kemampun berpidato siswa kelas x sma negeri 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/skripsi tanpa bab...

62
KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KOTABUMI TAHUN AJARAN 2016/2017 (Skripsi) Oleh HAIPA NOVIA PUTRI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: dangdiep

Post on 16-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3KOTABUMI TAHUN AJARAN 2016/2017

(Skripsi)

OlehHAIPA NOVIA PUTRI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2017

Page 2: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

ABSTRAK

KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3KOTABUMI TAHUN AJARAN 2016/2017

OlehHaipa Novia Putri

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah kemampuan berpidato siswa

kelas X SMA Negeri 3 Kotabumi tahun ajaran 2016/2107. Tujuan penelitian ini

mendeskripsikan kemampuan berpidato siswa kelas X SMA Negeri 3 Kotabumi

tahun ajaran 2016/2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah

teknik dokumentasi dan observasi nonpartisipan. Data penelitian berupa

kemampuan berpidato pada aspek kebahasaan dan nonkebahasaan yang meliputi,

ketepatan ucapan, intonasi, pilihan kata, sikap yang wajar (tenang dan tidak kaku),

mimik/ gerak-gerik, kelancaran, dan penguasaan topik.

Subjek populasi penelitian terdiri dari 5 kelas yang berjumlah 195 siswa,

sedangkan sampel penelitian diambil 20% dari populasi, sehingga diperoleh

jumlah sampel yang diambil yaitu sebanyak 40 siswa.

Page 3: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

Berdasarkan hasil penelitian pada aspek kebahasaan menunjukan nilai terendah

terdapat pada aspek pemilihan kata dengan skor rata-rata 65,5% dan pada aspek

nonkebahasaan nilai terendah terdapat pada aspek kelancaraan dengan skor rata-

rata 66,5% termasuk dalam kategori cukup, sedangkan pada aspek kebahasaan dan

nonkebahasaan nilai tertinggi terdapat pada aspek intonasi dengan skor rata-rata

70,5% dan aspek mimik/gerak-gerik dengan skor rata-rata 72% termasuk dalam

kategori cukup. Simpulan dari hasil penelitian yang diperoleh pada kemampuan

berpidato siswa kelas X SMA Negeri 3 Kotabumi tahun pelajaran 2016/2017

secara keseluruhan termasuk dalam kategori cukup, dengan skor rata-rata 69%.

Page 4: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3KOTABUMI TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh

HAIPA NOVIA PUTRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaJurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Page 5: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul
Page 6: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul
Page 7: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul
Page 8: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 12 November 1994 di Kotabumi,

Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. Penulis

merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan

Bapak M.Khairul (almarhum) dan Ibu Paulina.

Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Taman Kanak-

Kanak Pertiwi Kotabumi pada tahun 2001, selanjutnya sekolah dasar di SD N 1

Kotabumi Tengah pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 7

Kotabumi pada tahun 2010 dan SMA Negeri 3 Kotabumi yang diselesaikan pada

tahun 2013.

Pada tahun 2013 penulis diterima menjadi mahasiswa pada Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,

Falkultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Lampung melalui

jalur SBMPTN. Pada tahun 2016 penulis melakasanakan Kuliah Kerja Nyata

Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di desa Sendang Agung, Kecamatan

Sendang Agung, Kabupaten Lampung Tengah dan PPL di SMP Negeri 1 Sendang

Agung, Lampung Tengah.

Page 9: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

(Al Quran Surat Ar Ra’d: 11)

“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata

kepadanya “Jadilah!” maka terjadilah ia.”

(Al Quran Surat Yasin: 82)

Page 10: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang mahaagung lagi

mahasempurna, yang telah memberikan nikmat iman, islam, serta cinta dan kasih sayang-Nya

kepada penulis. Kupersembahkan karya tulis ini kepada:

1. Kedua Orang Tuaku Tercinta

Bapak M.Khairul (almarhum) dan Ibu Paulina yang senantiasa tulus memberi tanpa

harap, berdoa tanpa henti dalam setiap hembusan napasnya, mendidik dengan penuh

cinta dan kasih, memberikan dengan tulus, menanti dengan kesabaran, serta

memberikan nafkah lahir dan batin dengan tetesan peluh dan linangan air mata.

Semoga Allah Subhanahu wata’ala membalas setiap butir peluh, linangan air mata,

kesabaran, dan jejak langkah Ibu dan Bapak dengan kebahagiaan di dunia dan akhirat

(amin).

2. Kakak dan Saudaraku

Evan Ardiansyah, Abdi Wijaya, Trio Oktatinova, Cardo Gusforendra, Rizka Eka

Putri, terima kasih untuk segenap doa, dukungan, nasihat, bimbingan, dan selalu

memberi semangat untukku.

3. Almamater Universitas Lampung yang kucintai.

Page 11: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Kemampuan

Berpidato Siswa kelas X SMA Negeri 3 Kotabumi Tahun pelajaran 2016/2017 dan

Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA”. Sholawat serta salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad Shalallahu alaihi wa salam

berserta para sahabat, keluarga, dan para pengikutnya yang senantiasa setia sampai akhir

zaman.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam

menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati sebagai wujud

rasa hormat dan penghargaan atas segala bantuan, penulis mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak berikut.

1. Dr. Iing Sunarti, M.Pd., selaku dosen pembimbing utama dalam menyelesaikan

penelitian ini dengan penuh kesabaran dan motivasi yang kuat.

2. Dr. Siti Samhati, M.Pd., selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan

kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. Drs. Iqbal Hilal, M.Pd., selaku dosen pembahas dan penguji serta pembimbing

akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan sehingga

penelitian ini menjadi lebih sempurna.

4. Dr. Munaris, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia.

Page 12: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

5. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.

6. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Unila beserta stafnya.

7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bahasa dan Seni FKIP Unila yang telah membekali

penulis dengan ilmu pengetahuan, bimbingan, arahan dan motivasi selama mengikuti

perkuliahan.

8. Seluruh staf administrasi dan karyawan (TU) Jurusan dan FKIP Unila yang telah

membantu dan melayani dalam menyelesaikan segala administrasi yang penulis

butuhkan.

9. Seseorang yang telah menjadi teman, sahabat, kakak, maupun kekasih yang telah

setia, dan sabar menerima keluh-kesahku selama menjalankan Pendidikan S1.

Terimakasih, Nicky Arga atas kebaikanmu.

10. Teman-teman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2013,

terutama untuk sahabat-sahabatku (Denti Okta Puspita, R.Imas Aguslina, dan Resta

Niriza) terima kasih atas bantuan, masukan, dukungan, dan kebersamaan yang telah

kalian berikan.

11. Sahabat-sahabatku selama menempuh pendidikan SMP dan SMA (Suci Syalina, Rina

Fadhila, Cindy Alfionita, dan Ayu Samsi)

12. Teman-teman seperjuangan KKN-KT dan PPL di SMP Negeri 1 Sendang Agung,

Kecamatan Sendang Agung (Rhp, Desni, Derra, Ani, Meli, Meri, Riski, Tiwi), terima

kasih atas kerjasama, ilmu, dan rasa kekeluargaan yang telah diberikan.

13. Keluarga, teman-teman dan orang-orang yang telah mencintai dan menyayangiku,

terima kasih atas doa dan dukungannya.

14. Almamater Universitas Lampung yang kucintai

Semoga Allah Subhanahu wata’ala membalas kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu,

saudara, dan teman-teman. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi

Page 13: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk

kemajuan pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Amiiin.

Bandar Lampung, Desember 2017

Haipa Novia Putri

Page 14: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ........................................................................................ iHALAMAN JUDUL ........................................................................ iiLEMBAR PENGESAHAN ............................................................. iiiLEMBAR MENGESAHKAN......................................................... ivRIWAYAT HIDUP .......................................................................... vMOTTO ............................................................................................ viPERSEMBAHAN............................................................................. viiSANWACANA ................................................................................. viiiDAFTAR ISI..................................................................................... ixDAFTAR TABEL ............................................................................ xDFTAR DIAGRAM......................................................................... xiDAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xii

I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................... 11.2 Rumusan Masalah................................................................ 31.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 31.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 41.5 Ruang Lingkup Penelitian.................................................... 4

II. LANDASAN TEORI2.1 Berbicara .............................................................................. 6

2.1.1 Pengertian berbicara.................................................... 62.1.2 Kemampuan Berbicara................................................ 72.1.3 Jenis-jenis Berbicara ................................................... 8

2.2 Berpidato.............................................................................. 112.2.1 Pengertian Pidato ........................................................ 112.2.2 Langkah- langkah Berpidato....................................... 122.2.3 Tujuan Pidato .............................................................. 152.2.4 Kriteria Pidato yang Baik............................................ 162.2.5 Jenis-jenis Pidato ........................................................ 172.2.6 Persiapan Berpidato .................................................... 182.2.7 Teknik dan Metode Berpidato .................................... 192.2.8 Sistematika Berpidato ................................................. 21

Page 15: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

2.3 Penilaian Kemampun Berpidato........................................... 22

2.4 Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berpidato.................. 232.3.1 Faktor Kebahasaan ..................................................... 24

1. Ketepatan Ucapan .................................................... 242. Intonasi..................................................................... 253. Pilihan Kata atau Diksi ............................................ 26

2.3.2 Faktor Nonkebahasaan ............................................... 291. Sikap yang Wajar, Tenang dan Tidak Kaku ............ 292. Mimik/ Gerak-gerik ................................................. 303. Kenyaringan Suara................................................... 314. Kelancaran ............................................................... 315. Penguasaan Topik .................................................... 32

