kepemimpinan visioner dan reformasi birokrasi
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Kepemimpinan Visioner dan Reformasi Birokrasi.
1/42 E D I S I 0 3 / T A H U N X V I / 2 0 1 0
Iwan Nugroho
Di dalam lingkungan globalisasi terjadi interkoneksipengaruh dari faktor-faktor politik, teknologi, budayadan ekonomi. Hal itu difasilitasi oleh dominasi kemajuanpeningkatan komunikasi dan teknologi sedemikianrupa sehingga menghasilkan uncertainty, complexitydancompetition(Silalahi, 2010). Memperhatikan perkembangan
globalisasi tersebut, maka kepemimpinan nasional harusmempunyai pandangan jauh ke depan atau mempunyaivisi jelas, yang mampu menjangkau ketidak menentuandalam lingkungan yang cepat berubah. Kepemimpinannasional tersebut memerlukan suatu sistem1 manajemennasional (Sismennas) untuk menjalankan mekanisme sikluspenyelenggaraan negara dan dapat mengge rakkan seluruhtatanan untuk mengantisipasi perubahan dan mendukungkeberlangsungan kehidupan nasional.
Sismennas merupakan sistem manajemen pembangunanyang dilandasi kaidah manajemen universal di dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dilandasitata nilai ideologi dalam rangka mewujudkan tujuan nasional(Pokja Sismennas, 2010; Mustopadidjaja, 2004). Sismennasberfungsi memandu penyelenggaraan pemerintahan danpembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, danpengendalian. Konsep Sismennas sesuai dengan sistemkepemimpinan nasional meliputi struktur, substansi danbudaya (Pokja Pimnas, 2010a). Kepemimpinan di dalamsismennas mengawal, melaksanakan proses dan menghimpunusahausaha untuk mencapai kehematan (ekonomis), dayaguna (efisien), dan hasil guna (efektif ) sebesar mungkindalam menggunakan sumber dana dan sumber dayanasional dalam rangka mewujudkan tujuan nasional (Pokja
Sismennas, 2010) .
Mengawal Perubahan
Pagon et al. (2008) menyatakan kepemimpinanmembutuhkan kompetensi (Gambar 1), yakni individu(antecendent), kognitif (cognitive), fungsional (fuctional)dansosial (personal and social).Kompetensi individu merupakanatribut yang melekat kepada diri seseorang pemimpin.Kompetensi individu misalnya pendidikan, memberikan
-
7/24/2019 Kepemimpinan Visioner dan Reformasi Birokrasi.
2/43 E D I S I 0 3 / T A H U N X V I / 2 0 1 0
pengaruh yang kuat kepada misalnya kompetensi kognitif.Kompetensi kognitif memberikan landasan penguasaanpengetahuan umum, hukum, teori dan konsep. Kompetensifungsional merupakan penguasaan ketrampilan untukproblem solving dalam kegiatan sehari-hari. Sementarakompetensi sosial merupakan kebutuhan untuk pembinaanhubungan dengan individu atau sosial. Seluruh kompetensitersebut harus dipadukan dengan karakter organisasi antaralain visi, misi, value, dan tujuan. Perpaduan kompetensikepemimpinan dan karakter organisasi akan menghasilkankeberhasilan dalam perubahan (change management).
Lebih jauh Pagon et al. (2008) menyatakan institusi publikperlu terus mengimplementasikan budaya baru di dalamorganisasi. Hal ini dilakukan dengan menggantikan budayalama melalui program antara lain training atau on-the-jobtraining; agar tumbuh dan berkembang proses pembelajaranuntuk (i) peningkatan aspek multikultural (multicultural skills),
(ii) memahami proses perubahan organisasi, (iii) peningkatanpengendalian kepribadian (emotional intelligence and self-control),dan (iv) peningkatan kerjasama dan hubungan (people skills).
