kemis o sebtu o 10 11 12 13 14 15 19 20 21 22 23 24 25 26...

2
I(OMPAS o Selasa Rabu o Kemis o Jumat o Sebtu o Minggu 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 @ 30 ---------- OPeb o Mar OApr OMei OJun OJul OAgs .Sep (JOkt ONov Dokter Alvita dan Malapetaka Kanker, Sapaan yang cukup lembut mengawali perjumpaan dengannya. "Saya Vita J " kata perempuan berpakaian dokter memperkenalkan dlrl, beberapa waktu lalu. Sebagai dokter yang baru mengambil spesialisasi nuklir di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran J pagi itu Vita tugas piket di bagian nuklir Rumah Sakit Hasan sadikln, Bandung. OLEH RETNO BINTARTI D okter Alvita Dewi Siswoyo, atau yang biasa disapa Vita, sekian tahun lalu lama men- jadi pasien dan langganan rumah sa- kit. Berulang kali dia menjalani ope- rasi, tambah lagi enam seri kemo- terapi, serta 70 kali radioterapi. "Kanker kedua telah mengubah hi- dup saya. Kanker pertama adalah misteri, kanker kedua merupakan malapetaka," tutur dokter berusia 26 tahun itu. Karena penderitaan itulah, Vita bertekad menjadi dokter. Pengalam- annya menjadi pasien yang sering merasa tertekan, sedih, kadang putus asa,diyakini menjadi bekal yang eu- kup buat memahami pasien. "Saya ingin menyebarkan kepada para pa- sien penderita kanker serta keluar- ganya bahwa masih ada harapan dan kita tetap bisa hidup dan berguna untuk orang lain," kata Vita, Suratan takdir membuat Vita ha- rus kehilangan salah satu matanya, "Saya tak pernah tahu rasanya punya dua mata," ueapnya. Padahal, ketika lahir pada 19 Januari 1983, orangtua- nya, pasangan dr Loekito Siswoyo dan Vera Wibowo, mendapatkan ba- yinya dalam keadaan normal. Seperti orangtua lain umumnya, Loekito ingin merayakan setiap mo- men penting perkembangan buah ha- tinya, Pada ulang tahun Vita, keluar- ga merayakan, antara lain dengan ti- up lilin. Blup! Tiba-tiba lampu mati. Loekito merasa ada sesuatu yang meneurigakan ketika melihat mata Vita memanearkan eahaya seperti mata kucing. Foto yang dicetak ke- mudian semakin memperjelas adanya sinar tajam dari mata kiri Vita. Benar saja, setelah melalui sejum- lah pemeriksaan dokter ahli di Ja- karta, Vita dinyatakan menderita pe- nyakit yang eukup serius, retinablas- toma. Dokter menyarankan untuk se- gera mengangkat mata kiri guna menghindari penyebaran ke tempat yang lebih jauh. Operasi yang eukup mendadak itu membuat Vera yang ketika itu sedang hamil anak kedua mengalami penda- rahan. Maka, ibu-anak itu berada di rumah sakit yang sama untuk pera- watan yang berbeda, Terus bertanya Kendati tidak memiliki mata leng- kap, Vita kecil sangat aktif menjalani banyak kegiatan. Les musik, menya- nyi, dan berenang adalah sebagian dari kegiatannya di sela-sela aktivitas sekolah. Vita masih ingat, semasa ke- ell dia adalah anak periang, sampai suatu hari dia mendapat ejekan dari teman sekolahnya. "Sejak itu saya jadi pendiam dan menarik diri," katanya. Tak seperti remaja lainnya, sepulang sekolah Vita lebih banyak diam di rumah dan mengutak-utik pelajaran. Dia tak ber- henti bertanya, mengapa bisa terkena kanker dalam usia yang masih begitu muda. Mengapa matanya hams hi- lang? Mengapa dunia tidak adil ter- hadap dirinya? Belum selesai dengan berbagai maeam pertanyaan, pada usia 16 ta- hun, petaka datang. Vita dinyatakan menderita kanker jaringan tulang lu- nak atau yang sering disebut ewing sarcoma stadium 3. Jenis kanker ini eukup langka dan biasa menimpa anak usia lO-20 tahun. Sejak dokter di Jakarta menemu- kan kanker di tumit kaki, Vita men- jalani serangkaian pemeriksaan yang membuat keeil hatinya. Pemeriksaan berlanjut saat orangtuanya membawanya meneari kemungkinan baru di Singapura, Jika rasa sakitnya sedang menyerang, semalaman Vita tak tidur. Untuk berjalan saja, dia tak mampu sehingga harus menggunakan Kliping Humas Unpad 2010

