kementerian keuangan republik indonesia...domisili (skd) wajib pajak luar negeri (wpln) yang...
TRANSCRIPT
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Yth. 1. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak
3. Kepala Kantor Layanan Informasi dan Pengaduan
4. Para Kepala Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)
di seluruh Indonesia
SURAT EDARAN
NOMOR SE- 54 /PJ/2015
TENTANG
STANDAR PROSEDUR OPERASI (STANDARD OPERATING PROCEDURES) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN
A. Umum
Sehubungan dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 601/KMK.01/2015 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 187/KMK.01/2010 Tentang Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedures) Layanan Unggulan Kementerian Keuangan, maka perlu disusun petunjuk pelaksanaan penyelesaian permohonan yang ditetapkan sebagai layanan unggulan bidang perpajakan.
B. Maksud dan Tujuan
Penerbitan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi Kantor Pelayanan Pajak dalam rangka penyelesaian permohonan yang ditetapkan sebagai layanan unggulan bidang perpajakan.
Penerbitan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini bertujuan agar penyelesaian permohonan yang ditetapkan sebagai layanan unggulan bidang perpajakan dapat berjalan dengan baik, dan terdapat keseragaman dalam pelaksanaannya.
C. Ruang Lingkup...
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini meliputi prosedur, persyaratan,
dan jangka waktu penyelesaian permohonan yang ditetapkan sebagai layanan unggulan
bidang perpajakan.
D. Dasar
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 601/KMK.01/2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 187/KMK.01/2010 Tentang Standar
Prosedur Operasi (Standard Operating Procedures) Layanan Unggulan Kementerian
Keuangan;
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139/PMK.01/2006 tentang Pedoman
Penyusunan Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedure) Di
Lingkungan Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 55/PM.1/2007;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
E. Materi
1. Daftar Layanan Unggulan bidang perpajakan adalah sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak ini.
2. Prosedur penyelesaian permohonan yang ditetapkan sebagai layanan unggulan bidang perpajakan adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
ini.
3. Administrasi layanan legalisasi salinan dokumen Wajib Pajak berupa Surat Keterangan Domisili (SKD) Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) yang menerima atau memperoleh
penghasilan melalui Kustodian (form-DGT 2), adalah sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak ini.
F. Lain-Lain
1. Dalam rangka memastikan kelengkapan berkas permohonan Wajib Pajak, Kepala Kantor
dapat menugaskan Account Representative pada Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
melalui Help Desk untuk membantu penelitian kelengkapan setiap permohonan yang
disampaikan Wajib Pajak sebelum disampaikan kepada Tempat Pelayanan Terpadu
(TPT) Seksi Pelayanan.
2. Apabila terdapat perubahan ketentuan yang mengatur prosedur sebagaimana ditetapkan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini, maka prosedur tersebut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Dengan...
DIRE•TUR JE ilDEP/L
°RA I
UR JENDERAL PAJAK,
CAF RIADI PRAMUDITO LI- MP 19'909171987091001
3. Dengan berlakunya Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini, maka Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2010 tentang Standard Operating Procedure (SOP) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
4. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan.
Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh tanggung jawab.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 10 Juli 2015
Tembusan : 1. Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak 2. Para Direktur dan Tenaga Pengkaji di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak 3. Kepala Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
LAMPIRAN I
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE- 54 /PJ/2015
TENTANG
STANDAR PROSEDUR OPERASI (STANDARD OPERATING PROCEDURES) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN
IADI PRAMUDITO LL✓
9 909171987091001
LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 54 iPJ/2015 Tanggal 10 Juli 2015
DAFTAR LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN
No. Jenis Layanan Jangka Waktu Penyelesaian
1 Pelayanan Permohonan Legalisasi Salinan Dokumen Wajib Pajak Berupa SKD WPLN yang Menerima atau Memperoleh Penghasilan melalui Kustodian (Form-DGT 2)
Paling lama 2 (dua) hari kerja berikutnya sejak dokumen diterima secara lengkap dari Wajib Pajak
2 Pelayanan Permohonan Surat Keterangan Fiskal (SKF) Wajib Pajak
Paling lama 15 (lima betas) hari kerja sejak surat permohonan diterima secara lengkap
3 Pelayanan Permohonan Penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) Cetak Ulang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor Perkebunan, Sektor Perhutanan, Sektor Pertambangan, dan Sektor Lainnya
Paling lama 1 (satu) hari kerja berikutnya sejak dokumen diterima secara lengkap dari Wajib Pajak
4 Pelayanan Permohonan Pemindahbukuan (Pbk) karena adanya kelebihan pembayaran pajak atau karena salah atau kurang jelas mengisi Surat Setoran Pajak (SSP)
Paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah dokumen diterima secara lengkap
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
LAMPIRAN II
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE- 54 /PJ/2015
TENTANG
STANDAR PROSEDUR OPERASI (STANDARD OPERATING PROCEDURES) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN
LAMPIRAN II
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor I SE- 54 /PJ/2015 Tanggal : 10 Juli 2015
STANDAR PROSEDUR OPERASI (STANDARD OPERATING PROCEDURE) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN
1. Pelayanan Permohonan Legalisasi Salinan Dokumen Wajib Pajak Berupa SKD WPLN yang Menerima atau Memperoleh Penghasilan melalui Kustodian (Form-DGT 2).
