keragaman ketahanan padi lokal jawa, sumatra, dan sulawesi

10
Keragaman Ketahanan Padi Lokal Jawa, Sumatra, dan Sulawesi terhadap Patogen Hawar Daun Bakteri Patotipe III, IV, dan VIII (Resistance Diversity of Local Rice from Java, Sumatra, and Sulawesi to Bacterial Leaf Blight Pathotype III, IV, and VIII) Celvia Roza*, N. Usyati, dan Cucu Gunarsih Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Jl. Raya 9, Sukamandi, Subang 41256, Jawa Barat, Indonesia Telp. (0260) 520157; Faks. (0260) 521104 *E-mail: [email protected] Diajukan: 7 Mei 2019; Direvisi: 9 November 2019; Diterima: 21 November 2019 ABSTRACT The Bacterial Leaf Blight (BLB) caused by Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) is an important disease for rice. One of the effective methods to controls the BLB is by using resistant varieties. The existing local rice genetic germplasm were needed to suppport the development of BLB resistant rice breeding program. The objective of this research was to evaluate the diversity resistance respond of local rice from Java, Sumatra, and Sulawesi to BLB disease, pathotype III, IV, and VIII. A hundred total accessions of local rice germplasm from Java, Sumatera, Sulawesi and the pure culture of Xanthomonas oryzae pv. oryzae pathotype III, IV, and VIII were used as materials genetic of this research. The evaluation was conducted at greenhouse condition, during on two phases of rice growth, vegetative and generative stage. The leaf-cutting method was used for inoculation and the resistance score was assayed based on SES IRRI 2014. The resistance diversity to pathotype III on the vegetative stage showed on medium susceptible to highly susceptible groups while to pathotype VIII showed on susceptible to highly susceptible groups. On the generative stage, there was one accession, Padi Terong (7782), which showed medium resistance respond to pathotype III. This accession is local rice from West Java. The local rice from West Java was detected have the most diverse resistance to BLB pathogen. Keywords: Resistance, rice germplasm, Xanthomonas oryzae pv. oryzae, bacterial leaf blight. ABSTRAK Hawar Daun Bakteri (HDB) disebabkan oleh bakteri patogen, Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo), yang merupakan salah satu penyakit penting tanaman padi. Salah satu pengendalian yang efektif yaitu dengan penggunaan varietas tahan. Koleksi aksesi padi local siperlukan unntuk mendukung program perakitan varietas tahan penyakit HDB. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman respons ketahanan padi lokal asal Jawa, Sumatra, dan Sulawesi terhadap penyakit HDB, patotipe III, IV, dan VIII. Materi genetik yang digunakan adalah seratus aksesi plasma nutfah padi local asal Jawa, Sumatera, Sulawesi dan biakan murni bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) patotipe III, IV, dan VIII. Evaluasi ketahanan dilakukan di Rumah Kaca BB Padi Sukamandi pada MT-1/MT-2 tahun 2016. Metode inokulasi dilakukan dengan pengguntingan daun dan skoring ketahanan berdasarkan SES IRRI tahun 2014. Evaluasi pada stadia vegetatif menunjukkan adanya keragaman respons ketahanan terhadap patotipe III (agak rentansangat rentan) dan VIII (rentansangat rentan). Sedangkan pada stadia generatif terdapat satu aksesi yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe III yaitu Padi Terong (7782), yang merupakan aksesi padi lokal asal Jawa Barat. Padi lokal asal Jawa Barat terdeteksi memiliki keragaman respons ketahanan terhadap patogen HDB yang paling beragam. Kata kunci: Ketahanan, plasma nutfah padi, Xanthomonas oryzae pv. oryzae, Hawar Daun Bakteri. Bul. Plasma Nutfah 25(2):113–122

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Keragaman Ketahanan Padi Lokal Jawa, Sumatra, dan Sulawesi terhadap Patogen Hawar Daun Bakteri Patotipe III, IV, dan VIII

(Resistance Diversity of Local Rice from Java, Sumatra, and Sulawesi to Bacterial Leaf Blight Pathotype III, IV, and VIII)

Celvia Roza*, N. Usyati, dan Cucu Gunarsih Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Jl. Raya 9, Sukamandi, Subang 41256, Jawa Barat, Indonesia

Telp. (0260) 520157; Faks. (0260) 521104 *E-mail: [email protected]

Diajukan: 7 Mei 2019; Direvisi: 9 November 2019; Diterima: 21 November 2019

ABSTRACT The Bacterial Leaf Blight (BLB) caused by Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) is an important disease for rice. One of the effective methods to controls the BLB is by using resistant varieties. The existing local rice genetic germplasm were needed to suppport the development of BLB resistant rice breeding program. The objective of this research was to evaluate the diversity resistance respond of local rice from Java, Sumatra, and Sulawesi to BLB disease, pathotype III, IV, and VIII. A hundred total accessions of local rice germplasm from Java, Sumatera, Sulawesi and the pure culture of Xanthomonas oryzae pv. oryzae pathotype III, IV, and VIII were used as materials genetic of this research. The evaluation was conducted at greenhouse condition, during on two phases of rice growth, vegetative and generative stage. The leaf-cutting method was used for inoculation and the resistance score was assayed based on SES IRRI 2014. The resistance diversity to pathotype III on the vegetative stage showed on medium susceptible to highly susceptible groups while to pathotype VIII showed on susceptible to highly susceptible groups. On the generative stage, there was one accession, Padi Terong (7782), which showed medium resistance respond to pathotype III. This accession is local rice from West Java. The local rice from West Java was detected have the most diverse resistance to BLB pathogen.

Keywords: Resistance, rice germplasm, Xanthomonas oryzae pv. oryzae, bacterial leaf blight.

ABSTRAK Hawar Daun Bakteri (HDB) disebabkan oleh bakteri patogen, Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo), yang merupakan salah satu penyakit penting tanaman padi. Salah satu pengendalian yang efektif yaitu dengan penggunaan varietas tahan. Koleksi aksesi padi local siperlukan unntuk mendukung program perakitan varietas tahan penyakit HDB. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman respons ketahanan padi lokal asal Jawa, Sumatra, dan Sulawesi terhadap penyakit HDB, patotipe III, IV, dan VIII. Materi genetik yang digunakan adalah seratus aksesi plasma nutfah padi local asal Jawa, Sumatera, Sulawesi dan biakan murni bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) patotipe III, IV, dan VIII. Evaluasi ketahanan dilakukan di Rumah Kaca BB Padi Sukamandi pada MT-1/MT-2 tahun 2016. Metode inokulasi dilakukan dengan pengguntingan daun dan skoring ketahanan berdasarkan SES IRRI tahun 2014. Evaluasi pada stadia vegetatif menunjukkan adanya keragaman respons ketahanan terhadap patotipe III (agak rentan−sangat rentan) dan VIII (rentan−sangat rentan). Sedangkan pada stadia generatif terdapat satu aksesi yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe III yaitu Padi Terong (7782), yang merupakan aksesi padi lokal asal Jawa Barat. Padi lokal asal Jawa Barat terdeteksi memiliki keragaman respons ketahanan terhadap patogen HDB yang paling beragam.

Kata kunci: Ketahanan, plasma nutfah padi, Xanthomonas oryzae pv. oryzae, Hawar Daun Bakteri.

