kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika ... · oleh karena itu, diperlukan tahapan...

7
241 KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN STRATEGI PENGAMBILAN SUDUT PANDANG YANG BERBEDA Maria Kristin S. Sihombing Magister Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, [email protected] Scolastika Lintang R. R. Magister Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, [email protected] Abstrak Kecenderungan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika saat ini adalah menggunakan prosedur rutin yang telah diberikan oleh guru saat pembelajaran di sekolah. Kecenderungan ini disebab- kan karena belum adanya wawasan siswa dalam penggunaan strategi lain untuk menyelesaikan masalah matematika. Pada beberapa masalah matematika penggunaan prosedur rutin ini membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dan rumit. Oleh karena itu, diperlukan tahapan pengenalan strategi pemecahan masalah matematika dalam soal-soal tertentu. Dalam hal ini peneliti akan memperkenalkan strategi pemecahan masalah matematika dengan sudut pandang yang berbeda. Subjek penelitian ini adalah 10 siswa di SMP Bopkri Yogyakarta. Hasil pekerjaan siswa akan dianalisis untuk melihat kemampuan siswa dalam menggunakan strategi lain dalam menyelesaikan masalah matematika. Hasil penelitian ini berupa deskripsi pola pikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang berkaitan dengan penggunaan strategi pengambilan sudut pandang lain. Berdasarkan persentase, pada permalasahan 1 dapat dilihat bahwa kecenderungan siswa Kelas VIII menggunakan prosedur rutin lebih banyak diband- ingkan yang mengerjakan dengan strategi sudut pandang lain, yaitu 57,1% dan 42,9%, sedangkan di Kelas IX 100% siswa menggunakan prosedur rutin. Pada permasalahan 2, kecenderungan siswa Kelas VIII menggunakan prosedur rutin lebih banyak dibandingkan yang mengerjakan dengan strategi sudut pandang lain, yaitu 85,6% dan 14,4%, sedangkan di Kelas IX 100% siswa menggunakan prosedur rutin. Kata Kunci: masalah matematika, strategi, pengambilan sudut pandang yang berbeda. Abstract Today, students’ tendency in solving mathematical problems is using a routine procedure that has been given by the teacher during a lesson in their school. This tendency is caused by the lack of stu- dents’ knowledge in using another strategies to solve mathematical problems. It takes a relatively long and complicated by using this routine procedure to solve mathematical problem. Thus, the stages of the introduction in mathematical problem solving strategies in certain matters are necessary. In this case, researchers will introduce mathematical problem solving strategies with different point of view. The subjects were 11 students in Bopkri junior high school Yogyakarta. The results of students’ assignment will be analyzed in order to see the student’s ability using a different strategy in solving mathematical problems. The results of this study are the descriptions of students’ way of thinking in solving math- ematical problems related to the using of another strategic point of view. Based on the percentage, it can be seen in the first problem that the tendency of student grade VIII is using more routine procedure than working with a different point of view strategy, which is 57.1% and 42.9%, while in grade IX the students that use routine procedures is 100%. In the second problem, the tendency of students grade VIII is using more routine procedure than working with different point of view strategy, which is 85.6% and 14.4%, while in grade IX the students that use routine procedures is 100%. Keywords: mathematical problems, strategies, taking different point of view. PENDAHULUAN Kecenderungan peserta didik saat menghadapi masalah matematika adalah menyelesaikannya dengan prosedur atau cara-cara rutin yang diketahuinya. Padahal tidak semua masalah matematika dapat secara efisien diselesaikan menggunakan prosedur rutin tersebut. Salah satu penyebab terjadinya kecenderungan ini adalah karena dalam pembelajarannya di sekolah, peserta didik kurang dilatih untuk mengkonstruksi sendiri pemikirannya dalam menemukan rumus-rumus untuk menyelesaikan masalah matematika. Kurangnya latihan dan pembiasaan pemberian soal-soal latihan yang mengasah pemikiran menyebabkan peserta didik hanya terpaku pada prosedur rutin yang diberikan di

