuk pindah dagang tidak lain di latar

Page 23: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

9

belakangi oleh ketidaksetujuan pedagang adanya relokasi dan pembangunan pasar

modern dengan alasan takut akan nilai ketradisionalan pasar Babat akan luntur

dan harga kios yang mahal. Adanya pro dan kontara berakibat pada kehidupan

sosial ekonomi pedagang, dari dimensi sosial seperti terpecah-belahnya

kebersamaan antara pedagang lama dan mulai untuk bersosialisasi dengan

pedagang yang baru dikenal. Kemudian dari dimensi ekonomi dimana pedagang

yang berada di luar area pasar Babat mengalami penurunan berbeda pada waktu

berdagang di pasar tradisional. Selanjutnya pedagang tradisional yang berada di

pasar modern terlihat relatif stabil dan yang terakhir kehidupan social ekonomi

pedagang yang berada di wilayah pasar agrobis mengalami peningkatan terutama

bagi pedagang yang melayani grosir.

Ketiga, Seperti dalam tesis Whinarko, yang meneliti tentang Evaluasi

Dampak Sosial Ekonomi Relokasi Pedagang Kaki Lima Menjadi Pujasera Di

Kota Semarang Tahun 2013. Fokus penelitiannya adalah untuk mengetahui

seberapa besar dampak sosial ekonomi dari relokasi pedagang kaki lima di

kawasan simpang lima dan jalan pahlawan kota semarang. Dalam penelitiannya,

Whinarko menggunakan teori Lokasi dan metode penelitian kuantitatif, dan

pengambilan data sample dilakukan dengan teknik proportional cluster random

sampling. Serta pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi,

kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian yang diperoleh dari permasalahan

setelah adanya relokasi adalah suatu strategi serta solusi yang baik bagi para PKL.

Para PKL merasakan kondisi ditempat berjualan mengalami banyak kemajuan

yaitu kondisi tempat berjualan yang lebih nyaman, aman dan kebersihan yang

Page 24: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

10

terjaga. Namun secara teknis, Whinarko menyebutkan bahwa terdapat beberapa

kendala yang dihadapi oleh para PKL. Baik itu dari sarana dan prasarana yang

tersedia dari segi fasilitas seperti shelter tempat berjualan yang rusak dan lahan

parkir yang kurang luas perlu mendapat perhatian dari pihak terkait.

Keempat, jurnal oleh Mochammad Hatta Karuniawan, Ardi Perdana

Sukma, dan Efandi Dwi Kurniawan, yang meneliti tentang Analisis Dampak

Sosial Ekonomi Relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) (Gelanggang Olah Raga

(GOR) Kabupaten Sidoarjo). Fokus penelitian ini adalah untuk menjelaskan

dampak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Gelanggang Olah Raga (GOR)

Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif-kualitatif. Teknik

penelitian dilakukan melalui observasi dan wawancara secara mendalam untuk

membandingkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku mengenai

dampak sosial ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat dampak positif dan negatif dari relokasi PKL. Dampak positif dari

relokasi yaitu kondisi ekonomi Pedagang Kaki Lima (PKL) terbantu dengan

masih banyaknya pembeli yang datang meskipun lokasi berdagang dipindahkan.

Sedangkan dampak negatif dari relokasi antara lain yang pertama gelanggang olah

raga (GOR) menjadi tidak tertata (semrawut) sehingga mengganggu fungsi

gelanggang olah raga (GOR) sebagai tempat olah raga. Kedua yaitu berdampak

pada faktor lingkungan yang tidak bersih dan tampak kumuh, dan yang ketiga

yaitu berkurangnya jaminan keselamatan Pedagang Kaki Lima (PKL).

Kelima, yakni dalam jurnal Adrian Hartanto, yang meneliti tentang Intensi

Kembali Berjualan Di Jalan Pada Pedagang Kaki Lima Yang Direlokasi. Fokus

Page 25: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

11

penelitian ini adalah untuk mengetahui intensi kembali berjualan di jalan pada

pedagang Blok G yang direlokasi. Penelitian ini menggunakan desain non-

eksperimental dimana variabel yang ada dilihat apa adanya tanpa ada manipulasi,

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Secara

garis besar, dalam penelitian ini menunjukan bahwa hasil yang diperoleh ialah

sebagian besar pedagang pasar Blok G merasa tidak puas dengan rendahnya

tingkat penjualan di Blok G, sebagai akibat dari hal tersebut, bukan tidak mungkin

jika banyak pedagang Blok G yang akan kembali berjualan di jalan. Hasil tersebut

dibuktikan dengan menunjukan hasil perhitungan analisis regresi yang

menunjukkan bahwa sebanyak 64,3% intensi dibentuk oleh determinan-

determinan yang ada yaitu attiude toward behavior, subjective norm, dan

perceived behavior control. Kontribusi dalam membentuk intensi pada perceived

behavior control adalah 46,9%, attitude toward behavior 40,7% , dan subjective

norm adalah 31,4%.

Dan terakhir yakni penelitian dari jurnal sosiologi oleh Rafif Ramadhan,

dengan judul penelitian “Perubahan Sosial – Ekonomi PKL ( Pedagang Kaki

Lima ) Dalam Program Sentralisasi Sektor Informal Perkotaan Di DTC

Wonokromo1”. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi PKL

sebelum–sesudah program sentralisasi, mengetahui hubungan sosial PKL dengan

lingkungan baru, serta strategi adaptasi PKL dalam lingkungan barunya beserta

perangkat peraturan yang ada di dalamnya. Dalam penelitiannya, Rafif

menggunakan metode penelitian kuantitatif, serta pengumpulan data dilakukan

dengan metode dokumentasi, kuesioner dan wawancara. Kemudian Rafif

Page 26: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

12

menggunakan teori pertukaran Peter M. Blau dalam menganalisis permasalahan.

Hasil penelitian yang diperoleh ialah ternyata program tersebut tidak serta–merta

berjalan mulus, karena PKL harus memulai lagi membangun jaringan

perdagangan dengan pelanggan, disributor, dan dengan lingkungan baru yaitu

pihak pasar. Praktek sentralisasi juga menimbulkan persaingan dagang di luar dan

di dalam terlihat kental dengan penempatan yang sama pada setiap jenis dagangan

yang sama. Penjelasan mengenai kondisi tersebut dilihat dari kondisi PKL

sebelum – sesudah program sentralisasi, kondisi ekonomi sebelum – sesudah

program sentralisasi, mengetahui hubungan sosial PKL dengan lingkungan baru

yaitu konsumen, pedagang lain, distributor dan pengurus pasar, serta strategi

adaptasi PKL dalam lingkungan barunya dilihat dari adanya aturan, dan jika ada

pergantian kepengurusan pasar.

Berikut adalah ringkasan beberapa penelitan tersebut;

Tabel I.E.1 Perbandingan Tinjauan Pustaka

No

.

Peneliti dan

Judul Penelitian

Subjek

Penelitian dan

Objek

Penelitian

Metode

Penelitian

Teori yang

digunakan Hasil Penelitian

1. Nur Ainun

Jariyah dan Irfan

Budi Pramono

Kerentanan

Sosial Ekonomi

dan Biofisik di

DAS Serayu:

Collaborative

Management

Masyarakat

sekitar Daerah

Aliran Sungai

(DAS) Serayu,

Jawa Tengah

Kerentanan

Sosial

Ekonomi dan

Biofisik

Kuantitatif Kerentanan

(Vulnerabili

ty)

a. Kerentanan sosial

ekonomi tinggi terjadi

pada daerah dengan

kerentanan biofisik tinggi

atau sebaliknya.

b. Pengelolaan DAS tidak

dapat di tentukan apakah

aspek sosial ekonomi atau

biofisik yang

diprioritaskan, tapi harus

dilihat kasus perkasus

Page 27: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

13

c. Pengelolaan DAS akan

berhasil apabila dilakukan

secara “collaborative

management”, sehingga

diperlukan partisipasi aktif

semua stakeholder

2. Muhammad

Zunaidi

Kehidupan Sosial

Ekonomi

Pedagang Di

Pasar

Tradisional

Pasca Relokasi

Dan

Pembangunan

Pasar Modern

Pedagang Kaki

Lima

Keadaan Sosial

– Ekonomi

Deskripsi

Kualitatif

Konflik Ralf

Dahrendroft

a. Ketidaksetujuan pedagang

adanya relokasi dan

pembangunan pasar

modern dengan alasan

takut akan nilai

ketradisionalan pasar

Babat akan luntur dan

harga kios yang mahal.

b. Adanya pro dan kontara

berakibat pada kehidupan

sosial ekonomi pedagang

c. Pedagang yang berada di

wilayah pasar agrobis

mengalami peningkatan

terutama bagi pedagang

yang melayani grosir.

3. Whinarko

Evaluasi Dampak

Sosial Ekonomi

Relokasi

Pedagang Kaki

Lima Menjadi

Pujasera Di Kota

Semarang Tahun

2013

Pedagang Kaki

Lima

Dampak Sosial

Ekonomi

Kuantitatif Teori

Lokasi

a. Para PKL merasakan

kondisi ditempat berjualan

mengalami banyak

kemajuan

b. Namun secara teknis,

peneliti menyebutkan

bahwa terdapat beberapa

kendala. Seperti: shelter

tempat berjualan yang

rusak dan lahan parkir

yang kurang luas

4. Mochammad

Hatta

Karuniawan,

Ardi Perdana

Sukma, dan

Efandi Dwi

Kurniawan

Analisis Dampak

Sosial Ekonomi

Pedagang Kaki

Lima

Dampak Sosial

Ekonomi

Kualitatif a. Dampak positif dari

relokasi yaitu kondisi

ekonomi PKL terbantu

dengan masih banyaknya

pembeli yang datang

meskipun lokasi

berdagang dipindahkan.

b. Dampak negatif dari

relokasi antara lain yang

pertama GOR menjadi

Page 28: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

14

Relokasi

Pedagang Kaki

Lima (PKL)

tidak tertata (semrawut)

sehingga mengganggu

fungsi GOR sebagai

tempat olah raga. Kedua

yaitu masalah kebersihan.

Ketiga yaitu

berkurangnya jaminan

keselamatan PKL.

5. Adrian Hartanto

Intensi Kembali

Berjualan Di

Jalan Pada

Pedagang Kaki

Lima yang

Direlokasi (Studi

Pada Pedagang

Kaki Lima Blok

G Tanah Abang)

Pedagang Kaki

Lima

Intensi

Kembali

Berjualan Di

Jalan Pasca

Relokasi

Kuantitatif

deskriptif

a. Sebagian besar subjek

penelitian memiliki

intensi yang lemah untuk

menampilkan perilaku

kembali berjualan di

jalan.

b. Semua determinan

pembentuk intensi yaitu

attitude toward behavior,

subjective norm dan

perceived behavior

control secara signifikan

membentuk intensi

kembali berjualan di jalan

pada pedagang Blok G.

6. Rafif Ramadhan

Perubahan Sosial

– Ekonomi PKL

(Pedagang Kaki

Lima) Dalam

Program

Sentralisasi

Sektor Informal

Perkotaan Di

DTC

Wonokromo1

Pedagang Kaki

Lima

Perubahan

Sosial –

Ekonomi

Kuantitatif Pertukaran a. Program tersebut tidak

serta–merta berjalan

mulus, karena PKL harus

memulai lagi membangun

jaringan perdagangan

dengan pelanggan,

disributor, dan dengan

lingkungan baru yaitu

pihak pasar.

b. Praktek sentralisasi juga

menimbulkan persaingan

dagang di luar dan di

dalam

Dari beberapa penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan, bawasannya

penelitian yang telah dijabarkan tersebut, terdapat beberapa perbedaan dengan apa

yang penulis teliti. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari subjek, objek serta teori

Page 29: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

15

yang digunakan. Akan tetapi tidak sepenuhnya berbeda antara penelitian lain

dengan penelitian ini, seperti halnya penelitian milik Adrian Hartanto yang hampir

serupa dengan penelitian peneliti, hanya saja terdapat beberapa perbedaan dalam

mengambil informan dan metode penelitian. Persamaan dengan penelitian ini

dengan penelitian Adrian Hartanto ialah lokasi penelitian, yakni pasar Tanah

Abang Blok G. Jika dalam penelitian tersebut hanya menjelaskan keinginan para

pedagang yang telah direlokasi ke Blok G untuk kembali ke jalan. Namun dalam

penelitian ini, peneliti ingin menjelaskan kerentanan yang terjadi pada para PKL

bukan dari keinginan PKL yang ingin kembali ke trotoar, tapi dari beberapa PKL

yang telah kembali ke trotoar. Maka dari itu, peneliti menganggap bahwa

penelitian ini cukup penting untuk dilakukan, sebagai masukan untuk perencanaan

pembangunan perkotaan, terutama terkait dengan penataan pedagang kaki lima.

F. KERANGKA KONSEP

1. Sosial Ekonomi

Kata sosial ekonomi terdiri dari dua kata yaitu: sosio dan ekonomi. Kata

sosio dalam bahasa latin adalah socius artinya sahabat. Kata ekonomi dalam

bahasa yunani adalah “oikonomikos”, “oikonomia”, dari penggalan kata

“oikos” sama dengan rumah dan “nemein” sama dengan mengurus atau

mengelola. Istilah sosial ekonomi di sini membawa kita kepada persoalan

yang saling berkaitan. Pertama manusia adalah mahluk bersahabat atau

mahluk sosial tidak bisa hidup menyendiri. Kedua manusia adalah mahluk

ekonomi yang mana manusia tidak mungkin hidup tanpa makan dan

Page 30: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

16

minuman. Secara gamblangnya sosio ekonomi bertujuan untuk menggali

persoalan ekonomi dan sosial pada masyarakat.

M. Zunaidi menjelaskan pengertian sosial ekonomi jarang dibahas

secara bersamaan. Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering

di bahas secara terpisah. Pengertian sosial dalam ilmu sosial

merujuk pada objek yakni masyarakat. Sedangkan pada

deperteman sosial merujuk pada kegiatan yang ditunjukkan untuk

mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang

kesejahteraan yang ruang lingkupnya terkait dengan kesejahteraan

sosial. Sedangkan dalam konsep sosiologi, manusia sering disebut

sebagai mahluk sosial yang artinya; manusia tidak dapat hidup

wajar tanpa ada bantuan orang lain di sekitar, sehingga kata-kata

sosial dapat ditafsirkan hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat.

Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari bahasa yunani yakni

“oikos”yang berarti keluarga atau rumah tangga dan nomos

peraturan atau aturan hukum. Maka, secara garis besar ekonomi

diartikan sebagai peraturan rumah tangga atau menejemen rumah

tangga (Whinarko:2013:54).

Sedangkan berdasarkan paham sosiologi ekonomi, proses dan interaksi

sosial berhubungan dengan ekonomi. Hubungan ini dapat dilihat dari sisi

saling pengaruh-mempengarui (Damsar. 2013:11).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa sosial ekonomi merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan

pemenuhan kebutuhan yang ada di masyarakat atau yang lebih umumnya

terkait dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk melihat kondisi sosial

ekonomi Melly G. Tan mengatakan dapat dilihat dari pekerjaan, pendidikan,

kesehatan dan pemenuhan kebutuhan hidup dalam rumah tangga.

Berdasarkan ini masyarakat dapat digolongkan kedudukan sosial ekonomi

atas, menengah dan bawah (M. Zunaidi. 2013:54).

Page 31: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

17

2. Pedagang Kaki Lima (PKL)

Pedagang Kaki Lima (Sektor Informal) adalah mereka yang melakukan

kegiatan usaha dagang perorangan atau kelompok yang dalam menjalankan

usahanya menggunakan tempat-tempat fasilitas umum, seperti trotoar,

pinggir-pinggir jalan umum, dan lain sebagainya. Pedagang yang

menjalankan kegiatan usahanya dalam jangka tertentu dengan menggunakan

sarana atau perlengkapan yang mudah dipindahkan, dibongkar-pasang dan

mempergunakan lahan fasilitas umum sebagai tempat usaha.(Moch Hatta K,

et al,. 2015:111)

Sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan aktivitas

ekonomi berskala kecil dan sering mengalami banyak kesulitan untuk

menjalin hubungan secara resmi. Sektor informal yang dimaksud di sini

adalah suatu kegiatan berskala kecil yang bertujuan untuk mendapatkan

kesempatan kerja. Elemen yang umumnya termasuk dalam sektor ini adalah

yang berpendidikan kurang, keterampilan kurang dan umumnya para

pendatang.

G. KERANGKA TEORITIS

1. Kerentanan Sosial Ekonomi (Socio-Economic Vulnerability)

Neil Adger (dalam Erdian: 2015) menyatakan bahwa kerentanan adalah

keadaan berisiko terhadap hal yang merugikan serta berhubungan dengan

perubahan lingkungan dan sosial; disebabkan tidak adanya kemampuan

untuk beradaptasi. Selanjutnya, menurut Beck, kerentanan terhadap

Page 32: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

18

gangguan harus berfungsi sebagai pendahuluan dari munculnya gangguan.

Maksud penjelasan ini ialah kerentanan merupakan sebagai sesuatu yang

dianggap pendahulu atau orang akan mulai mengetahui bahwa akan terjadi

sebuah gangguan atau bencara yang akan mereka alami.

Konsep kerentanan dalam kajian kebencanaan dalam hal ini tidak hanya

kerentanan fisik, tetapi juga meliputi kerentanan sosial dan kerentanan

ekonomi (Aris. 2015:166). Menurut Eko Riyadi,

kerentanan (vulnerability) yaitu sekumpulan kondisi yang mengarah dan

menimbulkan konsekuensi (fisik, sosial, ekonomi dan perilaku) yang

berpengaruh buruk. Rriyadi juga menambahkan bahwa salah satu yang

mengalami kerentanan yakni buruh migran atau bisa dikatakan seseorang

yang berasal dari desa pindah ke kota untuk mencari pekerjaan.

Kerentanan buruh migran adalah akibat dari banyak hal, bukan hanya

karena mereka berasal dari kelompok miskin dan kurang berkesempatan

mendapatkan pendidikan, lebih jauh dan lebih dalam adalah karena

negara (tempat bekerja maupun Indonesia sebagai negara asal) tidak

menyediakan sistem perlindungan yang memadai (Riyadi, et al,.

2012:327).

Riyadi menambahkan, sebagai kelas sosial yang lemah buruh migran

Indonesia dihadapkan pada kenyataan lemahnya perlindungan hak-hak asasi

mereka. Buruh migran Indonesia terus mengalami peningkatan dalam kasus

pelanggaran hak asasi manusia, sementara pemerintah tidak mampu

mengambil langkah-langkah efektif untuk memberikan perlindungan yang

komprehensif (2012:331).

Antonio dalam bukunya yang berjudul “Mendahulukan Si Miskin”

menegaskan, meskipun persentase jumlah penduduk miskin cenderung

menurun sejak tahun 1999, kerentanan (terhadap kemiskinan) masih cukup

besar.

Page 33: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

19

Selain data agregat itu, secara empirik kita juga menyaksikan berbagai

kerentanan sosial-ekonomi yang dihadapi rakyat miskin. Orang miskin

selalu rentan dan bahkan menjadi korban utama lahirnya kebijakan yang

bermasalah; bencana alam yang bertubi-tubi, ketidakpastian musim dan

cuaca, kekeringan, gagal panen, dan seterusnya. Fenomena busung lapar

yang terjadi belakangan merebak di berbagai daerah adalah sebuah

bentuk kerentanan sosial yang dihadapi orang miskin. Di perkotaan, para

pedagang asongan, pedagang kaki lima atau pemulung selalu rentan

dengan represi dan regulasi negara. mereka seperti kaum ilegal yang

tidak tersentuh kebajikan dan kebijakan (Antonio. 2008:48-49).

Berdasarkan pengertian yang disampaikan oleh Riyadi dan Antonio,

menjelaskan bahwa kerentanan yang terjadi ialah sebagai akibat lemahnya

perlindungan hukum bagi mereka yang termasuk ke dalam kategori orang-

orang yang rentan. Seperti yang dijelaskan Antonio bahwa pedagang kaki

lima disebut sebagai orang yang mengalami kerentanan sosial ekonomi. Hal

tersebut terjadi karena para pedagang ini termasuk ke dalam kategori orang

miskin.

Kerentanan sosial ekonomi berkaitan dengan kemampuan individu atau

kelompok orang dalam menanggulangi, bertahan dan pulih dari dampak

kejadian bencana. Dalam penelitian Dian dan kawan-kawannya beranggapan

bencana akan terjadi ketika masyarakat menghadapi fenomena bahaya yang

melebihi kapasitas masyarakat dalam menghadapi bahaya tersebut (Dian.

2017:85).

Dalam penelitian ini, peneliti lebih berfokus pada kerentanan

penghidupan (livelihood vulnerability). Artinya kerentanan yang akan

dijelaskan pada penelitian ini ialah mengenai rentannya pemenuhan

kebutuhan hidup pedagang kaki lima. Misalkan indikator penghidupan

rumah tangga seperti keragaman arus penghasilan. Kemudian bagaimana hal

Page 34: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

20

tersebut berpengaruh terhadap pendidikan anak, kesehatan keluarga dan lain

sebagainya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kerentanan ialah suatu

kondisi dimana seseorang menyadari bahwa adanya bahaya yang

mengancam, baik itu dari segi fisik, sosial, ekonomi dan lain sebagainya.

Dalam prespektif ini, seseorang diharapkan dapat mengetahui dan

mendahului dari berbagai gangguan. Keterkaitan dengan permasalahan yang

akan peneliti teliti ialah, bahwa dalam proses berlangsungnya relokasi

terhadap pedagang, apakah terdapat kerentanan yang akan terjadi, lalu apa

saja kerentanan tersebut. Maka dari itu, penulis ingin mencoba

mendeskripsikan permasalah tersebut dalam penelitian ini seputar pedagang

kaki lima dengan menggunakan konsep kerentanan (vulnerability).

H. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berpegang kepada paradigma

naturalistik atau fenomenologi. Ini karena penelitian kualitatif senantiasa

dilakukan dalam setting alamiah terhadap suatu fenomena. Pendekatan

kualitatif adalah pendekatan sistematis dan subjektif dalam menjelaskan

pengalaman hidup berdasarkan kenyataan lapangan (empiris). Pendekatan

kualitatif lebih berorientasi kepada upaya untuk memahami fenomena secara

menyeluruh. Pendekatan kualitatif berangkat dari ilmu prilaku manusia dan

Page 35: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

21

ilmu sosial, hakikat dari holistik bagi manusia melalui penelaahannya

terhadap orang-orang dalam interaksinya dalam setting social. (Iskandar.

2013:190&192)

Sasaran utama penelitian kualitatif ialah manusia, karena manusialah

sumber masalah dan sekaligus penyelesaian masalah. Sekalipun demikian,

penelitian kualitatif tidak membatasi penelitian terhadap manusia saja,

sasaran lain dapat berupa kejadian, sejarah, benda berupa foto, artefak,

peninggalan-peninggalan peradaban kuno dan lain sebagainya. Intinya

sasaran penelitian kualitatif ialah manusia dengan segala kebudayaan dan

kegiatannya. (Sarwono. 2006:194)

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu

penelitian yang bermaksud memaparkan suatu situasi atau kejadian.

Penelitian sosial menggunakan format deskriptif bertujuan untuk

menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau

berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian

(Burhan. 2013:48).

2. Informan Penelitian

Informan penelitian dalam penelitian ini adalah para pedagang kaki

lima di area sekitaran Pasar Tanah Abang Blok G, baik itu yang berada

didalam Blok G serta diluar Blok G dengan menggunakan teknik

purposefully select. Gagasan di balik penelitian kualitatif adalah memilih

dengan sengaja dan penuh perencanaan (purposefully select) para partisipan

Page 36: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

22

dan lokasi (dokumen atau meteri visual) penelitian yang dapat membantu

peneliti memahami masalah yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif, tidak

terlalu di butuhkan random sampling atau pemilihan secara acak terhadap

para partisipan dan lokasi penelitian, yang biasanya dijumpai dalam

penelitian kuantitatif. Pembahasan mengenai para partisipan dan lokasi

penelitian dapat mencakup 4 aspek yang dinyatakan oleh Miles dan

Hubermas, yaitu setting (lokasi penelitian), aktor (siapa yang akan

diobservasi dan diwawancarai), peristiwa (kejadian apa saja yang dirasakan

oleh aktor yang akan dijadikan topik wawancara dan observasi), dan proses

(sifat peristiwa yang dirasakan oleh aktor dalam lokasi penelitian) (Creswell.

2016:253). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka informan dalam

penelitian ini sebanyak 13 informan, pemilihan informan berdasar klasifikasi

yang menurut peneliti tepat untuk menjawab pertanyaan peneliti, di awali

dengan beberapa staf pengelola pasar, kemudian beberapa pedagang yang

masih aktif di Blok G, setelah itu barulah peneliti mencari informan yang

berada di trotoar, baik itu yang pernah direlokasi ke Blok G namun kembali

lagi ke trotoar dan mereka yang sama sekali belum pernah jualan di Blok G.

Tabel I.G.1 Informan Penelitian

Informan PD Pasar Jaya

No. Nama Status

1. Nasrulloh, SE Asisten Manager Seksi Keuangan dan Administrasi UPB Pasar Tanah Abang (A-G)

2. Amat Japar, SH Asisten Manager Seksi Usaha dan Pengambangan UPB Pasar Tanah Abang (A-G)

3. Eju Warles Staf UPB Pasar Tanah Abang Blok G

Informan Pedagang

No. Nama Jenis

Kelamin Asal Usia

Pendidikan

Akhir Status

Jenis

Dagangan

4. Siti Aisyah Perempuan DKI Jakarta 48 Th SMA Pedagang Pasar

Tanah Abang

Pedagang

Pakaian

Page 37: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

23

Blok G

5. Nasri Laki-laki Padang 42 Th SMA

Pedagang Pasar

Tanah Abang

Blok G

Pedagang

Sepatu dan

Sendal

6. Ratna Perempuan Jambi 40 Th SMEA

Pedagang Pasar

Tanah Abang

Blok G

Pedagang

Pakaian

Batik

7. Mila Perempuan DKI Jakarta 44 Th SMK Pedagang bahu

jalan Jati Baru

Pedagang

Pakaian

8. Iman Laki-laki DKI Jakarta 33 Th SMP

Pedagang bahu

jalan Jati Baru

yang pernah

direlokasi ke

Blok G

Pedagang

Pakaian

9. Aput Laki-laki Jawa

Tengah 25 Th SMA

Pedagang

dalam gang Jati

Baru

Pedagang

Pakaian

10. Ari Laki-laki Aceh 30 Th SMA

Pedagang di

Kios di bahu

jalan Jati Baru

Pedagang

Pakaian

11. Irwan Laki-laki DKI Jakarta 34 Th SMP

Pedagang bahu

jalan Jati Baru

yang pernah

direlokasi ke

Blok G

Pedagang

Pakaian

12. Yuri Laki-laki Padang 41 Th SMA

Pedagang

Kawasan Jati

Baru yang

pernah

direlokasi ke

Blok G

Pedagang

Pakaian

13. Awaluddin Laki-laki Padang 39 Th SMA

Pedagang

Kawasan Jati

Baru yang

pernah

direlokasi ke

Blok G

Pedagang

Pakaian

14. Rahmat Laki-laki Padang 52 Th SMA

Pedagang Pasar

Tanah Abang

Blok G

Pedagang

Pakaian

Page 38: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

24

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan disekitar kawasan Pasar Tanah Abang Blok G

yang terletak di kelurahan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sedangkan waktu

penelitian yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data melalui teknik

dokumen berupa wawancara, observasi serta mengolah, menganalisis dan

menyajikan penelitian ini mulai dilakukan sejak bulan Maret 2017 sampai

Desember 2017.

4. Jenis dan Sumber Data

Penulis menggunakan dua sumber data dalam penelitian ini, yaitu data

primer dan data sekunder. Data Primer data yang langsung diperoleh melalui

informan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang diperoleh

melalui wawancara dan observasi. Dan data Sekunder adalah data yang

diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah

ada. Data sekunder yang diperoleh pada penelitian ini adalah data dari pihak

pengelola pasar, di kantor PD Pasar Jaya Blok G pasar Tanah Abang pada

Senin, 18 September 2017.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, diperlukan sejumlah teknik. Untuk itu,

penulis menggunakan 2 (dua) teknik pengumpulan data. Teknik tersebut

ialah dengan menggunakan observasi dan wawancara.