Bul. Plasma Nutfah 25(2):113–122

Buletin Plasma Nutfah Vol. 25 No. 2, Desember 2019:113–122 114

PENDAHULUAN

Salah satu tantangan dalam penyediaan beras nasional adalah serangan hama dan penyakit dengan hawar daun bakteri (HDB) sebagai salah satu penyakit utama padi yang sangat merugikan. HDB yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) tergolong penyakit penting di banyak negara penghasil padi (Suparyono et al. 2004). Hal ini disebabkan karena HDB dapat mengurangi hasil panen dengan tingkat yang bervariasi. Kerugian yang ditimbulkan oleh HDB di wilayah tropis lebih tinggi dibanding dengan wilayah subtropik (Suparyono et al. 2003). Suparyono dan Sudir (1992) melaporkan bahwa ambang kerusakan penyakit HDB adalah 20% pada dua minggu sebelum panen. Di atas ambang tersebut setiap kenaikan keparahan penyakit 10% akan meningkatkan kehilangan hasil 5–7%. Varietas padi yang ditanam dapat menentukan per-kembangan penyakit HDB. Penyakit ini berkem-bang sangat cepat pada varietas rentan, terutama pada saat cuaca lembap dan pemupukan N dosis tinggi tanpa diimbangi oleh pupuk K (Sudir et al. 2002; Sudir dan Abdulrachman 2009). Berdasarkan pengujian virulensi isolat bakteri Xoo terhadap se-perangkat varietas diferensial Jepang, teridentifi-kasi tiga kelompok patotipe yang dominan yaitu patotipe III, IV, dan VIII dengan komposisi dan dominasi yang bervariasi di tiap daerah (Sudir et al. 2012).

Penggunaan varietas tahan diketahui sebagai salah satu teknik pengendalian yang efektif. Ber-bagai varietas dan galur padi dengan berbagai ting-kat ketahanan terhadap HDB telah dikembangkan (Sudir et al. 2013). Namun, seringkali ketahanan patah oleh patogen HDB yang mampu membentuk patotipe baru yang lebih virulen (Suparyono et al. 2004). Kondisi ini memicu para pemulia untuk terus merakit varietas yang tahan terhadap HDB. Perakitan varietas yang tahan HDB dengan me-manfaatkan tetua yang berasal dari plasma nutfah sudah banyak dilakukan (Nafisah et al. 2007). Namun, informasi plasma nutfah yang memiliki ketahanan yang luas terhadap beragam patotipe, khususnya yang dominan di Indonesia masih sangat dibutuhkan.

Perakitan varietas unggul baru yang mem-bawa gen tahan terhadap HDB terus dilakukan melalui persilangan dengan memanfaatkan ke-ragaman sumber genetik padi yang ada (Djafarudin 1994). Dalam sejarah pemuliaan padi di Indonesia tercatat 40 varietas lokal padi yang telah diman-faatkan sebagai tetua persilangan. Hal ini relatif sedikit dibanding dengan koleksi plasma nutfah yang ada (Sitaresmi et al. 2013).

Perakitan varietas tahan memerlukan keter-sediaan plasma nutfah padi dengan keragaman genetik yang luas untuk dapat digunakan sebagai tetua persilangan. Keragaman genetik merupakan faktor penting dalam pemuliaan tanaman. Sebelum digunakan dalam perakitan varietas, sifat-sifat gen ketahanan dari koleksi plasma nutfah padi perlu diketahui melalui kegiatan karakterisasi morfologi, fisiologi, dan evaluasi toleransi terhadap cekaman biotik maupun abiotik (Bustamam et al. 1997).

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi keragaman respons ketahanan seratus aksesi padi lokal asal Jawa, Sumatra, dan Sulawesi terhadap penyakit HDB patotipe III, IV, dan VIII. Informasi yang diperoleh akan memberikan gambaran kera-gaman respons ketahanan padi lokal di masing-masing lokasi terhadap patotipe dominan HDB. Di samping itu akan memberikan informasi sifat ke-tahanan penyakit HDB dari masing-masing aksesi sebagai calon tetua dalam program perakitan varietas unggul baru padi tahan penyakit HDB.

BAHAN DAN METODE

Evaluasi ketahanan aksesi varietas padi lokal terhadap penyakit HDB dilakukan di Rumah Kaca Balai Besar Penelitian Padi, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian (BB Padi) di Sukamandi pada MT-1/MT-2 tahun 2016. Jumlah aksesi varietas padi lokal yang dievaluasi sebanyak seratus aksesi yang merupakan koleksi BB Padi, sebagian besar berasal dari beberapa daerah di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi. Identitas dari aksesi yang dievaluasi ditampilkan di dalam Tabel 1. Adapun varietas kontrol tahan yang digunakan yaitu IRBB5 dan IRBB7, sedangkan varietas kontrol rentan adalah IR64 dan TN1.

2019 Keragaman Ketahanan Padi Lokal Jawa, Sumatra, dan Sulawesi: C. Roza et al.

115

Evaluasi dilakukan pada stadia bibit (vegetatif) dan stadia dewasa (generatif). Patotipe bakteri Xoo yang digunakan adalah patotipe III, IV, dan VIII koleksi Laboratorium Penyakit, Kelompok Peneliti Proteksi BB Padi. Pembuatan inokulum dilakukan dengan menggunakan biakan murni dari patotipe III, IV, dan VIII. Media tum-buh bakteri Xoo yang digunakan adalah Wakimoto. Bakteri ditumbuhkan di dalam media miring ta-bung reaksi selama 48 jam. Untuk proses inokulasi, bakteri ditambah dengan aquades steril sebanyak

10 ml dengan konsentrasi bakteri 109 sel/ml dan diaduk menggunakan jarum ose. Selanjutnya suspensi bakteri dipindahkan ke dalam beaker glass untuk proses inokulasi di rumah kaca.

Evaluasi Ketahanan Aksesi Padi Lokal terhadap HDB pada Stadia Vegetatif

Benih aksesi plasma nutfah ditanam dalam kotak plastik berukuran 35 cm × 26 cm × 10 cm menggunakan tanah dari KP Sukamandi. Setiap

Tabel 1. Daftar materi genetik yang dievaluasi ketahanannya terhadap HDB di rumah kaca.

No. No. aksesi Nama aksesi Tahun

koleksi Keterangan Provinsi Kabupaten No. No. aksesi Nama aksesi Tahun

koleksi Keterangan Provinsi Kabupaten

1 7246 Kwatek Padang Luas 2010 Lokal 51 9520 Morneng/Dasneng 2014 Lokal Jawa Barat Cianjur 2 7258 Saba 2010 Lokal 52 9521 Jembar Lokal 2014 Lokal Jawa Barat Bandung 3 7259 Siam 11 2010 Lokal 53 9522 Jembar Batan 2014 Lokal Jawa Barat Bandung 4 7271 Siam Rendah 2010 Lokal 54 9523 Cungkring 2014 Lokal Jawa Barat Bandung 5 7274 Siam Unus Kuning

