keperawatan

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesemutan atau parestesia adalah sensasi rasa dingin atau panas di suatu bagian tubuh tertentu, atau sensasi rasa dirambati sesuatu. Itu akibat dari aliran darah yang tidak lancar atau syarafnya melemah. Penyebab dari parestesia adalah sebagai berikut: a.Kesemutan yang sebentar b.Kesemutan yang lama Kesemutan terjadi karena kurangnya vit. B12. Kesemutan adalah salah satu gejala dari penyakit Guillain Barre Syndrom (GBS). Guillain Bare’ Syndrom adalah ganguan kelemahan neuro-muskular akut yang memburuk secara progresif yang dapat mengarah pada kelumpuhan total, tatapi biasanya paralisis sementara. Gejala dari GBS itu sendiri adalah a. Paraestasia (rasa baal, kesemutan) b. Otot-otot lemas (pada tungkai, tubuh dan wajah) c. Saraf-saraf cranialis sering terjadi patologi, shg ganguan gerak bola mata, mimik wajah, bicara, d. Gangguan pernafasan (kesulitan inspirasi) e. Ganggua saraf-saraf otonom (simpatis dan para simpatis) f. Gangguan frekuensi jantung g. Ganggua irama jantung h. Gangguan tekanan darah 1 | sistem neurobehaviour

Upload: wulan-imoudt

Post on 18-Sep-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas kuliah

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar belakangKesemutan atau parestesia adalah sensasi rasa dingin atau panas di suatu bagian tubuh tertentu, atau sensasi rasa dirambati sesuatu. Itu akibat dari aliran darah yang tidak lancar atau syarafnya melemah.Penyebab dari parestesia adalah sebagai berikut:a. Kesemutan yang sebentarb. Kesemutan yang lamaKesemutan terjadi karena kurangnya vit. B12. Kesemutan adalah salah satu gejala dari penyakit Guillain Barre Syndrom (GBS). Guillain Bare Syndrom adalah ganguan kelemahan neuro-muskular akut yang memburuk secara progresif yang dapat mengarah pada kelumpuhan total, tatapi biasanya paralisis sementara. Gejala dari GBS itu sendiri adalah a. Paraestasia (rasa baal, kesemutan)b. Otot-otot lemas (pada tungkai, tubuh dan wajah)c. Saraf-saraf cranialis sering terjadi patologi, shg ganguan gerak bola mata, mimik wajah, bicara, d. Gangguan pernafasan (kesulitan inspirasi)e. Ganggua saraf-saraf otonom (simpatis dan para simpatis)f. Gangguan frekuensi jantungg. Ganggua irama jantungh. Gangguan tekanan darahi. Gangguan proprioseptive dan persepsi terhadap tubuh diikuti rasa nyeri pada bagian punggung dan daerah lainnya.Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada penderita GBS, antara lain :a. Kegagalan jantungb. Kegagalan pernapasanc. Infeksi dan sepsisd. Trombosis venae. Emboli paruJadi jangan menganggap remeh penyakit GBS, bila penyakit GBS ini tidak segera ditangani kemungkinan akan terjadi beberapa komplikasi seperti yang sudah disebutkan. Maka perawat juga perlu menyusun asuhan keperawatan dengan benar agar penyakit tersebut dapat di tangani dengan benar juga.

1.2. Rumusan masalah1. Apakah yang dimaksud parastesia?2. Apasaja etiologi dari parestesia?3. Bagaimana patofisiologi dari parestesia?4. Apakah yang dimaksud GUILLAIN BARRE SYNDROM?5. Apa saja etiologi dari GUILLAIN BARRE SYNDROM?6. Bagaimana patofiologi dari GUILLAIN BARRE SYNDROM?7. Apa saja komplikasi dari GUILLAIN BARRE SYNDROM?8. Bagaimana penanganan GUILLAIN BARRE SYNDROM?9. Bagaimana susunan asuhan keperawatan penyakit GUILLAIN BARRE SYNDROM?1.3. Tujuan 1. Agar mahasiswa mengetahui tentang parestesia2. Agar mahasiswa mengetahui etiologi parestesia3. Agar mahasiswa mengetahui patofisiologi dari parestesia4. Agar mahasiswa mengetahui GUILLAIN BARRE SYNDROM5. Agar mahasiswa mengetahui etiologi dari GUILLAIN BARRE SYNDROM?6. Agar mahasiswa mengetahui patofiologi dari GUILLAIN BARRE SYNDROM7. Agar mahasiswa mengetahui komplikasi dari GUILLAIN BARRE SYNDROM?8. Agar mahasiswa mengetahui penanganan GUILLAIN BARRE SYNDROM9. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana susunan asuhan keperawatan penyakit GUILLAIN BARRE SYNDROM

