kepemimpinan guru dari aspek kompetensi pedagogik …€¦ · belajar dari dalam diri anak atau...
TRANSCRIPT
-
KEPEMIMPINAN GURU DARI ASPEK KOMPETENSI PEDAGOGIK
PENDAHULUAN
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola
pembelajaran. Belajar merupakan sebuah suatu proses yang menggunakan kemampuan mengingat
dan mereproduksi untuk menerapkan pengetahuan, menyimpulkan makna, menafsirkan dan
mengaitkannya dengan kenyataan sehingga pengetahuan bertambah dan terjadi perubahan.
Pembelajaran merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mendukung proses belajar
peserta didik sehingga memberikan manfaat. Pengertian pembelajaran menurut Gagne adalah
seperangkat peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang
sifatnya internal. Beberapa ciri pembelajaran adalah:
1. Merupakan upaya sadar dan disengaja.
2. Pembelajaran membuat peserta didik belajar.
3. Tujuan belajar ditetapkan terlbih dahulu sebelum proses dilaksanakan.
4. Pelaksanaannya terkendali secara isi, waktu, proses, dan hasilnya.
Faktor internal dan eksternal yang memengaruhi hasil belajar terdiri dari:
1. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang
memengaruhi kemampuan belajarnya meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi
belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang memengaruhi
hasil belajar meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam buku condition of
learning, Gagne menjelaskan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, yaitu (Siregar & Nara, 2015):
1. Menarik perhatian (gaining attention) yaitu melalui hal-hal yang dapat menimbulkan minat
peserta didik dengan mengemukakan sesuatu yang baaru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learners of the objective), yaitu
memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai peserta didik setelah selesai mengikuti
pelajaran.
3. Mengingatkan konsep atau prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning),
yaitu merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari. pengetahuan tersebut
menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus), yaitu menyampaikan materi-
materi pelajaran yang telah direncanakan.
5. Memberikan bimbingan belajar (providing guidance for learners), yaitu memberikan
pertanyaan-pertanyaa yang membimbing proses atau alur berpikir peserta didik sehingga
terbentuk pemahaman yang lebih baik.
6. Menguji kinerja peserta didik (eliciting preformance), yaitu peserta didik menunjukkan
pengertian mereka tentang materi yang telah dipelajari atau menunjukkan penguasaan
terhadap materi.
-
7. Memberikan balikan (providing feedback), yaitu memberitahu seberapa jauh ketepatan
kinerja peserta didik.
8. Menilai hasil belajar (assessing performance), yaitu memberikan tes atau tugass untuk
mengetahui penguasaan peserta didik sesuai tujuan pembelajaran.
9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhencing retention and transfer), yaitu
merangsang kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman,
mengadakan review atau melakukan praktik berhubungan dengan materi yang telah
dipelajari.
Pengkondisian belajar menjadi kegiatan mendasar yang perlu dilakukan sebagai kemampuan guru
dalam memberikan fasilitas kondisi belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Menurut
Susanto, upaya guru untuk melakukan pengkondisian lingkungan, yang tepat akan mengembangkan
karakter yang tepat dan sikap belajar yang positif. Lingkungan yang positif terjadi apabila timbul rasa
aman dan memungkinkan tubuh untuk bergerak. Gerakan akan membentuk keceerdasan karena
melalui aktivitas fisik maka akan tercipta pengalaman fisik yang memungkinkan semua informasi
masuk melalui penglihatan (indera mata), pendengaran (telinga), penciuman (hidung), pengecap
(lidah), dan menerima rangsangan (kulit) (R. Susanto, 2018c). Beberapa prinsip pembelajaran yang
diperlukan agar tercipta suasana yang kondusif dan menyenangkan adalah (A. Susanto, 2016):
1. Prinsip motivasi, yaitu upaya pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan dorongan belajar dari dalam diri anak atau dari luar diri anak sehingga anak dapat belajar secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki anak tersebut.
2. Prinsip latar belakang, yaitu upaya pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangangan bahan pelajaran sehingga anak merasa bosan.
3. Prinsip pemusatan perhatian, yaitu usaha pembelajaran untuk memusatkan perhatian anak dengan cara mengajukan suatu masalah yang akan dipecahkan dan terarah untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai.
4. Prinsip keterpaduan, yaitu usaha pembelajaran yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran. Materi yang disampaikan berkaitan antara suatu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya sehingga anak mendapatkan gambaran keterpaduan dalam proses perolehan hasil belajar.
5. Prinsip pemecahan masalah, yaitu usaha pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah untuk mendorong peserta didik dalam mencari, memilih, dan menentukan pemecahan masalah sesuai dengan kemampuannya.
6. Prinsip menemukan, yaitu usaha pembelajaran dengan memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjukkan potensi anak untuk mencari dan mengembangkan hasil belajar dalam bentuk fakta dan informasi.
7. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu usaha pembelajaran melalui kegiatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman peserta didik sehingga peserta didik mendapatkan pengalaman baru yang tidak mudah dilupakan karena peserta didik melakukannya secara langsung. Usaha pembelajaran ini dapat meningkatkan kepercayaan diri peserta didik, rasa gembira, dan rasa puas karena peserta didik dapat melihat hasil pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan kemampuannya sendiri.
