keratitis

12
Keratitis adalah peradangan pada kornea. Gangguan pada kornea merupakan penyakit yang fatal karena penanganan yang terlambat atau tidak sempurna dapat menyebabkan penurunan penglihatan yang permanen, baik ringan hingga kebutaan. Komplikasi lain dari keratitis adalah timbulnya luka pada kornea (ulkus kornea). Keratitis dapat mengenai seluruh rentang usia, jenis kelamin, dan ras. Jika keterlibatan okular hadir, memeriksa pasien setiap 1 sampai 7 hari, tergantung pada keparahan. Pasien tanpa keterlibatan okular dapat diikuti setiap 1 sampai 4 minggu. Setelah penyembuhan episode akut, periksa pasien setiap 3 sampai 6 bulan (3 jika pada steroid) karena angka kekambuh dapat terjadi dalam waktu bulan sampai tahun kemudian, terutama karena steroi. Penggunaan steroid sistemik masih kontroversial dan membutuhkan kerjasama dengan internis pasien. 14 2.1. Komplikasi Hampir semua pasien akan pulih sempurna dalam beberapa minggu, meskipun ada beberapa yang mengalami komplikasi. Hal ini tidak berhubungan dengan umur dan luasnya ruam, tetapi bergantung pada daya tahan tubuh penderita. Ini akan terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah serangan awal. 7 - Komplikasi mata terjadi pada 50 % kasus. Nyeri terjadi pada 93% dari pasien tersebut, 31% nya masih ada sampai 6 bulan berikutnya. Pengaruh itu semua, terjadi anterior uveitis

Upload: gio-vano-naihonam

Post on 19-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Keratitis

Keratitis adalah peradangan pada kornea. Gangguan pada kornea merupakan penyakit yang fatal

karena penanganan yang terlambat atau tidak sempurna dapat menyebabkan penurunan

penglihatan yang permanen, baik ringan hingga kebutaan.  Komplikasi lain dari keratitis adalah

timbulnya luka pada kornea (ulkus kornea). Keratitis dapat mengenai seluruh rentang usia, jenis

kelamin, dan ras.

Jika keterlibatan okular hadir, memeriksa pasien setiap 1 sampai 7 hari, tergantung pada

keparahan. Pasien tanpa keterlibatan okular dapat diikuti setiap 1 sampai 4 minggu. Setelah

penyembuhan episode akut, periksa pasien setiap 3 sampai 6 bulan (3 jika pada steroid)

karena angka kekambuh dapat terjadi dalam waktu bulan sampai tahun kemudian, terutama

karena steroi. Penggunaan steroid sistemik masih kontroversial dan membutuhkan kerjasama

dengan internis pasien.14

2.1. Komplikasi

Hampir semua pasien akan pulih sempurna dalam beberapa minggu, meskipun ada beberapa

yang mengalami komplikasi. Hal ini tidak berhubungan dengan umur dan luasnya ruam,

tetapi bergantung pada daya tahan tubuh penderita. Ini akan terjadi beberapa bulan atau

beberapa tahun setelah serangan awal.7

- Komplikasi mata terjadi pada 50 % kasus. Nyeri terjadi pada 93% dari pasien tersebut,

31% nya masih ada sampai 6 bulan berikutnya. Pengaruh itu semua, terjadi anterior

uveitis pada 92% dan keratitis 52%. Pada 6 bulan, 28% mengenai mata dengan uveitis

kronik, keratitis, dan ulkus neuropatik.

- Komplikasi mata yang jarang, termasuk optik neuritis, retinitis, dan kelumpuhan nervus

kranial okuler. Ancaman ganguan penglihatan oleh keratitis neuropatik, perforasi,

glaukoma sekunder, posterior skleritis, optik neuritis, dan nekrosis retina akut.

- Komplikasi jangka panjang, bisa berhubungan dengan lemahnya sensasi dari kornea dan

fungsi motor palpebra. Ini beresiko pada ulkus neuropati dan keratopati. Resiko jangka

panjang ini juga terjadi pada pasien yang memiliki riwayat HZO, 6-14% rekuren.

- Infeksi permanen zoster oftalmik bisa termasuk inflamasi okuler kronik dan kehilangan

penglihatan.5

Page 2: Keratitis

Komplikasi yang dapat terjadi, yaitu :

− Myelitis. Merupakan komplikasi di luar mata yang pernah dilaporkan oleh Gordon dan

Tucker, demikian juga encephalitis dan hemiplegi walaupun jarang ditemukan tetapi

pernah dilaporkan. Hal ini diperkirakan karena penjalaran virus ke otak.

