keputusan presiden republik indonesia nomor 42...

45
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang telah ditetapkan dalam Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat berjalan lebih efektif dan efisien, maka dipandang perlu menetapkan ketentuan-ketentuan mengenai Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai pengganti Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Keputusan Presiden tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia (Indische Comptabiliteitswet, Staatsblad 1925 Nomor 448) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860); MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tahun Anggaran berlaku sebagaimana ditetapkan oleh Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pasal 2…

Upload: truongkhue

Post on 06-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 42 TAHUN 2002

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN

DAN BELANJA NEGARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negarayang telah ditetapkan dalam Undang-undang tentang AnggaranPendapatan dan Belanja Negara dapat berjalan lebih efektif danefisien, maka dipandang perlu menetapkan ketentuan-ketentuanmengenai Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara sebagai pengganti Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2000tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hurufa perlu menetapkan Keputusan Presiden tentang Pedoman PelaksanaanAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Ketiga Undang-UndangDasar 1945;

2. Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia (IndischeComptabiliteitswet, Staatsblad 1925 Nomor 448) sebagaimana telahdiubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1968(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53,Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Tahun Anggaran berlaku sebagaimana ditetapkan oleh Undang-undangtentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pasal 2…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 2 -

Pasal 2

(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam suatu tahunanggaran mencakup:

- pendapatan negara yaitu semua penerimaan negara yang berasaldari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajakserta penerimaan hibah dari dalam dan luar negeri selama tahunanggaran yang bersangkutan;

- belanja negara yaitu semua pengeluaran negara untukmembiayai belanja pemerintah pusat dan pemerintah daerahmelalui dana perimbangan selama tahun anggaran bersangkutan;

- defisit belanja negara yaitu selisih kurang antara pendapatannegara dengan belanja negara;

- pembiayaan defisit yaitu semua jenis pembiayaan yangdigunakan untuk menutup defisit belanja negara yang bersumberdari pembiayaan dalam dan luar negeri;

- surplus pendapatan negara yaitu selisih lebih antara pendapatannegara dengan belanja negara.

(2) Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melaluirekening Kas Negara pada bank sentral dan atau lembaga keuanganlainnya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pasal 3

(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang telah ditetapkandengan undang-undang dirinci lebih lanjut ke dalam bagiananggaran dengan Keputusan Presiden.

(2) Bagian anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dirincisebagai berikut:

- anggaran pendapatan dirinci ke dalam unit organisasi dan jenispendapatan;

- anggaran belanja dirinci ke dalam unit organisasi, kegiatan/proyek dan jenis belanja.

Pasal 4

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mengaturpenyediaan uang dan penyaluran dana untuk membiayai anggaran belanjanegara sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah dalam melaksanakanUndang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pasal 5…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 3 -

Pasal 5

(1) Menteri/pimpinan lembaga yang menguasai bagian anggaranmempunyai kewenangan otorisasi dan bertanggungjawab ataspenggunaan anggaran di lingkungan departemen/lembaga yangdipimpinnya.

(2) Dalam pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara,departemen/lembaga membuat dokumen anggaran berupa suratkeputusan otorisasi (SKO) atau dokumen anggaran lainnya yangdiberlakukan sebagai SKO.

(3) Dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO antaralain untuk:

- pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja rutin dimuatdalam daftar isian kegiatan (DIK);

- pelaksanaan belanja pembangunan dimuat dalam daftar isianproyek (DIP).

(4) Menteri/pimpinan lembaga pada setiap awal tahun anggaranmenetapkan pejabat yang diberi wewenang sebagai:

- penandatangan SKO;

- atasan langsung bendaharawan;

- bendaharawan.

(5) Pejabat yang diberi wewenang sebagaimana tersebut dalam ayat (4)dilarang merangkap jabatan dimaksud.

Pasal 6

(1) Menteri Keuangan mempunyai kewenangan otorisasi ataspenguasaan bagian anggaran diluar bagian anggaran departemen/lembaga.

(2) Tata cara pengelolaan bagian anggaran sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan MenteriKeuangan.

Pasal 7

(1) Pendapatan negara pada departemen/lembaga wajib disetorsepenuhnya dan pada waktunya ke rekening Kas Negara.

(2) Pendapatan...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 4 -

(2) Pendapatan negara dibukukan menurut ketentuan yang ditetapkanoleh Menteri Keuangan.

(3) Pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi dantugas pembantuan disetor sepenuhnya dan pada waktunya kerekening Kas Negara.

Pasal 8

(1) Departemen/lembaga wajib:

- mengadakan intensifikasi pemungutan pendapatan negara yangmenjadi wewenang dan tanggung jawabnya;

- engintensifkan penagihan dan pemungutan piutang negara;

- elakukan penuntutan dan pemungutan ganti rugi atas kerugiannegara;

- engintensifkan pemungutan sewa penggunaan barang-barangmilik negara;

- elakukan penuntutan dan pemungutan denda yang telahdiperjanjikan;

- engenakan sanksi atas kelalaian pembayaran piutang negaratersebut di atas.

(2) Pemerintah daerah membantu pelaksanaan ketentuan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1).

Pasal 9

(1) Barang tidak bergerak milik negara yang sudah tidak dapatdimanfaatkan lagi secara optimal dan efisien untuk menunjangtugas pokok dan fungsi departemen/lembaga, dapat dimanfaatkandengan cara dipinjamkan, disewakan, bangun guna serah dankerjasama pemanfaatan atau dapat dihapus dengan tindak lanjutdijual, dipertukarkan, dihibahkan, dijadikan penyertaan modalnegara dan dimusnahkan dengan ketentuan sebagai berikut:

- untuk barang tidak bergerak milik Negara yang bernilai diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), berdasarkanpersetujuan tertulis dari Presiden atas usul Menteri Keuangan;

- untuk barang tidak bergerak milik Negara yang bernilai sampaidengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah),berdasarkan keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga yangbersangkutan setelah terlebih dahulu mendapat persetujuantertulis Menteri Keuangan.

(2) Barang...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 5 -

(2) Barang bergerak milik negara yang berlebih atau tidak dapatdipergunakan lagi hanya dapat dihapus dengan caradimusnah-kan/dipindahtangankan dengan keputusanmenteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan, kecuali kendaraanbermotor dan atau barang yang bernilai ekonomis tinggi terlebihdahulu dengan persetujuan tertulis Menteri Keuangan.

(3) Dalam hal barang-barang yang karena peraturanperundang-undangan yang berlaku dikuasai oleh negara ataumenjadi milik negara tidak dapat dimanfaatkan dan tidak lakudijual, dapat dimusnahkan dengan persetujuan tertulis MenteriKeuangan.

(4) Semua biaya yang timbul sebagai akibat dari pemusnahan barangsebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditanggung oleh negara.

(5) Menteri Keuangan dapat menunjuk departemen/lembaga untukmemanfaatkan barang-barang yang dikuasai oleh negaraberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) Apabila departemen/lembaga akan menjual/memindahtangankanbarang-barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (5), maka harusterlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis Menteri Keuangan.

(7) Tata cara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3), (5), dan(6) diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.

(8) Penjualan barang milik negara dilakukan melalui Kantor LelangNegara, kecuali untuk barang milik negara yang telah diatur denganperaturan perundang-undangan tersendiri.

(9) Hasil penjualan, selisih tukar menukar, penyewaan, bangun gunaserah dan kerjasama pemanfaatan barang milik negara merupakanpendapatan negara yang harus disetor seluruhnya ke Rekening KasNegara.

(10) Pinjam meminjam barang milik negara hanya dapat dilaksanakanantar instansi pemerintah, sepanjang tidak mengganggu kelancaranpelaksanaan tugas pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan.

Pasal 10

(1) Jumlah dana yang dimuat dalam anggaran belanja negaramerupakan batas tertinggi untuk tiap-tiap pengeluaran.

(2) Pimpinan dan atau pejabat departemen/lembaga/pemerintah daerahtidak diperkenankan melakukan tindakan yang mengakibatkanpengeluaran atas beban anggaran belanja negara, jika dana untukmembiayai tindakan tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersediadalam anggaran belanja negara.

