kementerian pu pr ditjen cipta karya · a. rumah jabatan gubernur disetarakan dengan rumah tipe...

73
MODUL 3 PENYUSUNAN PROGRAM DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA Oleh: Ir. Sumirat MM KEMENTERIAN PU PR DITJEN CIPTA KARYA Diklat Pengelola Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara Tahun 2017 Balai Diklat I Medan

Upload: vokien

Post on 31-Jul-2019

272 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

MODUL 3

PENYUSUNAN PROGRAM DAN

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BANGUNAN GEDUNG NEGARA

Oleh: Ir. Sumirat MM

KEMENTERIAN PU PR

DITJEN CIPTA KARYA

Diklat Pengelola Teknis

Pembangunan Bangunan

Gedung Negara

Tahun 2017

Balai Diklat I Medan

BANGUNAN GEDUNG NEGARA

Landasan Hukum

2. UU No. 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

1. UU No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

3. UU No. 1 tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara

4. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

5. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung

6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah 7. KEPPRES No. 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara 8. PERPRES No. 73 Tahun 2011 Tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara 9. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara

1. Bangunan gedung negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang menjadi barang milik negara/daerah dan diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana APBN, dan/atau APBD, atau perolehan lainnya yang sah.

KETENTUAN UMUM (perpres no 73 thn 2011)

2. PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA adalah kegiatan mendirikan bangunan gedung negara yang diselenggarakan melalui

tahap perencanaan teknis, pelaksanaan

konstruksi, dan pengawasannya, baik merupakan pembangunan baru, perawatan bangunan gedung, maupun perluasan bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan gedung.

KETENTUAN UMUM (perpres no 73 thn 2011)

KETENTUAN UMUM (perpres no 73 thn 2011)

3. SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH, selanjutnya disebut SKPD, adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota selaku pengguna anggaran/barang.

KETENTUAN UMUM (perpres no 73 thn 2011)

4. KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG NEGARA adalah penggolongan kelas bangunan gedung negara berdasarkan kompleksitas. 5. STANDAR LUAS BANGUNAN GEDUNG NEGARA adalah standar luasan yang digunakan untuk bangunan gedung negara yang meliputi gedung kantor, rumah negara, dan bangunan gedung negara lainnya.

KETENTUAN UMUM (perpres no 73 thn 2011)

6. STANDAR HARGA SATUAN TERTINGGI adalah biaya paling banyak per meter persegi pelaksanaan konstruksi pekerjaan standar untuk pembangunan bangunan gedung negara.

TAHAPAN PEMBANGUNAN BGN (PERPRES NO. 73 TAHUN 2011)

PRA/PERSIAPAN PEMBANGUNAN BGN

a. PENYUSUNAN RENCANA

KEBUTUHAN b. PENYUSUNAN

RENCANA PENDANAAN

c. PENYUSUNAN RENCANA

PENYEDIAAN DANA

PEMBANGUNAN BGN

a. PERENCANAAN TEKNIS

b. PELAKSANAAN KONSTRUKSI

c. PENGAWASAN TEKNIS

DIPA, RKAKL, dan POK

PASKA PEMBANGUNAN BGN

a. STATUS BMN b. SERTIFIKAT LAIK

FUNGSI (SLF) c. PENDAFTARAN

SEBAGAI BANGUNAN

GEDUNG NEGARA

PENJELASAN Penyusunan Rencana Kebutuhan untuk pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari APBN harus mendapat persetujuan Manteri Keuangan.

Penyusunan Rencana Pendanaan harus mendapatkan rekomendasi dari:

a) Menteri PU untuk pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari APBN

b) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri untuk pembangunan bangunan gedung negara yang pendanannya bersumber dari APBD Provinsi.

c.) Gubernur untuk pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari APBD Kabupaten/Kota.

Penyusunan Rencana Penyediaan Dana disusun dalam:

a) Rencana kerja dan anggaran kementerian / lembaga untuk pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari APBN atau,

b) Rencana kerja dan anggaran SKPD untuk pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari APBD

Rencana Kebutuhan dan Rencana Pendanaan pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari APBD Provinsi atau APBD kabupaten/kota terlebih dahulu harus diprogramkan dan ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

PEMBANGUNAN BANGUNAN

BARU

BIAYA PEKERJAAN NON STANDAR

PERAWATAN BANGUNAN

BIAYA PEKERJAAN STANDAR

Klasifikasi

Standar Luas

Standar Jumlah Lantai

HSBGN

Non-Standar Bgn + Lingk

Non-Standar Fungsi Khusus

Non-Standar Lainnya

SKEMATIK

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BGN:

A. Klasifikasi Bangunan Gedung Negara PERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 5,

1. Klasifikasi bangunan gedung negara didasarkan pada

kompleksitas.

2. Klasifikasi bangunan gedung negara meliputi bangunan

sederhana, bangunan tidak sederhana, dan bangunan khusus.

a. Bangunan sederhana, merupakan bangunan gedung negara

dengan teknologi dan spesifikasi sederhana.

b. Bangunan tidak sederhana, merupakan bangunan gedung

negara dengan teknologi dan spesifikasi tidak sederhana.

c. Bangunan khusus, merupakan bangunan gedung negara

dengan fungsi, teknologi, dan spesifikasi khusus.

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi bangunan gedung

negara diatur dengan Peraturan Menteri.

BANGUNAN SEDERHANA

adalah bangunan gedung negara dengan karakter sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi sederhana Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh) tahun

BANGUNAN TIDAK SEDERHANA

adalah bangunan gedung negara dengan karakter tidak sederhana serta memiliki kompleksitas dan/atau teknologi tidak sederhana Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama paling singkat 10 (sepuluh) tahun

BANGUNAN KHUSUS

adalah bangunan gedung negara yang memiliki penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya memerlukan penyelesaian/teknologi khusus Masa penjaminan kegagalan bangunannya paling singkat 10 (sepuluh) tahun

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

PENGERTIAN PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007

Klasifikasi BGN

BG Kantor yang sudah ada disain prototipe-nya/ sd. 2 lantai/luas sd. 500 m2

Rumah Dinas Tipe C,D, dan E Pelayanan kesehatan: Puskesmas Pendidikan: lanjutan dan dasar sd. 2 lantai

BG Kantor belum ada prototipe-nya/ diatas 2 lantai/ >500

m2 Rumah Dinas Tipe A & B, atau C,D,&E bertingkat Rumah Sakit Klas A & B Universitas/Akademi

Istana Negara/Wisma Negara Instalasi Nuklir, instalasi hankam Laboratorium, terminal, stadion OR, rumah tahanan,

gudang benda berbahaya Bangunan Monumental, ged. Perwakilan RI

Klasifikasi Penggunaan Bangunan

SEDERHANA

TIDAK SEDERHANA

KHUSUS

Tipe Rumah Negara

Menteri/Pimpinan Lembaga Tinggi Negara

Sekjen, Dirjen, Irjen, Kepala Badan Pejabat yang setingkat ,Anggota Lbg Tinggi Neg/Dewan

Direktur, Kapus, Karo, KaKanwil Pejabat yang setingkat ,PNS Gol.IV/d dan IV/e

Kasubdit, Kabag, Kabid Pejabat yang setingkat, PNS Gol.IV/a,IV/b dan IV/c

Kasi, Kasubag, Kasubdid Pejabat yang setingkat, PNS Gol.III

PNS Gol.I dan Gol.II

Tipe Pengguna Bangunan

Khusus

A

C

D

E

B

Klasifikasi bangunan khusus, ditetapkan

berdasarkan rincian anggaran biaya (RAB)

yang dihitung tersendiri sesuai dengan

kebutuhan dan kewajaran harga yang

berlaku.

