kepemimpinan guru dari aspek kompetensi pedagogik …€¦ · belajar dari dalam diri anak atau...

14
KEPEMIMPINAN GURU DARI ASPEK KOMPETENSI PEDAGOGIK PENDAHULUAN Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola pembelajaran. Belajar merupakan sebuah suatu proses yang menggunakan kemampuan mengingat dan mereproduksi untuk menerapkan pengetahuan, menyimpulkan makna, menafsirkan dan mengaitkannya dengan kenyataan sehingga pengetahuan bertambah dan terjadi perubahan. Pembelajaran merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mendukung proses belajar peserta didik sehingga memberikan manfaat. Pengertian pembelajaran menurut Gagne adalah seperangkat peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang sifatnya internal. Beberapa ciri pembelajaran adalah: 1. Merupakan upaya sadar dan disengaja. 2. Pembelajaran membuat peserta didik belajar. 3. Tujuan belajar ditetapkan terlbih dahulu sebelum proses dilaksanakan. 4. Pelaksanaannya terkendali secara isi, waktu, proses, dan hasilnya. Faktor internal dan eksternal yang memengaruhi hasil belajar terdiri dari: 1. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang memengaruhi kemampuan belajarnya meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. 2. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil belajar meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam buku condition of learning, Gagne menjelaskan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu (Siregar & Nara, 2015): 1. Menarik perhatian (gaining attention) yaitu melalui hal-hal yang dapat menimbulkan minat peserta didik dengan mengemukakan sesuatu yang baaru, aneh, kontradiksi, atau kompleks. 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learners of the objective), yaitu memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai peserta didik setelah selesai mengikuti pelajaran. 3. Mengingatkan konsep atau prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning), yaitu merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari. pengetahuan tersebut menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru. 4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus), yaitu menyampaikan materi- materi pelajaran yang telah direncanakan. 5. Memberikan bimbingan belajar (providing guidance for learners), yaitu memberikan pertanyaan-pertanyaa yang membimbing proses atau alur berpikir peserta didik sehingga terbentuk pemahaman yang lebih baik. 6. Menguji kinerja peserta didik (eliciting preformance), yaitu peserta didik menunjukkan pengertian mereka tentang materi yang telah dipelajari atau menunjukkan penguasaan terhadap materi.

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • KEPEMIMPINAN GURU DARI ASPEK KOMPETENSI PEDAGOGIK

    PENDAHULUAN

    Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang

    Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kepribadian,

    sosial, dan profesional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola

    pembelajaran. Belajar merupakan sebuah suatu proses yang menggunakan kemampuan mengingat

    dan mereproduksi untuk menerapkan pengetahuan, menyimpulkan makna, menafsirkan dan

    mengaitkannya dengan kenyataan sehingga pengetahuan bertambah dan terjadi perubahan.

    Pembelajaran merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mendukung proses belajar

    peserta didik sehingga memberikan manfaat. Pengertian pembelajaran menurut Gagne adalah

    seperangkat peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang

    sifatnya internal. Beberapa ciri pembelajaran adalah:

    1. Merupakan upaya sadar dan disengaja.

    2. Pembelajaran membuat peserta didik belajar.

    3. Tujuan belajar ditetapkan terlbih dahulu sebelum proses dilaksanakan.

    4. Pelaksanaannya terkendali secara isi, waktu, proses, dan hasilnya.

    Faktor internal dan eksternal yang memengaruhi hasil belajar terdiri dari:

    1. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang

    memengaruhi kemampuan belajarnya meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi

    belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

    2. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang memengaruhi

    hasil belajar meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat.

    Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi

    peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam buku condition of

    learning, Gagne menjelaskan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan

    pembelajaran, yaitu (Siregar & Nara, 2015):

    1. Menarik perhatian (gaining attention) yaitu melalui hal-hal yang dapat menimbulkan minat

    peserta didik dengan mengemukakan sesuatu yang baaru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.

    2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learners of the objective), yaitu

    memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai peserta didik setelah selesai mengikuti

    pelajaran.

    3. Mengingatkan konsep atau prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning),

    yaitu merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari. pengetahuan tersebut

    menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.

    4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus), yaitu menyampaikan materi-

    materi pelajaran yang telah direncanakan.

    5. Memberikan bimbingan belajar (providing guidance for learners), yaitu memberikan

    pertanyaan-pertanyaa yang membimbing proses atau alur berpikir peserta didik sehingga

    terbentuk pemahaman yang lebih baik.

    6. Menguji kinerja peserta didik (eliciting preformance), yaitu peserta didik menunjukkan

    pengertian mereka tentang materi yang telah dipelajari atau menunjukkan penguasaan

    terhadap materi.

  • 7. Memberikan balikan (providing feedback), yaitu memberitahu seberapa jauh ketepatan

    kinerja peserta didik.

    8. Menilai hasil belajar (assessing performance), yaitu memberikan tes atau tugass untuk

    mengetahui penguasaan peserta didik sesuai tujuan pembelajaran.

    9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhencing retention and transfer), yaitu

    merangsang kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman,

    mengadakan review atau melakukan praktik berhubungan dengan materi yang telah

    dipelajari.