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ................................................................. 333.2 Populasi................................................................................ 333.3 Sampel.................................................................................. 343.4 Teknik Pengumpulan Data................................................... 353.5 Teknik Analisis Data............................................................ 36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengantar............................................................................. 414.2 Hasil Penelitian ................................................................... 42

1. Kemampuan Berpidato Secara Menyeluruh ................. 422. Kemampuan Berpidato per Aspek ................................ 43

a Aspek Ketepatan Ucapan .................................... 43b Aspek Intonasi ..................................................... 48c Aspek Pilihan Kata .............................................. 51d Aspek Sikap yang Wajar ..................................... 54e Aspek Mimik/Gerak-gerik .................................. 57f Aspek Kenyaringan Suara ................................... 61g Aspek Kelancaran................................................ 64h Aspek Penguasaan Topik .................................... 67

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan .............................................................................. 715.2 Saran .................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 73

LAMPIRAN

Page 16: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1 Jumlah Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Kotabumi ....................... 333.2 Jumlah Siswa yang Menjadi Sampel Penelitian ......................... 343.3 Indikator Uji Kemampuan Berpidato.......................................... 363.4 Tolak ukur Faktor Kebahasaan dan Faktor Nonkebahasaan..... 404.1 Distribusi Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan

Berpidato secara Menyeluruh (Total) ......................................... 424.2 Distribusi Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan

Berpidato pada Aspek Ketepatan Ucapan................................... 444.3 Distribusi Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan

Berpidato pada Aspek Penggunaan Intonasi................................ 484.4 Distribusi Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan

Berpidato pada Aspek Pilihan Kata ............................................ 524.5 Distribusi Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan

Berpidato pada Aspek Sikap ........................................................ 544.6 Distribusi Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan

Berpidato pada Aspek mimik/gerak-gerik .................................. 584.7 Distribusi Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan

Berpidato pada Aspek Kenyaringan Suara ................................. 614.8 Distribusi Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan

Berpidato pada Aspek Kelancaran ............................................... 644.9 Distribusi Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan

Berpidato pada Aspek Penguasaan Topik.................................... 67

Page 17: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

DAFTAR DIAGRAM

DIAGRAM

Halaman

4.1 Grafik Diagram Distribusi Siswa Berdasarkan TingkatKemampuan Berpidato secara Menyeluruh............................... 43

4.2 Grafik Diagram Siswa Berdasarkan TingkatKemampuan Berpidato pada Aspek Ketepatan Ucapan

4.3 Grafik Diagram Siswa Berdasarkan Tingkat ............................ 44Kemampuan Berpidato pada Aspek Intonasi

4.4 Grafik Diagram Siswa Berdasarkan TingkatKemampuan Berpidato pada Aspek Pilihan Kata...................... 49

4.5 Grafik Diagram Siswa Berdasarkan TingkatKemampuan Berpidato pada Aspek Sikap yang Wajar............ 55

4.6 Grafik Diagram Siswa Berdasarkan TingkatKemampuan Berpidato pada Aspek mimik/gerak-gerik........... 58

4.7 Grafik Diagram Siswa Berdasarkan TingkatKemampuan Berpidato pada Aspek Kenyaringan Suara......... 62

4.8 Grafik Diagram Siswa Berdasarkan TingkatKemampuan Berpidato pada Aspek Kelancaraan..................... 65

4.9 Grafik Diagram Siswa Berdasarkan TingkatKemampuan Berpidato pada Aspek Penguasaan Topik........... 68

Page 18: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil Keseluruhan Tes Kemampuan Berpidato............. 762. Indikator Kemampuan Berpidato................................... 873. Instrumen Tes Berpidato.................................................. 904. Traskrip Sampel Teks Pidato.......................................... 92

Page 19: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang umum dalam masyarakat. Tidak ada

masyarakat di mana pun keberadaannya yang tidak memiliki bahasa. Dengan

bahasa, kita dapat melakukan interaksi sosial atau melakukan pertukaran

informasi dalam berbagai aspek dan disiplin ilmu. Pertukaran informasi tersebut

dapat dilakukan melalui diskusi, seminar atau pidato-pidato yang dituangkan

dalam ragam bahasa tulis maupun lisan.

Salah satu ragam bahasa lisan ialah berbicara. Berbicara sangat berperan di

hadapan suatu kelompok pendengar. Seseorang yang memiliki keterampilan

berbicara akan dapat dengan mudah menyampaikan ide dan gagasannya kepada

orang lain. Pemilihan kata-kata ataupun istilah pada saat berbicara (secara lisan)

haruslah selalu berdasarkan kaidah-kaidah yang ada dalam suatu bahasa, sehingga

kata-kata yang diungkapkan mampu dimengerti dan dipahami oleh orang lain.

Arsjad (1998:86) mengemukakan bahwa seseorang lebih banyak berkomunikasi

secara lisan dibandingkan dengan kegiatan yang lain. Lebih dari separuh waktu

yang kita gunakan adalah untuk berbicara selebihnya, barulah untuk menulis dan

membaca. Gazali (2003:1) mengemukakan bahwa pembelajaran berbicara

Page 20: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

2

merupakan salah satu aspek pembelajaran yang wajib diberikan di sekolah-

sekolah.

Berdasarkan pengalaman, penulis telah melakukan wawancara kepada guru

Bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Kotabumi. Hasil wawancara tersebut

menyebutkan bahwa perserta didik sering mengalami kesulitan dalam

keterampilan berbicara. Kesulitan tersebut meliputi faktor kebahasaan dan

nonkebahasaan. Hal ini terbukti dari nilai yang diperoleh siswa dalam kegiatan

berbicara, menunjukan nilai rata-rata 68 (enam puluh delapan), sedangkan pada

KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Kotabumi siswa

dinyatakan lulus apabila siswa mencapai nilai KKM 73 (tujuh puluh lima).

Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa

yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan berbicara

merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang perlu dimiliki oleh

siswa, khususnya siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Di dalam Kurikulum

2013 SMA dicantumkan bahwa dalam Kompetensi Inti (KI 2) siswa harus mampu

menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja

sama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi

atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan

dunia.

Untuk mencapai Kompentensi Inti dalam Kurikulum 2013 tingkat SMA, dalam

proses belajar mengajar siswa dituntut kemampuannya untuk dapat

mengemukakan pendapatnya secara lisan. Misalnya bertanya dalam kelas,

Page 21: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

3

berdiskusi, atau berpidato. Kemampuan siswa dalam mengemukakan gagasan dan

pikiran secara lisan yang didukung oleh argumentasi yang kuat untuk

meyakinkan pihak lain sangat dituntut dalam proses pembelajaran. Argumentasi

yang kuat harus pula ditunjang oleh pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan

benar. Cara penyampaianya pun harus jelas dan sistematis, supaya informasi yang

disampaikan dapat berjalan dengan efektif.

Hal ini pulalah yang mendasari sehingga penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian yang berjudul ”Kemampuan Berpidato Siswa Kelas X SMA Negeri 3

Kotabumi” untuk memperoleh data dan informasi yang akurat tentang

kemampuan berpidato siswa, sehingga dapat menjadi bahan acuan bagi pihak

sekolah atau yang berwenang untuk mengambil langkah-langkah pembelajaran

yang telah ditetapkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut

“Bagaimanakah kemampuan berpidato siswa kelas X SMA Negeri 3 Kotabumi

Tahun Ajaran 2016/2017?”

1.3 Tujuan Penelitan

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan kemampuan berpidato siswa kelas X SMA Negeri 3 Kotabumi

tahun ajaran 2016/2017.

Page 22: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

4

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian, hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca baik

secara teoritis maupun praktis. Uraiannya sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

memperkaya teori yang berkaitan dengan keterampilan berbicara khususnya

keterampilan berpidato.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu kegunaan bagi

penulis, guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, dan pembaca.

a. Bagi penulis yang merupakan calon guru Bahasa dan Sastra Indonesia,

penelitian ini dapat dijadikan bekal untuk memberikan materi mata pelajaran

bahasa Indonesia, khususnya tentang keterampilan berbicara yaitu berpidato.

b. Bagi guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Negeri 3

Kotabumi Lampung Utara, penelitian ini sebagai informasi atau gambaran

tentang kemampuan siswanya dalam berpidato.

c. Pembaca, menambah pengetahuan dan wawasan tentang keterampilan

berpidato.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini, adalah sebagai berikut.

1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 3 Kotabumi tahun

pelajaran 2016/2017.

Page 23: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

5

2. Objek penelitian ini adalah kemampuan berbicara siswa dalam berpidato

meliputi:

a. Aspek kebahasaan yang meliputi, 1) Ketetapan ucapan, 2) Intonasi, 3)

Pilihan kata/diksi.

b. Aspek nonkebahasaan yang meliputi, 1) Sikap yang wajar, tenang dan tidak

kaku, 2) Mimik/gerak-gerik, 3) Kenyaringan suara, 4) Kelancaran, dan 5)

Penguasaan topik

c. Tempat penelitian dilakukan di SMA Negeri 3 Kotabumi tahun pelajaran

2016/2017 yang berlamat Jl. Sersan Laba Gule No. 45 Kota Alam,

Kotabumi.

d. Waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran

2016/2017.