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

1. Standar luas gedung kantor;

a. Standar luas ruang gedung kantor, adalah:

1). Rata-rata 10 (sepuluh) meter persegi per personel

(Catt: Untuk Klasifikasi Bangunan tidak sederhana)

2). Rata-rata 9,6 (sembilan koma enam) meter persegi per personel (Catt: Untuk Klasifikasi Bangunan sederhana)

b. Bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang pelayanan, luasnya dihitung secara tersendiri berdasarkan analisis kebutuhan

c. Rincian standar luas ruang gedung kantor dan ruang penunjang

tercantum dalam lampiran I.

(Penambahan 25% Luas Ruang Untuk Sirkulasi)

B. Standar Luas Bangunan Gedung Negara PERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 6, 7, 8, 9.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Standar Luas bangunan gedung

negara diatur dengan Peraturan Menteri.

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

Keterangan 1. Untuk:

a. Rumah Jabatan Gubernur disetarakan dengan Rumah Tipe Khusus, kecuali luas tanah 2000m2.

b. Rumah Jabatan Bupati/Walikota disetarakan dengan Rumah Negara Tipe A, kecuali luas tanah 1000m2.

Rumah Jabatan Gubernur/Bupati/Walikota dapat ditambahkan luas ruang untuk Ruang Tamu Besar /Pendopo yang dihitung sesuai kebutuhan dan kewajaran.

2. Sepanjang tidak bertentangan dengan luasan persil yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, toleransi kelebihan tanah yang diizinkan untuk:

- DKI Jakarta : 20 %

- Ibukota Provinsi : 30 %

- Ibukota Kabupaten/Kota : 40 %

- Pedesaan : 50 %

3. Untuk rumah susun negara yang dibangun dalam wujud rumah susun, luas per unit bangunannya diperhitungkan dengan mengurangi luas garasi mobil (untuk tipe Khusus, A, dan B). Kebutuhan garasi mobil disatukan dalam luas parkir basement dan/atau halaman

Standar Luas BGN

Gedung Kantor Klasifikasi Tidak Sederhana seluas 10 m2/personil

Gedung Kantor Klasifikasi Sederhana seluas 9.6 m2/personil

Ruang Khusus atau Rg. Pelayanan Masyarakat dihitung tersendiri

Rincian Standar Luas Ruang Terlampir

Tipe Khusus : 400m2 / 1000m2 (LB/LT) Tipe A : 250m2 / 600m2 (LB/LT) Tipe B : 120m2 / 350m2 (LB/LT) Tipe C : 70m2 / 200m2 (LB/LT) Tipe D : 50m2 / 120m2 (LB/LT) Tipe E : 36m2 / 100m2 (LB/LT)

Mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh

Instansi ybs.

Jenis Luas

Gedung Kantor

Rumah Negara

BGN Lainnya

*) luas tanah Toleransi %

JABATAN

LUAS RUANG (m2)

KETERANGAN

R. KERJA

R. PENUNJANG JABATAN R. PELAYANAN

JABATAN

JML R.

TAMU

R.

RAPAT

R.

TUNGGU

R.

ISTIRAHAT

R.

SEKRET

R.

STAF

R.

SIMPAN

R.

TOILET

JML

STAF CATATAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Menteri/ Ketua

Lembaga 28.00 40.00 40.00 60.00 20.00 15.00 24.00 14.00 6.00 247.00 8

R.Staf pada setiap

jabatan

diperhitungkan

berdasarkan jumlah

personel

@ 2,2 - 3 m2/

personel, sesuai

dengan tingkat

jabatan dan

kebutuhan dari

masing-masing

K/L

2 Wakil Menteri 16.00 14.00 20.00 18.00 10.00 10.00 15.00 10.00 4.00 117.00 5

3 Eselon IA/ Anggota

Dewan 16.00 14.00 20.00 18.00 10.00 10.00 15.00 10.00 4.00 117.00 5

4 Eselon I B 16.00 14.00 20.00 9.00 5.00 7.00 4.40 5.00 3.00 83.40 2

5 Eselon II A 14.00 12.00 14.00 12.00 5.00 7.00 4.40 3.00 3.00 74.40 2

6 Eselon II B 14.00 12.00 10.00 6.00 5.00 5.00 4.40 3.00 3.00 62.40 2

7 Eselon III A 12.00 6.00 3.00 3.00 R.

Toilet

ber

sama

24.00 0

8 Eselon III B 12.00 6.00 3.00 21.00 0

9 Eselon IV 8.00 8.80 2.00 18.80 4

B.2.STANDAR LUAS BANGUNAN GEDUNG KANTOR

(1).RUANG KANTOR

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

JENIS RUANG LUAS KETERANGAN 1 2 3

1 Ruang Rapat Utama

Kementerian 140 m2 Kapasitas 100 orang

2 Ruang Rapat Utama Es. I 90 m2 Kapasitas 75 orang

3 Ruang Rapat Utama Es. II 40 m2 Kapasitas 30 orang

4 Ruang Studio 4 m2/ orang Pemakai 10% dari staf

5 Ruang Arsip 0.4 m2/ orang Pemakai seluruh staf

6 WC/ Toilet 2 m2/ 25 orang Pemakai Pejabat Es. V sd Es. III dan seluruh staf

7 Musholla 0.8 m2/ orang Pemakai 20% dari jumlah personel

(2).RUANG PENUNJANG

3. Untuk ruang kantor / ruang penunjang Anggota DPRD disetarakan dengan

ruang kantor / ruang penunjang Eselon IIA.

2. Untuk ruang kantor / ruang penunjang Walikota/Bupati disetarakan dengan

ruang kantor / ruang penunjang Eselon IA.

Keterangan :

1. Untuk ruang kantor / ruang penunjang Gubernur disetarakan dengan

ruang kantor / ruang penunjang Menteri.

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

(3) SIRKULASI 25% X (JUMLAH A + B)

Keterangan:

1. Standar luas ruang tersebut diatas merupakan acuan dasar, yang dapat

disesuaikan berdasarkan fungsi/sifat tiap eselon/jabatan.

2. Luas ruang kerja untuk Satuan Kerja dan Jabatan Fungsional dihitung

tersendiri sesuai dengan kebutuhan di luar standar luas tersebut di atas.

3. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang-ruang khusus atau

ruang pelayanan masyarakat, seperti Kantor Pelayanan Pajak, Kantor

Pelayanan Perbendaharaan Negara, kebutuhannya dihitung tersendiri, di luar

standar luas tersebut di atas.