a. Deskripsi: Layanan ini merupakan layanan atas permohonan legalisasi SKD khusus Form-DGT 2 milik WPLN yang diajukan melalui Kustodian ke Kantor Pelayanan Pajak tempat di mana Kustodian terdaftar. Salinan SKD yang telah dilegalisasi tersebut akan dipergunakan oleh Wajib Pajak Dalam Negeri sebagai persyaratan administrasi ketika melakukan pemotongan/pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 26 atas penghasilan yang dibayar kepada WPLN dimaksud.
b. Dasar Hukum: b.1. Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan.
b.2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2009 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda s.t.d.d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2010.
b.3. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-114/PJ/2009 tentang Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2009 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-62/PJ/2009 tentang Pencegahan Penyalahgunaan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda
c. Pihak yang DilayanilStakeholder: Wajib Pajak (Kustodian)
d. Janji Layanan: d.1. Jangka waktu penyelesaian paling lama 2 (dua) hari kerja berikutnya
sejak dokumen diterima secara lengkap dari Wajib Pajak. d.2. Tidak ada biaya atas jasa pelayanan. d.3. Persyaratan administrasi:
1) Surat Permohonan Legalisasi SKD (format bebas namun menggunakan format yang lazim digunakan)
2) Fotocopy SKD yang akan dilegalisasi 3) Asli SKD (dalam hal Wajib Pajak baru pertama kalinya mengajukan
legalisasi).
it
-2-
e. Proses: • Awal :
Wajib Pajak mengajukan permohonan legalisasi SKD kepada Kantor Pelayanan Pajak melalui TPT. Pihak yang menandatangani legalisasi adalah Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Proses penelitian kelengkapan atas asli SKD sesuai ketentuan yang berlaku, yaitu: a. menggunakan formulir sesuai ketentuan; b. telah diisi oleh WPLN dengan lengkap; c. telah ditandatangani oleh WPLN atau diberi tanda yang setara
dengan tanda tangan sesuai dengan kelaziman di negara mitra Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B);
d. telah disahkan oleh pejabat yang berwenang, wakilnya yang sah, atau pejabat kantor pajak yang berwenang di negara mitra P3B, yang dapat berupa tanda tangan atau diberi tanda yang setara dengan tanda tangan sesuai dengan kelaziman di negara mitra P3B.
• Akhir: Pelaksana Seksi Pengawasan & Konsultasi I menyampaikan SKD asli ke Seksi Pelayanan untuk ditatausahakan dan salinan dokumen yang telah dilegalisasi kepada Wajib Pajak.
f. Keluaran/Hasil Akhir (output): Salinan SKD yang telah dilegalisasi.
