kementerian teknologi dan pendidikan tinggi … · kementerian riset, teknologi dan pendidikan...

35
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNI}'ERSITAS IJDAYANA UPT PERPUSTAKA-A.N Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung, Bali - 80364 Telepon (0361) 702772, Fax (0361) 701907 E-mail : pc!p!!!alaanudaya4@@f499!9jd Laman : www.elib.unud.ac.id SI]RAT KETERANGAN NO :0019/UN.14.I.2.1/Perpus/00'09/2016 Yang bertanda targan dibawah ini Kepala UPT Perpustakaan Universitas Udayana menerangkan bahwa: : I Wayan Wirata : 1,98208252008121002 Fakultas/ Progam Studi : Kedokteran Hewan Memang benar telal menyerahkan I eksemplar Studi Kasus dan I keping CD di UPT Perpustakaan Universitas Udayana, dengan judul: "Penanganan Abses Pada Digiti Dengan Metode Onychectomy" Demikian surat pemyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Bukit Jimbamn,2T Januari 2016 Mengetahui, Ka. a.n. Universitas Udayana Pengolahan Koleksi Nama NIP.

Upload: phamanh

Post on 08-Aug-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNI}'ERSITAS IJDAYANA

UPT PERPUSTAKA-A.NAlamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung, Bali - 80364

Telepon (0361) 702772, Fax (0361) 701907E-mail : pc!p!!!alaanudaya4@@f499!9jd Laman : www.elib.unud.ac.id

SI]RAT KETERANGANNO :0019/UN.14.I.2.1/Perpus/00'09/2016

Yang bertanda targan dibawah ini Kepala UPT Perpustakaan Universitas Udayana menerangkan

bahwa:

: I Wayan Wirata

: 1,98208252008121002

Fakultas/ Progam Studi : Kedokteran Hewan

Memang benar telal menyerahkan I eksemplar Studi Kasus dan I keping CD di UPT

Perpustakaan Universitas Udayana, dengan judul:

"Penanganan Abses Pada Digiti Dengan Metode Onychectomy"

Demikian surat pemyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukit Jimbamn,2T Januari 2016Mengetahui,Ka.a.n.

Universitas Udayana

Pengolahan Koleksi

Nama

NIP.

Page 2: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

/KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANAUPT PERPUSTAKAAN

Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung, Bali - 80364Telepon (0361) 702772, Fax (0361) 701907

E-mail : perDustakaanuda),ana@),ahoo.co.id Laman : www.e-lib.unud.ac.id

SURAT PERNYATAAN PI]BLIKASINO :0019/UN.1,l.I.2.UPerpus/00.09/2016

Yang beftanda tangan dibawah ini:

Nama

NIP.

Fakultas/ Program Studi

Menyatakan bersedia menyerahkan hak publikasi kepada UPT Perpustakaan Universitas

Udayana. Judul Studi Kasus yang aLan dipublikasikan adalah:

"Penanganan Abses Pada Digiti Dengan Metode Onychectomy"

Demikian suat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

lJniversitas Ildavana

Yang memberi pemyataan, n Pengolahan Koleksi:!

: I Wayan Wirata

:198208252008121002

: Kedokeran Hewan

V*-( I Wayan Wirata )

2001

Page 3: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

LAPORAN KASUS

“PENANGANAN ABSES PADA DIGITI I DENGAN METODE

ONYCHECTOMY”

Oleh :

I WAYAN NICO FAJAR GUNAWAN

LUH MADE SUDIMARTINI

I WAYAN WIRATA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

Page 4: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

ii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

DAFTAR TABEL .................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

1.1. Latar Belakang.................................................................... 1

1.2. Tujuan Penulisan ................................................................ 2

1.3. Manfaat Penulisan .............................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 3

2.1. Abses ................................................................................. 3

2.2. Etiologi ............................................................................... 3

2.3. Tanda Klinis ...................................................................... 4

2.4. Diagnosis ............................................................................ 5

2.5. Prognosis ............................................................................ 5

2.6. Metode Penanganan ............................................................ 5

2.6.1 Pre Operasi ................................................................. 5

2.6.2 Operasi Dengan Metode Onychectomy...................... 6

2.6.3 Pasca Operasi.............................................................. 8

2.7. Terapi ................................................................................... 9

BAB III MATERI DAN METODE ...................................................... 10

3.1. Materi .................................................................................. 10

3.1.1 Hewan ......................................................................... 10

3.1.2 Alat - alat .................................................................... 11

3.1.3 Bahan – Bahan ............................................................ 12

3.2. Metode ................................................................................ 13

3.2.1. Pre Operasi ................................................................ 13

3.2.2 Operasi ........................................................................ 14

3.2.3 Pasca Operasi.............................................................. 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………15

Page 5: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

iii

4.1 Hasil ...................................................................................... 15

4.2 Pembahasan ........................................................................... 21

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 25

5.1. Kesimpulan ........................................................................... 25

5.2. Saran ...................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 26

LAMPIRAN ............................................................................................... 29

Page 6: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tabel 3.1.1.C. Hasil Pemeriksaan Fisik Anjing Lokal Mix German

Shepperd Pada Kasus “Penanganan Abses Pada Digiti 1 Menggunakan

Onychectomy”..........................................................................................11

2. Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Pra Operasi, Operasi, Pasca Operasi Pada

Anjing Lokal Mix German Shepperd Pada Kasus “Penanganan Abses Pada

Digiti 1 Dengan Metode Onychectomy”..................................................22

v

Page 7: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anjing merupakan mamalia karnivora hasil hasil domestikasi dari

serigala yang dapat hidup berdampingan dengan manusia. Sejarah

menunjukkan bahwa bukti domestikasi tersebut dapat dilihat dari penemuan

fosil yang berkaitan dengan anjing serta bukti genetik berupa DNA, dan

dalam kesehariannya, anjing memiliki peranan yang cukup penting bagi

kehidupan manusia di seluruh dunia (Beck, 2000). American Pet Products

Manufacturer Association (1999) merilis laporan survey berkenaan dengan

pemeliharaan anjing di dunia. Di banyak negara, sebanyak 95% orang

menyatakan bahwa tujuan dari memelihara anjing adalah sebagai

companion animal dan hampir 50% menyatakan anjing sangat baik untuk

kesehatan, sementara tiga perempat koresponden menyatakan bahwa anjing

sebagai anggota keluarga, dan 64% diantaranya menyebutkan anjing

sebagai penjaga.

