keputusan kepala badan pengawas obat …...keputusan kepala badan pengawas obat dan makanan republik...

130
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TAHUN ANGGARAN 2018 KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.04.1.21.03.17.0870 Tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun Anggaran 2018 perlu disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan terkini di bidang keuangan serta kebutuhan organisasi; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Petunjuk Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

Upload: others

Post on 21-Jan-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN

DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

TAHUN ANGGARAN 2018

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan Nomor HK.04.1.21.03.17.0870 Tahun 2017

tentang Petunjuk Pelaksanaan Anggaran di

Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan

Tahun Anggaran 2018 perlu disesuaikan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan terkini di bidang

keuangan serta kebutuhan organisasi;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan

Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan tentang Petunjuk Pelaksanaan Anggaran di

Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan

Tahun Anggaran 2018;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

Page 2: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

-2-

3. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 2013,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5165);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang

Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5423);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2017 tentang

Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan

Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pengawas Obat dan

Makanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2017 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 6116);

6. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang

Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 5);

7. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang

Badan Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 180);

8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam

Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan

Pegawai Tidak Tetap (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2012 Nomor 678);

Page 3: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
Page 4: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
Page 5: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
Page 6: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
Page 7: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
Page 8: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
Page 9: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. 1

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 3

A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 3

B. MAKSUD DAN TUJUAN ......................................................................................................... 5

C. RUANG LINGKUP .................................................................................................................... 6

BAB II PROGRAM, KEGIATAN, TARGET DAN INDIKATOR ................................................... 9

A. PROGRAM DAN KEGIATAN ................................................................................................. 9

B. TARGET KINERJA ................................................................................................................. 11

BAB III PENGORGANISASIAN PENGELOLA ANGGARAN .................................................... 13

A. TUGAS DAN TATA HUBUNGAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PUSAT DAN

DAERAH ................................................................................................................................... 14

B. PENATAUSAHAAN KAS BENDAHARA PENGELUARAN DAN BENDAHARA

PENGELUARAN PEMBANTU (BPP) ............................................................................... 19

C. LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ) BENDAHARA DAN BENDAHARA

PENGELUARAN PEMBANTU ............................................................................................ 21

D. MEKANISME PENCAIRAN DANA DIPA ........................................................................ 22

BAB IV TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGELUARAN ANGGARAN ......................... 32

A. PENERIMAAN ANGGARAN ............................................................................................... 32

B. PENGELUARAN ANGGARAN ........................................................................................... 38

BAB V KETENTUAN UMUM DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN .................................. 47

A. PENATAUSAHAAN DAN PELAPORAN BUKU KAS UMUM (BKU) ....................... 47

B. REVISI ANGGARAN .............................................................................................................. 47

C. PELAPORAN............................................................................................................................ 61

BAB VI KETENTUAN KHUSUS DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN ............................. 71

A. PENGELUARAN ANGGARAN ............................................................................................ 71

B. PERJALANAN DINAS ........................................................................................................... 72

C. PESERTA TUGAS BELAJAR ............................................................................................... 86

Page 10: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 2

D. HONORARIUM ....................................................................................................................... 89

BAB VII KETENTUAN KHUSUS PENGADAAN BARANG/JASA ........................................... 91

A. PENGADAAN BARANG DAN JASA .................................................................................. 91

B. UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) ............................................................................ 93

C. LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) ....................................... 98

BAB VIII PENUTUP .......................................................................................................................... 101

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 103

Page 11: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tahun 2018 merupakan tahun ke empat pelaksanaan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan merupakan tahap ketiga dari

pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.

Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN 2015-2019 mempunyai Visi

Pembangunan Nasional yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan

Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong, dengan arah kebijakan pembangunan

kesehatan dan gizi masyarakat pada tahun 2015-2019 salah satunya adalah

meningkatkan pengawasan obat dan makanan yang merupakan salah satu tugas dan

fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

BPOM melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan

Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku.

Dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah

maka BPOM sesuai kewenangan, tugas dan fungsinya menyusun Rencana Strategis

(Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan

kegiatan BPOM untuk periode 2015 – 2019. Renstra BPOM Tahun 2015 – 2019

disusun mengacu pada Nawacita, arah kebijakan dan strategi pembangunan

nasional yang tertuang dalam Perpres Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN. BPOM

sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan

dituntut untuk dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat Obat dan

Makanan sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk itu sebagai lembaga yang

bertanggungjawab dalam pengawasan Obat dan Makanan, maka sejalan dengan visi

dan misi pembangunan dalam RPJMN 2015 – 2019, maka BPOM menetapkan

visinya yaitu ”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

dan Daya Saing Bangsa”.

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai

dengan penguatan peran BPOM. Adapun misi yang akan dilaksanakan sesuai dengan

peran-peran BPOM untuk periode 2015-2019, adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko

untuk melindungi masyarakat;

Page 12: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 4

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan

keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan

pemangku kepentingan;

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM.

Sasaran strategis disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai BPOM,

dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta

infrastruktur yang dimiliki BPOM. Secara ringkas, Visi, Misi, Tujuan, Sasaran

Strategis dan Indikator Kinerja BPOM periode 2015 – 2019 dijabarkan dalam

Lampiran 1.

Stuktur Organisasi dan tata kerja BPOM disusun berdasarkan Peraturan BPOM

Nomor 26 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPOM. BPOM mempunyai

tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan

Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan

menjalankan fungsi: 1) penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat

dan Makanan; 2) pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan

Makanan; 3) penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di

bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar; 4)

pelaksanaan Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar; 5)

koordinasi pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan instansi

pemerintah pusat dan daerah; 6) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di

bidang pengawasan Obat dan Makanan; 7) pelaksanaan penindakan terhadap

pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan Obat

dan Makanan; 8) koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian

dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM; 9)

pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab BPOM;

10) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM; dan 11) pelaksanaan

dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan

BPOM.

Khusus Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar/Balai POM disusun berdasarkan

Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014, tentang Organisasi dan Tata Kerja

Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan BPOM dan mempunyai tugas

melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen,

Page 13: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 5

keamanan pangan dan bahan berbahaya dan menjalankan fungsi: 1) penyusunan

rencana dan program pengawasan obat dan makanan; 2) pelaksanaan pemeriksaan

secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika,

psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan

bahan berbahaya; 3) pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan

penilaian mutu produk secara mikrobiologi; 4) pelaksanaan pemeriksaan setempat,

pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi; 5) investigasi

dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum; 6) pelaksanaan sertifikasi produk,

sarana produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh Kepala BPOM; 7)

pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen; 8) evaluasi dan penyusunan

laporan pengujian obat dan makanan; 9) pelaksanaan urusan tata usaha dan

kerumahtanggaan; 10) pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala BPOM,

sesuai dengan bidang tugasnya.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, BPOM di Pusat mempunyai 6

(enam) unit kerja Eselon I dan 28 (dua puluh delapan) unit kerja Eselon II serta

unit kerja Eselon II dan III untuk 33 unit kerja Balai Besar/Balai POM di daerah.

Operasionalisasi kegiatan pengawasan obat dan makanan di daerah dilaksanakan

oleh 33 Balai Besar/Balai POM di 33 provinsi seluruh Indonesia.

Dalam upaya menyelaraskan pelaksanaan program dan kegiatan maka

ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran BPOM TA 2018.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud

Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Anggaran Tahun 2018 di lingkungan

BPOM ini dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan anggaran untuk

membantu para pengelola anggaran dalam melaksanakan Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK)

Tahun 2018.

2. Tujuan

Juklak ini bertujuan untuk memberikan petunjuk dan arahan dalam

pengelolaan anggaran yang benar agar pengelolaan anggaran dilakukan secara

transparan, akuntabel, tertib administrasi, efisien dan efektif sehingga dapat

mencegah terjadinya kesalahan dan atau penyimpangan serta sebagai dasar

pelaksanaan pengawasan melekat yang dilakukan secara terus menerus.

Page 14: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 6

C. RUANG LINGKUP

Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran BPOM ini mengatur tentang

Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Tahun 2018, antara lain :

I. Program, Kegiatan, Target dan Indikator

II. Pengorganisasian Pengelola Anggaran

III. Tata Cara Penerimaan dan Pengeluaran Anggaran, termasuk Pengelolaan

PNBP dan Hibah;

IV. Ketentuan Umum dalam Pengelolaan Anggaran

V. Ketentuan Khusus dalam Pelaksanaan Anggaran

VI. Ketentuan Khusus Pengadaan Barang dan Jasa

Juklak ini juga mengatur pelaksanaan anggaran dalam DIPA dan POK seluruh

Satuan Kerja (Satker) di lingkungan BPOM.

DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna

Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Berlaku untuk 1 (satu) tahun

anggaran dan memuat informasi satuan-satuan terukur yang berfungsi sebagai

dasar pelaksanaan kegiatan bagi satker dan dasar pencairan dana/pengesahan bagi

Bendahara Umum Negara (BUN)/Kuasa BUN. Pagu dalam DIPA merupakan batas

pengeluaran tertinggi yang tidak boleh dilampaui dan pelaksanaannya harus dapat

dipertanggungjawabkan.

DIPA yang disusun oleh PA terdiri dari 2 jenis, yaitu :

a. DIPA Induk adalah akumulasi dari DIPA per Satker yang disusun oleh PA

menurut unit Eselon I dalam hal ini Kepala BPOM;

b. DIPA Petikan adalah DIPA per Satker yang dicetak secara otomatis

melalui sistem, yang berisi mengenai informasi kinerja, rincian

pengeluaran, rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan, dan

catatan yang berfungsi sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan satker.

DIPA Petikan terdiri atas DIPA satker-satker yang berada dibawah unit

Eselon I BPOM.

Sedangkan POK adalah dokumen yang dibuat oleh PA atau KPA yang berisi

petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan dalam DIPA sebagai pengendali operasional

kegiatan. POK dipergunakan sebagai pengendali operasional kegiatan untuk

memperlancar pelaksanaan kegiatan sebagaimana tertuang dalam DIPA Tahun

2018. POK 2018 sudah mengakomodir restrukturisasi program dan anggaran,

Page 15: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 7

dimana Program melekat pada satu unit eselon I, sedangkan Kegiatan dilaksanakan

oleh unit eselon II, masing-masing Kegiatan mempunyai output, setiap output

dicapai melalui beberapa tahapan yang disebut komponen, dan setiap komponen

terdiri dari beberapa akun yang di dalamnya terdapat beberapa detil.

Dokumen DIPA dan POK tersebut sebelumnya telah direview oleh Aparatur

Pengawas Internal Pemerintah (APIP) BPOM sesuai PMK Nomor 94/PMK.02/2017

tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelahaan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementerian Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.

DIPA Petikan/POK untuk 10 (sepuluh) Satker di BPOM Pusat dan 33 (tiga

puluh tiga) Satker di Balai Besar/Balai POM Daerah pada TA 2018 yaitu :

NO DIPA PETIKAN/POK/

SATKER KEPALA SATKER

1 Sekretariat Utama Sekretaris Utama

2 Deputi Bidang Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif

Deputi I

3 Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik

Deputi II

4 Deputi Bidang Bidang Pengawasan Pangan Olahan

Deputi III

5 Deputi Bidang Penindakan Deputi IV

6 Inspektorat Utama Inspektur Utama

7 Pusat Data dan Informasi Kepala Pusat Data dan Informasi

8 Pusat Pengembangan SDM

Pengawasan Obat dan Makanan

Kepala Pusat Pengembangan SDM

Pengawasan Obat dan Makanan

9 Pusat Pengembangan Pengujian

Obat dan Makanan Nasional

Kepala Pusat Pengembangan

Pengujian Obat dan Makanan

Nasional

10 Pusat Riset dan Kajian Obat dan

Makanan

Kepala Pusat Riset dan Kajian Obat

dan Makanan

11 Balai Besar POM di Jakarta Kepala Balai Besar POM Jakarta

12 Balai Besar POM di Bandung Kepala Balai Besar POM Bandung

13 Balai Besar POM di Semarang Kepala Balai Besar POM Semarang

Page 16: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 8

NO DIPA PETIKAN/POK/

SATKER KEPALA SATKER

14 Balai Besar POM di Yogyakarta Kepala Balai Besar POM Yogyakarta

15 Balai Besar POM di Surabaya Kepala Balai Besar POM Surabaya

16 Balai Besar POM di Banda Aceh Kepala Balai Besar POM Banda Aceh

17 Balai Besar POM di Medan Kepala Balai Besar POM Medan

18 Balai Besar POM di Padang Kepala Balai Besar POM Padang

19 Balai Besar POM di Pekanbaru Kepala Balai Besar POM Pekanbaru

20 Balai POM di Jambi Kepala Balai POM Jambi

21 Balai Besar POM di Palembang Kepala Balai Besar POM Palembang

22 Balai Besar POM di Bandar

Lampung

Kepala Balai Besar POM Bandar

Lampung

23 Balai Besar POM di Pontianak Kepala Balai Besar POM Pontianak

24 Balai POM di Palangkaraya Kepala Balai POM Palangkaraya

25 Balai Besar POM di Banjarmasin Kepala Balai Besar POM

Banjarmasin

26 Balai Besar POM di Samarinda Kepala Balai Besar POM Samarinda

27 Balai Besar POM di Manado Kepala Balai Besar POM Manado

28 Balai POM di Palu Kepala Balai POM Palu

29 Balai Besar POM di Makassar Kepala Balai Besar Makassar

30 Balai POM di Kendari Kepala Balai POM Kendari

31 Balai POM di Ambon Kepala Balai POM Ambon

32 Balai Besar POM di Denpasar Kepala Balai Besar POM Denpasar

33 Balai Besar POM di Mataram Kepala Balai Besar POM Mataram

34 Balai POM di Kupang Kepala Balai POM Kupang

35 Balai Besar POM di Jayapura Kepala Balai Besar POM Jayapura

36 Balai POM di Bengkulu Kepala Balai POM Bengkulu

37 Balai POM di Serang Kepala Balai POM Serang

38 Balai POM di Batam Kepala Balai POM Batam

39 Balai POM di Pangkalpinang Kepala Balai POM di Pangkalpinang

40 Balai POM di Gorontalo Kepala Balai POM Gorontalo

41 Balai POM di Manokwari Kepala Balai POM Manokwari

42 Balai POM di Sofifi Kepala Balai POM Sofifi

43 Balai POM di Mamuju Kepala Balai POM Mamuju

Page 17: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 9

BAB II

PROGRAM, KEGIATAN, TARGET DAN INDIKATOR

A. PROGRAM DAN KEGIATAN

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan

Obat dan Makanan, BPOM menetapkan program-programnya sesuai RPJMN

periode 2015-2019, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung

(generik), sebagai berikut:

a. Program Teknis

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama BPOM

dalam menghasilkan standardisasi dalam pemenuhan mutu, keamanan dan manfaat

Obat dan Makanan melalui serangkaian kegiatan penetapan standar pengawasan,

penilaian Obat dan Makanan sesuai standar, pengawasan terhadap sarana produksi,

pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan

beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku

kepentingan.

b. Program Generik

1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya

BPOM.

2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM.

Sehingga untuk pelaksanaan Anggaran Tahun 2018, BPOM mempunyai tiga

program yaitu Program Pengawasan Obat dan Makanan, Program Dukungan

Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya BPOM dan Program Peningkatan

Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM.

Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan

prioritas BPOM sesuai SOTK baru yang tersebar dalam beberapa unit Eselon

II/Unit Mandiri sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan

1) Pengawasan Obat dan Makanan di seluruh Indonesia;

2) Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan;

3) Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi Baru;

4) Pengawasan Kosmetik;

Page 18: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 10

5) Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan

Prekursor;

6) Pengawasan Keamanan, Mutu, dan Ekspor Impor Obat, Narkotika,

Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif;

7) Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang;

8) Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor;

9) Registrasi Pangan Olahan;

10) Registrasi Obat;

11) Registrasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik;

12) Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik;

13) Standardisasi Pangan Olahan;

14) Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif;

15) Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha;

16) Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan;

17) Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Obat dan Makanan;

18) Pencegahan Kejahatan Obat dan Makanan;

19) Intelijen Obat dan Makanan;

20) Riset dan Kajian di Bidang Obat dan Makanan;

b. Kegiatan untuk melaksanakan kedua program generik (pendukung):

1) Koordinasi Penyusunan Peraturan Perundang-undangan, Advokasi

Hukum, serta Organisasi dan tata laksana;

2) Pengelolaan Hubungan Masyarakat dan Koordinasi Dukungan Strategis

Pimpinan;

3) Peningkatan Penyelenggaraan Hubungan dan Kerja Sama BPOM;

4) Koordinasi Perumusan Renstra dan Rencana Tahunan, Penyusunan

Dokumen Anggaran, Keuangan serta Pengelolaan Kinerja dan Pelaporan;

5) Pengelolaan SDM BPOM;

6) Pengembangan SDM Aparatur BPOM;

7) Pengelolaan Teknologi Informasi Komunikasi, Data dan Informasi Obat

dan Makanan;

8) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur I;

9) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur II;

10) Pengadaan, pemeliharaan dan pembinaan Pengelolaan sarana dan

Prasarana Penunjang Aparatur BPOM.

Page 19: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 11

Untuk melaksanakan program dan kegiatan tersebut dalam TA 2018 BPOM

mendapat alokasi dana sejumlah Rp.2.173.728.393.000,- (dua trilyun seratus tujuh

puluh tiga milyar tujuh ratus dua puluh delapan juta tiga ratus sembilan puluh tiga

ribu rupiah), yang tersebar di 3 (tiga) program.

B. TARGET DAN INDIKATOR

Sebagaimana sasaran strategis BPOM sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan, maka target sesuai dengan indikator masing-masing sasaran strategis

adalah sebagai berikut :

Sasaran Strategis

Indikator

Menguatnya Sistem

Pengawasan Obat dan

Makanan

Persentase obat yang memenuhi syarat *)

Persentase Obat Tradisional yang

memenuhi syarat

Persentase kosmetik yang memenuhi

syarat

Persentase suplemen kesehatan yang

memenuhi syarat

Persentase makanan yang memenuhi

syarat *)

Meningkatnya kapasitas dan

komitmen pelaku usaha,

kemitraan dengan pemangku

kepentingan dan partisipasi

masyarakat

Jumlah industri farmasi yang meningkat

tingkat kemandiriannya

Jumlah pelaku usaha Industri Obat

Tradisional (IOT) yang memiliki sertifikat

CPOTB

Jumlah industri kosmetika yang mandiri

dalam pemenuhan ketentuan

Persentase industri pangan olahan yang

menerapkan program manajemen risiko *)

Indeks kesadaran masyarakat

Page 20: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 12

Sasaran Strategis Indikator

Jumlah kerjasama yang diimplementasikan

Meningkatnya kualitas

kapasitas kelembagaan BPOM

Capaian pelaksanaan RB di BPOM

Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK

Nilai SAKIP BPOM dari MenPAN

Keterangan : *) Indikator Kinerja Utama

Page 21: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 13

BAB III

PENGORGANISASIAN PENGELOLA ANGGARAN

Secara umum penerapan anggaran berbasis kinerja di Indonesia didasarkan

atas ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Peraturan Pemerintah (PP)

Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah dan PP Nomor 90 Tahun

2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga, PMK Nomor 94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan dan

Penelahaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan

Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran serta PMK Nomor

190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pimpinan Lembaga selaku PA menguasai bagian anggaran dan mempunyai

kewenangan atas penggunaan anggaran di lingkungan Lembaga yang dipimpinnya.

Pimpinan Lembaga yaitu Kepala BPOM sebagai PA bertanggung jawab atas

pengelolaan anggaran pada BPOM.

Pada awal tahun anggaran dalam rangka pengelolaan dan/atau pelaksanaan

anggaran, Kepala BPOM sebagai PA menetapkan Kepala Satker sebagai Kuasa

Pengguna Anggaran/Pengguna Barang (KPA/KPB). Untuk satker yang dipimpin oleh

eselon I/setingkat eselon I, PA dapat menunjuk pejabat lain selain Kepala Satker

untuk menjadi KPA. Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditunjuk

sebagai KPA pada saat pergantian periode tahun anggaran, penunjukan KPA tahun

anggaran yang lalu masih tetap berlaku.

Penetapan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat Penandatanganan

Surat Perintah Membayar (PPSPM) dilimpahkan kepada KPA pada satker masing-

masing. KPA menetapkan PPK dan/atau PPSPM dengan Surat Keputusan dan

berlaku sejak serah terima jabatan. Apabila tidak ada perubahan pejabat yang

ditetapkan sebagai PPK dan/atau PPSPM pada saat pergantian periode tahun

anggaran, penetapan PPK dan/atau PPSPM tahun anggaran yang lalu masih tetap

berlaku. Sedangkan bila terjadi perubahan dan dalam hal PPK dan/atau PPSPM

dipindah tugaskan/pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara,

KPA menetapkan PPK dan/atau PPSPM pengganti dengan Surat Keputusan dan

berlaku sejak serah terima jabatan. Jika terjadi pergantian PPK dan/atau PPSPM, PA

menyampaikan pemberitahuan kepada pejabat yang bersangkutan dan Kepala

Page 22: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 14

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku kuasa BUN dengan

melampirkan spesimen tanda tangan dan Surat Keputusan (SK) Penetapan.

Bendahara Pengeluaran dan/atau Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)

ditetapkan oleh Kepala Satker dengan Surat Keputusan dan berlaku sejak serah

terima jabatan. Apabila tidak ada perubahan pejabat yang ditetapkan sebagai

Bendahara Pengeluaran dan/atau BPP pada saat pergantian periode tahun

anggaran, penetapan Bendahara Pengeluaran dan/atau BPP tahun anggaran yang

lalu masih tetap berlaku. Sedangkan bila terjadi perubahan dan dalam hal

Bendahara Pengeluaran dan/atau BPP dipindah tugaskan/pensiun/diberhentikan

dari jabatannya/berhalangan sementara, Kepala Satker menetapkan Bendahara

Pengeluaran dan/atau BPP pengganti dengan Surat Keputusan dan berlaku sejak

serah terima jabatan. Kepala Satker menyampaikan pemberitahuan kepada PPK,

PPSPM, dan KPPN selaku kuasa BUN dengan melampirkan SK penetapan dan

spesimen tanda tangan.

A. TUGAS DAN TATA HUBUNGAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PUSAT

DAN DAERAH

1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

KPA adalah Kepala Satker. PA dapat menunjuk Pejabat lain satu tingkat

dibawah Kepala Satker sebagai KPA dalam hal Satker dipimpin pejabat Eselon

I atau setingkat Eselon I.

Tugas dan tanggung jawab KPA adalah sebagai berikut :

a. menyusun DIPA;

b. menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan

pengeluaran anggaran belanja Negara;

c. menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan

menerbitkan SPM atas beban anggaran belanja Negara;

d. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan

dan pengelola anggaran/keuangan;

e. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan

dana, serta menyusun Rencana Umum Pengadaan di awal tahun

anggaran;

f. memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan

penarikan dana;

Page 23: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 15

g. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan

dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan

h. menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Berdasarkan pertimbangan beban kerja Satker, PPK dapat ditunjuk lebih

dari satu orang. PPK diwajibkan mempunyai Sertifikat Keahlian Pengadaan

Barang/Jasa. PPK tidak dapat merangkap sebagai PPSPM, Kelompok Kerja

Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP), Bendahara Pengeluaran.

PPK memiliki tugas dan wewenang:

a. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana

berdasarkan DIPA;

b. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

c. membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak

dengan Penyedia Barang/Jasa;

d. melaksanakan kegiatan swakelola;

e. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/kontrak yang

dilakukannya;

f. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

g. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada

negara;

h. membuat dan menandatangani Surat Permintaan Pembayaran (SPP);

i. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA;

j. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA

dengan Berita Acara Penyerahan;

k. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan

kegiatan; dan

l. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan

tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)

PPSPM melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukan pengujian atas

tagihan dan menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM). PPSPM ditetapkan

satu orang untuk satu satker. Penetapan PPSPM tidak terikat periode tahun

Page 24: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 16

anggaran. Jabatan PPSPM tidak boleh dirangkap oleh PPK dan bendahara.

PPSPM memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung :

kelengkapan dokumen pendukung SPP;

kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK;

kebenaran pengisian format SPP;

kesesuaian kode Bagan Akun Standar (BAS) pada SPP dengan

DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker;

ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana

Kerja Anggaran Satker;

kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi

persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;

kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi

persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan pengadaan

barang/jasa;

kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP

sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;

kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang

perpajakan dari pihak yang mempunyai hak tagih;

kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara

oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; dan

kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam

perjanjian/kontrak.

b. menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi

persyaratan untuk dibayarkan;

c. membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan;

d. menerbitkan SPM;

e. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;

f. melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada

KPA; dan

g. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan

pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran

Page 25: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 17

4. Bendahara

Perbendaharaan dikelola berdasarkan PMK Nomor 230/PMK.05/2016

tentang Perubahan Atas PMK Nomor 162 /PMK.05/2013 Tentang Kedudukan

dan tanggung jawab bendahara pada satker pengelola Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara.

1) Bendahara Pengeluaran

Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,

menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan

mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam

rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satker Kementerian

Negara/Lembaga.

Bendahara Pengeluaran wajib menyelenggarakan pembukuan

terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran meliputi seluruh transaksi

dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja satker yang berada dibawah

pengelolaannya.

Dalam rangka menyelenggarakan pembukuan, Bendahara

Pengeluaran wajib menyelenggarakan pembukuan dalam Buku Kas Umum

(BKU), buku-buku pembantu, dan Buku Pengawasan Anggaran.

Pembukuan bendahara dilakukan dengan aplikasi yang dibuat dan

dibangun oleh Kementerian Keuangan cq Direktorat Jenderal

Perbendaharaan. Jika bendahara tidak dapat melakukan pembukuan

menggunakan aplikasi tersebut maka bendahara dapat melakukan

pembukuan secara manual baik dengan tulis tangan atau dengan

komputer. Bendahara Pengeluaran dalam pengelolaan Uang

Persediaandapat dibantu oleh seseorang atau beberapa orang BPP yang

ditunjuk oleh Kepala Satker. Bendahara pengeluaran tidak dapat

dirangkap oleh KPA, PPK, PPSPM dan Pokja ULP.

