kependudukan dan ketenagakerjaan

20
3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Variabel-Variabel Kependudukan Indonesia Pertama kali dilakukan penaksiran jumlah penduduk di Indonesia dilakukan pada tahun 1985 dan itupun hnya sebatas Pulu Jawa dengan taksiran 4,5 juta jiwa. Kemudian pada tahun 1930, perkiraan akan jumlah penduduk Indonesia dilakukan dengan cukup layak dan dipercaya. Pada waktu itu, penduduk Indonesia diperkiraan sekitar 60,73 juta jiwa, di antaranya 41,82 juta jiwa (68,86 persen) merupakan penduduk Pulau Jawa. Penduduk Indonesia terus tumbuh dengan laju sekitar 2 persen tiap tahunnya. Oleh World Development Report , pertengahan tahun 1993, jumlah penduduk Indonesia ditaksir mencapai 187 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah penduuk Indonesia diperkirakan mencapai bilangan sekitar 205-206 juta jiwa. Masalah kependudukan atas pembangunan sesungguhnya tidak terlalu berhubungan dengan aspek jumlah, melainkan lebih terkait dengan variabel- variabel lain kependudukan dan karakteristik penduduk yang bersangkutan. Variabel-variabel lain itu misalnya sebaran; komposisi; kepadatan; dan pertumbuhan penduduk. Sedangkan karakteristik yang dimaksud misalnya tingkat pendapatan; kesehatan dan pendidikn. Indonesia bukan saja memiliki jumlah penduduk dalam jumlah besar, tetapi juga menghadapi masalah ketidakmerataan persebaran penduduk dan tingginya laju pertumbuhan penduduk. Dalam perspektif spasial, sebagian besar penduduk tinggal di daerah pedesaan. Dalam perspektif regional, mayoritas penduduk bermukim di Pulau Jawa. Ketidakmerataan jumlah penduduk inilah yang menimbulkan msalah urbanisasi. Arus urbanisasi yang tinggi kemudian menimbulkan masalah bagi kota yang didatangi, seperti penyediaan lapangan kerja; pemukiman; kriminalitas; dan masalah- masalah sosial lainnya.

Upload: ika-kustikasari

Post on 12-Jul-2015

1.591 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Variabel-Variabel Kependudukan Indonesia

Pertama kali dilakukan penaksiran jumlah penduduk di Indonesia dilakukan

pada tahun 1985 dan itupun hnya sebatas Pulu Jawa dengan taksiran 4,5 juta jiwa.

Kemudian pada tahun 1930, perkiraan akan jumlah penduduk Indonesia dilakukan

dengan cukup layak dan dipercaya. Pada waktu itu, penduduk Indonesia

diperkiraan sekitar 60,73 juta jiwa, di antaranya 41,82 juta jiwa (68,86 persen)

merupakan penduduk Pulau Jawa. Penduduk Indonesia terus tumbuh dengan laju

sekitar 2 persen tiap tahunnya. Oleh World Development Report, pertengahan

tahun 1993, jumlah penduduk Indonesia ditaksir mencapai 187 juta jiwa. Pada

tahun 2000 jumlah penduuk Indonesia diperkirakan mencapai bilangan sekitar

205-206 juta jiwa.

Masalah kependudukan atas pembangunan sesungguhnya tidak terlalu

berhubungan dengan aspek jumlah, melainkan lebih terkait dengan variabel-

variabel lain kependudukan dan karakteristik penduduk yang bersangkutan.

Variabel-variabel lain itu misalnya sebaran; komposisi; kepadatan; dan

pertumbuhan penduduk. Sedangkan karakteristik yang dimaksud misalnya tingkat

pendapatan; kesehatan dan pendidikn.

Indonesia bukan saja memiliki jumlah penduduk dalam jumlah besar, tetapi

juga menghadapi masalah ketidakmerataan persebaran penduduk dan tingginya

laju pertumbuhan penduduk. Dalam perspektif spasial, sebagian besar penduduk

tinggal di daerah pedesaan. Dalam perspektif regional, mayoritas penduduk

bermukim di Pulau Jawa. Ketidakmerataan jumlah penduduk inilah yang

menimbulkan msalah urbanisasi. Arus urbanisasi yang tinggi kemudian

menimbulkan masalah bagi kota yang didatangi, seperti penyediaan lapangan

kerja; pemukiman; kriminalitas; dan masalah-masalah sosial lainnya.

4

Tabel 1.1

Distribusi Penduduk Indonesia Menurut Publikasi BPS Pada Bulan Agustus 2010

Pulau Persentase

Pulau Jawa 57,49%

Pulau Sumatra 21,31%

Pulau Sulawesi 7,31%

Pulau Kalimantan 5,80%

Bali dan Nusa Tenggara 5,50%

Papua dan Maluku 2,60% Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sensus_Penduduk_Indonesia_2010

Menurut publikasi BPS pada bulan Agustus 2010, skitar 57,49 persen

penduduk Indonesia bermukim di Pulau jawa yang luasnya hanya 7 persen dari

luas wilayah seluruh Indonesia. Hal ini membuat Pulau Jawa menjadi pulau

dengan kepadatan penduduk tertinggi di tanah air.