(3) Pimpinan...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 6 -

(3) Pimpinan dan atau pejabat departemen/lembaga/pemerintah daerahtidak diperkenankan melakukan pengeluaran atas beban anggaranbelanja negara untuk tujuan lain dari yang ditetapkan dalamanggaran belanja negara.

(4) Dalam penyediaan anggaran belanja negara diutamakan untukpenyediaan belanja operasional dan pemeliharaan atas barang miliknegara.

Pasal 11

(1) Belanja atas beban anggaran belanja negara didasarkan pada SKOatau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO.

(2) SKO atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO yang dananya bersumber dari dalam negeri dan atau luarnegeri berlaku selama 1 (satu) tahun anggaran.

(3) SKO atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO merupakan dasar pencairan dana oleh Kantor Perbendaharaandan Kas Negara (KPKN).

Pasal 12

(1) Pelaksanaan anggaran belanja negara didasarkan atasprinsip-prinsip sebagai berikut:

- hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknisyang disyaratkan;

- efektif, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana,program/kegiatan, serta fungsi setiap departemen/lembaga/pemerintah daerah;

- mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri.

(2) Belanja atas beban anggaran belanja negara dilakukan berdasarkanatas hak dan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran.

(3) Tata cara pengeluaran dan pembayaran dalam pelaksanaan anggaranbelanja negara diatur lebih lanjut dengan Keputusan MenteriKeuangan.

Pasal 13…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 7 -

Pasal 13

(1) Atas beban anggaran belanja negara tidak diperkenankanmelakukan pengeluaran untuk keperluan:

- perayaan atau peringatan hari besar, hari raya dan hari ulangtahun departemen/ lembaga/pemerintah daerah;

- pemberian ucapan selamat, hadiah/tanda mata, karangan bunga,dan sebagainya untuk berbagai peristiwa;

- pesta untuk berbagai peristiwa dan pekan olah raga padadepartemen/lembaga/ pemerintah daerah;

- pengeluaran lain-lain untuk kegiatan/keperluan yang sejenisserupa dengan yang tersebut di atas.

(2) Penyelenggaraan rapat, rapat dinas, seminar, pertemuan, lokakarya,peresmian kantor/proyek dan sejenisnya, dibatasi pada hal-hal yangsangat penting dan dilakukan sesederhana mungkin.

Pasal 14

(1) Dalam melaksanakan belanja negara dilakukan standardisasikomponen kegiatan termasuk harga satuannya.

(2) Standardisasi harga satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)digunakan untuk menyusun pembiayaan kegiatan-kegiatan yangdiusulkan dalam dokumen anggaran.

(3) Dalam penyusunan standardisasi harga satuan, sedapat mungkinmenggunakan data dasar yang bersumber dari penerbitan resmiBadan Pusat Statistik, departemen/lembaga, dan pemerintah daerah.

(4) Penetapan standardisasi perlu dilakukan secara berkala oleh:

- Menteri Keuangan dengan memperhatikan pertimbanganmenteri/pimpinan lembaga terkait untuk standardisasi hargasatuan umum, satuan biaya langsung personil dan non personiluntuk kegiatan jasa konsultasi;

- Menteri/pimpinan lembaga untuk standardisasi harga satuanpokok kegiatan departemen/lembaga yang bersangkutan;

- Gubernur/bupati/walikota dengan memperhatikan pertim-bangandari instansi terkait untuk standardisasi harga satuan pokokkegiatan daerah provinsi/kabupaten/kota yang ber-sangkutan;

- Bupati...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 8 -

- Bupati/walikota untuk standardisasi harga satuan bangunangedung negara untuk keperluan dinas seperti kantor, rumahdinas, gudang, gedung rumah sakit, gedung sekolah, pagar danbangunan fisik lainnya.

Pasal 15

Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dalam rangka pelaksanaanAPBN diatur dengan Keputusan Presiden tersendiri.

Pasal 16

(1) Perjanjian/kontrak pelaksanaan pekerjaan untuk masa lebih dari 1(satu) tahun anggaran atas beban anggaran dilakukan setelahmendapat persetujuan Menteri Keuangan.

(2) Perjanjian/kontrak yang dibiayai sebagian atau seluruhnya denganpinjaman/hibah luar negeri untuk masa lebih dari 1 (satu) tahunanggaran tidak memerlukan persetujuan Menteri Keuangan.

(3) Perjanjian/kontrak yang dibiayai sebagian maupun seluruhnyadengan pinjaman/hibah luar negeri untuk masa pelaksanaanpekerjaan melebihi 1 (satu) tahun anggaran, maka di dalamperjanjian/kontrak tersebut harus mencantumkan tahun anggaranpembebanan dana.

(4) Perjanjian/kontrak dalam bentuk valuta asing tidak dapat diubahdalam bentuk rupiah dan sebaliknya kontrak dalam bentuk rupiahtidak dapat diubah dalam bentuk valuta asing.

(5) Perjanjian/kontrak dalam bentuk valuta asing tidak dapatmembebani dana rupiah murni.

(6) Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang dan jasa di dalamnegeri tidak dapat dilakukan dalam bentuk valuta asing.

(7) Perjanjian/kontrak dengan dana kredit ekspor yang sudahditandatangani tidak dapat dilaksanakan apabila naskah perjanjianpinjaman luar negeri (NPPLN) belum ditandatangani.

(8) Pengecualian terhadap ketentuan ayat (4), (5) dan (6)harusmendapat persetujuan dari Menteri Keuangan c.q. Direktur JenderalAnggaran.

BAB II...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 9 -

BAB IIPEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN

Pasal 17

(1) Departemen/lembaga menetapkan kebijakan untukmengintensif-kan pelaksanaan pungutan yang telah ditetapkandalam undang-undang dan peraturan pemerintah.

(2) Departemen/lembaga tidak diperkenankan mengadakan pungutandan atau tambahan pungutan yang tidak tercantum dalamundang-undang dan atau peraturan pemerintah.

Pasal 18

(1) Dalam rangka meningkatkan pendapatan negara, departemen/lembaga, pemerintah daerah, kantor/ satuan kerja, proyek/bagianproyek dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan UsahaMilik Daerah (BUMD) menyampaikan bahan-bahan keteranganuntuk keperluan perpajakan kepada Menteri Keuangan untukperhatian Direktur Jenderal Pajak.

(2) Setiap instansi pemerintah, pemerintah daerah, Badan Usaha MilikNegara/Badan Usaha Milik Daerah, bendaharawan danbadan-badan lain yang melakukan pembayaran atas bebanAPBN/APBD/ anggaran BUMN/BUMD, ditetapkan sebagai wajibpungut pajak sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Pasal 19

(1) Menteri/pimpinan departemen/lembaga berkewajibanmengoptimalkan penerimaan negara bukan pajak meliputi sumberdaya alam, bagian pemerintah atas laba BUMN dan penerimaannegara bukan pajak lainnya.

(2) Atas pemanfaatan barang milik negara oleh pihak ketiga wajibdipungut sewa.

(3) Menteri/pimpinan lembaga berkewajiban mengintensifkanpenerimaan sewa barang milik negara yang dipergunakan olehpihak ketiga.

(4) Penghuni...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 10 -

(4) Penghuni rumah negara dikenakan pembayaran sewa.

(5) Besaran tarif dan prosedur pemungutan sebagaimana dimaksuddalam ayat (1), (2), (3), dan (4) ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pasal 20

(1) Orang atau badan yang melakukan pemungutan atau penerimaanuang negara wajib menyetor seluruh penerimaan dalam waktu 1(satu) hari kerja setelah penerimaannya ke rekening Kas Negarapada bank pemerintah, atau lembaga lain yang ditetapkan olehMenteri Keuangan.

(2) Bendaharawan penerima/penyetor berkala wajib menyetor/melimpahkan seluruh penerimaan negara yang telah dipungutnya kerekening Kas Negara sekurang-kurangnya sekali seminggu.

(3) Setiap bendaharawan, instansi pemerintah, pemerintah daerah,BUMN/BUMD dan badan-badan lain, sebagai wajib pungut pajak,wajib menyetorkan seluruh penerimaan pajak yang dipungutnyadalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 21

(1) Kelalaian atau kelambatan penyetoran penerimaan negara kerekening Kas Negara diperhitungkan dengan dana yang tersediadalam dokumen anggaran pada departemen/lembaga/pemerintahdaerah yang bersangkutan.