Anjing – anjing yang digunakan untuk membantu kegiatan manusia

dalam kehidupan sehari – hari memiliki kriteria fisik yang berbeda – beda,

tergantung pada kegunaan dari anjing tersebut. Pada umumnya setiap anjing

memiliki struktur kerangka dan perototan yang sama, dimana anjing

memiliki 5 jari pada kaki depan dan 4 jari pada kaki belakang (Puja, 2011).

Sebagai anjing penjaga, riwayat kesehatan dari anjing tersebut pun tidak

boleh luput dari perhatian si pemilik, karena jika anjing penjaga tersebut

sampai jatuh sakit, tugas – tugas yang biasanya dilakukan oleh si anjing pun

akan terbengkalai. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan fisik

khususnya pada struktur rangka karena dalam kesehariannya anjing penjaga

umumnya memiliki kemampuan berlari cepat dan mempunyai daya jelajah

jarak yang jauh, hal ini disebabkan karena anjing berjalan di atas jari kaki

(toes) (Puja, 2011).

Abses merupakan salah satu penyakit umum yang terjadi pada

anjing. Abses penting yang dapat mempengaruhi kemampuan berlari anjing

penjaga ini adalah abses pada struktur pertulangan, khususnya adalah abses

Page 8: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

2

pada digiti 1. Abses pada digiti ini ditemukan sebanyak 1,3% yang berasal

dari anjing yang dibawa ke klinik hewan di negara Spanyol (Verde, 2005).

Sampai saat ini belum ada data lengkap yang dipublikasikan mengenai

penyakit abses digiti 1 ini pada anjing penjaga di Bali, sehingga perlu

dilakukan pembedahan dan pengamatan pasca operasi guna melengkapi

informasi penyakit abses pada digiti 1.

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui cara

mendiagnosa, prosedur operasi dari saat pre operasi maupun pasca operasi

dan rencana terapi pada kasus “Penanganan Abses Pada Digiti 1

Menggunakan Metode Onychectomy”.

1.3 Manfaat Penulisan

Hasil dari pembedahan ini yang kemudian disusun dalam bentuk

laporan diharapkan mampu memberikan keterampilan bagi mahasiswa

PPDH dalam melakukan diagnosa, prosedur operasi dari saat pre operasi

maupun pasca operasi pada kasus “Penanganan Abses Pada Digiti 1

Menggunakan Metode Onychectomy”.

Page 9: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Abses

Abses merupakan pus yang terlokalisir akibat adanya infeksi dan

supurasi jaringan. Abses bisa terjadi pada semua jaringan atau struktur

anatomi pertulangan. Abses pada kuku anjing merupakan abses yang paling

sering terjadi. Abses pada kuku anjing ini dapat timbul karena adanya

infeksi dari berbagai bakteri, yaitu : Staphylococcus pyogenes,

Streptococcus pyogenes, Corynebacterium pyogenes, Pseudomonas

aeruginosa, Actinomyces bovis, dan E. coli.

Abses terbentuk karena terjadinya migrasi leukosit dengan inti

polymap dari kapiler menuju daerah yang bebas kuman, kemudian adanya

membrane yang lisis dari elemen – elemen jaringan akan menghasilkan

ruangan (Sudisma et al., 2006). Sel darah putih yang merupakan pertahanan

tubuh dalam melawan ifeksi bakteri bergerak ke dalam rongga tersebut,

setelah memakan bakteri sel arah putih akan mengalami kematian. Sel darah

putih yang telah mati ini yang kemudian disebut dengan abses yang mengisi

rongga tersebut (Green, 2014). Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan

disekitarnya terdorong. Jaringan yang pada akhirnya tumbuh di sekitar

tempat terjadinya abses ini disebut dengan dinding abses, hal ini merupakan

mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Karena

abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya sehingga diperlukan tindakan

medis secepatnya, dan agar abses tidak menyebar ke bagian tubuh lain

diperlukan tindakan penyembuhan dengan cara operasi untuk penanganan

dalam penyakit abses ini (Jaeger et al., 2008).

2.2 Etiologi

Penyakit abses ini umumnya dapat terjadi pada anjing lokal maupun

anjing ras. Adapun anjing ras yang berisiko terkena penyakit abses ini yaitu

: German Shepherd, giant, standard and miniature Schnauzer, Rottweiler,

Greyhound, Bearded Collie and Norwegian Gordon and English Setter

(Rosychuk, 2015). Rosychuck (2015) pun menulis di dalam jurnalnya,

Page 10: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

4

bahwa untuk penyakit abses pada kuku ini pun dapat dialami oleh anjing

dengan rentang umur dari 6 bulan – 11 tahun, dengan rata – rata umur yang

dilaporkan terkena penyakit ini yaitu berkisar dari 4-5 tahun.