Upload: vanliem

Post on 08-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

241

KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN STRATEGI PENGAMBILAN SUDUT PANDANG YANG BERBEDA

Maria Kristin S. SihombingMagister Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, [email protected]

Scolastika Lintang R. R.Magister Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, [email protected]

Abstrak

Kecenderungan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika saat ini adalah menggunakan prosedur rutin yang telah diberikan oleh guru saat pembelajaran di sekolah. Kecenderungan ini disebab-kan karena belum adanya wawasan siswa dalam penggunaan strategi lain untuk menyelesaikan masalah matematika. Pada beberapa masalah matematika penggunaan prosedur rutin ini membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dan rumit. Oleh karena itu, diperlukan tahapan pengenalan strategi pemecahan masalah matematika dalam soal-soal tertentu. Dalam hal ini peneliti akan memperkenalkan strategi pemecahan masalah matematika dengan sudut pandang yang berbeda. Subjek penelitian ini adalah 10 siswa di SMP Bopkri Yogyakarta. Hasil pekerjaan siswa akan dianalisis untuk melihat kemampuan siswa dalam menggunakan strategi lain dalam menyelesaikan masalah matematika. Hasil penelitian ini berupa deskripsi pola pikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang berkaitan dengan penggunaan strategi pengambilan sudut pandang lain. Berdasarkan persentase, pada permalasahan 1 dapat dilihat bahwa kecenderungan siswa Kelas VIII menggunakan prosedur rutin lebih banyak diband-ingkan yang mengerjakan dengan strategi sudut pandang lain, yaitu 57,1% dan 42,9%, sedangkan di Kelas IX 100% siswa menggunakan prosedur rutin. Pada permasalahan 2, kecenderungan siswa Kelas VIII menggunakan prosedur rutin lebih banyak dibandingkan yang mengerjakan dengan strategi sudut pandang lain, yaitu 85,6% dan 14,4%, sedangkan di Kelas IX 100% siswa menggunakan prosedur rutin. Kata Kunci: masalah matematika, strategi, pengambilan sudut pandang yang berbeda.

Abstract

Today, students’ tendency in solving mathematical problems is using a routine procedure that has been given by the teacher during a lesson in their school. This tendency is caused by the lack of stu-dents’ knowledge in using another strategies to solve mathematical problems. It takes a relatively long and complicated by using this routine procedure to solve mathematical problem. Thus, the stages of the introduction in mathematical problem solving strategies in certain matters are necessary. In this case, researchers will introduce mathematical problem solving strategies with different point of view. The subjects were 11 students in Bopkri junior high school Yogyakarta. The results of students’ assignment will be analyzed in order to see the student’s ability using a different strategy in solving mathematical problems. The results of this study are the descriptions of students’ way of thinking in solving math-ematical problems related to the using of another strategic point of view. Based on the percentage, it can be seen in the first problem that the tendency of student grade VIII is using more routine procedure than working with a different point of view strategy, which is 57.1% and 42.9%, while in grade IX the students that use routine procedures is 100%. In the second problem, the tendency of students grade VIII is using more routine procedure than working with different point of view strategy, which is 85.6% and 14.4%, while in grade IX the students that use routine procedures is 100%.Keywords: mathematical problems, strategies, taking different point of view.

PENDAHULUAN Kecenderungan peserta didik saat menghadapi

masalah matematika adalah menyelesaikannya dengan prosedur atau cara-cara rutin yang diketahuinya. Padahal tidak semua masalah matematika dapat secara efisien diselesaikan menggunakan prosedur rutin tersebut. Salah satu penyebab terjadinya kecenderungan

ini adalah karena dalam pembelajarannya di sekolah, peserta didik kurang dilatih untuk mengkonstruksi sendiri pemikirannya dalam menemukan rumus-rumus untuk menyelesaikan masalah matematika. Kurangnya latihan dan pembiasaan pemberian soal-soal latihan yang mengasah pemikiran menyebabkan peserta didik hanya terpaku pada prosedur rutin yang diberikan di

242 Prosiding Seminar Nasional Reforming Pedagogy 2016

sekolah.Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan suatu

penelitian untuk mengetahui bagaimana sudut pan-dang, proses berpikir, dan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika. Dengan mengetahui hal tersebut, diharapkan pembelajaran di sekolah selanjutnya dapat membantu peserta didik un-tuk meningkatkan proses berpikirnya. Salah satu upaya yang mungkin dilakukan adalah memberikan soal-soal latihan yang dapat melatih peserta didik untuk berpikir menyelesaikan masalah matematika menggunakan strategi-strategi lain yang lebih efisien.

