kepala desa cibiruwetan tentang lembaga …
TRANSCRIPT
KEPALA DESA CIBIRUWETAN
KABUPATEN BANDUNG
PERATURAN DESA CIBIRUWETAN
NOMOR ..... TAHUN 2020
TENTANG
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN LEMBAGA ADA DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA CIBIRUWETAN
Menimbang : a. bahwa Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat
Desa merupakan mitra Pemerintah Desa yang berperan
membantu kepala desa dalam pelaksanaan urusan
pemerintahan, pembangunan, pembinaan dan pemberdayaan
masyarakat serta memiliki peranan dalam memelihara dan
melestarikan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan yang
berdasarkan swadaya, kegotongroyongan dan kekeluargaan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, ketentraman dan
ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat;
b. bahwa dalam rangka pembentukan, pemberdayaan dan
pedayagunaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga
Adat Desa yang sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 18 Tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa
dan Lembaga Adat Desa, perlu disusun suatu pengaturan dalam
bentuk Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan yang dimaksud huruf a, dan
huruf b, perlu menetapkan Peraturan Desa tentang Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa.
-2-
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2011,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5495);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah berberapa
kali terakhir dengan UU No. 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 244 Tahun 2014, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014
tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
6. Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2017 Tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 226);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2007
tentang Pedoman Pembentukan Pokjanal Pembinaan
Posyandu (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 123);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011
tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di
Posyandu (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 288);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013
tentang Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (Berita Negara
-3-
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 60);
10. Peraturan Menteri Sosial Nomor 23 Tahun 2013 tentang
Pemberdayaan Karang Taruna (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 94);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014
tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
2091;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016
tentang Kewenangan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1037);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018
tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
569);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 12 Tahun 2013
tentang Partisipasi Masyarakat dan Keterbukaan Informasi
Publik dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Kabupaten
Bandung (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2013
Nomor 12).
16. Peraturan Bupati Bandung Nomor 55 Tahun 2017 tentang
Kewenangan Desa di Kabupaten Bandung (Lembaran
Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2017 Nomor 55).
17. Peraturan Desa Cibiruwetan Nomor 1 Tahun 2017 Tentang
Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa (Lembaran Desa
Cibiruwetan Tahun 2017 Nomor 01).
Dengan Kesepakatan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA CIBIRUWETAN
dan
KEPALA DESA CIBIRUWETAN
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DESA CIBIRUWETAN TENTANG LEMBAGA
KEMASYARAKATAN DESA DAN LEMBAGA ADAT DESA.
BAB I
-4-
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Desa adalah Desa Cibiruwetan.
2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
4. Kepala Desa adalah Kepala Desa Cibiruwetan.
5. Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkaan secara
demokratis.
6. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD.
7. Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dan
bersifat mengatur.
8. Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat konkrit, individual, dan
final.
9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya disebut APB Desa
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa.
10. Keputusan BPD adalah Keputusan Pimpinan BPD secara kolektif yang bersifat
konkrit dan final untuk memutuskan atau menentukan sikap dalam rangka
menunjang kelancaran penyeleggaraan pemerintahan desa sesuai kewenangan,
tugas dan fungsinya.
11. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
12. Partisipasi adalah Keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam
proses perencanaan pembangunan.
13. Lembaga Kemasyarakatan Desa yang selanjutnya disingkat LKD adalah wadah
partisipasi masyarakat, sebagai mitra Pemerintah Desa, ikut serta dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan, serta meningkatkan
pelayanan masyarakat Desa.
14. Lembaga Adat Desa atau sebutan lainnya yang selanjutnya disingkat LAD
adalah lembaga yang menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan menjadi bagian
dari susunan asli Desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat
-5-
Desa.
15. Rukun Warga untuk selanjutnya disingkat RW adalah bagian dari wilayah kerja
Desa dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah pengurus
rukun tetangga di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa.
16. Rukun Tetangga, untuk selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang
dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan
pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Pemerintah desa.
17. Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Desa yang
selanjutnya disebut Tim Penggerak PKK Desa adalah lembaga kemasyarakatan
sebagai mitra kerja pemerintah dan organisasi kemasyarakatan lainnya, yang
berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak
pada masing- masing jenjang pemerintahan untuk terlaksananya program
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga.
18. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa yang untuk selanjutnya disingkat
LPMD adalah lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat
sebagai mitra Pemerintah Desa dalam menampung dan mewujudkan aspirasi
serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan. ·
19. Karang Taruna adalah lembaga kemasyarakatan yang merupakan wadah
pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar
kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari oleh dan untuk masyarakat
terutama generasi muda di wilayah desa atau komunitas adat sederajat dan
terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial.
20. Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut Posyandu adalah salah satu
bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.a
21. Puskesos atau Pusat Kesejaheraan Sosial adalah layanan rujukan satu pintu
(terintegrasi) di tingkat desa, yang merupakan 'miniatur' Sistem Layanan dan
Rujukan Terpadu (SLRT) yang berada di tingkat kabupaten/kota.
22. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) adalah lembaga masyarakat desa
yang berkepentingan dalam kerjasama pengelolaan sumberdaya hutan bersama
masyarakat, yang anggotanya berasal dari unsur lembaga desa dan atau unsur
masyarakat yang ada di desa tersebut yang mempunyai kepedulian terhadap
sumberdaya hutan.
23. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan, perencanaan,
penelitian, pengembangan, bimbingan, pendidikan dan pelatihan, konsultasi,
supervisi, monitoring, pengawasan umum, dan evaluasi pelaksanaan
-6-
penyelenggaraan pemerintahan desa.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud Pengaturan LKD dan LAD untuk mengoptimalkan peran LKD dan LAD
dalam meningkatkan partartisipasi gotong royong masyarakat, perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan desa dan membantu kelancaran penyelenggaraan
pemerintahan desa.
Pasal 3
Tujuan pengaturan LKD dan LAD adalah :
a. mendudukkan fungsi LKD dan LAD sebagai mitra Pemerintah Desa dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat;
b. memberdayakan dan mendayagunakan LKD dan LAD dalam penyelenggaraan
pembangunan Desa; dan
c. membuka ruang partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
BAB III
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
Bagian Kesatu
Pembentukan dan Penetapan
Pasal 4
(1) Di Desa dapat dibentuk LKD.
(2) LKD dibentuk atas prakarsa Pemerintah Desa dan masyarakat.
(3) Pembentukan LKD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan memenuhi
persyaratan:
a. berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b. berkedudukan di Desa setempat;
c. keberadaannya bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat Desa;
-7-
d. memiliki kepengurusan yang tetap;
e. memiliki sekretariat yang bersifat tetap; dan
f. tidak berafiliasi kepada partai politik.
(4) Pembentukan LKD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
Bagian Kedua
Tugas dan Fungsi LKD
Pasal 5
(1) Tugas LKD adalah :
a. melakukan pemberdayaan masyarakat Desa;
b. membantu memfasilitasi, merencanakan dan melaksanakan kegitan
pemberdayaan dan penanggulangan kemiskinan.
c. ikut serta dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan; dan
d. meningkatkan pelayanan masyarakat Desa.
e. Merumuskan dan melaksanakan program kegiatan di bidang pemberdayaan,
sosial, ekonomi dan program lainnya sesuai ruang lingkup tugas dan fungsi
serta arah kegiatan LKD yang dibentuk.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, LKD
menyusun program dan kegiatan kepada Pemerintah Desa.
(3) Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diajukan
kepada Pemerintah Desa dan/atau pihak lain.
(4) Pelaksanaan program kegiatan dapat berupa penugasan dari Pemerintah Desa
atau Kerjasama pelaksanaan dengan pihak lain dalam bentuk Kerjasama
dan/atau kemitraan.
(5) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain :
a. Pemerintah
b. Pemerintah Provinsi
c. Pemerintah Kabupaten;dan
d. Lembaga Swadaya Masyarakat, CSR, Perusahaan Swasta dan lembaga
lainnya.
Pasal 6
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, LKD memiliki
fungsi:
a. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat;
b. menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat;
c. meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan Pemerintah Desa kepada
-8-
masyarakat Desa;
d. menyusun rencana, melaksanakan, mengendalikan, melestarikan, dan
mengembangkan hasil pembangunan secara partisipatif;
e. menumbuhkan, mengembangkan, dan menggerakkan prakarsa, partisipasi,
swadaya, serta gotong royong masyarakat;
f. meningkatkan kesejahteraan keluarga; dan
g. kerjasama dengan lembaga lain dan pihak ketiga
h. meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
i. Membantu memfasilitasi pendataan dalam rangka penguatan sistem informasi
desa.
j. Membanhgun jejaring Kerjasama dengan pihak lain diluar Pemerintahan Desa.
Pasal 7
Kerjasama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat 7 poin (g) harus
memenuhi peraturan perundangan dan mendapat persetujuan Kepala Desa.
Pasal 8
Kepala Desa menginformasikan pelaksanaan Kerjasama LKD dengan pihak lain
Kepada BPD secara tertulis disertai penjelasan tentang aspek-aspek yang
dikerjasamakan.
Bagian Ketiga
Kriteria dan Jenis LKD
Paragraf 1
Kriteria LKD
Pasal 9
Lembaga yang ada dan berkembang di desa dapat ditetapkan sebagai LKD apabila
memenuhi Kriteria Sebagai Berikut :
a. melaksanakan fungsi pembangunan, pemberdayaan dan penanggulangan
kemiskinan.
b. keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
c. berperan sebagai mitra pemerintah desa dalam pembangunan, pemberdayaan dan
penanggulangan kemiskinan.
-9-
Paragraf 2
Jenis-Jenis LKD
Pasal 11
(1) Jenis LKD, terdiri dari :
a. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD);
b. Tim Penggerak PKK Desa;
c. Rukun Tetangga (RT);
d. Rukun Warga (RW);
e. Karang Taruna; dan
f. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu);
g. Pusat Kesejahteran Sosial (Puskesos)
h. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)
(2) Pemerintah Desa dan masyarakat Desa dapat membentuk LKD selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan pada wilayah Desa.
(3) Pembentukan dan penetapan mengenai jenis-Jenis LKD di Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dalam Peraturan Desa.
Paragraf 3
Masa Jabatan, Larangan dan Pemberhentian
Lembaga Kemasyarakatan Desa
Pasal 12
(1) Pengurus LKD memegang jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal
ditetapkan.
(2) Pengurus LKD dapat menjabat paling banyak 2 (dua) kali masa jabatan secara
berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
(3) Dalam hal terdapat peraturan perundangan lain mengenai masa jabatan dan periode pengurus LKD tertentu maka ketentuan pasal (1) dan (2) tidak
berlaku.
Pasal 13
(1) Pengurus LKD dilarang merangkap jabatan pada LKD lainnya.
(2) Pengurus LKD dilarang menjadi anggota salah satu partai politik.
Pasal 14
-10-
(1) Pengurus LKD berhenti atau diberhentikan karena:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri;
c. pindah tempat tinggal dan menjadi penduduk di wilayah lain;
d. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan; dan
e. tidak melaksanakan tugas.
(2) Apabila terdapat Pengurus LKD yang berhenti atau diberhentikan sebelum masa
baktinya berakhir, paling lambat dalam kurun waktu 1 (satu) bulan harus
dilakukan pengisian/ pergantian pengurus.
(3) Masa bakti pengurus yang baru menyesuaikan dengan masa bakti pengurus
lama.
Bagian Keempat
Lembaga Pembedayaan Masyarakat Desa
Pasal 15
LPMD mempunyai tugas membantu Kepala Desa dalam menyerap aspirasi
masyarakat terkait perencanaan pembangunan desa dan menggerakkan masyarakat
dalam pelaksanaan pembangunan desa dengan swadaya gotong-royong.
Pasal 16
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 LPMD mempunyai
fungsi:
a. menampungan dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam hal penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan
masyarakat.
b. Menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam
kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat;
d. penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil
pembangunan secara partisipatif;
e. menumbuh kembangkan dan menggerakkan prakarsa, partisipasi, serta swadaya
gotong royong masyarakat;
f. menggali, mendayagunaan dan mengembangkan potensi sumber daya alam serta
keserasian lingkungan hidup; dan
-11-
g. mengkordinasikan, mengharmonisasikan dan mengintegrasikan kegiatan di
bidang pembangunan pemberdayaan dan kemasyarakatan dengan LKD lainnya.
Pasal 17
(1) Pengurus LPMD dipilih dari anggota masyarakat berdasarkan usulan pengurus
RW dan/atau RT melalui musyawarah yang diselenggarakan Pemerintah Desa
bersama Masyarakat.
(2) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita
acara dan disampaikan kepada Kepala Desa untuk ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa.
(3) Susunan pengurus LPMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. ketua;
b. sekretaris;
c. bendahara; dan
d. bidang-bidang sesuai kebutuhan.
(4) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d paling sedikit terdiri dari 5
(lima) bidang, yaitu:
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. perekonomian dan pembangunan;
d. pemuda dan olahraga; dan
e. keagamaan.