Abses yang terjadi pada kuku anjing dalam kasus ini diperkirakan

terjadi karena adanya infeksi dari luka terbuka maupun tertutup yang

menyebabkan terjadinya penimbunan cairan dalam jaringan yang kemudian

membentuk rongga yang secara anatomis sebelumnya tidak ada dengan

jaringan fibrotik di sekitarnya sebagai respons tubuh terhadap adanya

infeksi bakteri (PetMD, 1999). Infeksi bakteri ini sendiri dapat menyebar

dengan sangat cepat baik secara lokal maupun sistemik dalam aliran darah

sehingga dapat menimbulkan sepsis (Anonymous, 2005).

Adapun akibat yang ditimbulkan dari infeksi bakteri ini adalah

sebagai berikut : radang diikuti dengan warna kemerahan di sekitar lokasi

abses, bengkak dan terasa panas pada saat di palpasi, timbul rasa nyeri dan

terdapat gangguan fungsi terhadap lokasi timbulnya abses. Fase akhir dari

penyakit abses ini adalah terbentuknya dinding abses, atau terbentuk kapsul

oleh sel – sel sehat yang berada di sekeliling abses sebagai upaya

pencegahan pus menginfeksi struktur lain yang ada di sekitar tempat

terjadinya abses tersebut (Anonymous, 2005).

2.3 Tanda Klinis

Abses yang sudah matang dapat ditandai dengan adanya tonjolan

pada kulit, berdinding tipis, lunak, elastis, biasanya berwarna orange

kemerahan mengkilat, terdapat elevasi kulit, terkadang terjadi kerontokan

rambut di sekitar tempat terjadinya abses. Menurut Sudisma et al., (2006),

abses dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Abses Dangkal (Superfisial)

merupakan abses yang pada fase pertumbuhannya menuju

permukaan tubuh dengan cara menyatukan diri dengan

jaringan diatasnya.

2. Abses Dingin (Cold Abses)

adalah abses dengan ciri – ciri mengandung kuman namun

tidak disertai dengan rasa sakit dan tanda radang yang berat.

Page 11: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

5

3. Abses Steril

yaitu abses bebas kuman, namun disertai dengan rasa sakit.

Abses steril dapat terjadi karena adanya perlakuan kepada

hewan ataupun karena penyakit.

2.4 Diagnosis

Diagnosa dalam penyakit abses pada digiti 1 ini dapat ditegakkan

melalui anamnese hasil wawancara dengan pemilik hewan tersebut,

kemudian dilanjutkan dengan inspeksi dan melakukan palpasi terhadap

lokasi terjadinya abses, dimana dalam kasus ini lokasi yang dilakukan

palpasi adalah kuku pada digiti 1 extremitas sinister anjing mix German

Shepperd berumur +/-4 tahun. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya

tonjolan berwarna merah di sekitar kulit di digiti 1 extremitas sinister,

kerontokan rambut pada daerah terjadinya abses, terdapat peradangan yang

disertai dengan rasa sakit pada saat mempalpasi abses tersebut. Hal – hal

yang ditemukan pada saat melakukan pemeriksaan fisik ini sesuai dengan

yang ditulis oleh Doni, 2012 dimana dalam jurnalnya ditulis bahwa dalam

pemeriksaan fisik senantiasa ditemukan organ atau jaringan infeksi, massa

eksudat, peradangan, abses superficial dengan ukuran bervariasi, terdapat

rasa sakit dan bila di palpasi akan terasa fluktuatif.

2.5 Prognosis

Prognosa dari penyakit abses pada digiti 1 ini adalah fausta. Namun

prognosa ini sangat bergantung dari kondisi hewan, tingkat keparahan

abses, lokasi tempat terjadinya abses, dan kerjasama dari owner dalam

memberikan terapi kepada pasien yang baru saja menjalani operasi.

2.6 Metode Penanganan

2.6.1 Pre Operasi

Penanganan abses sangat tergantung dari tingkat keparahannya.

Abses yang berukuran kecil dapat dilakukan penanganan dengan

mengkompres menggunakan air dingin. Namun abses yang berukuran besar

/ abses yang sering terjadi berulang di tempat yang sama dapat dilakukan

Page 12: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

6

tindakan pembedahan. Tindakan pembedahan dilakukan dengan melakukan

incisi pada daerah asbes utuk kemudian dilakukan pembersihan abses dari

jaringan yang mati dengan menggunakan NaCl dan kemudian ditutup

dengan jahitan.

2.6.2 Operasi Dengan Metode Onychectomy

Istilah "onychectomy" berasal dari bahasa Yunani yaitu

ὄνυξ onycho,kuku + ἐκτομή ektome, eksisi dan "declawing" yang

mempunyai arti penghapusan cakar ke- 5 (cakar lebih) pada hewan, tetapi

deskripsi yang lebih tepat digunakan dalam laporan bedah kasus ini adalah

onychectomy.

Gambar 2.6.2.A. Histologi Kuku Anjing

(Sumber : Mueller et al., 1993)

Page 13: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

7

Gambar 2.6.2.B. Posisi Pemotongan Kuku

(Sumber : Swaim, 2015)

Gambar 2.6.2.C. Lokasi Pembedahan Abses Pada Digiti 1

(Sumber : Schwartz, 2011)

Page 14: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

8

Onychectomy merupakan suatu tindakan pembedahan untuk

menghilangkan kuku pada hewan (Schwartz, 2011). Pembedahan dilakukan

dengan cara amputasi dari seluruh atau sebagian dari falang distal, atau

mengakhiri tulang dari jari kaki hewan, karena kuku berkembang dari

jaringan germinal dalam barisan ketiga, amputasi tulang diperlukan untuk

sepenuhnya menghilangkan kuku hewan (Swaim, 2015).

