kepedulian dan pengetahuan pelaku bisnis mengenai...
TRANSCRIPT
KEPEDULIAN DAN PENGETAHUAN PELAKU
BISNIS MENGENAI GREEN ACCOUNTING (Studi
Kasus pada Usaha Warung Makan di Salatiga)
Oleh:
JENNIFER MIRIELLE DIAS
NIM : 232010066
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Binsis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DANBISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
1
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Jalan Diponegoro 52 -60
Telp. (0298) 321212, 311881
Fax. (0298) 321433, 311881
Homepage : www.uksw.edu
Email : [email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS KERTAS KERJA
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Jennifer Mirielle Dias
NIM :232010066
Program Studi :Fakultas Ekonomi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kertas kerja :
Judul : KEPEDULIAN DAN PENGETAHUAN PELAKU
BISNIS MENGENAI GREEN ACCOUNTING ( Studi
Kasus pada Usaha Warung Makan di Salatiga)
Pembimbing : Like Soegiono S.E., M.Si
Tanggal diuji : 24 Januari 2014
adalah benar-benar karya Saya.
Di dalam kertas kerja ini tidak terdapat secara keseluruhan atau sebagian
tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau
meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah
sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Salatiga, 7 Januari 2014
Yang memberi pernyataan
Jennifer Mirielle Dias
2
3
ABSTRACT
This research analyze the extent to which the business companies care about the
environment and have knowledge about green accounting. The sample of this
research are 50 owners of SME (Small Medium Enterprise) of restaurant in
Salatiga with surveys and interviews. Salatiga chosen as the right spot in this
research because one of the superior business in the region salatiga is restaurant.
The conclusion is the SME care about the environment but didn’t know clearly
about the cost of the environment and green accounting. SME have concerned
enough about the environment but it didn’t followed by the existence of
awareness about environmental costs because SME of restaurants are mostly
concentrated on turnover, profit and low cost. Advice that can be given is for the
Government, especially The Dept. of Cleaning in the Salatiga to provide
socialization of the importance of environmental awareness and environmental
costs that must be issued by the SME to cultivate the waste and also provide
solutions to bear the expense of the environment,so the SME owners don't feel
aggrieved, for example by giving subsidies and more.
Kata kunci : Green Accounting, Environmental Costs.
4
SARIPATI
Penelitian ini akan membahas sejauh mana pelaku bisnis peduli akan
lingkungan dan memiliki pengetahuan mengenai green accounting. Pelaku bisnis
yang akan diteliti adalah 50 orang pemilik dari UKM (Usaha Kecil Menengah)
rumah makan di Salatiga dengan melalui survey dan wawancara.Kota Salatiga
dipilih sebagai daerah yang tepat dalam penelitian ini karena salah satu jenis
usaha unggulan di wilayah Salatigaadalah dibidang rumah makan. Kesimpulannya
adalah para pelaku bisnis (UKM) peduli terhadap lingkungan tapi tidak
mengetahui secara jelas tentang biaya lingkungan dan akuntansi lingkungan.
Kepedulian para pelaku bisnis yang cukup tinggi pun tidak diikuti dengan adanya
kesadaran tentang biaya lingkungan karena para pelaku bisnis (UKM) di bidang
rumah makan ini sebagian besar sangat konsen terhadap omzet, laba dan biaya
usaha yang rendah. Saran yang dapat diberikan adalah untuk pemerintah
khususnya Dinas Kebersihan di daerah Salatiga untuk memberikan sosialisasi
akan pentingnya kepedulian lingkungan hidup dan biaya-biaya lingkungan yang
sebenarnya wajib dikeluarkan oleh para pelaku bisnis untuk mengolah limbahnya
dan juga memberikan solusi agar dalam menanggung biaya lingkungan, para
pemilik UKM tidak merasa dirugikan misalnya dengan memberi subsidi dan
lainnya.
Kata kunci : Green Accounting, Biaya Lingkungan.
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus
Kristus atas segala rahmat, anugerah, kasih setia serta bimbinganNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “KEPEDULIAN DAN
PENGETAHUAN PELAKU BISNIS MENGENAI GREEN ACCOUNTING
(Studi Kasus pada Usaha Warung Makan di Salatiga)” tepat waktu dan
dengan hasil yang semaksimal mungkin untuk memenuhi tugas akhir dan
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna mengembangkan lebih
lanjut skripsi ini.Penulis juga berharap, skripsi ini dapat berguna bagi para
pembaca.
Salatiga, Januari 2014
Penulis
6
UCAPAN TERIMA KASIH
Adapun terwujudnya penulisan dan terselesaikannya skripsi ini penulis
telah banyak diberikan bimbingan, bantuan, dan pengarahan oleh berbagai pihak
dari awal hingga selesainya skripsi ini. Maka dari itu, sudah selayaknya pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus karena tanpaNya aku tidak mampu berbuat apa-apa.
2. Orang tua dan adik – adikku yang kusayangi yang telah memberikan semangat
dan memberikan doadalam menyelesaikan skripsi saat ini.
3. Like Soegiono, SE., M.Si., Dosen pembimbing dan dosen Fakultas Ekonomi
jurusan akuntansi yang telah meluangkan waktunya untuk mendengarkan dan
memberikan saran terhadap kelanjutan skripsi ini. Sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu.
4. Untuk Yehuda Imanuel dan Sihol Mangoloi yang selalu memberikan
semangat dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. I love you
all.