Metode observasi kualitatif adalah ketika peneliti langsung turun ke

lapangan untuk mengamati prilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi

penelitian dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat – baik dengan

Page 39: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

25

cara terstruktur maupun semistruktur (misalnya dengan mengajukan

pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh peneliti) – aktivitas-aktivitas

di lokasi penelitian. Pada umumnya observasi ini bersifat open-ended di

mana peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan umum kepada partisipan

yang memungkinkan partisipan bebas memberikan pandangan-pandangan

mereka (Creswell, 2016:254). Secara luas, observasi atau pengamatan

berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi

atau pengamatan disini diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan dengan

menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-

pertanyaan (Soehartono. 2011:69-70). Penulis menggunakan metode

obsevasi dengan mengamati kejadian-kejadian yang terjadi di dalam Pasar

Tanah Abang Blok G dan kawasan Pasar Tanah Abang. Dengan pengamatan

langsung, penulis dapat melihat kegiatan-kegiatan yang terjadi di daerah

tersebut yang dijadikan sebagai sumber data untuk penelitian ini. Kegiatan-

kegiatan yang terjadi di lokasi penelitian yang peneliti temukan ialah kondisi

pasar Tanah Abang Blok G yang selalu sepi saat peneliti melakukan

observasi, kemudian peneliti sering kali mendengar keluhan beberapa

pedagang Blok G yang sambil berteriak-teriak “sepinyaa”. Selain itu,

kemudian peneliti juga mengamati kegiatan para pedagang yang berada di

trotoar, mulai dari memindah-mindahkan barang dagangan ke belakan garis

kuning atau batas larangan, padatnya trotoar, kemacetan, pemasangan

pembatas antara trotoar dengan jalan oleh dinas PU, kemudian yang terbaru

ini ialah penutupan jalan Jati Baru yang dijadikan lokasi berjualan para PKL.

Page 40: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

26

Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face to face

interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai

mereka dengan telepon, atau terlibat dalam facus group interview

(wawancara dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai

delapan partisipan per kelompok. wawancara-wawancara seperti ini tentu

saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur

(unstructured) dan bersifat terbuka (open-ended) yang dirancang untuk

memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan (Creswell.

2016:254). Teknik ini berguna untuk mengetahui informasi secara detail dan

mendalam tentang permasalahan tertentu dari informan. Peneliti memulai

kegiatan wawancara dengan informan pada Juli 2017 hingga November

2017 di kantor Pusat PD Pasar Jaya Tanah Abang Blok A-F, kantor PD

Pasar Jaya Pasar Tanah Abang Blok G, dan kawasan jalan Jati Baru, Tanah

Abang, Jakarta Pusat.

Namun selama proses wawancara, penulis sedikit mengalami kesulitan

dalam menentukan informan. Banyak dari mereka yang tidak ingin

diwawancarai, ada yang mengaku hanya anak buah saja dan tidak

mengetahui atau mengerti pertanyaan dari peneliti, selain itu ada beberapa

pedagang yang mau diwawancarai akan tetapi tidak sesuai dengan apa yang

peneliti inginkan seperti baru beberapa saat dagang di lokasi tersebut, atau

tidak pernah direlokasi ke Blok G. Kemudian kesulitan lainnya, banyak dari

pedagang yang tidak mau terbuka dengan peneliti, misalkan terkait dengan

penghasilan. Jadi yang mereka sebutkan hanya “sekitar”, “kurang lebih”

Page 41: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

27

atau bahkan tidak ingin menyebutkan nominal, sehingga peneliti sulit untuk

mengklarifikasi penghasilan rata-rata para pedagang ini.

6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis kualitatif merupakan analisis yang mendasarkan pada adanya

hubungan semantis antar variabel yang sedang diteliti. Tujuannya ialah agar

peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-variabel sehingga dapat

digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian.

Menurut Sugiono (dalam Iskandar 2013:223) analisis data kualitatif adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil pengamatan (observasi), wawancara, catatan lapangan dan studi

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke sintesis, menyusun

kedalam pola memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari,

dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri

maupun orang lain.

Menurut Miles dan Huberman, analisis data penelitian kualitatif dapat

dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) reduksi data; (2)

display/penyajian data; dan (3) mengambil kesimpulan lalu diverifikasi.

Yang pertama yakni reduksi data. Reduksi data merupakan proses

pengumpulan data, merekam data lapangan dalam bentuk catatan-catatan

lapangan (field note), harus ditafsirkan, atau diseleksi masing-masing data

yang relevan dengan fokus masalah yang diteliti. Reduksi data merupakan

analisis yang menajamkan untuk mengorganisasikan data, dengan demikian

Page 42: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

28

kesimpulannya dapat diverifikasi untuk dijadikan temuan penelitian

terhadap masalah yang diteliti.

Setelah melakukan reduksi data, proses analisis data selanjutnya ialah

display/penyajian data. Penyajian data ialah data yang telah diperoleh ke

dalam sejumlah matriks atau daftar kategori setiap data yang didapat,

penyajian data biasanya berbentuk teks naratif. Biasanya dalam penelitian,

kita akan mendapatkan data yang sangat banyak, data yang kita dapat tidak

mungkin kita paparkan secara keseluruhan. Untuk itu, dalam penyajian data

penelitian dapat dianalisis oleh peneliti untuk disusun secara sistematis, atau

simultan sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab

masalah yang diteliti. Kemudian proses analisis yang terakhir ialah

mengambil kesimpulan/verifikasi. Dalam proses penarikan kesimpulan

biasanya masih berupa kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali

dengan data dilapangan, sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai. Setelah

hasil penelitian telah diuji kebenarannya, maka peneliti dapat menarik

kesimpulan dalam bentuk deskriptif sebagai laporan penelitian.

Page 43: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

29

I. SISTEMATIKA PENULISAN

Guna memudahkan pembahasan, maka dalam penulisan skripsi ini dibagi

menjadi empat bab yang terdiri dari:

BAB I Pendahuluan: Membahas Pernyataan Masalah, Pertanyaan

Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka

Konsep, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Gambaran Umum Pasar Tanah Abang: Membahas Sejarah Pasar

Tanah Abang dan Pasar Tanah Abang Blok G, Karakteristik PKL Pasar Tanah

Abang Blok G Berdasarkan Jenis Usaha, Relokasi Pedagang Kaki Lima Pasar

Tanah Abang Blok G dan Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima

BAB III Analisis dan Data: Kondisi Kerentanan Sosial-Ekonomi (Socio-

Economic Vulnerability) Pedagang Kaki Lima Pasca Relokasi dan Beberapa

Upaya Menghadapi Kerentanan.

BAB IV Penutup: Berisi kesimpulan penelitian disertai dengan saran-saran.

Daftar Pustaka: Merupakan daftar kepustakaan atau rujukan bacaan yang

digunakan dalam penulisan ini. Baik yang berasal dari media cetak maupun

media elektronik. Selain itu, bagian ini juga memuat daftar wawancara yang

telah dilakukan penulis demi menjawab pertanyaan penelitian.

Lampiran Penelitian: Merupakan daftar lampiran-lampiran keterangan

pada saat melakukan penelitian

Page 44: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

30

BAB II

GAMBARAN UMUM PASAR TANAH ABANG

A. Sejarah Pasar Tanah Abang dan Pasar Tanah Abang Blok G

Jakarta Pusat terdiri dari 8 kecamatan dan 44 kelurahan. Salah satu

Kecamatannya yaitu Tanah Abang. Kecamatan Tanah Abang terdiri dari 7

Kelurahan yaitu: Gelora, Bendungan Hilir, Karet Tengsin, Kebon Melati,

Petamburan, Kebon Kacang, dan Kampung Bali. Kecamatan Tanah Abang

merupakan salah satu kecamatan di ibukota negara, yang terletak di Kota

Administrasi Jakarta Pusat. Lalu lalang kendaraan, udara panas, dan lembab,

serta orang-orang yang bergegas mengejar waktu adalah pemandangan yang

sudah biasa terlihat di Kecamatan Tanah Abang.

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Administrasi Jakarta

Pusat, Kecamatan Tanah Abang merupakan daerah yang sebagian besar

perkantoran, pusat perbelanjaan dan pemukiman penduduk. Lokasinya dekat

dengan pemerintahan kota membuat kecamatan ini menjadi tempat ideal bagi

penduduk asli maupun pendatang untuk bermukim. Berdasarkan Surat

Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 171 Tahun 2007, maka luas

wilayah kecamatan Tanah Abang adalah 9,3 Km² (19,3% dari total luas wilayah

Kota Administrasi Jakarta Pusat). Kelurahan Gelora merupakan kelurahan yang

terluas dengan luas wilayah 2,59 Km² atau sekitar 28% dari seluruh luas

kecamatan Tanah Abang dan kelurahan yang terkecil luasnya adalah kelurahan

Kampung Bali dengan luas wilayah 0,73 Km² atau sekitar 8% dari seluruh luas

Page 45: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

31

wilayah kecamatan Tanah Abang. (https://jakpuskota.bps.go.id diakses pada 3

Mei 2017)

Gambar II.A.1 Persentase Luas Kecamatan Tanah Abang

Sumber Gambar: Statistik Kecamatan Tanah Abang 2016 (https://jakpuskota.bps.go.id diakses

pada 3 Mei 2017)

Pasar Tanah Abang yang terletak di jantung kota Jakarta, masuk dalam

wilayah Jakarta Pusat, lebih spesifiknya yakni berada dalam kelurahan

Kampung Bali. Pasar Tanah Abang merupakan pasar terbesar di Jakarta yang

menjual bahan tekstil, busana anak-anak dan orang dewasa, busana muslim,

sepatu, tas dan barang-barang kebutuhan lainnya dengan harga murah atau harga

miring baik eceran maupun grosir.

Pasar Tanah Abang ini didirikan oleh Yustinus Vinck pada 30

agustus 1735 atas izin dari Gubenur Jendral Abraham Patramini. Awalnya pasar

ini berdiri hanya menjual barang kelontong dan buka pada setiap hari Sabtu.

Oleh karena itu Pasar Tanah Abang sering disebut juga sebagai pasar Sabtu.

Kemudian pada akhirnya pasar tersebut mampu menyaing Pasar Senen (Welter

Vreden) yang sudah lebih dulu maju pada saat itu. Tahun 1740 terjadi peristiwa

Chineezenmoord yaitu pembantaian orang-orang China dan juga perusakan

harta benda, termasuk Pasar Tanah Abang diporak-porandakan dan dibakar.

Page 46: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

32

Tahun 1881 Pasar Tanah Abang kembali dibangun serta ditambah

hari bukanya yaitu hari Rabu dan Sabtu. Sehingga Pasar Tanah Abang dibuka 2

kali dalam seminggu. Bangunan pasar pada mulanya sangat sederhana terdiri

dari bambu dan papan serta atap rumbia. Pasar Tanah Abang terus mengalami

perbaikan hingga akhir abad ke 19. Tahun 1913 Pasar Tanah Abang kembali

diperbaiki dan pada tahun 1926 pemerintah Batavia membongkar Pasar Tanah

Abang dan di ganti bangunan permanen berupa tiga los panjang dari tembok dan

papan serta beratap genteng.

Pasar Tanah Abang semakin berkembang setelah dibangunnya Stasiun

Tanah Abang. Masa kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin, tahun 1973 Pasar

Tanah Abang diremajakan terdari empat bangunan dan 4 lantai. Seiring dengan

perkembangan zaman beberapa kali Pasar Tanah Abang mengalami perubahan

dan perluasan pasar seperti sekarang ini. Saat ini Pasar Tanah Abang adalah

pasar grosir yang tertua dan terbesar se-Asia Tenggara. Pasar Grosir Tanah

Abang merupakan pusat perdagangan tekstil utama, ke berbagai wilayah di

Indonesia, Asia maupun dunia. (http://jakartapedia.bpadjakarta.net diakses pada

3 Mei 2017)

Blok G merupakan salah satu bagunan dari Pasar Tanah Abang yang

dijadikan lokasi untuk berjualan para pedagang. Blok G didirikan pada tahun

1986 dan diperbaiki lagi pada tahun 2003. Pada awal pembangunannya mungkin

ditujukan sama seperti blok-blok lain dari Pasar Tanah Abang, hingga pada

pertengahan tahun 2013 terjadi perombakan besar-besaran dari Pemerintah

Daerah yang ingin menjadikan Blok G sebagai tempat relokasi pedagang kaki

Page 47: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

33

lima yang berada di pinggir jalan, trotoar, dan lain sebagainya. Dimana pada

saat itu kondisi jalan di sekitar Pasar Tanah Abang menjadi tak terkendali,

pedagang kaki lima secara tidak teratur berjualan di tempat-tempat yang

sebenarnya tidak diperuntukkan untuk berjualan, sehinggal terjadi kemacetan

panjang, angkot berhenti disembarang tempat karena banyak orang yang

berlalu-lalang di pinggir jalan. Berikut adalah gambar sebaran PKL Pasar Tanah

Abang.

Gambar II.A.2 Peta Lokasi Pasar Tanah Abang

Sumber gambar: http://google.maps.com diakses pada 09 November 2017

Pada gambar tersebut menggambarkan sebaran para pedagang kaki lima

yang berada pada pinggir jalan atau trotoar jalan Jati Baru Raya serta di dalam

gang-gang pemukiman warga. Jika dilihat dari gambar tersebut memang jarak

antara statiun Tanah Abang menuju Blok G itu lumayan jauh, sehingga

Page 48: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

34

mengakibatkan banyak dari para pembeli lebih memilih untuk masuk ke dalam

gang-gang tersebut dibanding harus jalan langsung ke Blok G.

Berikut adalah data teknis Pasar Tanah Abang Blok G

Tabel II.A.1 Data Teknis UPB Tanah Abang Blok G

1 Total Pedagang 899

2 Jumlah Kios 2,200

3 Jumlah Lantai 4 Lantai

4 Luas Lahan 5,669 M2

5 Luas Bangunan 16,875 M2

6 Asal Pakaian Lokal

7 Transaksi Perhari 400 Juta/hari

8 Jumlah Pengunjung 300/hari

9 Didirikan Tahun Bangunan 1986 & 2003

10 Jenis Dagangan Pakaian jadi, tas, koper, sembako, sayur

mayur, daging sapi, daging ayam, dan lain-lain Sumber: Kantor PD Pasar Jaya UPB Pasar Tanah Abang Blok G pada 18 September 2017

Berdasarkan data terakhir PD. Pasar Jaya, Blok G terbagi atas 4 lantai.

Dalam data tersebut menunjukan jumlah keseluruhan tempat usaha yang

terdapat di Blok G yakni 2.200 unit yang terbagi menjadi Kios sebanyak 369

unit, Counter/CT sebanyak 1.439 unit, dan Losmen sebanyak 392 unit. Jumlah

tempat usaha terbanyak di Blok G yakni pada lantai 1, dengan jumlah tempat

usaha 587 unit yang terbagi menjadi 222 unit Kios, 188 unit Counter/CT, dan

177 unit Losmen. Berikut adalah tabel jumlah tempat usaha berdasarkan

Laporan Aktifvitas Tempat Usaha bulan Oktober 2016 Pasar Tanah Abang Blok

G.

Tabel II.A.2 Laporan Aktifvitas Tempat Usaha bulan Oktober 2016 Pasar

Tanah Abang Blok G

NO. BLOK G TEMPAT USAHA

KIOS CT LOS TD JML

1 LT. DASAR 147 95 215 - 457

2 LT. I (SATU) 222 188 177 - 587

3 LT. II (DUA) - 577 - - 577

Page 49: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

35

4 LT. III (TIGA) - 579 - - 579

JUMLAH 369 1439 392 - 2200 Sumber: Kantor Pusat PD Pasar Jaya UPB Pasar Tanah Abang Blok A-G pada 18

September 2017

Berdasarkan jumlah tempat usaha tersebut, masing-masing tempat usaha

terbagi atas luas yang berbeda-beda. Luas keseluruhan untuk kios pada lantai

dasar ialah 588.00 M² dibagi jumlah tempat usaha Kios pada lantai dasar yang

berjumlah 147 unit, maka dapat diketahui untuk masih-masing Kios di lantai

dasar itu memiliki luas 4 M²/kios, dan untuk lantai 1 itu memiliki luas 3

M²/kios. Sedangkan untuk Counter/CT pada setiap lantai masing-masing

memiliki 2.7 M²/CT. Dan terakhir itu losmen, pada losmen sendiri memiliki luas

yang sama dengan Counter, yakni 2.7 M²/Losmen. Akan tetapi losmen hanya

tersedia pada lantai dasar dan lantai 1. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tabel

Luas tempat usaha berdasarkan jenis yang berbeda-beda.

Tabel II.A.3 Laporan Luas Tempat Usaha Berdasarkan Jenis

NO. BLOK G LUAS (M²)

KIOS CT LOS TD JML

1 LT. DASAR 588.00 256.50 580.50 - 1,425.00

2 LT. I (SATU) 666.00 507.60 477.90 - 1,651.50

3 LT. II (DUA) - 1,557.90 - - 1,557.90

4 LT. III (TIGA) - 1,563.30 - - 1,563.30

JUMLAH 1,254.00 3,885.30 1,058.40 - 6,197.70 Sumber: Kantor Pusat PD Pasar Jaya UPB Pasar Tanah Abang Blok A-G pada 18 September 2017

Berdasarkan jumlah unit yang tersedia, data yang didapat menunjukkan

bahwa tidak semua unit terisi oleh pedagang, misalnya terdapat beberapa unit

yang batal diisi oleh pedagang, serta ada pula yang memang belum

diperuntukkan untuk diisi atau tidak aktif. Selain itu ada juga beberapa unit yang

ditangguhkan atau dalam tahap penutupan sementara karena beberapa alasan.

Jumlah keseluruhan tempat usaha yang aktif sampai dengan oktober 2016 ialah

Page 50: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

36

1,282 unit. Jumlah tempat usaha yang aktif terbanyak berada pada lantai 1,

dengan jumlah total 509 unit yang terbagi atas 209 unit kios, 151 unit counter

dan 149 unit los. Kemudian jumlah tempat usaha yang batal secara keseluruhan

berjumlah 856 unit, dimana lantai 4 menjadi tempat yang paling banyak batal

diisi, dengan jumlah 570 unit. Dan terakhir ialah tempat usaha yang belum

diperuntukkan atau tidak aktif, dengan jumlah total ialah 62 unit untuk counter

secara keseluruhan. Berikut adalah tabel tempat usaha yang aktif, batal dan

belum diperuntukkan atau tidak aktif Pasar Tanah Abang Blok G.

Tabel II.A.4 Laporan Jumlah TU (Tempat Usaha)

Sumber: Kantor Pusat PD Pasar Jaya UPB Pasar Tanah Abang Blok A-G pada 18 September 2017

Namun berdasarkan wawancara terakhir antara peneliti dengan informan

Eju (staf PD.Pasar Jaya di Blok G) menunjukan bahwa terjadi pengurangan TU

aktif pada Juni 2017. Dalam wawancara tersebut, informan Eju menerangkan

bahwa jumlah TU aktif pada oktober 2016 yakni 1,282 unit dikurangi 27 unit

TU yang belum CMS atau yang belum bayar DPP, kemudian dikurangi lagi TU

batal sebanyak 207 unit, dan terakhir yakni TU dalam tahap peringatan

penutupan sementara. Sehingga jumlah akhir TU aktif hingga Juni 2017

sebanyak 944 unit.

Page 51: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

37

B. Karakteristik PKL Pasar Tanah Abang Blok G Berdasarkan Jenis Usaha

Berdasarkan jenis usaha yang dijalani, PKL yang berada di Blok G

memiliki beragam jenis usaha, mulai dari makanan dan minuman, buah dan

sayuran, pakaian jadi, busana muslim, tekstil, bumbu/rempah-rempah,

kelontong, asesoris, perhiasan emas, sepatu dan sendal, jam/arloji, tas/koper,

kacamata, daging ayam, daging sapi, daging kambing dan lain sebagainya. Pada

dasarnya mereka menjual berbagai keperluan yang diperlukan masyarakat

sehari-hari.

Dari data yang diperoleh, kebanyakan dari mereka menjual pakaian, mulai

dari pakaian anak, dewasa, dan busana muslim sesuai dengan banyak TU yang

aktif dari keseluruhan, yakni 420 TU. Jenis usaha terbanyak kedua ialah warung

makanan dan minuman, dengan jumlah TU aktif 219. Kemudian jenis usaha

terbanyak ketiga penjual sayur mayur, buah-buahan dan lain sebagainya dengan

jumlah TU aktif 179. Sedangkan pedagang lainnya kurang dari 100 TU aktif

yang digabung secara keseluruhan ialah pedagang assesoris, perhiasan, dan

daging-dagingan.

Tabel II.B.1 Laporan Jumlah TU (Tempat Usaha) Aktif

NO Komoditi Jumlah

TU

1 Pakaian jadi, Tekstil, Busana

Muslim, Kerudung 420

2 Warung Makanan, Minuman, dan

Pangan Lain 219

3

Sayur Mayur, Buah-buahan, Beras,

Kelapa, Bumbu/Rempah-rempah,

Kelontong, Rokok, dan lain-lain

179

4

Assesoris, Bunga Hias, Perhiasan

Emas, Sepatu/Sendal, Barang

Teknik, Jam/Arloji, Ikat Pinggang,

Tas/Koper, Kacamata

72

Page 52: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

38

5 Ayam Hidup dan Potong, Daging

Sapi, Daging Kambing 46

6 Jasa 8

Jumlah 944

Sumber: Kantor PD Pasar Jaya UPB Pasar Tanah Abang Blok G pada 18 September 2017

Pada penelitian ini, peneliti mengambil informan yang terkena dampak

penertiban yang dilakukan oleh pemerintah setempat dan sekarang menempati

lokasi relokasi yang telah disediakan, yang tersebar pada lantai dasar, lantai 1

dan 2 Blok G Pasar Tanah Abang. Serta peneliti mengambil beberapa informan

yang telah direlokasi ke Pasar Tanah Abang Blok G sebelumnya namun kembali

lagi berjualan di tempat larangan berjualan, untuk kerentanan yang dialami oleh

pedagang tersebut.

C. Relokasi Pedagang Kaki Lima Pasar Tanah Abang Blok G

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata relokasi berarti

pemindahan lokasi. Artinya, relokasi adalah suatu kegiatan yang mengharuskan

sesuatu itu berpindah tempat dari lokasi semula, menuju lokasi baru yang telah

ditentukan. Dalam hal ini, kegiatan relokasi yang terjadi di kawasan Pasar

Tanah Abang menuai pro dan kontra. Ada dari meraka yang pro terhadap

kegiatan relokasi tersebut, dan ada pula yang kontra dikarenakan beberapa

alasan yang membuat mereka tidak ingin di relokasi.

Dalam Hartanto (2014), realisasi dari Perda No.8 tahun 2007 terutama

tentang penertiban PKL dilakukan secara bertahap. Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta memulai dengan melakukan razia bagi para PKL di beberapa titik lokasi

yang dianggap perlu diperhatikan terlebih dahulu. Setelah para PKL ditertibkan,

pemerintah Provinsi DKI Jakarata menerapkan kebijakan bahwa para PKL yang

Page 53: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

39

ditertibkan berhak mendapatkan kios di lokasi yang telah ditunjuk pemerintah.

Para PKL yang pernah menempati kawasan Pasar Tanah Abang diberikan kios

di Blok G yang berlokasi di dekat stasiun kereta api Tanah Abang.

Pada awalnya, kebanyakan PKL yang berada di kawasan Pasar Tanah

Abang merupakan PKL binaan Walikota Jakarta Pusat, sehingga keberadaannya

pun bisa dikatakan resmi atau legal. Seperti apa yang di ungkapkan oleh salah

seorang pedagang (Nasri);

“Kita kan waktu dibawah kan pedagang resmi, binaan walikota. Jadi kita

dikasi surat peringatan. Pas pinggir jalan itu dulu, emang binaan walikota.

Sekarang aja emang sembarang orang..”(wawancara pribadi dengan

informan di Blok G Pasar Tanah Abang pada Sabtu, 7 Oktober 2017)

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dibuktikan bahwa PKL di kawasan

Pasar Tanah Abang sebelumnya merupakan PKL yang resmi dan merupakan

PKL binaan Walikota Jakarta Pusat. Namun seiring berjalannya waktu, jumlah

PKL yang berada di kawasan tersebut menjadi tidak terkendali, mungkin yang

awalnya hanya berada di dalam jalan Jati Baru X, kini banyak PKL yang mulai

menempati lokasi-lokasi larangan berjualan, misalnya trotoar atau bahu jalan

yang mengakibatkan penumpukan orang dipinggir jalan, sehingga terjadi

kemacetan dan lain sebagainya.

Maka dari itu Pemerintah Daerah Jakarta Pusat mulai berinisiatif untuk

merealisasikan Perda tersebut dengan mulai menyebar selebaran sebagai

peringatan untuk segera memindahkan barang dagangan. Setelah itu petugas

setempat mulai melaksanakan razia pada para PKL untuk memindahkan barang

dagangannya. Kemudian razia besar-besaran pun mulai dilaksanakan pada

pertengahan bulan Juni 2013, pada saat itu para PKL yang “nakal” pun akhirnya

Page 54: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

40

ditertibkan secara paksa oleh petugas Satpol PP, tanpa ragu dan belas kasihan

barang dagangan PKL pun di sita. Dari kegiatan ini tidak sedikit dari PKL yang

kontra terhadap kegiatan penertiban tersebut. Hingga akhirnya ketegangan pun

terjadi.

Sebelum dilakukan razia besar-besaran tersebut, dinas UMKM sudah

terlebih dahulu mendata para PKL yang akan direlokasi ke Pasar Tanah Abang

Blok G, sehingga memang pada saat razia, tidak banyak dari para PKL yang

ikut melakukan penolakan terhadap kegiatan relokasi tersebut. Asisten Manager

Seksi Keuangan & Administrasi UPB Pasar Tanah Abang (Blok A-G),

Nasrulloh mengatakan dalam wawancara pribadi dengan peneliti mengakui

bahwa:

“Tentunya ada sosialisasi sebelum relokasi, sebelumnya pedagang kaki

lima tuh di data yang di pinggir jalan, siapa yang punya KTP (DKI), nanti

sama UMKM di data tuh, lalu UMKM ngasi data ke pasar Jaya, kemudian

sarana yang ada berapa? Lalu diselaraskan.” (wawancara pribadi dengan

informan di kantor pusat PD Pasar Jaya Blok A-F pada Kamis, 27 Juli

2017. Pukul 13.25 WIB)

Pada dasarnya, sasaran pemerintah dalam merelokasi para PKL ialah

mereka yang memiliki KTP DKI Jakarta, yakni bisa dikatakan penduduk

pribumi yang berada di daerah tersebut. Namun kebanyakan dari pedagang

tersebut ialah PKL yang berasal dari luar Jakarta, misalnya orang Tasikmalaya,

Padang dan lain sebagainya. Seperti apa yang telah diungkapkan Eju, sangat

jarang penduduk pribumi atau orang Jakarta yang berdagang di daerah sekitar

Pasar Tanah Abang, justru kebanyakan dari mereka adalah preman. Jadi para

pedagang yang berasal dari luar Jakarta, banyak yang ber-KTP DKI Jakarta agar

dapat di data oleh dinas UMKM, dan melakukan aktifitas jual-beli kembali

Page 55: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

41

ditempat relokasi yang telah di tunjuk oleh Pemerintah Daerah, yakni Pasar

Tanah Abang Blok G.

Setelah para pedagang di data, selanjutnya mereka akan diundi untuk dapat

mengisi kios-kios yang tersedia di Blok G. Tujuannya ialah agar para PKL tertib

dan tidak berebut untuk menempati kios-kios yang dianggap terjangkau oleh

pembeli. Informan Eju mengatakan;

“Namun yang mendapatkan undian di lantai 2 dan 3 Pasar Tanah Abang

Blok G, kebanyakan penduduk asli atau orang Jakarta yang notabennya

bukan pedagang asli, sehingga kebanyakan dari mereka pada beberapa

bulan setelah itu mulai kabur atau meninggalkan kios yang ditempati,”

(wawancara pribadi dengan informan di kantor PD Pasar Jaya Blok G

pada Senin, 18 September 2017. Pukul 14.48 WIB)

Kemudian selang beberapa tahun, tepatnya pada Minggu pagi 3 Mei 2015,

kawasan Pasar Tanah Abang dipenuhi oleh para PKL dan diwarnai aksi protes

keras dan keluhan para PKL. Para pedagang menilai aksi penertiban sangat tidak

manusiawi lantaran tidak disertai dengan upaya relokasi. Walaupun mengaku

bersalah karena menempati area publik, seperti badan jalan dan saluran air,

tetapi para pedagang menganggap penertiban kurang tepat karena tidak disertai

dengan solusi. Para pedagang sebelumnya hanya diinformasikan seluruh

kawasan jalan Jati Baru X hanya akan ditata tanpa pembongkaran. Menurut

salah seorang pedagang, kalaupun direlokasi ke Blok G, itu bukanlah solusi.

