keputusan dirjen pos dan telekomunikasi … filekanwil adalah : kantor wilayah departemen...
TRANSCRIPT
KEPUTUSAN DIRJEN POS DAN TELEKOMUNIKASI
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI
NOMOR 027 / DIRJEN / 1998
TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN KEGIATAN AMATIR RADIO
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI
Menimbang :
a. Bahwa kegiatan Amatir Radio sebagai wadah latih diri dan saling berkomunikasi
dalam rangka penyelidikan teknik elektronika, perlu diarahkan sebagai salah satu
potensi nasional di bidang telekomunikasi;
b. Bahwa untuk lebih mengembangkan kegiatan Amatir Radio sehingga lebih
berhasil guna dan berdaya guna, maka Keputusan Direktur Jenderal Pos dan
Telekomunikasi Nomor 39 / Dirjen / 1994 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Kegiatan Amatir Radio perlu dilakukan penyempurnaan sebagaimana mestinya.
Mengingat :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi
(Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3391);
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1991 tentang
Perlindungan dan Pengamanan Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran
Negara Tahun 1991 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3446);
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 12,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3514);
4. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.91 / OT.001 /
PPT-96 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi;
5. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.84 / OT.001 /
MPPT-97 tentang Uraian Tugas Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi;
6. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.116 / PT.102
/ MPPT-97 tentang Hubungan Kerja Antara Direktorat Jenderal Postel dengan
Kantor Wilayah Departemen, Penyelenggara Jasa Pos dan Telekomunikasi,
Asosiasi di bidang Postel, Instansi Terkait dan Pemerintah Daerah;
7. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.65 / HK.207 /
MPPT-86 tentang Pelaksanaan Kegiatan Amatir Radio;
8. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.26 / KU.208 /
MPPT-96 tentang Pungutan Biaya Administrasi Penyelenggaraan / Pengawasan
Ujian Amatir Radio.
MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN :
Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi tentang Ketentuan Pelaksanaan
Kegiatan Amatir Radio.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. Kegiatan Amatir Radio adalah : Kegiatan latih diri, saling berkomunikasi dan
penyelidikan penyelidikan teknik yang diselenggarakan oleh para Amatir Radio;
2. Amatir Radio adalah : setiap orang yang diberi izin karena berminat dalam teknik
radio dengan tujuan pribadi tanpa maksud keuntungan keuangan;
3. Stasiun Radio adalah : satu atau beberapa pesawat pemancar dan atau pesawat
pesawat penerima termasuk perlengkapannya, yang diperlukan di suatu tempat
untuk menyelenggarakan suatu dinas komunikasi radio;
4. Stasiun Radio Amatir adalah : stasiun radio yang dibuat sendiri dengan cara
menggabungkan atau merakit perangkat Radio Amatir;
5. Perangkat Radio Amatir adalah : sekelompok alat telekomunikasi yang
memungkinkan penyelenggaraan Kegiatan Amatir Radio;
6. IAR (Izin Amatir Radio) adalah : hak yang diberikan oleh Kakanwil yang
bertindak atas nama Dirjen untuk mendirikan dan menggunakan Stasiun Radio
Amatir;
7. IPPRA (Izin Penguasaan Perangkat Radio Amatir) adalah : hak yang diberikan
oleh Kakanwil yang bertindak atas nama Dirjen untuk menguasai Perangkat Radio
Amatir;
8. SKKAR adalah : Surat Keterangan Kecakapan Amatir Radio sebagai bukti bahwa
seseorang telah lulus ujian;
9. Ujian adalah ujian negara bagi calon Amatir Radio atau Amatir Radio guna
menetapkan tingkat kecakapannya;
10. Organisasi Amatir Radio adalah : Organisasi Amatir Radio Indonesia yang diakui
dan disahkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai wadah resmi para
pemilik Izin Amatir Radio;
11. Stasiun Tetap adalah : suatu Stasiun Radio Amatir yang hanya dapat dioperasikan
pada lokasi tetap tertentu;
12. Stasiun Bergerak adalah : suatu Stasiun Radio Amatir yang dapat dioperasikan
dalam keadaan bergerak dan tetap;
13. Stasiun Jinjing adalah : suatu Stasiun Radio Amatir yang dapat dioperasikan
dengan dijinjing;
14. Pihak ketiga (third party) adalah : pihak / orang lain yang bukan Amatir Radio
atau bukan pemilik IAR dan / atau setiap orang yang tidak berhak dan / atau tidak
memiliki izin untuk mengoperasikan Stasiun Radio Amatir;
15. Berita pihak ketiga adalah : berita yang berasal dari orang lain yang bukan Amatir
Radio atau bukan pemilik IAR atau ditujukan kepada orang tersebut.
16. Dirjen adalah : Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi;
17. Kakanwil adalah : Kepala Kantor Wilayah Departemen Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi;
18. Kanwil adalah : Kantor Wilayah Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi;
Pasal 2
(1) Kegiatan Amatir Radio harus dengan Izin yang dikeluarkan oleh Kakanwil
setempat yang bertindak atas nama Dirjen.
(2) Setiap pemilik Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib menjadi anggota
Organisasi Amatir Radio.
BAB II
PERIZINAN
Bagian Pertama :
Permohonan Izin Baru
Pasal 3
Permohonan Izin Kegiatan Amatir Radio terdiri dari IAR dan IPPRA dapat diajukan oleh
setiap orang yang telah berumur paling sedikit 14 (empat belas) tahun.
Pasal 4
(1) Permohonan IAR diajukan kepada Kakanwil setempat dengan surat permohonan
izin Bentuk AR-1, (Lampiran I) disertai lampiran :
a. Surat Keterangan Kelakuan Baik (SKKB) dari Kepolisian setempat, khusus
bagi anggota ABRI yang masih dinas aktif SKKB cukup dari kesatuan masing
masing.
b. Rekaman KTP atau tanda pengenal lainnya.
c. Rekaman SKKAR yang diterbitkan oleh Kakanwil atau ijazah OTTR / Perwira
Radio Elektronika / Operator Radio yang dikeluarkan Dirjen.
d. Pas foto hitam putih, terbaru ukuran 2x3 cm sebanyak 4 (empat) lembar.
e. Surat pernyataan tidak keberatan dari orang tua bagi mereka yang belum
berumur 18 (delapan belas) tahun.
f. Bentuk AR-2 (Lampiran-II) yang telah diisi dan dibubuhi meterai Rp.
2.000,00 (dua ribu rupiah).
(2) Apabila permohonan IAR dengan bentuk AR-2 (lampiran II) disetujui, Kakanwil
mengeluarkan IAR (Lampiran IV/1 atau IV/2) dalam rangkap 4 (empat) sesuai
dengan tingkatannya lengkap dengan nama panggilan yaitu :
a. Lembar Asli untuk pemohon.
b. Lembar Kedua untuk Organisasi Amatir Radio Daerah.
c. Lembar Ketiga untuk Organisasi Amatir Radio Pusat.
d. Lembar Keempat untuk arsip Kakanwil.
(3) Apabila persyaratan permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
dipenuhi, surat permohonan beserta lampirannya dikembalikan kepada yang
bersangkutan dalam waktu selambat lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah berkas
dinyatakan tidak lengkap dengan menyebutkan alasannya dengan mempergunakan
Bentuk AR-6 (Lampiran VI).
(4) Penyelesaian dan penerbitan IAR sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
oleh Kakanwil dalam waktu selambat lambatnya 21 (dua puluh satu) hari kerja
setelah berkas yang bersangkutan diterima secara lengkap.
(5) IAR yang telah selesai diterbitkan, oleh Kakanwil diserahkan kepada yang berhak
setelah yang bersangkutan menunjukkan bukti pembayaran biaya izin.
Pasal 5
(1) Permohonan IPPRA diajukan kepada Kakanwil setempat dengan surat permohonan
izin Bentuk AR-1 (Lampiran I) disertai lampiran :
a. Bentuk AR-3 (Lampiran III) yang telah diisi dan dibubuhi meterai Rp. 2.000,00 (dua
ribu rupiah).
b. Skema dan data teknik lengkap dari pemancar atau brosur yang memuat spesifikasi
teknis stasiun pemancar.
c. Rekaman IAR.
(2) Apabila permohonan dengan bentuk AR-3 (Lampiran III) disetujui, Kakanwil
menerbitkan IPPRA (Lampiran V) dalam rangkap 4 (empat) yaitu :
a. Lembar Asli untuk pemohon.
b. Lembar Kedua untuk Organisasi Amatir Radio Daerah.
c. Lembar Ketiga untuk Organisasi Amatir Radio Pusat.
d. Lembar Keempat untuk arsip Kakanwil.
(3) Apabila permohonan IPPRA dimaksud ayat (1) tidak disetujui, permohonan beserta
lampirannya dikembalikan kepada yang bersangkutan dalam waktu selambat lambatnya 6
(enam) hari kerja setelah berkas dinyatakan tidak lengkap dengan menyebutkan alasan
alasannya dengan mempergunakan Bentuk AR-6 (Lampiran VI).
(4) Penyelesaian dan penerbitan IPPRA sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
oleh Kakanwil selambat lambatnya dalam 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah berkas
permohonan diterima secara lengkap.
