kelompok 6_kasus 1
DESCRIPTION
tugas praktikum auddit kelompokterdiri dari latian dan risetTRANSCRIPT
![Page 1: Kelompok 6_kasus 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/563db8a7550346aa9a95abb4/html5/thumbnails/1.jpg)
MAKALAH PRAKTIKUM AUDITING
KASUS 1: Analisis Atas Calon Clien Audit Potensial
KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) ADI SUSILO DAN REKAN
Disusun sebagai Penugasan Kelompok
Mata Kuliah Praktikum Auditing Kelas CA
Oleh:
Fita Ishfah Aini/125020301111007
Irma Elsa Putri/125020301111013
Onwardhani R. A. Esthika/125020301111037
(Kelompok 6)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
![Page 2: Kelompok 6_kasus 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/563db8a7550346aa9a95abb4/html5/thumbnails/2.jpg)
LATIHAN
1. a. Sebutkan faktor resiko apa saja yang mungkin dihadapi KAP saat
menerima perikatan audit ! Pastikan anda mendiskusikan seluruh item
yang membutuhkan perhatian khusus selama audit.
Jawab:
Berdasarkan hasil diskusi dengan Langgeng Santosa:
a. Faktor resiko yang mungkin dhadapi KAP saat menerima perikatan
audit dengan PT Maju Makmur berdasarkan PSA No.70 Pertimbangan
atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan:
1) Sistem bonus dalam bentuk uang tunai yang dberikan selama tahun
2009 dan 2010 dapat membuat pendapatan semakin meningkat
melalui penjualan kredit tanpa melihat history pelanggan ataupun
penjualan fiktif.
2) Langgeng Santoso mengutarakan keluhan terhadap opini yang
dikeluarkan oleh KAP Umar dan Rekan serta menganggapnya
sebagai sesuatu yang menghambat rencana pengembangan
perusahaan terbuka.
3) Perusahaan memiliki suatu kepentingan yang berhubungan dengan
kreditor yaitu untuk mendapatkan pendanaan dari bank.
4) Langgeng santoso merupakan pemegang saham terbesar dan
memiliki pengaruh terbesar dalam menjalankan operasi bisnis
setiap hari. Sedangkan tujuh group ainnya walaupun tinggal
disurabaya tidak ikut dalam pengambilan keputusan terkait
operasional perusahaan.
5) Tren penjualan yang diperkirakan akan mengalami penurunan
karena tingginya tingkat kompetisi dengan merk internasional
6) Tidak terdapat unit pengawas internal perusahaan
![Page 3: Kelompok 6_kasus 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/563db8a7550346aa9a95abb4/html5/thumbnails/3.jpg)
7) Kas hasil penjualan barag elektronik terlalu besar , Karateristik
persediaan berupa barang elektronik dengan ukuran kecil, bernilai
tinggi, mudl diijual, an tidak ada identifikasi kepemilikan.
b. Tindakan Lanjutan untuk setiap masalah potensial pada setiap factor
risiko kecurangan:
1) Mempelajari laporan audit KAP Umar dan Rekan mengenai
pengendalian intern
2) Memperbaiki prosedur audit agar bukti yang didapat lebih andal
dan memperoleh informasi tambahan dalam hal prosedur audit
yang sebelumnya dianggap tidak memadai untuk menanggapi
factor resiko yang terdeteksi.
3) Melakukan Konfirmasi lisan sebagai penguat jawaban atas
konfirmasi tertulis.
4) Melakukan prosedur analitik substantive
5) Wawancara dengan personel yang terkait dengan bidang yang
didalamnya terdapat resiko salah saji material sebagai akibat tindak
kecurangan.
6) Jika dalam salah saji material akibat kecurangan dari hasil
pengujian audit menunjukkan kecurangan yang signifikan. KAP
dapat mempertimbangkan pengunduran diri dari perikatan.
![Page 4: Kelompok 6_kasus 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/563db8a7550346aa9a95abb4/html5/thumbnails/4.jpg)
2. Mengapa opini yang disajikan berbeda dari laporan audit standar
(wajar tanpa syarat)
Jawab:
Pegecualian yang diungkapkan KAP Umar dan rekan sesuai karena nilai
property pada perusahaan di Sidoarjo seharusnya diadakan revaluasi dan
telah mengalami penurunan nilai akibat bencana Lumpur Lapindo yang
seharusnya disisi akun laporan keuangan merupakan pengakuan kerugian
yang cukup signifikan.
Pengecualian yang diberikan oleh KAP Umar dan rekan dititikberatkan
pada ketidaksesuaian pengakuan nilai investasiatas property took
perusahaan di Sidoarjo sebesar Rp 1.488.000.000,00 dengan SAK.
Maksudnya, nilai investasi sebesar tu tidak dianggap oeh perusahaan, dan
Langgeng Santoso menolak untuk menuliskan nilai property yang telah
dilaporkan tersebut.
3. Perusahan tengah mempertimbangkan penawaran saham pada publik
untuk mendanai rencana pengembangan perusahaan. Langkah-langkah
apa saja yang harus diambil oleh perusahaan. Langkah-langkah apa saja
yang harus diambil oleh perusahaan sebelum menerbitkan saham ke
publik? Bagaimana ketentuan yang diatur pada Sarbanes-Oxley act.
Berdampak pada keputusan ini? Apa hubungan antara penjualan saham
ke publik dengan persyaratan pelaporan keuangan perusahaan?.
JAWAB: a) Persiapan perusahaan sebelum menerbitkan saham ke publik:
1. Audit laporan keuangan dari KAP independen terdaftar
2. Perusahaan yang melakukan Proses Initial Public Offering (IPO)
terlebih dahulu mengadakan RUPS untuk meminta persetujuan para
pemegang saham dalam rangka penwaran umum saham
3. Melaporkan maksud dan niat go public kepada BAPEPAM (Badan
pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keungan.
![Page 5: Kelompok 6_kasus 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/563db8a7550346aa9a95abb4/html5/thumbnails/5.jpg)
4. Setelah mendapat izin dari BAPEPAM, melakukan penawaran efek
langsung kepada masyarakat dengan menyiapkan prospektus ringkas
perusahaan
Pertimbangan penawaran saham pada publik oleh perusahaan (kewajiban
penanam modal):
Langkah-langkah yang harus diambil oleh perusahaan sebelum
menerbitkan saham ke publik sesuai dengan UU.No.25 tahun 2007 pada pasal
15 tentang penanam modal, maka perusahaan harus:
a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik
b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan
c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal
d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan
usaha penanaman modal
e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang - undangan.
a) Ketentuan Sarbanes-Oxley Act terkait perusahaan publik
a. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar (fairly) tentang
kondisi bisnis (Sections 401).
b. Chief Executive harus bertanggungjawab secara personal tentang
akurasi (accuracy) dan kelengkapan (completness) mengenai laporan
keuangan perusahaan (Sections 302).
c. Jasa Non-Audit yang dilakukan oleh eksternal auditor harus dibatasi
untuk menjaga adanya kemungkinan conflict of interest yang dapat
menyangsikan kemungkinan integritas sebuah pelaksanaan audit
(audit integrity) (Sections 201, 202 dan 206).
d. Perusahaan harus memiliki sebuah Boards dan Komite Audit yang
independen, yang menjunjung tinggi kepentingan pemegang saham
dengan mengawasi isu-isu utama dan penting dari aktivitas
manajemen dan auditor (Sections 301 dan 305).
![Page 6: Kelompok 6_kasus 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/563db8a7550346aa9a95abb4/html5/thumbnails/6.jpg)
e. Sebuah sistem pengendalian intern yang kuat dan memadai harus
ditegakkan untuk mencegah penyalahgunaan wewenang dan fraud
(Section 404).
f. Perusahaan harus menjunjung tinggi dan menunjukkan budaya etis
mulai dari pucuk pimpinan hingga ke bawah (Section 406)
g. Full disclosure kepada para pemegang saham berkaitan dengan
transaksi keuangan yang bersifat kompleks
h. Mensyaratkan CFO dan CEO perusahaan untuk melakukan
sertifikasi tentang validitas pembuatan laporan keuangan
perusahaannya.
i. Mensyaratkan adanya kode etik terdaftar pada BAPEPAM untuk
para pejabat keuangan
j. Mensyaratkan penasehat hukum perusahaan untuk mengungkap
adanya penyimpangan kepada pejabat senior dan kepada dewan
komisaris, jika perlu penasehat hukum tersebut berhenti untuk
bekerja sama dengan perusahaan jika manajer senior tersebut
mengabaikan laoran tersebut.
Untuk PT Maju Makmur kententuan Sarbanes-Oxley Act dianggap
memberatkan dan dapat terjadi pembatalan rencana perusahaan untuk menjadi
perusahaan terbuka karena tingginya biaya dalam penerapannya dan
mensyaratkan full disclosure. Untuk pelaporan keuangan perusahaan, dengan
adanya aduit oleh KAP independen dapat menunjukkan kewajaran kondisi
bisnis perusahaan, dengan begitu akan banyak calon investor yang percaya
untuk berinvestasi.
Ketentuan yang diatur pada Sarbanes-Oxley Act. berdampak pada
keputusan tersebut, karena dengan diterbitkannya undang-undang ini
diharapkan akan meningkatkan standar akuntabilitas korporasi, transparansi
dalam pelaporan keuangan, memperkecil kemungkinan bagi perusahaan atau
organisasi untuk melakukan dan menyembunyikan kecurangan serta membuat
perhatian pada tingkat sangat tinggi terhadap corporate governance. Dalam
hal pelaporan, Sarbanes-Oxley Act mewajibkan semua perusahaan publik
untuk membuat suatu sistem pelaporan yang diselenggarakan oleh komite
![Page 7: Kelompok 6_kasus 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/563db8a7550346aa9a95abb4/html5/thumbnails/7.jpg)
audit sehingga memungkinkan bagi pegawai atau pengadu (whistleblowers)
untuk melaporkan terjadinya penyimpangan.
b) Hubungan antara penjualan saham ke publik dengan persyaratan pelaporan keuanagn perusahaan adalah jika suatu perusahaan menjual saham ke publik maka mau tidak mau perusahaan tersebut harus menyajikan laporan keuangan dengan standard yang berlaku umum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga laporan keuangan tersebut dapat diterima secara umum.
4. Jelaskan mengapa penerimaan klien yang merupakan perusahaan
publik akan memberikan dampak pada KAP! Bagaimana dampak
keputusan Langgeng Santoso untuk menawarkan saham ke publik dapat
mempengaruhi keputusan Adi Susilo dan Rekan dalam menerima atau
tidak perikatan audit dengan PT Maju Makmur?
Jawab:
Penerimaan klien yang merupakan perusahaan publik akan memberikan
dampak pada KAP karena KAP dituntut untuk memberikan hasil audit yang
dapat dipercaya oleh para stakehoder. KAP harus semakin menguatkan
independensinya agar tetap mendapatkan pandangan baik oleh publik.
Adanya expectation gap menjadi dampak negatif dari hal ini, karena akan
muncul harapan publik dengan apa yang disampaikan oleh KAP. Publik
menginginkan auditor dapat mengungkapkan semua hal tentang perusahaan,
sedangkan auditor harus memegang teguh bahwa ada peraturan tentang apa
yang boleh disampaikan dan apa yang menjadi rahasia. Selain itu, aset yang
dimiliki sangat banyak dan kompleks, sehingga proses audit yang dilakukan
harus lebih luas dan signifikan karena hasil audit yang dikeluarkan akan
sangat berpengaruh, bukan hanya untuk pihak kreditur namun para pemegang
saham, dan pengguna eksternal lainnya. Pihak KAP juga harus lebih telitidan
hati-hati dalam melakukan proses audit, karena hasilnya nanti juga
akan berpengaruh terhadap nama baik KAP itu sendiri
![Page 8: Kelompok 6_kasus 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/563db8a7550346aa9a95abb4/html5/thumbnails/8.jpg)
Dampak keputusan Langgeng Santosa untuk menawarkan saham ke publik
dapat mempengaruhi keputusan KAP Adi Susilo dan Rekan dalam menerima
atau tidak perikatan audit dengan PT. Maju Makmur, karena semua hal yang
dilakukan oleh perusahaan akan dijadikan sebagai pertimbagngan oleh
auditor dalam menerima atau menolak perikatan. Pertimbangan dalam
memutuskan untuk menerima penugasan juga betrhubungan langsung dengan
kemampuan auditor untuk memenuhi persyaratan seperti yang diminta oleh
standar auditing serta kode etik akuntan. Di bawah ini adalah langkah-
langkah dalam penerimaan penugasan audit, yaitu :
1. Evaluasi Integritas Manajemen
2. Mengindentifikasi Keadaan-Keadaan Khusus dan Risiko Tidak Biasa
3. Menetapkan Kompetensi untuk Melakukan Audit
4. Evaluasi Independensi
5. Menentukan Kemampuan untuk Bekerja dengan Cermat dan
Seksama
6. Menyiapkan Surat Penugasan
Dalam langkah kedua dan ketiga, auditor perlu untuk mengetahui terlebih
dahulu mengenai perusahaan, apalagi perusahaan yang sudah go
public sangat kompleks dalam pelaporan keuangannya, sehingga tentu KAP
akan bekerja ekstra keras dalam mengaudit. Namun ada hal lain yang
didapatkan yaitu, kemampuan untuk ekspansi pasar dalam kalangan
perusahaan go publik.
Auditor tidak wajib menerima setiap permintaan untuk melakukan audit
laporan keuangan yang diajukan oleh calon kliennya. Apabila auditor
memutuskan untuk menerima suatu penugasan audit, maka auditor harus
memikul tanggung jawab professional terhadap masyarakat, klien, dan
terhadap anggota profesi akuntan publik yang lain. Kepentingan klien harus
dilayani dengan memperhatikan kompetensi dan profesionalitas. Ini berarti
![Page 9: Kelompok 6_kasus 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/563db8a7550346aa9a95abb4/html5/thumbnails/9.jpg)
bahwa keputusan untuk menerima penugasan dari klien baru atau penugasan
lanjutan dari klien lama bukanlah sesuatu yang bias dilakukan tanpa
pertimbangan yang matang.
Profesi pengauditan dalam mengaudit klien yang baru ada dua biaya yang
harus mereka tanggung: biaya untuk mempelajari bisnis klien dan biaya
litigasi. Kedua biaya ini bisa berhubungan: jika auditor gagal mempelajari
bisnis klien maka ada kemungkinan bahwa klien akan berbuat curang dan
auditor tidak bisa menemukan kecurangan tersebut; jika kecurangan tersebut
kemudian membawa dampak yang buruk kepada pengguna laporan keuangan,
maka auditor harus menanggung biaya litigasi atas opininya tersebut karena
laporan keuangan manajemen harus dipandang sebagai pelaporan bersama
antara auditor dengan manajemen klien.
RISET KELOMPOK
Pergantian Auditor
Dalam suatu perusahaan terdapat laporan keuangan yang merupakan bentuk
pertanggung jawaban dan penyampaian informasi keuangan suatu perusahaan
kepada stakeholder. Untuk meyakinkan bahwa laporan keuangan perusahaan
tersebut mempunyai kredibilitas yang berguna bagi pihak-pihak pemakai laporan
keuangan, maka laporan keuangan tersebut harus diaudit oleh auditor independen.
Auditor independen yang dimaksud adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik.
Sesuai dengan PSA No. 2 SA Seksi 110 (SPAP, 2001), dinyatakan bahwa auditor
bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan tersebut bebas
dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
Auditor independen inilah yang memberikan pendapat mengenai kewajaran atas
penyajian laporan keuangan, serta kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
![Page 10: Kelompok 6_kasus 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/563db8a7550346aa9a95abb4/html5/thumbnails/10.jpg)
Menindaklanjuti The Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002, pemerintah
Indonesia mengatur kewajiban untuk melakukan pergantian KAP dengan
mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 yang
merupakan penyempurnaan dari peraturan sebelumnya yakni Keputusan Menteri
Keuangan No.359/KMK.06/2003 dan No.423/KMK.06/2002. Perubahan
peraturan ini menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan
keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan paling lama 6 (enam) tahun buku
berturut-turut oleh KAP yang sama dan 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh auditor
yang sama kepada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1). Dengan adanya peraturan
ini, diharapkan dapat meningkatkan keandalan laporan keuangan dan
independensi auditor dapat tetap terjaga. Diterbitkannya peraturan mengenai
pergantian KAP secara wajib oleh perusahaan menarik untuk dicermati, karena
jika perusahaan melakukan pergantian KAP setelah lima tahun mengaudit
(berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan 359/KMK.06/2003) atau enam tahun
mengaudit (berdasarkan peraturan terbaru yakni KMK No. 17/PMK.01/2008)
tidak akan menimbulkan kejanggalan dan juga pertanyaan dari berbagai pihak
karena hal itu bersifat mandatory (wajib) dan dilakukan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Yang perlu diteliti adalah jika pergantian KAP dilakukan secara
voluntary (sukarela) yaitu di luar Keputusan Menteri Keuangan
359/KMK.06/2003) dan KMK No. 17/PMK.01/2008).