Tanbak Sariah 2010 Lokal 55 9524 Nengsih 2014 Lokal Jawa Barat Bandung

6 7276 Unus 2010 Lokal 56 9525 Cere Beureum 2014 Lokal Jawa Barat Bandung 7 7277 Unus Birayang 2010 Lokal 57 9526 Jembar 2014 Lokal Jawa Barat Tasikmalaya 8 7292 Monsua 2010 Lokal 58 9527 Cere 2 2014 Lokal Jawa Barat Garut 9 7306 Terong Ulang 2010 Lokal 59 9528 Menyan 2014 Lokal Jawa Barat Garut 10 7776 Tambleg 2010 Lokal Banten Pandeglang 60 9529 Oseg 2014 Lokal Jawa Barat Garut 11 7782 Padi Terong 2010 Lokal Banten Pandeglang 61 9531 Cere 1 2014 Lokal Jawa Barat Garut 12 7800 Pisitan Gundul 2010 Lokal Banten Pandeglang 62 9533 Cere 3 2014 Lokal Jawa Barat Garut 13 7813 Pare Sariendah 2010 Lokal Banten Pandeglang 63 9535 Ketan Pecut 2 2014 Lokal Jawa Barat Garut 14 7819 Ketan Hitam 2010 Lokal 64 9536 Wulung 1 2014 Lokal Jawa Barat Garut 15 7821 Pare Salak 2010 Lokal Banten Pandeglang 65 9537 Hawara Kapas 1 2014 Lokal Jawa Barat Garut 16 7834 Cere Dota 2010 Lokal Jawa Barat Cianjur 66 9540 Hawara Kapas 2 2014 Lokal Jawa Barat Garut 17 7837 Genjah Welut 2010 Lokal Jawa Tengah Magelang 67 9541 Lokcan Empok 2014 Lokal Jawa Barat Garut 18 7838 Rembang 2010 Lokal DIY Pakem 68 9542 Wulung 2 2014 Lokal Jawa Barat Garut 19 7848 Ciherang (tahan HDB) 2010 Lokal 69 9543 Cere 2014 Lokal Jawa Barat Garut 20 7855 Beras Hitam (2) 2010 Lokal Jawa Barat Subang 70 9544 Ketan Putih 1 2014 Lokal Jawa Barat Subang 21 7856 Beras Hitam 2010 Lokal Jawa Barat Indramayu 71 9545 Ketan Putih 2014 Lokal Jawa Barat Subang 22 7857 Beras hitam 2010 Lokal 72 9547 Muncul 2014 Lokal Jawa Barat Subang 23 7858 Beras Hitam (1) 2010 Lokal Jawa Barat Subang 73 9548 Si Denok 2014 Lokal Jawa Barat Subang 24 7860 Obor Laut 2010 Lokal Jawa Barat Bandung 74 9549 Angkok 2014 Lokal Jawa Barat Subang 25 7862 Ranting Merah 2010 Lokal Jawa Barat Bandung 75 9551 Kebo 2014 Lokal Jawa Barat Indramayu 26 7863 Gombal 2010 Lokal 76 9553 Kebo Super 2014 Lokal Jawa Barat Indramayu 27 7868 Si Udang 2010 Lokal Sumatra

Utara Mandailing Natal

77 9554 Muncul-Jati Barang 2014 Lokal Jawa Barat Indramayu

28 7869 Srijaya (Bulat) 2010 Lokal 78 9555 Borang 2014 Lokal Jawa Barat Indramayu 29 7872 Darma Ayu

(Ciherang/Sri putih) 2010 Lokal 79 9556 Sabo 2014 Lokal Jawa Barat Indramayu

30 7873 Basmati Sukamandi 2010 Lokal 80 9562 Padi Ngaos 2014 Lokal Riau Indragiri Hulu 31 7877 Semapati (Ciherang/Sri

Putih) 2010 Lokal 81 9563 Padi Sigading Merah 2014 Lokal Riau Indragiri Hulu

32 7878 Merdeka 2010 Lokal 82 9565 Padi Bau 2014 Lokal Riau Indragiri Hulu 33 7916 Pae Loio 2010 Lokal Sulawesi

Selatan Konawe Selatan

83 9566 Padi Sigading Putih 2014 Lokal Riau Indragiri Hulu

34 7917 Pae Ndina Ana 2010 Lokal Sulawesi Selatan

Konawe Selatan

84 9567 Padi Gading Tinggi 2014 Lokal Riau Indragiri Hulu

35 7932 Gundil 2010 Lokal Sulawesi Selatan

85 9568 Padi Ketik Nibung 2014 Lokal Riau Pelelawan

36 7933 Kantuna 2010 Lokal Sulawesi Selatan

86 9570 Padi Pulut Hitam 2014 Lokal Riau Pelelawan

37 7960 Itum 2010 Lokal 87 9571 Cekow 2014 Lokal Riau Pelelawan 38 7961 Yoing 2010 Lokal 88 9572 Padi Bujang Berinai 2014 Lokal Riau Pelelawan 39 7963 HS 3 2010 Lokal 89 9573 Cekow 2014 Lokal Riau Pelelawan 40 7964 Djambon 2010 Lokal 90 9575 Padi Pulut Belanda 2014 Lokal Riau Pelelawan 41 7968 Djedah 2010 Lokal 91 9579 Padi Anak Ulat 2014 Lokal Riau Pelelawan 42 7987 Padi Burungan 2010 Lokal 92 9580 Burung 2014 Lokal Riau Indragiri Hilir 43 7991 Srijaya Panjang 2010 Lokal 93 9582 Kuriak 2014 Lokal Riau Indragiri Hilir 44 8163 Soponjono 2011 Lokal 94 9583 Padi Napal 2014 Lokal Riau Pelelawan 45 9514 Lamdaur Ekor Hitam 2014 Lokal Jawa Barat Cianjur 95 9584 Kuro 2014 Lokal Riau Pelelawan 46 9515 Kewal Beureum 2014 Lokal Jawa Barat Cianjur 96 9585 Padi Karia 2014 Lokal Riau Indragiri Hilir 47 9516 Lamdaur Ekor Putih 2014 Lokal Jawa Barat Cianjur 97 9586 Mekar Sari 2014 Lokal Riau Indragiri Hilir 48 9517 Cere Manggu 2014 Lokal Jawa Barat Cianjur 98 9587 Padi KKB 2014 Lokal Riau Indragiri Hulu 49 9518 Inul 2014 Lokal Jawa Barat Cianjur 99 9589 Padi Mayang Sari 2014 Lokal Riau Indragiri Hilir 50 9519 Enud-Rawa Bogo 2014 Lokal Jawa Barat Cianjur 100 9591 Padi Karan Duku 2014 Lokal Riau Indragiri Hilir

Buletin Plasma Nutfah Vol. 25 No. 2, Desember 2019:113–122 116

benih aksesi uji ditanam dalam barisan, setiap baris berisi 20 tanaman. Pada setiap pengujian disertakan varietas diferensial IRBB5 dan IRBB7 sebagai cek tahan serta IR64 dan TN1 sebagai cek rentan. Varietas cek tahan (IRBB5 dan IRBB7) ditanam di tengah dan cek rentan (IR64 dan TN1) ditanam di tengah dan di pinggir. Pada hari ke-15 dilakukan penjarangan dengan menyisakan 10 batang tanam-an. Semua perlakuan diulang 3 kali. Tanaman di-inokulasi pada umur 15–21 hari setelah sebar (untuk stadia vegetatif) dengan menggunakan sus-pensi Xanthomonas oryzae pv. oryzae konsentrasi 108 cfu (colony forming unit). Proses inokulasi dilakukan dengan metode pengguntingan daun (Clipping method) untuk melukai daun padi yang akan diinfeksi dengan bakteri Xoo patotipe III, IV, dan VIII. Pengguntingan daun sepanjang 1–1,5 cm dilakukan dengan gunting steril yang sudah di-celupkan ke dalam suspensi bakteri. Inokulasi di-lakukan menjelang sore hari untuk menghindari panas terik dan penguapan tinggi, yaitu pada pukul 15.00–17.00 WIB dan untuk menjaga kelembapan di rumah kaca, tanaman dan lantai rumah kaca disiram.