Karena kondisi pasar yang sepi dan tidak menjamin pedagang dapat bertahan.

Sedangkan banyak pembeli yang lebih memilih ke jalan Jati Baru X, karena

mudah dijangkau (http://megapolitan.kompas.com diakses pada 25 Mei 2017).

Sementara itu dari pihak Pemda membantah bahwa jajarannya melakukan

penertiban tanpa adanya solusi. Pihak Pemda sendiri mengaku telah

Page 56: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

42

berkordinasi oleh PD Pasar Jaya untuk mempersiapkan kios dan los, serta

memperbaiki segala fasilitas yang ada seperti toilet, eskalator dan sarana lainnya

dan dapat beroperasi secara optimal. Jadi, jika ada pedagang yang mendirikan

lapak atau kios di badan jalan atau di atas saluran air, maka pihak penertib akan

langsung membongkar dan menyita barang dagangan tersebut. Hal tersebut juga

disampaikan oleh Nasri salah seorang pedagang sepatu dan sendal di Blok G, ia

mengaku bahwa;

“Sebenarnya kami ini kan udah buat perjanjian, siapa yang nempatin di atas

itu udah ngga boleh turun ke bawah. Jadi kalau misalnya turun lagi dan

ketangkap, yaudah barangnya diambil oleh petugas/disita, udah

perjanjiannya.” (wawancara pribadi dengan informan di Blok G Pasar Tanah

Abang pada Sabtu, 7 Oktober 2017. Pukul 14.08 WIB)

Kemudian pada tahun berikutnya, tepatnya pada Kamis (2 Juni 2016)

penertiban pun dilaksanakan lagi dikarenakan para pedagang kembali berdagang

di bahu jalan dan trotoar. Kericuhan pun mewarnai kegiatan penertiban tersebut.

Sejumlah pedagang kala itu dibantu warga sekitar melakukan perlawanan

sehingga menyebabkan beberapa personil Satpol PP terluka. Dan pada akhirnya,

kepala Satpol PP (Iyan Sophian Hadi) daerah tersebut pun menarik mundur

personilnya, dan membatalkan penertiban PKL. Namun Iyan mengungkapkan

bahwa Satpol PP akan tetap menertibkan para pedagang yang melanggar aturan

(http://megapolitan.kompas.com pada 25 Mei 2017)

Hingga saat ini, kegiatan penertiban PKL sering dilakukan oleh Satpol PP,

namun masih tetap ada saja pedagang yang berjualan di daerah larangan

berjualan seperti badan jalan, trotoar dan di atas saluran air. Akan tetapi, di balik

suksesnya penertiban yang dilakukan, tentunya harus ada sikap ketegasan yang

Page 57: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

43

kuat dari pihak penertib. Dimana saat melakukan penertiban, seharusnya pihak

penertib harus dapat meyakinkan pedagang untuk berdagang di Blok G dan

melarang keras bagi mereka yang kedapatan melanggar aturan lagi. Berdasarkan

pengamatan yang dilakukan peneliti, ada jam-jam tertentu dimana para

pedagang dapat berjualan di lokasi larangan berjualan. Hal tersebut tentunya

telah melanggar kesepakatan yang telah dibuat oleh Pemerintah Daerah, yang

mana seharusnya memang kawasan tersebut merupakan kawasan larangan

berjualan. Seperti yang diungkapkan oleh Nasrulloh;

“...Sekarang yang jadi permasalahan adalah aparat setempatnya itu

continue ngga, seharusnya kan continue. Kan bisa liat di jalan tadi, ada

ngga aparatnya. Harusnya kan berkesinambungan. Ini kan ngga selamanya

ada aparat minggir, ngga ada aparat pada maju, pedagang kaki lima kan

gitu,,,.. Kalau kita kan ya itu tadi berkaitan dengan aparat terkait,

berkesinambungan, apakah mereka (pedagang yang menempati bahu jalan,

trootoar, kios-kios sekitaran jalan Jati Baru) ada izin-izinnya, kita ngga tau

juga kan, terus pedagang kaki limanya kan banyak banget kan. Karena

pedagang kaki lima begitu di usir dan pas aparatnya ngga ada balik lagi

mereka, yaudah begitu terus. Sekarang gini, ketika diambil barangnya,

terus dia ngambil lagi ke kantornya, ya kan.” (wawancara pribadi dengan

informan di kantor pusat PD Pasar Jaya Blok A-F pada Kamis, 27 Juli

2017. Pukul 13.25 WIB)

Berdasarkan pengakuan tersebut menggambarkan pihak pengelola pasar

Tanah Abang yang menyayangkan tindakan pihak penertib yang tidak tegas

dalam melaksanakan tugas, artinya pihak penertib yang tidak berkelanjutan

dalam penertiban, sehingga banyak dari pedagang yang kembali lagi ke trotoar

dan meninggalkan Blok G.

Page 58: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

44

Gambar II.C.1 Kesemrawutan jalan Jati Baru

(Sumber Gambar: Observasi tanggal 08 Desember 2017. Lokasi: Jalan Jati Baru, kawasan

Pasar Tanah Abang)

Pada gambar tersebut menggambarkan kemacetan yang terjadi di jalan Jati

Baru Raya samping pintu keluar stasiun Tanah Abang. Hal tersebut terjadi

akibat para pejalan kaki yang menyebrang jalan dan ada beberapa pejalan kaki

yang berjalan di jalanan karena di trotoar sudah penuh dengan PKL dan pejalan

kaki yang sedang melihat-lihat atau membeli barang dagangan PKL. Sebenarnya

bukan hanya itu saja, tapi kemacetan juga di sebabkan oleh para pengendara

angkutan umum yang ngetem dan parkir sembarangan seperti angkot hingga

ojek online.

D. Kondisi Sosial-Ekonomi Pedagang Kaki Lima Pasca Relokasi

Pasar Tanah Abang Blok G merupakan bangunan yang dibangun oleh

Pemerintah untuk merelokasi pedagang kaki lima yang dianggap berada atau

berjualan pada lokasi-lokasi larangan untuk berjualan. Kegiatan relokasi ini

tidak jarang menimbulkan konflik yang sering terjadi saat ada penertiban.

Namun relokasi atau pemindahan pedagang ke Blok G dianggap bukanlah solusi

Page 59: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

45

yang tepat. Hal tersebut justru dapat merugikan pedagang karena kondisi pasar

yang semakin sepi dari hari ke hari, sehingga akan menimbulkan kerentanan-

kerentanan yang akan terjadi pada pedagang. Oleh karena itu, pada penelitian

ini, peneliti akan terlebih dahulu menggambarkan kondisi sosial ekonomi para

pedagang, baik yang berada di pasar Tanah Abang Blok G maupun pedagang

yang berada di luar Blok G atau para pedagang yang telah direlokasi ke Blok G

tapi kembali lagi berjualan di luar Blok G.

1. Kondisi Sosial

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, kata sosial dalam ilmu sosial merujuk

pada satu objek, yakni masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologi,

manusia sering disebut sebagai mahluk sosial yang artinya; manusia tidak

dapat hidup wajar tanpa ada bantuan orang lain di sekitar, sehingga kata-kata

sosial dapat ditafsirkan hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat. Dalam

kaitannya dengan apa yang penulis teliti ialah pedagang kaki lima Pasar Tanah

Abang bisa dikatakan makhluk sosial yang dimaksud. Dimana para pedagang

tentunya terlibat dengan unsur-unsur sosial, seperti berinteraksi antar sesama

pedagang atau konsumen, konflik dan lain sebagainya.

Berikut adalah beberapa kondisi yang menggambarkan kategori kondisi

sosial yang dialami para pedagang kaki lima pasca relokasi berdasarkan hasil

wawancara:

a.) Hubungan Sosial PKL

Pada setiap kegiatan jual-beli, pasti akan terjalin suatu hubungan,

baik itu disengaja atau tidak. Hubungan tersebut bisa terjadi antar

Page 60: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

46

pedagang dengan pedagang lainnya, atau pedagang dengan pembeli.

Hubungan yang baik antar pedagang dengan pedagang lainnya terjalin

jika mereka bersikap positif antar sesama pedagang yang bisa dilihat

dari persaingan yang sehat dengan penentuan dan penyelarasan harga

barang dagang, saling bertegur-sapa, saling membantu dan lain

sebagainya. Hal-hal tersebut dapat dilihat dari interaksi yang terjadi di

kedua sisi pedagang yang penulis teliti, yakni dari pedagang Pasar

Tanah Abang Blok G dan pedagang yang berjualan di bahu jalan Jati

Baru.

Berdasarkan informan yang didapat, semua informan merasa

memiliki hubungan yang baik antar sesama pedagang lainnya.

Misalnya di Blok G, para pedagang mengatakan mereka berhubungan

baik dengan para pedagang di Blok G, bahkan dengan pedagang di luar

Blok G pun baik-baik saja. Seperti yang diungkapkan Ratna “Ya deket

sih, ada juga pedagang yang dari bawah, sering ketemu.”(wawancara

pribadi dengan informan di Blok G Pasar Tanah Abang pada Senin, 09

Oktober 2017. Pukul 10.53 WIB). Bahkan tidak jarang dari mereka

adalah sesama keluarga, dan merekapun tidak ada masalah jika harus

bersaing dalam hal berdagang. Seperti yang diungkapkan Siti dan

Nasri, bahwasannya banyak keluarga mereka yang sama-sama

berjualan di Blok G serta ada pula di luar Blok G.

Kemudian dari pedagang yang berada di kawasan Pasar Tanah

Abang (bahu jalan Jati Baru atau bahkan dalam gang Jati Baru) pun

Page 61: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

47

merasakan hal yang sama ketika ditanyakan tentang kedekatannya

dengan pedagang lain. Seperti yang di ungkapkan oleh Awaluddin:

“Ya kalau sama pedagang lain sih deket aja ya, tuh kayak sama

bang Yuri tadi. Kadang nanya barang kalau misalnya disini udah

abis, saya ngambil ke dia. Ya dia juga gitu sebaliknya.”

(wawancara pribadi dengan informan di jalan Jati Baru pada

Rabu, 08 November 2017. Pukul 16.28 WIB)

Hal yang sama pun diungkapkan oleh Aput:

“Ya deket aja sih, kita kadang juga sering nanya ukuran atau

model pakaian yang diminta yang beli. Itu sih kalau ada.”

(wawancara pribadi dengan informan di gang menuju Blok A

atau Blok F pada Rabu, 08 November 2017. Pukul 14.06 WIB)

Hampir kebanyakan dari mereka lebih akrab saat mereka sama-

sama berada pada titik kerawanan. Misalnya saling membantu saat

sedang kesulitan, atau bahkan saling tukar menukar barang dagangan

yang mana salah satu dari mereka tidak memiliki jenis tertentu. Namun

lebih banyak dari mereka yang seperti itu adalah para pedagang yang

telah memiliki toko atau lapak tetap. Sedangkan mereka yang berada di

bahu jalan lebih banyak mengambil barang dari pedagang yang telah

memiliki toko. Seperti yang diungkapkan oleh Ari, “Deket sih, sama

pedagang sini, yang disebelah sana juga deket tuh sama mereka yang

sering ngambil barang ke sini.”(wawancara pribadi dengan informan di

jalan Jati Baru, menuju Blok G pada 08 November 2017) Mereka

merasa dekat dengan pedagang lain, baik dengan pedagang sekitar

lapaknya, atau bahkan dengan pedagang yang berada di bahu jalan Jati

Baru samping stasiun Tanah Abang. Kedekatan mereka terjalin karena

ada beberapa pedagang yang mengambil barang dagangannya, lalu

dijual kembali di bahu jalan Jati Baru.

Page 62: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

48

Seperti halnya dengan apa yang peneliti sampaikan sebelumnya

bahwa hubungan yang baik dapat terjalin antar sesama pedagang ialah

dengan bersikap positif, baik itu terkait penentuan harga dan lain

sebagainya. Hal itu disebutkan juga oleh Mila, “persaingan biasa, yang

penting orangnya aja enak apa engga” (wawancara pribadi dengan

informan di trotoar jalan Jati Baru pada Senin, 09 Oktober 2017. Pukul

13.28 WIB).

Selain hubungan antar sesama pedagang, hubungan lainnya yang

terjadi adalah hubungan antar pedagang dengan pembeli. Hubungan

antar pedagang dan pembeli dapat dikatakan hubungan yang paling

penting dalam kegiatan jual-beli. Hubungan yang baik antar pedagang

dan pembeli dapat dilihat dari bagaimana cara pedagang

memperlakukan pembeli, setelah itu bagaimana para pedagang

menjaga pelanggan agar dapat kembali membeli barang dagangannya.

Jika dilihat dari pedagang blok G, banyak dari mereka yang mengaku

memilih bertahan kerena sudah memiliki pelanggan. Walaupun tidak

banyak, mereka tetap berusaha agar barang dagangan mereka terjual

dengan cara bersikap ramah, menawarkan barang dagangannya kepada

setiap pembeli yang lewat di depan tokonya serta menarik pelanggan

baru.

Namun di balik itu, mereka tetap merasa bahwa berjualan dibawah

(diluar Blok G) lebih menguntungkan dan lebih banyak pelanggan

dibandingkan dengan di Blok G. Walaupun modal bisa sampai puluhan

Page 63: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

49

juta, tapi mereka mengaku lebih menguntungkan diluar Blok G, karena

lebih banyak orang yang melintas di depan lapak mereka, dan tidak

jarang dari pembeli yang membeli dalam jumlah besar. Seperti yang

diungkapkan Siti saat peneliti tanyakan keinginan untuk kembali lagi

ke jalan atau luar Blok G;

“Waktu di jalanan aja nih antara Blok F dan Blok A, se-meter

bisa 20juta, omset aja bisa sampai 8juta, kalau emang rejeki.

Paling dagangannya cuma gini nih (kaos oblong), walaupun

emang lebih rame, tapi kan tempatnya susah, udah gitu mahal.

Pernah waktu itu nyewa, kita tempatin sehari, besoknya udah

ngga ada. Diambil sama preman, disini kan banyak preman.

Maen dulu-duluan, geng-gengan, beking-bekingan.” (wawancara

pribadi dengan informan di Blok G Pasar Tanah Abang pada

Sabtu, 07 Oktober 2017. Pukul 12.37 WIB)

Walaupun seperti itu, mereka tetap sadar bahwa berjualan di bahu

jalan atau wilayah larangan berjualan adalah hal yang menyalahi

aturan. Mereka mengaku lelah jika harus terus berurusan dengan pihak

keamanan setempat, walaupun mereka telah bayar uang retribusi atau

biaya uang sewa seperti yang diungkapkan Siti sebelumnya. Selain itu

Nasri juga menyampaikan:

“Kalau saya sih udah engga, karena udah umur juga kan udah

ngga memungkinkan untuk dibawah,,,

mau ngga mau mending bertahan, sekarang kalau diuber-uber

sama kamtib (satpol PP) kan dibawah.” (wawancara pribadi

dengan informan di Blok G Pasar Tanah Abang pada Sabtu, 07

Oktober 2017. Pukul 14.08 WIB)

Ratna pun mengungkapkan hal yang sama;

“Kalau dibawah kan kita ngangkat-ngangkat. Sebelumnya kan

kaki lima yang dipinggir jalan itu, ntar kalau tutup ya diangkat.”

(wawancara pribadi dengan informan di Blok G Pasar Tanah

Abang pada Senin, 09 Oktober 2017. Pukul 10.53 WIB)

Disamping mereka menyadari bahwa berjualan di luar Blok G atau

kawasan larangan dagang adalah perbuatan yang menyalahi aturan,

Page 64: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

50

mereka pun sadar bahwa usia dan tenaga mereka tidak lagi mampu jika

berhadapan dengan penertiban-penertiban yang sering dilaksanakan

oleh Satpol PP.

Kemudian jika dilihat dari sisi PKL yang berada di luar Blok G

mengaku bahwa mereka pun merasakan hal-hal yang sama, terkhusus

bagi mereka yang telah kembali berjualan di luar Blok G. Mereka

mengaku bahwa berjualan di lokasi yang ditempatinya saat ini lebih

banyak bertemu dengan pembeli dibandingkan di Blok G. Seperti yang

di ungkapkan oleh Awaluddin

“Kalau pelanggan mah ada aja, ngga tentu juga. Yang penting

mah ada aja yang beli. Ngga kayak di blok G, tadinya kan

sebelum saya dipindahin ke situ (blok G), saya udah ada

langganan, eh pas disana saya malah ngga punya langganan.

Udah aja saya balik lagi ke sini”(wawancara pribadi dengan

informan di trotoar jalan Jati Baru pada Rabu, 08 November

2017. Pukul 16.28 WIB).

Bahkan Irwan mengaku, ia tidak mementingkan pelanggan. Ia

lebih mementingkan lokasi dagang, asalkan lokasi dagang banyak

dilalui orang, “Pelanggan mah ngga tentu, saya mah asal banyak orang

yang lewat sini aja, nanti juga ada aja yang beli”(wawancara pribadi

dengan informan di trotoar jalan Jati Baru pada Rabu, 08 November

2017. Pukul 15.23 WIB).

Akan tetapi, tidak semua ungkapkan bahwa jualan di luar Blok G

atau bahu jalan bisa mendapatkan banyak pelanggan seperti yang di

ungkapkan beberapa pedagang di Blok G. Seperti yang di ungkapkan

Mila,

Page 65: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

51

“Alhamdulillah ada sih kalau pelanggan mah, ya cuman gitu lah

kalau bukan lebaran mah perlunya ngga banyak, ya paling kalau

menjelang puasa tuh lumayan lah, bisa nyimpen, kalau sekarang

mah makan doang (wawancara pribadi dengan informan di

trotoar jalan Jati Baru pada Senin, 09 Oktober 2017. Pukul 13.28

WIB).

Pengakuan tersebut menjelaskan bahwa memang lokasi paling

strategis agar mendapatkan pembeli dan pelanggan adalah lokasi yang

banyak dilalui orang. Hal itu di buktikan dengan lokasi jualan Mila

yang lumayan jauh dari pintu keluar stasiun Tanah Abang. Sama

halnya dengan yang diungkapkan oleh Ari;

“Ya alhamdulillah sih ada. Kalau hari-hari biasa jangankan ini

ya, dari bulan Juni udah mulai agak sepi...

.... disini juga orang jarang belanja, jauh. Banyak orang yang

lebih milih disana (samping stasiun sampai Jati Baru bagian

dalam) dari pada disini. Sebenernya saya juga udah ngga

nyanggupin kalau disini. Kalau misalnya disana kan bisa 2, 3

atau 4 kodi barang bisa laku seminggu. Kalau disini kan orang

engga, cuma lewat doang.” (wawancara pribadi pada Rabu, 08

November 2017. Pukul 14.39 WIB)

Hal tersebut juga diakui oleh Ari yang merupakan pedagang di

toko bahu jalan Jati Baru, dimana lokasi jualan Ari dipertengahan

antara Blok G dan stasiun Tanah Abang.

b.) Kelayakan dan Kenyamanan Usaha

Setiap orang yang berjualan tentunya menginginkan tempat

berjualan yang layak dan nyaman. Kelayakan tempat berjualan juga

dapat menunjang maju atau tidaknya usaha seseorang dalam berjualan.

Disamping memberi kesan yang rapih dan bersih, tentunya dapat

mengundang pembeli untuk membeli barang dagangannya. Jika dilihat

dari kelayakan dan kenyamanan tempat usaha, tentu Pasar Tanah

Page 66: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

52

Abang Blok G lebih layak dan nyaman dibandingkan dengan di bahu

jalan Jati Baru. Berdasarkan pengakuan informan yang peneliti

wawancara, walaupun agak sepi, tapi mereka merasa lebih nyaman

berjualan di Blok G. Salah satunya Ratna yang mengakui hal tersebut:

“Saya sih setuju aja direlokasi juga, soalnya tempatnya enak, kan

beda tuh ya sama yang dibawah, kalau dibawah tuh kalau ujan

kan ribet tuh, ngangkat-ngangkat barang.” (wawancara pribadi

dengan informan di Blok G Pasar Tanah Abang pada Senin, 09

Oktober 2017. Pukul 10.53 WIB)

Sebenarnya Blok G memang nyaman untuk berdagang, tidak akan

panas-panasan seperti di trotoar. Namun jika kondisi pasar sepi

pembeli, hal tersebut tidak dapat menunjang perekonomian pedagang

untuk dapat bertahan hidup atau menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Sebenarnya jika dilihat secara fisik, bahwa Pasar Tanah Abang

Blok G memanglah layak untuk dijadikan tempat untuk usaha. Namun

jika diperhatikan berdasarkan data, bahwa seharusnya Pasar Tanah

Abang Blok G sudah bisa dikatakan tidak layak untuk digunakan,

karena telah melewati batas penggunaan bangunan fisik. Nasri

mengatakan “soalnya ini juga sebenarnya bangunannya ini waktu

pemakaiannya udah abis, ini kan seharusnya hanya 25 tahun, ini saja

sudah 35 tahun lebih” (wawancara pribadi dengan informan di Blok G

Pasar Tanah Abang pada Sabtu, 07 Oktober 2017. Pukul 14.08 WIB).

Hal ini juga dibenarkan dari data yang telah dilampirkan di BAB II

pada tabel Data Teknis UPB Tanah Abang Blok G. Walaupun

sebenarnya telah dilakukan renovasi atau penambahan lantai, namun

tetap saja perlu ada pembaharuan lain pada fisik bangunan, selain

Page 67: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

53

untuk menarik penjual untuk kembali ke Blok G dan juga menarik

pembeli, pembaharuan fisik bangunan juga memberi rasa aman dan

nyaman pada setiap orang yang beraktifitas di Pasar Tanah Abang

Blok G.

Selain itu, terkait dengan sarana dan prasarana yang ada juga

hampir tidak semua berjalan dengan semestinya. Salah satunya ialah

eskalator. Pengadaan eskalator oleh Pemerintah Daerah pada Pasar

Tanah Abang Blok G merupakan suatu langkah atau sebagai faktor

penunjang agar pembeli berdatangan ke Blok G. Namun berdasarkan

pengamatan peneliti, setiap peneliti mengunjungi Pasar Tanah Abang

Blok G selalu dalam keadaan mati atau tidak berjalan. Nasri mengaku

bahwa eskalator sudah tidak berfungsi, padahal uang listrik untuk

pengadaan eskalator ditarik dari para pedagang,

“Eskalator juga udah ngga jalan, paling di hidupkan kalau

misalnya ada pejabat dateng lah. Kalau orang biasa begini mana

ada. Padahal dari pembayaran CMS tadi udah masuk

pembayaran listrik eskalator. Sumbangan iya dari pemerintah,

tapi pembayaran listrik itu ditanggung pedagang. Ngga tau tuh,

kalau ada orang PD dateng, baru dinyalain, orang penting dateng,

baru dinyalain.” (wawancara pribadi dengan informan di Blok G

Pasar Tanah Abang pada Sabtu, 07 Oktober 2017. Pukul 14.08

WIB)

Sebenarnya hal tersebut sangat disayangkan mengingat bahwa

pengadaan eskalator tersebut merupakan penunjang untuk menarik

pembeli agar berdatangan, namun kenyataan lapangan berbicara lain.

Page 68: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

54

2. Kondisi Ekonomi

Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai peraturan rumah tangga atau

menejemen rumah tangga. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa

ekonomi disini menjurus pada permasalahan tentang bagaimana mengurus

rumah tangga. Dimana hal-hal tersebut sangat berkaitan dengan pendapatan,

pengeluaran, pekerjaan yang dapat menunjang keberlangsungan hidup dalam

rumah tangga.

Pasca relokasi pasar Tanah Abang tentunya telah memberi berbagai

dampak pada para pedagang, salah satunya ialah penghasilan. Untuk melihat

kondisi ekonomi pedagang dapat dilihat dari penghasilannya, baik itu dari

pendapatan maupun pengeluaran. Peneliti akan menggambarkan terlebih

dahulu kondisi ekonomi pedagang kaki lima Pasar Tanah Abang pasca

relokasi yang dilihat dari pendapatan dan pengeluaran para PKL, baik yang

masih bertahan di Blok G dan yang telah kembali ke bahu jalan Jati Baru.

Walaupun tidak banyak dari mereka yang memilih kembali ke jalan Jati

Baru atau pergi dari Blok G, masih ada beberapa pedagang yang masih tetap

bertahan walau merasakan hal yang sama dengan mereka yang meninggalkan

Blok G. Jika dilihat dari pendapatan, beberapa informan mengaku bahwa

pendapatan yang mereka dapatkan tidak menentu. Seperti yang diungkapkan

oleh informan Ratna:

“Pendapatan ngga tentu sih, kalau lagi rame ya rame, kalau lagi sepi

ya sepi. Seharipun ngga tentu, kadang ada penglaris, kadang ngga

ada penglaris. Sementara disini biasanya rame sabtu dan minggu.

Kadang 500ribu seminggu ngga apa-apa lah, dari pada nganggur

dirumah.” (wawancara pribadi dengan informan di Blok G Pasar

Tanah Abang pada Senin, 09 Oktober 2017. Pukul 10.53 WIB)

Hal serupa juga disampaikan oleh informan Nasri:

Page 69: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

55

“Sekarang sih kurang banget ya, pengunjung juga sepi, jual-belinya

juga kurang, jauh. Pendapatan juga kurang. Kalau awal mah rame itu

ya, waktu pak Jokowi dulu gitu, kalu sekarang mah kurang. Kalau

omset udah jauh turun.

...Omset itu beda-beda. Kalau tiap bulan itu ngga bisa dipastiin.

Perhari itu kadang-kadang 500ribu, itu alhamdulillah sih.”

(wawancara pribadi dengan informan di Blok G Pasar Tanah Abang

pada Sabtu, 07 Oktober 2017. Pukul 14.08 WIB)

Berdasarkan pengakuan tersebut, dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi

yang di alami pedagang Blok G sulit untuk diklarifikasi karena pendapatan

yang tidak menentu. Sehingga bisa dikatakan biasa-biasa saja. Banyak dari

mereka yang memilih bertahan memang pada dasarnya berlatar belakang

seorang pedagang seperti yang diungkapkan oleh Eju; “yang bertahan sampai

sekarang itu yang bener-bener pedagang, karena mereka punya langganan”

(wawancara pribadi dengan informan pada Senin, 18 September 2017).

Kemudian, Siti pun beranggapan “tapi kalau misalkan emang bener pedagang

mah sabar. Orang tuh kalau jiwa dagang tuh harus sabar” (wawancara pribadi

pada Sabtu, 07 Oktober 2017. Pukul 12.37 WIB). Selain itu, tidak sedikit dari

mereka memang telah berdagang di Blok G sejak sebelum relokasi, artinya

mereka adalah pedagang lama di Blok G, sehingga mereka tidak terlalu

khawatir akan dilema untuk berjualan di Blok G.

Kemudian kondisi ekonomi yang dirasakan oleh pedagang yang berada di

luar Blok G pun mengungkapkan hal yang sama, walaupun mereka bisa

dikatakan lebih memiliki untung dibandingkan dengan pedagang Blok G.

Karena walau bagaimanapun juga, akses lokasi jualan mereka lebih mudah

diakses oleh pembeli. Tidak seperti di Blok G, pembeli harus jalan kaki (jika

Page 70: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

56

dari arah stasiun Tanah Abang), menyeberang jalan, naik anak tangga, atau

lahan parkir yang lumayan susah, terutama untuk kendaraan roda 4.

Seperti yang disampaikan sebelumnya, bahwa tidak semua pedagang di

luar Blok G bisa memiliki pelanggan banyak, atau selalu mendapatkan

penenghasilan. Hal tersebut dirasakan oleh Mila dan Ari, artinya disini ialah

lokasi jualan sangat mempengaruhi pendapatan seseorang. Jika dilihat dari

pedagang yang berjualan di lokasi yang strategis, mereka mengaku lebih

mementingkan banyaknya orang yang berlalu-lalang di depan lapak mereka,

seperti yang diungkapkan Irwan. Maksudnya ialah mereka lebih

mementingkan lokasi dari pada pelanggan tetap. Karena jika banyak orang

yang berlalulalang di depan lapak mereka, nantinya pun akan ada yang beli.

Berdasarkan data yang diperoleh, hampir semua informan yang peneliti

wawancarai memiliki permasalahan pengeluaran yang sama, mulai dari rumah

yang mengontrak atau ada yang memiliki rumah sendiri, ada beberapa yang

masih memiliki balita atau anak yang masih sekolah, artinya permasalahan

tersebut terletak pada keadaan pemenuhan kebutuhan keluarga. Yang

membedakan hanya dari kontribusi yang dikeluarkan saat berdagang.