Dari uraian di atas, kepemimpinan nasional bangsaIndonesia nampaknya menghadapi dua isyu yang jugamenjadi tantangan bisnis global, yakni cross-culturalmanagement dan change management. Menurut CBI(2009), cross-culturalmanagement diperlukan dalamupaya memberikan pemahaman menjembatani hambatanorganisasi dan berbagai implikasi budaya. Changemanagement memberikan konsep untuk memahami
dinamika dan berbagai manuver dalam budaya organisasiuntuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
Gambar 1. Model Kompetensi Kepemimpinan (Pagon et al., 2008)
Cognitive
Divergent thinking,
Critical thinking,
Creativity,
Problem solving,
Strategic thinking,
Analytical skills,
Functional Language and communication skills,
Technological skills (IT, media etc.),
Multicultural competencies (a generalcultures, foreign languages, etc.),
Learning abilities and personaldevelopment,
Career planning skills,
Managerial skills,
Decision skills
Personal and social
Self-direction, Interpersonal skills,
Teamwork skills,
Compassion,
Integrity,
Mobilizing skills,
Personal and socialvalues,
Ethical dimensions
Character, creativity
Antecedents
Personality,
Value
Attitude
Education
Training
Mentoring,
Coaching,
Consulting,
On-the-job training
Characteristic of theenvironment,
Successful change management Productivity,
Relationship quality,
Number of conflicts,
Level of cooperation,
Organizational culture and climate
Organizational learning curve,
Goal attainment,
Change implementation,
Employee satisfaction,
Motivation,
Adaptability,
Customer satisfaction, and
LeadershipCompetencies forSuccesfull Change
Managemat
Memperhatikan keadaan dan permasalahan saat ini maupun akandatang, maka posisi dan eksistensi seorang pemimpin sangatlahpenting. Pemimpin pada berbagai tingkatan dan hirarki sesuaidengan kemampuan dan kewenangannya, merupakan penggerak
dan motivator seluruh komponen bangsa untuk menjalankankehidupan nasional dalam rangka pencapaian tujuan nasional. Bagibangsa Indonesia, yang dibutuhkan adalah sistem kepemimpinnasional yang dapat menjalankan visi pembangunan nasionaldilandasi paradigma nasional dengan kemampuan (i) memantapkanintegrasi bangsa dan solidaritas nasional, (ii) mementingkan stabilitasnasional untuk meningkatkan rasa kebangsaan, (iii) memahamiperubahan dan melaksanakan pembaharuan dalam manajemenpemerintahan dan (iv) menggunakan pendekatan politik dalamupaya pencarian solusi untuk menangani permasalahan dalamkehidupan masyarakat (Pokja Pimnas, 2010b).
Reformasi Birokrasi
Kepemimpinan nasional harus dapat berfungsi mengawalproses pembangunan dan hasil-hasilnya dapat dirasakanoleh warga bangsa di seluruh wilayah nusantara. Konsepsimembutuhkan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas,
berkemampuan iptek dan seni yang dilandasi nilai-nilai ideologibangsa, serta dapat berinteraksi dengan komponen bangsalainnya dalam hidup bersama yang bermanfaat. Kepemimpinannasional harus dapat mengawal strategi implementasi reformasibirokrasi (PURB, 2008) yakni (i) membangun kepercayaanmasyarakat, (ii) membangun komitmen dan partisipasi,(iii) mengubah pola pikir, budaya dan nilai-nilai kerja dan(iv) memastikan keberlangsungan berjalannya sistem danmengantisipasi terjadinya perubahan (Tabel 1). Strategiimplementasi reformasi birokrasi bukan hal teknis semata,tetapi membutuhkan kemampuan kepemimpinan extraordinaryuntuk menjalankannya pada tatanan Sismennas. Hal ini bisa
dilihat dari sisi lain, Sismennas sesungguhnya menjadi alatbantu yang efektif untuk menjalankan mekanisme businessprocess kepemimpinan. Lebih penting dari itu, kepemimpinanjuga harus mampu mengawal seluruh SDM senantiasa dalamsteady state mengantisipasi perubahan.