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISIKesemutan atau parestesia dalam ilmu kedokteran, adalah sebuah sensasi pada permukaan tubuh tertentu yang tidak dipicu rangsangan dari dunia luar.Sebenarnya parestesia adalah sensasi rasa dingin atau panas di suatu bagian tubuh tertentu, atau sensasi rasa dirambati sesuatu. Parestesia itu timbul bila terjadi iritasi pada serabut saraf yang membawa sensasi kesemutan. Kesemutan terjadi karena aliran darah yang tidak lancar atau sarafnya lemah (neuropati). Sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter ahli penyakit dalam atau saraf.

2.2 ETIOLOGIc. Kesemutan yang sebentarBiasa terjadi karena posisi tubuh, tungkai, kaki, lengan, atau tangan sedemikian rupa sehingga terjadi penekanan pada daerah tertentu. Kesemutan akan hilang bila posisi tubuh diperbaiki. Dapat juga terjadi kesemutan di sekitar bibir saat hiperventilasi, yang akan hilang bila nafas kembali normal.

d. Kesemutan yang lama1. Terjadi pada kasus jepitan syaraf pada ruas tulang punggung karena masalah pada tulang punggung. Kesemutan akan terasa distal dari jepitan. Misal jepitan di daerah leher, maka kesemutan dapat terjadi di leher, bahu, lengan tangan sampai dengan jari.2. Sciatica. Tungkai dan kaki dipersyarafi oleh syaraf sciatica yang keluar dari ruas tulang punggung. Bila terjadi jepitan akan menyebabkan kesemutan dari pantat, paha, sampai ke ujung jari kaki.3. Carpal tunnel syndrome. Jepitan syaraf pada terowongan carpal di pergelangan tangan. Kesemutan dapat terjadi dari pergelangan tangan hingga ke ujung jari.4. Kencing Manis. DM dapat merusak pembuluh darah kapiler yang mensuplai darah ke syaraf pada jari tangan atau kaki. Maka kesemutan dapat terjadi pada jari-jari tersebut yang disebut dengan peripheral neuropathy.5. Penyakit syaraf. Termasuk di dalamnya stroke, multiple sclerosis, dan tumor otak. Kondisi ini dapat merusak syaraf dan menimbulkan kesemutan.6. Pengaruh obat-obatan. Termasuk di dalamnya obat-obat chemotherapy, antiretroviral (obat HIV) dan metronidazole.7. Trauma. Bila trauma menyebabkan kerusakan pada ujung syaraf, maka akan dirasakan kesemutan di daerah yang terkena.8. Neuritis. Peradangan yang terjadi pada syaraf yang biasanya disebabkan oleh konsumsi alkohol, zat-zat berbahaya dalam asap rokok, infeksi oleh virus atau bakteri, dan anemia defisiensi vitamin B12.

2.3 PATOFISIOLOGIKesemutan terjadi karena adanya hambatan pada hantaran pesan oleh syaraf ke otak. Sensasi normal hilang saat adanya hambatan tersebut sehingga dapat terjadi kebas atau baal. Saat hambatan terlepas dan syaraf mulai mengirim pesan lagi ke otak, pada saat itu lah terjadi kesemutan. Hambatan dapat terjadi karena posisi tubuh, tapi dapat juga terjadi karena kerusakan syaraf atau masalah pada otak. Dapat juga terjadi karena hal-hal lain yang akan kita bahas di bawah.