Dalam perspektif jenis kelamin, proporsi penduduk laki-laki Indonesia

sebanyak 119 630 913 jiwa dan perempuan sebanyak 118 010 413 jiwa. Seks

Rasio adalah 101, berarti terdapat 101 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Seks

Rasio menurut provinsi, yang terendah adalah 94 di Provinsi NTB dan tertinggi

adalah 113 di Provinsi Papua. Seks Rasio nasional pada kelompok umur 0-4

sebesar 106, umur 5-9 sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai

64 berkisar antara 93 sampai dengan 109, dan umur 65+ sebesar 81.

Tabel 1.2

Laju Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Provinsi

Provinsi

Laju Pertumbuhan

Penduduk Kepadatan Penduduk

2000-2010 2010

Aceh 2,36 4.494.410

Sumatera Utara 1,10 12.982.204

Sumatera Barat 1,34 4.846.909

Riau 3,58 5.538.367

Jambi 2,56 3.092.265

Sumatera Selatan 1,85 7.450.394

Bengkulu 1,67 1.715.518

Lampung 1,24 7.608.405

Kepulauan Bangka Belitung 3,14 1.223.296

Kepulauan Riau 4,95 1.679.163

DKI Jakarta 1,41 9.607.787

Jawa Barat 1,90 43.053.732

Jawa Tengah 0,37 32.382.657

DI Yogyakarta 1,04 3.457.491

5

Catatan : Tidak Termasuk Timor Timur, Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut,

Rumah Perahu, dan Penduduk Ulang-alik/Ngelaju)

Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980 , 1990 , 2000 , 2010 dan Sensus Penduduk Antar Sensus

(SUPAS) 1995 (www.bps.go.id)

Dilihat dengan perspektif regional, provinsi berpenduduk terpadat adalah

Jawa Barat. Sedangkan wilayah berpenduduk terjarang atau kepadatan terendah

ialah Provinsi Papua Barat. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan

laju pertumbuhan penduduk terendah, rata-rata 0,37 persen pertahun untuk kurun

waktu 2000-2010, tetapi kepadatannya menempati urutan ketiga tertinggi setelah

Jawa Barat dan Jawa Timur.

Mengatasi persoalan ketidakmerataan tersebut, sudah sejak lama

transmigrasi menjadi salah satu program penting. Kebijaksaan mengenai hal itu

merupakan bagian tak terpisahkan dalam program-program pembangunan. Masih

berkaitan dengan lajunya pertumbuhan penduduk, program keluarga berencana

juga sama pentingnya

Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah adalah tiga provinsi dengan

urutan teratas yang berpenduduk terbanyak, yaitu masing-masing berjumlah

43.053.732 orang, 37.476.757 orang, dan 32.382.657 orang. Sedangkan Provinsi

Jawa Timur 0,76 37.476.757

Banten 2,78 10.632.166

Bali 2,15 3.890.757

Nusa Tenggara Barat 1,17 4.500.212

Nusa Tenggara Timur 2,07 4.683.827

Kalimantan Barat 0,91 4.395.983

Kalimantan Tengah 1,79 2.212.089

Kalimantan Selatan 1,99 3.626.616

Kalimantan Timur 3,81 3.553.143

Sulawesi Utara 1,28 2.270.596

Sulawesi Tengah 1,95 2.635.009

Sulawesi Selatan 1,17 8.034.776

Sulawesi Tenggara 2,08 2.232.586

Gorontalo 2,26 1.040.164

Sulawesi Barat 2,68 1.158.651

Maluku 2,80 1.533.506

Maluku Utara 2,47 1.038.087

Papua Barat 3,71 760.422

Papua 5,39 2.833.381

INDONESIA 1,49 237.641.326

6

Sumatera Utara merupakan wilayah yang terbanyak penduduknya di luar Pulau

Jawa, yaitu sebanyak 12.982.204 orang.

Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Indonesia adalah sebesar 124 orang

per km². Provinsi yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Provinsi DKI

Jakarta, yaitu sebesar 14.440 orang per km². Provinsi yang paling rendah tingkat

kepadatan penduduknya adalah Provinsi Papua Barat, yaitu sebesar 8 orang per

km².

2.2 Karakteristik Kependudukan Indonesia

Penduduk dapat dikelompokkan menurut karakteristik tertentu.

Pengelompokkan penduduk ini dapat berdasarkan karakteristik demografi (umur

dan jenis kelamin), sosial (tingkat pendidikan dan status perkawinan), ekonomi

(lapangan usaha serta status dan jenis pekerjaan), dan geografis (tempat tinggal).