Page 24: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Berbicara

2.1.1 Pengertian Berbicara

Tarigan (1987: 15) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan

mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan serta

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Selain itu, Arsjad dan Mukti

(1988: 17) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan

bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan,

menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendapat lain

menyatakan, berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-

gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan

sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang

mengungkapkan kepada penyimak hampir -hampir secara langsung apakah sang

pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraanya maupun para

penyimaknya “apakah ia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau

tidak”, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasan dan apabila dia

waspada atau antusias atau tidak (Oktariza, 2011; Mulgrave {et al}, 1954: 6).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat Tarigan

yang mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-

Page 25: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

7

bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan serta menyampaikan

pikiran, gagasan, dan perasaan.

2.1.2 Kemampuan Berbicara

Salah satu cara untuk mengetahui terampil atau tidak seseorang dalam

menyampaikan pikiran dan gagasannya dapat dilihat dari kemampuan berbicara

sesorang tersebut. Semakin banyak berlatih maka semakin mudah pula seorang

tersebut dalam menyampaikan gagasan dan pikirannya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 707) disebutkan bahwa

kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan yang dimiliki seseorang.

Sudrajat, (1986: 17) mengemukakan bahwa kemampuan diartikan sebagai

kesanggupan dan keuletan yang dimiliki atau jenjang pemahaman seseorang

dalam menuangkan ilmu pengetahuan yang dimilik, yang diperoleh dari hasil

belajar. Selain itu, Sujono (1981: 10-11) mengemukakan bahwa seorang

dikatakan mampu berbicara dengan sempurna apabila ia mampu menggunakan

intonasi, pelafalan, kata, dan mampu menyusun kalimat dengan lancar alam

pembicaraannya. Pendapat lain menyatakan, kemampuan merupakan

kesanggupan menggunakan unsur-unsur bahasa untuk menyampaikan maksud

atau pesan dalam keadaan yang sesuai (Nababan, 1986: 39).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat Sujono

(1981: 10-11) mengemukakan seorang dikatakan mampu berbicara dengan

sempurna apabila ia mampu menggunakan intonasi, pelafalan, kata dan mampu

menyusun kalimat dengan lancar dalam pembicaraannya.

Page 26: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

8

2.1.3 Jenis-jenis Berbicara

Dalam berbicara terdapat beberapa jenis pembicaraan yang sering digunakan

ketika berkomunikasi. Jenis-jenis pembicaraan itu dapat dilihat dari situasi,

jumlah peserta dan jumlah pelaku.

Arsjad dan Mukti (1988: 36) mengemukakan bahwa ada beberapa jenis kegiatan

berbicara. Berbicara dapat berlangsung dalam bentuk diskusi seminar, seni drama,

wawancara, dan berpidato. Berdasarkan pengamatan secara umum ada 3 landasan

yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan berbicara antara lain: 1)

berdasarkan jumlah peserta (individual dan kelompok), 2) berdasarkan jumlah

pelaku (monolog, dialog, dan polilog), dan 3) berbicara berdasarkan situasi

(nonformal dan formal). Berikut rincian dari beberapa landasan kegiatan

berbicara.

1. Berbicara individual dan kelompok merupakan berbicara yang berdasarkan

jumlah peserta yang ada di dalam proses berbicara. Berikut rincian dari berbicara

berdasarkan pelaku.

a. Berbicara individual atau berbicara antarpribadi

Berbicara individual atau antarpribadi adalah berbicara yang mengandalkan

dua orang saja. Kegiatan berbicara antarpribadi biasanya terjadi apabila dua

orang membicarakan, mempercakapkan, merundingkan hal-hal yang bersifat

pribadi bagi pembicara.

b. Berbicara kelompok

Berbicara kelompok yaitu berbicara yang melibatkan banyak pelaku

pembicaraan. Misalnya, diskusi dan debat. Arsjad dan Mukti (1988: 23)

mengemukakan bahwa berbicara kelompok atau berbicara komunikasi dua arah

Page 27: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

9

ialah kegiatan berbicara yang berhubungan erat dengan kegiatan

mendengarkan. Keefektifan berbicara tidak hanya ditentukan oleh si

pembicara, tetapi oleh para pendengar. Berdasarkan jenisnya, berbicara

kelompok terbagi menjadi dua yaitu, kelompok kecil dan kelompok besar.

Kelompok kecil terjadi apabila seorang pembicara menghadapi 3-5 pendengar

saja, sedangkan kelompok besar terjadi apabila seorang pembicara menghadapi

pendengar berjumlah besar atau massa.

1. Berbicara berdasarkan jumlah pelaku

Rusminto, (2012: 14) mengemukakan berdasarkan jumlah pelaku yang terlibat

dalam komunikasi, berbicara dapat diklasifikasikan ke dalam tiga klasifikasi yaitu

1) monolog, 2) dialog, dan 3) polilog. Berikut rincian dari ketiga klasifikasi

berdasarkan jumlah pelaku

a. Monolog adalah berbicara yang berisi penyampaian gagasan dari satu pihak

tanpa adanya pergantian peran antara pembicara dan pendengar atau

penyampai dan penerima.

b. Berbicara dialog adalah berbicara yang dibentuk oleh adanya dua orang

pemeranserta dalam komunikasi. Adanya timbal balik antarpembicara dengan

pendengar.

c. Berbicara polilog adalah berbicara yang dibentuk oleh komunikasi yang

dilakukan lebih dari dua orang.

2. Berbicara Berdasarkan Situasi

Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi

dan lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat

nonformal atau tidak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut untuk

Page 28: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

10

mematuhi aturan-aturan dalam berlangsungnya kegiatan pembicaraan dan

mengikuti kaidah-kaidah dalam berbahasa, tetapi dalam situasi nonformal tidak

terlalu ada aturan-aturan maupun kaidah yang harus dipatuhi.

a. Berbicara dalam Situasi Informal

Arsjad dan Mukti (1988: 23) mengemukakan bahwa berbicara dalam situasi

informal merupakan kegiatan berbicara yang dilakukan pada acara-acara tidak

resmi. Biasanya berbicara informal ini jumlah pendengar tidak banyak dan sering

kali topik yang dibahas tidak hanya satu. Contohnya, berbicara dengan teman

sebaya, dengan keluarga, dan lain-lain. Akan tetapi, dalam ranah nonformal kita

juga semestinya melihat “siapa” siapa saja pelaku pembicara dan “di mana”

tempat atau lingkungan berlangsungnya kegiatan pembicaraan.

b. Berbicara dalam Situasi Formal

Arsjad dan Mukti (1988: 23) mengemukakan bahwa berbicara dalam situasi

formal, tidaklah semudah yang dibayangkan orang. Walaupun secara alamiah

setiap orang mampu berbicara, namun berbicara secara formal sering

menimbulkan kegugupan. Kegugupan yang terjadi ketika seseorang sedang

berbicara akan mengakibatkan gagasan yang dikemukakan menjadi tidak teratur

dan akhirnya bahasanya pun menjadi tidak teratur, sehingga diperlukan persiapan-

persiapan untuk berlangsungnya kegiatan berbicara dalam situasi formal.

Persiapan ini menyangkut persiapan pokok kelengkapan bahan pembicaraan.

Arsjad dan Mukti (1988: 26) mengemukakan beberapa persiapan berbicara dalam

memilih topik, menentukan tujuan, bahan dan kerangka.

Page 29: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

11

2.2 Berpidato

2.2.1 Pengertian Pidato

Pidato pada umumnya ditunjukan kepada orang atau sekumpulan orang untuk

menyatakan selamat, menyambut kedatangan tamu, memperingati hari-hari besar,

tetapi adakalanya pidato merupakan penyampaian dan penanaman pikiran,

informasi, atau gagasan dari pembicara kepada orang banyak (Karomani, 2011:

12).

Selain itu, pendapat lain menyatakan bahwa pidato merupakan cara

mengungkapkan pikiran yang disajikan dalam bentuk kata-kata kepada banyak

orang. Orang yang dapat berpidato dengan baik berarti ia dapat pula

mengutarakan pemikirannya dengan baik (Adhitya, 2010: 1).

Seseorang yang berpidato dengan baik akan meyakinkan pendengarnya untuk

menerima dan mematuhi pikiran, informasi, gagasan atau pesan yang

disampaikannya (Maidar, 1991:55). Selain Maidar, menurut Kamus Besar Umum

Bahasa Indonesia (1990: 766) pidato merupakan pengungkapan pikiran dalam

bentuk kata-kata yang ditunjukan kepada orang banyak.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat Adhitya

(2010: 1) mengemukakan bahwa pidato merupakan cara mengungkapkan pikiran

yang disajikan dalam bentuk kata-kata kepada banyak orang. Orang yang dapat

berpidato dengan baik berarti ia dapat pula mengutarakan pemikirannya dengan

baik.

Page 30: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

12

2.2.2 Langkah-langkah Berpidato

Agar kegiatan berpidato dapat berjalan dengan baik, ada beberapa langkah yang

harus dipersiapkan oleh siswa. Berikut langkah-langkah berpidato menurut

beberapa pendapat ahli.

A. Langkah-langkah Berpidato Menurut Anwar

Persiapan dan latihan secara teratur diperlukan agar kegiatan berpidato dapat

berlangsung dengan baik. Bagi sebagian orang yang sudah terbiasa berpidato di

hadapan massa, persiapan pidato dan pelatihan mungkin tidak diperlukan lagi.

Akan tetapi, bagi orang yang belum pernah pidato hal ini sangat diperlukan.

Anwar (1995: 36) mengemukakan bahwa ada tiga langkah persiapan pidato, yaitu

(a) persiapan fisik, (b) persiapan mental, dan (c) persiapan materi yang dapat

menunjang keberhasilan berpidato seseorang. Uraiannya sebagai berikut.