2.4 MANIFESTASI KLINIK1. Kecemasan2. Sering buang air kecil3. Paresthesia makin terasa bila berjalan atau menggerakkan anggota badan4. Kaku otot5. Nyeri pada tubuh6. Merah pada lokasi paresthesia7. Sensitif bila disentuh pada lokasi paresthesia

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Pemeriksaan darah untuk melihat ada tidaknya diabetes dan anemia defisiensi B12.b. Pemeriksaan jantung dan sistem syaraf.

2.6 PENATALAKSANAANAkan sangat tergantung dari penyebab terjadinya kesemutan.a. Dilakukan Sendiri Bila karena ada bagian tubuh yang terhimpit sebelum terjadi kesemutan, maka coba lah untuk memperbaiki posisi tubuh, atau longgarkan pakaian dan sepatu Anda. Bila terjadi di tangan atau kaki, kibaskan tangan atau kaki tersebut. Serta dapat dilakukan pijatan-pijatan pada daerah yang kesemutan. Bila sedang mengendarai kendaraan, cobalah untuk menepi, keluar dari kendaraan, perbaiki posisi tubuh dan lakukan gerakan-gerakan senam ringan. Bila karena suatu kondisi medis seperti di atas. Istirahat adalah tindakan yang bijaksana untuk mengurangi beban pada bagian tubuh yang sedang bermasalah. Bila karena suatu penyakit, maka yang harus dilakukan adalah menangani penyakit tersebut semaksimal mungkin sesuai anjuran dokter. Dapat mengkonsumsi obat-obatan anti-inflamasi yang dijual bebas.b. Dilakukan Dokter Dokter akan meminta Anda untuk lebih banyak mengistirahatkan bagian tubuh yang sering terjadi kesemutan. Mungkin juga untuk dianjurkan untuk menjalani Fisioterapi bila penyebabnya dapat ditangani dengan Fisioterapi. Memberikan obat anti-inflamasi untuk mengurangi keluhan terutama untuk kesemutan yang kronis. Melakukan operasi pada kasus kesemutan yang disebabkan oleh jepitan syaraf seperti carpal tunnel syndrome, sciatica, dll., bila sudah tidak ada kemajuan ditangani dengan cara non operatif.

2.7 KOMPLIKASIKarena paresthesia dapat terjadi akibat kerusakan pada sistem saraf atau penyakit yang merusak saraf, sangat penting untuk segera mengetahui penyebabnya. Bila terlambat maka dapat saja terjadi kerusakan yang permanen dan timbul lah komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi sebagai berikut: Rasa nyeri yang kronis dan terus menerus Tidak dapat bernafas tanpa bantuan Kehilangan rasa raba pada beberapa bagian tubuh Kelumpuhan Sehingga menyebabkan kualitas hidup yang buruk

2.8 PENCEGAHANa. Bila terjadi karena suatu kondisi medis dan penyakit, maka jalankanlah segala sesuatu sesuai anjuran dokter.b. Bila Anda sering terkena kesemutan, dan sudah dipastikan tidak ada penyakit khusus yang menyebabkannya, cobalah untuk rajin melakukan senam seperti yoga atau Pilates.c. Kurangi resiko masalah tulang punggung dengan menghindari mengangkat beban berat melebihi kebiasaan Anda dan perbaiki postur tubuh Anda saat duduk.d. Hindari gerakan-gerakan berulang.e. Beristirahatlah bila Anda sudah merasa lelah.f. Hindari konsumsi alkohol.g. Berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lain.h. Sempurnakan diet Anda agar tidak terjadi defisiensi vitamin B12 atau minum suplemen vitamin secara rutin.

BAB IIIKONSEP TEORI GUILLAIN BARRE SYNDROME

3.1 DefinisiGuillain Barre Syndrom (GBS) didefinisikan sebagai sebuah penyakit demyelinisasi neurologist. Terjadi secara akut, berkembang dengan cepat. Biasanya mengikuti pola ascending (merambat ke atas) mengenai akar saraf-saraf spinal dan perifer. Terkadang mengenai saraf-saraf cranial. Memiliki rangkaian klinis dengan variabel yang tinggi.Guillain Bare Syndrom adalah ganguan kelemahan neuro-muskular akut yang memburuk secara progresif yang dapat mengarah pada kelumpuhan total, tatapi biasanya paralisis sementara.