    Pengkondisian belajar menjadi kegiatan mendasar yang perlu dilakukan sebagai kemampuan guru

    dalam memberikan fasilitas kondisi belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Menurut

    Susanto, upaya guru untuk melakukan pengkondisian lingkungan, yang tepat akan mengembangkan

    karakter yang tepat dan sikap belajar yang positif. Lingkungan yang positif terjadi apabila timbul rasa

    aman dan memungkinkan tubuh untuk bergerak. Gerakan akan membentuk keceerdasan karena

    melalui aktivitas fisik maka akan tercipta pengalaman fisik yang memungkinkan semua informasi

    masuk melalui penglihatan (indera mata), pendengaran (telinga), penciuman (hidung), pengecap

    (lidah), dan menerima rangsangan (kulit) (R. Susanto, 2018c). Beberapa prinsip pembelajaran yang

    diperlukan agar tercipta suasana yang kondusif dan menyenangkan adalah (A. Susanto, 2016):

    1. Prinsip motivasi, yaitu upaya pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan dorongan belajar dari dalam diri anak atau dari luar diri anak sehingga anak dapat belajar secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki anak tersebut.

    2. Prinsip latar belakang, yaitu upaya pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangangan bahan pelajaran sehingga anak merasa bosan.

    3. Prinsip pemusatan perhatian, yaitu usaha pembelajaran untuk memusatkan perhatian anak dengan cara mengajukan suatu masalah yang akan dipecahkan dan terarah untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai.

    4. Prinsip keterpaduan, yaitu usaha pembelajaran yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran. Materi yang disampaikan berkaitan antara suatu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya sehingga anak mendapatkan gambaran keterpaduan dalam proses perolehan hasil belajar.

    5. Prinsip pemecahan masalah, yaitu usaha pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah untuk mendorong peserta didik dalam mencari, memilih, dan menentukan pemecahan masalah sesuai dengan kemampuannya.

    6. Prinsip menemukan, yaitu usaha pembelajaran dengan memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjukkan potensi anak untuk mencari dan mengembangkan hasil belajar dalam bentuk fakta dan informasi.

    7. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu usaha pembelajaran melalui kegiatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman peserta didik sehingga peserta didik mendapatkan pengalaman baru yang tidak mudah dilupakan karena peserta didik melakukannya secara langsung. Usaha pembelajaran ini dapat meningkatkan kepercayaan diri peserta didik, rasa gembira, dan rasa puas karena peserta didik dapat melihat hasil pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan kemampuannya sendiri.

    8. Prinsip belajar sambil bermain, yaitu usaha pembelajaran melalui kegiatan yang menyenangkan bagi peserta didik sehingga keterampilan, sikap, dan daya fantasi anak berkembang serta dapat mendorong anak untuk aktif dalam belajar.

    9. Prinsip perbedaan individu, yaitu usaha pembelajaran dengan memperhatikan perbedaan setiap peserta didik dalam proses belajar mengajar, dilihat dari tingkat kecerdasan, sifat, dan kebiasaan atau latar belakang keluarga peserta didik.

  • 10. Prinsip hubungan sosial, yaitu usaha pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok untuk melatih peserta didik dalam menciptakan suasana kerja sama dan saling menghargai satu sama lain.

    Pedagogik artinya ilmu yang mendidik anak. Pedagogik merupakan suatu teori mendidik yang

    membahas tentang apa dan bagaimana mendidik. Pedagogik merupakan suatu ilmu yang menuntun

    anak dalam membiacarakan masalah-masalah pendidikan, kegiatan-kegiatan pendidikan, anak didik,

    pendidik, dan lain-lain yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku manusia. Pengetahuan pedagogik

    menurut (Kumala, Susilo, & Susanto, 2018) terdiri dari filsafat pendidikan, psikologi perkembangan,

    dan teori belajar. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan

    dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti aspek fisik, moral, sosial, kultural,

    emosional, dan intelektual. Seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

    pembelajaran yang mendidik karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan minat yang berbeda.

    Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuannya

    di kelas, dan harus mampu melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah

    dilakukan.

    Filsafat pendidikan merupakan pengetahuan yang menyelidiki tentang pelaksanaan pendidikan yang

    berkaitan dengan tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat ilmu pendidikan yang berhubungan

    dengan analisis kritis terhadap suatu struktur dan kegunaan. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat guru

    dan anak didik selama proses pembelajaran. Mempelajari perkembangan peserta didik sangat penting

    bagi guru dengan alasan-alasan sebagai berikut:

    1. Diperoleh ekspektasi yang nyata tentang peserta didik.

    2. Pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak membantu untuk memberikan respon

    terhadap perilaku tertentu pada peserta didik.

    3. Pengetahuan tentang perkembangan peserta didik akan membantu mengenali berbagai

    penyimpangan dari perkembangan yang normal.

    4. Dengan mempelajari perkembangan peserta didik maka peserta didik akan lebih memahami

    diri sendiri.

    Teori belajar di sekolah dikenal dengan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitivistik, teori belajar humanistik, dan teori belajar konstruktivistik.

    Menurut pandangan behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Tiga metode pengubahan tingkah laku yang dikemukakan oleh Guthrie adalah:

    1. Metode respons bertentangan. Misalnya mendekatkan kucing sebagai permainan bagi anak yang takut terhadap kucing. Hal ini dapat dilakukan berulang-ulang sehingga lama-kelamaan anak tersebut tidak lagi takut terhadap kucing.

    2. Metode membosankan. Misalnya seorang anak yang ingin mencoba merokok diminta untuk merokok terus sampai merasa bosan maka setelah bosan ia akan berhenti merokok.

    3. Metode mengubah lingkungan. Misalnya jika seorang anak merasa bosa belajar maka lingkungan belajarnya diubah menjadi lebih nyaman dan menyenangkan sehingga ia menjadi bersemangat kembali untuk belajar.

    Salah satu teori belajar kognitivisme adalah teori pemrosesan informasi (Information Processing Theory) oleh Gagne. Teori ini memandang belajar sebagai sebuah proses pengolahan informasi dalam otak manusia yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • 1. Receptor (alat indera) menerima rangsangan dari lingkungan dan mengubahnya menjadi rangsangan neural, memberikan simbol-simbol informasi yang diterimanya kemudian diteruskan.

