kemenag 67 tahun dan gayung itu pun terus...

4
6 MPA 316 / Januari 2013 Sebab Kementerian Agamalah yang menjalankan roda pemerintahan da- lam membangun bangsa di bidang moral dan spiritual dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui perjuangan panjang dan upaya yang dilakukan Kementerian Agama telah membuktikan, bahwa agama telah mendarahdaging bagi ke- hidupan bangsa dan masyarakat In- donesia. Namun demikian, Kemen- terian Agama menyadari kalau dirinya tak dapat berjalan sendiri. Oleh ka- renanya, ia senantiasa melakukan se- rangkaian kerjasama baik secara lintas sektoral maupun dengan masyarakat luas yang menjadi target layanan. Yang menawan, sejumlah instasi merespon baik tawaran kerjasama ter- sebut. Bagai gayung-bersambut, ulur- an itu pun dijalinnya dengan tangan terbuka. Di antaranya, sambutan ha- ngat dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Salah satu kerjasama Pemprov Jatim dengan Kanwil Kemenag Jatim, adalah berupa pemberian BOSDA bagi Madrasah Diniyah. Program ini sudah berjalan sejak tahun 2009 silam. Adapun seluruh pembiayaan ditanggung sepenuhnya oleh Pemprov Jatim melalui Dinas Pendidikan Jawa Timur. Sedangkan tugas Kanwil Kemenag Prov. Jatim – melalui Bidang Pekapontren, adalah memetakan seluruh santri Diniyah; baik yang berada di bawah naungan pondok pesantren, maupun di luar pondok pesantren. BOSDA Madin merupakan ban- tuan operasional bagi santri Madin, mulai jenjang Diniyah Ula (setingkat SD/MI) hingga Diniyah Wustha (se- tingkat SMP/MTs). Adapaun besaran yang diterima masing-masing santri, sama halnya yang diterima siswa SD/ MI dan SMP/MTs. Selain para santri, para ustadz juga berhak mendapat- kan BOSDA tersebut. “Syaratnya, asal dalam kelas tersebut terdapat 30 santri,” terang H. Thoriq Afandie, SH. Dari dana yang dianggarkan se- besar 100 milyar lebih per tahun, ung- kap Kepala Biro Administrasi Kema- syarakatan Pemprov Jatm ini, ternyata masih menyisakan persolan. Sebab pada tahun lalu, ada sebanyak 29 mil- yar lebih dana yang tidak terserap. Se- telah ditelisik, ternyata masalahnya terganjal oleh batasan usia sekolah se- perti yang diamanatkan da- lam UU Sisdiknas. “Apala- gi kenyataan di lapangan, tidak semua santri Madin usianya selaras dengan usia sekolah pada tiap jen- jangnya,” paparnya. Hal tersebut sebe- narnya sudah diprediksi Pemprov Jatim melalui LPPD (Lembaga Pengen- dalian Pendidikan Dini- yah); bahwa cepat atau lambat, usia sekolah akan menjadi ganjalan tersen- diri dalam memperoleh BOSDA. Solusinya, setiap pondok pesantren harus memisahkan antara santri Madin usia sekolah dan santri usia tidak sekolah. Semisal pondok Lirboyo memi- liki santri Madin sebanyak tujuh ke- las. Perinciannya, total enam kelas adalah santri usia sekolah dan satu kelas bukan usia sekolah. “Maka enam kelas inilah yang bisa dikaver oleh BOSDA Madin,” jelasnya. “Tapi toh tidak serta merta tampak per- ubahannya. Bisa jadi karena faktor ketidaksiapan pihak pesantren lantar- Pada 3 Januari 2013, Kemente- rian Agama genap berusia 67 tahun. Dalam skala umur lembaga, tentulah ukuran usia yang cukup matang. De- ngan kurun sepanjang itu, banyak su- dah beban persoalan yang telah di- kandungnya. Dan nyatanya, Kemen- terian Agama sanggup berenang me- nerjang ombak zaman dan gelom- bang sejarah. Segala onak dan be- ragam duri pun telah berhasil dilintasi. Tentulah tak gampang bagi se- buah instansi beradaptasi dengan pe- rubahan kultur masyarakat yang laik dilayani. Juga bukan persoalan mu- dah untuk meladeni berupa-rupa tun- tutan yang terkadang berbau tuding- an – dan bahkan cemooh. Namun de- ngan kesabaran dan segugus keingi- nan untuk berubah ke arah yang lebih baik, membuat Kementerian Agama bertekad untuk terus berbenah. Inilah latar persoalan yang mem- bikin Kementerian Agama berubah seiring tuntutan masya- rakat dan perubahan za- man. Itu pula yang mem- buat perubahan signifikan yang telah dilakukan Ke- menterian Agama. Berba- gai keputusan telah di- ambil. Beragam kebijakan pun telah diputuskan. Itu semua, demi tercapainya layanan optimal bagi ma- syarakat beragama. Sebab itulah yang menjadi amanah dan tang- gung jawab yang dibeban- kan di pundak Kementerian Agama. Sebagaimana hal tersebut tertuang pada ke- tentuan yuridis dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2, bahwa “Negara berdasarkan atas Ke- tuhanan Yang Maha Esa (1). Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap pen- duduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah me- nurut agamanya dan kepercayaannya itu (2)”. Demi terselenggaranya hal itu, maka keberadaan Kementerian Aga- ma menjadi sangat vital bagi terjamin- nya penyelenggaraan pasal tersebut. Kemenag 67 Tahun Dan Gayung Itu pun Terus Bersambut H. Thoriq Afandie, SH

