keputusan nomor 14/kep-bkipm/2018 tentangluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 kep...

24
1 KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANG STANDAR PEMERIKSAAN DAN PENANGANAN HASIL PERIKANAN NON KONSUMSI TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina serta dalam rangka menjaga mutu dan keamanan hasil perikanan yang dilalulintaskan keluar wilayah Negara Republik Indonesia, perlu menetapkan standar pemeriksaan dan penanganan hasil perikanan non konsumsi tertentu; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan tentang Standar Pemeriksaan dan Penanganan Hasil Perikanan Non Konsumsi Tertentu; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor154, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5073); 3. Undang-Undang . . .

Upload: tranminh

Post on 06-Jul-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

1

KEPUTUSAN

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,

PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018

TENTANG

STANDAR PEMERIKSAAN DAN PENANGANAN

HASIL PERIKANAN NON KONSUMSI TERTENTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,

PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pencegahan masuk dan

tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina

serta dalam rangka menjaga mutu dan keamanan

hasil perikanan yang dilalulintaskan keluar wilayah

Negara Republik Indonesia, perlu menetapkan

standar pemeriksaan dan penanganan hasil

perikanan non konsumsi tertentu;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan

keputusan Kepala Badan Karantina Ikan,

Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan

tentang Standar Pemeriksaan dan Penanganan

Hasil Perikanan Non Konsumsi Tertentu;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang

Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482);

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor19, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor154,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 5073);

3. Undang-Undang . . .

Page 2: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

2

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang

Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5360);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002

tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik

Indonesia tahun 2002 Nomor 36, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4197);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015

Tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil

Perikanan serta Peningkatan Nilai Tambah Produk

Hasil Perikanan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 181, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726;

6. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang

Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

7. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang

Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Presiden Nomor 2 Tahun 2017 (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 5);

8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:

PER. 05/MEN/2005 tentang Tindakan Karantina

Ikan Untuk Pengeluaran Media Pembawa Hama dan

Penyakit Ikan Karantina;

9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 220);

10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

54/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Unit Pelaksana Tenis Karantina Ikan,

Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017

Nomor 1758);

MEMUTUSKAN . . .

Page 3: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

3

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,

PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL

PERIKANAN TENTANG STANDAR PEMERIKSAAN DAN

PENANGANAN HASIL PERIKANAN NON KONSUMSI

TERTENTU.

KESATU : Menetapkan Standar Pemeriksaan dan Penanganan Hasil

Perikanan Non Konsumsi Tertentu sebagaimana

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan ini.

KEDUA : Standar Pemeriksaan dan Penanganan Hasil Perikanan

Non Konsumsi Tertentu sebagaimana dimaksud diktum

KESATU bertujuan untuk menjadi pedoman bagi petugas

karantina dalam pelaksanaan pemeriksaan dan

penanganan kegiatan ekspor untuk hasil perikanan non

konsumsi tertentu agar memenuhi persyaratan negara

tujuan.

KETIGA : Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku setelah 30

(tiga puluh) hari sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 Januari 2018

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN

HASIL PERIKANAN,

ttd.

RINA

Lembar Pengesahan

No. Nama Pejabat Paraf

1 Sekretaris BKIPM

2 Kepala Pusat SSK

3 Kepala Pusat Karantina Ikan

4 Kepala Bagian Hukum, Kerja Sama

dan Humas

5 Kepala Subbag Hukum

Page 4: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan produksi perikanan yang dihasilkan dari kegiatan

penangkapan ikan semakin meningkat karena sumberdaya ikan

melimpah, dampak dari adanya moratorium Menteri Kelautan dan

Perikanan yang tidak memberi izin penangkapan ikan oleh kapal

penangkap ikan dari luar negeri. Selain itu juga aparat meningkatkan

pengawasan dari unsur pertahanan, keamanan dan juga instansi

lingkup KKP yang bertanggungjawab terhadap pengawasan pengelolaan

sumberdaya ikan secara intensif melakukan tugasnya.

Peningkatan produksi perikanan hasil tangkapan tersebut

berpotensi meningkatkan risiko terhadap bahan buangan bagian ikan

yang tidak dapat diolah untuk konsumsi ataupun ikan-ikan yang tidak

memiliki nilai ekonomis. Selain itu, ikan-ikan sisa dan yang terbuang

tersebut secara langsung maupun tidak langsung dapat membawa

problema lingkungan di kawasan pesisir, gangguan terhadap

kebersihan, sanitasi dan kesehatan lingkungan.

Dibalik itu semua, ikan sisa atau ikan-ikan yang terbuang itu

ternyata masih dapat dimanfaatkan, yaitu sebagai bahan baku pupuk

organik lengkap, yakni pupuk dimana kandungan unsur-unsur

makronya terbatas (tidak mencukupi untuk kebutuhan tanaman) dan

harus dilengkapi dengan penambahan unsur lainnya sehingga

kandungan N (nitrogen)-P (fosfor)-K (kalium)-nya sesuai yang

dibutuhkan.