-3-
g. Bagan Arus (flowchart):
Pelayanan Permohonan Legalisasi Salinan Dokumen Wajib Pajak Berupa Surat Keterangan Domisili (SKD) ,Wajib Pajak Luar Negeri yang Menerima atau Memperoleh Penghasilan Melalui Kustodian (Form-DGT 2)
Wajib Pajak Sub Bagian Umum Pelaksana Seksi Pengawasan Kepala Seksi Pengawasan
Kepala
Seksi Pelayanan & Pelugas TPT & & Kantor
KI Konsultasi I Konsultasi I
Pelayanan
Pajak
Pennohonan Legalisasi SKD
! I lotoc
Scat Pemelenan _4. Lag&ahsamo SKD all Menten
f Mu ai
Menenrna, menela dan
rneneradkan BPS Oan LPAD surat
perrnohonan
Surat Permohonan Legalisasi, SKD !
ash htaapynye
SO-P' Tata Cara
Penatattsalaa •
WP n Dokurnen
SKD ash
Seim doktanen Yang
tWh diegalisasi
Satnan SKD I yang tenth L dilegaltsast
Menyampaikan kepada WP
'1.-Ye
BPS
SKD asli 14_
Salnan dokumen yang elah Negalisatt
fJ
oP al
Penampaan Doksi
Prnen
KPP
*) ask SKD dtsampaitan dalamhal WP pertame Itallnya mengapukan Mgalsesi
2. Pelayanan Permohonan SKF Wajib Pajak
a. Deskripsi: Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan SKF Wajib Pajak. Permohonan dilakukan di KPP tempat dimana Wajib Pajak terdaftar. Dalam hal Wajib Pajak yang mengajukan permohonan SKF mempunyai cabang, maka permohonan diajukan oleh Wajib Pajak Pusat kepada Direktur Jenderal Pajak melalui KPP tempat Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak dimaksud diadministrasikan. Kepala KPP a.n. Direktur Jenderal Pajak akan menerbitkan SKF atau Surat Penolakan Pemberian SKF.
SBbYi
-4-
b. Dasar Hukum:
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2014 Tentang Tata Cara Pemberian Surat Keterangan Fiskal oleh Direktur Jenderal Pajak.
c. Pihak yang Dilayani/Stakehoider:
Wajib Pajak.
d. Janji Layanan: d.l. Jangka waktu penyelesaian paling lama 15 (lima belas hari) kerja sejak
surat permohonan diterima secara lengkap.
d.2. Tidak ada biaya atas jasa pelayanan.
d.3. Persyaratan administrasi:
1) fotokopi SPT Tahunan PPh untuk Tahun Pajak terakhir;
2) fotokopi tanda terima pelaporan SPT Tahunan PPh untuk Tahun Pajak terakhir;
3) fotokopi SSP PPh Pasal 29 untuk Tahun Pajak terakhir dalam hal terdapat pembayaran dan/atau fotokopi surat persetujuan mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang terutang, dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan menunda atau mengangsur pembayaran pajak yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) Undang-Undang KUP;
4) fotokopi SPPT PBB Tahun Pajak terakhir, dalam hal kewenangan pemungutannya berada di Direktorat Jenderal Pajak;
5) fotokopi Surat Tanda Terima Setoran PBB Tahun Pajak terakhir, dalam hal kewenangan pemungutannya berada di Direktorat Jenderal Pajak;
6) fotokopi SPT Masa untuk 3 (tiga) Masa Pajak terakhir; 7) fotokopi bukti pelaporan SPT Masa untuk 3 (tiga) Masa Pajak
terakhir; 8) fotokopi SSP SPT Masa untuk 3 (tiga) Masa Pajak terkahir, dalam
hal terdapat pembayaran dalam SPT Masa dimaksud; 9) pernyataan bahwa tidak sedang dalam penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan.
e. Proses: • Awal
Wajib Pajak mengajukan permintaan SKF kepada KPP melalui TPT.
• Akhir: Pelaksana Seksi Pelayanan menatausahakan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan menyampaikan SKF/Surat Penolakan Pemberian SKF ke Subbagian Umum untuk dikirimkan kepada Wajib Pajak.
f. Keluaran/Hasil Akhir (output): SKF atau Surat Penolakan Pemberian SKF.
-P Pan Sae
Subbag umurn
& HI
Bole P
ieo
m, PYAP
uayymn
iugPUr
Pon
Pr
o lun
asnenn
, Iborant Pena., PI! !PP!~ WO
i
un Pm
Pn
mmnsm ' AN! e PW
a°mn
ti
On rr,grken
vl
W.VA.
seP Pwin
""',7.="
POI!
! Verb. LHPJnl.re . awe L.! Pnrapqap P.15.1
0,...., P•veer•- Sum
du! !ups, P..
PrerangenPraapP!..
1111.
kcoun•s Keptla Sq. Pengarlann Pan
✓onsuirm,
name,' Senn
%dyne!)
-5-
g. Bagan Arus (flowchart):
vAN e P
3. Pelayanan Permohonan Penerbitan SPPT Cetak Ulang PBB Sektor Perkebunan, Sektor Perhutanan, Sektor Pertambangan, dan Sektor lainnya.
a. Deskripsi: Layanan ini merupakan pemberian pelayanan kepada Wajib Pajak dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan cetak ulang penerbitan SPPT PBB Sektor Perkebunan, Sektor Perhutanan, Sektor Pertambangan, dan Sektor lainnya. Permohonan cetak ulang penerbitan SPPT PBB Sektor Perkebunan, Sektor Perhutanan, Sektor Pertambangan, dan Sektor lainnya diajukan Wajib Pajak kepada Direktur Jenderal Pajak melalui KPP yang mengadministrasikan Objek PBB Sektor Perkebunan, Sektor Perhutanan, Sektor Pertambangan, dan Sektor lainnya.
b. Dasar Hukum: b.1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak
b.2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 595/KM.1/2013 tentang Uraian Jabatan Struktural Instansi Vertikal dan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
it
-6-
b.3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1470/KM.1/2012 tentang Uraian Jabatan Pelaksana di Lingkungan Instansi Vertikal dan Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Pajak
b.4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2015 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang untuk Sektor Perkebunan, Sektor Perhutanan, Sektor Pertambangan, dan Sektor lainnya.
c. Pihak yang Dilayani/Stakeholder. Wajib Pajak.
d. Janji Layanan: d.1. Jangka waktu penyelesaian paling lama 1 (satu) hari kerja berikutnya
sejak dokumen diterima secara lengkap dari Wajib Pajak. d.2. Tidak ada biaya atas jasa pelayanan. d.3. Persyaratan administrasi:
i. Surat Permohonan Wajib Pajak; ii. Fotokopi SPPT PBB tahun pajak sebelumnya; iii. Fotokopi bukti pembayaran PBB tahun pajak sebelumnya.
e. Proses: • Awal : Wajib Pajak mengajukan permohonan pencetakan ulang SPPT
PBB ke KPP • Akhir : Pelaksana Seksi Pelayanan menyampaikan Salinan SPPT PBB
cetak ulang menggunakan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP
f. Keluaran/Hasil Akhir (output): SPPT PBB cetak ulang.
-7-
g. Bagan Arus (flowchart):
Pelayanan Permohonan Penerbitan SPPT Cetak Ulang PBB Sektor Perkebunan, Sektor Perhutanan, Sektor Pertambangan, dan Sektor lainnya
Wajib Pajak Petugas TPT Pelaksana Seksi Pelayanan
Kepala Seksi Pelayanan Kepala Kantor
( Mulai ) Permohonan
Penerbitan SPPT Cetak
Ilf •
1 Melakukan SPPT 1 : Cetak Ulang 1
14
I
III Ulang
Permohonan Penerbitan SPPT Cetak
Ulang
---_____/— -111.-
_ -fri
err-l —j--Inta, mane 11. I
menerbitkan BPS/ 1 ,
LPAD, merekam dan :
meneruskan surat 1 permohonan beserta
dokumen
----- 1,..._______--!--
fI Meneliti clan
menugaskan untuk menerbitkan SPPT
Cetak Ulang
BPS 14 1_, ,..,
kelenokapannva 1 lif
I
Konsep SPPT Cetak Ulang
--'1
memaraf konsep SPPT Cetak
4 Konsep SPPT
Meneliti dan Cetak Ulang menandatangani 1
Konsep SPPT Cetak Ulang
-- -r- --- I '
i
hi
SPPT Cetak
thong
'-'1
1---- '
/so;TC1'‘ \
PeDonZuammeP:tn \:PP..." 114---i-
i s pMpe_ rn y er nt apka iuk rn g
/1
--) Selesai
4. Pelayanan Permohonan Pbk karena adanya kelebihan pembayaran pajak atau karena salah atau kurang jelas mengisi SSP
a. Deskripsi: Pbk adalah suatu proses memindahbukukan penerimaan pajak untuk dibukukan pada penerimaan pajak yang sesuai. Permohonan Pbk diajukan ke Direkorat Jenderal Pajak melalui KPP tempat pembayaran
diadministrasikan menggunakan surat permohonan Pbk.
b. Dasar Hukum: Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak.
c. Pihak yang Dilayani/Stakeholder: Wajib Pajak.