Berdasarkan pengakuan informan Nasri, retribusi yang dibayarkan untuk

berdagang di Blok G sebagai berikut;

“Saya pakai 3 petak, bayar retribusi sekitar 350ribu sebulan. Ngga sama

listrik, kalau listrik sekitar 170 sebulan. Alhamdulillah masih nutup lah”

(wawancara pribadi pada Sabtu, 07 Oktober 2017. Pukul 14.08 WIB).

Hal tersebut juga disebutkan oleh Jafar (sebagai Asisten Manager Seksi

Usaha dan Pengambangan UPB Pasar Tanah Abang (A-G) terkait pembayaran

sewa kios;

Page 71: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

57

“Di Blok G tidak di pungut biaya sewa selama 6 bulan, hanya membayar

listrik sesuai pemakaian dan air apabila diperlukan, kan ngga semuanya

pakai air.

Terkait biaya sewa, setelah 6 bulan kemudian membayar DPP, tapi

berhubung disana menjadi sangat sepi dan pedagang juga pengunjungnya

sudah berkurang” (wawancara pribadi pada Senin, 02 Oktober 2017).

Jika di Blok G, pedagang memiliki kewajiban retribusi pembayaran sewa

kios Rp.105.000 sampai dengan Rp.130.000, pembayaran listrik sesuai

pemakaian, serta pembayaran air jika memakai. Berdasarkan pengakuan Jafar,

saat 6 bulan pertama di Blok G kala itu tidak dipungut biaya sewa untuk kios-

kios yang ada. Namun setelah 6 bulan berlalu, pedagang baru mulai

membayarkan retribusi sesuai pemakaian kios. Hal tersebut juga

mengakibatkan banyak pedagang yang akhirnya kembali kejalan, karena

merasa pasar yang semakin sepi, dan mereka mulai punya kewajiban untuk

membayar sewa kios.

Selain itu, jika dilihat dari pedagang di trotoar, banyak yang mengaku

hanya membayar uang kebersihan saja, hal itu diakui beberapa pedagang

dalam tayangan Kompas.TV/Aiman. Walaupun sebenarnya masih ada

pembayaran-pembayaran lainnya, tapi entah mengapa mereka tidak mau

mengakui hal tersebut. Oleh karena itu banyak media surat dan elektronik

yang mengatakan adanya penyewaan lapak di trotoar. Entah itu benar atau

tidak, penulis pun tidak berhasil mendapatkan data tersebut. Namun lain

halnya dengan para pedagang yang berada di dalam gang-gang menuju Blok F

atau Blok A. Aput mengakui;

“Kalau yang narikin itu biasanya setiap hari senin dan kamis, soalnya

hari itu kan ada pasar tasik. Semacam uang keamanan lah pemuda

kampung belakang, pungutan lah 2.000. kalau buat tempatnya sih udah

Page 72: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

58

sistem kontrak. Udah ada pengelolanya masing-masing” (wawancara

pribadi pada Rabu, 08 November 2017. Pukul 14.06 WIB).

Jika dari pedagang dalam gang mengaku bahwa kios tempat mereka

berdagang telah ada pengelolanya, namun tidak disebutkan apakah maksud

perorangan itu adalah rumah warga atau perusahaan perorangan. Sedangkan

menurut Jafar, bahwa;

“Di wilayah sekitar Pasar Tanah Abang Blok G, banyak area yang

beralih fungsi. Misal; kebanyakan warga sekitar area pasar Tanah Abang

banyak yang menyewakan rumah, sehingga rumah-rumah tersebut

beralih fungsi, banyak jalan utama (jalan Jati Baru X) yang masuk ke

area pemukiman serta Gang-gang sempit (dari stasiun masuk ke dalam)

berubah menjadi tempat berjualan” (wawancara pribadi pada Senin, 02

Oktober 2017).

Berdasarkan hal tersebut, artinya para pedagang di area tersebut pun telah

ada retribusi khusus untuk lapak yang disewanya, kemudian listrik, serta

pembayaran retribusi untuk pemuda kampung belakang, atau bisa dikatakan

uang keamanan sebesar Rp.2.000 setiap hari Senin dan Kamis.

Dari data-data tersebut menggambarkan bahwa klasifikasi para pedagang

berdasarkan tempat yang berbeda, tentu mengalami pengeluaran yang berbeda-

beda pula. Entah itu dari lapak yang di tempati, pembayaran listrik, air atau

bahkan uang keamanan sekalipun. Sehingga kini pedagang mulai pintar untuk

memilih-milih lokasi yang tepat dan sesuai dengan budget atau modal yang

dimiliki, agar dapat berdagang dengan tenang dan nyaman.

Page 73: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

59

BAB III KERENTANAN SOSIAL EKONOMI PKL PASCA RELOKASI

A. Kondisi Kerentanan Sosial-Ekonomi (Socio-Economic Vulnerability)

Pedagang Kaki Lima Pasca Relokasi

Kerentanan ialah suatu kondisi dimana seseorang menyadari bahwa

adanya bahaya yang mengancam, baik itu dari segi fisik, sosial, ekonomi dan

lain sebagainya. Dalam Marbruno Habibi dan Imam Buchori, menjelaskan

bahwa faktor-faktor kerentanan meliputi: kerentanan fisik, kerentanan sosial,

kerentanan ekonomi dan kerentanan lingkungan (2013:3). Dikarenakan peneliti

hanya berfokus pada sosial ekonomi, maka peneliti hanya akan menggunakan

kerentanan sosial (pendidikan dan kesehatan) dan ekonomi (penghasilan dan

kemiskinan) berdasarkan faktor-faktor yang telah ditunjukkan oleh Habibi &

Imam untuk menjawab pertanyaan penelitian ini. Selain itu, Melly G. Tan

mengatakan untuk melihat kondisi sosial ekonomi dapat dilihat dari pekerjaan,

pendidikan, kesehatan dan pemenuhan kebutuhan hidup dalam rumah tangga.

Berdasarkan ini masyarakat dapat digolongkan kedudukan sosial ekonomi atas,

menengah dan bawah (M. Zunaidi. 2013:54).

Relokasi pedagang kaki lima yang terjadi di Pasar Tanah Abang banyak

menuai pro dan kontra, terlebih lagi mereka yang mencoba melawan ketika

ditertibkan. Alasan mengapa mereka yang tidak ingin direlokasi atau

dipindahkan telah banyak diklasifikasikan oleh beberapa peneliti terdahulu, baik

dari segi sarana dan prasarana penempatan atau bahkan jarak yang sering

dikeluhkan oleh pedagang. Keterkaitan dengan penelitian ini adalah dimana

Page 74: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

60

peneliti ingin melihat dan menggambarkan bagaimana relokasi pedagang kaki

lima dari bahu jalan dan kawasan larangan berdagang ke Pasar Tanah Abang

Blok G melahirkan vulnerability (kerentanan-kerentanan) dari segi sosial

ekonomi yang dialami para pedagang.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti akan menganalisis

kerentanan-kerentanan yang terjadi pada para pedagang yang direlokasi ke Blok

G sebagai berikut;

1. Penghasilan

Salah satu keadaan rentan yang dialami oleh pedagang kaki lima yang

direlokasi namun kembali lagi ke bahu jalan atau kawasan Pasar Tanah

Abang ialah penghasilan. Penghasilan sangat terkait dengan pendapatan dan

pengeluaran sesuai yang telah dibahas pada subbab sebelumnya. Keadaan

rentan pada penghasilan ini terjadi sebagai akibat dari relokasi, maksudnya

ialah tempat relokasi yang ditentukan tidak dapat memastikan pendapatan

sehingga berpengaruh pada kehidupan pedagang. Ketidakpastian pendapatan

dikarenakan sepinya Blok G dan akses menuju Blok G agak jauh dari

stasiun Tanah Abang. Selain itu, faktor lain yang mengakibatkan pedagang

merasa rentan dari penghasilan ialah pendapatan yang tidak sesuai dengan

pengeluaran. Maksudnya pengeluaran yang dikeluarkan lebih besar dari

pendapatan yang dihasilkan, baik itu pengeluaran pemenuhan kebutuhan

hidup ataupun penunjang berdagang. Seperti yang diungkapkan oleh Siti

“Makanya sekarang banyak pada lari kebawah karena pemasukan ngga

seimbang dengan pengeluaran” (wawancara pribadi dengan informan di

Blok G pada Sabtu, 07 Oktober 2017. Pukul 12.37 WIB)

Page 75: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

61

Kondisi pasar yang kadang ramai dan sepi ini mengakibatkan

pendapatan pedagang pun menjadi tak menentu, sehingga peneliti sulit

untuk mengidentifikasi tinggi rendahnya pendapatan pedagang dalam jangka

waktu tertentu. Alasan sepi pembeli sepertinya sudah menjadi alasan utama

para PKL tidak ingin direlokasi ke Blok G. Karena pada kenyataannya, saat

kondisi yang terus menerus sepi akan berpengaruh pada pendapatan mereka.

Harus di akui bahwa pendapatan sangat berpengaruh pada keberlangsungan

hidup para PKL ini, baik untuk dirinya sendiri ataupun keluarganya. Seperti

yang disampaikan beberapa pedagang pakaian yang pernah direlokasi ke

Blok G, namun kembali lagi ke bahu jalan atau kawasan lainnya, seperti

Iman;

“Kalau disini kan lumayan lah ngga kayak di sana (blok G), setiap hari

pasti ada aja yang laku. Kalau disana kan parah bang, tuh yang lain aja

kan rata-rata yang pernah di blok G juga, tapi pada balik lagi ke sini.

Pemasukan ngga ada, pengeluaran kan terus aja tuh, dari PD lah, uang

kontribusi kios kan, listrik. Padahal dulu kan gratis tuh, tpi ngga lama.

Terus belum lagi buat hidup sehari-hari kan” (wawancara pribadi dengan

informan di atas trotoar pada Senin, 09 Oktober 2017. Pukul 15.48

WIB).”

Kemudian Yuri pun berpendapat;

“Ya ngga ada penghasilan disana, ngapain dipertahanin,,

Pendapatan pasti mati bang,,

Semua yang keluar dari blok G pasti alasannya sama bang. Yang

namanya pasar kalau perhubungan mati, pasti akan mati juga. Untuk apa

kita bertahan kalau pasar sepi. Percuma capek tapi ngga ada hasilnya,

yang namanya pedagang kan ngga ada yang mau rugi, semua pasti mau

untung. Jadi ujung-ujungnya pasti balik lagi” (wawancara pribadi pada

Rabu, 08 November 2017. Pukul 15.45 WIB)

Awaluddin pun berpendapat sama;

“Ya mau gimana lagi bang, orang pasarnya aja sepi, gimana mau untung.

Belum pengeluaran ini lah, itu lah,,,

Page 76: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

62

Itu aja sehari ngga tentu ada yang beli bang, waktu itu pernah 2 sampe 3

hari ngga laku. Banyak yang kayak gitu bang, coba aja abang tanya yang

pernah di blok G, pasti gitu semua jawabannya” (wawancara pribadi pada

Rabu, 08 November 2017. Pukul 16.28 WIB).

Segala cara telah dilakukan oleh berbagai pihak untuk meramaikan pasar

Tanah Abang Blok G, mulai dari pengadaan eskalator, sampai bazar ataupun

undian dari Pemerintah daerah saat itu. Bahkan dari pedagang pun telah

berupaya agar blok G menjadi ramai pembeli seperti Blok-blok lain di pasar

Tanah Abang. Seperti yang diungkapkan oleh Sapril (salah seorang mantan

pedagang Blok G dalam wawancaranya di salah satu acara stastiun televisi

(Aiman Kompas.tv))

“padahal udah coba jual murah disini daripada di jalan sana kan, buat

pancing pembeli, tapi engga ada juga, yang dipancing juga ngga

ada.”(Kompas.tv/Aiman yang ditayangkan pada 27 November 2017)

Dalam wawancara tersebut menjelaskan bahwa para pedagang pun telah

berupaya agar pasar Tanah Abang Blok G menjadi ramai dengan cara

memberikan harga lebih murah di bandingkan dengan di jalan atau trotoar.

Namun apa daya, bukannya ramai, pasar tetap saja sepi dan pada akhirnya

mereka pun mulai pergi dari Blok G, dan kembali ke jalan atau trotoar

dengan alasan kondisi pasar yang sepi, yang akan mengakibatkan

penghasilan mereka berkurang atau lebih parah lagi dapat merugikan

mereka.

Berdasarkan pengakuan-pengakuan tersebut menggambarkan bahwa

alasan mereka memilih pergi dari Blok G karena mereka sendiri merasakan

bahwa ada kerentanan yang akan terjadi dari penghasilan mereka saat

Page 77: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

63

mereka bertahan di Blok G. Mengingat bahwa penghasilan sangat

berpengaruh pada kelangsungan hidup serta keluarga mereka.

2. Hubungan Sosial PKL Dengan Pembeli

Pada pembahasan ini, peneliti akan menggambarkan kerentanan lainnya

yang akan dihadapi oleh para pedagang yang direlokasi ke Blok G, yakni

rentan hubungan sosial dengan pembeli, maksudnya ialah interaksi jual-beli.

Tentunya saat para pedagang akan direlokasi ke Blok G mengharapkan tetap

ada kegiatan jual-beli di pasar secara rutin layaknya di trotoar. Namun

berdasarkan data yang di dapat, justru mereka mengeluhkan pasar yang sepi

pembeli atau bahkan tidak ada sama sekali dalam beberapa hari. Sama

seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya tentang Hubungan

Sosial PKL. Hal tersebut tergambarkan dengan jelas dengan kondisi pasar

yang selalu sepi saat peneliti melakukan kegiatan observasi di Blok G.

Page 78: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

64

Gambar III.B.1 (1. Kondisi lantai dasar, 2. Kondisi lantai 1, 3. Kondisi lantai

2, dan 4. Kondisi lantai 3).

(Sumber: Observasi tanggal 08 Desember 2017. Lokasi: Pasar Tanah Abang Blok G)

Kondisi inilah yang mengakibatkan para pedagang memilih kembali ke

jalan yang ramai dengan pejalan kaki, sehingga lebih banyak orang yang

akan melihat-lihat barang dagangan mereka hingga membelinya, tidak

seperti di Blok G yang sangat jarang sekali orang yang datang. Walaupun

ada, itu hanya dibeberapa lantai saja, seperti lantai dasar dan lantai 1. Tapi

lantai-lantai berikutnya mulai terasa sepinya pembeli. Seperti yang

diungkapkan oleh Eju ketika ditanyakan mengapa lantai 3 kosong;

“Lantai 3 kosong sama sekali, kalau lantai 2 masih ada beberapa

pedagang. Yang bertahan sampai sekarang itu yang bener-bener

pedagang, karena mereka punya langganan, mereka pindah ke Blok G

ternyata masih laku karena ada langganan.

Namun yang mendapatkan undian di lantai 2 dan 3 Pasar Tanah Abang

Blok G, kebanyakan penduduk asli atau orang Jakarta yang notabennya

bukan pedagang asli, sehingga kebanyakan dari mereka pada beberapa

bulan setelah itu mulai kabur atau meninggalkan kios yang ditempati”

(wawancara pribadi dengan informan pada Senin, 18 September 2017)

Page 79: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

65

Sebenarnya untuk lantai dasar dan lantai 1 merupakan bangunan awal

yang telah ada pedagangnya, dan rata-rata telah memiliki pelanggan tetap,

seperti para pedagang daging. Namun untuk lantai 2 dan 3 itu merupakan

pada pedagang hasil relokasi, tidak heran jika kondisi lantai pasar tersebut

yang sepi pembeli, karena lokasi yang lumayan jauh, kemudian dari

kebiasaan pembeli juga yang kebanyakan lebih sering ke Blok A dan F

langsung dari pintu keluar stasiun Tanah Abang. Seperti yang diungkapkan

oleh Aput saat ditanyakan tentang pendapatnya mengenai Blok G;

“Kayaknya kurang peminat dan pembelinya disitu (Blok G) lebih ramai

disini. Dari segi apapun itu, pembeli lebih ke sini. Orang dari kebiasaan

sih lebih sering lewat sini” (wawancara pribadi pada Rabu, 08 November

2017. Pukul 14.06 WIB)

Karena itulah para pedagang lebih memilih kembali ke jalan atau

menyebar pada lokasi-lokasi lainnya yang ramai akan pejalan kaki.

Walaupun meski harus sering berhadapan dengan Satpol PP, atau berdagang

di jam-jam tertentu. Hal tersebut dilakukan agar mereka dapat lebih sering

bertemu dengan pembeli dan mendapatkan penghasilan yang sesuai untuk

dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Jika dilihat dari sisi hubungan/interaksi antar sesama pedagang, peneliti

dapat langsung menyimpulkan bahwa tidak ada kerentanan pada dimensi ini.

Hal tersebut telah dijelaskan dan dapat dilihat pada BAB 2 tentang

Hubungan Sosial PKL, bahwa hubungan mereka tetap baik-baik saja

walaupun meski harus berpindah-pindah lokasi.

Page 80: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

66

3. Ancaman Kemiskinan

Dalam Manning dan Tadjuddin, sektor informal merupakan jenis

kesempatan kerja yang kurang terorganisir, yang sulit dicacah, dan karena

itu sering dilupakan dalam sensus resmi, serta akhirnya merupakan

kesempatan kerja yang persyaratan kerjanya jarang dijangkau oleh aturan-

aturan hukum (1985:139). Dengan keadaan tersebut, orang-orang yang

bekerja di sektor informal ini seringkali menghadapi ketidakpastian-

ketidakpastian dalam pekerjaannya. Misalnya kondisi fisik pekerja dan

tempat kerja yang tidak menguntungkan menunjukkan bahwa sebagian besar

para pekerja sektor informal tidak mampu memenuhi kebutuhan minimum

mereka dalam hal perumahan dan pelayanan yang berkaitan dengannya,

tingkat pendapatan yang memadai yang diperoleh dalam sektor ini tidak

selamanya menunjukkan bahwa keadaan hidup keluarga di atas garis

kemiskinan (Manning dan Tadjuddin, 1985:104) dan masih banyak lagi

yang mengakibatkan sektor informal dapat dikaitkan dengan kerentanan.

Misalnya saja seperti yang diungkapkan oleh Nasri yang merupakan

pedagang Blok G;

“Sekarang sih kurang banget ya, pengunjung juga sepi, jual-belinya

juga kurang, jauh. Pendapatan juga kurang. Kalau awal mah rame

itu ya, waktu pak Jokowi dulu gitu, kalu sekarang mah kurang.

Kalau omset udah jauh turun.” (wawancara pribadi pada Sabtu, 07

Oktober 2017. Pukul 14.08 WIB)

Pengakuan tersebut menggambarkan bahwa para pedagang Blok G pun

mengakui bahwa saat ini pendapatan mereka berkurang dari waktu awal

mereka di relokasi, omset menjadi turun drastis dan lain sebagainya.

Page 81: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

67

Para PKL ini sering disebutkan sebagai aktor-aktor miskin di perkotaan,

seperti yang di ungkapkan oleh Suparlan;

Diantara semua jenis mata pencaharian yang dipunyai oleh orang miskin

yang menjadi masalah perkotaan adalah berdagang di kaki lima. Pada

pedagang kaki lima (PKL) pada umumnya berjualan di tepi-tepi jalan

yang ramai dengan lalu lintas kendaraan dan orang. Mereka bahkan

bukan hanya menempati tepi jalan atau trotoar untuk menggelar

jualannya, tetapi juga menempati sebagian dari badan jalan raya tempat

lalu lintas kendaraan bermotor.akibatnya lalu lintas menjadi macet atau

terhenti dan kerumunan pejalan kaki juga tidak mungkin untuk dengan

cepat dapat meninggalkan tempat itu dengan menggunakan kendaraan

umum atau berjalan kaki. Kalau diperhatikan sungguh-sungguh maka

prinsip berjualan para PKL sama dengan prinsip berjualan di toko.

Toko-toko mempunyai etalase untuk orang dapat melihat barang-barang

yang dipamerkan yang dijual di toko tersebut. Barang-barang yang

dipamerkan adalah selektif sedangkan barang yang dijual ada di toko

atau di gudang toko tersebut. Sedangkan para PKL memamerkan semua

barang yang dijualnya, di gelar secara terbuka, dan memilih tempat

tempat yang ramai dengan pejalan kaki atau penunggu kendaraan umum.

Barang jualan yang digelar adalah pameran dan sekaligus barang yang

dijual. Mekanisme pasar model PKL inilah yang menyebabkan

kemacetan lalu lintas dan kerumunan yang semrawut yang mengundang

berbagai bentuk kejahatan. Karena itu para PKL biasanya menolak untuk

dipindahkan ke tempat yang sepi dari kerumunan pejalan kaki atau

penunggu kendaraan umum.(Suparlan, 1995:65)

Selain kerentanan-kerentanan yang telah disebutkan sebelumnya, yang

merupakan inti dari permasalahan-permasalahan tersebut adalah kemiskinan.

Bahwasannya kemiskinan merupakan alasan pertama pedagang enggan

untuk bertahan di Blok G. Dengan alasan kondisi pasar yang sepi pembeli,

tentunya membuat para pedagang yang hanya mengharapkan penghasilan

dari hasil dagangannya merasa rentan menjadi miskin. Serta itu akan

berpengaruh pada taraf kehidupan mereka ataupun keluarga mereka. Maka

dari itu kebanyakan dari mereka lebih banyak memilih untuk kembali ke

jalan atau kawasan Pasar Tanah Abang sekitar samping pintu keluar stasiun

Tanah Abang, sama seperti yang di ungkapkan Suparlan sebelumnya bahwa

Page 82: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

68

para PKL enggan untuk dipindahkan di lokasi yang sepi dari kerumunan

pajalan kaki. Hal tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh

Nasrulloh,

“Umumnya pedagang kaki lima kan ingin di lalui orang kan. Beda ya

dengan pedagang di kios-kios begitu. Kalau kaki lima, otomatis orang

bawa motor bisa kan, paling beli apa sih, ya kan” (wawancara pribadi

pada Kamis, 27 Juli 2017. Pukul 13.25 WIB).

Kemiskinan adalah fenomena sosial yang kompleks, berdimensi

majemuk, dan tidak mudah untuk dijabarkan dengan sebuah penjelasan yang

definitif. Lembaga-lembaga yang berkepentingan untuk hal ini seperti Bank

Dunia dan Badan Pusat Statistik menjelaskan kemiskinan sebagai

ketidakmampuan untuk memenuhi standar kebutuhan hidup tertentu.

(Suryahadi dan Marbun, 2009:14) Walaupun sangat sulit mendifinisikan

secara pasti, namun pengertian menurut Bank Dunia dan Badan Pusat

Statistik dapat digunakan sebagai acuan.

Kemiskinan merupakan faktor yang berpengaruh pada mobilitas sosial,

menurut Saripudin kemiskinan menghambat terjadinya mobilitas naik

(2010:73). Tentu saja kemiskinan dapat mengakibatkan seseorang terhambat

untuk dapat mengubah taraf hidupnya menjadi lebih baik, misalnya dari

kebutuhan-kebutuhan tertentu yang tidak terpenuhi, baik itu sandang,

pangan ataupun papan, sangat sulit untuk seseorang mengalami mobilitas

naik. Saripudin menyebutkan bahwa kemiskinan bisa digambarkan seperti

“lingkaran setan”;

Umpamanya karena pendapatan kecil, maka akan mengalami kekurangan

pangan, tidak dapat berpakaian yang layak, dan kondisi papannya pun

jauh dari memenuhi syarat sebagai tempat “berteduh”. Keadaan itu

mengakibatkan tingginya kepekaan atau resiko besar untuk terserang

Page 83: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

69

penyakit, tingkat produktifitas kerja yang rendah, tingkat pendidikan

yang juga rendah, dan akibat lanjutannya adalah dengan sendirinya

pendapatan yang diterimanya pun akan sangat rendah pula. Berarti di sini

kemiskinan merupakan penyebab dan sekaligus dampak.(2010:74)

Itulah mengapa kemiskinan bisa digambarkan seperti “lingkaran setan”,

karena kemiskinan itu sendiri merupakan penyebab dan sekaligus dampak

seperti yang telah dijelaskan di atas. Karena hal tersebut lah yang menjadi

alasan mengapa banyak pedagang tidak ingin bertahan di Blok G dan

memilih kembali ke jalan atau kawasan tertentu yang banyak dilalui pejalan

kaki atau kendaraan. Para pedagang menyadari bahwa mereka akan menjadi

miskin dan menjadi rentan saat mereka harus bertahan di Blok G yang sepi

dari pembeli.

Bisa dikatakan hampir semuanya meresakan hal yang sama. Seperti yang

diungkapkan para pedagang luar pasar Blok G misalnya;

Iman mengakatan;

“Sepi bang disana. Jarang ada yang beli. Makanya saya ikut yang lain aja

pada balik lagi ke jalan. Ya abis mau gimana lagi, masa mau dipaksa

bertahan disana, mau makan apa nanti” (wawancara pribadi pada Senin,

09 Oktober 2017),

Ari pun mengaku;

“Kalau saya sih ngga mau dipindah kesana (blok G), disini juga orang

jarang belanja, jauh”(wawancara pribadi pada Rabu, 08 November 2017),

Irwan pun mengaku;

“Saya sih udah ngga mau lagi disana. Mau makan apa saya kalau

dagangan ngga laku-laku” (wawancara pribadi pada Rabu, 08 November

2017),

Kemudian Yuri, “Ya ngga ada penghasilan disana, ngapain dipertahanin,

pendapatan pasti mati bang” (wawancara pribadi pada Rabu, 08 November

2017)

Page 84: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

70

Awaluddin pun mengatakan hal yang sama “Ya mau gimana lagi bang,

orang pasarnya aja sepi, gimana mau untung” (wawancara pribadi pada

Rabu, 08 November 2017).

Saat mereka berdagang di Blok G, bukan keuntungan yang di dapat,

justru kerugian besar yang mereka rasakan. Hal tersebut bukan hanya 1 atau

2 orang yang merasakan, namun hampir dari semua pedagang yang pernah

berdagang di Blok G mengalami kerugian karena tidak ada pembeli di Blok

G. Informan Yuri mengaku rugi besar saat peneliti menanyakan tentang

keinginan untuk kembali ke Blok G, “engga lah. Sepi disana, rugi 36 juta.

Dalam sebulan habis 1 atau 2 potong aja. Rugi total.” (wawancara pribadi

pada Rabu, 08 November 2017). Selain itu Sapril yang merupakan Informan

dari salah satu acara di stasiun televisi, (Aiman Kompas.tv); “bayar DP 2

kios ini 4,5 juta. Dan ngga kembali modal, mana ada untung”

(Kompas.tv/Aiman yang ditayangkan pada 27 November 2017). Kerugian

yang dialami pedagang-pedagang ini bukan hanya hitungan ratusan ribu,

namun bisa sampai puluhan juta. Bahkan Sapril pun mengaku saat itu ia

bahkan sampai kehabisan modal untuk berdagang dan akhirnya harus hutang

sana-sini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini menggambarkan

bahwa kerugian yang mereka alami membuat mereka sadar, bahwa mereka

dalam keadaan rentan jika harus bertahan pada lokasi tersebut (Blok G).

Karena hal tersebut, kita dapat beranggapan wajar jika para pedagang

kembali ke jalan atau trotoar untuk menjual barang dagangan mereka. Saat

Page 85: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

71

mereka berjualan di trotoar, setidaknya mereka akan merasa aman dari

rentan kemiskinan sebagai imbas dari kerugian yang akan mereka hadapi.

Berdasarkan pengakuan-pengakuan tersebut dapat peneliti simpulkan

bahwa semua merasa khawatir dan takut atau dalam bahasa penelitian ini

rentan menjadi miskin karena berbagai faktor yang dirasakan oleh para

pedagang ini. Maka dari itu pedagang memilih kembali ke jalan dan banyak

dari mereka yang kabur atau kucing-kucingan dengan petugas ketika ada

penertiban, dan masih ada beberapa lainnya.

Setelah menjelaskan tentang kemiskinan, peneliti akan menggambarkan

kerentanan lainnya yang akan terjadi sebagai akibat saat mereka menjadi

miskin;

a.) Menurunnya Pendidikan Untuk Anak-anak PKL

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan

merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan (Damsar. 2011:8). Berdasarkan pengertian

tersebut menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses untuk

mendewasakan manusia melalui pengubahan sikap dan tata laku seseorang

dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak hanya itu, dalam pendidikan

sendiri diharapkan manusia dapat melakukan perubahan-perubahan guna

kemajuan negara atau dunia sekalipun.