8. Prinsip belajar sambil bermain, yaitu usaha pembelajaran melalui kegiatan yang menyenangkan bagi peserta didik sehingga keterampilan, sikap, dan daya fantasi anak berkembang serta dapat mendorong anak untuk aktif dalam belajar.
9. Prinsip perbedaan individu, yaitu usaha pembelajaran dengan memperhatikan perbedaan setiap peserta didik dalam proses belajar mengajar, dilihat dari tingkat kecerdasan, sifat, dan kebiasaan atau latar belakang keluarga peserta didik.
-
10. Prinsip hubungan sosial, yaitu usaha pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok untuk melatih peserta didik dalam menciptakan suasana kerja sama dan saling menghargai satu sama lain.
Pedagogik artinya ilmu yang mendidik anak. Pedagogik merupakan suatu teori mendidik yang
membahas tentang apa dan bagaimana mendidik. Pedagogik merupakan suatu ilmu yang menuntun
anak dalam membiacarakan masalah-masalah pendidikan, kegiatan-kegiatan pendidikan, anak didik,
pendidik, dan lain-lain yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku manusia. Pengetahuan pedagogik
menurut (Kumala, Susilo, & Susanto, 2018) terdiri dari filsafat pendidikan, psikologi perkembangan,
dan teori belajar. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan
dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual. Seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan minat yang berbeda.
Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuannya
di kelas, dan harus mampu melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
Filsafat pendidikan merupakan pengetahuan yang menyelidiki tentang pelaksanaan pendidikan yang
berkaitan dengan tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat ilmu pendidikan yang berhubungan
dengan analisis kritis terhadap suatu struktur dan kegunaan. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat guru
dan anak didik selama proses pembelajaran. Mempelajari perkembangan peserta didik sangat penting
bagi guru dengan alasan-alasan sebagai berikut:
1. Diperoleh ekspektasi yang nyata tentang peserta didik.
2. Pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak membantu untuk memberikan respon
terhadap perilaku tertentu pada peserta didik.
3. Pengetahuan tentang perkembangan peserta didik akan membantu mengenali berbagai
penyimpangan dari perkembangan yang normal.
4. Dengan mempelajari perkembangan peserta didik maka peserta didik akan lebih memahami
diri sendiri.
Teori belajar di sekolah dikenal dengan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitivistik, teori belajar humanistik, dan teori belajar konstruktivistik.
Menurut pandangan behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Tiga metode pengubahan tingkah laku yang dikemukakan oleh Guthrie adalah:
1. Metode respons bertentangan. Misalnya mendekatkan kucing sebagai permainan bagi anak yang takut terhadap kucing. Hal ini dapat dilakukan berulang-ulang sehingga lama-kelamaan anak tersebut tidak lagi takut terhadap kucing.
2. Metode membosankan. Misalnya seorang anak yang ingin mencoba merokok diminta untuk merokok terus sampai merasa bosan maka setelah bosan ia akan berhenti merokok.
3. Metode mengubah lingkungan. Misalnya jika seorang anak merasa bosa belajar maka lingkungan belajarnya diubah menjadi lebih nyaman dan menyenangkan sehingga ia menjadi bersemangat kembali untuk belajar.
Salah satu teori belajar kognitivisme adalah teori pemrosesan informasi (Information Processing Theory) oleh Gagne. Teori ini memandang belajar sebagai sebuah proses pengolahan informasi dalam otak manusia yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
-
1. Receptor (alat indera) menerima rangsangan dari lingkungan dan mengubahnya menjadi rangsangan neural, memberikan simbol-simbol informasi yang diterimanya kemudian diteruskan.
2. Sensory register (penampungan kesan-kesan sensoris) yang terdapat pada saraf pusat untuk menampung kesan-kesan sensoris dan mengadakan seleksi sehingga terbentuk persepsi selektif. Informasi yang masuk diteruskan ke memori jangka pendek dan sebagian memori hilang dari sistem.
3. Short-term memory (memori jangka pendek) menampung hasil pengolahan perseptual dan menyimpannya. Informasi tertentu disimpan lebih lama dan diolah untuk menentukan maknanya. Memori jangka pendek disebut juga memori kerja dengan kapasitas yang terbatas, waktu penyimpanan pendek, kapasitasnya terbatas, dan waktu penyimpanannya juga pendek. Informasi dalam memori ini diubah bentuknya menjadi kode-kode dan diteruskan ke memori jangka panjang.
4. Long-term memory (memori jangka panjang) menampung hasil pengolahan yang ada di memori jangka pendek. Informasi disimpan dalam jangka panjang, bertahan lama, dan siap digunakan bila diperlukan. Saat informasi ditransformasi, informasi-informasi baru terintegrasi dengan informasi-informasi lama yang sudah tersimpan. Informasi-informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dikeluarkan kembali dengan cara pemanggilan, yaitu informasi mengalir dari memori jangka panjang ke memori jangka pendek kemudian ke response generator dan informasi mengalir langsung dari memori jangka panjang ke response generator selama pemanggilan (respon otomatis).
5. Response generator (pencipta respon) menampung informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dan mengubahnya menjadi reaksi jawaban.