5. Semua dosen Fakultas Ekonomi Universitas Satya Wacana Salatigakhususnya
Ibu Hani Sirine yang telah banyak memberikan pengetahuandan dukungan
moril kepada penulis.
6. Kepada seluruh teman-teman angkatan 2010 Akuntansi seperti Djongkang,
Livia, Silvia dan rekan-rekan serta yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terima kasih semuanya.
7
DAFTAR ISI
ABSTRACT .............................................................................................................3
SARIPATI ................................................................................................................4
KATA PENGANTAR .............................................................................................5
UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................................6
DAFTAR ISI ............................................................................................................7
I. Pendahuluan ...........................................................................................8
II. Tinjauan Pustaka ..................................................................................10
2.1 Green Accounting dan Kepedulian Lingkungan : Alasan dan Manfaat . 10
2.2 Biaya Lingkungan sebagai Tanggung Jawab Sosial UKM terhadap
Lingkungan ....................................................................................................... 13
III. Metode Penelitian ................................................................................14
3.1 Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data ....................................... 14
3.2 Definisi Operasional Kepedulian dan Pengetahuan ............................... 16
IV. Pembahasan dan Hasil Analisis Data ...................................................16
V. Penutup.................................................................................................23
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 23
5.2 Saran ....................................................................................................... 23
5.3 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................25
8
I. Pendahuluan
Pengaruh dari kerusakan alam terhadap kehidupan manusia telah
memunculkan serangkaian tindakan serius dari masyarakat dunia untuk
melakukan upaya pencegahan dampak kerusakan alam secara lebih luas. Contoh
kecil dari tindakan manusia sebagai upaya global mengurangi dampak kerusakan
lingkungan adalah dengan mengurangi perubahan iklim, konsensus yang
berkembang adalah bahwa negara-negara kaya harus memberikan kompensasi
kepada negara-negara miskin atas upayanya dalam mengurangi emisi karbon
(Barr et al., 2010). Inilah salah satu contoh tindakan yang mempelopori mengapa
para pemerhati lingkungan, pebisnis, dan pemerintah mengubah cara pikir mereka
dari hanya peduli akan laba ataupun beban usaha yang mereka dapat tetapi juga
mulai peduli terhadap lingkungan yang menjadi sumber daya utama bagi usaha
mereka. Dari upaya merawat lingkungan tersebut maka timbul pengaruh terhadap
bidang akuntansi di Indonesia dengan munculnya istilah green accounting(Susilo,
2008).
Green accounting adalah identifikasi, prioritisasi, kuantifikasi, atau
kualifikasi, dan penggabungan biaya lingkungan ke dalam keputusan-keputusan
bisnis.(Uno et al. 2004). Green accounting juga secara khusus membahas tentang
identifikasi, pengukuran dan alokasi biaya lingkungan, mengintegrasikan biaya
lingkungan ke dalam bisnis dan mengidentifikasi kewajiban terhadap lingkungan.
Kehadiran green accounting sendiri bertujuan sebagai alat manajemen lingkungan
untuk menilai keefektifan kegiatan konservasi berdasarkan ringkasan dan
klasifikasi biaya konservasi lingkungan( Pramanik et al. 2008).
Namun untuk menerapkan green accounting di Indonesia diperlukan
adanya proses akulturasi sikap dan perilaku ekonomi berbasis ekologi yang tidak
serta merta dapat berlaku dalam suatu wilayah akuntansi sosial, atau memberi
efek spektrum yang begitu luas pada bidang lain (Jafar dan Kartikasari,
2012).Proses akulturasi tersebut membutuhkan kesiapan pengetahuan, teknologi,
dan terutama kesadaran konvensional dalam praktik bisnis dan yang pasti
memerlukan waktu yang tidak singkat dalam penerapannya.
9
Terkait dengan hal tersebut, penelitian ini membahas sejauh mana pelaku
bisnis sebagai salah satu unsur utama peduli akan lingkungan dan mengetahui
serta memiliki pengetahuan mengenai green accounting. Pelaku bisnis yang akan
diteliti adalah pemilik dari UKM (Usaha Kecil Menengah). Penelitian ini memilih
UKM karena UKM merupakan potensi yang sangat strategis dalam
perekonomian nasional. Karena selain memiliki jumlah yang besar, UKM juga
menyebar hingga ke pelosok pedesaan. Dari segi kuantitatif, jumlah pelaku bisnis
di Indonesia pada tahun 2001 mencapai 40.197.611 juta. Dari jumlah
tersebut,sebanyak 99,86 % di antaranya adalah usaha kecil (40.137.773), di mana
97,6 % di antaranya adalah usaha mikro. Sedangkan jumlah usaha berskala
menengah sebanyak 57.743 atau 0,14 persen, dan usaha besar hanya 0,005 persen
atau berjumlah 2.095 saja (BPS,2001) dan per Maret 2010, sektor UKM tumbuh
sebesar 13% dibandingkan tahun sebelumnya. Kontribusi UKM juga sangat jelas
bagi Indonesia1. Usaha kecil, dan menengah yang jumlahnya dominan tersebut
mampu menyediakan 97% persen lapangan kerja dan berkontribusi besar pada
GDP sebesar 55% (Bank Indonesia, 2011).