Tabel 1. Strategi Implementasi Reformasi Birokrasi
No Proses Program Dampak
1 Membangun
kepercayaan
masyarakat
Program percepatan (Quick
win)
Perbaikan sistem kerja dan
perbaikan kualitas produk
utama
2 Membangun
komitmen dan
partisipasi
Manajemen Perubahan Mengkomunikasi perubahan
baik kepada pegawai maupun
kepada masyarakat dalamrangka pembentukan perilaku
yang diinginkan
3 Mengubah pola
pikir, budaya dan
nilai-nilai kerja
Penataan sistem Perbaikan organisasi,
ketatalaksanaan dan sistem
manajemen SDM
4 Memastikan
keberlangsungan
berjalannya sistem
dan terjadinya
perubahan
Penguatan unit organisasi,
deregulasi-regulasi,
peningkatan sistem
pengawasan,
perbaikan/pengadaan sarana
dan prasarana
- Perubahan pola pikir
- Perubahan budaya kerja
- Perubahan perilaku
: :Sumber:Peraturan Menpan No: 15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi (PURB)
-
7/24/2019 Kepemimpinan Visioner dan Reformasi Birokrasi.
3/44 E D I S I 0 3 / T A H U N X V I / 2 0 1 0
Berdasarkan uraian di atas, timbul pertanyaan bagaimanakahmemastikan keadaan kepemimpinan nasioanal yang visioneruntuk menjalankan reformasi birokrasi. Berikut dideskripsikantiga masalah pokok.
Pertama, kualitas kepemimpinan belum memadai. Parapemimpin di pusat atau daerah sebagian masih belummemahami aspek-aspek kepemimpinan untuk menjalankanSismennas. Fakta-fakta yang membuktikan hal itu banyaksekali. Masih banyak para pemimpin nasional yang beradadi daerah lebih berorientasi ke daerahnya masing-masing.Mereka lebih menyukai putra daerah dibanding putrabangsa terbaik sebagai calaon pemimpin di daerahnya.Sebagian dari mereka juga tidak tahu perihal manajemenpembangunan (sismennas) dan tidak menunjukkanketeladanan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsadan bernegara. Meskipun keadaan telah berubah dimanamassyarakat, pengusaha dan aparatur menuju kepada
good governance, serta fenomena global isasi sudah terjadi,namun masih banyak pimpinan daerah masih berperilakufeodal.
Kedua, reformasi birokrasi belum seluruhnya diterapkandan masih sedang berjalan. Sekalipun PanduanReformasi telah ditetapkan (melalui RPJMN 2010-2014, PURB, 2008; dan Pedoman Pengajuan Dokumenusulan Reformasi Birokrasi (Gambar 2, PPDURB,2009)), namun belum banyak kementerian, lembaga danpemerintah daerah yang berpartisipasi. Pencapaianreformasi birokrasi hingga saat ini rata-rata kurang
dari 30 persen dan akan dilanjutkan mencapai 100persen pada tahun 2014 (melalui RPJMN 2010-2014).Reformasi birokrasi pada dasarnya merupakan upayauntuk melaksanakan perubahan dan pembaharuan yangmendasar dan menyeluruh terhadap penyelenggaraanpemerintahan mencakup aspek, organisasi (kelembagaan),ketata laksanaan (business process) dan SDM aparatur(PURB, 2008). Semua itu berawal dan bermuara kepadaperubahan pola pikir, sikap dan perilaku SDM agar lebihmementingkan organisasi dibanding kepentingan individu.