1. Persiapan Fisik

Persiapan fisik yang perlu dilakukan oleh siswa dalam berpidato adalah menjaga

kesehatan tubuh agar selalu dalam kondisi yang prima. Kesehatan tubuh ini sangat

berpengaruh pada penampilan pribadi siswa pada saat berpidato dan dapat

berpengaruh pada kesehatan pikiran seseorang. Jika tubuh sehat maka isi pikiran

akan keluar secara sistematis dan teratur. Persiapan fisik juga akan mendukung

faktor yang lain, seperti pandangan mata, ekspresi wajah, suara, dan gerakan

tangan.

2. Persiapan Mental

Persiapan mental yang perlu dilakukan oleh siswa dalam kegiatan berpidato

adalah siswa harus melakukan usaha-usaha yang dapat menimbulkan keberanian

Page 31: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

13

dan kepercayaan diri sehingga siswa tersebut mampu untuk berpidato di hadapan

teman-teman di depan kelas. Persiapan mental sangat diperlukan oleh siswa untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Contohnya, demam panggung, pucat,

kehilangan materi, dan kehilangan suara.

3. Persiapan Materi

Persiapan materi perlu dilakukan oleh siswa. Persiapan tersebut adalah melakukan

usaha-usaha untuk menguasai materi yang akan disampaikan di hadapan teman-

temannya. Persiapan tersebut dapat dilakukan dengan memulai menyiapkan topik

pidato, mencari bahan yang mendukung, membuat kerangka, dan mencatat hal-hal

penting yang akan disampaikan. Dengan adanya ketiga persiapan tersebut siswa

dapat berpidato dengan baik.

B. Langkah-langkah Berpidato Menurut Keraf

Ada tujuh tahap yang perlu diperhatikan dalam persiapan pidato yang baik, yaitu

(a) menentukan topik dan tujuan, (b) mengalisis situasi dan pendengar, (c)

memilih dan menyempitkan topik, (d) mengumpulkan bahan, (e) membuat

kerangka uraian, (f) menguraikan secara mendetail, (g) melatih dengan suara yang

nyaring (Keraf, 1994: 317). Uraianya sebagai berikut.

a. Menentukan Topik dan Tujuan

Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan suatu pidato

adalah menentukan topik dan tujuan. Pokok atau topik pembicaraan merupakan

persoalan yang dikemukakan, sedangkan tujuan pembicaraan berhubungan

dengan tanggapan yang diharapkan dari para pendengar berkenaan dengan

persoalan yang dikemukakan itu.

Page 32: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

14

b. Menganalisis Situasi dan Pendengar

Mengalisis situasi dan pendengar terlebih dulu perlu dilakukan agar pembicaraan

dapat mencapai tujuannya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis

pendengar adalah (1) pengetahuan pendengar mengenai topik yang dibawakan, (2)

minat dan keinginan pendengar, (3) sikap pendengar, sedangkan dalam

menganalisis situasi hal yang harus diperhatikan adalah (1) maksud tujuan

mendengarkan uraian, (2) adat kebiasaan atau tata cara kehidupan pendengar, (3)

susunan acara, (4) tempat pembicaraan berlangsung.

c. Memilih dan Menyempitkan Topik

Pemilihan topik hendaknya disesuaikan dengan sifat pertemuan serta data dan

informasi tentang situasi dan pendengar yang akan hadir dalam pertemuan.

Persoalan atau topik yang akan disajikan jangan terlalu luas, melainkan harus

disempitkan atau dibatasi, disesuaikan dengan waktu yang tersedia.

d. Mengumpulkan Bahan

Sebelum menyusun suatu naskah pidato, terlebih dahulu pembicara harus

mengumpulkan bahan yang diperlukan. Bahan tersebut harus berhubungan

dengan persoalan atau topik yang dibahas. Lebih lengkap bahan yang diperoleh,

akan memperlancar pembicara dalam menyusun suatu naskah pidato. Bahan yang

diperoleh itu akan melengkapi pengetahuan dan pengalaman pembicara dalam

pengolahan suatu naskah pidato yang disampaikan.

Page 33: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

15

e. Membuat Kerangka Uraian

Dalam membuat kerangka persoalan atau topik yang akan dibahas dibagi menjadi

beberapa bagian atau sub-subtopik. Tiap bagian dibagi pula menjadi bagian-

bagian yang lebih kecil dan menjelaskan bagian sebelumnya.

f. Menguraikan Secara Mendetail

Uraian atau naskah disusun berdasarkan kerangka yang telah dibuat sebelumnya.

Dengan kerangka yang terperinci dan tersusun baik, penyusunan naskah

diharapkan tidak akan mengalami kesulitan yang berarti.

g. Melatih dengan Kenyaringan Suara

Sebelum menyampaikan sesuatu di hadapan umum hendaknya pembicara terlebih

dahulu melakukan latihan membaca naskah pidato agar pada waktunya nanti

dapat melakukan pidato dengan lancar.

2.2.3 Tujuan Berpidato

Dalam berpidato, tentunya terdapat maksud dan tujuan dari pesan yang akan

disampaikan pembicara kepada pendengar. Berikut ini adalah rincian dari

beberapa tujuan dalam berpidato yang dikemukakan oleh Keraf dalam Kundharu

dan Slamet (2014: 58).

a) Mendorong pembicara untuk memberi semangat, membangkitkan kegairahan,

serta menunjukan rasa hormat, dan pengabdian.

b) Meyakinkan, pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan atau sikap mental/

intelektual kepada para pendengarnya.

Page 34: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

16

c) Berbuat/ bertindak, pembicara menghendaki tindakan atau reaksi fisik dari para

pendengar dengan terbangkitkannya emosi.

d) Memberitahukan, pembicara berusaha menguraikan atau menyampaikan

sesuatu kepada pendengar, dengan harapan agar pendengar mengetahui tentang

sesuatu hal, pengetahuan, dan sebagainya.

e) Menyenangkan, pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur para

pendengar agar terlepas dari kerutinan yang dialami oleh pendengar.

Tujuan pidato yang dikemukakan Keraf secara garis besar dapat dikategorikan ke

dalam tujuan utama yakni untuk menghibur, menginformasikan, dan untuk

meyakinkan. Artinya, dalam pidato yang bertujuan untuk menghibur di dalamnya

terkandung juga muatan informasi, muatan edukatif, dan mautan-muatan lainnya.

2.2.4 Kriteria Pidato yang Baik

Pidato yang baik selain memerlukan tata krama yang baik, posisi berpidato yang

baik, sistematika pidato yang baik, juga memerlukan beberapa persiapan dan

metode yang baik. Pidato memerlukan tekad, pengetahuan, perbendaharaan kata,

kebiasaan dan latihan yang intensif. Seseorang yang berpidato dengan baik akan

meyakinkan pendengarnya untuk menerima informasi, gagasan atau pesan yang

disampaikannya.

Maidar dalam Karomani (2011: 12) mengemukakan beberapa faktor yang harus

diperhatikan dalam berpidato adalah sebagai berikut.

Page 35: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

17

a) Harus mempunyai tekad dan keyakinan bahwa pembicara mampu meyakinkan

orang lain. Dengan memiliki tekad ini maka akan tumbuh keberanian dan sikap

percaya diri sehingga pembicara tidak akan ragu-ragu mengucapkan pidatonya.

b) Harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga pembicara dapat menguasai

materi dengan baik.

c) Harus memiliki pembendaharaan kata yang cukup, sehingga pembicara mampu

mengungkapkan pidato dengan lancar dan meyakinkan.

d) Harus melakukan kebiasaan atau latihan yang intensif. Persiapan yang matang

dan latihan yang intensif akan sangat membantu kelancaran berpidato.

2.2.5 Jenis-jenis Pidato

Selain tujuan dan kriteria pidato yang baik. Terdapat beberapa jenis dalam

berpidato berdasarkan pada sifat dan isi pidato. Adhitya (2010: 10)

mengemukakan beberapa jenis pidato sebagai berikut.

1. Pidato pembukaan, yaitu pidato singkat yang dibawakan oleh pembawa acara

atau MC (master of ceremony) dalam sebuah acara, seperti acara pernikahan

atau acara ulang tahun.

2. Pidato pengarahan, yaitu pidato yang dilakukan oleh seseorang pada suatu

pertemuan resmi yang berfungsi untuk memberi pengarahan dalam melakukan

sesuatu, seperti pidato dekan dalam mengarahkan acara KKN mahasiswa.

3. Pidato sambutan, yaitu pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau

peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu

yang terbatas secara bergantian, seperti pidato pada acara perpisahan sekolah.

Page 36: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

18

4. Pidato peresmian, yaitu pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh

untuk meresmikan sesuatu, seperti pidato peresmian gedung baru oleh rektor.

5. Pidato laporan, yaitu pidato yang berisi laporan, seperti pidato laporan ketua

kelompok KKN mengenai kegiatan-kegiatan KKN yang dilakukan di desa,

6. Pidato pertanggungjawaban, yaitu pidato yang berisi suatu laporan

pertanggungjawaban, seperti pidato pertanggungjawaban ketua koperasi pada

rapat akhir tahun.

2.2.6 Persiapan Berpidato

Perlu diketahui bahwa permulaan dari suatu kegiatan itu sukar. Demikian pula

halnya dengan berpidato di hadapan orang banyak. Permulaan berpidato akan

terasa sukar apabila tidak disertai dengan persiapan yang baik.