Berdasarkan hasil SP 2000 menurut karakteristik umur, penduduk Indonesia

didominasi oleh kelompok usia produktif (penduduk usia 15-59 tahun), yaitu

sekitar 65,03 persen. Disusul oleh kelompok usia muda (0-14 tahun) sebesar 30,43

persen dan kelompok usia tua (diatas 65 tahun) sebesar 4,54 persen. Pada hasil SP

2010, kondisi tersebut tidak berubah, tetapi proporsi penduduk kelompok usia

muda mengalami penurunan. Sedangkan proporsi penduduk kelompok usia

produktif dan tua mengalami peningkatan, kemudian hasil SP 2000 juga

menunjukkan umur median penduduk Indonesia adalah 23,78 tahun dan

mengalami peningkatan pada SP 2010 menjadi 27,2 tahun. Dengan demikian,

penduduk Indonesia dapat dikategorikan sebagai penduduk intermediate, yaitu

transisi dari penduduk muda ke penduduk tua.

Peningkatan proporsi penduduk usia produktif di Indonesia sebenarnya akan

menguntungkan secara ekonomi. Sebab penurunan proporsi kelompok penduduk

usia muda akan mengurangi besarnya investasi untuk pemenuhan kebutuhannya,

sehingga sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan

ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Namun, kondisi ini hanya bisa

dimanfaatkan jika diiringi dengan peningkatan jumlah lapangan kerja,

peningkatan peran perempuan dalam aktivitas ekonomi, peningkatan tabungan

masyarakat, dan perbaikan kualitas sumber daya manusia.

7

Berdasarkan hasil SP 2000 menurut karakteristik jenis kelamin, proporsi

penduduk laki-laki lebih banyak dari pada penduduk perempuan. Hal ini

ditunjukan dengan rasio jenis kelamin sebesar 100,6. Lalu, rasio ini menurun

menjadi 101 menurut hasil SP 2010. Ini menunjukkan proporsi penduduk laki-laki

dan perempuan menjadi hampir seimbang.

Berdasarkan hasil SP 2000 menurut karakteristik status perkawinan,

Indonesia didominasi oleh penduduk berusia 10 tahun keatas dengan status kawin.

Selanjutnya, proporsi status penduduk laki-laki belum kawin lebih tinggi

dibandingkan dengan perempuan. Biasanya hal ini terjadi karena laki-laki ingin

meneruskan pendidikan ke tingkatan lebih lanjut atau baru mulai bekerja sehingga

menunda perkawinan. Ini terjadi karena laki-laki berperan sebagai kepala keluarga

yang berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga sebelum

memasuki jenjang perkawinan mereka harus terlebih dahulu mapan secara

ekonomi.

Proporsi penduduk dengan status cerai hidup dan cerai mati lebih tinggi

terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan

karena laki-laki yang bercerai atau ditinggal mati oleh istrinya lebih cepat

melakukan perkawinan kembali dibandingkan perempuan. Proporsi penduduk

dengan status cerai hidup lebih didominasi oleh perempuan. Ini menunjukkan

sejalan dengan peningkatan kesadaran akan hak-haknya, perempuan lebih berani

untuk menggugat cerai suaminya. Hasil yang tidak jauh berbeda juga ditunjukkan

oleh SP 2010.

Berdasarkan hasil SP 2000 menurut karakteristik tingkat pendidikan

tertinggi yang ditamatkan, Indonesia didominasi oleh penduduk usia lima tahun

ke atas yang tidak/ belum tamat SD (35,4 persen), disusul oleh penduduk dengan

tingkat pendidikan SD (34,22 persen). Angka penduduk yang tidak/belum tamat

SD bersumber dari penduduk di pedesaan 69,24 persen dan juga berasal dari

penduduk perempuan (53%). Sedangkan angka penduduk dengan tingkat

pendidikan SD bersumber dari penduduk di pedesaan 64,42 persen dan juga

berasal dari penduduk perempuan 51 persen. Ini menunjukkan bahwa kualitas

sumber daya manusia di Indonesia masih sangat rendah. Selain itu, pemerintah

8

wajib memberikan perhatian khusus kepada tingkat pendidikan penduduk di

pedesaan dan tingkat pendidikan perempuan.

Tabel 1.3

Jumlah Penduduk Indonesia menurut Umur dan Jenis Kelamin,

(x 1000)

Kel. Umur Laki-laki

Perempuan Laki-laki

& Perempuan Rasio Jenis Kelamin 0-4 10188,7 9832,7 20021,4 104 5-9 11157,3 10788,9 21946,2 103

10-14 10824,1 10413,9 21238,0 104 15-19 10652,3 10611,7 21264,0 100 20-24 9759,0 10333,2 20092,2 94 25-29 9135,4 9596,1 18731,5 95 30-34 8455,4 8507,0 16962,4 99 35-39 7537,0 7454,4 14991,4 101 40-44 6495,3 6143,6 12638,9 106 45-49 5170,3 4689,9 9860,2 110 50-54 3880,6 3625,7 7506,3 107 55-59 2995,3 2941,5 5936,8 102 60-64 2481,5 2592,1 5073,6 96 65-69 1810,6 2012,2 3822,8 90 70-74 1267,6 1392,3 2659,9 91 75+ 1369,2 1728,2 3097,4 79