Upload: duongthuan

Post on 29-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kemenag 67 Tahun Dan Gayung Itu pun Terus Bersambutjatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar316/yaur1356584892.pdfBisa jadi karena faktor ketidaksiapan pihak pesantren lantar-Pada 3 Januari

6 MPA 316 / Januari 2013

Sebab Kementerian Agamalah yangmenjalankan roda pemerintahan da-lam membangun bangsa di bidangmoral dan spiritual dalam kehidupanberbangsa dan bernegara.

Melalui perjuangan panjang danupaya yang dilakukan KementerianAgama telah membuktikan, bahwaagama telah mendarahdaging bagi ke-hidupan bangsa dan masyarakat In-donesia. Namun demikian, Kemen-terian Agama menyadari kalau dirinyatak dapat berjalan sendiri. Oleh ka-renanya, ia senantiasa melakukan se-rangkaian kerjasama baik secara lintassektoral maupun dengan masyarakat

luas yang menjadi target layanan.Yang menawan, sejumlah instasi

merespon baik tawaran kerjasama ter-sebut. Bagai gayung-bersambut, ulur-an itu pun dijalinnya dengan tanganterbuka. Di antaranya, sambutan ha-ngat dari Pemerintah Provinsi JawaTimur. Salah satu kerjasama Pemprov

Jatim dengan Kanwil Kemenag Jatim,adalah berupa pemberian BOSDAbagi Madrasah Diniyah.

Program ini sudah berjalan sejaktahun 2009 silam. Adapun seluruhpembiayaan ditanggung sepenuhnyaoleh Pemprov Jatim melalui DinasPendidikan Jawa Timur. Sedangkantugas Kanwil Kemenag Prov. Jatim –melalui Bidang Pekapontren, adalahmemetakan seluruh santri Diniyah;

baik yang berada di bawah naunganpondok pesantren, maupun di luarpondok pesantren.

BOSDA Madin merupakan ban-tuan operasional bagi santri Madin,mulai jenjang Diniyah Ula (setingkatSD/MI) hingga Diniyah Wustha (se-tingkat SMP/MTs). Adapaun besaranyang diterima masing-masing santri,sama halnya yang diterima siswa SD/MI dan SMP/MTs. Selain para santri,para ustadz juga berhak mendapat-kan BOSDA tersebut. “Syaratnya,asal dalam kelas tersebut terdapat 30santri,” terang H. Thoriq Afandie, SH.

Dari dana yang dianggarkan se-

besar 100 milyar lebih per tahun, ung-kap Kepala Biro Administrasi Kema-syarakatan Pemprov Jatm ini, ternyatamasih menyisakan persolan. Sebabpada tahun lalu, ada sebanyak 29 mil-yar lebih dana yang tidak terserap. Se-telah ditelisik, ternyata masalahnyaterganjal oleh batasan usia sekolah se-

perti yang diamanatkan da-lam UU Sisdiknas. “Apala-gi kenyataan di lapangan,tidak semua santri Madinusianya selaras denganusia sekolah pada tiap jen-jangnya,” paparnya.

