kelompok 6_studi lapangan potensi korupsi pada kantor imigrasi dan satlantas

25
PAPER SEMINAR ANTI KORUPSI LAPORAN OBSERVASI LAYANAN PUBLIK PADA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA BARAT DAN KANTOR SATLANTAS POLRES PURWOREJO OLEH: 9F REGULER KELOMPOK 6 1. ANASTASIA CANDRA DEWI / NPM 144060005749 2. KHOTIBUL UMAM ISNANTO / NPM 144060005720 3. NURUL HUDA PURBAYA / NPM 144060005875 4. PURBA HASOLOAN OCTA DONNY / NPM 144060005806 5. TRI KRISTIA MAHARDEKA / NPM 144060005737 6. WAHYU ANDRIYADI / NPM 144060005920

Upload: andreadante

Post on 04-Sep-2015

264 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Seminar Anti Korupsi

TRANSCRIPT

PAPER SEMINAR ANTI KORUPSILAPORAN OBSERVASI LAYANAN PUBLIK PADA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA BARAT DAN KANTOR SATLANTAS POLRES PURWOREJO

OLEH:9F REGULER KELOMPOK 61. ANASTASIA CANDRA DEWI / NPM 1440600057492. KHOTIBUL UMAM ISNANTO / NPM 1440600057203. NURUL HUDA PURBAYA / NPM 1440600058754. PURBA HASOLOAN OCTA DONNY / NPM 1440600058065. TRI KRISTIA MAHARDEKA / NPM 1440600057376. WAHYU ANDRIYADI / NPM 144060005920

PROGRAM DIPLOMA IV KEUANGAN SPESIALISASI AKUNTANSI REGULERSEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA20153

KORUPSI DALAM PELAYANAN PUBLIK

Anastasia Candra Dewi1), Khotibul Umam Isnanto2), Nurul Huda Purbaya3), Purba Hasoloan Octa Donny4), Tri Kristia Mahardeka5), Wahyu Andriyadi6)

1)Program Diploma IV Akuntansi Reguler 9F, STAN, Tangerang Selatanemail: [email protected])Program Diploma IV Akuntansi Reguler 9F, STAN, Tangerang Selatanemail: [email protected])Program Diploma IV Akuntansi Reguler 9F, STAN, Tangerang Selatanemail: [email protected])Program Diploma IV Akuntansi Reguler 9F, STAN, Tangerang Selatanemail: [email protected])Program Diploma IV Akuntansi Reguler 9F, STAN, Tangerang Selatanemail: [email protected])Program Diploma IV Akuntansi Reguler 9F, STAN, Tangerang Selatanemail: [email protected]

AbstrakRendahnya kualitas pelayanan publik sering menjadi padanan kata yang tepat dari institusi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Perbaikan pelayanan publik di era reformasi merupakan harapan seluruh masyarakat, namun hingga kini berbagai tanggapan masyarakat justru cenderung menunjukkan bahwa berbagai jenis pelayanan publik mengalami kemunduran yang utamanya ditandai dengan banyaknya penyimpangan dalam layanan publik tersebut. Sistem dan prosedur pelayanan yang berbelit-belit, dan sumber daya manusia yang lamban dalam memberikan pelayanan, mahal, tertutup, dan diskriminatif serta berbudaya bukan melayani melainkan dilayani juga merupakan aspek layanan publik yang banyak disoroti. Karenanya penyalahgunaan wewenang suatu instansi terkait pelayanan publik tidak akan jauh dari praktik korupsi. Paper ini menjelaskan potensi-potensi korupsi yang mungkin muncul dalam suatu instansi penyedia layanan publik (institusi pemerintah) melalui observasi langsung dan wawancara.Kata kunci:pelayanan publik, korupsi.

1. PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangMasalah kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh institusi pemerintah menjadi keluhan utama masyarakat. Menurut Leo Agustino (2005: 203) penyelenggaraan pelayanan yang berkualitas di Indonesia umumnya masih tersandung dengan sejumlah masalah diantaranya kinerja aparatur yang masih buruk, diskriminasi, serta terbangunnya budaya paternalistik yang menyebabkan terjadinya rente birokrasi. Kondisi permasalahan birokrasi seperti ini dimungkinkan karena masyarakat selaku user dari layanan hanya dihadapkan dengan lembaga tunggal penyedia layanan (single service provider). Sehingga meskipun kinerja pelayanan lembaga tersebut kurang memuaskan, tetapi masyarakat tidak memiliki pilihan yang lain selain harus mengakses pelayanan tadi pada lembaga dimaksud. Oleh karenanya, institusi penyedia jasa layanan publik khususnya yang dikelola secara sentralistik oleh pemerintah tidak menghadapi kekhawatiran akan ditinggalkan oleh pengguna layanannya termasuk dalam hal ini lembaga penyelenggara pelayanan pembuatan paspor dan surat izin mengemudi (SIM).Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam rangka terciptanya peningkatan kualitas pelayanan publik di semua bidang seperti mengeluarkan UU Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, kebijakan inibertujuan memaksimalkan pelayanan pemerintah sehingga menciptakan iklim pelayanan prima pada setiap instansi pemerintah. Namun tampaknya permasalahan dalam pelayanan publik (dalam hal ini pembuatan paspor dan SIM) masih tidak sepenuhnya lepas dari masalah-masalah seperti praktik percaloan, pungutan liar (pungli), petugas yang tidak ramah, waktu penyelesaian yang tidak tepat waktu, dsb.Melihat fenomena yang terjadi di atas, maka kami tertarik untuk membahas praktik korupsi apa saja yang mungkin masih terjadi dalam institusi pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan publik khususnya pelayanan pembuatan paspor di Kantor Imigrasi Klas 1 Khusus Jakarta Barat dan pembuatan surat izin mengemudi (SIM) di Kantor Satlantas Polres Purworejo.1.2. Tujuan PenulisanPaper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Anti Korupsi, sekaligus guna mengetahui proses bisnis pada beberapa level instansi pemerintahan khususnya pada Kantor Imigrasi Klas 1 Khusus Jakarta Barat dan Kantor Satlantas Polres Purworejo. Selain itu, kami juga mengamati potensi korupsi yang mungkin dapat terjadi pada celah-celah proses bisnis yang ada di kedua institusi pemerintah tersebut.1.3. Metode Pengumpulan Data Beberapa metode yang kami gunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang berguna untuk penulisan paper ini antara lain:1.3.1 Studi KepustakaanMenggunakan dan mempelajari buku-buku, peraturan-peraturan, sumber internet, atau media lain yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas.1.3.2 Penelitian LapanganPenelitian di lapangan, kami lakukan dengan melakukan wawancara secara langsung dengan berbagai narasumber yang relevan dengan objek penelitian kami.2. LANDASAN TEORI2.1. Definisi Pelayanan PublikIstilah Pelayanan berasal dari kata layani yang artinya menolong menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan melayani. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrem dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia.Di dalam Hukum Administrasi Negara, istilah pelayanan publik diartikan sebagai segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan hukum maupun sebagai pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebagai titik tolak, beberapa esensi dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang perlu selalu disadari adalah bahwa masalah pelayanan publik bersumber pada:1) Adanya kewajiban pada pihak administrasi Negara untuk menjalankan fungsi dan wewenangnya berdasarkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dan bersih, 2) Adanya pengakuan terhadap hak asasi setiap warga Negara atas pemerintahan, perilaku administrative, dan kualitas hasil pelayanan yang baik, 3) Adanya keanekaragaman jenis serta bidang pelayanan publik sebagai akibat dari adanya keragaman urusan dan kepentingan masyarakat yang harus dipenuhi melalui penyelenggaraan pelayanan publik.Mujianto (2010) menyatakan pelayanan publik adalah fungsi sistem yang menyediakan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Di dalam pelayanan ini, terdapat karakteristik khusus yang membedakan antara pelayanan publik dengan pelayanan swasta. Beberapa perbedaan tersebut adalah:1) Sebagian besar layanan pemerintah berupa jasa, dan barang tak nyata. Contohnya sertifikat, perijinan, peraturan, transportasi, ketertiban, kebersihan, dan lain sebagainya.2) Selalu terkait dengan jenis pelayanan-pelayanan yang lain, dan membentuk sebuah jalinan sistem pelayanan yang berskala nasional. Contohnya dalam hal pelayanan transportasi.3) Pelanggan internal cukup menonjol, sebagai akibat dari tatanan organisasi pemerintah yang cenderung birokratis. Dalam pelayanan berlaku prinsip utamakan pelanggan eksternal lebih dari pelanggan internal. Namun kondisi nyata dalam hal hubungan antar lembaga pemerintahan sering memojokkan petugas pelayanan agar mendahulukan pelanggan internal.4) Efisiensi dan efektivitas pelayanan akan meningkat seiring dengan peningkatan mutu pelayanan. Semakin tinggi mutu pelayanan bagi masyarakat, maka semakin tinggi pula kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Dengan demikian akan semakin tinggi pula peran serta masyarakat dalam kegiatan pelayanan.5) Masyarakat secara keseluruhan diperlakukan sebagai pelanggan tak langsung, yang sangat berpengaruh kepada upaya-upaya pengembangan pelayanan. Desakan untuk memperbaiki pelayanan oleh polisi bukan dilakukan oleh hanya pelanggan langsung (mereka yang pernah mengalami gangguan keamanan saja), akan tetapi juga oleh seluruh lapisan masyarakat. 6) Tujuan akhir dari pelayanan publik adalah terciptanya tatanan kehidupan masyarakat yang berdaya untuk mengurus persoalannya masing-masing.Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg PAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, memberikan pengertian pelayanan publik yaitu segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.Nurcholis dalam Mujianto (2010) membagi fungsi pelayanan publik ke dalam bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan, lingkungan (tata kota, kebersihan, sampah, penerangan), rekreasi (taman, teater, museum), sosial, perumahan, pemakaman, registrasi penduduk (kelahiran, kematian), air minum, legalitas (hukum: seperti KTP, paspor, sertifikat, dll).Dalam artikelnya, Embung Megasari Zam menyatakan alasan keberadaan pelayanan publik berasal dari tanggung jawab negara untuk memenuhi janjinya melayani hak dan kebutuhan dasar setiap warga negara . Di Indonesia, janji ini tertuang dalam UUD tahun 1945.2.2. Standar Pelayanan PublikDalam perjalanannya, pelayanan publik yang diberikan oleh negara harus memiliki standar pelayanan. Adanya standar ini bertujuan untuk memberikan kepastian bagi pemberi dan penerima layanan. Standar pelayanan publik. Standar pelayanan publik menurut Keputusan Menteri PAN nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, sekurang-kurangnya meliputi: 1) Prosedur PelayananProsedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.2) Waktu PenyelesaianWaktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengadilan.3) Biaya PelayananBiaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.4) Produk PelayananHasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.5) Sarana dan PrasaranaPenyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.6) Kompetensi Petugas PelayananKompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkanTerdapat berbagai macam kriteria terkait seperti apa pelayanan publik yang baik. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) dalam keputusannya Nomor : 81/1995 menegaskan bahwa pelayanan yang berkualitas hendaknya sesuai dengan sendi-sendi sebagai berikut :1) Kesederhanaan, dalam arti bahwa prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat dan tidak berbelit-belit serta mudah difahami dan dilaksanakan. 2) Kejelasan dan kepastian, menyangkut : a. Prosedur/tata cara pelayanan umum b. Persyaratan pelayanan umum, baik teknis maupun administratif c. Unit kerja atau pejabat yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan umum d. Rincian biaya/tarif pelayanan umum dan tata cara pembayarannya e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan umumf. Hak dan kewajiban baik dari pemberi maupun penerima pelayanan umum berdasarkan bukti-bukti penerimaan permohonan/ kelengkapannya, sebagai alat untuk memastikan pemrosesan pelayanan umum g. Pejabat yang menerima keluhan pelanggan (masyarakat) 3) Keamanan, dalam arti bahwa proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum.4) Keterbukaan, dalam arti bahwa prosedur/tata cara, persyaratan, satuan kerja/pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan umum, waktu penyelesaian dan rincian biaya/tarif dan hal-hal lain yang yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan difahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta. 5) Efisien, meliputi : a. Persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan umum yang diberikan b. Dicegah adanya pengulangan pemenuihan kelengkapan persyaratan, dalam hal proses pelayanannya mempersyaratkan kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait. 6) Ekonomis, dalam arti pengenaan biaya pelayanan umum harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan : a. Nilai barang atau jasa pelayanan umum dengan tidak menuntut biaya yang tinggi diluar kewajaran b. Kondisi dan kemampuan pelanggan (masyarakat) untuk membayar secara umum c. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku 7) Keadilan yang merata dalam arti cakupan atau jangkauan pelayanan umum harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlakukan secara adil. 8) Ketepatan waktu, dalam arti pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan2.3. Potensi Korupsi dalam Pelayanan PublikTerdapat berbagai definisi korupsi yang dikemukakan oleh para ahli. Korupsi secara harfiah berarti kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mendapatkan keuntungan pribadi dan merugikan kepentingan umum dan negara.Menilik definisi tersebut, penyelenggaraan pelayanan publik sangat rentan terhadap korupsi. Hal ini karena penyelenggara layanan publik merupakan aparatur negara yang diberi wewenang dan jabatan dan berpotensi untuk menyalahgunakan keduanya untuk kepentingan pribadi.Terdapat beberapa faktor menyebabkan terjadinya korupsi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.Singh dalam Sabri (2013) menemukan dalam penelitiannya di India bahwa penyebab terjadinya korupsi di negara tersebut adalah kelemahan moral (41,3%), tekanan ekonomi (23,8%), hambatan struktur administrasi (17,2 %), hambatan struktur sosial (7,08 %). Penelitian lain mengenai faktor-faktor penyebab korupsi dilakukan oleh Merican dalam Sabri (2013). Merican mengemukakan faktor-faktor terjadinya korupsi sebagai berikut :1. Peninggalan administrasi kolonial.2. Kemiskinan dan ketidaksamaan.3. Gaji yang rendah.4. Persepsi yang populer.5. Pengaturan yang bertele-tele.6. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.Sementara itu Ainan dalam Sabri (2013) menyebutkan beberapa faktor penyebab terjadinya korupsi antara lain :1. Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna.2. Administrasi yang lamban, mahal, dan tidak luwes.3. Tradisi untuk menambah penghasilan yang kurang dari pejabat pemerintah dengan upeti atau suap.4. Korupsi dianggap biasa, tidak dianggap bertentangan dengan moral sehingga orang berlomba untuk korupsi.2.4. Jenis-Jenis Korupsi dalam Penyelenggaraan Layanan PublikTerdapat beberapa bentuk korupsi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Anggraini (2014) mengelompokkan korupsi dalam pelayanan publik sebagai berikut:1. Korupsi yang bersifat eksternal. Korupsi ini terjadi ketika terdapat keterlibatan pihak ketiga. Korupsi ini disebabkan adanya seseorang yang memiliki kewenangan strategis dalam menentukan jalannya pelayanan. Kewenangan tersebut digunakan untuk mensyaratkan adanya imbalan baik berupa materi maupun jasa untuk kelancaran penyelenggaraan pelayanan publik.2. Korupsi berupa penyogokan dan/atau penyuapan. Korupsi jenis ini sering terjadi pada instansi yang memberikan pelayanan publik dalam bentuk menerbitkan surat ijin, rekomendasi, dan sebagainya. Pengguna layanan umumnya lebih memilih untuk menggunakan calo atau memberi uang pelicin agar urusannya dapat diperlancar.3. GAMBARAN UMUM OBJEK3.1. Kantor Imigrasi Kelas 1 Khusus Jakarta Barat3.1.1. Profil Kantor Imigrasi Kelas 1 Khusus Jakarta BaratKantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Barat merupakan salah satu instansi Unit Pelaksana Teknis di bawah Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia DKI Jakarta yang terletak di Jalan Pos Kota Nomor 4, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Wilayah kerja Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Barat ini sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.03-PR.07.04 Tahun 1991, meliputi :1. Kecamatan Kebun Jeruk;2. Kecamatan Palmerah;3. Kecamatan Taman Sari;4. Kecamatan Tambora;5. Kecamatan Grogol Petamburan; dan6. Kecamatan KembanganStruktur organisasi Kantor Imigrasi Kelas I Khusus sesuai dengan Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM Nomor M.14.PR.07.04 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.03-PR.07.04 Tahun 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi adalah sebagai berikut :