    2. Sensory register (penampungan kesan-kesan sensoris) yang terdapat pada saraf pusat untuk menampung kesan-kesan sensoris dan mengadakan seleksi sehingga terbentuk persepsi selektif. Informasi yang masuk diteruskan ke memori jangka pendek dan sebagian memori hilang dari sistem.

    3. Short-term memory (memori jangka pendek) menampung hasil pengolahan perseptual dan menyimpannya. Informasi tertentu disimpan lebih lama dan diolah untuk menentukan maknanya. Memori jangka pendek disebut juga memori kerja dengan kapasitas yang terbatas, waktu penyimpanan pendek, kapasitasnya terbatas, dan waktu penyimpanannya juga pendek. Informasi dalam memori ini diubah bentuknya menjadi kode-kode dan diteruskan ke memori jangka panjang.

    4. Long-term memory (memori jangka panjang) menampung hasil pengolahan yang ada di memori jangka pendek. Informasi disimpan dalam jangka panjang, bertahan lama, dan siap digunakan bila diperlukan. Saat informasi ditransformasi, informasi-informasi baru terintegrasi dengan informasi-informasi lama yang sudah tersimpan. Informasi-informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dikeluarkan kembali dengan cara pemanggilan, yaitu informasi mengalir dari memori jangka panjang ke memori jangka pendek kemudian ke response generator dan informasi mengalir langsung dari memori jangka panjang ke response generator selama pemanggilan (respon otomatis).

    5. Response generator (pencipta respon) menampung informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dan mengubahnya menjadi reaksi jawaban.

    Pada teori belajar humanistik, belajar merupakan suatu proses yang bertujuan untuk memanusiakan manusia. Pendekatan belajar humanistik terdiri dari teori belajar bermakna Ausubel dan taksonomi tujuan belajar Bloom dan Krathwohl. Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat, yaitu:

    1. Pengalaman konkret, yaitu tahap dini seorang peserta didik mampu ikut serta mengalami suatu kejadian walaupun ia belum mengerti bagaimana dan mengapa peristiwa tersebut terjadi.

    2. Pengamatan aktif dan reflektif, yaitu peserta didik mampu mengamati secara aktif terhadap suatu peristiwa serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.

    3. Konseptualisasi, yaitu peserta didik mulai belajar membuat teori tentang hal-hal yang pernah diamatinya sehingga peserta didik mampu membuat aturan-aturan umum dari beberapa peristiwa dengan dasar yang sama namun tampak berbeda.

    4. Eksperimentasi aktif, yaitu siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum pada suatu situasi yang baru dan belum pernah ditemuinya.

    Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh seseorang dengan aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberikan makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Teori belajar konstruktivisme merupakan teori belajar yang menyatakan bahwa peserta didik menerima informasi baru kemudian mengkonstruksinya dan menghubungkan dengan pengetahuan yang peserta didik miliki. Dasar dari konstruktivisme yang diungkapkan oleh Merril (Suyono & M.S., 2016) adalah:

    1. Pengetahuan dikonstruksikan melalui pengalaman. 2. Belajar adalah penafsiran personal tentang dunia nyata. 3. Belajar adalah sebuah proses aktif yang dikembangkan berdasarkan pengalaman. 4. Pertumbuhan konseptual berasal dari negosiasi makna, saling berbagi tentang pandangan

    ganda dan pengubahan representasi mental melalui pembelajaran kolaboratif. 5. Belajar dapat dilakukan dalam keadaan yang nyata. Ujian dapat dilakukan dalam bentuk tugas-

    tugas.

  • Guru memberikan kemudahan dan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan dan menerapkan gagasan mereka sendiri dalam kegiatan nyata. Melalui kegiatan tersebut, peserta didik turut aktif sehingga peserta didik memahami pengetahuan sesuai dengan pengalamannya. Guru sebagai mediator dan fasilitator melakukan pendekatan konstruktivisme dengan cara sebagai berikut (Siregar & Nara, 2015):

    1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik bertanggung jawab. 2. Membuat kegiatan-kegiatan yang berfungsi merangsang keingintahuan peserta didik dan

    membantu peserta didik serta memberikan peserta didik semangat untuk mengekspresikan gagasannya.

    3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan pemanfaatan pengetahuan peserta didik dalam menghadapi suatu permasalahan.

    Dalam kebijakan pendidikan nasional, pemerintah merumuskan empat jenis kompetensi guru

    sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang Standar

    Nasional Pendidikan, yaitu:

    1. Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang

    meliputi:

    a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.

    b. pemahaman terhadap peserta didik.

    c. pengembangan kurikulum/ silabus.

    d. perancangan pembelajaran.

    e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

    f. evaluasi hasil belajar.

    g. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

    dimilikinya.

    2. Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,

    dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik

    dan masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri dan mengembangkan diri secara berkelanjutan.

    3. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat

    untuk berkomunikasi lisan dan tulisan, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi

    secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

    kependidikan, orangtua/ wali peserta didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat

    sekitar.

    4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara

    luas dan mendalam yang meliputi konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang

    menaungi/ koheren dengan materi ajar, materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah,

    hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam

    kehidupan sehari-hari dan kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap

    melestarikan nilai dan budaya nasional.

    Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara mendalam dan luas

    (Undang Undang Guru dan Dosen, 2005). Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan oleh seorang guru,

    yaitu (Fitriani, AR, & Usman, 2017):

    1. Memahami tujuan pelajaran;

    2. Mengenali karakteristik peserta didik

    3. Membuat tujuan pengajaran

    4. Mengenali subyek dan isi setiap materi

    5. Mengembangkan alat ukur awal

  • 6. Menyaring kegiatan-kegiatan belajar beserta sumber-sumbernya.