Pelaksanaan tugas kebendaharaan Bendahara Pengeluaran meliputi:

a. menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan

uang/surat berharga dalam pengelolaannya;

b. melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK

yang tertuang dalam Surat Perintah Bayar (SPBy);

c. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan

untuk dibayarkan;

Page 26: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 18

d. melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari

pembayaran yang dilakukannya (pajak);

e. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke

kas negara (pajak);

f. mengelola rekening tempat penyimpanan Uang Persediaan (UP); dan

g. menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala

KPPN selaku kuasa BUN.

2) Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)

BPP pada masing-masing unit kerja bertugas membantu Bendahara

Pengeluaran dan bertanggungjawab kepada Bendahara Pengeluaran

tersebut. BPP bertanggung jawab secara pribadi atas seluruh uang di atas

pembayaran yang dilaksanakan. BPP dapat ditunjuk lebih dari 1 (satu)

orang sesuai kebutuhan.

Pelaksanaan tugas kebendaharaan BPP meliputi:

a. menerima dan menyimpan UP;

b. melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya

bersumber dari UP;

c. melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP

berdasarkan perintah PPK;

d. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan

untuk dibayarkan;

e. melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang

dilakukannya atas kewajiban kepada negara (pajak);

f. menyetorkan pengembalian belanja ke kas negara dengan

menggunakan aplikasi SIMPONI;

g. menatausahakan transaksi UP;

h. menyelenggarakan pembukuan transaksi UP

3) Bendahara Penerimaan

Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,

menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan

mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara dalam rangka

pelaksanaan APBN pada kantor/satker Kementerian Negara/Lembaga.

Penerimaan PNBP fungsional yang diatur dalam PP Nomor 32 Tahun 2017

dan penerimaan PNBP umum wajib disetorkan langsung ke Kas Negara,

menggunakan aplikasi SIMPONI atau aplikasi layanan publik BPOM yang

Page 27: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 19

telah terintegrasi dengan SIMPONI. Penyetoran PNBP ke Kas Negara harus

menggunakan kode billing SIMPONI.

Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB)/Surat Setoran Pajak (SSP)

yang dinyatakan sah adalah SSPB/SSP yang telah mendapat Nomor

Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dan Nomor Transaksi Bank

(NTB)/Nomor Transaksi Pos (NTP)/Nomor Penerimaan Potongan (NPP).

Bendahara Penerimaan Satker yang mempunyai PNBP baik pusat dan

daerah berkewajiban menyampaikan laporan realisasi penerimaan PNBP

kepada Bagian Keuangan.

Tugas Bendahara Penerimaan meliputi antara lain :

a. Menerima dan menyimpan uang Pendapatan Negara;

b. Menyetorkan uang Pendapatan Negara ke rekening Kas Negara secara

periodik sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan dengan

menggunakan aplikasi SIMPONI;

c. Menatausahakan transaksi uang Pendapatan Negara di lingkungan

Kementerian/Lembaga/Satker;

d. Menyelenggarakan pembukuan transaksi uang Pendapatan Negara;

e. Mengelola rekening tempat penyimpanan uang Pendapatan Negara;

dan

f. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bendahara kepada

Badan Pemeriksa Keuangan dan Kuasa BUN.

Struktur Pengelolaan Anggaran BPOM TA. 2018 sebagaimana terdapat dalam

Lampiran 2. Struktur Pengelolaan Anggaran.

B. PENATAUSAHAAN KAS BENDAHARA PENGELUARAN DAN BENDAHARA

PENGELUARAN PEMBANTU (BPP)

Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP/TUP yang ada

pada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar Rp.50.000.000,- (lima

puluh juta rupiah) jika lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) harus

dibuat Berita Acara Keadaan Kas yang ditandatangani KPA/PPK atas nama KPA dan

Bendahara Pengeluaran/BPP sesuai PMK Nomor 230/PMK.05/2016 tentang

Perubahan Atas PMK Nomor 162 /PMK.05/2013 Tentang Kedudukan dan Tanggung

Jawab Bendahara pada Satker Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Page 28: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 20

Sehubungan dengan fungsi BPP selaku perpanjangan tangan dari Bendahara

Pengeluaran, penyaluran dana kepada BPP (baik yang bersumber dari UP maupun

SPM-LS Bendahara) pada dasarnya belum merupakan belanja/pengeluaran kas bagi

Bendahara Pengeluaran. Dengan demikian, kas pada BPP masih merupakan uang

yang harus dipertanggung jawabkan oleh Bendahara Pengeluaran.

Berikut tata cara pembukuan Bendahara Pengeluaran dan Bendahara

Pengeluaran Pembantu :

1. Pembukuan Bendahara Pengeluaran

a. Setiap transaksi penerimaan dan pengeluaran harus segera dicatat dalam

Buku Kas Umum sebelum dibukukan dalam buku-buku pembantu/register-

register dan buku pengawasan anggaran. Buku Pembantu terdiri dari Buku

Pembantu Kas Tunai, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Kas Bank, Buku

Pembantu BPP, Buku Pembantu UP, Buku Pembantu Uang Muka, Buku

Pembantu Pajak, Buku Pembantu LS-Bendahara, Buku Pembantu Lain-lain.

Pembukuan Bendahara dapat dilakukan dengan aplikasi yang dibuat dan

dibangun oleh Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal

Perbendaharaan.

b. Dokumen sumber pembukuan bendahara yang harus dicatat dalam Buku

Kas Umum, antara lain:

1. yang dinyatakan sah (sebagai bukti pembukuan penerimaan bendahara);

Kuitansi/dokumen pembayaran terkait tagihan (sebagai bukti

pembukuan pengeluaran bendahara);

2. Faktur pajak, bukti potongan atas pembayaran yang dilakukan oleh

bendahara (sebagai bukti pembukuan penerimaan bendahara);

3. SSP/SSPB yang dinyatakan sah (sebagai bukti pembukuan pengeluaran

bendahara);

c. Dokumen sumber pembukuan bendahara dalam BKU dibukukan sebesar

nilai bruto. Nilai bruto tersebut berfungsi sebagai pengurang kredit

anggaran untuk mata anggaran berkenaan dalam Buku Pengawasan

Anggaran.

d. Dokumen sumber pembukuan bendahara pada BKU, berfungsi sebagai

pengesahan atas kuitansi/dokumen pembayaran sebagaimana dimaksud

pada poin (2) huruf b. dibukukan sebesar nilai bruto. Nilai bruto tersebut

berfungsi sebagai pengurang kredit anggaran untuk mata anggaran

berkenaan dan sekaligus sebagai pengesahan atas belanja.

Page 29: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 21

2. Pembukuan Bendahara Pengeluaran Pembantu

BPP melakukan pembukuan atas transaksi yang dilakukannya dan

mempertanggungjawabkannya kepada Bendahara Pengeluaran dalam bentuk LPJ-

BPP. Selanjutnya dalam kaitannya dengan penyaluran dana kepada BPP, LPJ-BPP

menjadi dokumen sumber pembukuan bagi Bendahara Pengeluaran.

Buku Pembantu pada BPP meliputi : Buku Pembantu BPP, Buku Pembantu UP,

Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Kas Tunai, Buku Pembantu Bank (jika BPP

mempunyai rekening bank), Buku Pembantu LS Bendahara, Buku Pembantu Pajak.

Pembukuan Bendahara Pembantu dapat dilakukan dengan aplikasi yang dibuat dan

dibangun oleh Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Tata cara pembukuan Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan dan

BPP dilakukan sesuai dengan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-3/PB/2014

tentang Petunjuk Teknis Penatausahaan, Pembukuan, dan Pertanggungjawaban

Bendahara pada Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta

Verifikasi Laporan Pertanggungjawaban Bendahara.

C. LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ) BENDAHARA DAN BENDAHARA

PENGELUARAN PEMBANTU

Laporan pertanggungjawaban Bendahara, yang selanjutnya disingkat LPJ,

adalah laporan yang dibuat oleh bendahara Penerimaan/Pengeluaran atas

uang/surat berharga yang dikelolanya sebagai pertanggungjawaban pengelolaan

uang. LPJ Bendahara tersebut disampaikan kepada KPPN paling lambat tanggal 10

(sepuluh) bulan berikutnya dengan melampirkan :

1. Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi

2. Salinan Rekening Koran

3. Daftar Saldo Rekening

4. Daftar Hasil Konfirmasi Surat Setoran Penerimaan Negara

5. Neraca Tingkat Satker

Laporan Pertanggungjawaban BPP yang selanjutnya disingkat LPJ-BPP, adalah

laporan yang dibuat oleh BPP atas uang yang dikelolanya sebagai

pertanggungjawaban pengelolaan uang. LPJ-BPP disampaikan kepada Bendahara

Pengeluaran setiap melakukan revolving GUP.

Page 30: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 22

Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran wajib menyusun LPJ

secara bulanan atas uang yang dikelolanya yang menyajikan informasi sebagai

berikut:

a) keadaan pembukuan pada bulan pelaporan, meliputi saldo awal,

penambahan, penggunaan, dan saldo akhir dari buku-buku pembantu dari

BKU, buku-buku pembantu dan Buku Pengawasan Anggaran;

b) keadaan kas pada akhir bulan pelaporan, meliputi uang tunai dibrankas

dan saldo di rekening bank/pos;

c) hasil rekonsilisasi internal (antara pembukuan bendahara dengan

UAKPA);

d) penjelasan atas selisih (jika ada), antara saldo buku dan saldo kas.

D. MEKANISME PENCAIRAN DANA DIPA

Pencairan Dana DIPA pada awal tahun anggaran dapat dilakukan jika telah

melakukan hal – hal sebagai berikut :

1. Menyelesaikan pertanggungjawaban Ganti Uang Persediaan (GUP)/TUP NIHIL

tahun anggaran sebelumnya.

2. Menyerahkan dan melakukan rekonsiliasi LPJ Bendahara Pengeluaran Kepada

KPPN.

3. Melakukan rekonsiliasi Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA)

dengan KPPN menggunakan aplikasi e-rekon.

4. Mengajukan spesimen tanda tangan KPA, PPK, PPSPM, Bendahara Pengeluaran

dan pengantar SPM/pengambil SP2D jika ada pergantian pejabat tersebut.

Apabila tahapan-tahapan diatas belum diselesaikan maka pencairan dana

DIPA belum dapat dilakukan kecuali untuk pembayaran belanja pegawai (gaji bulan

Januari). Sedangkan mekanisme pencairan dana dalam DIPA dapat dilakukan

melalui :

pembayaran langsung (LS) Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya¸ untuk

keperluan belanja pegawai non gaji induk, pembayaran honorarium dan

perjalanan dinas;

Pembayaran Langsung ( LS ) pihak ketiga, untuk pembayaran kepada penyedia

barang/jasa;

Pembayaran melalui UP/TUP

Page 31: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 23

D.1. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran ( SPP )

PPK mengesahkan dokumen tagihan dan menerbitkan SPP atas dasar

tagihan yang diajukan dari penerima hak berdasarkan bukti-bukti yang sah

untuk memperoleh pembayaran terhadap pelaksanaan kegiatan dengan

kelengkapan sebagaimana ditetapkan sesuai peraturan yang berlaku.

Penerbitan SPP didasarkan atas bukti-bukti yang sah, sebagai berikut :

1) SPP LS kepada penyedia barang/jasa, dilaksanakan berdasarkan

bukti-bukti yang sah, meliputi :

a. Bukti Perjanjian/kontrak;

b. Referensi bank yang menunjukan nama dan nomor rekening

penyedia barang/jasa;

c. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;

d. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;

e. Berita Acara Pembayaran;

f. Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;

g. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia dan PPK, yang

dibuat sesuai format sebagaimana tercantum pada lampiran III

PMK Nomor 190/PMK.05/2012;

h. Faktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangan wajib pajak/

bendahara pengeluaran;

i. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank/lembaga keuangan lainnya,

yang dipersyaratkan dalam ketentuan peraturan pengadaan

barang/jasa;

j. Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk

perjanjian/kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya

bersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar negeri

bersangkutan.

2) SPP LS untuk pembayaran gaji dilengkapi dengan :

a. Daftar gaji, rekapitulasi daftar gaji, dan halaman luar daftar gaji,

berikut ADK-nya yang ditandatangani oleh Petugas Pengelolaan

Administrasi Belanja Pegawai (PPABP), Bendahara Pengeluaran,

dan KPA/PPK;

b. Daftar perubahan data pegawai berikut ADK nya yang

ditandatangani PPABP;

Page 32: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 24

c. Daftar penerimaan gaji bersih pegawai untuk pembayaran gaji

yang dilaksanakan secara langsung pada rekening masing-masing

pegawai;

d. Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah

dilegalisir oleh pejabat yang berwenang;

e. ADK terkait dengan perubahan data pegawai;

f. ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan

data pegawai;

g. Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) pasal 21.

3) SPP LS untuk pembayaran Uang Lembur, dilengkapi dengan :

a. Daftar pembayaran perhitungan lembur dan rekapitulasi daftar

perhitungan lembur yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara

Pengeluaran, dan KPA/PPK;

b. Surat perintah kerja lembur;

c. Daftar hadir kerja selama 1 (satu) bulan;

d. Daftar hadir lembur; dan

e. SSP PPh pasal 21.

4) SPP LS untuk pembayaran uang makan dilengkapi dengan :

a. Daftar perhitungan uang makan yang ditandatangani oleh PPABP,

Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK; dan

b. SSP PPh pasal 21.

5) SPP LS untuk pembayaran honorarium tetap/vakasi dilengkapi

dengan:

a. Daftar perhitungan honorarium/vakasi yang ditandatangani oleh

PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;

b. SK dari Pejabat yang berwenang;

c. SSP PPh pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara

Pengeluaran.

6) SPP LS untuk pembayaran perjalanan dinas diatur sebagai berikut :

a Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang

timbul akibat penerbitan surat keputusan dimaksud dibebankan

pada DIPA;

b. Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling

sedikit nama orang, besaran honorarium, dan nomor rekening

Page 33: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 25

masing-masing penerima honorarium yang ditandatangani oleh

KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran;

c. SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara

Pengeluaran.

7) SPP LS untuk pembayaran perjalanan dinas diatur sebagai berikut :

a. Perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri

dengan:

1. Daftar nominatif perjalanan dinas yang ditandatangani PPK,

memuat paling kurang nama, pangkat/golongan, tujuan,

tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang

diperlukan untuk masing-masing pejabat yang melaksanakan

perjalanan dinas;

2. Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatan

(seperti : tiket, Boarding pass, airport tax, bill hotel, SPD, Surat

Tugas, Surat persetujuan pemerintah, fotokopi halaman paspor

yang dibubuhi cap/tanda keberangkatan/kedatangan)

sebagaimana diatur dalam PMK No. 113/PMK.05/2012 tentang

Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri dan PMK

No. 227/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 164/PMK.05/2015 Tentang Tata

Cara Pelaksanaan Perjalanan Dinas Luar Negeri.

b. Perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri

dengan surat tugas dan daftar nominatif perjalanan dinas yang

ditandatangani PPK, memuat paling kurang nama,

pangkat/golongan, tujuan, tanggal keberangkatan, lama

perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan untuk masing-masing

pejabat yang melaksanakan perjalanan dinas;

8) SPP LS untuk pembayaran pengadaan tanah dilampiri dengan :

a. Daftar nominatif penerima pembayaran uang ganti kerugian yang

memuat paling sedikit nama masing-masing penerima, besaran

uang dan nomor rekening masing-masing penerima.

b. Foto copy bukti kepemilikan tanah;

c. Bukti pembayaran/kuitansi yang sudah ditandatangan oleh pihak

penjual dan PPK;

Page 34: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 26

d. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan

(SPPT PBB) tahun transaksi;

e. Surat Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam

sengketa dan tidak sedang dalam agunan;

f. Surat pernyataan dari pengadilan negeri yang wilayah hukumnya

meliputi lokasi tanah yang disengketakan bahwa pengadilan

negeri tersebut dapat menerima uang penitipan ganti kerugian,

dalam hal tanah sengketa;

g. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang

ditunjuk yang menyatakan bahwa rekening Pengadilan Negeri

yang menampung uang titipan tersebut merupakan Rekening

Pemerintah Lainnya, dalam hal tanah sengketa;

h. Berita Acara pelepasan hak atas tanah atau penyerahan tanah;

i. SSP PPh final atas pelepasan hak;

j. Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan); dan

k. Dokumen-dokumen lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam

peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan tanah.

11) SPP- UP/GUP/GUP Nihil

a. Kebutuhan UP dilengkapi dengan perhitungan besaran UP yang

sudah disusun Bendahara Pengeluaran di sampaikan kepada PPK

untuk diterbitkan SPP-UP dan selanjutnya paling lambat 2 (dua)

hari kerja disampaikan kepada PPSPM untuk diterbitkan SPM-UP;

b. Bendahara pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP

berdasarkan Surat Perintah Bayar (SPBy) yang disetujui dan

ditandatangani oleh PPK atas nama KPA, dengan dilampiri bukti

pengeluaran berupa : kuitansi/bukti pembelian/nota/bukti

penerimaan barang/jasa yang disahkan PPK beserta faktur pajak

dan SSP;

c. Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran

merupakan uang muka kerja, SPBy harus dilampiri : rencana

pelaksanaan kegiatan/pembayaran, rincian kebutuhan dana dan

batas waktu pertanggungjawaban uang muka kerja (contoh SPBy

tercantum dalam lampiran XII, PMK No. 190/PMK.05/2012);

Page 35: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 27

d. Untuk pengisian kembali UP (revolving), PPK menerbitkan SPP-

GUP yang dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai

berikut:

Daftar rincian permintaan pembayaran;

kuitansi/bukti pembelian/nota/bukti penerimaan barang/jasa

yang disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP yang telah

dikonfirmasi KPPN;

e. SPP-GUP yang sudah lengkap dengan bukti-bukti pendukung

harus disampaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja kepada

PPSPM;

f. Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal :

Sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP

minimal sama dengan besaran UP yang diberikan;

Sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir

tahun anggaran;

UP tidak diperlukan lagi.

g. Penerbitan SPP-GUP Nihil sebagaimana dimaksud huruf “f”

merupakan pengesahan/pertanggungjawaban UP;

12) SPP-TUP/PTUP

a. Masing-masing PPK membuat rincian kebutuhan penggunaan

dana sesuai dengan format yang telah ditentukan yang

selanjutnya dikompilasi oleh Bendahara Pengeluaran untuk

disampaikan kepada KPA dan dibuatkan surat permohonan

permintaan TUP kepada Kepala KPPN;

b. Salah satu PPK dalam Satker menerbitkan SPP-TUP dan

dilengkapi dokumen pendukung yang meliputi :

Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK

dan Bendahara Pengeluaran;

Surat Pernyataan dari KPA/PPK yang menjelaskan bahwa sisa

UP tidak mencukupi untuk membiayai kegiatan yang sifatnya

mendesak/tidak dapat ditunda;

Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan

TUP dari KPPN.

c. SPP-TUP yang sudah diterbitkan oleh salah satu PPK, paling

lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya persetujuan TUP

Page 36: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 28

dari KPPN disampaikan kepada PPSPM untuk diterbitkan SPM dan

disampaikan ke KPPN untuk diterbitkan Surat Perintah Pencairan

Dana (SP2D);

d. TUP wajib dipertanggungjawabkan paling lama dalam waktu 1

(satu) bulan dan dapat dilakukan secara bertahap;

e. Untuk mempertanggungjawabkan TUP, salah satu PPK harus

menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran Pertanggungjawaban

Tambahan Uang Persediaan (SPP-PTUP) yang dilengkapi data

dukung, berupa kuitansi/bukti pembelian/nota/bukti penerimaan

barang/jasa yang disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP yang

telah dikonfirmasi KPPN;

f. SPP-PTUP sebagaimana tersebut pada huruf “e” disampaikan

kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum batas

akhir pertanggungjawaban TUP.

D.2. Pengujian SPP dan Penerbitan SPM

1) PPSPM sebelum menerbitkan SPM, terlebih dahulu harus melakukan

pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen pendukungnya

yang disampaikan oleh PPK.

2) Dalam hal pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen

pendukungnya tidak lengkap dan tidak benar, maka PPSPM harus

menolak dan mengembalikan dokumen tersebut paling lambat 2

(dua) kerja setelah diterimanya SPP dan PPSPM harus menyatakan

secara tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut.

3) Jangka waktu pengujian SPP sampai dengan penerbitan SPM-

UP/TUP/GUP/PTUP/LS oleh PPSPM diatur sebagai berikut:

a. Untuk SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja;

b. Untuk SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja;

c. Untuk SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja;

d. Untuk SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja.

4) Penerbitan SPM oleh PPSPM dilakukan melalui sistem aplikasi,

memuat Personal Identification Number (PIN) PPSPM sebagai tanda

tangan elektronik pada ADK SPM dari penerbit SPM yang sah;

5) Dalam penerbitan SPM melalui sistem aplikasi, PPSPM bertanggung

jawab atas keamanan data pada aplikasi, kebenaran dan kesesuaian

Page 37: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 29

antara data pada SPM dengan data pada ADK SPM dan penggunaan

PIN pada ADK SPM;

6) Seluruh bukti pengeluaran sebagai dasar pengujian dan penerbitan

SPM harus disimpan dengan baik oleh PPSPM (minimal 10 tahun)

untuk bahan pemeriksaan bagi aparat pemeriksa internal dan

eksternal.

7) Paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan, SPM

beserta ADK SPM disampaikan kepada KPPN, diatur sebagai berikut :

a. Penyampaian SPM-UP dilampiri dengan surat pernyataan dari

KPA (format : lampiran XIV PMK Nomor 190/PMK.05/2012);

b. Penyampaian SPM-TUP dilampiri dengan surat persetujuan

pemberian TUP dari KPPN;

c. Penyampaian SPM-LS dilampiri dengan SSP dan/atau bukti setor

lainnya, dan/atau daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu)

penerima.

8) Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran uang

muka atas perjanjian/kontrak, juga dilampiri dengan :

a. Asli surat jaminan uang muka;

b. Asli surat kuasa bermaterai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN

untuk mencairkan jaminan uang muka;

c. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang

muka sesuai Peraturan Presiden mengenai pengadaan

barang/jasa pemerintah.

9) SPM-LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan kepada KPPN

paling lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran, dan apabila

tanggal 15 merupakan hari libur, penyampaian SPM dapat

disampaikan paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal 15.

10) Pembayaran tagihan atas beban belanja negara yang bersumber dari

penggunaan PNBP, dilakukan sebagai berikut:

a. Satker pengguna PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan jenis

PNBP dan batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sesuai yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

b. Batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sebagaimana

dimaksud pada huruf a merupakan maksimum pencairan dan

yang dapat dilakukan oleh satker berkenaan.

Page 38: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 30

c. Satker dapat menggunakan PNBP sebagaimana dimaksud pada

huruf a setelah PNBP disetor ke kas negara berdasarkan

konfirmasi dari KPPN

d. Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat,

pembayaran dilakukan berdasarkan pagu pencairan sesuai Surat

Edaran/ Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

e. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh

melampaui pagu PNBP satker bersangkutan dalam DIPA.

f. Dalam hal realisasi PNBP melampaui target dalam DIPA,

penambahan pagu dalam DIPA dilaksanakan setelah mendapat

persetujuan Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Anggaran.

11) Khusus SPP untuk PNBP agar diperhatikan hal-hal berikut :

a. Pembayaran UP/TUP/LS untuk PNBP diajukan terpisah dari

UP/TUP/LS yang berasal dari Rupiah Murni.

b. Pencairan dana PNBP diatur secara khusus dengan menunggu SE

Menteri Keuangan tentang batas maksimal pencairan dana yang

berasal dari pungutan PNBP lingkup BPOM TA 2018.

c. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh

melampaui pagu PNBP Satker yang bersangkutan dalam DIPA.

d. Pertanggungjawaban penggunaan dana PNBP oleh KPA.

12) Dalam penerbitan SPM ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

a. Untuk SPP-LS KONTRAKTUAL/PIHAK KE-3 dengan nilai diatas

Rp.50.0000.000,- (lima puluh juta rupiah), operator Sistem

Aplikasi Satker (SAS) harus membuat data kontrak (Karwas

Kontrak) yang cara pengisiannya ada didalam menggunakan

aplikasi SAS.

b. Setelah Data kontrak tersebut dibuat, data tersebut kemudian

disampaikan ke KPPN untuk didaftarkan ke dalam aplikasi SPAN.

Data kontrak yang sudah dianggap benar akan mendapat

persetujuan/approval dari KPPN melalui email Satker yang telah

didaftarkan sebelumnya ke KPPN. Jangka waktu dalam proses ini

adalah 2 (dua) hari kerja.

c. Untuk SPP dengan nilai di atas 1 milyar, sebelum SPM

disampaikan ke KPPN, operator SAS terlebih dahulu harus

membuat Rencana Penarikan Dana (RPD). Data RPD disampaikan

Page 39: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 31

ke KPPN untuk mendapat persetujuan yang akan dikirim melalui

email satker. SPM dapat disampaikan ke KPPN terhitung 5 (lima)

hari kerja setelah tanggal penyampaian RPD ke KPPN.

Page 40: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 32

BAB IV

TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGELUARAN ANGGARAN

A. PENERIMAAN ANGGARAN

Sumber penerimaan negara dapat diartikan sebagai penerimaan APBN yang

diperoleh dari berbagai sumber antara lain terdiri dari: Penerimaan Pajak (Tax)

PPn dan PPh; Penerimaan Negara Bukan Pajak (Non Tax); serta Penerimaan Hibah.

1. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal

dari penerimaan perpajakan. Dalam struktur APBN terdapat 4 jenis PNBP

yaitu : Penerimaan dari pemanfaatan Sumber Daya Alam; Penerimaan dari

Badan Layanan Umum (BLU); Penerimaan dari Laba BUMN; dan Penerimaan

dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah (PNBP lainnya). PNBP

di BPOM terdiri dari 2 (dua) Jenis yaitu :

a. Jenis PNBP yang berlaku umum di semua Kementerian dan Lembaga

Non Kementerian, meliputi PNBP sebagai berikut:

1) Pendapatan dari pemindahtanganan BMN Pendapatan Lain-Lain,

dengan akun sebagai berikut:

423121 Pendapatan dari Penjualan Tanah, Gedung, dan Bangunan

423122 Pendapatan dari Penjualan Peralatan dan Mesin

423125 Pendapatan dari Tukar Menukar Tanah, Gedung dan

Bangunan

423126 Pendapatan dari Tukar Menukar Peralatan dan Mesin

423127 Pendapatan dari Tukar Menukar Jalan, Irigasi dan Jaringan

423129 Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN Lainnya

2) Pendapatan pemanfaatan BMN dengan akun sebagai berikut:

423141 Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan Bangunan

423142 Pendapatan Sewa Peralatan dan Mesin

423149 Pendapatan dari Pemanfaatan BMN Lainnya

3) Pendapatan lain-lain dengan akun sebagai berikut:

423912 Penerimaan Kembali Belanja Pensiun Tahun Anggaran

Yang Lalu

423921 Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi Non

Bendahara

423922 Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan

Page 41: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 33

423951 Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Tahun Anggaran

Yang Lalu

423952 Penerimaan Kembali Belanja Barang Tahun Anggaran Yang

Lalu

423953 Penerimaan Kembali Belanja Modal Tahun Anggaran Yang

Lalu

423991 Penerimaan Kembali Persekot/Uang Muka Gaji

b. Jenis PNBP yang hanya berlaku pada BPOM.

PNBP yang berlaku di BPOM diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 32 tahun 2017, meliputi penerimaan dari Jasa Registrasi,

Pendaftaran, Notifikasi dan Evaluasi; Jasa Inspeksi Sarana Produksi

Produk Impor; Jasa Sertifikasi; Jasa Pengujian; Jasa Kalibrasi; Jasa

Pelatihan Laboratorium; Jasa Uji Profisiensi; Penjualan Baku

Pembanding dan Hewan Uji; dan Kerjasama Penelitian di Bidang Obat

dan Makanan dengan pihak lain (Akun 425321).

Sesuai dengan SK Kepala BPOM Nomor HK.04.1.21.06.13.3062 tahun 2013

tentang Pedoman Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak di Lingkungan

BPOM, Bendahara Penerimaan Satker wajib membuat Laporan PNBP secara

periodik ke Sekretariat Utama BPOM c.q. Biro Perencanaan dan Keuangan,

yang terdiri dari Laporan Bulanan, Semesteran dan Tahunan.

1. Laporan PNBP Bulanan disampaikan 7 (tujuh) hari setelah

berakhirnya bulan periode berjalan.

2. Laporan PNBP Semesteran disampaikan pada tanggal 5 bulan Juli,

sedangkan Laporan PNBP Tahunan disampaikan pada tanggal 20

bulan Januari pada tahun berikutnya.

3. Laporan Bulanan disertai Berita Acara (BA) Pemeriksaan Kas, BA

Rekonsiliasi Layanan Publik, LPJ Bendahara Penerimaan.

4. Laporan Bulanan PNBP didukung Laporan Penerbitan SPB-LP,

Laporan Pembayaran SPB-L, Laporan/Rekapitulasi Pelaksanaan

Layanan Publik dan fotocopy BKU Bendahara Penerimaan.

5. Laporan Bulanan disampaikan dalam bentuk softcopy dan hardcopy.

Page 42: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 34

Laporan PNBP meliputi seluruh transaksi PNBP, untuk Akun 425321

dilengkapi dengan rekapitulasi rincian penerimaan sesuai bukti setoran bank

dan rincian yang digolongkan sesuai klasifikasi pada PP Nomor 32 Tahun

2017, yaitu:

a. Jasa Registrasi, Pendaftaran, Notifikasi dan Evaluasi;

b. Jasa Inspeksi Sarana Produksi Produk Impor;

c. Jasa Sertifikasi;

d. Jasa Pengujian;

e. Jasa Kalibrasi;

f. Jasa Pelatihan Laboratorium;

g. Jasa Uji Profisiensi;

h. Penjualan Baku Pembanding dan Hewan Uji;

i. Kerjasama Penelitian di Bidang Obat dan Makanan dengan pihak lain.

2. Penerimaan Hibah

Hibah merupakan setiap penerimaan negara dalam bentuk devisa, devisa

yang dirupiahkan, rupiah, barang, jasa, dan/atau surat berharga yang

diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang

berasal dari dalam negeri atau luar negeri.

Hibah menurut sumber/asalnya :

Dalam Negeri (mis: dari Pemda, dari Kelompok Masyarakat, dari

Lembaga/Badan Usaha)

Luar Negeri (mis: dari Negara Asing, Lembaga Multilateral, Lembaga

Keuangan dan Non Keuangan Asing).

Hibah menurut bentuknya dibedakan menjadi :

Hibah Uang terdiri dari Uang Tunai dan Uang untuk membiayai

Kegiatan

Hibah Barang/Jasa

Hibah Surat Berharga

Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan transparansi penggunaan

anggaran hibah, sejak tahun 2010 BPOM melakukan integrasi hibah ke dalam

Page 43: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 35

DIPA dan POK masing-masing Satker. Usulan integrasi hibah ke dalam DIPA

POK disampaikan kepada Sestama melalui Biro Perencanaan dan Keuangan.

Selain itu, setiap satker penerima wajib membuka rekening giro pemerintah

untuk menampung masing-masing hibah dengan aturan bahwa 1 (satu)

rekening hibah untuk 1 (satu) register Naskah Perjanjian Hibah (NPH) serta

dilakukan rekonsiliasi dana hibah per triwulan.

Untuk mengelola dana hibah, KPA dapat menunjuk Pengelola Dana

Hibah/Bendahara Penerima Hibah. Penerimaan Hibah di BPOM umumnya

adalah penerimaan Hibah secara langsung baik yang diterima dalam bentuk

kas maupun barang atau jasa. Untuk mendapatkan pengesahan, penerimaan

hibah langsung tersebut harus diregister di Direktorat Jenderal Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) cq Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan

Setelmen (EAS) untuk mendapatkan nomor register kegiatan, sesuai dengan

PMK Nomor 99/PMK.05/2017 tentang Administrasi Pengelolaan Hibah, PMK

Nomor 271/PMK.05/2014 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan Hibah dan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-

81/PB/2011 tentang Tata Cara Pengesahan Hibah Langsung Bentuk Uang dan

Penyampaian Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat

Berharga serta mengacu pada Surat Edaran Sekretaris Utama Nomor

KU.06.2.21.01.18.0336 tanggal 17 Januari 2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan

dan Anggaran yang Bersumber Hibah Langsung dalam bentuk

Uang/Barang/Jasa Tahun Anggaran 2018.

Mekanisme pelaksanaan dan pelaporan atas hibah langsung dalam bentuk

uang dan belanja yang bersumber dari hibah langsung dilaksanakan melalui

pengesahan oleh BUN/Kuasa BUN dengan tahapan :

1. Pengajuan permohonan nomor register;

KPA mengajukan permohonan nomor register atas hibah langsung

bentuk uang kepada DJPPR cq. Direktur EAS melalui Sekretaris

Utama dengan tembusan Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

dengan melampirkan perjanjian hibah atau dokumen lain yang

dipersamakan dan ringkasan hibah (Grant Summary).

2. Pengelolaan Rekening Hibah;

Hibah yang diterima dalam bentuk uang harus ditampung dalam

rekening hibah tersendiri;

Page 44: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 36

Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas disebutkan dalam PMK

Nomor 182/PMK.05/2017 tentang Pengelolaan Rekening Milik

Satker Lingkup Kementerian Negara/Lembaga/Satker bahwa

rekening penampungan dana Hibah Langsung termasuk dalam

kategori Rekening Lainnya, sehingga harus dibuka dengan

menggunakan nama “RPL (Kode KPPN mitra kerja) PDHL (nama

Satker) untuk (nomor register hibah)”. Satu rekening penampungan

dana Hibah Langsung hanya dapat menampung satu register

Hibah;

KPA wajib mengajukan permohonan ijin pembukaan dan

penggunaan rekening giro pemerintah kepada Direktorat Jenderal

Perbendaharaan (DJPBN) dengan tembusan Sekretaris Utama cq.

Biro Perencanaan dan Keuangan dengan melampirkan surat

pernyataan penggunaan rekening dan register hibah.

3. Penyesuaian pagu hibah dalam DIPA;

KPA melakukan penyesuaian pagu belanja yang bersumber dari

hibah langsung dalam bentuk uang dalam DIPA satker yang

bersangkutan dengan mengikuti ketentuan Peraturan Menteri

Keuangan mengenai tata cara revisi anggaran. Satker dapat

menggunakan uang yang berasal dari hibah langsung tanpa

menunggu terbitnya revisi DIPA. (Tata cara revisi DIPA mengacu

pada PMK Nomor 11/PMK.02/2018 tentang Tata Cara Revisi

Anggaran TA 2018)

4. Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung dalam bentuk uang dan

belanja yang bersumber dari hibah langsung.

KPA melakukan pengesahan pendapatan hibah langsung dengan

mengajukan Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung (SP2HL)

kepada KPPN Khusus Jakarta VI dengan melampirkan copy rekening

atas rekening hibah; Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah

Langsung (SPTMHL); Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak

(SPTJM) serta copy surat persetujuan pembukaan rekening.

KPPN Khusus Jakarta VI mengesahkan realisasi hibah dengan

menerbitkan Surat Pengesahan Hibah Langsung (SPHL) sebagai

dasar realisasi hibah (realisasi DIPA).

Page 45: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 37

Sedangkan mekanisme pelaksanaan dan pelaporan atas hibah langsung

dalam bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga dilaksanakan melalui pengesahan

oleh BUN/Kuasa BUN dengan tahapan :

1. Penandatanganan BAST dan penatausahaan dokumen lainnya;

Dalam hal penerimaah hibah untuk pertama kalinya dan/atau tidak

berulang, dan tidak sama dengan penerimaan hibah sebelumnya,

Kepala Unit Kerja/Satker dapat melakukan perjanjian hibah

langsung dengan donor setelah dikonsultasikan terlebih dahulu

kepada Menteri Keuangan c.q. DJPPR atau Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Perbendaharaan (Kanwil DJPBN) dan berkoordinasi dengan

Biro KSLN untuk dilaporkan ke Sekretaris Utama. Setelah mendapat

persetujuan Sekretaris Utama, perjanjian kerjasama (MoU) hibah

langsung dapat ditandatangani antara Eselon I dan donor dengan

tembusan Sekretaris Utama.

Kepala Satker yang menerima hibah dalam bentuk

barang/jasa/surat berharga membuat dan menandatangani BAST

(Berita Acara Serah Terima) bersama dengan Pemberi Hibah. BAST

paling kurang memuat: tanggal serah terima; pihak pemberi dan

penerima hibah; tujuan penyerahan; nilai nominal; bentuk hibah dan

rincian harga per barang.

2. Pengajuan permohonan nomor register;

KPA yang menerima hibah dalam bentuk barang/jasa/surat

berharga mengajukan surat permohonan nomor register kepada

DJPPR cq. Direktur EAS dengan melampirkan perjanjian hibah atau

dokumen lain yang dipersamakan dan ringkasan hibah;

Dalam hal tidak terdapat dokumen tersebut, maka permohonan

register dilampirkan dengan Berita Acara Penyerahan Hibah (BAPH)

dan SPTMHL.

3. Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung bentuk barang/jasa/surat

berharga ke DJPPR;

Kepala Satker/KPA mengajukan SP3HL BJS (Surat Perintah

Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat

Berharga) dalam rangkap 3 (tiga) kepada DJPPR cq. Direktur EAS

dengan melampirkan BAST/BAPH dan SPTMHL

Page 46: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 38

4. Pencatatan hibah bentuk barang/jasa/surat berharga ke KPPN.

KPA mengajukan Memo Pencatatan Hibah Langsung

Barang/Jasa/Surat Berharga (MPHL BJS) kepada KPPN Khusus

Jakarta VI dengan melampirkan SPTMHL; SP3HL BJS lembar kedua;

SPTJM.

Atas dasar persetujuan MPHL BJS yang diterima dari KPPN, KPA

membukukan belanja barang untuk pencatatan persediaan dari

hibah/belanja modal untuk pencatatan aset tetap atau aset lainnya

dari hibah.

B. PENGELUARAN ANGGARAN

Dalam melaksanakan anggaran Tahun 2018 mengacu pada Pedoman

Pengelolaan Anggaran berdasarkan PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata

Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara.

Pembebanan setiap pengeluaran berpedoman pada DIPA tahun 2018 dan

diuraikan dalam POK yang berisikan Rincian Perhitungan Biaya Per Kegiatan pada

RKA-K/L.

Klasifikasi anggaran menurut jenis belanja dibagi ke dalam 8 (delapan)

kategori yaitu:

1. Belanja Pegawai

2. Belanja Barang dan Jasa

3. Belanja Modal

4. Belanja Pembayaran Kewajiban Utang

5. Belanja Subsidi

6. Belanja Hibah

7. Belanja Bantuan Sosial

8. Belanja Lain-lain

Jenis Belanja yang terdapat pada BPOM adalah Belanja Pegawai, Belanja

Barang dan Jasa serta Belanja Modal.

1. Belanja Pegawai

Merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam bentuk uang

maupun bentuk barang yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah

dalam dan luar negeri, baik kepada Pejabat Negara, PNS dan pegawai yang

dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS maupun kepada non

Page 47: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 39

PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam rangka

mendukung tugas fungsi unit organisasi pemerintah, kecuali pekerjaan yang

berkaitan dengan pembentukan modal dan/atau kegiatan yang mempunyai

keluaran (output) dalam kategori belanja barang.

Belanja Pegawai terdiri atas :

a. Belanja Gaji dan Tunjangan

1) Tunjangan meliputi:

Suami/Istri

Anak

Struktural/Fungsional

Uang makan Pegawai *)

Pajak Penghasilan (PPh)

Beras

Ket. *) : - sesuai tabel

Tabel Uang Makan Pegawai

Uraian Satuan Biaya

Golongan I dan II Orang Rp. 35.000

Golongan III Orang Rp. 37.000

Golongan IV Orang Rp. 41.000

Maksimum 22 hari x Biaya x 12 bulan untuk satu tahun anggaran

2) Honorarium/Vakasi/Lembur/Tunjangan Khusus

3) Belanja Kontribusi Sosial

4) Belanja Pegawai Transito

b. Lembur

Kerja lembur adalah bekerja di luar jam kerja/waktu normal yang telah

ditetapkan dan mendapatkan uang lembur. Uang lembur merupakan

kompensasi bagi pegawai negeri yang melakukan kerja lembur

berdasarkan surat perintah dari pejabat yang berwenang.

Pembayaran uang lembur dibayarkan sesuai dengan PMK Nomor

49/PMK.02/2017 tentang Standar Biaya Masukan (SBM) TA. 2018 dengan

memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:

a. Pegawai Negeri Sipil dapat diperintahkan melakukan Kerja Lembur

untuk menyelesaikan tugas-tugas kedinasan yang mendesak.

Page 48: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 40

b. Perintah sebagaimana dimaksud pada nomor (1) dikeluarkan oleh

KPA/PPK/Kepala Kantor/Kepala Satker dalam bentuk surat Perintah

Kerja Lembur.

c. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Kerja Lembur tiap-tiap

kali selama paling sedikit 1 (satu) jam penuh dapat diberikan uang

lembur.

d. Besarnya uang lembur untuk tiap-tiap jam penuh Kerja Lembur bagi

Pegawai Negeri Sipil sesuai Golongan mengacu pada SBM TA. 2018.

Uraian Satuan Biaya

Golongan I Orang/jam Rp. 13.000

Golongan II Orang/jam Rp. 17.000

Golongan III Orang/jam Rp. 20.000

Golongan IV Orang/jam Rp. 25.000

e. Pemberian uang lembur pada hari libur kerja adalah sebesar 200%

(dua ratus persen) dari besarnya uang lembur.

f. Uang lembur dibayarkan sebulan sekali pada awal bulan berikutnya.

g. Khusus untuk uang lembur bulan Desember dapat dibayarkan pada

akhir bulan berkenaan.

h. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan Kerja Lembur paling

kurang 2 (dua) jam berturut-turut diberikan uang makan lembur sesuai

golongan yang besarannya mengacu pada SBM TA. 2018.

Uraian Satuan Biaya

Golongan I dan II Orang Rp. 35.000

Golongan III Orang Rp. 37.000

Golongan IV Orang Rp. 41.000

i. Dalam hal Kerja Lembur dilakukan selama 8 (delapan) jam atau lebih,

uang makan lembur diberikan maksimal 2 (dua) kali dari besaran yang

ditetapkan dalam SBM TA. 2018.

j. Uang lembur dibayarkan dalam batas pagu anggaran yang tersedia

dalam DIPA satker berkenaan.

k. Surat permintaan pembayaran langsung (SPP-LS) uang lembur untuk

penerbitan SPM-LS uang lembur dilampiri dengan:

k.1. Daftar Pembayaran perhitungan uang lembur;

k.2. Surat Perintah Kerja Lembur;

k.3. Daftar Hadir Kerja;

Page 49: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 41

k.4. Daftar Hadir Lembur; dan

k.5. Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 21

l. Uang lembur dapat dimintakan bila waktu kerja sesuai dengan

peraturan Kepala BPOM Nomor 4 Tahun 2016 tentang Ketentuan

Teknis Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di

Lingkungan BPOM.

c. Tunjangan Khusus/Kinerja

Besar uang tunjangan kinerja sesuai dengan kelas jabatan berdasarkan

Surat Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.04.01.24.01.16.0041 Tahun

2016 tentang Penugasan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan BPOM.

Teknis Pembayaran tunjangan kinerja mengacu pada Peraturan Kepala

BPOM Nomor 4 Tahun 2016 tentang Ketentuan Teknis Pelaksanaan

Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan BPOM, dengan

mekanisme sebagai berikut :

a. Pengelola tunjangan kinerja menerima dokumen/data-data permintaan

tunjangan kinerja per bulan secara riil dari masing-masing

Satker/Bidang/Bagian di lingkungannya yang menjadi tanggung

jawabnya;

b. Pengelola tunjangan kinerja melakukan perekapan dari dokumen

permintaan dari seluruh Satker/Bidang/Bagian untuk dibuatkan Surat

Perintah Pembayaran (SPP), Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak

(SPTJM) untuk di kirim ke Verifikator Keuangan/Penguji SPM Satker;

c. Penguji SPM menguji kebenaran dan mengeluarkan SPM

ditandatangani oleh PPSPM;

d. PPSPM mengirim dokumen permintaan tunjangan kinerja, SPM dan

SPTJM ke KPPN untuk diproses pencairan dana;

e. KPPN mengeluarkan SP2D dan melakukan transfer sesuai dengan

besaran uang tunjangan kinerja langsung ke rekening masing-masing

pegawai.

2. Belanja Barang dan Jasa

Belanja barang yaitu pengeluaran atas pembelian barang dan/atau jasa

yang habis pakai untuk memproduksi barang dan/atau jasa yang dipasarkan

maupun tidak dipasarkan dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk

diserahkan atau dijual kepada masyarakat/Pemerintah Daerah (Pemda) dan

Page 50: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 42

belanja perjalanan. Belanja tersebut termasuk honorarium dan vakasi yang

diberikan dalam rangka pelaksanaan kegiatan untuk menghasilkan barang

dan/atau jasa.

Belanja Barang terdiri dari belanja barang operasional, belanja barang non

operasional, belanja jasa (konsultan, sewa, jasa profesi, dll), belanja

pemeliharaan, belanja perjalanan dinas sesuai dengan PMK Nomor

94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan RKA-K/L dan Pengesahan

DIPA.

Khusus Belanja Bahan ATK, cetakan, dan Belanja barang habis pakai

berupa alat gelas (glassware), suku cadang dan reagensia/media mikrobiologi

agar dilakukan pencatatan sendiri atas penerimaan/penambahan dan sisa

persediaan akhir tahun anggaran yang akan digunakan sebagai dasar dalam

penganggaran tahun berikutnya.

a. Honorarium/Vakasi

Besaran honorarium ditetapkan dengan Surat Keputusan dan lampiran

SK harus ditandatangani oleh yang menetapkan SK, mengacu pada PMK

Nomor 49/PMK.02/2017 tentang SBM TA. 2018.

b. Retribusi Listrik, Telepon, Gas dan Air (LTGA)

Retribusi LTGA dibayarkan sesuai dengan tagihan dan apabila ada

kekurangan anggaran, dapat dibayarkan oleh Satker yang bersangkutan

setelah dilakukan revisi dari kegiatan dalam DIPA POK masing-masing

Satker.

c. Penambah Daya Tahan Tubuh

Penambah daya tahan tubuh diberikan kepada tenaga penguji, petugas

gudang Reagensia, petugas server dan petugas gudang arsip, yang tugas

dan fungsinya dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan

pegawai dimaksud.

d. Perjalanan dinas

Sebagaimana diuraikan dalam Bab VI B.

e. Pemeriksaan Kesehatan

Pemeriksaan Kesehatan dengan kasus khusus, disesuaikan dengan

kebutuhan.

Pemeriksaan Medical Check Up

Kepala Balai/Pejabat Eselon II ke atas

Pemeriksaan Medical Check Up Paket Eksekutif atau setara

Page 51: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 43

Kepala Balai/Pejabat Eselon III dan IV

Pemeriksaan Medical Check Up Paket VIP atau setara

Pegawai yang melaksanakan pengujian

Pemeriksaan Medical Check Up Paket Basic dan pemeriksaan

penunjang lainnya atau setara.

Pegawai selain melaksanakan pengujian

Pemeriksaan Medical Check Up Paket Basic atau setara

Pemeriksaan Kesehatan CPNS

Pemeriksaan Kesehatan program peningkatan status menjadi

PNS.

Harga pemeriksaan kesehatan disesuaikan dengan harga pasar.

f. Operasional Pimpinan

Dana Operasional Pimpinan yaitu Dana Operasional Kepala

Badan/Sestama/Deputi. Pelaksanaan Kegiatan Operasional Pimpinan yang

dimaksud bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada Pimpinan

dalam melaksanakan tugas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan

Pimpinan.

g. Belanja Pemeliharaan

Belanja Pemeliharaan adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk

mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke

dalam kondisi normal. Belanja pemeliharaan meliputi antara lain

pemeliharaan gedung dan bangunan kantor, taman, jalan lingkungan

kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, dan lain-lain sarana yang

berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan.

Dalam rangka efektifitas pelaksanaan kegiatan, bagi kegiatan/sub

kegiatan yang ada dalam DIPA masing-masing Satker tertuang dalam

bentuk ”paket/PKT”, maka jenis belanja/rincian belanja untuk kegiatan

dimaksud disesuaikan dengan yang tercantum dalam Kerangka Acuan

Kegiatan/TOR untuk masing-masing kegiatan.

h. Sewa Rumah Dinas

Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki negara dan berfungsi

sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta

menunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau Pegawai Negeri.

Berdasarkan PMK Nomor 138/PMK.06/2010 tentang pengelolaan BMN

berupa Rumah Negara, Rumah Negara dibedakan atas :

Page 52: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 44

1. Rumah Negara Golongan I adalah Rumah Negara yang dipergunakan

bagi pemegang jabatan tertentu dan karena sifat jabatannya harus

bertempat tinggal di rumah tersebut serta hak penghuniannya

terbatas selama pejabat yang bersangkutan masih memegang

jabatan tertentu tersebut.

2. Rumah Negara Golongan II adalah Rumah Negara yang mempunyai

hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu instansi dan hanya

disediakan untuk didiami oleh Pegawai Negeri dan apabila telah

berhenti atau pensiun rumah dikembalikan kepada negara.

3. Rumah Negara Golongan III adalah Rumah Negara yang tidak

termasuk golongan I dan golongan II yang dapat dijual kepada

penghuninya.

Mengacu pada Perka BPOM Nomor 20 Tahun 2015 tentang Standar

dan Prasarana Kantor di Lingkungan BPOM, Standar Rumah Jabatan di

Lingkungan BPOM adalah sebagai berikut :

1. Rumah Dinas untuk Kepala Badan, dengan ukuran kurang lebih :

a. luas bangunan 250 M2

b. luas tanah 600 M2

2. Rumah Dinas untuk pejabat Eselon I, dengan ukuran kurang lebih :

a. luas bangunan 250 M2

b. luas tanah 600 M2

3. Rumah Dinas untuk pejabat Eselon II, dengan ukuran kurang lebih :

a. luas bangunan 120 M2

b. luas tanah 350 M2

Satker dapat mengalokasikan anggaran untuk sewa Rumah Negara

golongan I (yang selanjutnya disebut Rumah Dinas) untuk Kepala BPOM

dan Pejabat Eselon I. Dalam rangka efektifitas dan efisiensi anggaran, sewa

Rumah Dinas untuk Pejabat Eselon II, Kepala UPT dapat dialokasikan

apabila di wilayah tersebut belum tersedia rumah dinas dan tidak

memiliki rumah pribadi. Besaran sewa rumah dinas mengacu pada harga

pasar di wilayah tersebut.

3. Belanja Modal

Belanja Modal adalah pengeluaran untuk pembayaran perolehan aset

tetap dan/atau aset lainnya atau menambah nilai aset tetap dan/atau aset

Page 53: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 45

lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan melebihi

batas minimal kapitalisasi aset tetap/aset lainnya yang ditetapkan pemerintah.

Dalam pembukuan nilai perolehan aset dihitung semua pendanaan yang

dibutuhkan hingga aset tersebut tersedia dan siap digunakan.

Belanja modal ini termasuk belanja modal tanah, belanja modal peralatan

dan mesin, belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi

dan jaringan, belanja modal lainnya seperti buku dsb.

Pembangunan baru dan Rehabilitasi/Renovasi Berat Bangunan

Gedung Kantor/ Laboratorium.

Proses Pembangunan adalah kegiatan mendirikan bangunan gedung yang

diselenggarakan melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi

dan pengawasan konstruksi/manajemen konstruksi (MK), baik merupakan

pembangunan baru, perbaikan sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan

bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan

gedung yang belum selesai, dan/atau perawatan (rehabilitasi, renovasi,

restorasi). Berdasarkan definisi tersebut, pembangunan mencakup seluruh

tahapan dari perencanaan sampai dengan berfungsinya suatu gedung. Dalam

pekerjaan pembangunan juga meliputi pekerjaan perawatan gedung bangunan

negara.

