kelompok 1

Upload: yetty-oktavianita

Post on 10-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembuatan beton prategang

TRANSCRIPT

Anggota Kelompok :1. Gabriel Bagus 1150601001110532. Rendi Fadiansyah1150601011110073. Atika Nikmatul U 115060100111003

Pembuatan Beton prategang

Materi tentang teknologi prategang dibagi dalam 2 klasifikasi yaitu, Pretensioning (penarikan awal) dan Post-tensioning (Penarikan akhir). Dalam Pretensioning, tendon ditegangkan sebelum pengecoran beton, sementara dalam Post-tensioning, tendon ditegangkan sesudah beton dicetak.Skema klasifikasi system-sistem prategang diberikan dalam skema dibawah

A. Tendon PratekanIstilah tendon digunakan untuk menguraikan sebuah kabel tunggal, untaian, kelompok kabel, atau batang. Tipe perkuatan pratekan yang paling sering digunakan adalah untaian tujuh kabel atau strand 7-kabel (seven-wire strand). Karena strand 7-kabel dibuat di USA, maka standar diameter nominal di seluruh dunia menggunakan satuan inci, dengan 38 inci (9.53 mm), 12 inci (12.70 mm), dan 0.6 inci (15.24 mm) merupakan diameter-diameter yang paling sering. Untaian-untaian kabel ini digunakan baik untuk konstruksi pretension maupun post-tension. Kekuatan tarik ultimit dari untaian-untaian kabel ini bervariasi mulai dari 250-270 ksi (1720-1860 MPa).

Gambar . Bentuk tendon tipikal

Batang prategang terdeformasi adalah suatu tipe khusus perkuatan yang berguna dalam beberapa tipe konstruksi post-tension. Diameter nominal bervariasi dari 38 inci (15 mm) sampai 138 inci (36 mm) dan tegangan tarik ultimit sekitar 150 ksi (1030 MPa).Kawat tunggal adalah bentuk pertama perkuatan prategang yang berhasil dan yang tetap digunakan hingga sekarang untuk penerapan khusus seperti penghubung rel kereta. Diameter nominal 0.196 inci (5 mm) atau 0.276 inci (7 mm) dan tegangan tarik ultimit berkisar 235-250 ksi (1620-1720 MPa).

B. Pratekan Pre-tensioninga. Tahap Pre-tensioningDalam system pretensioning, tendon baja kekuatan tinggi ditarik diantara dua ujung abutmen (juga disebut bulkhead) sebelum pengecoran beton. Abutmen-abutmen dikekang pada ujung-ujung landasan prategang. Pada saat beton mencapai kekuatan yang diinginkan untuk penegangan, tendon-tendon diputus dari abutmen-abutmennya. Gaya pratekan ditransfer ke beton dari tendon, berdasarkan ikatan/rekatan diantara beton dan tendon. Selama transfer prategang, elemen mengalami perpendekan elastic. Apabila tendon diaplikasikan secara eksentris, elemen sangat mungkin mengalami lenturan dan defleksi.

Tahap-tahap yang berbeda dari pelaksanaan pretensioning adalah sebagai berikut :1. Pengangkuran tendon pada ujung-ujung abutmen2. Penempatan jack-ack (dongkrak)3. Aplikasi tarikan pada tendon4. Pencetakan beton5. Memutus tendonSelama pemutusan tendon-tendon, prategang ditransfer pada beton melalui perpendekan elastic dan pelengkungan elemen. Tahapan-tahapan tersebut ditunjukkan secara skematik dalam gambar dibawah

Gambar . Tahap-tahap PretensioningPanjang penegangan dan alas acuan bervariasi dari sekitar 80 ft (25 m) sampai 650 ft (200 m), bergantung pada produk yang diperlukan. Untaian kabel yang ditegangkan secara individu biasanya dilepaskan dengan api-pemotong atau sawing. Urutan pemotongan harus sedemikian rupa agar tegangan-tegangan tetap sesimetris mungkin. Pemotongan harus dilakukan secara bertahap dan sedekat mungkin dengan elemen untuk meminimalkan jumlah energy yang ditransfer secara dinamik melalui tegangan-tegangan ikat pada pelepasan.b. Keuntungan dan Kerugian PretensioningKeuntungan relative system pretensioning dibandingkan dengan system post-tensioning adalah : Sistem pretensioning cocok untuk elemen pracetak yang diproduksi dalam jumlah besarKerugian relative system pretensioning adalah : Suatu alas penegangan diperlukan untuk pelaksanaan pretensioning Terdapat suatu masa tunggu di alas pegangan, sebelum beton mencapai cukup kekuatan Harus ada ikatan/rekatan yang baik diantara beton dan baja sepanjang panjang transmisi.

C. Pratekan Post-tensioninga. Tahap Post-tensioningDalam system post-tensioning, pipa atau saluran untuk tendon (strands) ditempatkan bersama-sama dengan penulangan sebelum pencetakan beton. Tendon dimasukkan kedalam saluran (pipa) sesudah pencetakan beton. Pipa mencegah kontak diantara beton dan tendon selama pelaksanaan penarikan. Tidak seperti system pretensioning, tendon-tendon ditarik dengan reaksi yang bekerja terhadap beton yang mengeras. Bila saluran/pipa dipenuhi dengan injeksi semen (grout), maka ini disebut post-tensioning terekat (bonded). Injeksi merupakan pasta semen murni atau suatu mortar semen-pasir yang mengandung bahan tambahan yang sesuai. Dalam system post-tensioning tak-terekat (unbounded), pipa/saluran tidak pernah diinjeksi dan tendon ditaham semata-mata oleh pengangkuran ujung.Adapun tahap-tahap pelaksanaan post-tensioning adalah sebagai berikut :1. Pengecoran beton2. Penempatan tendon3. Penempatan blok angkur dan dongkrak4. Aplikasi tarikan pada tendon-tendon5. Pengaturan pasak/baji6. Pemotongan tendon

Tahap-tahap tersebut ditunjukkan secara sistematik pada gambar di bawah

Gambar . Tahap-tahap Post-tensioningSesudah mengangkurkan sebuah tendon pada satu ujung, tarikan diberikan pada ujung lainnya menggunakan dongkrak. Penegangan tendon-tendon dan gaya prategang beton timbul secara simultan. Sebuah system keseimbangan sendiri dari gaya-gaya berkembang sesudah peregangan tendon.b. Keuntungan dan Kerugian Pratekan Post-tensioningKeuntungan relative system post-tensioning dibandingkan dengan system pretensioning adalah : Sistem post-tensioning cocok untuk elemen yang dicetak di lokasi pekerjaan dengan bobot besar Waktu tunggu dalam alas pencetakan kurang Transfer prategang tidak bergantung pada panjang transmisiKerugian relative system post-tensioning adalah : Memerlukan perangkat pengangkuran dan peralatan untuk injeksi semen (grouting)