3.2 EtiologiEtiologi SGB sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan/penyakit yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya SGB, antara lain:a. Infeksib. Vaksinasic. Pembedahand. Penyakit sistematike. Keganasanf. Systemic lupus erythematosusg. Tiroiditish. Penyakit addisoni. Kehamilan atau dalam masa nifas

3.3 Klasifikasia. Radang polineuropati demyelinasi akut (AIDP), yang merupakan jenis GBS yang paling banyak ditemukan, dan sering disinonimkan dengan GBS. Disebabkan oleh respon autoimun yang menyerang membrane sel Schwann.b. Sindroma Miller Fisher (MFS), merupakan varian GBS yang jarang terjadi dan bermanifestasi sebagai paralisis desendens, berlawanan dengan jenis GBS yang biasa terjadi. Umumnya mengenai otot-otot okuler pertama kali dan terdapat trias gejala, yakni oftalmoplegia, ataksia, dan arefleksia. Terdapat antibodi Anti-GQ1b dalam 90% kasus.c. Neuropati aksonal motorik akut (AMAN) atau sindroma paralitik Cina; menyerang nodus motorik Ranvier dan sering terjadi di Cina dan Meksiko. Hal ini disebabkan oleh respon autoimun yang menyerang aksoplasma saraf perifer. Penyakit ini musiman dan penyembuhan dapat berlangsung dengan cepat. Didapati antibodi Anti-GD1a, sementara antibodi Anti-GD3 lebih sering ditemukan pada AMAN.d. Neuropati aksonal sensorimotor akut (AMSAN), mirip dengan AMAN, juga menyerang aksoplasma saraf perifer, namun juga menyerang saraf sensorik dengan kerusakan akson yang berat. Penyembuhan lambat dan sering tidak sempurna.e. Neuropati panautonomik akut, merupakan varian GBS yang paling jarang; dihubungkan dengan angka kematian yang tinggi, akibat keterlibatan kardiovaskular dan disritmia.f. Ensefalitis batang otak Bickerstaffs (BBE), ditandai oleh onset akut oftalmoplegia, ataksia, gangguan kesadaran, hiperefleksia atau refleks Babinski (menurut Bickerstaff, 1957; Al-Din et al.,1982). Perjalanan penyakit dapat monofasik ataupun diikuti fase remisi dan relaps. Lesi luas dan ireguler terutama pada batang otak, seperti pons, midbrain, dan medulla. Meskipun gejalanya berat, namun prognosis BBE cukup baik.

3.4 PatofisiologiGullain Barre Syndrome diduga disebabkan oleh kelainan system imun lewat mekanisme limfosit medialed delayed hypersensivity atau lewat antibody mediated demyelinisation. Masih diduga, mekanismenya adalah limfosit yang berubah responya terhadap antigen.Limfosit yang berubah responnya menarik makrofag ke saraf perifer, maka semua saraf perifer dan myelin diserang sehingga selubung myelin terlepas dan menyebabkan system penghantaran implus terganggu.Karena proses ditujukan langsung pada myelin saraf perifer, maka semua saraf perifer dan myelin saraf perifer, maka semua saraf dan cabangnya merupakan target potensial, dan biasannya terjadi difus. Kelemahan atau hilangnya system sensoris terjadi karena blok konduksi atau karena axor telah mengalami degenerasi oleh karena denervasi. Proses remyelinisasi biasannya dimulai beberapa minggu setelah proses peradangan terjadi.

3.5 Manifestasi KlinisSulit dideteksi pada awal kejadian, biasanya : Gejala berupa flu, demam, headache, pegal dan 10 hari kemudian muncul gejala lemah. Selang 1-4 minggu, sering muncul gejala berupa :a. Paraestasia (rasa baal, kesemutan)b. Otot-otot lemas (pada tungkai, tubuh dan wajah)c. Saraf-saraf cranialis sering terjadi patologi, shg ganguan gerak bola mata, mimik wajah, bicara, d. Gangguan pernafasan (kesulitan inspirasi)e. Ganggua saraf-saraf otonom (simpatis dan para simpatis)f. Gangguan frekuensi jantungg. Gangguan irama jantungh. Gangguan tekanan darahi. Gangguan proprioseptive dan persepsi terhadap tubuh diikuti rasa nyeri pada bagian punggung dan daerah lainnya.