Beberapa alasan perusahaan mengganti auditor
a. Opini auditor
Beberapa client akan mengganti auditor ketika auditor yang bekerja untuk
mereka, tidak memberikan opini pelaporan audit yang sesuai dengan
kebutuhan client tersebut. Laporan audit inilah yang merupakan salah satu
informasi bagi para pengguna Laporan keuangan. Setiap profesi memiliki
standar pekerjaannya tersendiri dan memiliki kode etik pekerjaan. Begitu
pula halnya dengan profesi akuntan publik. Akuntan merupakan pihak
ketiga yang independen, akuntan publik bertanggung jawab atas informasi
yang diberikannya kepada investor, walaupun akuntan publik itu sendiri
![Page 11: Kelompok 6_kasus 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/563db8a7550346aa9a95abb4/html5/thumbnails/11.jpg)
dibayar oleh klien, dalam hal ini perusahaan. Adanya hubungan agency di
antara investor dan perusahaan menyebabkan adanya kebutuhan atas pihak
ketiga yang independen, yang tidak berpihak pada agent maupun principal.
Keberadaan akuntan publik di sini harus independen karena untuk
kepentingan pemberian informasi yang tentu saja mempengaruhi image
dari profesi itu sendiri.
b. Pergantian Manajemen
Menurut Burton dan Roberts (1967) perubahan manajemen adalah pada
perubahan top executive, namun untuk beberapa perusahaan rata-rata
melakukan perubahan hanya pada manajemen bagian keuangannya saja.
Perubahan manajemen dilakukan dengan harapan akan membawa
perbaikan pada pengelolaan perusahaan. Selain itu, perubahan manajemen
juga dapat terjadi karena pertumbuhan ataupun ekspansi perusahaan,
misalnya perubahan perusahaan dari yang tidak go public menjadi go
public. Perubahan manajemen perusahaan dapat menyebabkan pergantian
auditor yang akan mengaudit perusahaan tersebut
c. Financial Distress
Financial distress merupakan suatu kondisi di mana perusahaan
mengalami kondisi yang tidak sehat ataupun kesulitan
dalam keuangannya sehingga dikhawatirkan akan mengalami
kebangkrutan. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka
perusahaan tersebut benar-benar mengalami kegagalan usaha. Hal ini
mengakibatkan dalam laporan audit yang diberikan auditor dengan
beberapa catatan masalah keuangan. Untuk menjaga agar persepsi debitur
terhadap kredibilitas perusahaan tetap baik maka perusahaan akan
menggantikan auditor kepada auditor yang lebih besar. Dengan harapan
debitur memandang perusahaan masih memiliki kemampuan secara
finansial.
![Page 12: Kelompok 6_kasus 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/563db8a7550346aa9a95abb4/html5/thumbnails/12.jpg)
d. Risiko bisnis client
Risiko bisnis client dapat mempengaruhi keputusan pergantian auditor.
Semakin tinggi resiko bisnis yang dimiliki oleh klien makan akan semakin
besar pula kecenderungan auditor untuk bertindak secara lebih hati-hati.
Ketika mengaudit perusahaan dengan risiko bisnis tinggi, auditor akan
melakukan prosedur audit tambahan. Klien yang memiliki resiko bisnis
yang tinggi akan bertindak sekuat tenaga untuk menjaga kredibilitas
perusahaan dimata investor untuk meyakinkan mereka bahwa meskipun
perusahaan memiliki resiko bisnis yang tinggi akan tetapi perusahaan
dapat mengelola resiko tersebut sehingga mereka tetap bisa beroperasi
sebagaimana mestinya. Cara yang ditempuh perusahaan adalah dengan
menggunakan Kantor Akuntan Publik yang besar, dengan cara tersebut
investor akan merasa yakin terhadap operasi perusahaan sebab ivestor
memiliki persepsi bahwa Kantor Akuntan Publik besar akan menjaga
nama besar mereka dengan tidak mengambil resiko menerima klien yang
beresiko (Stocken, 2000).
Pengungkapan yang dibutuhkan ketika perusahaan mengganti auditornya.
Menurut Nagy, penjelasan alasan kepindahan klien dari satu auditor dan
alasan kesediaan auditor menerima klien baru berhubungan dengan alasan
pergantian tersebut. Pada lingkungan yang tidak membatasi pergantian auditor,
pergantian terjadi karena beberapa alasan. Klien bisa memecat auditornya karena
ketidaksepakatan dengan auditor terkait tentang isu praktik akuntansi tertentu.