− Konjungtiva. Pada mata komplikasi yang dapat timbul adalah kemosis yang ada

hubungannya dengan pembengkakan palpebra. Pada saat ini biasanya disertai dengan

penurunan sensibilitas kornea dan kadang-kadang oedema kornea yang ringan. Dapat

juga timbul vesikel-vesikel di conjunctiva tetapi jarang terjadi ulserasi. Pernah dilaporkan

adanya kanaliculitis yang ada hubungannya dengan zoster.

− Kornea. Bila comea terkena maka akan timbul infiltrat yang berbentuk tidak khas dengan

batas yang tidak tegas , tetapi kadang-kadang infiltratnya dapat menyerupai herpes

simplex. Proses yang terjadi pada dasamya berupa keratitis profunda yang bersifat

khronis dan dapat bertahan beberapa minggu setelah kelainan kulit sembuh. Akibat

kekeruhan kornea yang terjadi maka visus akan menurun.

− Iris. Adanya laesi diujung hidung sangat penting untuk diperhatikan karena kemungkinan

besar iris akan ikut terkena mengingat n. nasociliaris merupakan cabang dari

n.ophthalmicus yang juga menginervasi daerah iris, corpus ciliaze dan cornea.

Iritis/iridocyclitis dapat merupakan penjalaran dari keratitis ataupun berdiri sendiri. Iritis

biasanya ringan,jarang menimbulkan eksudat, pada yang berat kadang-kadang disertai

dengan hypopion atau secundair glaucoma. Akibat dari iritis ini sering timbul sequele

berupa iris atropi yang biasanya sektoral. Pada beberapa kasus dapat disertai massive iris

atropi dengan kerusakan sphincter pupillae.

Sklera. Skleritis merupakan komplikasi yang jarang ditemukan, biasanya merupakan lanjutan

dari iridocyclitis. Pada sclera akan terlihat nodulus dengan injeksi lokal yang dapat timbul

beberapa bulan sesudah sembuhnya laesi

Kornea merupakan suatu bagian mata yang transparan yang ada di depan mata. Fungsi kornea

adalah sebagai “jendela” mata dan merupakan jalannya sinar yang masuk dan akan diteruskan ke

retina, sehingga kornea berperang penting dalam proses penglihatan. Fungsi lain dari kornea

adalah sebagai lapisa pelindung. Kornea yang normal tidak memiliki pembuluh darah sehingga

kornea menjadi transparan.

Page 3: Keratitis

PENYEBAB

Keratitis dapat disebabkan oleh proses infeksi ataupun peradangan steril (tidak ada kuman

infeksi yang menyerang). Infeksi pada kornea dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus

ataupun protozoa (Acanthamoeba sp. atau. Riwayat trauma pada mata juga dapat menyebabkan

keratitis, seperti kemasukan benda asing atau tergores aibat penggunaaan lensa kontak.

Penggunaan obat-obatan secara sembarangan juga dapat menyebabkan keratitis. Terutama obat-

obat golongan penekan sistem imun, seperti kortikosteroid, dan juga obat-obat penghilang rasa

nyeri. Penggunaan obat-obatan diatas harus dengan resep dan pengawasan dokter.

Pasien dengan penyakit sistemik (menyerang seluruh tubuh) yang menurunkan daya tahan tubuh

memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena keratitis. Penyakit tersebut antara lain diabetes

mellitus (penyakit kencing manis), HIV/AIDS, dan keganasan (kanker). Selain itu, kekurangan

vitamin A meningkatkan risiko terjadinya gangguan kornea. Orang yang bekerja sebagai petani

atau di lingkungan pertanian atau perkebunan memiliki risiko lebih besar terkena keratitis jamur.

Hal ini disebabkan karena jamur banyak terdapat di tanah dan tumbuh-tumbuhan.

GEJALA

Keratitis merupakan penyakit mata yang termasuk dalam keadaan mata merah dengan

penglihatan yang menurun. Sesuai dengan golongannya, maka gejala utama dari keratitis adalah

mata yang merah dan disertai dengan penglihatan yang menurun.

Fungsi kornea sebagai jendela mata menyebabkan gangguan pada kornea berakibat pada

penurunan penglihatan. Penglihatan yang menurun merupakan tanda dari suatu penyakit mata

yang serius dan memerlukan penanganan yang tepat. Gejala umum lain yang terjadi pada

keratitis adalah nyeri pada mata, fotofobia, dan mata berair. Nyeri pada keratitis diperberat pada

saat menggerakan kelopak mata, terutama kelopak mata atas. Fotofobia merupakan kondisi mata

yang sensitif pada cahaya, sehingga pasien akan merasa silau saat melihat cahaya.