Evaluasi Ketahanan Aksesi Padi Lokal terhadap HDB pada Stadia Generatif

Benih aksesi plasma nutfah padi disemai dalam nampan plastik, kemudian bibit padi yang berumur 7 hari setelah semai dipindah tanam pada pot berdiameter 15 cm sebanyak satu batang/pot. Untuk setiap patotipe ditanam dua pot dan diulang sebanyak tiga kali. Pada setiap pengujian diserta-kan varietas diferensial tahan (IRBB5 dan IRBB7) dan rentan (IR64 dan TN1). Pada saat primordia (umur 45–50 hari setelah semai) tanaman diino-kulasi dengan inokulum bakteri Xoo patotipe III,

IV, dan VIII dengan konsentrasi 108 cfu. Teknik inokulasi pada stadia generatif sama dengan stadia vegetatif, yang membedakan hanya umur tanaman pada saat inokulasi.

Pengamatan dilaksanakan pada 14 hari sete-lah inokulasi (HSI). Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang luka dan panjang daun serta dihitung persentase penyakitnya. Penentuan ke-tahanan dilakukan berdasarkan persentase serangan penyakit yang dikonversikan ke dalam skala ke-tahanan Standard Evaluation System for Rice (SES) (IRRI 2014) (Tabel 2).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaman Respons Ketahanan Aksesi Plasma Nutfah Padi terhadap HDB pada Stadia

Vegetatif

Hasil evaluasi ketahanan seratus aksesi padi lokal pada stadia vegetatif tidak menunjukkan satu aksesi pun yang bereaksi tahan (Tabel 3). Semua aksesi plasma nutfah padi yang dievaluasi bereaksi agak rentan, rentan, dan sangat rentan terhadap HDB patotipe III, bereaksi sangat rentan terhadap patotipe IV, dan bereaksi rentan dan sangat rentan terhadap patotipe VIII (Tabel 3).

Pada fase vegetatif semua aksesi plasma nutfah padi yang dievaluasi menunjukkan respons ketahanan yang berbeda terhadap patotipe III, IV, dan VIII. Pada patotipe III menunjukkan respons ketahanan yang paling beragam, di mana keseratus aksesi yang diuji menunjukkan respons agak rentan (AR), rentan (R), dan sangat rentan (SR). Aksesi yang bereaksi agak rentan (skor 4) sebanyak 9 aksesi, yaitu 7 aksesi berasal dari Jawa Barat dan 2 aksesi berasal dari Sumatra. Respons ketahanan

Tabel 2. Skala ketahanan padi terhadap penyakit HDB berdasarkan SES (IRRI 2014).

Skala HDB di rumah kaca Luas luka (%) Kriteria

1 Tidak ada gejala ST = sangat tahan 2 Kurang dari 1% T = tahan 3 1–3% AT = agak tahan 4 4–10% AR = agak rentan 5 11–15% R = rentan 6 16–25% R = rentan 7 26–50% SR = sangat rentan 8 51–75% SR = sangat rentan 9 76–100% SR = sangat rentan

2019 Keragaman Ketahanan Padi Lokal Jawa, Sumatra, dan Sulawesi: C. Roza et al.

117

aksesi lainnya menunjukkan sifat rentan (skor 5–7) mencapai 60% dan sangat rentan (skor 7–9) dengan total proporsi 31% dari total aksesi yang diuji. Semua aksesi yang diuji bersifat seragam dengan respons ketahanan sangat rentan terhadap patotipe

IV, sedangkan terhadap patotipe VIII menunjuk-kan adanya keragaman respons ketahanan yang bersifat rentan sebanyak 18% dan sangat rentan sebanyak 82%.

Tabel 3. Respons ketahanan aksesi plasma nutfah padi terhadap HDB patotipe III, IV, dan VIII pada stadia vegetatif, Sukamandi, MT-1 tahun 2016.

No. No. aksesi Nama aksesi

Patotipe III Patotipe IV Patotipe VIII

Rerata Skala Ketahanan Rerata Skala Ketahanan Rerata Skala Ketahanan

1 7246 Kwatek Padang Luas 42,71 7 SR 68,66 8 SR 41,24 7 SR 2 7258 Saba 45,53 7 SR 62,01 8 SR 34,90 7 SR 3 7259 Siam 11 43,24 7 SR 83,83 9 SR 68,79 8 SR 4 7271 Siam Rendah 44,75 7 SR 80,73 9 SR 69,94 8 SR 5 7274 Siam Unus Kuning Tanbak Sariah 47,98 7 SR 74,55 8 SR 69,51 8 SR 6 7276 Unus 51,38 8 SR 80,24 9 SR 79,54 9 SR 7 7277 Unus Birayang 36,79 7 SR 78,26 9 SR 70,02 8 SR 8 7292 Monsua 33,47 7 SR 73,73 8 SR 67,90 8 SR 9 7306 Terong Ulang 33,80 7 SR 80,11 9 SR 61,66 8 SR 10 7776 Tambleg 46,33 7 SR 93,90 9 SR 84,08 9 SR 11 7782 Padi Terong 40,37 7 SR 81,93 9 SR 74,25 8 SR 12 7800 Pisitan Gundul 49,69 7 SR 82,04 9 SR 74,92 8 SR 13 7813 Pare Sariendah 41,03 7 SR 81,23 9 SR 76,61 9 SR 14 7819 Ketan Hitam 32,06 7 SR 81,99 9 SR 73,54 8 SR 15 7821 Pare Salak 48,35 7 SR 100,00 9 SR 78,91 9 SR 16 7834 Cere Dota 37,93 7 SR 80,58 9 SR 69,13 8 SR 17 7837 Genjah Welut 43,38 7 SR 84,25 9 SR 69,82 8 SR 18 7838 Rembang 35,35 7 SR 79,89 9 SR 74,23 8 SR 19 7848 Ciherang (tahan HDB) 26,20 7 SR 51,38 8 SR 50,61 8 SR 20 7855 Beras Hitam (2) 29,69 7 SR 67,09 8 SR 63,95 8 SR 21 7856 Beras Hitam 27,64 7 SR 78,22 9 SR 74,68 8 SR 22 7857 Beras Hitam 24,52 6 R 82,07 9 SR 61,85 8 SR 23 7858 Beras Hitam (1) 24,18 6 R 75,25 8 SR 64,52 8 SR 24 7860 Obor Laut 25,05 6 R 84,98 9 SR 73,95 8 SR 25 7862 Ranting Merah 24,70 6 R 77,94 9 SR 56,63 8 SR 26 7863 Gombal 35,49 7 SR 92,55 9 SR 67,45 8 SR 27 7868 Si Udang 38,53 7 SR 86,33 9 SR 73,74 8 SR 28 7869 Srijaya (Bulat) 35,35 7 SR 63,04 8 SR 52,44 8 SR 29 7872 Darma Ayu (Ciherang/Sri Putih) 17,28 6 R 41,48 7 SR 38,15 7 SR 30 7873 Basmati Sukamandi 41,18 7 SR 96,63 9 SR 37,24 7 SR 31 7877 Semapati (Ciherang/Sri Putih) 33,91 7 SR 55,67 8 SR 49,22 7 SR 32 7878 Merdeka 19,28 6 R 68,01 8 SR 51,56 8 SR 33 7916 Pae Loio 33,72 7 SR 76,59 9 SR 66,24 8 SR 34 7917 Pae Ndina Ana 48,96 7 SR 82,83 9 SR 74,81 8 SR 35 7932 Gundil 36,83 7 SR 74,38 8 SR 67,63 8 SR 36 7933 Kantuna 26,90 7 SR 87,40 9 SR 86,28 9 SR 37 7960 Itum 29,56 7 SR 87,65 9 SR 73,37 8 SR 38 7961 Yoing 22,71 6 R 94,18 9 SR 70,91 8 SR 39 7963 HS 3 19,21 6 R 90,43 9 SR 70,10 8 SR 40 7964 Djambon 25,25 6 R 93,67 9 SR 86,95 9 SR 41 7968 Djedah 30,43 7 SR 87,84 9 SR 85,83 9 SR 42 7987 Padi Burungan 32,38 7 SR 80,66 9 SR 60,93 8 SR 43 7991 Srijaya Panjang 28,22 7 SR 84,81 9 SR 72,89 8 SR 44 8163 Soponjono 15,10 5 R 89,18 9 SR 27,89 6 R 45 9514 Lamdaur Ekor Hitam 30,84 7 SR 81,54 9 SR 81,36 9 SR 46 9515 Kewal Beureum 31,07 7 SR 76,09 9 SR 74,53 8 SR 47 9516 Lamdaur Ekor Putih 35,27 7 SR 69,44 8 SR 39,96 7 SR 48 9517 Cere Manggu 32,02 7 SR 61,94 8 SR 37,70 7 SR 49 9518 Inul 30,23 7 SR 68,10 8 SR 45,18 7 SR 50 9519 Enud-Rawa Bogo 35,03 7 SR 56,05 8 SR 43,34 7 SR 51 9520 Morneng/Dasneng 11,37 5 R 38,54 7 SR 42,10 7 SR 52 9521 Jembar Lokal 11,64 5 R 46,83 7 SR 36,58 7 SR 53 9522 Jembar Batan 13,58 5 R 63,81 8 SR 38,53 7 SR 54 9523 Cungkring 12,06 5 R 58,72 8 SR 31,64 7 SR 55 9524 Nengsih 13,00 5 R 64,89 8 SR 31,14 7 SR