Oleh karena itu diprediksi klien akan mencari auditor yang akan bersepakat
dengan praktik akuntansi yang mereka usulkan. Klien yang memecat auditor akan
cenderung mencari jasa audit dari auditor yang berukuran yang lebih kecil karena
auditor kecil ini diekspektasi tidak terlalu “menuntut” dibandingkan dengan
auditor pendahulu (Bockus dan Gigler, 1xxx).
Beberapa alasan mengapa perushaan mengganti auditornya:
1. Klien merupakan hasil merger (penggabungan) anntara beberapa
perusahaan yang semula memiliki auditor masing-masing yang berbeda,
![Page 13: Kelompok 6_kasus 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/563db8a7550346aa9a95abb4/html5/thumbnails/13.jpg)
2. Ada kebutuhan untuk mendapat perluasan jasa professional,
3. Tidak puas terhadap kantor akuntan publik yang lama,
4. Ingin mencari auditor dengan honorarium yang lebih murah,
5. Penggabungan antara beberapa kantor akuntan publik.
Pengungkapan yang diperlukan menurut kami:
1. Alasan mengapa dilakukan pergantian
2. Siapa aditor yang sebelumnya mengaudit perusahaan
3. Data umum perusahaan
Apakah perusahaan dapat memilih KAP yang dapat bekerja sama untuk
memberikan opini audit sesuai yang dikehendaki? Apakah hal ini etis bagi
anda?
Perusahaann dapat memilih KAP sesuai pertimbangannya, tetapi bukan
pertimbangan atas opini yang sesuai atau tidak dengan perusahaan, karena tidak
boleh ada hubungan khusus antara auditor dan klien dalan suatu perikatan, hal ini
dilakukan untuk mempertahankan independensi yang dipersyaratkan.
Dalam aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik Keterterapan,
aturan Etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia
Kompartemen Akuntan Publik staf profesional yang bekerja pada satu, yaitu
mengenai Independensi,Integritas dan Objektivitas. Dalam menjalankan tugasnya
anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam
memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam SPAP yang ditetapkan
oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam
fakta maupun dalam penampilan.
Hakikat berbuat etis dalam melaksanakan audit dan profesionalitas, harus
bertumpu kepada kepentingan orang banyak dan masyarakat secara luas
![Page 14: Kelompok 6_kasus 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/563db8a7550346aa9a95abb4/html5/thumbnails/14.jpg)
serta seluruh pihak yang akan terkena dampaknya apabila kita akan mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan tersebut atau tidak. Sehingga jika
independensi sudah tidak dpaat dipercaya, masyarakat umum akan melihat hal
tersebut tidaklah etis.
Dalam Kode Etik IAI, terdapat delapan prinsip etika sebagai berikut:
o Tanggung jawab profesi, yaitu harus senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
o Kepentingan publik, yaitu senantiasa bertindak dalam rerangka
pelayananan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
o Integritas, yaitu untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik,
setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
integritas setinggi mungkin. Integritas tidak hanya berupa kejujuran tetapi
juga sifat dapat dipercaya, bertindak adil dan berdasarkan keadaan yang
sebenarnya.
o Objektivitas, yaitu harus menjaga objektivitas dan bebas dari
benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Setiap
praktisi harus menghindari setiap hubungan yang bersifat subjektif atau
yang dapat mengakibatkan pengaruh yang tidak layak terhadap
pertimbangan profesionalnya.
o Kompentensi dan kehati-hatian profesional, yaitu setiap anggota harus
melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi, dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan
untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memeproleh manfaat
dari jasa profesionalnya yang kompeten berdasarkan perkembangan
praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir.
![Page 15: Kelompok 6_kasus 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082402/563db8a7550346aa9a95abb4/html5/thumbnails/15.jpg)
o Kerahasiaan, yaitu setiap anggota harus menghormati kerahasiaan
informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak
boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,
kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
o Perilaku profesional, yaitu setiap anggota berperilaku konsisten dengan
reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap
praktisi untuk mematuhi setiap ketentuan hukum dan peraturan yang
berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi. Hal ini mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan
terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan
memiliki pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, yang
dapat menurunkan reputasi profesi.
o Standar teknis, yaitu setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang
relevan