Jumlah 103179,9 102663,4 205843,3 101 Sumber: SP2000, BPS 2005, (Data Dirapihkan)

Hasil SP 2010 menunjukkan terjadi penurunan proporsi penduduk

tidak/belum tamat SD, sehingga penduduk Indonesia didominasi oleh penduduk

dengan tingkat pendidikan SD. Selain itu, terjadi peningkatan cukup besar di

jenjang pendidikan lainnya. Ini menunjukkan terjadinya perbaikan kualitas

sumber daya manusia di Indonesia menuju arah yang lebih baik.

Berdasarkan hasil SP 2000 menurut karakteristik persebaran penduduk,

58,83 persen penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa yang hanya 6,75 persen

dari luas wilayah Indonesia. Dan disusul oleh Pulau Sumatera sebesar 21 persen,

Sulawesi 7,25 persen, Kalimantan 5,49 persen, Nusa Tenggara 5,39 persen, serta

Maluku dan Papua 2,04 persen. Pada SP 2010 persebaran penduduk Indonesia

tidak banyak mengalami perubahan. Ini menunjukkan terjadi konsentrasi

penduduk dan aktivitas ekonomi yang sangat tinggi di Pulau Jawa. Hal ini cukup

mengkhawatirkan, jika mengingat bahwa daya dukung lingkungan (ketersediaan

lahan dan air) di Pulau Jawa yang semakin terbatas. Terjadi kenaikan jumlah

9

penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan dari 42 persen pada SP 2000

menjadi 49,1 persen pada SP 2010. Ini menunjukkan terjadinya proses urbanisasi,

baik dalam arti perpindahan penduduk dari desa ke kota dan atau perubahan status

pedesaan menjadi perkotaan.

Pengelompokkan penduduk berdasarkan karakteristik tertentu sangat

berguna untuk berbagai tujuan. Pertama, untuk mengetahui kondisi sumber daya

manusia. Kedua, untuk mengembangkan suatu kebijakan. Ketiga, untuk

menyediakan prasarana dan sarana. Keempat, untuk membandingkan keadaan

suatu penduduk dengan penduduk lainnya. Kelima, untuk mengetahui proses

demografi yang terjadi.

2.3 Ketenagakerjaan

Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua golongan,

yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah setiap orang baik

laki-laki maupun wanita yang sedang, dalam, dan atau akan melakukan suatu

pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan

barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Batas usia kerja yang dianut oleh

Indonesia ialah minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Sedangkan batas

usia menurut Bank Dunia adalah 15 tahun hingga 64 tahun. Masalah kontemporer

ketenagakerjaan Indonesia saat ini adalah:

1. Tingginya jumlah pengangguran

2. Rendahnya tingkat pendidikan

3. Minimnya perlindungan hokum

4. Upah kurang layak

2.3.1 Konsep dan Definisi

Tenaga kerja (manpower) dibagi menjadi dua kelompok yakni angkatan

kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah

tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai

pekerjaan namun sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan.

Sedangkan bukan angkatan kerja (bukan termasuk angkatan kerja) ialah tenaga

kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai

10

pekerjaan, dan tidak mencari pekerjaan, seperti orang-orang yang kegiatannya

bersekolah, mengurus rumah tangga (ibu-ibu yang bukan wanita karir), serta

menerima pendapatan tapi bukan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan,

penderita cacat yang dependen).

Berikut ini adalah jenis-jenis pengangguran:

1. Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)

Adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya

kendala waktu, informsmasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan

pembuka lamaran kerja.

2. Pengangguran Struktural (Structural Unemployment)

Adalah keadaan dimana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak

mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pembuka lapangan kerja.

3. Pengagguran Musiman (Seasonal Unemployment)

Adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiatan ekonomi jangka

pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur.

4. Pengangguran Siklikal

Adalah pengangguran yang menganggur akibat ibas naik turunya siklus

ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah dari penawaran kerja.

Tingkat pengangguran dihitung dengan cara membagi jumlah penganggur

terhadap jumlah angkatan kerja, kemudian dikalikan seratus persen. Sedangkan

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan hasil bagi jumlah

angkatan kerja terhadap jumlah tenaga kerja lalu dikalikan seratus persen.

2.3.2 Angkatan Kerja Indonesia

Sekitar 80% penduduk Indonesia masuk dalam batas usia kerja, dengan

kata lain 20% penduduk tidak tergolong sebagai tenaga kerja. Pada bulan Agustus

2013 jumlah angkatan kerja berjumlah 118,2 juta orang, berkurang sebanyak 3,0

juta orang dibandingkan angkatan kerja Februari 2013 yang mencapai angka

121,2 juta orang. Hal ini dapat dilihat melalui tabel berikut.