Sumber: Humas Ditjen Imigrasi

Dalam gambar di atas, Kantor Imigrasi Kelas I khusus terdiri dari :1. Bagian Tata UsahaBagian Tata Usaha mempunyai tugas untuk melakukan urusan tata usaha dan urusan rumah tangga Kantor Imigrasi. Untuk menyelenggaarakan tugas tersebut, Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi sebagai berikut :a. Melakukan urusan kepegawaian;b. Melakukan urusan keuangan; dan c. Melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan dan rumah tangga2. Bidang Informasi dan Sarana Komunikasi KeimigrasianBidang Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian mempunyai tugas melakukan penyebaran dan pemanfaatan informasi serta pengelolaan sarana komunikasi keimigrasian di lingkungan Kantor Imigrasi yang bersangkutan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Bidang Informasi dan Saran Komunikasi Keimigrasian mempunyai fungsi sebagai berikut :a. Melakukan pengumpulan, penelaahan, analisis data, evaluasi, penyajian informasi dan penyebaran untuk penyelidikan keimigrasian; danb. Melakukan pemeliharaan, pengamanan dokumentasi keimigrasian dan penggunaan serta pemeliharaan sarana komunikasi.3. Bidang Lalu Lintas dan Status KeimigrasianBidang Lalu Lintas dan Status Keimigrasian mempunyai tugas melakukan kegiatan keimigrasian di lingkungan Kantor Imigrasi yang bersangkutan di bidang lalu lintas dan status berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Bidang Lalu Lintas dan Status Keimigrasian mempunyai fungsi sebagai berikut :a. Melakukan pemberian dokumen perjalanan, izin berangkat dan izin kembali;b. Melakukan penentuan status keimigrasian bagi orang asing yang berada di Indonesia; danc. Melakukan penelitian terhadap kebenaran bukti-bukti kewarganegaraan seseorang mengenai status kewarganegaraan.4. Bidang Pengawasan dan Penindakan KeimigrasianBidang Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian mempunyai tugas melakukan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di lingkungan Kantor Imigrasi yang bersangkutan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Bidang Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian mempunyai fungsi sebagai berikut :a. Melakukan pemantauan terhadap pelanggaran perizinan keimigrasian dan mengadakan kerjasama antar instansi di bidang pengawasan orang asing; danb. Melakukan penyidian dan penindakan terhadap pelanggaran keimigrasian.5. Bidang Pendaratan dan Izin MasukBidang Pendaratan dan Izin Masuk mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan keimigrasian terhadap setiap orang yang keluar atau masuk wilayah Indonesia melalui tempat pemeriksaan imigrasi di lingkungan Kantor Imigrasi yang bersangkutan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Bidang Pendaratan dan Izin Masuk mempunyai fungsi sebagai berikut :a. Melakukan penelitian terhadap penggunaan dokumen perjalanan oleh setiap orang yang masuk/keluar wilayah Indonesia;b. Melakukan pemberian tanda bertolak dan atau izin masuk bagi setiap orang yang akan meninggalkan atau masuk wilayah Indonesia; danc. Melakukan penolakan pemberian tanda bertolak dan atau izin masuk bagi setiap orang yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.3.1.2. Jenis Kegiatan LayananKantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Barat memiliki jenis kegiatan pelayanan publik dalam hal :1. Penerbitan paspor baru;2. Penerbitan paspor penggantian;3. Penerbitan izin tinggal kunjungan;4. Perpanjangan izin tinggal kunjungan;5. Penerbitan izin tinggal terbatas dari alih status izin tinggal kunjungan;6. Penerbitan izin tinggal terbatas dari visa tinggal terbatas;7. Perpanjangan izin tinggal terbatas;8. Penerbitan izin tinggal tetap dari alih status izin tinggal terbatas;9. Penerbitan surat keterangan keimigrasian;10. Penerbitan izin tinggal tetap bagi anak berkewarganegaraan ganda terbatas;11. Perpanjangan izin tinggal tetap;12. Penerbitan izin masuk kembali (re-entry permit); dan13. Penerbitan surat keterangan kewarganegaraan ganda terbatas.Tarif layanan publik yang diberikan oleh Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Barat sudah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, yaitu sebagai berikut :