Penelitian ini diadakan di kota Salatiga. Kota Salatiga dipilih sebagai
daerah yang tepat dalam penelitian ini karena salah satu jenis usaha unggulan di
wilayah Salatiga adalah dibidang warung makan/rumah makan2.Jenis usaha
rumah makan ini memberi pengaruh yang cukup besar dalam pelestarian alam
(Maharani dan Damayanti, 2013). Karena ketika para pemilik rumah makan
membuang limbah seperti plastik, sabun cuci, minyak,dll secara sembarangan
maka secara tidak langsung para pelaku bisnis dibidang rumah makan tersebut
akan menghancurkan usaha lain di Salatiga misalnya, dibidang tanaman pangan
yang tingkat keberhasilannya sangat bergantung kepada lingkungan.
Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan di atas, maka fokus dalam
penelitian ini adalah: apakah pelaku bisnis di Salatiga memiliki kepedulian
1Noersoetrisno. 2010. Strategi penguatan ukm melalui pendekatan klaster bisnis , konsep
,pengalaman empiris, dan harapan. 2 Dari Laporan Hasil Diskusi Dewan Riset Daerah Jawa Tengah Tahun 2010 yang berjudul
“Identifikasi dan Pemetaan Komoditi Unggulan dan Strategis Jawa Tengah: Upaya Peningkatan
Daya Saing Ekonomi Jawa Tengah dalam memasuki Era China-Asean FTA”
10
terhadap lingkungan dan apakah pelaku bisnis di Salatiga memiliki pengetahuan
mengenai konsep green accounting? Namun pada penelitian ini konsep green
accounting yang diteliti hanya pada tahap identifikasi biaya lingkungan saja.
Tujuan penelitian ini diadakan adalah agar dapat mengetahui seberapa
besar kepedulian pelaku bisnis terhadap lingkungan di Salatiga dan pengetahuan
pelaku bisnis dibidang usaha rumah makan di Salatiga mengenai konsep green
accounting. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pelaku usahaagar
dapat mengetahui lebih dalam mengenai green accounting dan meningkatkan
kepeduliannya terhadap lingkungan.
II. Tinjauan Pustaka
2.1 Green Accounting dan Kepedulian Lingkungan : Alasan dan Manfaat
Hubungan antara lingkungan dan akuntansi telah berkembang sejak tahun
1970-an melalui usaha tiap praktisi untuk mengembangkan kerangka (framework)
dan metodologinya masing-masing mewakili prioritasnya terhadap lingkungan
(Lange, 2003). Untuk menanggapi hubungan tersebut secara positif maka
dibutuhkan enviromanagement dalam suatu usaha.
Enviromanagement adalah sebuah cara pandang suatu
perusahaan/organisasi yang melihat bahwa lingkungan bukan biaya (cost) bagi
perusahaan tetapi aktiva (asset) bagi perusahaan (Denton, 1994). Paradigma atau
cara pandang merupakan unsur yang penting dalam enviromanagement. Jika
perusahaan selalu melihat lingkungan sebagai biaya, maka perusahaan akan selalu
berusaha untuk menghindarinya dengan berbagai cara. Tetapi apabila perusahaan
melihat lingkungan sebagai salah satu aktiva yang digunakan sebagai strategi
perusahaan, maka lingkungan akan dikelola sebagai prioritas utama.
Akuntansi lingkungan (Green Accounting) merupakan sarana untuk
melaporkan operasional suatu lembaga (negara/kota/perusahaan/organisasi) yang
dikaitkan dengan lingkungan. Tujuannya adalah memberikan informasi mengenai
kinerja operasional perusahaan yang berbasis pada perlindungan dan kepedulian
11
terhadap lingkungan. Perusahaan, yang pada penelitian ini secara khusus
membahas UKM, biasanya hanya mementingkan profit dan tidak peduli pada
lingkungan(Martusa, 2009). Oleh karena itu, pemahaman mengenai akuntansi
lingkungan (green accounting) menjadi sangat penting bagi pelaku usaha di UKM
karena ketika para pemilik UKM mengerti mengenai akuntansi lingkungan dan
peduli terhadap lingkungan tempat mereka berusaha maka upaya mengurangi
permasalahan – permasalahan lingkungan yang dihadapi saat ini akan terwujud.
Green accounting yang terkadang dikenal sebagai Environmental
Accounting menurut Ikhsan (2008) adalah istilah yang berkaitan dengan
dimasukkannya biaya lingkungan (environmental costs) ke dalam praktek
akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah.Gray dan Bebbington (2001)
menyebutkan bahwa area green accounting meliputi risiko – risiko atau kewajiban
kontijen perusahaan, revaluasi aset dan proyeksi – proyeksi kapital, analisis biaya
dalam area – area penting seperti energi, limbah dan proteksi lingkungan,
penaksiran investasi yang mempertimbangkan faktor – faktor lingkungan,
pengembangan sistem informasi dan sistem akuntansi baru yang mencakup semua
kinerja lingkungan, penilaian terhadap cost dan benefit dari program – program
perbaikan lingkungan, dan pengembangan teknik – teknik akuntansi untuk
mengungkap aset, kewajiban, dan cost dalam terminologi – terminologi ekologi
atau non-financial.
Kaplan dan Norton (2004) dalam buku Strategy Maps mencatat bahwa
kepedulian sebuah perusahaan pada isu – isu sosial dan lingkungan pada awalnya
memang hanya suatu intangible asset. Namun, pada akhirnya akan menghasilkan
suatu tangible asset yang baik yang dapat memberikan nilai tambah dan juga
meningkatkan nilai perusahaan.
Perlakuan Green Accounting belum diatur dalam UU No. 23/ 1997 tentang
Lingkungan Hidup dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang
diterbitkan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Hal tersebut mengakibatkan
perusahaan mengalami kesulitan dalam mengakui, mencatat, dan melaporkan
informasi tentang pengorbanan aset – aset ekonomik untuk tanggung jawab
sosialdan lingkungan dalam laporan keuangan.