11

Tabel 1.4

Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan 2012-2013

(Juta Orang)

Jenis Kegiatan 2012 2013

Februari Agustus Februari Agustus

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Angkatan Kerja 120,41 118,05 121,19 118,19

Bekerja 112,80 110,81 114,02 110,80

Penganggur 7,61 7,24 7,17 7,39

2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 69,66 67,88 69,21 66,90

3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 6,32 6,14 5,92 6,25

4 Pekerja Tidak Penuh 35,55 34,29 35,71 36,81

Setelah Penganggur 14,87 12,77 13,56 10,89

Paruh Waktu 20,68 21,52 22,15 25,92

Bekerja di bawah 15 jam per minggu 6,86 6,62 7,04 8,61

Sumber: Katalog BPS 9199017, 2014.

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa menurunya jumlah angkatan

kerja mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran. Dengan banyaknya

pengangguran serta tingkat partisipasi angkatan kerja yang meningkat membawa

beban tersendiri bagi perekonomian, yakni penciptaan atau perluasan lapangan

kerja. Penciptaan lapangan kerja inilah yang sekarang menjadi salah satu masalah

rawan dalam pembangunan ekonomi di tanah air. Kerawanan yang ada adalah

bagaimana memacu jumlah yang diminta agar mampu menyerap jumlah yang

ditawarkan dan masalah mutu. Kualitas tenaga kerja Indonesia, sebagaimana

tercermin dari tingkat pendidikan angkatan kerja dan produktivitas angkatan kerja

masih relatif rendah. Rendahnya tingkat pendidikan angkatan kerja Indonesia

dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 1.5

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan 2012–2013 (juta orang)

Sumber: Katalog BPS 9199017, 2014.

Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2013 masih didominasi oleh

penduduk bekerja berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah 52,0 juta orang (46,95

12

persen) dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 20,5 juta orang (18,47 persen).

Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 10,5 juta orang mencakup

2,9 juta orang (2,64 persen) berpendidikan Diploma dan sebanyak 7,6 juta orang

(6,83 persen) berpendidikan Universitas. Perbaikan kualitas penduduk yang

bekerja ditunjukkan oleh kecenderungan menurunnya penduduk bekerja

berpendidikan rendah (SMP ke bawah) dan meningkatnya penduduk bekerja

berpendidikan tinggi (Diploma dan Universitas). Dalam setahun terakhir,

penduduk bekerja berpendidikan rendah menurun dari 74,1 juta orang (66,87

persen) pada Agustus 2012 menjadi 72,5 juta orang (65,42 persen) pada Agustus

2013. Sementara penduduk bekerja berpendidikan tinggi meningkat dari 10,0 juta

orang (8,99 persen) pada Agustus 2012 menjadi 10,5 juta orang (9,47 persen)

pada Agustus 2013.

2.4 Pekerjaan dan Tingkat Upah

Sebaran pekerjaan angkatan kerja dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu: (1)

lapangan pekerjaan; (2) status pekerjaan; dan (3) jenis pekerjaan.

2.4.1 Lapangan, Status dan Jenis Pekerjaan

1) Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

a) Komposisi penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan hingga Agustus

2013 tidak mengalami perubahan, dimana Sektor Pertanian, Perdagangan, Jasa

Kemasyarakatan, dan Sektor Industri secara berurutan masih menjadi

penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

b) Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2012, jumlah penduduk yang

bekerja mengalami kenaikan terutama di Sektor Jasa Kemasyarakatan

sebanyak 1,1 juta orang (6,49 persen), Sektor Perdagangan sebanyak 580 ribu

orang (2,50 persen), serta Sektor Keuangan sebanyak 250 ribu orang (9,40

persen).

Sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Pertanian,

Konstruksi, dan Industri, masing-masing mengalami penurunan jumlah penduduk

bekerja sebesar 2,08 persen, 7,51 persen, dan 3,19 persen.

13

Tabel 1.6

Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Pekerjaan Umum

2012-2013 (juta orang)

Sumber: Katalog BPS 9199017, 2014.

2) Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

a) Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja

dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status

pekerjaan utama, pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu

buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal.

Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Agustus 2013 sebanyak 44,8 juta

orang (40,42 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 66,0 juta orang (59,58

persen) bekerja pada kegiatan informal.

b) Dalam setahun terakhir (Agustus 2012―Agustus 2013), penduduk bekerja

dengan status berusaha dibantu buruh tetap berkurang 120 ribu orang dan

penduduk bekerja berstatus buruh/karyawan bertambah sebanyak 740 ribu

orang. Keadaan ini menyebabkan jumlah pekerja formal bertambah sekitar

620 ribu orang dan persentase pekerja formal naik dari 39,86 persen pada

Agustus 2012 menjadi 40,42 persen pada Agustus 2013.

c) Komponen pekerja informal terdiri dari penduduk bekerja dengan status

berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di

pertanian, pekerja bebas di nonpertanian dan pekerja keluarga/tak dibayar.