Salah satu strategi pemecahan masalah matematika yang ingin penulis amati adalah strategi pengambilan sudut pandang yang berbeda. Hal ini dikarenakan sudut pandang dalam pemahaman suatu permasalahan matematika merupakan langkah awal penting yang menentukan pemilihan strategi pemecahan masalah matematika tersebut. Penulis ingin melihat apakah peserta didik dapat melihat dari sudut pandang lain dari suatu permasalahan matematika agar dapat diselesaikan dengan tepat dan lebih efiien dari pemecahan masalah matematika yang menggunakan prosedur rutin.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaima-na proses berpikir peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika dengan strategi pengambilan sudut pandang yang berbeda. Penelitian ini dilakukan pada 11 orang peserta didik SMP BOPKRI 1 Yogyakarta, dimana 7 orang diantaranya adalah peserta didik kelas VIII dan 4 orang lainnya adalah peserta didik kelas IX. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis proses ber-pikir anak saat menyelesaikan permasalahan matemati-ka. Hal ini yang nantinya digunakan untuk mengetahui sudut pandang, proses berpikir, dan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika.

Sebelum membahas lebih lanjut menganai hasil penelitian, diberikan rangkuman kajian teoritik mengenai pemacahan masalah matematika. Menurut Posamentier (1998), pada dasarnya yang dimaksud dengan masalah adalah situasi yang dihadapi seseorang, yang membutuhkan solusi, dan jalan untuk mendapatkan solusi tersebut tidak segera diketahui. Jadi dapat diberikan definisi bahwa masalah matematika adalah situasi dimana persoalan yang mengandung ide-ide matematika memiliki potensi untuk memberikan tantangan intelektual guna meningkatkan pemahaman dan pengembangan matematika siswa, sehingga biasanya berupa persoalan-persoalan yang tidak dapat dengan segera atau efisien diselesaikan dengan prosedur rutin. Secara garis besar menurut Branca, N. A. (dalam Krulik, S. & Reys, R. E., 1980: 3-6) terdapat tiga macam interpretasi istilah pemecahan masalah atau problem solving dalam pembelajaran matematika, yaitu (1) problem solving as a goal (sebagai tujuan) artinya bila pemecahan masalah ditetapkan sebagai tujuan dalam

suatu pembelajaran maka fokus dari pembelajaran bukan pada soal tetapi lebih pada bagaimana cara menylesaikan masalah, (2) problem solving as a process (sebagai proses) artinya pemecahan masalah adalah suatu proses untuk mengaplikasikan berbagai pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru dan tidak biasa, serta (3) problem solving as a basic skill (sebagai keterampilan dasar) artinya bahwa pemecahan masalah merupakan salah satu keterampilan dasar dalam matematika, selain keterampilan berhitung, aritmatika, keterampilan logika, dan sebagainya.

Pemecahan masalah matematika dapat dilakukan dengan berbagai macam strategi dimana dalam setiap kasus atau permasalahan, strategi tertentu tidak dimaksudkan untuk menjadi khas tetapi hanya menggambarkan bahwa strategi tertentu merupakan strategi terbaik untuk menyelesaikan kasus atau permasalahan. Beberapa strategi pemecahan masalah yang dapat dipertimbangkan, yaitu (1) Working backwards (berkerja mundur), (2) Finding a Pattern (mencari pola), (3) Adopting a different point of view (mengambil sudut pandang yang berbeda), (4) Solving a simpler, analogous problem (memecahkan secara sederhana, masalah analog), (5) Considering extreme cases (mempertimbangkan kasus yang ekstrem), (6) Making a drawing (membuat gambar/visual), (7) Intelligent guessing and testing (cerdas menebak dan menguji, termasuk pendekatannya), (8) Accounting for all possibilities (menghitung semua kemungkinan), (9) Organizing data (pengorganisasian data), dan (10) Logical reasoning (penalaran logis). Dalam artikel ini dilakukan pengamatan terhadap penggunaan strategi mengambil sudut pandang yang berbeda dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Strategi pengambilan sudut pandang yang berbeda adalah mempertimbangkan masalah secara terpisah untuk menemukan penyelesaian menggunakan sudut pandang yang lain.

METODETahapan penelitian yang dilakukan oleh peneli-

ti adalah memilih strategi pemecahan masalah yang menarik untuk di uji cobakan. Kemudian membuat soal yang sesuai dengan strategi pemecahan masalah yang telah ditentukan. Setelah itu peneliti menguji cobakan soal yang telah di buat kepada siswa SMP. Hasil dari uji coba inilah yang akan dibahas oleh peneliti secara satu-persatu dan dipaparkan berdasarkan hasil yang ter-tulis di lembar jawab siswa. Setelah itu peneliti akan menganalisis hasil pekerjaan siswa dengan membuat persentasi hasil jawaban siswa.

HASIL DAN PEMBAHASANBerikut akan dijelaskan hasil penelitian yang telah

diperoleh peneliti. Subjek penelitian ini terdiri dari 11 orang siswa SMP. Tujuh orang siswa, yaitu S3, S5, S6,

Bagian IV: Evaluasi Pembelajaran 243

S7, S7, S8, S9 dan S11 merupakan siswa kelas VIII. Empat orang siswa, yaitu S1, S2, S4 dan S10 merupakan siswa kelas IX di SMP BOBKRI 1.

PembahasanBerikut peneliti akan menguraikan hasil pekerjaan

siswa untuk permasalahan 1. Pada permasalahan 1 siswa diminta untuk menentukan nilai dari (x – 10)(x – 9)(x – 8) … (x – 3)(x – 2)(x – 1) saat x = 6.

Berikut adalah gambar pekerjaan Siswa S3

Gambar 1 Pekerjaan S3

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa siswa menyele-saikan masalah yang diberikan menggunakan prosedur rutin yang umum diberikan di sekolah. Bila mengikuti prosedur rutin yang diberikan langkah awal siswa su-dah tepat dengan mensubtitusikan 6 ke dalam variable x. Setelah proses substitusi siswa juga tepat dalam operasi pengurangan dua bilangan di dalam kurung, hanya saja saat tahapan terakhir siswa mengabaikan operasi perka-lian dan menggantikannya dengan operasi penjumlahan biasa. Siswa mengabaikan hasil 6 – 1 = 5 sehingga mem-peroleh hasil 0.

Berikut adalah gambar pekerjaan Siswa S5

Gambar 2 Pekerjaan S5

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa siswa menyele-saikan masalah yang diberikan menggunakan sudut pandang yang berbeda dengan yang biasa diberikan di sekolah. Ide penyelesaian masalah yang dibuat siswa adalah dengan terlebih dahulu mengalikan variable x (x = 6) dengan 10, karena siswa melihat ada 10 variabel x yang harus dicari. Setelah itu siswa mengurangkan hasil perkalian dengan bilangan-bilangan yang dikurangkan dengan masing-masing variabel x. Hanya saja, ide yang dimiliki siswa ini belum tepat untuk menyelesaikan ma-salah yang diberikan. Selain itu juga siswa salah dalam menjumlahkan bilangan-bilangannya, hasil jumlahan. Hasil yang benar seharusnya adalah 55.

Berikut adalah gambar pekerjaan Siswa S6

Gambar 3 Pekerjaan S6

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa siswa menyele-saikan masalah yang diberikan menggunakan prosedur rutin yang umum diberikan di sekolah. Bila mengikuti prosedur rutin yang diberikan langkah awal siswa su-dah tepat dengan mensubtitusikan 6 ke dalam variable x. Pada tahapan terakhir siswa tidak tepat dalam menyele-saikannya dan justru membuat penyelesaian seperti yang dilakukan oleh S5.

Berikut adalah gambar pekerjaan Siswa S7

Gambar 4 Pekerjaan S7

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa siswa menyele-saikan masalah yang diberikan menggunakan sudut pandang yang berbeda dengan yang biasa diberikan di sekolah. Penyelesaian yang dibuat sama dengan peker-jaan S5. Ide penyelesaian masalah yang dibuat siswa adalah dengan terlebih dahulu mengalikan variable x (x = 6) dengan 10, karena siswa melihat ada 10 variabel x yang harus dicari. Setelah itu siswa mengurangkan hasil perkalian dengan bilangan-bilangan yang dikurangkan dengan masing-masing variabel x. Hanya saja ide yang dimiliki siswa ini belum tepat untuk menyelesaikan ma-salah yang diberikan. Selain itu juga siswa salah dalam menjumlahkan bilangan-bilangannya, hasil jumlahan yang benar seharusnya adalah 55.

Berikut adalah gambar pekerjaan Siswa S8.

Gambar 5 Pekerjaan S8

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa siswa menyele-saikan masalah yang diberikan menggunakan prosedur rutin yang umum diberikan di sekolah. Langkah awal siswa mensubtitusikan 6 ke dalam variable x dan men-gurangkan dua bilangan di dalam kurung dilakukan di dalam pikirannya, sehingga siswa hanya menuliskan ha-sil pengurangannya saja. Pada tahapan terakir siswa te-pat dalam melakukan operasi perkalian dan sadar bahwa bilangan apapun yang dikalikan dengan 0 hasilnya ada-lah 0. Hal itu dapat dilihat dalam menentukan hasil akhir siswa tidak mengalikan semua bilangan satu per satu.

Berikut adalah gambar pekerjaan Siswa S9.

Gambar 6 Pekerjaan S9

244 Prosiding Seminar Nasional Reforming Pedagogy 2016

Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa siswa menyele-saikan masalah yang diberikan menggunakan prosedur rutin yang umum diberikan di sekolah. Bila mengikuti prosedur rutin yang diberikan langkah awal siswa su-dah tepat dengan mensubtitusikan 6 ke dalam variable x. Setelah proses substitusi siswa juga tepat dalam op-erasi pengurangan dua bilangan di dalam kurung, hanya saja dalam tahapan terakir operasi yang dilakukan siswa kurang jelas. Peneliti didak mengetahui operasi apa yang diinginkan oleh siswa, tetapi bila melihat hasilnya adalah 0, penulis memperkirakan bahwa operasi yang dilakukan siswa adalah operasi perkalian dimana ada pengali 0 di dalamnya.

Berikut adalah gambar pekerjaan Siswa S11.

Gambar 7 Pekerjaan S11

Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa siswa menyele-saikan masalah yang diberikan menggunakan strategi pengambilan sudut pandang lain. Siswa menyadari jika 6 disubstitusikan ke dalam variabel x akan membuat salah satu elemen menjadi 0. Siswa menuliskan hasil pe-mecahan masalah dengan tepat, karena semua bilangan yang dikalikan dengan 0 hasilnya adalah 0.

Berikut adalah gambar pekerjaan Siswa S1

Gambar 8 Pekerjaan S1

Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa siswa tidak menjawab atau memecahkan masalah yang diberikan. Siswa hanya menulis ulang soal yang telah diberikan oleh peneliti.

Berikut adalah gambar pekerjaan Siswa S2.

Gambar 9 Pekerjaan S2

Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa siswa menyele-saikan masalah yang diberikan menggunakan prosedur rutin yang umum diberikan di sekolah. Bila mengikuti prosedur rutin yang diberikan langkah awal siswa su-dah tepat dengan mensubtitusikan 6 ke dalam variable x. Setelah proses substitusi siswa juga tepat dalam operasi pengurangan dua bilangan di dalam kurung, hanya saja siswa tidak menuliskan hasil akhir di tahapan terakhir,

sehingga peneliti tidak dapat memperkirakan operasi apa yang diharapkan oleh siswa.

Berikut adalah gambar pekerjaan Siswa S4

Gambar 10 Pekerjaan S4

Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa menggunakan prosedur rutin yang umum diberikan di sekolah. Siswa juga tepat dalam mensubstitusikan 6 ke dalam variabel x sebagai langkah awal. Hanya saja, siswa tidak melanjut-kan langkah perhitungannya.

Berikut adalah gambaran pekerjaan Siswa S10.

Gambar 11 Pekerjaan S10

Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa siswa menyele-saikan masalah yang diberikan menggunakan prosedur rutin yang umum diberikan di sekolah. Bila mengikuti prosedur rutin yang diberikan langkah awal siswa su-dah tepat dengan mensubtitusikan 6 ke dalam variable x. Setelah proses substitusi siswa juga tepat dalam operasi pengurangan dua bilangan di dalam kurung, hanya saja siswa tidak menuliskan hasil akhir di tahapan terakhir, sehingga peneliti tidak dapat memperkirakan operasi apa yang diharapkan oleh siswa.

Berikut peneliti akan menguraikan hasil peker-jaan siswa untuk permasalahan 2. Pada permasalahan 2 siswa diminta untuk menentukan nilai dari 3,1416 × 2,7831 + 3.1416 × 12,27 – 5,0531×3,1416 sampai dua tempat desimal.

Berikut adalah gambaran pekerjaan Siswa S3

Gambar 12 Pekerjaan S3

Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa siswa meng-gunakan prosedur rutin yang umum diberikan di seko-lah. Siswa melakukan operasi perkalian terlebih dahulu kemudian menjumlah dan mengurangkannya. Hanya saja, dalam langkah terakhir siswa melupakan operasi pengurangan terakhir, sehingga hasil yang diperoleh adalah hasil penjumlahan dua suku pertamanya saja.

Berikut adalah gambaran pekerjaan Siswa S5

Bagian IV: Evaluasi Pembelajaran 245

Gambar 13 Pekerjaan S5

Dari Gambar 13 dapat dilihat bahwa siswa meng-gunakan strategi pengambilan sudut pandang lain. Da-lam hai ini siswa menggunakan aplikasi android, yaitu photo math. Hasil yang diberikan tepat menggunakan cara distributif terhadap penjumlahan. Hanya saja, hasil yang diberikan bukan dari hasil pemikiran siswa sendiri.

Berikut adalah gambaran pekerjaan Siswa S6.

Gambar 14 Pekerjaan S6

Dari Gambar 14 dapat dilihat bahwa siswa meng-gunakan prosedur rutin yang umum diberikan di seko-lah. Siswa tepat dalam setiap langkah sampai mendapa-tkan hasil akhir. Hanya saja, siswa tidak mampu untuk menyederhanakan bilangan decimal sampai dua angka di belakang koma.

Berikut adalah gambaran pekerjaan Siswa S7.

Gambar 15 Pekerjaan S7

Dari Gambar 15 dapat dilihat bahwa siswa meng-gunakan prosedur rutin yang umum diberikan di seko-lah. Siswa tepat dalam setiap langkah sampai mendapa-tkan hasil akhir. Hanya saja, siswa tidak mampu untuk menyederhanakan bilangan decimal sampai dua angka di belakang koma.

Berikut adalah gambaran pekerjaan Siswa S8.

Gambar 16 Pekerjaan S8

Dari Gambar 16 dapat dilihat bahwa siswa menggu-nakan prosedur rutin yang umum diberikan di sekolah. Hanya saja dalam perhitungan hasil akhir siswa tidak teliti dan membuat hasilnya tidak tepat. Selain itu juga,

siswa belum mampu untuk menyederhamakan bilangan desimal sampai dua angka di belakang koma.

Berikut adalah gambaran pekerjaan Siswa S9.