12
Green accounting difokuskan untuk membahas perlakuan akuntansi dan
pelaporan informasi terhadap pengorbanan aset – aset ekonomi perusahaan untuk
biaya tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan keuangan. Berbeda
dengan pengorbanan aset – aset ekonomi untuk biaya produksi dan biaya
operasional, pengorbanan sejumlah aset ekonomi untuk biaya tanggung jawab
sosial dan lingkungan bertujuan memberikan nilai tambah kepada masyarakat dan
lingkungan, sehingga secara periodik dijadikan sebagai beban dalam laporan
keuangan perusahaan. Perlakuan akuntansi beban periodik terhadap pengorbanan
tersebut adalah sebagai biaya atau sebagai beban umum sehingga dicatat pada
kelompok biaya administrasi dan umum laporan laba rugi. Perlakuan beban
periodik sebagai biaya umum, dampak negatifnya adalah kinerja laba bersih
periodik yang dilaporkan perusahaan akan menurun drastis atau rugi bersih akan
meningkat drastis. Penurunan laba dan peningkatan rugi bersih dikuatirkan dapat
berdampak buruk bagi kelangsungan posisi manajemen dan eksistensi perusahaan.
Di sisi lain, dalam green accounting pengorbanan untuk biaya tanggung
jawab sosial dan lingkungan merupakan pengeluaran investasi, karena dari
pengorbanan tersebut perusahaan akan mendapatkan berbagai manfaat sosial dan
ekonomi serta keuntungan (profitability) di waktu – waktu mendatang. Manfaat
sosial ekonomi yang akan diraih adalah perusahaan akan dihargai pemerintah dan
masyarakat sebagai warga negara baik (a good corporate citizen) sehingga
reputasi atau goodwill perusahaan meningkat. Perlakuan tersebut dinilai ramah
lingkungan (green corporate), maka kepercayaan investor, kreditor, pelanggan
atau konsumen dan masyarakat terhadap perusahaan juga akan meningkat
sehingga berdampak positif pada kinerja keuangan perusahaan. Sebagai
pengeluaran investasi, pengorbanan tersebut dicatat dalam kelompok aset neraca
(balance sheet) dan harus diamortisasi secara periodik,namun hal itu sulit
dilakukan, karena pengeluaran untuk biaya tanggung jawab sosial dan lingkungan
harus dilakukan dan dilaporkan perusahaan secara periodik agar peningkatan
kinerja terus membaik.
13
2.2 Biaya Lingkungan sebagai Tanggung Jawab Sosial UKM terhadap
Lingkungan
Pengorbanan biaya lingkungan yang dikeluarkan oleh pemilik UKM
bukan hanya sekedar dinilai dengan satuan uang yang telah dikeluarkan ataupun
yang kemungkinan akan dikeluarkan. Pengorbanan biaya lingkungan yang
dimaksud lebih kearah bagaimana UKM dapat lebih peduli akan lingkungan
dengan melakukan contoh kongkret yang ada. Contoh kepedulian lingkungan
yang dapat diterapkan oleh UKM salah satunya adalah dengan memisahkan
sampah organik dan non organik.Memisahkan sampah organik dan non organik di
UKM mungkin memakan waktu karena sulit untuk memilah terlebih
dahulu.Tetapi UKM perlu memilah sampah agar UKM berkontribusi secara
langsung dalam memecahkan masalah penanganan sampah. Jika dilihat dari
jumlah sampah yang satu UKM saja hasilkan, mungkin itu dinilai sedikit, tapi
bayangkan jika setiap hari dari ratusan UKM. Berarti ini membantu pemisahan
sampah lebih cepat sehingga tidak cepat menumpuk di TPA.
Biaya lingkungan untuk UKM juga bukan merupakan beban, melainkan
investasi karena dari pengorbanan tersebut, UKM akan mendapatkan berbagai
manfaat sosial dan ekonomi serta keuntungan (profitability) di waktu – waktu
mendatang.
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang
mengacu kepada jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan usaha
tersebut berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998
pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil
dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan
perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat”. Usaha
Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan
No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik
keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia (WNI) dan memiliki hasil
14
penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha
Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp.50.000.000,-.
Beberapa karakteristik UKM digambarkan sebagai berikut3:
1. Kurang peduli terhadap standard. UKM belum sadar tentang keberadaan
suatu standar khususnya standard terkait bidang kegiatan usahanya.
2. Belum memahami pentingnya standar dalam meningkatkan nilai tambah
bagi industrinya. UKM melihat standar sebagai hambatan, bukan sebagai
solusi.
3. Belum mengetahui standar yang relevan dengan kegiatannya.
4. Kesulitan memperoleh standar karena biaya atau karena ketidaktahuan
dimana harus diperoleh.
5. Kesulitan memahami isi standar, baik karena masalah teknis atau karena
bahasanya.
6. Kesulitan dalam penerapannya, baik karena kurangnya pengetahuan
maupun keterampilan.
7. Kurang aktifnya UKM dalam menerapkan standar dapat dijelaskan melalui
fakta bahwa mereka kurang dalam hal biaya, pengetahuan dan ketrampilan
serta waktu.