Dalam setahun terakhir (Agustus 2012―Agustus 2013), pekerja informal

14

berkurang sebanyak 630 ribu orang dan persentase pekerja informal berkurang

dari 60,14 persen pada Agustus 2012 menjadi 59,58 persen pada Agustus

2013. Penurunan ini berasal dari hampir seluruh komponen pekerja informal,

kecuali penduduk bekerja berstatus berusaha sendiri.

Tabel 1.7

Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

2012-2013(juta orang)

Sumber: Katalog BPS 9199017, 2014.

3) Penduduk yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan.

Disamping menurut sektor dan status pekerjaan, para pekerja dapat pula

dipilah-pilah berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan. Secara garis besar

terdapat 10 jenis pekerjaan. Namun mayoritas pekerja di Indonesia adalah tenaga

usaha pertanian. Berikut sektoral jenis pekerjaan tersebut:

a) Tenaga profesional, teknisi, dan sejenisnya

b) Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan

c) Tenaga tata usaha dan sejenisnya

d) Tenaga usaha penjualan

e) Tenaga usaha jasa

f) Tenaga usaha pertanian

g) Tenaga produksi

h) Operator alat-alat angkutan

i) Pekerja kasar

j) Lain-lain.

15

2.4.2 Jam Kerja

Menilai seseorang bekerja atau menganggur semata-mata berdasarkan

apakah ia mempunyai pekerjaan atau tidak, sesungguhnya kuranglah memadai.

Seseorang bisa saja tergolong tidak menganggur karena ia bekerja atau

mempunyai pekerjaan. Akan tetapi jika dalam bekerja itu tenaganya tidak

termanfaatkan secara optimal, berarti ia bekerja tidak dalam kapasitas penuh,

maka sesungguhnya ia setengah menganggur atau menganggur secara

terselubung. Oleh karenanya jam kerja yang dicurahkan perlu turut

dipertimbangkan.

Seseorang dikatakan bekerja penuh (fully employed) apabila jumlah jam

kerjanya setidaknya mencapai 35jam dalam seminggu.

1) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia pada Agustus 2013

sebesar 66,90 persen mengalami penurunan sebesar 2,31 persen jika

dibandingkan dengan TPAK Februari 2013 sebesar 69,21 persen.

2) Pekerja tidak penuh (jumlah jam kerja kurang dari 35 jam per minggu) pada

Agustus 2013 sebanyak 36,81 juta orang (33,22 persen) mengalami kenaikan

dibanding Agustus 2012 sebanyak 34,29 juta orang (30,94 persen).

3) Penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu pada Agustus 2013

mencapai 8,61 juta orang (7,77 persen), mengalami kenaikan jika

dibandingkan Agustus 2012 sebanyak 6,62 juta orang (5,97 persen).

Pada Agustus 2013 terdapat 10,89 juta orang (9,83 persen) penduduk bekerja

berstatus setengah penganggur, yaitu mereka yang bekerja tidak penuh dan masih

mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.

2.4.3 Tingkat Upah

1) Upah Harian Buruh Tani

Secara nasional, rata-rata upah nominal harian buruh tani pada periode

Januari 2014 naik sebesar 0,56 persen dibanding upah buruh tani bulan

sebelumnya, yaitu dari Rp 43.562,00 menjadi Rp 43.808,00. Sedangkan secara riil

turun sebesar 0,59 persen, yaitu dari Rp39.618,00 menjadi Rp39.383,00.

2) Upah Buruh Bangunan

16

Pada Januari 2014, rata-rata upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan

mandor) naik sebesar 0,76 persen dibanding upah nominal Desember 2013, yaitu

dari Rp75.055,00 menjadi Rp75.629,00, sedangkan secara riil turun sebesar 0,30

persen, yaitu dari Rp68.344,00 menjadi Rp68.140,00

Tabel 1.8

Rata-Rata Upah Harian Buruh Tani dan Upah Harian Buruh Bangunan (Rupiah)

Januari 2012-Januari 2014

Sumber: Katalog BPS 9199017, 2014.

3) Upah Buruh Industri

Rata-rata upah nominal per bulan buruh industri pada triwulan III- 2013

meningkat 0,49 persen dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp1.684.300,00

menjadi Rp1.692.500,00. Secara riil, rata-rata

upah buruh industri dari triwulan II-2013 ke triwulan III-2013 turun sebesar 3,45

persen, yaitu dari Rp1.202.800,00 menjadi Rp1.161.300,00.

17

Tabel 1.9

Upah Nominal dan Upah Riil Buruh Industri Per Triwulan (rupiah)

2008-2013

Rendahnya tingkat upah di sektor pertanian yang mendekati rata-rata upah

minimum menjadi salah satu faktor pemicu peralihan tenaga kerja keluar dari

sektor pertanian. Peralihan tenaga kerja ini terutama pada sektor-sektor

perdagangan dan jasa; dan sedikit ke sektor industri manufaktur.