Kundharu dan Slamet (2014: 63) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang

perlu disiapkan pada waktu kita berpidato:

Pertama, bagaimana pembicara menghadapi pendengar. Selain isi pembicaraan,

penampilan seseorang saat berpidato pun harus cukup meyakinkan pendengar.

Misalnya cara berpakaian dan dandanan yang sopan.

Kedua, menghindari hal-hal yang kurang sesuai saat berpidato, misalnya

memasukan tangan ke dalam saku, memegang salah satu anggota badan atau

memakai pakaian yang tidak sesuai.

Ketiga, seseorang yang akan berpidato harus dapat berbicara dengan bahasa yang

baik agar dapat dengan jelas diterima oleh pendengar. Bahasa yang digunakan

harus logis dan menarik sehingga pendengar terhindar dari rasa bosan.

Page 37: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

19

2.2.7 Teknik dan Metode Berpidato

Persiapan yang diperlukan untuk menyusun suatu uraian lisan seperti berpidato

sangat bergantung pada metode yang digunakan. Ada empat macam metode

berpidato, yaitu metode impromptu, metode naskah, metode ekstemporan, dan

metode menghafal. Berikut penjelasan metode berpidato dari beberapa ahli.

A. Metode Berpidato Menurut Adhitya

Dalam berpidato tentunya tidak terlepas dari metode-metode yang digunakan

dalam penyampaiannya. Berikut adalah beberapa metode yang dikemukakan

Adhitya (2010: 6) sebagai berikut.

1. Metode Impromptu

Metode impromptu adalah teknik berpidato yang dilakukan tanpa persiapan dan

secara mendadak. Pada metode ini, pembicara tidak menyiapkan naskah, tidak

membaca naskah, dan tidak menghafalkan naskah.

2. Metode Membaca Naskah atau Manuskrip

Metode ini dilakukan dengan membaca naskah teks pidato yang hendak

disampaikan. Metode ini biasanya digunakan untuk acara-acara yang bersifat

resmi atau formal yang disiarkan melalui televisi atau radio, atau bisa pula pidato

seorang pejabat yang diwakilkan (dibacakan) oleh orang lain.

3. Metode Menghafal

Untuk melakukan metode ini seorang orator atau pembicara harus memiliki daya

ingat yang sangat kuat, apalagi jika materi pidato yang hendak disampaikan

sangat panjang.

Page 38: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

20

4. Metode Ekstempore (Menjabarkan kerangka)

Metode ekstempore adalah metode berpidato yang materi pidato hanya disajikan

dalam bentuk garis besar (outline) dan materi pendukung (supporting points).

B. Metode Berpidato Menurut Arsjad dan Mukti

Arsjad dan Mukti (1988: 65) mengemukakan empat metode berpidato sebagai

berikut.

1. Metode Naskah

Metode naskah adalah metode berpidato yang dilakukan dengan cara

membacakan secara langsung teks yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Kegiatan

berpidato dengan menggunakan metode ini lebih umum digunakan karena untuk

menghindari kesalahan-kesalahan yang terjadi. Namun, biasanya dalam metode

ini pembicaraan sering terkesan kaku atau menoton karena pembicara terfokus

pada naskahnya sehingga kurang melakukan interaksi dengan pendengar.

2. Metode Ekstemporan

Metode ekstemporan adalah metode berpidato dengan cara mempersiapkan

pokok-pokok bahasan yang akan disampaikan (out-line). Dalam metode

ekstemporan pembicara akan membuat catatan-catatan kecil yang berisi pokok-

pokok uraian yang akan disampaikannya.

3. Metode Menghafal (Memoriter)

Metode mengahafal adalah metode berpidato dengan adanya persiapan dari

pembicara, persiapan tersebut dapat dilakukan dengan tertulis secara lengkap

kemudian dihafal kata demi kata.

Page 39: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

21

Pembicara dengan menggunakan metode ini sering menjenuhkan dan tidak

menarik, ada kecenderungan untuk berbicara cepat-cepat dan mengeluarkan kata-

kata tanpa menghayati maknanya. Selain itu, metode ini juga sering menyulitkan

pembicara untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan reaksi-reaksi pendengar

ketika penyampaian uraiannya.

4. Metode Impromtu (Sera-merta)

Metode impromptu adalah metode berpidato yang penyampaiannya berdasarkan

kebutuhan sesaat dan tidak ada persiapan. Pembicara sebelum berbicara tidak

melakukan persiapan sama sekali dan penyampaiannya hanya mengandalkan

pengetahuan dan kemahirannya.

Metode impromptu ini umumnya digunakan oleh orang-orang yang sudah ahli

atau sudah terbiasa. Bagi juru pidato yang sudah berpengalaman.

2.2.8 Sistematika Berpidato

Berpidato adalah salah satu jenis berbicara dalam situasi formal. Pembicaraan

dalam situasi formal mempunyai aturan-aturan dan kaidah yang harus

dipersiapkan oleh pembicaraan. Aturan-aturan maupun kaidah dalam berpidato

tentunya termasuk dalam ranah kebahasaan dan nonkebahaan. Dengan kata lain,

pemaparan isi/ sistematika serta sikap dan tata cara dalam berpidato harus sesuai

agar dapat dipahami dan diterima oleh pendengar. Berikut penjelasan sistematika

berpidato menurut beberapa pendapat ahli.

Adithya (2010: 20) mengemukakan bahwa sistematika pidato ditulis sedemikian

rupa mulai dari awal hingga akhir. Setiap poin dalam sistematika pidato harus

saling terkait satu dengan yang lainnya. Hal ini bertujuan agar kita dapat teratur

Page 40: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

22

saat mengemukakan dan membahas topik yang disampaikan. Selain itu, Arsjad

dan Mukti (1988: 54) mengemukakan bahwa berpidato di hadapan umum

merupakan suatu kehormatan. Berhasil atau tidaknya pidato ini juga ditentukan

oleh tata krama berpidato. Tata krama ini disesuaikan dengan forum yang

dihadapi. Berkaitan dengan tata krama berpidato, hendaknya sebelumnya siswa

berpidato di depan umum, siswa harus mengetahui tata krama dan sistematika

berpidato.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa sistematika

berpidato ialah suatu urutan dalam penyampaian awal sampai akhir dalam

berpidato yang terdiri dari pembukaan, inti, dan penutup sehingga memiliki

keterkaitan satu sama lainnya. Dalam berpidato tentunya terdapat tata krama yang

dapat menentukan berhasil atau tidaknya pidato yang disampaikan.

2.3 Penilaian Kemampuan Berpidato

Penilaian hasil kegiatan berpidato menurut pengamatan pengamat atau penyimak

berdasarkan kriteria-kriteria penilaian tertentu. Pada dasarnya kriteria-kriteria

pidato yang dinilai itu adalah bahasa, isi, penampilan.

Nurgiantoro (1988:265) mengemukakan bahwa model lain yang digunakan dalam

penelitian berbicara adalah (khususnya dalam pidato dan cerita adalah sebagai

berikut: skala yang digunakan adalah skala 0 (sangat buruk) s.d. 10 (sangat baik),

yang meliputi:

a. Keakuratan informasi

b. Hubungan antarinformasi

c. Kecepatan struktur dan kosakata

Page 41: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

23

d. Kelancaran

e. Kewajaran urutan wacana

f. Gaya pengucapan

Tarigan (1990:26) mengemukakan dalam mengevaluasi keterampilan berbicara

seseorang, pada prinsipnya kita harus memperhatikan lima faktor yaitu:

1. Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal dan konsonan) diucapkan dengan tepat?

2. Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara serta tekanan suku kata

memuaskan?

3. Apakah ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa

referensi internal memahami bahasa yang dipergunakannya?

4. Apakah kata-kata yang diucapkannya itu dalam bentuk urutan yang tepat?

5. Sejauh manakah kewajaran dan kelancaran yang tercermin bila seseroang

berbicara?

2.4. Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berpidato

Arsjad dan Mukti (1998:17- 22) mengemukakan bahwa untuk dapat menjadi

pembicara yang baik, seorang pembicara selain harus memberikan kesan bahwa ia

menguasai masalah yang dibicarakan, si pembicara juga harus memperhatikan

keberanian dan kegairahan. Selain itu, pembicara harus berbicara dengan jelas dan

tepat. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh si

pembicara untuk keefektifan berbicara, yaitu faktor kebahasaan dan faktor

nonkebahasaan.

Page 42: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

24

2.4.1 Faktor Kebahasaan

Faktor-faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara meliputi

ketetapatan ucapan, pilihan kata (diksi), penempatan tekanan, nada, durasi, sendi,

yang sesuai, dan ketepatan sasaran pembicaraan. Rincian tersebut akan penulis

uraikan sebagai berikut.

1. Ketepatan Ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa

secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat sudah tentu pola ucapan

dan artikulasi yang kita gunakan tidak selalu sama. Pengucapan bunyi-bunyi

bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Ucapan dan

artikulasi yang digunakan tidak selalu sama. Gaya bahasa seseorang berbeda-beda

dan berubah-ubah sesuai dengan pembicaraan, perasaan dan sasaran. Jika

perbedaan dan perubahan terjadi secara mencolok, maka akan terjadi suatu

penyimpangan. Penyimpangan itu akan mengganggu keefektifan berbicara.

Misalnya kata pemerintah diucapkan pemrintah, matri dengan materi, teladan

diucapkan tauladan, dan kata sentosa diucapkan sentausa atau kata Indonesia

diucapkan Endonesia.

Ketidaktepatan dalam pengucapan bunyi-bunyi bahasa dapat menimbulkan

perbedaan makna yang disampaikan dan menyebabkan kebingungan pendengar.