Pada teori belajar humanistik, belajar merupakan suatu proses yang bertujuan untuk memanusiakan manusia. Pendekatan belajar humanistik terdiri dari teori belajar bermakna Ausubel dan taksonomi tujuan belajar Bloom dan Krathwohl. Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat, yaitu:
1. Pengalaman konkret, yaitu tahap dini seorang peserta didik mampu ikut serta mengalami suatu kejadian walaupun ia belum mengerti bagaimana dan mengapa peristiwa tersebut terjadi.
2. Pengamatan aktif dan reflektif, yaitu peserta didik mampu mengamati secara aktif terhadap suatu peristiwa serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.
3. Konseptualisasi, yaitu peserta didik mulai belajar membuat teori tentang hal-hal yang pernah diamatinya sehingga peserta didik mampu membuat aturan-aturan umum dari beberapa peristiwa dengan dasar yang sama namun tampak berbeda.
4. Eksperimentasi aktif, yaitu siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum pada suatu situasi yang baru dan belum pernah ditemuinya.
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh seseorang dengan aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberikan makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Teori belajar konstruktivisme merupakan teori belajar yang menyatakan bahwa peserta didik menerima informasi baru kemudian mengkonstruksinya dan menghubungkan dengan pengetahuan yang peserta didik miliki. Dasar dari konstruktivisme yang diungkapkan oleh Merril (Suyono & M.S., 2016) adalah:
1. Pengetahuan dikonstruksikan melalui pengalaman. 2. Belajar adalah penafsiran personal tentang dunia nyata. 3. Belajar adalah sebuah proses aktif yang dikembangkan berdasarkan pengalaman. 4. Pertumbuhan konseptual berasal dari negosiasi makna, saling berbagi tentang pandangan
ganda dan pengubahan representasi mental melalui pembelajaran kolaboratif. 5. Belajar dapat dilakukan dalam keadaan yang nyata. Ujian dapat dilakukan dalam bentuk tugas-
tugas.
-
Guru memberikan kemudahan dan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan dan menerapkan gagasan mereka sendiri dalam kegiatan nyata. Melalui kegiatan tersebut, peserta didik turut aktif sehingga peserta didik memahami pengetahuan sesuai dengan pengalamannya. Guru sebagai mediator dan fasilitator melakukan pendekatan konstruktivisme dengan cara sebagai berikut (Siregar & Nara, 2015):
1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik bertanggung jawab. 2. Membuat kegiatan-kegiatan yang berfungsi merangsang keingintahuan peserta didik dan
membantu peserta didik serta memberikan peserta didik semangat untuk mengekspresikan gagasannya.
3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan pemanfaatan pengetahuan peserta didik dalam menghadapi suatu permasalahan.
Dalam kebijakan pendidikan nasional, pemerintah merumuskan empat jenis kompetensi guru
sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, yaitu:
1. Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang
meliputi:
a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
b. pemahaman terhadap peserta didik.
c. pengembangan kurikulum/ silabus.
d. perancangan pembelajaran.
e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
f. evaluasi hasil belajar.
g. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
2. Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik
dan masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri dan mengembangkan diri secara berkelanjutan.
3. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi lisan dan tulisan, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi
secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua/ wali peserta didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat
sekitar.
4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang meliputi konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang
menaungi/ koheren dengan materi ajar, materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah,
hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari dan kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap
melestarikan nilai dan budaya nasional.
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara mendalam dan luas
(Undang Undang Guru dan Dosen, 2005). Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan oleh seorang guru,
yaitu (Fitriani, AR, & Usman, 2017):
1. Memahami tujuan pelajaran;
2. Mengenali karakteristik peserta didik
3. Membuat tujuan pengajaran
4. Mengenali subyek dan isi setiap materi
5. Mengembangkan alat ukur awal
-
6. Menyaring kegiatan-kegiatan belajar beserta sumber-sumbernya.
7. Mengerahkan layanan-layanan yang mampu mendukung (dana, alat, jadwal).
Guru perlu meningkatkan pengembangan profesionalisme khususnya dalam pembelajaran dan
budaya belajar. Profesionalisme guru dapat diwujudkan melalui pembelajaran termasuk di dalamnya
kemampuan untuk merencanakan pembelajaran, memenuhi kewajiban untuk mengajar, melakukan
evaluasi, memberikan balikan, menciptakan perkembangan, dan bersikap objektif (R. Susanto, 2018a).
Dalam Sosialisasi Literasi dan Nilai-Nilai Pedagogik, guru diajak untuk memiliki pengetahuan,
kemampuan dan sikap dalam:
1. Memandang sekolah sebagai sebuah organisasi pembelajar dengan elemen-elemen:
pemaknaan organisasi sebagai kesatuan dari komunitas orang-orang yang ada di dalamnya.
2. Melakukan identifikasi atas pola belajar dan terjadinya perubahan perilaku pada siswa.
3. Mengidentifikasi karakteristik siswa sebagai pembelajar.
4. Melakukan kajian dan reflektif atas kegiatan pembelajaran sebagai proses memfasilitasi
terjadinya belajar.