Namun pada penelitian ini, peneliti lebih berfokus pada pendidikan

untuk anak para pedagang, dan tidak berfokus pada para pedagangnya.

Page 86: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

72

Karena pada umumnya para pedagang tersebut rata-rata memperoleh

pendidikan rendah atau hanya sampai SMA. Seperti yang terdapat dalam

buku Manning dan Tadjuddin tentang sektor informal;

Sektor informal dianggap sebagai suatu manifestasi dari situasi

pertumbuhan kesempatan kerja di negara sedang berkembang, karena itu

mereka yang memasuki kegiatan berskala kecil ini di kota, terutama

bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan daripada

memperoleh keuntungan. Karena mereka yang terlibat dalam sektor ini

pada umumnya miskin, berpendidikan sangat rendah, tidak terampil, dan

kebanyakan para migran, jelas bahwa mereka bukanlah kapitalis yang

mencari investasi yang menguntungkan dan juga bukan pengusaha

seperti yang dikenal pada umumnya (h.90).

Maka dari itu, peneliti lebih berfokus pada kerentanan pendidikan

untuk anak para pedagang daripada para pedagangnya itu sendiri. Karena

pada kenyataannya, para pedagang pun mengakui bahwa mereka

berdagang dan menghasilkan pendapatan salah satunya untuk

menyekolahkan anaknya. Setidaknya bisa melebihi tingkat pendidikan

orang tuanya.

Kerentanan pada pendidikan disini ialah dimana para pedagang merasa

rentan jika harus bertahan di Blok G dengan kondisi pasar yang sepi. Jika

pasar sepi, maka secara langsung akan berpengaruh pada penghasilan

mereka, dan karena hal tersebut secara tidak langsung akan berefek pula

pada pendidikan anak mereka. Maka dari itu, jika perekonomian keluarga

pedagang tersebut terhambat, maka akan berpengaruh pada segala

pemenuhan kebutuhan pada keluarga pedagang tersebut. Seperti yang di

jelaskan Saripudin dalam bukunya yang berjudul “Interpretasi Sosiologis

dalam Pendidikan”, ia menerangkan bahwa antara pendidikan dengan

sistem ekonomi terdapat hubungan. Jika dalam suatu masyarakat memiliki

Page 87: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

73

taraf kehidupan ekonomi yang baik, maka potensi pengembangan

pendidikan pada masyarakat tersebut akan lebih besar, karena mereka

lebih siap dan lebih banyak dana yang tersedia (h:119). Kaitannya dengan

penelitin ini adalah jika perekonomian atau taraf kehidupan ekonomi para

pedagang baik, maka potensi pengembangan pendidikan pada anak mereka

pun akan menjadi baik. Mereka akan menjadi lebih siap untuk

menyekolahkan anaknya hingga pendidikan tinggi sekalipun. Hal itu

terjadi karena mereka merasa siap dan percaya diri bahwa hasil dari usaha

mereka saat berdagang dapat mencukupi untuk pendidikan anak. Namun

jika sebaliknya, maka hal terburuk yang akan terjadi adalah anak mereka

akan mengalami putus sekolah. Seperti yang di ungkapkan oleh

Awaluddin;

“ya mau gimana lagi bang, orang pasarnya aja sepi, gimana mau untung.

Belum pengeluaran ini lah, itu lah, belum lagi anak-anak masih

sekolah.”(wawancara pribadi pada Rabu, 08 November 2017. Pukul

16.28 WIB).

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa jika para pedagang bertahan di

Blok G yang sepi akan pembeli, maka akan berpengaruh pada taraf

kehidupan ekonomi mereka, selain itu pada pendidikan anak pula.

Walaupun telah ada upaya Pemerintah tentang “Wajib Belajar 12 Tahun”,

pengadaan KJP (Kartu Jakarta Pintar) ataupun KIP (Kartu Indonesia

Pintar), namun kenyataannya banyak masyarakat yang mengaku bahwa hal

tersebut masih kurang membantu, faktanya ada hal tertentu yang

memerlukan biaya sebagai penunjang pendidikan anak mereka.

Page 88: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

74

Setiap orang tua, saat ingin menyekolahkan anaknya, pasti

mengharapkan bahwa anaknya dapat merubah nasib atau kedudukan sosial

ekonominya di masa depan. Artinya para orang tua mengharapkan adanya

mobilitas vertikal ke atas. Hal ini juga sejalan dengan apa yang

diungkapkan oleh Saripudin dalam bukunya;

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dipercaya menjadi salah satu

faktor yang akan mempercepat terjadinya mobilitas sosial. Dengan fungsi

pendidikan sebagai sebuah proses penyeleksian untuk menempatkan

orang pada masyarakat sesuai dengan kemampuan dan keahliannya,

pendidikan menjadi sinkron dengan tujuan mobilitas sosial karena di

dalam mobilitas sosial yang terpenting adalah kemampuan dan keahlian

seseorang. Kalau selama ini ditempatkan pada sebuah posisi karena

koneksi atau latar belakang keluarga, pendidikan memungkinkan hal itu

tidak terjadi (h.81)

Artinya dengan adanya pendidikan yang tinggi dan baik, seseorang

diharapkan mampu untuk mengubah taraf hidup atau mobilitas sosial

vertikal ke atas. Namun tidak jarang seseorang bisa mengalami mobilitas

horizontal atau bahkan ke bawah. Seperti dalam buku Manning dan

Tadjuddin;

Adanya kesulitan untuk mendapatkan tempat dalam pasar tenaga kerja

dan keharusan untuk mencarinya dalam jaringan sosio-ekonomi yang

terbatas tidak berarti tidak ada mobilitas vertikal. Meskipun jalur untuk

naik sering kali terhalang, jalur untuk turun sangat gampang untuk

dilalui,,,

kelompok-kelompok sosio-ekonomi bawah termobilisir dalam

perekonomian kota dalam keadaan semakin tegang dan dalam keadaan

yang jelas menunjukkan semakin merosotnya kedudukan sosial dan

ekonomi mereka secara keseluruhan. (h.166-167)

Dengan adanya tingkat pendidikan yang baik, seseorang diharapkan

mampu untuk memiliki pekerjaan yang baik pula dimasa yang akan

datang. Namun pada kenyataannya, saat ini persaingan untuk mendapatkan

pekerjaan semakin ketat, syarat-syarat yang diminta oleh pasar tenaga

Page 89: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

75

kerja pun semakin menyulitkan angkatan-angkatan kerja baru, sehingga

banyak orang yang berpendidikan tinggi sekalipun sulit untuk

mendapatkan pekerjaan. Walaupun ada, mungkin itu tidak setimpal

dengan apa yang telah ia usahakan saat mengenyam pendidikan. Maka dari

itu mobilitas sosial horizontal atau bahkan vertikal turun sekalipun dapat

terjadi pada anak para pedagang tersebut, jika pada akhirnya mereka tidak

mendapatkan kerja yang sesuai dengan pendidikannya atau yang di

inginkan, kemungkinan besar mereka akan meneruskan pekerjaan orang

tuanya, yakni berdagang.

Beralih dari permasalahan tersebut, peneliti pun menemukan beberapa

pedagang yang lebih memilih bertahan di Blok G agar dapat tetap

menyekolahkan anaknya. Namun hal tersebut diungkapkan karena jika

harus kembali ke jalan, mereka harus mencari tempat lagi dan harus

berurusan dengan preman atau keamanan sekitar yang berjaga pada lokasi

yang diinginkan. Selain itu ia juga tidak berdagang sendiri, tapi berdagang

bersama suaminya, tapi berbeda lantai. Siti mengungkapkan;

“....karena budgetnya minim. Belum lagi anak yang minta kuliah,

makanya saya bingung, kalau saya sih maunya bertahan dulu, liat nanti

gimana gitu ya,,.. Paling dagangannya Cuma gini nih (kaos oblong),

walaupun emang lebih rame, tapi kan tempatnya susah, udah gitu

mahal.,,. Cuma kan gini, karena kita juga ngontrak dan pengeluaran

masih banyak, jadi yaa ditahan aja dulu. Kalau misalnya udah ngga

ngontrak, pengeluaran ngga terlalu banyak, mungkin kita terjun ke

bawah...

....pengeluaran sekolah anak untuk uang pangkalan SMK aja 12juta, uang

bulanannya 500ribu, terus besok ikut seminar bayar 250ribu, terus belum

ini itu nya, yyaahh kalau dihitung mah gitu. Terus untuk pembayaran ini

ke bank 120ribu, buat bayar listrik 120ribu, tergantung sih, jadi ngga

menentu, ngga ngerti deh, pokoknya ada yang 125ribu, ada yang 120ribu.

Terus hariannya seribu rupiah. Jadi kira-kira sebulan itu 270ribu.”

(wawancara pribadi pada Sabtu, 07 Oktober 2017. Pukul 12.37 WIB)

Page 90: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

76

Siti mengaku karena anaknya ingin kuliah, ia lebih memilih bertahan

untuk sementara di Blok G. Selain itu pula, dikarenakan ia masih

mengontrak, pengeluarannya pun masih sangat besar, jadi kemungkinan

untuk mendapatkan lapak di luar Blok G masih terkendala. Siti memilih

bertahan dikarenakan posisi lapak yang lumayan strategis, yakni di lantai

2, pas dekat dengan tangga depan, dan bisa dilihat dari luar Blok G.

Lain halnya dengan Ratna, “Kalau biaya sekolah anak sih dari suami,

kalau dari sini mah ngga cukup.” (wawancara pribadi pada Senin, 09

Oktober 2017. Pukul 10.53 WIB). Ia memilih bertahan karena hanya

mengisi waktu luang. Jika permasalahan pendidikan anak adalah urusan

suami yang bekerja di tempat perusahaan swasta. Namun jika Ratna

berpatok pada penghasilan berdagang di Blok G, ia pun akan kesulitan,

artinya kemungkinan besar anaknya pun tidak akan memperoleh

pendidikan yang baik ataupun pendidikan tinggi.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kerentanan

dalam hal pendidikan anak dapat terjadi jika pedagang merasa penghasilan

mereka berkurang atau tidak ada sekalipun jika harus bertahan di Blok G.

Meskipun tidak semua berpendapat demikian, namun pada intinya tetap

akan terjadi kerentanan jika penghasilan terhambat.

B. Berbagai Upaya PKL Dalam Menangani atau Mengatasi Kerentanan

Dalam Nurhayati (2015), Sjahbana menjelaskan ada beberapa alasan yang

melatarbelakangi seseorang terlibat dengan ekonomi sektor informal, antara lain

Page 91: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

77

adalah karena terpaksa, tidak ada pekerjaan lain, terkena PHK, mencari rezeki

halal, berupaya tidak bergantung pada orang lain, menghidupi keluarga dan

sulitnya pekerjaan di desa (h.4). Pemilihan seseorang untuk terlibat dalam

ekonomi sektor informal bukan karena keinginan sendiri seperti yang telah

dijelaskan oleh Sjahbana. Namun keadaan tersebut membantu mereka untuk

tetap bertahan hidup dibalik sulitnya persaingan hidup di kota.

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan mengenai kerentanan yang di alami

para pedagang saat berada di Blok G pasar Tanah Abang, selanjutnya peneliti

ingin menggambarkan upaya apa saja yang dilakukan para pedagang ini dalam

mengatasi kerentanan yang mereka hadapi.

Lagi-lagi dengan alasan kondisi pasar yang sepi pembeli, para pedagang

mengaku tidak mampu untuk bertahan di tempat relokasi yang ditentukan oleh

Pemerintah. Banyak pedagang memilih kembali ke jalan atau trotoar sebagai

tempat berjualan dengan alasan lokasi tersebut ramai pejalan kaki. Walaupun

mereka sendiri tahu bahwa lokasi tersebut adalah lokasi larangan untuk

berdagang. Berikut adalah pendapat Nasrulloh tentang kembalinya pedagang ke

jalan;

“Karena pedagang kaki lima begitu di usir dan pas aparatnya ngga ada balik

lagi mereka, yaudah begitu terus. Sekarang gini, ketika diambil barangnya,

terus dia ngambil lagi ke kantornya, ya kan” (wawancara pribadi pada Kamis,

27 Juli 2017. Pukul 13.25 WIB).

Berdasarkan pengakuan tersebut, maka peneliti akan menggambarkan

upaya-upaya yang dilakukan para pedagang sebagai langkah untuk mengatasi

kerentanan yang mereka hadapi;

Page 92: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

78

1. Pindah ke Area Pemukiman atau Gang-gang Sempit

Tidak sedikit dari pedagang kaki lima yang telah direlokasi memilih

pergi meninggalkan Blok G lalu kembali berjualan di luar Blok G sebagai

upaya untuk menangani kerentanan, salah satunya yakni pindah ke area

pemukiman atau gang-gang sempit yang ada di jalan Jati Baru.

Jafar sebagai salah seorang pegawai PD Pasar Jaya berpendapat;

“Di wilayah sekitar Pasar Tanah Abang Blok G, banyak area atau

pemukiman warga yang beralih fungsi, dan gang-gang sempit yang

berubah menjadi tempat berjualan.

Karena para pedagang, untuk mempermudah berdagang, maka para PKL

hasil relokasi tersebut banyak yang menyewa rumah/gang besar/gang

sempit ke warga. Dengan alasan bahwa bisa dijadikan tempat tinggal,

kemudian bisa sambil usaha disitu.” (wawancara pribadi pada Senin, 02

Oktober 2017. Pukul 11.13 WIB).

Pendapat tersebut menjelaskan bahwa banyak pedagang yang menyewa

rumah di gang-gang sempit jalan Jati Baru. Artinya memang banyak

pemukiman warga yang awalnya hanya dijadikan tempat tinggal, kini

beralih fungsi menjadi lokasi berjualan para PKL. Kondisi tersebut dianggap

sebagai upaya untuk berada pada kondisi aman. Misalnya seperti apa yang

dilakukan oleh Yuri ketika ditanyakan tentang lokasi berdagangnya saat ini;

“Kalau sekarang sih di belakang sini, udah ngga kena.

Kalau sekarang sih udah alhamdulillah, pokoknya ngga kyak di blok G

lah bang” (wawancara pribadi dengan informan di kawasan Pasar Tanah

Abang pada Rabu, 08 November 2017)

Maksudnya ialah ada sebagian pedagang yang memilih berada pada

kondisi aman dengan memilih lokasi dagang tertentu yang tidak berada pada

lokasi larangan dagang. Misalnya memilih berada di dalam pemukiman dan

berdagang di kios pinggir trotoar, yang bisa dikatakan tidak terkena

penertiban oleh Satpol PP. Selain terhindar dari penertiban, tempat tersebut

Page 93: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

79

bisa dijadikan tempat tinggal sesuai dengan yang disampaikan oleh Jafar.

Namun tidak semua seperti itu, kebanyakan dari mereka menempati rumah-

rumah tersebut hanya untuk usaha saja.

2. Kabur-kaburan atau “Kucing-kucingan”

Skema kabur-kaburan atau kucing-kucingan sering kali dilakukan para

pedagang yang berdagang di trotoar. Hal tersebut tentunya sebagai langkah

atau upaya lainnya untuk menghadapi kerentanan. Hal tersebut digambarkan

dengan aksi kabur-kaburan pedagang saat ada penertiban yang dilakukan

oleh Satpol PP sebagai utusan dari pemerintah daerah dalam melaksanakan

atau menjalankan undang-undang nomor 29 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan, yakni trotoar adalah hak pejalan kaki. Para pedagang

kaki lima telah melanggar undang-undang tersebut karena membuat trotoar

menjadi semakin sempit dan menyulitkan arus pejalan kaki

(https://kompas.id diakses pada 17 November 2017).

Aksi kucing-kucingan tersebut seakan menjadi pemandangan yang biasa

terjadi di pasar Tanah Abang. Akibat para pedagang yang enggan untuk

direlokasi ke Blok G, maka mereka merasa sudah terbiasa membongkar dan

mengangkat-angkat barang dagangan mereka saat ada penertiban, dan hal

tersebut terus saja terjadi setiap ada penertiban. Iman sebagai PKL di trotoar

pun mengakui hal tersebut saat ditanyakan tentang penertiban;

“Ya paling kabur-kaburan aja bang kayak yang lain.

Kalau hari-hari biasa mah paling ada jam-jamnya tuh ngga boleh

ngelewatin garis kuning ini. Biasa ini mah bang, paling ntar lagi juga

udah pada bebas kalau petugas udah pada bubar. Tuh liat aja, masih pada

di dalem garis kan, ntar juga jam 4an udah pada diluar lagi. Ya paling

Page 94: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

80

kalau misalnya ada petugas, terus ngga diapa-apain, paling ngasi 2ribu

aja. Pada gitu sih.” (wawancara pribadi pada Senin, 09 Oktober 2017.

Pukul 15.48 WIB)

Para pedagang berhamburan melarikan diri saat ada penertiban atau

mendengarkan instruksi untuk tidak berjualan pada lokasi tersebut,

kemudian mereka akan kembali lagi ketika pihak penertib sudah tidak ada.

Atau yang lebih sering terjadi yakni para pedagang hanya menarik barang

dagangannya yang berada di luar garis kuning (yang menjorok ke jalan) saat

ada Satpol PP yang sedang mengawasi pasar, dan para pedagang pun

memberikan uang sebesar dua ribu rupiah agar dapat tetap berjualan

walaupun masih berada di dalam garis kuning. Setelah beberapa saat atau

jam-jam tertentu ketika para Satpol PP sudah tidak ada, mereka akan

kembali memadati trotoar. Hal tersebut seakan menjadi hal biasa yang terus

terjadi diantara para pedagang dengan petugas Satpol PP.

Aksi kabur-kaburan atau kucing-kucingan juga disampaikan oleh

beberapa pedagang lainnya, misalnya Yuri;

“Semua yang keluar dari blok G pasti alasannya sama bang. Yang

namanya pasar kalau perhubungan mati, pasti akan mati juga. Untuk apa

kita bertahan kalau pasar sepi. Percuma cape tapi ngga ada hasilnya, yang

namanya pedagang kan ngga ada yang mau rugi, semua pasti mau

untung. Jadi ujung-ujungnya pasti balik lagi.” (wawancara pribadi pada

Rabu, 08 November 2017. Pukul 15.45 WIB)

Awaluddin pun mengakui bahwa;

“Tapi rata-rata juga mereka kalau di gusur, nanti kalau udah ngga ada

satpol PP pada balik lagi, gitu terus.” (wawancara pribadi pada Rabu, 08

November 2017. Pukul 16.28 WIB)

Selain itu, Siti sebagai pedagang pakaian di Blok G mengatakan;

“Tuh kalau lagi ada razia, pada naek dah tuh ke atas. Tapi kalau udah

ngga ada, pada balik lagi dah tuh. Kita sih liatin aja dari atas”

(wawancara pribadi pada Sabtu, 07 Oktober 2017. Pukul 12.37 WIB).

Page 95: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

81

Lain halnya dengan Ratna, ia justru menginginkan para PKL di

pindahkan kembali ke Blok G agar Blok G kembali ramai;

“Kalau menurut saya sih bagus ya peraturan tentang larangan jualan di

jalan, biar semua masuk ke sini. Karena disini masih sepi sih Blok G nya,

makanya pada turun lagi ke bawah. Awal-awal rame, tapi orangnya

makin lama makin sepi.” (wawancara pribadi pada Senin, 09 Oktober

2017. Pukul 10.53 WIB)

Pengakuan tersebut menggambarkan walaupun ada beberapa pedagang

yang menginginkan pedagang lainnya kembali ke Blok G agar Blok G

menjadi ramai kembali, namun hal tersebut seolah dianggap mustahil oleh

para pedagang yang merasa bahwa berdagang di Blok G merugikan. Maka

dari itu mereka tidak ingin untuk direlokasi kembali ke Blok G dan memilih

kembali ke jalan atau trotoar. Seperti yang diungkapkan oleh Sapril;

“gimanapun juga, walau diusir, tetep aja balik ke kaki lima. Kenapa?

Karena kita kan butuh biaya, butuh makan

Sebenernya siapa yang mau di trotoar, di tempat panas, enakan di Blok G

lah. Tapi dari pada engga makan, apa mau tahan disini tapi ngga

makan?”(Kompas.TV/Aiman yang ditayangkan pada 27 November

2017)

Maksudnya ialah, walaupun para pedagang kaki lima yang berada di

trotoar diusir oleh Satpol PP, pada suatu saat atau bahkan saat itu pula,

mereka akan kembali lagi berjualan. Hal tersebut mereka lakukan hanya

karena untuk memenuhi kebutuhan hidup. Walaupun mereka sendiri tidak

ingin berjualan di trotoar yang panas, desak-desakan, bahkan rawan copet

sekalipun. Banyak yang mengakui bahwa di Blok G lebih nyaman seperti

apa yang peneliti ungkapkan sebelumnya.

Page 96: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

82

Berikut adalah gambar lokasi yang sering ditertibkan oleh Satpol PP,

karena lokasi tersebut paling banyak orang yang melintas dan lebih sering

menjadi penyebab kemacetan di wilayah tersebut.

Gambar III.C.2 Lokasi yang paling sering terkena penertiban Satpol PP.

(Sumber: Observasi tanggal 08 Desember 2017. Lokasi: Pintu keluar stasiun Tanah

Abang)

Irwan yang merupakan pedagang di trotoar menegaskan;

“Kalau menurut saya sih disini ngga bakal pindah, pedagang kaki lima

ngga bakal pindah. Susah bang disana kalau sepi. Disini baru rame, kan

orang pas banget jalan dari stasiun tuh. Ini aja arah blok F dan kedalem

baru rame. Kalau ke blok G orang muter kan jarang. Kalau disini kan

orang turun dari angkot, dari kereta langsung belanja tuh.

Ya kena semua, cuma pada kabur-kaburan, udah biasa begitu mah.”

(wawancara pribadi pada Rabu, 08 November 2017. Pukul 15.23 WIB)

Penegasan tersebut mengisyaratkan bahwa para pedagang yang telah

direlokasi ini merasa optimis bahwa dengan bertahan di Blok G, mereka

akan menjadi rentan, baik itu dari segi pendapatan atau menjadi miskin.

Maka dari itu mereka memilih untuk tetap di trotoar walau harus kepanasan

atau bahkan kucing-kucingan dengan petugas.

3. Buang Barang

Dalam melaksanakan proses wawancara, peneliti sering kali menemukan

istilah-istilah baru yang disampaikan oleh beberapa informan, salah satunya

Page 97: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

83

Ari, yang merupakan pedagang yang berdagang pakaian wanita di kios

pinggir jalan Jati Baru. Ari menyampaikan istilah “buang barang” kepada

peneliti;

“Ya alhamdulillah sih ada. Kalau hari-hari biasa jangankan ini ya, dari

bulan Juni udah mulai agak sepi. Makanya kalau disini saya “buang

barang” ke depan sana (samping stasiun Tanah Abang). Ya orang

ngambil-ngambil kesini” (wawancara pribadi pada Rabu, 08 November

2017. Pukul 14.39 WIB).

Maksud dari istilah buang barang ialah saat Ari memberikan barang

dagangannya kepada orang yang jualan di bahu jalan samping stasiun Tanah

Abang, lalu pedagang yang diberikan barang tersebut mengembalikan hasil

dagangannya kepada Ari. Ada pula yang membeli barang dagangan Ari, lalu

dijualkan kembali ke lokasi yang ramai di lalui orang, yakni bahu jalan Jati

Baru samping stasiun Tanah Abang. Hal tersebut Ari lakukan untuk

menambah penghasilan dan barang dagangannya bisa habis.

Tidak kehabisan akal, bahkan ada beberapa pedagang yang menjualkan

barang dagangan orang lain kepada pembeli, dimana barang yang ingin

dibeli oleh pembeli tidak ada dilapaknya. Dalam hal ini, antara menjual

barang orang lain dan buang barang hampir memiliki kesamaan. Jika buang

barang itu memberikan barang dagangan untuk dijual orang lain, sedangkan

menjual barang dagangan orang lain itu lebih kepada pedagang yang tidak

memiliki barang yang diinginkan pembeli, namun pedagang tersebut malah

mengambil stok barang dari lapak orang lain. Hal ini disampaikan oleh

informan Siti yang merupakan pedagang pakaian oblong di Blok G;

Page 98: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

84

”Keuntungan 500ribu-1juta. Ngga menentu sih. Saya mah disini nawarin

apa aja, orang nanya apa juga saya bilang aja ada, terus abis itu saya

nyari dah ke bawah, kadang ada orang beli berapa kodi gitu, kan lumayan

gitu walaupun buka barang kita kan dapet lah cipratannya.” (wawancara

pribadi pada Sabtu, 07 Oktober 2017. Pukul 12.37 WIB)

Jadi, untuk menunjang dan menambah pendapatan, banyak dari mereka

menjual barang dagangan orang seperti yang dilakukan Siti Aisyah. Hal

serupa juga terjadi dengan beberapa pedagang yang berada di luar Blok G,

seperti halnya yang di lakukan oleh Awaluddin dan Yuri, mereka saling

bertukar barang saat ada salah satu jenis barang yang tidak ada.

“Ya kalau sama pedagang lain sih deket aja ya, tuh kayak sama bang

Yuri tadi. Kadang nanya barang kalau misalnya disini udah abis, saya

ngambil ke dia. Ya dia juga gitu sebaliknya.”( wawancara pribadi dengan

informan di jalan Jati Baru pada Rabu, 08 November 2017)

Pada dasarnya banyak dari beberapa pedagang melakukan hal-hal

tersebut, entah dari pedagang Blok G sendiri, pedagang di area pemukiman,

ataupun kios-kios di pinggir trotoar. Dengan pendapatan yang tidak

menentu, pedagang mulai memutar otak untuk memperoleh penghasilan

yang sesuai agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan

kebutuhan penunjang berdagang.

4. Jualan di Blok G dan di Trotoar

Untuk mengatasi kerentanan-kerentanan yang mereka alami, para

pedagang banyak yang melakukan inisiatif-inisiatif atau upaya tertentu

sebagai penunjang pendapatan mereka seperti yang dilakukan oleh Siti pada

pembahasan sebelumnya. Namun tidak semua dapat melakukan seperti apa

yang Siti lakukan, sehingga banyak dari mereka yang menginggalkan lapak

mereka di Blok G dan kembali ke jalan seperti yang dilakukan oleh Irwan,

Page 99: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

85

Awaluddin, Yuri, dan Iman (sebagai Informan peneliti) serta Sapril yang

merupakan informan dalam acara Kompas.TV/Aiman. Hal tersebut terjadi

karena mereka merasa tidak mampu untuk bertahan lebih lama lagi di Blok

G, karena mereka mengetahui bahwa kebutuhan hidup mereka tidak akan

terpenuhi.

Kemudian upaya terakhir yang peneliti temukan ialah pedagang yang

berdagang di Blok G, tapi ia juga dagang di trotoar. Seperti yang di

ungkapkan Rahmat;

Kalau orang di bawah tuh kan ada sebagian orang disini, dia punya toko

disini, terus merasa sepi, lalu turun.

Memang pedagang di bawah itu sebagian ya, ngga semuanya. 40 atau

50% ada pedagang blok G ini. Gitu sistimnya. Umpamanya kan ini sepi

nih, di atas tetap buka, terus entar turun. Entar sore nutup, taro lagi ke

sini. Ada yang total, ada yang sebagian buka, ada yang total tutup khusus

buat dibawah aja (wawancara pribadi pada Rabu, 08 Desember 2017.

Pukul 14.06 WIB).

Berdasarkan ungkapan tersebut menggambarkan ada beberapa pedagang

yang tetap berdagang di Blok G saja, ada yang total tutup di blok G dan

pindah ke trotoar atau lokasi lainnya, atau bahkan yang terakhir adalah

pedagang yang terdata berdagang di Blok G, namun ia tetap berdagang di

trotoar. Artinya ia berjualan di Blok G, tapi juga berdagang di trotoar.

Dalam penjelasannya, Rahmat menegaskan bahwa kebanyakan pedagang

Blok G, saat ini berjualan di Blok G, tapi jualan di trotoar juga. Para

pedagang ini merasa bahwa dengan kondisi pasar yang setiap harinya sepi,

dan tidak dapat memperoleh penghasilan yang pasti, akhirnya mereka

berinisiatif untuk pindah ke trotoar seperti yang dilakukan pedagang lain

yang lebih dulu meninggalkan Blok G. Rahmat menambahkan;

Page 100: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

86

Cuman ya gitu, masa orang dagang, kita ngga dagang juga yang depan

mata kita, kan gitu. Makanya mereka turun juga lah, masalah bayar kan

tinggal bayar (wawancara pribadi pada Rabu, 08 Desember 2017. Pukul

14.06 WIB).

Maksudnya ialah, ketika para pedagang Blok G melihat pedagang yang

berjualan di trotoar lebih ramai dan lebih sering bertemu dengan pembeli,

maka mereka juga akan turun ke trotoar agar lebih sering bertemu dengan

pembeli, serta penghasilanpun bertambah, tidak seperti di Blok G. Namun

tidak semua yang benar-benar murni turun ke trotoar, artinya ada beberapa

dari mereka yang tetap berdagang di Blok G, dan ada pula yang tetap di

Blok G, tapi tidak digunakan untuk berdagang, jadi hanya digunakan

sebagai tempat penyimpanan stok barang. Ketika pagi ia ke Blok G untuk

mengambil barang dan berjualan di trotoar, lalu sore hari ia kembali ke Blok

G untuk menyimpan barang dagangan.