Perawatan bangunan adalah usaha memperbaiki kerusakan yang terjadi

agar bangunan dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Perawatan

bangunan dapat digolongkan sesuai dengan tingkat kerusakan pada bangunan

yaitu:

1) Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan; adalah kerusakan terutama

pada komponen non struktural, seperti penutup atap, penutup langit-

langit, penutup lantai dan dinding pengisi.

2) Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang; adalah kerusakan pada

sebagian komponen non struktural, dan atau komponen struktural seperti

struktur atap, lantai, dll.

3) Perawatan untuk tingkat kerusakan berat; adalah kerusakan pada

sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun non

struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan

baik sebagaimana mestinya.

Page 54: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 46

Penentuan tingkat kerusakan adalah setelah berkonsultasi dengan

Instansi Teknis setempat yang bertanggung jawab terhadap pembinaan

bangunan gedung.

Dalam proses pemeliharaan bangunan, terdapat tiga kategori yaitu :

1. Rehabilitasi, yaitu memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian

dengan maksud menggunana sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap,

baik arsitektur maupun struktur bangunan gedung tetap dipertahankan

seperti semua, sedang utilitas dapat berubah.

2. Renovasi, yaitu memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian

dengan maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau

berubah, baik arsitektur, struktur maupun utilitas bangunannya.

3. Restorasi, yaitu memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian

dengan maksud menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau

berubah dengan tetap mempertahankan arsitektur bangunannya

sedangan struktur dan utilitas bangunannya dapat berubah.

Pemeliharaan menggunakan akun belanja barang (52). Namun

pemeliharaan dapat menggunakan akun belanja modal (53) apabila memenuhi

kriteria. Kriteria untuk masuk akun belanja modal :

1. pemeliharaan tersebut berdampak bertambahnya masa manfaat,

kapasitas, kualitas dan volume aset;

2. pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimum kapitalisasi

Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) berdasarkan PMK Nomor

181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara.

Bangunan gedung negara merupakan salah satu aset negara yang

mempunyai nilai strategis sebagai tempat proses penyelenggaraan negara,

perlu terus menerus ditata secara terpadu sehingga perubahan yang terjadi

tetap menjamin keamanan, kesehatan, keharmonisan, efektif dan efisien.

Sesuai dengan surat Menteri Keuangan Nomor S-841/MK.02/2014

tanggal 16 Desember 2014 tentang Penundaan/Moratorium Pembangunan

Gedung Kantor K/L, maka Balai Besar/Balai POM yang belum mendapatkan

surat persetujuan, proses pengadaan masih ditunda menunggu persetujuan

Presiden RI.

Page 55: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 47

BAB V

KETENTUAN UMUM DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN

A. PENATAUSAHAAN, PEMBUKUAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

BENDAHARA

Bendahara selaku pejabat perbendaharaan yang bertanggung jawab kepada

Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN), wajib menatausahakan dan

mempertanggungjawabkan seluruh uang dana atau surat berharga yang berada

dalam pengelolaannya. Bendahara wajib membukukan seluruh transaksi dalam

rangka pelaksanaan anggaran Satker, kecuali untuk transaksi yang melalui

SPMLS/SP2DLS kepada pihak ketiga yang hanya dicatat dalam Buku Pengawasan

Anggaran. Penatausahaan, pembukuan dan pertanggungjawaban Bendahara

(penerimaan dan pengeluaran) berpedoman pada Peraturan Direktorat Jenderal

Perbendaharaan Nomor PER-3/PB/2014 tentang Petunjuk Teknis Penatausahaan,

Pembukuan dan Pertanggungjawaban Bendahara Pada Satuan Kerja Pengelola

APBN serta Verifikasi Laporan Pertanggungjawaban Bendahara.

B. REVISI ANGGARAN

Revisi Anggaran adalah perubahan Rincian Anggaran yang telah ditetapkan

berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) TA. 2018 dan

disahkan dalam DIPA TA. 2018. Dalam hal ini, revisi dilakukan terhadap DIPA

Petikan.

Ruang Lingkup dan Batasan Revisi Anggaran secara umum meliputi:

1. Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran berubah;

2. Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran tetap; dan/atau

3. Revisi administrasi, yaitu revisi yang tidak berkaitan dengan alokasi

belanja negara.

Sedangkan kewenangan penyelesaian Revisi Anggaran dibagi dalam 4

kelompok yakni: Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran, Revisi

Anggaran pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Revisi Anggaran pada Kuasa

Pengguna Anggaran serta Revisi Anggaran yang memerlukan Persetujuan DPR RI.

Page 56: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 48

B.1. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran :

Usul Revisi Anggaran BA K/L yang memerlukan penelaahan yang

menjadi kewenangan Direktorat Jenderal Anggaran dikategorikan sebagai

berikut :

1. Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran berubah

Merupakan perubahan anggaran berupa penambahan atau pengurangan

pagu belanja K/L termasuk pergeseran rincian anggarannya yang

berdampak pada perubahan pagu belanja K/L, meliputi:

a. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP, termasuk

pembentukan Satker BLU baru;

b. percepatan penarikan pinjaman/hibah luar negeri dan/atau

pinjaman/hibah dalam negeri, termasuk Pemberian Pinjaman;

c. penambahan hibah luar negeri atau hibah dalam negeri terencana yang

diterima oleh Pemerintah cq. Kementerian Keuangan setelah UU

mengenai APBN TA 2018 atau UU mengenai perubahan atas UU

mengenai APBN TA 2018 ditetapkan dan kegiatannya dilaksanakan oleh

K/L;

d. pengurangan alokasi pinjaman proyek termasuk pengurangan alokasi

Pemberian Pinjaman, pengurangan alokasi hibah luar negeri dan dalam

negeri terencana termasuk hibah luar negeri atau hibah dalam negeri

yang diterushibahkan, dan/atau pinjaman yang diteruspinjamkan;

e. lanjutan pelaksanaan Kegiatan tahun-tahun sebelumnya yang bersumber

dari pemberian pinjaman/hibah luar negeri;

f. lanjutan pelaksanaan Kegiatan/proyek yang dananya bersumber dari

sisa dana penerbitan SBSN yang tidak terserap pada tahun sebelumnya;

g. perubahan anggaran Kegiatan K/L yang sumber dananya berasal dari

pinjaman atau hibah luar negeri sebagai akibat dari penyesuaian kurs;

h. tambahan alokasi anggaran belanja pegawai sebagai akibat dari selisih

kurs; dan/atau

i. perubahan Program, Kegiatan, Proyek Prioritas, keluaran (output), dan

lokasi.

2. Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap, meliputi:

a. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar

Program dalam 1 (satu) bagian anggaran untuk memenuhi kebutuhan

Page 57: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 49

Ineligible Expenditure atas Kegiatan yang dibiayai dari pinjaman

dan/atau hibah luar negeri;

b. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program atau antar Program dalam

1 (satu) Bagian Anggaran yang bersumber dari rupiah murni dalam

rangka memenuhi kebutuhan Belanja Operasional;

c. pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP antar Satker dalam

1 (satu) Program yang sama dan dalam 1 (satu) Bagian Anggaran untuk

K/ L yang menerapkan kebijakan penggunaan PNBP terpusat;

d. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program dalam rangka memenuhi

tunggakan tahun-tahun sebelumnya;

Untuk tiap-tiap tunggakan tahun lalu harus dicantumkan dalam catatan-

catatan terpisah per kode akun dalam halaman IV DIPA pada tiap-tiap

alokasi yang ditetapkan untuk mendanai suatu Kegiatan per DIPA per

Satker. Dalam hal jumlah seluruh tunggakan tahun yang lalu per DIPA

per Satker nilainya:

a. sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), harus

dilampiri surat pernyataan dari KPA;

b. di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan

Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah), harus dilampiri hasil

verifikasi dari APIP K/L; dan

c. di atas Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah), harus dilampiri hasil

verifikasi dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

e. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian sisa kewajiban

pembayaran Kegiatan/proyek yang dibiayai melalui SBSN yang melewati

tahun anggaran sesuai hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan;

f. pergeseran anggaran antara Program lama dan Program baru dalam

rangka penyelesaian administrasi DIPA sepanjang telah disetujui Dewan

Perwakilan Rakyat.

Hal ini terjadi karena adanya restrukturisasi kelembagaan atau

reorganisasi dalam K/L yang bersangkutan atau antar K/L. Pergeseran

anggaran antara Program lama dan Program baru dalam rangka

penyelesaian administrasi DIPA dapat dilakukan sepanjang pagu

Program lama dan pagu Program baru telah disetujui DPR dan disertai

dengan tabel rekonsiliasi antara Program lama dengan Program baru.

Page 58: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 50

Ketentuan dimaksud dapat berlaku juga pada pergeseran anggaran bagi

K/L yang mengalami perubahan nomenklatur atau struktur organisasi.

g. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam rangka

penyediaan dana untuk penyelesaian restrukturisasi K/ L.

Dapat dilakukan sepanjang likuidasi Satker tersebut telah disetujui DPR.

Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud dapat dilakukan antar jenis

belanja dan/atau antar Kegiatan dalam 1 (satu) Program yang sama

dan/atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran.

h. pergeseran anggaran belanja K/ L dalam 1 (satu) Program dalam wilayah

kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda

dalam rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs;

i. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) atau antar provinsi/

kabupaten/kota dan/atau antar kewenangan untuk Kegiatan dalam

rangka dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan/atau urusan bersama;

j. pergeseran anggaran untuk pembayaran kewajiban penjaminan yang

telah jatuh tempo;

k. pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor baru atau alokasi

untuk Satker baru.

Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam rangka

pembukaan kantor baru dimaksud dapat dilakukan dalam hal ketentuan

mengenai pembentukan kantor baru telah mendapat persetujuan dari

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Pergeseran anggaran dimaksud dilakukan melalui pergeseran anggaran

dari DIPA Petikan Satker Induk ke DIPA Petikan Satker baru.

l. pergeseran anggaran dalam rangka penanggulangan bencana;

m. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht);

n. pergeseran anggaran Kegiatan kontrak tahun jamak dalam rangka

rekomposisi pendanaan antar tahun;

o. pergeseran anggaran dalam rangka penggunaa sisa anggaran kontraktual

atau sisa anggaran swakelola.

Merupakan Sisa Anggaran Kontraktual, termasuk addendum kontrak

sampai dengan 10% (sepuluh persen), atau Sisa Anggaran Swakelola

yang dilakukan dalam 1 (satu) Program yang sama. Pada prinsipnya, sisa

Page 59: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 51

Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola dapat digunakan

untuk:

1) meningkatkan volume keluaran (output) pada Kegiatan yang sama;

2) meningkatkan volume keluaran (output) pada Kegiatan lain dalam

Program yang sama; dan/ atau

3) memenuhi kekurangan Belanja Operasional.

Usul Revisi Anggaran yang diproses adalah untuk memenuhi kekurangan

Belanja Operasional komponen 001 dan/atau komponen 002. Dalam hal

sisa anggaran akan digunakan untuk membiayai hal hal di luar dari yang

sudah disebutkan di atas, usul Revisi Anggaran terkait dengan

penggunaan sisa anggaran harus mendapat persetujuan Menteri

teknis/pimpinan lembaga/PA.

p. penggunaan dana keluaran (output) cadangan;

q. pergeseran anggaran Program/Kegiatan/Proyek Prioritas Nasional/

keluaran (output) Prioritas Nasional; dan/atau

r. pergeseran anggaran antar keluaran (output) yang tidak dapat

dikategorikan sebagai revisi sebagimana dimaksud pada huruf a sd huruf

q, dalam hal besaran anggaran yang digeser dari keluaran (output)

pertama ke keluaran (output) kedua lebih dari 10% (sepuluh persen),

atau pergeseran anggaran antar keluaran (output) tersebut berdampak

pada penurunan volume keluaran (output), usul revisi diproses dengan

ketentuan :

1) Usul perubahan prioritas penggunaan anggaran dalam rangka

menambah volume keluaran (output), dilakukan sebagai konsekuensi

dari perubahan kebijakan Pemerintah dan/atau perubahan prioritas

K/L;

2) Usul pergeseran anggaran dilakukan antar keluaran (output) teknis

dengan satuan volume keluaran (output) yang sama atau berbeda;

3) disertai dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dari

pejabat eselon I penanggung jawab Program;

4) melampirkan surat pernyataan KPA bahwa volume keluaran (output)

yang diusulkan berkurang bukan merupakan volume keluaran

(output) dari Kegiatan Prioritas Nasional.

Page 60: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 52

3. Revisi administrasi meliputi :

a. perubahan rumusan sasaran kinerja dalam database RKA-K/L DIPA yang

diambil dari aplikasi KRISNA.

Revisi dapat dilakukan dalam rangka menindaklanjuti adanya perubahan

struktur organisasi beserta tugas dan fungsi K/L, dan/atau

penyempurnaan Rumusan Kinerja penganggaran dalam RKA-K/L DIPA.

b. penghapusan/perubahan/pencantuman blokir dalam halaman IV.A DIPA

Direktorat Jenderal Anggaran juga berwenang memproses revisi

administrasi berupa pengesahan meliputi perubahan pejabat penandatangan

DIPA sehingga DIPA induk harus dicetak ulang, penyelesaian sisa pekerjaan

tahun 2017 yang dibebankan pada DIPA TA 2018, pengesahan atas

pelaksanaan Kegiatan/keluaran (output) yang dananya bersumber dari

pinjaman/hibah luar negeri atau Pemberian Pinjaman dan telah dilaksanakan

pada tahun-tahun sebelumnya, tetapi sampai berakhirnya TA 2017 belum

dapat disahkan pengeluarannya, dan penyelesaian pagu minus .

Mekanisme Revisi:

a. Untuk satker Pusat

i. KPA/Kepala Unit Kerja menyampaikan usulan revisi kepada Kepala

Biro Perencanaan dan Keuangan yang dilampiri dokumen pendukung

berupa:

Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan

(semula – menjadi) sesuai Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;

Backup RKA-K/L DIPA usulan revisi dalam bentuk

d01_06301_00_xxxxxx_x.s18; dan

Dokumen pendukung terkait.

ii. PPK tidak melakukan pencairan anggaran yang direvisi selama proses

pengesahan sehingga tidak mengakibatkan pagu minus;

iii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti usulan Revisi Anggaran dan

kelengkapan dokumen yang disampaikan oleh Kepala Unit Kerja/KPA

dan menyampaikan kepada APIP untuk dilakukan reviu;

iv. Biro Perencanaan dan Keuangan menyusun dan menyampaikan surat

permohonan revisi anggaran yang ditandatangani Sekretaris Utama

Page 61: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 53

BPOM kepada Direktur Jenderal Anggaran dengan melampirkan

dokumen pendukung berupa :

Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan

(semula – menjadi);

ADK RKA-K/L DIPA revisi;

RKA Satker;

Copy DIPA terakhir; dan

Dokumen pendukung terkait.

v. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan penelaahan revisi bersama

Direktorat Anggaran Bidang PMK dan menandatangani berita acara

penelaahan revisi;

vi. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA melalui Biro

Perencanaan dan Keuangan menerima Surat pengesahan Revisi

Anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem;

vii. Direktorat Jenderal Anggaran akan melakukan upload back up RKA-K/L

atau DIPA ke web RKA-K/L online, dan akan mencetakan SP DIPA

Induk/DIPA Petikan hasil revisi;

viii. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, Biro Perencanaan

dan Keuangan menerbitkan revisi POK dilampiri surat pengesahan

revisi DIPA;

ix. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan update revisi DIPA

berdasarkan RKA-K/L online.

b. Untuk satker Balai Besar/Balai POM

i. Usulan revisi diajukan oleh PPK/KPA satker Balai Besar/Balai POM

kepada Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan yang dilampiri

dokumen pendukung berupa :

Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan

(semula – menjadi) sesuai Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;

RKA Satker

Backup RKAKL-DIPA usulan revisi dalam bentuk

d01_06301_00_xxxxxx_x.s18; dan

Dokumen pendukung terkait.

ii. PPK tidak melakukan pencairan anggaran yang direvisi selama proses

pengesahan sehingga tidak mengakibatkan pagu minus;

Page 62: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 54

iii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti usulan Revisi Anggaran dan

kelengkapan dokumen yang disampaikan oleh PPK/KPA dan

menyampaikan kepada APIP untuk dilakukan reviu;

iv. Biro Perencanaan dan Keuangan menyusun dan menyampaikan surat

permohonan revisi anggaran yang ditandatangani Sekretaris Utama

BPOM kepada Direktur Jenderal Anggaran dengan melampirkan

dokumen pendukung berupa :

Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan

(semula – menjadi);

ADK RKA-K/L DIPA revisi;

RKA Satker;

Copy DIPA terakhir; dan

Dokumen pendukung terkait.

v. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA melalui Biro

Perencanaan dan Keuangan menerima Surat pengesahan Revisi

Anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem;

vi. Direktorat Jenderal Anggaran akan melakukan upload back up RKA-K/L

atau DIPA ke web RKA-K/L online, dan akan mencetakan SP DIPA

Induk/DIPA Petikan hasil revisi;

vii. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, Satker Balai

Besar/Balai POM menerbitkan revisi POK dilampiri surat pengesahan

revisi DIPA;

viii. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan update revisi DIPA

berdasarkan RKA-K/L online.

B.2. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan :

Usul Revisi Anggaran yang menjadi kewenangan Direktorat Jenderal

Pelaksanaan Anggaran-Direktorat Jenderal Perbendaharaan meliputi:

1. pergeseran anggaran antar keluaran (output) antar Satker dalam 1 (satu)

Program antar wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Perbendaharaan, termasuk Satker perwakilan Pemerintah di luar negeri,

dalam rangka:

a. memenuhi kebutuhan biaya operasional;

b . memenuhi kebutuhan selisih kurs;

c. penyelesaian tunggakan tahun 2017; dan/atau

Page 63: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 55

d. perubahan prioritas penggunaan anggaran:

sepanjang besaran pagu yang digeser maksimal 10% (sepuluh persen) dari

total pagu keluaran (output) yang diusulkan direvisi dan/atau tidak

berdampak pada penurunan volume keluaran (output). Dalam hal besaran

pagu yang digeser lebih dari 10 % (sepuluh persen) dari pagu total keluaran

(output) tapi tidak berdampak pada penurunan volume keluaran (output),

Direktorat Pelaksanaan Anggaran-Direktorat Jenderal Perbendaharaan

berwenang memproses usul revisi tersebut;

2. pergeseran anggaran untuk Kegiatan dalam rangka tugas pembantuan dan

urusan bersama, dan/atau dekonsentrasi sepanjang tidak mengubah

kewenangan;

3. pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan sisa anggaran kontraktual

atau sisa anggaran swakelola sepanjang untuk menambah volume keluaran

(output) yang sama atau volume keluaran (output) yang lain;

4. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program antar wilayah kerja Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan clalam rangka penyelesaian

pagu minus;

5. Revisi Anggaran dalam hal pagu tetap yang tidak dapat dikategorikan

sebagai Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai

dengan angka 4; dan/atau

6. revisi administrasi yang memerlukan persetujuan pejabat eselon I dan

berada pada wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Perbendaharaan yang berbeda, meliputi:

a. perubahan/penambahan nomor register pinjaman/ hibah luar negeri;

b. perubahan/penambahan nomor register SBSN;

c. perubahan/penambahan cara penarikan pinjaman/hibah luar

negeri/pinjaman/hibah dalam negeri, termasuk Pemberian Pinjamar;

d. perubahan/penambahan cara penarikan SBSN;

e. pencantuman/perubahan/penghapusan catatan halaman IV.B DIPA;

dan/atau;

f. revisi administrasi di luar huruf a sampai dengan huruf e sepanjang tidak

menyebabkan perlunya pencetakan ulang DIPA lama atau pencetakan

DIPA baru.

Selain itu, Direktorat Pelaksanaan Anggaran Direktorat Jenderal

Perbendaharaan juga berwenang memproses usul Revisi Anggaran atas

Page 64: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 56

kesalahan dalam DIPA yang disampaikan oleh unit eselon I K/L, yang dapat

dilakukan revisi secara otomatis, sepanjang DIPA belum direalisasikan.

Mekanisme Revisi:

a. Untuk satker Pusat

i. KPA/Kepala Unit Kerja menyampaikan usulan revisi kepada Kepala

Biro Perencanaan dan Keuangan yang dilampiri dokumen pendukung

berupa:

Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan

(semula – menjadi) sesuai Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;

Dokumen pendukung terkait.

ADK RKA-K/L DIPA revisi;

ii. PPK tidak melakukan pencairan anggaran yang direvisi selama proses

pengesahan sehingga tidak mengakibatkan pagu minus;

iii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti usulan Revisi Anggaran dan

kelengkapan dokumen yang disampaikan oleh PPK/KPA;

iv. Biro Perencanaan dan Keuangan menyampaikan usulan Revisi

Anggaran yang ditandatangani KPA Satker kepada Direktorat Pelaksana

Anggaran/Kanwil Ditjen Perbendaharaan dengan melampirkan

dokumen pendukung berupa:

Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan

(semula – menjadi);

ADK RKA-K/L DIPA revisi;

Copy DIPA Petikan terakhir; dan

Dokumen pendukung terkait.

v. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA melalui Biro

Perencanaan dan Keuangan menerima Surat pengesahan Revisi

Anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem;

vi. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, Biro Perencanaan

dan Keuangan menerbitkan revisi POK dilampiri surat pengesahan

revisi DIPA;

vii. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan update revisi DIPA

berdasarkan RKA-K/L online.

Page 65: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 57

b. Untuk satker Balai Besar/Balai POM

i. KPA menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Direktorat

Pelaksana Anggaran (melalui Biro Perencanaan dan Keuangan)/Kepala

kanwil Ditjen Perbendaharaan dilengkapi dokumen pendukung berupa:

Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan

(semula – menjadi);

ADK RKA-K/L DIPA Revisi;

Copy DIPA Petikan terakhir; dan

Dokumen pendukung terkait.

ii. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA menerima Surat

pengesahan Revisi Anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem;

iii. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, KPA Satker Balai

Besar/Balai POM menerbitkan revisi POK;

iv. Satker Balai Besar/Balai POM melakukan update revisi DIPA

berdasarkan RKA-K/L online.

B.3. Revisi Anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran

KPA dapat melakukan Revisi Anggaran berupa pergeseran anggaran

antar komponen pada 1 (satu) keluaran (output) yang sama sepanjang tidak

mengubah jenis dan satuan keluaran (output), tidak mengubah volume

keluaran(output), dan tidak mengubah jenis belanja. Revisi ini dilakukan

dengan mengubah POK dan ditetapkan oleh KPA, serta mengubah ADK RKA-

K/L berkenaan dengan menggunakan aplikasi RKA-K/L.

Mekanisme Revisi :

a. Untuk Satker Pusat

i. PPK/KPA menyampaikan usulan revisi kepada Kepala Biro

Perencanaan dan Keuangan yang dilampiri dokumen pendukung

berupa :

Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan

(semula – menjadi) sesuai Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;

Dokumen pendukung terkait.

ii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti dan memeriksa kelengkapan

dokumen pendukung, dan mengubah ADK RKA Satker melalui aplikasi

RKA-K/L-DIPA dan mencetak POK;

Page 66: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 58

iii. KPA menetapkan perubahan POK;

iv. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan update revisi POK.

b. Untuk Satker Balai/Balai Besar POM

i. PPK menyampaikan usulan revisi kepada KPA satker Balai Besar/Balai

POM yang dilampiri dokumen pendukung berupa :

Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan

(semula – menjadi) sesuai Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;

Dokumen pendukung terkait.

ii. Satker Balai Besar/Balai POM melakukan perubahan pada aplikasi

RKA-K/L-DIPA dan mencetak POK;

iii. KPA menetapkan perubahan POK;

iv. KPA menyampaikan back up RKA-K/L-DIPA revisi kepada Biro

Perencanaan dan Keuangan sebagai bahan up dating data komputer di

Biro Perencanaan dan Keuangan;

B.4. Revisi Anggaran yang Memerlukan Persetujuan DPR-RI, meliputi:

a. tambahan Pinjaman Proyek Luar Negeri/Pinjaman Dalam Negeri

baru setelah Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2018

ditetapkan;

b. pergeseran anggaran antar fungsi/unit organisasi yang dipimpin

oleh Pejabat Eselon I selaku penanggung jawab Program yang

memiliki alokasi anggaran (portofolio), dalam 1 (satu) K/L; dan/atau

c. Pergeseran anggaran antar Program kecuali untuk:

i. memenuhi kebutuhan Biaya Operasional sepanjang dalam

Bagian Anggaran yang sama;

ii. pergeseran anggaran antar Program dalam1 (satu) Bagian

Anggaran untuk memenuhi kebutuhan Ineligible Expenditure

atas Kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan/ atau hibah luar

negeri;

iii. penyediaan dana untuk penyelesaian likuidasi satker sepanjang

likuidasi Satker sudah disetujui oleh DPR; dan/atau

iv. penyelesaian administrasi DIPA baru dalam1 (satu) satker bagi

K/L yang mengalami perubahan nomenklatur/struktur

organisasi sepanjang total pagu K/L tetap, dan pagu Program

lama dan Program baru sudah disetujui DPR.

Page 67: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 59

Mekanisme Revisi:

a. Untuk satker Pusat dan Balai

i. Usulan revisi diajukan oleh Sekretaris Utama kepada Pimpinan Komisi

IX DPR RI untuk mendapat persetujuan;

ii. Berdasarkan persetujuan Pimpinan Komisi IX DPR RI, Sekretaris Utama

mengajukan usulan revisi anggaran kepada Direktur Jenderal Anggaran

dilengkapi dokumen pendukung berupa :

Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan

(semula – menjadi);

ADK RKA-K/L DIPA revisi;

RKA Satker;

Copy DIPA terakhir; dan

Dokumen pendukung terkait.

iii. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, Direktorat Jenderal Anggaran

menetapkan Revisi DHP RKA-K/L dan Surat pengesahan Revisi

Anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem;

iv. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, Biro Perencanaan

dan Keuangan menerbitkan revisi POK Pusat dilampiri surat

pengesahan revisi DIPA;

v. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, Satker Balai

Besar/Balai POM menerbitkan revisi POK dilampiri surat pengesahan

revisi DIPA;

vi. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Satker Balai Besar/Balai POM

melakukan update revisi DIPA berdasarkan RKA-K/L online.