There is a positive, strong and very significant influence on the professional proficiency of the lecturers
on the students’ perceptions. There is a positive influence, strong and very significant perception of the
students on their commitments to the profession. Lecturers need to maintain their professional
qualities and even keep improving their capabilities, especially in terms of the learning dimension and
academic culture (R. Susanto, 2019). Profesionalisme guru memberikan pengaruh yang positif, kuat,
dan signifikan. Begitu pula sebaliknya. Persepsi murid memberikan pengaruh yang positif, kuat, dan
signifikan bagi guru. Guru seharusnya mengembangkan kualitas profesionalisme mereka dan terus
mengembangkan kemampuan mereka terutama dalam pembelajaran dan budaya belajar. Guru
diingatkan kembali pada pemahaman pengetahuannya mengenai (R. Susanto & Syofyan, 2018):
1. Teori belajar dan pembelajaran yang berbasis pada teori behaviorisme, kognitivisme,
konstruktivisme, socio konstruktivisme, dan humanis.
2. Pendekatan mengajar untuk literasi pedagogik yang berbasis pada pendekatan instruktivisme,
pendekatan mengajar konstruktivisme, pendekatan mengajar socio konstruktivisme.
3. Gaya mengajar sebagai komponen nilai-nilai pedagogik yang berbasis pada ciri gaya mengajar
komando, gaya mengajar latihan, gaya mengjaar resiprokal, gaya mengajar penugasan, gaya
mengajar terpimpin, gaya mengajar pemecahan masalah, gaya mengajar eksplorasi.
4. Model komunikasi sebagai komponen nilai-nilai pedagogik yang memperhatikan tipe visual,
auditori, dan kinestetik.
Semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Dalam pembelajaran, guru sudah seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, dan media pembelajaran yang sesuai dengan tahapan-tahapan tersebut. Hambatan-hambatan yang ditemui guru dalam proses pembelajaran adalah:
1. Guru masih kurang memahami cara menerapkan kurikulum karena kurangnya pelatihan tentang implementasi kurikulum.
2. Sistem penilaian yang digunakan menyulitkan guru karena bentuk penilaian yang terus berkembang.
3. Guru tidak mau menggunakan sumber-sumber belajar lain yang masih relevan selain buku
paket yang digunakan peserta didik dan buku pegangan guru.
-
4. Guru kurang memanfaatkan media pembelajaran yang sangat penting untuk memusatkan
perhatian siswa, memudahkan pemahaman terhadap materi yang diajarkan, dan
membangkitkan minat serta motivasi belajar siswa.
5. kemampuan teknologi informasi dan komunikasi guru yang kurang memadai.
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
Di mana pada setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan
kepribadian seorang guru. Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang
mereka miliki. Kepribadian adalah sesuatu yang abstrak, yang hanya dapat dilihat melalui penampilan,
tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan. Kepribadian adalah
keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Sikap dan perbuatan seseorang
merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang tersebut (M, 2015). Kompetensi kepribadian telah
di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar Kompetensi
Guru terdiri dari:
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, dan sosial.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi Belajar dan
masyarakat
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Kompetensi sosial guru terletak pada komunikasi yang efektif sebagai suatu proses saling
mempengaruhi antar manusia. Komunikasi merupakan keseluruhan dari pada perasaan, sikap dan
harapan-harapan yang disampaikan baik secara langsung atau tidak langsung, yang dilakukan secara
sadar atau tidak sadar sebagai bagian integral dari proses perubahan. Kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain tidak hanya berbuat
yang benar saja tetapi juga menyadari perbuatan yang dilakukan dan menyadari pula situasi yang
berhubungan dengan perbuatannya tersebut. Kompetensi sosial guru berhubungan dengan
kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan makhluk sosial yang terdiri dari:
1. Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk
meningkatkan kemampuan profesional.
2. Kemampuan guru dalam menjalin komunikasi dengan pimpinan.
3. Kemampuan guru berkomunikasi dengan orang tua belajar.
4. Kemampuan guru berkomunikasi dengan masyarakat.
5. Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan.
6. Kemampuan untuk pendidikan moral.
PEMBAHASAN
Sekolah menjadi salah satu faktor yang ikut menentukan kualitas belajar peserta didik. semakin tinggi
kemampuan belajar peserta didik dan kualitas pengajaran di sekolah maka hasil belajar peserta didik
juga akan semakin tinggi. Kualitas pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru. Guru adalah
komponen penting yang menentukan implementasi suatu strategi pembelajaran. Beberapa aspek
yang dapat memengaruhi kualitas proses pembelajaran sehubungan dengan faktor guru adalah (A.
Susanto, 2016):
-
1. Teacher formative experience meliputi jenis kelamin serta pengalaman hidup guru yang
menjadi latar belakang sosial guru termasuk tempat kelahiran guru, suku, latar belakang
budaya, dan adat istiadat.
2. Teacher training experience meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan
aktivitas dan latar belakang pendidikan guru misalnya pengalaman latihan profesional, tingkat
pendidikan, dan pengalaman jabatan.
3. Teacher properties adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat-sifat yang dimiliki
guru misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap peserta didik, kemampuan
dan intelegensi guru, motivasi dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
termasuk kemampuan dalam merencanakan dan melakukan evaluasi pembelajaran dalam
penguasaan materi.