(2) Bendaharawan penerima/penyetor berkala dilarang menyimpanuang dalam penguasaannya:

- lebih dari batas waktu yang telah ditetapkan dalam Pasal 20;

- atas nama pribadi pada suatu bank atau lembaga keuanganlainnya.

BAB IIIPEDOMAN PELAKSANAAN PENGELUARAN RUTIN

Pasal 22

Menteri/pimpinan lembaga bertanggung jawab atas pelaksanaanpengeluaran rutin di lingkungan departemen/ lembaga yang dipimpinnya.

Pasal 23…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 11 -

Pasal 23

(1) Untuk pelaksanaan pengeluaran rutin, departemen/lembagamembuat DIK atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukansebagai SKO sesuai dengan contoh dan petunjuk teknis yangditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(2) DIK atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO setelah dibahas Departemen Keuangan dengan departemen/lembaga, ditandatangani oleh:

- Sekretaris Jenderal atau pejabat lain yang ditunjuk atas namamenteri/pimpinan lembaga untuk DIK yang dibuat di Pusat;

- Kepala Kantor Wilayah Departemen/lembaga atau pejabat yangditunjuk atas nama menteri/pimpinan lembaga untuk DIK yangdibuat di daerah.

(3) DIK atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO berlaku sebagai dasar pelaksanaan pengeluaran rutin setelahmendapat pengesahan dari:

- Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan untukDIK yang dibuat di Pusat;

- Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran atas namaMenteri Keuangan untuk DIK yang dibuat di daerah.

(4) Direktur Jenderal Anggaran menyampaikan DIK atau dokumenanggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO yang telahdisahkan kepada:

- Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

- Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;

- Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan(BPKP);

- Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN);

- Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA) DirektoratJenderal Anggaran;

- Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran; dan

- Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).

(5) Menteri/pimpinan lembaga menyampaikan DIK yang telah disahkankepada:

- Direktorat Jenderal/unit eselon I dan kantor/satuan kerja; dan

- Inspektorat Jenderal departemen/unit pengawasan pada lembaga.

(6) Kepala...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 12 -

(6) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaranmenyampaikan DIK yang telah disahkan kepada:

- Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;

- Direktur Jenderal Anggaran;

- Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA), DirektoratJenderal Anggaran;

- Kepala kantor wilayah/perwakilan departemen/lembaga yangbersangkutan;

- Kepala Perwakilan Badan Perbendaharaan dan Kas Negara(BPKP);

- Ketua Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

- Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN); dan

- Kepala Kantor Akuntansi Regional (Kepala KAR);

Pasal 24

(1) Berdasarkan DIK yang telah disahkan disusun PetunjukPelaksanaan (Juklak) oleh:

- Pejabat eselon I atau pejabat yang ditunjuk pada Departemen/Lembaga/instansi/ kantor/satuan kerja untuk DIK yang dibuat diPusat;

- Kepala Kantor Wilayah Departemen/lembaga atau pejabat yangditunjuk untuk DIK yang dibuat di daerah.

(2) Departemen/lembaga menyampaikan juklak DIK yang dibuat dipusat kepada kepala kantor/satuan kerja yang bersangkutan.

(3) Kepala Kantor Wilayah Departemen/lembaga atau pejabat lain yangditunjuk menyampaikan juklak DIK yang dibuat di daerah kepadakepala kantor/satuan kerja yang bersangkutan.

Pasal 25

(1) Menteri/pimpinan lembaga atau pejabat lain yang ditunjukmenetapkan bendaharawan rutin untuk DIK atau dokumen anggaranlainnya yang diberlakukan sebagai SKO yang dibuat di pusat.

(2) Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga, atas nama menteri/pimpinan lembaga menetapkan bendaharawan rutin untuk DIK ataudokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO yangdibuat di daerah.

(3) Kepala...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 13 -

(3) Kepala kantor/satuan kerja bertanggung jawab, baik dari segi fisikmaupun keuangan atas pelaksanaan kegiatan kantor/satuan kerjayang dipimpinnya sebagaimana tersebut dalam DIK yangbersangkutan.

Pasal 26

(1) Perubahan/pergeseran biaya dalam satu program dalam satu danatau antar DIK instansi pusat departemen/lembaga diputuskan olehDirektur Jenderal Anggaran berdasarkan usulan Sekretaris Jenderalatau pejabat eselon I yang ditunjuk.

(2) Perubahan/pergeseran biaya dalam satu program dalam satu danatau antar-DIK instansi vertikal departemen/lembaga diputuskanoleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaranberdasarkan usulan:

- Kepala kantor/satuan kerja bersangkutan apabila meliputi satukantor/satuan kerja;

- Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga/direktorat jenderalyang bersangkutan apabila meliputi lebih dari satu kantor/satuankerja.

(3) Direktur Jenderal Anggaran menyampaikan keputusanperubahan/pergeseran DIK kepada:

- Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

- Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan(BPKP);

- Kepala Badan Akuntansi Keuangan (BAKUN);

- Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA), DirektoratJenderal Anggaran;

- Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga/direktorat jenderalyang bersangkutan;

- Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN); dan

- Kepala kantor/satuan kerja yang bersangkutan.

(4) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaranmenyampaikan keputusan perubahan/ pergeseran DIK kepada:

- Direktur Jenderal Anggaran;

- Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA), DirektoratJenderal Anggaran;

- Kepala...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 14 -

- Kepala Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan (BPKP);

- Ketua Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK):

- Kepala kantor wilayah departemen/lembaga/direktorat jenderalyang bersangkutan;

- Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN);

- Kepala Kantor akuntansi Regional (Kantor KAR); dan

- Kepala kantor/satuan kerja yang bersangkutan.

Pasal 27

(1) Perubahan/pergeseran biaya antar program dalam satu subsektordan atau dalam satu atau antar DIK kantor/satuan kerja tingkatpusat departemen/lembaga diputuskan oleh Menteri Keuanganberdasarkan usulan departemen/lembaga yang bersangkutan.

(2) Keputusan terhadap usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diberikan paling lambat 2 (dua) minggu setelah diterima usultersebut beserta bahan-bahannya secara lengkap.

(3) Perubahan/pergeseran biaya tidak dapat dilakukan dari:

- Biaya untuk gaji dan tunjangan beras ke biaya lainnya dalamBelanja Pegawai;

- Belanja pegawai ke belanja non pegawai;

- Dana yang disediakan untuk pengeluaran rutin PerwakilanRepublik Indonesia termasuk perwakilan departemen/lembaga diluar negeri untuk keperluan pembiayaan kegiatan kantor/ satuankerja di dalam negeri.

(4) Peninjauan kembali ketentuan dalam ayat (3) dilakukan olehMenteri Keuangan.

Pasal 28

(1) Departemen/lembaga pada tiap awal tahun anggaran, menyusundaftar susunan kekuatan pegawai (formasi) bagi tiap unit organisasisampai pada tiap kantor/satuan kerja dan menyampaikan formasitersebut kepada menteri yang membidangi pendayagunaan aparaturnegara paling lambat 1 (satu) bulan setelah berlakunya tahunanggaran.

(2) Formasi...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 15 -

(2) Formasi tersebut disahkan oleh menteri yang membidangipendayagunaan aparatur negara paling lambat 3 (tiga) bulan setelahmendengar pertimbangan Menteri Keuangan dan dalam halmenyangkut formasi pegawai di luar negeri, setelah mendengar pulapertimbangan Menteri Luar Negeri.

(3) Formasi yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)disampaikan oleh menteri yang membidangi pendayagunaanaparatur negara kepada menteri/pimpinan lembaga dan MenteriKeuangan sebagai bahan perencanaan pengeluaran rutin palinglambat 4 (empat) bulan setelah berlakunya tahun anggaran.

(4) Pengadaan pegawai hanya diperkenankan dalam batas formasi yangtelah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) denganmemberikan prioritas kepada:

- pegawai pelimpahan dari departemen/lembaga yang kelebihanpegawai;

- siswa/mahasiswa ikatan dinas, setelah lulus dari pendidikannya;

- pegawai tidak tetap (PTT) yang telah menyelesaikan masabaktinya dengan baik.