Onychectomy ini biasanya dilakukan dalam kasus tumor, proses

inflamasi kronis, gangren, adanya infeksi baik persisten maupun parah dan

abses yang terbatas falang distal. Prosedur pembedahan yang dilakukan

pada kasus ini biasanya terbatas pada kuku yang terinfeksi sakit, dan akan

meninggalkan kuku yang sehat (jika ada) utuh. Dan dalam pelaksanaannya,

onychectomy membutuhkan anestesi umum dan manajemen terapi yang

baik sebelum, selama, dan setelah operasi.

2.6.3 Pasca Operasi

Setelah operasi dalam kasus bedah penanganan abses pada digiti 1

ini dapat diberikan antibiotika dan vitamin (Sudisma et al., 2006). Dimana

untuk obat – obatan yang akan diberikan, baik antibiotika maupun vitamin

yang diberikan harus disesuaikan dengan riwayat pasien, apakah

sebelumnya pernah mengalami keluhan alergi obat.

Dalam sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2001 terhadap 276

pemilik kucing, 34% dilaporkan ketidaknyamanan pasca bedah

onychectomy pada kucing mereka sementara 78% melaporkan terutama

nyeri. Waktu pemulihan mengambil dari tiga hari sampai dua

minggu. Peningkatan kekuatan menggigit atau frekuensi dilaporkan di 4%

dari kucing, tapi secara keseluruhan, 96% dari pemilik puas dengan

operasi. Beberapa penelitian lain menemukan ketimpangan setelah

onychectomy berlangsung > 3 hari, > 1 minggu, 8 hari, > 12 hari, hingga

180 hari, bahkan sampai 96 bulan.

Pada satu rumah sakit pendidikan kedokteran hewan, antara 50 dan

80% dari kucing memiliki satu atau lebih komplikasi kesehatan pasca-

operasi; 19,8% mengalami komplikasi setelah rilis. Penelitian lain

melaporkan tingkat komplikasi pasca-op medis 24% (Jankowski 1998),

Page 15: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

9

53% (Martinez 1993), 1,4% (Pollari 1996), 82,5% untuk blade dan 51,5%

untuk teknik geser (Tobias 1994), dan 80% (Yeon 2001).

2.7 Terapi

Terapi dalam proses penyembuhan (recovery) ini dapat berupa

terapi dari luar ataupun dalam tubuh pasien. Adapun maksud terapi dari luar

tubuh pasien yaitu dengan mengajak si hewan tersebut untuk melakukan

kegiatan berjalan – jalan di halaman sekitar, kegiatan ini harus disesuaikan

dengan kemampuan si pasien tersebut. Dan terapi yang diberikan setelah

operasi yaitu meliputi obat – obatan analgesik, antibiotik, dan vitamin A

untuk mempercepat proses penyembuhan (Sudisma et al., 2006).

Page 16: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

10

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Materi

3.1.1 Hewan

A. Sinyalement

Pada tanggal 3 November 2015 telah dilakukan pemeriksaan

klinis terhadap seekor anjing lokal mix German Shepperd berjenis

kelamin jantan yang bernama brownie, berumur +/- 4 tahun dengan

berat 30 kg dan rambut berwana coklat. Pemilik bernama William

yang beralamat di Jl. Gunung Salak 27B , Kerobokan – Kuta Utara.

B. Anamnese

Berdasarkan keterangan dari pemilik anjing tersebut,

brownie yang awalnya terlihat lincah mulai lemas, nafsu makan

menurun, dan selama 2 hari diperhatikan brownie terlihat susah

berjalan. Kaki Depan yang sebelah kanan terlihat seperti pincang

pada waktu berjalan. Sistem pemeliharaan anjing ini tidak

dikandangkan, melainkan dibiarkan berkeliaran bebas begitu saja,

sehingga menyulitkan pemilik untuk melakukan penanganan awal

sebelum absesnya menjadi matang dan pecah.

C. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada anjing lokal mix

German Shepperd dengan kasus penanganan abses pada digiti 1

dengan onychectomy meliputi pemeriksaan fisik untuk berat badan,

suhu badan, pulsus, respirasi, CRT, genetik, kulit dan kuku, otot,

sirkulasi, pernafasan, pencernaan, urogenital, mata, telinga, saraf,

limfonodus, dan mukosa. Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :

Page 17: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

11

NO. Jenis

Pemeriksaan Fisik

Keterangan

1. Berat Badan 30 kg

2. Suhu Badan 38,8 °C

3. Pulsus 81 x/menit

4. Respirasi 30 x/menit

5. CRT 2 detik

6. Genetik Normal

7. Kulit dan Kuku Terjadi radang kemerahan, dan

terdapat massa berupa nanah

pada abses tersebut

8. Otot Normal

9. Sirkulasi Normal

10. Pernafasan Normal

11. Pencernaan Normal

12. Urogenital Normal

13. Mata Normal

14. Telinga Normal

15. Saraf Normal

16. Limfonodus Normal

17. Mukosa Normal

Tabel 3.1.1.C. Hasil Pemeriksaan Fisik Anjing Lokal Mix German

Shepperd Pada Kasus “Penanganan Abses Pada Digiti 1

Menggunakan Onychectomy”

(Sumber : Penulis)

3.1.2 Alat-alat

Alat – alat yang digunakan dalam pembedahan ini, antara lain :

timbangan, stetoskop, termometer, alat pecukur rambut, kateter urine, sonde

lambung, ett, infus set, iv cat 24 G, gloves, masker, penutup kepala, baju

bedah, scalpel, blade, pinset anatomis, pinset sirurgis, needle holder,

gunting, jarum, benang chromic cat gut 3,0, spuite, tampon, dan perban.