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN

KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANG STANDAR PEMERIKSAAN DAN

PENANGANAN HASIL PERIKANAN NON KONSUMSI TERTENTU

Page 5: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

5

Pupuk organik lengkap yang terbuat dari bahan baku ikan

memiliki kualitas sebagai pupuk yang lebih baik dibandingkan dengan

pupuk organik lain, apalagi kalau dibandingkan dengan pupuk

kompos, pupuk kandang, ataupun pupuk hijau. Di Indonesia saat ini

telah banyak beredar pupuk organik yang terbuat dari bahan baku

ikan dengan aneka merk, baik produksi dalam negeri maupun impor,

sayangnya yang memenuhi persyaratan masih terbatas. FAO telah

menetapkan kriteria dasar untuk pupuk jenis ini, yakni: kandungan

unsur makro harus mempunyai nilai minimal N (12%), P (8%), dan K

(6%) disamping kandungan unsur mikro seperti Ca, Fe, Mg, Cu, Zn,

Mn, dan sebagainya.

Bahan baku untuk pupuk tersebut harus memenuhi standar

terutama tidak tercemar oleh materi lainnya selain protein ikan,

sehingga diperlukan penangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip

biosekuriti.

Bahan buangan lainnya yang masih dapat dimanfaatkan antara

lain cangkang kerang, sisik ikan atau bubuk mutiara. Bahan baku

yang dihasilkan tersebut merupakan hasil perikanan non konsumsi

tertentu yang dapat dipakai untuk bahan pembuatan pupuk,

campuran bahan kosmetik maupun bahan pembuatan kerajinan yang

memungkinkan dilalulintaskan keluar wilayah Negara Republik

Indonesia sehingga harus memenuhi kriteria kesehatan ikan maupun

mutu hasil perikanan yang dipersyaratkan oleh negara tujuan.

Guna memenuhi persyaratan dimaksud diperlukan pedoman

teknis tata acara, persyaratan dan penanganan hasil perikanan non

konsumsi tertentu.

B. Tujuan

Tujuan dari penyusunan pedoman pemeriksaan dan penanganan hasil

perikanan non konsumsi tertentu adalah:

1. Agar proses penanganan kegiatan ekspor untuk hasil perikanan

non konsumsi tertentu dapat memenuhi persyaratan negara tujuan;

2. Sebagai pedoman Petugas Karantina Ikan dalam pelaksanaan

pemeriksaan untuk hasil perikanan non konsumsi tertentu.

Page 6: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

6

C. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan,

Ikan dan Tumbuhan.

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45

Tahun 2009.

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Ketahanan Pangan.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina

Ikan.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2012 tentang Ketahanan

Pangan dan Gizi.

6. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi

Kementerian Negara.

7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.05/MEN/2005 tentang Tindakan Karantina Ikan untuk

Pengeluaran Media Pembawa Hama Penyakit Ikan Karantina.

8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina Untuk Pemasukan

Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina Dari Luar

Negeri dan Dari Suatu Area Ke Area Lain Di Dalam Wilayah Negara

Republik Indonesia.

9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-

KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan

dan Perikanan.

10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Nomor 54/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan

Keamanan Hasil Perikanan.

11. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 80/KEPMEN-

KP/2015 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Ikan

Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya.

12. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 81/KEPMEN-

KP/2015 tentang Penetapan Area Yang Tidak Bebas Penyakit Ikan

Karantina, Golongan, dan Media Pembawanya Di Dalam Wilayah

Negara Republik Indonesia.

13. Ketentuan OIE dan CODEX Alimentarius.

Page 7: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

7

D. Pengertian Umum

1. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan

pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan

lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan

sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem

bisnis perikanan.

2. Sumber daya ikan adalah potensi semua jenis ikan termasuk biota

perairan lainnya.

3. Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau seluruh daur

hidupnya berada di dalam air, dalam keadaan hidup atau mati,

termasuk bagian-bagiannya.

4. Hasil perikanan non konsumsi tertentu adalah hasil perikanan yang

tidak digunakan untuk konsumsi manusia, antara lain berupa

mutiara, kerajinan, bubuk dan kulit kerang, sisik, tulang, minyak

ikan non konsumsi, tepung ikan non konsumsi, khitin dan khitosan

(raw material), gelatin, silase dan pupuk organik.

5. Biosecurity adalah suatu upaya untuk mengindentifikasi masuk

dan tersebarnya penyakit dalam suatu area establishment dan

langkah-langkah yang akan dilakukan dan yang dilakukan untuk

mencegah masuk dan tersebarnya penyakit.

6. Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) adalah semua hama dan

penyakit ikan yang belum terdapat dan/atau telah terdapat di area

tertentu di wilayah Republik Indonesia yang dalam waktu relatif

cepat dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang

dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

7. Hama Penyakit Ikan (HPI) tertentu adalah semua HPI selain HPIK

yang sudah terdapat dan/atau belum terdapat di wilayah Republik

Indonesia yang dapat merusak, menggangu kehidupan, atau

menyebabkan kematian ikan.

8. Ketelusuran (traceability) adalah kemampuan untuk menelusuri

riwayat, aplikasi atau lokasi dari suatu produk atau kegiatan untuk

mendapatkan kembali data dan informasi melalui suatu identifikasi

dokumen yang terkait.

9. Critical Control Point (CCP) adalah suatu titik, tahap atau prosedur

dimana bahaya yang mempengaruhi kegiatan pembudidayaan ikan

dapat dicegah, dieliminasi atau dikurangi hingga titik aman.