Hal tersebut sebe-narnya sudah diprediksiPemprov Jatim melaluiLPPD (Lembaga Pengen-dalian Pendidikan Dini-yah); bahwa cepat ataulambat, usia sekolah akanmenjadi ganjalan tersen-diri dalam memperolehBOSDA. Solusinya, setiappondok pesantren harusmemisahkan antara santriMadin usia sekolah dan

santri usia tidak sekolah.Semisal pondok Lirboyo memi-

liki santri Madin sebanyak tujuh ke-las. Perinciannya, total enam kelasadalah santri usia sekolah dan satukelas bukan usia sekolah. “Makaenam kelas inilah yang bisa dikaveroleh BOSDA Madin,” jelasnya. “Tapitoh tidak serta merta tampak per-ubahannya. Bisa jadi karena faktorketidaksiapan pihak pesantren lantar-

Pada 3 Januari 2013, Kemente-rian Agama genap berusia 67 tahun.Dalam skala umur lembaga, tentulahukuran usia yang cukup matang. De-ngan kurun sepanjang itu, banyak su-dah beban persoalan yang telah di-kandungnya. Dan nyatanya, Kemen-terian Agama sanggup berenang me-nerjang ombak zaman dan gelom-bang sejarah. Segala onak dan be-ragam duri pun telah berhasil dilintasi.

Tentulah tak gampang bagi se-buah instansi beradaptasi dengan pe-rubahan kultur masyarakat yang laikdilayani. Juga bukan persoalan mu-dah untuk meladeni berupa-rupa tun-

tutan yang terkadang berbau tuding-an – dan bahkan cemooh. Namun de-ngan kesabaran dan segugus keingi-nan untuk berubah ke arah yang lebihbaik, membuat Kementerian Agamabertekad untuk terus berbenah.

Inilah latar persoalan yang mem-bikin Kementerian Agama berubahseiring tuntutan masya-rakat dan perubahan za-man. Itu pula yang mem-buat perubahan signifikanyang telah dilakukan Ke-menterian Agama. Berba-gai keputusan telah di-ambil. Beragam kebijakanpun telah diputuskan. Itusemua, demi tercapainyalayanan optimal bagi ma-syarakat beragama.

Sebab itulah yangmenjadi amanah dan tang-gung jawab yang dibeban-kan di pundak KementerianAgama. Sebagaimana haltersebut tertuang pada ke-tentuan yuridis dalam UUD1945 pasal 29 ayat 1 dan 2,bahwa “Negara berdasarkan atas Ke-tuhanan Yang Maha Esa (1). Negaramenjamin kemerdekaan tiap-tiap pen-duduk untuk memeluk agamanyamasing-masing dan beribadah me-nurut agamanya dan kepercayaannyaitu (2)”.

Demi terselenggaranya hal itu,maka keberadaan Kementerian Aga-ma menjadi sangat vital bagi terjamin-nya penyelenggaraan pasal tersebut.

Kemenag 67 TahunDan Gayung Itu pun Terus Bersambut

H. Thoriq Afandie, SH

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - JANUARI 2013.pmd 12/27/2012, 10:01 AM6

Page 2: Kemenag 67 Tahun Dan Gayung Itu pun Terus Bersambutjatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar316/yaur1356584892.pdfBisa jadi karena faktor ketidaksiapan pihak pesantren lantar-Pada 3 Januari

7MPA 316 / Januari 2013

an menyangkut tradisi pesantrenselama ini,” tambahnya.

Selain itu, lanjut Ketua IV LPTQJawa Timur ini, faktor administrasi danperizinan masing-masing Diniyah ju-ga menjadi ganjalan dalam pengucur-an dana tersebut. Ternyata tidak se-mua Madrasah Diniyah mengantongiizin, serta memilki tata kelola admi-nistrasi yang baik. Oleh karenanya,pada tahun-tahun mendatang masa-lah itu harus segera ditertibkan. Jikatidak, tentu aparat di bawah tidak be-rani mengucurkan BOSDA tersebut.Dan dana yang sejatinya dialokasi-kan tiap tahun itu akan sia-sia. “Nah,di sinilah peran yang bisa diambilKanwil Kemenag Jatim untuk men-sukseskan program BOSDA Madinke depan,” tegasnya.