Ketiga, penegakan hukum belum efektif. Sejauh iniinstrumen peraturan penegakan hukum untuk pembinaan
SDM sudah ada, baik menyangkut disiplin, pidana, perdataatau korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Namundemikian upaya implementasi secara sungguh-sungguhbelum konsisten pada seluruh instansi. Ada beberapakemajuan nyata dengan berjalannya pengadilan tindakpidana korupsi kepada para tersangka pejabat publik didaerah. Ada juga beberapa PNS terkena pelanggarandisiplin. Namun masih saja ditemukan pelanggaran hukumyang diduga melibatkan kolusi dengan aparat penegakanhukum, misalnya kasus Gayus yang menyuap aparat
kepolisian, kejaksanaan dan Mahkamah Agung. KasusKKN aparat penegak hukum menjadi sinyal penting belumseriusnya penegakan hukum. Penegak hukum seyogyanyaberubah dan membersihkan diri di lingkungannya sebelumsebelum melaksanakannya kepada orang lain.
Berjalannya reformasi birokrasi sesungguhnya menjadimomentum penting penegakan hukum. Mengapa demikian,karena reformasi birokrasi dapat menjadi tolok ukur untukmembangun komitmen perubahan kepada setiap pimpinandan seluruh anak buahnya. Kepada mereka yang mau berubahadalah menjadi ukuran penting kecakapan penguasaan masalahdan peran kepemimpinan, sebagai bagian penting untukpembinaan karier dan kaderisasi kepemimpinan. Kepadamereka yang berperilaku tidak mau berubah sesungguhnyamulai dapat diterapkan penegakan disiplin atau sangsi yanglebih berat. Dalam jangka panjang, reformasi birokrasiharus menjadikan SDM kualitas menjadi kaya fungsi,
yang menjalankan tugas dan kewajibannya penuh cinta,tanggungjawab dan terukur.
Gambar 2. Tahapan Reformasi Birokrasi(Permenpan PER/04/M.PAN/ 4/2009)
SosialisasiKebijakan
Penyusunan UsulanReformasi Birokrasi
Kementerian/Lembaga/Pemda
Evaluasi persiapandan Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi K/L/Pemda
Penyusunan RancanganPerpres Tunjangan
Kinerja
Pelaksanaan ProgramReformasi Borokrasi
Pada K/L/Pemda
SupervisiAsistensi
Monitoring
Evaluasi PelaksanaanReformasi Birokrasi K/L/
Pemda
Pelaporan PelaksanaanReformasi Birokrasi K/L/
Pemda
PenilaianDokumen Usulan
ReformasiBirokrasi
Tim Kerja ReformasiBirokrasi
Tim Kerja ReformasiBirokrasi K/L/Pemda
Tim Kerja ReformasiBirokrasi K/L/Pemda
Tim Kerja ReformasiBirokrasi K/L/PemdaTim Kerja Reformasi
Birokrasi Nasional
Tim Kerja ReformasiBirokrasi dibantu Tim
Teknis dan TimIndependen
Tidak
Ya
Tim Kerja ReformasiBirokrasi dibantu Tim
Teknis dan TimIndependen
TAHAPPERSIAP
AN
TAHAP
PELAKSANAAN
TAHAPPELAPORANTim Kerja Reformasi
Birokrasi dibantu TimTeknis dan Tim
Independen
Tim Kerja ReformasiBirokrasi
Tim Kerja dibantuTim Teknis
-
7/24/2019 Kepemimpinan Visioner dan Reformasi Birokrasi.
4/45 E D I S I 0 3 / T A H U N X V I / 2 0 1 0
Upaya pemecahan masalah terhadap persoalan di atasdiuraikan sebagai berikut. Pertama, peningkatan kualitaskepemimpinan. Hal ini dapat dilaksanakan melalui upaya-upaya: (i) KemenPAN menyempurnakan peraturan mekanismeseleksi PNS yang kredibel, (ii) Lemhannas dan KemenPANmelaksanakan pelatihan kepemimpinan kepada aparatpemerintah, aparat Pemda, tokoh masyarakat/agama/parpoldi seluruh wilayah dan tingkatan, (iii) Lemhannas dan DPRmenetapkan aturan tentang Indeks Kepemimpinan NasionalIndonesia pada setiap organisasi dan proses pemilihankepemimpinan, (iv) setiap instansi pemerintah menyusun codeof conduct perihal etika dan etos kerja.