Page 8: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

8

10. Surveilan adalah kegiatan penilaian kesesuaian yang dilakukan

secara sistematis dan berulang sebagai dasar untuk memelihara

validitas pernyataan kesesuaian.

11. Petugas Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Petugas Karantina

adalah Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi tugas untuk

melakukan tindakan karantina, pengendalian mutu, dan keamanan

hasil perikanan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

12. Inspektur Karantina adalah pegawai negeri sipil yang diangkat oleh

Menteri atau pejabat yang ditunjuk untuk melakukan Pengendalian

Mutu.

13. Badan adalah Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan

Keamanan Hasil Perikanan.

14. Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan

Keamanan Hasil Perikanan yang selanjutnya disingkat UPT KIPM

adalah UPT yang berada di bawah dan bertanggungj awab kepada

Kepala Badan KIPM.

Page 9: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

9

BAB II

HASIL PERIKANAN NON KONSUMSI TERTENTU

Hasil Perikanan Non Konsumsi Tertentu merupakan hasil perikanan

yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia, yang diolah/diproduksi

dari bahan baku hasil perikanan tertentu sehingga memiliki nilai tambah

baik secara ekonomis maupun kegunaanya, antara lain meliputi:

1. Mutiara

Mutiara adalah produk hasil perikanan berupa butiran permata yang

dihasilkan oleh kerang mutiara laut atau air tawar. Mutiara merupakan

bahan organik yang biasa dibuat dalam bentuk perhiasan. Pada

dasarnya mutiara terbagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mutiara alami dan

hasil budidaya. Dalam proses pembentukan mutiara diperlukan zat

pengganggu seperti misalnya suatu potongan jaringan yang dimasukkan

ke dalam kerang-kerangan seperti oyster/molluska. Sebagai upaya

perlindungan, secara otomatis kerang-kerangan akan melapisi zat

pengganggu yang masuk tersebut dengan lapisan nacre yang pada

akhirnya akan menghasilkan mutiara. Untuk menghasilkan mutiara

budidaya, zat pengganggu secara sengaja dimasukkan ke dalam kerang

kerangan melalui proses pembedahan (Strack, 2006). Termasuk dalam

pengertian ini adalah mutiara yang telah diolah untuk keperluan lain

misalnya (bahan campuran kosmetik).

2. Bubuk Kulit Kerang

Bubuk Kulit Kerang adalah bubuk halus dari (misalnya : cangkang

mutiara dari spesies Pinctada maxima) yang digunakan sebagai bahan

baku kosmetik. Bubuk kulit kerang mengandung pozzolan yaitu

mengandung zat kapur (CaO), alumina, dan senyawa silica. Pemisahan

kalsium dari cangkang kerang simping dapat dilakukan dengan

deproteinase yaitu dengan menghilangkan protein pada cangkang

dengan cara hidrolisis protein. Bila hidrolisis dilakukan dengan

sempurna maka akan diperoleh hidrolisat yang terdiri atas campuran 18

sampai 20 macam asam amino. Produk akhir dapat berbentuk cair,

pasta atau bubuk/ tepung yang bersifat higroskopis (Wahyuni 2007).

Page 10: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

10

3. Kerajinan

Kerajinan adalah kerajinan yang dihasilkan oleh industri menggunakan

bahan baku kulit ikan, kerang, sisik, tanaman hias air dan lain-lain.

Kulit ikan, kerang, sisik dan tanaman hias air yang digunakan bukan

berasal dari jenis yang dilarang dalam perdagangan atau dilindungi

berdasarkan peraturan perundangan.

4. Minyak Ikan

Minyak Ikan adalah minyak yang diperoleh dari hati ikan atau bagian-

bagian tubuh lainnya. Minyak ikan, dapat diproduksi dari sisa-sisa

daging dan kulit ikan. Pengolahannya dengan cara ekstraksi, dengan

kombinasi pemasakan, pengeringan, dan pengepresan untuk

memisahkan minyak dan tepung ikan. Produk dapat berupa minyak

ikan kasar maupun yang telah diolah untuk keperluan medis/farmasi

ataupun kosmetik. Yang dimanfaatkan adalah lemak ikan yang terdapat

di dalam daging ikan atau yang disimpan di dalam rongga perut ikan.

5. Tepung Ikan

Tepung Ikan atau bagian-bagian ikan yang minyaknya diambil atau

tidak, dikeringkan kemudian digiling dan dimanfaatkan sebagai pupuk

organik. Pupuk organik yang berasal dari limbah ikan mengandung

protein yang tinggi dan sangat dibutuhkan tanaman. Tanaman sangat

membutuhkan nutrisi lengkap, berupa unsur hara makro, unsur hara

makro sekunder, dan unsur hara mikro. Semua nutrisi tersebut dapat

dipenuhi oleh pupuk organik dari limbah ikan.

6. Khitin dan Khitosan

Khitin dan/atau Khitosan adalah hasil samping yang didapat dari

limbah kulit crustasea. Untuk memperoleh chitin dari cangkang udang

melibatkan proses-proses pemisahan protein (deproteinasi) dan

pemisahan mineral (demineralisasi). Sedangkan untuk mendapatkan

chitosan dilanjutkan dengan proses deasetilasi. Saat ini khitin dan

khitosan menjadi salah satu bahan kimia dan bahan baku industry yang

menjadi unggulan khususnya bagi industri farmasi, kesehatan,

kosmetik, makanan, pengolah limbah dan air, fotografi, kayu dan kertas

untuk industri. Khitin adalah senyawa penyusun rangka atau dikenal

sebagai asetil glukosamin yang berikatan 1,4 beta, yang dapat

digunakan sebagai bahan pengisi, pengeras dan pengental.