Peneliti sangat sulit untuk bertemu secara langsung dengan pedagang

yang melakukan upaya ini, banyak pedagang yang tidak ingin terbuka saat

wawancara atau bahkan dimintai pendapat tetang hal tersebut. Peneliti

mengetahui hal ini pun hanya dari Rahmat (pedagang di Blok G) yang

dengan lantangnya mengakui jika upaya tersebut memang ada, namun ia

sendiri tidak menyebutkan siapa yang melakukan hal tersebut.

Page 101: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

87

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Keberadaan pedagang kaki lima kawasan pasar Tanah Abang dewasa ini

mengalami dilemanya sendiri. Mereka dihadapkan pada pilihan pindah ke Blok G

atas intruksi Pemerintah atau bertahan di trotoar atau kawasan larangan berjualan.

Bagi para pedagang yang memilih pindah dan bertahan di Blok G, maka

keberadaan mereka sebenarnya adalah hal yang diharapkan oleh Pemerintah demi

terciptanya keamanan dan kenyamanan pada kawasan pasar Tanah Abang.

Berdasarkan seluruh data yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

menunjukkan adanya kerentanan yang terjadi pada kondisi sosial-ekonomi bagi

hampir kebanyakan pedagang yang direlokasi. Akibat keadaan rentan tersebut,

maka banyak dari pedagang yang memilih untuk pergi dari Blok G dan tidak ingin

direlokasi lagi ke Blok G.

Kerentanan-kerentanan yang akan dialami oleh pedagang dapat dilihat dari

segi penghasilan dan hubungan sosial PKL dengan pembeli, lalu kemiskinan.

Penghasilan disini terkait dengan pendapatan dan pengeluaran yang mereka

dapatkan. Dari sisi pedagang Blok G, penghasilan yang dirasakan tidak stabil,

sehingga banyak diantara mereka yang melakukan inisiatif-inisiatif untuk

mendapatkan pendapatan yang sebanding dengan pengeluaran mereka atau

bahkan melebihi. Kemudian dari sisi pedagang yang pernah direlokasi ke Blok G

namun kembali ke trotoar atau lapak lainnya, mengakui bahwa adanya kerentanan

pada penghasilan mereka. Dengan kondisi yang tidak pasti atau bahkan sepi,

Page 102: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

88

mengakibatkan pendapatan mulai tidak sebanding dengan pengeluaran. Hal

tersebut yang mengakibatkan banyak kios di Blok G menjadi kosong karena

ditinggal oleh pemilik atau penyewanya.

Selain itu, kerentanan lainnya dapat dilihat dari hubungan sosial pedagang

dengan pembeli. Artinya ada interaksi yang diharapkan. Namun kenyataannya

pedagang mengeluhkan lokasi pasar yang sepi pembeli dan sangat sulit untuk

mendapatkan pelanggan. Sehingga para PKL kembali ke trotoar dan tidak ingin

direlokasi kembali ke Blok G.

Kemudian terkait kemiskinan. Tentunya setiap orang yang memulai usaha,

hampir dari semua aktor pada sektor informal ini menginginkan dirinya terhindar

dari kemiskinan. Maka dari itu, pada data serta hasil penelitian ini menunjukkan

adanya kerentanan kemiskinan saat bertahan untuk berdagang di Blok G, dan

memilih untuk berjualan di lokasi larangan berjualan seperti di trotoar atau bahu

jalan. Hal tersebut mereka lakukan untuk menghindari keadaan rentan yang akan

mereka hadapi dimasa yang akan datang. Sebagaimana yang digambarkan

Saripudin bahwa kemiskinan seperti “lingkaran setan”, merupakan penyebab

sekaligus dampak. Artinya saat mereka miskin, maka mereka sangat rentan akan

terus menjadi miskin. Saat penghasilan kecil, maka akan berpengaruh pada

mobilitas yang diharapkan naik melalui pendidikan ataupun pekerjaan, kemudian

mereka akan tetap menjadi miskin.

Selain itu, saat seseorang mengalami kemiskinan, maka akan berpengatuh

pada pendidikan. Fokus pada permasalahan ini lebih kepada pendidikan anak para

pedagang. Jika pendapatan mereka berkurang atau berpenghasilan kecil, maka

Page 103: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

89

akan berpengaruh pada pendidikan yang akan didapatkan oleh anak mereka.

Karena dengan pendidikan, diyakini dapat memperbaiki keadaan sosial-ekonomi

atau bisa dikatakan mobilitas vertikal.

Kemudian yang terakhir adalah saat mereka mengalami kerentanan, maka

tentunya ada upaya yang dilakukan sebagai langkah untuk menghindari atau

menangani kerentanan-kerentanan tersebut. Misalnya; 1.) Dengan pindah ke area

pemukiman warga atau kawasan tertentu yang jarang atau bahkan tidak tersentuh

oleh penertiban yang dilakukan oleh Satpol PP, 2.) kabur-kaburan atau kucing-

kucingan, skema kabur-kaburan atau kucing-kucingan digambarkan dengan saat

ada penertiban, para PKL akan mulai berlarian, menyembunyikan barang

dagangan, kabur-kaburan ke dalam area pemukiman. Kemudian selang beberapa

saat mereka akan kembali lagi ke jalan, 3.) buang barang, artinya seorang

pedagang besar yang lapaknya jarang dikunjungi pembeli, kemudian ia

memberikan dagangannya ke pedagang yang berada di lokasi yang ramai pejalan

kaki untuk menjualkan barang dagangannya dan memberikan hasil jualannya, 4.)

jualan di Blok G dan di trotoar, ialah saat pedagang yang terdata merupakan

pedagang aktif di Blok G, tapi ia juga berdagang di trotoar karena melihat di trotar

lebih ramai pembeli dibandingkan dengan di Blok G.

B. Saran

Berdasarkan temuan yang telah dipaparkan peneliti melihat bahwa relokasi

ke Blok G bukanlah solusi yang dapat membantu serta memperbaiki kondisi

sosial-ekonomi pedagang. Saran untuk para pedagang yang berada pada lokasi

larangan berdagang adalah untuk lebih sadar bahwa area tersebut merupakan area

Page 104: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

90

larangan untuk berdagang. Terkait solusi yang diharapkan ada baiknya

dibicarakan dengan pihak terkait dengan seksama, agar sama-sama saling

mendapatkan keuntungan jika ada tempat yang lebih baik dan tidak melanggar

aturan.

Saran untuk pemerintah serta pihak terkait lainnya, hendaklah menentukan

lokasi yang strategis pada para pedagang kaki lima yang dianggap melanggar

aturan agar mereka tidak kembali lagi ke lokasi yang dilarang untuk berjualan.

Diharapkan tidak hanya melakukan penertiban setiap saat tanpa adanya penentuan

lokasi yang pasti serta ramai pembeli agar pedagang memperoleh keuntungan

yang dapat memperbaiki kondisi sosial-ekonomi mereka. selain itu, rencana-

rencana yang telah dibuat, hendaklah direalisasikan untuk melihat apakah rencana

tersebut merupakan solusi yang tepat bagi para pedagang seperti dengan

pengadaan jembatan penghubung dari stasiun Tanah Abang menuju Blok G.

Untuk peneliti lain yang ingin meneliti permasalahan seputar pedagang

kaki lima atau lebih khususnya pedagang kaki lima pasar Tanah Abang Blok G,

diharapkan dapat menemukan kerentanan-kerentanan lainnya yang dapat

menggambarkan kondisi sosial-ekonomi pedagang. Penulis menyarankan untuk

mencoba menelisik lebih dalam lagi dengan data yang lebih banyak dari penulis,

jika menggunakan metode yang sama, atau menggunakan metode lain seperti

metode kuantitatif, atau bahkan ada baiknya penelitian ini dilanjutkan dengan

menggunakan konsep ketahanan (resiliance) agar penelitian tersebut dapat

menjadikan saran penunjang untuk dapat membantu pemerintah dalam

merumuskan solusi relokasi yang tepat untuk para pedagang.

Page 105: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

91

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Aris Marfai, Muh. at,al. 2015. Peran Kearifan Lokal dan Modal Sosial dalam

Pengurangan Resiko Bencana dan Pembangunan Pesisir (Integrasi

Kajian Lingkungan, Kebencanaan dan Sosial Budaya). Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Format-

format Kuantitatif dan Kualitatif Untuk Studi Sosiologi, Kebijakan,

Publik, Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran). Jakarta:

KencanaPrenada Media Group.

Creswell, John W. 2014. RESEARCH DESIGN: Pendekatan Metode Kualitatif,

Kuantitatif dan Campuran. Yogyakarta: PUSTAKA BELAJAR.

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Damsar & Indrayani. 2013. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana.

Erdian. Joko, S & Yustinus Saras. 2015. Mengatasi Kerentanan Stres Melalui

Coping Religius (Studi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik). Yogyakarta:

PT KANISIUS.

Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta. Referensi

Manning, Chris & Tadjuddin Noer Effendi. 1985. Urbanisasi, Pengangguran, dan

Sektor Informal di Kota. Jakarta: PT Gramedia.

Nurhayati, Cucu. 2015. Pembangunan Sosial Sektor Informal Perkotaan; (Studi

Kasus Pedagang Kaki Lima di Pasar Minggu). Jakarta: Orbit Publishing

Jakarta

Riyadi, Eko. at,al. 2012. Vulnerable Groups: Kajian dan Mekanisme. Yogyakarta:

Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia (PUSHAM

UII).

Saripudin, Didin. 2010. Interpretasi Sosiologis Dalam Pendidikan. Bandung:

Karya Putra Darwati

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Soehartono, Irawan. 2011. METODE PENELITIAN SOSIAL (Suatu Teknik

Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya).

Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Page 106: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

92

Suparlan, Parsudi. 1995. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia

Jurnal, Tesis dan Artikel:

Dian Adhietya Arif, Djati Mardiatna dan Sri Rum Giyarsih. Kerentanan

Masyarakat Perkotaan Terhadap Bahaya Banjir di Kelurahan Legok,

Kecamatan Telanipura, Kota Jambi. Majalag Geografi Indonesia. Vol.

31 No. 2, September 2017.

Habibi, Marbruno & Imam Buchori. 2013. Model Spasial Kerentanan Sosial

Ekonomi dan Kelembagaan Terhadap Bencana Gunung Merapi. Jurnal

Teknik PWK. Vol. 2 No. 1, 2013. Diakses dari http://ejournal-

sl.undip.ac.id/index.php/pwk pada 20 Oktober 2017.

Hartanto, Adrian. 2014. Intensi Kembali Berjualan Di Jalan Pada Pedagang Kaki

Lima Yang Direlokasi. Artikel. Diakses dari

http://repository.unpad.ac.id/19570/1/Intensi-Kembali-Berjualan-Di-

Jalan-Pada-Pedagang-Kaki-Lima.pdf pada 3 Mei 2017

Irmayani S. 2007. Informasi; Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha

Kesejahteraan Sosial. Membangun Keluarga Berketahanan Sosial Dalan

Era Modernisasi. Jurnal Sosial Vol. 12, No. 02, 2007. Departemen

Sosial Republik Indonesia.

Ifdil dan Taufik. Urgensi Peningkatan Dan Pengembangan Resiliensi Siswa Di

Sumatera Barat. Jurnal Online PEDAGOGI. Jurnal Ilmiah Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Padang Vol. XII No. 2, November 2012

Moch Hatta Karuniawan, Ardi Perdana Sukma, Efandi Dwi Kurniawan. Analisis

Dampak Sosial Ekonomi Relokasi Pedagang Kaki Lima (Pkl)

(Gelanggang Olah Raga (Gor) Kabupaten Sidoarjo). Jurnal Ilmu

Administrasi Negara, FISIP, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Vol.

3, No. 1, Maret 2015.

Nur Ainun Jariyah dan irfan Budi Pramono. Kerentanan Sosial Ekonomi dan

Biofisik di DAS Serayu: Collaborative Management. Jurnal Penelitian

Sosial dan Ekonomi Kehutanan. Vol. 10 No. 3, September 2013

Ramadhan, Rafif. Perubahan Sosial – Ekonomi PKL ( Pedagang Kaki Lima )

Dalam Program Sentralisasi Sektor Informal Perkotaan Di DTC

Wonokromo1. Jurnal Sosiologi. Diakses dari

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntse83b2df794full.pdf

pada 8 Juni 2016.

Suryahadi, A dan Marbun, D. Kriteria Kemiskinan Konsumsi Praktik di Indonesia

dan Beberapa Catatan. Jurnal Analisis Sosial. Vol. 14 No. 2, 2009.

Page 107: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

93

Whinarko. Evaluasi Dampak Sosial Ekonomi Relokasi Pedagang Kaki Lima

Menjadi Pujasera Di Kota Semarang Tahun 2013. Tesis Jurusan Ilmu

Pemerintahan, Fisip, Universitas Diponegoro. Diakses dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=142851&val=4924.

pada 25 September 2015.

Zunaidi, Muhammad. Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Di Pasar Tradisional

Pasca Relokasi Dan Pembangunan Pasar Modern. Jurnal Sosiologi

Islam, Vol. 3, No.1, April 2013.

Web On-line:

Aiman Kompas TV. Jakarta dan Anggaran Siluman (PKL Tanah Abang). Yang

ditayangkan di Kompas TV pada 27 November 2017

BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Jakarta Pusat. Statistik Kecamatan Tanah

Abang 2016. Diakses dari

https://jakpuskota.bps.go.id/Publikasi/view/id/49 pada 3 Mei 2017.

________________________. 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035.

Jakarta. Diakses dari https://bappenas.go.id pada 13 Januari 2018.

Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi DKI Jakarta. Pusat

Belanja Pasar Grosir Tanah Abang. Diakses dari

http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/PUSAT_BELANJA_PAS

AR_GROSIR_TANAH_ABANG pada 3 Mei 2017.

Jakartapedia, BPAD. Pedagang Kaki Lima Di Jakarta. Diakses dari

http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Pedagang_Kaki_Lima_Di_

Jakarta pada 29 April 2017.

Kompas. “Ditertibkan, PKL Tanah Abang Sebut Direlokasi ke Blok G Bukan

Solusi”. Diakses dari

http://megapolitan.kompas.com/read/2015/05/03/22500011/Ditertibkan.

PKL.Tanah.Abang.Sebut.Direlokasi.ke.Blok.G.Bukan.Solusi pada 25

Mei 2016

_______. “Penertiban PKL di Tanah Abang Terpaksa Ditunda Karena Pedagang

Melawan”. Diakses dari

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/06/02/15421591/penertiban.p

kl.di.tanah.abang.terpaksa.ditunda.karena.pedagang.melawan. pada 25

Mei 2016

_______. “Membedah Kesemrawutan Tanah Abang”. Diakses dari

https://kompas.id/baca/utama/2017/11/08/membedah-kesemrawutan-

tanah-abang/ pada 17 November 2017.

MENDAGRI Republik Indonesia. “Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia Nomor 41 Tahun 2012”. Diakses dari

Page 108: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

94

http://www.kemendagri.go.id/media/documents/2012/06/20/p/e/permen_

no.41_th_2012.doc pada 25 September 2015.

Wawancara

Wawancara pribadi dengan Nasrulloh pada Kamis, 27 Juli 2017

Wawancara pribadi dengan Eju pada Senin, 18 Septtember 2017

Wawancara pribadi dengan Jafar pada Senin, 02 Oktober 2017

Wawancara pribadi dengan Siti Aisyah pada Sabtu, 07 Oktober 2017.

Wawancara pribadi dengan Nasri pada Sabtu, 07 Oktober 2017.

Wawancara pribadi dengan Ratna pada Senin, 09 Oktober 2017.

Wawancara pribadi dengan Mila pada Senin, 09 Oktober 2017.

Wawancara pribadi dengan Iman pada Senin, 09 Oktober 2017.

Wawancara pribadi dengan Aput pada Rabu, 08 November 2017.

Wawancara pribadi dengan Ari pada Rabu, 08 November 2017.

Wawancara pribadi dengan Irwan pada Rabu, 08 November 2017.

Wawancara pribadi dengan Yuri pada Rabu, 08 November 2017.

Wawancara pribadi dengan Awaluddin pada Rabu, 08 November 2017.

Wawancara pribadi dengan Rahmat pada Jum’at, 08 Desember 2017.

Page 109: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

95

LAMPIRAN

Transkrip Wawancara

Nama : Nasrulloh, SE

Status : Asisten Manager Seksi Keuangan & Administrasi UPB Pasar Tanah

Abang (A-G)

Hari/Tanggal : Kamis, 27 Juli 2017

Waktu/Tempat : Pukul 13.25 WIB / Kantor PD Pasar Jaya UPB Pasar Tanah

Abang (A-G)

Peneliti Bagaimana sih pendapat Bapak tentang para PKL yang kembali lagi

ke jalan padahal udah di relokasi ke Blok G?

Informan Umumnya pedagang kaki lima kan ingin di lalui orang kan. Beda ya

dengan pedagang di kios-kios begitu. Artinya gini, dengan jenis

jualan yang sama, 1 2 3 mungkin kan. Nah itu lah kenapa Blok G

sepi. Yang pertama penyebebnya itu tadi, harga persaingan disini kan

banyak, umumnya apa, grosir kan, ngga eceran kan, beda lah ya.

Kalau kaki lima, otomatis orang bawa motor bisa kan, paling beli apa

sih, ya kan. kalau disitu (Blok G) kan yang pertama apa? Parkir, trus

orang juga mesti ke atas, ya kan. Sebenernya dari Pasar Jaya sudah

berusaha untuk meramaikan Blok G eskalator dan lain sebagainya,

kan banyak tuh. Seperti apa yang saya bilang tadi, banyak yang ngga

bertahan dan ngga kuat.

Peneliti Mengenai kemacetan yang disebabkan PKL itu gimana pendapat

Bapak?

Informan Yang bikin macet itu kan sebenernya kedisiplinan aparat, kalau Pasar

Jaya kan artinya mendirikan sarana dan prasarananya ya kan,

tempatnya. Sekarang yang jadi permasalahan adalah aparat

setempatnya itu continue ngga, seharusnya kan continue. Kan bisa

liat di jalan tadi, ada ngga aparatnya. Harusnya kan

berkesinambungan. Ini kan ngga selamanya ada aparat minggir, ngga

ada aparat pada maju, pedagang kaki lima kan gitu. Seperti halnya

becak jaman dulu sampai di gusur, kenapa becak digusur? Setiap

gang atau perempatan, setiap orang yang turun dari metro mini atau

bus, nampung aja, bikin macet kan. Artinya begini, jangan sampai

berfikir kalau ngga semua pedagang kaki lima itu turun ke jalan, dan

mereka-mereka juga mungkin udah pindah kemana, atau ke kios

yang lain. padahal di Blok G itu murah ya. Tarifnya murah, cuma

buat distribusi dan listrik yang dipakai,

Peneliti Itu kalau dari spacenya itu apa ngga kekecilan pak? Sehingga banyak

pedagang yang mengeluhkan itu?

Informan Mengenai space, ini kan bekas revitalisasi tahun 2004 kalau ngga

salah, itu memang udah ada ukurannya masing-masing, itu kan jenis

Page 110: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

96

konter, dulunya bekas counter semua ya, sekarang ada los, kios juga,

dan ukurannya kecil. Untuk mengatasi biaya tersebut juga sesuai

dengan yang dipakai. Ngga mungkin ibaratnya, sekarang gini

kemampuan pedagang itu kan relatif ya, beda-beda ibaratnya. Kita

pakai 2 set katakanlah 4, distribusinya katakan lah 300ribu, sekarang

tempatnya kecil gitu kan, klasifikasinya kan “C”, beda dengan Blok F

yang klasifikasinya “A”. Disarana Blok G kan beda, mobil juga ngga

masuk. Bedala sama tempat-tempat yang lain. memang juga kita

udah upaya eskalator, tangga-tangga, sampai pintu masuknya kan

juga sudah kita perbaiki. Memang perkembangannya kayak gini,

susah. Ya umumnya gimana sih, penataan pedagang dilihat banyak

sama ngga banyak kan beda, kira-kira orang seneng ngga sih, kan

ngga seneng, beda yaa.

Peneliti Kemudian dari perawatannya itu gimana pak?

Informan Kalau dari maintenance itu kita memang ada, ya itu tadi makanya

pasar Blok G itu sampai saat ini defisit. Kenapa defisit? Ya itu tadi,

kan berapa lantai tuh 1 2 3 4 5, perawatannya besar, kan mahal juga

kan. Sehingga tidak sebanding dengan income yang masuk. Ya

sekarang gini, pendapatan bisa besar karena pedagangnya ada kan,

sekarang kalau pedagangnya ngga ada pendapatan. Semuanya begitu,

ya income dari pedagang ya begitu tadi, kalau pedagangnya banyak,

ya otomatis pendapatan kita juga banyak, dan pasti perawatannya

bagus.

Informan Dulunya Blok G itu terminal. Yang pertama itu jumlah TU Blok 369,

yang baru itu di atas bangunan yang lama. Lantai 3 dan 4 itu

bangunan baru. Sebenarnya prospek margin wilayahnya itu besar.

Karna kalau kita perhatikan Blok G dari segi pemasarannya kan di

lalui kendaraan semua, otomatis kan yang beli itu bisa dari arah slipi,

atas dari arah stasiun, justru kalau ke Blok A kan jauh dan hanya di

lalui 1 jalan.

Peneliti Terkait dengan penertiban, apakah sbelum ditertibkan, para PKL ini

di berikan sosialisasi?

Informan Tentunya ada sosialisasi sebelum relokasi, sebelumnya pedagang

kaki lima tuh di data yang di pinggir jalan, siapa yang punya KTP

(DKI), nanti sama UMKM di data tuh, lalu UMKM ngasi data ke

pasar Jaya, kemudian sarana yang ada berapa? Lalu diselaraskan.

Peneliti Lalu bagaimana realisasinya pak?

Informan Realisasi relokasi pedagang kaki lima itu kalau ngga salah bulan

Juni-Juli 2014, saat itu ramai. Tapi sebelum itu masih ada juga, kan

waktu itu dari pasar jaya juga udah memberikan sesuatu agar

pedagang berminat, memberi hadiah, belanja dapet kupon sekian,

seperti itu waktu itu, memperjuangkan, dan juga dari pihak walikota

jakarta pusat kalau ngga salah setiap hari sabtu atau minggu ada

kegiatan seni, untuk meramaikan, ibaratnya sudah diperjuangkan dari

masing-masing pihak terkait gimana supaya pasar ini bisa rame.

Kalau sekarang mah udah ngga ada, udah susah.

Page 111: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

97

Informan Akhirnya gini, dari pihak pasar jaya melihat struktur bangunan, dan

sudah banyak ditinggal pedagang kan, memang itu ada rencana

rusunawa, jadi dibawahnya pasar, di atasnya rusunawa. Rencananya

tuh ya namun sekarang belum terrealisir. Dan juga memang ada

pembangunan, jadi pasar Blok G pindah ke Bongkaran, yang dekat

parkiran bus itu belakang pasar Blok G, para pedagang akan

dipindahkan karena bangunannya sudah tidak layak.

Peneliti Kemarin itu saya sempat lihat di televisi, katanya ada rencana

pembangunan jembatan penyebrangan dari stasiun Tanah Abang ke

Blok G, itu bagaimana pak?

Informan Terkait JPO itu memang sudah direncanakan seperti itu, sudah ada

planning-planningnya ya, bagaimana meramaikan pasar Blok G.

Informan Alasan pertama itu kan disepanjang jalan itu udah banyak ruko-ruko,

udah berjamur. Kalau kita kan ya itu tadi berkaitan dengan aparat

terkait, berkesinambungan, apakah mereka ada izin-izinnya, kita

ngga tau juga kan, terus pedagang kaki limanya kan banyak banget

kan. Karena pedagang kaki lima begitu di usir dan pas aparatnya

ngga ada balik lagi mereka, yaudah begitu terus. Sekarang gini,

ketika diambil barangnya, terus dia ngambil lagi ke kantornya, ya

kan.

Nama : Eju Warles

Status : Staf UPB Pasar Tanah Abang Blok G

Hari/Tanggal : Senin, 18 September 2017

Waktu/Tempat : Pukul 14.48 WIB / Kantor UPB Pasar Tanah Abang Blok G

Peneliti Bagaimana pendapat bapak terkait pasar Blok G ini jadi sepi?

Informan Pedagang itukan kebanyakan orang padang, sunda, orang jakarta tuh

jarang, orang jakarta tuh jadi peremannya. Begitu aturan relokasi,

yang ditempatkan disini yang ber-KTP DKI, orang padang, orang

sunda punya KTP DKI juga, jadi yang dapet premannya disini.

Peneliti Pedagang pada lari kemana tuh pak?

Informan Itu kan ada gang (jalan Jati Baru X) itu sampai tembus stasiun itu kan

udah toko semua. Tadinya mah ngga ada itu, rumah-rumah biasa.

Informan Yang paling sering kena razia aparat setempat itu yang di pinggir-

pinggir stasiun (pinggir jalan Jati Baru Raya).

Peneliti Nih bisa sampai bisa kosong gini ya pak lantai 3?

Informan Lantai 3 kosong sama sekali, kalau lantai 2 masih ada beberapa

pedagang. Yang bertahan sampai sekarang itu yang bener-bener

pedagang, karena mereka punya langganan, mereka pindah ke Blok

G ternyata masih laku karena ada langganan,

Informan Namun yang mendapatkan undian di lantai 2 dan 3 Pasar Tanah

Page 112: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

98

Abang Blok G, kebanyakan penduduk asli atau orang Jakarta yang

notabennya bukan pedagang asli, sehingga kebanyakan dari mereka

pada beberapa bulan setelah itu mulai kabur atau meninggalkan kios

yang ditempati

Peneliti Bagaimana sih yang terjadi saat relokasi saat itu pak?

Informan Jadi yang mengisi Blok G itu dari undian dinas UMKM, syaratnya itu

KTP DKI, sasarannya sih pedagang jalanan/pedagang kaki lima, tapi

pedagang kaki lima itu kan banyak yang bukan penduduk DKI. Jadi

yang dapet undian di lantai 3 lantai 2 itu kebanyakan penduduk sini

yang bukan pedagang, makanya pada kabur itu. Kalau pedagang mah

ngga bakal kabur.

Nama : Amat Japar, SH

Status : Asisten Manager Seksi Usaha dan Pengambangan UPB Pasar Tanah

Abang (A-G)

Hari/Tanggal : Senin, 02 Oktober 2017

Waktu/Tempat : Pukul 11.13 WIB / Kantor PD Pasar Jaya UPB Pasar Tanah

Abang (A-G)

Peneliti Bagaimana menurut Bapak terkait Blok G yang menjadi sepi?

Informan 2013 PKL dari jalan di relokasi ke Blok G. Di Blok G tidak di pungut

biaya sewa selama 6 bulan, hanya membayar listrik sesuai pemakaian

dan air apabila diperlukan, kan ngga semuanya pakai air. Setelah 6

bulan relokasi, ternyata pedagang sudah tidak betah lagi berdagang di

Blok G. Namun, sebagian pedagang masih ada yang bertahan,

walaupun jumlahnya tidak full.

Informan Di wilayah sekitar Pasar Tanah Abang Blok G, banyak area yang

beralih fungsi. Misal;

1. Di area Blok G banyak rumah tinggal berubah fungsi sebagai

tempat berdagang

2. Warga sekitar kebanyakan mengontrakkan rumah sebagai

tempat untuk berjualan

3. Banyak jalan utama (jalan Jati Baru X) yang masuk ke area

pemukiman menjadi tempat berjualan. Sekarang gang

pertama yang gede disana, yang dibawah jembatan itu.

4. Gang-gang sempit (dari stasiun masuk ke dalam) berubah

menjadi tempat berjualan, sehingga banyak kerawanan. dan

banyak pengunjung yang melewati gang sempit tersebut,

banyak yang kecopetan. Dan melaporkannya kepada anggota

satpam setempat, walaupun akhirnya diarahkan ke kepolisian

setempat.