Upload: vuliem

Post on 08-May-2018

228 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kemis o Sebtu o 10 11 12 13 14 15 19 20 21 22 23 24 25 26 ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/09/kompas-20100929... · jadi pasien dan langganan rumah sa- ... tambah lagi

I(OMPASo Selasa • Rabu o Kemis o Jumat o Sebtu o Minggu

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1519 20 21 22 23 24 25 26 27 28 @ 30

----------

OPeb oMar OApr OMei OJun OJul OAgs .Sep (JOkt ONov

Dokter Alvita danMalapetaka Kanker,

Sapaan yang cukup lembut mengawali perjumpaandengannya. "Saya VitaJ" kata perempuan berpakaian doktermemperkenalkan dlrl, beberapa waktu lalu. Sebagai dokteryang baru mengambil spesialisasi nuklir di FakultasKedokteran Universitas PadjadjaranJ pagi itu Vita tugas piket dibagian nuklir Rumah Sakit Hasan sadikln, Bandung.

OLEH RETNO BINTARTI

Dokter Alvita Dewi Siswoyo,atau yang biasa disapa Vita,sekian tahun lalu lama men-

jadi pasien dan langganan rumah sa-kit. Berulang kali dia menjalani ope-rasi, tambah lagi enam seri kemo-terapi, serta 70 kali radioterapi."Kanker kedua telah mengubah hi-dup saya. Kanker pertama adalahmisteri, kanker kedua merupakanmalapetaka," tutur dokter berusia26 tahun itu.

Karena penderitaan itulah, Vitabertekad menjadi dokter. Pengalam-annya menjadi pasien yang seringmerasa tertekan, sedih, kadang putusasa,diyakini menjadi bekal yang eu-kup buat memahami pasien. "Sayaingin menyebarkan kepada para pa-sien penderita kanker serta keluar-ganya bahwa masih ada harapan dankita tetap bisa hidup dan bergunauntuk orang lain," kata Vita,

Suratan takdir membuat Vita ha-rus kehilangan salah satu matanya,"Saya tak pernah tahu rasanya punyadua mata," ueapnya. Padahal, ketikalahir pada 19 Januari 1983, orangtua-nya, pasangan dr Loekito Siswoyodan Vera Wibowo, mendapatkan ba-yinya dalam keadaan normal.

Seperti orangtua lain umumnya,Loekito ingin merayakan setiap mo-men penting perkembangan buah ha-tinya, Pada ulang tahun Vita, keluar-ga merayakan, antara lain dengan ti-up lilin. Blup! Tiba-tiba lampu mati.

Loekito merasa ada sesuatu yangmeneurigakan ketika melihat mataVita memanearkan eahaya sepertimata kucing. Foto yang dicetak ke-mudian semakin memperjelas adanyasinar tajam dari mata kiri Vita.

Benar saja, setelah melalui sejum-lah pemeriksaan dokter ahli di Ja-karta, Vita dinyatakan menderita pe-nyakit yang eukup serius, retinablas-toma. Dokter menyarankan untuk se-

gera mengangkat mata kiri gunamenghindari penyebaran ke tempatyang lebih jauh.

Operasi yang eukup mendadak itumembuat Vera yang ketika itu sedanghamil anak kedua mengalami penda-rahan. Maka, ibu-anak itu berada dirumah sakit yang sama untuk pera-watan yang berbeda,

Terus bertanyaKendati tidak memiliki mata leng-

kap, Vita kecil sangat aktif menjalanibanyak kegiatan. Les musik, menya-nyi, dan berenang adalah sebagiandari kegiatannya di sela-sela aktivitassekolah. Vita masih ingat, semasa ke-ell dia adalah anak periang, sampaisuatu hari dia mendapat ejekan dariteman sekolahnya.

"Sejak itu saya jadi pendiam danmenarik diri," katanya. Tak sepertiremaja lainnya, sepulang sekolah Vitalebih banyak diam di rumah danmengutak-utik pelajaran. Dia tak ber-henti bertanya, mengapa bisa terkenakanker dalam usia yang masih begitumuda. Mengapa matanya hams hi-lang? Mengapa dunia tidak adil ter-hadap dirinya?

Belum selesai dengan berbagaimaeam pertanyaan, pada usia 16 ta-hun, petaka datang. Vita dinyatakanmenderita kanker jaringan tulang lu-nak atau yang sering disebut ewingsarcoma stadium 3. Jenis kanker inieukup langka dan biasa menimpaanak usia lO-20 tahun.