(5) IPPRA yang telah selesai diterbitkan oleh Kakanwil diserahkan kepada yang berhak
setelah yang bersangkutan menunjukkan bukti pembayaran biaya izin.
Pasal 6
(1) Permohonan izin pemasukan alat / perangkat Radio Amatir dari Luar Negeri (impor)
diajukan secara tertulis oleh pemilik IAR, kepada Dirjen dengan lampiran :
a. Bentuk A rangkap 4 (empat) yang telah diisi, lembar asli dibubuhi meterai Rp.
2.000,00 (dua ribu rupiah) dan dilegalisir oleh Kakanwil.
b. Brosur yang berisi data teknik setiap pemancar.
c. Rekaman IAR dari pemohon.
(2) Untuk mendapatkan IPPRA bagi alat / perangkat Radio Amatir buatan Luar Negeri
yang telah mendapat izin pemasukan perangkat dari Dirjen, permohonannya harus
diajukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5.
(3) Alat / perangkat Radio Amatir yang dimasukkan dari Luar Negeri wajib mendapat
sertifikasi dan penandaan dari Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi.
Pasal 7
(1) IPPRA diterbitkan untuk setiap pemancar dan mempunyai masa laku sama dengan
masa laku IAR-nya.
(2) IPPRA tidak berlaku lagi apabila pemancar tersebut telah diadakan perubahan
sehingga tidak sesuai dengan izin semula.
Bagian Kedua : Permohonan IAR
dan IPPRA Bagi Warga Negara Asing
Pasal 8
(1) Warga Negara Asing yang ingin mendapatkan IAR dan IPPRA harus mengajukan
permohonan kepada Kakanwil setempat dengan melampirkan :
a. Surat keterangan izin menetap di Indonesia paling sedikit 1 (satu) tahun dari Kantor
Imigrasi atau Departemen Luar Negeri bagi anggota Korps Diplomatik, dan bagi
pemohon WNA bukan anggota Korps Diplomatik surat dari Kedutaan Besar yang
bersangkutan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tinggal di Indonesia paling
sedikit 3 (tiga) bulan.
b. Rekaman Paspor.
c. Rekaman IAR yang masih berlaku dari negara asal.
d. Surat keterangan resmi dari perwakilan negara yang bersangkutan tentang adanya asas
timbal balik dalam penyelenggaraan kegiatan Amatir Radio dan akan tunduk pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Rekomendasi dari Organisasi Amatir Radio setempat.
f. Pas foto hitam putih terbaru ukuran 2x3 cm sebanyak 5 (lima) lembar.
g. Formulir Bentuk A rangkap 5 (lima), lembaran asli dibubuhi meterai Rp. 2.000,00 (dua
ribu rupiah), bila membawa perangkat Radio Amatir dari luar negeri.
h. Skema dan data teknik lengkap dari pemancar.
(2) Izin yang dikeluarkan hanya berlaku 1 (satu) tahun bagi semua tingkatan dan dapat
diperbaharui bila dikendaki.
(3) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dibuat dalam rangkap 5 (lima) :
a. Lembar Asli untuk pemohon.
b. Lembar Kedua untuk Organisasi Amatir Radio Daerah.
c. Lembar Ketiga untuk Organisasi Amatir Radio Pusat.
d. Lembar Keempat arsip Kanwil.
e. Lembar Kelima untuk Dirjen.
(4) Apabila permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak disetujui,
permohonan beserta lampirannya dikembalikan kepada yang bersangkutan dengan
menyebutkan alasan-alasannya dengan mempergunakan semacam Bentuk AR-6
(Lampiran VI) dan ditandatangani Kakanwil dengan tembusan :
a. Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi.
b. Organisasi Amatir Radio Daerah.
(5) IAR dan IPPRA yang telah selesai diterbitkan oleh Kakanwil diserahkan kepada yang
berhak melalui Organisasi Amatir Radio setempat setelah yang bersangkutan
menunjukkan bukti pembayaran biaya izin.
(6) Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi setiap tahun menerbitkan daftar nama
negara negara yang telah melaksanakan azas timbal balik (resiprokal) dalam kegiatan
Amatir Radio.
Pasal 9
(1) IAR dikeluarkan menurut tingkatan sebagai berikut :
a. Tingkat Pemula.
b. Tingkat Siaga.
c. Tingkat Penggalang.
d. Tingkat Penegak.
(2) Tiap-tiap IAR masing-masing berlaku untuk :
a. Tingkat Pemula 2 (dua) tahun.
b. Tingkat Siaga 3 (tiga) tahun.
c. Tingkat Penggalang 5 (lima) tahun.
d. Tingkat Penegak 5 (lima) tahun.
(3) Setelah masa laku IAR sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berakhir, maka IAR
dinyatakan tidak berlaku, kecuali diperbarui sebagaimana dimaksud dalam pasal 13.
(4) Bagi Amatir Radio yang telah berusia 60 (enam puluh) tahun atau lebih dapat
diberikan IAR berlaku seumur hidup, apabila :
a. Warga Negara Indonesia;
b. Memiliki IAR, IPPRA dan SKKAR yang masih berlaku;
c. Telah menjadi anggota Organisasi Amatir Radio sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;
d. Berprestasi dan berkondite baik dengan rekomendasi dari ORARI.
Pasal 10
(1) Seorang Amatir Radio hanya boleh memiliki sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Stasiun
Radio Amatir yang terdiri dari 1 (satu) Stasiun Tetap, 1 (satu) Stasiun Bergerak dan 1
(satu) Stasiun Jinjing;
(2) Jumlah Perangkat Radio Amatir yang boleh dimiliki oleh :
a. Tingkat Pemula sebanyak-banyaknya 2 (dua) buah;
b. Tingkat Siaga sebanyak-banyaknya 4 (empat) buah;
c. Tingkat Penggalang sebanyak-banyaknya 8 (delapan) buah;
d. Tingkat Penegak sebanyak-banyaknya 12 (dua belas) buah.
(3) Alamat Stasiun Radio Amatir harus sama dengan alamat pemilik IAR.
Pasal 11
(1) Setiap IAR diberikan satu nama panggilan yang terdiri susunan prefix, kode wilayah
dan suffix.
(2) Prefix merupakan kelompok huruf awal untuk menandai kebangsaan dan tingkat
kecakapan Amatir Radio yang dinyatakan dengan huruf :
a. YH untuk tingkat Pemula.
b. YD, YG untuk tingkat Siaga.
c. YC, YF untuk tingkat Penggalang.
d. YB, YE untuk tingkat Penegak.
(3) Kode Wilayah dinyatakan dengan angka 0 sampai dengan 9.
(4) Suffix merupakan kelompok huruf akhir untuk menjelaskan pemilik IAR dan Stasiun
Radio Amatir yang dinyatakan dengan satu huruf dan paling banyak 3 (tiga) huruf dari
abjad A sampai Z.
(5) Seorang Amatir Radio hanya diijinkan memiliki 1 (satu) IAR.
Pasal 12
Susunan urutan Kode Wilayah Amatir Radio dan pembagian suffix untuk tiap-tiap
Propinsi sesuai dengan yang tercantum dalam Lampiran XIII.
Bagian Ketiga :
Permohonan Pembaharuan Izin
Pasal 13
Permohonan pembaharuan izin meliputi :
a. Penggantian IAR yang masa lakunya habis, hilang, rusak, naik tingkat, pindah alamat
dan yang dicabut.
b. Penggantian IPPRA yang masa lakunya habis, hilang, rusak, pindah alamat, modifikasi
perangkat dan yang dicabut.
Pasal 14
(1) Permohonan pembaharuan IAR dan atau IPPRA yang masa lakunya akan habis harus
diajukan 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya izin yang bersangkutan.
(2) Permohonan pembaharuan IAR dan atau IPPRA sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), diajukan dengan Bentuk AR-1 kepada Kakanwil melalui Organisasi Amatir Radio
setempat dengan disertai Lampiran lampiran :
a. Rekaman IAR dan atau IPPRA.
b. Rekaman KTP dan atau tanda pengenal lainnya.
c. Pas foto terbaru ukuran 2x3 cm sebanyak 4 (empat) lembar.
d. Bentuk AR-2 dan atau AR-3 yang sudah diisi dan dibubuhi meterai Rp. 2.000,00 (dua
ribu rupiah).
e. Rekaman Kartu Tanda Anggota Organisasi Amatir Radio yang masih berlaku.
(3) Pembaharuan IAR dan atau IPPRA sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan
masa laku menyambung dengan masa laku IAR dan atau IPPRA yang lama.
Pasal 15
(1) IAR yang sudah habis masa berlakunya dan tidak diperbaharui dalam jangka 6 (enam)
bulan setelah habis masa berlakunya, maka nama panggilannya gugur dan dapat
diberikan kepada pemohon izin baru.
(2) IPPRA yang sudah habis masa lakunya dan tidak diperbaharui, maka perangkat Radio
Amatir yang bersangkutan dilarang digunakan.