Gambar 17 Pekerjaan S9

Dari Gambar 17 dapat dilihat bahwa siswa meng-gunakan prosedur rutin yang umum diberikan di seko-lah. Siswa tepat dalam penyelesaiannya dan memiliki cara yang berbeda dalam menyusun jawabannya. Ha-nya saja, siswa belum mampu untuk menyederhanakan bentuk bilangan desimal sampai dua angka di belakang koma.

Berikut adalah gambaran pekerjaan Siswa S11

Gambar 18 Pekerjaan S11

Dari Gambar 18 dapat dilihat bahwa siswa menggu-nakan prosedur rutin yang umum diberikan di sekolah. Hanya saja, dalam perhitungannya siswa menggunakan kalkulator dan dalam perhitungan siswa tidak teliti, sehingga hasil akhir yang diberikan tidak tepat. Siswa mampu menyederhanakan bentuk desimal sampai dua angka di belakang koma.

Berikut adalah gambaran pekerjaan Siswa S1.

Gambar 19 Pekerjaan S1

Dari Gambar 19 dapat dilihat bahwa siswa menger-jakan menggunakan prosedur rutin yang umum diber-ikan di sekolah. Siswa tepat dalam menentukan ha-sil akhir. Hanya saja, dalam proses perhitungan siswa menggunakan kalkulator dan siswa belum mampu menyederhanyakan bilangan desimal sampai dua angka di belakang koma.

Berikut adalah gambaran pekerjaan Siswa S2.

Gambar 20 Pekerjaan S2

Dari Gambar 20 dapat dilihat bahwa siswa meng-

246 Prosiding Seminar Nasional Reforming Pedagogy 2016

gunakan prosedur rutin yang umum diberikan di seko-lah. Siswa tepat dalam menentukan penyelesaian. Hanya saja, dalam proses perhitungannya siswa menggunakan kalkulator dan siswa belum mampu untuk menyeder-hanakan bentuk bilangan desimal sampai dua angka di belakang koma.

Berikut adalah gambaran pekerjaan Siswa S4.

Gambar 21 Pekerjaan S4

Dari Gambar 21 dapat dilihat bahwa siswa meng-gunakan prosedur rutin yang umum diberikan di seko-lah. Hanya saja, dalam perhitungannya siswa tidak jelas memaparkan asal dari hasil yang diperoleh dan dalam perhitungan siswa tidak teliti, sehingga hasil akhir yang diberikan tidak tepat. Siswa mampu menyederhanakan bentuk desimal sampai dua angka di belakang koma.

Berikut adalah gambaran pekerjaan Siswa S10.

Gambar 22 Pekerjaan S10

Dari Gambar 22 dapat dilihat bahwa siswa meng-gunakan prosedur rutin yang umum diberikan di seko-lah. Siswa tepat dalam setiap langkah sampai mendapa-tkan hasil akhir. Hanya saja, siswa tidak mampu untuk menyederhanakan bilangan decimal sampai dua angka di belakang koma.

AnalisisBerdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan,

penulis akan menyajikan hasil analisis dalam bentuk ta-bel.

Analisis permasalahan 1 untuk siswa Kelas VIII:Tabel 1 Tabel persentase jawaban siswa Kelas VIII

No. Aspek Yang Diteliti Persentase1. Strategi rutin yang tepat 14,3%2.3.4.

Strategi rutin yang kurang tepatStrategi lain yang tepatStrategi lain yang kurang tepat

42,8%14,3%28,6%

Analisis permasalahan 1 untuk siswa Kelas IX:Tabel 2 Tabel persentase jawaban siswa Kelas IX

No. Aspek Yang Diteliti Persentase1. Strategi rutin yang tepat 75%2.3.4.

Strategi rutin yang kurang tepatStrategi lain yang tepatStrategi lain yang kurang tepat

25%0%0%

Analisis permasalahan 2 untuk siswa Kelas VIII:

Tabel 3 Tabel persentase jawaban siswa Kelas VIII

No. Aspek Yang Diteliti Persentase1. Strategi rutin yang tepat 42.8%2.3.4.