Page 113: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

99

Peneliti Realisasi dari relokasi saat itu bagaimana pak?

Informan Saat ini untuk pedagang hasil relokasi pada masa pemerintah

daerah/gubernur pak Joko Widodo, untuk saat ini pedagang Blok G

sepi. Karena para pedagang, untuk mempermudah berdagang, maka

para PKL hasil relokasi tersebut banyak yang menyewa rumah/gang

besar/gang sempit ke warga.

Informan Area Bongkaran yang selama ini buat area parkiran truk besar/truk

ekspedisi, beralih fungsi untuk berjualan pedagang Tasik setiap hari

senin dan kamis. Sehingga pengunjung ke Pasar Tanah Abang Blok

G menjadi berkurang.

Peneliti Kalau dari biaya sewa itu bagaimana ya pak? Katanya pasca relokasi,

6 bulan awal itu tidak dipungut biaya sewa, tapi setelah 6 bulan itu

ada biaya.

Informan Terkait biaya sewa, setelah 6 bulan kemudian membayar DPP, tapi

berhubung disana menjadi sangat sepi dan pedagang juga

pengunjungnya sudah berkurang karena banyak rumah warga yang

beralih fungsi, jadi peminat sangat berkurang.

Informan Pedagang yang bertahan itu biasanya memperhitungkan pengeluaran

dan pemasukan saat berdagang di Blok G. Sedangkan pedagang yang

mengontrak di rumah warga mungkin beralasan bahwa bisa dijadikan

tempat tinggal, kemudian bisa sambil usaha disitu.

Nama / Usia : Siti Aisyah / 48 Tahun

Asal Daerah : DKI Jakarta

Pend. Akhir : SMA

Status : Pedagang Pasar Tanah Abang Blok G (Pedagang Pakaian)

Hari/Tanggal : Sabtu, 07 Oktober 2017

Waktu/Tempat : Pukul 12.37 WIB / Lantai 2 Pasar Tanah Abang Blok G

Peneliti Apakah sudah memiliki rumah?

Informan Belum punya rumah (ntontrak), sebenarnya ada, hanya ada kendala

dengan saudara, makanya saya ngalah aja daripada berantem ya kan.

Peneliti Apakah sudah punya anak?

Informan Satu anak.

Peneliti Sudah berapa lama ibu jualan disini?

Informan Dari zaman gubernur Sutiyoso. Sebenernya suami duluan yang

dagang disini tapi di lantai satu. Kalau ini kan untuk yang direlokasi.

Tadinya ini dikontrakin, tapi sekarang udah punya suami, saya hanya

bantuin, kalau soal dagang saya mah hobi.

Peneliti Sebelumnya ibu udah pernah jualan di pinggir jalan atau kawasan

pasar Tanah Abang?

Informan Saya sih tadinya dagang dimana aja, diacara-acara jambore, di gang-

Page 114: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

100

gang Blok F juga pernah. Cuman disini kan kita tetep daftar, dulu kan

di kontrakin. Cuman sekarang kan udah ngga boleh di kontrakin,

karena orangnya udah beda-beda. Ganti gubernur, ganti peraturan

lagi. Nah waktu pak Jokowi jadi gubernur, saya ikut tuh ngambil

yang disini.

Peneliti Lalau kenapa ibu memilih bertahan disini kalau banyak PKL yang

kembali ke jalan?

Informan Kalau di jalan kan bisa di gituin (penertiban) sama satpol PP. Tempat

kita mikir-mikir, ya pasti pitinya (bayarannya), lagian juga kalau

udah ada tempat, tapi kalau ngga ditempatin jadi mubadzir. Ya masih

ingin bertahanlah walau gimanapun juga. Insya Allah kalau rejeki

mah ngga ketuker lah. Alhamdulillah dari sini juga masih ada

rejekinya walau sedikit-sedikit. Kita ngeliat ke bawah, kadang ada

yang engga makan. Kalau difikirin sih pusing, makanya jangan

difikirin.

Peneliti Kalau dari ibu sendiri, apakah ada keinginan untuk kembali ke jalan?

Informan Kalau soal pindah, saya sih ikutin suami. Kalau suami sih pilihannya

engga ya, karena budgetnya minim. Belum lagi anak yang minta

kuliah, makanya saya bingung, kalau saya sih maunya bertahan dulu,

liat nanti gimana gitu ya. Maunya tuh di relokasikan dulu, walaupun

misalnya tadinya 3meter, dibagi jadi 1,5meter yang penting kan dapet

ya. Kalau ini kan 2,8meter. Waktu di jalanan aja nih antara Blok F

dan Blok A, se-meter bisa 20juta, omset aja bisa sampai 8juta, kalau

emang rejeki. Paling dagangannya Cuma gini nih (kaos oblong),

walaupun emang lebih rame, tapi kan tempatnya susah, udah gitu

mahal. Pernah waktu itu nyewa, kita tempatin sehari, besoknya udah

ngga ada. Diambil sama preman, disini kan banyak preman. Maen

dulu-duluan, geng-gengan, beking-bekingan. Cuma kan gini, karena

kita juga ngontrak dan pengeluaran masih banyak, jadi yaa ditahan

aja dulu. Kalau misalnya udah ngga ngontrak, pengeluaran ngga

terlalu banyak, mungkin kita terjun ke bawah.

Peneliti Kalau menurut ibu nih, bagaimana seharusnya blok G ini biar rame?

Informan Kalau menurut saya tuh pintu kereta bukanya disini, biar disini juga

rame, ini malah makin jauh. Kalau misalnya udah dipindahin kesini

masih sepi juga, baru dah tuh. Trus dari angkot juga kalau kita bilang

berenti di Tanah Abang, dituruninnya disana jalan jati baru, aturan

mah turunin aja di sini kek, biar rame juga, lagian muternya juga di

depan sini. Kalau misalnya diturunin disana, orang kan bisa langsung

kemana-mana.

Informan Relokasi nya belum ada, buat apaan kita direlokasi. Kayak pasar

rumput lah, tempatnya ada dulu, baru kita pindah. Kalau dibongkaran

sih sebenernya ngga masalah, tapi kalau bisa mah tempatnya yang

deket stasiun, kan dicoba dulu dong, kan istilahnya disinikan kita

bayar. Kalau di jati baru mah bukannya penuh, tapi tergantung sama

yang punya tanahnya, dia kalau bisa ngerayu, pepet-pepet dikit, ya

pokoknya gimanapun kan kitanya bayar juga. Tapi disini juga

Page 115: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

101

bagaimana, apa lagi disana(Bongkaran). Ya tadi itu, maunya pintu

stasiun dibuka gitu, kalau disana kan nanti orang pada lari kesane,

lari kesono, walaupun katanya kan mau dibangun jembatan kesini.

Peneliti Bagaimana kedekatan ibu dengan pedagang lain, atau apakah ada

saudara disini?

Informan Sodara sih disini banyak, tapi dari suami, ya biasa lah orang padang.

Peneliti Kalau dari keuntungan ibu jualan disini tuh gimana bu?

Informan Keuntungan 500ribu-1juta. Ngga menentu sih. Saya mah disini

nawarin apa aja, orang nanya apa juga saya bilang aja ada, terus abis

itu saya nyari dah ke bawah, kadang ada orang beli berapa kodi gitu,

kan lumayan gitu walaupun buka barang kita kan dapet lah

cipratannya.

Informan Dulu gimana ngga rame waktu jaman pak Jokowi jadi gubernur, jadi

warga dikasi kupon, dikasi kupon setiap warga terus belanja kesini.

Dapet lah omset, kan mau ngga mau tuh kupon harus dibelanjain

karena ada masa berlakunya.

Peneliti Ibu disini pakai berapa tempat? 1 doang? Terus barang dagangan ibu

yang disitu ngga apa-apa tuh bu?

Informan Iya pakai 1 petak doang, selebihnya ya disuruh sama orang pasar

jaya, dari pada kosong melompong, mending kita pake.

Peneliti Terus yang sebelah ibu ini gimana, apa balik kejalan lagi atau

gimana?

Informan Sebenernya ini udah dibayarin sama orang PT, tadinya ada, mungkin

karena bukan pedagang, dan ngeliat disini sepi, makanya ngga

bertahan. Tapi kalau misalnya emang bener pedagang mah sabar.

Orang tuh kalau jiwa dagang tuh harus sabar.

Peneliti Kemudian kalau dari pengeluaran ibu tuh bagaimana bu?

Informan Pengeluaran sekolah anak untuk uang pangkalan SMK aja 12juta,

uang bulanannya 500ribu, terus besok ikut seminar bayar 250ribu,

terus belum ini itu nya, yyaahh kalau dihitung mah gitu. Terus untuk

pembayaran ini ke bank 120ribu, buat bayar listrik 120ribu,

tergantung sih, jadi ngga menentu, ngga ngerti deh, pokoknya ada

yang 125ribu, ada yang 120ribu. Terus hariannya seribu rupiah. Jadi

kira-kira sebulan itu 270ribu.

Informan Makanya sekarang banyak pada lari kebawah karena pemasukan

ngga seimbang dengan pengeluaran,

Informan Kalau sebelah nih yang punya satpol pp beli cash, dulu tapi soalnya

dulu mah bisa beli, kalau kita kan masih nyicil, kalau dia beli

langsung. Kalau sekarang kan udah ngga bisa diperjual-belikan. Kios

kakak saya dijual 50juta , dulu. Sekarang mah ngga boleh.

Peneliti Kalau menurut ibu tuh dengan orang-orang yang pada balik lagi ke

jalan gimana bu?

Informan Tuh kalau lagi ada razia, pada naek dah tuh ke atas. Tapi kalau udah

ngga ada, pada balik lagi dah tuh. Kita sih liatin aja dari atas. Padahal

sih solusinya sudah semua dikerjain sama pak Jokowi biar rame ya,

misalnya kayak pengadaan eskalator. Kalau misalnya yang

Page 116: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

102

dagangnya lengkap, jadi istilahnya orang tuh bakal naek.

Nama / Usia : Nasri / 42 Tahun

Asal Daerah : Padang

Pend. Akhir : SMA

Status : Pedagang Pasar Tanah Abang Blok G (Pedagang Sepatu dan

Sendal)

Hari/Tanggal : Sabtu, 07 Oktober 2017

Waktu/Tempat : Pukul 14.08 WIB / Lantai 1 Pasar Tanah Abang Blok G

Peneliti Sudah berkeluarga dan memiliki anak pak?

Informan 2 anak, yang besar sudah kerja, yang kecil SMK kelas 3.

Peneliti Sudah berapa lama disini pak?

Informan Disini udah 5tahunan lah, kira-kira 2012-2013 lah, kan pindahan dari

bawah.

Peneliti Kalau dari pendapatan bapak disini bagaimana pak?

Informan Sekarang sih kurang banget ya, pengunjung juga sepi, jual-belinya

juga kurang, jauh. Pendapatan juga kurang. Kalau awal mah rame itu

ya, waktu pak Jokowi dulu gitu, kalu sekarang mah kurang. Kalau

omset udah jauh turun.

Peneliti Lalu omset bapak bagaimana sekarang?

Informan Omset itu beda2. Kalau tiap bulan itu ngga bisa dipastiin. Perhari itu

kadang2 500ribu, itu alhamdulillah sih.

Peneliti Dulu tuh ada sosialisasinya ngga sih pak waktu relokasi?

Informan Udah jauh-jauh hari udah dikasi tau. Kita kan waktu dibawah kan

pedagang resmi, binaan walikota. Jadi kita dikasi surat peringatan.

Pas pinggir jalan itu dulu, emang binaan walikota. Sekarang aja

emang sembarang orang.

Informan Sebenarnya kami ini kan udah buat perjanjian, siapa yang nempatin

di atas itu udah ngga boleh turun ke bawah. Jadi kalau misalnya turun

lagi dan ketangkap, yaudah barangnya diambil oleh petugas/disita,

udah perjanjiannya.

Peneliti Lalu kenapa bapak pilih bertahan?

Informan Mau ngga mau mending bertahan, sekarang kalau diuber-uber sama

kamtib (satpol PP) kan dibawah.

Peneliti Biasanya ada jam-jam tertentu ngga sih pak biar bisa dagang dibawah

tuh sepengetahuan bapak?

Informan Biasanya sih jam 3, kalau sabtu tuh bisa dari pagi buat jualan. Tapi

sebenarnya mah udah ngga boleh, PKL udah ngga boleh sama sekali,

Peneliti Kalau dari bapak sendiri, ada keinginan ngga sih kembali ke jalan?

Informan Kalau saya sih udah engga, karena udah umur juga kan udah ngga

Page 117: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

103

memungkinkan untuk dibawah.

Informan Kalau dibawah kan sewa-sewa tempat sama preman gitu kan. Kan

banyak tuh di jalan-jalan. Sebenarnya tuh di jalan-jalan Blok F itu

udah ngga boleh, tapi ya itu, ada aja preman-preman itu atau satpam-

satpam dalamnya lah. Padahal area banyak copet juga, kasian juga

orang udah jauh-jauh malah dicopet, sampai ada yang nangis.

Peneliti Dulu sosialisasinya gimana tuh pak?

Informan Dulu sih bagus sosialisasinya, cicilan ini itunya. Tapi sekarang tuh

udah ngga kuat untuk bertahan di lantai 2 tuh ngga kuat. Waktu baru-

baru doang tuh rame, tau-tau lama-lama sepi, malah jadi ngga ada.

Peneliti Denger-denger nih pak, katanya ini pedagang yang di blok G mau

direlokasi lagi karena ada revitalisasi bangunan, bagaimana menurut

bapak?

Informan Kalau saya sih tempat relokasinya bagus sih ngga apa-apa. Soalnya

ini juga sebenarnya bangunannya ini waktu pemakaiannya udah abis,

ini kan seharusnya hanya 25 tahun, ini saja sudah 35tahun lebih.

Harusnya sudah ditentukan dan di setujui oleh para pedagang. Kalau

untuk di bongkaran itu saya ngga mau, paling sebulan 2 bulan udah

abis itu, ngga dagang lagi. Itu kejahatannya tinggi lho disitu.

Peneliti Bagaimana kedekatan bapak dengan pedagang lain?

Informan Ya baik-baik aja sih, Disini sih masih banyak keluarga juga

Peneliti Kalau dari keinginan bapak tuh gimana sih pak terkait relokasi ini?

Informan Itu yang penting itu, rencana pembangunan jembatan ke sini, di

atasnya penampungan PKL. Tapi belum terrealisasi.

Informan Ya kami sebagai pedagang, penampungan kalau mau dibangun,

penampungan yang baik lah. Kalau untuk di jati baru ngga mungkin

lah, kan udah penuh, lokasi udah ngga ada yang kosong saya liat. Ya

solusinya itu tadi dulu, dibangun jembatan dari stasiun ke sini, bikin

kios di atas. Kalau di pindahin ke sini nih boleh yang jembatan

penyambung samping Blok G. Kalau ngga salah udah hampir kelar

tuh, kalau disitu ngga apa-apa deh. Ntar kalau udah selesai kembali

lagi lah gitu,

Peneliti Bapak disini pakai berapa petak pak? Terus biayanya gimana?

Informan Saya pakai 3 petak, bayar retribusi sekitar 350ribu sebulan. Ngga

sama listrik, kalau listrik sekitar 170 sebulan. Alhamdulillah masih

nutup lah.

Peneliti Eskalator ini kok mati ya pak?

Informan Eskalator juga udah ngga jalan, paling di hidupkan kalau misalnya

ada pejabat dateng lah. Kalau orang biasa begini mana ada. Padahal

dari pembayaran CMS tadi udah masuk pembayaran listrik eskalator.

Sumbangan iya dari pemerintah, tapi pembayaran listrik itu

ditanggung pedagang. Ngga tau tuh, kalau ada orang PD dateng, baru

dinyalain, orang penting dateng, baru dinyalain.

Peneliti Kalau pelayanan dari pihak pengelola itu gimana pak?

Informan Pelayanan dari PD kurang banget. Kalau dulu kan ada “gimana

Page 118: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

104

keadaan pasar”, “apa cara/solusinya” sekarang udah ngga ada. Dulu

ada bazar, tiap sabtu minggu diadain musik, sekarang udah ngga ada.

Sekarang promosinya kurang. Kalau dulu ada diskon-diskon kan ada,

sekarang kurang.

Nama / Usia : Ratna / 40 Tahun

Asal Daerah : Jambi

Pend. Akhir : SMEA

Status : Pedagang Pasar Tanah Abang Blok G (Pedagang Pakaian Batik)

Hari/Tanggal : Senin, 09 Oktober 2017

Waktu/Tempat : Pukul 10.53 WIB / Lantai 2 Pasar Tanah Abang Blok G

Peneliti Sudah berkeluarga dan memiliki anak?

Informan Sudah. 2 anak, yang satu kelas 2 SMP, yang satu lagi kelas 3 SD.

Peneliti Apakah sudah memiliki rumah?

Informan Udah.

Peneliti Sudah berapa lama jualan disini?

Informan Jualan disini sejak relokasi waktu itu, sebelumnya jualan di jalan jati

baru (pinggir jalan). Sudah ada sosialisasi memang sebelumnya, jadi

kita dikasih tau, ada nomor-nomornya gitu. Jadi di undi dari walikota

itu.

Peneliti Terkait dengan relokasi nih bu, bagaimana menurut ibu, apakah

setuju atau tidak?

Informan Saya sih setuju aja di relokasi juga, soalnya tempatnya enak, kan

beda tuh ya sama yang dibawah, kalau dibawah tuh kalau ujan kan

ribet tuh, ngangkat-ngangkat barang.

Peneliti Kalau dari peraturan larangan berjualan di jalan itu gimana bu?

Informan Kalau menurut saya sih bagus ya peraturan tentang larangan jualan di

jalan, biar semua masuk ke sini. Karena disini masih sepi sih Blok G

nya, makanya pada turun lagi ke bawah. Awal-awal rame, tapi

orangnya makin lama makin sepi.

Peneliti Bagaimana kedekatan ibu dengan pedagang lain?

Informan Ya deket sih, ada juga pedagang yang dari bawah, sering ketemu.

Kalau langganan ada. Biasanya kalau udah beli sekali, nantinya balik

lagi. Iya lah beda harga, karena lebih murah. Kalau dibawah kan beda

ya agak mahal, ya selisih dikit sih harganya.

Peneliti Denger-denger nih bu, katanya ini pedagang yang di blok G mau

direlokasi lagi karena ada revitalisasi bangunan, dan akan di relokasi

sementara ke Bongkaran, bagaimana menurut ibu?

Informan Ya kita mah ngikutin aja. Tapi kalau dibongkaran mah jangan. Kan

ngga aman disitu, sepi juga kan. Maunya ke lokasi-lokasi lain gitu ya

ngga apa-apa.

Page 119: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

105

Informan Setuju sih pembangunannya.

Peneliti

Informan Kalau dibawah kan kita ngangkat-ngangkat. Sebelumnya kan kaki

lima yang dipinggir jalan itu, ntar kalau tutup ya diangkat.

Peneliti Pendapatan disini gimana ya bu?

Informan Pendapatan ngga tentu sih, kalau lagi rame ya rame, kalau lagi sepi

ya sepi. Seharipun ngga tentu, kadang ada penglaris, kadang ngga

ada penglaris. Sementara disini biasanya rame sabtu dan minggu.

Kadang 500ribu seminggu ngga apa-apa lah, dari pada nganggur

dirumah.

Informan Pendapatan ya paling gede itu dibawah, kalau sekarang mah

menurun, tapi tempatnya aja enak nih.

Peneliti Ibu disini pakai berapa kios? Dan biayanya berapa bu?

Informan Pakai 2 kios, kan dapet undiannya 1, satu lagi kan masih punya

orang, buat gudang aja. Bayar juga, yang ini 102ribu, kalau belakang

105ribu. Ini suami yang bayarin. Suami mah kerja di tempat lain.

kalau suami kerja disini mah bisa ngga makan.

Peneliti Terus itu ngga apa-apa bu barang dagangan ibu di situ?

Informan Kalau barang-barang itu mah ngga apa-apa, dipajang-pajang aja kan,

ngga ada yang jualan ini, biar keliatan rame juga barangnya.

Peneliti Terus kalau misalnya ada terobosan-terobosan lagi kyak jaman pak

Jokowi jadi Gubernur gimana bu?

Informan Ya ngga apa-apa kalau itu ada lagi, biar menarik pembeli (pengadaan

kupon dari pemerintah, seperti jaman pemerintahan gubernur Joko

Widodo),

Peneliti Lalau apakah pendapatan ibu seimbang dengan pengeluaran?

Informan Ya seimbang sih, karena rumah juga ngga ngontrak. Kalau biaya

sekolah anak sih dari suami, kalau dari sini mah ngga cukup.

Peneliti Kalau dari ibu sendiri, apakah ada keinginan untuk kembali ke jalan?

Informan Ngga ada sih, nanti di gusur lagi sama trantip (satpol PP)

Nama / Usia : Mila / 44 Tahun

Asal Daerah : DKI Jakarta

Pend. Akhir : SMK

Status : Pedagang bahu jalan Jati Baru (Pedagang Pakaian)

Hari/Tanggal : Senin, 09 Oktober 2017

Waktu/Tempat : Pukul 13.28 WIB / Jalan Jati Baru

Peneliti Ibu jualan disini ngga kena gusur atau penertiban bu?

Informan Alhamdulillah sih engga, karena kan kita udah standar, ngikutin

peraturan. Peraturannya sampai batas kuning kebelakang, kalau

Page 120: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

106

kuning kedepan mah kena penertiban.

Peneliti Kalau misalnya keamanan atau penertiban ditingkatkan, atau bahkan

sama sekali ngga boleh jualan disini gimana bu?

Informan Kalau bisa sih jangan, karena kan itu pendapatan harian kita. Saya

kan korban PHK, dulu sempet kerja juga, karena udah di PHK

makanya jadi jualan. Kalau bisa sih jangan, soalnya ntar kita mau

gimana lagi, kalau sekarang kan cari kerja susah. Udah ngelamar-

ngelamar juga kan belum tentu di terima.

Peneliti Kalau di blok G gimana?

Informan Tapi itu mah sepi, harus ada terobosan-terobosan baru, sepanduk atau

apa kek gitu. Jauh kan kalau dibandingin sama Blok A, kalau Blok A

kan banyak fasilitasnya, kayak misalnya AC, lift, ya kayak gitu.

Peneliti Kalau misalnya benar ada terobosan-terobosan baru, apakah ibu mau

ke blok G?

Informan Boleh sih kalau kyak gitu, asalkan menarik konsumen ke kita kan

ngga apa-apa. Itu kan udah ada solusi, cuman kalau kyak gini kan

belum ada solusinya, ya ada sih solusi kyak ATM atau eskalator.

Cuma kan kalau untuk yang lainya masih kurang.

Peneliti Kalau disini, apakah ramai yang beli?

Informan Agak sepi sih, tapi kalau mau lebaran ya lumayan. Cuma kalau abis

lebaran gini mah agak sepi.

Peneliti Lalu gimana, apakah menutupi untuk biaya kehidupan sehari-hari?

Informan Kalau bulan-bulan gini sih cuma cukup buat makan ya. Kalau kita

kan soalnya ngga ngontrak, ya paling cukup buat makan. Tapi kalau

misalnya ngontrak mah ngga bakal cukup.

Peneliti Kalau misalnya mengharuskan ibu ke blok G setelah ada perbaikan,

apa ibu mau?

Informan Ya pengennya sih gitu, emang kalau harus ke Blok G ya ngga apa-

apa, tapi liat kyak misalnya cara cicilnya, pokoknya manusiawi dikit

lah, jangan di samain kayak di Blok A, Blok A kan mahal,

bulanannya kan 60 juta untuk bayar sewanya, kalau begitu mau

untung dari mana, ngga ketutup kalau sama omset, apa lagi kita

dengan modal minim begini, saya begini kan barangnya orang, saya

mah buat dagang sendiri sama modal tempat aja. Jadi kalau misalnya

dibawa sama satpol PP ya kita yang harus tanggung jawab. Ya kalau

memang solusi ke Blok G sih ngga apa-apa, tapi jangan cekik

pedagang juga, bayaran bulanannya mahal atau apa gitu kan. Itu kan

mereka juga banyak saingan kan, belum Blok G, Blok B, Blok A,

Metro.

Peneliti Bagaimana kedekatan ibu dengan pedagang lain, apakah ada

persaingan?

Informan Persaingan biasa, yang penting orangnya aja enak apa engga.

Peneliti Apakah ibu ada pelanggan tersendiri yang sering beli di tempat ibu?

Informan Alhamdulillah ada sih kalau pelanggan mah, ya cuman gitu lah kalau

bukan lebaran mah perlunya ngga banyak, ya paling kalau menjelang

Page 121: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

107

puasa tuh lumayan lah, bisa nyimpen, kalau sekarang mah makan

doang.

Peneliti Udah punya anak bu?

Informan Kalu anak udah ada yang berumah tangga, dan ada yang udah kerja

juga.

Peneliti Kalau suami jualan juga bu?

Informan Ngga sih,, suami ngojek (OJOL), gojek juga udah sepi sih, itu juga

persaingannya ketat.

Peneliti Lalu keinginan ibu tuh kalau di larang disini gimana bu?

Informan Ya kalau misalnya harganya murah sih pengennya ke Blok A.

kayaknya sih kurang strategi atau gimana ya Blok G mah, soalnya

juga udah banyak pengeluaran-pengeluaran di Blok G juga

keliatannya masih sama aja, belum keliatan rame juga. Sebenernya

sih kalau menurut saya Blok G itu bagusnya jadiin terminal, bukan

buat mal. Kan saya ngalamin banget tuh waktu masih SMP, itu

terminal rame banget. Soalnya dia kalau buat pertokoan tuh ngga

cocok. Orang yang di Blok G juga udah pada ngeluh, makanya pada

balik lagi ke jalan. Ngga tau persaingan di Blok A nya tuh ngga

ngerti juga ya, tapi emang sebelum ada Blok A juga udah sepi disitu.

Kan sebelum ada Blok A kan Blok G dulu. Cuman dulu mah ngga

terlalu bagus kayak sekarang, masih biasa-biasa aja.

Informan Kalau bisa sih jangan sampai digusur. Kadang-kadang janjinya suka

meleset, kan waktu itu bilangnya gratis, ngga taunya tetep aja bayar.

Nama / Usia : Iman / 33 Tahun

Asal Daerah : DKI Jakarta

Pend. Akhir : SMP

Status : Pedagang bahu jalan Jati Baru (Pedagang Pakaian)

Hari/Tanggal : Senin, 09 Oktober 2017

Waktu/Tempat : Pukul 15.48 WIB / Jalan Jati Baru

Peneliti Udah punya rumah bang?

Informan Ada, rumah orang tua sih

Peneliti Udah berumah tangga dan memiliki anak?

Informan Anak 1, masih kecil.

Peneliti Pernah direlokasi ke blok G?

Informan Iya pernah dulu, waktu jamannya pak Jokowi jadi Gubernur.

Informan Saya di lantai 2 waktu itu.

Peneliti Lalu kenapa abang balik lagi ke sini bang?

Informan Sepi bang disana. Jarang ada yang beli. Makanya saya ikut yang lain

aja pada balik lagi ke jalan. Ya abis mau gimana lagi, masa mau

dipaksa bertahan disana, mau makan apa nanti.

Peneliti Terus kenapa abang memilih disini?

Page 122: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

108

Informan Kalau disini kan lumayan lah ngga kayak di sana (blok G), setiap hari

pasti ada aja yang laku. Kalau disana kan parah bang, tuh yang lain

aja kan rata-rata yang pernah di blok G juga, tapi pada balik lagi ke

sini. Pemasukan ngga ada, pengeluaran kan terus aja tuh, dari PD lah,

uang kontribusi kios kan, listrik. Padahal dulu kan gratis tuh, tpi ngga

lama. Terus belum lagi buat hidup sehari-hari kan. Untungnya sih

punya rumah, coba ngontrak, duh pusing saya.

Peneliti Kalau misalnya ada penertiban lagi, gimana tuh?

Informan Ya paling kabur-kaburan aja bang kayak yang lain.

Peneliti Terus kenapa sekarang bisa jualan disini bang?

Informan Kalau hari-hari biasa mah paling ada jam-jamnya tuh ngga boleh

ngelewatin garis kuning ini.

Informan Biasa ini mah bang, paling ntar lagi juga udah pada bebas kalau

petugas udah pada bubar. Tuh luat aja, masih pada di dalem garis

kan, ntar juga jam 4an udah pada diluar lagi. Ya paling kalau

misalnya ada petugas, terus ngga diapa-apain, paling ngasi 2ribu aja.

Pada gitu sih.