(5) Pengadaan pegawai dalam batas formasi yang telah disahkansebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) Kenaikan pangkat pegawai dalam batas formasi sebagaimanadimaksud pada ayat (2), dilaksanakan dengan ketentuan kenaikanpangkat sampai dengan golongan IV/a dilaksanakan setelahmendapat persetujuan lebih dahulu dari Kepala Badan KepegawaianNegara (BKN).

(7) Paling lambat 1 (satu) bulan setelah berlakunya tahun anggaranmenteri/pimpinan lembaga telah menetapkan/menetapkan kembalipejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani suratkeputusan kepegawaian.

(8) Salinan surat keputusan penetapan/penetapan kembali sebagai-manadimaksud pada ayat (7) beserta contoh (spesimen) tanda tanganpejabat yang diberi wewenang segera dikirimkan kepada BadanKepegawaian Negara (BKN) dan Kantor Perbendaharaan dan KasNegara, dan dalam hal tidak ada perubahan, penetapan kembalipejabat tersebut dapat dilakukan dengan surat pemberitahuan olehMenteri/pimpinan Lembaga yang bersangkutan.

(9) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan pada daerah,perusahaan atau badan yang anggarannya tidak dibiayai atausebagian dibiayai dalam anggaran pendapatan dan belanja negara,menjadi beban pemerintah daerah/perusahaan/badan bersangkutan.

(10) Perbantuan...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 16 -

(10) Perbantuan pegawai negeri sipil untuk tugas-tugas di luarpemerintahan dengan membebani anggaran belanja negara tidakdiperkenankan, kecuali dengan izin menteri yang membidangipendayagunaan aparatur negara dan Menteri Keuangan yangsekaligus menetapkan batas lamanya perbantuan tersebut.

(11) Selama perbantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) dan ayat(10), formasi bagi pegawai tersebut tidak boleh diisi, dan setelahperbantuan berakhir, pegawai yang bersangkutan ditempatkankembali pada departemen/lembaga asalnya.

(12) Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) hanyadiperkenankan melakukan pembayaran upah pegawai harian/tenagahonorer, apabila untuk keperluan tersebut telah tersedia dananyadalam DIK/SKO bersangkutan.

(13) Pembayaran penghasilan pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil dananggota Tentara Nasional lndonesia dan Kepolisian RepublikIndonesia serta pensiunan dilakukan berdasarkan peraturanpemerintah.

(14) Penghasilan pegawai yang ditempatkan di luar negeri diatur denganKeputusan Presiden.

(15) Penghasilan sebagaimana pada ayat (12), (13), dan (14) di atas tidakdiperkenankan pemotongan untuk keperluan apapun kecuali ataspersetujuan pejabat/pegawai/penerima pensiun yang bersangkutan.

Pasal 29

(1) Kenaikan gaji berkala dilakukan dengan penerbitan suratpemberitahuan oleh kepala kantor/satuan kerja setempat atas namapejabat yang berwenang.

(2) Keputusan kenaikan gaji berkala tidak dapat berlaku surut lebih dari2 (dua) tahun.

(3) Penundaan kenaikan gaji berkala ditetapkan dengan surat keputusanoleh pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal28 ayat (7).

Pasal 30

(1) Pegawai Negeri Sipil/Anggota Tentara Nasional Indonesia danKepolisian Republik Indonesia/penerima pensiun besertakeluarganya diberikan tunjangan beras dalam bentuk uang.

(2) Tunjangan beras untuk keluarga tidak diberikan rangkap.

(3) Pengecualian...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 17 -

(3) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan olehMenteri Keuangan atas usul menteri/pimpinan lembaga pemerintahnon departemen yang bersangkutan.

(4) Menteri Keuangan menetapkan harga beras sebagai dasarpemberian tunjangan pangan dalam bentuk uang dan mengatur lebihlanjut pelaksanaannya.

Pasal 31

(1) Tunjangan anak dan tunjangan beras untuk anak dibatasi untuk 2(dua) orang anak.

(2) Dalam hal pegawai/pensiunan pada tanggal 1 Maret 1994 telahmemperoleh tunjangan anak dan tunjangan beras untuk lebih dari 2(dua) orang anak, kepadanya tetap diberikan tunjangan untukjumlah menurut keadaan pada tanggal tersebut.

(3) Apabila setelah tanggal tersebut jumlah anak yang memperolehtunjangan anak berkurang karena menjadi dewasa, kawin ataumeninggal, pengurangan tersebut tidak dapat diganti, kecualijumlah anak menjadi kurang dari 2 (dua).

Pasal 32

Pelaksanaan belanja barang dilakukan dengan memperhatikan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 33

(1) Pejabat yang berwenang wajib membatasi pelaksanaan perjalanandinas untuk hal-hal yang mempunyai prioritas tinggi dan pentingdengan mengurangi frekuensi, jumlah orang dan lamanyaperjalanan.

(2) Perjalanan dinas luar negeri terlebih dahulu memerlukan izinPresiden atau pejabat yang ditunjuk.

(3) Permohonan izin perjalanan dinas ke luar negeri sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diajukan paling lambat 1 (satu) minggusebelum keberangkatan yang direncanakan, dan harus dilengkapidengan:

- penjelasan mengenai urgensi/alasan perjalanan dan rincianprogramnya dengan menyertakan undangan, konfirmasi, dandokumen yang berkaitan;

- izin...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 18 -

- izin tertulis dari instansi bersangkutan apabila seorang pejabatdiajukan instansi lain;

- pernyataan atas biaya anggaran instansi mana perjalanan dinastersebut akan dibebankan.

(4) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),yaitu:

- perjalanan dinas pegawai yang ditempatkan di luar negeri dandipanggil kembali dari luar negeri;

- perjalanan dinas pegawai antar tempat di luar negeri.

(5) Izin perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf badalah wewenang Menteri Luar Negeri serta Kepala PerwakilanRepublik Indonesia yang bersangkutan, dan diberikan apabilapembiayaan untuk keperluan tersebut telah tersedia dalam DIKbersangkutan.

(6) Perjalanan dinas dilaksanakan dengan mengutamakan perusahaanpenerbangan nasional atau perusahaan pengangkutan nasionallainnya.

(7) Pegawai negeri yang karena jabatannya harus melakukan perjalanandinas tetap dalam daerah jabatannya, diberikan tunjangan perjalanantetap.

(8) Biaya perjalanan dinas dibayarkan dalam 1 (satu) jumlah (lumsum)kepada pejabat/pegawai yang diperintahkan untuk melakukanperjalanan dinas.

(9) Menteri Keuangan mengatur lebih lanjut pedoman dan ketentuanpelaksanaan perjalanan dinas.

Pasal 34

(1) Pegawai yang dipindahkan dapat diberikan uang pesangon kecualidi tempat yang baru mendapat perumahan.

(2) Pegawai yang dipindahkan/ditempatkan pada Perwakilan RepublikIndonesia di luar negeri sebelum mendapatkan perumahan diizinkantinggal di hotel, tidak termasuk makan, untuk waktu paling lama 2(dua) bulan.

(3) Menteri Keuangan mengatur lebih lanjut pedoman dan ketentuanpelaksanaan mengenai pemberian uang pesangon pindah.

Pasal 35…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 19 -

Pasal 35

(1) Pembukaan dan atau peningkatan Perwakilan Republik Indonesia diluar negeri hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Presiden.

(2) Pembukaan perwakilan departemen/lembaga di luar negeri hanyadapat dilakukan setelah mendapat persetujuan menteri yangberwenang dalam bidang pendayagunaan aparatur negara, MenteriLuar Negeri dan Menteri Keuangan.

Pasal 36

(1) Setiap perubahan/penyempurnaan organisasi dan atau pembentukankantor/satuan kerja dalam lingkungan departemen/ lembaga harusterlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis menteri yangberwenang di bidang pendayagunaan aparatur negara.

(2) Biaya sehubungan dengan pelaksanaan perubahan/penyempurnaanorganisasi departemen/lembaga dan atau pembentukankantor/satuan kerja dalam lingkungan departemen/lembaga yangmengakibatkan pergeseran anggaran/revisi dari departemen/lembaga tersebut, harus terlebih dahulu mendapat persetujuanMenteri Keuangan.