Page 18: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

12

3.1.3 Bahan-bahan

Bahan – bahan yang dipersiapkan adalah antiseptik (iodine), alkohol

70%, lactat ringer, NaCl, benang absorable chromic catgut 3,0, gloves,

masker, dan obat – obatan yang dipersiapkan yaitu atropin sulfat untuk

premedikasi, ketamine xlyazine untuk anastesi, vitamin K, epinepherin,

antibiotik, dan anti inflamasi. Adapun dosis obat yang diberikan pada

pembedahan ini, adalah sebagai berikut :

1. Atropin sulfat sebagai premedikasi dengan sediaan 0,25 mg/ml

(Walter, 2008) : = Dosis Anjuran x Berat Badan

Sediaan

= (0,02 – 0,04) ml/kg/BB/hari X 30 kg

0,25

= 2,4 – 4,8

Dosis yang diberikan = 3,6 ml

2. Ketamine sebagai anasthesi dengan sediaan 100 mg/ml

(Reynoldson, 1997) : = Dosis Anjuran x Berat Badan

Sediaan

= (10 – 15) ml/kg/BB/hari X 30 kg

100

= 3 – 4,5

Dosis yang diberikan = 3,5 ml

3. Xylazine sebagai anasthesi dengan sediaan 20 mg/ml

(Reynoldson, 1997) : = Dosis Anjuran x

Berat Badan

Sediaan

= (1 – 3) ml/kg/BB/hari X 30 kg

20

= 1,5 – 4,5

Dosis yang diberikan = 3 ml

Page 19: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

13

3.2 Metode

3.2.1 Preoperasi

A. Persiapan Ruang Operasi

Ruang operasi dibersihkan dari kotoran debu dengan menggunakan

sapu kemudian meja operasi disterilisasi dengan alkohol 70%.

B. Persiapan Alat Bedah

Meliputi sterilisasi pada alat-alat bedah menggunakan alat sterilisasi

yang ada di ruangan bedah selama 45 menit yang bertujuan untuk

menghilangkan seluruh mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah,

agar jaringan yang steril atau pembuluh darah pada pasien yang akan

dibedah tidak terkontaminasi.

C. Persiapan Hewan

1. Anjing yang akan dioperasi dilakukan signalemen,

anamnesa, dan pemeriksaan klinik. Sebelum dilakukan

operasi, hewan dipuasakan selama 12 jam agar hewan tidak

muntah pada waktu teranaesthesia.

2. Pertama-tama diinjeksi dengan premedikasi yaitu atropin

sulfat sebanyak 3,6 ml secara subkutan (dosis terlampir).

3. Setelah 30 menit, kemudian di anestesi menggunakan

xylazine sebanyak 3 ml secara intramuskuler (dosis

terlampir) dan setelah 10 menit disuntikkan ketamin dengan

jumlah pemberian anestesi sebanyak 3,5 ml secara

intramuskuler (dosis terlampir).

4. Setelah teranestesi, anjing ditempatkan pada posisi lateral

recumbency.

5. Hewan disiapkan secara aseptik, bulu disekitar daerah

yang akan diinsisi dibersihkan. Kemudian dilakukan

pemasangan Endotracheal Tube (ETT) dan dilakukan

pemasangan kateter intravena untuk infus Lactat Ringer.

6. Dilakukan penutupan site operasi dengan kain drape.

Akan tetapi pada kasus ini tidak menggunakan kain drape

dikarenakan area yang akan diinsisi berukuran lebih kecil

dengan kain drape yang ada di ruangan bedah.

Page 20: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

14

7. Kemudian diberi antiseptik untuk menjaga kondisi aseptis.

D. Persiapan Perlengkapan Operator dan Asisten

Perlengkapan yang dibutuhkan operator dan asisten adalah masker,

penutup kepala dan sarung tangan serta menggunakan pakaian

khusus operasi. Perlengkapan-perlengkapan tersebut disterilisasi

dengan menggunakan ozone selama 15 menit.

3.2.2 Operasi

Setelah tahapan preoperasi selesai dan hewan telah teranestesi

kemudian hewan dibaringkan pada posisi lateral. Insisi dilakukan pada

daerah abses, setelah abses berhasil di insisi dilakukan pembersihan

menggunakan NaCl di sekitar jaringan yang berisi nanah. Pemilik anjing

mengatakan bahwa abses ini sudah sangat sering terjadi sehingga abses ini

dirasa sangat mengganggu gerak gerik dari anjing tersebut, maka dilakukan

pengamatan terhadap akar akar yang ada di sekitar kuku anjing. Dan

ditemukan ada penumpukan nanah di bawah kuku digiti 1 anjing tersebut

yang mengakibatkan kuku anjing ini patah sebagian, sehingga operator

memutuskan untuk mencabut kuku anjing dari bagian phalanx distal 3. Perlu

diperhatikan adanya pembuluh darah pada daerah digiti anjing tersebut,

apabila terjadi perdarahan dapat dilakukan ligasi pada daerah tersebut atau

dapat diberikan epinephrine pada pendarahan lokal. Setelah kuku berhasil

dicabut, dilakukan penyemprotan antibiotik dan penjahitan kulit dengan

pola jahitan subkurtikuler menerus menggunakan benang absorbable

chromic catgut 3,0. Daerah operasi dan bekas luka insisi dibersihkan dengan

antiseptic betadine lalu diolesin antibiotik salep dan terakhir ditutup dengan

kain kasa untuk diperban.

3.2.3 Pasca Operasi

Setelah operasi selesai, pasien diberikan injeksi antibiotik ampicilin

dan salep oxytetraxycline untuk daerah bekas luka insisi. Salep ini

diberikan oles setelah diberikan betadine sebelumnya.

Page 21: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

NO. DOKUMENTASI

HASIL

KETERANGAN

GAMBAR

1.