B.5. Batasan Revisi

Revisi Anggaran dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan pengurangan

alokasi anggaran terhadap:

a. Belanja pegawai Satker kecuali untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan

belanja pegawai Satker yang lain;

b. pembayaran berbagai tunggakan;

c. Rupiah Murni Pendamping sepanjang paket pekerjaan masih berlanjut

(on-going); dan/atau

d. paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan dananya

sehingga dananya menjadi minus.

Page 68: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 60

Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah target

kinerja dengan ketentuan sebagai berikut :

a. tidak mengubah sasaran Kegiatan;

b. tidak mengubah jenis dan satuan Keluaran (Output); dan

c. tidak mengubah Keluaran (Output)yang sudah direalisasikan.

B.6. Batas Akhir Penerimaan Usul Revisi Anggaran

Batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran untuk TA. 2018 ditetapkan

sebagai berikut:

a. Tanggal 30 Oktober 2018 untuk Revisi Anggaran pada Direktorat

Jenderal Anggaran;

b. Tanggal 30 Nopember 2018 untuk Revisi Anggaran pada Direktorat

Jenderal Perbendaharaan.

c. Tanggal 14 Desember 2018 untuk Revisi Anggaran pada Direktorat

Jenderal Anggaran berkaitan antara lain pergeseran anggaran untuk

belanja pegawai; pergeseran anggaran dari BA 999.08 ke BA K/L;

kegiatan yang dananya bersumber dari PNBP, PLN, HLN terencana, dan

HDN terencana, Pinjaman Dalam Negeri serta SBSBN; kegiatan K/L yang

merupaka tindak lanjut dari hasil sidang kabinet yang ditetapkan setelah

terbitnya UU mengenai perubahan atas UU mengenai APBN TA 2018;

dan/atau kegiatan yang membutuhkan data/dokumen yang harus

mendapat persetujuan dari unit eksternal K/L seperti persetujuan DPR,

persetujuan Menteri Keuangan, hasil audit eksternal dan sejenisnya.

d. Tanggal 28 Desember 2018 untuk Revisi Anggaran kepada Direktorat

Jenderal Anggaran dalam rangka pelaksanaan kegiatan lingkup BA BUN,

pergeseran anggaran untuk bencana alam, dan revisi dalam rangka

pengesahan.

e. Tanggal 28 Desember 2018 untuk Revisi Anggaran kepada Direktorat

Jenderal Perbendaharaandalam rangka pengesahan anggaran belanja

yang dibiayai dari hibah langsung.

Dalam hal penyelesaian Revisi Anggaran ditemukan kesalahan berupa:

kesalahan pencantuman kantor bayar (KPPN), kesalahan pencantuman kode

lokasi, kesalahan pencantuman sumber dana, terlanjur memberikan

approval/persetujuan revisi, tidak tercantumnya catatan pada halaman IV

DIPA dan DIPA belum direalisasikan, atas kesalahan tersebut dapat dilakukan

Page 69: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 61

revisi secara otomatis dan merupakan kewenangan Direktorat Pelaksanaan

Anggaran-Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

C. PELAPORAN

Untuk mewujudkan Laporan Keuangan yang andal, akuntabel dan transparan,

BPOM wajib melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan. Salah satu

unsur dalam sistem akuntansi dan pelaporan keuangan tersebut adalah

terbentuknya struktur organisasi Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan yang

terdiri dari :

a. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, terdiri dari

a. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) Unit Akuntansi pada

tingkat Satker.

b. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA), Unit Akuntansi pada tingkat

BPOM.

b. Penanggung Jawab Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

a. Penanggung jawab UAKPA adalah Kepala Satker dan wajib menyusun

laporan keuangan sehubungan dengan anggaran yang dikelolanya.

b. Penanggung jawab UAPA adalah Kepala Badan Badan dan wajib

menyusun Laporan Keuangan tingkat BPOM.

c. Struktur Organisasi Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Dengan adanya pembentukan dan penunjukan Unit Akuntansi dan

Pelaporan Keuangan, diperlukan adanya struktur organisasi akuntansi dan

pelaporan keuangan yaitu sebagai berikut :

a. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)

Kepala Satuan Kerja

Kepala Subag Tata Usaha/yang ditunjuk

Petugas Akuntansi dan Verifikasi Data Sumber

Petugas Perekaman Dokumen Sumber

Page 70: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 62

Petugas Perekaman dan Petugas Akuntansi dan Verifikasi (telaah) dapat

dirangkap.

Tugas dan Fungsi :

1) Kepala Satker

Menunjuk dan menetapkan Tim Unit Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan

Menandatangani Laporan Keuangan

Menyampaikan Laporan Keuangan

2) Kasubag Tata Usaha

Menyiapkan usulan organisasi UAKPA

Melakukan pembinaan dan monitoring pelaksanaan Sistem Akuntansi

dan Penyusunan laporan keuangan

Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal dan eksternal.

Melakukan analisa Laporan Keuangan Satker

3) Petugas Akuntansi dan Verifikasi Dokumen Sumber

Melakukan analisa transaksi keuangan

Menerima data dari SIMAK BMN

Melakukan rekonsiliasi internal dengan Petugas SIMAK BMN

Mengunduh data ke E-Rekon melalui web

Melakukan rekonsiliasi eksternal dengan KPPN

Menelaah Laporan Keuangan

Melakukan analisis untuk membuat Catatan atas Laporan Keuangan

Menyusun Laporan Keuangan

Mendistribusikan Laporan keuangan.

4) Petugas Perekaman Dokumen Sumber.

Merekam dokumen sumber (DIPA, Revisi DIPA, Pendapatan dan

Belanja)

Memelihara dan menyimpan dokumen sumber

Memelihara Arsip Data Komputer

Page 71: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 63

b. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran

POM

Tugas dan fungsi

1) Kepala BPOM

Menetapkan organisasi Unit Akuntansi dan Penyusunan Laporan

Keuangan Tingkat BPOM (UAPA)

Menandatangani Statement Of Responsibility (SOR)

2) Sekretariat Utama/Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan BPOM

Menyiapkan Sumber Daya Manusia

Mengkoordinasikan Sistem Akuntansi Keuangan dan Barang

Menyetujui/menandatangani Laporan Keuangan (LRA, LO, LPE dan

Neraca)

Kepala Badan POM

Sekretariat Utama

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Perencanaan Kepala Bagian Keuangan

Petugas Monitoring E_Rekon

Petugas Akuntansi dan Telaah (Verifikasi) LK

Satker

Kepala Subag Verifikasi

Page 72: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 64

3) Kepala Bagian Keuangan/Kepala Subag Verifikasi

Menyiapkan usulan organisasi UAPA.

Melaksanakan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di lingkup

BPOM

Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan akuntansi dan

penyusunan laporan keuangan kepada petugas akuntansi keuangan

dan petugas yang melakukan monitoring E-Rekon.

Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal dan eksternal.

Melakukan konsoliadasi Laporan Keuangan Satker dengan cara

klarifikasi, konfimasi, verifikasi dan validasi data Laporan Keuangan

tingkat Satker

Menyusun Laporan Keuangan tingkat BPOM (semester dan Tahunan

baik unaudited maupun audited)

4) Petugas Akuntansi dan Verifikasi Laporan Keuangan

Melakukan analisa terhadap laporan keuangan Satker di lingkungan

BPOMmelalui unduh data melalu web e-rekon dan pengumpulna

Backup data SAIBA, SIMAK BMN dan persediaan.

Melaksanakan rekonsilasi internal dan eksternal tingkat BPOM

Menyusun draft Laporan Keuangan tingkat BPOM (semester dan

Tahunan baik unaudited maupun audited)

5) Petugas Monitoring E-Rekon

Melakukan monitoring data E-RekonSatker di lingkungan BPOM

Mengumpulkan backup data SAIBA, SIMAK BMN dan Persediaan dari

Satker.

Menyiapkan surat konfirmasi/klarifikasi ke Satker jika terdapat akun

tidak normal pada Laporan Keuangan Satker di lingkungan BPOM.

Jenis dan Periode Pelaporan

1. Penyampaian Laporan Keuangan tingkat UAKPA ke :

a. KPPN

Laporan Keuangan Bulanan yang disampaikan dalam bentuk

unggahan pada aplikasi berbasis web.

Laporan Keuangan semesteran dalam bentuk cetakan dengan

sistematika dan format sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

yang berlaku.

Page 73: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 65

Laporan Keuangan Tahunan unaudited dalam bentuk cetakan dengan

sistematika dan format sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

yang berlaku.

Laporan Keuangan Tahunan audited dalam bentuk cetakan dengan

sistematika dan format sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

yang berlaku.

b. UAPA

Laporan Bulanan yang disampaikan dalam bentuk unggahan pada

aplikasi berbasis web dengan cara memberikan user id dan password

ke petugas akuntansi tingkat UAPA untuk dilakukan monitoring.

Laporan Keuangan semesteran dalam bentuk cetakan dan soft copy

dalam bentuk PDF dengan sistematika dan format sesuai dengan

Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, serta backup data SAIBA,

SIMAK BMN dan Persediaan.

Laporan Keuangan Tahunan unauditeddalam bentuk cetakan dan soft

copy dalam bentuk PDF dengan sistematika dan format sesuai dengan

Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, serta backup data SAIBA,

SIMAK BMN dan Persediaan.

Laporan Keuangan Tahunan audited dalam bentuk cetakan dan soft

copy dalam bentuk PDF dengan sistematika dan format sesuai dengan

Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, serta backup data SAIBA,

SIMAK BMN dan Persediaan.

Waktu penyampaian laporan keuangan akan diinformasikan melalui

Surat Edaran yang akan ditetapkan pada tahun yang bersangkutan.

2. Penyampaian Laporan Keuangan tingkat UAPA ke Kementerian Keuangan

dan Badan Pemeriksa Keuangan.

Laporan Keuangan semesteran dengan sistematika dan format sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, dalam bentuk

cetakan dan soft copy dalam bentuk PDF.

Laporan Keuangan Tahunan unauditeddengan sistematika dan format

sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, dalam bentuk

cetakan dan soft copy dalam bentuk PDF.

Waktu penyampaian Laporan Keuangan ke Kementerian Keuangan

disesuaikan dengan Peraturan Kementerian Keuangan dan Badan

Pemeriksa Keuangan yang berlaku.

Page 74: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 66

3. Pelaporan Kinerja/Kegiatan

Pengendalian pelaksanaan anggaran dan kegiatan terdiri dari 2 (dua) sisi,

yaitu pengendalian keuangan dan pengendalian kegiatan. Tata cara

pengendalian keuangan dan kegiatan serta pelaporan kinerja/ kegiatan

mengacu pada pedoman monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

program dan kegiatan di BPOM sesuai Keputusan Sekretaris Utama

No. HK.04.2.21.08.16.3115 Tahun 2016.

4. Laporan Barang Milik Negara

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

menyebutkan bahwa Barang Milik Negara atau BMN adalah semua barang

yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan

lainnya yang sah.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah disebutkan bahwa Barang Milik Negara adalah

semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari

perolehan lainnya yang sah.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016 tentang

Penatausahaan BMN disebutkan bahwa yang dimaksud dengan BMN adalah

semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari

perolehan lainnya yang sah.

Pada lampiran V PMK Nomor 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan

BMN, BMN sebagai aset dapat diklasifikasikan kedalam aset lancar, aset

tetap, aset lainnya dan BMN berupa aset bersejarah. BMN dikategorikan

sebagai aset lancar apabila diharapkan segera dipakai atau dimiliki untuk

dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. BMN yang

memenuhi kriteria ini diperlakukan sebagai persediaan. Sedangkan BMN

dikategorikan sebagai aset tetap apabila mempunyai masa manfaat lebih

dari 12 (dua belas) bulan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi

normal Kuasa Pengguna Barang dan diperoleh atau dibangun dengan

maksud untuk digunakan, dalam kegiatan Pemerintah.

Page 75: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 67

Adapun jenis BMN adalah sebagai berikut:

A. Aset Tetap

Klasifikasi Aset Tetap, yaitu

1. Tanah

2. Peralatan dan mesin

3. Gedung dan Bangunan

4. Jalan, irigasi dan jaringan

5. Aset tetap lainnya

6. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)

Penyajian dan pengungkapan aset tetap dinilai dengan biaya perolehan

atau nilai wajar pada saat aset tetap tersebut diperoleh. Biaya perolehan

menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah digunakan untuk

memperoleh aset tetap tersebut sampai siap pakai. Biaya ini antara lain

meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi serta

biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai

aset tetap tersebut siap digunakan.

Biaya perolehan seperti yang dimaksud adalah mengacu kepada nilai

satuan minimum pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor

181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan BMN, yaitu :

a. Nilai satuan minimum kapitalisasi untuk per satuan peralatan dan

mesin adalah sama dengan atau lebih dari Rp1.000.000,- (satu juta

rupiah);

b. Nilai satuan minimum kapitalisasi untuk per satuan gedung dan

bangunan adalah sama dengan atau lebih dari Rp25.000.000,- (dua

puluh lima juta rupiah);

B. Aset Lancar

Aset lancar adalah Aset yang diharapkan segera untuk direalisasikan,

dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan

sejak tanggal pelaporan. BMN yang menjadi kategori aset lancar adalah

persediaan.

Persediaan dapat terdiri dari :

a. Barang konsumsi

b. Amunisi

c. Bahan untuk pemeliharaan

d. Suku cadang

Page 76: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 68

e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga

f. Pita cukai dan leges

g. Bahan baku

h. Barang dalam proses/setengah jadi

i. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat

j. Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada

masyarakat.

Persediaan disajikan sebesar :

a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian

b. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri

c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti

donasi/rampasan.

Biaya perolehan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya

penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan

pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat dan lainnya yang

serupa mengurangi biaya perolehan.

Aset lancar berasal dari belanja persediaan (521811) seperti Alat Tulis

Kantor, bahan cetakan, baku pembanding, sampel dan retain sampel,

persediaan alat gelas (glassware), hewan percobaan, reagensia dan lain-

lain.

C. Aset Lainnya

Aset lainnya adalah aset pemerintah yang tidak dapat diklasifikasikan

sebagai aset lancar dan aset tetap.

Aset lainnya antara lain terdiri dari :

a. Aset tak berwujud, meliputi :

1) Software komputer

2) Lisensi dan franchise

3) Hak cipta (copyright), paten dan hak lainnya

4) Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang

b. Aset lain-lain

Yang termasuk dalam aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan

dari penggunaan aktif pemerintah.

Page 77: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 69

Pengelolaan Barang Milik Negara

Sesuai PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah, pengelolaan BMN meliputi :

a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran

b. Pengadaan

c. Penggunaan

d. Pemanfaatan

e. Pengamanan dan pemeliharaan

f. Penilaian

g. Pemindahtanganan

h. Pemusnahan

i. Penghapusan

j. Penatausahaan

k. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian

Sesuai ketentuan Surat Edaran Nomor HK.06.02.2.24.12.13.3228 Tahun

2013 tentang Kriteria Persediaan Reagensia Usang/dalam kondisi usang

atau rusak tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam

Catatan atas Laporan Keuangan.

Dalam rangka menunjang pelaksanaan proses pemindahtanganan terkait

BMN, Satker dapat mengalokasikan biaya yang ditimbulkan akibat proses

pemindahtanganan tersebut, seperti biaya iklan lelang, honor pejabat

lelang/honor narasumber, honor panitia, biaya operasional lainnya.

Laporan Barang Milik Negara

Sebagai bentuk pertanggung jawaban terhadap belanja APBN yang

berpotensi menjadi aset maka pemerintah telah menetapkan kepada

seluruh entitas pelaporan agar menyajikan dan melaporkan seluruh laporan

BMN yang terjadi kepada Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal

Kekayaan Negara setiap periode tahun anggaran sebanyak 2 kali dalam satu

tahun (semester).

Apabila Kementerian Negara Lembaga tidak melaporkan dan menyajikan

laporan BMN tersebut maka akan dikenakan sanksi berupa pembekuan

pencairan anggaran untuk tahun berjalan, tahapan sebelum dilakukannya

penyajian laporan BMN adalah:

1. Verifikasi terhadap setiap transaksi yang terjadi.

Page 78: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 70

2. Mencatat semua transaksi yang terjadi ke dalam SIMAK BMN (Sistem

Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara) yang

terintegrasi dengan Aplikasi Persediaan.

3. Melakukan proses validasi dan rekonsiliasi dengan SAKPA di masing-

masing dan disepakati dengan Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) yang

dilakukan setiap semester.

4. Melakukan validasi dan rekonsiliasi data dengan Biro Umum dan SDM

setiap semester dari masing-masing satker disertai dengan Berita Acara

Pemutahiran;

5. Menyampaikan Laporan BMN yang berasal dari cetakan Aplikasi SIMAK

BMN dan Aplikasi Persediaan beserta Catatan Ringkas Barang Milik

Negara (CRBMN) ke Biro Umum dan SDM setiap semester.

6. Melakukan proses rekonsiliasi dengan Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang (KPKNL) setempat disertai dengan Berita Acara

Rekonsiliasi (BAR) setiap semester.

7. BAR dari KPKNL tersebut merupakan bagian tidak terpisahkan untuk

dilakukan rekonsiliasi kembali dengan KPPN, apabila terlambat atau

tidak melakukan rekonsiliasi dengan KPKNL maka akan dikenakan

sanksi pembekuan pencairan anggaran untuk tahun berjalan. Prosedur

dan tata cara penyampaian laporan BMN sesuai Buku PEDOMAN

PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA Revisi ke 1 Tahun 2013

Page 79: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 71

BAB VI

KETENTUAN KHUSUS DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN

A. PENGELUARAN ANGGARAN

1. Pembayaran atas beban anggaran belanja negara dilakukan dengan:

a. Pembayaran langsung kepada yang berhak (LS), atau

b. Pembayaran melalui Uang Persediaan (UP)/ Tambahan Uang Persediaan

(TUP)

2. Uang Persediaan

Uang persediaan dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:

a. Belanja Barang;

b. Belanja Modal ;

c. Belanja Lain-lain.

3. Pembayaran yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran kepada satu

rekanan tidak boleh melebihi Rp50.000.000,-(Lima Puluh Juta Rupiah),

kecuali pembayaran honor dan perjalanan dinas.

4. Untuk keperluan pembayaran tunai sehari-hari setiap Bendahara

Pengeluaran diizinkan menyimpan uang tunai, setinggi-tingginya sebesar

Rp50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah).

5. Sesuai PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran

Dalam Rangka Pelaksanaan APBN disebutkan bahwa :

Uang Persediaan (UP) dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran

Belanja Barang, Belanja Modal dan Belanja Lain-lain;

Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving) UP yang

telah digunakan sepanjang dana yang dapat dibayarkan dengan UP masih

tersedia dalam DIPA;

Uang persediaan dapat diusulkan kembali setelah penggunaan uang

persediaan sebelumnya telah dipertanggungjawabkan minimal sebesar

50% tanpa harus menunggu akhir periode.

6. Untuk pembayaran Belanja Barang (reagensia, suku cadang, ATK dan lain-

lain) dan Belanja Modal yang dilakukan dengan mekanisme UP dan TUP

antara Rp10.000.000,- sd Rp50.000.000,- perlu dilengkapi dengan data

dukung berupa proses penyusunan spesifikasi dan HPS / negosiasi harga.

Page 80: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 72

B. PERJALANAN DINAS

Merupakan perjalanan ke luar tempat kedudukan yang dilakukan dalam

wilayah maupun di luar wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan negara.

Perjalanan dinas terdiri atas Perjalanan dinas dalam negeri dan Perjalanan dinas

luar negeri.

Perjalanan dinas dalam negeri diatur dalam PMK Nomor 113/PMK.05/2012

tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan

Pegawai Tidak Tetap dan PMK Nomor 49/PMK.02/2017 tentang SBM TA 2018.

1. Perjalanan Dinas Dalam Negeri

Perjalanan dinas dalam negeri terdiri dari perjalanan dinas jabatan dan

perjalanan dinas pindah.

1.1. Perjalanan dinas jabatan

1.1.1 Perjalanan dinas jabatan terdiri atas komponen-komponen

sebagai berikut:

a. Uang harian terdiri atas uang makan, uang transport lokal dan

uang saku;

b. Biaya transport terdiri atas

Perjalanan dinas dari tempat kedudukan sampai tempat

tujuan keberangkatan dan kepulangan termasuk biaya ke

terminal bus/stasiun/bandara/pelabuhan keberangkatan;

Retribusi yang dipungut di terminal bus/ stasiun/

bandara/ pelabuhan keberangkatan dan kepulangan;

c. Biaya penginapan

Dalam hal perjalanan dinas jabatan dilakukan bersama-

sama untuk melakukan suatu kegiatan rapat, seminar, dan

sejenisnya, seluruh pelaksana/peserta dapat menginap

pada hotel/penginapan yang sama, apabila biaya

hotel/penginapan lebih tinggi dari satuan biaya

hotel/penginapan sebagaimana diatur dalam PMK Nomor

49/PMK.02/2017 tentang SBM TA 2018, maka Pelaksana

SPD menggunakan fasilitas kamar dengan biaya terendah

pada hotel/penginapan dimaksud;

Untuk perjalanan dinas jabatan dalam rangka

mendampingi pimpinan, maka Pelaksana SPD dapat

menginap pada hotel/penginapan yang sama sepanjang

Page 81: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 73

sesuai dengan PMK Nomor 49/PMK.02/2017 tentang SBM

TA 2018;

Dalam hal Pelaksana SPD tidak menggunakan biaya

penginapan, Pelaksana SPD dapat diberikan biaya

penginapan sebesar 30 % dari tarif hotel di Kota Tempat

Tujuan sesuai dengan SBM 2018 dan sebagaimana diatur

dalam PMK Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan

Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri

dan Pegawai Tidak Tetap. Biaya penginapan sebagaimana

dimaksud dibayarkan secara lumpsum dengan

melampirkan daftar pengeluaraan riil.

d. Uang representasi; dapat diberikan kepada pejabat negara,

pejabat eselon I dan pejabat eselon II selama melakukan

perjalanan dinas sesuai PMK Nomor 49/PMK.02/2017

tentang SBM TA 2018.

e. Sewa kendaraan dalam kota; dan/atau

f. Biaya menjemput/mengantar jenazah.

1.1.2 Perjalanan dinas jabatan digolongkan menjadi :

1. Perjalanan Dinas Melewati Batas Kota

Batas kota khusus untuk Provinsi DKI Jakarta meliputi

kesatuan wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara,

Jakarta Barat dan Jakarta Selatan.

2. Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota

Terdiri atas perjalanan dinas jabatan yang dilaksanakan

lebih dari 8 jam dan perjalanan dinas jabatan yang

dilaksanakan sampai dengan 8 (delapan) jam;

Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota dapat diberikan uang

transport untuk melakukan kegiatan/pekerjaan yang

terkait dengan pelaksanaan tugas kantor/instansi dengan

ketentuan masih dalam batas wilayah Kabupaten/Kota;

Dalam hal Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota melebihi 8

(delapan) jam pergi pulang termasuk pelaksanaan

kegiatannya, maka dapat diberikan transport dalam kota

dan uang harian sesuai dengan besaran dalam PMK Nomor

49/PMK.02/2017 tentang SBM TA 2018;

Page 82: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 74

Perjalanan Dinas Jabatan di dalam kota yang dilaksanakan

sampai dengan 8 (delapan) jam dapat diberikan uang

transport tanpa penerbitan SPD.Dibuktikan dengan Form

Bukti Kehadiran yang menjadi lampiran Surat Tugas

Lampiran 5 Formulir Bukti Kehadiran (sesuai LAMPIRAN

I.B. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

Per-22/PB/2013 Tentang Ketentuan Lebih Lanjut

Pelaksanaan Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat

Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap).

Pembebanan biaya Perjalanan Dinas Jabatan dicantumkan

dalam Surat Tugas.

1.1.3 Terkait Peraturan Menpan Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Pedoman Pembatasan Pertemuan/Rapat Diluar Kantor dalam

rangka Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Kerja Aparatur,

maka kegiatan bersifat pertemuan/rapat di lingkungan BPOM

diatur sebagai berikut:

1. Diutamakan diselenggarakan di:

a. Gedung milik BPOM atau

b. Gedung milik Instansi Pemerintah lainnya.

2. Dapat diselenggarakan di hotel/villa/cottage/resort dan/atau

fasilitas ruang gedung lainnya yang bukan milik pemerintah

apabila memenuhi salah satu kriteria:

a. Memiliki urgensi tinggi terkait dengan pembahasan materi

bersifat strategis atau memerlukan koordinasi lintas

sektoral, memerlukan penyelesaian secara cepat,

mendesak, terus menerus (simultan). Pertemuan tersebut

antara lain pembahasan rancangan peraturan

perundangan; pembahasan pengujian bersama lintas

sektor serta penjajakan kerja sama luar negeri yang

melibatkan minimal Eselon I lainnya;

b. Tidak tersedia ruang rapat di kantor BPOM/Balai

Besar/Balai POM dan tidak tersedia ruang rapat di Instansi

Pemerintah lainnya di wilayah tersebut. Dibuktikan dengan

surat pernyataan keterbatasan sarana dan prasarana untuk

penyelenggaraan rapat di kantor BPOM/Balai Besar/Balai

Page 83: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 75

POM maupun milik instansi pemerintah lain dari Kepala

Satker/Unit Kerja Mandiri atau penanggungjawab

kegiatan;

c. Lokasi tempat penyelenggaraan pertemuan sulit dijangkau

oleh peserta baik sarana transportasi maupun waktu

perjalanan.

d. Peserta yang berasal dari eselon I lainnya/masyarakat

berjumlah minimal 40 (empat puluh) peserta.

3. Persyaratan penyelenggaraan rapat diluar kantor:

a. Pelaksanaan rapat membutuhkan koordinasi dengan

unit/instansi lainnya sekurang-kurangnya dihadiri peserta

dari eselon I lainnya atau pemerintah daerah atau

masyarakat;

b. Tidak terdapat perjalanan dinas/meeting konsinering

keluar kantor untuk kegiatan yang seharusnya dapat

dilakukan di kantor;

c. Tidak terdapat pelaksanaan perjalanan dinas/meeting

konsinering yang dipecah-pecah apabila suatu kegiatan

dapat dilaksanakan secara sekaligus dengan sasaran

peserta, tempat tujuan dan kinerja yang dihasilkan sama;

d. Memastikan tidak terdapat pelaksanaan perjalanan

dinas/meeting konsinering yang tumpang tindih atau

rangkap;

e. Perjalanan dinas/meeting konsinering hanya dilaksanakan

oleh pelaksana SPD yang memang benar-benar diharapkan

memberikan kontribusi nyata dalam hasil yang akan

dicapai;

f. Mengutamakan pencapaian kinerja dengan pagu anggaran

yang telah tersedia;

g. Biaya penyelenggaraan maksimal sesuai SBM TA 2018.