III. Metode Penelitian
3.1 Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data
Metode pengumpulan data dalam penulisan ini adalah survey dan
wawancara.Survey dan wawancara dilakukan terhadap 50 orang pelaku bisnis
dibidang rumah makan di Salatiga. Teknik pengumpulan data melalui survey ini
adalah judgement sampling dimana sampel diambil dengan tidak acak dan
3 Dikutip dari”SME access to European standard – Enabling SME to achieve greater benefit from
standard and from involvement in standardisation” oleh Henk J.de Vries, Knut Blind, Axel
Mangelsdorf, Hugo Verheul dan Jappe van der Zwan dalam Presentasi Badan Standar Nasional
tentang “RANCANGAN PEDOMAN PENERAPAN SNI ISO 9001:2008 BAGI UKM”.
15
pemilihan pelaku bisnis sebagai responden survey juga dilandasi pemikiran
peneliti bahwa pihak-pihak tersebut terkait langsung dengan penerapan green
accounting dan pelestarian lingkungan. Beberapa kriteria yang menjadi landasan
pemikiran peneliti dalam pemilihan sampel adalah (1) lokasi rumah makan
dimana rumah makan berada dilingkungan padat penduduk; (2) tempat
pembuangan limbah dari rumah makan apakah dipisahkan antara organik dan non
organik; (3) Sanitasi peralatan yang ditinjau dari peralatan makan dan fasilitas
sanitasi rumah makan.
Kuesioner yang diberikan dalam survey kepada para pelaku bisnis
dibidang rumah makan di Salatiga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan mereka tentang green accounting dan juga sejauh mana para pelaku
bisnis peduli terhadap lingkungan sekitar mereka. Dari hasil survey tersebut,
dilakukan scoring dan adapun model dari kuisioner tersebut mencakup beberapa
kriteria yaitu tentang kesadaran dan kepedulian pelaku bisnis terhadap
lingkungan, pengetahuan tentang biaya usaha dan biaya lingkungan, gaya
pengeluaran setiap pelaku bisnis secara individu dan apa yang mereka utamakan
dalam usaha yang mereka jalani. Kriteria-kriteria tersebut diukur dengan
menggunakan skala likert dari angka 1-7 dimana angka 1= sangat tidak setuju, 2 =
tidak setuju, 3 = agak tidak setuju, 4 = tidak pasti, 5 = agak setuju, 6 = setuju,dan
7 = sangat setuju. Setelah scoring dilakukan, maka dihitung pula nilai rata – rata
tertimbang.
Adapun nilai interpretasi akan digambarkan melalui kata-kata atau
kalimat, yang dipisahkan berdasarkan kategori untuk memperoleh kesimpulan
dari survey tersebut menjadi dasar untuk menginterpretasikan kepedulian pelaku
usaha dibidang rumah makan di Salatiga dan sejauh mana pengetahuan mereka
tentang green accounting, sekaligus sebagai dasar pemberian saran dalam rangka
persiapan tersebut. Pembuatan kategori dilakukan dengan metode three box
method (Ferdinand, 2006). Maka kategori yang ada adalah sebagai berikut dimana
angka 1-3 = kurang peduli dan tahu tentang green accounting, 4 – 5 = cukup
peduli dan tahu tentang green accounting, 6 – 7 = sangat peduli dan tahu tentang
green accounting.
16
3.2 Definisi Operasional Kepedulian dan Pengetahuan
Menurut Sue (2003), kepedulian lingkungan menyatakan sikap-sikap
umum terhadap kualitas lingkungan yang diwujudkan dalam kesediaan diri untuk
menyatakan aksi-aksi yang dapat meningkatkan dan memelihara kualitas
lingkungan dalam setiap perilaku yang berhubungan dengan lingkungan.
Beberapa indikator seseorang yang peduli lingkungan adalah :
1. Selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar.
2. Memilah sampah organik dan non-organik.
3. Selalu membuang sampah pada tempatnya.
4. Tidak membakar sampah di sekitar perumahan.
5. Melaksanakan kegiatan membersihkan lingkungan.
6. Membersihkan sampah-sampah yang menyumbat saluran air.
Selanjutnya definisi pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman , rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmojo, 2003).
IV. Pembahasan dan Hasil Analisis Data
Karakteristik Responden
Dengan melihat kuesioner yang ada, selain diperoleh data yang merupakan
tujuan utama dari masing-masing kuesioner juga diperoleh data mengenai
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan usia responden.
Berdasarkan Tabel 1 tentang karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin, terlihat bahwa antara responden laki-laki dan perempuan memiliki
tingkat presentase yang jauh berbeda, yaitu laki-laki sebesar 34% dan perempuan
sebesar 66%. Dan karakteristik responden berdasarkan usia, diketahui bahwa 56%
responden rata-rata berusia antara 40-59 tahun.
17
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Keterangan Frekuensi Presentase
Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki 17 34%
Perempuan 33 66%
Total 50 100%
Berdasarkan Rentang Usia
20-39 tahun 12 34%
40-59 tahun 28 56%
60-79 tahun 10 10%
Total 50 100%
Sumber : Hasil Olahan Data, 2013
Preferensi Kepentingan dan Sistem Kerja Pelaku Usaha
Pada kuisioner yang peneliti bagikan, para pelaku usaha diminta untuk
mengurutkan mana hal yang menurut mereka paling penting. Beberapa hal
tersebut adalah omzet, laba, biaya usaha rendah, kualitas jasa/produk, produk/jasa
yang ramah lingkungan dan limbah yang tidak mencemari lingkungan. Berikut
adalah hasil dari kuisioner yang dibagikan tersebut.