Sabtu, 24 Oktober 2015

Pemilik anjing melaporkan kepada

penulis dengan cara mengirimkan

gambar, bahwa hewan peliharaannya

sakit pada kukunya.

2.

Minggu, 25 Oktober 2015

Keesokan harinya, penulis melakukan

inspeksi ke lokasi, palpasi pada daerah

yang sakit dan melakukan anamnese

dengan si pemilik anjing tersebut. Dan

hewan didiagnosa abses pada kuku

digiti 1.

3.

Jumat, 30 Oktober 2015

Hewan pada saat dibawa ke RSH untuk

diskusi dengan dosen pembimbing

kasus. Terlihat kuku anjing sudah

hampir patah namun abses masih

terlihat kemerahan dan masih

mengeluarkan darah.

4.

Senin, 2 November 2015

H-1 sebelum operasi, pemilik

melaporkan bahwa kuku anjing sudah

patah dan abses terlihat sudah pecah

namun sering mengeluarkan darah.

Pada foto terlihat kering dikarenakan

kotor akibat terkena pasir.

Page 22: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

16

5.

Selasa, 3 November 2015

Pada gambar ini brownie terlihat sudah

teranathesi dan team bedah sedang

melakukan pemeriksaan status present,

seperti : pulsus, respirasi, suhu, CRT.

6.

Selasa, 3 November 2015

Dilakukan pencukuran rambut di

sekitar lokasi abses untuk persiapan

operasi.

7.

Selasa, 3 November 2015

Hewan diletakkan diatas meja operasi

dengan posisi Lateral Recumbency.

8.

Selasa, 3 November 2015

Dilakukan pemasangan kateter

intravena untuk infus sebelum operasi

berlangsung, agar cairan dalam tubuh

hewan dapat tergantikan langsung dan

mempermudah dalam pemberian obat.

Page 23: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

17

9.

Selasa, 3 November 2015

Pemasangan Endotracheal Tube (ETT)

untuk memasang anasthesi inhalasi

(isofluerant).

10.

Selasa, 3 November 2015

Dilakukan pemasangan kateter urine

guna memenuhi skill lab di dalam lab

bedah dan radiologi.

11.

Selasa, 3 November 2015

Pada gambar ini dilakukan

pembersihan di sekitar daerah abses

tempat akan melakukan insisi

menggunakan antiseptik supaya lokasi

yang akan di insisi tetap aseptis.

12.

Selasa, 3 November 2015

Insisi pada digiti 1 dilakukan untuk

membuka abses supaya isi dari abses

tersebut dapat dikeluarkan dan

dibersihkan.

Page 24: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

18

13.

Selasa, 3 November 2015

Pada saat pembersihan abses,

ditemukan bahwa posisi kuku anjing

tersebut tumbuh melukai daging,

sehingga diputuskan untuk mencabut

(mengamputasi) kuku dari phalanx

distal 3 hingga ke ujung kuku pada

digiti 1. Gambar disamping

menunjukkan setelah kuku diamputasi.

14.

Selasa, 3 November 2015

Dilakukan penjahitan dengan pola

subkurtikuler menggunakan benang

absorable chromic catgut 3,0.

16.

Selasa, 3 November 2015

Penjahitan telah selesai dilakukan

dengan pola jahitan subkurtikuler

menggunakan benang absorable

chromic catgut 3,0.

Page 25: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

19

17.

Selasa, 3 November 2015

Setelah operasi selesai, bekas

pembedahan ditutup dengan

menggunakan kasa dan plester dibalut

menjadi perban.

18.

Hari ke-2 pasca operasi, Kamis 5

November 2015.

Bekas operasi terlihat membengkak

akibat terjadinya inflamasi pasca

operasi dan luka menjadi sedikit basah

dikarenakan luka terkena air hujan.

19.

Hari ke-3 pasca operasi, Jumat 6

November 2015.

Dilakukan penggantian perban secara

berkala yang bertujuan untuk

mempercepat proses penyembuhan.

20.

Hari ke-5 pasca operasi, Minggu 8

November 2015.

Perban yang dipakai untuk membalut

luka diganti selama 2 hari sekali.

Page 26: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

20

21.

Hari ke-6 pasca operasi, Senin 9

November 2015.

Obat bekerja dengan baik, luka sudah

tidak benyek seperti sebelumnya tapi

hewan masih merasakan sakit ketika

bekas operasinya dicoba untuk

disentuh.

22.

Hari ke-7 pasca operasi, Selasa 10

November 2015.

Bengkak pada bekas operasi sudah

mulai mengecil.

23.

Hari ke-8 pasca operasi, Rabu 11

November 2015.

Bekas jahitan mulai terlihat mengering.

24.

Hari ke-10 pasca operasi, Jumat 13

November 2015.

Di hari ke-10 ini brownie sudah mulai

terlihat ceria, sudah mulai dapat

berjalan sedikit demi sedikit. Proses

penyembuhan berlangsung dengan

sangat baik walaupun membutuhkan

waktu yang lama.

Page 27: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

21

25.

Hari ke-19 pasca operasi, Minggu 22

November 2015.

Pasien amputasi kuku ini menghilang

selama 8 hari, sehingga selama 8 hari

sebelumnya tidak dapat dilakukan

pengamatan proses kesembuhan. Pada

hari ke-19 ini bekas jahitan sudah

terlihat mengering.

26.

Hari ke-20 pasca operasi, Senin 23

November 2015.

Rambut di sekitar bekas operasi sudah

mulai tumbuh seperti semula.

27.

Hari ke-21 pasca operasi, Selasa 24

November 2015.

Luka sudah mulai terlihat mengering.

Page 28: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

22

28.