Pasal 16
Terhadap pemilik izin yang karena sesuatu sebab tidak aktif lagi dalam Kegiatan Amatir
Radio diperlakukan, sebagai berikut :
a. Lebih dari 1 (satu) tahun sejak masa IAR-nya habis dan masih ingin melanjutkan
Kegiatan Amatir Radio, maka SKKAR tertinggi yang dimilikinya dinyatakan tidak
berlaku dan harus mengikuti ujian ulang kecakapan tingkat tertinggi yang pernah
dimilikinya tersebut, dan mengurus IAR dan IPPRA sebagaimana dimaksud dalam
Keputusan ini.
b. Lebih dari 2 (dua) tahun sejak masa IAR-nya habis, maka SKKAR yang bersangkutan
dinyatakan tidak berlaku. Apabila yang bersangkutan berkeinginan melanjutkan Kegiatan
Amatir Radio maka harus mengikuti ujian ulang kecakapan satu tingkat lebih rendah dari
tingkat yang dimilikinya, dan mengurus IAR dan IPPRA sebagaimana dimaksud dalam
Keputusan ini.
Pasal 17
(1) Untuk IAR dan atau IPPRA yang hilang atau rusak, permohonan diajukan secara
tertulis dengan Bentuk AR-1 kepada Kakanwil dengan melampirkan :
a. Surat pernyataan kehilangan atau kerusakan IAR dan atau IPPRA yang dibuat oleh
yang bersangkutan dan disahkan oleh Organisasi Amatir Radio setempat.
b. Rekaman IAR dan atau IPPRA yang dapat diperoleh dari Organisasi Amatir Radio
setempat.
c. Pas foto hitam putih terbaru ukuran 2x3 cm sebanyak 4 (empat) lembar.
d. Bentuk AR-2 dan atau AR-3 yang telah diisi dan bermeterai Rp. 2.000,00 (dua ribu
rupiah).
e. Rekaman KTP atau tanda pengenal lainnya.
(2) Untuk kenaikan tingkat diajukan secara tertulis dengan Bentuk AR-1 kepada
Kakanwil dengan melampirkan :
a. IAR asli
b. Rekaman SKKAR untuk tingkat yang baru.
c. Pas foto hitam putih terbaru ukuran 2x3 cm sebanyak 4 (empat) lembar.
d. Bentuk AR-2 yang telah diisi dan bermeterai Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah).
e. Rekaman Kartu Tanda Anggota Organisasi Amatir Radio yang masih berlaku. (3)
Untuk perpindahan alamat :
a. Dalam wilayah satu Kanwil, permohonan perpindahan alamat diajukan secara tertulis
dengan bentuk AR-1 kepada Kakanwil dengan melampirkan :
1) IAR dan IPPRA asli;
2) Rekomendasi dari Organisasi Amatir Radio di tempat yang lama;
3) KTP atau tanda pengenal lain di tempat yang baru;
4) Bentuk AR-2 dan atau AR-3 yang telah diisi dan bermeterai Rp. 2.000,00 (dua ribu
rupiah).
b. Antar Kanwil, permohonan perpindahan alamat diajukan secara tertulis dengan Bentuk
AR-1 kepada Kakanwil melalui Organisasi Amatir Radio di tempat yang baru dengan
melampirkan :
1) IAR dan IPPRA asli;
2) Surat pindah dari Kakanwil di tempat yang lama, yang diberikan atas dasar
rekomendasi Organisasi Amatir Radio di tempat yang lama;
3) KTP atau tanda pengenal lain di tempat yang baru;
4) Pas foto terbaru ukuran 2x3 cm sebanyak 4 (empat) lembar;
5) Bentuk AR-2 dan AR-3 yang telah diisi dan bermeterai Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah).
c. Dalam hal seorang Amatir Radio pindah alamat antar Kanwil, maka yang bersangkutan
dapat tetap menggunakan call sign yang lama.
Bagian Keempat : Izin Khusus
Pasal 18
Izin Khusus adalah Izin yang diberikan "kepada Organisasi Amatir Radio" yang
memerlukan sarana Stasiun Radio Amatir bagi keperluan pengembangan dan eksperimen
dengan bentuk AR-4 / 5 (lampiran IV / 5).
Pasal 19
(1) Izin Khusus dapat diberikan untuk mendirikan :
a. Stasiun Radio Amatir untuk Kegiatan Organisasi Amatir Radio.
b. Stasiun Radio Amatir Pengulang (repeater).
c. Stasiun Radio Amatir untuk eksperimen khusus, yaitu Stasiun Radio Amatir yang
membutuhkan daya pancar sangat tinggi, bersifat jangka pendek dan hasilnya wajib
dilaporkan kepada Dirjen.
d. Stasiun Radio Amatir yang berfungsi sebagai rambu radio.
e. Stasiun Radio Amatir lapangan untuk bantuan komunikasi atas instruksi Dirjen.
(2) Untuk mendirikan dan mengoperasikan Stasiun Radio Amatir sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), Organisasi Amatir Radio setempat harus terlebih dahulu mengajukan
permohonan Izin Khusus kepada Kakanwil setempat dengan menyebutkan :
a. Nama, Alamat, Nama Panggilan, dan nomor IAR dari penanggung jawab yang
ditunjuk, serendah-rendahnya tingkat Penggalang.
b. Karakteristik teknik dan lokasi Stasiun Radio Amatir yang akan didirikan.
c. Tujuan dan lamanya penggunaan Stasiun Radio Amatir tersebut.
(3) Hak yang diberikan bagi Izin Khusus yang diperuntukkan bagi Stasiun Radio Amatir
untuk kegiatan organisasi diatur sebagai berikut :
a. Yang diperlukan untuk komunikasi dan sarana berlatih antara Organisasi Radio Amatir
dan anggota di dalam satu propinsi, hak-haknya dipersamakan dengan izin stasiun yang
diberikan kepada tingkat Siaga.
b. Yang diperlukan untuk komunikasi dan sarana berlatih antara Organisasi Radio Amatir
dan anggota yang mencakup wilayah Nusantara, hak-haknya dipersamakan dengan izin
stasiun yang diberikan kepada tingkat Penggalang.
c. Yang diperlukan sebagai sarana berlatih dalam komunikasi jarak jauh yang bersifat
Internasional hak-haknya dipersamakan dengan izin stasiun yang diberikan kepada
tingkat Penegak.
(4) Stasiun Radio Amatir untuk kegiatan organisasi dapat dipergunakan oleh anggota
Pramuka yang belum memiliki IAR hanya pada waktu diadakan kegiatan Jambore di
Udara Nasional maupun Internasional.
(5) Hak-hak Izin Khusus yang diberikan kepada Stasiun Radio Amatir Pengulang dan
Rambu Radio disesuaikan dengan ketentuan ketentuan yang telah ditetapkan untuk
kegiatan kegiatan tersebut.
(6) Hak-hak Izin Khusus yang diberikan bagi Stasiun Radio Amatir Lapangan, baik untuk
uji coba lapangan maupun untuk penanggulangan keadaan darurat dan dukungan
komunikasi yang bukan penanggulangan keadaan darurat dapat diadakan atas instruksi
Dirjen Postel.
(7) Hak-hak Izin Khusus hanya bersifat sementara serta tidak dibenarkan menjadi Stasiun
Tetap.
(8) Dengan pengecualian sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) tersebut di atas, Izin
Khusus hanya boleh dipergunakan oleh pemilik IAR.
Bagian Kelima : Biaya Izin
Pasal 20
(1) Biaya izin hanya dikenakan untuk IAR baik berupa izin baru maupun pembaharuan
izin yang besarnya Rp. 15.000,00 (Lima belas ribu rupiah) tiap tahun dan dibayar
sekaligus sesuai dengan masa berlakunya izin.
(2) Biaya izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan penerimaan negara.
(3) Penerimaan, penyimpanan dan penyetoran biaya izin sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dilakukan oleh Bendaharawan Penerima Kanwil yang diangkat oleh Menteri
Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi.
(4) Bendaharawan Penerima sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), menyetor seluruh
penerimaan yang dipungutnya dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah penerimanya atau
sekurang-kurangnya sekali seminggu kepada Kantor Kas Negara atau kedalam Rekening
Kas Negara pada Bank Indonesia, Bank Pemerintah lainnya atau Giro Pos.
(5) Bendaharawan Penerima sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) selambat lambatnya
pada tanggal 10 setiap bulan menyampaikan pertanggung jawaban tentang penerimaan
dan penyetoran kepada Sekretaris Jenderal Departemen Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi yang dilakukan dalam bulan sebelumnya yang menjadi tanggung
jawabnya dengan tembusan kepada :
a. Inspektur Jenderal Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi.
b. Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi.
c. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran setempat.
(6) Biaya IAR dibayarkan oleh pemohon kepada Bendaharawan Penerima Kanwil
setempat melalui Rekening Giro Pos, setelah yang bersangkutan mengetahui
permohonannya disetujui.
BAB III
TATA CARA MENDAPATKAN SURAT KETERANGAN
KECAKAPAN AMATIR RADIO DAN PEDOMAN UJIAN AMATIR RADIO
Bagian Pertama :
Tata Cara Mendapatkan SKKAR
Pasal 21
(1) SKKAR dikeluarkan dan ditandatangani oleh Kakanwil atas nama Dirjen yang terdiri
dari 4 (empat) tingkatan, yaitu :
a. Tingkat Pemula;
b. Tingkat Siaga;
c. Tingkat Penggalang;
d. Tingkat Penegak.