C. Standar Jumlah Lantai Bangunan Gedung Negara PERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 10.

1. Jumlah lantai bangunan gedung negara ditetapkan paling

banyak 8 (delapan) lantai.

2. Jumlah lantai rumah negara yang tidak berupa rumah susun ditetapkan paling banyak 2 (dua) lantai.

3. Bangunan gedung negara yang dibangun lebih dari 8 (delapan) lantai harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri.

4. Jumlah lantai bangunan gedung negara yang berpengaruh

pada Koefisien / faktor pengali jumlah lantai bangunan,

besarannya ditetapkan oleh Menteri.

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

Jumlah Lantai Bangunan Koefisien / Faktor Pengali

Bangunan 2 Lantai 1,090

Bangunan 3 Lantai 1,120

Bangunan 4 Lantai 1,135

Bangunan 5 Lantai 1,162

Bangunan 6 Lantai 1,197

Bangunan 7 Lantai 1,236

Bangunan 8 Lantai 1,265

Tabel Koefisien / Faktor Pengali Jumlah Lantai bangunan,

sebagai berikut:

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

Standar Harga Satuan Tertinggi Bangunan Gedung Negara

1. Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung

negara ditetapkan secara berkala oleh Bupati/Walikota.

2. Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung

negara untuk Provinsi DKI Jakarta ditetapkan oleh

Gubernur DKI Jakarta.

3. Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara

dihitung berdasarkan formula perhitungan standar harga

satuan tertinggi yang ditetapkan oleh Menteri.

D. Standar Harga Satuan Tertinggi Bangunan Gedung

Negara (HSBGN) PERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 15.

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

D.1. STANDAR HARGA SATUAN TERTINGGI BGN (HSBGN)

Bab IV. B PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007

Standar Harga Satuan Tertinggi merupakan biaya per-m2 pelaksanaan konstruksi maksimum untuk pembangunan bangunan gedung negara, khususnya untuk pekerjaan standar bangunan gedung negara, yang meliputi pekerjaan struktur, arsitektur dan finishing, serta utilitas bangunan gedung negara.

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

Standar Harga Satuan Tertinggi pembangunan bangunan gedung negara ditetapkan secara berkala untuk setiap kabupaten/kota oleh Bupati/Walikota setempat, khusus untuk Provinsi DKI Jakarta ditetapkan oleh Gubernur.

Pembiayaan Pembangunan BGN:

Biaya Pembangunan BGN: Biaya Pekerjaan Standar

Biaya Pekerjaan Non Standar

Standar Harga Satuan Tertinggi per M2: Standar Harga BGN Klasifikasi Sederhana dan Tidak

Sederhana

Standar Harga Bangunan Rumah Negara

Ditetapkan oleh Bupati/Walikota secara berkala/tahun

berdasarkan spesifikasi teknis dan klasifikasi BGN

Komponen Biaya Pembangunan: Biaya Konstruksi Fisik

Biaya Perancangan

Biaya Pengawasan/Manajemen Konstruksi

Biaya Pengelolaan Proyek

Pembiayaan Pembangunan BGN:

Pembiayaan Bangunan tertentu: Pembangunan > 1 tahun anggaran

Bangunan dengan Desain Prototipe

Bangunan dengan Desain Berulang

Prosentase Komponen Biaya Pembangunan: Diperhitungkan dari

Bangunan Sederhana

Bangunan Tidak sederhana

Bangunan Khusus

Biaya Pekerjaan Non-Standar

Dihitung berdasarkan rincian volume kebutuhan nyata dan harga pasar yang wajar, dengan terlebih dahulu berkonsultasi kepada instansi Teknis PU;

Besarnya biaya perencanaan, manajemen konstruksi/pengawasan, dihitung berdasarkan billing-rate

Biaya Konstruksi Fisik

BIAYA PEMBANGUNAN BGN

BIAYA PEMBANGUNAN

BGN

BIAYA PEKERJAAN STANDAR

BIAYA PEKERJAAN NON STANDAR

PERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 14

PEKERJAAN STANDAR BGN

Pekerjaan Standar BGN meliputi pekerjaan : struktur, arsitektur , finishing, utilitas Dihitung berdasarkan - standar harga satuan tertinggi berdasarkan klasifikasi bangunan

gedung negara; - koefisien faktor pengali jumlah lantai bangunan; dan - luas bangunan

Biaya Pek. Standar = (HSBGN) (K) (Ltb)

HSBGN : Standar Harga Satuan Tertinggi BGN Ltb : Luas total lantai bangunan K : Koefisien jumlah lantai

PERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 14

STANDAR HARGA SATUAN TERTINGGI BGN

HSBGN : Standar Harga Satuan Tertinggi BGN Vn : Kuantitas (Volume) komponen bangunan Pek. Standar Ltb : Luas total lantai bangunan Hn : Harga komponen bangunan Pek. Standar K : Koefisien jumlah lantai

HSBGN = ∑ Vn Hn

Ltb K

PEKERJAAN STANDAR bangunan gedung negara meliputi pekerjaan : - struktur - arsitektur - finishing - utilitas

MODEL FORMULA HSBGN

PEKERJAAN STANDAR BGN

KOEFISIEN/FAKTOR PENGALI JUMLAH LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT GEDUNG NEGARA

Jumlah lantai bangunan Harga Satuan per-m2 Tertinggi

Bangunan 2 lantai 1,090 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 3 lantai 1,120 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 4 lantai 1,135 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 5 lantai 1,162 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 6 lantai 1,197 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 7 lantai 1,236 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 8 lantai 1,265 standar harga gedung bertingkat

Harga satuan tertinggi rata-rata per-m2 bangunan gedung bertingkat adalah harga satuan lantai dasar tertinggi per-m2 dikalikan dengan koefisien/faktor pengali untuk jumlah lantai yang bersangkutan

BAB IV.D.1 Permen PU No. 45/PRT/M/2007

PROSENTASE KOMPONEN PEKERJAAN BANGUNAN

GEDUNG NEGARA

Komponen Gedung Negara Rumah Negara

Pondasi 5% -10% 3% -7%

Struktur 25% - 35% 20% - 25%

Lantai 5% -10% 10% - 15%

Dinding 7% -10% 10% - 15%

Plafond 6% -8% 8% -10%

Atap 8% -10% 10% - 15%

Utilitas 5% -8% 8% -10%

Finishing 10% - 15% 15% - 20%

PEKERJAAN NON STANDAR BGN

Biaya Pek. Non Standar - dihitung berdasarkan kebutuhan nyata dan harga pasar yang wajar. - Total biaya nonstandar maksimum150% dari total biaya standar

BGN - Ketentuan lebih lanjut diatur dengan Peraturan Menteri

PERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 16

Biaya Pek. Non Standar PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007

- dihitung berdasarkan rincian volume kebutuhan nyata dan harga pasar yang wajar , setelah berkonsultasi kepada Instansi Teknis setempat;