BAB IVPEDOMAN PELAKSANAAN PENGELUARAN

PEMBANGUNAN

Pasal 37

(1) Menteri/pimpinan lembaga bertanggung jawab atas pelaksanaanpengeluaran pembangunan di lingkungan departemen/lembaga yangdipimpinnya.

(2) Untuk melaksanakan program pembangunan yang bersifat lintassektor/departemen/lembaga ditunjuk koordinator diantaradepartemen/lembaga yang bersangkutan oleh Menteri NegaraPerencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan PerencanaanPembangunan Nasional.

Pasal 38…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 20 -

Pasal 38

(1) Untuk pelaksanaan pengeluaran pembangunan, departemen/lembaga/instansi vertikal/pemerintah daerah membuat DIP ataudokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO sesuaidengan contoh dan petunjuk teknis yang ditetapkan MenteriKeuangan.

(2) DlP atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO setelah dibahas Departemen Keuangan dengan departemen/lembaga/ instansi vertikal/dinas propinsi, ditandatangani oleh:

- Sekretaris Jenderal atau pejabat lain yang ditunjuk atas namamenteri/pimpinan lembaga untuk yang dibuat di pusat;

- Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga/gubernur ataupejabat lain yang ditunjuk atas nama menteri/pimpinan lembagauntuk yang dibuat di daerah.

(3) DIP atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO berlaku sebagai dasar pelaksanaan pengeluaran pembangunansetelah mendapat pengesahan dari:

- Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan untukDIP yang dibuat di pusat;

- Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran atas namaMenteri Keuangan untuk DIP yang dibuat di daerah.

(4) Direktur Jenderal Anggaran menyampaikan DIP atau dokumenanggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO dan dibuat dipusat dan telah disahkan kepada:

- Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

- Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;

- Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas);

- Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan(BPKP);

- Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN);

- Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA), DirektoratJenderal Anggaran;

- Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran;

- Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN); dan

- Pemimpin proyek yang bersangkutan.

(5) Kepala...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 21 -

(5) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaranmenyampaikan DIP atau dokumen anggaran lainnya yangdiberlakukan sebagai SKO yang dibuat di daerah kepada:

- Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;

- Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas);

- Direktur Jenderal Anggaran;

- Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA), DirektoratJenderal Anggaran;

- Kepala Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan (BPKP);

- Ketua Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

- Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN);

- Kepala Kantor Akuntansi Regional (Kantor KAR);dan

- Pemimpin proyek yang bersangkutan;

(6) Departemen/lembaga menyampaikan DIP atau dokumen anggaranlainnya yang diberlakukan sebagai SKO yang dibuat di pusat dan didaerah yang telah disahkan kepada:

- Direktorat Jenderal/unit eselon I proyek yang bersangkutan;

- Inspektorat Jenderal departemen/unit pengawasan pada lembaga;

- Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 39

(1) Berdasarkan DIP atau dokumen anggaran lainnya yangdiberlakukan sebagai SKO yang telah disahkan disusun petunjukoperasional (PO) oleh:

- Pejabat eselon I atau pejabat lain dibawahnya yang ditunjuk padadepartemen/ lembaga yang membawahkan proyek yangbersangkutan untuk DIP yang dibuat di pusat;

- Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga/gubernur ataupejabat yang ditunjuk membawahkan proyek untuk DIP yangdibuat di daerah.

(2) Departemen/lembaga menyampaikan PO proyek-proyek yangdibuat di pusat kepada:

- Direktur Jenderal Anggaran; dan

- Pemimpin proyek yang bersangkutan.

(3) Kepala...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 22 -

(3) Kepala kantor wilayah departemen/lembaga/gubernur atau pejabatyang ditunjuk menyampaikan PO proyek-proyek yang dibuat didaerah kepada:

- Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;

- Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran; dan

- Pemimpin proyek yang bersangkutan.

Pasal 40

(1) Menteri/pimpinan lembaga atau pejabat lain yang ditunjukmenetapkan pemimpin dan bendaharawan proyek untuk DIP ataudokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO yangdibuat di pusat.

(2) Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga/gubernur atau pejabatyang ditunjuk atas nama menteri/pimpinan lembaga, menetapkanpemimpin proyek dan bendaharawan proyek untuk DIP ataudokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO yangdibuat di daerah.

(3) Bila dipandang perlu pemimpin proyek dan bendaharawan proyekdapat dibantu oleh pemimpin bagian proyek dan bendaharawanbagian proyek sepanjang lokasi proyek tersebar di beberapakabupaten/kota.

(4) Pejabat eselon I dan eselon II serta Kepala Kantor/Dinas/ Desa/Satuan kerja tidak diperkenankan ditunjuk sebagai pemimpinproyek/bagian proyek dan atau bendaharawan.

(5) Pemimpin dan bendaharawan proyek berkedudukan di lokasiproyek atau di ibukota kabupaten/kota terdekat.

Pasal 41

Pemimpin proyek/bagian proyek bertanggung jawab baik dari segikeuangan maupun dari segi fisik atas pelaksanaan proyek/bagian proyeksebagaimana ditetapkan dalam DIP atau dokumen anggaran lainnya yangdiberlakukan sebagai SKO.

Pasal 42

(1) Kepada petugas proyek diberikan honorarium.

(2) Petugas proyek yang mengelola beberapa proyek hanya berhakmendapat honorarium dari 1 (satu) proyek.

(3) Besarnya...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 23 -

(3) Besarnya honorarium petugas proyek ditetapkan oleh MenteriKeuangan.

(4) Biaya perjalanan dinas dan uang lembur untuk kepentingan proyekdiberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

Pasal 43

(1) Perubahan/pergeseran biaya dalam DIP atau dokumen anggaranlainnya yang diberlakukan sebagai SKO diputuskan oleh:

- Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Anggaran berdasarkanusulan dari menteri/ pimpinan lembaga atau pejabat yangditunjuk, untuk yang dibuat di pusat.

- Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaranberdasar-kan usulan dari Kepala Kantor Wilayahdepartemen/lembaga/ gubernur atau pejabat yang ditunjuk, untukyang dibuat di daerah.

(2) Pergeseran biaya tidak dapat dilakukan:

- dari belanja modal ke belanja penunjang;

- dari belanja modal fisik ke belanja modal non fisik.

(3) Pengecualian ketentuan dalam ayat (2) harus seijin MenteriKeuangan.

(4) Keputusan perubahan DIP atau dokumen anggaran lainnya yangdiberlakukan sebagai SKO yang dibuat di pusat disampaikankepada:

- Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

- Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;

- Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas);

- Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan(BPKP);

- Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN);

- Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA), DirektoratJenderal Anggaran;

- Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran;

- Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN); dan

- Pemimpin proyek yang bersangkutan.

(5) Keputusan...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 24 -

(5) Keputusan perubahan DIP atau dokumen anggaran lainnya yangdiberlakukan sebagai SKO yang dibuat di daerah disampaikankepada:

- Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;

- Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas);

- Direktur Jenderal Anggaran;

- Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA), DirektoratJenderal Anggaran;

- Kepala Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan (BPKP);

- Ketua Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

- Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN);

- Kepala Kantor Akuntansi Regional (Kantor KAR); dan

- Pemimpin proyek yang bersangkutan.

(6) Departemen/lembaga menyampaikan perubahan DIP atau dokumenanggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO yang disamakanyang dibuat di pusat dan daerah yang telah disahkan kepada:

- Direktur Jenderal/unit eselon I proyek yang bersangkutan;

- Inspektorat jenderal departemen/unit pengawasan pada lembaga;

- Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 44

(1) Berdasarkan revisi DIP atau dokumen anggaran lainnya yangdiberlakukan sebagai SKO yang telah disahkan disusun PO oleh:

- pejabat eselon I/pejabat lain dibawahnya yang ditunjuk padadepartemen/lembaga yang membawahkan proyek bersangkutanuntuk DIP yang dibuat di pusat;

- Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga/gubernur ataupejabat yang ditunjuk untuk proyek yang direvisi di daerah.