    7. Mengerahkan layanan-layanan yang mampu mendukung (dana, alat, jadwal).

    Guru perlu meningkatkan pengembangan profesionalisme khususnya dalam pembelajaran dan

    budaya belajar. Profesionalisme guru dapat diwujudkan melalui pembelajaran termasuk di dalamnya

    kemampuan untuk merencanakan pembelajaran, memenuhi kewajiban untuk mengajar, melakukan

    evaluasi, memberikan balikan, menciptakan perkembangan, dan bersikap objektif (R. Susanto, 2018a).

    Dalam Sosialisasi Literasi dan Nilai-Nilai Pedagogik, guru diajak untuk memiliki pengetahuan,

    kemampuan dan sikap dalam:

    1. Memandang sekolah sebagai sebuah organisasi pembelajar dengan elemen-elemen:

    pemaknaan organisasi sebagai kesatuan dari komunitas orang-orang yang ada di dalamnya.

    2. Melakukan identifikasi atas pola belajar dan terjadinya perubahan perilaku pada siswa.

    3. Mengidentifikasi karakteristik siswa sebagai pembelajar.

    4. Melakukan kajian dan reflektif atas kegiatan pembelajaran sebagai proses memfasilitasi

    terjadinya belajar.

    There is a positive, strong and very significant influence on the professional proficiency of the lecturers

    on the students’ perceptions. There is a positive influence, strong and very significant perception of the

    students on their commitments to the profession. Lecturers need to maintain their professional

    qualities and even keep improving their capabilities, especially in terms of the learning dimension and

    academic culture (R. Susanto, 2019). Profesionalisme guru memberikan pengaruh yang positif, kuat,

    dan signifikan. Begitu pula sebaliknya. Persepsi murid memberikan pengaruh yang positif, kuat, dan

    signifikan bagi guru. Guru seharusnya mengembangkan kualitas profesionalisme mereka dan terus

    mengembangkan kemampuan mereka terutama dalam pembelajaran dan budaya belajar. Guru

    diingatkan kembali pada pemahaman pengetahuannya mengenai (R. Susanto & Syofyan, 2018):

    1. Teori belajar dan pembelajaran yang berbasis pada teori behaviorisme, kognitivisme,

    konstruktivisme, socio konstruktivisme, dan humanis.

    2. Pendekatan mengajar untuk literasi pedagogik yang berbasis pada pendekatan instruktivisme,

    pendekatan mengajar konstruktivisme, pendekatan mengajar socio konstruktivisme.

    3. Gaya mengajar sebagai komponen nilai-nilai pedagogik yang berbasis pada ciri gaya mengajar

    komando, gaya mengajar latihan, gaya mengjaar resiprokal, gaya mengajar penugasan, gaya

    mengajar terpimpin, gaya mengajar pemecahan masalah, gaya mengajar eksplorasi.

    4. Model komunikasi sebagai komponen nilai-nilai pedagogik yang memperhatikan tipe visual,

    auditori, dan kinestetik.

    Semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Dalam pembelajaran, guru sudah seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, dan media pembelajaran yang sesuai dengan tahapan-tahapan tersebut. Hambatan-hambatan yang ditemui guru dalam proses pembelajaran adalah:

    1. Guru masih kurang memahami cara menerapkan kurikulum karena kurangnya pelatihan tentang implementasi kurikulum.

    2. Sistem penilaian yang digunakan menyulitkan guru karena bentuk penilaian yang terus berkembang.

    3. Guru tidak mau menggunakan sumber-sumber belajar lain yang masih relevan selain buku

    paket yang digunakan peserta didik dan buku pegangan guru.

  • 4. Guru kurang memanfaatkan media pembelajaran yang sangat penting untuk memusatkan

    perhatian siswa, memudahkan pemahaman terhadap materi yang diajarkan, dan

    membangkitkan minat serta motivasi belajar siswa.

    5. kemampuan teknologi informasi dan komunikasi guru yang kurang memadai.

    Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang

    mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

    Di mana pada setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan

    kepribadian seorang guru. Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang

    mereka miliki. Kepribadian adalah sesuatu yang abstrak, yang hanya dapat dilihat melalui penampilan,

    tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan. Kepribadian adalah

    keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Sikap dan perbuatan seseorang

    merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang tersebut (M, 2015). Kompetensi kepribadian telah

    di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar Kompetensi

    Guru terdiri dari:

    1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, dan sosial.

    2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi Belajar dan

    masyarakat

    3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.

    4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa

    percaya diri

    5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

    Kompetensi sosial guru terletak pada komunikasi yang efektif sebagai suatu proses saling

    mempengaruhi antar manusia. Komunikasi merupakan keseluruhan dari pada perasaan, sikap dan

    harapan-harapan yang disampaikan baik secara langsung atau tidak langsung, yang dilakukan secara

    sadar atau tidak sadar sebagai bagian integral dari proses perubahan. Kompetensi sosial merupakan

    kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain tidak hanya berbuat

    yang benar saja tetapi juga menyadari perbuatan yang dilakukan dan menyadari pula situasi yang

    berhubungan dengan perbuatannya tersebut. Kompetensi sosial guru berhubungan dengan

    kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan makhluk sosial yang terdiri dari:

    1. Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk

    meningkatkan kemampuan profesional.

    2. Kemampuan guru dalam menjalin komunikasi dengan pimpinan.

    3. Kemampuan guru berkomunikasi dengan orang tua belajar.

    4. Kemampuan guru berkomunikasi dengan masyarakat.

    5. Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan.