4. Harus memiliki output/hasil yang jelas yang dibuktikan

dengan:

a. Term of Reference / Kerangka Acuan Kerja;

b. Untuk poin 2. b. Surat Pernyataan dari Kepala Satker/Unit

Kerja Mandiri atau penanggungjawab kegiatan untuk

Page 84: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 76

keterbatasan sarana dan prasarana ruang rapat kantor

Badan/Balai Besar/Balai POM maupun milik instansi

pemerintah lain;

c. Transkrip hasil rapat/rekaman;

d. Notulensi rapat dan/atau laporan;

e. Daftar hadir peserta rapat;

5. Perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan harus

disusun dan ditandatangani oleh penanggungjawab kegiatan

dan disampaikan kepada unit pengawas internal.

1.1.4 Merujuk PMK Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan

Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan

Pegawai Tidak Tetap disebutkan bahwa Perjalanan Dinas

Jabatan yang dilakukan melalui perikatan dengan penyedia jasa

meliputi Perjalanan Dinas Jabatan dalam rangka pelaksanaan

tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan; dan Perjalanan

Dinas Jabatan dalam rangka mengikuti rapat, seminar dan

sejenisnya diatur sebagai berikut :

Tatacara pengadaan penyedia jasa mengikuti Perpres yang

berlaku tentang Pengadaan Barang/Jasa;

Kontrak dengan penyedia jasa:

Untuk 1 paket kegiatan/kebutuhan periode tertentu;

Nilai Satuan Harga tidak melebihi tarif penginapan/hotel

resmi oleh penyedia jasa penginapan/hotel;

Nilai Satuan Harga tidak melebihi tarif tiket resmi yang

dikeluarkan perusahaan jasa transportasi dan SBM TA.

2018;

Pembayaran didasarkan atas prestasi kerja yang telah

diselesaikan sesuai kontrak.

1.1.5 Uang harian paket fullboard di luar kota; uang harian paket

fullboard, fullday/halfday di dalam kota diberikan sesuai SBM

TA 2018.

1.1.6 Uang harian penyelenggaraan paket meeting fullboard,

fullday/halfday tidak dapat diberikan di hari pelaksanaan

Pejabat/Pegawai tersebut ditugaskan sebagai narasumber.

Page 85: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 77

1.1.7 Uang saku rapat untuk penyelenggaraan rapat dalam kantor

diluar jam kerja tidak dapat diberikan kepada Pejabat/Pegawai

yang pada rapat tersebut ditugaskan sebagai

moderator/narasumber dan telah menerima honorarium

sebagai moderator/narasumber.

1.1.8 Khusus untuk kegiatan yang bersifat nasional, uang harian 1

(satu) hari sebelum dan atau sesudah waktu pelaksanaan

pertemuan dan biaya penginapan dapat diberikan kepada

peserta dengan mempertimbangkan:

Efisiensi Biaya

Jadwal pelaksanaan pertemuan, ketersediaan penerbangan/

waktu tempuh dari tempat kedudukan ke tempat pelaksanaan

pertemuan.

1.1.9 Pegawai yang telah mencatatkan kehadirannya pada saat

kedatangannya, kemudian ditugaskan untuk melakukan kegiatan

didalam Kab/Kota kurang dari 8 jam seperti:

pemeriksaan sarana;

rapat koordinasi lintas sektor;

kegiatan sejenisnya.

yang kepadanya diberikan transport lokal karena kedinasan dan

dapat diberikan uang makan PNS jika :

Pegawai ASN yang bersangkutan melakukan pencatatan

kedatangan dan kepulangan kerja dengan menggunakan

mesin pencatat kehadiran elektronik pada hari pelaksanaan

tugas kedinasan dan/atau melakukan perjalanan dinas; atau

Pegawai ASN yang tidak dapat melakukan pencatatan

kedatangan dengan menggunakan mesin pencatat kehadiran

elektronik karena melaksanakan tugas kedinasan pada saat

kedatangan jam kantor, maka Pegawai ASN tersebut harus :

Menyelesaikan tugas kedinasan dan/atau perjalanan dinas

terlebih dahulu kemudian segera kembali ke kantor untuk

mencatatkan kedatangan kerja dengan menggunakan

mesin pencatat kehadiran elektronik; dan

Melakukan pencatatan kepulangan kerja dengan

menggunakan mesin pencatat kehadiran elektronik;

Page 86: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 78

Pegawai ASN yang melaksanakan tugas kedinasan dan/atau

perjalanan dinas menjelang kepulangan jam kerja, maka

Pegawai ASN tersebut harus :

Melakukan pencatatan kedatangan kerja dengan

menggunakan mesin pencatat kehadiran elektronik sesuai

jam kerja; dan

Melakukan pencatatan kepulangan dengan menggunakan

mesin pencatat kehadiran elektronik pada saat akan

melaksanakan tugas kedinasan dan/atau perjalanan dinas.

Pegawai ASN yang melaksanakan tugas kedinasan dan/atau

perjalanan dinas sebagaimana dimaksud diatas, maka

Pegawai ASN tersebut harus menyampaikan :

Surat tugas/surat undangan atau disposisi; dan

Surat keterangan terlambat masuk kerja atau pulang

sebelum waktunya sesuai format dalam Lampiran VI

Peraturan Kepala BPOM Nomor 4 Tahun 2016 tentang

Ketentuan Teknis Pelaksanaan Pemberian Tunjangan

Kinerja Pegawai di Lingkungan BPOM.

1.1.10 Dalam rangka efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan

perjalanan dinas, satuan biaya transport perjalanan dinas dari

Jakarta ke Bandung dan Jakarta ke Serang (PP) adalah sebesar

Rp500.000,-

1.1.11 Untuk transport perjalanan dinas dari Soeta/Halim langsung

menuju Bandung dan Serang (PP) Rp500.000,-

1.1.12 Dalam rangka efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan

perjalanan dinas, satuan biaya transport perjalanan dinas dari

Jakarta ke Bekasi, Depok, Bogor, Cikarang dan Tangerang (PP)

adalah sebesar Rp300.000,-

1.1.13 Untuk transport perjalanan dinas dari bandara Soeta/Halim

langsung menuju Bandung dan Serang (PP) Rp300.000,-

1.1.14 Transport perjalanan dinas dari Jakarta ke Kepulauan Seribu

bersifat at cost.

1.1.15 Transport perjalanan dinas antar kepulauan/kabupaten/kota

yang tidak diatur di dalam SBM TA 2018 bersifat at cost.

Page 87: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 79

1.1.16 Bagi perjalanan dinas yang menyewa kendaraan dari pihak

ketiga:

Untuk kegiatan yang bersifat rutin/operasional kantor/

lapangan, dapat menggunakan sewa kendaraan per bulan

sesuai SBM TA 2018, apabila tidak terdapat anggaran sewa,

maka petugas dapat memperoleh uang transpor;

Untuk kegiatan yang bersifat insidentil (tidak bersifat terus

menerus), sewa kendaraan dapat dilakukan dengan

memperhatikan :

a) Menggunakan akun belanja sewa dengan dana yang

tersedia dalam POK atau DIPA Satker dengan

memperhatikan PMK Nomor 49/PMK.02/2017 tentang

SBM TA 2018;

b) Sewa kendaraan sudah termasuk bahan bakar dan

pengemudi;

c) Petugas dapat memperoleh biaya uang transport dari

tempat kedudukan ke tempat tujuan PP dan atau transport

lokal dalam kota dengan memperhatikan prinsip efisiensi,

efektifitas dan akuntabel.

1.1.17 Untuk perjalanan dinas dalam kota lebih dari 8 Jam dalam

rangka pemeriksaan sarana, penegakan hukum dan penyelesaian

kasus khusus di dalam kota dapat diberikan:

Uang transport dalam kota sebesar satuan biaya transport

kegiatan dalam kab/kota yaitu Rp150.000,-

Uang Harian dengan nominal sesuai SBM TA. 2018

Formulir bukti kehadiran pelaksanaan perjalanan dinas

jabatan dalam kota lebih dari 8 (delapan) jam (khusus untuk

kegiatan Pemeriksaan Sarana) (Lampiran6 : Formulir Bukti

Kehadiran )

1.2. Perjalanan Dinas Pindah

1.2.1 Perjalanan dinas pindah merupakan perjalanan dinas dari

tempat kedudukan yang lama ke tempat kedudukan yang baru

berdasarkan surat keputusan pindah, diatur dalam PMK Nomor

113/PMK.05/2012.

Page 88: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 80

1.2.2 Perjalanan Dinas Pindah dilaksanakan oleh Pelaksana SPD

beserta keluarga yang sah dan dilakukan berdasarkan Surat

Keputusan Pindah yang diterbitkan oleh Pejabat yang

berwenang;

1.2.3 Perjalanan Dinas Pindah antara lain dilakukan dalam rangka :

Pindah tugas dari tempat kedudukan yang lama ke tempat

tujuan pindah;

Pemulangan Pejabat Negara/Pegawai negeri yang

diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun atau

mendapat uang tunggu dari tempat kedudukan ke tempat

tujuan menetap;

pemulangan keluarga yang sah dari Pejabat Negara/ Pegawai

Negeri yang meninggal dunia dari tempat tugas terakhir ke

Tempat Tujuan menetap;

pemulangan Pegawai Tidak Tetap yang diberhentikan karena

telah berakhir masa kerjanya dari Tempat Kedudukan ke

tempat tujuan menetap, sepanjang diatur dalam perjanjian

kerja;

pemulangan keluarga yang sah dari Pegawai Tidak Tetap yang

meninggal dunia dari tempat tugas yang terakhir ke tempat

tujuan menetap, sepanjang diatur dalam perjanjian kerja; atau

pengembalian Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang

mendapat uang tunggu dari Tempat Kedudukan ke Tempat

Tujuan yang ditentukan untuk dipekerjakan kembali.

1.2.4 Biaya Perjalanan Dinas Pindah terdiri atas komponen biaya

transpor pegawai; biaya transpor keluarga; biaya pengepakan

dan angkutan barang; dan/atau uang harian;

1.2.5 Penggolongan tingkat Biaya Perjalanan Dinas Pindah

digolongkan dalam 3 (tiga) tingkat yaitu Tingkat A, B dan C.

1.2.6 Uang harian Perjalanan Dinas Pindah diberikan untuk pegawai

bersangkutan dan masing-masing anggota keluarga yang sah

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. selama 3 (tiga) hari setelah tiba di tempat tujuan

pindah/menetap yang baru;

Page 89: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 81

b. paling lama 2 (dua) hari untuk tiap kali menunggu sambungan

(transit) dalam hal perjalanan tidak dapat dilakukan

langsung;

c. sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang

bersangkutan jatuh sakit dalam Perjalanan Dinas Pindah, satu

dan lain hal menurut keputusan KPA; atau

d. sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang sedang

menjalankan Perjalanan Dinas Pindah mendapat perintah dari

pejabat yang menerbitkan Surat Tugas untuk melakukan

tugas lain guna kepentingan negara

1.2.7 Biaya Perjalanan Dinas Pindah dibebankan pada DIPA yang

menerbitkan surat keputusan pindah/ mutasi.

2. Perjalanan Dinas Luar Negeri (PDLN)

Agar perjalanan dinas luar negeri dapat dilaksanakan secara lebih tertib,

efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab, maka Pelaksanaan

Perjalanan Dinas Luar Negeri diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 227/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 164/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Perjalanan Dinas Luar Negeri.

Perjalanan Dinas Luar Negeri adalah perjalanan yang dilakukan ke luar

dan/atau masuk ke wilayah Republik Indonesia, termasuk perjalanan di

luar wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan dinas/negara.

Untuk kegiatan perjalanan/kunjungan ke negara yang tidak memiliki

hubungan diplomatik seperti Taiwan, sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan

Hubungan Indonesia dengan Taiwan yaitu: Kecuali dengan seijin Presiden

RI, para Menteri hendaknya tidak melakukan perjalanan ke Taiwan.

Kunjungan tingkat eselon I ke bawah hendaknya dengan seijin Menteri yang

bersangkutan. Pada kunjungan tersebut agar diperhatikan ketentuan-

ketentuan sebagai berikut: 1) dijaga sifat kunjungan tidak resmi, 2)

menghindari adanya publisitas, 3) tidak mengeluarkan pernyataan yang

dapat ditafsir sebagai menyalahi isi dan jiwa MoU, 4) tidak menandatangani

sesuatu dokumen yang merujuk pada adanya sebutan “Republic of China”,

“Government” ataupun “Minister/Ministry” of the Republic of China”.

Page 90: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 82

Perjalanan Dinas dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip

sebagai berikut:

1. Selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi dan prioritas

yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan;

2. Ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian kinerja

Kementerian Negara/Lembaga;

3. Efisiensi dan Efektivitas penggunaan belanja negara; dan

4. Transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan Perjalanan Dinas khususnya

dalam pemberian perintah dan pembebanan biaya Perjalanan Dinas.

Pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan dilakukan sesuai dengan target

kinerja BPOM dan dilakukan untuk keperluan sebagai berikut:

1. Melaksanakan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan;

2. Mengikuti tugas belajar di luar negeri;

3. Mengikuti kegiatan magang di luar negeri;

4. Mengikuti konferensi/sidang internasional, seminar, lokakarya, studi

banding dan kegiatan-kegiatan yang sejenis;

5. Mengikuti dan/atau melaksanakan pameran dan promosi; atau

6. Mengikuti training, pendidikan dan pelatihan, kursus singkat (short

course), penelitian atau kegiatan sejenis.

Berdasarkan Surat Tugas, Surat Persetujuan, paspor, dan Exit Permit atau

Izin Berangkat Ke Luar Negeri, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

menerbitkan Surat Perjalanan Dinas (SPD). Format Surat Tugas dan SPD

sesuai dengan lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor

227/PMK.05/2016.

Biaya Perjalanan Dinas Jabatan terdiri atas komponen-komponen sbb:

1. Biaya transportasi termasuk biaya transportasi ke bandara, airport tax,

retribusi yang dipungut di bandar udara keberangkatan/kepulangan,

biaya aplikasi visa, biaya lainnya yangn dipersyaratkan di negara

penerima

2. Uang harian (biaya penginapan, uang makan, uang saku dan transportasi

lokal)

3. Uang representasi (sesuai ketentuan paraturan perundang-undangan)

4. Biaya asuransi perjalanan

Uang harian perjalanan dinas luar negeri diberikan juga untuk waktu dalam

perjalanan, dengan besaran paling tinggi sebesar 40% (empat puluh

Page 91: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 83

persen) dari tarif uang harian. Waktu perjalanan yang diperlukan untuk

pelaksanaan tugas pergi – pulang (PP) meliputi :

a. waktu yang digunakan oleh Moda Transportasi

b. waktu transit (apabila diperlukan transit); dan/atau

c. waktu tempuh dari bandara/stasiun/pelabuhan/terminal bus ke tempat

tujuan di luar negeri atau tempat tujuan di dalam negeri dan kembali ke

tempat bertolak di dalam negeri atau tempat kedudukan di luar negeri

Waktu perjalanan dimaksud adalah total waktu/jam lama perjalanan yang

diperlukan untuk pelaksanaan tugas pergi – pulang (PP) yang merupakan 1

(satu) rangkaian perjalanan, dengan ketentuan sebagai berikut:

lama perjalanan 1 (satu) sampai dengan 24 (dua puluh empat) jam, maka

akan mendapatkan uang harian sebesar 40% x 1 hari;

lama perjalanan 25 (duapuluh lima) sampai dengan 48 (empat puluh

delapan) jam, maka akan mendapatkan uang harian sebesar 40% x 2

hari;

lama perjalanan 49 (empat puluh Sembilan) sampai dengan 72 (tujuh

puluh dua jam), maka akan mendapatkan uang harian sebesar 40% x 3

hari

Uang Harian 100 % dapat diberikan dalam hal :

a. Diperlukan penginapan pada waktu transit yang tidak ditanggung oleh

penyedia moda transportasi; dan/atau

b. Diperlukan penginapan setibanya di tempat tujuan di luar negeri 1 (satu)

hari sebelum hari penyelenggaraan

Sepanjang anggaran tersedia dalam DIPA Satker dan tidak mempengaruhi

pencapaian target output.

Uang Harian paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari tarif

diberikandalam hal biaya akomodasi Perjalanan Dinas Jabatan dalam

rangka mengikuti konferensi/sidang internasional, seminar, lokakarya,

studi banding, dan kegiatan-kegiatan yang sejenis; mengikuti dan/atau

melaksanakan pameran dan promosi; mengikuti training, diklat, kursus

singkat (short course) atau kegiatan sejenis disediakan oleh pengundang.

Dalam hal pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan melebihi jumlah hari yang

ditetapkan dalam SPD, dapat diberikan tambahan uang harian, apabila

terdapat:

Page 92: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 84

Hambatan transportasi, uang harian dibayarkan 30% (tiga puluh

persen) apabila biaya penginapan dan/atau makan ditanggung oleh

penyedia Moda Transportasi; atau dibayarkan 100% (seratus persen)

dalam hal biaya penginapan dan makan tidak ditanggung oleh penyedia

Moda Transportasi

Kebijakan pimpinan yang mengakibatkan tertundanya/gagalnya

kepulangan dari tempat tujuan Perjalanan Dinas Jabatan; atau Keadaan

kahar yang terjadi di luar negeri, uang harian dibayarkan 100% (seratus

persen).

Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas dapat dilakukan melalui mekanisme

uang persediaan dilakukan dengan memberikan uang muka kepada Pejabat

Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain yang

melaksanakan perjalanan dinas oleh Bendahara Pengeluaran dari uang

persediaan/tambahan uang persediaan yang dikelolanya. Pemberian uang

muka didasarkan pada permintaan dari Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat

Pembuat Komitmen kepada Bendahara Pengeluaran dengan melampirkan

dokumen sbb:

a. Surat tugas

b. Surat Persetujuan Pemerintah

c. Fotokopi paspor yang masih berlaku dan fotokopi Exit Permit atau izin

berangkat ke Luar Negeri

d. SPD

e. Kwitansi Perjalanan Dinas; dan

f. Rincian biaya Perjalanan Dinas

Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dapat dilakukan dengan mekanisme

pembayaran langsung melalui rekening Bendahara Pengeluaran atau

Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain dengan

ketentuan sbb:

a. Biaya Perjalanan Dinas telah dipastikan jumlahnya sebelum Perjalanan

Dinas dilaksanakan dengan ketentuan

Apabila biaya Perjalanan Dinas yang dibayarkan kepada Pejabat

Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain melebihi

biaya Perjalanan Dinas yang dikeluarkan, maka kelebihan tersebut

harus disetor ke Kas Negara; atau

Page 93: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 85

Apabila biaya Perjalanan Dinas yang dibayarkan kepada Pejabat

Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain kurang dari

biaya Perjalanan Dinas yang dikeluarkan, dapat dimintakan

kekurangannya dan dilakukan melalui mekanisme UP dan LS.

b. Perjalanan Dinas telah dilakukan sebelum biaya Perjalanan Dinas

dibayarkan.

Dokumen pertanggungjawaban biaya Perjalanan Dinas Jabatan terdiri dari:

a. Surat tugas dari pejabat yang berwenang

b. Surat persetujuan Pemerintah yang diterbitkan oleh Presiden atau

pejabat yang ditunjuk, sebagai izin prinsip Perjalanan Dinas ke luar

negeri

c. Surat Perjalanan Dinas yang ditandatangani oleh pejabat yang

berwenang di tempat tujuan di luar negeri atau di dalam negeri; dalam

hal di kota tempat diselenggarakannya kegiatan tidak ada perwakilan

Pemerintah RI, maka SPD ditandatangani oleh Petugas/Panitia

penyelenggara dari instansi/kegiatan yang dikunjungi atau pihak hotel

tempat menginap.

d. Fotokopi halaman paspor yang dibubuhi cap/tanda

keberangkatan/kedatangan oleh:

Pihak yang berwenang di negara tempat kedudukan/bertolak dan

negara tempat tujuan Perjalanan Dinas; atau

Pihak yang berwenang di negara tempat kedudukan/bertolak dan

salah satu negara tempat tujuan Perjalanan Dinas yang

memberlakukan ketentuan tentang exit/permit pada suatu kawasan

tertentu;

e. Bukti penerimaan uang harian sesuai jumlah hari yang digunakan untuk

melaksanakan perjalanan dinas;

f. Bukti pengeluaran yang sah untuk biaya transportasi, terdiri dari: bukti

pembelian tiket transportasi dan/atau bukti pembayaran moda

transportasi lainnya, boarding pass, airport tax, pembuatan visa,

retribusi, asuransi;

g. Daftar pengeluaran riil, dalam hal bukti pengeluaran untuk keperluan

transportasi tidak diperoleh.

Page 94: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 86

PPK berwenang untuk menilai kesesuaian dan kewajaran atas biaya -biaya

yang tercantum dalam bukti-bukti pengeluaran dan Daftar Pengeluaran Riil.

Hal-hal yang belum diatur disini mengacu pada ketentuan yang berlaku.

C. PESERTA TUGAS BELAJAR

Sesuai dengan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.04.1.243.08.16.3071 Tahun

2016 tentang Pedoman Pemberian Tugas Belajar dan Izin Belajar Pegawai Aparatur

Sipil di Lingkungan BPOM, setiap peserta tugas belajar diberikan bantuan

pembiayaan dalam rangka pelaksanaan pendidikan dengan ketentuan sebagai

berikut:

1. Gaji dan tunjangan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-

undangan

2. Bantuan biaya pendidikan yang dibayarkan ke Perguruan Tinggi secara at

cost

3. Biaya akomodasi perjalanan dinas pergi pulang ke dan dari tempat tugas

belajar pada saat kedatangan dan kepulangan dengan jumlah hari dibayarkan

maksimal 2 (dua) hari

4. Bantuan biaya hidup dan operasional, bantuan biaya buku dengan ketentuan

sebagai berikut:

a. Tugas belajar program Doktor (S3) :

1) Bantuan biaya hidup dan operasional diberikan dengan besaran

Rp1.776.650,- (Satu juta tujuh ratus tujuh puluh enam ribu enam ratus

lima puluh rupiah) tiap bulan.

2) Bantuan biaya buku diberikan sebesar Rp198.300,- (Seratus sembilan

puluh delapan ribu tiga ratus rupiah) tiap bulan.

b. Tugas belajar program Magister (S2) :

1) Bantuan biaya hidup dan operasional diberikan dengan besaran

Rp1.724.150,- (Satu juta tujuh ratus dua puluh empat ribu seratus

lima puluh rupiah) tiap bulan.

2) Bantuan biaya buku diberikan dengan besaran Rp176.650,- (Seratus

tujuh puluh enam ribu enam ratus lima puluh rupiah) tiap bulan.

c. Tugas belajar program Sarjana (S1):

1) Bantuan biaya hidup dan operasional diberikan dengan besaran

Rp1.417.500,- (Satu juta empat ratus tujuh belas ribu lima ratus

rupiah) tiap bulan.

Page 95: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 87

2) Bantuan biaya buku diberikan sebesar Rp154.150,- (Seratus lima

puluh empat ribu seratus lima puluh rupiah) tiap bulan.

d. Tugas belajar program Diploma III (DIII)

1) Bantuan biaya hidup dan operasional diberikan dengan besaran

Rp1.339.150,- (Satu juta tiga ratus tiga puluh sembilan ribu seratus

lima puluh rupiah) tiap bulan.

2) Bantuan biaya hidup diberikan dengan besaran Rp132.500,- (Seratus

tiga puluh dua ribu lima ratus rupiah) tiap bulan.

Bantuan biaya hidup dan operasional, bantuan biaya buku tersebut diberikan

setiap 1 (satu) semester sekali dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Peserta tugas belajar telah menyampaikan laporan perkembangan studi

semester sebelumnya kepada Pimpinan Unit Kerja dan kepala Biro Umum

kecuali bagi peserta tugas belajar semester I (pertama).

b. Menyampaikan kuitansi bantuan biaya tugas belajar, surat persetujuan

bantuan biaya tugas belajar dan daftar pengeluaran riil.

c. Menyampaikan fotokopi rekening peserta tugas (nomor rekening yang

sama yang digunakan untuk pembayaran gaji pegawai)

d. Menyampaikan Fotokopi NPWP peserta tugas belajar

e. Menyampaikan biodata singkat peserta tugas belajar yang berisi nama

lengkap, program studi, universitas, unit kerja, nomor HP dan alamat

email yang masih aktif.

5. Bantuan biaya riset 1 (satu) kali selama melaksanakan tugas belajar yang

diberikan secara at cost dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Batasan maksimal bantuan riset yang dibayarkan sebagai berikut:

1) Bantuan Biaya Riset Diploma III (D3) Rp8.000.000,-

2) Bantuan biaya riset Sarjana (S1) dan Profesi Rp25.000.000,-

3) Bantuan biaya riset untuk Program Magister (S2) Rp50.000.000,-

4) Bantuan biaya riset Program Doktor (S3) Rp75.000.000,-

b. Bantuan biaya riset sudah termasuk tetapi tidak terbatas pada:

1) Pembelian Alat Tulis Kantor (ATK) dalam rangka riset maksimal

Rp.500.000,-/riset

2) Biaya penggandaan dan penjilidan maksimal Rp.4.000.000,-.

