kepala pusat akreditasi kearsipan arsip nasional republik...

63
©2016 RUDI ANTON Kepala Pusat Akreditasi Kearsipan Arsip Nasional Republik Indonesia

Upload: ngoduong

Post on 08-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

©2016

RUDI ANTON

Kepala Pusat Akreditasi Kearsipan Arsip Nasional Republik Indonesia

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan

Rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

ARSIP ELEKTRONIK

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

ARSIP MILIK NEGARA

Pasal 33 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan

Arsip yang tercipta dari kegiatan milik negara dan kegiatan yang menggunakan sumber dana negara dinyatakan sebagai arsip milik negara.

Tim Penyidik Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR) Polres Kediri Kota Kamis (21/02/2013) Siang

melakukan penggeledah kantor PT. SGS (Surya Graha Semesta) di Ruko Jati Kepuh jalan

Mojopahit Sidoarjo, selaku sub kontraktor Jembatan Brawijaya dari PT. Fajar Parahiyangan.

penyidik menyita beberapa dokumen penting yang tersimpan didalam kantor.

Aksi Bareskrim bersenjata M4A1 geledah kantor SKK Migas dalam rangka pencarian dokumen yang terkait penyidikan tipikor

dan pencucian uang.

Satgas Kejati Malut Saat melakukan pemeriksaan sejumlah arsip di Kantor

Bupati Halbar terkait kasus dugaan korupsi APBD 2007-2009

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyita dokumen ‎Ketua DPRD

Bangkalan

Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967 ketika dalam pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing negara ternyata memasukkan pulau Sipadan yang berada di Selat Makassar yaitu pulau Sipadan (luas: 50.000 meter²) dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya.

Untuk menghadapai sengketa ini, Indonesia sampai menyewa lima penasehat hukum asing dan tiga peneliti asing untuk membuktikan kepemilikannya.

Penyelesaian dilakukan melalui jalur hukum Mahkamah Internasional

Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan

Pengelolaan arsip dinamis dilaksanakan untuk menjamin ketersediaan arsip dalam penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan akuntabilitas kinerja dan alat bukti yang sah berdasarkan suatu sistem yang memenuhi persyaratan:

a. andal

b. sistematis

c. utuh

d. menyeluruh

e. sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

PENCIPTAAN (creation)

PENYUSUTAN (disposition)

PENGGUNAAAN (use) dan

PEMELIHARAAN (maintenance)

1. Tata Naskah Dinas 2. Klasifikasi Arsip

1. Klasifikasi Arsip 2. Klasifikasi

Keamanan dan akses

1. Jadwal Retensi Arsip (JRA)

NO. JENIS KEBIJAKAN DASAR PENYUSUNAN

1. TATA NASKAH DINAS Peraturan Kepala ANRI Nomor 2 Tahun 2014 tentang

Pedoman Tata Naskah Dinas

2. KLASIFIKASI ARSIP Peraturan Kepala ANRI Nomor 19 Tahun 2012 tentang

Pedoman Penyusunan Klasifikasi Arsip

3. SISTEM KLASIFIKASI

KEAMANAN DAN AKSES

ARSIP DINAMIS

Peraturan Kepala ANRI Nomor 17 Tahun 2011 tentang

Pedoman Pembuatan Sistem Klasifikasi Keamanan dan

Akses Arsip Dinamis

4. JADWAL RETENSI ARSIP 1. Peraturan Kepala ANRI Nomor 22 Tahun 2015 tentang

Tata Cara Penetapan Jadwal Retensi Arsip, dan

2. Peraturan Kepala ANRI tentang Pedoman Retensi

(sesuai urusan)

Dasar Hukum

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5071)

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5286)

Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengawasan Kearsipan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1547)

Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2016 tentang Instrumen Audit Kearsipan

Pengawasan Kearsipan

Bentuk Pengawasan Kearsipan

Jenis Pengawasan Kearsipan

Pengawasan Kearsipan Eksternal

ANRI terhadap

Unit Kearsipan Pencipta Arsip Tingkat Pusat

LKD Provinsi

LKPTN

LKD Provinsi terhadap

Pencipta Arsip Tingkat Provinsi

dan Kabupaten/Kota

LKD Kabupaten/Kota

Pengawasan Kearsipan Internal

LKD PROVINSI terhadap

SKPD Provinsi

LKD KAB/KOTA terhadap

SKPD Kabupaten/Kota

LKPT terhadap

Satuan kerja pada Rektorat

Fakultas

Civitas Akademika

Unit dengan sebutan lain di lingkungan

perguruan tinggi

UK LEMBAGA NEGARA, BUMN, BUMD, ORMAS,

dan ORPOL terhadap

Unit pengolah

Unit kearsipan jenjang

berikutnya sesuai wilayah

kewenangannya

Tahapan Kegiatan

Perencanaan program pengawasan kearsipan

Pelaksanaan pengawasan kearsipan berupa Audit

Kearsipan

Monitoring hasil pengawasan

kearsipan.

Penilaian hasil pengawasan

Tahap Perencanaan Program Pengawasan Kearsipan

Perencanaan pengawasan penyelenggaraan kearsipan secara nasional disusun oleh ANRI dengan melibatkan Pencipta Arsip dan Lembaga Kearsipan yang disusun dalam program kerja pengawasan kearsipan tahunan (PKPKT) yang meliputi:

Jadwal waktu pelaksanaan;

Objek pengawasan;

Prioritas;

Anggaran;

Jenis dan metode pengawasan; dan

Langkah kerja.

Audit Kearsipan

• Formulir Audit Kearsipan

• Wawancara

• Verifikasi Lapangan

Intstrumen Audit Kearsipan

Laporan Hasil Pengawasan Kearsipan Nasional (LHPKN)

ANRI menyusun Laporan Hasil Pengawasan Kearsipan Nasional (LHPKN) berdasarkan LAKE dan LAKI paling lambat pada 30 November setiap tahun anggaran

•Wakil Presiden Republik Indonesia

•Menteri yang membidangi urusan pemerintahan dalam negeri, dan

•Menteri yang membidang urusan pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi.

LHPKN disampaikan kepada:

Penilaian Hasil Pengawasan

Tim pengawas kearsipan memberikan nilai atas hasil pengawasan kearsipan yang dituangkan dalam LAKE dan LAKI

ANRI mengumumkan penilaian hasil Pengawasan Kearsipan secara nasional.

Monitoring Hasil Pengawasan Kearsipan

Kepala ANRI atau Gubernur melaksanakan monitoring atas pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan kearsipan

Penegakan Peraturan Perundang-undangan

• Dalam rangka penegakan peraturan perundang-undangan, Kepala ANRI atau Gubernur dapat merekomendasikan penerapan sanksi terhadap Objek Pengawasan sesuai kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

• Dalam hal rekomendasi yang mengandung unsur pelanggaran administrasi tidak ditindaklanjuti, kepala ANRI atau Gubernur dapat merekomendasikan penjatuhan sanksi administratif kepada atasan yang bersangkutan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Kearsipan

• Apabila dalam pelaksanaan pengawasan kearsipan ditemukan adanya dugaan tindak pidana, ANRI dapat merekomendasikan kepada Aparat Penegak Hukum untuk melakukan proses penerapan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Kearsipan

No. Ketentuan Sanksi

1. 48 (1) Lembaga negara, pemerintahan

daerah, perguruan tinggi negeri,

serta BUMN dan/atau BUMD

wajib memiliki JRA.

Jika pejabat dan/atau pelaksana tidak

melaksanakan atau melanggar dapat

dikenakan sanksi berdasarkan Pasal 78

UU 43 Tahun 2009:

1. Sanksi administratif berupa teguran

tertulis.

2. Apabila selama 6 (enam) bulan tidak

melakukan perbaikan, pejabat

dan/atau pelaksana dikenai sanksi

administratif berupa penundaan

kenaikan gaji berkala untuk paling

lama 1 (satu) tahun

3. Apabila selama 6 (enam) bulan

berikutnya tidak melakukan

perbaikan, pejabat dan/atau

pelaksana dikenai sanksi

administratif berupa penundaaan

kenaikan pangkat untuk paling lama

1 (satu) tahun.

No. Ketentuan Sanksi

2. 56(1) Lembaga negara, pemerintahan

daerah, perguruan tinggi negeri,

serta BUMN dan/atau BUMD

wajib membuat program

arsip vital.

Pejabat dan/atau pelaksana yang tidak

melaksanakan atau melanggar dapat

dikenakan sanksi berdasarkan Pasal 79

UU 43 Tahun 2009:

1. sanksi administratif berupa teguran

tertulis.

2. Apabila selama 6 (enam) bulan tidak

melakukan perbaikan, pejabat

dan/atau pelaksana dikenai sanksi

administratif berupa penurunan gaji

sebesar satu kali kenaikan gaji

berkala untuk paling lama 1 (satu)

tahun.

3. Apabila selama 6 (enam) bulan

berikutnya tidak melakukan

perbaikan, pejabat dan/atau

pelaksana dikenai sanksi

administratif berupa penurunan

pangkat pada pangkat yang setingkat

lebih rendah untuk paling lama 1

(satu) tahun.

No. Ketentuan Sanksi

3. 40 (4) Untuk mendukung pengelolaan

arsip dinamis

yang efektif dan efisien pencipta

arsip membuat

tata naskah dinas, klasifikasi

arsip, jadwal

retensi arsip, serta sistem

klasifikasi keamanan

dan akses arsip.

Pejabat, pimpinan instansi dan/atau

pelaksana yang melanggar ketentuan

dapat dikenakan sanksi berdasarkan

Pasal 80 UU 43 Tahun 2009:

1. Sanksi administratif berupa teguran

tertulis.

2. Apabila selama 6 (enam) bulan tidak

melakukan perbaikan, pejabat,

pimpinan instansi dan/atau

pelaksana dikenai sanksi

administratif berupa penurunan

pangkat pada pangkat yang setingkat

lebih rendah untuk paling lama 1

(satu) tahun.

3. Apabila selama 6 (enam) bulan

berikutnya tidak melakukan

perbaikan, pejabat, pimpinan instansi

dan/atau pelaksana dikenai sanksi

administratif berupa pembebasan

dari jabatan.

No. Ketentuan Sanksi

4. 42 (1) Pencipta arsip wajib

menyediakan arsip dinamis

bagi kepentingan pengguna

arsip yang berhak.

Pejabat, pimpinan instansi dan/atau

pelaksana yang melanggar ketentuan

dapat dikenakan sanksi berdasarkan

Pasal 80 UU 43 Tahun 2009:

1. Sanksi administratif berupa teguran

tertulis.

2. Apabila selama 6 (enam) bulan tidak

melakukan perbaikan, pejabat,

pimpinan instansi dan/atau

pelaksana dikenai sanksi

administratif berupa penurunan

pangkat pada pangkat yang setingkat

lebih rendah untuk paling lama 1

(satu) tahun.

3. Apabila selama 6 (enam) bulan

berikutnya tidak melakukan

perbaikan, pejabat, pimpinan instansi

dan/atau pelaksana dikenai sanksi

administratif berupa pembebasan

dari jabatan.

No. Ketentuan Sanksi

5. 43 (1) Pejabat yang bertanggung jawab

dalam kegiatan kependudukan,

kewilayahan, kepulauan,

perbatasan, perjanjian

internasional, kontrak karya, dan

masalah pemerintahan yang

strategis sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 34 ayat (2) wajib

memberkaskan dan

melaporkan arsipnya kepada

ANRI.

Pejabat, pimpinan instansi dan/atau

pelaksana yang melanggar ketentuan

dapat dikenakan sanksi berdasarkan

Pasal 80 UU 43 Tahun 2009:

1. Sanksi administratif berupa teguran

tertulis.

2. Apabila selama 6 (enam) bulan tidak

melakukan perbaikan, pejabat,

pimpinan instansi dan/atau

pelaksana dikenai sanksi administratif

berupa penurunan pangkat pada

pangkat yang setingkat lebih rendah

untuk paling lama 1 (satu) tahun.

3. Apabila selama 6 (enam) bulan

berikutnya tidak melakukan

perbaikan, pejabat, pimpinan instansi

dan/atau pelaksana dikenai sanksi

administratif berupa pembebasan dari

jabatan.

No. Ketentuan Sanksi

6. 43 (2) Pemberkasan dan pelaporan

sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) wajib dilakukan paling

lama 1 (satu) tahun sejak

terjadinya kegiatan.

Pejabat, pimpinan instansi dan/atau

pelaksana yang melanggar ketentuan

dapat dikenakan sanksi berdasarkan

Pasal 80 UU 43 Tahun 2009:

1. Sanksi administratif berupa teguran

tertulis.

2. Apabila selama 6 (enam) bulan tidak

melakukan perbaikan, pejabat,

pimpinan instansi dan/atau

pelaksana dikenai sanksi administratif

berupa penurunan pangkat pada

pangkat yang setingkat lebih rendah

untuk paling lama 1 (satu) tahun.

3. Apabila selama 6 (enam) bulan

berikutnya tidak melakukan

perbaikan, pejabat, pimpinan instansi

dan/atau pelaksana dikenai sanksi

administratif berupa pembebasan dari

jabatan.

No. Ketentuan Sanksi

7. 43 (3) Arsip yang tercipta pada lembaga

negara, pemerintahan daerah, dan

perguruan tinggi negeri yang

berkaitan dengan kegiatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal

34 ayat (2) wajib diserahkan

kepada ANRI dalam bentuk

salinan autentik dari naskah

asli paling lama 1 (satu) tahun

setelah dilakukan pelaporan

kepada ANRI.

Pejabat, pimpinan instansi dan/atau

pelaksana yang melanggar ketentuan

dapat dikenakan sanksi berdasarkan Pasal

80 UU 43 Tahun 2009:

1. Sanksi administratif berupa teguran

tertulis.

2. Apabila selama 6 (enam) bulan tidak

melakukan perbaikan, pejabat,

pimpinan instansi dan/atau pelaksana

dikenai sanksi administratif berupa

penurunan pangkat pada pangkat yang

setingkat lebih rendah untuk paling

lama 1 (satu) tahun.

3. Apabila selama 6 (enam) bulan

berikutnya tidak melakukan perbaikan,

pejabat, pimpinan instansi dan/atau

pelaksana dikenai sanksi administratif

berupa pembebasan dari jabatan.

No. Ketentuan Sanksi

1. 33 Setiap orang yang dengan

sengaja menguasai/memiliki

arsip negara untuk

kepentingan sendiri atau

orang lain yang tidak berhak

Pasal 81:

Pidana penjara paling lama 5 (lima)

tahun atau denda paling banyak

Rp.250.000.000,00

2. 42 (1) Setiap orang yang dengan

sengaja menyediakan arsip

dinamis kepada pengguna

arsip yang tidak berhak

Pasal 82:

Pidana penjara paling lama 3 (tiga)

tahun atau denda paling banyak

Rp.125.000.000,00

3. 42 (3) Setiap orang yang dengan

sengaja tidak menjaga

keutuhan, kemananan dan

keselamatan arsip negara

yang terjaga untuk

kepentingan negara

Pasal 83:

Pidana penjara paling lama 1 (satu)

tahun atau denda paling banyak

Rp.25.000.000,00

No. Ketentuan Sanksi

4. 43 (1) Pejabat yang dengan sengaja

tidak melaksanakan

pemberkasan arsip terjaga

Pasal 84:

Pidana penjara paling lama 10

(sepuluh) tahun dan denda paling

banyak Rp.500.000.000,00

5. 44 (2) Setiap orang yang dengan

sengaja tidak menjaga

kerahasiaan arsip tertutup

Pasal 85:

Pidana penjara paling lama 5 (lima)

tahun atau denda paling banyak

Rp.250.000.000,00

6. 42 (1) Setiap orang yang dengan

sengaja menyediakan arsip

dinamis kepada pengguna

arsip yang tidak berhak

Pasal 82:

Pidana penjara paling lama 3 (tiga)

tahun atau denda paling banyak

Rp.125.000.000,00

7. 42 (3) Setiap orang yang dengan

sengaja tidak menjaga

keutuhan, kemananan dan

keselamatan arsip negara

yang terjaga untuk

kepentingan negara

Pasal 83:

Pidana penjara paling lama 1 (satu)

tahun atau denda paling banyak

Rp.25.000.000,00

No. Ketentuan Sanksi

8. 43 (1) Pejabat yang dengan sengaja

tidak melaksanakan

pemberkasan arsip terjaga

Pasal 84:

Pidana penjara paling lama 10

(sepuluh) tahun dan denda paling

banyak Rp.500.000.000,00

9. 44 (2) Setiap orang yang dengan

sengaja tidak menjaga

kerahasiaan arsip tertutup

Pasal 85:

Pidana penjara paling lama 5 (lima)

tahun atau denda paling banyak

Rp.250.000.000,00

10. 51 (2) Setiap orang yang dengan

sengaja memusnahkan arsip

di luar prosedur yang benar

Pasal 86:

Pidana Penjara paling lama 10

(sepuluh) tahun dan denda paling

banyak Rp.500.000.000,00

No. Ketentuan Sanksi

11. 53 Setiap orang yang

memperjualbelikan atau

menyerahkan arsip yang

memiliki nilai guna

kesejarahan kepada pihak

lain di luar yang telah

ditentukan

Pasal 87:

Pidana penjara paling lama 10

(sepuluh) tahun dan denda paling

banyak Rp.500.000.000,00

12. 58 (3) Pihak ketiga yang tidak

menyerahkan arsip yang

tercipta dari kegiatan yang

dibiayai dengan anggaran

negara

Pasal 88:

Pidana penjara paling lama 5 (lima)

tahun atau denda paling banyak

Rp.250.000.000,00

“ we cannot wipe out coruption without good records management “

Dr. Constance Okello-Obura

“ without acces to information – there is no transparency,

without transparency – there is no accountability,

and without transparency and accountability – there is no democracy “

Dr. Harrison Mwakyembe, Senior Lecturer in Law, University of Dar es Salaam

Thank You