Khitosan adalah khitin yang telah mengalami proses deasetilasi, yang

Page 11: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

11

dapat digunakan sebagai bahan pengisi, pengemulsi untuk kosmetik

dan obat. Keduanya berguna sebagai bahan baku untuk produksi

pembuatan lensa kontak (soft lens). Chitin dan Chitosan merupakan

produk turunan dari kulit dan kepala udang atau kepiting dan dari

family Crustacea lainnya.

7. Kolagen

Kolagen adalah produk yang diekstraksi dari bagian-bagian ikan seperti

sisik ikan, kulit, tulang, biasanya digunakan untuk kebutuhan

kosmetik, medis/farmasi. Kolagen merupakan protein penting yang

menghubungkan sel dengan sel yang lain. Kulit dan sisik ikan

merupakan salah satu sumber utama kolagen. Pembuatan kolagen

dapat dilakukan melalui ekstraksi baik secara konvensional maupun

secara enzimatis. Kegunaan kolagen diantaranya adalah untuk

suplemen makanan, kosmetik, dan aditif pada makanan dan minuman

ringan. Sedangkan gelatin, adalah derivat protein dari serat kolagen

yang ada pada kulit, tulang, dan tulang rawan, yang diperoleh melalui

proses hidrolisis serat kolagen. Berguna untuk pengolahan pangan

(penstabil, pembentuk gel, pengental, pengemulsi, perekat, edible

coating, pengikat air), dan non-pangan (kosmetik, medis/farmasi, kertas

dan lain-lain).

8. Gelatin

Gelatin adalah produk yang diekstraksi dari tulang ikan, umumnya

digunakan dalam industri pangan, dan farmasi. Biasanya digunakan

sebagai bahan pengatur elastisitas. Gelatin adalah protein yang larut

yang dapat bersifat sebagai bahan pembuat gel (gelling agent) atau

sebagai non gelling agent atau produk alami yang diperoleh dari

hidrolisis parsial kalogen.

9. Silase

Silase ikan berasal dari olahan limbah daging, tulang, insang dapat

digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk dan pakan ternak/ikan.

Silase ikan adalah sisa-sisa ikan yang diawetkan dalam kondisi asam

dengan penambahan asam (silase kimia) atau dengan fermentasi/

kemampuan bakteri asam laktat (silase biologis). Silase ikan yang

dihasilkan berbentuk cair karena protein ikan dan jaringan struktur

lainnya didegradasi menjadi unit larutan yang lebih kecil oleh enzim

yang terdapat pada ikan. Fish silage atau silase yang berupa bubur atau

Page 12: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

12

pasta ikan kini telah dikembangkan di Indonesia untuk memenuhi

sumber protein hewani, terutama bagi ternak unggas dan hewan

budidaya. permintaan konsumen terhadap produk ini semakin

meningkat.

10. Pupuk organik/pupuk cair (pupuk dari asal ikan)

Pupuk organik lengkap yang terbuat dari bahan baku ikan memiliki

kualitas sebagai pupuk yang lebih baik dibandingkan dengan pupuk

organik (kompos, pupuk kandang, ataupun pupuk hijau). Untuk

pembuatan pupuk cair dilakukan dengan proses hidrolisis dengan

bantuan enzim tertentu. Seluruh bagian tubuh ikan maupun limbah cair

pengolahan ikan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk ini.

reduksi limbah ikan pada proses konversi menjadi pupuk cair.

Persentase reduksi limbah ikan dapat dipengaruhi oleh lamanya

penyimpanan atau fermentasi dan penggunaan katalisator baik kimiawi

maupun biologi. Biokatalisator berupa EM4 untuk mereduksi limbah

ikan sebagai sumber cemaran lingkungan menjadi produk yang lebih

bermanfaat, yaitu pupuk organik cair.

Page 13: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

13

BAB III

PERSYARATAN, PEMERIKSAAN DAN PENANGANAN

A. Persyaratan Umum

Pengeluaran Hasil Perikanan Non Konsumsi Tertentu dari Wilayah

Negara Republik Indonesia keluar Negara Republik Indonesia, harus

memenuhi persyaratan yang meliputi:

1. Dilengkapi dengan Health Certificate apabila negara tujuan

mempersyaratkan;

2. Dilengkapi SPM (Surat Persetujuan Muat) yang diterbitkan oleh

petugas karantina ikan ditempat pengeluaran;

3. Surat Keterangan Asal (SKA) dan/atau Certificate of Origin (CoO)

dari Instansi berwenang;

4. Certificate of Analysis (CoA) dan/atau surat keterangan / sertifikat

produk dari instansi berwenang apabila diperlukan; dan

5. Packing list/invoice.

Selain persyaratan di atas, wajib :

1. Melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan;

2. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina; dan

3. Pengirim telah teregistrasi di Badan Karantina Ikan, Pengendalian

Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.