3) Biaya publikasi riset dalam jurnal ilmiah

4) Biaya pengolah datariset, maksimal Rp.1.540.000,-/riset

5) Petugas survey, maksimal Rp.8.000,- /orang/responden

Page 96: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 88

6) Souvenir untuk responden, maksimal Rp.10.000,- / responden

7) Pembantu lapangan maksimal Rp.80.000,-/hari

c. Bantuan biaya riset tidak termasuk transport lokal di dalam kota dalam

rangka pelaksanaan riset

d. Dalam hal pelaksanan riset, peserta tugas belajar membutuhkan biaya

transportasi keluar kota, dapat diberikan dengan ketentuan:

1) Perjalanan dinas dilakukan di dalam negeri dan memenuhi kriteria:

a Sesuai kebutuhan dan mendukung peningkatan kinerja BPOM

b Mendukung efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program/

pengawasan obat dan makanan

c Mendukung inovasi bidang pengawasan obat dan makanan

d Mampu melakukan analisis dampak dari kebijakan pengawasan

obat dan makanan

2) Biaya perjalanan dinas dipertanggungjawabkan secara at cost dengan

komponen yang dapat dipertanggungjawabkan hanya biaya

penginapan dan biaya transportasi (tidak termasuk uang harian

perjalanan dinas).

3) Perjalanan dinas dalam rangka riset diusulkan dalam proposal dan

RAB riset, dan hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan

tertulis dari Kepala Biro Umum dan/atau Tim Pengelola Tugas Belajar

BPOM.

4) Kepala Biro Umumdan/atau Tim Pengelola Tugas Belajar BPOM dapat

menolak usulan biaya perjalanan dinas dalam rangka riset apabila

berdasarkan evaluasi, tidak sesuai dengan criteria dan/atau

persyaratan yang telah ditetapkan.

5) Besaran anggaran biaya penginapan dan biaya transportasi wajib

mempertimbangkan ketentuan yang telah diatur dalam PMK Nomor

113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi

Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap dan SBM

Tahun 2018.

e. Pada saat mengajukan permohonan bantuan biaya riset, peserta tugas

belajar wajib melengkapi kelengkapan administrasi sebagai berikut :

1) Proposal riset yang telah disetujui oleh Pimpinan Unit Kerja dan dosen

pembimbing.

Page 97: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 89

2) Rencana Anggaran Belanja (RAB) riset yang telah disetujui oleh

Pimpinan Unit Kerja dan dosen pembimbing.

3) Surat persetujuan pembayaran bantuan riset.

4) Kuitansi pembayaran bantuan biaya riset.

5) Surat pernyataan tanggung jawab mutlak peserta tugas belajar.

6) Fotokopi rekening bank mandiri dari peserta tugas belajar (nomor

rekening yang sama yang digunakan untuk pembayaran gaji pegawai)

7) Fotokopi NPWP peserta tugas belajar.

f. Pada akhir riset, peserta tugas belajar wajib menyerahkan laporan

pelaksanan riset dan seluruh bukti pengeluaran (kuitansi atau bukti lain)

asli kepada Kepala Biro Umum. Apabila terdapat sisa anggaran bantuan

biaya riset, wajib dikembalikan ke kas negara sesuai ketentuan dalam

peraturan perundang-undangan.

g. Peserta tugas belajar bertanggungjawab penuh terhadap penggunaan

bantuan biaya riset dan bersedia menerima sanksi apabila ditemukan

penggunaan anggaran yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam

peraturan perundang-undangan.

Peserta tugas belajar dilarang melaksanakan perjalanan dinas, mendapatkan

uang makan dan menerima honor / bantuan lain yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan Belanja Negara/ Anggaran Pendapatan Belanja Daerah selain

ketentuan dalam nomor 1 s.d 5 tersebut diatas.

D. HONORARIUM

Dalam rangka penerapan kebijakan single remuneration system, keikutsertaan

pejabat negara/pegawai negeri dalam tim pelaksana kegiatan/tim sekretariat tidak

dibatasi namun pemberian honorariumnya diatur dengan ketentuan:

1. Pejabat negara/eselon I/II setiap bulannya hanya diperkenankan menerima

honorarium tim yang bersumber dari DIPA kementerian negara/lembaga

yang bersangkutan paling banyak untuk 3 (tiga) tim pelaksana kegiatan.

2. Pejabat Eselon III setiap bulannya hanya diperkenankan menerima

honorarium tim yang bersumber dari DIPA kementerian negara/lembaga

yang bersangkutan paling banyak untuk 4 (empat) tim pelaksana kegiatan.

3. Pejabat Eselon IV, pelaksana dan pejabat fungsional setiap bulannya hanya

diperkenankan menerima honorarium tim yang bersumber dari DIPA

Page 98: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 90

kementerian negara/lembaga yang bersangkutan paling banyak untuk 6

(enam) tim pelaksana kegiatan.

4. Peserta Tugas Belajar yang dibebaskan dari jabatannya tidak berhak

mendapatkan honorarium kegiatan.

Berdasarkan PMK Nomor 49/PMK.02/2017 tentang SBM TA 2018 disebutkan

bahwa Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan dapat diberikan kepada Pegawai Negeri

atau Non Pegawai Negeri yang diberi Tugas untuk Melaksanakan Kegiatan

berdasarkan Surat Keputusan Presiden/Menteri/Pejabat Setingkat Menteri/Pejabat

Eselon I/KPA. Terhadap Tim Pelaksana Kegiatan yang dibentuk berdasarkan

ketetapan Gubernur dalam kedudukannya sebagai wakil Pemerintah Pusat di

daerah dan sumber pendanaannya berasal dari APBN, maka besaran honorarium

yang diberikan dalam pelaksanaannya disetarakan dengan honorarium Tim

Pelaksana Kegiatan yang ditetapkan oleh Menteri/Pejabat Setingkat Menteri.

Ketentuan pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan adalah sebagai berikut :

a) mempunyai keluaran jelas dan terukur;

b) bersifat koordinatif yang mengharuskan untuk mengikutsertakan eselon I

lainnya;

c) bersifat temporer, pelaksanaannya perlu diprioritaskan;

d) merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu bagi Pejabat

Negara/Pegawai Negeri disamping tugas pokoknya sehari-hari; dan

e) dilakukan secara selektif, efisien dan efektif.t penguga dibatasi?

Terkait ketentuan honor tenaga penguji dan penunjang yang berlaku di

lingkungan BPOM dengan menggunakan anggaran bersumber dari PNBP, maka

diatur sebagai berikut:

1. Honor tenaga penguji diberikan kepada seluruh pegawai di bidang

pengujian.

2. Honor tenaga penunjang diberikan kepada pegawai yang terkait dalam

pengujian (manajer administrasi sampel, deputi manajer administrasi,

penerima sampel, petugas gudang reagensia dan petugas gudang retain

sampel).

Page 99: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 91

BAB VII

KETENTUAN KHUSUS PENGADAAN BARANG/JASA

A. PENGADAAN BARANG DAN JASA

1. Pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan sesuai Peraturan Presiden

Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Perpres Nomor 54

Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Petunjuk

Teknis Perpres Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas

Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah. Khusus Balai Besar POM di Jayapura dan Balai POM di

Manokwari mengikuti Perpres 84 tahun 2012 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah dalam rangka Percepatan Pembangunan Provinsi

Papua dan Provinsi Papua Barat.

2. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di tiap Satker Lingkungan

BPOM dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan dan ULP.

3. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di Satker Balai Besar/Balai POM

dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan dan ULP.

4. Penetapan Pejabat Pengadaan di masing-masing Satker ditetapkan oleh

KPA Satker.

5. Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki sertifikat keahlian

pengadaan Barang dan Jasa, ditunjuk dan ditetapkan oleh KPA untuk

melaksanakan Pengadaan Barang dan Jasa di masing-masing Satker di

lingkungan BPOM, apabila beban kerja besar dapat ditunjuk lebih dari 1

(satu) orang Pejabat Pengadaan.

6. Pejabat Pengadaan diangkat untuk menetapkan penyedia Barang dan Jasa

untuk:

a) Pengadaan Langsung untuk paket pengadaan barang/pekerjaan jasa

konstruksi/jasa lainnya yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,- dan

atau;

b) Pengadaan Langsung untuk paket pengadaan jasa konsultansi yang

bernilai paling tinggi Rp50.000.000,- harus dilengkapi dengan data

dukung berupa proses penyusunan KAK dan HPS serta negosiasi harga.

c) Penunjukan Langsung untuk sewa penginapan/hotel/ruang rapat sampai

dengan Rp200.000.000,- yang tarifnya terbuka dan dapat diakses

masyarakat.

Page 100: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 92

d) E-purchasing terhadap barang /jasa yang sudah dimuat dalam sistem

katalog elektronik sesuai dengan kebutuhan

7. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan Barang dan Jasa adalah

Panitia/Pejabat yang ditetapkan oleh KPA di masing-masing unit kerja yang

bertugas melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang dan

jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak.

Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Barang dan Jasa menerima hasil

pekerjaan pengadaan Barang/Jasa dengan nilai HPS diatas Rp200.000.000.

Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Barang dan Jasa tidak merangkap sebagai

Pejabat Pengelola Keuangan dan/atau sebagai Pokja ULP.

8. Dalam hal pemeriksaan barang dan jasa memerlukan keahlian khusus,

dapat dibentuk tim/tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugas

panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan.

9. Dalam hal pengadaan jasa konsultansi, pemeriksaan hasil pekerjaan

dilakukan Panitia/Pejabat Penerima setelah berkoordinasi dengan

pengguna jasa konsultansi yang bersangkutan.

10. Berita Acara penerimaan hasil pekerjaan dianggap sah apabila

ditandatangani minimaloleh dua pertiga Panitia Penerima Hasil Pekerjaan

Barang dan Jasa termasuk Ketua dan/atau Sekretaris serta Penanggung

Jawab Kegiatan.

11. Pada pengadaan barang dan jasa, perhitungan Harga Perkiraan Sendiri

(HPS) harus dilakukan dengan cermat berdasarkan Peraturan Presiden

Nomor 4 Tahun 2015tentang Perubahan Keempat atas Perpres Nomor 54

Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Data-data hasil

survey harga dalam rangka penyusunan HPS harus diarsipkan dengan baik

sebagai dokumen.

12. Tanda bukti pertanggungjawaban pembelian produk obat dan makanan

terkait investigasi awal kasus pelanggaran Obat dan Makanan dan/atau

penyidikan perkara tindak pidana Obat dan Makanan termasuk pembelian

sampel secara online, MLM adalah sebagai berikut :

a) Di BPOM Pusat menggunakan tanda bukti yang ditandatangani oleh

Penanggung jawab kegiatan dan disetujui/diketahui oleh Kepala Bidang

di Lingkungan Pusat Penyidikan Obat dan Makanan;

Page 101: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 93

b) Di Balai Besar POM menggunakan tanda bukti yang ditandatangani oleh

Penanggung Jawab Kegiatan dan diketahui oleh Kepala Bidang

Pemeriksaan dan Penyidikan

c) Di Balai POM menggunakan tanda bukti yang ditandatangani oleh

Penanggung Jawab Kegiatan dan diketahui oleh Kepala Seksi

Pemdik/Kepala Seksi Pemdikserlik.

13. BerdasarkanUndang Undang Hukum Acara Pidana Pasal 56 Ayat (1), Balai

Besar/Balai POM dalam melaksanakan kegiatan penyidikan wajib

mengalokasikan anggaran untuk Jasa Penasehat Hukum untuk tersangka

yang ditetapkan oleh Penyidik BPOM.

14. Pada paket pekerjaan Barang/Jasa pada Belanja Mengikat (002) yang

merupakan kebutuhan sehari-hari perkantoran/bersifat continueseperti

Jasa Pengamanan Kantor, Jasa Cleaning Service, Langganan Jasa Provider

Internet dan sebagainya, pelaksanaan lelang dapat dilakukan pada tahun

sebelumnya untuk penetapan DIPA tahun berjalan. Apabila terdapat gagal

lelang/lelang ulang sampai memasuki tahun berjalan, maka paket pekerjaan

dapat menggunakan pengadaan langsung pada bulan berjalan, dengan

menggunakan harga tahun sebelumnya. Bersamaan hal tersebut,

pelaksanaan lelang tetap dilakukan sampai dengan penunjukan pemenang

lelang.

B. UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP)

Unit Layanan Pengadaan (ULP) BPOM RI adalah unit organisasi yang bertugas

melaksanakan pengadaan barang/jasa di lingkungan BPOM. ULP dibentuk

berdasarkan Peraturan Kepala BPOM No 45 tahun 2013. Pembentukan ULP

mengalami perubahan sebanyak 2 kali yaitu pada tahun 2015 melalui Peraturan

Kepala BPOM Nomor 3 tahun 2015 tentang Unit Layanan Pengadaan

Barang/Jasa di Lingkungan BPOM, dan pada tahun 2016 melalui Peraturan

Kepala BPOM Nomor 22 tahun 2015 tentang Unit Layanan Pengadaan

Barang/Jasa di Lingkungan BPOM. Perubahan yang dilakukan melalui peraturan

tersebut antara lain mengenai kewenangan pelaksanaan pengadaan oleh

anggota Kelompok kerja ULP (Pokja ULP).

Personil ULP adalah Kepala ULP, Sekretariat yang dipimpin oleh Sekretaris ULP

dan Kelompok Kerja ULP. Pada tahun 2014, tugas dan kewenangan, serta

kedudukan Pokja ULP di setiap Satker, ditetapkan melalui Surat Keputusan

Page 102: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 94

Kepala BPOM Nomor HK 04.1.23.01.14.0147 tahun 2014 tentang Penunjukan

Perangkat Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan BPOM. Pada

tahun 2015 telah dilakukan revisi tentang perangkat ULP melalui Surat

Keputusan Kepala BPOM Nomor HK 04.01.21.04.15.1823 tahun 2015 tentang

Penunjukan Perangkat Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan

BPOM. Dan pada tahun 2016 revisi dilakukan melalui Surat Keputusan Kepala

BPOM Nomor HK.04.01.23.16.0122 tahun 2016 tentang Penunjukan Perangkat

Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan BPOM. Revisi pada Surat

Keputusan tersebut antara lain mengenai pembagian beban kerja dan

kewenangan Pokja ULP.

Pokja ULP terbagi menjadi dua yaitu Pokja Pusat dan Pokja Satker. Sebagai

bagian dari penyelesaian pengadaan di Satker maka terdapat penetapan Pokja

Mandiri, yaitu Pokja Satker yang mengerjakan semua pengadaan di Satkernya

tanpa ada pelaksanaan pengadaan oleh Pokja Pusat. Penugasan/

penempatan/pemindahan Anggota Pokja ULP untuk setiap paket pengadaan

ditetapkan oleh Kepala ULP melalui Surat Perintah Melaksanakan Tugas (SPMT)

yang ditetapkan berdasarkan usulan dari Pokja ULP di setiap satker, dan

berdasarkan kompetensi atau rekam jejak personil ULP yang terdapat di Pokja

Pusat. Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua Pokja ULP dan setiap Anggota

Pokja ULP mempunyai kewenangan yang sama dalam pengambilan keputusan

yang ditetapkan berdasarkan suara terbanyak. Penetapan Penyedia Barang/Jasa

oleh Pokja ULP tidak bisa diganggu-gugat oleh Kepala ULP.

Sesuai Peraturan Kepala BPOM Nomor 22 tahun 2015, ULP melaksanakan

pengadaan barang/ jasa yang meliputi :

a. Pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai di atas

Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)

b. Pengadaan Jasa konsultansi di atas Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Dalam pelaksanaan tugas Perangkat ULP, kriteria pengadaan barang/jasa di

BPOM terbagi menjadi dua yaitu:

a. Kriteria pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh Pokja Pusat adalah:

1) Pekerjaan konstruksi, jasa konsultan pengawas, jasa konsulan perencana,

dan jasa konsultan manajemen kontruksi. Pengadaan tersebut tidak

hanya yang terkait dengan infrastruktur bangunan atau gedung, tetapi

termasuk dengan semua jenis pengadaan konstruksi, jasa konsultan

Page 103: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 95

pengawas, dan jasa konsultan perencana, misalnya konsultan perencana

untuk master plan Quality Manajemen System.

2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1)

Pekerjaan konstruksi, jasa konsultan pengawas, jasa konsulan perencana,

dan jasa konsultan manajemen kontruksi dapat dilakukan oleh Pokja

Satker Mandiri. Kriteria Pokja Satker Mandiri dinilai berdasarkan hasil

monitoring dan evaluasi PBJ tahun sebelumnya. Pokja Satker Mandiri

untuk tahun 2016 adalah Balai Besar POM di Semarang dan Yogyakarta.

3) PBJ dengan nilai pagu diatas Rp1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus

juta rupiah), kecuali pengadaan alat laboratorium, reagensia, dan media

mikrobiologi.

b. Kriteria pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh Pokja Satker

adalah:

1) PBJ dengan nilai pagu sampai dengan Rp1.500.000.000,- (satu milyar

lima ratus juta rupiah).

2) Pengadaan alat laboratorium, reagensia, dan media mikrobiologi.

Pokja ULP melaksanakan pengadaan melalui SPSE, atau secara non e-

procurement untuk pengadaan jasa lainnya yang bersifat khusus dengan metode

penunjukkan langsung. Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya

senilai kurang dari/sama dengan Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan

pengadaan konsultansi kurang dari/sama dengan Rp 50.000.000 (lima puluh

juta rupiah) dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan.

Berdasarkan Surat Edaran Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah nomor 3 tahun 2015 tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

melelaui e-Purchasing, maka pengadaan yang dilakukan secara e-Purchasing

melalui Katalog Elektronik dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan atau PPK atau

Pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Institusi.

Tujuan pembentukan ULP antara lain adalah menjamin pelaksanaan pengadaan

barang/jasa yang lebih terintegrasi atau terpadu. Dalam rangka mencapai

tujuan tersebut maka ULP telah menetapkan mekanisme pengadaan

barang/jasa yang dilaksanakan melalui ULP sebagai berikut:

1. KPA menetapkan Rencana Umum Pengadaan (RUP). Proses persiapan

pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilakukan setelah RUP ditetapkan oleh

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA).

Page 104: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 96

Admin SiRUP (Sistem informasi Rencana Umum Pengadaan) mengunggah

RUP melalui aplikasi SiRUP pada website http://sirup.lkpp.go.id. Jika

dilakukan revisi RUP oleh KPA maka revisi RUP kembali diunggah pada

aplikasi SiRUP oleh Admin SiRUP.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dapat mengundang Pokja ULP untuk

melakukan Kaji Ulang RUP pada Satker terkait melalui Kepala ULP. Hasil

kajian akan disampaikan kepada PA/KPA untuk dilakukan revisi dan

dilakukan penetapan RUP kembali oleh PA/KPA.

2. PPK bekerjasama dengan Tim Teknis PPK untuk membuat Rencana

Pelaksanaan Pengadaan (RPP). Selanjutnya PPK menyampaikan RPP

kepada Kepala ULP melalui surat elektronik [email protected]. RPP

dilengkapi dengan data dukung dan sekurang kurangnya berisi:

a. Surat pengantar RPP

b. Salinan POK

c. Kerangka Acuan Kerja (KAK)

d. Spesifikasi Teknis

e. Harga Perkiraan Sendiri (HPS)

f. Rancangan Kontrak

g. ID paket SiRUP

3. Pokja Satker memberikan usulan Anggota Pokja untuk setiap paket

pengadaan kepada Kepala ULP. Format dokumen RPP dan surat usulan

Anggota Pokja dapat diambil di Sekretariat ULP, dan disusun sesuai dengan

kebutuhan proses pengadaan.

4. Sekretariat melakukan pencatatan RPP yang diterima dan surat usulan

Anggota Pokja kedalam Tabel Status RPP. Tabel tersebut memberikan

informasi tentang seluruh tahapan pelaksanaan pengadaan, sehingga semua

pihak terkait dapat mengetahui tahapan yang sedang terjadi atas RPP yang

dikirimkan ke ULP.

5. Kepala ULP menetapkan Tim Pengkaji RPP melalui Memo Dinas

berdasarkan usulan dari Pokja Satker, serta dengan mempertimbangkan

beban kerja, kompetensi, serta rekam jejak anggota Pokja.

6. Sekretariat mengirimkan Memo Dinas Tim Pengkaji RPP bersama RPP yang

diterima dari PPK. Memo Dinas juga ditembuskan ke PPK sehingga PPK

dapat mengetahui seluruh anggota tim pengkaji RPP dan dapat memberikan

data atau informasi yang diperlukan dalam proses perkajian.

Page 105: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 97

7. Tim Pengkaji RPP melakukan kajian RPP. Terdapat dua tindak lanjut atas

hasil kajian yang akan diberikan oleh Tim Pengkaji RPP, yaitu sebagai

berikut:

a. Jika RPP tidak lengkap, atau terdapat masukan atau tanggapan atau

pertanyaan atas RPP yang dikaji, maka RPP belum layak untuk

dilanjutkan ke proses pelelangan dan hasil kajian RPP dinyatakan

kedalam Formulir Kajian RPP untuk diserahkan kepada PPK.

PPK dapat memperbaiki atau melakukan perubahan RPP berdasarkan

hasil kajian yang diberikan. Perubahan RPP oleh PPK diserahkan kembali

kepada Tim Pengkaji RPP untuk dilakukan kajian.

b. Jika RPP lengkap, atau tidak terdapat masukan atau tanggapan atau

pertanyaan atas RPP yang dikaji, maka RPP layak untuk dilanjutkan ke

proses pelelangan dan hasil kajian RPP dinyatakan kedalam Formulir

Kajian RPP untuk diserahkan kepada Kepala ULP.

8. Sekretariat melakukan pencatatan RPP terakhir yang telah layak untuk

dilelangkan, serta hasil kajian dari Tim Pengkaji RPP.

9. Kepala ULP menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Tugas (SPMT) untuk

penetapan Ketua dan Anggota Pokja ULP kedalam proses pelaksanaan

pelelangan sampai dengan penyelesaian pelelangan yang ditandai dengan

diterbitkannya Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) oleh Pokja ULP.

Sepanjang tahun 2016, terdapat beberapa pengadaan baru dari pelelangan

yang gagal dan membutuhkan perubahan RPP pada bagian Kerangka Acuan

Kerja, Spesifikasi Teknis, atau Harga Perkiraan Sendiri. Hal tersebut merupakan

dasar ditetapkannya mekanisme pengadaan setelah terjadi lelang/seleksi yang

gagal sebagai berikut:

1. Pokja memberikan Berita Acara Hasil Pelelangan (lelang/seleksi) yang

berisikan info kegagalan pelelangan kepada PPK.

2. PPK melakukan evaluasi kegagalan pelelangan dan melakukan perubahan

RPP pada bagian yang diperlukan, misalnya bagian KAK tentang masa

waktu pelaksanaan pekerjaan.

3. Pokja melakukan kajian atas perubahan RPP yang diberikan PPK.

4. Setelah pengkajian perubahan RPP selesai, maka Berita Acara Hasil

Pelelangan, Formulir Kajian RPP dan perubaan RPP yang layak dilelangkan

dikirimkan ke Sekretariat untuk proses pencatatan dan penerbitan SPMT.

Page 106: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 98

Dalam rangka penyesuaian dengan teknik penataan dan digitalisasi data ULP,

serta untuk memudahkan ketelusuran dokumen maka seluruh dokumen dan

surat yang disampaikan oleh Pokja kepada Kepala ULP, atau pun sebaliknya

wajib disampaikan melalui surat elektronik ULP di [email protected].

Kepala ULP membuat laporan pertanggungjawaban atas kegiatan pengadaan

barang/jasa kepada PA melalui Sestama. Ketua Pokja setiap paket pengadaan

membuat dan menyerahkan Berita Acara Hasil Pelelangan (lelang/Seleksi)/

Penunjukan Langsung dan Laporan Pengadaan kepada Kepala ULP. Mekanisme

Pengadaan Tahun 2018 sesuai Lampiran 7. Mekanisme Pengadaan.

C. LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE)

Percepatan pelaksanaan pembangunan yang menjadi tanggung jawab

Pemerintah perlu didukung oleh percepatan pelaksanaan belanja Negara, yang

dilaksanakan melalui Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Namun, dalam

pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah kadang kala ditemukan

kendala yang disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:perencanaan

Pengadaan Barang/Jasa yang kurang baik, pengesahan anggaran yang

terlambat, tidak segera dilaksanakannya pengumuman pelaksanaan pemilihan

penyedia, hingga belum meratanya kompetensi dari Pengelola Pengadaan.

Kendala dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah salah satunya

dapat diatasi dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam proses

pelaksanaannya. Pemanfaatan teknologi informasi selain bertujuan untuk

memperingan beban Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

jugabertujuan untuk tetap menjaga sisi akuntabilitas dalam pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Melalui penyempurnaan kembali terhadap Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun

2010 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4

Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54

Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, serta inovasi dalam

metode pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dimaksud, diharapkan

pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dapat mendorong

peningkatan belanja Pemerintah yang berdampak positif pada pembangunan

Negara dan peningkatan peran Usaha Kecil dan Menengah serta Koperasi

Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi menjadi unsur dalam reformasi

birokrasi Indonesia. Salah satu mekanisme yang dilakukan, yaitu melalui

Page 107: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 99

perbaikan sistem pengadaan barang/ jasa pemerintah yang lebih transparan,

efisien dan akuntabel. Hal ini tertuang dalam Peraturan Presiden No. 70 Tahun

2012 sebagai perubahan atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan Instruksi Presiden No. 17 Tahun 2011

tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012, yang

mewajibkan setiap K/L/D/I untuk melaksanakan seluruh/sebagian kegiatan

pengadaan barang/jasa secara elektronik melalui Layanan Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE).

Sebagai bukti nyata atas implementasi peraturan tersebut adalah dengan

diterapkannya e-Procurement melalui LPSE di BPOM dengan memanfaatkan

aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE). Penerapan e-Procurement

melalui aplikasi SPSE di BPOM mulai pada tahun 2011 sampai dengan

sekarang. Saat ini sudah seluruh di BPOM sudah melaksanakan proses

pengadaan baik secara e-tendering maupun e-purchasing.

Pengadaan dilakukan melalui mekanisme Sistem Pengadaan Barang/Jasa Secara

Elektronik (SPSE), untuk paket pengadaan Barang/Jasa yang pemilihan

penyedianya dilakukan dengan lelang/seleksi, wajib diproses melalui LPSE

BPOM. Pelaksanaan lelang/seleksi melalui LPSE mengacu pada Perka LKPP

Nomor 18 Tahun 2012 tentang e-tendering. Pengguna SPSE saat ini adalah PPK,

Pokja ULP BPOM dan Penyedia Jasa/Barang di seluruh Indonesia. Pendaftaran

user id dan password untuk penggunaan SPSE diajukan kepada LPSE BPOM.