3.6 Komplikasi 1. Kegagalan jantung2. Kegagalan pernapasan3. Infeksi dan sepsis4. Trombosis vena5. Emboli paru

3.7 Pemeriksaan Diagnostika. Cairan serebrospinalis: meningkatnya kadar protein, limposit normalb. Elektromyografi: menurunnya konduksi sarafc. Test fungsi paru: menurunya kapasitas vital, perubahan peningkatan pH.

3.8 Pemeriksaan Penunjang a. Serebrospinal (CSS) Yang paling khas adalah adanya disosiasi sitoalbuminik, yakni meningkatnya jumlah protein (100-1000 mg/dL) tanpa disertai adanya pleositosis (peningkatan hitung sel). Pada kebanyakan kasus, di hari pertama jumlah total protein CSS normal; setelah beberapa hari, jumlah protein mulai naik, bahkan lebih kanjut di saat gejala klinis mulai stabil, jumlah protein CSS tetap naik dan menjadi sangat tinggi. Puncaknya pada 4-6 minggu setelah onset. Derajat penyakit tidak berhubungan dengan naiknya protein dalam CSS. Hitung jenis umumnya di bawah 10 leukosit mononuclear/mmb. Pemeriksaan kecepatan hantar saraf (KHS) dan elektromiografi (EMG)Manifestasi elektrofisiologis yang khas dari GBS terjadi akibat demyelinasi saraf, antara lain prolongasi masa laten motorik distal (menandai blok konduksi distal) dan prolongasi atau absennya respon gelombang F (tanda keterlibatan bagian proksimal saraf), blok hantar saraf motorik, serta berkurangnya KHS. Pada 90% kasus GBS yang telah terdiagnosis, KHS kurang dari 60% normal. EMG menunjukkan berkurangnya rekruitmen motor unit Dapat pula dijumpai degenerasi aksonal dengan potensial fibrilasi 2-4 minggu setelah onset gejala, sehingga ampilitudo CMAP dan SNAP kurang dari normal. Derajat hilangnya aksonal ini telah terbukti berhubungan dengan tingkat mortalitas yang tinggi serta disabilitas jangka panjang pada pasien GBS, akibat fase penyembuhan yang lambat dan tidak sempurna. Sekitar 10% penderita menunjukkan penyembuhan yang tidak sempurna, dengan periode penyembuhan yang lebih panjang (lebih dari 3 minggu) serta berkurangnya KHS dan denervasi EMG.c. Pemeriksaan darah Pada darah tepi, didapati leukositosis polimorfonuklear sedang dengan pergeseran ke bentuk yang imatur, limfosit cenderung rendah selama fase awal dan fase aktif penyakit. Pada fase lanjut, dapat terjadi limfositosis; eosinofilia jarang ditemui. Laju endap darah dapat meningkat sedikit atau normal, sementara anemia bukanlah salah satu gejala.d. Dapat dijumpai respon hipersensitivitas antibodi tipe lambatDengan peningkatan immunoglobulin IgG, IgA, dan IgM, akibat demyelinasi saraf pada kultur jaringan.Abnormalitas fungsi hati terdapat pada kurang dari 10% kasus, menunjukkan adanya hepatitis viral yang akut atau sedang berlangsung; umumnya jarang karena virus hepatitis itu sendiri, namun akibat infeksi CMV ataupun EBV.e. Elektrokardiografi (EKG)Menunjukkan adanya perubahan gelombang T serta sinus takikardia. Gelombang T akan mendatar atauinverted pada lead lateral. Peningkatan voltase QRS kadang dijumpai, namun tidak sering.f. Tes fungsi respirasi (pengukuran kapasitas vital paru)Menunjukkan adanya insufisiensi respiratorik yang sedang berjalan (impending).