B. Persyaratan Negara Tujuan

Dalam hal Negara Tujuan yang menjalankan pengendalian masuknya

hasil perikanan non konsumsi tertentu, pengeluaran hasil perikanan

non konsumsi tertentu harus memenuhi persyaratan standar

pengawasan, standar pengolahan, standar sanitasi dan Biosecurity,

audit internal, inspeksi karantina dan registrasi perusahaan. Sebagai

contoh adalah negara China. Setiap perusahaan yang akan melakukan

ekspor ke China maka perusahaan tersebut harus teregistrasi terlebih

dahulu. Persyaratan agar perusahaan dapat teregister maka perusahaan

tersebut harus menerapkan prinsip-prinsip GMP, SSOP, CCP,

Traceability dan Biosecurity pada hasil perikanan non konsumsi tertentu

dan telah mendapatkan sertifikat Cara Penanganan Hasil Perikanan Non

Konsumsi Tertentu yang Baik (CPHN).

Page 14: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

14

Persyaratan sistem jaminan mutu produk berlaku untuk negara

tujuan yang memerlukan registrasi perusahaan maupun negara

tujuan yang tidak/belum mempersyaratkan registrasi perusahaan

yang akan melakukan ekspor hasil perikanan non konsumsi tertentu.

C. Sertifikasi Cara Penanganan Hasil Perikanan Non Konsumsi

Tertentu yang Baik (CPHN)

Bagi perusahaan yang akan melakukan ekspor ke negara tujuan yang

mempersyaratkan adanya Sistem Jaminan Mutu Produk, maka

perusahan wajib menerapkan sistem jaminan sebagai berikut:

1. Memenuhi persyaratan standar prasarana, lokasi bangunan

berada di lingkungan yang tidak tercemar, bangunan harus

dirancang dan ditata dengan konstruksi yang memenuhi

persyaratan sanitasi serta dipelihara kebersihannya;

2. Bahan baku produk tertelusur, tidak mengunakan bahan baku

yang dilarang/dilindungi, bahan baku tidak tercemar/

terkontaminasi/ bercampur dengan bahan lain yang dilarang;

3. Memenuhi persyaratan standar pengolahan yang menerapkan

standar operating prosedur (SSOP) dan Biosecurity sesuai

persyaratan negara tujuan;

4. Mempunyai buku panduan mutu yang meliputi: standar

pengawasan, standar pengolahan, standar pengemasan, standar

penyimpanan, distribusi produk dan rekaman kegiatan untuk

memastikan semua kegiatan dikerjakan dengan baik dan

tertelusur dan

5. Memenuhi persyaratan lain yang dinyatakan pada regulasi dan

standar negara tujuan.

Bagi perusahaan yang telah menerapkan standar jaminan mutu

tersebut berarti telah menerapkan prinsip-prinsip GMP, SSOP,

Traceability dan Biosecurity. Dalam hal perusahaan tersebut

telah dilakukan verifikasi dan inpeksi oleh Petugas Karantina

Ikan dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan maka berhak

untuk mendapatkan Sertifikat Cara Penanganan Hasil Perikanan

Non Konsumsi Tertentu yang Baik (CPHN).

Page 15: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

15

Untuk mendapatkan Sertifikat Cara Penanganan Hasil Perikanan

Non Konsumsi Tertentu yang Baik (CPHN) perusahaan dapat

mengajukan ke UPT KIPM dengan melampirkan dokumen sebagai

berikut:

1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon

perorangan atau fotokopi akte pendirian perusahaan dan

fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon

berbadan hukum;

2. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

3. Surat keterangan dari Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi

perikanan yang menjelaskan bahwa yang bersangkutan

melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, untuk

pemohon perorangan atau badan hukum;

4. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto

bagunan/ ruangan yang akan ditetapkan sebagai instalasi; dan

5. Dokumen (pedoman) sistem mutu karantina ikan, yang

memuat: Panduan mutu, prosedur kerja (SOP) dan/atau

instruksi kerja serta formulir (rekaman data/log book) kegiatan,

termasuk di dalamnya alur proses produksi dan identifikasi

bahaya disetiap proses produksi.

D. Registrasi

Bagi perusahaan yang telah menerapkan Sistem Jaminan Mutu

Produk seperti diatas dapat melanjutkan dengan proses registrasi

terutama apabila akan melakukan ekspor ke negara yang

mempersyaratkan registrasi. Perusahaan dapat melakukan registrasi

melalui otoritas kompeten (BKIPM) yang akan merekomendasikan

kepada negara tujuan. Perusahaan yang akan mengajukan registrasi

harus melampirkan dokumen sebagai berikut:

1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) untuk pelaku usaha berbadan

hukum;

2. Identitas pemilik yang sah (Kartu Tanda Penduduk atau Kartu

Identitas WNA);

3. Ijin Usaha Perikanan;

4. Akte pendirian perusahaan;

Page 16: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

16

5. Sertifikat Cara Penanganan Hasil Perikanan Non Konsumsi

Tertentu (CPHN); dan

6. Surat keterangan domisili perusahaan.

E. Pengendalian internal/mandiri (audit internal)

Perusahan yang telah menjalankan Sistem Jaminan Mutu Produk

harus secara konsisten menerapkan pengendalian internal secara

efektif dalam rangka menjamin mutu produk, antara lain melalui:

1. Melakukan kontrol terhadap masuknya bahan baku;

2. Melakukan prosedur kebersihan atau sanitasi dan disinfeksi

terhadap personil dan lingkungan;

3. Memenuhi persyaratan standar pengolahan yang menerapkan

sanitasi operating prosedur (SSOP)/Biosecurity sesuai

persyaratan negara tujuan;

4. Mengisi dengan benar rekaman pengawasan, pengolahan,

pengemasan, penyimpanan dan distribusi produk;

5. Memelihara dan menjaga arsip operasional yang mencakup

rekaman pada penyimpanan masuk dan keluar, produksi,

pengolahan; dan

6. Memastikan produk yang akan di ekspor sesuai dengan standar

negara tujuan yaitu dengan melakukan pengujian terhadap

sample produk secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu)

bulan sekali.

F. Pengawasan oleh Petugas Karantina

Dalam rangka menjamin produk yang dihasilkan, BKIPM mempunyai

kewajiban melakukan pengawasan rutin/inspeksi pada perusahaan

yang telah tersertifikasi CPHN paling sedikit 6 (enam) bulan sekali,

meliputi:

1. Pengendalian dan ketertelusuran bahan baku dan produk jadi;

2. Pengendalian terhadap proses produksi/pengolahan;

3. Penerapan sanitasi dan disinfeksi (Biosecurity);

4. Rekaman produksi, pengolahan, pengemasan, penyimpanan dan

distribusi produk; dan

5. Pengendalian internal/audit internal.

Page 17: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

17

Hasil pengawasan atau inspeksi dibuat daftar rekaman kredibilitas

baik atau buruk perusahaan tersebut. Apabila terdapat temuan

penyakit epidemi, racun yang berlebihan, bahan yang berbahaya atau

masalah lain terkait keamanan, kesehatan dan kualitas hasil

perikanan non konsumsi tertentu pada saat inspeksi maka Karantina

Ikan harus melakukan peningkatan pengawasan dan penelusuran

terhadap penyebabnya pada setiap proses produksi. Apabila terjadi

temuan inkonsistensi maka perusahaan diberi waktu untuk

melakukanperbaikan selama 1 (satu) bulan. Selama masa perbaikan

maka sertifikat CPHN dibekukan sementara dan tidak boleh

melakukan ekspor.

G. Inspeksi Cara Penanganan Hasil Perikanan Non Konsumsi

Tertentu

1. Inspeksi penerapan CPHN dilakukan untuk memastikan

konsistensi penerapan GMP, SSOP, Tracebility dan Biosecurity

sesuai dokumen mutu.

2. Inspeksi dilakukan oleh Inspektur Karantina yang telah memiliki

nomor registrasi sesuai Keputusan Kepala Badan KIPM tentang

Inspektur Karantina Ikan.

3. Hasil inspeksi dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

penerbitan sertifikat CPHN.

4. Tim inspeksi sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang inspektur yang

terdiri dari 1 (satu) orang inspektur pusat sebagai pimpinan tim

dan 2 (dua) inspektur UPT KIPM sebagai anggota.

5. Hasil inspeksi segera dilaporkan kepada Kepala Badan KIPM.

H. Persyaratan standar nutrisi, komposisi atau parameter tertentu

Masing-masing negara mempunyai persyaratan tersendiri terkait nilai

kandungan nutrisi suatu hasil perikanan non konsumsi tertentu

seperti kandungan lemak, protein, HPIK/HPI tertentu, salmonela dan

lainnya. Persyaratan ini dimiliki oleh beberapa negara tujuan dengan

standar kandungan yang berbeda-beda. Disamping persyaratan-

persyaratan tersebut beberapa negara juga mempersyaratkan bahwa

kandungan hasil perikanan non konsumsi tertentu tidak boleh

Page 18: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

18

bercampur dengan produk yang berasal dari selain ikan seperti

unggas, kuda, sapi dan hewan lainnya.

Berdasarkan persyaratan-persyaratan tersebut maka dilakukan

penanganan masing-masing sesuai peryaratan.

1. Persyaratan standar kandungan nutrisi sesuai persyaratan

negara tujuan

Pemenuhan persyaratan standar kandungan nutrisi/komposisi

atau parameter tertentu oleh negara tujuan dilakukan pengujian

sampel uji produk perikanan non konsumsi tertentu di

laboratorium. Pengujian dapat dilakukan oleh laboratorium UPT

KIPM dan/atau laboratorium terakreditasi lainnya sesuai ruang

lingkup, apabila laboratorium UPT KIPM belum mampu

melakukan uji.

2. Persyaratan bebas kandungan /komposisi yang dipersyaratkan

(contoh: protein hewani, nabati atau GMO)

Pemenuhan persyaratan kandungan hasil perikanan non

konsumsi tertentu bebas kandungan/komposisi yang

dipersyaratkan (contoh: protein hewani, nabati atau GMO) dapat

dilakukan dengan melakukan pengendalian pada proses produksi,

yang meliputi:

a) Pengendalian bahan baku;

b) Pengendalian terhadap proses produksi/pengolahan;

c) Mempunyai standar prasarana yang menerapkan prinsip

Biosecurity;

d) Mempunyai buku panduan mutu;

e) Melakukan pencatatan rekaman kegiatan (log book); dan

f) Melakukan pengujian hasil produksi.