Kedua, percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi. Hal ini dapatdilaksanakan melalui upaya-upaya; (i) KemenPAN melaksanakansosialisasi peraturan perundangan reformasi birokrasi strategipercepatan reformasi birokrasi, (ii) Kementerian/lembaga/Pemda melaksanakan reformasi birokrasi, (iii) Kementerian/
lembaga/Pemda melaksanakan sosialisasi reformasi birokrasi, (iv)Kementerian/lembaga/Pemda menerapkan teknologi informasimendukung reformasi birokrasi, (v) Pemerintah dan DPRmengalokasikan anggaran untuk pelatihan kepemimpinan danreformasi birokrasi, (vi) Depkeu memberikan tunjangan prestasi(remunerasi) kepada aparat Kementerian/lembaga/Pemda yangmelaksanakan reformasi birokrasi
Ketiga, penegakan hukum reformasi birokrasi. Hal ini dapatdilaksanakan melalui upaya-upaya; (i) Polisi, kejaksaan,MA, badan pengawas (BPK) melaksanakan penegakandisiplin pegawai internal secara konsisten, (ii) setiap instansi
melaksanakan sosialisasi penegakan disiplin pegawai dikaitkandengan reformasi birokrasi, (iii) Polisi, kejaksaan, MA, badanpengawas (BPK) melaksanakan penegakan hukum untukmendukung reformasi birokrasi.
Iwan Nugrohoadalah Guru Besar Perencanaan PembangunanWilayah di Univerversitas Widyagama Malang dan UniversitasBrawijaya Malang.
Catatan1 Sesuai dengan UU No 25/2004, konsepsi manajemen pembangunan mengacu kepada
suatu sistem, yakni Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). SPPN mengaturkeseluruhan sistem perencanaan pembangunan yang dituangkan dalam dokumen yangberkesinambungan, baik yang bersifat jangka panjang, menengah, maupun pendek atau tahunan
yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah,masing-masing yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
DAFTAR PUSTAKA
CBI (Carnegie Bosch Institute). 2009. Leadership and ChangeManagement in a Multicultural Context. TepperSchool of Business, Carnegie Mellon University,Pittsburgh, Pennsylvania, USA
Mustopadidjaja, A. R. 2004. Paradigma PengambilanKeputusan Dalam Penyelenggaraan NKRI di Abad21. Majalah Perencanaan Pembangungan. BappenasJakarta. IX(6): 2-8
Pagon, M., E. Banutai and U Bizjak. 2008. Leadership
Competencies For Successful Change Management.A Preliminary Study Report. Slovenian Presidency ofthe EU 2008.
Pokja Kepemimpinan. 2007a. Kepemimpinan Nasional. PokjaKepemimpinan. Lemhannas, Jakarta
Pokja Kepemimpinan. 2007b. Kepemimpinan Visioner. PokjaKepemimpinan. Lemhannas, Jakarta
Pokja Sismennas. 2010. Sistem Manajemen Nasional. PokjaSismennas, Lemhannas RI, Jakarta.
PPDURB (Pedoman Pengajuan Dokumen Usulan ReformasiBirokrasi). 2009. PermenPAN PER/04/M.PAN/4/2009 tentang Pedoman Pengajuan Dokumen
usulan Reformasi BirokrasiPURB (Pedoman Umum Reformasi Birokrasi). 2008.PermenPAN No: PER/15 /M.PAN/7/2008 tentangPedoman Umum Reformasi Birokrasi
RPJMN 2010-2014. 2010. Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional. Peraturan Presiden No 5 tahun2010. Bappenas, Jakarta
Silalahi, T. B. 2010. Kepemimpinan Visioner DalamRangka Reformasi Birokrasi. Materi CeramahKepemimpinan, 7 Juli 2010. Lemhannas, Jakarta