Strategi rutin yang kurang tepatStrategi lain yang tepatStrategi lain yang kurang tepat

42,8%14,4%

0%Analisis permasalahan 2 untuk siswa Kelas IX:

Tabel 4 Tabel persentase jawaban siswa Kelas IX

No. Aspek Yang Diteliti Persentase1. Strategi rutin yang tepat 75%2.3.4.

Strategi rutin yang kurang tepatStrategi lain yang tepatStrategi lain yang kurang tepat

25%0%0%

Dari hasil pembahasan dan analisis dapat dilihat bahwa persentase siswa yang menggunakan prosedur rutin lebih besar dari persentase siswa yang menggu-nakan strategi pengambilan sudut pandang lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor utama siswa tidak menggunakan strategi sudut pandang lain adalah tidak adanya kebiasaan siswa dan guru dalam pembela-jaran matematika untuk memecahkan masalah matem-atika menggunakan strategi sudut pandang lain.

Selain itu juga, siswa tidak terbiasa dengan meng-hilangkan tanda perkalian dalam suatu operasi aljabar, sehingga siswa kesulitan dalam memaknai permasalah-an 1 yang menggunakan tanda kurung untuk memisah-kan operasi perkalian. Akibatnya adalah kecenderungan siswa akan menjumlahkan hasil-hasil yang ada di dalam tanda kurung. Beberapa dari siswa juga akhirnya meng-hilangkan beberapa suku untuk membuat hasil penjum-lahan tersebut menjadi 0.

Kecenderungan penggunaan prosedur rutin ini juga dikarenakan peneliti kurang membatasi siswa dalam mengerjakan permasalahan matematika yang diberikan. Kebebasan yang diberikan oleh peneliti menimbulkan kecenderungan siswa untuk menggunakan kalkulator dan aplikasi android (photo math) dalam proses per-hitungan. Hal ini terlihat dalam pekerjaan siswa di per-masalahan 2.

Selain itu, seperti yang dijelaskan di awal bahwa subjek penelitian ini dilakukan untuk dua tingkatan ke-las, yaitu Kelas VIII dan Kelas IX. Hasil penelitian dua tingkatan ini tidak menghasilkan dampak yang berbeda, kecenderungan siswa tetap menggunakan prosedur rutin dalam menyelesaikan masalah matematika yang diber-ikan. Hal ini juga berkaitan dengan tidak terbiasanya siswa mendapatkan soal yang memiliki banyak cara penyelesaian dan juga tidak terbiasanya siswa menggu-nakan strategi lain dalam memecahkan masalah matem-atika.

KESIMPULANKemampuan siswa dalam menggunakan strategi

pengambilan sudut pandang lain tidak mencapai 50%

Bagian IV: Evaluasi Pembelajaran 247

dari siswa yang diteliti. Tidak mampunya siswa dalam mengunakan strategi ini dikarenakan siswa belum ter-biasa mendapatkan masalah-masalah yang memiliki banyak cara dalam penyelesaiannya. Selain itu juga siswa tidak terbiasa menyelesaikan masalah matematika menggunakan strategi lain, siswa terpaku pada prosedur rutin yang umum diberikan di sekolah. Tingkatan siswa juga tidak mempengaruhi kemampuan siswa dalam menggunakan strategi pengambilan sudut pandang lain.

SaranSaran dari penulis dalam pembelajaran matem-

atika adalah siswa perlu dibiasakan untuk diberikan permasalahan matematika, kemudian siswa dilatih menyelesaikan masalah matematika yang memiliki

banyak cara dalam menentukan solusinya dan juga siswa harus diberikan suatu batasan-batasan tertentu dalam pemecahan masalah matematika agar ide yang beragam dapat muncul dari pemikiran siswa.

DAFTAR PUSTAKAPosamentier, Alfred S.. 1998. Problem Solving Strate-

gies for Efficient and Elegant Solutions. California: Corwin Press, Inc.

Branca, N.A. “Problem Solving as a Good Process, and basic Skill” dalam Krulik, S. & Reys, R. E. (editor). 1980. Problem Solving in School Mathematics. New York: the National Council of Teachers of Mathematics, Inc.