(5) Kelembagaan LPMD dapat memperoleh dukungan operasional yang bersumber
dari APBDesa, APBD Kabupaten dan APBD Provinsi.
(6) Besaran dukungan operasional LPMD disesuaikan dengan kondisi keuangan dan
ketentuan perundangan yang berlaku.
(7) LPMD wajib menyusun program kegiatan jangka pendek 1 (satu) tahunan dan
program kegiatan jangka panjang 5 (lima) tahunan.
(8) Program kerja jangka pendek dan janka penjang sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) menjadi dasar pertimbangan bagi Pemerintah Desa dalam memberikan
dukungan operasional.
Pasal 18
(1) Pembentukan LPMD dilaksanakan melalui musyawarah desa yang dihadiri
Kepala Desa , BPD dan tokoh masyarakat.
(2) Kepala Desa mengundang anggota BPD, tokoh atau pemuka masyarakat,
golongan profesi yang mempunyai kemauan, kemampuan, dan kepedulian
-12-
dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk melakukan musyawarah
pembentukan LPMD.
(3) Musyawarah dalam rangka pembentukan LPMD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diinformasikan kepada Camat.
(4) Camat/staf terkait yang mewakili dapat menghadiri pelaksanaan Musyawarah
Pembentukan LPMD.
(5) Kehadiran Camat/Staf yang mewakili adalah sebagai peninjau dan pengarah
pelaksanaan Musyawarah Desa Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa.
(6) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita
acara dan disampaikan kepada Kepala Desa untuk ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara pembentukan LPMD diatur dengan
Peraturan Kepala Desa yang diinformasikan kepada BPD.
Bagian Kelima
Tim Penggerak PKK Desa
Pasal 19
(1) Pembentukan Tim Penggerak PKK Desa dilaksanakan melalui musyawarah
yang difasilitasi Kepala Desa yang dihadiri tokoh masyarakat, Tim Penggerak
PKK Kecamatan, dan diinformasikan kepada TP-PKK Kabupaten.
(2) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita
acara dan disampaikan kepada Kepala Desa untuk mendapatkan persetujuan.
Pasal 20
(1) Tim Penggerak PKK Desa mempunyai tugas pokok membantu Pemerintah Desa
dan merupakan mitra dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan
keluarga.
(2) Tugas Tim Penggerak PKK Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. menyusun rencana kerja PKK Desa sesuai dengan rencana kerja PKK
Kecamatan dan rencana kerja PKK Kabupaten ;
b. melaksanakan kegiatan sesuai jadwal yang disepakati;
c. melakukan penyuluhan dan menggerakkan kelompok PKK RW, RT dan
dasa wisma agar dapat mewujudkan kegiatan- kegiatan yang telah disusun
dan disepakati;
d. menggali, menggerakkan dan mengembangkan potensi masyarakat,
khususnya keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga sesuai
-13-
dengan kebijakan yang telah ditetapkan;
e. melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada keluarga-keluarga yang
mencakup kegiatan bimbingan dan motivasi dalam upaya mencapai
keluarga sejahtera;
f. mengadakan pembinaan dan bimbingan mengenai pelaksanaan program
kerja;
g. berpartisipasi dalam pelaksanaan program instansi yang berkaitan dengan
kesejahteraan keluarga di desa;
h. membuat laporan hasil kegiatan kepada Tim Penggerak PKK Kecamatan
dengan tembusan kepada Ketua Dewan Penyantun Tim Penggerak PKK
setempat;
i. melaksanakan tertib administrasi; dan
j. mengadakan konsultasi dengan Ketua Dewan Penyantun Tim Penggerak
PKK setempat.
Pasal 21
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam 13, Tim Penggerak PKK
Desa mempunyai fungsi:
a. penyuluh, motivator dan penggerak masyarakat agar mau dan mampu
melaksanakan program PKK;
b. fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali, pembina dan pembimbing Gerakan
PKK;
c. menggali, menggerakkan dan mengembangkan potensi masyarakat, khususnya
keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga; dan
d. berpartisipasi dalam pelaksanaan program pemerintah yang berkaitan dengan
kesejahteraan keluarga.
Pasal 22
(1) Ketua TP PKK Desa dijabat oleh istri Kepala Desa.
(2) Apabila Kepala Desa perempuan perempuan atau tidak mempunyai istri,
maka Ketua TP PKK Desa dijabat oleh istri Perangkat Desa yang ditunjuk
oleh pejabat yang bersangkutan.
(3) Ketua Tim Penggerak PKK Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dan dilantik oleh Ketua TP PKK Kecamatan serta dikukuhkan oleh
Kepala Desa sebagai Ketua Dewan Penyantun.
(4) Anggota Tim Penggerak PKK dipilih dari kader masyarakat secara musyawarah
bersama Ketua Tim Penggerak PKK dan diusulkan kepada Kepala Desa untuk
mendapat persetujuan.
-14-
(5) Susunan Keanggotaan TP PKK Desa terdiri dari:
a. ketua;
b. para wakil ketua;
c. sekretaris;
d. bendahara; dan
e. kelompok kerja (Pokja) I, II, III, dan IV.
(6) Susunan Keanggotaan TP PKK Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
(7) Pengurus dan Anggota TP PKK Desa dilarang merangkap jabatan didalam LKD
lainnya.
Bagian Keenam
RT dan RW
Pasal 23
(1) Pembentukan RT/RW dilaksanakan melalui musyawarah warga masyarakat di
lingkungan RT/RW yang telah syah menjadi pemilih atau para kepala keluarga
diwilayah.
(2) Mekanisme pembentukan RT/RW dilaksanakan secara demokratis mellaui
musyawarah mufakat atau pemilihan langsung
(3) Hasil musyawarah/pemilihan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dituangkan dalam berita acara dan disampaikan kepada Kepala Desa untuk
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa
(4) Susunan Kepengurusan RT/RW terdiri dari :
a. ketua;
b. sekretaris;
c. bendahara; dan
d. seksi.
(5) Jumlah seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d disesuaikan
dengan kebutuhan.
(6) Pengurus RT/RW dilarang merangkap jabatan sebagai anggota/atau pengurus LKD lainnya.
(7) RT/RW dapat diberikan operasional pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari
APBD Kabupaten.
(8) Dalam hal kondisi keuangan desa memadai RT/RW dapat diberikan insentif dan/atau tambahan operasional yang bersumber dari APBDesa.
Pasal 24
RT dan RW mempunyai tugas :
-15-
a. Membantu Kepala Desa dalam bidang pelayanan pemerintahan;
b. Membantu Kepala Desa dalam menyediakan data kependudukan dan
perizinan; dan
c. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.
Pasal 25
RT dan RW dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
mempunyai fungsi :
a. pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya;
b. pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga;
c. pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan
aspirasi dan swadaya murni masyarakat;
d. penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya;
dan
e. penyampai informasi program pemerintah kepada masyarakat.
Bagian Ketujuh
Karang Taruna
Pasal 26
(1) Pembentukan Karang Taruna dilaksanakan melalui musyawarah anggota
karang tarunan yang difasilitasi oleh Pemerintah Desa.
(2) Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihadiri LKD lain,
tokoh masyarakat dan diinformasikan kepada pengurus Karang Taruna
Kecamatan.
(3) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita
acara dan disampaikan kepada Kepala Desa ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa
Pasal 27
Karang Taruna mempunyai tugas membantu Kepala Desa dalam menanggulangi
masalah kesejahteraan sosial dan pengembangan generasi muda di
lingkungannya.
Pasal 28
-16-
Karang Taruna dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
mempunyai fungsi:
a. penyelenggara kegiatan di bidang kesejahteraan sosial;
b. penyelenggara kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat;
c. penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda di
lingkungannya secara komprehensif, terpadu dan terarah serta
berkesinambungan;
d. penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi muda
di lingkungannya;
e. penanaman pengertian, pemupukan dan peningkatan kesadaran tanggung jawab
sosial generasi muda;
f. penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan,
kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai- nilai kearifan dan tegaknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
g. pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung
jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan
kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi
kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya;
h. penyelenggara rujukan, pendampingan dan advokasi sosial bagi penyandang
masalah kesejahteraan sosial;
i. penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan
dengan berbagai sektor lainnya; dan
j. penyelenggara usaha-usaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual.
Pasal 29
(1) Pengurus Karang Taruna dipilih dari warga Karang Taruna secara musyawarah
yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, Kepala Desa dan Pengurus Karang Taruna
Kecamatan.
(2) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita
acara dan disampaikan kepada Kepala Desa untuk ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa.
(3) Susunan pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. ketua;
b. wakil ketua;
c. sekretaris;
d. bendahara; dan
e. bidang.
(4) Jumlah bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e disesuaikan
dengan kebutuhan, antara lain:
-17-
a. pendidikan dan pelatihan;
b. usaha kesejahteraan sosial;
c. pengabdian masyarakat;
d. usaha ekonomi produktif;
e. olahraga;
f. kesenian; dan
g. pembinaan mental/kerohanian; dan
h. bidang lain sesuai kebutuhan
(5) Pengurus Karang Taruna tidak merngkap jabatan pada LKD Lainnya.
(6) Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan dan operasional lembaga
Karang Taruna dapat diberikan anggaran untuk menunjang kegiatan dan
operasional.
(7) Besaran anggaran operasional karang taruna disesuaikan dengan kondisi
keuangan desa.
Bagian Kedelapan
Posyandu
Pasal 30
(1) Pembentukan Posyandu dilaksanakan melalui musyawarah di tingkat RW yang
difasilitasi Ketua RW.
(2) Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dihadiri tokoh
masyarakat, Kader Posyand kader dan Kesehatan lingkungan setempat.
(3) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita
acara dan disampaikan kepada Kepala Desa untuk ditetapkan dengan keputusan
Kepala Desa.
Pasal 31
Posyandu mempunyai tugas membantu Kepala Desa dalam peningkatan
pelayanan kesehatan masyarakat Desa.
Pasal 32
Posyandu dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
mempunyai fungsi:
a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama measyarakat
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat.
b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
-18-
berkaitan dengan penurunan Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan
Angka Kematian Anak Balita.
Pasal 33
(1) Susunan pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. ketua;
b. wakil ketua;
c. sekretaris;
d. bendahara;
e. unit kelompok kerja; dan
f. kader.
(2) Kelompok kerja sebagaimana dimaksud pada pasal 1 point (e) meliputi Bina
Keluarga Remaja, Bina keluarga Balita dan Bina Keluarga Lansia dan
kelompok kerja lainnya sesuai kebutuhan setempat.
(3) Kader sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f merupakan Kader Posyandu
yang jumlah anggotanya menyesuaikan kebutuhan di masing-masing unit
kelompok kerja.
Bagian Kesembilan
Puskesos
Pasal 34
(1) Puskesos dibentuk oleh Pemerintah Desa sebagai bagian dari sistem pelayanan
terpadu rujukan kesejahteraan sosial.
(2) Tatacara pembentukan Puskesos dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Kepala Desa/Lurah menyampaikan rencana pembentukan Puskesos
kepada pemerintah kabupaten/kota.·
b. Dinas Sosial kabupaten/kota melakukan asesmen terhadap kesiapan
pemerintah desa.·
c. Kepala Daerah kabupaten/kota menetapkan lokasi Puskesos berdasarkan
hasil asesmen.·
d. Kepala Dinas Sosial kabupaten/kota menetapkan sumber daya manusia
penyelenggara Puskesos dengan mempertimbangkan usulan Kepala
Desa/Lurah.·
e. Pemerintah kabupaten/kota melakukan bimbingan teknis kepada
penyelenggara Puskesos
(3) Mekanisme rekrutman dan persyaratan serta tugas Puskesos mengacu pada
Pedoman Umum Pelaksanaan SLRT dan Puskesos yang diterbitkan oleh
Kementerian Sosial Republik Indonesia.
-19-
(4) Dalam rangka mendukung operasional kelembagaan Puskesos dapat diberikan
dukungan anggaran yang bersumber dari APB Desa.
(5) Besaran dukungan operasional yang diberikan disesuaikan dengan kondisi
keuangan desa.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai puskesos diatur dengan Peraturan Kepala Desa
yang diinformasikan kepada BPD
Pasal 35
Tugas dan tanggung jawab Puskesos adalah :
1. Meningkatkan akses PPKS terhadap multiprogram/layanan;
2. Meningkatkan integrasi pelbagai layanan sosial di daerah sehingga fungsi
layanan tersebut menjadi lebih responsif;
3. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam mendukung pelaksanaan
verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) secara
dinamis dan berkala serta pemanfaatannya untuk program-program
perlindungan sosial di daerah;
4. Mendukung perluasan jangkauan pelayanan dasar;
5. Memberdayakan masyarakat untuk lebih memahami hak-haknya terkait dengan
layanan dan program perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan;
6. Meningkatkan kapasitas pemerintah di semua tingkatan dalam
mengoordinasikan dan mengintegrasikan program perlindungan sosial dan
penanggulangan kemiskinan; dan
7. Memberikan masukan untuk proses perencanaan dan penganggaran program
perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan agar lebih memihak
kepada PPKS
Bagian Kesepuluh
Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)
Pasal 36
(1) Dalam rangka mewadahi aktifitas kelembagaan dan kegiatan usaha
petani/penggarap di sekitar kawasan hutan pangkuan desa dapat dibentuk
Lembaga Masyarakat Desa Hutan.
(2) Pembentukan LMDH dilakukan oleh para petani/penggarap disekitar hutan
pangkuan desa melalui musyawarah yang dilaksanakan secara demokratis.
(3) Hasil musyawarah disampaikan kepada Kepala Desa untuk ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa
(4) Masa bhakti pengurus LMDH ditetapkan selama 5 tahun dan dapat dipilih
-20-
kembali untuk 1 (satu) kali masa bhakti berikutnya.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan kelembagaan LMDH diatur
dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga LMDH.
(6) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga LMDH dijabarkan kedalam
Standar Operasional Prosedur (SOP).
Pasal 37
Tugas dan Tanggung Jawab LMDH adalah :
a. Melaksanaan pengembangan organisasi dan kelembagaan LMDH
b. Memfasilitasi perencanaan partisipatif petak hutan pengakuan desa
c. Melakukan monitoring pelaksanaan kegiatan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial
(KUPS); dan
d. Mengevaluasi kinerja Kelompok Usaha Perhutanan Sosial
Pasal 38
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada pasal
(34) LMDH dapat menjalin kemitraan dengan :
a. Pemerintah
b. Pemerintah Provinsi
c. Pemerintah Kabupaten
d. Pemerintah Desa
e. Pendamping/LSM
f. BUMN/BUMD/BUM Desa; dan
g. Pihak Swasta
Pasal 39
(1) LMDH berhak mendapat kan pembinaan dan ppendampingan yang diberikan
oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah
Desa.
(2) LMDH berhak mendapatkan penguatan kapasitas
(3) Penguatan kapasitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan
melalui Pelatihan, Study Banding dan Pemgangan.
BAB IV
LEMBAGA ADAT DESA
-21-
Bagian Kesatu
Pembentukan dan Penetapan
Pasal 40
(1) Di Desa dapat dibentuk LAD.
(2) LAD dibentuk oleh Pemerintah Desa dan masyarakat Desa.
(3) Pembentukan LAD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan memenuhi
persyaratan:
a. berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b. berkedudukan di Desa setempat;
c. keberadaannya bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat Desa;
d. memiliki kepengurusan yang tetap;
e. memiliki sekretariat yang bersifat tetap; dan
f. tidak berafiliasi kepada partai politik.
(4) Pembentukan LAD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
Bagian Kedua
Tugas dan Fungsi LAD
Pasal 41
(1) LAD bertugas membantu Pemerintah Desa dan sebagai mitra dalam
memberdayakan, melestarikan, dan mengembangkan adat istiadat
sebagai wujud pengakuan terhadap adat istiadat masyarakat Desa.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), LAD
memiliki fungsi:
a. melindungi identitas budaya dan hak tradisional masyarakat hukum
adat termasuk kelahiran, kematian, perkawinan dan unsur
kekerabatan lainnya;
b. memfasilitasi penyelesaian sengketa warga masyarakat sesuai
pranata adat istiadat setempat.
c. melestarikan hak ulayat, tanah ulayat, hutan adat, dan harta dan/atau
kekayaan adat lainnya untuk sumber penghidupan warga,
kelestarian lingkungan hidup, dan mengatasi kemiskinan di Desa;
d. mengembangkan musyawarah mufakat untuk pengambilan
keputusan dalam musyawarah Desa;
e. mengembangkan nilai adat istiadat dalam penyelesaian sengketa
pemilikan waris, tanah dan konflik dalam interaksi manusia;
-22-
f. pengembangan nilai adat istiadat untuk perdamaian, ketentraman
dan ketertiban masyarakat Desa;
g. mengembangkan nilai adat untuk kegiatan kesehatan, pendidikan
masyarakat, seni dan budaya, lingkungan, dan lainnya; dan
h. mengembangkan kerja sama dengan LAD lainnya.
Bagian Ketiga
Jenis dan Kepengurusan LAD
Pasal 42
(1) Jenis dan kepengurusan LAD yang menyelenggarakan fungsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
(2) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada
Peraturan perundangan yang berlaku.