Buletin Plasma Nutfah Vol. 25 No. 2, Desember 2019:113–122 118

Hampir semua aksesi yang terindikasi tahan (bersifat agak tahan) terhadap patogen HDB patotipe III adalah padi lokal asal Jawa Barat. Jawa Barat merupakan salah satu lokasi endemik penyakit HDB, di mana pada MT 2007, didominasi oleh kelompok patotipe VIII (Sudir et al. 2015). Sedangkan patotipe III tercatat memiliki penyebar-an paling banyak di Jawa Timur (Sudir et al. 2013). Ketahanan padi lokal terbentuk karena tekanan

seleksi patotipe dominan yang berkembang di suatu lokasi. Aksesi padi lokal yang berasal dari Jawa Barat memiliki respons ketahanan terhadap patotipe III, mengindikasikan bahwa tekanan seleksi patotipe III tidak dominan sehingga masih memungkinkan terbentuknya respons ketahanan pada padi lokal. Prinsip interaksi antara patogen dan tanaman inang akan selalu mempengaruhi keragaman respons ketahanan tanaman.

Tabel 3. Lanjutan.

No. No. aksesi Nama aksesi

Patotipe III Patotipe IV Patotipe VIII

Rerata Skala Ketahanan Rerata Skala Ketahanan Rerata Skala Ketahanan

56 9525 Cere Beureum 15,39 5 R 65,14 8 SR 36,53 7 SR 57 9526 Jembar 12,50 5 R 60,86 8 SR 38,41 7 SR 58 9527 Cere 2 9,39 4 AR 61,67 8 SR 29,74 7 SR 59 9528 Menyan 9,54 4 AR 92,67 9 SR 35,06 7 SR 60 9529 Oseg 10,38 4 AR 76,13 9 SR 41,81 7 SR 61 9531 Cere 1 13,31 5 R 72,73 8 SR 36,99 7 SR 62 9533 Cere 3 10,95 5 R 89,46 9 SR 46,03 7 SR 63 9535 Ketan Pecut 2 9,51 5 R 76,06 9 SR 41,46 7 SR 64 9536 Wulung 1 9,85 5 R 68,81 8 SR 35,30 7 SR 65 9537 Hawara kapas 1 15,93 6 R 86,94 9 SR 44,26 7 SR 66 9540 Hawara Kapas 2 8,09 4 AR 82,38 9 SR 54,87 8 SR 67 9541 Lokcan Empok 10,07 4 AR 77,88 9 SR 47,38 7 SR 68 9542 Wulung 2 13,91 5 R 71,49 8 SR 42,31 7 SR 69 9543 Cere 11,64 5 R 61,31 8 SR 39,79 7 SR 70 9544 Ketan Putih 1 12,81 5 R 53,10 8 SR 39,71 7 SR 71 9545 Ketan Putih 18,40 6 R 86,14 9 SR 31,81 7 SR 72 9547 Muncul 8,01 4 AR 79,33 9 SR 17,25 6 R 73 9548 Si Denok 16,86 6 R 72,84 8 SR 31,05 7 SR 74 9549 Angkok 12,95 5 R 83,47 9 SR 37,92 7 SR 75 9551 Kebo 5,49 4 AR 78,11 9 SR 18,90 6 R 76 9553 Kebo Super 10,53 5 R 70,97 8 SR 20,42 6 R 77 9554 Muncul-Jati Barang 16,65 6 R 76,29 9 SR 19,44 6 R 78 9555 Borang 17,61 6 R 75,41 8 SR 19,75 6 R 79 9556 Sabo 15,04 5 R 73,87 8 SR 19,25 6 R 80 9562 Padi Ngaos 17,01 6 R 56,07 8 SR 17,43 6 R 81 9563 Padi Sigading Merah 14,86 5 R 60,36 8 SR 25,68 7 SR 82 9565 Padi Bau 6,70 4 AR 76,94 9 SR 29,96 7 SR 83 9566 Padi Sigading Putih 11,79 5 R 71,55 8 SR 25,16 6 R 84 9567 Padi Gading Tinggi 13,05 5 R 77,16 9 SR 28,92 7 SR 85 9568 Padi Ketik Nibung 14,06 5 R 88,72 9 SR 22,72 6 R 86 9570 Padi Pulut Hitam 10,86 5 R 78,74 9 SR 25,78 7 SR 87 9571 Cekow 11,05 5 R 79,95 9 SR 25,99 7 SR 88 9572 Padi Bujang Berinai 17,57 6 R 74,44 8 SR 21,22 6 R 89 9573 Cekow 19,50 6 R 74,17 8 SR 23,05 6 R 90 9575 Padi Pulut Belanda 12,30 5 R 37,08 7 SR 16,47 6 R 91 9579 Padi Anak Ulat 13,26 5 R 87,82 9 SR 23,99 6 R 92 9580 Burung 6,06 4 AR 74,53 8 SR 22,23 6 R 93 9582 Kuriak 22,72 6 R 70,69 8 SR 22,80 6 R 94 9583 Padi Napal 16,36 6 R 67,63 8 SR 26,34 7 SR 95 9584 Kuro 11,77 5 R 67,86 8 SR 25,33 6 R 96 9585 Padi Karia 10,58 5 R 59,99 8 SR 26,30 7 SR 97 9586 Mekar Sari 11,23 5 R 50,92 8 SR 31,24 7 SR 98 9587 Padi KKB 11,54 5 R 64,16 8 SR 25,44 6 R 99 9589 Padi Mayang Sari 18,83 6 R 62,36 8 SR 33,68 7 SR 100 9591 Padi Karan Duku 16,51 6 R 67,21 8 SR 27,58 7 SR IR64 20,21 6 R 57,50 8 SR 33,78 7 SR IRBB5 3,17 3 AT 6,88 4 AR 3,11 3 AT IRBB7 1,70 2 T 3,12 3 AT 2,01 3 AT TN1 39,84 7 SR 100,00 9 SR 94,07 9 SR