Jenis kegiatan layanan publik yang ditinjau dalam paper ini adalah layanan penerbitan paspor baru, dimana alur proses permohonan paspor adalah sebagai berikut :

Sumber: Humas Ditjen Imigrasi 3.2. Kantor Satlantas Polres Purworejo3.2.1. Profil Kantor Satlantas Polres PurworejoSatuan Lalu Lintas Polres Purworejo (Satlantas Polres Purworejo) menangani urusan lalu lintas di wilayah kerja Kabupaten Purworejo. Satlantas Polres Purworejo dipimpin oleh Kasat Lantas yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Satlantas Polres Purworejo Kasat Lantas bertugas melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas.Adapun dalam melaksanakan tugasnya, Kasat Lantas menyelenggarakan fungsi sebagai berikut.1. Pembinaan lalu lintas Kepolisian;2. pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral, Dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas;3. pelaksanaan operasi Kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas);4. pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta pengemudi;5. pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum, serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya;6. pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan; dan7. perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.Dalam melaksanakan tugasnya, Kasat Lantas dibantu oleh: 1. Kepala Urusan Pembinaan Operasional (Kaur Binopsnal). Kaur Binopsnal bertugas melaksanakan pembinaan lalu lintas, melakukan kerja sama lintas sektoral, pengkajian masalah di bidang lalu lintas, pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan Kamseltibcarlantas, perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan ;2. Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan (Kaur Mintu).Kaur Mintu bertugas menyelenggarakan kegiatan administrasi dan ketatausahaan;3. Kepala Unit Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli (Kanit Turjawali). Kanit Turjawali bertugas melaksanakan kegiatan Turjawali dan penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas dalam rangka penegakan hukum;4. Kepala Unit Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa (Kanit Dikyasa). Kanit Dikyasa bertugas melakukan pembinaan partisipasi masyarakat dan Dikmaslantas;5. Kepala Unit Registrasi dan Identifikasi (Kanit Regident). Kanit Regident bertugas melayani administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta pengemudi; dan6. Kepala Unit Kecelakaan (Kanit Laka). Kanit Laka bertugas menangani kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum.3.2.2. Jenis Kegiatan PelayananKantor Satlantas Polres Purworejo memiliki jenis kegiatan pelayanan publik dalam hal :1. SIM2. BPKB dan STNK;Tarif layanan publik yang diberikan oleh Kantor Satlantas Polres Purworejo sudah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu sebagai berikut : Untuk SIM :1. SIM APembuatan SIM A Baru : Rp 120.000Perpanjang SIM A: Rp 80.0002. SIM B1Pembuatan SIM B1 Baru : Rp 120.000 Perpanjang SIM B1: Rp 80.0003. SIM B2Pembuatan SIM B2 Baru : Rp 120.000Perpanjang SIM B2: Rp 80.0004. SIM CPembuatan SIM C Baru : Rp 100.000Perpanjang SIM C: Rp 75.0005. SIM D (Penyandang disabilitas/berkebutuhan khusus)Pembuatan SIM D Baru : Rp 50.000Perpanjang SIM D: Rp 30.0006. SIM InternasionalPembuatan SIM Internasional Baru : Rp 250.000Perpanjang SIM Internasional: Rp 225.000 Klinik MengemudiBaru Rp 50.000Perpanjangan Rp 50.000 STNKRoda 2 & 3 Rp 50.000Roda 4 / < Rp 75.000Pengesahan Rp. 0,- STCKRoda 2 & 3 Rp25.000Roda 4 / < Rp25.000 TNKBRoda 2 & 3 Rp30.000Roda 4 / < Rp50.000 BPKB BaruRoda 2 & 3 Rp80.000Roda 4 / < Rp100.000 BPKB Balik NamaRoda 2 & 3 Rp80.000Roda 4 / < Rp100.000 Mutasi KendaraanRoda 2 & 3 Rp75.000Roda 4 / < Rp75.000Jenis kegiatan layanan publik yang ditinjau dalam paper ini adalah layanan penerbitan SIM baru, dimana alur prosesnya adalah sebagai berikut :