Page 4: Keratitis

Keratitis yang disebabkan bakteri memiliki gejala yang sama dengan keratitis pada umumnya

(nyeri, sialu, fotofobia, dan penurunan penglihatan), namun pada infeksi bakteri umumnya ada

cairan yang mengandung pus (nanah). Sementara pada keratitis akibat virus, umumnya disertai

gejala penyerta seperti demam dan kelemahan pada tubuh.Pada keratitis jamur, tampak gejala

berupa kekeruhan dengan batas tidak tegas, dan adanya lesi satelit (adanya kekeruhan berukuran

kecil di sekeliling kekeruhan yang besar).

Berdasarkan lapisan yang terkena, keratitis dibagi menjadi keratitis dangkal (superfisial) dan

keratitis yang lebih dalam (profunda). Beberapa bentuk dari keratitis yang dangkal, yaitu:

Keratitis pungtata

Memiliki gambaran penyakit berupa bintik-bintik putih kecil pada permukaan kornea. Umunya

disebabkan oleh infeksi oleh virus, seperti virus herpes simpleks (penyebab penyakit herpes),

virus varisela-zoster (penyebab penyakit herpes zoster).

Pada keratitis herpes simpleks, gejala yang dirasakan oleh penderita sangat bervariasi. Kadang-

kadang tidak dikeluhkan oleh penderita, atau gejala ringan (kelopak mata bengkak dan berair)

sampai gejala yang umum terjadi pada keratitis (nyeri, mata merah, silau, penglihatan menurun).

Pada keratitis herpes simpleks gambaran khas pada kornea adalah bentuk dendritik (seperti

ranting pohon).

Penyakit herpes zoster  umunya menyerang kulit, namun bila mengenai saraf mata (nervus

trigeminus oftalmik) dapat terjadi keratitis herpes zoster. penderita umumnya pernah terkena

cacar air sebelumnya. Gejala yang timbul berupa mata sulit membuka, nyeri, silau, dan berair

yang disertai dengan luka-luka pada kulit disekitar mata. Gejala yang dirasakan hanya pada satu

sisi tubuh (kiri atau kanan).

Keratitis flikten

Keratitis flikten memiliki gambaran berupa adanya benjolan putih yang berada di dekat tepi

kornea. Benjolan yang timbul memiliki diameter 2-3 mm dan berjumlah satu atau lebih.

Penyebab pada keratitis flikten diduga akibat reaksi dari sistem daya tahan tubuh (imunitas).

Page 5: Keratitis

Beberapa penyebab seperti kekurangan gizi, pasien dengan tuberkulosis atau TBC (akibat reaksi

sistem imun, dan tidak pernah ditemukan kuman TBC dalam benjolan tersebut).

Keratitis sika

Merupakan suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh berkurangnya produksi air mata oleh

kelenjar air mata atau air mata yang terlalu cepat menguap.

Keluhan-keluhan yang biasanya dirasakan oleh pasien adalah mata terasa perih, kering, dan

seperti berpasir atau ngeres. Gejala diatas umumnya disebut mata kering (dry-eye syndrome).

Bila mengenai kornea, akan timbul pandangan menurun, nyeri, dan silau.

Keratitis lepra

Keratitis lepra adalah keratitis yang disebabkan oleh gangguan saraf, yang umumnya disebabkan

penyakit lepra atau kusta. Penyakit lepra atau kusta menyerang kornea melalui kerusakan saraf,

gangguan kelenjar air mata sehingga menimbulkan dry-eye syndrome, dan pasien tidak menutup

mata dengan rapat sehingga mata terpapar oleh udara dan benda asing.

Keratitis nummularis

Keratitis nummularis memiliki gambaran berupa adanya bercak putih berbentuk bulat seperti

koin pada permukaan kornea, berjumlah lebih dari satu, dan umumnya banyak ditemukan pada

orang dengan pekerjaan sebagai petani. Penyakit keratitis numularis umumnya mengenai satu

mata.

 

Beberapa jenis keratitis dalam atau profunda adalah:

Keratitis interstisial luetik

Merupakan gejala lanjutan dari penyakit sifilis bawaan sejak lahir (kongenital). Penyakit keratitis

interstisal luetik umumnya terjadi pada anak usia 5-15 tahun. Keratitis ini timbul akibat reaksi

peradangan terhadap bakteri Treponema pallidum.

Page 6: Keratitis

Gejala yang dirasakan pasien berupa sakit, silau, dan penglihatan menurun. Pada kornea, terjadi

kekeruhan kornea seperti kaca susu dengan tepi kornea berwarna kemerahan. Pada pasien

dengan keratitis ini, dapat ditemukan gangguan organ lain berupa gangguan pendengaran, dan

bentuk gigi seri atas yang seperti obeng (Hutchinson’s teeth). Ketiga gejala tersebut dinamakan

trias Hutchinson. Proses radang pada kornea umunya dapat sembuh dengan sendirinya.

Keratitis sklerotikans

Penyakit ini jarang terjadi. Penyebab pasti dari keratitis sklerotikans belum diketahui. Namun

keratitis ini timbul karena adanya peradangan yang berulang dan menahun. Gejala yang

dirasakan merupakan gejala umum keratitis seperti sakit dan fotofobia dengan disertai kekeruhan

kornea (berwarna putih).

PENGOBATAN

Mengingat pentingnya fungsi kornea dan komplikasi keratitis berupa kebutaan, maka pengobatan

tidak boleh dilakukan secara sembarang. Berkonsultasi dengan dokter, menggunakan obat sesuai

indikasi dari dokter, mematuhi pengobatan, dan tidak sembarangan menggunakan obat tetes mata

merupakan cara pengobatan yang efektif untuk keratitis.

Pengobatan keratitis umumnya dapat dilakukan dengan rawat jalan. Pada beberapa kondisi,

pengobatan dilakukan dengan rawat inap di rumah sakit. Kondisi tersebut adalah bila pasien

tidak dapat dan mampu untuk memakai obat. Selain itu, bila mata yang terkena keratitis

merupakan mata satu-satunya (mata yang lain sudah kehilangan penglihatan) maka perawatan di

rumah sakit diperlukan.

Pengobatan pada keratitis ditujukan untuk mengontrol infeksi dan inflamasi/peradangan, dan

mencegah komplikasi yang lebih lanjut.  Semua bentuk faktor risiko dihindari dan dihentikan

seperti pemakaian kontak lens.

Obat antibiotik

Page 7: Keratitis

Penggunaan antibiotik diperlukan untuk keratitis bakterial. Umumnya menggunakan obat

antibiotik tetes mata yang memiliki spektrum luas (dapat mencakup banyak bakteri). Bila gejala

tidak membaik segera berkonsultasi dengan dokter untuk kemungkinan adanya kekebalan bakteri

terhadap obat yang diberikan.

Obat anti virus

Keratitis akibat virus dapat diobati dengan obat antivirus tetes mata, baik yang dikombinasikan

dengan salep mata ataupun tidak. Penggunaan antivirus sistemik diperlukan pada pasien dengan

daya tahn tubuh rendah dan pada kasus keratitis herpes zoster.

Obat anti jamur

Pada keratitis jamur, penyembuhan umumnya berjalan lambat dibandingkan keratitis bakteri.

Pengobatan yang digunakan meliputi anti jamur tetes mata, tetes mata antibiotik (sebagai

pencegahan infeksi bakteri), dan dapat diberikan anti jamur sistemik bila infeksi parah.

Anti peradangan golongan steroid topikal (hanya untuk penggunaan di mata)

Golongan steroid diperlukan untuk menekan peradangan yang dapat merusak mata dan

mengancam penglihatan. Namun, pengunaan obat-obat golongan ini hanya boleh melalui resep

dan pengawasan dokter. Penggunaan yang sembarangan dapat menyebabkan infeksi terutama

virus dan jamur, dan mengganggu penyembuhan bahkan memperparah kerusakan kornea.

Obat pelumpuh otot siliar (otot yang mengatur diameter dari pupil)

Obat tersebut biasa disebut juga dengan obat sikloplegik. Penggunaan obat ini ditujukan untuk

mengurangi rasa nyeri dan mencegah komplikasi sinekia (menempelnya iris pada kornea atau

lensa).

Anti peradangan sistemik (seluruh tubuh)

Biasanya diperlukan untuk penyakit autoimun (penyakit dimana sistem daya tahan tubuh

berbalik menyerang diri sendiri).

Page 8: Keratitis

Salah satu pengobatan yang penting dalam keratitis adalah memfasilitasi penyembuhan jaringan

kornea. Penyembuhan ini sangat penting mengingat fungsi kornea dalam proses penglihatan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan:

Mengurangi paparan terhadap obat-obat toksin (bersifat racun pada kornea) dan yang

mengandung bahan pengawet. Lebih baik menggunakan obat-obatan dari dokter.

Melapisi dengan tetes air mata buatan dan salep mata yang tidak mengandung bahan

pengawet

Berhenti untuk merokok.