    6. Kemampuan untuk pendidikan moral.

    PEMBAHASAN

    Sekolah menjadi salah satu faktor yang ikut menentukan kualitas belajar peserta didik. semakin tinggi

    kemampuan belajar peserta didik dan kualitas pengajaran di sekolah maka hasil belajar peserta didik

    juga akan semakin tinggi. Kualitas pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru. Guru adalah

    komponen penting yang menentukan implementasi suatu strategi pembelajaran. Beberapa aspek

    yang dapat memengaruhi kualitas proses pembelajaran sehubungan dengan faktor guru adalah (A.

    Susanto, 2016):

  • 1. Teacher formative experience meliputi jenis kelamin serta pengalaman hidup guru yang

    menjadi latar belakang sosial guru termasuk tempat kelahiran guru, suku, latar belakang

    budaya, dan adat istiadat.

    2. Teacher training experience meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan

    aktivitas dan latar belakang pendidikan guru misalnya pengalaman latihan profesional, tingkat

    pendidikan, dan pengalaman jabatan.

    3. Teacher properties adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat-sifat yang dimiliki

    guru misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap peserta didik, kemampuan

    dan intelegensi guru, motivasi dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

    termasuk kemampuan dalam merencanakan dan melakukan evaluasi pembelajaran dalam

    penguasaan materi.

    Guru seharusnya mampu memahami pengetahuan dan pengalaman peserta didik yang berbeda-beda

    untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman mereka tersebut. Guru mengarahkan peserta

    didik sehingga peserta didik mampu memahami pembelajaran dengan aktif. Kepemimpinan guru

    dalam pembelajaran menjadi faktor mendasar yang berperan sebagai fasilitator. Guru memengaruhi

    interaksi dalam relasi guru sebagai pemimpin dan peserta didik sebagai yang dipimpin. Melalui

    kepemimpinannya, guru menggerakkan peserta didik untuk berperilaku belajar yang positif untuk

    mencapai tujuan pembelajaran (R. Susanto, 2018b). Berkenaan dengan profesionalisme guru,

    berdasarkan PP No.74 tahun 2008 tentang guru, maka ada empat kompetensi yang harus dikuasai

    yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi

    yang harus dimiliki guru dalam pengelolaan pembelajaran. Kompetensi pedagogik dalam standar

    nasional pendidikan terdapat dalam pasal 28 ayat 3 butir (a), yaitu kemampuan mengelola

    pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan

    pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

    mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Dalam kompetensi pedagogik guru harus

    memahami hal-hal penting seperti memahami dunia anak, karakteristik anak, dan proses pendidikan

    anak. Pelaksanaan Kompetensi Pedagogik guru dalam proses pembelajaran (Wardani, 2017):

    1. Menguasai wawasan atau landasan kependidikan. Seorang guru harus memahami hakikat

    pendidikan dan konsep yang berkaitan meliputi fungsi dan peran lembaga pendidikan. Guru

    menyadari posisi strategisnya di tengah masyarakat. Guru mengaplikasikan visi dan misi

    sekolah kepada peserta didik di kelas.

    2. Memahami karakteristik peserta didik. Memahami karakteristik peserta didik berhubungan

    dengan kemampuan guru dalam memahami kondisi peserta didik. Peserta didik memiliki

    karakteristik yang berbeda-beda dari segi minat, bakat, motivasi, daya serap mengikut

    pembelajaran, tingkat perkembangan, tingkat intelegensi, dan perkembangan sosial

    3. Pengembangan kurikulum. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakter

    peserta didik. Perubahan kurikulum bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan

    nasional.

    4. Perencanaan pembelajaran. Guru mempersiapkan rencana pembelajaran dan media

    pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

    5. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mendidik. Proses pembelajaran yang mendidik

    adalah proses yang selalu berorientasi pada pengembangan potensi anakdengan melakukan

    kegiatan yang berpusat pada anak, belajar melalui berbuat, mengembangkan kecerdasan

    intelektual, emosional, spiritual, dan sosial, serta belajar sepanjang hayat.

    6. Memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Guru harus bisa memanfaatkan teknologi

    komputer untuk memudahkan pembelajaran atau membentuk pesan-pesan pembelajaran

  • yang menarik sehingga dapat menciptakan motivasi belajar dan meningkatkan minat belajar

    peserta didik.

    7. Memberikan fasilitas bagi peserta didik untuk mengembangkan potensinya. Pengembangan

    potensi peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler dapat mengembangkan potensi peserta

    didik sesuai bakat dan minat.

    8. Melakukan evaluasi hasil pembelajaran secara berkesinambungan. Guru mampu

    mengembangkan media penilaian yang sesuai dengan penilaian kognitif, afektif, dan

    psikomotor peserta didik di kelas selama kegiatan belajar mengajar.

    The core of learning lies in the ability of educational interaction and the teacher's fundamental

    understanding of students in an effort to facilitate the development of self-potential and self-

    actualization of students (R. Susanto & Rachmadtullah, 2019). Inti pembelajaran terdapat di dalam

    kemampuan interaksi pendidikan dan kemampuan dasar guru dalam memahami peserta didik melalui

    berbagai upaya untuk membantu perkembangan potensi diri dan aktualisasi peserta didik. Hubungan

    Guru dan peserta didik tidak dapat dipisahkan di dalam dunia pendidikan (Ndoen, Bujana, & Susanto,

    2018):

    1. Sebagai seorang guru, kita harus memerhatikan gaya belajar peserta didik agar dapat

    memberikan waktu dan hasil yang maksimal daripada kegiatan belajar mengajar di kelas.

    Peserta didik berasal dari latar belakang yang berbeda sehingga memiliki gaya belajar yang

    berbeda-beda sehingga diperlukan metode dan penanganan yang berbeda-beda sehingga

    tercipta kondisi belajar yang sesuai dengan seluruh klasifikasi gaya belajar peserta didik.

