kelompok g_scenario clinic_week2_apa yang harus saya cari

53
LAPORAN HASIL DISKUSI PROBLEM-BASED LEARNING PBL Blok Klinik SKENARIO “Apa yang Harus Saya Cari???” Minggu ke-2 Tanggal 20 s.d 24 September 2013 Grup G TYSKA AULIA A MUCHAMMAD ILHAM GUMILAR AGNES WIDYASARI AFIFA NUR SALIMA MUSTIKA ARUM H W P J LAILY EKAWATI CANDRA ANA DWI FIBRIYANTI SAFHIRA ROVIDA LUCKY ASTRIDA E. KARINA MUTHIA SHANTI ERIKA DAMAYANTI DIAN NUR ARIANI ADISTI DYAH PERMATANINGTYAS JURUSAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: may

Post on 06-Dec-2015

222 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

LAPORAN HASIL DISKUSI

PROBLEM-BASED LEARNING

PBL Blok Klinik

SKENARIO “Apa yang Harus Saya Cari???”

Minggu ke-2

Tanggal 20 s.d 24 September 2013

Grup G

TYSKA AULIA A

MUCHAMMAD ILHAM GUMILAR

AGNES WIDYASARI

AFIFA NUR SALIMA

MUSTIKA ARUM H W P J

LAILY EKAWATI CANDRA

ANA DWI FIBRIYANTI

SAFHIRA ROVIDA

LUCKY ASTRIDA E.

KARINA MUTHIA SHANTI

ERIKA DAMAYANTI

DIAN NUR ARIANI

ADISTI DYAH PERMATANINGTYAS

JURUSAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 2

ISI................................................................................................................................................................... 3

A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI........................................................................................................ 3

B. SKENARIO............................................................................................................................................... 3

C. DAFTAR UNCLEAR TERM........................................................................................................................ 3

D. DAFTAR CUES......................................................................................................................................... 4

E. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE............................................................................................................... 4

F. HASIL BRAINSTORMING......................................................................................................................... 4

G. HIPOTESIS.............................................................................................................................................. 7

H. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE..................................................................................................... 9

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI................................................................................................................ 43

REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................... 45

TIM PENYUSUN.............................................................................................................................................. 46

2

ISI

A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI

CD 31. Supervise assessment of individual patients/clients with uncompleted instances of common medical

condition e.g hypertension, obesity, diabetes, and diverticular disease (Mahasiswawa mampu melakukan,

mengawasi, mengkoordinir, pengkajian status gizi pada tiap pasien yang menderita penyakit umum /

tanpa komplikasi)

CD 32. Assess nutritional status of individual patients/clients with complex medical conditions, e.g renal

disease, multisytem disease, organ failure, and trauma (Mahasiswa mampu melakukan pengkajian status

gizi pada tiap pasien yang menderita penyakit tanpa adanya komplikasi)

B. SKENARIO

“Apa yang harus saya cari???”

An. Vicky (4 th) MRS dengan keluhan diare meningkat mejadi 9-10 x sejak seminggu sebelum MRS, selain

itu juga dirasakan nyeri perut, terutama saat BAB. Diagnosa dokter menyatakan pasien menderita Gizi

Buruk Marasmus, Diare Kronik, Dehidrasi ringan-sedang, Anemia hipokrom Mikrositer. Kondidi pasien

saat ini sangat lemah. nPasien ini membutuhkan penatalaksanaan gizi yang tepat, oleh karena itu Ahli gizi

harus melakukan nutritional assessment terlebih dahulu dengan menggunakan data-data subyektif

maupun obyektif untuk menganalisa masalah pada pasien tersebut.

C. DAFTAR UNCLEAR TERM

1. Anemia Hipokrom Mikrositer

- Anemia Hipokorom : Penurunan hb sel darah merah yang tidak prosposional

- Mikrositer : pengecilan ukuran eritrosi.

2. Marasmus

Merupakan kondisi kurang gizi tingkat berat akibat kurangnya intake kalori protein dalam jangka

waktu yang lama.

3. Dehidrasi ringan sedang

dehidrasi ringan-sedang merupakan keadaan yang diakibatkan keluarnya cairan tubuh yg berlebihan

yang ditandai dengan penurunan berat badan 5-10%.

4. Data Subjektif

Data yang diambil melalui anamnesa mengenai pendapat dan apa yang diarasakan individu yang

dilakukan oleh petugas kesehatan setelah melakukan interaksi dengan pasien.

5. Data Objektif

3

Data yang didapat, diobservasi dan diukur serta dapat diperoleh dengan menggunakan panca indera

selama pemeriksaan fisik dan tidak dapat dipengaruhi oleh pendapat pribadi pasien dan disertai

dengan refensi yang ada sehigga langsung bisa digunakan.

6. Nutritional Assessment

Penilaian keadaan gizi seseorang yang dapat diambil secara langsung (Antropometri, Biokimia, Clinic,

Dietary) dan tidak langsung (Ekologi) yang bersifat komphrehensif.

7. Diare Kronis

Pengeluaran tinja berair berkali- kali dengan frekuensi lebih dari 3x dalam sehari dalam jangka waktu

yang lama.

D. DAFTAR CUES

AG mampu melaksanakan nutritional assessment dengan data obyektif dan subyektif pada pasien anak

gizi buruk dengan komplikasi usia 4 tahun untuk dapat melaksanakan intervensi.

E. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE

1. Siapa saja yang berperan dalam melaksanakan nutritional assessment ?

2. Kapan nutritional assessment dilaksanakan dan berapa frekuensinya ?

3. Data S dan O apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan nutritional assessment dan bagaimana

cara mengumpulkan data S dan O tersebut pada kasus pasien anak dengan gizi buruk ? serta apa

saja cut off yang diperlukan dan bagaimana cara mengintrepetasikan ?

4. Bagaimana cara melakukan nutritional assessment pada pasien anak dengan komplikasi dan

bagaimana tahapannya ?

5. Kesalahan apa saja yang dapat terjadi saat melakukan nutritional assessment , dan bagaimana

mengatasinya?

6. Apa saja yang diperlukan agar nutritional assessment valid ?

7. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keadaan gizi buruk?

8. Apa gejala dan tanda ciri khusus dari gizi buruk marasmus ?

9. Apa etiologi atau penyebab dari gizi buruk marasmus ?

10. Bagaimana patofisiologi (perjalanan penyakit ) dari marasmus hingga terjadi komplikasi ?

11. Kemungkinan komplikasi apa saja karena marasmus ?

F. HASIL BRAINSTORMING

1. Siapa saja yang berperan dalam melaksanakan nutritional assessment ?

Karena sifatnya lebih komphrensif sehingga yang melaksanakan adalah tim-tim medis seperti

nutrition nursing, ahli gizi, dokter spesialis gizi.

2. Kapan nutritional assessment dilaksanakan dan berapa frekuensinya ?

4

Nutritional assessment dilaksanakan setelah ditemukan pasien dalam resiko malnutrisi atau sudah

malnutrisi dengan frekuensi sesuai tingkat keparahan penyakit dan apa yang diikur seperti BB

setiap hari karena perubahannya cepat.

3. Data S dan O apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan nutritional assessment dan bagaimana

cara mengumpulkan data S dan O tersebut pada kasus pasien anak dengan gizi buruk ? serta apa

saja cut off yang diperlukan dan bagaimana cara mengintrepetasikan ?

a. Data subjektif : nafsu makan, keadaan lemas, nyeri perut atau dapat disebutkan keadaan klinis

pasien, dan Dietary

b. Data objektif : Antropometri (Pasien dalam keadaan lemas sehinga dalam pengukurannya

menggunakan bed weighing, selain itu dapat diukur melalui LILA dan data-data dari KMS),

Biokimia, dan Clinic

4. Bagaimana cara melakukan nutritional assessment pada pasien anak dengan komplikasi dan

bagaimana tahapannya ?

Belum menemukan jawaban

5. Kesalahan apa saja yang dapat terjadi saat melakukan nutritional assessment , dan bagaimana

mengatasinya?

a. Kesalahan dari pengukur sehingga dapat dilaksanakan training

b. Kesalahan pada alat (equipment eror) kekurangan alat (lack of equipment) sehingga dapat

ditanggulangi dengan cara kalibrasi dan melengkapi alat

c. Kesalahan pendokumentasian dapat ditanggulani dengan cara pengulangan kalimat dari

pengukur ke penulis serta menjaga kearsipan.

6. Apa saja yang diperlukan agar nutritional assessment valid ?

a. Mengurangi faktor bias

b. Dilaksanakan berulang kali (contoh BB dan TB dilakukan pengukuran sebanyak 2 kali, apabila

jaraknya jauh maka dapat dilakukan pengukuran ketiga)

c. Dapat dibandingkan dengan gold standard untuk memperoleh kevalidan data dengan

melaksanakan food weighing.

7. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keadaan gizi buruk?

Multifactoral yang berasal dari segi budaya, pendidikan, sosial ekonomi, kodisi lingkungan,

behaviour

8. Apa gejala dan tanda ciri khusus dari gizi buruk marasmus ?

a. Gejala : Kurus, cengeng, rewel.

b. Tanda: Mempunyai penyakit infeksi, diare, kurus sampai tulang rusuk terlihat kulit keriput,

perut cekung tulang dibungkus kulit saja, rambut merah.

5

9. Apa etiologi atau penyebab dari gizi buruk marasmus ?

Akibat kekurangan intake energi dan protein yang terjadi dalam jangka waktu yang lama.

10. Bagaimana patofisiologi (perjalanan penyakit ) dari marasmus hingga terjadi komplikasi?

Belum menemukan jawaban.

11. Kemungkinan komplikasi apa saja karena marasmus ?

- Diare kronis

- Dehidrasi

- Penyakit infeksi

6

ANAK GIZI BURUK

MarasmusBB/TB <-3 SD

Edema (-)

KwashiorkorBB/TB <-2 SD

Edema (+)

Marasmus-KwashiorkorBB/TB <-2 SD

Edema (+)

Faktor Penyebab Tidak Langsung:

Krisis ekonomi, budaya (food belief),

pendidikan, dsb

Etiologi primer:Ketidakcukupan asupan

energi dan protein secara kualitatif dan

kuantitatif

Etiologi sekunderInfeksi, kegagalan

metabolik, kelainan kongenital, kanker

Komplikasi

Anemia hipokrom mikrositer Infeksi virus, bakteri atau lactose intolerance

HCT<<, Hb<<, RBP<<, eritrosit<<, serum

ferritin<<, transferin <<, MCV <<, MCH <<,

MCHC <<

Diare kronis

Dehidrasi

Na <<

ASSESSMENTAhli gizi, dokter, nutrition nurse specialist Meminimalisir error pada assessment

Meningkatkan kevalidan

G. HIPOTESA

BB, TB atau PB, LiLA, lingkar dada,

lingkar kepala

MCV, MCH, MCHC, Hb, Ht, eritrosit, transferin ferritin, laju endap darah, leukosit, total limfosit, albumin, creatinine height index, SGOT, SGPT,

Adanya edema, diare, tekanan darah, pucat, anoreksia, suhu tubuh, tanda dehidrasi

Mual, muntah,

diare, cengeng,

rewel

Riwayat makan,Suplemen, special dietriwayat alergi,kebutuhan zat gizi dasar, serat, dan cairan

Sos-eko, pendidikan, agama, penggunaan obat, riwayat penyakit, aktivitas fisik, lingkungan, fasilitas kesehatan

Interpretasi dengan melihat cut off

Diagnosis dan Intervensi

Assessment dalam Tatalaksana Gizi Buruk

Fase stabilisasi Fase transisi Fase rehabilitasi Fase tindak lanjut

Data objektif Data subektif

Antropometri Biokimia Klinis EkologiDietaryKlinis

H. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE

1. Siapa saja yang berperan dalam melaksanakan nutritional assessment ?

Ahli Gizi yang sudah teregister (RD) dan terlisensi atau teknisi gizi yg berkompeten dibawa

supervisi ahli gizi, dokter, nutrition nurse specialist. (NFHP, 2007)

2. Kapan nutritional assessment dilaksanakan dan berapa frekuensinya ?

Nutritional assessment dilaksanakan setelah proses skrining gizi jika ditemukan pasien dalam risiko

malnutrisi atau yang mengalami malnutrisi. Nutritional assessment merupakan proses dinamis yang

berkelanjutan tidak hanya mengumpulkan data awal saja, tetapi juga re-assessment terus menerus.

(Mahan, 2008)

Berikut ini adalah frekuensi dilakukannya nutritional assessment:

Suggested Schedule for Growth Assessment in Hospitalized and Healthy ChildrenAge Weight Height Head Circumference

HospitalizedPreterm Daily Weekly WeeklyFull term to 12

month3x/week Monthly Monthly

1 – 2 yr 3x/week Monthly Monthly2 – 20 yr 2x/week Monthly As indicated

Outpatient well-child visit

0 to 2 mo Monthly Monthly Monthly2 to 6 mo Every 2 mo Every 2 mo Every 2 mo6 to 24 mo Every 3 mo Every 3 mo Every 3 mo2 to 6 yr Annually Annually -6 – 10 yr Every 2 yr Every 2 yr -11 – 20 yr Annually Annually -

Adapted from the American Academy of PediatricTabel 1. Frekuensi Pelaksanaan Nutritional Assessment (Maqboo, Asim et.a,. 2008)

3. Data S dan O apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan nutritional assessment dan bagaimana

cara mengumpulkan data S dan O tersebut pada kasus pasien anak dengan gizi buruk ? serta apa

saja cut off yang diperlukan dan bagaimana cara mengintrepetasikan ?

10

Jenis Data

Data Alat Untuk Pengambilan Data

Indikator Cut Off Dan Interpretasi

AntropometriObjektif BB Timbagan dacin

Timbangan Uni scale

BB/U >+2 SD gizi lebih >+1SD s.d <-1SD

gizi baik <-2 SD Gizi kurang

(underweight) <-3SD Gizi Buruk

(severe underweight)

BB/PB >+3 SD Sangat gemuk

>+2SDGemuk (overweight)

>+1Risiko gemuk

0 s.d <-1SDNormal

<-2 SDKurus

<-3 SDSangat kurus

TB / Panjang Badan

Microtois LengthBoard

TB/U atau PB/U >+2 SD Tinggi

>+1SD s.d <-1SD Normal

<-2 SDPendek (stunted)

<-3SDSangat pendek (severe Stunted)

BB/PB >+3 SD Sangat gemuk

>+2SDGemuk (overweight)

>+1Risiko gemuk

0 s.d <-1SDNormal

<-2 SDKurus

<-3 SDSangat kurus

LILA Pita LiLA atau Pita Sakir

LiLA / U >85%Gizi Baik 71 – 85%

Gizi Kurang < 70%

Gizi Buruk

Lingkar dada Meteran < 41.5 cm dan <42 cm

Gizi Buruk

Lingkar kepala pita pengukur yang tidak melar fiberglass reinforced yang

-

Tabel 4 Indikator, cut off dan Interpretasi Data klinis

Tabel 5 Indikator, cut off dan Interpretasi Data Dietary

11

Jenis Data Data Metode Cut off dan interpretasiDietary

Subjectif Riwayat makan Suplement special diet riwayat alergi, kebutuhan zat gizi dasar serat dan cairan dietary history

24 hours recall, FFQ, Semi FFQ

AKG anak usia 4 tahun (berdasarkan AKKG 2004)Energi : 1550 KkalProtein 39 gVit A: 450 REAsam folat: 200 ugBesi 9 : 9 mgSeng 9,7 mgVit C : 45 mgCairan: 1800 – 2000 ml

% Tingkat Asupan Gizi = Asupan Zat Gizi x 100%Kebutuhan Zat Gizi

Standar % asupan menurut Depkes RI (1996) dalam Anggraeni (2012):Di atas kebutuhan >120%Normal 90-119%Defisit ringan 80-89%Defisit sedang 70-79%Defisit berat <70%

Sumber: Anggraeni, Adisty C. 2012. Asuhan Gizi: Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha Ilmu.

12

Jenis Data

Data Metode Indikator Cut ff dan interpretasi

EkologiSubjektif 1. Sosial ekonomi*

2. tingkat pendidikan ibu

3. latar belakang agama, suku

4. penggunaan obat5. interaksi orang

tua dan anak6. riwayat penyakit7. aktivitas fisik8. olahraga9. fasilitas dalam

penyediaan makanan

10. lingkungan

Istirahat = 1,2 Ringan = 1,3 Sedang = 1,4 Berat = 1,5

*Berikut adalah indikator yang digunakan BKKBN dalam pentahapan keluarga sejahtera:1. Keluarga Pra Sejahtera (Sangat Miskin)

Belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi:a) Indikator Ekonomi

Makan dua kali atau lebih sehari Memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas (misalnya di rumah, bekerja/ sekolah dan

bepergian) Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah.

b) Indikator Non-Ekonomi Melaksanakan ibadah Bila anak sakit dibawa ke sarana kesehatan.

2. Keluarga Sejahtera I (Miskin)Adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator meliputi:a) Indikator Ekonomi

Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging atau ikan atau telor Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian

baru Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni

b) Indikator Non-Ekonomi Ibadah teratur Sehat tiga bulan terakhir Punya penghasilan tetap Usia 10-60 tahun dapat baca tulis huruf latin Usia 6-15 tahun bersekolah Anak lebih dari 2 orang, ber-KB

3. Keluarga Sejahtera IIAdalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator meliputi:

Memiliki tabungan keluarga Makan bersama sambil berkomunikasi Mengikuti kegiatan masyarakat Rekreasi bersama (6 bulan sekali) Meningkatkan pengetahuan agama Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV, dan majalah Menggunakan sarana transportasi

4. Keluarga Sejahtera IIISudah dapat memenuhi beberapa indikator, meliputi:

Memiliki tabungan keluarga Makan bersama sambil berkomunikasi Mengikuti kegiatan masyarakat Rekreasi bersama (6 bulan sekali) Meningkatkan pengetahuan agama Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV, dan majalah Menggunakan sarana transportasi

Belum dapat memenuhi beberapa indikator, meliputi: Aktif memberikan sumbangan material secara teratur Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan.

5. Keluarga Sejahtera III Plus

Tabel 6 Indikator, cut off dan Interpretasi Data Ekologi

Metode atau cara pengukuran

1. Berat Badan

Untuk menimbang berat badan bayi dapat digunakan beberapa alat diantaranya :

1.1. Dacin

Gambar 1. Timbangan Dacin

Prosedur kerja dacin :

Gatungkan dacin pada dahan pohon, palang rumah, atau Prosedur kerja dacin :

a) Gatungkan dacin pada dahan pohon, palang rumah, atau penyangga kaki tiga.

b) Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat.

c) Sebelum dipakai letakan bandul geser pada angka nol. Batang dacin dikaitkan dengan tali

pengaman

d) Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung timbang yang kosong pada dacin. Ingat

bandul geser pada angka nol

e) Seimbangkan dacin yang sudah di bebani celana timbang, sarung timbang, atau kotak

timbangan dengan cara memasukan pasir ke dalam kantong plastik ( jika posisi dacin sudah

seimbang maka batang dacin lurus)

f) Anak ditimbang (diusahakan anak menggunakan pakaian seminimal mungkin), dan

seimbangkan dacin (dacin seimbbang jika dacin sudah tidak bergerak-gerak dan posisi batang

dacin lurus).

g) Tentukan berat badan anak, dengan membaca angka di ujung bandul geser.

h) Catat hasil penimbangan diatas dengan secarik kertas.

i) Geserlah bandul ke angka 0 (nol), letakkan batang dacin dalam tali pengaman, setelah itu bayi

atau anak dapat diturunkan

(Riskesdas, 2007)

1.2 Timbangan injak

Penimbangan bayi dengan timbangan injak ini dilakukan jika bayi tidak amu ditimbang sendiri sehingga

harus melibatkan sang ibu. Berikut ini prosedur penimbangan bayi dengan timbangan injak:

13

titik nol

a. Timbang ibu dari anak yang akan ditimbang dengan meminta ibu naik ke alat timbang.

b. Perhatikan posisi kaki ibu tepat di tengah alat timbang, sikap tenang (jangan bergerak-gerak) dan

kepala tidak menunduk (pandangan lurus kedepan).

c. Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan tunggu sampai jarum tidak berubah (statis).

d. Catat angka yang terakhir

e. Minta Responden turun dari alat timbang dan tunggu sampai jarum timbang berda pada angka 0

(nol).

f. Timbang ibu dan anak (digendong) bersama-sama.

g. Catat angka yang terakhir.

h. Berat badan anak adalah selisih antara (berat badan ibu dan anak) dengan berat badan ibu.

Pembulatan berat badan anak dilakukan setelah pengurangan (berat badan ibu dan anak) dengan

berat badan ibu.

Berat badan anak = Berat badan Ibu dan anak – berat badan ibu

(Riskesdas, 2007)

14

Gambar 2. Timbangan Injak

2. Tinggi badan

Prosedur pengukuran tinggi/panjang badan.

2.1 Microtoise

Persiapan alat ( cara memasang microtoise )

1. Gantungkan bandul benang untuk membantu memasang microtoise di dinding agar tegak

lurus.

2. Letakan alat pengukur di lantai yang datar tidak jauh dari bandul tersebut dan menempel

pada dinding. Usahakan dinding tidak ada lekukan atau tonjolan (rata).

3. Tarik papan penggeser tegak lurus ke atas, sejajar dengan benang berbandul yang tergantung

dan tarik sampai angka pada jendela baca menunjukkan angka 0 (NOL). Kemudian dipaku atau

direkat dengan lakban pada bagian atas microtoise.

4. Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita, beri lagi perekat pada posisi sekitar 10 cm

dari bagian atas microtoise.

Gambar 3. Gandul Benang

Gambar 4. Microtoise

15

Pada lantai yang datardan rata gantungkangandul benang untuk

membantu agarposisi microtoise tegak

lurus.

Letakkan microtoisetidak jauh dari bandul

(skala 0)

Tarik papan penggeser tegak lurus keatas, sejajar dengan benang berbandul. Paku atau selotip pd

dua bagian dengan jarak 10 cm

Prosedur pengukuran Tinggi Badan

1. Minta responden melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup kepala).

2. Pastikan alat geser berada diposisi atas.

3. Reponden diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.

4. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit menempel pada dinding

tempat microtoise di pasang.

5. Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas.

6. Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala responden. Pastikan alat geser

berada tepat di tengah kepala responden. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser

harus tetap menempel pada dinding.

7. Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih besar (ke bawah).

Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata

petugas.

8. Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri di atas bangku agar

hasil pembacaannya benar.

9. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka dibelakang koma (0,1 cm). Contoh

157,3 cm; 160,0 cm; 163,9 cm (Riskesdas, 2007)

Gambar 5. Cara Pengukuran Tinggi Badan

16

2.2 Infantometer

1. Letakan pengukur panjang badan pada meja atau tempat yang rata .Bila tidak ada meja, alat dapat

diletakkan di atas tempat yang datar (misalnya, lantai).

2. Letakkan alat ukur dengan posisi panel kepala di sebelah kiri dan panel penggeser di sebelah kanan

pengukur. Panel kepala adalah bagian yang tidak bisa digeser.

3. Tarik geser bagian panel yang dapat digeser sampai diperkirakan cukup panjang untuk menaruh

bayi/anak.

4. Baringkan bayi/ anak dengan posisi terlentang, diantara kedua siku, dan kepala bayi/anak

menempel pada bagian panel yang tidak dapat digeser.

5. Rapatkan kedua kaki dan tekan lutut bayi/ anak sampai lurus dan menempel pada meja/tempat

menaruh alat ukur. Tekan telapak kaki bayi/anak sampai membentuk siku, kemudian geser bagian

panel yang dapat digeser sampai persis menempel pada telapak kaki bayi/ anak.

6. Bacalah panjang badan bayi/anak pada skala kearah angka yang lebih besar.

7. Setelah pengukuran selesai, kemudian bayi/anak diangkat

(Riskesdas, 2007)

Gambar 6. Cara pengukuran Panjang Badan Anak

3.Lingkar Lengan Atas (LiLA) / MUAC

Data yang diperlukan untuk indicator MUAC diukur dengan pita ukur MUAC mm yang paling

mendekati dan dapat dilaporkan baik dalam mm atau cm. MUAC diukur pada satu lengan dan

17

dikutip secara langsung, tanpa penggunaan setiap referensi. Pita (MUAC) sepanjang 33 cm dengan

ketelitian 0,1 cm.

Keterangan kode warna :

1. Zona hijau : status gizi baik

2. Zona kuning : resiko malnutrisi

3. Zona orange : moderate malnutrition

4. Zona merah : severe malnutrition

Gambar 7. Pita LILA

Meskipun nilai-nilai MUAC sedikit berbeda pada anak usia 6 dan 59 bulan, namun telah

membuktikan bahwa MUAC adalah prediksi yang baik untuk kematian pada anak-anak ini, tanpa

penyesuaian untuk usia. Nilai maksimum (Cut-off) dari 110 mm untuk masuk ke pusat terapi makan

telah ditentukan sesuai dengan hubungan antara nilai-nilai MUAC, dan risiko kematian yang

dilaporkan oleh beberapa studi.

Prosedur Pengukuran

a. Subjek berdiri tegak dan rileks.

b. Baju lengan kiri disisihkan sampai pangkal lengan

terlihat. Tentukan letak pangkal bahu, tepatnya di

bagian acromium tulang belikat.

c. Tentukan ujung siku, bagian oloecranon dari tulang

hasta, dengan cara siku di tekuk (90’) dengan arah

telapak tangan ke atas.

d. Ukur panjang dari pangkal bahu hingga ujung siku dan

tentukan titik tengahnya. Tandai dengan spidol

e. Pada titik tengah itulah yang disebut daerah tengah

lengan atas.

f. Tangan kembali ke posisi rileks, dan telapak tangan

tidak mengepal.

18

Gambar 8. Pengukuran LILA

g. Lingkarkan pita MUAC pada daerah yang telah di tandai, pita tidak boleh menekan kulit dan juga

tidak longgar.

h. Baca dan catat angka yang di tunjukan pada pits MUAC

i. Untuk hasil yang lebih akurat lakukan tiga kali pengukuran

Jika lengan kiri lumpuh maka yang diukur adalah lengan kanan, tetapi jika subjek kidal maka

pengukuran menggunakan lengan kanan (beri keterangan pada data lengan mana yang

digunakan)

(Riskesdas, 2007)

4.Lingkar Kepala

Ukuran lingkar kepala berkaitan dengan volume otak. Bila ukuran lingkar kepala sibayi tak

pernah dipantau asecara rutin, maka dokter dan orang tua tak akan pernah tahu apakah ukurannya

normal atau tidak. Ukuran lingkar kepala bayi dan anak memang berbeda-beda pada setiap individu.

Paramater yang sering dipakai oleh seorang klinisi untuk menentukan batas normal ukuran lingkar

kepala dengan memakai skala Nellhaus. Ukuran lingkar kepala normal sekitar 30 sampai 37 cm.

Pertumbuhan lingkar kepala akan bertambah 2 cm setiap bulan pada usia 0-3 bulan. Pada usia 4-6

bulan akan bertambah 1 cm per bulan, dan pada usia 6-12 bulan pertambahannya 0,5 cm per bulan.

Sampai usia 5 tahun biasanya sekitar 50 cm. Usia 5-12 tahun hanya naik sampai 52-53 cm setelah usia

12 tahun akan menetap tidak akan membesar lagi (Judarwanto, 2012).

a. Prosedur Pengukuran

Lingkar kepala diukur pada anak – anak sejak lahir sampai usia 36 bulan. Cara untuk mengukur

lingkar kepala adalah :

1. Posisi peserta : Anjurkan orang tua (atau wali) untuk berdiri menggendong anak di atas bahu kiri

orang tua, atau duduk dengan anak di pangkuan orang tua. Minta kepada orang tua untu kmeg

hilangkan hiasan rambut atau melepas ikatan rambut yang dapat mengganggu pengukuran.

2. Melakukan pengukuran : Tempatkan pita lingkar kepala di sekitar kepala anak sehingga pita

terletak : di tulang depan tulang tengkorak, sedikit di atasalis, tegak lurus dengan sumbu wajah,

terus di atas telinga, dan bagian paling menonjol di oksipital belakang kepala. Kencangkan pita

hingga cocok / pas sekitar kepala dan kompres rambut dan jaringan lunak yang mendasarinya.

3. Catat hasilnya. Lepaskan pita lingkarkepala

(Riskesdas, 2007)

19

Gambar 9. Letak Pita pada Pengukuran Kepala

5. Lingkar Dada

Pengukuran dengan menggunakan lingkar dada ini biasanya digunakan pada anak umur 2

sampai 3 tahun karena pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun. Rasio lingkar

dada sendiri dapat digunakan sebagai indikator KEP pada balita. Pada anak berumur 6 bulan, lingkar

dada dan lingkar kepala sama. Setelah umur ini, lingkar kepala tumbuh lebih lambat dari pada lingkar

dada. Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan lingkar dada yang lambat (rasio lingkar dada dan

kepala< 1).

a. Prosedur Pengukuran

Cara mengukur lingkar dada :

Alat : pita pengukur yang ditandai dengan angka dalam satuan sentimeter (cm), dengan ketelitian 0.1

cm dan warna merah, kuning, atau hijau.

Cara mengukur :

1. Pastikan bahwa responden tidak menggunakan pakaian karena dapat mengakibatkan pengukuran

tidak akurat

2. Lalu lingkarkan pita pengukur pada dada responden

3. Yakinkan bahwa garis mendatar di sepanjang tengah pita jatuh di kedua puting susu

4. Maka hasil dari pengukuran pun didapat dengan melihat angka yang berada di atas angka nol

(Umi, 2007)

4. Apa kelebihan dan kekurangan dari anthropometry, biokimia, klinis, dietary dan ekologi?

Kelebihan kekurangan

Antropometri - Prosedurnya sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar

- Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih

- Alatnya murah, mudah dibawa, dan tahan lama

- Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan

- Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau

- Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu

- Dapat digunakan untuk penapisan

- Tidak dapat membedakan zat gizi tertentu seperti Zink dan Fe

- Kesalahan yang terjadi saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas antropometri

- Tidak bisa membedakan antara gangguan pertumbuhan atau komposisi tubuh yang disebabkan defisiensi zat gizi oleh ketidakseimbangan intake energi

20

kelompok yang rawan malnutrisiBiokimia - Memberikan hasilyang lebih tepat dan

objektif dari pada menilai konsumsi pangan danpemeriksaan lain.

Pemeriksaan biokimia dapat

mendeteksi defisiensi zat gizilebih dini

- Pemeriksaan hanya biasa dilakukan setelah timbulnya gangguanmetabolisme

- Membutuhkan biaya yang cukup mahal- Memerlukan tenaga yang ahli- Kurang praktis dilakukan dilapangan- Membutuhkan peralatan dan bahan

yang lebih banyak dibandingkandengan pemeriksaan lain

- Belum ada keseragaman dalam memilih referensi (nilai normal)

Klinis - Dapat berdasarkan perubahan terjadi, dihubungkan ketidakcukupan zat gizi yang menyeluruh.

- Lebih menuju pada gejala dan tanda pada malnutrisi karena pada manifestasi klinik terjadi tidak secara spesifik.

- Tidak selalu membutuhkan tenaga khusus tapi dapat dilakukan oleh tenaga paramedis yang terlatih.

- Biasayanya digunakan survey klinis yang cepat

- Mengetahui tingkat status gizi sesorang pada sign dan syptom

- Pemeriksaan yang tidak konsisten jadi sumber error

- Ada beberapa gejala klinis yang sulit diseteksi

- Adanya variasi dari gejala klinis yang timbul

- Memerlukan banyak tenaga ahli- Membutuhkan tenaga profesional

Dietary 24 hours recall- Mudah, murah, cepat, sederhaa- Dapat digunakan untuk responden yang

buta huruf- Memberikan gambaran intake dalam

sehari

Estimated food record- Mudah, cepat, relatif lebih akurat

FFQ- Dapat mengetahui kebiasaan makanan

yang dikonsumsi

Dietary History- Mendeteksi perubahan musiman Berhubungan dengan pengukuran

biokimia

- Membutuhkan tenaga terampil dan terlatih

- Dapat terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan ukuran makanan

- Tidak dapat menggambarkan konsumsi makanan sehari-hari

- Bergantung pada daya ingat responden

Bergantung pada kejujuran responden

- Bergantung pada ingatan dan kejujuran responden

- Butuh pengetahuan mengenai portion size

- Tidak dapat menghitung intake secara kuantitatif

- Lama, sulit, dan mahal

- Butuh pewawancara yang ahli

Ekologi Beberapa varabel non gizi bisa berhubungan dengan erat pada malnutrisi dan bisa

Tergantung pada skill interviewer

21

digunakan melihat risiko individu

(Supariasa, 2002)

5. Bagaimana cara melakukan nutritional assessment pada pasien anak dengan komplikasi dan

bagaimana tahapannya ?

1) Antropometri

Lebih ditujukan untuk menemukan malnutrisi ringan dan sedang. Pada pemeriksaan

antropometrik, dilakukan pengukuran fisik anak (berat badan, tinggi badan, lingkar

lengan, lingkar kepala) dan dibandingkan dengan angka standard (anak normal)

Untuk anak, terdapat 3 parameter yang biasa digunakan, yaitu:

o Berat dibandingkan dengan umur anak

o Tinggi dibandingkan dengan umur anak

o Berat dibandingkan dengan tinggi/panjang anak

Parameter tersebut lalu dibandingkan dengan tabel standard yang ada. Untuk

membandingkan berat dengan umur anak, dapat pula digunakan grafik pertumbuhan

yang terdapat pada KMS.

a. Mengukur berat badan anak

Berat anak merupakan indikator yang cukup baik untuk menentukan status gizi anak.

Pada saat mengukur berat, sebaiknya anak diukur dalam keadaan telanjang atau hanya

terbungkus kain yang tipis.

Untuk anak yang dapat berdiri berdiri sendiri, maka anak dapat diarahkan untuk berdiri

diatas timbangan injak.

Apabila kondisi anak tidak memungkinkan untuk dilakukannya penimbangan, maka

pengukuran berat anak dapat pula dilakukan dengan menimbang anak tersebut bersama

ibunya.

Berat badan anak adalah selisih antara (berat badan ibu dan anak) dengan berat badan

ibu.

b. Mengukur tinggi/panjang Anak

Tinggi badan diukur umumnya pada anak yang berumur 2 tahun atau lebih (anak yang

sudah dapat berdiri).

Untuk anak yang berumur kurang dari 2 tahun dilakukan pengukuran panjang badan (anak

dalam posisi terlentang) menggunakan infantometer.

Untuk mengukur tinggi anak, anak diarakan untuk berdiri tegak tanpa alas kaki. Tumit

bagian belakang lutut dan punggung dirapatkan pada dinding atau tembok berskala

Untuk mengukur panjang anak, digunakan papan pengukur yang khusus atau microtoise.

22

Apabila kondisi anak tidak memungkinkan untuk bisa berdiri maka cara penukuran tinggi

badan bisa dilakukan menggunakan infantometer dengan menambah faktor koreksi yaitu

0,7 cm.

(Pardosi, 2009)

c. Mengukur LILA

Apabila kondisi anak tidak memungkinkan untuk dilakukannya pengukuran tinggi badan

maka untuk mngetahui status gizinya dapat menggunakan pengukuran LILA.

(Briend, 2012)

2) Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada anak gizi buruk meliputi:

Anemia: MCV, MCH, MCHC, Hb, hematokrit, eritrosit, retikulosit.

Penyakit infeksi: leukosit dan netrofil, eosinofil, basofil, monosit, limfosit, trombosit, laju

endapan darah

KEP pada anak Gizi buruk: serum albumin, total,limfosit, serum transferin, Serum Feritin,

Kreatinin High Indeks

Hepatomegal: Bilirubin serum terkonjugasi, Billirubin tidak terkonjugasi, bilirubin serum

total, billirubin urin, Enzim SGOT, enzim SGPT, enzim LDH, fosfatase alkali

Dengan pemeriksaan laboratorium yang lebih rinci, dapat pula lebih jelas diketahui penyebab

malnutrisi dan komplikasi-komplikasi yang terjadi pada anak tersebut. (Pardosi, 2009)

Berikut ini adalah tools yang digunakan dalam nutritional assessment

23

Gambar 10. Tools assessment (Queensland Health Dietitian, 2009)

24

6. Kesalahan apa saja yang dapat terjadi saat melakukan nutritional assessment , dan bagaimana

mengatasinya?

Pada metode nutritional assessment, seringkali ditemukan faktor-faktor penyebab bias yang

menjadikan data assessment menjadi tidak valid, akurat dan presisi, yang meliputi :

1. Random errors

Random errors mengurangi presisi, tetapi hal ini tidak mengurangi akurasi. Sampling

error, measurement error, and individual biological variation merupakan tiga sumber

utama penyebab random errors.

Cara meminimalisir dari random error dapat dilaksanakan dengan :

- Menggunakan teknik pengukuran dan personil yang terlatih dalam melaksanakan

pengukuran

- Melakukan pengukuran beberapa kali (melakukan pengulangan, baik oleh

pengukur yang sama atau pengukur yang beda)

- Mengkalibrasi alat

2. Systematic errors

Sytematic errors mengurangi keakuratan hasil dengan mengubah nilai mean atau

median.

Cara meminimalisir dari systematic errors dapat dilaksanakan dengan :

- Melakukan assessment dengan alat dan metode yang tepat, sesuai sasaran dan

tujuan

- Menggunakan food model saat melakukan 24 hours recall

(Gibson, 2005)

Selain dua hal diatas, pada pengumpulan data assessment secara spesifik error dapat

ditemukan pada pengambilan data untuk anthropometri dan dietary, yang meliputi :

a. Errors in Anthropometric.

Berikut merupakan tabel yang menyajikan kesalahan yang secara umum sering ditemukan :

Measurments and Common Error Purposed Solution

All Measurements

1. Inadequate instruments

2. Restless Child

3. Reading

4. Recording

1. Select method appropiate to resources

2. Postpone meauremnts or involve parent

in procedure or use culturally approciate

procedures

3. Training and refresher exercise stressing

accuracy and intermittens revision by

supervisor

25

4. Record result immediately after

measurments and have result checked by

second person

Length

1. Incorrect method for age

2. Footware/headware not removed

3. Head not incorrect plane

4. Child not straight along board

and/or feet not parallel with

movable board

5. Board not firmly against heel

1. Use only when subject is < 2y

2. Remove as local culture permits (or make

allowances)

3. Correct position of child before

measuring

4. Have assistant and child’s parent present;

don’t take the measurement while the

child is streggling

5. Correct pressure should be practiced

Height

1. Incorrect method for age

2. Footware/headware not removed

3. Head not incorrect plane, subject

not straight, knees bent, or feet not

flat on floor

4. Board not firmly against heel

1. Use only when subject is ≥ 2y

2. Remove as local culture permits (or

make allowances)

3. Correct technique with pratice and

retraining, provide adequate

assitance;calm noncooprative children

4. Move head board to compress hair

Weight

1. Room cold, no privacy

2. Scale not calibrate to zero

3. Subject wearing heavy clothing

4. Subject moving or anxious as a

result of prior incident

1. Use appropiate clinic facilities

2. Re-calibrate after every subject

3. Remove or make allowances for

clothing

4. Wait until subject is calm or remove the

cause of anxiety

Arm Circumferences

1. Subject not standing in correct

position

2. Tape too thick, streched or creases

3. Wrong arm

4. Mid-arm point incorrectly marked

5. Arm not hanging loosely by side

1. Position subject correctly

2. Use correct instruments

3. Use left arm

4. Measure midpoint carefully

5. Correct techniques with training,

supervision, and regular refresher

26

during measurement, examiner not

comfortable or level with subject,

tape around arm not at midpoint

courses

Head Circumferences

1. Occipital protuberance/supraorbital

landmarks poorly defined

2. Hair crushed inadequately;ears

under tape, or sension position

poorly maintened at time reading

3. Headware not removed

1. Position tape correctly

2. Correct techniques with training,

supervision, and regular refresher

courses

3. Remove as local culture permit

Triceps Fatfold

1. Wrong arm

2. Mid-arm point or posterior plane

incorrectly measured or marked

3. Arm not loose by side during

measurement

4. Finger-thumb pinch or caliper

placement too deep or too

superficial

5. Caliper jaws not at marked site;

reading done too early, pinch not

maintened, caliper bandle not

released

6. Examiner not comfortable or level

with subject

1. Use left arm

2. Measure midpoint carefully

3,4,5. Correct techniques with training,

supervision, and regular refresher courses

6. Ensure examiner is correctly positioned

Tabel 7. Measurement errors in anthropometry assessment (Gibson, 2005)

b. Measurements errors in dietary assessments

Banyak sumber kesalahan yang bersumber dari penghitungan konsumsi rumah tangga.

Diantaranya meliputi :

Sources of Measurement Errors in Dietary

Assesment

Purposed Solution

1. Nonresponse bias (random sample of subjects

not being representative)

2. Respondent bias ( underreportting of food

consumed)

Training and retraining sessions

for the interviewers and coders,

standardization of interviewing

techniques and questionnaires, 27

Penyebab tdk langsung

Penyebab langsung

Kurang gizi

Makan tidak seimbang

Pola asuh tidak memadai

Penyakit infeksi(Diare, ISPA)

Tidak cukup persediaan panganSanitasi, air bersih, pelayanan kesehatan tidak memadai

dampak

3. Interviewer bias (failed in records subjects

correctly)

4. Respondent memory lapses

5. Incorrect estimation of portion size (failed in

quantify accurately the amount of food)

6. Suplement usage (make mistake in calculating)

7. Coding errors (mistake in converting amount)

8. Mistakes in handling of mixed dishes (incorrect

estimates of the nutrient content)

pretesting of questioners, and

administration of a pilot study

prior to the survey

Tabel 8. Measurement errors in dietary assessment (Gibson, 2005)

7. Apa saja yang diperlukan agar nutritional assessment valid ?

a) Menggunakan alat dan metode yg tepat dalam pelaksanaan NA, alat yg digunakan sudah

terkalibrasi (Fahmidah, 2007)

b) Memininmalisir sistematic rendom error (Fahmidah, 2007)

c) Menggunkan alat atau metode spesifisitas dan sensitifitas yg tinggi. (Fahmidah, 2007)

d) Pengukuran jumlah sample harus presisi, valid dan akurat. (Fahmidah, 2007)

e) Mengurangi faktor-faktor bias yg bisanya terjadi baik pd saat antropometri sampai pendataan

ekologi. (Gibson, 2005)

f) Memberikan training pd staf yg melakukan NA u/ menggunakan teknik yg standar dan presisi

dan menggunkanan standar tekniknya secara konsisten. (Handbook Nutritional Assessment,

2007)

g) Kesesuaian jumlah personel dlam setiap tahapan assessment. (Washington State Departement

of Health, 2010)

8. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keadaan gizi buruk?

28

Bagan 1. Faktor penyebab gizi buruk ( UNICEF, 1990 in Laporan penanggulangan Gizi buruk di Indonesia,2005)

9. Apa gejala dan tanda ciri khusus dari gizi buruk marasmus ?

Marasmus Kwashiorkor Marasmus-Kwashiorkor

Tanda Penampilan wajah seperti

orang tua, kulit kering dingin

dan kendur, rambut kering,

tipis dan mudah rontok,

ototnya atropi sehingga tulang

terlihat jelas, terjadi

perubahan mental, sering

diare dan konstipasi, Iga

gambang dan perut cekung,

stunting

Edema (-)

Moon face, warna rambut

kemerahan, anoreksia,

edema, lesi di bagian tubuh,

rambut mudah rontok,

hepatomegali,

depigmentation, kehilangan

lemak subkutan, muscle

wasting,

Edema (+)

warna rambut merah,

mudah dicabut tanpa

rasa sakit, lesi kulit

berwarna merah berubah

menjadi warna hitam,

edema namun tidak

mencolok, penyakit

infeksi, diare kronis, kulit

keriput

Edema (+)

Gejala sering diare dan konstipasi,

perubahan mental, terdapat

bradikardi, tekanan darah

lebih rendah daripada anak

yang sebaya, kadang frekuensi

pernapasan menurun,

perubahan nafsu makan,

Apathetic, perasaan mudah

marah, nausea, lemas, diare

Rewel. Cengeng, apatis,

kesadaran menurun,

nafsu makan menurun

29

malaise, apatis, perasaan

mudah marah, lemah, mual,

suhu tubuh rendah

BB/TB <-3 SD <-2 SD <-2SD

Tabel 9. Perbedaan Tanda Dan Gejala Pada Gizi Buruk Marasmus, Kwashiorkor , Dan Marasmus-

Kwashiorkor (Fahmidah, 2007)

10. Apa etiologi atau penyebab dari gizi buruk marasmus ?

Penyebab utama yaitu ketidakcukupan diet energi dan protein baik secara kualitatif dan kuantitatif.

Penyebab yang kedua, yaitu:

a. Umur, marasmus terjadi terutama pada infants dari pada older children, biasanya terjadi pada

bayi prematur.

b. Muntah konis karena beberapa penyebab yang mnyebabkan wasting.

c. Diare kronis yang berulang

d. Infeksi kronis, misal TBC, congenital syphilis, chronic empyema thoracis.

e. Penyakit kongenital (bawaan)membatasi intake dan penyerapan makanan.

f. Gangguan organ yang serius pada jantung, otak dan ginjal yang menyebabkan gagal tumbuh.

g. Kegagalan metabolik tertentu yang menyebabkan gagal tumbuh.

(Viswanathan, 2005)

11. Bagaimana patofisiologi (perjalanan penyakit ) dari marasmus hingga terjadi komplikasi?

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup

dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan

karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan

kehidupan. Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar,

sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam

sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan

menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa

jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan

asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan

menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira- kira

kehilangan separuh dari tubuh (Muchsan Lubis, 2002).

Ketika intake makanan tidak adekuat, terjadi defisiensi protein makanan, dan adanya

inflamasi dapat menyebabkan kwashiorkor (indikator antropometri BB/TB <-2SD) melalui mekanisme

tertentu. Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan

30

untuk menghasilkan kalori, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan

lemak serta protein dengan melalui proses katabolik. Jika terjadi stres katabolik (infeksi) maka

kebutuhan akan protein akan meningkat,sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif,

jika kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD-(-3SD)), maka terjadilah

kwashiorkor (malnutrisi akut/decompensated malnutrition) (Israr, 2009).

Pada saat stres katabolik karena infeksi, mediator-mediator inflamasi mengalami

peningkatan kadarnya (makrofag, TNF-alfa, IL-1) sehingga menurunkan sintesis protein viseral. Ketika

protein juga tidak tercukupi melalui asupan, serum albumin akan menurun sehingga terjadi

hipoalbuminemia yang menyebabkan edema. Pembesaran dan perlemakan hati disebabkan oleh

ketidakmampuan anak untuk mensintesis apo-B-lipoprotein yang dibutuhkan untuk membentuk

lipoprotein yang mengangkut lemak keluar dari hati. Meningkatnya sintesis lemak, kegagalan

lipolisis, dan menurunnya lipoprotein menyebabkan perlemakan hati sehingga terjadi hepatomegaly.

Tanda-tanda tersebut yaitu hipoalbumin, edema, dan perlemakan hati merupakan tanda dari

kwashiorkor (De Lange, 2010).

Defisiensi asupan zat gizi dalam waktu yang lama, menyebabkan adaptasi di dalam tubuh

sehingga kadar kolesterol meningkat dan kadar insulin menurun. Pengaruh sistem hormonal yang

terjadi adalah gangguan hormon kortisol, insulin, growth hormon (hormon pertumbuhan), dan

Thyroid Stimulating Hormon(TSH) meninggi tetapi fungsi tiroid menurun. Hormon-hormon tersebut

berperanan dalam metabolisme karbohidrat, lemak sehingga terjadi gangguan metabolik. Bila stres

katabolik ini terjadi pada saat status gizi di bawah -3 SD, maka akan terjadi marasmik-kwashiorkor

dengan edema. Jika kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai dibawah -3 SD maka akan

terjadi marasmus (malnutrisi kronik/compensated malnutrition)dengan tanda yang membedakan

yaitu tidak adanya edema(Israr, 2009).

31

Gambar 11. Patofisiologi Gizi Buruk

Pada anak gizi buruk, terjadi kerusakan sel, jaringan, organ hingga sistem organ. Anak gizi

buruk bisa disebabkan oleh kekurangan intake makanan, sehingga imunitas menurun karena leukosit

tidak dapat diproduksi sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, anak gizi buruk mudah sekali terkena

infeksi yang bermanifestasi memperburuk status gizinya. Selain itu, gizi buruk juga dapat terjadi

karena sebelumnya anak sudah menderita penyakit infeksi yang kronis. Pada akhirnya, infeksi akan

selalu terjadi pada anak gizi buruk ini sebagai komplikasi jika gizi buruk tidak diatasi. Anak yang

terkena infeksi mengalami demam, sehingga konsentrasi Fe dan Zn dalam plasma menurun

menyebabkan hypoferrameiae. Hal ini menyebabkan perubahan total iron binding protein di dalam

plasma sehingga menyebabkan defisiensi Hb dalam eritrosit, yang merupakan sebab langsung dari

anemia (De Lange, 2010).

Perubahan fungsi organ termasuk GI pada pasien malnutrisi dapat menyebabkan malabsorpsi

zat gizi, juga kemungkinan besar untuk terinfeksi gut bacteria. Bakteri tersebut dapat menyebabkan

32

diare, selain juga dapat disebabkan oleh virus, protozoa, dan parasit. Selain itu, juga dapat

disebabkan oleh alergi makanan atau lactose intolerance akibat ketidakmampuan tubuh untuk

memproduksi enzim-enzim pencernaan. Diare tersebut akan menyebabkan kehilangan cairan dan

elektrolit secara cepat terutama Na dan K, sehingga terjadi asidosis metabolit. Kehilangan natrium

dapat menyebabkan dehidrasi. Kejang, syok, dan letargi disebabkan oleh kekurangan natrium berat

(<120 mEq/L) (Permatasari, 2012).

12. Kemungkinan komplikasi apa saja karena marasmus ?

a. Sistem pernapasan: karena massa otot berkurang saat gizi buruk mengakibatkan gangguan

sistem pernapasan, misalnya pneumonia berat.

b. Pada system endocrin: pankreas mengalami athopy, kelenjar thyroid mengalami kemunduran.

c. Sistem Imun: daya tahan tubuh rendah sehingga mudah terserang infeksi terutama organisme

gram negatif yang bisa menybabkan sepsis.

d. Sistem pencernaan: pada penderita malnutrisi diare berlangsung lama sehingga menyebabkan

dehidrasi.

e. Hematology: Terjadi anemia karena defisiensi zat besi, berkurangnya sel darah merah karena

adapatasi lean body mass rendah.

f. Liver: Meningkatnya sintesis lemak, kegagalan lipolisis, dan menurunnya lipoprotein

menyebabkan perlemakan hati sehingga terjadi hepatomegaly.

(Duggan, 2008)

g. Otak: Dalam jangka panjang (kronis) akan terjadi penghambatan pertumbuhan otak dan

penurunan IQ sebanyak 15 point (balachew, 2001)

13. Apa fase-fase penatalaksanaan pada pasien gizi buruk?

Penatalaksanaan Anak Gizi Buruk :

1. Fase Stabilisasi

Diberikan makanan formula 75 (F-75) dengan asupan gizi 80-100 KKal/kgBB/hari dan protein 1-1,5

g/KgBB/hari. ASI tetap diberikan pada anak yang masih mendapatkan ASI.

2. Fase Transisi

Pada fase transisi ada perubahan pemberian makanan dari F-75 menjadi F-100. Diberikan

makanan formula 100 (F-100) dengan asupan gizi 100-150 KKal/kgBB/

hari dan protein 2-3 g/kgBB/hari.

3. Fase Rehabilitasi

Diberikan makanan seperti pada fase transisi yaitu F-100, dengan penambahan makanan untuk

anak dengan BB < 7 kg diberikan makanan bayi dan untuk anak dengan BB > 7 kg diberikan

makanan anak. Asupan gizi 150-220 KKal/kgBB/hari dan protein 4-6 g/kgBB/hari.

33

4. Fase Tindak Lanjut (dilakukan di rumah)

Setelah anak pulang dari PPG, anak tetap dikontrol oleh Puskesmas pengirim secara berkala

melalui kegiatan Posyandu atau kunjungan ke Puskesmas. Lengkapi imunisasi yang belum

diterima, berikan imunisasi campak sebelum pulang. Anak tetap melakukan kontrol (rawat jalan)

pada bulan I satu kali/ minggu, bulan II satu kali/ 2 minggu, selanjutnya sebulan sekali sampai

dengan bulan ke-6.Tumbuh kembang anak dipantau oleh tenaga kesehatan Puskesmas pengirim

sampai anak berusia 5 tahun.

(Budihardja, 2011)

Kriteria sembuh:

Bila BB/TB atau BB/PB > -2 SD dan tidak ada gejala klinis dan memenuhi kriteria pulang sebagai

berikut:

a. Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif

b. BB/PB atau BB/TB > -3

c. Komplikasi sudah teratasi

d. Ibu telah mendapat konseling gizi

e. Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-turut

f. Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan.

(Budihardja, 2011)

Tanda Pada Fase-fase Malnutrisi :Kondisi I Kondisi II Kondisi III Kondisi IV Kondisi V

Renjatan / Syok + - - - -Letargis (tidak Sadar) + + - + -Muntah/diare/dehidrasi

+ + + - -

Tabel 10. Fase-fase malnutrisi (Israr, 2009)

Assessment yang perlu dilakukan atau dikumpulkan pada setiap fase, yaitu:

1. Fase stabilisasi B

PEMERIKSAAN

Berat badan + + + + +

Suhu tubuh (aksila) + + + + +

Tabel 11. Fase stabilisasi B (Israr, 2009)

Anamnesis Lanjutan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan

LaboratoriumUmum Khusus

Konfirmasi kejadian

campak dan TB paru

- Panjang

badan

- Thoraks

- Pemeriksaan mata

- Pemeriksaan kulit

- Pemeriksaan

Kadar gula darah,

hemoglobin

34

- Abdomen

- Otot

- Jaringan

lemak

telinga, hidung,

tenggorokan

Tabel 12. Anamnesa Lanjutan (Israr, 2009)

Menurut Uganda Ministry of Health (2010), yang perlu dimonitoring pada fase stabilisasi yaitu:

Suhu tubuh diukur dua kali sehari

Standar pemeriksaan klinis seperti konsistensi feses, muntah, dehidrasi, batuk, respirasi, ukuran

liver, kulit

Berat badan diukur sebelum dan sesudah makan setiap hari

Derajat oedema (0, grade 1, grade 2, atau grade 3)

Cara pemberian makanan lewat NGT atau IV infusi/transfusi

2. Fase transisi

Berat badan

Derajat edema (0/tidak ada edema hingga grade 3)

Suhu tubuh

Standar pemeriksaan klinis seperti konsistensi feses, muntah, dehidrasi, batuk, respirasi, ukuran

liver

Pemeriksaan lain seperti penolakan terhadap makanan

Mood

(Uganda Ministry of Health, 2010)

3. Fase rehabilitasi

Suhu tubuh, denyut nadi, dan frekuensi pernafasan dua kali sehari

Berat badan

Derajat edema (0/tidak ada edema hingga grade 3)

Standar pemeriksaan klinis seperti konsistensi feses, muntah, dehidrasi, batuk, respirasi, ukuran

liver

Tinggi badan atau panjang badan setelah 21 hari

Pemeriksaan lain seperti penolakan terhadap makanan dan asupan makanan

(Uganda Ministry of Health, 2010)

35

Gambar12. Tatalaksana Gizi Buruk (Budihardja, 2011)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

a. Nutritional Assessment adalah langkah awal yang komperehensif dan digunakan untuk

menggambarakan / menentukan status gizi dengan cara menginterpretasikan informasi dari data

36

antropomertri, biokimia, clinical, dan dietary kemudian dilanjutkan pada nutrition diagnosis.

Tujuan dari nutritional assessment adalah untuk menilai status gizi pasien sehingga dapat

menentukan intervensi yang cepat.

b. Yang berperan dalam nutritional assesment adalah Ahli Gizi yang sudah teregister (RD) dan

terlisensi atau teknisi gizi yg berkompeten dibawa supervisi ahli gizi, dokter, nutrition nurse

specialist.

c. Data objektif adalah Data yang didapat, diobservasi dan diukur serta dapat diperoleh dengan

menggunakan panca indera selama pemeriksaan fisik dan tidak dapat dipengaruhi oleh pendapat

pribadi pasien dan disertai dengan refensi yang ada sehigga langsung bisa digunakan.

d. Data Subjectif adalah Data yang diambil melalui anamnesa mengenai pendapat dan apa yang

diarasakan individu yang dilakukan oleh petugas kesehatan setelah melakukan interaksi dengan

pasien.

e. Gizi Buruk adalah kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan

protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.

f. Gizi buruk marasmus adalah kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi

energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama

dengan

- Tanda: Penampilan wajah seperti orang tua, kulit kering dingin dan kendur, rambut kering,

tipis dan mudah rontok, ototnya atropi sehingga tulang terlihat jelas, terjadi perubahan

mental, sering diare dan konstipasi, Iga gambang dan perut cekung, stunting

- Gejala: sering diare dan konstipasi, perubahan mental, terdapat bradikardi, tekanan darah

lebih rendah daripada anak yang sebaya, kadang frekuensi pernapasan menurun, perubahan

nafsu makan, malaise, apatis, perasaan mudah marah, lemah, mual, suhu tubuh rendah.

g. Parameter nutritional assessment yang tepat pada pasien anak dengan gizi buruk marasmus

1. Anthropometri

2. Biokimia

3. Fisik/klinis

4. Dietary

5. Ekologi

h. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pasien

Anak tidak cukup mendapatkan makanan bergizi seimbang, nfeksi pada balita, ketahan pangan di

keluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, kemiskinan,

pendidikan, dan pengetahuan.

B. REKOMENDASI

37

Skenario dalam PBL minggu dua ini dapat menambah dan memperdalam pengetahuan sehingga

mahasiswa tidak terlalu kesulitan dalam pembahasannya. Selain itu mampu melatih mahasiswa untuk

berpikir kritis. Tahap dari Nutrition care Process (NCP) yaitu Assessment, Diagnosis, Intervention,

Monitoring, dan Evaluation. Oleh karena itu, akan lebih baik jika setelah nutrition assessment ini bisa

membahas mengenai nutrition diagnosa, intervention, dan monitoring karena proses NCP merupakan

satu materi yang berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita et.al. 2000. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.Anggraeni, Adisty C. 2012. Asuhan Gizi: Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha Ilmu.Anonim. 2011. Laporan Pendahuluan Heapatomegali. http://kepacitan.wordpress.com/2011

/02/11/lphepatomegali/. Diakses Tanggal 24 September 2013 Jam 14:30 WIB.

38

Balachew, Tefera et all. 2001. Protein Energy Malnutrition. Jimma University : 60)Barker, Lisa. 2011. Hospital Malnutrition : Prevalence, Identification and Impact on Patient and the Healthcare

SystemBriend, Andre. 2012. Use of MUAC for Severe Acute Malnutrition. University of Tampere: FinlandBudihardja. 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Kementrian Kesehatan Republik IndonesiaDe Langa, Jhohanna Christina. 2010. Factor Contributing to Malnutrition in Children 0 – 60 Months Admitted to

Hospital in the Northern Shout Cas. South Asia : University of the Free State.De Lange, Jhohanna Christina. 2010. Factors Contributing to Malnutrition in Children 0-60 Months Admitted to

Hospitals in the Northern Cape. South Africa: Department of Nutrition and Dietetics, University of the Free State.

Drupadi HS. Dillon dan Umi Fahmida. 2007. Handbook Nutritional Assessment : Page 88. SEAMEO-TROPMED. Regional Center for Community Nutrition, University of Indonesia

Duggan, et al. 2008. Nutrition in Pediatrics 4. International Prin-O-Pac Ltd: DelhiFahmida, umi dan Drupadi HS Dillon. 2007. Handbook Nutritional Assessment. SEAMEO-TROPED RCCN.

University of IndonesiaGibson, Rosalind S. 2005. Principles of Nutritional Assessment 2nd Edition. New York: Oxford University Press.Gibson, S. Rosalind. 2005. Principles of Nutritional Assessment 2nd Edition : Google Book.Himayatnagar, A. 2009. Achar’s Textbook of Pediatric : Normal Nutrition and Malnutrition : 49 – 51Israr, Yayan Akhyar. 2009. Gizi Buruk (Severe Malnutrition). Fakultas kesehatan Universitas RiauKementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Maqboo, Asim et.al. 2008. Clinical Asessment of Nutritional Status.National Food and Health Plan. 2007. Malnutrition Screening and Nutritional AssessmentPardosi, Rufina.2009.Malnutrisi.UNICEF Meulaboh (online) http:// yayanakhyar.files.wordpress.com

/2009/02/ unicef -malnutrisi.pdf diakses tanggal 21 September 2013 pukul 20.00Permatasari, Devina Putri. 2012. Perbedaan Durasi Penyembuhan Diare Dehidrasi Ringan-Sedang Balita yang

Diberikan ASI dan Seng (Studi Kasus di RSUP dr.Kariadi). Semarang: Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Queensland Health Dietitian.2009. Validated Nutrition Assessment Tools: Comparison Guide (online) http://www.health.qld.gov.au/nutrition/resources/Fhphe_asst_tools.pdf diakses pada tanggal 21 September 2013 pukul 20.30

SAMUEL. 2006. SENSITIFITAS DAN SPESIFISITAS LINGKAR DADA DAN LINGKAR LENGAN ATAS DALAM SKRINING PENENTUAN STATUS GIZI BURUK PADA ANAK BALITA. Undergraduate thesis, Diponegoro University.

Uganda Ministry of Health. 2010. Integrated Managementof Acute MalnutritionGuidelines.

Viswanathan, J dan A.B Desai. 2005. Achar’s Textbook of Pediatrics. Shiva printers:IndiaWashington State Departement of Health. 2010. Nutrition Interventions for Children with Special Health Care

Needs 3rd Edition. USA

39

TIM PENYUSUN

A. KETUA

1. TYSKA AULIA A 115070300111019

B. SEKRETARIS

1. DIAN NUR ARIANI 115070300111025

2. ADISTI DYAH PERMATANINGTYAS 115070301111012

C. ANGGOTA

1. MUCHAMMAD ILHAM GUMILAR 115070307111006

2. LAILY EKAWATI CANDRA 115070301111024

3. LUCKY ASTRIDA 115070313111005

4. AGNES WIDYASARI 115070307111015

5. AFIFA NUR SALIMA 115070301111013

6. MUSTIKA ARUM H W P J 115070300111038

7. ANA DWI FIBRIYANTI 115070301111008

8. SAFHIRA ROVIDA 115070300111043

9. KARINA MUTHIA SHANTI 115070301111007

10. ERIKA DAMAYANTI 115070300111039

D. FASILITATOR

BU ANGGUN

E. PROSES DISKUSI

1. KEMAMPUAN FASILITATOR DALAM MEMFASILITASI

- Mengarahkan mahasiswa dengan baik dan tepat pada waktunya apabila topik yang

dibicarakan melenceng dari pembahasan yang sebenarnya

- Mampu memberikan arahan yang tepat pada waktunya

- Mampu membimbing dengan baik sehingga mahasiwa menjadi terlatih dan bersungguh-

sungguh dalam mengikuto pembelajaran.

2. KOMPETENSI / HASIL BELAJAR YANG DICAPAI OLEH ANGGOTA DISKUSI

- Mahasiswa memahami jenis-jenis data, cara pengumpulan, fungsinya serta kelebihan dan

kelemahan dari masing-masing jenis data tersebut

- Mahasiswa mampu memahami patofisiologi, etiologi, serta sign dan symptom dari penyakit

gizi buruk.

40

- Mahasiswa mampu melakukan nutritional assessment yang tepat pada pasien anak umur 4

tahun yang mengalami gizi buruk marasmus.

- Mahasiswa mampu menganalisa dan menginterpretasikan data-data yang dimiliki oleh pasien

dengan munggunakan cutt off point yang sudah dibakukan.

- Mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada pasien anak dengan

gizi buruk marasmus

41