LPSE dapat menonaktifkan user id dan password pengguna SPSE (Penyedia

Barang/Jasa) apabila ditemukan pelanggaran terhadap persyaratan dan

ketentuan yang berlaku, dan atas permintaan PA/KPA/PPK berkaitan dengan

blacklist.

Inovasi terhadap metode Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah diperlukandalam

pelaksanaan percepatan belanja Pemerintah, khususnya terhadap Barang/Jasa

yang secara luas dibutuhkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu, Pemerintah

merasa perlu untuk mengakselerasi pertumbuhan Katalog Elektronik baik dari

segi kuantitas maupun varian Barang/Jasa.

Sesuai dengan Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 Bab III Pasal 8, ayat (1)

Pengguna Anggaran (PA) memiliki tugas dan kewenangan menetapkan Rencana

Umum Pengadaan. Pengguna Anggaran (PA) memiliki tugas dan kewenangan

mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan. Pengumuman Rencana

Page 108: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 100

Umum Pengadaan di fasilitasi dengan aplikasi Sistem Informasi Rencana Umum

Pengadaan (SIRUP) dengan alamat url : http://sirup.lkpp.go.id/sirup.

Aplikasi SPSE dapat di akses melalui web browser dengan alamat url

http://lpse.pom.go.id sedangkan alamat email LPSE

[email protected]

Page 109: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 101

BAB VIII

PENUTUP

Petunjuk pelaksanaan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan agar semua

pengelola anggaran baik Kepala Kantor/Satker (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen,

Pejabat Penerbit SPM, para Bendahara maupun Pejabat/Staf terkait Pusat dan

Daerah mengetahuinya.

Dengan ditetapkannya Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2018 ini diharapkan

agar terdapat kesamaan persepsi dan kesatuan langkah Para Pengelola Anggaran

dalam melaksanakan anggaran Tahun 2018.

KEPALA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Dr. Ir. PENNY K. LUKITO, MCP

Page 110: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 102

DAFTAR LAMPIRAN

1. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA BPOM

PERIODE 2015-2019

2. STRUKTUR PENGELOLAAN ANGGARAN

3. MATRIKS USULAN REVISI PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK) TAHUN

2018

4. MATRIKS USULAN REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)

TAHUN 2018

5. FORMULIR BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN

DALAM KOTA SAMPAI DENGAN 8 (DELAPAN) JAM

6. FORMULIR BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN

DALAM KOTA LEBIH DARI 8 (DELAPAN) JAM

7. MEKANISME PENGADAAN

Page 111: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 103

DAFTAR PUSTAKA

1 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN

BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA

PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

3 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

4 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN

KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

5 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 181/PMK.06/2016 TENTANG

PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA

6 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 249/PMK.02/2011 TENTANG

PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA ATAS PELAKSANAAN RENCANA KERJA

DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

7 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 99/PMK.05/2017 TENTANG

ADMINISTRASI PENGELOLAAN HIBAH

8 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 190/PMK.05/2012 TENTANG

TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN APBN

9 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 113/PMK.05/2012 TENTANG

PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI

NEGERI DAN PEGAWAI TIDAK TETAP

10 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 271/PMK.05/2014 TENTANG

SISTEM AKUNTANSI HIBAH

11 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 182/PMK.05/2017 TENTANG

PENGELOLAAN REKENING MILIK SATUAN KERJA LINGKUP KEMENTERIAN

NEGARA/LEMBAGA

12 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 227/PMK.05/2016TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR

164/PMK.05/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS

LUAR NEGERI

13 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 49/PMK.02/2017TENTANG

STANDAR BIAYA MASUKAN TA 2018

14 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 94/PMK.02/2017TENTANG

PETUNJUK PENYUSUNAN RENCANA KERJADANANGGARANKEMENTERIAN

Page 112: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 104

NEGARA/LEMBAGA (RKAKL) DAN PENGESAHAN DAFTAR ISIAN

PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)

15 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.02/2018TENTANG TATA

CARA REVISI ANGGARAN TA 2018

16 PERATURAN DIRJEN PERBENDAHARAAN NOMOR PER-81/PB/2011 TENTANG

TATA CARA PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG BENTUK UANG DAN

PENYAMPAIAN MEMO PENCATATAN HIBAH LANGSUNG BENTUK

BARANG/JASA/SURAT BERHARGA

17 PERATURAN KEPALA LKPP NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG E-TENDERING .

Page 113: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

LAMPIRAN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

NOMOR HK.04.1.22.04.18.2191 TAHUN 2018

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TAHUN ANGGARAN 2018

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN

TAHUN ANGGARAN 2018

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

REPUBLIK INDONESIA

Page 114: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

1.     Persentase obat yang memenuhi syarat, dengan target 94% pada akhir 2019,

2.     Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat, dengan target 84% pada

akhir 2019,

3.     Persentase kosmetik yang memenuhi syarat, dengan target 93% pada akhir

2019,

4.     Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat, dengan target 83%

pada akhir 2019,

5.     Persentase makanan yang memenuhi syarat, dengan target 90,1% pada akhir

2019.

1.     Jumlah industri farmasi yang meningkat kemandiriannya, dengan target

kumulatif 58 industri farmasi sampai dengan akhir tahun 2019,

2.     Jumlah Industri Obat Tradisional (IOT) yang memiliki sertifikat CPOTB, dengan

target kumulatif 110 IOT pada tahun 2019,

3.     Jumlah industri kosmetika yang mandiri dalam pemenuhan ketentuan, dengan

target kumulatif 205 industri kosmetika pada tahun 2019,

4.     Persentase industri pangan olahan yang menerapkan program manajemen

risiko, dengan target kumulatif 11% industri pangan olahan pada tahun 2019,

5.     Peningkatan indeks kesadaran masyarakat dengan target meningkat pada

akhir 2019 dibandingkan baseline 2016, dan

6.     Jumlah kerjasama yang diimplementasikan, dengan target kumulatif pada

akhir 2019 sebanyak 20 kerjasama.

1.    Capaian pelaksanaan RB di BPOM, dengan target nilai 81 pada tahun 2019,

2.    Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK, dengan target WTP pada tahun 2019,

3.    Nilai SAKIP BPOM dari MenPAN, dengan target nilai 81 pada tahun 2019.

LAMPIRAN I

Meningkatkan

kapasitas

kelembagaan BPOM

Meningkatnya

kualitas kapasitas

kelembagaan BPOM

Obat dan

Makanan Aman

Meningkatkan

Kesehatan

Masyarakat dan

Daya Saing

Bangsa

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA BPOM PERIODE 2015-2019

Meningkatkan sistem

pengawasan Obat dan

Makanan berbasis

risiko untuk

melindungi

masyarakat;

Meningkatnya jaminan

produk Obat dan

Makanan Aman

Menguatnya Sistem

Pengawasan Obat dan

Makanan

Mendorong kapasitas

dan komitmen pelaku

usaha dalam

memberikan jaminan

keamanan Obat dan

Makanan serta

memperkuat

kemitraan dengan

pemangku

kepentingan;

Meningkatnya

kapasitas dan

komitmen pelaku

usaha, kemitraan

dengan pemangku

kepentingan, dan

partisipasi

masyarakat

Meningkatnya daya

saing Obat dan Makanan

di pasar lokal dan global

dengan menjamin mutu

dan mendukung inovasi.

Page 115: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PENGGUNA ANGGARAN (PA)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATKER

SEKRETARIAT UTAMA

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

BIRO KERJASAMA

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

BIRO UMUM DAN SDM

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN BIRO HUMAS DAN DSP

BENDAHARA PENGELUARAN

(BP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

PPSPM

Page 116: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PENGGUNA ANGGARAN (PA)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATKER

INSPEKTORAT UTAMA

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

INSPEKTORAT I

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

INSPEKTORAT II

BENDAHARA PENGELUARAN (BP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

PPSPM

Page 117: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PENGGUNA ANGGARAN (PA)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN

SATKER DEPUTI I

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

DIT. STANDARD. OBAT, NARKOTIKA

PSIKOTROPIKA PREKURSOR & ZAT

ADIKTIF

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

DIT. REGISTRASI OBAT

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. WAS. PRODUKSI OBAT, NARK, PSIKO, &

PREKURSOR

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

DIT. WAS DISTRIBUSI DAN

YAN. OBAT, NARK, PSIKO &

PREKURSOR

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

DIT. WAS. KEAMANAN,

MUTU & EKSPOR IMPOR OBAT, NARK, PSIKO,

PREKURSOR & ZAT ADIKTIF

BENDAHARA PENGELUARAN

(BP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

PPSPM

Page 118: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PENGGUNA ANGGARAN (PA)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATKER

DEPUTI II

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

DIT. STANDARD. OT, SUPLEMEN

KESEHATAN & KSOSMETIK

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

DIT. REGISTRASI OT, SUPLEMEN

KESEHATAN & KOSMETIK

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

DIT. WAS. OT & SUPLEMEN KESEHATAN

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

DIT. WAS. KOSMETIK

BENDAHARA PENGELUARAN (BP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

PPSPM

Page 119: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PENGGUNA ANGGARAN (PA)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN

SATKER DEPUTI III

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. STANDARD. PANGANOLAHAN

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. REGISTRASI PANGANOLAHAN

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. WAS. PANGAN

OLAHAN RISIKO RENDAH &

SEDANG

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. WAS. PANGAN

OLAHAN RISIKO TINGGI &

TEKNOLOGI BARU

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. PEMBERDAYAA

N MASY DAN PELAKU USAHA

BENDAHARA PENGELUARAN

(BP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

PPSPM

Page 120: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PENGGUNA ANGGARAN (PA)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATKER

DEPUTI IV

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

DIT. PENGAMANAN

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

DIT. INTELIJEN OBAT & MAKANAN

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

DIT. PENYIDIKAN OBAT & MAKANAN

BENDAHARA PENGELUARAN (BP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

PPSPM

Page 121: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PENGGUNA ANGGARAN

KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)

SATKER PUSAT DATA & INFORMASI

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

BENDAHARA PENGELUARAN(BP)

PPSPM

BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU

(BPP)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)

SATKER PUSAT PENGEMBANGAN SDM PENGAWASAN OBAT & MAKANAN

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

BENDAHARA PENGELUARAN(BP)

PPSPM

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)

SATKER PUSAT PENGEMBANGAN PENGUUIAN OBAT DAN MAKANAN

NASIONAL

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

BENDAHARA PENGELUARAN(BP)

PPSPM

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)

SATKER RISET DAN KAJIAN OBAT & MAKANAN

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

BENDAHARA PENGELUARAN(BP)

PPSPM

BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU (BPP)

Page 122: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

KODE SATKER :

NAMA SATKER :

PROGRAM :

KEGIATAN :

1 2 6 7 1 2 6 7 8

31XX.002 Uraian Output xxxxxxxxxx 31XX.002 Uraian Output xxxxxxxxx xxxxxxxxx

011 Komponen 1 xxxxxxxxxx 011 Komponen 1 xxxxxxxxx xxxxxxxxx

A Sub Komponen 1 xxxxxxxxxx A Sub Komponen 1 xxxxxxxxx xxxxxxxxx

521211 Belanja Bahan xxxxxxxxxx 521211 Belanja Bahan xxxxxxxxx xxxxxxxxx

(RM) ATK 1 PKT 1 xxx xxxxxxxxxx ATK 2 PKT 2 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx

Penggandaan 2 PKT 2 xxx xxxxxxxxxx Penggandaan 2 PKT 2 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx

ATK Komputer 1 PKT 1 xxx xxxxxxxxxx ATK Komputer 1 PKT 1 aaaa aaaaaaaaaa xxxx-aaaaa

Konsumsi 15 OR x 5 KL 75 xxx xxxxxxxxxx Konsumsi 15 OR x 5 KL 75 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx

522151 Belanja Jasa Profesi xxxxxxxxxx 522151 Belanja Jasa Profesi xxxxxxxxx xxxxxxxxx

Honor Narasumber Es I 1 OR x 2 2 xxx xxxxxxxxxx Honor Narasumber Es I 1 OR x 2 2 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx

Honor Narasumber 16 OR x 2 32 xxx xxxxxxxxxx Honor Narasumber 16 OR x 2 32 bbb bbbbbbbbb xxx-bbbbb

Honor moderator 8 OR x 2 16 xxx xxxxxxxxxx Honor moderator 8 OR x 2 16 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx

……………………………………………………..

NIP…………………………………………….

Lampiran 3

vol Harga Satuan JumlahUraian

MATRIKS USULAN REVISI PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK) TA 2018

SEMULA MENJADI

Output/

Komponen/ Sub

komponen/

akun/ Sumber

dana

Kuasa Pengguna Anggaran/Kepala Unit Kerja

Selisih

5 5

JAM JAM

JAM

Jumlah

Output/

Komponen/ Sub

komponen/ akun/

Sumber dana

Rincian Perhitungan

JAM

JAM JAM

UraianRincian Perhitungan vol Harga

Satuan

CONTOH

Page 123: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN

TAHUN ANGGARAN 2018

NOMOR : SP DIPA-063.01.1.1.432731/2018

Kementerian Negara/lembaga : (063) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Unit Organisasi : (01) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Provinsi : (01) DKI JAKARTA

Kode/Nama Satker : (432731) SEKRETARIAT UTAMA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Kewenangan : KP

PEGAWAI BARANG MODAL PEGAWAI BARANG MODAL

1 3 4 5 6 7 8 9 10

Lampiran 4

2

(SEMULA) DIPA REVISI KE-…… (BERUBAH MENJADI) DIPA REVISI KE-

MATRIKS USULAN REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN

KODE

URAIAN SATKER/PROGRAM

KEG/OUTPUT/SUMBER

DANA

BELANJA JUMLAH

SELURUH

BELANJA JUMLAH

SELURUH

CONTOH

Page 124: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

LAMPIRAN 5

Nama Jabatan Tanda Tangan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

(5) Diisi nama pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas.

(6) Diisi jabatan pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas.

(7) Diisi tanda tangan pejabat sebagaimana dimaksud pada angka (5) yang ditunjuk untuk menandatangani bukti kehadiran pelaksanaan perjalanan dinas.

Keterangan:

(1) Diisi nomor urut.

(2) Diisi nama Pelaksana SPD yang melakukan Perjalanan Dinas.

(3) Diisi hari pelaksanaan Perjalanan Dinas.

(4) Diisi tanggal pelaksanaan Perjalanan Dinas sesuai yang tercantum dalam Surat Tugas.

Untuk angka (3) dan (4), apabila penugasan lebih dari 1 (satu) hari, maka diisi per hari dan per tanggal pelaksanaan Perjalanan Dinas.

FORM BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN DALAM KOTA SAMPAI DENGAN 8 (DELAPAN) JAM

Pejabat/Petugas yang MengesahkanNo Pelaksana SPD Hari Tanggal

Page 125: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

LAMPIRAN 6

Nama Jabatan Tanda Tangan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

FORM BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN DALAM KOTA LEBIH DARI 8 (DELAPAN) JAM

No Pelaksana SPD Hari TanggalPejabat/Petugas yang Mengesahkan

(5) Diisi nama pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas.

(6) Diisi jabatan pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas.

(7) Diisi tanda tangan pejabat sebagaimana dimaksud pada angka (5) yang ditunjuk untuk menandatangani bukti kehadiran pelaksanaan perjalanan dinas.

Keterangan:

(1) Diisi nomor urut.

(2) Diisi nama Pelaksana SPD yang melakukan Perjalanan Dinas.

(3) Diisi hari pelaksanaan Perjalanan Dinas.

(4) Diisi tanggal pelaksanaan Perjalanan Dinas sesuai yang tercantum dalam Surat Tugas.

Untuk angka (3) dan (4), apabila penugasan lebih dari 1 (satu) hari, maka diisi per hari dan per tanggal pelaksanaan Perjalanan Dinas.

Page 126: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

*)6

RUP dilengkapi Kerangka Acuan Kerja yang ditandatangani oleh KPA

RUP diumumkan melalui Sistem informasi Rencana Umum Pengadaan

dengan bantuan Admin SiRUP *)1

*)4

*)3

*)5

*)2

*)8

*)7

REVISI KEENAM MEKANISME PENGADAAN ULP TAHUN 2018

Perubahan RUP

Setuju BAHP/BAHPL

PPK mengundang ULP dan Tim Teknis untuk melakukan kajian ulang RUP

Kajian RPP oleh Pokja Satker: a. Barang/Jasa Lainnya ≤Rp1,5M b. Alat Laboratorium c. Reagensia d. Media Mikrobiologi

Kajian RPP

oleh Pokja Satker

Pelelangan/ Penunjukan Langsung

Panitia Penerima

Rencana Pelaksanaan Pengadaan, sekurang-kurangnya berisi: 1. Surat pengantar RPP 2. Salinan POK 3. Kerangka Acuan Kerja 4. Spesifikasi Teknis 5. Harga Perkiraan Sendiri 6. Rancangan Kontrak 7. ID paket SiRUP

Pencatatan oleh Sekretariat ULP maksimal 1 hari

PA melalui Sestama

Berhasil

Gagal

Pokja Satker menyampaikan usulan nama Anggota Pokja per Paket Pengadaan yang dilaksanakan oleh Pokja Satker

Kuasa Pengguna Anggaran

Kajian RPP oleh Pokja Pusat: a. Barang/Jasa Lainnya >Rp1,5M b. Jasa konsultansi c. Konstruksi

Kajian RPP

oleh Pokja Pusat

RPP dibatalkan/direvisi

RPP diubah PPK

Pencatatan oleh Sekretariat ULP maksimal 1 hari

Kajian ulang RUP

Pokja Satker

PPK

PPK

PPK

Kepala ULP

Pelelangan Ulang Evaluasi Ulang

PPK

Diumumkan ulang/tidak ada penawaran

RUP sesuai KAK

RPP tidak lengkap

RPP lengkap

Pokja ULP

Kepala ULP

LPSE User Id SPSE

Pelaksanaan Pekerjaan

Kepala ULP

Tidak Setuju

Page 127: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Keterangan tentang Revisi Keenam Mekanisme Pengadaan ULP Tahun 2018: *)1 Kajian Ulang Rencana Umum Pengadaan dilakukan berdasar pada Peraturan Kepala

LKPP nomor 14 Tahun 2012 tentang Jukni Perpres No. 70/2012 - Jika RUP perlu dilakukan perubahan maka KPA melakukan perubahan RUP dan Admin

SiRUP melakukan perubahan pada SiRUP. - Jika RUP telah sesuai dengan KAK maka PPK dapat menetapkan Rencana

Pelaksanaan Pengadaan dan disampaikan kepada Kepala ULP.

*)2 Penetapan Tim Pengkaji RPP dilakukan berdasar pada Surat Keputusan Kepala BPOM nomor HK.04.1.24.01.17.0240 Tahun 2017 tentang Penunjukan Perangkat ULP di Lingkungan BPOM.

- Jika RPP memiliki nilai pagu sampai dengan Rp1.500.000.000,00, atau pengadaan merupakan Alat Laboratorium, atau Reagensia, atau Media Mikrobiologi maka kajian dilakukan oleh Tim Pengkaji dari Pokja Satker.

- Jika RPP memiliki nilai pagu diatas Rp1.500.000.000,00 (tetapi bukan pengadaan alat laboratorium, reagensia, dan media mikrobiologi), atau pengadaan termasuk kategori pengadaan Jasa Konsultansi, atau Pekerjaan Konstruksi, atau Manajemen Konstruksi maka kajian dilakukan oleh Tim Pengkaji dari Pokja Pusat.

*)3 Kajian RPP dilakukan untuk menghasilkan kesesuain komponen RPP dengan seluruh peraturan yang terkait proses pelelangan atau penunjukkan langsung secara khusus.

- Jika RPP tidak lengkap, atau terdapat masukan atau tanggapan atau pertanyaan atas RPP yang dikaji maka RPP belum layak untuk dilanjutkan ke proses pelelangan dan hasil kajian RPP dinyatakan kedalam Formulir Kajian RPP untuk diserahkan kepada PPK

- Jika RPP lengkap, atau tidak terdapat masukan atau tanggapan atau pertanyaan atas RPP yang dikaji maka RPP layak untuk dilanjutkan ke proses pelelangan dan hasil kajian RPP dinyatakan kedalam Formulir Kajian RPP untuk diserahkan kepada Kepala ULP.

*)4 Setelah Pokja ULP mendapatkan SPMT dan User Id SPSE maka Pokja dapat melanjukan ke proses pengumuman pengadaan atau menerima kembali perubahan RPP yang dilakukan oleh PPK.

- Jika RPP diubah oleh PPK sebelum pengumuman pelelangan di SPSE maka perubahan RPP diserahkan kembali kepada Tim Pengkaji/Pokja ULP/Tim Pengkaji dan dilakukan kajian RPP kembali untuk mendapatkan SPMT. Perubahan SPMT akan dilakukan tetapi tidak perlu melakukan perubahan User Id SPSE.

- Jika RPP tidak diubah oleh PPK maka Pokja mengumumkan pengadaan melalui SPSE dan melanjutkan proses pelelangan.

*)5 Hasil pelelangan dituangkan dalam BAHP atau BAHPL. - Jika terjadi gagal lelang pokja membuat BAHP/BAHPL kemudia diserahkan atau

diberikan kepada PPK. - Jika lelang berhasil maka pokja membuat BAHP/BAHPL ditujukan kepada PPK dan

Kepala ULP.

*)6 BAHP/BAHPL pelelangan yang berhasil dikirimkan kepada PPK kemudian proses akan dilajutkan oleh PPK.

- PPK bisa tidak setuju atas hasil lelang. - Jika PPK setuju dengan hasil lelang maka proses lelang akan berlanjut dengan

pembuatan SPPBJ dan Kontrak oleh PPK.

*)7 PPK dapat menolak atau tidak setuju terhadap hasil pelelangan dengan dua pilihan yaitu evaluasi ulang atau pelelangan ulang

*)8 Paket pelelangan yang berhasil namun tidak diterima PPK maka akan diulang dengan melakukan perubahan RPP oleh PPK atau juga dapat dibatalkan atau direvisi menjadi paket lelang yang lain.

Page 128: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
Page 129: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lampiran VII

Keterangan tentang Revisi Keenam Mekanisme Pengadaan ULP Tahun 2018:

*)1. Kajian Ulang Rencana Umum Pengadaan dilakukan berdasar pada Peraturan

Kepala LKPP nomor 14 Tahun 2012 tentang Juknis Perpres No. 70/2012

- Jika RUP perlu dilakukan perubahan maka KPA melakukan perubahan RUP dan

Admin SiRUP melakukan perubahan pada SiRUP.

- Jika RUP telah sesuai dengan KAK maka PPK dapat menetapkan Rencana

Pelaksanaan Pengadaan dan disampaikan kepada Kepala ULP.

*)2. Penetapan Tim Pengkaji RPP dilakukan berdasar pada Surat Keputusan Kepala

BPOM nomor HK.04.1.24.01.17.0240 Tahun 2017 tentang Penunjukan Perangkat

ULP di Lingkungan BPOM.

- Jika RPP memiliki nilai pagu sampai dengan Rp1.500.000.000,- atau pengadaan

merupakan Alat Laboratorium, atau Reagensia, atau Media Mikrobiologi maka

kajian dilakukan oleh Tim Pengkaji dari Pokja Satker.

- Jika RPP memiliki nilai pagu diatas Rp1.500.000.000,- (tetapi bukan pengadaan

alat laboratorium, reagensia, dan media mikrobiologi), atau pengadaan

termasuk kategori pengadaan Jasa Konsultansi, atau Pekerjaan Konstruksi, atau

Manajemen Konstruksi maka kajian dilakukan oleh Tim Pengkaji dari Pokja

Pusat.

*)3. Kajian RPP dilakukan untuk menghasilkan kesesuaian komponen RPP dengan

seluruh peraturan yang terkait proses pelelangan atau penunjukkan langsung

secara khusus.

- Jika RPP tidak lengkap, atau terdapat masukan atau tanggapan atau pertanyaan

atas RPP yang dikaji maka RPP belum layak untuk dilanjutkan ke proses

pelelangan dan hasil kajian RPP dinyatakan kedalam Formulir Kajian RPP

untuk diserahkan kepada PPK

- Jika RPP lengkap, atau tidak terdapat masukan atau tanggapan atau pertanyaan

atas RPP yang dikaji maka RPP layak untuk dilanjutkan ke proses pelelangan

dan hasil kajian RPP dinyatakan kedalam Formulir Kajian RPP untuk

diserahkan kepada Kepala ULP.

Page 130: KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

*)4. Setelah Pokja ULP mendapatkan SPMT dan User Id SPSE maka Pokja dapat

melanjukan ke proses pengumuman pengadaan atau menerima kembali

perubahan RPP yang dilakukan oleh PPK.

- Jika RPP diubah oleh PPK sebelum pengumuman pelelangan di SPSE maka

perubahan RPP diserahkan kembali kepada Tim Pengkaji/Pokja ULP/Tim

Pengkaji dan dilakukan kajian RPP kembali untuk mendapatkan SPMT.

Perubahan SPMT akan dilakukan tetapi tidak perlu melakukan perubahan User

Id SPSE.

- Jika RPP tidak diubah oleh PPK maka Pokja mengumumkan pengadaan melalui

SPSE dan melanjutkan proses pelelangan.

*)5. Hasil pelelangan dituangkan dalam BAHP atau BAHPL.

- Jika terjadi gagal lelang pokja membuat BAHP/BAHPL kemudian diserahkan

atau diberikan kepada PPK.

- Jika lelang berhasil maka pokja membuat BAHP/BAHPL ditujukan kepada PPK

dan Kepala ULP.

*)6. BAHP/BAHPL pelelangan yang berhasil dikirimkan kepada PPK kemudian proses

akan dilajutkan oleh PPK.

- PPK bisa tidak setuju atas hasil lelang.

- Jika PPK setuju dengan hasil lelang maka proses lelang akan berlanjut dengan

pembuatan SPPBJ dan Kontrak oleh PPK.

*)7. PPK dapat menolak atau tidak setuju terhadap hasil pelelangan dengan dua

pilihan yaitu evaluasi ulang atau pelelangan ulang

*)8. Paket pelelangan yang berhasil namun tidak diterima PPK maka akan diulang

dengan melakukan perubahan RPP oleh PPK atau juga dapat dibatalkan atau

direvisi menjadi paket lelang yang lain.