(2) Untuk mendapatkan SKKAR sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dipenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Mengetahui, memahami, menghayati, dan mengamalkan Pancasila;
b. Beritikad baik serta mempunyai cita-cita untuk menggalang suatu kemajuan dalam
bidang telekomunikasi;
c. Memahami peraturan-peraturan Nasional maupun Internasional mengenai Kegiatan
Amatir Radio sesuai tingkat yang dikehendaki;
d. Mengetahui tentang teknik radio sesuai tingkat yang dikehendaki;
e. Mengetahui tentang cara komunikasi radio bagi Amatir Radio dan cara mengisi buku
Log;
f. Dapat menerima dan menerima Kode Morse Internasional dengan kecepatan yang
ditentukan untuk setiap tingkat, kecuali tingkat Pemula;
g. Memahami bahasa Inggris bagi tingkat Penggalang dan Penegak.
(3) Rincian pengetahuan untuk mendapatkan SKKAR tingkat Pemula :
a. Mengetahui, memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila.
b. Mengetahui tentang Peraturan Perundang-undangan Nasional yang berkaitan dengan
Kegiatan Amatir Radio.
c. Mengetahui tentang Peraturan Radio (Radio Regulation) khususnya pasal-pasal yang
berkaitan dengan penyelenggaraan Kegiatan Amatir Radio.
d. Mengetahui tentang penggunaan dan rincian spektrum frekuensi yang dialokasikan
untuk Kegiatan Amatir Radio.
(4) Rincian pengetahuan untuk mendapatkan SKKAR tingkat Siaga :
a. Mengetahui, memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila.
b. Mengetahui tentang Peraturan Perundang-undangan Nasional yang berkaitan dengan
Kegiatan Amatir Radio.
c. Mengetahui tentang Peraturan Radio (Radio Regulation) khususnya pasal-pasal yang
berkaitan dengan penyelenggaraan Kegiatan Amatir Radio.
d. Mengetahui tentang penggunaan dan rincian spektrum frekuensi yang dialokasikan
untuk Kegiatan Amatir Radio.
e. Dapat mengirim dan menerima Kode Morse Internasional dengan kecepatan 5 (lima)
perkataan dalam satu menit.
(5) Rincian pengetahuan untuk mendapatkan SKKAR tingkat Penggalang :
a. Mengetahui, memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila.
b. Mengetahui tentang Peraturan Perundang-undangan Nasional yang berkaitan dengan
Kegiatan Amatir Radio.
c. Mengetahui tentang Peraturan Radio (Radio Regulation) khususnya pasal-pasal yang
berkaitan dengan penyelenggaraan Kegiatan Amatir Radio.
d. Mengetahui tentang penggunaan dan rincian spektrum frekuensi yang dialokasikan
untuk Kegiatan Amatir Radio.
e. Dapat mengirim dan menerima Kode Morse Internasional dengan kecepatan 8
(delapan) perkataan dalam satu menit.
f. Memahami bahasa Inggris.
(6) Rincian pengetahuan untuk mendapatkan SKKAR tingkat Penegak :
a. Mengetahui, memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila.
b. Mengetahui tentang Peraturan Perundang-undangan Nasional yang berkaitan dengan
Kegiatan Amatir Radio.
c. Mengetahui tentang Peraturan Radio (Radio Regulation) khususnya pasal-pasal yang
berkaitan dengan penyelenggaraan Kegiatan Amatir Radio.
d. Mengetahui tentang penggunaan dan rincian spektrum frekuensi yang dialokasikan
untuk Kegiatan Amatir Radio.
e. Dapat mengirim dan menerima Kode Morse Internasional dengan kecepatan 12 (dua
belas) perkataan dalam satu menit.
f. Memahami bahasa Inggris.
(7) Untuk membuktikan bahwa persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
sampai dengan ayat (6) dipenuhi, maka yang bersangkutan diharuskan mengikuti dan
lulus ujian kecakapan yang diselenggarakan oleh Kakanwil.
Pasal 22
(1) Bagi calon Amatir Radio untuk tingkat Pemula sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 ayat (3) yang telah memiliki Ijazah Negara yang dikeluarkan Dirjen, yaitu :
a. Ijazah operator telepon radio umum, atau
b. Ijazah operator telepon radio terbatas
(2) Bagi calon Amatir Radio untuk tingkat Siaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat (4) yang telah memiliki Ijazah yang dikeluarkan Dirjen, yaitu :
a. Ijazah umum operator komunikasi radio, atau
b. Ijazah operator telegrap radio kelas I / Perwira Radio Elektronika kelas I, atau
c. Ijazah operator telegrap radio kelas II / Perwira Radio Elektronika kelas II, atau
d. Ijazah operator telegrap radio kelas III.
Dibebaskan dari kewajiban mengikuti ujian kecakapan Amatir Radio Tingkat Siaga.
(3) Dibebaskan dari kewajiban mengikuti ujian mata pelajaran Pancasila bagi calon
Amatir Radio untuk :
a. Tingkat Pemula dan Tingkat Siaga yang telah lulus dan memiliki Piagam Penataran P-
4 Pola 45 jam atau lebih.
b. Tingkat Penggalang dan Penegak yang telah lulus dan memiliki Piagam Penataran P-4
Pola 120 jam.
Bagian Kedua : Pedoman
Pelaksanaan Ujian Amatir Radio
Pasal 23
(1) Ujian Amatir Radio diselenggarakan oleh Kakanwil setempat.
(2) Untuk menyelenggarakan ujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kakanwil
membentuk Panitia Ujian (Lampiran XVII).
(3) Panitia pelaksana ujian bertanggung jawab kepada Kakanwil.
Pasal 24
(1) Panitia ujian terdiri dari :
a. Pengarah : Kakanwil selaku Ketua Pengarah dan ditambah sebanyak banyaknya 2
(dua) Pejabat Pemerintah.
b. Pelaksana :
1) Ketua / anggota : Kabid Dalfrek Kanwil atau Kabid Postel
Wakil Ketua / anggota : Unsur Kanwil
2) Sekretaris / anggota : Unsur Kanwil
3) Bendahara / anggota : Bendahara Penerima Kanwil
4) Anggota penguji sekurang-kurangnya 4 (empat) orang yang masing-masing
membidangi satu mata ujian dan dapat ditambah dari Organisasi Amatir Radio setempat
selaku anggota biasa.
c. Pembantu pelaksana, disesuaikan dengan kebutuhan.
(2) Dalam hal di Kanwil setempat belum cukup tersedia tenaga penguji, Kakanwil dapat
meminta bantuan tenaga penguji kepada PT Telkom atau PT Indosat atau Instansi terkait
lain di wilayah masing masing.
(3) Tugas Panitia Ujian :
a. Menyusun anggaran biaya pelaksanaan ujian.
b. Menyusun tata tertib ujian.
c. Mengumumkan syarat-syarat peserta ujian, materi dan jenis tingkatan ujian, waktu dan
tempat pendaftaran serta pelaksanaan ujian yang akan diselenggarakan sekurang
kurangnya 3 (tiga) minggu sebelum ujian.
d. Melakukan pendaftaran peserta ujian.
f. Mempersiapkan sarana ujian.
g. Menyelenggarakan ujian pada tanggal dan waktu yang telah ditetapkan.
h. Memeriksa lembar jawaban ujian dan menetapkan nilai jawaban ujian.
i. Menetapkan hasil ujian dan melaporkan pelaksanaan ujian kepada Kakanwil.
(4) Untuk keperluan penyelenggaraan ujian sebagaimana dimaksud dalam pasal 23
dibebankan pada anggaran DIK/DIK-S Rutin Kanwil.
(5) Keperluan penyelenggaraan ujian meliputi komponen-komponen :
a. Persiapan ujian.
b. Pengadaan naskah ujian.
c. Penyelenggaraan ujian meliputi : pengadaan naskah, transport ujian dan koreksi ujian.
d. Honorarium Panitia Ujian.
e. Pembuatan SKKAR, pembuatan laporan dan dokumentasi hasil ujian.
f. Rapat-rapat.
g. Lain-lain.
(6) Pengeluaran untuk keperluan penyelenggaraan ujian sebagaimana dimaksud dalam
ayat (5) menganut prinsip hemat, efektif, dan efisien, sesuai Peraturan Perundang
undangan yang berlaku.
Pasal 25
(1) Syarat-syarat peserta ujian calon Amatir Radio :
a. Warga Negara Indonesia;
b. Umur sekurang-kurangnya 14 (empat belas) tahun;
c. Berkelakuan baik berdasarkan Surat Keterangan Kelakuan Baik yang masih berlaku
dari Kepolisian;
d. Melampirkan pas photo hitam putih ukuran 4x6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;
e. Bertempat tinggal dalam propinsi dimana ujian dilaksanakan dengan melampirkan
KTP atau surat bukti diri khususnya bagi yang berumur kurang dari 17 tahun;
f. Membayar biaya ujian.