Grafik 1. Preferensi Kepentingan Pelaku Usaha
Sumber : Hasil Olahan Data, 2013
Omzet
Laba
Biaya Usaha Rendah
Kualitas Jasa / Produk
Produk /Jasa Ramah Lingkungan
Limbah yang tidak mencemari lingkungan
22%
38%
14%
26%
0%
0%
34%
26%
24%
10%
6%
0%
24%
14%
22%
34%
6%
0%
18%
18%
6%
26%
24%
8%
2%
4%
18%
4%
54%
18%
0%
0%
16%
0%
10%
74%
Preferensi Kepentingan Pelaku Usaha
Sangat Penting Penting Agak Penting
Netral Tidak Penting Sangat Tidak Penting
18
Pada grafik frekuensi hasil dari kuisioner yang dibagikan, dapat terlihat
bahwa laba usaha merupakan urutan pertama yang menurut para pelaku usaha
merupakan hal yang sangat penting, diikuti dengan omzet penjualan lalu biaya
usaha yang rendah. Dari hasil wawancara dan kuisioner juga dapat terlihat bahwa
para pelaku usaha tidak terlalu mementingkan limbah yang mencemari
lingkungan sekitar mereka. Ini terlihat karena para pemilik UKM menandai
“limbah yang mencemari lingkungan” dengan nomor urut terakhir yaitu nomor 6.
Ini merupakan hal yang sangat wajar, karena UKM merupakan organisasi “profit-
oriented” yang dari sejak awal tujuan para pemilik UKM membuka usaha mereka
adalah untuk mendapatkan keuntungan dengan mengeluarkan biaya usaha yang
rendah. Limbah yang mencemari lingkungan pun tidak terlalu diperhatikan oleh
para pemilik UKM karena para pemilik UKM menganggap bahwa mereka telah
membayar uang kebersihan. Para pemilik UKM juga tidak memikirkan kemana
limbah akan dibuang atau diolah.
Tabel 2. Tabel Gaya Pengeluaran Individu
No PERNYATAAN Mean Median SD
1 Ketika saya melakukan pengeluaran untuk
kepentingan usaha, saya selalu merasa seperti
melakukan pengeluaran menggunakan uang
pribadi saya
3,6 3 1,948312
2 Bagi saya sangat penting untuk mengetahui
usaha saya tidak melakukan pengeluaran yang
sia-sia
6,18 7 1,155113
3 Saya selalu megecek uang yang ada ketika
saya memutuskan untuk membeli sesuatu
6,18 7 1,304466
4 Saya selalu hati-hati dalam melakukan
pengeluaran pribadi dibandingkan
pengeluaran usaha
4,2 4 1,818275
5 Saya jarang mengkuatirkan pengeluaran uang 2,9 2 1,950929
Sumber : Hasil Olahan Data, 2013
19
Dari hasil analisa gaya pengeluaran individu masing-masing pelaku usaha
pada tabel 2 dapat disimpulkan bahwa para pemilik UKM sangat berhati-hati
dalam mengeluarkan uang dan mengkhawatirkan pengeluaran uang mereka baik
uang pribadi maupun uang untuk kepentingan usaha. Dari hasil kuisioner dapat
dilihat bahwa mereka sangat konsen terhadap uang yang keluar dan berusaha
untuk tidak melakukan pengeluaran yang sia-sia atau tidak berdampak pada
kualitas produk/jasa dan keuntungan yang mereka dapatkan. Kekuatiran dari
pemilik UKM mengenai pengeluaan uang pun terlihat dari pertanyaan pada tabel
2 nomor 2 yaitu pemilik UKM sangat mengkhawatirkan pengeluaran mereka.
Dari kriteria rata-rata para pelaku usaha dapat dilihat pada tabel 2 juga
dapat disimpulkan bahwa para pelaku usaha mungkin tidak memikirkan secara
langsung tentang lingkungan hidup disekitar usaha mereka.Fokus pada pelaku
usaha tersebut terletak pada bagaimana usaha mereka dapat berjalan dengan baik
dan mendapatkan keuntungan.
Kepedulian dan Kesadaran Lingkungan
Penelitian dilanjutkan untuk mengetahui seberapa besar kepedulian para
pelaku usaha terhadap lingkungan disekitar mereka. Dari hasil analisa data pada
tabel 3, dapat dilihat bahwa para pelaku bisnis dibidang rumah makan cenderung
peduli akan lingkungan sekitar mereka. Para pelaku bisnis pun tahu bagaimana
cara merawat dan menjaga lingkungan hidup, tempat dimana mereka berdagang
dan mendapatkan keuntungan dari hasil usaha mereka. Namun kepedulian para
pemilik UKM tidak secara langsung mengubah gaya pengeluaran individu
ataupun gaya pengeluaran individu masing-masing pelaku usaha.Dari hasil analisa
kuisioner, para pelaku bisnis tetap tidak mau untuk mengeluarkan uang yang lebih
untuk membeli barang yang ramah lingkungan, misalnya pada pertanyaan tentang
kepedulian lingkungan yang berisi apakah para pelaku bisnis membeli peralatan
usaha yang ramah lingkungan. Rata-rata banyak dari mereka yang menganggap
semua peralatan sama saja karena para pemilik UKM lebih mementingkan fungsi
dan kualitas dari peralatan yang mereka beli dan biaya yang harus mereka
20
keluarkan untuk mendapatkan peralatan tersebut. Hasil tersebut konsisten dengan
gaya pengeluaran individu para pelaku bisnis yang sangat berhati-hati dalam
melakukan pengeluaran uang.