3.9 Penatalaksanaana. Penatalaksanaan Keperawatan ( Perawatan Supportif)1. RespirasiMonitor ketat frekuensi dan pola nafas yaitu monitor oksimetri dan AGD. Pernafasan mekanik, perawatan pasien dengan ventilator mekanik.2. Kardiovaskuler : monitor ketat frekuensi, irama, kekuatan denyut nadi (HR ) dan tekanan darah (blood pressure ).3. Pemenuhan kebutuhan cairan, elektrolit dan nutrisi.4. Perawatan secara umum : physioterapi perawatan pada bagian-bagian tubuh yang tertekan pertahankan ROM sendi pertahankan fungsi paru kultur urine dan sputum tiap 2 minggu pencegahan terhadap tromboemboli pemberian antidepressant jika pasien depresi

b. Penatalaksanaan Medis1. Pengobatan SpesifikPlasmas exchange (plasmaphoresis) lebih efektif dalam 7 hari dari timbulnya serangan / gejala. Diperlukan filter khusus yang menyerupai filter pada dialisa ginjal. Filter ini digunakan untuk menyaring keluar antibodi-antibodi (merupakan media dari system imun) yang menyerang dan merusak lapisan myelin dan saraf-saraf perifer. Tak ada pedoman yang pasti dalam melakukan tindakan ini,namun umumnya sekitar 3-5 liter dari plasma pasien disaring keluar dan digantikan pada waktu yang sama dengan plasma atau plasma + normal saline. Setiap hari setelah terapi selesai, pasien diberi 4-5 unit FFP (Fresh Frozen Plasma) untuk menggantikan factor pembeku darah yang dapat ikut tersaring keluar. Penggantian plasma diharapkan dilakukan setiap hari selama 3-5 hari dan biasanya berhasil dengan sangat baik, namun jika pasien tidak berespon terhadap terapi ini sampai hari ke lima maka terapi / tindakan ini tidak diulangi. Tindakan penggantian plasma ini telah terbukti berhasil mencegah pasien menggunakan ventilator atau mengurangi lamanya pasien menggunakan ventilator.Masalah yang timbul dengan tindakan penggantian plasma antara lain : Biayanya mahal. Dapat menyebabkan hipotensi, arythmia, haematoma, thrombus dan komplikasi yang mengarah terjadinya sepsis. Membutuhkan perawat yang trampil.2. Pemberian immunoglobulin secara intravena yang diberikan dengan dosis 0,4 g/kg selama 5 hari berturut turut.3. Cairan , elektrolit dan nutrisi.4. Sedative dan analgetik.

3.10 WOCInfeksi, pembedahan, penyakit sistemik

Kelainan sistem imun (Lupus, penyakit Addison)

Menghancurlan myelin yang mengelilingi akson

Konduksi salsatori tidak terjadi dan tidak adaTransmisi impuls syaraf

Gangguan fungsi syaraf perifer dan cranial

GBS

Gang. Fungsi syaraf cranialGang. syaraf periferdisfungsi otonom

Perubahan estetika wajah MK: Gangguan body image b.d estetika wajahMK: Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi tertahanResiko akumulasi sekretReflek batukInsufisiensi pernafasanKelemahan otot pernafasanMK: Pola nafas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskulerMK: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna nutrisiIntake nutrisi dan cairan Gang. mimik wajah, bicara, mengunyah, menelanMK: Penurunan curah jantung b.d gangguan irama jantungCOGangguan frekuensi dan irama jantungKelemahan saraf simpatis dan parasimpatisMK: gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan ototTonus otot seluruh tubuhKelemahan otot wajah, tungkai dan daerah periferParastesiaDan neuromuskuler

BAB IVKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajiana. Identitasb. Pola-pola pengkajian1. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatana) Keadaan sebelum sakitTanyakan mengenai vaksinasi yang di dapatkan pasien, lingkungan, kebiasaan merokok, pernah melakukan check up klinis sebelumnya, dan upaya yang dilakukan mempertahankann hygiene.b) Riwayat Penyakit Saat IniKeluhan utama: Kelemahan otot, nyeri, kesulitan bernapas, serta kelumpuhan otot.c) Riwayat Penyakit Yang pernah dialamiTanyakan pada pasien apakah sering mengalami flu atau penyakit lain berhubung dengan saluran napas, cerna, atau penyakit lain seperti HIV, hepatitis dll.d) Riwayat Kesehatan KeluargaTanyakan apakah ada keluarga pasien mengidap penyakit serupa.2. Pola Nutrisi dan MetabolikGejala : Kesulitan dalam menguyah dan menelan.Tanda : Gangguan pada reflex menelan.3. Pola EliminasiGejala : Adanya perubahan pola eliminasiTanda : Kelemahan pada otot-otot abdomen, hilangnya sensasi anal (anus) atau berkemih dan reflex sfingter.4. Pola Aktivitas dan LatihanGejala : Adanya kelemahan dan paralisis secara simetris yang biasanya dimulai dari ekstremitas bagian bawah dan selanjutnya berkembang dengan cepat ke arah atas. Kesulitan dalam bernapas, napas pendek menyebabkan sulit beraktivitas. Perubahan tekanan darah (hipertensi/hipotensi) menganggu latihan.Tanda : Kelemahan otot, paralisis flaksid (simetris), cara berjalan tidak mantap. Pernapasan perut, menggunakan otot bantu napas, tampak sianosis/pucat. Takikardi/bradikardi, distrimia.5. Pola Persepsi KognitifGejala : Kebas, kesemutan yang dimulai dari kaki atau jari-jari kaki dan selanjutnya terus naik, perubahan rasa terhadap posisi tubuh, vibrasi, sensasi nyeri, sensasi suhu, dan perubahan dalam ketajaman penglihatan.Tanda : Hilangnya/menurunnya reflex tendon dalam, hilangnya tonus otot, adanya masalah dengan keseimbangan. Lalu, adanya kelemahan pada otot-otot wajah, terjadi ptosis kelopak mata. Kehilangan kemampuan untuk berbicara.6. Pola Peran dan Hubungan Dengan SesamaTanda : Kehilangan kemampuan untuk berbicara dan berkomunikasi.7. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap StressGejala : Perasaan cemas dan terlalu berkonsentrasi pada masalah yang dihadapi.Tanda : Tampak takut dan bingung.c. Pemeriksaan Fisik B1 (Breathing) Kesulitan bernafas / sesak, pernafasan abdomen, apneu, menurunnya kapasitas vital / paru, reflek batuk turun, resiko akumulasi secret. B2 (Bleeding) Hipotensi / hipertensi, takikardi / bradikardi, wajah kemerahan. B3 (Brain) Kesemutan, kelemahan-kelumpuhan, ekstremitas sensasi nyeri turun, perubahan ketajaman penglihatan, ganggua keseimbangan tubuh, afasis (kemampuan bicara turun), fluktuasi suhu badan. B4 (Bladder) Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine, hilangnya sensasi saat berkemih. B5 ( Bowel) Kesulitan menelan-mengunyah, kelemahan otot abdomen, peristaltic usus turun, konstipasi sampai hilangnya sensasi anal. B6 (Bone) Gangguan mobilitas fisik-resiko cidera / injuri fraktur tulang, hemiplegi, paraplegi.

4.2 Diagnosa1. Pola nafas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskuler2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi tertahan3. Penurunan curah jantung b.d gangguan irama jantung4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna nutrisi5. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot6. Gangguan body image b.d estetika wajah

4.3 Intervensi

No. DxTujuan Intervensi

1.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan pola nafas pasien kembali efektifKriteria hasil: Tidak ada sianosis dan dipsnea Irama nafas normal RR 16-24x per menit1. Auskultasi suara nafas dan catat adanya tambahan suara nafas2. Sangga dada pasien saat batuk untuk mengurangi nyeri3. Berikan oksigen 2 4 liter / menit melalui nasal kateter atau masker untuk mempertahankan tekanan oksigen arteri partial ( PaO2 ) >70 mm Hg sesuai intruksi medis.4. Observasi tanda-tanda hipoventilasi5. Ajarkan batuk efektif6. Kolaborasi pemberian antibiotic dan antipiretik.