Guru seharusnya mampu memahami pengetahuan dan pengalaman peserta didik yang berbeda-beda
untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman mereka tersebut. Guru mengarahkan peserta
didik sehingga peserta didik mampu memahami pembelajaran dengan aktif. Kepemimpinan guru
dalam pembelajaran menjadi faktor mendasar yang berperan sebagai fasilitator. Guru memengaruhi
interaksi dalam relasi guru sebagai pemimpin dan peserta didik sebagai yang dipimpin. Melalui
kepemimpinannya, guru menggerakkan peserta didik untuk berperilaku belajar yang positif untuk
mencapai tujuan pembelajaran (R. Susanto, 2018b). Berkenaan dengan profesionalisme guru,
berdasarkan PP No.74 tahun 2008 tentang guru, maka ada empat kompetensi yang harus dikuasai
yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi
yang harus dimiliki guru dalam pengelolaan pembelajaran. Kompetensi pedagogik dalam standar
nasional pendidikan terdapat dalam pasal 28 ayat 3 butir (a), yaitu kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Dalam kompetensi pedagogik guru harus
memahami hal-hal penting seperti memahami dunia anak, karakteristik anak, dan proses pendidikan
anak. Pelaksanaan Kompetensi Pedagogik guru dalam proses pembelajaran (Wardani, 2017):
1. Menguasai wawasan atau landasan kependidikan. Seorang guru harus memahami hakikat
pendidikan dan konsep yang berkaitan meliputi fungsi dan peran lembaga pendidikan. Guru
menyadari posisi strategisnya di tengah masyarakat. Guru mengaplikasikan visi dan misi
sekolah kepada peserta didik di kelas.
2. Memahami karakteristik peserta didik. Memahami karakteristik peserta didik berhubungan
dengan kemampuan guru dalam memahami kondisi peserta didik. Peserta didik memiliki
karakteristik yang berbeda-beda dari segi minat, bakat, motivasi, daya serap mengikut
pembelajaran, tingkat perkembangan, tingkat intelegensi, dan perkembangan sosial
3. Pengembangan kurikulum. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakter
peserta didik. Perubahan kurikulum bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
nasional.
4. Perencanaan pembelajaran. Guru mempersiapkan rencana pembelajaran dan media
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
5. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mendidik. Proses pembelajaran yang mendidik
adalah proses yang selalu berorientasi pada pengembangan potensi anakdengan melakukan
kegiatan yang berpusat pada anak, belajar melalui berbuat, mengembangkan kecerdasan
intelektual, emosional, spiritual, dan sosial, serta belajar sepanjang hayat.
6. Memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Guru harus bisa memanfaatkan teknologi
komputer untuk memudahkan pembelajaran atau membentuk pesan-pesan pembelajaran
-
yang menarik sehingga dapat menciptakan motivasi belajar dan meningkatkan minat belajar
peserta didik.
7. Memberikan fasilitas bagi peserta didik untuk mengembangkan potensinya. Pengembangan
potensi peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler dapat mengembangkan potensi peserta
didik sesuai bakat dan minat.
8. Melakukan evaluasi hasil pembelajaran secara berkesinambungan. Guru mampu
mengembangkan media penilaian yang sesuai dengan penilaian kognitif, afektif, dan
psikomotor peserta didik di kelas selama kegiatan belajar mengajar.
The core of learning lies in the ability of educational interaction and the teacher's fundamental
understanding of students in an effort to facilitate the development of self-potential and self-
actualization of students (R. Susanto & Rachmadtullah, 2019). Inti pembelajaran terdapat di dalam
kemampuan interaksi pendidikan dan kemampuan dasar guru dalam memahami peserta didik melalui
berbagai upaya untuk membantu perkembangan potensi diri dan aktualisasi peserta didik. Hubungan
Guru dan peserta didik tidak dapat dipisahkan di dalam dunia pendidikan (Ndoen, Bujana, & Susanto,
2018):
1. Sebagai seorang guru, kita harus memerhatikan gaya belajar peserta didik agar dapat
memberikan waktu dan hasil yang maksimal daripada kegiatan belajar mengajar di kelas.
Peserta didik berasal dari latar belakang yang berbeda sehingga memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda sehingga diperlukan metode dan penanganan yang berbeda-beda sehingga
tercipta kondisi belajar yang sesuai dengan seluruh klasifikasi gaya belajar peserta didik.
2. Sebagai seorang peserta didik, kita harus mengetahui gaya belajar diri sendiri agar mampu
mengaktualisasi diri dengan baik dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan kemampuan
dan kapasitas berpikir dan bernalar yang kita miliki serta kita juga perlu untuk mengetahui
bagaimana gaya belajar lainnya agar dapat meningkatkan potensi kemampuan belajar dan
mendapatkan hasil yang maksimal.
Dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik adalah sebagai subjek dan juga sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Sedangkan guru merupakan figur penting yang menempati posisi dan memegang peran dalam pendidikan. Kepemimpinan guru berkaitan dengan keterampilan manajemen kelas. Salah satu faktor keberhasilan suatu pembelajaran merupakan hasil dari implementasi manajemen kelas yang optimal oleh guru. Guru menjadi pemimpin di kelas dengan melaksanakan manajemen kelas. Manajemen kelas merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki guru untuk membentuk suatu kondisi belajar yang berfokus kepada perilaku belajar peserta didik. Keterampilan manajemen kelas yang harus dimiliki guru (R. Susanto, 2018b) adalah:
1. Keterampilan bertanya. 2. Keterampilan memberi penguatan. 3. Keterampilan mengadakan variasi. 4. Keterampilan menjelaskan. 5. Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran. 6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. 7. Keterampilan mengelola kelas. 8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.