3. Persyaratan pengujian mutu, perlakuan atau sertifikat

tertentu

Pemenuhan persyaratan pengujian mutu atau sertifikat tertentu

dimaksudkan bagi hasil perikanan non konsumsi tertentu yang

mempunyai karakteristik khusus terkait dengan perlakuan dan

pengujian mutu tertentu, seperti: pengujian mutu mutiara atau

fumigasi untuk cangkang kerang. Sertifikasi atas perlakuan atau

pengujian tersebut dilakukan dan diterbitkan oleh lembaga

Page 19: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

19

sertifikasi khusus. Dalam hal tersebut maka sertifikat menjadi

persyaratan wajib sebelum UPT KIPM menerbitkan Health

Certificate for Fish and Fishery Products dan/atau surat

persetujuan muat (SPM), atau Sertifikat Kesehatan Ikan dan Mutu

Hasil Perikanan Domestik.

I. Pengepakan dan Pelabelan

1. Pengepakan harus dilakukan pada kondisi yang higienis untuk

menghindari kontaminasi pada hasil perikanan non konsumsi

tertentu;

2. Bahan pengepak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) tidak boleh mempengaruhi karakteristik maupun mutu dari

hasil perikanan non konsumsi tertentu;

b) tidak boleh menjadi sumber kontaminasi yang membahayakan

kesehatan manusia maupun lingkungan; dan

c) harus cukup kuat melindungi hasil perikanan non konsumsi

tertentu.

3. Untuk tujuan pengawasan ketertelusuran (traceability) produk,

digunakan label untuk produk yang dikemas, atau dokumen yang

menyertai untuk produk yang tidak dikemas, yang berisi

informasi:

a) asal dan jenis produk yang dapat ditulis secara lengkap atau

singkatan dengan menggunakan huruf besar;

b) nama dan nomor registrasi unit pengumpul/supplier; dan

c) kandungan nutrisi dan komposisi produk.

J. Alur Proses Pemeriksaan

1. Pelaporan pengeluaran hasil perikanan non konsumsi tertentu

oleh pemilik dan/atau kuasanya, harus dilengkapi dengan

dokumen yang dipersyaratkan;

2. Petugas Karantina melakukan analisa terhadap pelaporan

pengeluaran media pembawa, meliputi:

a) Pemeriksaan kelengkapan, kebenaran dan keabsahan

dokumen;

b) Identifikasi persyaratan mutu hasil perikanan non konsumsi

tertentu dan menentukan tindakan selanjutnya;

Page 20: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

20

K. Pemeriksaan Dokumen

Pemeriksaan dokumen dilakukan setelah adanya pelaporan

pengeluaran hasil perikanan non konsumsi tertentu oleh pemilik.

Pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen dilakukan

terhadap Permohonan Pemeriksaan Karantina yang sudah dilengkapi

dengan dokumen karantina dan dokumen lain yang dipersyaratkan.

Pemeriksaan kelengkapan dokumen adalah pemeriksaan yang

dilakukan untuk mengetahui pemenuhan kewajiban pemilik hasil

perikanan non konsumsi tertentu terhadap seluruh jenis dokumen

yang dipersyaratkan atau diwajibkan dalam kegiatan lalu lintas hasil

perikanan non konsumsi tertentu.

Selanjutnya setelah pemeriksaan kelengkapan dokumen, dilakukan

pemeriksaan keabsahan dokumen. Pemeriksaan keabsahan dokumen

dapat dilakukan bersamaan waktunya dengan pemeriksaan

kelengkapan dokumen. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka meneliti

keaslian dokumen dengan memperhatikan hal-hal seperti logo, nomor

seri sertifikat, specimen tanda tangan, cap/stempel emboge, barcode

dan ciri khusus dari setiap negara/daerah asal/instansi terkait yang

mengeluarkan dokumen.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen tersebut petugas karantina

melakukan analisa sesuai dengan persyaratan, kemudian

menentukan tindakan selanjutnya.

L. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan kebenaran isi dokumen dilakukan untuk mengetahui

kesesuaian antara isi (jenis, jumlah, dan/atau ukuran) hasil

perikanan non konsumsi tertentu dengan dokumen yang

menyertainya dan untuk mengetahui bahwa hasil perikanan non

konsumsi tertentu tidak busuk/rusak/bukan merupakan hasil

perikanan yang termasuk kategori larangan. Hasil Perikanan yang

akan dilakukan pemeriksaan harus dalam kondisi siap periksa.

Pemeriksaan fisik dapat dilaksanakan di tempat pengeluaran. Hasil

Perikanan Non Konsumsi Tertentu yang akan dilakukan pemeriksaan

harus dalam kondisi siap periksa.

Page 21: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

21

1. Pemeriksaan di Tempat Pengeluaran.

Pemeriksaan di tempat pengeluaran dapat dilakukan apabila

berdasarkan analisa tindakan karantina memungkinkan untuk

melakukan pemeriksaan fisik secara benar, akurat dan

merepresentasikan kondisi sesungguhnya. Pemeriksaan ini dapat

dilakukan untuk jumlah yang tidak terlalu besar sehingga

memungkinkan untuk melakukan pemeriksaan dengan mudah

dan akurat.