2.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan jalan nafas kembali efektif.Kriteria hasil: Suara nafas bersih Bernafas dengan mudah Saturasi O2 > 95%1. Kaji status pernapasan setiap 4 jam sekali2. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.3. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.4. Gunakan posisi semi fowler5. Lakukan suction6. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan antibiotic

3.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan penurunan cardiac output teratasi.Kriteria hasil: TD : 120/80 mmHg Nadi : 80x per menit Tidak penurunan kesadaran Warna kulit normal1. Kaji TTV setiap 4 jam sekali2. Evaluasi adanya nyeri dada3. Catat adanya disritmia jantung4. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output5. Monitor tanda-tanda sianosis6. Berikan obat anti aritmia, inotropik, vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas jantung

4.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.Kriteria hasil: Nafsu makan baik BB ideal Turgor kulit baik1. Pantau tanda-tanda malnutrisi2. Timbang BB pasien setiap hari3. Pertahankan diet pasien sesuai indikasi4. Berikan makanan sedikit demi sedikit dengan porsi kecil tapi sering5. Lakukan pemasangan selang NGT atau parenteral sesuai indikasi

5.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan gangguan mobilitas fisik teratasiKriteria hasil: Klien meningkat dalam aktivitas fisik Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas fisik Memperagakan penggunaan alat bantu1. Monitor TTV sebelum/ sesudah latihan fisik2. Bantu klien menggunakan alat bantu3. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi4. Berikan alat bantu jika klien memerlukan5. Ajarkan klien untuk merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan

6.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan gangguan body image pasien teratasiKriteria hasil: Body image positif Mampu mengidentifikasi kekuatan personal Mempertahankan interaksi sosial 1. Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya2. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit3. Dorong klien mengungkapkan perasaannya4. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu5. Fasilitasi kontak denan individu lain dalam kelompok kecil

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanKesemutan atau parestesia dalam ilmu kedokteran, adalah sebuah sensasi pada permukaan tubuh tertentu yang tidak dipicu rangsangan dari dunia luar.Sebenarnya parestesia adalah sensasi rasa dingin atau panas di suatu bagian tubuh tertentu, atau sensasi rasa dirambati sesuatu. Parestesia itu timbul bila terjadi iritasi pada serabut saraf yang membawa sensasi kesemutan. Kesemutan terjadi karena aliran darah yang tidak lancar atau sarafnya lemah (neuropati). Sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter ahli penyakit dalam atau saraf.GBS merupakan proses yang diperantarai oleh imunitas, suatu kelainan yang jarang terjadi; dimana sistem imunitas tubuh menyerang sarafnya sendiri. Terjadi kelemahan otot, kehilangan reflex, dan kebas pada lengan, tungkai, wajah, dan bagian tubuh lain. Kasus ini terjadi secara akut dan berhubungan dengan proses autoimun. Fokus utama asuhan keperawatan pada penyakit ini adalah mempertahankan pernapasan, mencegah komplikasi, memberi dukungan emosional, mengedalikan nyeri, dan memberikan iformasi prognosis penyakit.

5.2 SaranNutrisi, hygiene, dan istirahat yang cukup dapat membantu meningkatkan system imun dari tubuh penderita yang mengalami masalah pada bagian system imun. Bagi perawat diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien Guillain Barre Syndrome dengan keluhan utama parastesia.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi. EGC: Jakarta.Doenges Marilyn E. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC.Guyton. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi Revisi. EGC: Jakarta.Harsono. 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi I. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.Jukarnain. 2011. Keperawatan Medikal Bedah gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : EGCPrice, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit Volume 1 Edisi 6. EGC: Jakarta.Tarwoto, Ns. S.Kep.2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan, Jakarta, Sagung SetoWong. DC. 2003. Pedoman klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. EGC: JakartaMy live.Mengenal Sindroma Guillan Barre (lumpuh yang bukan karena stroke).11 Januari 2009Seputar Kedokteran dan Linux.Sindroma Guillan Barre. 10 Maret 2009

20 | sistem neurobehaviour