    2. Sebagai seorang peserta didik, kita harus mengetahui gaya belajar diri sendiri agar mampu

    mengaktualisasi diri dengan baik dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan kemampuan

    dan kapasitas berpikir dan bernalar yang kita miliki serta kita juga perlu untuk mengetahui

    bagaimana gaya belajar lainnya agar dapat meningkatkan potensi kemampuan belajar dan

    mendapatkan hasil yang maksimal.

    Dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik adalah sebagai subjek dan juga sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Sedangkan guru merupakan figur penting yang menempati posisi dan memegang peran dalam pendidikan. Kepemimpinan guru berkaitan dengan keterampilan manajemen kelas. Salah satu faktor keberhasilan suatu pembelajaran merupakan hasil dari implementasi manajemen kelas yang optimal oleh guru. Guru menjadi pemimpin di kelas dengan melaksanakan manajemen kelas. Manajemen kelas merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki guru untuk membentuk suatu kondisi belajar yang berfokus kepada perilaku belajar peserta didik. Keterampilan manajemen kelas yang harus dimiliki guru (R. Susanto, 2018b) adalah:

    1. Keterampilan bertanya. 2. Keterampilan memberi penguatan. 3. Keterampilan mengadakan variasi. 4. Keterampilan menjelaskan. 5. Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran. 6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. 7. Keterampilan mengelola kelas. 8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.

    Guru adalah pemimpin pendidikan yang mempengaruhi peserta didik untuk melakukan kegiatan

    belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru merupakan komponen yang paling

    berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, guru

    yang profesional dan berkualitas merupakan salah satu bentuk upaya meningkatkan kualitas

    pendidikan. Kepemimpinan guru dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran sangat berpengaruh

  • dalam menghasilkan prestasi. Kepemimpinan guru harus bisa menjadi contoh. Guru harus bisa

    menjadi pemimpin yang disukai, pemimpin yang dipercaya, pemimpin yang mampu membimbing,

    pemimpin yang memiliki kepribadian yang baik. The development model of pedagogical competence

    can be undertaken by developing the variable of pedagogical knowledge, reflective ability, emotional

    intelligence, and instructional communication pattern. Development is conducted partially or

    simultaneously as each variable and indicator has influence to increase pedagogical competence with

    the implication as follows (R. Susanto, Rozali, & Agustina, 2019):

    1. The higher the pedagogical knowledge, the higher the reflective ability so the reflective ability

    can be increased by gaining the pedagogical knowledge.

    2. The higher the pedagogical knowledge, the higher pedagogical competence which

    pedagogical competence can be gained by increasing pedagogical knowledge.

    3. The higher the reflective ability, the higher the emotional intelligence so the emotional

    intelligence can be increased by gaining the reflective ability.

    4. The higher the reflective ability, the higher the pedagogical competence. Thus, to increase

    pedagogical competence can be done by gaining the reflective ability.

    5. The higher the emotional intelligence, the more effective the instructional communication

    pattern will be. To increase the emotional intelligence is entailed the enhancement of effective

    instructional communication pattern.

    6. The higher the emotional intelligence, the higher the pedagogical competence. Therefore, to

    improve the pedagogical competence can be undertaken by enhancing the emotional

    intelligence.

    7. The more effective the instructional communication pattern, the higher the pedagogical

    competence will be. So, it requires to increase pedagogical by conducting the effective

    instructional communication pattern.

    8. The higher the pedagogical knowledge, the reflective ability, emotional intelligence and

    effective simultaneous instructional communication pattern, the higher the pedagogical

    competence will be. Thus, the enhancement of pedagogical competence can be carried out

    simultaneously by increasing the pedagogical knowledge, reflective ability, emotional

    intelligence and the effective instructional communication pattern.

    Model pengembangan kompetensi pedagogik dapat dilakukan dengan mengembangkan pengetahuan

    pedagogik, kemampuan reflektif, kecerdasan emosional, dan pola komunikasi instruksional.

    Pengembangan tersebut dilakukan secara terpisah atau dilakukan secara bersamaan karena setiap

    indikator memiliki pengaruh untuk meningkatkan kemampuan pedagogis dengan beberapa implikasi

    sebagai berikut:

    1. Semakin tinggi kemampuan pedagogik maka kemampuan rekfletif dapat semakin

    ditingkatkan melalui pengetahuan pedagogik yang diperoleh.

    2. Semakin tinggi pengetahuan pedagogik maka akan semakin tinggi kompetensi pedagogik yang

    dapat diperoleh.

    3. Semakin tinggi kemampuan reflektif maka akan semakin tinggi pula kecerdasan emosional.

    4. Semakin tinggi kemampuan reflektif maka semakin tinggi juga kompetensi pedagogik.

    5. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka pola komunikasi intstruksional yang terjadi akan

    semakin efektif. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kecerdasan emosional dibutuhkan

    peningkatan pola komunikasi instruksional yang efektif.

    6. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka kompetensi pedagogik akan semakin tinggi. Oleh

    karena itu, untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dapat dilakukan dengan

    meningkatkan kecerdasan emosional.

  • 7. Semakin efektif pola komunikasi instruksional maka semakin tinggi kompetensi pedagogik

    sehingga kemampuan pedagogik perlu ditingkatkan dengan melakukan pola komunikasi

    instruksional yang efektif.

    8. Semakin tinggi pengetahuan pedagogik, kemampuan reflektif, kecerdasan emosional, dan

    pola komunikasi instruksional yang efektif maka semakin tinggi kompetensi pedagogik yang

    dimiliki. Dengan demikian, kompetensi pedagogik dapat ditingkatkan dengan melakukan

    peningkatkan pengetahuan pedagogik, kemampuan reflektif, kecerdasan emosional dan pola

    komunikasi instruksional yang efektis secara bersamaan.

    Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi hambatan yang terjadi dalam proses pembelajaran

    adalah mencari sumber belajar lain yang relevan selain buku paket siswa dan buku pegangan guru,

    memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran, serta meningkatkan kemampuan

    teknologi informasi dan komunikasi guru agar memudahkan dalam mengembangkan media

    pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi sehingga proses pembelajaran dapat

    berjalan efisien dan maksimal (Nengsih, 2017).

    Sebagai seorang pemimpin di dalam kelas, guru mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai

    dengan perkembangan peserta didik. Sudah sewajarnya guru turut aktif dalam pengembangan

    kurikulum di sekolah. Seorang guru dituntut untuk mempunyai kompetensi dalam memahami

    kurikulum dan mampu menjabarkannya dalam implementasi di lapangan melalui pengembangan

    silabus dan rencana pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang memberi peluang kepada

    peserta didik untuk aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan

    lingkungan pada hakikatnya mendekatkan dan memadukan peserta didik dengan lingkungannya, agar

    mereka memiliki rasa cinta, peduli dan tanggung jawab terhadap lingkungannya. Guru harus lebih

    kreatif dan mau berubah dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi aktif, kreatif, inovatif

    dan interaktif, efektif serta menyenangkan. Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap

    keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan

    peserta didik. Penilaian menjadi salah satu rangkaian kegiatan untuk memperoleh dan menganalisis

    data tentang proses dan hasil belajar peserta didik. Kompetensi penilaian yang dilakukan guru tidak

    hanya untuk peserta didik tetapi juga untuk diri guru itu sendiri. Seorang guru harus mampu

    menyadari bahwa kemampuan dan keterampilannya mengajar harus selalu ditingkatkan. Guru harus

    selalu melakukan teknik dan pendekatan mengajar dengan baik dan bervariasi. Guru harus memahami

    potensi dan keragaman peserta didik, pemahaman guru akan landasan dan filsafat pendidikan,

    mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan

    kompetensi dasar, menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program

    pembelajaran dan pengayaan.

    PENUTUP

    Belajar merupakan sebuah suatu proses yang menggunakan kemampuan mengingat dan

    mereproduksi untuk menerapkan pengetahuan, menyimpulkan makna, menafsirkan dan

    mengaitkannya dengan kenyataan sehingga pengetahuan bertambah dan terjadi perubahan.

    Pembelajaran merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mendukung proses belajar

    peserta didik sehingga memberikan manfaat. Guru memberikan kemudahan dan kesempatan bagi

    peserta didik untuk mengembangkan dan menerapkan gagasan mereka sendiri dalam kegiatan nyata.

    Melalui kegiatan tersebut, peserta didik turut aktif sehingga peserta didik memahami pengetahuan

    sesuai dengan pengalamannya.

  • Pedagogik merupakan suatu teori mendidik yang membahas tentang apa dan bagaimana mendidik.

    Pedagogik merupakan suatu ilmu yang menuntun anak dalam membiacarakan masalah-masalah

    pendidikan, kegiatan-kegiatan pendidikan, anak didik, pendidik, dan lain-lain yang bertujuan untuk

    mengubah tingkah laku manusia. Pengetahuan pedagogik terdiri dari filsafat pendidikan, psikologi

    perkembangan, dan teori belajar.

    Empat kompetensi yang harus dikuasai oleh guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi

    kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam kompetensi pedagogik guru harus

    memahami hal-hal penting seperti memahami dunia anak, karakteristik anak, dan proses pendidikan

    anak. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sumber data penelitian ini berasal

    dari jurnal-jurnal dan buku-buku yang membahas tentang pengetahuan pedagogik, guru,

    pembelajaran, teori belajar, dan perkembangan peserta didik. Data-data yang diperoleh dari buku-

    buku dan jurnal-jurnal tersebut dianalisis untuk membahas pengaruh pengetahuan pedagogik guru

    terhadap perkembangan peserta didik. Berdasarkan analisis, dapat disimpulkan bahwa guru dan

    murid memiliki hubungan yang sangat penting dalam pembelajaran.

    Kompetensi pedagogik guru memberikan pengaruh yang positif kepada peserta didik jika guru

    sungguh-sungguh memahami fungsi, tugas, dan peranannya dalam pembelajaran. Guru sebaiknya

    terus mengembangkan kompetensi pedagogik dalam meningkatkan keterampilan dan

    profesionalisme guru sehingga mampu memberikan dampak yang positif kepada peserta didik.

    Kompetensi pedagogik sangat penting dalam pengelolaan proses pembelajaran. Guru perlu

    meningkatkan pengetahuan pedagogiknya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar-seminar,

    workshop pendidikan, serta pengembangan kompetensi guru lainnya agar dapat menyelenggarakan

    pembelajaran yang berkualitas.

    Guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta didiknya tentang disiplin diri, belajar membaca,

    mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan

    belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam

    melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan

    kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru seperti bertindak sesuai dengan norma agama,

    hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur,

    berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, menampilkan diri sebagai pribadi

    yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,

    rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

    Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam kompetensi profesional terlihat dari beberapa aspek

    seperti penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan yang mendukung mata

    pelajaran, penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang

    pengembangan, mampu mengembangkan materi pelajaran secara kreatif, mengembangkan

    keprofesian secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan memanfaatkan teknologi

    informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

    Kemampuan sosial guru merupakan kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul

    simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Guru dengan kompetensi sosial dapat terlihat

    dalam tindakan yang objektif dan tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras,

    kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi, guru dapat berkomunikasi secara

    efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan

    masyarakat, guru dapat beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang

    memiliki keragaman, dan dapat berkomunikasi dengan berbagai komunitas secara lisan dan tulisan

    atau bentuk lain.