Bagian Kedelapan
Masa Jabatan, Larangan dan Pemberhentian
Lembaga Adat Desa
Pasal 43
(1) Pengurus LAD memegang jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal
ditetapkan.
(2) Pengurus LAD dapat menjabat paling banyak 2 (dua) kali masa jabatan secara
berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
Pasal 44
(1) Pengurus LAD dilarang merangkap jabatan pada LKD.
(2) Pengurus LAD dilarang menjadi anggota salah satu partai politik.
Pasal 45
(1) Pengurus LAD berhenti atau diberhentikan karena:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri;
c. pindah tempat tinggal dan menjadi penduduk di wilayah lain;
d. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang
undangan; dan
-23-
e. tidak melaksanakan tugas.
(2) Apabila terdapat Pengurus LAD yang berhenti atau diberhentikan sebelum masa
baktinya berakhir, paling lambat dalam kurun waktu 1 (satu) bulan harus
dilakukan pengisian/ pergantian pengurus.
(3) Masa bakti pengurus yang baru menyesuaikan dengan masa bakti pengurus
lama.
BAB V
HUBUNGAN KERJA LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN
LEMBAGA ADAT DESA
Pasal 46
(1) Hubungan kerja LKD dan LAD dengan Pemerintah Desa bersifat
kemitraan.
(2) Hubungan kerja LKD dan LAD dengan Badan Permusyawaratan Desa
bersifat konsultatif.
(3) Hubungan kerja LKD dan LAD dengan Lembaga Kemasyarakatan
lainnya di Desa bersifat koordinatif.
BAB VI
PENDANAAN
Pasal 47
Pendanaan LKD dan LAD dapat bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
c. swadaya masyarakat; dan/atau
d. sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 48
Pemerintah Daerah, Camat dan Pemerintah Desa melaksanakan pembinaan
dan pengawasan LKD dan LAD
Pasal 49
-24-
Pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 meliputi:
a. memberikan pedoman teknis pelaksanaan dan pengembangan LKD dan
LAD;
b. memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;
c. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan serta
pemberdayaan LKD dan LAD;
d. melakuan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan LKD dan LAD;
e. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pengurus LKD dan LAD;
dan
f. memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan LKD dan LAD.
Pasal 50
Pembinaan dan pengawasan Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48
meliputi:
a. memfasilitasi dan mengevaluasi penyusunan Peraturan Desa yang
berkaitan dengan LKD dan LAD;
b. memfasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi LKD dan LAD;
c. memfasilitasi penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;
d. memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat;
e. memfasilitasi kerjasama antar LKD, antar LAD dan kerjasama LKD dan
LAD dengan pihak ketiga;
f. memfasilitasi bantuan teknis dan pendampingan kepada LKD dan LAD;
dan
g. memfasilitasi koordinasi unit kerja pemerintahan dalam pengembangan
LKD dan LAD.
Pasal 51
Pembinaan dan pengawasan Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam
pasal 48 meliputi:
a. memfasilitasi pembentukan LKD dan LAD;
b. memfasilitasi pembentukan pengurus LKD dan LAD;
c. membuat peraturan desa bersama BPD tentang pembentukan LKD dan
LAD;
d. memelihara keharmonisan hubungan antar LKD, dan hubungan LKD dan
LAD;
-25-
e. memfasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi LKD dan LAD;
f. memfasilitasi penyelenggaraan kerjasama antar LKD, LKD dengan LAD
dan kerjasama LKD dan LAD dengan pihak ketiga;
g. memfasilitasi penyelenggaraan bantuan teknis dan pendampingan kepada
LKD dan LAD; dan
h. memfasilitasi koordinasi unit kerja pemerintahan dalam pengembangan
LKD dan LAD.
BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 52
Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan LKD diatur dengan
Peraturan Kepala Desa
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 53
(1) LKD dan LAD yang sudah ada dan berperan pada saat berlakunya Peraturan Desa
ini tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sampai habis masa bhaktinya;
(2) LKD, LAD dan Lembaga Kemasyarakatan Desa Lainnya yang akan ditetapkan
setelah berlakunya Peraturan Daerah ini, diatur dengan Peraturan Kepala Desa.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 54
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Pasal 55
Agar supaya setiap orang mengetahuinyan dan memerintahkan pengundangan
Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa Cibiruwetan.