Sumber : https://www.bersosial.com/threads/cara-membuat-sim-dengan-jalur-resmi.9066/

4. HASIL PEROLEHAN DATA DAN PEMBAHASANSeperti yang telah dijelaskan sebelumnya, data yang digunakan dalam pembahasan makalah ini diperoleh dari wawancara dan observasi lapangan pada objek penelitian. Wawancara dilakukan dengan beberapa narasumber yang relevan dengan penelitian4.1. Pembuatan Paspor Pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Barat4.1.1. Pengumpulan Data dan Pembahasan Layanan Pembuatan Paspor pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta BaratPada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara, dan pengalaman pembuatan paspor baru pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Barat, dimana hasilnya sebagai berikut:1. Pengamatana. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Barat, terkait pencegahan tindak korupsi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :1) Adanya banner Selamat Datang di Wilayah Bebas Korupsi (WBK).Dengan adanya banner ini, masyarakat sebagai pengguna layanan dari Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Barat menjadi merasa lebih percaya bahwa pelayanan yang dilakukan oleh kantor ini bebas dari korupsi.

2) Adanya banner PP Nomor 45 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.Dengan adanya banner ini, masyarakat sebagai pengguna layanan dapat mengetahui berapa besarnya biaya yang diperlukan dalam layanan publik yang diberikan, sehingga dapat menutup kemungkinan adanya pungutan liar (pungli) selain yang tercantum dalam banner tersebut.

3) Adanya banner dari Ombudsman terkait pelaporan kekecewaan terhadap pelayanan publik.Dengan adanya banner ini, maka masyarakat sebagai pengguna layanan menjadi mengetahui kemana harus melapor apabila terdapat tindakan-tindakan yang tidak sesuai yang dilakukan oleh petugas.

4) Pembayaran biaya yang dilakukan melalui bank.Dengan adanya peraturan ini, maka tidak ada lagi pembayaran yang dilakukan langsung kepada petugas. Semua pembayaran dilakukan dengan melakukan transfer bank, sehingga dapat menutup kemungkinan adanya korupsi uang biaya layanan.5) Adanya sistem one stop service.Dengan adanya sistem ini, maka pengguna layanan akan dapat lebih mudah dalam pengurusan paspor, dan tidak perlu bolak-balik ke kantor ini dalam pengurusan paspor. Cukup datang dua kali saja, yaitu pada waktu penyerahan berkas, foto, dan wawancara, serta yang kedua adalah pada waktu pengambilan paspor yang sudah jadi. Hal ini dapat memperkecil kemungkinan dibutuhkannya calo, karena proses pengurusan paspor saat ini sudah lebih mudah.6) Adanya mesin absen fingerprint.Dengan adanya mesin absen fingerprint ini, maka dapat mengecilkan kemungkinan terjadinya korupsi waktu yang dilakukan petugas dalam menjalankan pekerjaannya.b. Berdasarkan hasil pengamatan, tindakan terkait korupsi uang memang tidak terlihat secara nyata. Namun, dalam hal waktu pelayanan, masih ada beberapa keterlambatan, yaitu dalam pengumuman yang terpasang disebutkan bahwa jam istirahat adalah pada pukul 12.00 hingga pukul 12.30. Pada pukul 12.00 layanan sudah ditutup karena jam istirahat, namun layanan baru dibuka lagi mulai pukul 12.45. Hal ini berarti terdapat keterlambatan selama 15 menit.2. WawancaraWawancara yang dilakukan adalah dengan cara bertanya kepada tukang parkir dan salah satu pengguna layanan, yaitu sebagai berikut :a. Tukang parkirDari wawancara terhadap tukang parkir, saat ini pelayanan di Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Barat sudah semakin baik. Setiap pengguna layanan, terutama dalam pembuatan paspor sudah tidak dapat diwakilkan dan pembayarannya sudah melalui bank dengan biaya Rp 360.000,00. Dari pernyataan yang diberikan oleh tukang parkir ini, dapat disimpulkan bahwa untuk praktek percaloan saat ini sudah mulai sulit.b. Pengguna layananDari wawancara terhadap salah satu pengguna layanan di Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Barat ini, ditemukan bahwa praktek percaloan masih ada. Bahkan pengguna layanan ini mengaku sebagai calo yang dapat mempermudah pembuatan paspor. Dengan membayar sebesar Rp 700.000,00, maka pihak yang ingin membuat paspor tidak perlu antre dan tidak perlu wawancara. 3. Pengalaman