- Besarnya biaya perencanaan, manajemen konstruksi, pengawasan

pekerjaan non-standar, dihitung, (berdasarkan billing-rate)

- Total biaya tertinggi pekerjaan non-standar maksimum sebesar 150% dari biaya pekerjaan standar, dan dapat berpedoman pada :

Jenis pekerjaan Prosentase Alat Pengkondisian Udara 10-20% dari X Elevator/Escalator 8-12% dari X Tata Suara (Sound System) 3-6% dari X Telepon dan PABX 3-6% dari X Instalasi IT (Informasi & Teknologi) 6-11 % dari X Elektrikal (termasuk genset) 7-12% dari X Sistem Proteksi Kebakaran 7-12% dari X Sistem Penangkal Petir Khusus 2-5% dari X Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) 2-4% dari X Interior (termasuk furniture) 15-25% dari X Gas Pembakaran 1-2% dari X Gas Medis 2-4% dari X Pencegahan Bahaya Rayap 1-3% dari X Pondasi dalam 7-12% dari X Fasilitas penyandang cacat & kebutuhan khusus 3-8% dari X Sarana/Prasarana Lingkungan 3-8% dari X

Basement (per m2) 120% dari Y Peningkatan Mutu *) 15-30% dari Z

37

1. Peningkatan mutu termasuk peningkatan penampilan arsitektur dan peningkatan struktur terhadap aspek keselamatan bangunan, hanya dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan yang secara teknis dapat diterima dan harus mendapatkan rekomendasi dari Instansi teknis.

2. Koefesien Basement hanya untuk 1 – 2 lapis, lebih dari itu diperlukan kajian khusus.

X = total biaya konstruksi fisik pekerjaan standar. Y = standar Harga Satuan Tertinggi per-m2. Z = total biaya komponen pekerjaan yang ditingkatkan mutunya

CATATAN :

BIAYA KESELURUHAN BANGUNAN

BIAYA KESELURUHAN BANGUNAN

BIAYA KONSTRUKSI FISIK

BIAYA MK/ BIAYA PENGAWASAN

BIAYA PERENCANAAN

BIAYA PENGELOLAAN KEGIATAN

BIAYA PEKERJAAN STANDAR

BIAYA PEKERJAAN NON STANDAR max 150% dari HSBGN Perpres 73 Pasal 16, (3)

HSBGN

PEKERJAAN NON STANDAR LAINNYA

39

1. Penyiapan lahan yang meliputi: pembentukan kualitas permukaan tanah/lahan sesuai dengan rancangan pembuatan tanda-tanda lahan, pembersihan lahan dan pembongkaran;

2. Pematangan lahan yang meliputi: pembuatan jalan dan jembatan dalam kompleks, jaringan utilitas kompleks (saluran drainase, air bersih, listrik, Iampu penerangan luar, limbah kotoran, hidran kebakaran), Iansekap/ taman, pagar fungsi khusus dan tempat parkir;

3. Penyusunan rencana tata bangunan dan Iingkungan (termasuk master plan); 4. Penyusunan studi Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); 5. Penyambungan yang meliputi: penyambungan air dari PAM/PDAM, penyambungan listrik dari

PLN, penyambungan gas dari Perusahaan Gas, penyambungan telepon dari TELKOM; 6. Bangunan penghubung antar bangunan, 7. Perizinan-perizinan khusus selain Izin Mendirikan Bangunan karena sifat bangunan, lokasi/letak

bangunan, ataupun karena luas lahan; 8. Biaya Konsultan studi penyusunan program pembangunan bangunan gedung negara, untuk

bangunan gedung yang penyusunannya memerlukan keahlian konsultan; 9. Biaya Konsultan VE, apabila Satuan Kerja menghendaki pelaksanaan VE dilakukan oleh

konsultan independen.

Besarnya biaya perencanaan, manajemen konstruksi, pengawasan pekerjaan non-standar lainnya, dihitung berdasarkan billing-rate sesuai ketentuan yang tercantum dalam keputusan Menteri Keuangan.

KOEFISIEN/FAKTOR PENGALI BANGUNAN/RUANG DENGAN FUNGSI KHUSUS

BAB IV.D.2 Permen PU No. 45/PRT/M/2007

Fungsl Bangunan/Ruang Harga Satuan per-m2 Tertinggi

ICU/ICCU/UGD/CMU 1,50 standar harga bangunan

Ruang Operasi 2,00 standar harga bangunan

Ruang Radiology 2,00 standar harga bangunan

Rawat inap 1,10 standar harga bangunan

Laboratorium 1,10 standar harga bangunan

Ruang Kebidanan dan Kandungan 1,20 standar harga bangunan

Ruang Gawat Darurat 1,10 standar harga bangunan

Power House 1,25 standar harga bangunan

Ruang Rawat Jalan 1,10 standar harga bangunan

Dapur dan Laundri 1,10 standar harga bangunan

Bengkel 1,00 standar harga bangunan

Lab. SLTP/SMA/SMK 1,15 standar harga bangunan

Selasar Luar Beratap/Teras 0,05 standar harga bangunan

ANALISIS BIAYA Analisis Biaya adalah suatu metode perhitungan yang digunakan

untuk memperkirakan (mengestimasikan) kebutuhan biaya dalam

rangka penganggaran meliputi kegiatan:

1. pembangunan baru bangunan gedung negara,

2. pengembangan komponen bangunan gedung negara, dan/atau

3. perawatan komponen bangunan gedung negara.

PROGRAM DAN PEMBIAYAAN

UNTUK PEMBANGUNAN BARU

KELENGKAPAN DATA/INFORMASI UNTUK PEMBANGUNAN BARU

A. INFORMASI TENTANG LAHAN

1. Status Hak Atas Tanah dan/atau izin pemanfaatan.

2. SKRK (SURAT KETERANGAN RENCANA KOTA); berisi tentang peruntukan dan intensitas bangunan :

a. KDB (KOEFESIEN DASAR BANGUNAN); Luas Tapak Bangunan yang diperbolehkan terbangun.

b. KLB (KOEFESIEN LANTAI BANGUNAN); Luas Maksimal yang boleh dibangun.

c. Ketinggian Maksimal Bangunan.