(2) Departemen/lembaga menyampaikan revisi PO proyek-proyek yangdirevisi di pusat kepada:

- Direktur Jenderal Anggaran; dan

- Pemimpin proyek yang bersangkutan.

(3) Kepala...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 25 -

(3) Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga/gubernur atau pejabatyang ditunjuk menyampaikan revisi PO proyek-proyek yang direvisidi daerah kepada:

- Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;

- Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran; dan

- Pemimpin proyek yang bersangkutan.

Pasal 45

(1) Dalam pengalokasian dana pembangunan agar diutamakanpenyediaan dana pendamping bagi proyek yang sebagian dananyabersumber dari pinjaman/hibah luar negeri.

(2) Dana pinjaman/hibah luar negeri dan dana pendamping termasukuang muka harus dicantumkan dalam DIP atau dokumen anggaranlainnya yang diberlakukan sebagai SKO.

(3) Proyek yang dibiayai dengan dana kredit ekspor dapat dilaksanakansetelah tersedia uang muka bagi proyek dimaksud.

(4) Naskah perjanjian luar negeri untuk kredit ekspor baru dapatditandatangani apabila uang muka yang dibutuhkan telah tersedia.

Pasal 46

(1) Sisa pekerjaan berdasarkan surat perjanjian/kontrak yang belumdibayar sampai dengan akhir tahun anggaran, ditampung dalam DIPtahun anggaran berikutnya atas beban bagian anggaran departemen/lembaga bersangkutan.

(2) Dalam hal sumber pembiayaan berasal dari bantuan luar negeri, sisapekerjaan berdasarkan SPK dan atau surat perjanjian/kontraksebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai dari sisa dana bantuanluar negeri yang bersangkutan.

Pasal 47

Dalam hal target/sasaran proyek telah tercapai, sisa alokasi dana proyekyang bersumber dari pinjaman/ hibah luar negeri tidak dapatdipergunakan lagi.

Pasal 48…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 26 -

Pasal 48

(1) Pemimpin proyek menyerahkan proyek yang telah selesai danseluruh kekayaan proyek kepada menteri/pimpinan lembaga ataupejabat yang ditunjuk dengan berita acara penyerahan, yangtembusannya disampaikan kepada Direktur Jenderal Anggaran danKepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran setempat.

(2) Dalam pelaksanaan dekonsentrasi pemimpin proyek menyerahkanproyek atau hasil pekerjaan tersebut dan seluruh kekayaan proyekkepada menteri/pimpinan lembaga melalui gubernur dengan beritaacara penyerahan, yang tembusannya disampaikan kepada KepalaKantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran.

(3) Dalam pelaksanaan tugas pembantuan pemimpin proyekmenyerahkan proyek atau hasil pekerjaan tersebut dan seluruhkekayaan proyek kepada menteri/pimpinan lembaga melaluigubernur/bupati/ walikota/kepala desa dengan berita acarapenyerahan, yang tembusannya disampaikan kepada Kepala KantorWilayah Direktorat Jenderal Anggaran.

(4) Menteri/pimpinan lembaga menentukan status proyek yang telahselesai berikut kekayaannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),(2), dan (3) dalam lingkungannya sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

(5) Dalam hal hasil proyek tersebut pada ayat (4) akan diserahkanpemanfaatannya kepada pihak lain terlebih dahulu harus mendapatpersetujuan Menteri Keuangan.

(6) Pembiayaan pengelolaan hasil proyek diatur sebagai berikut:

- Departemen/lembaga wajib mengatur penyediaan biayaoperasional dan pemeliharaan melalui anggaran pendapatan danbelanja negara untuk hasil proyek yang menjadi tanggungjawabnya;

- Pemerintah daerah/desa wajib mengatur penyediaan biayaoperasional dan pemeliharaan melalui anggaran pendapatan danbelanja daerah untuk hasil proyek yang menjadi tanggungjawabnya;

- BUMN/BUMD/badan/instansi lainnya wajib mengaturpenyediaan biaya operasional dan pemeliharaan melalui anggaranbelanja BUMN/BUMD/badan/instansi lainnya masing-masinguntuk hasil proyek yang menjadi tanggung jawabnya.

Pasal 49…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 27 -

Pasal 49

(1) Gubernur/Bupati/Walikota mengumumkan kepada masyarakatproyek-proyek pembangunan yang akan dilaksanakan di daerahmasing-masing melalui media cetak setempat dan atau melaluimedia elektronik.

(2) Gubernur/Bupati/Walikota dibantu oleh masing-masing pemimpinproyek memberikan penjelasan lebih lanjut mengenaiproyek-proyek pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)kepada dunia usaha melalui asosiasi perusahaan di daerahnyamasing-masing.

BAB VPEDOMAN PELAKSANAAN DANA PERIMBANGAN

Pasal 50

(1) Dana perimbangan bersumber dari APBN yang dialokasikan kepadadaerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangkapelaksanaan desentralisasi.

(2) Dana perimbangan terdiri dari:

- Dana bagi hasil;

- Dana alokasi umum; dan

- Dana alokasi khusus.

Pasal 51

(1) Pembagian dana perimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal50 ayat (2) untuk masing-masing daerah ditetapkan berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Tata cara penyaluran dana perimbangan ditetapkan oleh MenteriKeuangan.

(3) Pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas penggunaan danaperimbangan dilakukan oleh Menteri Keuangan dan Menteri DalamNegeri.

Pasal 52

(1) Untuk keperluan penyaluran dana perimbangan Menteri Keuanganmenerbitkan SKO atau dokumen anggaran lainnya yangdiberlakukan sebagai SKO.

(2) Direktur...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 28 -

(2) Direktur Jenderal Anggaran menyampaikan SKO atau dokumenanggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO kepada:

- Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

- Gubernur/Bupati/Walikota;

- Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah(PKPD );

- Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN);

- Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan(BPKP);

- Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA), DirektoratJenderal Anggaran;

- Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran; dan

- Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).

Pasal 53

(1) Dana perimbangan dapat diperhitungkan langsung untuk disetor keRekening Kas Negara dalam hal pemerintah daerah tidak memenuhikewajiban pembayaran kepada pemerintah pusat.

(2) Tata cara perhitungan, pemotongan dan penyetoran sebagaimanatersebut pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan.

BAB VIPEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIAYAAN DEFISIT

Pasal 54

(1) Pembiayaan defisit diperoleh dari pembiayaan dalam negeri danpembiayaan luar negeri bersih.

(2) Pembiayaan dalam negeri adalah semua pembiayaan yang berasaldari perbankan dan non perbankan dalam negeri yang meliputi hasilprivatisasi, penjualan obligasi dalam negeri, penjualan asetpemerintah dalam rangka program restrukturisasi dan sumber lainsesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pembiayaan luar negeri bersih adalah semua pembiayaan yangberasal dari penarikan utang/pinjaman luar negeri dikurangi denganpembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri tahun yangbersangkutan.

Pasal 55…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 29 -

Pasal 55

(1) Pengelolaan pinjaman luar negeri dilaksanakan sesuai denganketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pemerintah Pusat dapat menerus-pinjamkan pinjaman luar negerikepada pemerintah daerah atau BUMN.

(3) Tata cara penerusan pinjaman luar negeri kepada pemerintah daerahatau BUMN diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan.

(4) Tata cara penyaluran dan penatausahaan pinjaman dan hibah luarnegeri diatur oleh Menteri Keuangan.

BAB VIIPEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN DALAM LINGKUNGAN

DEPARTEMENPERTAHANAN DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

Pasal 56

(1) Penyaluran pengeluaran rutin dan pembangunan di lingkunganDepartemen Pertahanan dan Kepolisian RI melalui rekening kasnegara pada Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).

(2) Tatacara penerimaan dan pengeluaran baik rutin maupunpembangunan Departemen Pertahanan dan Kepolisian RepublikIndonesia diatur bersama oleh Menteri Keuangan dengan MenteriPertahanan atau Kepala Kepolisian RI.

BAB VIIIPENATAUSAHAAN, PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

PELAKSANAAN ANGGARAN

Pasal 57

(1) Kepala kantor/satuan kerja/pimpinan proyek/bagian proyek wajibmenyelenggarakan pembukuan atas uang yang dikelolanya danpenatausahaan barang yang dikuasainya, serta membuat laporanpertanggungjawaban mengenai pengelolaan uang dan barang yangdikuasainya kepada kepala instansi vertikal atasannya.