Dari pengalaman pembuatan paspor yang dilakukan, proses pembuatan paspor pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Barat sudah sangat baik. Semua sistem yang ditetapkan dalam pembuatan paspor ini sudah memudahkan pengguna layanan. Selain itu karena melakukan pembayaran biaya layanan langsung melalui bank, maka pengguna layanan tidak ditarik biaya lain selain yang tercantum dalam peraturan. Jumlah biaya yang dibayarkan melalui bank adalah sebesar Rp 360.000,00 dimana biaya pelayanan sesuai dengan PP No 45 tahun 2014 terkait pembuatan paspor baru adalah sebesar Rp 355.000,00 ditambah dengan Rp 5.000,00 sebagai biaya administrasi bank. Pelayanan yang dilakukan oleh petugas juga sudah sesuai dengan standard operating procedures yang telah ditetapkan.4.1.2. Potensi Korupsi pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta BaratDengan masih adanya pengguna layanan yang mengaku sebagai calo yang dapat mempermudah pembuatan paspor, maka masih ditemukan adanya potensi korupsi pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Barat. Padahal tindakan pencegahan korupsi yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Barat ini sudah sangat baik. Sehingga untuk memberantas korupsi yang ditimbulkan melalui calo ini membutuhkan peran aktif masyarakat untuk tidak menggunakan calo dalam pengurusan paspor, karena proses pengurusan paspor saat ini sudah sangat mudah. Potensi korupsi lain adalah terkait korupsi waktu dimana kurang tepatnya waktu pelayanan tugas yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.4.2. Pembuatan SIM Pada Kantor Satlantas Polres Purworejo4.2.1. Pengumpulan Data dan Pembahasan Layanan Pembuatan SIM pada Kantor Satlantas Polres PurworejoWawancara dilakukan terhadap 2 orang responden yang mempunyai pengalaman mengurus SIM pada kantor tersebut. Umumnya kedua responden tersebut mengurus lewat calo/biro penyedia jasa pembuat SIM yang hanya menyetorkan uang ke biro tersebut dan kemudian tanpa tes SIM dapat diperoleh. Untuk tambahan informasi responden pertama mengurus SIM A, responden kedua mengurus SIM C. secara lebih lengkapnya dapat dilihat pada hasil wawancara berikut ini:1. Responden pertama (SIM A)Responden tersebut menyatakan bahwa ia hanya menyetor uang sebesar Rp 425.000,00 kemudian melengkapi syarat administrasi (pas foto, fotokopi KTP, dsb) kemudian datang ke kantor Satlantas dan melakukan tes tekan tombol A dan B (yang penulis juga kurang begitu mengerti) dan kemudian antri foto dan SIM dapat diperoleh kurang dari satu hari. Berdasarkan pernyataan responden, tes tersebut dilakukan secara kolektif dan hanya formalitas saja, artinya lulus tidak lulus tetap mendapat SIM tersebut. 2. Responden kedua (SIM C)Responden tersebut menyatakan bahwa ia membuat SIM C lewat biro yaitu sebesar Rp 350.000,00 sedangkan apabila lewat calo (calo ada di kantor Satlantas walaupun disana ada tulisan hati-hati calo) harus membayar Rp 380.000,00. Responden tersebut bercerita bahwa ia hanya membayar uang tersebut dan melengkap administrasi yang diperlukan untuk mendapatkan SIM C kepada biro dan kemudian pagi harinya, di kantor Satlantas ia langsung dipanggil untuk foto (tidak mengantri). Tidak melakukan tes, dan SIM ia peroleh. Ia juga bercerita bahwa ada yang melakukan tes tapi hal tersebut juga formalitas, bahkan ada juga yang hanya membonceng (ikut temannya, karena tidak punya motor) diluluskan juga. Ia juga menyatakan bahwa ada yang lewat jalur resmi, jatuhnya malah lebih mahal daripada lewat jalur tidak resmi (hal ini karena, lewat jalur resmi, orang tersebut gagal dalam ujian, sehingga ia harus bayar lagi ketika ingin mengikuti tes lagi)4.2.2. Potensi Korupsi pada Objek PenelitianPotensi korupsi pada Kantor Satlantas Polres Purworejo diantaranya adalah praktik percaloan serta pungutan liar (pungli) dari petugas sendiri. Adat dan kebiasaan masyarakat yang masih terbiasa untuk membayar dengan uang lebih agar urusannya bisa cepat selesai juga menjadi salah satu faktor yang menimbulkan praktik percaloan dan pungli menjadi tetap ada hingga sekarang.