Selain BOSDA Madin, programunggulan Pemprov Jatim dalam halpendidikan adalah Program BeasiswaS1 bagi guru Madin. Seluruh danabeasiswa ini pun dikaver sepenuh-nya dari APBD Provinsi Jawa Timursejak tahun 2006 lalu. Setiap tahun-nya beasiswa ini merekrut 1.000 guruMadin. Melalui program tersebut,hingga kini telah memberikan bea-siswa kepada 6.400 guru Madin yangtersebar di seluruh Jawa Timur. Danyang telah berhasil menyelesaikanstudi program beasiswa S1 sebanyak2.370 ustadz.

Demi mensukseskan programtersebut, ujar alumnus Fakultas Hu-kum Universitas Airlangga Surabayaini, Pemprov menggandeng KanwilKemenag Prov. Jatim sebagai instansiyang menaungi seluruh pesantren.Dan juga menggandeng beberapaPerguruan Tinggi Islam. Karena jum-lah guru Madin masing-masing kabu-paten/kota di Jawa Timur berbeda-beda, maka Pemrov Jatim berharapagar Kanwil Kemenag Prov. Jatimmemetakannya lebih detil lagi. “Padamasa-masa mendatang, sinergi yangselama ini sudah terjalin hendaknyaterus dikembangkan. Ini tidak lain,agar bisa memenuhi harapan dankemaslahatan masyarakat Jawa Ti-mur,” tandasnya.

Sambutan hangat itu juga da-tang dari Dinas Pendidikan JawaTimur. Selama ini sinergi antara DinasPendidikan Provinsi Jawa Timur de-ngan Kanwil Kemenag Prov Jatimmemang terjalin cukup erat. Ini sangattampak sekali dalam dunia pendidik-an, baik di sekolah maupun di ma-drasah. Hal itu dibuktikan dengan be-

berapa prestasi yang ditorehkan se-lam tahun 2012 lalu.

Seperti menjadi juara umum da-lam Olimpiade Olahraga Siswa Na-sional (O2SN) digelar di Palembang,Sumatera Selatan, beberapa saat lalu.Pada tahun yang sama Jawa Timurjuga meraih juara umum dalam Festi-val dan Lomba Seni Siswa Nasional(FLS2N) di Lombok Nusa TenggaraBarat. Rentetan prestasi ini menja-dikan Jatim sebagai percontohan na-sional dalam bidang pendidikan.

Terkait kurikulum 2013, ujar Dr.Harun, M.Si, MM, Jawa Timur sangatmenyambut baik. Sebab perubahankurikulum harus terus menerus dila-kukan dengan menyesuaikan kebu-tuhan. Tentu perubahan kurikulum initidak sertamerta dilakukan. Jadi perluada uji coba dan sosialisasi terlebihdahulu. Karena itulah Kemendikbudberencana melatih 400 ribu guru se-Indonesia. Karena itulah Dinas Pen-didikan Jatim akan berkorordinasi de-ngan Kanwil Kemenag Jatim, dalam halpenyiapan SDM guru untuk menyam-but kurikulum tematik pengganti kuri-kulum KTSP ini. Sebab SDM merupa-kan kunci keberhasilan pendidikan.

Oleh karena itulah, tutur KepalaDinas Pendidikan Provinsi Jawa Ti-mur ini, sinergi antara Dinas Pendi-dikan Jawa Timur dan Kanwil Keme-nag Prov. Jawa Timur yang selamaini sudah berjalan baik, akan terusditingkatkan. “Sebab kedua instansiini memiliki misi yang sama dalammemberikan pelayanan pendidikankepada masyarakat Jawa Timur,” te-gasnya singkat.

Ungkapan senada disampaikanoleh dr. Budi Rahaju, M.MPh. KepalaDinkes Jawa Timur ini mengaku telahbermitra dengan Kementerian Agamasejak tahun 80-an. Kerjasama waktuitu terjalin dalam program yang ber-tajuk “Kelangsungan PerkembanganHidup Ibu dan Anak”. Di masa itumemang terdapat sebuah komitmenglobal; bahwa dunia tak menghen-daki adanya anak yang mati sia-sia –apalagi itu disebabkan kemiskinan.

Alhasil, setiap anak yang lahirharus terlindungi dan dapat melang-sungkan keberhidupan mereka. Taksekedar itu; anak-anak harus pula hi-dup sehat. Dengan begitu bisa tum-buh dan berkembang secara optimal.Kehidupan anak-anak haruslah ber-kualitas, sehingga dapat berperan ak-tif dan berpartisipasi dalam masya-rakat. “Demikian juga ibu. Sebab ibu

dan anak merupakan ukuran sosial.Lantaran siklus hidup mausia yangpaling rentan, adalah kehidupan ibudan anak,” terangnya.

Semangat kerjasama pihak Din-kes dengan Kementerian Agama di-landasi oleh realitas masyarakat Indo-nesia yang agamis. Utamanya di wila-yah Jawa Timur. Menurut pengamat-an pihak Dinkes, tak jarang programpemerintah diabaikan masyarakat.Mereka bahkan kerap sama sekali takmau memperhatikan. Namun jika pro-gram tersebut disalurkan lewat jaluragama, masyarakat dengan mudahmematuhinya.

Program lain yang telah dilaku-kan, adalah persiapan calon pengan-tin wanita. Semisal dengan membe-rikan imunisasi tetanus texoid bagicalon pengantin perempuan. Itu ter-jadi ketika banyak bayi yang lahir ter-jangkit tetanus. “Waktu itu tak sedi-kit persalinan yang ditangani dukunbayi. Sedangkan tenaga medis belummencapai lima puluh persen,” tu-kasnya.

Terjadinya penyakit tetanus ter-sebut, ungkapnya, karena dukun bayitak memahami bagaimana menggu-nakan alat potong tali pusat secarasteril. Sebenarnya mereka sudah di-ajari dengan menggunakan gunting,tetapi guntingnya tak disterilkan.“Malah ada yang pakai silet atau we-lat bambu yang tajam. Bahkan ter-kadang alatnya diletakkan di gedeg,”paparnya. “Padahal itu kan sangatbahaya karena ada kumannya,” tu-kasnya.

Itulah pasalnya, selama hamilmereka haruslah diimunisasi tetanus.Ketika mempelai lapor ke putugasKUA, para catin dianjurkan langsungdatang ke Puskesmas untuk suntikimunisasi TT sekali. Kelak setelah me-nikah dan hamil, mereka diserukan un-tuk datang lagi ke Puskesmas untukkeperluan sama. “Dengan imunisasiTT dua kali, InsyaAllah berhasil. Ter-bukti kasus tersebut banyak berku-rang. Bayi yang meninggal karena teta-nus turun drastis,” ujarnya bangga.

Kerjasama Dinkes dan Keme-nag juga dilakukan berkenaan de-ngan ibu-ibu yang periksa kehamilansecara teratur. Masyarakat di desa,tutur Rahaju, kurang memperdulikankapan terjadinya kehamilan. Sebabmereka jarang memperhatikan siklusmenstruasinya. Jika janin di dalamtidak menendang-nendang perut, me-reka biasanya tak tahu apakah dirinya

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - JANUARI 2013.pmd 12/27/2012, 10:01 AM7

Page 3: Kemenag 67 Tahun Dan Gayung Itu pun Terus Bersambutjatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar316/yaur1356584892.pdfBisa jadi karena faktor ketidaksiapan pihak pesantren lantar-Pada 3 Januari

8 MPA 316 / Januari 2013

hamil atau tidak. “Mereka baru me-ngetahui kehamilan, kalau bayi diperutnya sudah bergerak-gerak. Nah,itu sudah lambat,” jelasnya.

Kerjasama lainnya, lanjut wanitakelahiran Tuban 11 Oktober 1955 ini,secara rutin dilakukan setiap tiba mu-sim haji. Rekrutmen jamaah haji dise-lenggarakan oleh Kemenag, sedang-kan rekrutmen tenaga kesehatan hajidilakukan pihak Dinkes. Setiap CJHpertama kali diperiksa di Puskesmasuntuk ditentukan apakah mereka la-yak dinyatakan memenuhi syarat un-tuk menunaikan ibadah haji. “Jika pe-meriksaan pertama ini ada penyakit,maka akan dirujuk ke rumah sakituntuk pemeriksaan kedua,” jelasnya.

Itu hanya sekedar contoh kegi-atan hasil kerjasama Dinas Kesehatandan Kementerian Agama. Meski tentusaja, kerjasama tersebut tak luput dariberbagai kendala. Semisal terjadinyapergantian antar petugas atau lainnya.

Kendala di kabupaten/kota lebihbanyak lagi. Tak banyak masyarakatyang dapat menerima hal-hal tersebutdi atas secara lapang. Apalagimengenai penjarangan kehamilan atauperalatan KB. Sebagian mereka dapatmenerima, tetapi sebagiannya lagi takmenyetujui. “Tak sedikit para ustadzyang merasa tabuh membicarakanmasalah seks pra nikah. Padahal itupenting untuk para catin,” paparnya.

Untuk itulah Rahaju berharap,agar dalam kemitraan ini ada keterbu-kaan, kesetaraan, dapat saling mema-hami dan menguntungkan kedua be-lah pihak. Pihak Dinkes diuntungkankarena Kementerian Agama dapatmemberikan fatwa-fatwa. Sedangkanpihak Kemenag beruntung karenabisa memperoleh input kesehatan dariDinkes. Hal itu bisa dimasukkan kesendi-sendi agama tentang kesehat-an. “Kami berharap, agar kedua belah

pihak kerap melakukan diskusi secaraintensif. Sebab ke depan nanti tanta-ngan dan bidang garapan kita makinbanyak,” harapnya.

Di sisi lain, pekerjaan rumah yangsangat besar berupa kesehatan pon-dok pesantren masih belum terjamah.Pihak Kemenag semestinya melakukanpendekatan melalui bahasa agama. Se-bab via budaya agama, misi kesehatantersebut akan lebih mudah diterima.Sebab Dinkes punya program Poskes-tren. “Pendekatan orang-orang Keme-nag akan lebih gampang diterima ke-timbang petugas kami di lapangan,”ucapnya jujur. “Terus terang, kamibutuh jembatan melalui KementerianAgama. Oleh karenanya, jika adapembinaan kami bisa diajak untuk me-nyertai dengan memberikan materikesehatan,” tambahnya.

Program Dinkes tersebut turutdiamini BKKBN. Pada tahun 2013,kata Hj. Djuwartini, SKM, BKKBN

Jatim juga akan membawa ProgramPendewasaan Usia Perkawinan ma-suk ke pondok pesantren. Terutamapesantren yang berada di kabupaten/kota, dengan usia rata-rata perkawi-nannya masih rendah. BKKBN me-nilai, dengan bahasa agama yang di-sampaikan seorang ulama dan kiai,mungkin kesadaran untuk tidak me-nikah di bawah umur semakin dide-ngar. “Intinya bagaimana mencegahtidak terjadi usia anak-anak sudahmelahirkan anak,” tandasnya.

Data dari BKKBN menunjukkan,bahwa rata-rata usia perkawinan wa-nita di Jawa Timur adalah 19,7 tahun.Bahkan di beberapa kabupaten se-perti Probolinggo, Lumajang danbondowoso rata-rata usia perkawin-annya hanya 13 tahun. Ini tentu sa-ngat memprihatinkan. Untuk itulahBKKBN Jawa Timur menggandengKanwil Kemenag Prov Jatim, guna

mengedukasi masyarakat tentangpentingnya pendewasaan usia per-kawinan.

Salah satu program yang dila-kukan BKKBN, kata wanita kelahiranMadiun 14 Januari 1955 ini, adalahmemberikan pelatihan bagi seluruhKUA di Jawa Timur dalam programPendewasaan Usia Perkawinan. Daripelatihan tersebut diharapkan agarKUA tidak melangsungkan perni-kahan di bawah umur. Kalaupun me-mang terpaksa terjadi, maka pasa-ngan pengantin didorong agar tidaktergesa-gesa memiliki keturunansebelum usia 20 tahun. Tunggulahsampai mereka betul-betul siap secarafisik, psikologis dan finansial. “KUAjuga akan dibekali kondom, yangnantinya sebagai cinderamata bagipasangan pengantin,” tukasnya.

Menurut keterangan KepalaBKKBN Jatim ini, disamping meng-gandeng Kemang juga akan melibat-

kan ormas seperti MuslimatNU, Aisyiah, Fatayat NU,LKKNU, MUI dan FKUB.Bahkan dari FKUB sendiritelah lahir syap organ baru,yakni Forum KomunikasiAntar Umat Beragama PeduliKependudukan. Hal ini ber-tujuan untuk menyebarkanide bahwa masalah kependu-dukan merupakan bagianpenting dalam tiap langkapembangunan.

Maka sangat pentingbagi tiap keluarga memaha-mi perlunya merencanakan

keluarga dengan baik. Sebab persen-tase jumlah usia remaja cukup tinggi;yakni mencapai 17,5 persen. Dalamrentang waktu 5-10 tahun ke depan,mereka akan memasuki jenjang rumahtangga. Oleh karenanya, mereka harusdipersiapkan dengan baik dari sisi fisik,usia (diusahakan usia perkawinan bagiperempuan minimal 20 tahun dan laki-laki 25 tahun), keterampilan, psikologis,hingga kemampuan material.

Dalam hal ini, sambung Magis-ter jebolan Universitas HasanudinMakasar ini, BKKBN ikut mengantar-kan para remaja dengan memberikanwawasan kepada mereka. Program inidikenal sebagai program Genre (Ge-nerasi Berencana). Genre kini juga te-lah masuk ke sekolah dan ponpes. Disekolah atau ponpes diharapkan jugamembentuk pusat konseling remaja.

Bagi yang sudah mengarungibahtera rumah tangga, ujar mantan

Dr. Harun, M.Si, MM dr. Budi Rahaju, M.MPh

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - JANUARI 2013.pmd 12/27/2012, 10:01 AM8

Page 4: Kemenag 67 Tahun Dan Gayung Itu pun Terus Bersambutjatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar316/yaur1356584892.pdfBisa jadi karena faktor ketidaksiapan pihak pesantren lantar-Pada 3 Januari

9MPA 316 / Januari 2013

Kepala BKKBN Sulteng ini, BKKBNmendorong untuk merencanakan ke-lahiran anak secara baik sesuai ke-siapannya. Ini untuk mendorong agarsetiap keluarga hidup harmonis, se-jahtrera dan lebih berkualitas. Diantara yang dilakukan BKKBN, ada-lah mengajak untuk ber-KB. Ini agarmereka memiliki waktu untuk meng-asuh anak, diri dan dan mengatur fi-nansialnya. Itu juga sesuai amanatUU No. 52 tahun 2009 tentang Per-kembangan kependudukan dan Pem-bangunan Keluarga.

BKKBN Jatim berharap duku-ngan dari jajaran Kanwil KemenagProv.Jatim, untuk bisa membantu mem-berikan pemahamana dari bahasaagama – tentang pentingnya mengaturkelahiran. Juga mendorong penting-nya merencanakan keluarga yang le-bih baik, serta mengajak setiap ke-luarga mewujudkan keluarga yang ber-kualitas. “Jadi, dua ana lebih baik. Duaanak saja tapi berkualitas. Ketimbanganak banyak tapi tak tercapai pendi-dikannya, perawatan dan pengasuh-annya,” tukas ibu dua ank ini serius.

BKKBN Jatim cukup puas de-ngan sinergi dan kerjasama denganjajaran Kemenag selama ini. BKKBNmerasa dengan terbatasnya PenyuluhLapangan Keluarga Berencana (PLKB)yang dimiliki, keberadaan PenyuluhAgama cukup membantu dalam mem-berikan penyuluhan di lapangan. “Me-mang di lapangan PLKB dan PenyuluhAgama kerap bekerjasama. Ini menun-jukkan, bahwa BKKBN dan Kemenagmemiliki medan dakwah yang sama,”simpulnya.

Laiknya para penyuluh tak hanyamemberikan suluhan tentang perkawi-nan semata. Namun juga bagaimanacara mempertahankan keberlangsung-an berumah tangga. Sebab angka per-ceraian di Jawa Timur telah mengalamipeningkatan yang sangat mencoloksetiap tahunnya. Itulah pasalnya, ditahun 2012 kemarin Pengadilan TinggiAgama (PTA) Surabaya bekerjasamadengan Kanwil Kemenag Prov. Jatimmelakukan pelatihan penyiapan calonmediator di Pengadilan Agama.

Kegiatan itu sudah berjalan duakali, yang melibatkan seluruh KasiUrais se-Jatim dan 38 KUA yang me-wakili masing-masing Kankemenagkab/ko di Jatim. Dengan begitu me-reka sudah mengantongi sertifikat se-bagai mediator. Sebagian dari merekamalah sudah mendaftarkan diri di Pe-ngadilan Agama (PA). “Hanya saja,

memang masih perlu pemantapandan pembekalan tatacara berita acaradi PA itu sendiri,” tutur Drs. Shofrowi,SH, MH.

Adanya mediator memang sa-ngat penting dalam mendamaikan ka-sus perceraian dua belah pihak yangsedang berperkara di Pengadilan Aga-ma. Selain berusaha mendamaikan duapihak yang akan bercerai, dalam kasuskumulatif para mediator juga bisamembantunya. Ketika perceraian tidakbisa diindahkan, maka persoalan hakasuh anak maupun nafkah anak sertaharta bersama, perlu dimediatori agarada titik temu. “Nah, hasil mediasi ini-lah yang nantinya masuk dalam kepu-tusan siding,” katanya menjelaskan.

Adanya mediator tersebut, se-suai Perma (Peraturan MahkamahAgung) No. 1 tahun 2008. Dalam Permaini disebutkan, bahwa mediator yangakan beracara di PA harus memiliki

sertifikat yang dikeluarkan MahkamaAgung (MA). Calon mediator jugaharus mengikuti pelatihan mediatoryang terakreditasi MA.

Sebelum adanya Perma tersebut,terang Humas PTA ini, proses mediasidilakukan di Badan Penasehatan, Pem-binaan dan Pelestarian Perkawinan(BP4). Jadi setelah sidangan, para pi-hak yang berperkara langsung diarah-kan ke BP4 untuk mediasi. “Nah, seka-rang mediasai itu langsung ditanganiseorang mediator yang memiliki serti-fikat dari MA. Mediator itu sendiri bisadari lingkungan Kemenag atau dari luarKemenag,” jelasnya. “Jadi orang-o-rang BP4 pun bisa menjadi mediator,asalkan memiliki sertifikat tadi danmendaftarkan diri ke PA,” tukasnya.

Para Mediator nantinya harusstanby di Pusbakum (Pusat Bantuan

Hukum) yang ada di masing-masingPA. Nama-nama mediator pun akandipampang di papan pengumuman.Dan para pihak yang berperkara yangmemilihnya. Sedangkan mengenaitempat mediasi, bisa dilakukan di manasaja. Itu tergantung kesepakatan, de-ngan seluruh biaya ditanggung sendirioleh para pihak yang berperkara. “Jikaterpaksa hakim yang memediasi, makaproses mediasi harus dilakukan di da-lam kantor PA dengan tidak dipungutbiaya,” ujarnya.

Sebelum mediator tersebut ter-bentuk, lanjut Hakim Tinggi PTA Su-rabaya ini, mediasi memang dilakukanoleh hakim. Hanya saja, tingkat keber-hasilan mediasi sejauh ini relatif kecil.Terutama dalam kasus perceraiannya.Hal itu dikarenakan orang yang ber-perkara itu memang sudah mantapingin bercerai. Apalagi hampir 75 per-sen sidang kasus perceraian di Jawa

tidak dihadiri oleh para pihak yang ber-perkara. “Jadi, bagaimana mau dida-maikan. Padahal inti dari mediasi, ada-lah mempertemukan dua pihak yangberperkara,” ungkapnya. “Makanyakasus perceraian di Jatim sangat ting-gi,” tandasnya. Dengan adanya me-diator tentu sangat membantu. Me-diator inilah yang mungkin ke depanbisa lebih disinergikan lagi; antaraKanwil Kemenag Prov. Jatim denganPTA. Bisa jadi kerjasamanya dalambentuk pelatihan dan pembekalan ta-tacara beracara bagi seorang media-tor di kantor PA. “Meskipun pelatih-an ini juga bisa dilakukan oleh BP4sendiri, asalkan kegiatan tersebut te-lah terakreditasi oleh MA,” terangpria kelahiran Salatiga 4 Maret 1955ini. Laporan: Muhammad Hisyam,A. Suprianto (Surabaya).

Drs. Shofrowi, SH, MH Hj. Djuwartini, SKM

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - JANUARI 2013.pmd 12/27/2012, 10:01 AM9