Guru adalah pemimpin pendidikan yang mempengaruhi peserta didik untuk melakukan kegiatan
belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru merupakan komponen yang paling
berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, guru
yang profesional dan berkualitas merupakan salah satu bentuk upaya meningkatkan kualitas
pendidikan. Kepemimpinan guru dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran sangat berpengaruh
-
dalam menghasilkan prestasi. Kepemimpinan guru harus bisa menjadi contoh. Guru harus bisa
menjadi pemimpin yang disukai, pemimpin yang dipercaya, pemimpin yang mampu membimbing,
pemimpin yang memiliki kepribadian yang baik. The development model of pedagogical competence
can be undertaken by developing the variable of pedagogical knowledge, reflective ability, emotional
intelligence, and instructional communication pattern. Development is conducted partially or
simultaneously as each variable and indicator has influence to increase pedagogical competence with
the implication as follows (R. Susanto, Rozali, & Agustina, 2019):
1. The higher the pedagogical knowledge, the higher the reflective ability so the reflective ability
can be increased by gaining the pedagogical knowledge.
2. The higher the pedagogical knowledge, the higher pedagogical competence which
pedagogical competence can be gained by increasing pedagogical knowledge.
3. The higher the reflective ability, the higher the emotional intelligence so the emotional
intelligence can be increased by gaining the reflective ability.
4. The higher the reflective ability, the higher the pedagogical competence. Thus, to increase
pedagogical competence can be done by gaining the reflective ability.
5. The higher the emotional intelligence, the more effective the instructional communication
pattern will be. To increase the emotional intelligence is entailed the enhancement of effective
instructional communication pattern.
6. The higher the emotional intelligence, the higher the pedagogical competence. Therefore, to
improve the pedagogical competence can be undertaken by enhancing the emotional
intelligence.
7. The more effective the instructional communication pattern, the higher the pedagogical
competence will be. So, it requires to increase pedagogical by conducting the effective
instructional communication pattern.
8. The higher the pedagogical knowledge, the reflective ability, emotional intelligence and
effective simultaneous instructional communication pattern, the higher the pedagogical
competence will be. Thus, the enhancement of pedagogical competence can be carried out
simultaneously by increasing the pedagogical knowledge, reflective ability, emotional
intelligence and the effective instructional communication pattern.
Model pengembangan kompetensi pedagogik dapat dilakukan dengan mengembangkan pengetahuan
pedagogik, kemampuan reflektif, kecerdasan emosional, dan pola komunikasi instruksional.
Pengembangan tersebut dilakukan secara terpisah atau dilakukan secara bersamaan karena setiap
indikator memiliki pengaruh untuk meningkatkan kemampuan pedagogis dengan beberapa implikasi
sebagai berikut:
1. Semakin tinggi kemampuan pedagogik maka kemampuan rekfletif dapat semakin
ditingkatkan melalui pengetahuan pedagogik yang diperoleh.
2. Semakin tinggi pengetahuan pedagogik maka akan semakin tinggi kompetensi pedagogik yang
dapat diperoleh.
3. Semakin tinggi kemampuan reflektif maka akan semakin tinggi pula kecerdasan emosional.
4. Semakin tinggi kemampuan reflektif maka semakin tinggi juga kompetensi pedagogik.
5. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka pola komunikasi intstruksional yang terjadi akan
semakin efektif. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kecerdasan emosional dibutuhkan
peningkatan pola komunikasi instruksional yang efektif.
6. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka kompetensi pedagogik akan semakin tinggi. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dapat dilakukan dengan
meningkatkan kecerdasan emosional.
-
7. Semakin efektif pola komunikasi instruksional maka semakin tinggi kompetensi pedagogik
sehingga kemampuan pedagogik perlu ditingkatkan dengan melakukan pola komunikasi
instruksional yang efektif.
8. Semakin tinggi pengetahuan pedagogik, kemampuan reflektif, kecerdasan emosional, dan
pola komunikasi instruksional yang efektif maka semakin tinggi kompetensi pedagogik yang
dimiliki. Dengan demikian, kompetensi pedagogik dapat ditingkatkan dengan melakukan
peningkatkan pengetahuan pedagogik, kemampuan reflektif, kecerdasan emosional dan pola
komunikasi instruksional yang efektis secara bersamaan.
Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi hambatan yang terjadi dalam proses pembelajaran
adalah mencari sumber belajar lain yang relevan selain buku paket siswa dan buku pegangan guru,
memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran, serta meningkatkan kemampuan
teknologi informasi dan komunikasi guru agar memudahkan dalam mengembangkan media
pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan efisien dan maksimal (Nengsih, 2017).