  • Sebagai seorang pemimpin di dalam kelas, sudah sewajarnya guru turut aktif dalam pengembangan

    kurikulum di sekolah, guru harus lebih kreatif dan mau berubah dalam pembelajaran sehingga

    pembelajaran menjadi aktif, kreatif, inovatif dan interaktif, efektif serta menyenangkan, serta guru

    harus mampu menyadari bahwa kemampuan dan keterampilannya mengajar harus selalu

    ditingkatkan. Guru tanggap terhadap perkembangan teknologi untuk mempermudah melaksanakan

    tugas kependidikan. Pembelajaran di kelas menjadi hidup, menarik, dan menyenangkan. Situasi kelas

    yang menyenangkan, dan pengelolaan kelas yang dinamis, dapat mempermudah pencapaian tujuan

    pembelajaran. Guru dapat melakukan upaya-upaya kreatif serta inovatif dalam bentuk penelitian

    tindakan terhadap berbagai teknik atau model pengelolaan pembelajaran yang mampu menghasilkan

    lulusan yang kompeten.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aprikustianita, R. G., Oktaviani, W., & Susanto, R. (2018). IDENTIFIKASI CARA BELAJAR MAHASISWA DALAM MENGKONSTRUK PENGETAHUAN. Retrieved from http://publikasi.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/1147/2019/03/SNIPMD-2018-Full-Text.pdf

    Fitriani, C., AR, M., & Usman, N. (2017). KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DALAM PENGELOLAAN, 88–95. https://doi.org/ISSN 2302-0156

    Kumala, V. M., Susilo, J., & Susanto, R. (2018). HUBUNGAN PENGETAHUAN PEDAGOGIK DENGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK SERTA PERBEDAANNYA DI SEKOLAH NEGERI DAN SEKOLAH SWASTA, 170–181. Retrieved from http://publikasi.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/1147/2019/03/SNIPMD-2018-Full-Text.pdf

    M, F. N. (2015). KOMPETENSI GURU DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA SMP NEGERI DALAM KOTA BANDA ACEH, 3(1), 45–67. https://doi.org/ISSN 2302-0156

    Ndoen, E., Bujana, G. K., & Susanto, R. (2018). PENGARUH KARAKTERISTIK GAYA BELAJAR TEORI HONEY MUMFORD TERHADAP PEROLEHAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA PROGRAM STUDI PGSD PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK, 37–42.

    Nengsih, D. H. (2017). ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PENGELOLAAN PROSES DI SD NEGERI 10 MANDONGA JURNAL PENELITIAN OLEH : DEWI HERNIA NENGSIH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALUOLEO, 2(7). Retrieved from http://ojs.uho.ac.id/index.php/wakapendikips/article/viewFile/2561/1911

    Siregar, E., & Nara, H. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran. (A. Jamaludin, Ed.) (V). Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

    Susanto, A. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (I). Jakarta: Prenadamedia Group.

    Susanto, R. (2018a). Jurnal Ilmiah Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Awal ANALYSIS OF LECTURERS ’ PROFESSIONALITY TOWARDS PRE - SERVICE TEACHERS ’ PROFESSIONAL COMMITMENT ( CAPACITY BUILDING OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION FACULTY ) Institutes of Teacher ’ s Education has, III(3), 249–262. https://doi.org/10.13189/ujer.2019.071010

    Susanto, R. (2018b). Pengaruh Kepemimpinan Guru dan Keterampilan Manajemen Kelas, 4(2), 220–229. Retrieved from https://scholar.google.co.id/citations?user=1GnNmTAAAAAJ&hl=en#d=gs_md_cita-d&p=&u=%2Fcitations%3Fview_op%3Dview_citation%26hl%3Den%26user%3D1GnNmTAAAAAJ%26citation_for_view%3D1GnNmTAAAAAJ%3A8k81kl-MbHgC%26tzom%3D-420

  • Susanto, R. (2018c). Pengkondisian Kesiapan Belajar untuk Pencapaian Hasil Belajar dengan Gerakan Senam Otak, 3, 63. Retrieved from http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/EDU/article/view/2504/2148

    Susanto, R. (2019). Lecturers ’ Professionalism i n Shaping Students ’ Perceptions and Commitments, 3(1), 25–38. https://doi.org/P-ISSN: 2597-422x E-ISSN: 2549-2675

    Susanto, R., & Rachmadtullah, R. (2019). Model Of Pedagogic Competence Development : Emotional Intelligence And Instructional Communication Patterns, 8(10), 8–11. https://doi.org/ISSN 2277-8616

    Susanto, R., Rozali, Y. A., & Agustina, N. (2019). Development of Pedagogical Competency Models for Elementary School Teachers : Pedagogical Knowledge , Reflective Ability , Emotional Intelligence and Instructional Communication Pattern, (October). https://doi.org/10.13189/ujer.2019.071010

    Susanto, R., & Syofyan, H. (2018). GERAKAN LITERASI PEDAGOGIK BAGI GURU UNTUK PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN DI SDN JELAMBAR BARU 01 PAGI, 350–361. Retrieved from http://publikasi.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/1147/2019/03/SNIPMD-2018-Full-Text.pdf

    Suyono, & M.S., H. (2016). Belajar dan Pembelajaran. (A. S. Wardan, Ed.) (VI). Bandung: PT. Remaja Sodakarya.

    Tekege, M. (2017). Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran sma yppgi nabire. JURNAL FATEKSA: Jurnal Teknologi Dan Rekayasa, 2(1), 40–52. Retrieved from https://uswim.e-journal.id/fateksa/article/view/38

    Wardani, W. K. (2017). ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA. Retrieved from http://eprints.ums.ac.id/50847/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf