kementerian keuangan republik indonesia · 2014. 6. 12. · asosiasi auditor intern pemerintah...

2
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA GEDUNG DJUANDA I LANTAI11, JL. DR. WAHIDIN NOMOR I, JAKARTA 10710 KOTAK POS 21 TELEPON (021) 3852143, 3449230 (20 saluran); FAKSIMILE (021) 3500842; SITUS: www.kemenkeu.go.id KETERANGAN PERS Peran APIP Dalam Mengantisipasi Implikasi Hukum Atas Kebijakan Publik Dalam membuat kebijakan publik, penyelenggara negara diharapkan berusaha sekeras mungkin membuat kebijakan yang sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, penerapan prinsip kehati-hatian yang dilandasi dengan itikad baik merupakan syarat utama dalam suatu pengambilan kebijakan publik. Namun demikian, tidak ada jaminan bahwa penerapan prinsip tersebut dapat mengeliminasi potensi permasalahan hukum di kemudian hari. Sebagai contoh, belum ada kepastian apakah seorang pengambil kebijakan publik dapat terlepas atau justru terjaring jerat kriminalisasi apabila keputusan yang diambilnya ternyata mengakibatkan kerugian negara. Dengan latar belakang tersebut, Kementerian Keuangan bekerjasama dengan Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) berinisiatif menyelenggarakan Konferensi Auditor Intern Pemerintah Tahun 2014 pada hari Kamis, 12 Juni 2014, bertempat di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan. Acara ini diikuti oleh sekitar 500 orang peserta yang terdiri dari Pimpinan Kementerian/Lembaga, Gubernur/8upatil Walikota, seluruh Inspektur Jenderai/inspektur Utama, seluruh Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama, dan beberapa pimpinan Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) pemerintah daerah. Dalam konferensi ini peserta diharapkan dapat memperoleh pemahaman mengenai kriteria kesalahan dalam pengambilan kebijakan publik. Putusan bersalah bagi seorang pembuat kebijakan apakah hanya berdasarkan pada ada tidaknya unsur merugikan keuangan negara atau menguntungkan pihak tertentu, ataukah juga mempertimbangkan ada tidaknya vested interest atau benturan kepentingan (conflict of interest) dalam pembuatan kebijakan. Di samping itu, peserta diharapkan juga dapat memperoleh wawasan mengenai apakah pelanggaran di ranah hukum administrasi negara dapat dikategorikan perbuatan melawan hukum di ranah hukum pidana. Dengan demikian APIP telah memperoleh pemahaman yang cukup terkait implikasi hukum dalam pengambilan kebijakan publik. APIP diharapkan dapat merumuskan langkah- langkah strategis yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi dan membantu meminimalisasi risiko terjadinya permasalahan hukum di lingkup instansi masing-masing. APIP harus dapat memberikan masukan kepada pembuat kebijakan mengenai risiko yang mungkin terjadi dan upaya preventif yang perlu dipertimbangkan agar pembuat kebijakan tidak terjerembab

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    GEDUNG DJUANDA I LANTAI11, JL. DR. WAHIDIN NOMOR I, JAKARTA 10710 KOTAK POS 21TELEPON (021) 3852143, 3449230 (20 saluran); FAKSIMILE (021) 3500842; SITUS: www.kemenkeu.go.id

    KETERANGAN PERS

    Peran APIP Dalam Mengantisipasi Implikasi Hukum Atas Kebijakan Publik

    Dalam membuat kebijakan publik, penyelenggara negara diharapkan berusaha

    sekeras mungkin membuat kebijakan yang sesuai dengan aturan perundang-undangan yang

    berlaku. Selain itu, penerapan prinsip kehati-hatian yang dilandasi dengan itikad baik

    merupakan syarat utama dalam suatu pengambilan kebijakan publik. Namun demikian, tidak

    ada jaminan bahwa penerapan prinsip tersebut dapat mengeliminasi potensi permasalahan

    hukum di kemudian hari. Sebagai contoh, belum ada kepastian apakah seorang pengambil

    kebijakan publik dapat terlepas atau justru terjaring jerat kriminalisasi apabila keputusan

    yang diambilnya ternyata mengakibatkan kerugian negara.

    Dengan latar belakang tersebut, Kementerian Keuangan bekerjasama dengan

    Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) berinisiatif menyelenggarakan

    Konferensi Auditor Intern Pemerintah Tahun 2014 pada hari Kamis, 12 Juni 2014, bertempat

    di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan. Acara ini diikuti oleh sekitar 500 orang

    peserta yang terdiri dari Pimpinan Kementerian/Lembaga, Gubernur/8upatil Walikota,

    seluruh Inspektur Jenderai/inspektur Utama, seluruh Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama,

    dan beberapa pimpinan Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) pemerintah daerah.

    Dalam konferensi ini peserta diharapkan dapat memperoleh pemahaman mengenai

    kriteria kesalahan dalam pengambilan kebijakan publik. Putusan bersalah bagi seorang

    pembuat kebijakan apakah hanya berdasarkan pada ada tidaknya unsur merugikan

    keuangan negara atau menguntungkan pihak tertentu, ataukah juga mempertimbangkan ada

    tidaknya vested interest atau benturan kepentingan (conflict of interest) dalam pembuatan

    kebijakan. Di samping itu, peserta diharapkan juga dapat memperoleh wawasan mengenai

    apakah pelanggaran di ranah hukum administrasi negara dapat dikategorikan perbuatan

    melawan hukum di ranah hukum pidana.

    Dengan demikian APIP telah memperoleh pemahaman yang cukup terkait implikasi

    hukum dalam pengambilan kebijakan publik. APIP diharapkan dapat merumuskan langkah-

    langkah strategis yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi dan membantu meminimalisasi

    risiko terjadinya permasalahan hukum di lingkup instansi masing-masing. APIP harus dapat

    memberikan masukan kepada pembuat kebijakan mengenai risiko yang mungkin terjadi dan

    upaya preventif yang perlu dipertimbangkan agar pembuat kebijakan tidak terjerembab

  • dalam pelanggaran hukum. Pemberian pertimbangan seperti ini akan meningkatkan peran

    APIP dalam memberikan asistensi dan konsultasi aspek kebijakan publik. Selain itu, di masa

    mendatang APIP diharapkan dapat melakukan evaluasi secara komprehensif atas kebijakan

    publik, terutama untuk aspek hukum atas kebijakan tersebut. Untuk itu, APIP perlu

    merumuskan suatu metode evaluasi yang tepat serta senantiasa mengembangkan

    kompetensi agar dapat melakukan evaluasi kebijakan publik yang bernilai tambah.

    Selanjutnya, terkait perubahan paradigma pengawasan, tidak berarti bahwa APIP

    dapat meninggalkan peran sebagai penjaga dengan tetap melakukan aktivitas inspeksi,

    observasi, perhitungan, cek dan ricek yang bertujuan untuk memastikan ketaatan/kepatuhan

    terhadap ketentuan, peraturan atau kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam perannya

    sebagai penjaga, APIP melakukan compliance audit dan memberikan saran koreksi atau

    perbaikan apabila ditemukan penyimpangan dalam audit. Peran penjaga biasanya

    menghasilkan saran/rekomendasi yang mempunyai impact jangka pendek. Oleh karena itu,

    APIP perlu memperluas perannya agar dapat memperbesar nilai tambah (added value) bagi

    organisasi melalui pemberian rekomendasi yang memberikan impact jangka menengah

    maupun jangka panjang.

    Selain sebagai penjaga, APIP diharapkan dapat menjalankan peran sebagai

    konsultan. Dalam kapasitas sebagai konsultan, APIP diharapkan dapat memberikan manfaat

    berupa pemberian nasihat dalam pengelolaan sumber daya organisasi sehingga dapat

    membantu tugas para manajer operasional. Proporsi pelaksanaan pengawasan mulai

    diberikan kepada audit kinerja dengan tujuan untuk menyakinkan bahwa organisasi telah

    memanfaatkan sumber daya organisasi secara ekonomis, efisien dan efektif (3E) dalam

    rangka pencapaian tujuannya. Melalui pelaksanaan peran sebagai konsultan inilah, APIP

    dapat memberikan rekomendasi yang bersifat preventif dan perbaikan untuk jangka

    menengah dan jangka panjang.

    Informasi lebih lengkap mengenai penyelenggaraan konferensi tersebut tersedia

    pada website Kementerian Keuangan dan dapat diakses melalui alamat

    www.kemenkeu.go.id