Sebagai seorang pemimpin di dalam kelas, guru mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai
dengan perkembangan peserta didik. Sudah sewajarnya guru turut aktif dalam pengembangan
kurikulum di sekolah. Seorang guru dituntut untuk mempunyai kompetensi dalam memahami
kurikulum dan mampu menjabarkannya dalam implementasi di lapangan melalui pengembangan
silabus dan rencana pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang memberi peluang kepada
peserta didik untuk aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan pada hakikatnya mendekatkan dan memadukan peserta didik dengan lingkungannya, agar
mereka memiliki rasa cinta, peduli dan tanggung jawab terhadap lingkungannya. Guru harus lebih
kreatif dan mau berubah dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi aktif, kreatif, inovatif
dan interaktif, efektif serta menyenangkan. Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap
keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan
peserta didik. Penilaian menjadi salah satu rangkaian kegiatan untuk memperoleh dan menganalisis
data tentang proses dan hasil belajar peserta didik. Kompetensi penilaian yang dilakukan guru tidak
hanya untuk peserta didik tetapi juga untuk diri guru itu sendiri. Seorang guru harus mampu
menyadari bahwa kemampuan dan keterampilannya mengajar harus selalu ditingkatkan. Guru harus
selalu melakukan teknik dan pendekatan mengajar dengan baik dan bervariasi. Guru harus memahami
potensi dan keragaman peserta didik, pemahaman guru akan landasan dan filsafat pendidikan,
mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program
pembelajaran dan pengayaan.
PENUTUP
Belajar merupakan sebuah suatu proses yang menggunakan kemampuan mengingat dan
mereproduksi untuk menerapkan pengetahuan, menyimpulkan makna, menafsirkan dan
mengaitkannya dengan kenyataan sehingga pengetahuan bertambah dan terjadi perubahan.
Pembelajaran merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mendukung proses belajar
peserta didik sehingga memberikan manfaat. Guru memberikan kemudahan dan kesempatan bagi
peserta didik untuk mengembangkan dan menerapkan gagasan mereka sendiri dalam kegiatan nyata.
Melalui kegiatan tersebut, peserta didik turut aktif sehingga peserta didik memahami pengetahuan
sesuai dengan pengalamannya.
-
Pedagogik merupakan suatu teori mendidik yang membahas tentang apa dan bagaimana mendidik.
Pedagogik merupakan suatu ilmu yang menuntun anak dalam membiacarakan masalah-masalah
pendidikan, kegiatan-kegiatan pendidikan, anak didik, pendidik, dan lain-lain yang bertujuan untuk
mengubah tingkah laku manusia. Pengetahuan pedagogik terdiri dari filsafat pendidikan, psikologi
perkembangan, dan teori belajar.
Empat kompetensi yang harus dikuasai oleh guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam kompetensi pedagogik guru harus
memahami hal-hal penting seperti memahami dunia anak, karakteristik anak, dan proses pendidikan
anak. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sumber data penelitian ini berasal
dari jurnal-jurnal dan buku-buku yang membahas tentang pengetahuan pedagogik, guru,
pembelajaran, teori belajar, dan perkembangan peserta didik. Data-data yang diperoleh dari buku-
buku dan jurnal-jurnal tersebut dianalisis untuk membahas pengaruh pengetahuan pedagogik guru
terhadap perkembangan peserta didik. Berdasarkan analisis, dapat disimpulkan bahwa guru dan
murid memiliki hubungan yang sangat penting dalam pembelajaran.
Kompetensi pedagogik guru memberikan pengaruh yang positif kepada peserta didik jika guru
sungguh-sungguh memahami fungsi, tugas, dan peranannya dalam pembelajaran. Guru sebaiknya
terus mengembangkan kompetensi pedagogik dalam meningkatkan keterampilan dan
profesionalisme guru sehingga mampu memberikan dampak yang positif kepada peserta didik.
Kompetensi pedagogik sangat penting dalam pengelolaan proses pembelajaran. Guru perlu
meningkatkan pengetahuan pedagogiknya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar-seminar,
workshop pendidikan, serta pengembangan kompetensi guru lainnya agar dapat menyelenggarakan
pembelajaran yang berkualitas.
Guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta didiknya tentang disiplin diri, belajar membaca,
mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan
belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan
kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru seperti bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur,
berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, menampilkan diri sebagai pribadi
yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,
rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam kompetensi profesional terlihat dari beberapa aspek
seperti penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan yang mendukung mata
pelajaran, penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan, mampu mengembangkan materi pelajaran secara kreatif, mengembangkan
keprofesian secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Kemampuan sosial guru merupakan kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul
simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Guru dengan kompetensi sosial dapat terlihat
dalam tindakan yang objektif dan tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras,
kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi, guru dapat berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat, guru dapat beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman, dan dapat berkomunikasi dengan berbagai komunitas secara lisan dan tulisan
atau bentuk lain.