T = tahan, AT = agak tahan, AR= agak rentan, R = rentan, SR = sangat rentan.

2019 Keragaman Ketahanan Padi Lokal Jawa, Sumatra, dan Sulawesi: C. Roza et al.

119

Aksesi plasma nutfah padi bereaksi tidak tahan pada fase vegetatif dikarenakan fase pertum-buhan vegetatif tanaman padi merupakan fase infeksius dari bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan fase rentan terhadap penyakit HDB

(Djatmiko dan Fatichin 2009). Hal ini juga terjadi karena fase anakan jaringan daunnya masih sangat muda sehingga patogen mudah berkembang dan gejala terbentuk dalam waktu singkat (Khaeruni et al. 2014).

Tabel 4. Reaksi aksesi plasma nutfah padi terhadap HDB patotipe III, IV, dan VIII pada stadia generatif, Sukamandi, MT-2 Tahun 2016.

No. No. aksesi Nama aksesi III IV VIII

Rerata Skala Ketahanan Rerata Skala Ketahanan Rerata Skala Ketahanan

1 7246 Kwatek Padang Luas 7,12 4 AR 36,14 7 SR 26,47 7 SR 2 7258 Saba 5,37 4 AR 30,54 7 SR 28,90 7 SR 3 7259 Siam 11 6,46 4 AR 58,73 8 SR 19,58 6 R 4 7271 Siam Rendah 5,25 4 AR 47,47 7 SR 16,64 6 R 5 7274 Siam Unus Kuning Tanbak Sariah 8,56 4 AR 40,09 7 SR 21,02 6 R 6 7276 Unus 4,97 4 AR 42,85 7 SR 21,81 6 R 7 7277 Unus Birayang 4,01 4 AR 40,11 7 SR 12,14 5 R 8 7292 Monsua 8,39 4 AR 30,46 7 SR 16,87 6 R 9 7306 Terong Ulang 6,70 4 AR 48,87 7 SR 28,19 7 SR 10 7776 Tambleg 4,37 4 AR 35,23 7 SR 11,67 5 R 11 7782 Padi Terong 2,86 3 AT 25,19 6 R 9,92 4 AR 12 7800 Pisitan Gundul 15,93 6 R 63,99 8 SR 48,91 7 SR 13 7813 Pare Sariendah 9,17 4 AR 40,93 7 SR 22,04 6 R 14 7819 Ketan Hitam 9,37 4 AR 53,02 8 SR 13,37 5 R 15 7821 Pare Salak 8,95 4 AR 22,71 6 R 17,03 6 R 16 7834 Cere dota 11,49 5 R 45,41 7 SR 11,84 5 R 17 7837 Genjah Welut 11,34 5 R 41,91 7 SR 23,21 6 R 18 7838 Rembang 11,40 5 R 50,67 8 SR 27,95 7 SR 19 7848 Ciherang (tahan HDB) 11,48 5 R 60,15 8 SR 20,97 6 R 20 7855 Beras Hitam (2) 13,57 5 R 54,28 8 SR 21,87 6 R 21 7856 Beras Hitam 11,45 5 R 50,88 8 SR 31,57 7 SR 22 7857 Beras Hitam 11,40 5 R 33,05 7 SR 23,09 6 R 23 7858 Beras Hitam (1) 11,03 5 R 47,91 7 SR 22,20 6 R 24 7860 Obor Laut 17,09 6 R 59,92 8 SR 27,10 7 SR 25 7862 Ranting Merah 13,17 5 R 45,18 7 SR 29,06 7 SR 26 7863 Gombal 10,08 4 AR 35,55 7 SR 6,94 4 AR 27 7868 Si Udang 11,14 5 R 28,96 7 SR 13,18 5 R 28 7869 Srijaya (Bulat) 13,34 5 R 66,89 8 SR 29,63 7 SR 29 7872 Darma Ayu (Ciherang/Sri Putih) 11,04 5 R 62,79 8 SR 12,42 5 R 30 7873 Basmati Sukamandi 10,00 4 AR 60,73 8 SR 31,25 7 SR 31 7877 Semapati (Ciherang/Sri Putih) 8,49 4 AR 56,05 8 SR 18,56 6 R 32 7878 Merdeka 11,49 5 R 52,73 8 SR 11,73 5 R 33 7916 Pae Loio 8,16 4 AR 19,01 6 R 21,78 6 R 34 7917 Pae Ndina Ana 7,98 4 AR 29,46 7 SR 22,34 6 R 35 7932 Gundil 7,66 4 AR 40,58 7 SR 21,14 6 R 36 7933 Kantuna 9,06 4 AR 39,63 7 SR 16,74 6 R 37 7960 Itum 7,50 4 AR 40,55 7 SR 17,53 6 R 38 7961 Yoing 6,76 4 AR 36,75 7 SR 19,06 6 R 39 7963 HS 3 6,97 4 AR 35,08 7 SR 10,67 5 R 40 7964 Djambon 6,50 4 AR 37,22 7 SR 12,30 5 R 41 7968 Djedah 7,49 4 AR 40,16 7 SR 14,03 5 R 42 7987 Padi Burungan 4,57 4 AR 20,89 6 R 13,86 5 R 43 7991 Srijaya Panjang 23,25 6 R 66,35 8 SR 36,36 7 SR 44 8163 Soponjono 4,60 4 AR 8,49 4 AR 7,27 4 AR 45 9514 Lamdaur Ekor Hitam 12,13 5 R 33,14 7 SR 24,52 6 R 46 9515 Kewal Beureum 7,62 4 AR 30,56 7 SR 10,08 4 AR 47 9516 Lamdaur Ekor Putih 7,60 4 AR 49,16 7 SR 20,63 6 R 48 9517 Cere Manggu 8,59 4 AR 37,08 7 SR 21,32 6 R 49 9518 Inul 10,78 5 R 39,60 7 SR 25,21 6 R 50 9519 Enud-Rawa Bogo 11,34 5 R 40,20 7 SR 23,28 6 R 51 9520 Morneng/Dasneng 10,17 4 AR 45,56 7 SR 13,20 5 R 52 9521 Jembar Lokal 17,24 6 R 67,41 8 SR 16,23 6 R 53 9522 Jembar Batan 13,83 5 R 66,13 8 SR 15,23 5 R 54 9523 Cungkring 13,02 5 R 71,98 8 SR 28,23 7 SR 55 9524 Nengsih 14,45 5 R 71,58 8 SR 20,55 6 R

Buletin Plasma Nutfah Vol. 25 No. 2, Desember 2019:113–122 120

Keragaman Respons Ketahanan Aksesi Plasma Nutfah Padi terhadap HDB pada Stadia

Generatif

Evaluasi ketahanan seratus aksesi pada stadia generatif diperoleh satu aksesi yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe III yaitu Padi Terong (7782). Keragaman respons untuk aksesi lainnya terhadap patotipe III menunjukkan respons agak

rentan sebanyak 57% dan rentan sebanyak 42%. Pada patotipe IV, keragaman respons ketahanan total aksesi padi lokal yang dievaluasi menunjuk-kan respons agak rentan sebesar 1%, rentan seba-nyak 5%, dan sangat rentan sebanyak 94%. Pada patotipe VIII, total aksesi padi lokal yang diuji me-nunjukkan respons agak rentan sebanyak 9%, rentan sebanyak 68%, dan sangat rentan sebanyak 23% (Tabel 4).