Tabel3. Kepedulian Lingkungan
No PERNYATAAN Mean Median SD
1 Secara umum, saya mengetahui
bagaimana menjaga lingkungan hidup
5,76 6 1,333401359
2 Secara umum saya mengetahui bahwa
menjaga lingkungan hidup sama dengan
menjaga kelangsungan hidup usaha
5,2 6 1,590789818
3 Saya selalu menggunakan bahan-bahan
(perlengkapan dan bahan baku) usaha
yang ramah lingkungan
5,4 5 1,10656667
4 Saya selalu menjaga agar limbah usaha
tidak mencemari lingkungan hidup
5,68 6 1,316147749
5 Saya selalu memilah limbah usaha yang
organik dan non organik
3,76 4 1,709039592
6 Secara umum, saya selalu membeli
peralatan usaha yang ramah lingkungan
4,66 5 1,802605824
Sumber : Hasil Olahan Data, 2013
Lalu, dapat dilihat pula dari hasil kuisinioner, rata-rata para pelaku usaha
pun tidak melakukan pemilahan terhadap limbah organik dan non organik yang
mereka buang.Mereka langsung mencampur limbah yang mereka buang dalam
satu wadah/tempat sampah karena menurut mereka lebih praktis dan efisien dari
segi waktu.
Begitu pula dengan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti,
menurut para pemilik UKM, kepedulian terhadap lingkungan hidup sekitar hanya
terbatas pada membuang limbah pada tempat yang telah disediakan dan
membayar iuran bulanan untuk pengangkutan limbah (iuran kebersihan).
21
Tabel 4. Kesadaran Biaya Lingkungan
No PERNYATAAN Mean Median SD
1 Secara umum, saya mengetahui bahwa biaya
lingkungan adalah tanggung jawab usaha
3,94 4 1,405674
2 Saya memiliki pengetahuan yang baik
mengenai biaya lingkungan yang diperlukan
dalam usaha
3,48 4 1,474131
3 Secara umum, saya mengetahui setiap
pengeluaran yang dilakukan untuk biaya
lingkungan
3,4 3,5 1,470804
4 Saya mengetahui biaya menggunakan bahan-
bahan usaha ramah lingkungan
4,02 4 1,571299
5 Saya mengetahui biaya yang harus
dikeluarkan untuk mengolah limbah usaha
3,88 4 1,598979
6 Saya membebankan biaya lingkungan sebagai
bagian dari beban usaha
4,08 4 1,588736
Sumber : Hasil Olahan Data, 2013
Untuk kesadaran para pemilik UKM mengenai biaya lingkungan pun tidak
terlalu besar. Kesadaran mengenai biaya lingkungan agak rendah karena untuk
biaya lingkungan yang mereka ketahui hanyalah biaya/iuran kebersihan di daerah
tempat mereka melakukan usaha. Para pemilik UKM pun tidak terlalu peduli
bagaimana nantinya limbah yang berasal dari usaha mereka diolah ini dapat
dilihat dari hasil kuisioner pada tabel 4 point 5. Karena bagi para pemilik UKM
tersebut, mereka sudah membayar iuran kepada pengangkut sampah ditempat
mereka.
Pengetahuan Biaya Lingkungan
Pengetahuan para pemilik UKM ini pun dapat terlihat pada tabel 5
mengenai pengetahuan biaya lingkungan para pelaku usaha. Dari hasil kuisioner
22
yang dibagikan dan wawancara kepada pemilik UKM, dapat dilihat bahwa para
pemilik UKM kurang mengetahui secara jelas komponen-komponen mengenai
biaya lingkungan dan bagaimana membebankan biaya lingkungan dalam usaha
mereka.
Tabel 5. Pengetahuan Biaya Lingkungan
No PERNYATAAN Mean Media
n
SD
1 Secara umum, saya mengetahui bagaimana
mengelola biaya lingkungan
5,72 5,5 1,069808
2 Saya memiliki pengalaman yang cukup untuk
mengelola biaya lingkungan
5,12 5 0,982292
3 Secara umum, saya memiliki pengetahuan
mengenai biaya lingkungan
3,78 4 1,474823
4 Saya mengetahui komponen-komponen biaya
lingkungan
3,36 3,5 1,305561
5 Saya mengetahui bagaimana membebankan
biaya lingkungan dalam biaya usaha
3,76 4 1,478554
Sumber : Hasil Olahan Data, 2013
Sebenarnya para pemilik UKM tidak melakukan kesalahan untuk
pengetahuan biaya lingkungan yang mereka ketahui karena dari pemerintah
sendiri tidak ada sosialisasi yang jelas akan biaya-biaya lingkungan yang
sebenarnya harus dikeluarkan oleh suatu usaha dalam perannya untuk merawat
dan menjaga lingkungan. Salah satu pemilik UKM menyebutkan bahwa selama
ini biaya lingkungan yang ia ketahui hanya sebatas membayar iuran sampah saja.
Namun ketika pemerintah ingin lebih mensosialisasikan komponen-komponen
biaya lingkungan yang harus dibayar, perlu diperhatikan risiko-risiko yang akan
23
muncul apabila ada biaya tambahan yang harus para pelaku bisnis tersebut
keluarkan untuk lingkungan karena banyak diantara mereka yang sangat
mementingkan laba dan biaya usaha yang rendah.
V. Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, kesimpulannya adalah para
pelaku bisnis (UKM) peduli terhadap lingkungan tapi tidak mengetahui secara
jelas tentang biaya lingkungan dan akuntansi lingkungan. Kurangnya pengetahuan
UKM tentang biaya lingkungan kemungkinan disebabkan karena kurangnya
sosialisasi oleh pemerintah tentang biaya lingkungan yang harus dikeluarkan oleh
UKM seperti biaya pengolahan limbah, dsb.Kepedulian para pelaku bisnis yang
cukup tinggi pun tidak diikuti dengan adanya kesadaran tentang biaya lingkungan
karena para pelaku bisnis (UKM) di bidang rumah makan ini sebagian besar
sangat konsen terhadap omzet, laba dan biaya usaha yang rendah pada usaha yang
mereka jalani.
5.2 Saran
Dari kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan beberapa saran terkait
dengan pengetahuan green accounting para pelaku bisnis UKM. Karena minimnya
pengetahuan green accounting para pelaku bisnis, maka sebaiknya pemerintah
khususnya Dinas Kebersihan di daerah Salatiga untuk memberikan sosialisasi
akan pentingnya kepedulian lingkungan hidup dan biaya-biaya lingkungan yang
sebenarnya wajib dikeluarkan oleh para pelaku bisnis untuk mengolah limbahnya
dan pemerintah juga memberikan solusi agar dalam menanggung biaya
lingkungan, para pemilik UKM tidak merasa dirugikan misalnya dengan memberi
subsidi dan lainnya.
24
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu :
1. Jangkauan penelitian yang hanya di Salatiga, dikarenakan kendala
keterbatasan waktu dan biaya sehingga hasil penelitian ini belum bisa
menggambarkan kepedulian dan pengetahuan pelaku bisnis dibidang rumah
makan di seluruh Indonesia tentang green accounting.
2. Hasil kesimpulan yang hanya berdasarkan survey pelaku usaha dibidang
rumah makan di Salatiga menyebabkan kesimpulan dan saran dalam penelitian ini
tidak dapat menjadi acuan untuk pelaku usaha dibidang rumah makan di
Indonesia.
25
DAFTAR PUSTAKA
Barr et al,. 2010. Tata Kelola Keuangan dan Pelajaran dari Dana Reboisasi (DR)
di Indonesia. Maret : No. 20.
Denton, D. K. 1994. Enviro-Management: How Smart Companies Turn
Environmental Costs into Profits. Prentice Hall. Englewood Cliffs, New
Jersey.
Gray, R., Bebbington, J., dan Walters, D. 2001. Accounting for the environment.
R. H. Gray & The Certified Accountants Educational Projects.
Halwani, R Hendra. 2002. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi.
Ghalia Indodesia. Jakarta.
Hariwijaya, M. 2007. Metodologi dan teknik penulisan skripsi, tesis, dan disertasi,
elMatera Publishing.Yogyakarta.
http://bps.go.id.
http://ssrn.paperAkuntansi Lingkungan.com
http://portaljakarta.com/peran-ukm-dalam-mendorong-kekompetitifan-
perekonomian-indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Ikhsan, Arfan. 2008. Akuntansi Lingkungan & Pengungkapannya. Yogyakarta :
Graha Ilmu
International Emissions Trading Association, UK Emission Trading Group dan
Andersen. Accounting for Carbon under the UK Emission Trading
Scheme. Discussion Paper. May 2002.
Jafar dan Kartikasari. 2012. Carbon Accounting : Implikasi Strategis
Perekayasaan Akuntansi Manajemen. Universitas Islam Sultan Agung.
Kaplan R. S. & Norton D. P. 2004. Strategy Maps: Converting intangible assets
into tangible outcomes. Harvard Business School Press: Boston,pp.3-
pp.28.
Maharani, Resty Mustika dan Damayanti, Alia. 2013. Pengolahan Limbah Cair
Rumah Makan Menggunakan Membran Nanofiltrasi Silika Aliran Cross
26
Flow untuk Menurunkan Fosfat dan Amonium. JURNAL TEKNIK
POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ISSN: 2337 – 3539. Institut Teknologi
Sepuluh November. Surabaya
Martusa, Riki. 2009.Peranan Environmental Accounting terhadap Global
Warming. Jurnal Akuntansi Vol.1 No.2 November 2009:164-179.
Bandung.
Lako, Andreas. 2011. Dekonstruksi CSR. Erlangga. Jakarta.
Lange, G. M. 2003. Policy Applications of Environmental Accounting.
Environmental Economics Series. Januari. pp. 1-66.
Pramanik, A.K. , Shil, N.K., dan Das, Bhagban. 2008. Environmental Accounting
and Reporting With Special Reference to India. MPRA Paper No. 7712.
India
Ratnatunga, Janek. 2007. Carbon Cost Accounting: The Impact of Global
Warming on the Cost Accounting Profession, JAMAR, Vol. 5 No. 2.
Sadjiarto, Arja. 2010. Perlakuan Akuntansi Untuk Perdagangan Emisi. Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Sue, D. W. (2003). Cultural Competence in the Treatment of Ethnic Minority
Populations. Pages 4-7. In D. W. Sue (Ed.) Psychological Treatment of
Ethnic Minority 8 Populations. Washington, D.C: APA Press.
Susilo, Joko. 2008. Green Accounting di Daerah Istimewa Yogyakarta: Studi
Kasus antara Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. JAAI, Vol.12.
Uno, Kimio dan Bartelmus, Peter. 2004. Environmental Accounting in Theory
and Practice. Kluwer Publisher.