kepemimpinan transformasional

3
Kepemimpinan transformasional berorientasi pada karakter usaha baru yang memiliki visi jangka panjang dalam memformulasi strategi, untuk mengawal dampak lingkungan terhadap kehidupan organisasi, guna mempertahankan kelangsungan usaha. Sedangkan dalam membangun kerja sama dan memobilisasi pengikutnya untuk mengimplementasi strategi mewujudkan tujuan organisasi, dilakukan dengan membangkitkan kepedulian dalam upaya menggali potensi anggota melalui pembangunan rasa fanatisme terhadap tata nilai organisasi. Penerapan konsep kepemimpinan transformasional dalam program pembaruan organisasi dilakukan dengan membangun knowledge worker, yaitu kumpulan anggota yang berpengetahuan luas, keterbukaan, dan menghargai perbedaan, guna mendukung keberhasilan menggali potensi anggotanya dalam memformulasi dan mengimplementasi strategi mewujudkan tujuan organisasi. Pada dasarnya, kepemimpinan transformasional merupakan inside-out leadership, yaitu kepemimpinan dari dalam keluar, yang tumbuh berkebnag secara alami, berdasarkan tingkat kematangan atau kedewasaan pimpinan. Inside-out leadership menggambarkan bahwa kepemimpinan transformasional terdiri dari empat lapis kepemimpinan. Kepemimpinan manajerial didukung oleh kepemimpinan personal dan interpersonal. Apabila kepemimpinan manajerial kuat dan kepemimpinan personal dan interpersonal lemah, maka akan muncul adalah kepemimpinan otoriter. Pembangunan kepemimpinan transformasional dimulai dari membangun kepemimpinan diri (personal leadership) dan kepemimpinan sesama (interpersonal leadership), sebagai prasyarat dari

Upload: marifatul-fardla

Post on 11-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

rangkuman kepemimpinan transformasional

TRANSCRIPT

Kepemimpinan transformasional berorientasi pada karakter usaha baru yang memiliki visi jangka panjang dalam memformulasi strategi, untuk mengawal dampak lingkungan terhadap kehidupan organisasi, guna mempertahankan kelangsungan usaha. Sedangkan dalam membangun kerja sama dan memobilisasi pengikutnya untuk mengimplementasi strategi mewujudkan tujuan organisasi, dilakukan dengan membangkitkan kepedulian dalam upaya menggali potensi anggota melalui pembangunan rasa fanatisme terhadap tata nilai organisasi.Penerapan konsep kepemimpinan transformasional dalam program pembaruan organisasi dilakukan dengan membangun knowledge worker, yaitu kumpulan anggota yang berpengetahuan luas, keterbukaan, dan menghargai perbedaan, guna mendukung keberhasilan menggali potensi anggotanya dalam memformulasi dan mengimplementasi strategi mewujudkan tujuan organisasi.

Pada dasarnya, kepemimpinan transformasional merupakan inside-out leadership, yaitu kepemimpinan dari dalam keluar, yang tumbuh berkebnag secara alami, berdasarkan tingkat kematangan atau kedewasaan pimpinan. Inside-out leadership menggambarkan bahwa kepemimpinan transformasional terdiri dari empat lapis kepemimpinan. Kepemimpinan manajerial didukung oleh kepemimpinan personal dan interpersonal. Apabila kepemimpinan manajerial kuat dan kepemimpinan personal dan interpersonal lemah, maka akan muncul adalah kepemimpinan otoriter.

Pembangunan kepemimpinan transformasional dimulai dari membangun kepemimpinan diri (personal leadership) dan kepemimpinan sesama (interpersonal leadership), sebagai prasyarat dari kepemimpinan manajerial (managerial leadership) dan kepemimpinan organisasi (organizational leadership).

Prinsip dasar dari kepemimpinan diri adalah sifat layak dipercaya (trust worthiness), dalam arti setiap tindakan pemimpinan harus transparan dan dapat dipertanggungjawabkan (accountable). Prinsip dasar ini menjadi landasan dan indikator bagi pemimpin sebagai panutan untuk dapat selalu bersikap proaktif mengantisipasi perubahan lingkungan.

Sebelum seseorang dapat memimpin orang lain, dia harus mampu memimpin dirinya (kepemimpinan diri) untuk layak dipercaya,di samping itu dia juga harus mampu bekerja sama dengan orang lain (kepemimpinan sesama), dalam arti dia harus dapat mempercayai orang lain. Prinsip dasar dari kepemimpinan sesama adalah kepercayaan (trust) yang muncul dari penilaian pengikutnya. Hal ini diperlukan untuk menjembatani saling ketergantungan (interdependence) dalam membangun sinergi.

Menurut Stephen R. Covey (1991), sinergi terjadi manakal dua orang atau lebih secara bersama-sama menghasilkan sesuatu yang lebih baik daripada yang dapat mereka hasilkan secara sendiri-sendiri. Inti dari bersinergi untuk mengoptimalkan output adalah menghargai perbedaan, dalam arti melihat perbedaan dari sudut pandang atau perspektif yang lebih positif, sebagai peluang untuk belajar, guna memperoleh solusi yang kreatif mewujudkan produktivitas.Saling ketergantungan antara pimpinan dengan pengikutnya dalam membangun sinergi untuk melaksanakan serangkaian tugas dari proses penciptaan nilai memerlukan pimpinan yang layak dipercaya dan mendapatkan kepercayaan dari pengikutnya, yang dibangun dengan prinsip menghargai perbedaan tanpa meminggirkan kewenangan, tetapi membagi (sharing) kewenangan ke dalam sistem yang transparan dan accountable.Peran kepemimpinan yang lebih luas dari kepemimpinan diri dan kepemimpinan sesama adalah kepemimpinan manajerial. Di sini, kepemimpinan manajerial tidak saja dituntut untuk mampu bekerja sama dengan orang lain, tetapi lebih jauh dari itu, harus memiliki kemampuan pemberdayaan (empowerment) sumber daya manusia dalam mengoptimalkan output