Dari hasil riset World Socialist, mengenai gaji di beberapa Negara dunia

menunjukkan fakta sebagai berikut :

18

1) Buruh di Kamboja dihargai US$ 2,03 atau setara Rp 18.270 per hari. Dalam

sebulan jika dihitung 30 maka buruh di Kamboja dapat upah Rp 548.000.

Kamboja menempati urutan terbawah untuk upah buruh minimum.

2) Vietnam punya batasan upah minimum terendah dan tertinggi yang berbeda

tiap wilayahnya. Yang termurah mulai dari US$ 2.27 (Rp 20.430) per hari

sampai yang tertinggi US$ 3,17 (Rp 28.530) per hari. Buruh Vietnam di akhir

bulan, jika dihitung secara kasar 30 hari, maka bisa pulang membawa uang

antara Rp 612.900 hingga Rp 855.900.

3) Indonesia memberi upah buruh minimal sebesar US$ 3.03 (Rp 27.270) per

hari, sampai maksimal US$ 5,54 (Rp 49.860) per hari. Data ini disusun

sebelum adanya perubahan yang dilakukan oleh Jokowi. Jika mengacu kepada

hitungan tersebut, maka buruh di Indonesia tiap bulannya mendapat bayaran

minimal Rp 818.100 sampai maksimal Rp 1,49 juta. Negeri yang terkenal

dengan jumlah buruhnya ini sebelumnya berada di urutan paling atas untuk

urusan upah minimum. Namun, kini tersalip oleh beberapa negara tetangga

kita.

4) China mematok upah buruh paling rendah sebesar US$ 4 (Rp 36.000) per hari

hingga upah maksimal sebanyak US$ 7,89 (Rp 71.000) per hari. Dalam 30 hari

alias sebulan, Negeri tirai bambu ini menetapkan para buruh bisa mendapat

bayaran mulai dari Rp 1,08 juta hingga paling besar Rp 2,13 juta.

5) Thailand memberikan upah minimum yang lebih tinggi dari Indonesia. Upah

minimal di negeri gajah putih ini sebesar US$ 7,11 (Rp 63.990) hingga

maksimal sebesar US$ 9,60 (Rp 86.400) per hari. Buruh di Thailand mendapat

bayaran per bulan, alias 30 hari, sebesar minimal Rp 1,917 juta sampai

maksimal Rp 2,592 juta.

6) Negara Filipina yang dipimpin Presiden Benigno Aquino ini baru saja merevisi

upah mininum buruhnya menjadi dua tier, sehingga jarak antara yang paling

murah hingga yang paling tinggi sangat jauh, yaitu mulai dari US$ 3,30 (Rp

29.700) per hari untuk usaha skala kecil dengan jumlah karyawan kurang dari

10, sampai tertinggi US$ 10,37 (Rp 93.330) per hari untuk buruh di ibukota.

19

Dalam sebulan, jika dihitung rata 30 hari maka buruh di Filipina bisa dapat

upah sebesar Rp 891.000 hingga Rp 2,8 juta.

Sumber: sosbud.kompasiana.com

2.5 Kebijaksanaan Kependidikan dan Ketenagakerjaan

Berbagai kebijaksanaan telah, sedang, dan akan ditempuh oleh Pemerintah

dalam upaya mengatasi masalah-masalah kependudukan dan ketenagakerjaan.

Dalam Repelita VI ini, sesuai dengan amanat GBHN 1993, pembangunan

kependudukan dalam PJP II diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan

pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Dengan peningkatan kualitas

penduduk dimaksudkan adalah peningkatan kualitas kehidupan dan kemampuan

manusia serta msyarakat Indonesia sebagai pelaku utama dan sasaran

pembangunan. Sedangkan dibidang ketenagakerjaan, penciptaan, dan perluasan

lapangan kerja teus diupayakan terutama melalui peningkatan dan pemerataan

pembangunan industri, pertanian, dan jasa yang mampu menyerap banyak tenaga

kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat.

Dalam rangka peningkatan kualitas penduduk, secara konkret diharapkan

pada akhir PJP II kelak angka sasaran-sasaran berikut tidak tercapai.

1) Angka harapan hidup : 70,6 tahun

2) Pertumbuhan penduduk : 0,88 persen

3) Angka kelahiran kasar : 16,1 per seribu penduduk

4) Angka kematian kasar : 7,4 per seribu penduduk

5) Pertambahan alamiah : 8,8 per seribu penduduk

6) Angka kematian bayi : 26 per seribu kelahiran hidup

Untuk mencapai sasaran-sasaran yang dicanankan, ditempuh berbagai

program dan kebijaksanaan sebagai berikut:

1) Peningkatan kualitas penduduk, melalui program perluasan pendidikan dan

perbaikan mutu pendidikan.