(2) Disamping pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),Kepala kantor/satuan kerja/pemimpin proyek/bagian proyek danbendaharawan untuk kegiatan yang bersifat fisik wajibmenyelenggarakan pencatatan secara tertib sehingga setiap saatdapat diketahui:

- keadaan...

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 30 -

- keadaan/perkembangan fisik kegiatan/proyek;

- perbandingan antara rencana dan pelaksanaannya;

- penggunaan dana bagi pengadaan barang/jasa;

- akumulasi pengeluaran untuk setiap bangunan dalam pengerjaan.

(3) Kepala Kantor Wilayah/instansi vertikal di daerah wajib membuatlaporan keuangan sebagai rekapitulasi pelaksanaan anggaran darikantor/satuan kerja/proyek/bagian proyek dalam wilayah kerjanya,kepada pejabat eselon I yang bersangkutan.

Pasal 58

Pejabat eselon I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (3) padadepartemen/lembaga wajib:

- Menyelenggarakan pembukuan atas uang yang dikelolanya danmenyelenggarakan penatausahaan barang serta membuat laporanpertanggungjawaban mengenai pengelolaan uang dan barang yangdikuasainya;

- Membuat laporan keuangan gabungan yang meliputi kantor unit eselonI yang bersangkutan dan kantor-kantor vertikal di lingkungannyakepada menteri/pimpinan lembaga atasannya c.q. SekretarisJenderal/pejabat yang setingkat.

Pasal 59

Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan laporan realisasi triwulananpenggunaan dana perimbangan kepada Menteri Keuangan dan MenteriDalam Negeri dengan tembusan kepada Sekretaris Dewan PertimbanganOtonomi Daerah (DPOD) dan Kepala Kantor Wilayah DirektoratJenderal Anggaran setempat.

Pasal 60

(1) Menteri/pimpinan lembaga wajib menyelenggarakanpertanggungjawaban penggunaan dana pada bagian anggaran yangdikuasainya berupa laporan realisasi anggaran dan neracadepartemen/lembaga bersangkutan kepada Presiden melalui MenteriKeuangan.

(2) Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota/kepala satuankerja yang menggunakan dana bagian anggaran yang dikuasaiMenteri Keuangan wajib menyampaikan pertanggung-jawabanpenggunaan dana kepada Menteri Keuangan c.q. Kepala BAKUN.

Pasal 61…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 31 -

Pasal 61

Tata cara pelaksanaan pembukuan, pelaporan dan pertanggung-jawabansebagaimana dimaksud dalam Pasal 57, 58, 59, dan 60 diatur olehMenteri Keuangan.

Pasal 62

(1) Dalam rangka intensifikasi penagihan dan pemungutan piutangnegara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1),departemen/lembaga wajib melakukan penatausahaan piutangnegara yang menjadi tanggung jawabnya.

(2) Tata cara pelaksanaan penatausahaan sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pasal 63

Menteri Keuangan menyelenggarakan penatausahaan utang-piutangnegara yang timbul dalam rangka investasi dan penyertaan modal negarapada BUMN dan badan-badan lainnya.

Pasal 64

Bank Indonesia atau bank pemerintah yang ditunjuk sebagai BankTunggal dan Bank Operasional wajib menyampaikan kepada MenteriKeuangan untuk perhatian Direktur Jenderal Anggaran dan KepalaBAKUN:

- Rekening koran Bendahara Umum Negara (BUN) disertai nota debetdan kredit yang bersangkutan setiap hari;

- Rekening koran Direktur Jenderal Anggaran setiap minggu disertainota debet dan kredit yang bersangkutan setiap hari;

- Rekening koran untuk semua Rekening Khusus disertai nota debet dannota kredit setiap minggu;

- Tembusan rekening koran lainnya milik pemerintah setiap minggu.

Pasal 65

Menteri Keuangan menyiapkan perhitungan anggaran negara berdasarkanlaporan keuangan departemen/ lembaga sebagaimana dimaksud dalamPasal 60.

Pasal 66…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 32 -

Pasal 66

(1) Pemimpin proyek di departemen/lembaga menyampaikan laporanbulanan pelaksanaan proyek kepada menteri/pimpinan lembagadengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah DirektoratJenderal Anggaran selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelahakhir bulan yang bersangkutan.

(2) Pemimpin proyek pelaksanaan dekonsentrasi menyampaikanlaporan bulanan kepada gubernur dengan tembusan kepada KepalaKantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran selambat-lambatnya1 (satu) minggu setelah akhir bulan yang bersangkutan.

(3) Pemimpin proyek pelaksanaan tugas pembantuan menyampaikanlaporan bulanan pelaksanaan proyek kepada gubernur/bupati/walikota selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah akhir bulanyang bersangkutan.

(4) Gubernur/bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)dan ayat (3) menyampaikan rangkuman laporan konsolidasitriwulanan mengenai proyek dekonsentrasi dan tugas pembantuan diwilayahnya kepada menteri/pimpinan lembaga dengan tembusankepada Kepala Bappenas dan Kepala Kantor Wilayah DirektoratJenderal Anggaran selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelahakhir bulan yang bersangkutan.

(5) Menteri/pimpinan lembaga membuat rangkuman laporankonsolidasi triwulanan mengenai seluruh proyek sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dan ayat (4) kepada Menteri Keuangan danKepala Bappenas selambat-lambatnya 3 (tiga) minggu setelahberakhirnya triwulan yang bersangkutan.

(6) Perkembangan pelaksanaan anggaran dan program pembangunandilaporkan secara semesteran kepada Presiden dan Wakil Presidenoleh Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas.

(7) Ketentuan mengenai sistem pemantauan dan pelaporansebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), (3), (4), dan (5) diaturoleh Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas.

Pasal 67

Setiap pegawai negeri karena kelalaian atau kesengajaan melakukanpelanggaran terhadap ketentuan- ketentuan dalam Keputusan Presiden inidikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

BAB IX…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 33 -

BAB IXPENGAWASAN PELAKSANAAN ANGGARAN

Pasal 68

Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran rutin dilakukan sebagaiberikut:

- Atasan kepala kantor/satuan kerja menyelenggarakan pengawasanterhadap pelaksanaan anggaran yang dilakukan oleh kepala kantorsatuan kerja dalam lingkungannya;

- Atasan langsung bendaharawan melakukan pemeriksaan kasbendaharawan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali;

- Kepala biro keuangan departemen/lembaga mengadakan verifikasiterhadap Surat Perintah Membayar (SPM) mengenai kantor/satuankerja dalam lingkungan departemen/lembaga bersangkutan.

Pasal 69

Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran pembangunan dilakukansebagai berikut:

- Atasan langsung pemimpin proyek/bagian proyek menyelenggarakanpengawasan terhadap pelaksanaan anggaran yang dilakukan olehpemimpin proyek/bagian proyek yang bersangkutan;

- Pemimpin proyek/bagian proyek mengadakan pemeriksaan kasbendaharawan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali;

- Kepala biro keuangan departemen/lembaga melakukan verifikasi SuratPerintah Membayar (SPM) mengenai proyek dalam lingkungandepartemen/lembaga bersangkutan.

Pasal 70

(1) Inspektur jenderal departemen/pimpinan unit pengawasan padalembaga melakukan pengawasan atas pelaksanaan anggaran negarayang dilakukan oleh kantor/satuan kerja/proyek/bagian proyekdalam lingkungan departemen/lembaga bersangkutan sesuaiketentuan yang berlaku.

(2) Hasil pemeriksaan inspektur jenderal departemen/pimpinan unitpengawasan pada lembaga tersebut disampaikan kepadamenteri/pimpinan lembaga yang membawahkan proyek yangbersangkutan dengan tembusan disampaikan kepada Kepala BPKP.

Pasal 71…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 34 -

Pasal 71

BPKP melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran negarasesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 72

Inspektur jenderal departemen/pimpinan unit pengawasan lembaga,Kepala BPKP, unit pengawasan daerah/desa wajib menindaklanjutipengaduan masyarakat mengenai pelaksanaan anggaran pendapatan danbelanja negara.