Tabel 4. Lanjutan.

No. No. aksesi Nama aksesi III IV VIII

Rerata Skala Ketahanan Rerata Skala Ketahanan Rerata Skala Ketahanan

56 9525 Cere Beureum 20,59 5 R 64,03 8 SR 24,81 6 R 57 9526 Jembar 16,20 6 R 57,75 8 SR 27,60 7 SR 58 9527 Cere 2 13,34 5 R 65,12 8 SR 19,43 6 R 59 9528 Menyan 8,03 4 AR 39,23 7 SR 13,91 5 R 60 9529 Oseg 7,35 4 AR 39,59 7 SR 25,69 6 R 61 9531 Cere 1 11,40 5 R 62,12 8 SR 22,71 6 R 62 9533 Cere 3 9,20 4 AR 64,25 8 SR 17,51 6 R 63 9535 Ketan Pecut 2 9,18 4 AR 58,89 8 SR 18,50 6 R 64 9536 Wulung 1 7,34 4 AR 51,76 8 SR 12,19 5 R 65 9537 Hawara Kapas 1 8,48 4 AR 45,33 7 SR 13,60 5 R 66 9540 Hawara Kapas 2 7,94 4 AR 50,19 7 SR 10,82 4 AR 67 9541 Lokcan Empok 10,53 4 AR 44,96 7 SR 11,90 5 R 68 9542 Wulung 2 6,67 4 AR 53,20 8 SR 8,80 4 AR 69 9543 Cere 7,32 4 AR 60,20 8 SR 10,33 4 AR 70 9544 Ketan Putih 1 6,91 4 AR 15,19 5 R 8,88 4 AR 71 9545 Ketan Putih 7,22 4 AR 29,12 7 SR 8,38 4 AR 72 9547 Muncul 8,93 4 AR 48,81 7 SR 12,40 5 R 73 9548 Si Denok 14,41 5 R 67,85 8 SR 24,31 7 SR 74 9549 Angkok 13,03 5 R 56,13 8 SR 16,09 6 R 75 9551 Kebo 8,80 4 AR 56,58 8 SR 13,26 5 R 76 9553 Kebo Super 9,85 4 AR 61,15 8 SR 14,20 5 R 77 9554 Muncul-Jati Barang 12,40 5 R 67,72 8 SR 24,42 6 R 78 9555 Borang 12,57 5 R 62,22 8 SR 21,93 6 R 79 9556 Sabo 11,74 5 R 60,33 8 SR 18,62 6 R 80 9562 Padi Ngaos 11,51 5 R 57,54 8 SR 20,85 6 R 81 9563 Padi Sigading Merah 9,33 4 AR 41,89 7 SR 14,94 5 R 82 9565 Padi Bau 11,17 5 R 52,07 8 SR 16,03 6 R 83 9566 Padi Sigading Putih 9,60 4 AR 60,64 8 SR 18,32 6 R 84 9567 Padi Gading Tinggi 10,65 5 R 51,47 8 SR 19,70 6 R 85 9568 Padi Ketik Nibung 9,20 4 AR 67,73 8 SR 27,03 7 SR 86 9570 Padi Pulut Hitam 13,26 5 R 63,32 8 SR 62,10 8 SR 87 9571 Cekow 9,55 4 AR 42,64 7 SR 28,33 7 SR 88 9572 Padi Bujang Berinai 10,40 4 AR 39,74 7 SR 19,52 6 R 89 9573 Cekow 11,07 5 R 41,46 7 SR 28,28 7 SR 90 9575 Padi Pulut Belanda 9,40 4 AR 46,91 7 SR 23,40 6 R 91 9579 Padi Anak Ulat 11,62 5 R 53,29 8 SR 19,44 6 R 92 9580 Burung 12,76 5 R 49,19 7 SR 17,91 6 R 93 9582 Kuriak 15,69 5 R 50,52 7 SR 22,93 6 R 94 9583 Padi Napal 8,34 4 AR 40,44 7 SR 22,44 6 R 95 9584 Kuro 9,01 4 AR 52,95 8 SR 23,72 6 R 96 9585 Padi Karia 10,23 4 AR 48,18 7 SR 22,15 6 R 97 9586 Mekar Sari 12,14 5 R 63,16 8 SR 28,58 7 SR 98 9587 Padi KKB 10,44 4 AR 38,55 8 SR 25,87 7 SR 99 9589 Padi Mayang Sari 14,50 5 R 50,48 7 SR 26,67 7 SR 100 9591 Padi Karan Duku 9,13 4 AR 48,08 7 SR 29,67 7 SR Cek IR64 14,57 5 R 74,17 8 SR 30,84 7 SR Cek IRBB5 1,28 1 T 2,55 3 AT 1,40 1 T Cek IRBB7 0,98 1 T 1,42 1 T 0,85 1 T Cek TN1 35,53 7 SR 89,03 9 SR 57,63 8 SR

T = tahan, AT = agak tahan, AR = agak rentan, R = rentan, SR = sangat rentan.

2019 Keragaman Ketahanan Padi Lokal Jawa, Sumatra, dan Sulawesi: C. Roza et al.

121

Padi lokal Terong adalah padi lokal asal Jawa Barat yang menunjukkan respons agak tahan terhadap HDB patotipe III pada stadia generatif. Hal ini mengindikasikan bahwa respons ketahanan meningkat seiring berkembangnya stadia pertum-buhan tanaman. Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al. (2014) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diino-kulasi bakteri Xoo menjadi semakin lambat per-kembangan penyakit HDBnya. Perkembangan gejala HDB selain ditentukan oleh virulensi patogen juga kemungkinan sangat dipengaruhi ke-tahanan tanaman terhadap patogen baik genetik maupun kandungan nutrisinya yang diduga akan mempengaruhi perkembangan patogen (Suryadi dan Kadir 2008).

Perkembangan penyakit HDB juga ditentu-kan oleh varietas yang ditanam. Pada varietas rentan, terutama pada saat cuaca lembap dan pe-mupukan N dosis tinggi tanpa diimbangi oleh pupuk K, penyakit ini berkembang sangat cepat (Sudir dan Abdulrachman 2009). Kelembapan yang tinggi juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini. Oleh karena itu, penyakit HDB sering timbul pada musim hujan, terutama apabila hujan disertai angin kencang, yang berperan dalam pe-nularan dan penyebaran patogen (Suparyono et al. 2003).