-8-
d. Janji Layanan: d.1. Jangka waktu penyelesaian paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah
dokumen diterima secara lengkap. d.2. Tidak ada biaya atas jasa pelayanan. d.3. Pbk yang dapat dilayani :
1) Pbk karena adanya kesalahan dalam pengisian formulir SSP, Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak (SSPCP), baik menyangkut Wajib Pajak sendiri maupun Wajib Pajak lain;
2) Pbk karena adanya kesalahan dalam pengisian data pembayaran pajak yang dilakukan melalui sistem pembayaran pajak secara elektronik sebagaimana tertera dalam Bukti Penerimaan Negara (BPN);
3) Pbk karena adanya kesalahan perekaman atas SSP, SSPCP, yang dilakukan Bank Persepsi/Pos Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi Mata Uang Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014;
4) Pbk karena kesalahan perekaman atau pengisian Bukti Pbk oleh pegawai Direktorat Jenderal Pajak;
5) Pbk dalam rangka pemecahan setoran pajak dalam SSP, SSPCP, BPN, atau Bukti Pbk menjadi beberapa jenis pajak atau setoran beberapa Wajib Pajak, dan/atau objek pajak PBB;
6) Pbk karena jumlah pembayaran pada SSP, BPN, atau Bukti Pbk lebih besar daripada pajak yang terutang dalam SPT, Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, SPPT, Surat Ketetapan Pajak PBB atau Surat Tagihan Pajak PBB;
7) Pbk karena jumlah pembayaran pada SSPCP atau Bukti Pbk lebih besar daripada pajak yang terutang dalam pemberitahuan pabean impor, dokumen cukai, atau surat tagihan/surat penetapan; dan
8) Pbk karena sebab lain yang diatur oleh Direktur Jenderal Pajak. d.4. Persyaratan administrasi :
1) surat permohonan Pbk; 2) asli SSP (lembar ke-1), asli SSPCP (lembar ke-1), asli Bukti Pbk
(lembar ke-1), dokumen BPN, atau asli bukti pembayaran PPh dalam Mata Uang Dollar Amerika Serikat yang dimohonkan untuk dipindahbukukan;
3) ash surat pernyataan kesalahan rekam dari pimpinan Bank/Bank Devisa/Kantor Pos Persepsi tempat pembayaran dalam hal permohonan Pbk diajukan karena kesalahan perekaman oleh petugas Bank/Bank Devisa/Pos Persepsi;
4) asli pemberitahuan pabean impor, asli dokumen cukai, atau asli surat tagihan/Surat Penetapan dalam hal permohonan Pbk diajukan atas SSPCP;
-9-
5) fotokopi Kartu Tanda Penduduk penyetor atau pihak penerima Pbk,
dalam hal permohonan Pbk yang diajukan atas SSP, SSPCP, BPN, atau Bukti Pbk yang tidak mencantumkan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) atau 9 (sembilan) digit pertama NPWP
mencantumkan angka 0 (nol);
6) fotokopi Kartu Tanda Penduduk penyetor atau pihak penerima Pbk
dalam hal penyetor melakukan kesalahan pengisian NPWP;
7) surat pernyataan dari Wajib Pajak yang nama dan NPWP-nya
tercantum dalam SSP bahwa SSP tersebut sebenarnya bukan pembayaran pajak untuk kepentingannya sendiri dan tidak keberatan dipindahbukukan dalam hal nama dan NPWP pemegang asli SSP (yang mengajukan permohonan Pbk) tidak sama dengan
nama dan NPWP yang tercantum dalam SSP.
e. Proses: • Awal : Wajib Pajak membuat permohonan Pbk dan disampaikan :
1) secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak tempat pembayaran diadministrasikan; atau
2) melalui pos atau jasa pengiriman dengan bukti pengiriman surat ke KPP tempat pembayaran diadministrasikan.