Sejak dokter di Jakarta menemu-kan kanker di tumit kaki, Vita men-jalani serangkaian pemeriksaan yangmembuat keeil hatinya. Pemeriksaanberlanjut saat orangtuanyamembawanya meneari kemungkinanbaru di Singapura, Jika rasa sakitnyasedang menyerang, semalaman Vitatak tidur. Untuk berjalan saja, dia takmampu sehingga harus menggunakan

Kliping Humas Unpad 2010

Page 2: Kemis o Sebtu o 10 11 12 13 14 15 19 20 21 22 23 24 25 26 ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/09/kompas-20100929... · jadi pasien dan langganan rumah sa- ... tambah lagi

ALVITA DEWI SISWOYO

• Lahir: Semarang, 19 Januari 1983• Suami: Yotam Sugihyono (33)• Pendidikan:

- SMA Naslonal Karangturi, Se-marang (2001)

- Fakultas Kedokteran UniversitasTarumanagara, Jakarta (2008)

.Orangtua:- Ayah: dr Loekito Siswoyo (60)- Ibu: Vera Wibowo (54)

kursi rada. "Derita apa lagi yang ha-rus kujalani? Kenapa aku lagi?" be-gitu tanyanya hari ke hari. Bangkusekolah terpaksa ditinggalkan selamasetahun.

Duka sesama penderita kadang bi-'sa membangkitkan semangat, -tetapikadangjustru menghancurkan. Begi-tulah yang dialami Vita, Pada prasespengobatan, dia berteman denganJessica yang terdeteksi kanker tulangstadium 1. Mereka saling memberidan berbagi seperti dua sahabat yangdiikat oleh penderitaan yang sama.

Secara awam, Jessica yang waktuitu berusia 14 tahun semestinya lebihmempunyai banyak harapan diban-

dingkan Vita. Namun, nasib berkatalain. Dalam suatu pertemuan tak se-ngaja di kantin rumah sakit, dia me-nyaksikan sahabatnya itu duduk dikursi rada dengan kaki sebelah yangsudah diamputasi. "Ya Tuhan, sayasudah kehilanganmata, saya tidakmau lagi kehilangan kaki," ucapnyadalam hati. "Sejak itu, saya tak mailbertemu Jessica karena saya tak tahuharus bicara apa."

MotivatQrWaktu terus berjalan. Vita yang

dulu kini sudah menjadi dokter danmotivator bagi pasien-pasien pende-rita kanker. Saat enam bulan magangdi Yayasan Kanker Indonesia, Vitasering mendapat telepon yang seka-

, dar minta didengar,Sebagai mantan pasien, Vita me-

mahami sepenuh jiwa suasana batinpenderita kanker. la juga bisa ikutmerasakan rasa tak nyaman akibatpengobatan. Nasihat agar pasien ber-sabar, seperti yang umum disampai-kan saat kita menjenguk pasien yangsedang terbaring sakit, menurut Vita,tak guna. "Dulu saya benci kalau adaorang yang bilang, 'Sabar ya, Vit'.Enak saja bilang sabar, sabar," ka-tanya mengenang ucapan-ucapan

,. 'I ,.

/ yang sering disampaikan kerabatnya.Vita merasa beruntung mendapat

kasih yang melimpah dari orangtua-

nya, Masih terus diingatnya ucapanibunya bahwa di balik kekurangan,pasti ada kelebihannya, Adalah ibu-nya yang begitu telaten mencekokidengan jus buah apel, tomat, danwortel. Sehari Vita bisa menghabis-kan masing-rnasing 1 kilogram, yangdibuat secara segar dalam beberapakali. Begitu bosannya, Vita seringprotes. "Mernangnya perut saya sarn-pah, setiap hari makan begini," ucap-nya, Ibunya tak pernah membalasdengan ucapan, hanya sesekali airrnatanya jatuh. Sementara ayahnya

. yang dinilai sebagai orang sangat kuatpun sempat dilihatnyarnenangis,

Kebahagiaan demi kebahagiaandatang kernudian. Hanya beberapa

. -saat setelah kembali ke kota asalnya,

. Sernarang, Vita dipinang seorangpria. Satu hadiah lagi, pada Mei lalu,dia diterima di Fakultas KedokteranUniversitas Padjadjaran untuk spe-sialisasi kedokteran nuklir.

Wawancara yang menjadi bagiancukup menentukan benar-benarmembesarkan hati. "Sama sekali ti-dak ada pertanyaan yang meragukanmata saya yang hanya satu. Berun-tung pewawancara lebih rnenggalipotensi saya daripada kekuranganfisik saya."