Aksesi Ketan Putih 1 (9544) memiliki per-sentase penyakit pada patotipe yang paling virulen (patotipe IV) jauh lebih rendah (15,19%) dibanding kontrol rentan TN1 (89,03%) dan IR64 (74,17%).

Skoring ketahanan dengan skala SES (IRRI 2014) aksesi ini tidak termasuk tahan, tetapi apabila di-lihat dari persentase penyakitnya lebih kecil dari kontrol rentan. Menurut Sudir et al. (2012), sampai saat ini belum ditemukan aksesi plasma nutfah padi yang memiliki ketahanan yang lebih unggul ter-hadap HDB dibandingkan varietas yang sudah ada. Aksesi plasma nutfah padi yang telah dievaluasi sebelumnya hanya memiliki ketahanan terhadap patotipe III saja yang memiliki virulensi yang rendah.

Apabila dibanding dengan kontrol rentan, persentase serangan penyakit pada aksesi yang dievaluasi umum lebih kecil. Pada patotipe III selisih persentase penyakit aksesi yang dievaluasi paling tinggi persentase penyakitnya dengan kontrol rentan sebesar 19,6%, patotipe IV sebesar 17,05%, dan patotipe VIII sebesar 28,57%. Selisih persentase penyakit aksesi yang dievaluasi dengan kontrol rentan yang cukup besar. Hal ini diduga karena adanya mekanisme ketahanan tanaman sehingga bakteri tidak bisa berkembang dan gejala yang muncul lebih sedikit. Secara alamiah tanaman memiliki ketahanan tertentu terhadap patogen, bila tidak tanaman akan mengalami serangan berat oleh patogen (Gambar 1) (Rahim et al. 2012).

KESIMPULAN

Hasil evaluasi ketahanan aksesi plasma nutfah padi pada fase vegetatif dan generatif menunjukkan bahwa respons aksesi berbeda pada

Gambar 1. Kondisi tanaman yang terserang HDB. A = gejala HDB pada tanaman yang bereaksi

agak tahan, B = gejala HDB pada tanaman yang bereaksi rentan.

B A

Buletin Plasma Nutfah Vol. 25 No. 2, Desember 2019:113–122 122

masing-masing patotipe. Persentase penyakit pada fase vegetatif umumnya lebih besar daripada fase generatif. Ketahanan aksesi uji terhadap bakteri Xoo patotipe III pada fase vegetatif bereaksi agak rentan, rentan, dan sangat rentan, sedangkan pada fase generatif ada satu aksesi yang bereaksi agak tahan yaitu aksesi Padi Terong (7782). Aksesi uji bereaksi agak rentan, rentan, dan sangat rentan terhadap patotipe IV dan VIII baik pada fase vegetatif maupun generatif.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala BB Padi yang telah mendanai penelitian ini melalui DIPA tahun 2016, serta saudara Heryanto dan Lin Herlina yang telah membantu penelitian ini di laboratorium dan rumah kaca. Terima kasih penulis sampaikan juga kepada Dr. Satya Nugroho yang telah memberikan saran pada tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bustamam, M., Yunus, M., Warsun, A., Suwarno, Hifni, H.R. & Kadir, T.S. (1997) Penggunaan marka molekuler dalam perbaikan ketahanan padi terhadap penyakit hawar daun bakteri di Indonesia. Dalam: Moeljopawiro, S., Herman, M., Saono, S., Mariska, I., Purwantara, B. & Kasim, H. (editor) Prosiding Seminar Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia. Surabaya, hlm. 174–183.

Djafarudin (1994) Prospek pengendalian penyebab penya-kit secara hayati suatu harapan atau kenyataan. Makalah Seminar Regional PFI Wilayah Sumatera Barat. Balittan Sukarami (Solok), 17 Desember 1994.

Djatmiko, H.A. & Fatichin (2009) Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri. Jurnal Hama Penyakit Tumbuhan Tropika, 9 (2), 168–173. doi: 10.23960/j.hptt.29168-173.

IRRI (2014) Standard evaluation system for rice. Philippines, IRRI.

Khaeruni, A., Taufik, M., Wijayanto, T. & Johan E.A. (2014) Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan. Jurnal Fitopatologi Indonesia, 10 (4), 119–125. doi: 10.14692/jfi.10.4.119.

Nafisah, Daradjat, A., Suprihatno, B. & Kadir, T.S. (2007) Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga tipe populasi tanaman padi hasil seleksi

daur siklus pertama. Jurnal Pertanian Tanaman Pangan, 26 (2), 100–105.

Rahim, A., Khaeruni, A.R. & Taufik, M. (2012) Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial ter-hadap patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae isolat Sulawesi Tenggara. Berkala Penelitian Agronomi, 1 (2), 132–138.

Sitaresmi, T., Wening, R.H., Rakhmi, A.T., Yunani, N. & Susanto, U. (2013) Pemanfaatan plasma nutfah padi varietas lokal dalam perakitan varietas unggul. Iptek Tanaman Pangan, 8 (1), 22–30.

Sudir, Yogi, Y.A. & Syahri. (2013) Komposisi dan sebaran patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae di sentra produksi padi di Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 32 (2), 98–108. doi: 10.21082/jpptp.v32n2.2013.p98-108.

Sudir, Nuryanto, B. & Kadir, T.S. (2012) Epidemiologi, patotipe, dan strategi pengendalian penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi. Iptek Tanaman Pangan, 7 (2), 79–87.

Sudir, Yuliani, D. & Wirajaswadi, L. (2015) Komposisi dan sebaran patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae, penyakit pada padi di Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 34 (2), 113–120. doi: http://dx.doi.org/10.21082/ jpptp.v34n2.2015.p113-120.

Sudir & Abdulrachman, S. (2009) Pengaruh pupuk terhadap penyakit hawar daun bakteri Xanthmonas oryzae pv. oryzae pada varietas padi unggul baru, tipe baru dan Hibrida. Prosiding Seminar Nasional Padi 2008. Inovasi Teknologi Padi Mengantisipasi Perubahan Iklim Global Mendukung Ketahanan Pangan. Buku I. Sukamandi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, hlm. 431–441.

Sudir, Guswara, A. & Toha, H.M. (2002) Pengaruh pemupukan, varietas padi, dan kerapatan tanaman terhadap beberapa penyakit padi. Jurnal Agrikultura, 13 (2), 97–103.

Suparyono, Sudir & Suprihanto. (2004) Patotipe profile of Xanthomonas oryzae pv. oryzae, isolates from the rice ecosystem in Java Indonesia. Indonesian Journal of Agricultural Science, 5 (2), 63–69. doi: 10.21082/ijas.v5n2.2004.p63-69.

Suparyono, Sudir & Suprihanto (2003) Komposisi patotipe patogen hawar daun bakteri pada tanaman padi stadium tumbuh berbeda. Jurnal Penelitian Pertanian, 22 (1), 45–50.

Suparyono & Sudir (1992) Perkembangan penyakit bakteri hawar daun pada stadia tumbuh yang berbeda dan pengaruhnya terhadap hasil padi. Media Penelitian Sukamandi, 12, 6–9.

Suryadi, Y. & Kadir, T.S. (2008) Kajian infeksi Xanthomo-nas oryzae pv. oryzae terhadap beberapa genotipe padi: Hubungan kandungan hara dengan intensitas penyakit. Jurnal Ilmu Pertanian, 15 (1), 26–36.