3. RTBL

B. INFORMASI TENTANG BANGUNAN

1. STRUKTUR ORGANISASI 2. JUMLAH PERSONIL PROYEKSI 5 TAHUN KEDEPAN 3. KEBUTUHAN DAN FUNGSI RUANG 4. PERSYARATAN KHUSUS LAINNYA

SISTEMATIKA ANALISIS BIAYA UNTUK PEMBANGUNAN BARU BANGUNAN GEDUNG NEGARA

1. INFORMASI TENTANG LAHAN

2. INFORMASI TENTANG BANGUNAN

BIAYA PEKERJAAN STANDAR

BIAYA PEKERJAAN NON STANDAR

HSBGN

TOTAL BIAYA YANG DIPERLUKAN

1. BIAYA KONSTRUKSI FISIK

2. BIAYA PERENCANAAN

3. BIAYA PENGAWASAN/ MK

4. BIAYA PENGELOLAAN KEGIATAN

ANALISIS

Nomor Surat Permohonan :

Tanggal :

I. DATA UMUM PEMOHON *)

I.1 Kementerian / Lembaga :

I.2 Nama :

I.3 Jabatan :

I.4 Satker / Satminkal :

I.5 Alamat :

II. DATA UMUM BANGUNAN *)

II.1 Nama Bangunan :

II.2 Lokasi Bangunan :

II.3 Luas Tanah :

II.4 Luas Lahan yang telah terbangun :

III. DATA KETERANGAN RENCANA KOTA *) terlampir tidak terlampir

III.1 KLB :

III.2 KDB : %

III.3 Ketinggian Maksimum : lantai

IV. TABEL STRUKTUR ORGANISASI PENGGUNA GEDUNG *)

No

1 Menteri / Ketua Lembaga

2 Wakil Menteri

3 Eselon IA / Anggota Dewan

4 Eselon IB

5 Eselon IIA

6 Eselon IIB

7 Eselon IIIA

8 Eselon IIIB

9 Eselon IV

10 Staff

V. TABEL KEBUTUHAN RUANG-RUANG KHUSUS / PELAYANAN MASYARAKAT *)

No.

A Ruang Utama

1………

2………

B Ruang Penunjang1……

C Ruang Fasilitas Lainnya

1……………….

VI. KETERANGAN / INFORMASI LAIN-LAIN **)

Catatan :

*) Wajib diisi

**) Tidak wajib diisi

( )

Lampiran Surat

KELENGKAPAN DATA CLEARENCE

Jakarta, ………………… 2011

Pemohon,

Jumlah Personil Keterangan

Nama Ruang

ttd + cap

S truktur Organisas i

Pengguna Gedung (terlamp ir)

Jabatan

KeteranganLuasan

(m2)FORM KELENGKAPAN DATA K/L PEMOHON CLEARANCE

PERKIRAAN JUMLAH PEGAWAI MINIMAL 5 TAHUN KEDEPAN

2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Pegawai

PERKIRAAN BESARAN RUANG

(m2)PER-

ESELONJML

A. RUANG UTAMA

1 Menteri/ Ketua Lembaga 1 247.00 247 m2 8 8 9

2 Wakil Menteri K/L 1 90.00 90 m2 5 5 6

3 Eselon IA/ Anggota Dewan 8 117.00 936 m2 5 40 48

4 Eselon IB 5 83.40 417 m2 2 10 15

5 Eselon IIA 48 74.40 3,571 m2 2 96 144

6 Eselon IIB 0 62.40 - m2 2 - -

7 Eselon IIIA 216 24.00 5,184 m2 1 216 432

8 Eselon IIIB 0 21.00 - m2 0 - -

9 Eselon IV 432 18.80 8,122 m2 4 1,728 2,160

10 Satpam/ staff outsourcing - 2.20 462 m2 210 210

JUMLAH - A 711 19,029 m2 2,313 3,024 7.87

KETERANGANSTAFJML

TOTAL

DILENGKAPI DENGAN

STRUKTUR

ORGANISASI, JMLH

PEGAWAI DIPREDIKSI

MINIMAL SD 5 TAHUN

KEDEPAN

JML STAF/ ESELON

SESUAI DENGAN

KEBUTUHAN

INSTANSI

DIHITUNG

BERDASARKAN

RENCANA

PENERIMAAN /

PENSIUN PEGAWAI

NO JABATAN/ NAMA RUANG ESELON

SATUAN

RUANG JMLH BESARAN

RUANG

PERSONEL

NO URAIANTAHUN

KETERANGAN2016

CONTOH

B. RUANG PENUNJANG

1R. Rapat Utama

Kementerian1 ruang 140.00 140.00 m2

2 R, Rapat Utama Es. I 9 ruang 90.00 810.00 m2

3 R. Rapat Utama Es. II 48 ruang 36.00 1,728.00 m2 1.2m2/org,…@30 org

4 Wc/Toilet 2,961.00 org 0.08 236.88 m2 2 m2/ 25 org

5 R. arsip 2,313.00 org 0.40 925.20 m2 0.4 m2/org (staf)

6 R.Ibadah/ Mushola 604.80 org 0.80 483.84 m20.8 m2/org (20% x

personel)

7 R. Studio/ Workshop 231.30 org 4.00 925.20 m2 4 m2/org (10%xstaf)

JUMLAH - B - 5,249.12 m2

JUMLAH - A+ B 24,277.92 m2

Sirkulasi x total luas lantai 25% 6,069.48 m2

TOTAL LUAS RUANG/ LANTAI 30,347.40 m2

LUAS RATA-RATA PERORANG DARI TOTAL LUAS BANGUNAN 10.04 m2 termasuk r.rpt w amen

JUMLAH LUAS

1

2

m2

25% m2

m2

m2

m2

KEB. PARKIR MOBIL: 1 MOBIL/ 100 m2 (DKI Jakarta)

-

-

30,347

C. RUANG FASILITAS LAIN SESUAI DENGAN TUPOKSI

NAMA RUANG TOTAL LUAS

DIBULATKAN 30,340

SIRKULASI

LUAS RUANG PENUNJANG

LUAS TOTAL RUANG/LANTAI

- LUAS FASILITAS LAINNYA

50

Penentuan prosentase pekerjaan non standar minimal-maksimal

sebagai berikut:

TATA CARA PENGISIAN FORM ANALISIS BIAYA

KETINGGIAN

BANGUNAN

PENGISIAN FORM

ANALISIS NON STANDAR

min max

< 4 lantai

4 - 8 lantai

> 8 lantai

• untuk bangunan di bawah 4 lantai estimasi prosentase

minimal hingga nilai tengah*

• untuk bangunan 4-8 lantai estimasi prosentase nilai

tengah*.

• untuk bangunan >8 lantai estimasi prosentase nilai

tengah hingga maksimal*.

*) Penentuan prosentase maksimal dapat digunakan pada bangunan gedung dengan derajat kompleksitas tinggi (seperti bgn khusus dan green building)

51

TATA CARA PENGISIAN FORM ANALISIS BIAYA

1. Komponen pekerjaan non standar ‘elektrikal’ termasuk genset, Panel surya (Photovoltaic panel)

2. Komponen pekerjaan non standar ‘Instalasi IT’ diantaranya: Building Automatic System (BAS), MATV, CCTV, Security system, Access card.

3. Disarankan untuk mengurangi prosentase maksimal Komponen interior, mengingat sebagian besar built-in furnitur yang melekat pada fisik bangunan gedung jumlahnya terbatas.

4. Biaya pekerjaan ‘basement’ dihitung tersendiri. 5. Seluruh biaya dalam komponen standar dan non standar sudah termasuk

biaya-biaya pajak serta jasa.