(2) Bagi peserta Ujian Amatir Radio untuk kenaikan tingkat selain memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diwajibkan melampirkan rekaman IAR yang
dimiliki dan rekaman kartu anggota organisasi yang masih berlaku.
Pasal 26
(1) Setiap calon Amatir Radio diizinkan mengikuti ujian tingkat Pemula dan tingkat
Siaga secara bersamaan.
(2) Bagi peserta ujian kenaikan tingkat :
a. Siaga ke tingkat Penggalang harus telah memiliki IAR Siaga dengan masa laku
sekurang kurangnya 6 (enam) bulan dan mendapatkan keterangan tertulis dari Organisasi
Amatir Radio setempat yang berisi pernyataan bahwa yang bersangkutan telah terbukti
memiliki potensi untuk naik tingkat sesuai kriteria yang berlaku;
b. Penggalang ke tingkat Penegak harus telah memiliki IAR Penggalang dengan masa
laku sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan mendapatkan keterangan tertulis dari
Organisasi Amatir Radio setempat yang berisi pernyataan bahwa yang bersangkutan telah
terbukti memiliki potensi untuk naik tingkat sesuai kriteria yang berlaku.
Pasal 27
(1) Ujian hanya dapat diselenggarakan 2 (dua) kali dalam satu tahun.
(2) Lokasi, tanggal dan waktu ujian ditetapkan oleh Kakanwil setempat atas usul Panitia
Ujian.
(3) Organisasi Amatir Radio dapat memberikan saran atas penetapan lokasi, tanggal, dan
waktu ujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) kepada Kakanwil setempat.
(4) Dalam rangka penyelenggaraan ujian, Kakanwil wajib memberitahukan secara tertulis
kepada Dirjen selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum ujian diselenggarakan
(Lampiran VIII / 1).
Pasal 28
(1) Calon Peserta Ujian Amatir Radio dikenakan pungutan biaya administrasi
penyelenggaraan / pengawasan Ujian Amatir Radio, sebagai berikut :
a. Tingkat Pemula (YH) = Rp. 25.000,00
b. Tingkat Siaga (YD) = Rp. 30.000,00
c. Tingkat Pemula (YH) + Tingkat Siaga (YD) = Rp. 50.000,00
d. Tingkat Penggalang (YC) = Rp. 60.000,00
e. Tingkat Penegak (YB) = Rp. 75.000,00
(2) Biaya Administrasi Penyelenggaraan / Pengawasan Ujian Amatir Radio sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) merupakan penerimaan negara bukan pajak yang disetor ke Kas
Negara dibayarkan oleh calon peserta Ujian Amatir Radio kepada Bendaharawan
Penerima Kantor Wilayah Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi;
(3) Penerimaan, penyimpanan dan penyetoran biaya administrasi ujian sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dilakukan oleh Bendaharawan Penerima yang diangkat oleh
Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi;
(4) Bendaharawan Penerima menyetor seluruh penerimaan yang dipungutnya dalam
waktu sekurang kurangnya sekali seminggu kepada Kas Negara, atau ke dalam Rekening
Kas Negara, Giro Pos, Bank Indonesia, atau Bank Milik Pemerintah;
(5) Bendaharawan Penerima, selambat-lambatnya tanggal 10 tiap bulan menyampaikan
pertanggungjawaban kepada Sekretaris Jenderal Departemen Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi, tentang penerimaan dan penyetoran yang dilakukan dalam bulan
sebelumnya yang menjadi tanggung jawabnya dengan tembusan kepada :
a. Inspektur Jenderal Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi;
b. Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi;
c. Kanwil Direktorat Jenderal Anggaran setempat.
Pasal 29
(1) Mata ujian terdiri dari :
a. Pancasila.
b. Peraturan-peraturan Kegiatan Amatir Radio.
c. Teknik Radio.
d. Kode Morse Internasional.
e. Bahasa Inggris.
(2) Materi ujian Pancasila adalah :
a. Pancasila.
b. Undang Undang Dasar 1945.
c. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
d. Garis-garis Besar Haluan Negara.
e. Lambang Negara dan penggunaannya.
(3) Materi ujian Peraturan-peraturan Kegiatan Amatir Radio :
a. Peraturan Perundang-undangan tentang Kegiatan Amatir Radio.
b. Peraturan Radio (Radio Regulation) khususnya pasal-pasal yang berkaitan dengan
kegiatan Amatir Radio.
c. Frekuensi spektrum yang dialokasikan untuk kegiatan Amatir Radio.
(4) Materi ujian Teknik Radio :
a. Rangkaian listrik.
b. Elektronika.
c. Teknik Radio.
(5) Materi ujian Kode Morse Internasional : Ketentuan dan penggunaan Kode Morse
Internasional.
(6) Materi ujian bahasa Inggris : Bahasa Inggris untuk komunikasi Internasional.
Pasal 30
(1) Mata ujian dan Materi ujian sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 disesuaikan
dengan persyaratan tingkatan Amatir Radio masing masing.
(2) Mata ujian dan Materi ujian tingkat Siaga sama dengan mata ujian, dan materi ujian
tingkat Pemula ditambah Kode Morse Internasional.
(3) Peserta ujian tingkat Siaga yang telah memiliki SKKAR tingkat Pemula hanya
diwajibkan mengikuti ujian Kode Morse Internasional.
Pasal 31
(1) Setiap mata ujian kecuali Kode Morse Internasional diberikan nilai serendah
rendahnya 10 (sepuluh) dan setinggi tingginya 100 (seratus).
(2) Peserta ujian dinyatakan lulus apabila :
a. Nilai sekurang-kurangnya 60 (enampuluh) untuk setiap mata ujian tertulis, kecuali
Kode Morse Internasional.
b. Dapat mengirim dan menerima Kode Morse Internasional sekurang kurangnya 80%
benar dari seluruh karakter yang diujikan.
(3) Penentuan kelulusan ujian secara sah ditetapkan dalam suatu rapat penentuan yang
dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 anggota Panitia Pelaksana Ujian.
(4) Risalah rapat penentuan kelulusan ujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris serta dilampiri daftar hadir Panitia Ujian.
Pasal 32
(1) Hasil ujian diumumkan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja oleh Panitia
Ujian dan ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris Panitia Ujian serta Kakanwil
setempat.
(2) Kakanwil melaporkan hasil ujian kepada Dirjen, dengan tembusan Sekretaris Jenderal
dan Inspektur Jenderal Depparpostel.
(3) Laporan tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disampaikan selambat
lambatnya 7 (tujuh) hari setelah hasil ujian diumumkan.
(4) Kakanwil menerbitkan SKKAR bagi peserta ujian yang lulus, dilakukan selambat
lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah hasil ujian diumumkan.
(5) Kakanwil mengirimkan SKKAR sebagaimana dimaksud ayat (4) kepada yang berhak
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah SKKAR ditandatangani.
(6) Pemilik SKKAR sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) wajib mengurus IAR dan
IPPRA sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan ini selambat-lambatnya 15 (lima belas)
hari setelah SKKAR yang bersangkutan diterbitkan.
(7) Dalam hal yang bersangkutan melalaikan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
ayat (6), Kakanwil menyampaikan peringatan tertulis sebanyak 2 (dua) kali dengan
tenggang waktu masing-masing 7 (tujuh) hari kerja.
(8) Apabila setelah masa tenggang waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (7), yang
bersangkutan melalaikan kewajibannya, maka Kakanwil berhak mencabut SKKAR
bersangkutan.
BAB IV
PERSYARATAN TEKNIK
Pasal 33
Pemilik izin harus mengetahui perlengkapan atau peralatan stasiun radionya.
Pasal 34
(1) Persyaratan teknik sebagaimana tersebut dalam Bab IV ini, merupakan persyaratan
minimum bagi pelaksanaan Kegiatan Amatir Radio.
(2) Bila diperlukan, Dirjen dapat menetapkan :
a. Persyaratan tambahan.
b. Memperketat persyaratan teknik yang berlaku.
Pasal 35
Pemilik izin harus mampu membuktikan bahwa pancaran yang dilakukan melalui
perangkat pemancarnya tidak pernah melebihi batas-batas band frekuensi untuk dinas
amatir dan daya pemancar serta lebar band yang diperlukan tidak melebihi ketentuan
yang berlaku baginya.
Pasal 36
(1) Daya pemancar adalah daya efektif yang dicatukan ke antena.
(2) Daya pemancar maksimum yang diizinkan bagi setiap tingkatan Amatir Radio adalah
sebagai berikut :
a. Tingkat Pemula : 10 Watt
b. Tingkat Siaga :
1) pada band frekuensi di bawah 30 MHz, 10 Watt.
2) Pada band frekuensi di atas 30 MHz, 30 Watt.
c. Tingkat Penggalang :
1) pada band frekuensi di bawah 30 MHz, 150 Watt.
2) pada band frekuensi di atas 30 MHz, 75 Watt.
d. Tingkat Penegak :
1) pada band frekuensi di bawah 30 MHz, 500 Watt.
2) pada band frekuensi di atas 30 MHz, 180 Watt.