Dengan demikian, pendengar akan mengalihkan perhatiannya terhadap hal-hal

lain dan akan menimbulkan kebosanan.

Page 43: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

25

2. Penempatan Tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi yang Sesuai

Tekanan adalah ciri-ciri suprasegmental yang menyertai bunyi ujaran. Nada

adalah unsur suprasegmental yang diukur berdasarkan kenyaringan suara. Ada

lima jenis nada yang dikenal, yaitu nada naik, nada datar, nada turun atau

merendah, dan nada naik turun, nada turun naik, sedangkan tempo ada sendi dan

durasi. Ketiga unsur itu tergabung dalam intonasi. Berikut uraian dari beberapa

pendapat para ahli, adalah sebagai berikut.

Sudianti dan Widyamartaya (1996: 30) mengemukakan bahwa keberhasilan

komunikasi lisan (berbicara) sangat didukung oleh intonasi atau lagu kalimat,

gerak-gerik, dan perubahan air muka. Intonasi dan gerak-gerik digunakan untuk

menekan atau menonjolkan suatu yang dikemukakan oleh pembicara.

Selain Sudianti dan Widyamartaya pendapat lain mengemukakan bahwa

mengemukakan bahwa Intonasi adalah naik-turun nada dalam berbicara, (Alwi,

2000: 82). Ketepatan penggunaan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai

mempunyai daya tarik tersendiri dalam berbicara. Walaupun masalah yang

dibicarakan kurang menarik, dengan penggunaan tekanan, nada, sendi dan durasi

yang tepat serta sesuai akan menyebabkan masalah yang dibahas menjadi

menarik, sebaliknya jika dalam penyampaiannya monoton atau datar akan

menjadi tidak menarik bagi pendengar.

Berbeda dari pendapat Alwi, Jalaludin Rahmat (2001: 22) mengemukakan bahwa

intonasi suara dapat mengungkapkan maksud dan perasaan pembicara, misalnya

nada tinggi mengungkapkan marah, takut, kaget atau kegirangan. Nada rendah

sebaliknya menunjukan rasa tenang atau sedih. Nada naik turun antusiasme atau

Page 44: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

26

semangat dan yang datar menunjukan suara bosan atau tidak bersungguh-

sungguh.

Demikian juga halnya dalam pemberian tekanan pada kata atau suku kata.

Tekanan suara yang biasanya jatuh pada suku kata kedua dari belakang, kemudian

kita tempatkan pada suku kata pertama. Misalnya kata penyanggah, pemberani,

kesempatan, kita beri tekanan pada pe-, pem-, ke-, tentu kedengarannya janggal.

Dalam hal ini perhatian pendengar dapat beralih kepada cara berbicara pembicara,

sehingga pokok pembicaraan atau pesan yang disampaikan kurang diperhatikan,

akibatnya keefektifan komunikasi tentu terganggu.

3. Pilihan Kata (Diksi)

Arsjad dan Mukti (1988: 19) mengemukakan bahwa pilihan kata hendaknya tepat,

jelas dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang

menjadi sasaran. Pendengar akan lebih termotivasi dan akan lebih paham, kalau

kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya,

kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk,

dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Kata-kata yang belum dikenal

memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran

komunikasi.

Selain itu, Budi. K (1990: 125) mengemukakan bahwa pilihan kata atau diksi di

dalam Bahasa Indonesia kita mengenal adanya sinonim, namum pengertian

sinonim dalam bahasa Indonesia sebenarnya bersifat kuasi sinonim atau sinonim

semu. Kata bapak misalnya tidak dapat digantikan oleh kata ayah, kata indah

tidak dapat digantikan oleh kata baik, dan sebagainya. Selain itu sering muncul

Page 45: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

27

sinonim yang berasaal dari bahasa pergaulan, sehingga pemakainnya

menimbulkan kesan tidak formal. Kata maling misalnya, hampir sama dengan

kata pencuri, demikian juga kata banget dengan sekali atau sangat, gede dengan

kata besar, dan sebagainya.

4. Ketepapan Sasaran Pembicara

Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat

efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan

penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan

penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif,

kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh,

meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat.

Berikut ini faktor-faktor yang menentukan efektif dan tidaknya suatu kalimat yang

dikemukakan oleh Budi. K (1990: 128-139).

1. Pemakaian Tanda Baca

Tanda baca (dalam berbicara dapat digantikan dengan intonasi), adalah suatu alat

kalimat yang berupa tanda-tanda ekstra lingual seperti koma (,), titik (.), tanda

seru (!), dan sebagainya yang sangat besar peranannya dalam menentukan makna

kalimat.

2. Bentuk Kata

Bentuk kata di sini adalah perubahan suatu kata. Setiap perubahan bentuk kata

selalu membawa atau mengakibatkan perubahan makna. Ketidaktepatan

pemakaian bentuk kata dalam suatu kalimat, menyebabkan kalimat itu tidak

efektif, dan bahkan tidak komunikatif.

Page 46: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

28

Contoh:

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan himbau para orang tua asuh.

Kata yang dicetak miring dalam kalimat tersebut bentukan yang baku adalah

menghimbau. Sebab kata kerja tak berawalan pada umumnya sebagai pembentuk

kalimat imperatif atau perintah, termasuk bentuk kata himbau dalam kalimat di

atas.

3. Urutan Kata

Yang dimaksud dengan urutan kata ialah penempatan kata atau kelompok kata

sesuai dengan fungsi yang dimilikinya. Di dalam kalimat, kata atau kelompok

kata yang memiliki fungsi-fungsi tertentu akan menduduki pola urutan atau

susunan tertentu pula. Penempatan kata atau kelompok kata yang tidak sesuai

dengan fungsi dan artinya, sehingga dapat menyebabkan kalimat itu tidak efektif.

Contoh:

Pada kalimat tidak efektif “Buku itu sudah saya baca” sedangkan apabila kita

hendak menempatkan saya sebagai subjek, maka susunan kalimatnya adalah

“Saya sudah membaca buku itu”.

4. Pilihan Kata

Kata sinonim dalam Bahasa Indonesia merupakan sinonim semu. Ini berarti

bahwa kata-kata yang bersinonim itu pada umumnya hanya mempunyai

kemiripan makna, sehingga masing-masing tidak dapat bervariasi secara bebas

tanpa menimbulkan perubahan arti. Pemilihan kata di antara kata-kata yang

bersinonim yang tidak tepat, dapat menimbulkan kalimat tersebut tidak efektif.

Page 47: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

29

Contoh:

a. Guru membetulkan jawaban muridnya.

b. Guru membenarkan jawaban muridnya.

Kata membetulkan dalam kalimat nomor 1 mengandung arti bahwa jawaban

murid itu salah, dan dibuat menjadi betul, sedangkan kata membenarkan dalam

kalinat nomor 2, berarti bahwa jawaban murid tersebut sudah benar, jadi

membenarkan di situ berarti guru mengatakan benar.

2.4.2 Faktor Nonkebahasaan

Selain faktor kebahasaan ada juga faktor nonkebahasaan untuk menunjang

keefektifan berbicara. Faktor nonkebahasaan terdiri dari, sikap yang wajar

pandangan terhadap lawan bicara, menghargai pendapat orang lain, mimik/gerak-

gerik, kenyaringan suara, kelancaran dan penguasaa topik Berikut ini adalah

rincian yang akan penulis uraikan dalam faktor nonkebahasan yang dikemukakan

oleh Arsjad dan Mukti (1998: 17-22).

1. Sikap yang Wajar, Tenang dan Tidak Kaku

Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentulah akan memberikan kesan

pertama yang kurang menarik. Padahal kesan pertama ini yang sangat penting

untuk menjamin adanya kesinambungan lawan bicara dalam pidato. Dari sikap

yang wajar saja sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukan otoritas dan

integritas dirinya. Tentu saja sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi,

tempat, dan penguasaan materi. Penguasaan materi yang baik, setidaknya akan

menghilangkan kegugupan, namun bagaimanapun sikap ini memerlukan latihan.

Dengan memperbanyak latihan maka rasa gugup akan hilang sehingga

Page 48: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

30

menimbulkan sikap tenang dan wajar. Sebaiknya dalam melakukan latihan sikap

ini yang ditanamkan lebih awal, karena sikap ini merupakan modal utama untuk

kesuksesan berbicara.

2. Padangan Harus Diarahkan Kepada Lawan Bicara

Agar pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam kegiatan berbicara,

pandangan pembicara sangat membantu. Hal ini sering diabaikan pembicara.

Pandangan yang hanya tertuju pada satu arah, akan menyebabkan pendengar

merasa kurang diperhatikan dan akan menimbulkan rasa bosan pendengar dan

akan memberi kesan yang kurang baik terhadap pendengar. Saat kita berbicara

maka pandangan kita harus tertuju pada lawan bicara kita agar maksud dan tujuan

kita akan dapat mudah dimengerti oleh pendengar.

3. Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain.

Dalam menyampaikan isi pembicaraan, seorang pembicara hendaknya memiliki

sikap terbuka, dalam arti dapat menerima pendapat pihak lain, bersedia menerima

kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru. Pembicara

yang baik yaitu pembicara yang dapat menghargai pendapat orang lain dengan

mempersilakan pendengar untuk menyampaikan kritikan atau pendapat terhadap

isi dan tujuan pembicaraan.

4. Gerak-gerik dan Mimik yang Tepat.

Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan berbicara.