• Akhir : Bukti Pbk ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP) ke Wajib Pajak atau ke KPP yang meneruskan permohonan untuk kemudian disampaikan ke Wajib Pajak.
f. Keluaran/Hasil Akhir (output): Bukti Pbk atau tidak menerbitkan Bukti Pbk serta memberitahukan secara
tertulis kepada Wajib Pajak.
4
—1-01'MON. dan nendatenpano
REKTUR JENDERAL,
IADI PRAMUDITO 95 09171987091001
Pelaksana Seksi Account Kepala Saks! Kepala Saks! Subbagan Umum
Wajib Pajak Petugas TPT Pengawasan dan
Pelayanan Representative Pelayanan Konsultasil KI
Kepala KPP
Kamp BuRe Permedaltmemen
SOP Tab Can Pgmetasahean Doemnen Wg
Se:me ) Sub
Peenneelitulemre Mendable
wr meimmultan —04 perm: Mogan OM
' Swat Permononse ptk
euM Penermsen Sent (BPS)
Menem, dan menelt SUIBt
1110h0Nn
I (*sena **omen ! Xelengeapannya
re I_
I--
1 Cobs BFSLPAD .—
MenemBEIKOesee
Penendengulneen
Sgra. pemeononan - i PM
• Melakulue
Pemearnen data Pee seea
mentual knnsep DuNi NA dan ,
erne penelean Pt*
•
Leman PeneMen dan Yoneep But Peenmesed•uan iTgemeelum clan
menandatangam leers imam
memandelargam '
me
Mene10 don newel
-10-
g. Bagan Arus (flowchart)
Pelayanan Permohonan Pbk
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
LAMPIRAN III
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE- 54 /PJ/2015
TENTANG
STANDAR PROSEDUR OPERASI (STANDARD OPERATING PROCEDURES) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN
LAMPIRAN III Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE- 54 /PJ/2015 Tanggal : 10 Juli 2015
ADMINISTRASI LAYANAN PERMOHONAN LEGALISASI SALINAN DOKUMEN WAJIB PAJAK BERUPA SURAT KETERANGAN DOMISILI (SKD) WAJIB PAJAK LUAR NEGERI YANG MENERIMA ATAU MEMPEROLEH PENGHASILAN MELALUI KUSTODIAN (FORM-DGT 2)
1. Stempel legalisasi agar disediakan oleh KPP dengan contoh stempel adalah sebagai
berikut:
Mengetahui:
Salinan sesuai dengan dokumen yang difotokopi
Kepala Kantor Pelayanan Pajak
(Tanda tangan).
Nama lengkap
NIP
2. Tanggal legalisasi dapat berupa tulisan tangan atau stempel tanggal dibuat berdekatan
dengan/didalam kotak stempel legalisasi.
3. Asli SKD WPLN form-DGT 2 wajib disimpan oleh KPP yang melegalisasi (diarsipkan
oleh Seksi Pelayanan). (PER-61/PJ/2009 Lampiran I, A butir 10)
4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I mengadministrasikan dokumen SKD yang telah
dilegalisasi dengan membuat buku register legalisasi SKD dengan contoh sebagai
berikut :
No Nama WP
Nomor BPS
Tanggal mengajukan permohonan
Tanggal legalisasi diberikan
Keterangan *)
Diterima WP Diserahkan ke Subag Umum
dan KI
Nama Paraf Tanggal Tanggal Paraf
eNL
PRIADI PRAMUDITO
IP 195909171987091001
-2-
*) Dalam hal Wajib Pajak mengambil langsung dokumen SKD yang telah dilegalisasi ,
maka Wajib pajak memberikan tanda terima dengan menandatangani pada buku
register dengan memberikan nama, paraf dan tanggal. Dalam hal dokumen yang
telah dilegalisasi tidak diambil langsung oleh Wajib Pajak, maka petugas Seksi
Pengawasan dan Konsultasi I menyerahkan dokumen yang telah dilegalisasi
tersebut ke Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal untuk dikirim ke alamat Wajib
Pajak melalui pos/jasa ekspedisi/kurir (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di
KPP). Pada buku register agar diberi catatan bahwa dokumen dikirim melalui
pos/jasa ekspedisi/kurir dan tanggal dokumen diserahkan ke Subbag Umum dan
Kepatuhan Internal.