-
Sebagai seorang pemimpin di dalam kelas, sudah sewajarnya guru turut aktif dalam pengembangan
kurikulum di sekolah, guru harus lebih kreatif dan mau berubah dalam pembelajaran sehingga
pembelajaran menjadi aktif, kreatif, inovatif dan interaktif, efektif serta menyenangkan, serta guru
harus mampu menyadari bahwa kemampuan dan keterampilannya mengajar harus selalu
ditingkatkan. Guru tanggap terhadap perkembangan teknologi untuk mempermudah melaksanakan
tugas kependidikan. Pembelajaran di kelas menjadi hidup, menarik, dan menyenangkan. Situasi kelas
yang menyenangkan, dan pengelolaan kelas yang dinamis, dapat mempermudah pencapaian tujuan
pembelajaran. Guru dapat melakukan upaya-upaya kreatif serta inovatif dalam bentuk penelitian
tindakan terhadap berbagai teknik atau model pengelolaan pembelajaran yang mampu menghasilkan
lulusan yang kompeten.
DAFTAR PUSTAKA
Aprikustianita, R. G., Oktaviani, W., & Susanto, R. (2018). IDENTIFIKASI CARA BELAJAR MAHASISWA DALAM MENGKONSTRUK PENGETAHUAN. Retrieved from http://publikasi.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/1147/2019/03/SNIPMD-2018-Full-Text.pdf
Fitriani, C., AR, M., & Usman, N. (2017). KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DALAM PENGELOLAAN, 88–95. https://doi.org/ISSN 2302-0156
Kumala, V. M., Susilo, J., & Susanto, R. (2018). HUBUNGAN PENGETAHUAN PEDAGOGIK DENGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK SERTA PERBEDAANNYA DI SEKOLAH NEGERI DAN SEKOLAH SWASTA, 170–181. Retrieved from http://publikasi.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/1147/2019/03/SNIPMD-2018-Full-Text.pdf
M, F. N. (2015). KOMPETENSI GURU DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA SMP NEGERI DALAM KOTA BANDA ACEH, 3(1), 45–67. https://doi.org/ISSN 2302-0156
Ndoen, E., Bujana, G. K., & Susanto, R. (2018). PENGARUH KARAKTERISTIK GAYA BELAJAR TEORI HONEY MUMFORD TERHADAP PEROLEHAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA PROGRAM STUDI PGSD PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK, 37–42.
Nengsih, D. H. (2017). ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PENGELOLAAN PROSES DI SD NEGERI 10 MANDONGA JURNAL PENELITIAN OLEH : DEWI HERNIA NENGSIH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALUOLEO, 2(7). Retrieved from http://ojs.uho.ac.id/index.php/wakapendikips/article/viewFile/2561/1911
Siregar, E., & Nara, H. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran. (A. Jamaludin, Ed.) (V). Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Susanto, A. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (I). Jakarta: Prenadamedia Group.
Susanto, R. (2018a). Jurnal Ilmiah Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Awal ANALYSIS OF LECTURERS ’ PROFESSIONALITY TOWARDS PRE - SERVICE TEACHERS ’ PROFESSIONAL COMMITMENT ( CAPACITY BUILDING OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION FACULTY ) Institutes of Teacher ’ s Education has, III(3), 249–262. https://doi.org/10.13189/ujer.2019.071010
Susanto, R. (2018b). Pengaruh Kepemimpinan Guru dan Keterampilan Manajemen Kelas, 4(2), 220–229. Retrieved from https://scholar.google.co.id/citations?user=1GnNmTAAAAAJ&hl=en#d=gs_md_cita-d&p=&u=%2Fcitations%3Fview_op%3Dview_citation%26hl%3Den%26user%3D1GnNmTAAAAAJ%26citation_for_view%3D1GnNmTAAAAAJ%3A8k81kl-MbHgC%26tzom%3D-420
-
Susanto, R. (2018c). Pengkondisian Kesiapan Belajar untuk Pencapaian Hasil Belajar dengan Gerakan Senam Otak, 3, 63. Retrieved from http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/EDU/article/view/2504/2148
Susanto, R. (2019). Lecturers ’ Professionalism i n Shaping Students ’ Perceptions and Commitments, 3(1), 25–38. https://doi.org/P-ISSN: 2597-422x E-ISSN: 2549-2675
Susanto, R., & Rachmadtullah, R. (2019). Model Of Pedagogic Competence Development : Emotional Intelligence And Instructional Communication Patterns, 8(10), 8–11. https://doi.org/ISSN 2277-8616
Susanto, R., Rozali, Y. A., & Agustina, N. (2019). Development of Pedagogical Competency Models for Elementary School Teachers : Pedagogical Knowledge , Reflective Ability , Emotional Intelligence and Instructional Communication Pattern, (October). https://doi.org/10.13189/ujer.2019.071010
Susanto, R., & Syofyan, H. (2018). GERAKAN LITERASI PEDAGOGIK BAGI GURU UNTUK PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN DI SDN JELAMBAR BARU 01 PAGI, 350–361. Retrieved from http://publikasi.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/1147/2019/03/SNIPMD-2018-Full-Text.pdf
Suyono, & M.S., H. (2016). Belajar dan Pembelajaran. (A. S. Wardan, Ed.) (VI). Bandung: PT. Remaja Sodakarya.
Tekege, M. (2017). Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran sma yppgi nabire. JURNAL FATEKSA: Jurnal Teknologi Dan Rekayasa, 2(1), 40–52. Retrieved from https://uswim.e-journal.id/fateksa/article/view/38
Wardani, W. K. (2017). ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA. Retrieved from http://eprints.ums.ac.id/50847/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf