keragaman kualitas tanah berdasarkan · pdf file1093 keragaman kualitas tanah... (akhmad...

15
1093 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa) ABSTRAK Lahan rawa di kawasan pesisir memiliki kondisi ekstrem sehingga vegetasi yang tumbuh adalah vegetasi yang dapat beradaptasi terhadap lingkungan tersebut dan memiliki keragaman kualitas tanah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan mengetahui keragaman kualitas tanah pada vegetasi yang berbeda yang didasarkan pada sekumpulan peubah kualitas tanah yang dianalisis statistik secara simultan. Pengukuran dan pengambilan contoh tanah di kawasan pesisir Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat dilakukan pada vegetasi api-api (Avicennia alba), bakau (Rhizophora apiculata), paku laut (Acrostichum aureum), nipah ( Nypa fruticans), kelapa (Cocos nucifera), sagu (Metroxylon sagu), padi (Oryza sativa), rumput, campuran vegetasi mangrove dan tanpa vegetasi (bekas vegetasi mangrove atau tambak), masing-masing pada kedalaman tanah 0–0,25 m dan 0,50–0,75 m. Kualitas tanah yang diukur langsung di lapangan adalah pH F , pH FOX , dan potensial redoks, sedangkan yang dianalisis di laboratorium adalah pH KCl , pH OX , S P , S KCl , S POS , TPA, TAA, TSA, pirit, karbon organik, N-total, PO 4 , Fe, Al, dan tekstur. Analisis kluster dengan metode hirarki atau berjenjang digunakan untuk mengelompokkan vegetasi berdasarkan kualitas tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, di kawasan pesisir Kabupaten Mamuju dijumpai berbagai vegetasi yang tumbuh pada tanah sulfat masam yang diklasifikasikan sebagai Sulfaquent, Hydraquent, dan Sulfihemits untuk kategori Kelompok Besar. Pada kedalaman 0–0,25 m tanah vegetasi api-api, bakau, nipah, rumput, kelapa, dan tanpa vegetasi (Kelompok I) memiliki kesamaan dan tanah vegetasi sagu, campuran, dan padi (Kelompok III) juga memiliki kesamaan akan tetapi kedua kelompok tersebut memiliki ketidaksamaan dan juga ketidaksamaan dengan vegetasi paku laut. Pada kedalaman 0,50–0,75 m tanah vegetasi api-api, bakau, nipah, tanpa vegetasi, sagu, rumput, kelapa, dan campuran memiliki kesamaan tetapi vegetasi tersebut memiliki ketidaksamaan dengan vegetasi paku laut dan padi, sedangkan tanah vegetasi paku dan padi juga memiliki ketidaksamaan atau keragaman. KATA KUNCI: keragaman, tanah, vegetasi, pesisir, Sulawesi Barat PENDAHULUAN Di kawasan pesisir termasuk kawasan pesisir Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat dijumpai lahan rawa. Lahan rawa adalah lahan yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surut laut atau sungai sekitarnya. Dalam kaitannya dengan sumberdaya alam, dikenal istilah lahan yang merupakan suatu lingkungan fisik yang terdiri atas tanah, topografi, hidrologi, vegetasi, dan iklim di mana pada batas- batas tertentu mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan (FAO, 1976 dalam Rayes, 2007). Oleh karena itu, perbedaan kombinasi penyusun lingkungan fisik lahan tersebut akan memberikan karakteristik lahan dan dalam hal ini juga memberikan karakteristik tanah yang berbeda. Karakteristik tanah yang dicirikan oleh kualitas tanah merupakan suatu faktor utama produksi sebab dapat mempengaruhi kualitas air, proses biologi dan rekayasa tambak (Boyd, 1995; Sammut, 1999). Oleh karena itu, faktor kualitas tanah merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya tambak, selain kualitas air, topografi dan elevasi, iklim, serta infrastruktur (Treece, 2000; Salam et al., 2003; Karthik et al., 2005; Mustafa et al., 2007). Faktor pembentuk tanah merupakan faktor yang menentukan dalam pembentukan jenis-jenis tanah. Walaupun faktor pembentuk tanah tersebut sebenarnya banyak, tetapi yang terpenting menurut Jenny (1941) dalam Schaetzl & Anderson (2005), adalah: iklim, organisme, topografi, bahan induk, dan waktu. Yang termasuk faktor organisme dalam pembentukan tanah adalah vegetasi dan hewan, akan tetapi peran vegetasi lebih nyata dibandingkan dengan hewan (Hanafiah, 2005). Dalam hal ini, vegetasi dapat menentukan karateristik tanah yang terbentuk. Sebaliknya, vegetasi yang tumbuh di tanah tertentu dapat mencirikan sifat khas habitat yang merupakan bentuk adaptasi vegetasi terhadap KERAGAMAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN JENIS VEGETASI DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT Akhmad Mustafa, Andi Marsambuana Pirzan, dan Kamariah Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected]

Upload: doanque

Post on 06-Mar-2018

228 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KERAGAMAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN · PDF file1093 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa) ABSTRAK Lahan rawa di ... Analisis kluster dengan metode hirarki atau berjenjang digunakan

1093 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa)

ABSTRAK

Lahan rawa di kawasan pesisir memiliki kondisi ekstrem sehingga vegetasi yang tumbuh adalah vegetasiyang dapat beradaptasi terhadap lingkungan tersebut dan memiliki keragaman kualitas tanah. Oleh karenaitu, dilakukan penelitian yang bertujuan mengetahui keragaman kualitas tanah pada vegetasi yang berbedayang didasarkan pada sekumpulan peubah kualitas tanah yang dianalisis statistik secara simultan. Pengukurandan pengambilan contoh tanah di kawasan pesisir Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat dilakukanpada vegetasi api-api (Avicennia alba), bakau (Rhizophora apiculata), paku laut (Acrostichum aureum), nipah(Nypa fruticans), kelapa (Cocos nucifera), sagu (Metroxylon sagu), padi (Oryza sativa), rumput, campuran vegetasimangrove dan tanpa vegetasi (bekas vegetasi mangrove atau tambak), masing-masing pada kedalamantanah 0–0,25 m dan 0,50–0,75 m. Kualitas tanah yang diukur langsung di lapangan adalah pHF, pHFOX, danpotensial redoks, sedangkan yang dianalisis di laboratorium adalah pHKCl, pHOX, SP, SKCl, SPOS, TPA, TAA, TSA,pirit, karbon organik, N-total, PO4, Fe, Al, dan tekstur. Analisis kluster dengan metode hirarki atau berjenjangdigunakan untuk mengelompokkan vegetasi berdasarkan kualitas tanah. Hasil penelitian menunjukkanbahwa, di kawasan pesisir Kabupaten Mamuju dijumpai berbagai vegetasi yang tumbuh pada tanah sulfatmasam yang diklasifikasikan sebagai Sulfaquent, Hydraquent, dan Sulfihemits untuk kategori KelompokBesar. Pada kedalaman 0–0,25 m tanah vegetasi api-api, bakau, nipah, rumput, kelapa, dan tanpa vegetasi(Kelompok I) memiliki kesamaan dan tanah vegetasi sagu, campuran, dan padi (Kelompok III) juga memilikikesamaan akan tetapi kedua kelompok tersebut memiliki ketidaksamaan dan juga ketidaksamaan denganvegetasi paku laut. Pada kedalaman 0,50–0,75 m tanah vegetasi api-api, bakau, nipah, tanpa vegetasi, sagu,rumput, kelapa, dan campuran memiliki kesamaan tetapi vegetasi tersebut memiliki ketidaksamaan denganvegetasi paku laut dan padi, sedangkan tanah vegetasi paku dan padi juga memiliki ketidaksamaan ataukeragaman.

KATA KUNCI: keragaman, tanah, vegetasi, pesisir, Sulawesi Barat

PENDAHULUAN

Di kawasan pesisir termasuk kawasan pesisir Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat dijumpailahan rawa. Lahan rawa adalah lahan yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surut laut atau sungaisekitarnya. Dalam kaitannya dengan sumberdaya alam, dikenal istilah lahan yang merupakan suatulingkungan fisik yang terdiri atas tanah, topografi, hidrologi, vegetasi, dan iklim di mana pada batas-batas tertentu mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan (FAO, 1976 dalam Rayes, 2007). Olehkarena itu, perbedaan kombinasi penyusun lingkungan fisik lahan tersebut akan memberikankarakteristik lahan dan dalam hal ini juga memberikan karakteristik tanah yang berbeda.

Karakteristik tanah yang dicirikan oleh kualitas tanah merupakan suatu faktor utama produksisebab dapat mempengaruhi kualitas air, proses biologi dan rekayasa tambak (Boyd, 1995; Sammut,1999). Oleh karena itu, faktor kualitas tanah merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam evaluasikesesuaian lahan untuk budidaya tambak, selain kualitas air, topografi dan elevasi, iklim, sertainfrastruktur (Treece, 2000; Salam et al., 2003; Karthik et al., 2005; Mustafa et al., 2007).

Faktor pembentuk tanah merupakan faktor yang menentukan dalam pembentukan jenis-jenistanah. Walaupun faktor pembentuk tanah tersebut sebenarnya banyak, tetapi yang terpenting menurutJenny (1941) dalam Schaetzl & Anderson (2005), adalah: iklim, organisme, topografi, bahan induk,dan waktu. Yang termasuk faktor organisme dalam pembentukan tanah adalah vegetasi dan hewan,akan tetapi peran vegetasi lebih nyata dibandingkan dengan hewan (Hanafiah, 2005). Dalam hal ini,vegetasi dapat menentukan karateristik tanah yang terbentuk. Sebaliknya, vegetasi yang tumbuh ditanah tertentu dapat mencirikan sifat khas habitat yang merupakan bentuk adaptasi vegetasi terhadap

KERAGAMAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN JENIS VEGETASIDI KAWASAN PESISIR KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT

Akhmad Mustafa, Andi Marsambuana Pirzan, dan Kamariah

Balai Riset Perikanan Budidaya Air PayauJl. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros 90512, Sulawesi Selatan

E-mail: [email protected]

Page 2: KERAGAMAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN · PDF file1093 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa) ABSTRAK Lahan rawa di ... Analisis kluster dengan metode hirarki atau berjenjang digunakan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 1094

habitat atau pengaruh habitat terhadap vegetasi. Hubungan antara vegetasi dan jenis tanah di daerahtropika seperti Indonesia umumnya kurang jelas, kecuali di tempat-tempat tertentu seperti di kawasanpesisir (Hardjowigeno, 2003).

Tanah di bawah tegakan hutan mangrove atau kawasan pesisir secara umum tergolong kondisiyang ekstrem dalam hal salinitas, status oksidasi, tingkat kemasaman, ketersediaan nutrien, ukuranpartikel tanah dan kestabilan tanah, serta pengaruh pasang surut. Oleh karena itu, hanya sedikitjenis vegetasi yang dapat bertahan hidup dan bersifat khas dan tentunya merupakan vegetasi yangtelah melewati proses adaptasi dan evolusi pada kondisi tersebut. Wilayah lahan rawa dapat dibagiatas 5 kawasan yaitu: 1) tepian sungai yang dirajai oleh asosiasi pedada atau perapat (Sonneratia sp.)dan api-api (Avicennia sp.), 2) pesisir pantai yang ditempati bakau (Rhizophora sp.), 3) kubah gambutdihuni oleh ramin (Gonystylus bancamus), meranti (Shorea albida), tarantang (Campriosperma auricurata),pulai (Alastonia sp.) dan lainnya, 4) pinggir sungai yang bersifat payau ditempati oleh nipah (Nypafruticans), dan 5) kawasan yang telah dibuka yang kebanyakan kemudian ditinggalkan dan ditumbuhivegetasi galam (Melalaeuca leucadendrom) (Noor, 2004). Kajian karakteristik tanah pada vegetasi man-grove tertentu telah banyak dilakukan sebelumnya. Kajian lebih lanjut pada jenis vegetasi yanglebih banyak dan selanjutnya peubah kualitas tanah dianalisis secara simultan masih sangat sedikitinformasinya sehingga perlu dilakukan. Walaupun terjadi keragaman kualitas tanah di kawasan pesisir,tetapi belum ada informasi mengenai kesamaan atau kemiripan atau kedekatan kualitas tanah padaberbagai vegetasi di kawasan tersebut. Oleh karena itu, dilakukan penelitian di kawasan pesisirKabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat untuk mengetahui keragaman atau ketidaksamaan kualitastanah pada vegetasi yang berbeda dengan mengetahui kesamaan tanah yang didasarkan padasekumpulan peubah kualitas tanah yang dianalisis statistik secara simultan. Hasil penelitian inidiharapkan pula dapat digunakan untuk memprediksi kualitas tanah pada berbagai jenis vegetasi dikawasan pesisir untuk budidaya tambak.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di kawasan pesisir Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Hasilklasifikasi tidak terbimbing dari Citra Landsat-7 ETM+ akuisisi 20 Juni 2004 serta 6 Januari, 3 Maret,dan 6 Oktober 2005 telah digunakan sebagai petunjuk awal dalam penentuan lokasi pengamatan.Penentuan lokasi pengamatan lanjutan dilakukan secara bertujuan (purposive) yaitu dengan memilihkawasan vegetasi mangrove tertentu, sedangkan penentuan titik-titik pengukuran dan pengambilancontoh tanah dalam vegetasi yang sama dilakukan secara acak (random).

Pengukuran dan pengambilan contoh tanah dilakukan di bawah tegakan dari vegetasi: api-api(Avicennia alba), bakau (Rhizophora apiculata), paku laut (Acrostichum aureum), nipah (Nypa fruticans),kelapa (Cocos nucifera), sagu (Metroxylon sagu), padi (Oryza sativa), rumput, campuran vegetasi man-grove dan tanpa vegetasi (bekas vegetasi mangrove atau tambak) (Gambar 1). Identifikasi danklasifikasi vegetasi mangrove ditentukan berdasarkan petunjuk Blasco (1984), Chapman (1984) danCintrõn & Novelli (1984). Pengukuran dan pengambilan contoh tanah dilakukan pada tiga kawasanuntuk setiap jenis vegetasi. Contoh tanah diambil dengan menggunakan bor tanah pada permukaantanah (0–0,25 m) dan kedalaman tanah 0,50–0,75 m. Contoh tanah diambil pada tiga lokasipengambilan untuk jenis vegetasi yang sama dan pada satu lokasi vegetasi diambil tanah pada tigatitik dan selanjutnya contoh tanah tersebut dikomposit. Lokasi pengukuran dan pengambilan contohtanah ditentukan posisinya dengan Global Positioning System (GPS) dan disajikan pada Gambar 1dengan menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 akuisisi 28 Juli 2009.

Kualitas tanah yang diukur secara in situ adalah pHF (pH tanah yang diukur langsung di lapangan)dengan pH-meter (Ahern et al., 2004), pHFOX (pH tanah yang diukur di lapangan setelah dioksidasidengan hidrogen peroksida 30%) dengan pH-meter (Ahern et al., 2004) dan potensial redoks diukurdengan redox-meter. Untuk analisis peubah kualitas tanah lainnya, maka contoh tanah yang adadalam kantong plastik dimasukkan dalam cool box yang berisi es sesuai petunjuk Ahern et al. (2004).Sebelumnya, sisa tumbuhan segar, kerikil, dan kotoran lainnya dibuang dan bongkahan besar dikecilkandengan tangan. Karena seluruh contoh tanah adalah tanah sulfat masam, maka contoh tanah di-ovenpada suhu 80°C–85°C selama 48 jam (Ahern et al., 2004). Setelah kering, contoh tanah dihaluskan

Page 3: KERAGAMAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN · PDF file1093 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa) ABSTRAK Lahan rawa di ... Analisis kluster dengan metode hirarki atau berjenjang digunakan

1095 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa)

dengan cara ditumbuk pada lumpang porselin dan diayak dengan ayakan ukuran lubang 2 mm danselanjutnya dianalisis di Laboratorium Tanah Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros. Kualitastanah yang dianalisis di laboratorium meliputi pHKCl (pH dari ekstrak KCl) (McElnea & Ahern, 2004a),pHOX (McElnea & Ahern, 2004b), SP (sulfur peroksida) (Melville, 1993; McElnea & Ahern, 2004c), SKCl

(sulfur yang diekstrak dengan KCl) (Melville, 1993; McElnea & Ahern, 2004d), SPOS (SP-SKCl) (Ahern &McElnea, 2004), TPA (Titratable Peroxide Acidity atau sebelumnya dikenal dengan Total Potential Acid-ity) (McElnea & Ahern, 2004b), TAA (Titratable Actual Acidity atau sebelumnya dikenal dengan TotalActual Acidity) (McElnea & Ahern, 2004a), TSA (Titratable Sulfidic Acidity atau sebelumnya dikenaldengan Total Sulfidic Acidity) (TPA–TAA) (McElnea & Ahern, 2004b), pirit (Ahern et al., 1998a; 1998b),karbon organik dengan metode Walkley & Black (Sulaeman et al., 2005), N-total dengan metodeKjedhal (Sulaeman et al., 2005), PO4 dengan metode Bray 1 (Sulaeman et al., 2005), Fe denganspektrofotometer (Menon, 1973), Al dengan spektrofotometer (Menon, 1973) dan tekstur denganmetode hidrometer (Abdurachman et al., 2006).

Nilai-nilai kuantitatif peubah kualitas tanah dari setiap jenis vegetasi pada kedalaman yang samaditampilkan dalam bentuk rata-rata±standar deviasi. Korelasi Pearson (Pearson Correlation) digunakanuntuk mengetahui kesamaan antar peubah. Peubah-peubah yang memiliki kesamaan dipilih satu diantaranya untuk analisis lebih lanjut, di mana peubah yang terpilih adalah peubah yang lebih mudahdiukur. Ukuran ketidaksamaan atau keragaman antar vegetasi ditentukan dengan Jarak Kuadrat Eu-clidean (Squared Euclidean Distance). Dalam Analisis Kelompok atau Analisis Kluster (Cluster Analysis)

Gambar 1. Tititk pengukuran dan pengambilan contoh tanah di kawasanpesisisr Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Selatan

Page 4: KERAGAMAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN · PDF file1093 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa) ABSTRAK Lahan rawa di ... Analisis kluster dengan metode hirarki atau berjenjang digunakan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 1096

dipilih Metode Hirarki atau Berjenjang (Hierarchical Clustering Method). Penentuan jarak antar kelompokmenggunakan Metode Pautan Rata-rata (Average Lingkage Method atau Between Groups). Hasilpengelompokan tersebut digambarkan dengan diagram pohon atau dendrogram. Seluruh datadianalisis dengan bantuan Program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 15,0 (SPSS,2006; Coakes et al., 2008).

HASIL DAN BAHASAN

Vegetasi yang dijumpai tumbuh di kawasan pesisir Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Baratcukup banyak, di antaranya seperti terlihat pada Tabel 1. Di bawah tegakan vegetasi tersebut dilakukanpengukuran dan pengambilan contoh tanah dan sisanya dilakukan pada tanah yang ditumbuhi rumput,campuran vegetasi mangrove dan tambak atau tanpa vegetasi. Berdasarkan salinitasnya, maka vegetasitersebut tergolong dapat menempati salinitas air laut, air payau, dan air tawar. Api-api dan bakauadalah vegetasi yang selalu menempati kawasan yang memiliki salinitas air laut, sedangkan nipahadalah vegetasi yang menempati kawasan salinitas air payau. Paku laut tergolong vegetasi man-grove, tetapi tidak terikat pada kawasan yang bersalinitas air laut. Paku laut tergolong flora man-grove minor, yakni flora mangrove yang tidak mampu membentuk tegakan murni, sehingga secaramorfologis tidak berperan dominan dalam struktur komunitas hutan mangrove (Tomlinson, 1986dalam Hogart, 2007). Sedangkan vegetasi lainnya yaitu: kelapa, sagu, dan padi adalah vegetasi padalahan yang bersalinitas air payau dan atau air tawar. Namun demikian, kelapa juga sering didapatkantumbuh di daerah pantai.

Jenis rumput yang dominan tumbuh di lahan rawa kawasan pesisir Kabupaten Mamuju adalahteki (Cyperus rotundus). Pada vegetasi campuran didominasi oleh Ceriops tagal, Hibiscus tiliaceus, sagu,dan kelapa. Untuk tanpa vegetasi atau tambak, berdasarkan informasi dari para pemilik tambak dansisa tanaman yang ada dalam tambak menunjukkan bahwa tambak sebelumnya adalah bekas vegetasiRhizophora sp., Bruguiera sp., dan Sonneratia sp. serta Nypa fruticans.

Berdasarkan pada taksonomi tanah (Soil Survey Staff, 2001), tanah di kawasan pesisir KabupatenMamuju diklasifikasikan sebagai Sulfaquent, Hydraquent dan Sulfihemits untuk kategori KelompokBesar (Great Groups). Sulfaquent dicirikan dengan Aquents yang mempunyai bahan sulfidik atau pirit

Famili Genus Spesies

Arecaceae Metroxylon Metroxylon saguAvicenniaceae Avicennia Avicennia marina

Avicennia albaCyperaceae Cyperus Cyperus rotundusMalvaceae Hibiscus Hibiscus tiliaceusPalmaceae Cocos Cocos nucifera

Nypa Nypa fruticans Poaceae Oryza Oryza sativa

Polypodiaceae Acrostichum Acrostichum aureumRhizophoraceae Rhizophora Rhizophora apiculata

Rhozophora mucronata Bruguiera Bruguiera gymnorrhiza

Bruguiera parviflora Ceriops Ceriops tagal

Sonneratiaceae Sonneratia Sonneratia acidaSonneratia alba

Tabel 1. Famili dan genus vegetasi yang diuji kualitastanahnya di kawasan pesisir Kabupaten MamujuProvinsi Sulawesi Barat

Page 5: KERAGAMAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN · PDF file1093 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa) ABSTRAK Lahan rawa di ... Analisis kluster dengan metode hirarki atau berjenjang digunakan

1097 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa)

sampai 0,5 m dari permukaan tanah dan termasuk tanah sulfat masam potensial. Hydraquent dicirikandengan Hydraquent dengan kedalaman 1,0 m dari permukaan tanah yang mempunyai bahan sulfidikatau lapisan sulfirik pada kedalaman 0–0,15 m atau lebih dan selain itu mempunyai pH 3,5–4,0.Dalam kategori Kelompok Inti (Ordo), Sulfaquent dan Hydraquent dimasukkan dalam Entisol ataupada sistem Klasifikasi Tanah dari Pusat Penelitian Tanah dimasukkan dalam tanah Aluvial. Tanahsulfat masam tidak hanya didapatkan dalam tanah mineral, tetapi juga dalam tanah organik, termasuktanah sulfat masam di Kabupaten Mamuju yang diklasifikasi sebagai Sulfihemits. Sulfihemits dicirikandengan keberadaan bahan sulfidik sampai 1,0 m dari permukaan yang tidak teroksidasi dan tidakmempunyai horizon sulfurik pada kedalaman 0,5 m dari permukaan tanah serta juga digolongkansebagai tanah sulfat masam potensial. Dalam kategori Kelompok Inti, Sulfihemits adalah Histosolatau pada sistem klasifikasi tanah dari Pusat Penelitian Tanah dimasukkan dalam Organosol.

Oleh karena tanah di kawasan pesisir Kabupaten Mamuju umumnya tergolong tanah sulfat masam,maka peubah kualitas tanah yang diuji sebagai pensifat dari vegetasi adalah peubah kualitas tanahuntuk tanah sulfat masam. Ada 22 peubah kualitas tanah yang dianalisis seperti terlihat pada Tabel2 dan 3. Hasil analisis Korelasi Pearson menunjukkan bahwa banyak di antara peubah kualitas tanahyang memiiki kesamaan (Lampiran 1), sehingga hanya 14 peubah kualitas tanah yaitu: potensialredoks, pHF, pHFOX, pHOX, SPOS, TSA, pirit, Fe, Al, PO4, N-total, pasir, liat, dan debu yang dianalisis lebihlanjut.

Potensial redoks tanah menunjukkan status tanah yang teroksidasi atau tereduksi. Potensial redoksadalah hasil pengukuran kuantitatif untuk menginformasikan suatu indeks diagnostik dari tingkatanaerobik tanah (Patrick & Delaune, 1977). Potensial redoks adalah salah satu peubah penting dalammengontrol persistensi berbagai senyawa organik dan anorganik tanah (Vorenhout et al., 2004; Zhanget al., 2009). Potensial redoks tanah pada semua vegetasi baik pada kedalaman 0–0,25 m maupun0,50–0,75 m bernilai negatif yang menunjukkan bahwa kondisi tanah pada saat pengukuran dalamkeadaan tereduksi. pHF adalah pH tanah yang diukur langsung di lapangan dalam kondisi tanahbasah atau segar. pHF dapat digunakan untuk indikator secara cepat keberadaan dan kepelikantanah sulfat masam aktual. pHF tanah pada semua jenis vegetasi mangrove lebih besar dari 5,5.pHFOX yaitu pH yang diukur di lapangan setelah tanah diberikan hidrogen peroksida (H2O2) 30%.Pemberian H2O2 30% dalam pengukuran pHFOX dimaksudkan agar potensi kemasaman yang ada dalamtanah dapat teroksidasi semuanya secara paksa. Sebagai akibatnya pHFOX yang terukur menjadi lebihrendah daripada hasil pengukuran pHF pada semua kedalaman tanah. Salinitas dan alkalinitas yangtinggi tidak dapat menetralisir potensial kemasaman sehingga pHFOX tetap menjadi rendah. pHFOX

yang tinggi (> 3,0) dijumpai pada vegetasi paku laut, padi, dan campuran. pHOX (pH denganpengekstrak 1 N KCl yang selanjutnya dioksidasi dengan hidrogen peroksida) dijumpai lebih tinggi(> 2,0) pada tanah vegetasi paku laut, sagu, padi, campuran, dan tanpa vegetasi.

Pada tanah sulfat masam yang dicirikan dengan kandungan pirit, maka salah satu sumberkemasamannya adalah sulfur. Pirit yang teroksidasi akan menghasilkan asam sulfat dan ferrosulfatyang apabila bereaksi dengan air melepaskan ferrisulfat yang selanjutnya apabila teroksidasi kembaliakan menghasilkan asam sulfat. Hasil analisis sulfur (SPOS) menunjukkan bahwa kandungan sulfurterendah dijumpai pada tanah vegetasi paku laut, kelapa, sagu, padi, dan campuran pada kedalaman0–0,25 m dan pada vegetasi paku laut, kelapa, sagu, dan padi pada kedalaman 0,50–0,75 m. Sebagaisumber kemasaman yang penting pada tanah sulfat masam, maka sulfur yang diukur dalam bentukSPOS tanah telah digunakan oleh Ahern et al. (1998b) untuk menentukan kebutuhan kapur bagi tanahsulfat masam. Hasil pengukuran peubah lain yang menggambarkan kemasaman tanah yaitu TSAmenunjukkan bahwa TSA yang rendah dijumpai pada tanah vegetasi sagu, padi, dan campuran, baikpada kedalaman 0–0,25 m maupun 0,50–0,75 m. Namun TSA pada kedalaman 0–0,25 m lebihrendah daripada kedalaman 0,50–0,75 m pada vegetasi yang sama.

Pirit adalah ciri utama dari tanah sulfat masam. Kandungan pirit yang rendah (< 1,0%) dijumpaipada tanah vegetasi sagu, padi, dan campuran pada kedalaman 0–0,25 m dan kandungan pirit yang< 2,0% dijumpai pada vegetasi sagu, padi, rumput, dan campuran. Terlihat juga bahwa kandunganpirit pada kedalaman 0,5–0,75 m lebih tinggi daripada kedalaman 0–0,25 m pada vegetasi yangsama.

Page 6: KERAGAMAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN · PDF file1093 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa) ABSTRAK Lahan rawa di ... Analisis kluster dengan metode hirarki atau berjenjang digunakan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 1098

Api-a

pi*

Baka

u*Pa

ku la

ut*

Nip

ah*

Kela

paSa

guPa

diRu

mpu

tCa

mpu

ran

Pote

nsia

l red

oks

(mV)

-126

±48

,2-9

4±38

,4-9

7±39

,9-1

15±

85,7

-232

±10

1,1

-258

±73

,5-3

12±

48,1

-133

±83

,2-2

62±

72,1

pHF

5,62

±0,

524

6,52

±0,

387

6,12

±0,

280

6,14

±0,

118

6,13

±0,

556

5,92

±0,

014

6,49

±0,

042

6,11

±0,

122

6,10

±0,

191

pHFO

X0,

89±

0,52

50,

64±

0,13

23,

08±

0,60

50,

85±

0,53

31,

77±

1,21

42,

62±

1,85

75,

89±

0,09

21,

45±

1,31

33,

22±

1,89

5pH

F- p

HFO

X4,

73±

0,88

15,

88±

0,32

33,

04±

0,81

65,

29±

0,57

54,

36±

2,75

73,

30±

2,84

30,

61±

0,13

44,

66±

2,24

72,

88±

1,08

6pH

KCl

5,12

±1,

071

4,96

±0,

772

6,61

±0,

437

5,38

±1,

485

6,25

±0,

859

7,00

±0,

530

6,72

±0,

014

5,66

±0,

195

6,74

±0,

177

pHO

X1,

52±

0,19

11,

71±

0,86

02,

22±

1,24

11,

98±

0,24

51,

82±

0,77

72,

43±

0,15

62,

39±

0,17

01,

85±

0,20

82,

31±

0,00

7S K

Cl (%

)0,

87±

0,28

01,

25±

0,42

70,

61±

0,64

70,

91±

0,73

80,

75±

0,47

20,

35±

0,03

40,

27±

0,02

20,

88±

0,14

00,

33±

0,02

1S P

(%)

10.8

4±4,

720

11,8

2±5,

056

5,81

±4,

972

8,73

±5,

246

5,85

±4,

774

0,71

±0,

164

0,76

±0,

193

8,05

±4,

913

2,98

±1,

703

S PO

S (%

)9,

97±

4,62

210

,58±

4,75

55,

20±

4,32

57,

82±

5,80

35,

10±

4,31

20,

37±

0,19

80,

49±

0,17

17,

73±

4,80

22,

65±

1,68

3TP

A (m

ol H

+/to

n)75

1,33

±14

3,61

581

2,50

±71

7,76

149

7,67

±44

0,39

335

4,00

±13

7,53

536

6,67

±26

9,58

494

,00±

2,82

810

1,75

±61

,165

492,

42±

15,0

2517

2,36

±18

,385

TAA

(mol

H+

/ton)

7,67

±4,

619

35,6

7±27

,319

0,00

±0,

000

5,00

±0,

000

0,00

±0,

000

0,00

±0,

000

0,00

±0,

000

9,67

±0,

000

0,00

±0,

000

TSA

(mol

H+

/ton)

743,

67±

139,

030

776,

83±

690,

719

497,

67±

440,

393

349,

00±

137,

535

366,

67±

269,

584

94,0

0±2,

828

101,

75±

61,1

6550

4,77

±15

,025

172,

36±

18,3

85Pi

rit (

%)3,

33±

0,60

83,

47±

0,97

22,

22±

1,09

11,

57±

0,60

31,

64±

1,54

30,

42±

0,01

30,

45±

0,27

32,

45±

0,06

70,

77±

0,08

2Ba

han

Org

anik

(%)

14,1

7±3,

193

16,8

2±13

,595

11,2

9±9,

300

7,02

±3,

563

12,8

4±10

,186

2,91

±2,

031

2,62

±0,

836

12,4

3±1,

165

4,13

±0,

739

N-t

otal

(%)

0,34

33±

0,06

658

0,43

67±

0,17

786

0,31

33±

0,07

506

0,29

33±

0,18

148

0,38

70±

0,33

827

0,10

00±

0,05

454

0,09

53±

0,05

041

0,35

47±

0,06

766

0,14

19±

0,03

001

Rasi

o C:

N24

,78±

8,43

119

,65±

10,6

3319

,34±

11,8

1914

,62±

5,06

928

,56±

16,0

0316

,07±

3,01

217

,01±

3,90

916

,76±

4,21

513

,17±

4,96

0PO

4 (m

g/L)

18,5

900±

10,0

4191

10,4

000±

4,69

748

45,5

233±

23,8

8585

60,9

333±

17,8

2085

23,8

495±

15,2

4689

39,3

070±

21,6

9650

80,2

418±

40,2

7459

31,8

592±

8,30

624

41,6

286±

13,2

5098

Fe (m

g/L)

4.66

0±34

,53.

314±

1.15

4,5

1.59

0±1.

070,

04.

414±

482,

43.

280±

2518

,069

±60

,12.

507±

1.89

6,0

3.45

2±1.

549,

81.

843±

1.08

7,6

Al (m

g/L)

299±

89,1

450±

285,

816

8±11

4,3

167±

145,

620

9±16

7,6

276±

31,1

1327

4±15

1,3

258±

69,6

325±

142,

8Pa

sir

(%)

90,6

7±1,

155

87,3

3±1,

155

72,0

0±13

,856

82,0

0±5,

292

88,0

0±7,

211

88,0

0±11

,314

89,0

0±1,

414

86,0

0±7,

211

89,0

0±4,

243

Liat

(%)

5,73

±1,

155

6,00

±2,

000

12,6

7±9,

866

4,67

±1,

155

4,00

±0,

000

3,00

±1,

414

5,00

±1,

414

7,33

±3,

055

3,00

±1,

414

Deb

u (%

)4,

00±

2,00

06,

07±

3,05

515

,33±

4,16

313

,33±

5,03

38,

00±

7,21

19,

00±

2,72

86,

00±

0,00

06,

67±

4,61

98,

00±

2,82

8

Peub

ahVe

geta

si

Tabe

l 2.

Nila

i ra

ta-r

ata±

stan

dar

devi

asi

seti

ap p

euba

h ta

nah

pada

veg

etas

i be

rbed

a pa

da k

edal

aman

tan

ah 0

–0,2

5 m

di

kaw

asan

pes

isir

Kab

upat

enM

amuj

u Pr

ovin

si S

ulaw

esi

Bara

t

Sum

ber:

Dio

lah

dari

Mus

tafa

et a

l. (2

010)

Page 7: KERAGAMAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN · PDF file1093 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa) ABSTRAK Lahan rawa di ... Analisis kluster dengan metode hirarki atau berjenjang digunakan

1099 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa)

Api-a

pi*

Baka

u*Pa

ku la

ut*

Nip

ah*

Kela

paSa

guPa

diRu

mpu

tCa

mpu

ran

Pote

nsia

l red

oks

(mV)

-146

±±

130,

2-1

61±

91,3

-144

±50

,8-1

63±

22,6

-246

±89

,3-2

41±

109,

6-2

43±

170,

4-2

91±

37,0

-145

±21

,2pH

F6,

07±

0,20

76,

36±

0,25

45,

98±

0,70

76,

12±

0,16

36,

13±

0,49

65,

63±

0,45

36,

38±

0,02

86,

48±

0,28

66,

62±

0,53

0pH

FOX

0,50

±0,

046

0,70

±0,

356

2,87

±0,

706

0,64

±0,

217

2,24

±1,

855

2,96

±2,

100

3,94

±0,

177

0,83

±0,

170

2,09

±1,

881

pHF-

pH

FOX

5,57

±0,

169

5,66

±0,

362

3,11

±1,

326

5,48

±0,

151

3,89

±2,

120

2,68

±1,

648

2,45

±0,

205

5,64

±0,

327

4,53

±1,

351

pHKC

l4,

99±

1,07

14,

76±

0,77

26,

61±

0,43

75,

31±

1,48

56,

66±

0,83

45,

78±

1,23

06,

64±

0,07

86,

11±

0,55

06,

52±

0,24

7pH

OX

1,20

±0,

121

1,75

±1,

292

2,14

±1,

538

1,63

±0,

148

1,78

±0,

346

2,07

±1,

407

1,85

±1,

032

2,13

±0,

156

2,07

±0,

042

S KCl

(%)

1,16

±0,

181

1,56

±0,

517

0,77

±0,

479

1,55

±0,

803

0,90

±0,

589

0,48

±0,

412

0,38

±0,

285

0,60

±0,

254

0,38

±0,

066

S P (%

)12

,72±

2,36

812

,88±

4,54

35,

84±

4,14

913

,04±

1,03

37,

45±

6,03

04,

85±

3,14

74,

80±

3,93

37,

63±

3,51

510

,72±

0,17

3S P

OS (%

)11

,56±

2,20

611

,32±

4,66

05,

07±

4,17

411

,48±

2,56

06,

55±

5,47

44,

37±

3,73

54,

43±

3,64

87,

04±

3,41

110

,33±

0,23

9TP

A (m

ol H

+/to

n)1.

163,

33±

189,

842

1.06

8.67

±95

1,75

755

2.33

±49

3,33

052

5,33

±18

1,04

564

6,83

±46

9,61

433

6,00

±17

7,59

543

7,50

±30

2,75

332

2,00

±19

2,93

823

8,00

±38

,184

TAA

(mol

H+

/ton)

3,67

±1,

155

26,6

7±21

,733

0,00

±0,

000

3,33

±1,

525

0,00

±0,

000

2,50

±1,

536

0,00

±0,

000

0,00

±0,

000

0,00

±0,

000

TSA

(mol

H+

/ton)

1.15

9,67

±18

8,69

61.

042,

00±

931,

087

552,

33±

493,

3352

2,00

±12

9,55

264

6,83

±46

9,61

433

3,50

±17

4,05

943

7,50

±30

2,75

332

2,00

±19

2,93

823

8,00

±38

,184

Piri

t (%)

5,19

±0,

832

4,65

±2,

167

2,47

±1,

320

2,34

±0,

810

2,89

±2,

096

1,49

±0,

670

1,95

±1,

244

1,44

±0,

861

1,06

±0,

170

Baha

n O

rgan

ik (%

)19

,60±

4,18

615

,08±

14,4

9211

,88±

5,90

48,

33±

3,28

512

,98±

9,59

44,

04±

2,54

44,

90±

3,04

74,

45±

2,52

45,

78±

2,06

0N

-tot

al (%

)0,

3736

±0,

0239

40,

3855

±0,

3445

50,

2985

±0,

0900

30,

3179

±0,

1621

40,

3632

±0,

3267

10,

0967

±0,

0307

20,

1194

±0,

0496

90,

1543

±0,

0880

60,

1579

±0,

0386

6Ra

sio

C:N

30,7

4±8,

287

24,4

2±5,

780

23,0

1±7,

527

15,7

5±2,

047

28,1

8±12

,469

28,0

5±24

,176

39,4

3±24

,921

17,8

8±4,

669

20,9

3±2,

444

PO4

(mg/

L)6,

8567

±1,

6332

310

,913

3±3,

8436

052

,093

3±26

,661

8555

,623

3±19

,880

8532

,995

5±27

,149

8929

,753

0±12

,077

0626

9,63

46±

143,

4635

227

,415

6±14

,911

2828

,080

5±12

,673

21Fe

(mg/

L)4.

651±

34,5

4.55

9±1.

154,

51.

787±

1.07

0,0

4.71

6±48

2,4

3.11

5±2.

459,

42.

371±

1.17

7,4

1.16

2±88

1,4

3.13

6±2.

622,

04.

747±

53,0

Al (m

g/L)

445±

89,1

371±

285,

823

1±11

4,3

399±

145,

620

5±12

,731

2±78

,136

3±23

5,1

364±

66,4

240±

159,

8Pa

sir

(%)

89,3

3±2,

309

87,3

3±1,

154

74,0

0±6,

928

85,3

3±8,

327

86,0

0±6,

928

91,0

0±4,

243

90,0

0±2,

828

85,3

3±8,

083

90,0

0±5,

657

Liat

(%)

5,33

±1,

155

6,00

±2,

000

8,67

±4,

616

4,00

±2,

000

4,00

±0,

000

6,00

±2,

828

4,00

±2,

828

6,67

±2,

309

3,00

±1,

414

Deb

u (%

)5,

33±

3,05

56,

67±

1,55

17,3

3±2,

309

10,6

7±7,

024

10,0

0±6,

928

3,00

±1,

414

6,00

±0,

000

8,00

±6,

000

7,00

±4,

243

Peub

ahVe

geta

si

Tabe

l 3.

Nila

i ra

ta-r

ata±

stan

dar

devi

asi

seti

ap p

euba

h ta

nah

pada

veg

etas

i be

rbed

a pa

da k

edal

aman

tan

ah 0

,50–

0,75

m d

i ka

was

an p

esis

ir K

abup

aten

Mam

uju

Prov

insi

Sul

awes

i Ba

rat

*D

iola

h da

ri M

usta

fa e

t al.

(201

0)

Page 8: KERAGAMAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN · PDF file1093 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa) ABSTRAK Lahan rawa di ... Analisis kluster dengan metode hirarki atau berjenjang digunakan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 1100

Kandungan Fe yang lebih rendah dijumpai pada tanah vegetasi paku laut, sagu, dan campuranpada kedua kedalaman dan terlihat juga bahwa kandungan Fe tanah lebih tinggi pada kedalaman0,50–0,75 m daripada kedalaman 0–0,25 m pada vegetasi yang sama. Kandungan Al yang rendahdijumpai pada tanah vegetasi paku laut dan nipah pada kedalaman 0–0,25 m, sedangkan padakedalaman 0,50–0,75 m dijumpai pada vegetasi paku laut dan kelapa. Seperti halnya dengankandungan Fe, kandungan Al pada kedalaman 0,50–0,75 m lebih tinggi daripada kedalaman 0–0,25m pada vegetasi yang sama.

Kandungan N-total yang tinggi dijumpai pada vegetasi mangrove yaitu api-api dan bakau. Hal initerkait erat dengan kandungan bahan organik yang tinggi pada kedua vegetasi tersebut. Bahanorganik, selain sebagai sumber karbon, juga merupakan sumber nitrogen (Boyd, 2008). KandunganPO4 yang tinggi, baik pada kedalaman 0–0,25 m dan 0,50–0,75 m dijumpai lebih tinggi pada vegetasipadi dan tanpa vegetasi. Tanah pada vegetasi padi dan tanpa vegetasi adalah tanah yang masing-masing dimanfaatkan sebagai sawah dan tambak. Untuk peningkatan produksi padi di sawah danikan di tambak, maka pupuk yang mengandung PO4 seperti TSP atau SP–36 menjadi kebutuhanutama, sehingga tingginya kandungan PO4 diduga sebagai akibat aplikasi pupuk yang mengandungPO4 oleh pembudidaya.

Matriks ketidaksamaan vegetasi berdasarkan kualitas tanah kedalaman 0–0,25 m dengan JarakKuadrat Euclidean di kawasan pesisir Kabupaten Mamuju dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil AnalisisKluster vegetasi berdasarkan kualitas tanah pada kedalaman 0–0,25 m menunjukkan bahwa tanahdi kawasan pesisir Kabupaten Mamuju dikelompokkan atas 3 kelompok utama yaitu: Kelompok Iterdiri atas tanah vegetasi api-api, bakau, nipah, rumput, kelapa, dan tanpa vegetasi, Kelompok IIterdiri atas paku laut serta Kelompok III terdiri atas sagu, campuran, dan padi (Gambar 2). Hal inimenunjukkan bahwa kualitas tanah pada vegetasi api-api, bakau, nipah, rumput, kelapa, dan tanpavegetasi memiliki kesamaan, demikian juga kualitas tanah vegetasi sagu, campuran, dan padi yangjuga memiliki kesamaan. Akan tetapi, tanah vegetasi Kelompok I, II, dan III memiliki keragaman atauketidaksamaan.

Pada Kelompok I tergabung vegetasi yang dijumpai tumbuh di daerah bersalinitas air laut. Api-api, bakau, dan nipah adalah vegetasi mangrove yang dapat tumbuh dari salinitas air payau sampaiair laut. Kelapa adalah tanaman tropis yang biasa didapati sepanjang pantai dan agak toleran terhadapsalinitas serta tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dan pH yang lebar dari 5,0–8,0, namunmenyukai tanah yang drainase-nya baik (Broschat & Crane, 2008). Sedangkan rumput teki (Cyperusrotundus) adalah salah satu jenis rumput yang dapat tumbuh pada air bersalinitas tinggi dan jugadijumpai tumbuh pada tanah sulfat masam. Seperti dikatakan oleh Osaki et al. (1998) bahwa rumputteki (Cyperus sp.) didapati tumbuh dengan baik pada tanah sulfat masam, tanah gambut, tanah podsolikpasir, dan tanah salin di Thailand. Juga telah disebutkan sebelumnya bahwa tambak yang ada diKabupaten Mamuju adalah bekas vegetasi Rhizophora sp., Bruguiera sp., dan Sonneratia sp., sertaNypa fruticans yang juga adalah vegetasi mangrove. Diduga lingkungan tumbuh dari vegetasi tersebut

Gambar 2. Dendrogram pengelompokan vegetasi berdasarkan kualitas tanahkedalaman 0–0,25 m di kawasan pesisir Kabupaten Mamuju ProvinsiSulawesi Barat

Page 9: KERAGAMAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN · PDF file1093 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa) ABSTRAK Lahan rawa di ... Analisis kluster dengan metode hirarki atau berjenjang digunakan

1101 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa)

yang menyebabkan adanya kesamaan kualitas tanah pada vegetasi tersebut. Secara umum, KelompokI ini dicirikan dengan tanah yang memiliki pHFOX, pHOX yang lebih rendah dan sebaliknya memilikiTSA, SPOS dan pirit yang lebih tinggi daripada kelompok vegetasi lainnya.

Tanah di bawah tegakan vegetasi Rhizophora sp. mengandung material serat akar yang tinggi darivegetasi tersebut yang dapat menjadi sangat masam dan meracuni tanaman apabila teroksidasi(Jordan, 1964). Kemungkinan lain lebih rendahnya pH yang diukur di laboratorium dari tanah vegetasimangrove tertentu sebab adanya kandungan tanin yang tinggi dari Rhizophora sp., Bruguiera sp.,Ceriops tagal, Xylocarpus granatum, dan Nypa fruticans yang dapat menyebabkan tanah lebih masam(Jamandre & Rabanal, 1975; Sunarto, 2008; Anonim, 2009). Tingginya TSA, SPOS, dan pirit padaKelompok I ini diduga terkait dengan lingkungannya.

Telah dilaporkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan pirit adalah jumlah bahanorganik, suhu sedimen, pasokan SO4, dan bikarbonat (White et al., 1995) serta suasana anaerob dankandungan Fe (Dent, 1986). Tingginya TSA, SPOS, dan pirit tanah diduga sebagai akibat keberadaanyayang lebih dekat ke arah laut sehingga pasokan sulfat dari air laut cukup tinggi. Selain itu, tanah divegetasi tersebut memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi (Tabel 2 dan 3) yang merupakansumber karbon bagi bakteri dalam pembentukan pirit. Suasana anaerob merupakan kondisi yanglebih umum pada vegetasi tersebut, sebab berada pada daerah yang lebih dekat ke laut dan vegetasiini lebih lama tergenang. Selanjutnya Noor (2004) menyatakan bahwa endapan liat yang berasal dariserat sisa akar vegetasi bakau mengandung pirit yang tinggi.

Kebalikan dari Kelompok I adalah Kelompok III yang dicirikan dengan tanah yang memiliki pHFOX,pHOX yang lebih tinggi dan sebaliknya memiliki TSA, SPOS, dan pirit yang lebih rendah daripadakelompok vegetasi lainnya. Dalam Kelompok III ini tergabung vegetasi sagu, campuran dan padiyang cenderung tumbuh pada lingkungan dengan salinitas yang mendekati tawar. Pada vegetasicampuran, walaupun ada yang tergolong vegetasi mangrove yaitu Ceriops tagal, tetapi vegetasi iniumumnya dijumpai di bagian dalam vegetasi mangrove yang berbatasan dengan hutan darat. Sagutumbuh subur pada tanah masam sampai netral (pH 4,0–7,4) dan memiliki toleransi terhadap salinitasuntuk waktu yang singkat, sehingga sering dijumpai di pinggir hutan mangrove (McClatchey et al.,2006).

Sedangkan Kelompok I yang hanya dihuni vegetasi paku laut memiliki karakteristik tanah antaratanah Kelompok I dan Kelompok III. Paku laut adalah vegetasi yang menempati tanah terbuka danpernah terbakar (Noor, 2004), sehingga diduga dengan kondisi demikian maka potensi kemasamantelah banyak terbuang secara alami untuk waktu yang cukup lama, yang menyebabkan potensikemasamannya sudah berkurang.

Pengukuran dan pengambilan contoh tanah, tidak hanya dilakukan ada kedalaman 0–0,25 mtetapi juga pada kedalaman 0,50–0,75 m. Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui kualitas tanahpada kedalaman 0,50–0,75 m yang terkait hubungannya apabila tanah tambak digali untukpembuatan atau memperdalam tambak. Untuk budidaya udang windu (Penaeus monodon), rumputlaut (Gracilaria verrucosa), dan ikan bandeng (Chanos chanos) secara tradisional memerlukan kedalamanair tambak minimal masing-masing 0,8; 0,6; dan 0,4 m dari pelataran tambak. Pada Lampiran 3terlihat matriks ketidaksamaan vegetasi berdasarkan kualitas tanah kedalaman 0,50–0,75 m denganJarak Kuadrat Euclidean di kawasan pesisir Kabupaten Mamuju. Hasil Analisis Kluster vegetasiberdasarkan kualitas tanah pada kedalaman 0,50–0,75 m menunjukkan bahwa tanah di kawasanpesisir Kabupaten Mamuju juga dikelompokkan atas 3 kelompok utama yaitu: Kelompok I terdiriatas tanah vegetasi api-api, bakau, nipah, tanpa vegetasi, sagu, rumput, kelapa, dan campuran,Kelompok II terdiri atas paku laut serta Kelompok III terdiri atas padi (Gambar 3). Pengelompokanvegetasi berdasarkan kualitas tanah pada kedalaman tanah 0,50–0,75 m ini berbeda dengankedalaman tanah 0–0,25 m (Gambar 2). Pada kedalaman tanah 0,50–0,75 m, tanah vegetasi api-api,bakau, nipah, tanpa vegetasi, sagu, rumput, kelapa, dan campuran memiliki kesamaan, tetapi tidakmemiliki kesamaan dengan vegetasi paku laut dan padi. Seperti halnya pada kedalaman 0–0,25 m,Kelompok I dicirikan dengan tanah yang memiliki pHFOX, pHOX yang lebih rendah dan sebaliknyamemiliki TSA, SPOS, dan pirit yang lebih tinggi daripada kelompok vegetasi lainnya. Hal ini sebagaiakibat dalam Kelompok I ini tergabung vegetasi yang cenderung tumbuh pada tanah dengan TSA,

Page 10: KERAGAMAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN · PDF file1093 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa) ABSTRAK Lahan rawa di ... Analisis kluster dengan metode hirarki atau berjenjang digunakan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 1102

SPOS, dan pirit yang tinggi sehingga pH-nya lebih rendah. Ketika tanah sulfat masam yang mengandungpirit itu terekspos atau teroksidasi, misalnya digali untuk dijadikan tambak, akan menyebabkanterjadinya penurunan pH tanah, peningkatan kelarutan unsur atau senyawa beracun seperti Fe, Al,dan SO4 (Mustafa & Rachmansyah, 2008).

Dari Gambar 3 terlihat juga kualitas tanah vegetasi padi dan paku laut pada kedalaman tanah0,50–0,75 m memiliki keragaman atau ketidaksamaan dan kedua jenis vegetasi tersebut juga memilikiketidaksamaan dengan tanah vegetasi api-api, bakau, nipah, tanpa vegetasi, sagu, rumput, kelapa,dan campuran. Kualitas tanah vegetasi padi pada kedalaman 0,50–0,75 m memiliki TSA, SPOS, danpirit yang lebih rendah dan sebaliknya pH yang lebih tinggi dibandingkan dengan vegetasi lainnya.Namun demikian, TSA, SPOS, dan pirit tanah vegetasi ini pada kedalaman 0,50–075 m lebih tinggidan sebaliknya pH yang lebih rendah daripada kedalaman 0-0,25 m, yang diduga merupakan penyebabsehingga pada kedalaman 0,50–0,75 m tanah vegetasi padi tidak lagi memiliki kesamaan denganvegetasi sagu dan campuran seperti pada kedalaman 0–0,25 m. Sawah di mana padi ditumbuhkanmerupakan lingkungan yang unik bagi berbagai proses dalam tanah, sebab tanah dikelola dalamkondisi tergenang selama waktu tertentu. Salah satu keuntungan penggenangan pada sawah yangtergolong tanah sulfat masam adalah meningkatkan pH tanah yang masam ke yang netral karenakondisi tanah dalam kondisi tereduksi (van den Eelaart, 1982; Kimura, 2000), sehingga didugamerupakan salah satu penyebab lain lebih tingginya pH tanah vegetasi padi pada kedalaman 0–0,25m daripada kedalaman 0,50–0,75 m.

KESIMPULAN DAN SARAN

Di kawasan pesisir Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat dijumpai berbagai vegetasi yangtumbuh pada tanah sulfat masam yang diklasifikasikan sebagai Sulfaquent, Hydraquent, danSulfihemits untuk kategori Kelompok Besar. Pada kedalaman 0–0,25 m tanah vegetasi api-api, bakau,nipah, rumput, kelapa, dan tanpa vegetasi (Kelompok I) memiliki kesamaan dan tanah vegetasi sagu,campuran, dan padi (Kelompok III) juga memiliki kesamaan tetapi kedua kelompok tersebut memilikiketidaksamaan dan juga ketidaksamaan dengan vegetasi paku laut. Pada kedalaman 0,50–0,75 mtanah vegetasi api-api, bakau, nipah, tanpa vegetasi, sagu, rumput, kelapa, dan campuran memilikikesamaan tetapi vegetasi tersebut memiliki ketidaksamaan dengan vegetasi paku laut dan padi,sedangkan tanah vegetasi paku dan padi juga memiliki ketidaksamaan atau keragaman.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih diucapkan kepada Muhammad Arnold dan Darsono atas bantuannya dalampengambilan contoh tanah di lapangan dan Rosiana Sabang dan Rahmiyah atas bantuannya dalamanalisis tanah di laboratorium.

DAFTAR ACUAN

Abdurachman, A., Haryati, U., & Juarsah, I. 2006. Penetapan kadar air tanah dengan metode gravimetri.

Gambar 3. Dendrogram pengelompokan vegetasi berdasarkan kualitas tanah kedalaman0,25–0,75 m di kawasan pesisir Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat

Page 11: KERAGAMAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN · PDF file1093 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa) ABSTRAK Lahan rawa di ... Analisis kluster dengan metode hirarki atau berjenjang digunakan

1103 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa)

Dalam: Kurnia, U., Agus, F., Adimihardja, A., & Dariah, A. (eds.), Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya.Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian, Bogor, hlm. 131–142.

Ahern, C.R. & McElnea, A.E.. 2004. Calculated sulfur parameters. In: Acid Sulfate Soils Laboratory Meth-ods Guidelines. Queensland Department of Natural Resources, Mines and Energy, Indooroopilly,Queensland, Australia, p. B11-1–B11-2.

Ahern, C.R., McElnea, A.E., & Baker, D.E. 1998a. Peroxide oxidation combined acidity and sulfate. In:Ahern, C.R., Blunden, B., & Stone, Y. (eds.), Acid Sulfate Soils Laboratory Methods Guidelines. AcidSulfate Soil Management Advisory Committee, Wollongbar, NSW, p. 4.1–4.17.

Ahern, C.R., McElnea, A.E., & Baker, D.E. 1998b. Total oxidisable sulfur. In: Ahern, C.R., Blunden, B., &Stone, Y. (eds.), Acid Sulfate Soils Laboratory Methods Guidelines. Acid Sulfate Soil Management Advi-sory Committee, Wollongbar, NSW, p. 5.1–5.7.

Ahern, C.R., Blunden, B., Sullivan, L.A., & McElnea, A.E. 2004. Soil sampling, handling, preparationand storage for analisys of dried samples. In: Acid Sulfate Soils Laboratory Methods Guidelines.Queensland Department of Natural Resources, Mines and Energy, Indooroopilly, Queensland, Aus-tralia, p. B1-1–B1-5.

Anonim. 2009. Manfaat hutan mangrove. http://wawan-satu.blogspot.com/2009/11/manfaat-hutan-mangrove.html. Diakses 12/01/2010.

Blasco, F. 1984. Taxonomic considerations of the mangrove species. In: Snedaker, S.C. & Snedaker, J.G.(eds.), The Mangrove Ecosystems: Research Methods. UNESCO, Bungay, p. 81–113.

Broschat, T.K. & Crane, J.H. 2008. The coconut palm in Florida. http://edis.ifas.ufl.edu/mg043. Diakses20/01/2010.

Boyd, C.E. 1995. Bottom Soils, Sediment, and Pond Aquaculture. Chapman and Hall, New York, 348 pp.Boyd, C.E. 2008. Pond bottom soil analyses. Global Aquaculture Advocate September/October, p. 91–

92.Chapman, V.J. 1984. Botanical surveys in mangrove communities. In: Snedaker, S.C. & Snedaker, J.G.

(eds.), The Mangrove Ecosystems: Research Methods. UNESCO, Bungay, p. 53–80.Cintrõn, G. & Novelli, Y.S. 1984. Methods for studying mangrove structure. In: Snedaker, S.C. & Snedaker,

J.G. (eds.), The Mangrove Ecosystems: Research Methods. UNESCO, Bungay, p. 91–113.Coakes, S.J., Steed, L., & Price, J. 2008. SPSS: Analysis without Anguish: Version 15.0 for Windows. John

Wiley & Sons Australia, Ltd., Milton, Qld., 270 pp.Dent, D. 1986. Acid Sulphate Soils: A Baseline for Research and Development. ILRI Publication 39. Interna-

tional Institute for Land Reclamation and Improvement, Wageningen, 204 pp.van den Eelaart, L.J. 1982. Problems in reclaiming and managing tidal lands of Sumatra and Kalimantan,

Indonesia. In: Dost, H. & van Breemen, N. (eds.), Proceedings of the Bangkok Symposium on AcidSulphate Soils. ILRI Publication 31. International Institute of Land Reclamation and Improvement,Wageningen, p. 272–290.

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 360 hlm.Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi revisi. Akademika Pressindo, Jakarta.

354 hlm.Hogart, P. 2007. The Biology of Mangroves and Seagrasses. Second edition. Oxford University Press,

Oxford, 273 pp.Jamandre, T.J. & Rabanal, H.R. 1975. Engineering aspect of brackishwater aquaculture in the South

China Sea Region. South China Sea Fish. Dev. and Coord. Prog., Manila, 96 pp.Jordan, H.D. 1964. The relation of vegetation and soil to development of mangrove swamps for rice

growing in Sierra Leone. J. of Applied Ecology, 1(1): 209–212.Karthik, M., Suri, J., Saharan, N., & Biradar, R.S. 2005. Brackish water aquaculture site selection in

Palghar Taluk, Thane district of Maharashtra, India, using the techniques of remote sensing andgeographical information system. Aquacultural Engineering, 32: 285–302.

Kimura, M. 2000. Anaerobic microbiology in waterlogged rice fields. In: Bollag, J.-M. & Stotzky, G.(eds.), Soil Biochemistry. Marcel Dekker, Inc., New York, p. 35–138.

Page 12: KERAGAMAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN · PDF file1093 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa) ABSTRAK Lahan rawa di ... Analisis kluster dengan metode hirarki atau berjenjang digunakan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 1104

McClatchey, W., Manner, H.I., & Elevitch, C.R. 2006. Metroxylon amicarum, M. paulcoxii, M. sagu, M.salomonense, M. vitiense, and M. warburgii (sago palm), ver. 2.1. In: Elevitch, C.R. (ed.), SpeciesProfiles for Pacific Island Agroforestry. Permanent Agriculture Resources (PAR), Hôlualoa, Hawai, p.1–23.

McElnea, A.E. & Ahern, C.R. 2004a. KCl extractable pH (pHKCl) and titratable actual acidity (TAA). In:Acid Sulfate Soils Laboratory Methods Guidelines. Queensland Department of Natural Resources, Minesand Energy, Indooroopilly, Queensland, Australia, p. B2-1–B2-3.

McElnea, A.E. & Ahern, C.R. 2004b. Peroxide pH (pHOX), titartable peroxide acidity (TPA) and excessacid neutralising capacity (ANCE). In: Acid Sulfate Soils Laboratory Methods Guidelines. QueenslandDepartment of Natural Resources, Mines and Energy, Indooroopilly, Queensland, Australia, p. B3-1–B3-7.

McElnea, A.E. & Ahern, C.R. 2004c. Sulfur-peroxide oxidation method. In: Acid Sulfate Soils LaboratoryMethods Guidelines. Queensland Department of Natural Resources, Mines and Energy, Indooroopilly,Queensland, Australia, p. B7-1–B7-2.

McElnea, A.E. & Ahern, C.R. 2004d. Sulfur 1M KCl extraction (SKCl). In: Acid Sulfate Soils LaboratoryMethods Guidelines. Queensland Department of Natural Resources, Mines and Energy, Indooroopilly,Queensland, Australia, p. B8-1–B8-2.

Menon, R.G. 1973. Soil and Water Analysis: A Laboratory Manual for the Analysis of Soil and Water. ProyekSurvey O.K.T. Sumatera Selatan, Palembang, 190 pp.

Melville, M.D. 1993. Soil Laboratory Manual. School of Geography, The University of New South Wales,Sydney, 74 pp.

Mustafa, A. & Rachmansyah. 2008. Kebijakan dalam pemanfaatan tanah sulfat masam untuk budidayatambak. Dalam: Sudradjat, A., Rusastra, I.W., & Budiharsono, S. (Eds.), Analisis Kebijakan PembangunanPerikanan Budidaya. Pusat Riset Perikanan Budidaya, Jakarta, hlm. 1–11.

Mustafa, A., Rachmansyah, & Hanafi, A. 2007. Kelayakan lahan untuk budi daya perikanan pesisir.Dalam: Kumpulan Makalah Bidang Riset Perikanan Budidaya. Disampaikan pada Simposium Kelautandan Perikanan pada tanggal 7 Agustus 2007 di Gedung Bidakara, Jakarta. Pusat Riset PerikananBudidaya, Jakarta, 28 hlm.

Mustafa, A., Rachmansyah, & Kamariah. 2010. Karakteristik tanah di bawah tegakan jenis vegetasimangrove dan kedalaman tanah berbeda di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat sebagaiindikator biologis untuk tanah tambak. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros, 30 hlm.

Noor, M. 2004. Lahan Rawa: Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat Masam. PT RajaGrafindoPersada, Jakarta, 238 hlm.

Osaki, M., Watanabe, T., Ishizawa, T., Nilnond, C., Nuyim, T., Sittibush, C., & Tadano, T. 1998. Nutri-tional characteristics in leaves of native plants grown in acid sulfate, peat, sandy podzolic, andsaline soils distributed in Peninsular Thailand. Plant and Soil, 210(2): 175–182.

Patrick, W.H.Jr. & Delaune, R.D. 1977. Chemical and biological redox systems affecting nutrient avail-ability in the coastal wetlands. Geoscience and Man, 18: 131–137.

Rayes, M.L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi, Yogyakarta. 298 hlm.Salam, M.A., Ross, L.G., & Beveridge, C.M.M. 2003. A comparison of development opportunities for

crab and shrimp aquaculture in southwestern Bangladesh, using GIS modeling. Aquaculture, 220:477–494.

Sammut, J. 1999. Amelioration and management of shrimp ponds in acid sulfate soils: key research-able issues. In: Smith, P.T. (ed.), Towards Sustainable Shrimp Culture in Thailand and the Region. ACIARProceedings No. 90. Australian Centre for International Agricultural Research, Canberra, p. 102–106.

Schaetzl, R.J. & Anderson, S. 2005. Soils: Genesis and Geomorphology. Cambridge University Press, Cam-bridge, 817 pp.

Soil Survey Staff. 2001. Soil Taxonomy, a Basic System of Soil Classification for Making and Interpreting SoilSurvey. United State Department of Agriculture, Washington, DC. 734 pp.

SPSS (Statistical Product and Service Solution). 2006. SPSS 15.0 Brief Guide. SPSS Inc., Chicago, 217

Page 13: KERAGAMAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN · PDF file1093 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa) ABSTRAK Lahan rawa di ... Analisis kluster dengan metode hirarki atau berjenjang digunakan

1105 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa)

pp.Sulaeman, Suparto, & Eviati. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Diedit

oleh: Prasetyo, B.H., Santoso, D., & Widowati, L.R. Balai Penelitian Tanah, Bogor, 136 hlm.Sunarto. 2008. Peranan Ekologis dan Antropogenesis Ekosistem Mangrove. Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, 34 hlm.Treece, G.D. 2000. Site selection. In: Stickney, R.R. (ed.), Encyclopedia of Aquaculture. John Wiley &

Sons, Inc, New York, p. 869–879.Vorenhout, M., van der Geest, H.G., van Marum, D., Wattel, K., & Eijsackers, H.J.P. 2004. Automated

and continuous redox potential measurements in soil. J. of Environmental Quality, 33: 1177–1182.White, I., Melville, M.D., Lin, C., van Oploo, P., Sammut, J., & Wilson, B.P. 1995. Identification and

management of acid sulphate soils. In: Hazelton, P.A. & Koppi, A.J. (eds.), Soil Technology - AppliedSoil Science - A Course of Lecturer. Third edition. Australian Society of Soil Science Inc., NSW Branchand Department of Agricultural Chemistry & Soil Science, The University of Sydney, Sydney, p.463–497.

Zhang, W., Faulkner, J.W., Giri, S.K., Geohring, L.D., & Steenhuis, T.S. 2009. Effect of soil reduction onphosphorus sorption of an organic-rich silt loam. Soil Science Society of America J., 74: 240–249.

Page 14: KERAGAMAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN · PDF file1093 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa) ABSTRAK Lahan rawa di ... Analisis kluster dengan metode hirarki atau berjenjang digunakan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 1106La

mpi

ran

1.M

atri

ks k

esam

aan

peub

ah k

ualit

as t

anah

ber

dasa

rkan

Kor

elas

i Pe

arso

n di

kaw

asan

pes

isir

Kab

upat

en M

amuj

u Pr

ovin

siSu

law

esi

Bara

t

12

34

56

78

910

1112

1314

1516

1718

1920

2122

pHF (

1)1,

00Po

tens

ial r

edok

s (2

)-,4

21,

00pH

FOX(

3)-,1

9-,0

41,

00pH

F-pH

FOX

(4)

,48

-,09

-,95

1,00

pHKC

l (5)

-,10

-,15

,50

-,48

1,00

pHO

X (6

),0

2,1

4,1

1-,1

0,0

21,

00S K

Cl (7

),0

4,0

4-,1

4,1

3-,1

2-,0

71,

00S P

(8)

,33

-,05

-,70

,72

-,43

-,08

,13

1,00

S PO

S (9)

,24

-,07

-,48

,50

-,28

-,02

-,58

,73

1,00

TPA

(10)

,10

,04

-,44

,43

-,68

-,05

,13

,47

,29

1,00

TAA

(11)

,04

,11

-,18

,17

-,51

,61

,02

,24

,19

,57

1,00

TSA

(12)

,10

,03

-,45

,43

-,68

-,08

,14

,47

,29

1,00

,54

1,00

Baha

n or

gani

k (1

3),1

3,0

5-,4

8,4

7-,5

8,0

6,1

2,5

0,3

3,8

7,5

7,8

61,

00Pi

rit

(14)

,10

,03

-,45

,43

-,68

-,08

,14

,47

,29

1,00

,54

1,00

,86

1,00

Fe (1

5),3

5-,1

6-,6

6,6

7-,5

6-,2

0,1

7,7

3,4

7,4

6,1

6,4

7,4

4,4

71,

00Al

(16)

-,04

-,20

-,15

,13

,08

-,20

,44

,21

-,14

,18

-,19

,19

,19

,19

,15

1,00

PO4

(17)

-,07

,21

,09

-,10

,15

,08

-,01

-,13

-,10

-,18

-,09

-,18

-,15

-,18

-,24

-,01

1,00

N-t

otal

(18)

,08

,08

-,48

,46

-,56

,16

,25

,41

,16

,76

,55

,76

,88

,76

,42

,12

-,07

1,00

Rasi

o C:

N (1

9)-,0

3,0

3,1

0-,1

0-,0

2-,1

0-,1

2-,0

3,0

6,1

2,0

2,1

2,1

2,1

2-,0

8,0

5,2

8-,2

21,

00Pa

sir

(20)

-,19

-,07

,12

-,16

,05

-,10

,07

,01

-,04

-,12

,02

-,13

-,22

-,13

-,02

-,03

-,07

-,29

,18

1,00

Liat

(21)

-,03

,27

,04

-,05

,06

,30

-0.1

-,13

-,06

,02

,12

,02

,10

,02

-,25

-,01

,14

,17

-,13

-,74

1,00

Deb

u (2

2),2

9-,0

7-,1

8,2

5-,1

0-,0

6-,0

5,0

7,0

9,1

6-,1

1,1

6,2

4,1

6,1

8,0

5,0

1,2

9-,1

6-,9

0,3

71,

00

Peub

ahN

ilai k

orel

asi p

ears

on

Page 15: KERAGAMAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN · PDF file1093 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa) ABSTRAK Lahan rawa di ... Analisis kluster dengan metode hirarki atau berjenjang digunakan

1107 Keragaman kualitas tanah... (Akhmad Mustafa)

Lampiran 2. Matriks ketidaksamaan vegetasi berdasarkan kualitas tanah kedalaman 0–0,25 m denganjarak kuadrat euclidean di kawasan pesisir Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat

Api-api Bakau Paku laut Nipah Kelapa Sagu Padi Rumput Campuran Tanpa vegetasi

Api-api 0,000Bakau 18,150 0,000Paku laut 50,110 44,790 0,000Nipah 30,938 31,700 20,831 0,000Kelapa 17,811 24,983 33,625 19,680 0,000Sagu 57,817 60,620 40,788 31,377 28,490 0,000Padi 64,733 58,211 49,846 42,762 30,365 15,570 0,000Rumput 12,450 11,900 21,648 9,630 11,447 30,960 35,020 0,000Campuran 46,460 44,547 39,078 22,337 23,453 3,907 10,296 20,668 0,000Tanpa vegetasi 25,363 31,204 47,244 22,611 19,719 21,565 35,595 15,801 13,899 0,000

VegetasiJarak kuadrat euclidean

Lampiran 3. Matriks ketidaksamaan vegetasi berdasarkan kualitas tanah kedalaman 0,50–0,75 m didengan jarak kuadrat euclidean kawasan pesisir Kabupaten Mamuju Provinsi SulawesiBarat

Api-api Bakau Paku laut Nipah Kelapa Sagu Padi Rumput CampuranTanpa

vegetasi

Api-api 0,000Bakau 6,763 0,000Paku laut 60,804 39,565 0,000Nipah 19,584 11,505 36,111 0,000Kelapa 29,667 17,835 24,871 17,347 0,000Sagu 49,441 38,790 36,828 33,155 19,449 0,000Padi 59,858 51,697 51,681 47,583 28,316 22,822 0,000Rumput 47,070 27,174 32,045 19,423 19,301 18,036 34,945 0,000Campuran 45,978 27,836 44,152 16,631 19,502 26,585 37,846 19,643 0,000Tanpa vegetasi 20,224 16,815 45,888 8,745 21,153 18,770 36,658 20,239 21,669 0,000

Vegetasi

Jarak kuadrat euclidean