52

ANALISIS KEBUTUHAN BIAYA PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARANAMA BANGUNAN : GEDUNG - ATAHUN DIBANGUN : 2011JUMLAH TINGKAT : 3 Lantai LEMBAGA :

LUAS TOTAL LANTAI BANGUNAN : 20,000.00 m2 PEMAKAI :

LUAS LANTAI BASEMENT : 2,500.00 m2 ALAMAT :

KOEFISIEN TINGKAT BGN 1.12

:

KLASIFIKASI BANGUNAN : Tidak Sederhana

I. DASAR ANALISIS1.

2. Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) TA 2012 = 3 000 000Rp

II. KEBUTUHAN BIAYA PEKERJAAN STANDAR

A. Analisis Kebutuhan Biaya Satuan Pekerjaan Standar = Koefisien Tingkat Bangunan x HSBGN

Biaya Satuan Pekerjaan Standar = 1.120 x Rp 3,000,000 =

B. Kebutuhan Biaya Pekerjaan Standar = Luas Lantai x Biaya Satuan Pekerjaan Standar

Biaya Pekerjaan Standar = 20,000.00 x Rp 3,360,000

=

FUNGSI BANGUNAN/ RUANG KANTOR

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang Pedoman Teknis

Pembangunan Bangunan Gedung Negara

Berdasarkan pedoman satuan untuk penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD)

Tahun Anggaran 2010 yang dikeluarkan oleh Biro Prasarana dan Sarana Kota Setda Provinsi DKI Jakarta

3 360 000Rp

67 200 000 000Rp

CONTOH !!!analisis 2012

FORM ANALISIS UNTUK PEMBANGUNAN BARU GEDUNG NEGARA

53

III. KEBUTUHAN BIAYA PEKERJAAN NON STANDAR

A. Analisis Komponen Pekerjaan Non Standar

max.

1. Alat Pengkondisi Udara 20% 100 20.00

2. Elevator/Escalator 12% 100 9.00

3. Tata Suara (Sound System) 6% 100 6.00

4. Telepon/PABX 6% 100 5.00

5. Instalasi IT (Informasi & Teknologi) 11% 100 5.00

6. Elektrikal 12% 100 5.00

7. Sistem Proteksi Kebakaran 12% 100 5.00

8. Penangkal Petir Khusus 5% 100 5.00

9. Instalasi Pengolahan Air Limbah 4% 100 2.00

10. Interior (Termasuk furniture) 25% 100 2.00

11. Gas Pembakaran 2% 100 2.00

12. Gas Medis 4% 100 4.00

13. Pencegahan Bahaya Rayap 3% 100 3.00

14. Pondasi Dalam 12% 100 10.00

15. Fasilitas Penyandang Cacat 8% 100 5.00

16. Sarana/Prasarana Lingkungan 8% 100 5.00

93.00

Biaya Satuan Pekerjaan Non Standar 93.00 % x 1.120 x Rp 3,000,000 =Biaya Komponen Pekerjaan Non Standar 20,000.00 x Rp 3,124,800 =

NO. URAIAN PEKERJAAN

TERHADAP SELURUH

BANGUNAN DISULKANBOBOT

TERBANGUN

NILAI

(%)min.

10% 20.00%

8% 9.00%

3% 6.00%

3% 5.00%

6% 5.00%

7% 5.00%

7% 5.00%

2% 5.00%

2% 2.00%

15% 2.00%

1% 2.00%

2% 4.00%

1% 3.00%

7% 10.00%

3% 5.00%

3% 5.00%

3 124 800Rp 62 496 000 000Rp

< 4 LT;4-8 LT;> 8 LT; atauKHUSUS/GREEN

FORM ANALISIS UNTUK PEMBANGUNAN BARU GEDUNG NEGARA

54

B. Analisis Biaya Pekerjaan Basement

NOBOBOT

(%)

NILAI

(%)

120 13.39

C. Analisis Biaya Peningkatan Mutu

KOMPONEN PEKERJAAN max.

1 Lantai 30% 201,600,000 0.30

2 Dinding 30% 403,200,000 0.60

604,800,000 0.90

JUMLAH NILAI PEKERJAAN NON STANDAR (%) max. 107.29

D. Kebutuhan Biaya Pekerjaan Non Standar

1. Biaya Komponen Pekerjaan Non Standar =

2. Biaya Pekerjaan Basement = 3. Biaya Peningkatan Mutu = +

=

PEKERJAANLUAS

(M2)

HSBGN

(Rp.)

BIAYA

(Rp.)

Basement (per m2)……1(satu) lapis;..(>1 lapis, hitung tersendiri) 2,500.00 3,000,000 9,000,000,000

NOPEKERJAAN PROSENTASE PENINGKATAN MUTU BOBOT YANG

DITINGKATKAN (%)

BIAYA

(Rp.)

NILAI

(%)BOBOT KOMPONEN min. DIUSULKAN

10% 15% 30% 10.00

10% 15% 30% 20.00

JUMLAH

150

62 496 000 000Rp

9 000 000 000Rp

604 800 000Rp

72 100 800 000Rp

FORM ANALISIS UNTUK PEMBANGUNAN BARU GEDUNG NEGARA

55

IV. BIAYA PEKERJAAN FISIK1. BIAYA PEKERJAAN STANDAR =

2. BIAYA PEKERJAAN NON STANDAR = +

=

Dibulatkan =

V. KEBUTUHAN BIAYA PEMBANGUNAN 1. =

2. BIAYA PERENCANAAN KONSTRUKSI =

3. BIAYA MANAJEMEN KONSTRUKSI =

4. BIAYA PENGELOLAAN KEGIATAN = +

TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN =

1. ……………………………..

2. ……………………………..

67 200 000 000Rp

72 100 800 000Rp

139 300 800 000Rp

139 301 000 000Rp

BIAYA KONSTRUKSI FISIK 139 301 000 000Rp

3 709 000 000Rp

2 981 000 000Rp

709 000 000Rp

146 700 000 000Rp

TERBILANG : seratus empat puluh enam milyar tujuh ratus juta rupiah

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

MENGETAHUI : DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Catatan :

Ajuan biaya tersebut tidak mengikat pelaksanaan fisik dan perlu disesuaikan kembali dengan kondisi lapangan pada waktu pelaksanaan.

KASUBDIT PEMBINAAN PENGELOLAAN

GEDUNG DAN RUMAH NEGARA

A/N. TIM PELAKSANA KOORDINASI BANTUAN TEKNIS

TINGKAT PUSAT DAN DKI JAKARTA

IR. J. WAHYU KUSUMOSUSANTO, MUM

NIP. 110053282

FORM ANALISIS UNTUK PEMBANGUNAN BARU GEDUNG NEGARA

ANALISIS KOMPONEN BANGUNAN

UNTUK PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG

SISTEMATIKA ANALISIS BIAYA PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

EXISTING BANGUNAN :

IDENTIFIKASI TINGKAT KERUSAKAN UNTUK

MASING-MASING KOMPONEN.