Pasal 37
(1) Lebar band yang diperlukan untuk suatu kelas emisi (Lampiran XII) tertentu adalah
lebar dari band frekuensi yang cukup untuk menjamin penyaluran suatu informasi dengan
kecepatan dan mutu yang memenuhi persyaratan tertentu.
(2) Lebar band maksimum yang diizinkan dalam suatu emisi tertentu tidak boleh
melebihi lebar band yang diperlukan untuk kelas emisi tersebut pada band frekuensi
bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 38.
Pasal 38
(1) Band frekuensi, kelas emisi dan lebar band maksimum yang diizinkan bagi tingkat
Pemula adalah sebagai berikut :
Band Frek. dalam MHz Kelas Emisi dan Lebar Band Maksimum Catatan
VHF :
144.00 - 145.80 3KOOR3E - 3KOOJ3E - 3KOOH3E - 16KOF3E
146.00 - 148.00 - s d a - 2)
(2) Band frekuensi, kelas emisi dan lebar band maksimum yang diizinkan bagi tingkat
Siaga adalah sebagai berikut :
Band Frek. dalam MHz Kelas Emisi dan Lebar Band Maksimum Catatan
HF :
3.50 - 3.90 200HA1A - 2K2OA2A - 3KOOR3E - 3KOOJ3E 2)
7.70 - 7.035 200HA1A - 2K2OA2A
21.00 - 21.10 - s d a -
28.00 - 28.40 - s d a -
VHF :
144.00 - 145.80 3KOOR3E - 3KOOJ3E - 3KOOH3E - 1K2OF1A
16KOF2A - 16KOF2B - 16KOF3E
146.00 - 148.00 3KOOR3E - 3KOOJ3E - 3KOOH3E - 16KOF3E 2)
UHF :
430.00 - 435.00 16KOF2A - 16KOF2B - 16KOF3E 3)
438.00 - 440.00 16KOF3E 3)
(3) Band frekuensi, kelas emisi dan lebar band maksimum yang diizinkan bagi tingkat
Penggalang adalah sebagai berikut :
Band Frekuensi dalam
MHz Catatan
MF 1.80 - 2.00 2)
HF 3.50 - 3.90 2)
7.00 - 7.10
21.00 - 21.45
28.00 - 29.70
VHF 50 - 54
144 - 148
UHF 430 - 440
1240 - 1298
2300 - 2450 3)
SHF 3300 - 3500 3)
3650 - 5850 3)
10000 - 10500 3)
24000 - 24050
24050 - 24250 3)
EHF 47000 - 47200
75500 - 76000
76000 - 81000 3)
142000 - 144000
144000 - 149000 3)
241000 - 248000 3)
248000 - 250000
(4) Band frekuensi, kelas emisi dan lebar band maksimum yang diizinkan bagi tingkat
Penegak adalah sebagai berikut :
Band Frekuensi dalam
MHz Catatan
MF 1.800 - 2.000 2)
HF 3.500 - 3.900 2)
7.000 - 7.100
10.100 - 10.150
14.000 - 14.350
18.068 - 18.168
21.000 - 21.450
24.890 - 24.990
28.000 - 29.700
VHF 50 - 54
144 - 148
UHF 430 - 440
1240 - 1298
2300 - 2450 3)
SHF 3300 - 3500 3)
3650 - 5850 3)
10000 - 10500 3)
24000 - 24050
24050 - 24250 3)
EHF 47000 - 47200
75500 - 76000
76000 - 81000 3)
142000 - 144000
144000 - 149000 3)
241000 - 248000 3)
248000 - 250000
(5) Angka-angka yang dimaksud pada kolom catatan dalam ayat (1) sampai dengan ayat
(4) adalah sebagai berikut :
a. angka 2) menyatakan band frekuensi ini dipergunakan bersama dengan dinas hubungan
radio lain dengan status yang sama (primer) baik di Indonesia maupun di Region 3.
b. angka 3) menyatakan band frekuensi ini dipergunakan bersama dengan dinas hubungan
radio lain di mana dinas Radio Amatir berstatus sekunder terhadap dinas radio lain
tersebut, yang berarti bahwa Stasiun Radio Amatir :
1) tidak boleh mengganggu stasiun radio lain yang berstatus primer di dalam band
frekuensi ini, dan
2) tidak mendapat proteksi terhadap kemungkinan gangguan dari stasiun radio lain
tersebut.
Pasal 39
(1) Band frekuensi yang khusus dipergunakan untuk kegiatan Amatir Radio dengan
mempergunakan sarana satelit Amatir Radio adalah :
29.3 sampai dengan 29.5 MHz
145.8 sampai dengan 146.0 MHz
435.0 sampai dengan 438.0 MHz
1260.0 sampai dengan 1270.0 MHz
(2) Band-band sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dibenarkan untuk
dipergunakan oleh komunikasi Radio Amatir lain selain yang melalui Satelit Amatir.
(3) Penggunaan band-band frekuensi 435,0 - 438,0 MHz dan 1260 - 1270 MHz oleh
Amatir Radio melalui satelit Amatir tidak boleh mengganggu dinas komunikasi radio lain
yang berstatus primer pada band tersebut (Lampiran XI).
Pasal 40
(1) Toleransi frekuensi adalah pergeseran maksimum yang diperbolehkan bagi frekuensi
tengah dari band frekuensi yang diduduki oleh suatu emisi terhadap frekuensi yang
seharusnya diduduki oleh emisi tersebut.
(2) Toleransi frekuensi dari suatu emisi tidak boleh melebihi :
a. 100 Hz untuk frekuensi kerja di bawah 30 MHz.
b. 5 x 10-6 bagian, untuk frekuensi kerja antara 30 MHz sampai dengan 1 GHz.
c. 5 x 10-5 bagian, untuk frekuensi kerja antara 1 GHz sampai dengan 3 GHz.
d. Bagi frekuensi kerja di atas 3 GHz, disesuaikan dengan kemampuan teknologi yang
berlaku.
Pasal 41
(1) Emisi tersebar adalah emisi dari suatu frekuensi yang muncul di luar band yang
diperlukan, yang levelnya dapat dikurangi tanpa mempengaruhi penyaluran informasi
yang bersangkutan.
(2) Emisi tersebar harus dikurangi sampai sekecil mungkin dengan pedoman sebagai
berikut :
a. Pada frekuensi kerja di bawah 30 MHz :
1) Bagi daya pemancar di bawah 100 milliwatt, emisi tersebarnya harus ditekankan
paling sedikit 40 dB;
2) Bagi daya pemancar antara 100 milliwatt, sampai 1 watt, emisi tersebarnya tidak boleh
melebihi 10 microwatt;
3) Bagi daya pemancar lebih dari 1 watt, emisi tersebarnya harus ditekan paling sedikit
50 dB dan besarnya tidak boleh melebihi 1 milliwatt.
b. Pada frekuensi kerja di atas 30 MHz :
1) Bagi daya pemancar di bawah 10 watt, emisi tersebarnya harus ditekan paling sedikit
60 dB;
2) Bagi daya pemancar yang melebihi 10 watt besarnya emisi tersebar terukur tidak boleh
melebihi 10 microwatt.
(3) Komunikasi digital dengan menggunakan kode-kode digital yang data huruf alpha
numerik, ukuran analog atau lain-lain satuan pulsa data dapat diizinkan untuk
Komunikasi Amatir Radio.
(4) Kode-kode digital sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat digunakan untuk
komunikasi radio teleprinter, teleponi, facsimile, televisi, atau komunikasi untuk
mengontrol Stasiun Radio Amatir, model-model elektronika atau objek-objek lain yang
dapat dikendalikan dengan menggunakan komputer dan / atau beberapa jenis komunikasi
jaringan data (Commmunication data network) termasuk didalamnya "packet switching
system", asalkan kode-kode digital itu tidak digunakan untuk tujuan lain, kecuali untuk
komunikasi biasa seperti tercantum dalam Keputusan ini.
(5) Kecepatan kirim (sending rate) ditentukan dalam "baud" yaitu interval waktu pendek
(dalam detik) yang terjadi antara perubahan status pancaran "mark" dan "space" (+ - atau
on off) termasuk didalamnya perubahan emisi, amplituda, frekuensi, fasa atau kombinasi
dari semuanya, sebagaimana dimaksud berikut ini :
a) Sesuai dengan penggunaan kode-kode digital untuk semua pita frekuensi Amatir Radio
yang mempunyai klasifikasi emisi F1B dan G1B ditetapkan batasan kecepatan kirim
sebagai berikut :
1) Kecepatan kirim pada pita frekuensi di bawah 28,5 MHz tidak melebihi 300 Baud
(AFSK, F1B) dan 1200 Baud (PSK, G1B).
2) Untuk pita frekuensi antara 28,5 - 50 MHz tidak melebihi 1200 Baud.
3) Untuk pita frekuensi antara 50-430 MHz tidak melebihi 19,6 kiloBaud.
4) Untuk pita frekuensi di atas 430 MHz tidak melebihi 56 kiloBaud.