Hari ke-23 pasca operasi, Kamis 26

November 2015.

Pasien amputasi kuku sudah sembuh,

bekas jahitan sudah tertutup dengan

sempurna dan sudah kering. Rambut

sudah tumbuh seperti sebelum operasi

dilakukan.

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Pra Operasi, Operasi, Pasca Operasi

Pada Anjing Lokal Mix German Shepperd Pada Kasus

“Penanganan Abses Pada Digiti 1 Dengan Metode Onychectomy”

(Sumber : Penulis)

4.2 Pembahasan

Penanganan abses pada digiti 1 dengan metode onychectomy pada

kasus ini tidak begitu sulit, dikarenakan abses sudah pecah sebelum

dilakukan pembedahan, sehingga incisi dilakukan untuk mengeluarkan sisa

– sisa nanah yang ada. Setelah nanah yang ada dibersihkan keseluruhan,

dilakukan pengamatan pada kuku yang patah, patahan ini yang diduga

sering menyebabkan terjadinya abses karena posisi patahan kuku melukai

bagian daging extremitas sinister anjing. Setelah kuku berhasil dicabut

(pencabutan dilakukan pada phalanx distal 3) , dilakukan penjahitan

subkurtikuler menggunakan benang absorable chromic 3,0 , sehingga

prognosa untuk kasus ini adalah “Fausta”.

Brownie merupakan panggilan akrab anjing yang digunakan dalam

pembedahan ini. Brownie merupakan anjing campuran lokal dengan

German Shepperd. Dimana pada saat pembedahan dilakukan, brownie

berumur kurang lebih 4 tahun. Setelah pembedahan selesai, brownie

langsung dikembalikan kepada pemiliknya dengan pemberian obat – obatan

yang langsung diberikan oleh si pemilik anjing tersebut. Adapun obat –

obatan yang diberikan dalam terapi untuk brownie pasca operasi (terlampir)

Page 29: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

23

Pasca operasi, untuk mencegah terjadinya infeksi, brownie

diberikan obat antibiotik berspektrum luas untuk gram positif dan gram

negatif berupa amoxycilin tablet. Selain pemberian antibiotik secara oral,

diberikan pula antibiotik luar dalam berbentuk tabur dan salep. Pada hari

pertama pasca operasi, brownie terlihat mengalami kesakitan pada bagian

kakinya, sehingga diberikan obat analgesik berupa asam mefenamat yang

berfungsi sebagai penghilang rasa nyeri, sakit dan juga memiliki fungsi

sebagai anti inflamasi / anti radang. Tidak hanya obat – obatan, pemberian

vitamin pun tidak luput dari pantauan. Brownie diberikan vitamin dan

makanan kaya protein guna mempercepat proses pemulihan jaringan baik

di rongga abses maupun luka bekas insisi.

Page 30: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

25

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pasien dalam kasus ini bernama Brownie, seekor anjing campuran

anjing lokal degan German Shepperd. Owner dari anjing tersebut

mengeluhkan ahwa brownie terlihat sulit untuk berjalan, setelah dilakukan

inspeksi palpasi dan menayakan riwayat brownie kepada si pemilik,

brownie didiagnosa abses pada digiti 1. Abses dalam kasus ini disebabkan

oleh masuknya potongan kuku ke dalam daging pada extremitas sinister

yang mengakibatkan penanganan asbes pada kasus ini dilakukan dengan

metode onychectomy. Onychectomy merupakan proses pencabutan kuku

dari phalanx distal 3, dimana kuku yang dicabut ialah kuku pada digiti 1

extremitas sinister. Setelah dilakukan pembedahan, insisi luka dijahit

dengan pola jahitan subkurtikuler menggunakan benang absorable chromic

catgut 3,0. Pemberian obat – obatan, vitamin, dan pakan kaya protein terus

dilakukan pasca operasi guna membantu proses penyembuhan baik di

jaringan sekitar abses maupun di insisi luka.

5.2 Saran

Apabila ditemukan kasus abses, sebaiknya hewan segera

medapatkan penanganan yang tepat dan cepat berupa pembedahan yang

bertujuan untuk menghilangkan isi abses dan membersihkan jaringan yang

nekrosis di dalamnya, ataupun melakukan penanganan lainnya yang

dibutuhkan. Untuk mencegah terjadinya abses, sebaiknya hewan dipelihara

di dalam kandang dan dikeluarkan dari dalam kandang seperlunya saja guna

mencegah terjadinya luka dan mencegah terjadinya infeksi oleh bakteri

yang dapat memperparah keadaan abses tersebut. Perlu diperhatikan pula

pemberian pakan yang baik agar gizi yang diperlukan oleh tubuh hewan

selalu tercukupi supaya hewan tersebut tidak mudah terserang penyakit.

Selalu kontrol hewan peliharaan terkait dengan sanitasi, vaksinasi, pakan,

dan pemberian obat cacing serta vitamin secara rutin.

Page 31: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

26

DAFTAR PUSTAKA

Anjing dari Wikipedia Indonesia, Ensklopedia Bebas (2015). Diperoleh dari

http//id.wikipedia.org.wiki.Anjing. Tanggal akses 10 November 2015.

American Pet Products Manufacturer Association (APPMA) : National Pet Owners

Survey. 1999. APPMA. Greenwich, Connecticut.

Anonymous. 2005. Abses Pada Hewan Kecil. Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Beck, M. A. 2000. The Human – Dog Relationship : A Tale of Two Species. In

Dogs, Zoonoses, and Public Health. C. N. L. Macpherson. F. X. Meslin., and

A. I. Wandeler. Cromwell Press. USA.

Doni. 2012. Abses Pada Hewan Kecil. Petkartini.comxa.com Tanggal akses 10

November 2015.