2) Pengendalian pertumbuhan dan kuantitas penduduk, melalui program keluarga

berencana, perbaikan layanan kesehatan dasar.

3) Pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk, melalui program

transmigrasi, pemerataan pembangunan antarwilayah.

20

4) Penyempurnaan sistem informasi kependudukan, melalui program

pengembangan administrasi, dan penataan statistik kependudukan.

5) Pendayagunaan dan kesejahteraan penduduk usia lanjut.

Sasaran pokok di bidang ketenagakerjaan dalam PJP II adalah:

1) Terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai

untuk dapat menyerap tambahan angkatan kerja baru yang masuk pasar kerja.

2) Mengurangi setengah pengangguran.

3) Mengurangi kesenjangan produktivitas antarsektor.

4) Meningkatkan pemerataan kesempatan kerja antarwilayah.

Kebijakan yang ditempuh dalam mencapai program-program tersebut

adalah:

1) Pembinaan dan pengembangan kesempatan kerja dan produktivitas.

2) Pendayagunaan dan penyebaran tenaga kerja.

3) Pelatihan dan peningkatan keterampilan tenaga kerja melalui program

kemitraan pelatihan; pemagangan; serta perbaikan metode dan sistem

informasi pelatihan.

4) Pembinaan hubungan indudtrial dan perlindungan tenaga kerja.

Guna mencapai sasaran-sasaran jangka panjang di atas, dalam Repelita VI ini

Pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp 1,073 triliun untuk pembangunan di

bidang ketenagakerjaan. Hampir separuh di antaranya, yakni Rp 527,60 M di

anggarkan khusus untuk program-program pelatihan dan peningkatan

keterampilan tenaga kerja.

21

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sampai tahun 2010 laju pertumbuhan penduduk di Indonesia mencapai

1,49%. Dilihat dengan perspektif regional, provinsi berpenduduk terpadat adalah

Jawa Barat. Sedangkan wilayah berpenduduk terjarang atau kepadatan terendah

ialah Provinsi Papua Barat. Untuk mengatasi persoalan ketidakmerataan tersebut,

sudah sejak lama transmigrasi menjadi salah satu program penting. Kebijaksaan

ini merupakan bagian tak terpisahkan dalam program-program pembangunan.

Masih berkaitan dengan lajunya pertumbuhan penduduk, program keluarga

berencana juga sama pentingnya.

Penduduk dikelompokkan menurut karakteristik tertentu. Pengelompokkan

penduduk ini dapat berdasarkan karakteristik demografi (umur dan jenis kelamin),

sosial (tingkat pendidikan dan status perkawinan), ekonomi (lapangan usaha serta

status dan jenis pekerjaan), dan geografis (tempat tinggal).

Sedangkan penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2013 masih

didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah 52,0

juta orang (46,95 persen) dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 20,5 juta

orang (18,47 persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak

10,5 juta orang mencakup 2,9 juta orang (2,64 persen) berpendidikan Diploma

dan sebanyak 7,6 juta orang (6,83 persen) berpendidikan Universitas.

3.2 Saran

Untuk mencapai tujuan negara yaitu kesejahteraan rakyat yang merata

dapat ditempuh dengan berbagai kebijakan dan program-program sebagai berikut:

1. Peningkatan kualitas penduduk melalui program perbaikan mutu pendidikan

dan perbaikan layanan kesehatan dasar.

2. Pengendalian penduduk melalui program berencana.

3. Pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk melalui program transmigrasi,

pemerataan pembangunan antar wilayah

4. Pendayagunaan dan kesejahteraan penduduk usia lanjut

22

DAFTAR PUSTAKA

Dumairy.1999. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Laporan Bulanan Data Sosial dan Ekonomi. Badan Pusat Statistik Indonesia.

(Online), (http://www.bps.go.id), diakses 2 September 2014.

Ajeng. Karakteristik Penduduk (online),

(http://opinimasding.blogspot.com/2011/04/karakteristik-penduduk.html)

diakses 03 September 2014

Badan Pusat Statistika. Sensus Penduduk 2010 (online), (http://sp2010.bps.go.id/)

diakses 03 September 2014

Nabila, Ima S.Penduduk dan Ketenagkerjaan (online),

(http://imasarahnabila.blogspot.com/2012/10/penduduk-dan-

ketenagakerjaan.html) diakses 03 September 2014

Statistics Indonesia. Karakteristik Penduduk – Karakteristik Penduduk Menurut

Umur dan Jenis Kelamin (online), (http://www.datastatistik-

indonesia.com/portal/index.php?option=com_content&task=view&id=210&

Itemid=210&limit=1&limitstart=3) diakses 03 September 2014

Wikipedia. Sensus Penduduk Indonesia 2010 (online),

(http://id.wikipedia.org/wiki/Sensus_Penduduk_Indonesia_2010) diakses 03

September 2014