5) Apabila emisi A2B, F1B, F2B, G1B dan G2B digunakan pada pita frekuensi di bawah
50 MHz, maka AFSK nya (perbedaan antara "mark" dan "space") tidak melebihi 1 kHz.
6) Apabila emisi A2B, F1B, F2B, G1B, dan G2B digunakan pada pita frekuensi di atas
50 MHz, maka AFSK-nya (perbedaan antara "mark" dan "space") dapat menggunakan
batasan kecepatan kirim sesuai yang ditentukan untuk pita frekuensi yang dimaksud, atau
kelebaran AFSK 1 KHz atau yang terbesar.
b) Kode-kode digital sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) huruf a) yang dapat
dipergunakan yaitu :
1) International Telegraph Alphabet Number 2 (BOUDOT) atau saluran (channel) dengan
5 stop-unit dengan pulsa data (start-stop) kode teleprinter.
2) American Standard Code for Information Interchange (ASCII); satu saluran dengan 7
(8 - error checking) stop-unit kode teleprinter sesuai ketetapan dari American National
Standard Institute (ANSI).
3) Rekomendasi CCIR nomor 476-2 dan 476-3 yaitu Amateur Teletype Over Radio
(AMTOR) mode-A dan mode-B.
Pasal 42
Instalasi Antena
(1) Amatir Radio dibenarkan untuk mendirikan dan mempergunakan setiap jenis sistem
antena yang diperlukan dengan memperhatikan keamanan dan keserasian lingkungan
sekitarnya.
(2) Tinggi maksimum antena ditambah dengan menara penyangga tidak boleh lebih dari
25 meter dari permukaan tanah, sedangkan bila penyangga antena akan diletakkan di atas
puncak bangunan yang tinggi, harus terlebih dahulu mendapat rekomendasi membangun
antena dari instansi yang berwenang.
(3) Bagi Amatir Radio yang mendirikan Stasiun Radio Amatir di sekitar stasiun radio
pantai / bandara udara, apabila akan mendirikan antena wajib memperhatikan ketentuan
ketentuan khusus yang ditetapkan oleh yang berwenang dalam keselamatan pelayaran /
penerbangan.
(4) Mendirikan sistem antena didalam wilayah stasiun radio pantai / bandar udara hanya
boleh dilakukan dengan seizin Syahbandar atau Pejabat yang berwenang di bandar udara
tersebut.
(5) Pada dasarnya ketinggian menara penyangga dan antena yang didirikan di sekitar
stasiun radio pantai / bandar udara tidak boleh melebihi perbandingan 1:100 terhadap
jarak lurus terdekat, atau 1 (satu) meter ketinggian untuk setiap jarak 100 (seratus) meter
diukur dari stasiun radio pantai / landasan pacu terdekat.
(6) Setiap sistem antena yang berada dalam jarak sampai sengan 3000 meter dari stasiun
radio pantai / landasan pacu terdekat dan mempunyai ketinggian lebih dari 18 meter
harus dilengkapi dengan lampu tanda bahaya dan dinyalakan pada waktu malam hari atau
pada waktu cuaca buruk.
BAB V
PENGGUNAAN STASIUN AMATIR RADIO
Pasal 43
(1) Stasiun Radio Amatir hanya boleh digunakan untuk :
a. Latih diri dalam bidang teknik radio.
b. Saling komunikasi yang dibatasi dalam rangka kebutuhan informasi teknik radio.
c. Peyelidikan teknik radio.
d. Penyampaian berita-berita pada saat terjadi marabahaya, bencana alam, dan
penyelamatan jiwa manusia, serta harta benda.
(2) Dalam berkomunikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibatasi sebagai berikut
:
a. Pemilik IAR tingkat Pemula dan tingkat Siaga hanya diizinkan untuk hubungan dalam
negeri (Nasional), dan dilarang untuk hubungan luar negeri (Internasional).
b. Pemilik IAR tingkat Penggalang dan Penegak diizinkan untuk hubungan dalam negeri
(Nasional) dan luar negeri (Internasional).
Pasal 44
(1) Stasiun Radio Amatir dilarang digunakan untuk :
a. Saling berkomunikasi antar Stasiun Radio Amatir yang tidak memiliki izin dan stasiun
lain.
b. Memancarkan siaran berita, nyanyian, musik radio dan atau televisi.
c. Memancarkan atau menerima berita dengan mempergunakan bahasa sandi dan / atau
peralatan pengubah audio.
d. Disambungkan dengan jaringan telekomunikasi.
e. Memancarkan berita atau panggilan marabahaya yang tidak benar.
f. Memancarkan dan menerima berita yang bersifat komersial dan / atau memperoleh
imbalan jasa.
g. Memancarkan dan menerima berita bagi pihak ketiga, kecuali berita-berita
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf d.
h. Memancarkan berita yang bersifat melanggar kesusilaan.
i. Memancarkan berita yang bersifat politik, mengganggu keamanan Negara atau
ketertiban umum.
(2) Stasiun Radio Amatir atau Perangkat Radio Amatir dilarang digunakan sebagai sarana
komunikasi untuk dinas Instansi Pemerintah, BUMN, BUMD, Badan Usaha Swasta,
Koperasi, atau Badan-badan lainnya.
Pasal 45
Amatir Radio Indonesia dilarang mengadakan hubungan radio dengan Amatir Radio dari
Negara yang tidak mempunyai hubungan baik atau yang memusuhi Negara Indonesia.
Pasal 46
(1) Pembicaraan dalam berkomunikasi wajib menggunakan bahasa Indonesia dan atau
bahasa Inggris yang sesuai dengan tata cara kerja yang berlaku bagi Amatir Radio baik
Nasional maupun Internasional.
(2) Pembicaraan dalam hubungan radio yang diselenggarakan harus dibatasi khusus
dalam rangka kebutuhan informasi teknik, sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat
(1) huruf b.
Pasal 47
(1) Stasiun Radio Amatir dengan sepengetahuan pemiliknya dapat digunakan oleh Amatir
Radio lainnya dengan mengindahkan ketentuan ketentuan yang berlaku sesuai izin yang
dimilikinya.
(2) Stasiun Radio Amatir, meskipun dengan sepengetahuan pemiliknya, tidak dibenarkan
untuk dipergunakan oleh seseorang yang tidak memiliki izin.
Pasal 48
(1) Setiap Stasiun Radio Amatir harus dapat dikenali dari nama panggilan yang setiap
kali harus dipancarkan dalam interval pendek.
(2) Pemancaran nama panggilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan paling
sedikit setiap 3 (tiga) menit sekali, dengan menggunakan ejaan abjad dan angka yang
telah dibakukan secara Internasional.
(3) Abjad dan angka yang telah dibakukan secara Internasional sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) adalah sebagai berikut :
A
B
C
D
E
F
G
H
I
Alpa
Bravo
Charlie
Delta
Echo
Foxtrot
Golf
Hotel
India
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
Juliette
Kilo
Lima
Mike
November
Oscar
Papa
Quebec
Romeo
S
T
U
V
W
X
Y
Z
Sierra
Tango
Uniform
Victor
Whiskey
X-Ray
Yankee
Zulu
1
2
3
4
5
One
Two
Three
Four
Five
atau Unaone
atau
Bissotwo
atau
Terrathree
atau
Kartefour
atau
Pantafive
( diucapkan una-
wan )
( diucapkan biso-tu
)
( diucapkan tera-tri
)
( diucapkan karte-
for )
( diucapkan panta-
6
7
8
9
0
Six
Seven
Eight
Nine
Zero
atau Soxisix
atau
Setteseven
atau
Oktoeight
atau
Novenine
atau
Nadazero
( diucapkan soksi-
siks )
( diucapkan sette-
seven )
( diucapkan okto-eit
)
( diucapkan nove-
nain )
( diucapkan nada-
faif ) zero )
Pasal 49
(1) Setiap stasiun Radio Amatir yang beroperasi di lokasi lain daripada lokasi Stasiun
Radio tetap, dalam penyiaran nama panggilannya wajib menambahkan keterangan yang
menyatakan di mana atau dalam kegiatan apa stasiun itu dioperasikan.
(2) Untuk stasiun radio yang beroperasi di suatu lokasi di luar stasiun radio tetapnya
berlaku tambahan keterangan sebagai berikut :
a. Di lokasi Wilayah Amatir Radio lain ditambahkan isyarat : "/Kode Wilayah Amatir
Radio lain".
b. Bergerak dengan menggunakan stasiun jinjing ditambahkan isyarat : "/P (portable)".
c. Mengadakan kegiatan stasiun radio bergerak ditambahkan isyarat : "/M (mobile)".
d. Nama panggilan untuk stasiun pengulang (Repeater) harus ditambahkan isyarat : "/R".
e. Nama panggilan untuk rambu radio (Radio Beacon) harus ditambahkan isyarat : "/B".
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Pertama : Tanda Pengenal
Pasal 50
(1) Pemilik izin diwajibkan :
a. Menyematkan rekaman IAR dan IPPRA asli pada Stasiun Radio Amatir, serta
menempelkan carik tempel IPPRA pada perangkat Radio Amatirnya.
b. Melekatkan sticker yang ditentukan oleh Dirjen bagi Stasiun Radio Amatir bergerak.
c. Memasang tanda pengenal di tempat lokasi Stasiun Radio Amatir tetap.
d. Melengkapi buku panduan bagi setiap jenis pemancar yang dimiliki atau skema
pemancar rakitan sendiri.
e. Membuat suatu diagram rangkaian dari instalasi Stasiun Radio Amatir lengkap dengan
gambar instalasi antenanya dan selalu memperbaharuinya bila ada perubahan untuk siap
ditunjukkan kepada petugas Kantor Wilayah Departemen Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi atau petugas Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi.
f. Memperlihatkan IAR asli kepada petugas pemeriksa.
g. Memiliki dan mengisi Buku Log atas seluruh Kegiatan Amatir Radio.
(2) Bentuk dan ukuran sticker atau tanda khusus dan tanda pengenal sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b dan c, sesuai dengan contoh (Lampiran X).
Bagian Kedua :
Pengawasan Teknik
Pasal 51
(1) Pengawasan teknik terhadap perangkat Radio Amatir dilakukan oleh Kakanwil yang
meliputi :
a. Pemantauan terhadap pengoperasian Stasiun Radio Amatir.
b. Pemeriksaan dan penelitian terhadap pemenuhan persyaratan teknik yang ditetapkan.
(2) Dalam pelaksanaan pengawasan Kakanwil berwenang :
a. Memeriksa dipenuhinya ketentuan mendirikan Stasiun Radio Amatir.
b. Menguji pancaran pada beberapa frekuensi tertentu.
(3) Dalam pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) Kakanwil dapat
mengadakan koordinasi dengan pihak berwajib dan bila ditemukan pelanggaran, maka
petugas yang bersangkutan wajib memberikan laporan tertulis kepada Kakanwil.
(4) Kakanwil dapat menetapkan pembatasan-pembatasan operasi terhadap pemilik IAR,
antara lain dengan membatasi jam-jam operasi penggunaan band frekuensi dan daya
pemancar sebagai tindakan sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (3).
Pasal 52
(1) Organisasi Amatir Radio dan setiap anggotanya wajib membantu pemerintah dalam
mengawasi penggunaan frekuensi radio dan tata tertib Kegiatan Amatir Radio serta
melaporkan secara tertulis kepada Kakanwil setempat semua bentuk pelanggaran
terhadap ketentuan-ketentuan dalam peraturan ini.
(2) Setiap Amatir Radio wajib segera memberitahu Amatir Radio lainnya yang
menimbulkan gangguan kepada stasiun komunikasi radio lain atau menyimpang dari
ketentuan yang dimaksud dalam pasal 38, 40, 41 ayat (2), 43, 44, 45, dan 46.
(3) Bila seorang Amatir Radio mengetahui atau diberitahu bahwa pancaran radionya
menimbulkan gangguan terhadap stasiun komunikasi radio lain atau terhadap peralatan
elektronik masyarakat, maka ia diwajibkan untuk segera menghentikan kegiatan pancaran
radionya serta berupaya menghilangkan gangguan tersebut secepat mungkin.
Bagian Ketiga :
Pengawasan Non Teknik
Pasal 53
(1) Pengawasan administratif dilakukan oleh Kakanwil.
(2) Pengawasan terhadap isi berita dari penyelenggaraan Kegiatan Amatir Radio
dilakukan oleh yang berwajib dibantu sepenuhnya oleh Organisasi Amatir Radio.
(3) Dalam rangka pengawasan umum, Dirjen atau Pejabat yang ditunjuk Dirjen berhak
melakukan penelitian dan atau pemeriksaan Kegiatan Amatir Radio, termasuk
penyelenggaraan ujian.
(4) Kakanwil wajib menyampaikan laporan bulanan kepada Dirjen (Lampiran XIV).
Pasal 54
(1) Setiap saat Perangkat Radio Amatir apabila digunakan baik dari lokasi alamat tetap
maupun sedang bergerak atau jinjing maka pemilik IAR diwajibkan mencatatnya di
dalam buku Log yang lembarannya diberikan nomor urut (tidak dibenarkan
menggunakan kertas lembaran lepas).
(2) Data yang dicatat pasa setiap berkomunikasi harus mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Hari, bulan, tahun.
b. Permulaan dan akhir waktu berkomunikasi dalam waktu lokasi atau dalam Coordinated
Universal Time (UTC).
c. Nama panggilan dari stasiun yang dipanggil.
d. Band frekuensi.
e. Kelas emisi.
f. Daya pancar dari perangkat pemancar.
g. Lokasi (tetap atau bergerak).
h. Tanda tangan dari Amatir Radio yang melaksanakan komunikasi.
(3) Bila Perangkat Radio Amatir digunakan oleh Amatir Radio tamu, maka ketentuan
ayat (2) huruf h harus ditambah dengan nama panggilan dari tamu tersebut dan dikuatkan
oleh tanda tangan Amatir Radio yang mempunyai stasiun.
(4) Buku Log yang telah penuh wajib disimpan paling sedikit 2 (dua) tahun dihitung dari
tanggal masukan data terakhir.
Pasal 55
(1) Setiap anggota Organisasi Amatir Radio harus membantu sepenuhnya pihak yang
berwajib dalam tugas-tugas pengawasan.
(2) Pihak yang berwajib atau Organisasi Amatir Radio dapat melaporkan pelanggaran
dan mengusulkan tindakan pencabutan izin kepada Kakanwil atau Dirjen jika terbukti
pemilik izin tidak mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VII
SANKSI
Pasal 56
(1) Barang siapa menyelenggarakan Kegiatan Amatir Radio atau mendirikan Stasiun
Radio Amatir atau memiliki menguasai Perangkat Radio Amatir tanpa memiliki izin sah
atau izin telah habis masa berlakunya atau izin yang diperoleh tidak sesuai dengan
Keputusan ini diancam pidana sesuai pasal 36 atau pasal 37 Undang Undang Nomor 3
Tahun 1989 tentang Telekomunikasi.
(2) Kakanwil wajib mencabut IPPRA dan IAR milik anggota Organisasi Amatir Radio
yang berdasarkan Keputusan Pejabat berwenang ternyata terlibat G30S/PKI atau
Organisasi terlarang lainnya.
Pasal 57
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1), (2), Pasal 10 ayat (1), Pasal 11 ayat (5), Pasal 15 ayat (2), Pasal 36 ayat (2), Pasal 37,
Pasal 38, Pasal 39 ayat (1), (2), Pasal 40 ayat (2), Pasal 41 ayat (2), Pasal 42 ayat (2), (3),
(4), (5), (6), Pasal 43, Pasal 44 ayat (1), (2), Pasal 45, Pasal 46 ayat (1), (2), Pasal 47 ayat
(2), Pasal 48 ayat (1), (2), Pasal 49 ayat (1), Pasal 50 ayat (1), (2), Pasal 52 ayat (3), dapat
dicabut izinnya.
(2) Sebelum pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan
terlebih dahulu melalui peringatan tertulis sebanyak 2 (dua) kali dengan tenggang waktu
minimal masing masing 15 (lima belas) hari kerja (Lampiran XV dan XVI).
(3) Sebelum memberikan peringatan tertulis, Kakanwil dapat menghentikan sementara
penggunaan Perangkat Radio Amatirnya tersebut.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 59
(1) Panitia Ujian yang telah ada dan sedang melaksanakan tugas kepanitiaan Ujian
sebelum ditetapkannya Keputusan ini tetap dapat menjalankan tugasnya sampai dengan
selesainya penyelenggaraan Ujian.
(2) Hasil penyelenggaraan Ujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaporkan sesuai
tata cara yang berlaku sebelum ditetapkan Keputusan ini.
(3) Dalam hal Panitia Ujian baru dibentuk dan belum melaksanakan tugas kepanitiaan
Ujian, Kakanwil berhak membentuk Panitia Ujian yang baru berdasarkan Keputusan ini
dengan tetap memperhatikan komposisi kepanitiaan yang ada sebelumnya.
Pasal 60
(1) IAR, IPPRA, SKKAR, dan / atau Call Sign lama masih tetap berlaku dan secara
bertahap disesuaikan melalui koordinasi antar Kakanwil dan Organisasi Amatir setempat.
(2) Dalam hal terdapat pengalokasian call sign ganda harus dilakukan koordinasi antara
Kakanwil dan Organisasi Amatir Radio setempat untuk penyelesaiannya.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 61
(1) Dengan tidak mengurangi jasa dan kehormatan pemilik IAR terbatas, maka IAR
terbatas yang diberikan sebelum adanya Keputusan ini, dinyatakan tidak berlaku, dan
selanjutnya wajib menyesuaikan dengan Keputusan ini.
(2) Dengan ditetapkan Keputusan ini, Keputusan Direktur Jenderal Pos dan
Telekomunikasi Nomor 39 / Dirjen / 1994 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Amatir Radio, dinyatakan tidak berlaku.
(3) Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Nomor 86 / Dirjen / 1995
tentang Petunjuk Bagi Kepala Kantor Wilayah Departemen Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi dalam Pelaksanaan Tugas Bidang Pos, Telekomunikasi dan
Pengendalian Frekuensi sepanjang yang mengatur mengenai Kegiatan Amatir Radio
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 62
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta,
pada tanggal 10 Februari 1998
Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi
ttd
Sasmito Dirdjo