2. Pemeriksaan di Unit Pengolahan Hasil Perikanan Non Konsumsi

Tertentu.

Pemeriksaan di Unit Pengolahan dapat dilakukan apabila

berdasarkan analisa tindakan karantina tidak memungkinkan

untuk melakukan pemeriksaan fisik secara benar, akurat dan

merepresentasikan kondisi sesungguhnya apabila dilakukan

pemeriksaan di pintu pengeluaran. Pemeriksaan ini dapat

dilakukan untuk jumlah media pembawa dengan jumlah yang

besar sehingga memungkinkan untuk melakukan pemeriksaan

dengan mudah dan akurat.

M. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan dalam rangka memenuhi

persyaratan negara tujuan terkait pengujian parameter tertentu.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan terhadap:

1. hasil perikanan non konsumsi tertentu merupakan jenis yang

dipersyaratkan dengan kandungan nutrisi, komposisi atau

pengujian parameter tertentu.

2. hasil perikanan non konsumsi tertentu yang pengujian dan/atau

perlakuannya dilakukan oleh institusi diluar UPT KIPM dibuktikan

dengan Laporan Hasil Uji (LHU) dan/atau laporan hasil perlakuan

(LHP) .

Pengujian dapat dilakukan di laboratorium UPT KIPM atau

laboratorium uji lain yang sudah terakreditasi sesuai ruang lingkup

dengan parameter uji atau sertifkat tertentu yang dipersyaratkan.

Page 22: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

22

N. Penanganan Hasil Perikanan Non Konsumsi Tertentu Yang

Dipersyaratkan Negara Tujuan.

1. Dalam hal hasil pemeriksaan dokumen dinyatakan tidak lengkap

dan/atau tidak sah maka terhadap pelaporan tersebut dilakukan

penolakan.

2. Dalam hal hasil pemeriksaan dokumen dinyatakan lengkap dan

sah maka terhadap pelaporan tersebut dilakukan analisa dan

tindakan selanjutnya.

3. Apabila berdasarkan hasil analisa termasuk jenis yang

dipersyaratkan dengan pengujian tertentu maka dilakukan

pengambilan sample dan pemeriksaan fisik untuk dilakukan

pengujian dan/atau perlakuan sesuai persyaratan.

4. Apabila berdasarkan laporan hasil uji dinyatakan

sesuai/memenuhi peryaratan maka diterbitkan Health Certificate

for Fish and Fishery Products.

5. Apabila berdasarkan pemeriksaan ulang dinyatakan benar dan

sesuai maka diterbitkan SPM.

6. Apabila berdasarkan pemeriksaan ulang, tidak benar, tidak sesuai,

rusak, busuk atau merupakan jenis yang dilarang maka dilakukan

penolakan dan/atau pemusnahan.

O. Penanganan Hasil Perikanan Non Konsumsi Tertentu Yang Tidak

Dipersyaratkan Negara Tujuan.

Dilakukan pemeriksaan dokumen berdasarkan PPK dan dokumen

pendukung lainnya.

1. Dalam hal hasil pemeriksaan dokumen dinyatakan tidak lengkap

dan/atau tidak sah, maka terhadap pelaporan tersebut dilakukan

penolakan.

2. Dalam hal hasil pemeriksaan dokumen dinyatakan lengkap dan

sah, maka terhadap pelaporan tersebut dilakukan analisa dan

tindakan karantina selanjutnya.

3. Apabila berdasarkan hasil analisa bukan merupakan jenis yang

dipersyaratkan maka dilakukan pemeriksaan fisik.

4. Apabila berdasarkan pemeriksaan fisik, benar dan sesuai maka

diterbitkan SPM.

Page 23: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

23

5. Apabila berdasarkan pemeriksaan fisik, tidak benar, tidak sesuai,

rusak, busuk atau merupakan jenis yang dilarang maka dilakukan

penolakan dan/atau pemusnahan.

Page 24: KEPUTUSAN NOMOR 14/KEP-BKIPM/2018 TENTANGluwuk.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/14 KEP BKIPM 2018 Standar... · kepala badan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan

24

BAB IV

PENUTUP

Pedoman standar pemeriksaan dan penanganan hasil perikanan non

konsumsi tertentu ini disusun dalam rangka memberikan acuan kepada

petugas karantina agar menjadi lebih efektif, terarah, terintegrasi dan tepat

sasaran.

Semoga pedoman ini mampu memberikan kontribusi yang nyata bagi

keberhasilan pembangunan perkarantinaan ikan di Indonesia khususnya,

dalam rangka meningkatkan penerimaan hasil perikanan non konsumsi

tertentu di negara tujuan. Keberadaan pedoman ini hendaknya dapat

menjadikan setiap satuan kerja di lingkup BKIPM dapat memberikan

kemudahan layanan, serta menjamin terselenggaranya pelayanan

perkarantinaan ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan

yang dengan baik kepada setiap warga negara Indonesia tanpa diskriminasi.

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN

HASIL PERIKANAN,

ttd.

RINA

Lembar Pengesahan

No. Nama Pejabat Paraf

1 Sekretaris BKIPM

2 Kepala Pusat SSK

3 Kepala Pusat Karantina Ikan

4 Kepala Bagian Hukum, Kerja Sama

dan Humas

5 Kepala Subbag Hukum