Peneliti Itu ke semua petugas?

Informan Ya engga semua lah, paling buat 1 atau 2 orang aja. Kalau ngasi ke

semua mah tekor kita.

Peneliti Terus kalau misalnya mengharuskan ke blok G, gimana bang?

Informan Kalau saya sih misalnya blok G masih gitu-gitu aja, saya ngga mau

bang balik lagi kesitu. Mending cari tempat laen dah, yang banya

orang lewat.

Informan Kecuali kalau bener ya emang mau di buka pintu stasiun di deket

blok G, mungkin saya bakal kesana, kalau engga mah ngapain.

Peneliti Kan katanya blok G juga bakal di benerin dan pedagang bakal

direlokasi sementara ke Bongkaran, gimana bang?

Informan Waah engga bang, kalau disana mah (Bongkaran), apa lagi disitu,

mending disini aja dah.

Peneliti Terus menurut abang tuh seharusnya blok G tuh gimana, biar para

PKL mau ke blok G?

Informan Ya kalau bisa mah gitu aja bang, buka pintu stasiun deket situ,

mungkin bakal rame lagi tuh blok G.

Peneliti Kalau berdasarkan aturan nih, abang sebenernya tau ngga sih kalau

disini dilarang dan kenapa dilarang disini?

Informan Iya tau. Dilarang kan karena ini jalan buat yang jalan kaki, tau itu

mah. Ya abis mau gimana lagi bang, ngga ada tempat laen. Ya itu

tadi, paling kalau ada satpol PP mah kabur-kaburan aja. Lagian juga

kan kalau ada satpol PP mah tetep di belakang garis ini nih.

Nama / Usia : Aput / 25 Tahun

Asal Daerah : Jawa Tengah

Page 123: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

109

Pend. Akhir : SMA

Status : Pedagang dalam gang Jati Baru (Pedagang Pakaian)

Hari/Tanggal : Rabu, 08 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 14.06 WIB / Gang menuju Blok A/F Jati Baru

Peneliti Sudah punya rumah bang?

Informan Numpang sama saudara.

Peneliti Udah berkeluarga dan memiliki anak?

Informan Belum

Peneliti Udah berapa lama jualan disini bang?

Informan Udah 7 tahun

Peneliti Disini kena penertiban juga ngga sih bang?

Informan Kalau disini mah ngga dilarang, kalau disini udah termasuk pasar.

Informan Kalau yang dipindah ke blok G kan pedagang kaki lima, kalau disini

mah udah ada pengelolanya. Sistem kontrak kalau disini.

Peneliti Itu sistem kontraknya gimana bang, apakah ada penarikan biaya?

Informan Kalau yang narikin itu biasanya setiap hari senin dan kamis, soalnya

hari itu kan ada pasar tasik. Semacam uang keamanan lah pemuda

kampung belakang, pungutan lah 2.000. kalau buat tempatnya sih

udah sistem kontak. Udah ada pengelolanya masing-masing.

Peneliti Kalau disini itu gimana sih bang, bukannya masuk dalam kategori

pemukiman? Kok ngga kena penertiban?

Informan Biasanya itu yang dipindahin itu pedagang kaki lima yang didepan.

Kalau disini soalnya udah ada yang punya. Misalnya 1 tempat itu, 1

orang punya beberapa toko, kalau yang di atas kan (blok A, B, F dan

G) punya kantor, kalau disini kan punya perorangan. Nantinya

dibelakang juga udah ada yang beli itu mau dijadiin pasar juga.

Informan Kalau disini udah murni pasar, tapi kalau dibelakang sana masih

campur dengan pemukiman.

Peneliti Kalau jualan disini tuh emang selalu rame bang?

Informan Karena berhubung berdekatan dengan stasiun, jadikan orang-orang

yang mau ke pasar Tanah Abang yang dari stasiun kan pasti lewat

sini, yang mau ke Blok A juga kan lewat sini.

Peneliti Kalau menurut abang sendiri blok G itu gimana sih?

Informan Kayaknya kurang peminat dan pembelinya disitu (Blok G) lebih

ramai disini. Dari segi apapun itu, pembeli lebih ke sini. Orang dari

kebiasaan sih lebih sering lewat sini.

Peneliti Kalau dari kedekatan dengan pedagang lain gimana?

Informan Ya deket aja sih, kita kadang juga sering nanya ukuran atau model

pakaian yang diminta yang beli. Itu sih kalau ada.

Peneliti Disini banyak ngga bang pelanggannya?

Informan Kalau pelanggan sih ada aja bang, kadang ada yang beli banyak juga.

Tapi kebanyakan juga orang yang liat-liat dulu sih, kalau cocok ya

dibeli.

Page 124: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

110

Nama / Usia : Ari / 30 Tahun

Asal Daerah : Aceh

Pend. Akhir : SMA

Status : Pedagang di Kios di bahu jalan Jati Baru (Pedagang Pakaian)

Hari/Tanggal : Rabu, 08 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 14.39 WIB / Jalan Jati Baru

Peneliti Udah punya rumah bang disini?

Informan Ngontrak bang.

Peneliti Sudah berkeluarga dan memiliki anak?

Informan Belum berkeluarga. Tuh baru baru ada calonnya. Dalam waktu dekat

sih baru mau nikah.

Peneliti Ini disini ngga kena gusur bang kalau ada penertiban?

Informan Saya sih ngga kena sekarang, tapi biasanya yang depan sini aja yang

kena satpol PP

Informan Kalau disini mah ngga kena, karena ngga ngelewatin garis. kalau

disini udah tetap, karena disini udah ada pengurusnya sih.

Peneliti Yang paling sering kena penertiban itu dimana sih bang?

Informan Paling yang sering kena itu kan disana (samping stasiun Tanah

Abang). Kalau yang bikin macet itu kan disana, karena macetnya kan

macet angkot, bukan macet orang. Kemaren ada yang bilang

macetnya karena pejalan kaki itu ngga jelas itu orangnya, macet kan

gara-gara angkot, bukan pejalan kaki.

Informan Katanya juga kan ini dari ujung jalan sana sampai blok G mau

ditutup. Rencananya jalan ini mau dijadiin tempat untuk pedagang,

dan untuk pejalan kaki juga, tapi tetep pedagang ngga boleh di atas

ini trotoar. Ya dengernya sih baru mulai sabtu besok.

Peneliti Kalau dari pendapatan disini tuh gimana bang?

Informan Ya alhamdulillah sih ada. Kalau hari-hari biasa jangankan ini ya, dari

bulan Juni udah mulai agak sepi. Makanya kalau disini saya “buang

barang” ke depan sana (samping stasiun Tanah Abang). Ya orang

ngambil-ngambil kesini. Mereka yang disana itu rata-rata bukan

pedagang tetap.

Peneliti Kalau disuruh pindah ke blok G gimana bang?

Informan Kalau saya sih ngga mau dipindah kesana (blok G), disini juga orang

jarang belanja, jauh. Banyak orang yang lebih milih disana (samping

stasiun sampai Jati Baru bagian dalam) dari pada disini. Sebenernya

saya juga udah ngga nyanggupin kalau disini. Kalau misalnya disana

kan bisa 2, 3 atau 4 kodi barang bisa laku seminggu. Kalau disini kan

orang engga, cuma lewat doang.

Peneliti Menurut abang, bok G itu gimana sih bang?

Informan Blok G kyaknya mati tuh, bukannya dibuat ngetem angkot aja disitu.

Sebenernya sih itu, biar ngga macet banget. Biasanya tuh kalau sore

sana macet, sini macet. Sebenernya kan angkot doang, ngga ada lagi.

Page 125: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

111

Macet kan sampe ujung itu tuh, dari depan jalan sana sampai ke blok

G macet. Disitu kan Polisi ada, Dishub ada, tapi tetep aja macet.

Informan Blok G bagusnya tuh buat ini aja terminal angkot ini, kan disana

banyak tutup, udah kosong malah.

Informan Kalau mau bagus lagi nih, kalau bisa nih jalan ditutup biar ngga bisa

mobil lewat lagi, atau kalau bisa satu jalur aja jadinya, itu lebih

bagus. Itu sih menurut pandangan saya sehari-sehari.

Peneliti Bagaimana kedekatan abang dengan pedagang lain?

Informan Deket sih, sama pedagang sini, yang disebelah sana juga deket tuh

sama mereka yang sering ngambil barang ke sini.

Nama / Usia : Irwan / 34 Tahun

Asal Daerah : DKI Jakarta

Pend. Akhir : SMP

Status : Pedagang bahu jalan Jati Baru (Pedagang Pakaian)

Hari/Tanggal : Rabu, 08 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 15.23 WIB / Jalan Jati Baru

Peneliti Apakah udah memiliki rumah atau masih ngontrak bang?

Informan Saya sih ngontrak.

Peneliti Sudah berkeluarga dan memiliki anak?

Informan Punya 1, masih kecil

Peneliti Kenapa balik ke sini lagi bang?

Informan Kalau menurut saya sih disini ngga bakal pindah, pedagang kaki lima

ngga bakal pindah. Susah bang disana kalau sepi. Disini baru rame,

kan orang pas banget jalan dari stasiun tuh. Ini aja arah blok F dan

kedalem baru rame. Kalau ke blok G orang muter kan jarang. Kalau

disini kan orang turun dari angkot, dari kereta langsung belanja tuh.

Peneliti Kalau ada penertiban lagi dan disuruh ke blok G lagi gimana bang?

Informan Saya sih udah ngga mau lagi disana. Mau makan apa saya kalau

dagangan ngga laku-laku, emang pemerintah mau ngasi makan,

engga kan. Belum lagi keluarga, apa lagi anak saya tuh yang masih

kecil, nanti kan bakal sekolah, mau nyekolahin gimana. Istri aja

sambil kerja juga. Kadang anak dititipin di rumah orang tua saya.

Peneliti Terus kalau ada penertiban gimana?

Informan Ya kena semua, cuma pada kabur-kaburan, udah biasa begitu mah.

Peneliti Kalau misalnya bener-bener mengharuskan abang ke blok G gimana?

Informan Kalau gratis sih ngga apa-apa. Kalau misalnya bayar mah ngapain.

Informan Lagian juga saya sih cuma ngambil barang, jadi cuma bisa dagang

begini doang, kalau pindah ke blok G mah ngga bisa.

Peneliti Menurut abang bagaimana sih blok G?

Informan Kalau dari tempat sih lumayan bagus lah, walaupun petak-petak kecil

Page 126: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

112

begitu kan, ngga kepanasan juga, tapi ya itu, sepi. Kalau disini mah

walaupun panas juga yang penting mah barang dagangan laku aja

dah.

Peneliti Apa disini banyak pelanggan bang?

Informan Pelanggan mah ngga tentu, saya mah asal banyak orang yang lewat

sini aja, nanti juga ada aja yang beli.

Peneliti Kalau disini abang dengan pedagang lain sering adain kegiatan-

kegiatan atau musyawarah gitu ngga bang?

Informan Ngga ada sih. Ngga tau deh kalau yang lain. saya sih ngga tau.

Peneliti Kan udah ada peraturan nih bang tentang larangan jualan disini,

abang sebenernya tau ngga sih, dan kenapa sampai dilarang?

Informan Ya tau, kalau kayak gitu sih semua udah tau bang, ya kan mereka

ngga asal dateng terus jualan gitu aja. Ya tapi kan mau buka lapak

dimana lagi, di dalem gang sini udah penuh, di Blok G sepi, ya jadi

mau gimana lagi.

Nama / Usia : Yuri / 41 Tahun

Asal Daerah : Padang

Pend. Akhir : SMA

Status : Pedagang bahu jalan Jati Baru (Pedagang Pakaian)

Hari/Tanggal : Rabu, 08 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 15.45 WIB / Jalan Jati Baru

Peneliti Sudah memiliki rumah atau ngontrak?

Informan Ngontrak disini bang.

Peneliti Sudah berkeluarga dan memiliki anak?

Informan Anak ada 2, yang 1 udah kerja, 1 lagi masih SMA

Peneliti Pernah dagang di blok G bang?

Informan Dulu pernah

Peneliti Terus kenapa pindah dari blok G bang?

Informan Ya ngga ada penghasilan disana, ngapain dipertahanin. Sarang judi

tuh di atas bang, maen judi semua orang disitu. Dibawah tuh bang

tempat tukang sayur, daging, ikan kan, di lantai 1 pedagang pakaian

dan campur kan, lantai 2 pakaian juga. Tapi kalau dulu mah lantai 2

dan 3 tempat jab**y. Jadi abis dagang sayur, dagang pakaian, dapat

duit langsung ngejab**y, langsung tobat di lantai atas (terdapat

Masjid).

Informan Itu soalnya lokasinya mati, ngga bisa. Prospek pedagangnya mati,

perhubungan kesana mati.

Peneliti Lalu pendapat abang, seharusnya gimana?

Informan Kalau misalnya pintu stsiun dibuka disitu, kemungkinan besar bisa

hidup lagi tuh blok G, apalagi kalau terminalnya dekat situ. Yang

Page 127: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

113

namanya pasar, kalau begitu tetap aja mati. Apalagi itu kan PD, kalau

PD itu kan pengurusannya ngga bakal bener.

Peneliti Kalau dari pendapatan disana tuh gimana bang waktu itu?

Informan Pendapatan pasti mati bang.

Peneliti Sekarang abang jualan dimana?

Informan Kalau sekarang sih di belakang sini, udah ngga kena.

Informan Semua yang keluar dari blok G pasti alasannya sama bang. Yang

namanya pasar kalau perhubungan mati, pasti akan mati juga. Untuk

apa kita bertahan kalau pasar sepi. Percuma cape tapi ngga ada

hasilnya, yang namanya pedagang kan ngga ada yang mau rugi,

semua pasti mau untung. Jadi ujung-ujungnya pasti balik lagi.

Informan Dimana aja kalau pasar tapi ngga ada pedagang kaki lima tuh pasti

mati, bener. Dimanapun itu, mau dipasar kampung, pasar pagi, pasar

daerah pasti dipenuhi pedagang kaki lima.

Peneliti Kalau disuruh balik lagi kesana gimana bang?

Informan Kan udah dipindah di blok G semua kan, akhirnya kosong kan, balik

lagi. Itu sebenernya kalau perencanaannya dan pelaksanaannya

benerkan pasti rame kan.

Peneliti Kalau misalnya direlokasi ke Bongkaran gimana bang?

Informan Kalau di bongkaran tuh ada kemungkinan rame kalau misalnya

semua dialihkan kesana, tapi kan saya sendiri belum pernah kesana

ya. Tapi kalau hari senin kami tuh ada disana pasar tasik.

Peneliti Abang udah berapa lama sih dagang di Tanah Abang?

Informan Saya udah 14tahun di Tanah Abang, tapi 3tahun ini udah balik

dibawah. Tapi disana masih ada yang bertahan.

Peneliti Kira-kira ngga ada keinginan disana lagi bang?

Informan Engga lah. Sepi disana, rugi 36 juta. Dalam sebulan habis 1 atau 2

potong aja. Rugi total.

Peneliti Terus sekarang gimana?

Informan Kalau sekarang sih udah alhamdulillah, pokoknya ngga kyak di blok

G lah bang

Peneliti Kalau dari pedagang sini tuh sering ada musyawarah ngga sih bang,

atau kegiatan-kegiatan gitu?

Informan Ngga ada, kalau gitu-gituan dari pedagang mah ngga ada, paling dari

warga-warga sini aja kayak remaja-remaja atau preman-premannya,

ngga tau yang diomongin apaan. Ya paling buat keamanan-keamanan

sini atau iuran gitu kali.

Nama / Usia : Awaluddin / 39 Tahun

Asal Daerah : Padang

Pend. Akhir : SMA

Status : Pedagang bahu jalan Jati Baru (Pedagang Pakaian)

Hari/Tanggal : Rabu, 08 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 16.28 WIB / Jalan Jati Baru

Page 128: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

114

Peneliti Udah punya rumah sendiri atau ngontrak?

Informan Ngontrak bang

Peneliti Sudah berkeluarga dan memiliki anak?

Informan Ada 2, masih sekolah dua-duanya.

Peneliti Pernah dagang di blok G?

Informan Pernah waktu itu

Peneliti Lalu kenapa kembali ke sini bang?

Informan Ya mau gimana lagi bang, orang pasarnya aja sepi, gimana mau

untung. Belum pengeluaran ini lah, itu lah, belum lagi anak-anak

masih sekolah.

Informan Itu aja sehari ngga tentu ada yang beli bang, waktu itu pernah 2

sampe 3 hari ngga laku. Banyak yang kayak gitu bang, coba aja

abang tanya yang pernah di blok G, pasti gitu semua jawabannya.

Peneliti Lalu kalau disini gimana bang?

Informan Kalau disini sih lumayan lah walaupun ngga rame-rame banget, tapi

yang penting ada lah, ngga kayak di blok G. Ya biasanya sih bisa

lebih dari 3 kodian lah dalam seminggu.

Informan Sebenernya yang rame tuh pas di gang itu samping stasiun sampe ke

dalam.

Peneliti Kalau misalnya ada penertiban lagi dan disuruh kembali ke blok G

gimana bang?

Informan Kalau saya sih ngga sanggup bang jualan disana. Menurut saya blok

G tuh ngga jalan, walaupun udah di usahain gimana juga, tetep susah

bang. Kalau misalnya pintu stasiun dibuka dekat situ tuh yang

rencananya bakal gitu, mungkin bisa rame. Ini jarak kesana aja

lumayan jauh, orang kan pada males. Akhirnya orang pada milih

masuk gang itu tuh yang samping stasiun, teruus sampe ke blok A

atau F.

Peneliti Terus sekarang gimana, ini ngga kena gusur ya kalau ada penertiban?

Informan Ya sekarang sih saya udah ngga kena gusuran lagi, karna ini juga kan

di dalem. Kecuali yang di pinggir jalan tuh baru kena. Tapi rata-rata

juga mereka kalau di gusur, nanti kalau udah ngga ada satpol PP pada

balik lagi, gitu terus.

Peneliti Bagaimana kedekatan abang dengan pedagang lain?

Informan Ya kalau sama pedagang lain sih deket aja ya, tuh kayak sama bang

Yuri tadi. Kadang nanya barang kalau misalnya disini udah abis, saya

ngambil ke dia. Ya dia juga gitu sebaliknya.

Peneliti Kalau pelanggan gimana bang, apa disini rame?

Informan Kalau pelanggan mah ada aja, ngga tentu juga. Yang penting mah

ada aja yang beli. Ngga kayak di blok G, tadinya kan sebelum saya

dipindahin ke situ (blok G), saya udah ada langganan, eh pas disana

saya malah ngga punya langganan. Udah aja saya balik lagi ke sini.

Page 129: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

115

Nama / Usia : Rahmat / 53 Tahun

Asal Daerah : Padang

Pend. Akhir : SMA

Status : Pedagang Pasar Tanah Abang Blok G (Pedagang Pakaian)

Hari/Tanggal : Jum’at, 08 Desember 2017

Waktu/Tempat : Pukul 14.06 WIB / Pasar Tanah Abang Blok G

Peneliti Apa ada kegiatan musyawarah-musyawarah dari pedagang yang

membahas sesuatu, entah dari pedagang Blok G atau dari pedagang

lain?

Informan Ngga ada, ya bebas-bebas gitu aja. Kalau orang di bawah tuh kan ada

sebagian orang disini, dia punya toko disini, terus merasa sepi, lalu

turun.

Informan Memang pedagang di bawah itu sebagian ya, ngga semuanya. 40 atau

50% ada pedagang blok G ini. Gitu sistimnya. Umpamanya kan ini

sepi nih, di atas tetap buka, terus entar turun. Entar sore nutup, taro

lagi ke sini. Ada yang total, ada yang sebagian buka, ada yang total

tutup khusus buat dibawah aja.

Peneliti Berarti kalau kegiatan-kegiatan seperti musyawarah gitu dari

pedagang ngga ada sama sekali ya pak?

Informan Ngga ada itu. Kalau pedagang paling lebih ke koperasi. Itu yang

resmi yakan. Ya ada lah usaha-usahanya koperasi, gimana

membicarakan dengan PD (Pasar Jaya), gimana kelanjutan pasar ini.

Rencana pasar ini kan mau dibongkar, direnovasi begitu, tapi isu-isu

aja, asal dari PD nya juga belum ada sosialisasi.

Informan Sejak Jokowi Gubernur kan dia tuh yang bikin acara, umpamanya

dibawah sering ada musik, terus kayak persatuan gitu, dikirim

belanja kesini, terus dikasi voucher. Nah itu kan, nanti orang belanja

dikasi voucher, nah itu adanya jaman Jokowi. Itu tahun 2013-14 lah.

Itu rame tu di sini. Ya lagi pula yang dibicarakan itu apaan lagi,

pedagang yang dibawah itu kan sama aja pedagang dari sini, yakan.

Paling ada 10 orang.

Informan Dibawah sebenernya kalau Cuma bikin begitu doang (jualan di

trotoar) ngga ngaruh ke sini. Waktu dulu kan sebelum 2015 dulu kan

itu karena ke tutup jalan, karena seng-seng itu kan, itu kan udah ada

meja, udah ada ini, itu kan karena ada itu kan ngga keliatan ini pasar.

Kalau sekarang-sekarang ini ngga ngaruh, justru malah bikin bagus,

bikin bagusnya gini, kan orang ngga langsung aja ke Blok A, kadang

orang lewat lah depan sini, diliat ada pedagang diatas, datang lah ke

sini. Justru lebih bagus. Cuma jangan sampai jalan ditutup pakai

tenda segala macam. Kalau kayak gitu aja ngga ngaruh. Cuma

kadang pedagang tuh karena kecemburuan sosial aja, orang-orang

dagang dibawah nih, disini sepi, padahal engga juga. Kalau dagang

tuh sekarang tuh emang lagi sepi. Jadi ngga disini aja. Yang namanya

dagang itu turun-naik biasa.

Page 130: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

116

Peneliti Karena mungkin sekarang orang lebih memilih belanja online ya?

Informan Nah itu, itu gede pengaruhnya. Orang semuanya main online aja, itu

dibawah ada yang buka online kan, ngirim barang tiap hari, orang

yang ke pasar ini udah jarang. Jadi bukan karena Blok G sepi,

pedagangnya turun ke kaki lima, itu cuma isu buat orang-orang

politik aja, buat politik dia aja itu mereka. kalau dagang tu ramenya 3

bulan mau puasa, itu dimana aja orang dapat uang, jangankan di Blok

G. Itu kan komoditi politik aja. Jokowi naik nya itu dari sini, dari

Blok G. Salah satu panggungnya Jokowi itu Blok G.

Informan Paling kalau musyawarah-musyawarah gitu paling dari orang-orang

kampung sini aja, kayak buat-buat paguyuban gitu. Misalnya IKJB

(Ikatan Keluarga Jati Baru), itu tujuannya semuanya duit, nanti dia

pakai baju, pake jaket, nanti narik duit ke pedagang, ya itu aja

tujuannya. Imbasnya ke pedagang kan ngga ada. Bikin persatuan-

persatuan gitu, semuanya bodong aja, ngga ada faedahnya. Jadi

gunanya itu musyawarah-musyawarah gitu ngga ada.

Informan Ya paling itu kayak koperasi aja, kalau koperasi kan ada dananya,

resmi juga. Paling kalau ada apa-apa di pedagang kan koperasi yang

ngomong ke PD. Umpamanya gembel-gembel banyak nih dipasar

kita ni, apa solusinya? Ya udah cukup, koperasi aja yang ngomong

nanti ke pihak PD, nanti PD kan yang langsung ke aparat sini. Jadi

bentuk organisasi musyawarah gitu ngga ada artinya. Kalau ada itu

kebentuk kan otomatis ada sumbangan dana dong, nah larinya kan

dari pedagang juga, mau dari mana dananya itu kebentuk, kan

mungkin ngga kalau dari luar. Jadi bukan pedagang sendiri-sendiri

aja bukan, paling ke koperasi aja, KOPAS Blok G namanya.

Informan Jadi cukup lah dengan adanya koperasi aja, umpamanya disini kan

ada 1.000 atau 2.000an lebih pedagang, cukup aja ngomong misalkan

saya nih, misalkan orang-orang penting atau yang lebih lama lah

disini, misalnya ngomong oh ini pasar sampahnya ngga ke urus,

gimana nih? Cukup aja 3-4 orang yang ngomong, nanti pergi ke

koperasi kan, ini gimana nih pak ketua, pasar kita nih ini itu. Kan

langsung disampaikan. Makanya langsung abis kan itu sampah-

sampahnya. Cuman yang musyawarah-musyawarah gitu sengaja

ngga ada, kita selain dari wadah-wadah itu ngga diijinin, karena

efeknya itu tetap ke pedagang. Itu ngga ada untungnya. Kita udah

pengalaman, udah 30 tahun.

Informan Itu 1 stenlis itu yang dipajang itu kan mereka kena 500ribu bayarnya.

Bayar ke jagoannya, ada premannya. Kan ada batas-batasnya. Di

tanah Abang mana ada yang gratis. Katanya kalau dagang di Tanah

Abang, preman dapat duit, Satpol PP dapat duit, ya pasti lah itu dapat

duit, ngapain diributin lagi. Sedangkan orang kencing aja bayar

2ribu, masa cari duit, untung 1juta/2juta ngga bayar atau Cuma bayar

seribu 2ribu aja, ya kan ngga mungkin.

Peneliti Bapak punya kenalan atau teman dibawah pak?

Informan Banyak yang kenal sama saya di luar sana.

Page 131: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

117

Peneliti Kira-kira mereka tuh tau ngga sih kalau dagang disitu sebenarnya

salah atau mengganggu?

Informan Ya pasti lah tau itu, ngga ada yang ngga tau. Padahal mereka itu udah

teriak-teriak perda, jamannya si Ahok itu. Ini melanggar perda, udah

pintar dia. Knapa ngga tau. Cuman ya gitu, masa orang dagang, kita

ngga dagang juga yang depan mata kita, kan gitu. Makanya mereka

turun juga lah, masalah bayar kan tinggal bayar. Itu kan di tangkap-

tangkapin sama si Ahok kan ini, mereka tetap turun lagi aja. Apalagi

sekarang yang ngga terlalu keras. Sekarang kan bebas, ngga boleh

ditangkap, Anis (Gubernur DKI terpilih) kan ngomong gitu, soalnya

kan dia menjaga namanya, exis, yakan gitu. Sekarang kan ngga boleh

nangkap-nangkap, kan di tangkapin tuh sama satpol PP, di geret-

geret, katanya kembalikan fungsi trotoar sebagaimana mestinya.

Kalau sekarang kan beda lagi, ratingnya pencitraan dulu atau gimana

kah itu, misalnya kalau pedagang ditangkapin, apa bedanya dengan

rezim si Ahok kemaren. Nah dia mau beda, boleh dirapihin aja, ada

peraturannya seperti itu. Sedangkan dikerasin aja ngga rapih, apalagi

yang lembek-lembek gitu.

Page 132: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

118

Lampiran Gambar

Gambar peneliti bersama beberapa informan

Sumber: Gambar pribadi dengan Informan

Irwan pada Rabu, 08 November 2017. Lokasi:

Trotoar seberang pintu keluar stasiun Tanah

Abang.

Sumber: Gambar pribadi dengan Informan Siti

Aisyah pada Jum’at, 08 Desember 2017.

Lokasi: Lt.2 Pasar Tanah Abang Blok G.

Sumber: Gambar pribadi dengan Informan

Nasrulloh pada Jum’at, 08 Desember 2017.

Lokasi: Kantor PD Pasar Jaya Blok A-F

Sumber: Gambar pribadi dengan Informan

Rahmat pada Jum’at, 08 Desember 2017.

Lokasi: Lt.2 Pasar Tanah Abang Blok G.

Page 133: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

119

Gambar Denah Lokasi Lt. Dasar Blok G Pasar Tanah Abang

Sumber Gambar: Kantor PD Pasar Jaya Pasar Tanah Abang Blok G pada 18 September 2017

Page 134: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

120

Gambar Denah Lokasi Lt. 1 Blok G Pasar Tanah Abang

Sumber Gambar: Kantor PD Pasar Jaya Pasar Tanah Abang Blok G pada 18 September 2017

Page 135: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

121

Gambar Denah Lokasi Lt. 2 Blok G Pasar Tanah Abang

Sumber Gambar: Kantor PD Pasar Jaya Pasar Tanah Abang Blok G pada 18 September 2017

Page 136: KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI (SOCIO-ECONOMIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43474/1/REZA... · Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

122

Gambar Denah Lokasi Lt. 3 Blok G Pasar Tanah Abang

Sumber Gambar: Kantor PD Pasar Jaya Pasar Tanah Abang Blok G pada 18 September 2017