KLASIFIKASI TINGKAT KERUSAKAN :

1.RINGAN

2.SEDANG

3.BERAT

HARGA SATUAN BANGUNAN PER M2

TOTAL BIAYA YANG DIPERLUKAN

1. BIAYA KONSTRUKSI FISIK

2. BIAYA PERENCANAAN

3. BIAYA PENGAWASAN/ MK

4. BIAYA PENGELOLAAN KEGIATAN

BIAYA PEKERJAAN STANDAR

BIAYA PEKERJAAN NON STANDAR

ANALISIS

LINGKUP PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG

Pekerjaan perawatan meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian bangunan, komponen, bahan

bangunan, dan/atau prasarana dan sarana berdasarkan dokumen rencana teknis perawatan bangunan gedung, dengan mempertimbangkan

dokumen pelaksanaan konstruksi.

PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG TERDIRI DARI :

• Rehabilitasi Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan

maksud menggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun struktur bangunan gedung tetap dipertahankan seperti semula, sedang utilitas dapat berubah.

• Renovasi Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian

dengan maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur, struktur maupun utilitas bangunannya

• Restorasi Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian

dengan maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap mempertahankan arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan utilitas bangunannya dapat berubah

ANALISA TINGKAT KERUSAKAN

1. Kerusakan ringan – Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama

pada komponen non-struktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai, dan dinding pengisi.

– Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah sebesar 30% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.

2. Kerusakan sedang • Kerusakan sedang adalah kerusakan pada

sebagian komponen non-struktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan lain-lain.

• Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adalah sebesar 45% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.

3. Kerusakan berat i. Kerusakan berat adalah kerusakan pada

sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.

ii. Biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.

4. Perawatan Khusus • Untuk perawatan yang memerlukan

penanganan khusus atau dalam usaha meningkatkan wujud bangunan, seperti kegiatan renovasi atau restorasi (misal yang berkaitan dengan perawatan bangunan gedung bersejarah),

• besarnya biaya perawatan dihitung sesuai dengan kebutuhan nyata dan dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Instansi Teknis setempat.

No Kategori

Kerusakan

Kriteria Kerusakan Uraian Kelaya

kan

I Roboh/Rusak

Total/Rusak Berat

Bangunan roboh atau sebagian besar komponen

struktural rusak

Tingkat Kerusakan antara 45

s/d 65 % atau diatas 65 %

1. Bangunan roboh total 2. Atap jatuh

3. Balok, kolom, plat lantai patah

4. Dinding, pintu/jendela sebagian besar runtuh/roboh

5. Sebagian besar langit-langit runtuh

6. Instalasi listrik rusak total

II Rusak Sedang

Bangunan masih berdiri,

sebagian komponen struktural

patah dan komponen non

struktural rusak

Tingkat Kerusakan antara 30

s/d 45 %

1. Bangunan masih berdiri

2. Sebagian rangka atap patah

3. Balok kolom sebagian patah

4. Sebagian kecil dinding, kusen pintu/ jendela runtuh/roboh

5. Sebagian langit-langit lepas 6. Sebagian besar instalasi listrik rusak / terputus

III Rusak

Ringan

Kelas A

Bangunan masih berdiri,

Sebagian komponen non-struktural & arsitektural rusak

Tingkat Kerusakan antara 5 s/d

30 %

1. Sebagian besar penutup atap dan langit-

langit lepas

2. Retak-retak pada plesteran kolom, balok, dan dinding tembok/dinding papan

pecah/rusak

3. Penutup lantai lepas/terkelupas

4. Sebagian instalasi rusak

Tingkat

kerusakan

20 < s/d 30 %

Kelas B

1. Sebagian kecil penutup atap lepas

2. Sebagian kecil retak-retak pada plesteran

kolom, tembok dan plesteran, serta

dinding papan terlepas

3. Sebagian plesteran terkelupas

4. Sebagian kecil instalasi rusak

Tingkat

kerusakan

10 % s/d 20 %

Kelas

C

1. Retak-retak kecil pada dinding tembok

2. Sebagian plesteran terkelupas

3. sebagian kecil daun pintu / jendela dan

engsel rusak

Tingkat

kerusakan

< 10 %

KRITERIA KERUSAKAN BANGUNAN GEDUNG

K A T E G O R I R U S A K B E R A T

TINDAKAN YANG

DIANJURKAN

• BERSIHKAN LOKASI DAN BANGUN

KEMBALI

• BANGUNAN ROBOH TOTAL

• ATAP JATUH

• BALOK, KOLOM, DAN / ATAU ATAP

PATAH

• SEBAGIAN BESAR LANGIT-LANGIT

RUNTUH

• INSTALASI LISTRIK RUSAK TOTAL

• PINTU / JENDELA RUSAK TOTAL

KOLOM PATAH

K A T E G O R I R U S A K S E D A N G

TINDAKAN YANG

DIANJURKAN

• BANGUNAN HARUS DIKOSONGKAN

• BANGUNAN DAPAT DIRUBUHKAN ATAU

DILAKUKAN RESTORASI DAN

PERKUATAN SECARA MENYELURUH

SEBELUM DIHUNI KEMBALI

SEBAGIAN

RANGKA ATAP

PATAH

PINTU/ JENDELA

RUSAK

SEBAGIAN KECIL

LANGIT-LANGIT

LEPAS

BALOK KOLOM SEBAGIAN

PATAH

SEBAGIAN INSTALASI

LISTRIK RUSAK / TERPUTUS

K A T E G O R I R U S A K R I N G A N

TINDAKAN YANG

DIANJURKAN

• BANGUNAN TIDAK PERLU DIKOSONGKAN,

BOLEH DIHUNI KEMBALI SETELAH DILAKUKAN

RESTORASI DAN PERKUATAN

• PERBAIKAN YANG BERSIFAT ARSITEKTUR AGAR

DAYA BANGUNAN TERPELIHARA

RETAK-RETAK PADA BALOK

SEBAGIAN INSTALASI RUSAK

PENUTUP ATAP LEPAS

RETAK-RETAK PADA KOLOM

68

ANALISIS KEBUTUHAN BIAYA PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA NAMA BANGUNAN : GEDUNG - BTAHUN DIBANGUN : 2011JUMLAH TINGKAT : 4 Lantai LEMBAGA :

LUAS LANTAI PERAWATAN : m2 PEMAKAI :

LUAS TOTAL LANTAI BANGUNAN : m2

LANTAI YANG DI RAWAT : Lantai 1

LUAS LANTAI BASEMENT : m2 ALAMAT :

KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN : 1.135

:

KLASIFIKASI BANGUNAN : Tidak Sederhana

I. DASAR ANALISIS

1.

2. Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) TA 2012 = 3 000 000Rp

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang Pedoman

Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara

Berdasarkan pedoman satuan untuk penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-

SKPD) Tahun Anggaran 2010 yang dikeluarkan oleh Biro Prasarana dan Sarana Kota Setda Provinsi DKI Jakarta

500

4,000

-

FUNGSI BANGUNAN/ RUANG KANTOR

FORM ANALISIS UNTUK PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

69

II. KEBUTUHAN BIAYA PERAWATAN KOMPONEN PEKERJAAN STANDAR

A. Analisis Kerusakan Komponen Pekerjaan Standar

NO. URAIAN PEKERJAAN

TERHADAP

SELURUH

BANGUNAN

BOBOT

(%)

NILAI

(%)

1. PONDASI PONDASI 10.00% - -

2. STRUKTUR KOLOM, BALOK & RING BALK 27.00% - -

PLESTERAN 2.00% 100.00 2.00

3. ATAP RANGKA ATAP 8.00% - -

PENUTUP ATAP 2.00% - -

4. LANGIT-LANGIT RANGKA LANGIT-LANGIT 3.50% - -

PENUTUP LANGIT-LANGIT 4.50% - -

5. DINDING BATU BATA/ PARTISI 4.50% - -

PLESTERAN 1.75% - -

KACA 1.25% - -

PINTU 1.00% - -

KOSEN 1.50% - -

6. LANTAI PENUTUP LANTAI 10.00% - -

7. UTILITAS INSTALASI LISTRIK 5.00% - -

INSTALASI AIR 1.50% - -

DRAINASE LIMBAH 1.50% - -

8. FINISHING FINISHING STRUKTUR (CAT) 1.00% - -

FINISHING LANGIT-LANGIT (CAT) 4.00% - -

FINISHING DINDING 6.00% - -

FINISHING PINTU/ KOSEN (CAT) 4.00% - -

100.00% 2.00

Jenis Peraw atan = PERAWATAN RINGAN RINGAN < 30%

B.= Prosentase Tingkat Kerusakan x Koef. Lantai x HSBGN SEDANG > 30% - 45%

= 2.00% x 1.135 x 0.00 x Rp 3,000,000 = BERAT > 45% - 65%

Biaya Pembongkaran = 0.00% x Rp. 68,100 = + KHUSUS > 65 %

Biaya Satuan Pekerjaan Standar =

C. Kebutuhan Biaya Pekerjaan Standar = Luas Lantai x Biaya Satuan Pekerjaan Standar

Biaya Pekerjaan Standar = 500 x Rp 68,100 = 34 050 000Rp

Analisis Kebutuhan Biaya Satuan Pekerjaan

Standar

Biaya Komponen Pekerjaan Standar 68 100Rp

0Rp

68 100Rp

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

JUMLAH NILAI TINGKAT KERUSAKAN PEKERJAAN STANDAR (%)

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

30.00%

75.00%

100.00%

100.00%

50.00%

100.00%

BOBOT

KERUSAKAN

MAKSIMUM

15.00%

30.00%

100.00%

FORM ANALISIS UNTUK PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

70

III. KEBUTUHAN BIAYA PERAWATAN KOMPONEN PEKERJAAN NON STANDAR

A. Analisis Kerusakan Komponen Pekerjaan Non Standar

NO.

TERHADAP

SELURUH

BANGUNAN

BOBOT

(%)

NILAI

(%)

1. Alat Pengkondisi Udara 20.00% - -

2. Elevator/Escalator 12.00% - -

3. Tata Suara (Sound System) 6.00% - -

4. Telepon/PABX 6.00% - -

5. Instalasi IT (Informasi & Teknologi) 11.00% - -

6. Elektrikal 12.00% - -

7. Sistem Proteksi Kebakaran 12.00% - -

8. Penangkal Petir Khusus 5.00% - -

9. Instalasi Pengolahan Air Limbah 4.00% - -

10. Interior (Termasuk furniture) 25.00% - -

11. Gas Pembakaran 2.00% - -

12. Gas Medis 4.00% - -

13. Pencegahan Bahaya Rayap 3.00% - -

14. Pondasi Dalam 12.00% - -

15. Fasilitas Penyandang Cacat 8.00% - -

16. Sarana/Prasarana Lingkungan 8.00% - -

JUMLAH NILAI TINGKAT KERUSAKAN PEKERJAAN NON STANDAR (%) 0.00

Biaya Satuan Pekerjaan Non Standar =Biaya Komponen Pekerjaan Non Standar 500 x Rp 0 =

B. Analisis Biaya Pekerjaan Basement

NO PEKERJAANLUAS

(m2)

BIAYA

(Rp.)

BIAYA

PERBAIKAN

(Rp.)

Basement (per m2) 0 0 0

C. Analisis Biaya Peningkatan Mutu

max.

1 Lantai 30% 0

2 Dinding 30% 0

0

D. Kebutuhan Biaya Pekerjaan Non Standar

1. Biaya Komponen Pekerjaan Non Standar =

2. Biaya Pekerjaan Basement =

3. Biaya Peningkatan Mutu = +

0Rp

0Rp

0Rp

- 15% 20% 0

0Rp

BIAYA

PERBAIKAN

(RP.)min. DIUSULKAN

- 15% 30% 0

120 3,000,000 10

NO KOMPONEN PEKERJAAN

NILAI

KERUSAKAN

(%)

PROSENTASE PENINGKATAN MUTUB OB OT YA N G

D IT IN GKA T KA N (%)

100.00%

100.00%

0Rp 0Rp

KOEFESIEN BASEMENT

(%)

HSBGN

(Rp.)

BOBOT

KERUSAKAN

(%)

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

URAIAN PEKERJAAN

BOBOT

KERUSAKAN

MAKSIMUM

100.00%

100.00%

FORM ANALISIS UNTUK PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

71

IV. BIAYA PEKERJAAN FISIK1. BIAYA PEKERJAAN STANDAR =

2. BIAYA PEKERJAAN NON STANDAR = +

=

Dibulatkan =

V. BIAYA PEKERJAAN PERAWATAN1. =

2. BIAYA PERENCANAAN KONSTRUKSI =

3. BIAYA PENGAWASAN KONSTRUKSI =

4. BIAYA PENGELOLAAN KEGIATAN = +

TOTAL BIAYA PERAWATAN =

1. ……………………………..

2. ……………………………..

IR. J. WAHYU KUSUMOSUSANTO, MUM

NIP. 110053282

Catatan :

Biaya tersebut tidak mengikat pelaksanaan fisik dan perlu disesuaikan kembali dengan kondisi lapangan pada waktu pelaksanaan.

MENGETAHUI : DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

KASUBDIT PEMBINAAN PENGELOLAAN

GEDUNG DAN RUMAH NEGARA

A/N. TIM PELAKSANA KOORDINASI PENGELOLAAN TEKNIS

TINGKAT PUSAT DAN DKI JAKARTA

2 000 000Rp

5 000 000Rp

44 000 000Rp

TERBILANG : empat puluh empat juta rupiah

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

34 050 000Rp

34 000 000Rp

BIAYA KONSTRUKSI FISIK 34 000 000Rp

3 000 000Rp

34 050 000Rp

0Rp

FORM ANALISIS UNTUK PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

Pemeliharaan & Perawatan:

• Umur bangunan : 50 tahun, depresiasi 2%/tahun, salvage value minimum 20%.

• Perawatan : tergantung tingkat kerusakan, ringan (30%), sedang (45%), atau berat (65%).

• Penentuan tingkat kerusakan dengan rekomendasi Instansi Teknis PU.

• Pemeliharaan per-m2/tahun BGN sebesar 2% dari harga standar per-m2 tertinggi yang berlaku.

TERIMA KASIH