Hal-hal yang penting selain pemberian tekanan pada kalimat, biasanya juga

dibantu dengan gerak tangan atau mimik. Hal ini dapat menghidupkan

komunikasi, artinya tidak kaku.

Page 49: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

31

5. Kenyaringan Suara

Sebelum menyampaikan suatu uraian di depan orang banyak atau umum

hendaknya pembicara melakukan latihan untuk persiapan pidato agar nantinya

dapat berpidato secara lancar. Salah satu hal yang akan dilatih ketika akan

berpidato adalah kenyaringan suara. Kegiatan latihan dengan suara yang nyaring

dilakukan oleh siwa di rumah.

Kenyaringan suara adalah volume suara yang dapat didengar dengan jelas oleh

pendengar (Arsjad dan Mukti, 1988: 21). Dalam berpidato volume suara sangat

penting untuk diperhatikan ketika berpidato. Kenyaringan suara yang digunakan

tentu harus disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustik.

Penempatan pembicarapun harus disesuaikan dengan pendengar agar ketika

berbicara suara tersebut dapat sampai dengan jelas tanpa harus berteriak.

Kenyaringan suara perlu diperhatikan oleh pembicara untuk menunjang

keefektifan berbicara. Jangan sampai suara terlalu nyaring atau berteriak-teriak di

tempat akustik yang terlalu sempit atau sebaliknya suara terlalu lemah pada

ruangan luas sehingga tidak dapat ditangkap oleh pendengar.

6. Kelancaran

Kelancaran dalam berpidato adalah lancar dalam berpidato dari awal sampai akhir

tanpa terputus-putus (Arsjad dan Mukti, 1988: 21). Kelancaran dalam berbahasa

akan lebih memudahkan pendengar dalam menangkap isi pembicaraan. Banyak

ditemukan pembicara dalam pidato yang terputus-putus, dan mengakibatkan

ketidaklogisan. Dalam berpidato pembicara juga terkadang terdengar selipan-

selipan bunyi tertentu yang dapat mengganggu penangkapan pesan oleh

Page 50: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

32

pendengar, misalnya bunyi ee, oo, atau bunyi yang lain. Tidak jarang juga ada

pembicara yang berbicara terlalu cepat, hal ini juga akan mengganggu pendengar

ketika menangkap pokok pembicaraan.

Persiapan mental dan fisik pembicara dapat memengaruhi kelancaran berpidato,

demam panggung atau gugup akan membuat pembicara tidak konsentrasi dan

dapat berakibat pidato terputus-putus. Oleh sebab itu, pembicara harus melakukan

latihan terlebih dahulu sebelum berpidato.

7. Penguasaan Topik

Perisiapan materi dalam berpidato sangatlah penting. Topik yang ingin

disampaikan hendaknya benar-benar dikuasai. Persiapan topik akan memengaruhi

kelancaran dan keberanian pembicara. Misalnya topik yang dipilih siswa adalah

ajakan melestarikan alam maka siswa tersebut harus menjabarkan topik tersebut

dengan didukung oleh pendapat atau fakta-fakta yang ada.

Dalam berpidato diperlukan kesiapan yang matang. Penguasaan topik akan sangat

membantu pembicara menjadi lebih percaya diri dalam menyampaikan pidato.

Semakin banyak pengetahuan pembicara maka akan semakin luas penguasaan

topik yang dimiliki pembicara. Pembicara yang memilik pengetahuan yang luas

mengenai topik yang akan dibicarakan akan memudahkan pembicara untuk dapat

dengan lancar dalam penyampaian maksud dan tujuannya. Sehingga, dapat

terhindar dari rasa kegugupan atau tidak percaya diri.

Page 51: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.

Dikatakan deskritif kualitatif karena dalam penelitian ini berusaha untuk

memaparkan secara obyektif dengan cara data yang telah dikumpulkan

diindentifikasi, dianalis, dideskripsikan dan diinterpretasikan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan berpidato siswa

kelas X SMA Negeri 3 Kotabumi Tahun Pelajaran 2016/2017.

3.2 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah seluruh individu yang akan dikenai sasaran

generalisasi dan sampel-sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 3

Kotabumi yang berjumlah 195 siswa.

Table 3.1 Jumlah Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Kotabumi Tahun Pelajaran2016/2017

No. Kelas Jumlah

1.2345

X MIPA 1X MIPA 2X MIPA 3

X IPS 1X IPS 2

40 siswa40 siswa40 siswa38 siswa37 siswa

Jumlah 195 siswa

Page 52: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

34

3.3 Sampel

Sampel penelitian menurut Arikanto (2006: 134) mengemukakan bahwa apabila

subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik semua dijadikan sampel, sehingga

merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil

antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik sample random

sampling. Berdasarkan pendapat di atas maka sampel yang diambil dalam

penelitian ini adalah 20% dari jumlah siswa setiap kelas. Jumlah sampel untuk

setiap kelas dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini.

Table 3.2 Jumlah Siswa yang Menjadi Sampel Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa 20% dari jumlahsiswa

JumlahSampel

1.2.3.4.5.

X MIPA 1X MIPA 2X MIPA 3

X IPS 1X IPS 2

40 siswa40 siswa40 siswa38 siswa38 siswa

888

7,67,6

88888

Jumlah 195 siswa 39,2 40(Sumber: SMA Negeri 3 Kotabumi, Desember 2016)

Dengan langkah-langkah penentuan data sebagai berikut.

1. Menggulung daftar siswa yang terdapat pada kertas kecil tersebut satu per satu,

kemudian dimasukan ke dalam gelas yang tutupnya telah sedikit dilubangi.

Gelas dikocok dan dikeluarkan untuk membuat kelompok-kelompok kecil yang

berisikan 5 siswa per kelompok.

2. Nama-nama siswa yang keluar akan membentuk kelompok kecilnya sendiri

sesuai urutan nama yang keluar.

Page 53: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

35

3. Masing-masing kelompok menentukan judul pidato yang akan dibawakan

temannya di pertemuan selanjutnya.

4. Masing-masing kelompok menentukan sendiri nama siswa yang akan dijadikan

data penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri atas teknik tes dan teknik

dokumentasi. Teknik tes berupa tes lisan yang berbentuk tes berpidato, teknik

pelengkap berupa pendokumentasian secara audio visual (menggunakan

handphone), dan teknik observasi nonpartisipan. Pendokumentasian tersebut

digunakan penulis untuk memperoleh data kemampuan siswa dalam berpidato

yang terdiri atas faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan, dan observasi

nonpartisipan adalah dimana observer tidak ikut di dalam kehidupan orang yang

akan diobservasi, dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat. Di dalam

hal ini observer hanya bertindak sebagai penonton saja tanpa harus ikut terjun

langsung ke lapangan.

Langkah-langkah yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut.

1. Siswa yang akan menjadi sampel penelitian diminta untuk memilih topik yang

telah ditentukan, yaitu 1) ajakan melastarikan alam dan lingkungan hidup, 2)

penyalahgunaan obat-obatan terlarang 3) Pemanasan global warming 4) dampak

kegiatan ekstrakulikuler. Selanjutnya, siswa diminta untuk memberikan judul

pidato yang akan dibawakannya pada pertemuan selanjutnya kepada guru mata

pelajaran Bahasa Indonesia.

Page 54: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

36

2. Dalam pertemuan selanjutnya, siswa ditugasi untuk berpidato. Pidato ini

dilakukan di depan kelas dalam waktu maksimal 5 menit.

3. Hal-hal yang dinilai meliputi penskoran terhadap faktor kebahasaan dan

nonkebahasaan. Penilaian dibantu oleh Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia SMA

Negeri 3 Kotabumi.

3.5 Teknik Analisis Data

Hal-hal yang dinilai dalam penelitian ini ada dua aspek, yaitu faktor kebahasaan

dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi ketepatan ucapan, intonasi,

pilihan kata/diksi. Faktor nonkebahasan, meliputi sikap yang wajar, tenang dan

tidak kaku, mimik/gerak-gerik, kenyaringan suara, kelancaran dan penguasaan

topik. Berikut adalah Indikator uji kemampuan berpidato adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Indikator Uji Kemampuan Berpidato

No Indikator Deskripsi Skor

A

1.

Faktor

Kebahasaan

Ketetapan

Ucapan

1. Pengucapan kata-kata dalam berpidato tepat2. Terdapat 1-5 pengucapan kata-kata yang

tidak tepat.3. Terdapat 6-10 pengucapan kata-kata yang

tidak tepat4. Terdapat 11-15 pengucapan kata-kata yang

tidak tepat5. Terdapat ≥ 16 pengucapan kata-kata yang

tidak tepat

54

3

2

1

Page 55: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

37

2. Intonasi 1. Pembicara berbicara dengan intonasi(penempatan tekanan, sendi, nada, durasiyang sesuai) yang tepat

2. Pembicara berbicara dengan intonasi (penempatantekanan, sendi, nada, durasi yang sesuai) yangterlalu cepat

3. Pembicara berbicara dengan intonasi (penempatantekanan, sendi, nada, durasi yang sesuai) yang tepat, tetapi lambat

3. Pembicara berbicara dengan intonasi (penempatantekanan, sendi, nada, durasi yang sesuai) yang tepat tetapi terlalu lamba

4. Pembicara berbicara dengan intonasi yangdatar

5

4

3

2

1

3. Pilihan kata/diksi.

1. Semua pilihan kata yang digunakan tepat2. Terdengar 1-5 kata yang digunakan tidak

tepat3. Terdengar 6-10 pilihan kata yang digunakan

tidak tepat4. Terdengar 11-15 pilihan kata yang

digunakan tidak tepat5. Terdengar lebih dari 16 pilihan kata yang

digunakan tidak tepat.

54

3

2

1

B.

4.

FaktorNonkebahasaan

Sikap yangwajar,tenang, dantidak kaku

1. Pembicara berbicara dengan sikap wajar,tenang dan tidak kaku

2. Pembicara berbicara dengan sikap wahar,tidak tenang, dan tidak kaku

3. Pembicara berbicara dengan sikap wajar,tidak tenang, dan kaku

4. Pembicara berbicara dengan sikap tidakwajar, tidak tenang, dan kaku

5. Pembicara berbicara dengan sikap sangattidak wajar, tidak tenang, dan kaku

5

4

3

2

1

5. Mimik/gerak-gerik

1. Pembicara berbicara dengan mimik/gerak-gerik yang sangat tepat

2. Pembicara berbicara dengan mimik/ gerak-gerik yang tepat

3. Pembicara berbicara dengan mimik/ gerak-gerik yang kurang percaya diri

5

4

3

Page 56: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

38

4. Pembicara berbicara dengan mimik/ gerak-gerik yan tidak tepat

5. Pembicara berbicara dengan mimik tanpadisertai gerak-gerik/ datar

2

1

6. Kenyaringansuara

1. Pembicara berbicara dengan volume suarayang jelas sehingga dapat didengar olehsemua pendengar

2. Pembicara berbicara dengan volume suaradengan terlalu keras

3. Pembicara berbicara dengan volume awalyang kurang jelas sehingga hanya dapatterdengar oleh sebagaian orang.

4. Pembicara berbicara dengan volume awalyang jelas namun lama-kelamaan kurangjelas kemudian jelas kembali sehinggamengganggu pendengar.

5. Pembicara berbicara dengan volume suarayang tidak jelas sehingga tidak dapatdidengar oleh semua pendengar.

5

4

3

2

1

7. Kelancaran 1. Pembicara dapat menyampaikan topikpembicaraan dengan lancar.

2. Terdapat 1-5 ksalahan pada ketidaklancaraanberbicara (berbicara terputus-putus,pengulangan kata, menyelipkan bunyi-bunyitertentu)

3. Terdapat 6-10 ksalahan padaketidaklancaraan berbicara (berbicaraterputus-putus, pengulangan kata,menyelipkan bunyi-bunyi tertentu)

4. Terdapat 11-15 ksalahan padaketidaklancaraan berbicara (berbicaraterputus-putus, pengulangan kata,menyelipkan bunyi-bunyi tertentu)

5. Pembicara berbicara tidak lancar sehinggapidato tidak dapat berlanjut

5

4

3

2

1

8. PenguasaanTopik

1. Siswa dapat menguasai topik dengan sangatbaik.

2. Siswa dapat menguasai topik dengan baik3. Siswa kurang dapat menguasai topik4. Siswa tidak dapat menguasai topik5. Siswa berbicara keluar dari topik

5

4321

Total 40

(Dimodifikasi dari Nurgiantoro, Arsjad dan Mukti)

Page 57: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

39

Dalam hal penilaian, data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif.

Statistik yang digunakan yaitu persentase, yakni untuk mengetahui persentase

kemampuan berpidato baik secara individu maupun secara klasikal. Pada

penelitian ini ada dua aspek yang dinilai, yaitu faktor kebahasaan dan faktor

nonkebahasaan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data, yaitu sebagai berikut.

1. Penulis mengamati langsung pidato siswa dan dilengkapi hasil rekaman pidato

siswa.

2. Penulis melakukan penilaian terhadap faktor kebahasaaan, yaitu ketetapan

ucapan, intonasi, pilihan kata serta faktor nonkebahasaan, yaitu sikap yang wajar,

tenang dan tidak kaku, pandangan, kenyaringan suara, kelancaran dan penguasaan

topik.

3. Menjumlah skor pidato secara keseluruhan baik faktor kebahasaan maupun

faktor nonkebahsaan dengan pedoman pada tolak ukur Tabel 3.3.

4. Menghitung rata-rata kemampuan siswa dalam berpidato pada faktor

kebahasaan dan nonkebahasaan dengan memakai rumus sebagai berikut.

X%100

N

X

N

Keterangan:

X = Nilai akhir

Ʃx = Skor yang diperoleh

Page 58: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

40

N = Jumlah Sampel

5. Menentukan tingkat kemampuan siswa dengan tolak ukur di bawah ini

Tabel 3.4 Tolak ukur Penilaian Faktor Kebahasaan dan FaktorNonkebahasaan

Rentang Persentase Mutu Tingkat Kemampuan

85% - 100%75% - 84%60% - 74%40% - 59%0% - 39%

54321

Baik SekaliBaik

CukupKurangGagal

(Nurgiantoro, 2001: 399)

Page 59: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

1. Tingkat kemampuan berpidato pada faktor kebahasaan siswa kelas X SMA

Negeri 3 Kotabumi tahun pelajaran 2016/2017 tergolong dalam kategori

cukup dengan skor rata-rata 68%. Adapun kemampuan berpidato siswa yang

termasuk dalam faktor kebahasaan yaitu (1) ketepatan ucapan termasuk dalam

kategori cukup dengan skor rata-rata 67,5%, (2) penggunaan intonasi termasuk

dalam kategori cukup dengan skor rata-rata 70,5% dan (3) pilihan kata

termasuk dalam kategori cukup dengan pemerolehan skor rata-rata 65,5%.

2. Tingkat kemampuan berpidato pada faktor nonkebahasaan siswa kelas X

SMA Negeri 3 Kotabumi tahun pelajaran 2016/2017 termasuk dalam kategori

cukup dengan skor rata-rata 69,4%. Adapun kemampuan berpidato siswa yang

termasuk dalam faktor nonkebahasaan yaitu (1) Sikap yang wajar, tenang dan

tidak kaku, termasuk dalam kategori cukup 71%, (2) Mimik/ gerak-gerik

termasuk dalam kategori cukup 72%, (3) Kenyaringan suara termasuk dalam

kategoi cukup 68%. (4) Kelancaran dengan skor rata-rata 66,5% termasuk

dalam kategori cukup dan (5) Aspek Penguasaan Topik memperoleh skor rata-

rata 68,5%, termasuk dalam kategori cukup.

Page 60: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

72

3. Tingkat Kemampuan berpidato siswa kelas X SMA Negeri 3 Kotabumi tahun

pelajaran 2016/2017 secara keseluruhan termasuk dalam kategori cukup

dengan skor rata-rata 69%.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyampaikan beberapa

saran sebagai berikut.

1. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa rata-rata kemampuan siswa

berpidato pada faktor kebahasaan dan nonkebahasaan, terutama ketepatan

ucapan, pilihan kata, kenyaringan dan kelancaraan mendapatkan skor

pemerolehan paling rendah. oleh sebab itu, penulis menyarankan agar siswa

mempelajari lebih giat pokok bahasan tentang tata cara berpidato yang baik

terutama dalam aspek terutama ketepatan ucapan, pilihan kata, kenyaringan

dan kelancaraan dalam berpidato.

2. Kepada guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Kotabumi diharapkan lebih

memperhatikan mutu pelajaran dengan lebih memfokuskan pembelajaran

mengenai berpidato, terutama pada faktor kebahasaan adalah ketepatan

ucapan dan pilihan kata/diksi, sedangkan faktor nonkebahasaan adalah

kenyaringan dan kelancaraan masih tergolong dalam kategori cukup yang

terendah.

3. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan ketika melakukan penelitian yang

serupa dengan skripsi ini memfokuskan pada penelitian berpidato dengan

menggunakan metode-metode dalam berpidato khusunya metode menghafal

karena metode tersebut belum dilakukan penelitian secara khusus.

Page 61: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

DAFTAR PUSTAKA

Adhitya, Dea. 2010. Memahami Pidato. Bogor: Quadra.

Arikanto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: BumiAksara.

Arsad, Maidar G. Dan U. S. Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara

Bahasa Indonesia. IKIP Jakarta: Erlangga.

Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka

Akhmad Sudrajat. 1986. Pengertian Pendekatan, Strategi,Metode, Teknik dan

Model Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Anwar, Gertari. 1995. Teknik dan Seni Berpidato. Jakarta: Rineka Cipta

Budi, Santoso K. 1990. Problematika Bahasa Indonesia. Jakarta: Reneka Cipta

Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia SMA. Jakarta: Depdiknas.

Elyana, Oktariza S. 2011. Kemampuan Berbicara dalam diskusi Kelompok Siswa

Kelas V SD Ismaria Al-Quraniam Raja Basa Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2010/ 2011. Skripsi Mahasiswa FKIP Unila. Bandar Lampung:

FKIP Unila.

Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah

Karomani. 2011. Keterampilan Berbicara 2. Ciptaan Tanggerang

Selatan:Matabaca Publishing.

Kundharu S dan St. Y. Slamet. 2004. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa

Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Purwadarminta, W. J. S. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan. Bandung: Yrama Widya

Mulyasa, E. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya.

Page 62: KEMAMPUN BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 …digilib.unila.ac.id/29599/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M.Khairul

Nababan, P.W.J. 1986. Sosiolinguistik suatu pengantar. Jakarta: Gramedia

Pustaka Umum.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia BPFE. Yogyakarta

Rachmat, Jalaludin. 2001. Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Semi, M. Natar. 1991. Terampil Berpidato. Bandung: Titian Ilmu

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya,

Jakarta: Rineka