kelompok 7
DESCRIPTION
soal kasus pedodonsiaTRANSCRIPT
PEDODONSIA 2
Dosen Pembimbing: drg. Novita Idayani, Sp. KGA
Disusun Oleh :
Kelompok 7
1. Katherine Efrinda 04031181320038
2. Hasmila Devi 04031181320040
3. Amalia AH 04031281320002
4. Robih Aflah 04031281320004
5. Wenny Heryulianingsih 04031281320006
6. Abubakar Luthfi 04031281320009
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
PALEMBANG
2015
Soal Kasus
Anak usia 2,5 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan orang tua gigi belakang
kanan bawah sakit, tampak secara klinis gigi tersebut berlubang dan terlihat pulpa tampak
merah dan membesar p/t - , anak menangis terus ketika dibawa masuk ke ruangan. Apa yang
anda lakukan untuk gigi tersebut ?
Penyelesaian Kasus
dalam kasus ini gigi belakang kanan anak tersebut diduga mengalami pulpitis
irreversible.
Diagnosis : Pulpitis irreversible
P/T - = menandakan tidak ada kelainan periapikal
Pulpa sudah tampak merah dan membesar
Pulpa masih vital
Perawatan yang dipilih Pulpotomi
Anak tidak kooperatif (tidak mampu kooperatif karena masih berusia <3 tahun) ditangani
dengan premedikasi dan anestesi umum
Dengan penjelasan sebagai berikut:
Pulpitis irreversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat simptomatik
atau asimptomatik yang disebabkan oleh stimulus noksilis.
Histopatologi pulpitis irreversible
Gangguan ini mempunyai tingkatan inflmasi konis dan akut didalam pulpa. Pulpitits
irreversible dapat disebabkan oleh suatu stimulus berbahaya berlangsung lama sepertinya
misalnya karies. Bila karies menembus dentin dapat menyebabkan respon inflamasi kronis.
Bila karies tidak diambil, perubahan inflamasi didalam pulpa akan meningkat keparahannya
jika kerusakan mendekati pulpa.
Etiologi pulpitis irreversible
Keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, faktor klinis, kimiawi, termal atau
mekanis.
Gejala Klinik
Paroksisme (serangan hebat) rasa sakit disebabkan oleh hal-hal berikut:
Prubahan temperatur, terutama dingin
Bahan makanan manis atau masam
Tekanan makanan yang masuk kedalam kavitas
Pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi
Sikap berbaring yang menyebabkan kongesti pembuluh darah pulpa
Rasa sakit biasa tetap berlangsung meski penyebabnya dihilangkan dan dapat datang
dan pergi secara spontan.
Diagnosis pulpitis irreversible
Pemeriksaan biasanya menemukan suatu kavitas dalam yang meluas ke pulpa
atau karies dibawah tumpatan. Pulpa mungkin sudah terbuka. Waktu mencapai jalan
masuk kelubang permukaan akan terlihat suatu lapisan keabu-abuan yang menyerupai
buih meliputi pulpa terbuka dan dentin sekitarnya.
Pemeriksaan objektif
Ekstra oral: tidak ada kelainan
Intraoral: -Kavitas terlihat dalam dan tertutup sisa makanan
- Pulpa terbuka bisa juga tidak
- Sondase (+)
Khloretil (+)
Perkusi dan palpasi (-)
PERAWATAN PULPOTOMI PADA ANAK
Definisi
suatu perawatan amputasi kamar pulpa pada gigi yang masih vital
perawatannya adalah agar supaya gigi dapat meneruskan pembentuka akar, merawat
kegagalan perawatan pulp capping.
Bahan yang dipakai:
Bahan yang dipakai dalam perwatan pulpotomi gigi desidui dan permanen
muda adalah formokresol atau glutanol dehyde dan Ca(OH)2 untuk gigi permanen.
Pulpotomi dengan formokresol
Tujuan perawatan ini untuk mendapatkan resorbsi akar gigi desidui secara
normal. Indikasi perawatan adalah pada gigi karies masih vital dengan pulpa terbuka,
dan belum dalarn dalam asimtomatis. Tidak ada kelainan patologis pada lamina dura
dan resorbsi internal dan eksternal. Tanda klinis jaringan pulpa dalam saluran akar
masih normal.
Teknik perawatan pulpotomi formokresol:
Pada perawatan pulpotomi formokresol pada gigi desidui dikenal dua teknik
perawatan yaitu dengan sekali kunjungan dari dua kali kunjungan.
Perawatan pulpotomi formokresol satu kali kunjungan adalah:
Pasien dilakukan anestesi kemudian dipasang rubber dam. Pada gigi yang
dirawat jaringan karies dihilangkan (fisur bur) dengan high speed, kemudian setelah
dekat pulpa gunakan low speed. Kavitas dibersihkan dengan saline solution. Tindakan
selanjutnya dilakukan amputasi jaringan pulpa seluruh kamar pulpa dengan ronde bur
atau sendok ekskavator yang steril. Perdarahan dthentikan dengan cotton pelet steril
dan kemudian cotton pelet diberi formokresol selama 5 menit diletakan pada ujung
jaringan pulpa yang terpotong agar terjadi jaringan fixasi. Tindakan selanjutnya
dresing diletakkan carnpuran pasta dan Zn oksida + Eugenol (1 tetes) + Formokresol
(1 tetes) pada dasar kavitas (atau bagian teramputasi). Selanjutnya dikerjakan
permanen permanen filling dengan stainless steel crown
Perawatan pulpotomi formokresol untuk dua kunjungan
Tindakan perawatan ini sama dengan perawatan satu kunjungan, Iianya dalam
pemberian dresing kapas dan formokresol ditinggal dalam kamar pulpa selama 3 - 7
hari. Baru pada kunjungan berikutnya dilakukan pemberian pasta campuran Zn
Oksida + Eugenol + Formokresol dan disertai restorasi gigi.
Reaksi formokresol terhadap jaringan
Pemakaian formokresol pada gigi desidui dibatasi untuk keperntingan
perkembangan oklusal gigi molar desidui. Formaldehyde adalah bahan devitalisasi
dalam formokresol dan berfungsi sebagai fixsasi jaringan dalam pemeriksaan
histologist. Bahan tersebut sangat kaustis dan dalam penelitian diperlihatkan
perubahan jaringan pulpa tergantung waktu dan banyaknya formokresol yng
diaplikasikan pada jaringan. Reaksi jaringan yang timbul akibat pemakaian
formokresol adalah perubahan jaringan seperti:
1. Zone acidophilic
2. A broad pale - staining zone dengan atropi dan fibrous
3. A broad zone of inflamatory cell dengan perluasan ke apikal
PREMEDIKASI
Premedikasi merupakan pemberian obat sebelum anestesi untuk
menghilangkan kecemasan, menghasilkan sedasi dan memfasilitasi pemberian
anestesi terhadap pasien. Mempengaruhi pasien dalam hal ini terdiri dari memberikan
sedasi, menghilangkan nyeri (memberikan analgesia).
Maksud dan tujuan premedikasi:
Untuk menghilangkan atau mengurangi rasa takut, cemas, dan gelisah
sehingga anak menjadi tenang ketika akan melakukan perawatan bila pada
anak normal apabila telah dilakukan premedikasi maka pada waktu melakukan
perawatan akan tenang dan kooperatif
Memudahkan dan melancarkan induksi maupun anestesi
Mencegah terjadinya perubahan –perubahan psikologis atau perilaku pasca
anestesi
Jenis obat Premedikasi:
a. Golongan anti kholinergik (sulfas atropine dan skopolamin serta glikorpirolat)
b. Golongan hipnotik sedative (diazepam, midazolam, promethazine,
trimeprazine, dan barbiturate)
c. Golongan narkotik analgetik (narkotik jarang digunakan sebagai obat
premedikasi pada bayi/ anak kecil karena sering menimbulkan rasa pusing,
mual, muntah dan sampai depresi pernafasan contoh obatnya yaitu meperidine
dan pethidin.
Apabila pada sedasi:
Oral sedastif :diazepam: 0,25 mg/kk BB, midazolam, chloral hidrate
(diberikan 1 jam sebelum perawatan)
Inhalasi sedasi: oksigen nitrous oxide mix: 20-50% nitrous oxide
Intravena sedasi: midazolam: 0,07 mg/kk BB
Cara pemberian premedikasi:
Metode yang lazim digunakan yaitu:
Cara parenteral, memerlukan pendekatan secara psikologis dan perlu
pengalaman/keterampilan menyuntik. Hamper seluruh obat premedikasi
dapat diberikan secara parenteral.
Per oral, pemberian cara ini sebenarnya paling ideal diberikan pada bayi/
anak yang masih kecil karena tidak akan menimbulkan trauma atau rasa
sakit.
Per rectal, pemberian premedikasi secara rectal seringkali disebut sebagai
anestesi basal
Per nasal, obat diberikan secara tetesan atau semprotan (nose spray)
kedalam mukosa hidung selanjutnya obat akan diserap lewat mukosa
hidung dan masuk dengan cepat kedalam sirkulasi darah karena mukosa
hidung kaya akan pembuluh darah.
Lalu dilakukanlah anestesi pada pasien tersebut dan dilanjutkan dengan
perawatan pilihan yang dipilih dalam sebuah kasus seperti kasus ini pemberian
anestesi sebelum melakukan pulpotomi.
DAFTAR PUSTAKA
Smith R.M : Anesthesia for infants and children, 4th ed. The CV Masby Company, St.
Louis-Toronto-London 1980
John C. Snow, MD, Professor of Anesthesiology, Boston University School of
Medicine, Manual of Anesthesia, Asian Edition page 337-343
Budiyanti, E. Arlia.2012. Perawatan Endodontik pada anak. Jakarta: penerbit buku
kedokteran. EGC
Heasman. P. 2003. Master Dentistry Pediatric Dentistry and Orthodontics. Vol 2.
Churchill Libingstone. Edinburg
Richard E. Walton. Mahmud torabinejad. 2008. Prinsip dan parktek ilmu pedodonsia
Edisi 3. Jakarta: EGC
Abyonono Rofiah. 1995. Ilmu Endodontik dalam praktek. Jakarta: EGC
Tarigan, Rasinta. 2006. Perawatan pulpa gigi (endodontic). Jakarta:EGC