Pasal 73Pemerintah dapat menunjuk lembaga swadaya masyarakat/badan nonpemerintah untuk melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaanproyek/kegiatan tertentu.

BAB XKETENTUAN PENUTUP

Pasal 74

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan KeputusanPresiden ini, ditetapkan oleh Menteri Keuangan c.q. Direktur JenderalAnggaran.

Pasal 75

Selama petunjuk pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam KeputusanPresiden ini belum ditetapkan, petunjuk pelaksanaan yang ada sepanjangtidak bertentangan dengan Keputusan Presiden ini, tetap berlaku.

Pasal 76

Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini maka Keputusan PresidenNomor 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara, dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 77

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 35 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganKeputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran NegaraRepublik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 28 Juni 2002

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakartapada tanggal 28 Juni 2002

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 73

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 42 TAHUN 2002

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN

DAN BELANJA NEGARA

UMUM

Sesuai dengan pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Anggaran Pendapatan danBelanja Negara ditetapkan tiap-tiap tahun dengan Undang-Undang.

Agar pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat berjalan lebih efektifdan efisien maka ditetapkan ketentuan-ketentuan tentang Pedoman Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara dimaksud dengan Keputusan Presiden.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas

Pasal 2Cukup jelas

Pasal 3Cukup jelas

Pasal 4Cukup jelas

Pasal 5Cukup jelas

Pasal 6Cukup jelas

Pasal 7Cukup jelas

Pasal 8…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 2 -

Pasal 8Ayat (1)

Pendapatan negara termasuk didalamnya yang berasal dari sumber dayaalam dan jasa.

Ayat (2)Pemerintah Daerah membantu dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi dantugas pembantuan.

Pasal 9Ayat (1)

Yang dimaksud dengan persetujuan adalah penetapan tarif dan izinpemanfaatan.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan kendaraan bermotor adalah kendaraan bermotorroda empat atau lebih.

Yang dimaksud dengan barang bergerak yang bernilai ekonomis tinggiadalah barang bergerak dengan nilai perolehan per satuan di atasRp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) atau barang bergerak dengan nilaiperolehan per paket usulan di atas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Ayat (7)Cukup jelas

Ayat (8)Cukup Jelas

Ayat (9)Cukup Jelas

Ayat (10)Cukup Jelas

Pasal 10Cukup jelas

Pasal 11Cukup jelas

Pasal 12…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 3 -

Pasal 12Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cYang dimaksud produksi dalam negeri adalah produk-produk yangdihasilkan di dalam negeri termasuk rancang bangun danperekayasaan.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 13Cukup jelas

Pasal 14Ayat (1)

Yang dimaksud standardisasi adalah penggunaan satuan harga umumtermasuk "Billing ate".

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 15Cukup jelas

Pasal 16Cukup jelas

Pasal 17Cukup jelas

Pasal 18Cukup jelas

Pasal 19Cukup jelas

Pasal 20…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 4 -

Pasal 20Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Yang dimaksud Pajak adalah Pajak Pusat.

Pasal 21Cukup jelas

Pasal 22Cukup jelas

Pasal 23Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Yang dimaksud dengan Departemen Keuangan adalah Direktorat JenderalAnggaran untuk pembahasan DIK di Pusat dan Kantor Wilayah DirektoratJenderal Anggaran untuk pembahasan DIK di daerah (propinsi)

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Pasal 24Cukup jelas

Pasal 25Cukup jelas

Pasal 26Cukup jelas

Pasal 27Cukup jelas

Pasal 28Cukup jelas

Pasal 29…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 5 -

Pasal 29Cukup jelas

Pasal 30Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Apabila suami istri kedua-duanya bekerja sebagai pegawai negeri,tunjangan beras diberikan untuk masing-masing suami istri menurut haknyasebagai pegawai negeri. Disamping itu, tunjangan beras juga diberikankepada istri atau suami dan anak-anak sebagai anggota keluarga yangdibebankan kepada salah satu pihak.

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 31Cukup jelas

Pasal 32Yang dimaksud dengan belanja barang adalah belanja barang, pemeliharaan,perjalanan dinas dan subsidi.

Pasal 33Ayat (1)

Perjalanan dinas adalah perjalanan dinas dalam dan luar negeri.

Perjalanan dinas untuk menghadiri seminar, lokakarya, simposium,konferensi dan melaksanakan peninjauan, studi perbandingan serta inspeksiharus dibatasi dengan ketat.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Ayat (7)Cukup jelas

Ayat (8)Cukup jelas

Ayat (9)…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 6 -

Ayat (9)Cukup jelas

Pasal 34Cukup jelas

Pasal 35Cukup jelas

Pasal 36Cukup jelas

Pasal 37Cukup jelas

Pasal 38Ayat (1)

Instansi vertikal dan pemerintah daerah propinsi membuat DIP sebagaipelaksana dekonsentrasi. Sedangkan pemerintah daerah propinsi,kabupaten, kota, dan desa sebagai pelaksana tugas pembantuan, DIP-nyadibuat di pusat oleh departemen/lembaga.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan Departemen Keuangan adalah Direktorat JenderalAnggaran untuk pembahasan DIP di Pusat dan Kantor Wilayah DirektoratJenderal Anggaran untuk pembahasan DIP di daerah (propinsi).

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Pasal 39Cukup jelas

Pasal 40Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Penetapan pemimpin bagian proyek dan bendaharawan bagian proyekmengacu pada Pasal 40 ayat (1) dan (2).

Ayat (4)…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 7 -

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Pasal 41Cukup jelas

Pasal 42Cukup jelas

Pasal 43Cukup jelas

Pasal 44Cukup jelas

Pasal 45Cukup jelas

Pasal 46Ayat (1)

Pada prinsipnya pelaksanaan pekerjaan harus selesai satu tahun anggaran.Apabila suatu kontrak pekerjaan direncanakan akan melewati satu tahunanggaran harus dengan ijin Menteri Keuangan sesuai dengan Pasal 16 ayat(1).

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 47Cukup jelas

Pasal 48Ayat (1)

Yang dimaksud dengan proyek yang telah selesai adalah sebagian atauseluruh pekerjaan yang telah dapat dimanfaatkan dan memerlukan biayaoperasional dan pemeliharaan.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 8 -

Ayat (6)Cukup jelas

Pasal 49Cukup jelas

Pasal 50Cukup jelas

Pasal 51Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Yang dimaksud dengan Menteri Keuangan adalah Direktur JenderalAnggaran dan Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

Ayat (3)Yang dimaksud dengan Menteri Dalam Negeri adalah Direktur Jenderal

Otonomi Daerah.

Pasal 52Cukup jelas

Pasal 53Cukup jelas

Pasal 54Cukup jelas

Pasal 55Cukup jelas

Pasal 56Ayat (1)

Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan (2)dilaksanakan secarabertahap mulai tahun anggaran 2002.

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 57Cukup jelas

Pasal 58Cukup jelas

Pasal 58…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 9 -

Pasal 59Cukup jelas

Pasal 60Ayat (1)

Yang dimaksud dengan Menteri Keuangan adalah Kepala BAKUN.Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 61Cukup jelas

Pasal 62Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Yang dimaksud dengan Menteri Keuangan adalah Direktur JenderalAnggaran.

Pasal 63Cukup jelas

Pasal 64Cukup jelas

Pasal 65Yang dimaksud Menteri Keuangan adalah Kepala BAKUN.

Pasal 66Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Cukup jelasAyat (4)

Laporan konsolidasi triwulanan adalah laporan triwulanan yang disusunoleh gubernur/walikota/bupati mengenai pelaksanaan seluruh proyekpembangunan yang ada di daerahnya, yang dirinci menurut sektor, subsektor dan program.

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Ayat (7)…

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 10 -

Ayat (7)Cukup jelas

Pasal 67Cukup jelas

Pasal 68Cukup jelas

Pasal 69Cukup jelas

Pasal 70Cukup jelas

Pasal 71Cukup jelas

Pasal 72Cukup jelas

Pasal 73Cukup jelas

Pasal 74Cukup jelas

Pasal 75Cukup jelas

Pasal 76Cukup jelas

Pasal 77Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4212