5. SIMPULAN DAN SARANTerdapat berbagai definisi korupsi yang dikemukakan oleh para ahli. Korupsi secara harfiah berarti kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mendapatkan keuntungan pribadi dan merugikan kepentingan umum dan negara.Menilik definisi tersebut, penyelenggaraan pelayanan publik sangat rentan terhadap korupsi. Hal ini karena penyelenggara layanan publik merupakan aparatur negara yang diberi wewenang dan jabatan dan berpotensi untuk menyalahgunakan keduanya untuk kepentingan pribadi.Terdapat beberapa faktor menyebabkan terjadinya korupsi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Singh dalam Sabri (2013) menemukan dalam penelitiannya di India bahwa penyebab terjadinya korupsi di negara tersebut adalah kelemahan moral (41,3%), tekanan ekonomi (23,8%), hambatan struktur administrasi (17,2 %), hambatan struktur sosial (7,08 %).Anggraeni (2014) mengelompokkan korupsi dalam pelayanan publik seperti korupsi yang bersifat eksternal (korupsi ini terjadi ketika terdapat keterlibatan pihak ketiga) dan korupsi berupa penyogokan dan/atau penyuapan (korupsi jenis ini sering terjadi pada instansi yang memberikan pelayanan publik dalam bentuk menerbitkan surat ijin, rekomendasi, dan sebagainya.Berdasarkan penelitian Anggraeni (2014), bentuk korupsi yang biasanya terjadi baik dalam pembuatan paspor di kantor imigrasi dan pembuatan SIM di kantor satlantas polres dapat dikelompokkan dalam bentuk yang kedua yaitu korupsi berupa penyogokan dan/atau penyuapan.Dengan menyadari adanya potensi korupsi di suatu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan publik, berbagai hal dapat dilakukan untuk mencegah praktik korupsi tersebut, di antaranya:1.Mengharuskan penyetoran biaya layanan melalui bank dan ditujukan langsung ke rekening kas negara.Untuk pelayanan publik di kantor imigrasi ini telah dilakukan, sementara di kantor satlantas polres masih belum. Ini yang menyebabkan praktik percaloan di kantor imigrasi sudah sangat berkurang sedangkan di kantor satlantas masih tetap subur.2.Mewajibkan setiap petugas/pegawai untuk menandatangani Pakta IntegritasPakta Integritas dimaksudkan untuk menanamkan budaya anti korupsi pada setiap pegawai. Dengan adanya pakta integritas diharapkan pungutan liar (pungli) yang biasanya menyertai dalam penyelenggaraan pelayanan publik oleh petugas dapat diminimalisir.3.Menyediakan kotak/sms/call center pengaduan.Dengan adanya kotak/sms/call center pengaduan dapat menjadi salah satu sarana kontrol pengawasan masyarakat atas kinerja institusi pemerintah penyedia layanan publik.4.Pemberian arahan dan keteladanan perilaku anti korupsi dari pimpinan unit.Pimpinan unit selalu menanamkan kepada semua jajarannya agar jangan sekali-kali melakukan praktik korupsi sebab hal tersebut bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. DAFTAR REFERENSI[1] Apriyanti, Devi. 2012. Permasalahan Pelayanan Publik di Indonesia. [http://deviapriyanti158.blogspot.com/2012/03/permasalahan-pelayanan-publik-di.html] [diakses: 27 Juli 2015][2] Agustino, Leo. 2005. Politik dan Otonomi Daerah. Serang: Untirta Press[3] Anggraeni, Tyas Dian. 2014. Menciptakan Sistem Pelayanan Publik yang Baik : Strategi Reformasi Birokrasi dalam Pemberantasan Korupsi. Jurnal Media Pembinaan Hukum Nasional, Volume 3 Nomor 3, Desember 2014.[4] Hamid, Abdul. 2012. Manajemen Pelayanan Publik.[http://deviapriyanti158.blogspot.com/2012/03/permasalahan-pelayanan-publik-di.html] [diakses: 28 Juli 2015][5] Kartono, Kartini. 1983. Pathologi Sosial. Jakarta : Rajawali Press.[6] Mujianto, Henry. 2010. Peningkatan Kinerja Pelayanan Publik Pada Balai Latihan Kerja Dengan Metode TQM Melalui ISO 9001:2008. Universitas Indonesia[7] Sabri, Amir. 2013. Analisis Tindakan Korupsi di Lingkungan Birokrasi. [http://amirsabri.blogspot.com/2013/02/analisis-tindakan-korupsi-di-lingkungan.html] [diakses: 27 Juli 2015][8] Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kepolisian Negara Republik Indonesia[9] Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia[10] http://bisnis.liputan6.com/read/2278464/kantor-imigrasi-jakarta-barat-diminta-perbaiki-layanan[11] http://bkd.riau.go.id/2015/02/19/pelayanan-publik-apa-dan-mengapa-ada-pelayanan-publik/[12] http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Buku-Ajar.pdf