Fletcher, T. F., A. F. Weber. 2013. Veterinary Developmental Anatomy. Embryo

Lect Notes. USA.

Green. 2014. Konsep Dasar Abses. http://ilmugreen.com/2012/07/konsep-dasar-

abses.com. Tanggal akses 10 November 2015.

Jaeger, G.H., S.O. Chanapp. 2008. Carpal ad Tarsal Injuries. Veterinary

Orthopedics Sports Medicine Group. Elicott City.

Jankowski, A. J., D. C. Brown., J. Duval. 1998. Comparison of Effects of Elective

Tenectomy or Onychectomy in Cats. J Am Veterinary Medicine Association.

Spain.

Page 32: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

27

Martinez, S. A., J. Hauptmann., R. Walshaw. 1993. Comparing Two Techniques

for Onychectomy in Cats and Two Ahesives for Wound Closure. Veterinary

Medicines 88 : 516 – 525.

Mueller, R. S., A. S. Kock., A. A. Stannard. 1993. Veterinary Medical Teaching

Hospital. University of California. USA.

Pollari, F. L., B. N. Bonnett., S. C. Bamsey. 1996. Postoperative Complications of

Elective Surgeries in Dogs and Cats Determined by Examining Electronic

and Paper Medical Records. J Am Veterinary Medicine Association. Spain.

PetMD. 1999. Abcesses in Dog.

http://www.petmd.com/conditions/skin/c_dg_abscessatio#. Tanggal akses 10

November 2015.

Puja, IK. 2011. Anjing Perawatan dan Pengembangbiakan. Denpasar: Udayana

University Press.

Reynoldson, J.A., B.J. Hilbert., S.E. Cooper. 1997. Veterinary Drug Dose

Handbook. School of Veterinary Studies Murdoch University. Western

Australia.

Royschuk, R. A. W. 2015. Canine and Feline Pododermatitis.Norwegia.

Schwartz, S. H. 2011. Onychectomy and Tendonectomy. NAVC Clinician’s Brief.

Ohio.

Sudisma, I.G.N., G.A.G. Pemayun., A.A.G.J. Wardhita., I.W. Gorda. 2006. Ilmu

Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Fakultas Kedokteran Hewan. Denpasar.

Swaim, S. F., J. A. Welch., R. L. Gillette. 2015. Management of Small Animal

Distal Limb Injuries. Swiss.

Page 33: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

28

Tobias, K. S. 1994. Feline Onychectomy at Teaching Institution : A Retrospective

Study of 163 Cases. Veterinary Surgery 23 : 274 – 280.

Verde, M. 2005. Canine and Feline Nail Disease. North American Veterinary

Conference. Florida.

Walter. 2008. Handbook of Veterinary Pharmacology. Blackwell Publishing. USA.

Yeon, S. C., J. A. Flanders., J. M. Scarlett. 2001. Attitudes of Owner Regarding

Tendonectomy and Onychectomy in Cats. J Am Veterinary Medicine

Association. Spain.

Page 34: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

29

LAMPIRAN 1

DOSIS PEMBERIAN OBAT

1. Atropin sulfat sebagai premedikasi dengan sediaan 0,25 mg/ml

(Walter, 2008) : = Dosis Anjuran x Berat Badan

Sediaan

= (0,02 – 0,04) ml/kg/BB/hari X 30 kg

0,25

= 2,4 – 4,8

Dosis yang diberikan = 3,6 ml

2. Ketamine sebagai anasthesi dengan sediaan 100 mg/ml

(Reynoldson, 1997) : = Dosis Anjuran x Berat Badan

Sediaan

= (10 – 15) ml/kg/BB/hari X 30 kg

100

= 3 – 4,5

Dosis yang diberikan = 3,5 ml

3. Xylazine sebagai anasthesi dengan sediaan 20 mg/ml

(Reynoldson, 1997) : = Dosis Anjuran x

Berat Badan

Sediaan

= (1 – 3) ml/kg/BB/hari X 30 kg

20

= 1,5 – 4,5

Dosis yang diberikan = 3 ml

4. Ampicilin sebagai antibiotika yang diinjeksikan setelah operasi

selesai dengan sediaan 100 mg /ml (Reynoldson, 1997) :

= Dosis Anjuran x Berat Badan

Sediaan

= (5 – 10) ml/kg/BB/hari X 30 kg

100

= 1,5 – 3

Dosis yang diberikan = 2,25 ml

Page 35: KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI … · KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT PERPUSTAKAAN Alamat : Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung,

30

5. Amoxycilin sebagai antibiotika dengan sediaan 500 mg/ml

(Reynoldson, 1997) : = Dosis Anjuran x Berat Badan

Sediaan

= (40 – 80) mg/kg/BB/hari X 30 kg

500

= 2,4 – 4,8

Dosis yang diberikan = 3 tablet / hari

R/ Amoxycilin 500 mg tab xv

S 3 dd 1 tab m.et.v

#

6. Asam Mefenamat sebagai analgesik dengan sediaan 500 mg/ml

(Reynoldson, 1997) : = Dosis Anjuran x Berat Badan

Sediaan

= (30 – 60) mg/kg/BB/hari X 30 kg

500

= 1,8 – 3,6

Dosis yang diberikan = 2 tablet / hari

R/ Asam Mefenamat 500 mg tab x

S 2 dd 1 tab m.et.v

#

7. Enbatic sebagai antibiotik tabur

R/ Enbatic Pulv adsper No.1

S.u.e applic part dol

#

8. Salep Oxytetracyclin

R/ Oxytetracyclin

S.u.e applic part dol

#

9. Vitamin

R/ Livron Bplex tab v

S 1 dd 1 tab o.m.

#